Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 15 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 15 : Kualifikasi dan Ujian.

Chapter 15 - Kualifikasi Dan Ujian.

... Keesokan paginya, rumput di jalan masih dihiasi embun pagi, Subaru menengadah memandang pintu masuk reruntuhan yang dia kunjungi kemarin.

Kemarin, dibatasi oleh waktu, Subaru tidak punya kesempatan untuk melihat-lihat bagian luarnya. Tapi memandanginya sekarang, reruntuhan tersebut memang terlihat benar-benar terpelihara dengan baik. Meskipun tanaman rambat menjalar menutupi seluruh bagian luar dari pintu masuknya, tanaman yang berada di sekililing Makam nampak terawat dengan rapi, dan dia bisa melihat di Makam itu sendiri, terdapat tanda-tanda perbaikan dinding rusak yang memburuk karena termakan usia.

"Aku tidak yakin hubungan apa yang orang-orang itu miliki dengan Makam ini..."

Menyentuhkan tangannya pada dinding yang memperlihatkan warna aneh di bawah sinar matahari, Subaru menggumamkan hal tersebut dengan pelan.

Dia memikirkan kembali pembicaraan dengan Garfiel dan Lewes kemarin malam di kamar di mana Roswaal ditahan. Mereka ingin Emilia mengambil Ujian tersebut, dan berharap, hasilnya, dia bisa membebaskan mereka dari kurungan mereka di dalam Sanctuary.

"Menilai dari apa yang mereka katakan, bagi Garfiel dan yang lainnya, Penyihir itu hanya seperti semacam gangguan kan? Lalu kenapa mereka merawat Makam ini seperti sesuatu yang sangat penting bagi mereka...?"

"Mungkin itu sebaliknya. Makam adalah alasan semua orang di sini terikat dengan tempat ini kan? Jadi, sampai seseorang melewati Ujiannya, mereka tidak akan membiarkan Makamnya rusak. Kalau menghancurkan Makam bisa membebaskan mereka, Garfiel pasti sudah melakukannya sejak dulu, iya kan?"

Orang yang menimpali kesimpulan Subaru adalah Otto, dia  berkeliaran di belakang Subaru, melihat-lihat sekeliling Makam.

Di pagi hari buta, Otto yang tertidur di dalam kereta naga seperti yang dia katakan, dibangunkan dan diganggu oleh Subaru untuk ikut bersamanya menuju Makam guna misi penyelidikan. Awalnya, Otto mengeluh, tapi....

"Benar juga, jarang-jarang kita bisa mendapatkan kesempatan mengunjungi Makam Penyihir Keserakahan.... mungkin ikut ke sini memang sangat layak. Tidak ada yang tahu, mungkin kita akan menemukan harta milik Penyihir Keserakahan saat dalam perjalanan. Kita pasti akan sangat beruntung!"

"Jika kau berkeliaran memamerkan kalau kau menjual barang-barang yang berkaitan dengan Penyihir, bukankah orang-orang yang sangat obsesif dari Pemuja Penyihir itu akan memburumu? Maaf, membangunkanmu, itu salahku, gezzz, tapi jangan siarkan hal ini ke mana-mana dan menciptakan lautan api di sini."

Mengatakan hal tersebut, mencoba menyelamatkan Otto dari dirinya sendiri, Subaru sekali lagi menoleh ke arah Makam. Keheningan pun melanda, satu-satunya suara yang masih terdengar tersaring melewati pepohonan, hanyalah suara serangga dan suara gesekan dedaunan yang tertiup oleh angin.

"Hey, kita tidak datang ke sini hanya untuk menghirup udara segar dan kembali, kan? Jika kau ingin jalan-jalan di pagi hari, kau pasti akan membawa Emilia-sama, dan bukan diriku."

"Mengejutkannya, Emilia-tan itu tidak bagus di pagi hari. Meskipun Emilia-tan yang menjadi grogi setelah bangun itu benar-benar menawan....tapi aku tetap harus menunggu hingga semuanya tenang. Dia mungkin masih tertekan setelah percakapan kemarin, aku akan membiarkannya tidur sedikit lebih lama."

"Jadi kau membawa pria untuk melakukan kejahatanmu ketika si Putri sedang tertidur? Kau, tuan, benar-benar orang yang jahat."

Merasakan Otto yang memicingkan mata dengan riang ke arah dirinya, Subaru hanya mengangkat bahunya. Tapi tetap saja, tebakan Otto memang tepat. Sebenarnya, untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin dilihat oleh Emilia, Subaru datang ke Makam ini.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan? Aku tidak terlalu percaya diri dengan kemampuan sihirku, tapi jika menggunakan sihir Air dan Angin untuk menahan suara langkah kaki dan tiba-tiba bersembunyi dalam sekejap.... ah, aku juga bisa mengirim suara langkah kakiku di lokasi yang berbeda."

"Sihirmu, terdengar sangat hebat untuk seorang pencuri ya?"

"Well, orang biasanya memang akan menggunakannya di jalan yang salah. Tapi aku tidak akan menggunakannya untuk mencuri. Ya meski aku juga tidak menyesal menggunakannya untuk menguping pembicaraan."

Melihat Otto membual dengan mata menyipit dan gigi yang jelas terlihat, Subaru pun mendesah. Kemudian, mengangkat satu jarinya di depan Otto yang begitu bersemangat, Subaru menunjuk ke arah Makam.

"Aku ingin sedikit melihat ke dalam Makam. Jika prediksiku tepat, cahaya di dalam Makam akan memberiku berkat untuk usahaku berikutnya. Jika aku salah, mungkin aku akan pingsan dan tidak akan bangun, jika sudah begitu, akan sangat bagus kalau kau menarikku keluar."

"Orang macam apa yang akan mengatakan 'Baik, aku mengerti', setelah mendengarkan penjelasan seperti itu? Pingsan dan tidak akan bangun, apa maksudnya itu? Tolong hentikan saja ini, aku mulai takut sekarang!"

Menanggapi pernyataan Subaru yang super penting, Otto pun mulai meratap. Mendengar keluhan Otto, Subaru memandangnya seolah-olah memandang anak kecil yang rewel, dan,

"Dengar, ini adalah Makam dari Penyihir Keserakahan. Sederhananya, jika kau melangkahkan satu kaki saja ke dalam tempat ini tanpa seizin Penyihir, kesadaranmu pasti akan terampas bersama dengan akar-akarnya. Aku sudah mengalaminya kemarin. Jadi tempat ini sangat berbahaya, jangan masuk ke dalam sana!"

"Jika kemarin tidak berhasil, Natsuki-san seharusnya tidak masuk ke dalam lagi, kan? Kalau kau tahu kau akan pingsan, kenapa kau masih tetap ingin masuk ke dalam? Itu hanya akan mengacaukan semuanya, jadi jangan lakukan itu. Di samping itu, jika ini memang berakhir seperti itu, bagaimana caranya aku mengeluarkan Natsuki-san?"

"Selalu saja tanya, tanya, dan terus bertanya... Jika kau terus percaya kalau itu akan menjadi jawaban untuk segalanya, kau pasti akan berubah memiliki mental yang manja, kau tahu?"

"Tolong berhentilah mencoba mengabaikan hal ini dengan kata-kata yang sesat, hanya karena terlalu merepotkan untuk menjelaskannya!!"

Karena maksud perkatannya bisa terlihat dengan jelas, Subaru mendecapkan lidahnya dan cemberut. Melihat bagaimana mereka yang baru saling mengenal satu sama lain belum lama ini, tapi Otto sudah bisa memahami semua tipuan yang digunakan pada dirinya, Subaru pun menggelengkan kepalanya dengan kesal.

"Ini, aku meminjam tali ini dari kereta naga. Aku akan mengikatkannya di pinggangku, jadi kalau aku pingsan di dalam, kau bisa menarikku dengan lembut, pelan, dan penuh kasih sayang."

"Tidak peduli betapa lembut, pelan, dan penuh kasih sayangnya aku menarikmu, kupikir kau tetap akan berlumuran lumpur dan terluka."

"Well, aku tidak bisa pilih-pilih mengingat situasi saat ini. Anggap saja ini sebagai balas budi."

"Kau yang berhutang budi padaku, kan?"

Saat Otto mengucapkan bantahannya dan memperlihatkannya di wajahnya yang menggerutu, Subaru sudah selesai mengikatkan tali di pinggangnya dan menyerahkan ujung satunya kepada Otto. Tidak bersedia menerimanya, Otto dengan seksama memeriksa tali yang terikat di pinggang Subaru dan menariknya, hanya untuk memastikan kalau itu aman.
Meski dia banyak mengeluh, Otto tetaplah orang yang berhati-hati.

"Meski kau adalah seorang pedagang, kau terlihat sangat mudah dibodohi.... Apa benar tidak masalah membiarkan orang sepertimu melakukan bisnis?"

"Kau tahu, kau nampaknya benar-benar lupa kalau sekarang ini, secara harfiah, nyawamu itu berada di tanganku."

Ketika Subaru melihat Otto dengan pandangan bak seorang ibu, Otto memicingkan matanya, menyentak tali dan menggerutu.

Dengan sebuah senyum kecut, Subaru sedikit membungkuk, dan masih dengan napas yang sama, dia berbalik menghadap ke arah Makam.

Udara berbau tanah dan busuk diam-diam mengalir dari dalam Makam. Cahaya matahari pagi, layaknya sinar senja kemarin, juga hanya bersinar beberapa meter ke dalam pintu masuk sebelum sepenuhnya menghilang. Ujung lain dari terowongan tersebut diselimuti oleh kegelapan mutlak, dan nampaknya tidak ada perubahan pada jalan di mana dia pingsan saat melangkahkan kakinya ke dalam.

"Well, ini tidak akan benar-benar runtuh, aku hanya akan pingsan tepat di langkah pertamaku, jadi akan lebih mudah untuk menarikku, kurasa."

"Natsuki-san, kau bisa masuk kapanpun kau siap. Beri saja sinyal saat kau masuk ke dalam."

"Baik, aku masuk!"

Subaru tidak ragu dalam membuat keputusan ini.
Skenario terburuknya, dia mungkin akan pingsan dan dipanggil oleh Penyihir untuk pesta teh lainnya. Meskipun secara spesifik dia tidak ingin tangannya tercabik, dipukuli agar bisa sembuh, dan meminum cairan tubuh lagi....

"Tapi dibanding berada di ambang kehidupan dan kematian sejauh ini, hal itu tidak buuuuuuuu-ruk juga!"

Mengucapkan hal tersebut, Subaru dengan gesit melompat ke dalam pintu masuk Makam.

Ambang pintu..... atau apapun itu sebutannya, saat melewati batas antara sinar matahari dan bayangan di dalam Makam, Subaru dengan pelan membuka matanya.

Padahal kemarin, langkah pertamanya seketika menemui siksaan sensasi seperti tidak memiliki bobot....

"Tanahnya keras, aku tidak jatuh."

Ini merupakan sebuah peningkatan dibandingkan kemarin, meskipun kecil, ini adalah perubahan yang bisa menenangkan hati. Mengambil napas dalam, Subaru kembali melangkah. Dan dengan langkah keduanya di dalam Makam, tubuh Subaru sepenuhnya tertelan oleh bayangan reruntuhan.

Bagi Otto yang menunggu di luar, sosok Subaru pasti menjadi tidak jelas atau bahkan hilang sepenuhnya dari pandangan.

"Natsuki-san, apa kau baik-baik saja? Jika kau akan pingsan, tolong berikan sinyal padaku, seperti 'Aku akan pingsan!' saat kau sedang pingsan!"

"Itu sedikit sulit, ya kan... Dan aku tidak akan mengaku kalau aku akan pingsan, aku mungkin akan meneriakkan sesuatu seperti 'Aku tidak ingin pingsan!'"

"Ada apa dengan kesombongan yang tak ada gunanya itu di situasi seperti ini..."

Bersamaan dengan interaksi mereka yang biasanya, mereka sedikit bercanda saat memastikan posisi satu sama lain melalui suara mereka. Dan merasa sedikit lega, Subaru mengambil langkah ketiga, dan dilanjutkan dengan langkah keempat.

".... Oh."

"Ah......"

Di momen berikutnya, pemandangan seketika terhampar di hadapan Subaru.
Atau agaknya, dalam sekejap, bayangan terhampar keluar dari reruntuhan, dan bagian dalam reruntuhan tersebut memperlihatkan wujudnya di mata para penyusup.

Pada dinding di kedua sisi lorong, kira-kira setinggi pundak Subaru, terbaris dengan sejajar dan dengan rentang yang sama, deretan cahaya yang bersinar, dan dengan samar, cahaya tersebut menerangi jalan.

Itu adalah sebuah lorong yang dibangun dengan bahan yang sama seperti dinding bagian luar, lorong tersebut kira-kira selebar tangan Subaru jika terbentang, atau cukup bagi dua orang untuk berjalan bersebelahan. Tingginya bisa membuat kepala Subaru terbentur jika dia melompat. Atau, jika kakek tua besar botak itu ada di sini, mungkin kulit kepalanya yang berkilau itu akan bergesekan dengan langit-langit saat dia berjalan, kalau dia tidak membungkuk.

"Ada cahaya yang keluar dari dalam, apakah itu berarti syaratnya sudah terpenuhi?"

"Ini adalah sambutan bagi seseorang yang memiliki Kualifikasi untuk mengambil Ujian saat malam, atau begitulah yang mereka bilang... Kupikir, dalam skenario terburuknya, aku mungkin hanya melamunkan semua ini."

Sekali lagi mencoba memastikan kalau apa yang dilihatnya adalah nyata, Subaru mengangkat telapak tangannya dan menatapnya. Lalu, menyentuh dahinya, Subaru mengingat sensasi sentuhan yang dia terima dari ujung jari gadis itu saat ada di dalam mimpi tersebut.

"Sepertinya aku sudah menerima suvenirmu dari pesta teh itu dengan sukses. Meski kau membebankan biaya yang cukup banyak tanpa seizinku... Pokoknya aku tidak berencana memberitahukan siapapun untuk sementara ini."

"Hey, aku juga bisa melihat ke dalam, apa yang akan terjadi kalau aku ikut masuk ke dalam bersamamu? Apa kita bisa menjarah Makam Penyihir Keserakahan sekarang?"

"Yang aku tahu sih ada tukang sihir jahat yang seluruh tubuhnya tercabik-cabik ketika dia mencoba masuk ke dalam, dan saat ini dia masih memulihkan diri dari luka-lukanya. Apa yang akan terjadi padamu, aku juga tidak terlalu yakin."

"Bukankah itu sangat menakutkan?"

Mendengar Otto yang menjadi ketakutan di belakangnya, Subaru sekali lagi memastikan kalau dia sudah berhasil mencapai tujuannya. Meskipun dia bisa mengambil resiko dengan masuk lebih dalam lagi, tetap saja ada kemungkinan Otto akan mengikutinya dari belakang. Jadi Subaru akan mengabaikan ide itu untuk sekarang.

Bagaimanapun, apa yang ingin Subaru lakukan hanyalah memastikan kalau dia sudah terkualifikasi untuk Ujian, dan membuktikan kalau kata-kata yang Echidona katakan padanya saat berada di dalam mimpi tersebut bisa dipercaya.

Pokoknya, kalau dia bisa masuk ke dalam Makam, maka pengetahuan dan syarat yang Echidona berikan padanya, sekaligus bayaran yang dia petik, pastinya adalah sesuatu yang nyata. Hal ini sama halnya dengan semua Penyihir yang dia temui di dalam mimpi tersebut.

"Jika itu benar, maka 400 tahun yang lalu, para Penyihir yang suka 'SEENAKNYA' itu, pasti akan berteriak HYA-HA di seluruh tempat, iya kan? Seperti apa ya di akhir abad itu.... bagus juga aku dikirim ke era ini, kurasa."

Memikirkan era kekacauan yang diciptakan oleh para Penyihir Dosa dan Penyihir Kecemburuan itu, membuat era saat ini terlihat sangat bagus jika dibandingkan. Meski begitu, kekejaman dari para Uskup Agung Dosa sedikit bisa mengimbangi hal ini.

Tapi tetap saja, sungguh menyusahkan apa yang telah dilakukan oleh para Penyihir itu, mereka semua.

"Pokoknya, semua persiapanku di sini sudah O-K. Sekarang aku hanya perlu menunggu malam tiba, dan melihat bagaimana jalannya Ujian Emilia-tan. Kalau begitu, ayo pertahankan fleksibilitas tinggi ini, dan bersiap-siap untuk menyesuaikan situasinya."

Meskipun itu terdengar bagus, tapi itu artinya Subaru tidak punya rencana apapun. Mengatakan hal itu, Subaru sekali lagi melihat ke arah pintu masuk saat dia pergi.

Kembali pada Otto yang terlihat khawatir, Subaru melepaskan tali yang ada di pinggangnya dan meninggalkannya di sebelah pintu masuk.

"Ini mungkin akan berguna lagi, selain itu, mungkin aku akan membutuhkannya malam ini, jadi aku akan menyembunyikannya di sini untuk sekarang. Dan maaf menyeretmu ikut, Otto."

"Tidak, tidak apa-apa, selama kau bisa kembali dengan selamat.... Tapi yang lebih penting lagi, apa kita akan kembali dengan tangan kosong? Kau masuk ke dalam Makam tapi tidak membawa apa-apa saat kembali, untuk apa kau masuk ke dalam sana?"

"Aku benar-benar kesulitan menemukan bagian mana dari apa yang barusan kau katakan, yang sebaiknya kuanggap serius, tapi mungkin aku akan menganggapnya sebagai gaya artistikmu. Aku memang bukan orang yang religius atau semacamnya, tapi merampok makam tetaplah sesuatu yang tidak akan kulalukan, kau tahu?"

Memang tidak mudah dipahami kenapa Jepang, yang menjadi negara tak beragama, bisa memuja delapan juta dewa tanpa mempercayai satupun dewa secara khusus. Orang-orang bahkan bisa menyebutnya sebagai rumah bagi jalan campur aduk ketika berhubungan dengan agama. Atau, mungkin lebih akurat jika disebut kumpulan pengecut yang menjadi over waspada terhadap hantu, jika hantu itu benar-benar ada.

"Tentu saja itu hanya bercanda. Tapi jika hanya itu, kau seharusnya tidak membutuhkanku di sini, kan? Lalu kenapa kau membawaku?"

"Sebenarnya, ini sedikit jadi perjudian apakah aku bisa masuk atau tidak. Jadi, entah itu menjadi bingung karena melihatku jatuh dengan wajah terlebih dahulu, atau menjadi trauma seumur hidup setelah menyaksikan tubuhku meledak, akan lebih baik kalau korbannya itu kau...."

"Pemilihan kriteria macam apa itu? Dan aku mendapatkan lebih dari sekedar firasat kecil karena proses eliminasi itu!"

"Bodoh, kau adalah orang pertama yang terlintas di pikiranku saat aku berpikir siapa yang bisa kurepotkan. Jangan membuatku mengatakannya dengan keras, ini sangat memalukan!"

"Memangnya ada manusia yang menjadi malu setelah membuat keputusan semacam itu!?"

Mendengar pernyataan Subaru yang tidak tahu malu, bantahan keras Otto pun menggema keluar. Menggema di sepanjang hutan di pagi hari, menggema di balik reruntuhan dan masih tertinggal di sana, layaknya percakapan penuh penyesalan itu sendiri. Normalnya, kau akan menganggap kalau pendengarnya, selain orang yang ada di sini, adalah serangga dan binatang yang bersembunyi di balik pepohonan, tapi....

"Pagi-pagi sudah sangat berisik oi. Membuat keributan tepat di atas Penyihir tertidur itu seperti 'Yohororoi hanya berkokok di pagi hari', kau tahu."

"Memang sangat menyusahkan, si Yohororoi itu. Aku akan mengomelinya lain kali kalau aku bertemu dengannya."

Mengatakan hal tersebut, dan mengalihkan pandangannya dari pintu masuk Makam, Subaru melihat seseorang keluar dari dalam hutan yang ada di sebelahnya, orang yang memotong percakapan mereka.... menggaruk rambut pendek berwarna emasnya dan menunjukan gigi-giginya, orang itu adalah Garfiel.
Dia juga mengusap keringat yang ada di dahinya dengan kasar.

"Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, bertemu denganmu di sini adalah sebuah kebetulan. Setiap pagi, aku selalu berlari mengelilingi perbatasan Sanctuary, jadi aku hanya kebetulan menemukan kalian di sini. Jangan memberiku tatapan curiga seperti itu!"

"Ini tidak seperti aku menjadi waspada. Di samping itu, kita tidak membicarakan sesuatu yang tidak kami biarkan jika didengar oleh orang lain, benar kan Otto? Serius, tidak ada sesuatu yang tidak akan kami biarkan jika orang lain mendengarnya."

Menanggapi kepura-puraan, atau apapun maksud dari perkataan Garfiel sebenarnya, Subaru mengangkat bahunya dan menepuk-nepuk pundak Otto dengan keras. Seolah-olah kebingungan karena tiba-tiba dipukuli, Otto mengucapkan "Ueeeehh??"

"E-eeh, yeah, benar sekali, tidak ada yang merepotkan atau mencurigakan atau sesuatu seperti itu di sini. Ini hanya sedikit latihan untuk penjarahan makam nanti, hanya sedikit latihan, ya sesuatu semacam itu!"

"Luar biasa, Otto. Aku tidak pernah melihat ada orang yang menggali kuburannya sendiri dengan bahagia, tepat di depan kuburan lain sebelumnya."

Melihat Otto yang bersemangat tiba-tiba terlihat seperti tidak tahu apa yang dia bicarakan, Subaru pun dengan cepat menyelanya dan melirik reaksi Garfiel. Tapi, menilai dari ekspresi Garfiel, sepertinya pengakuan Otto hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

"Ada apa, ayolah, aku tidak akan mengadu, marah, atau semacamnya. Selama kau tidak merusakkan barang-barang atau melakukan sesuatu yang buruk bagi Sanctuary, aku tidak akan melakukan apa-apa."

"Begitu ya. Aku benar-benar berterima kasih atas jaminanmu itu. Sayang sekali, meskipun aku ingin bertarung kupikir aku bahkan tidak punya kesempatan untuk menang."

"Eesh, aku sudah merasa bersalah bahkan sebelum aku bertarung denganmu.... aku ingin mengatakan hal semacam itu, tapi lupakan saja. Sebenarnya sama saja siapapun musuh yang aku hadapi, bagaimanapun, aku adalah yang terkuat."

Matanya berseri-seri, Garfiel mengatakan hal tersebut dengan bangga.
Pada kenyataannya, setelah melihat kemampuan Garfiel sebelumnya, hanya orang bodohlah yang akan memberikan bantahan di sini. Tapi, karena Subaru mengenal Reinhardt, yang merupakan eksistensi dari dimensi yang benar-benar berbeda, dia tetap ingin mengatakan sepatah atau dua patah kata mengenai hal ini.

Namun, menelan kembali apa yang dia katakan, Subaru sedikit mengangkat tangannya dengan "Ba~~iklah,"

"Sepertinya sekarang waktunya untuk Emilia-tan bangun, aku ingin terus menemaninya untuk belajar pagi, jadi kupikir aku akan kembali. Kau juga sedang lari pagi, kan? Jadi......"

"Kau akan ke Katedral ya. Kalau begitu, aku akan menemanimu."

Ketika Subaru terburu-buru mencoba mengucapkan selamat tinggal dan berpisah, dia tiba-tiba dipotong oleh saran Garfiel yang tidak terduga. Terkejut, Subaru mencoba menolaknya dengan "Naaah", saat,

"Terus terang saja, kau sebaiknya mendengarkan saranku. Selain itu, kau harusnya tidak berkaliaran di Sanctuary hanya berdua saja. Tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi."

"....? Apa maksudnya itu? Itu cara yang aneh untuk mengatakannya. Kau membuatnya terdengar seolah-olah di sini itu berbahaya."

"Itulah alasannya kenapa aku memberitahumu, iya kan?"

Melihat Subaru kebingungan seperti tidak memahami kata-katanya, Garfiel mengkeletakkan giginya dengan "Apa yang ingin kulakukan denganmu", kemudian mendekat, dan melanjutkannya dengan suara pelan,

"Ini membuatku kesal kalau membicarakan masalah keluarga, tapi penghuni Sanctuary tidak semuanya berada di dalam wadah yang sama."

"Apa maksudnya itu?"

"Kalau kita mengikuti rencana nenek kepala desa, rencana itu adalah menjadikan Roswaal dan para manusia sebagai sandera dan memaksa Emilia-sama untuk mengambil Ujian, dan mematahkan kontrak Penyihir atau sesuatu semacam itu. Tapi kenyataannya, hanya ada separuh penghuni Sanctuary yang setuju dengan rencana nenek sihir itu....  dan ada juga yang menolaknya."

Sampai ke titik ini, Garfiel semakin memelankan suaranya,

"Bagi orang-orang yang ingin tetap bersembunyi di Sanctuary ini, kalian itu dianggap sedikit mengganggu. Untuk mencegah Emilia-sama agar tidak mengambil Ujian tersebut, siapa yang tahu masalah apa yang akan mereka berikan."

"Maksudmu.... Ada kemungkinan kalau mereka akan mengarahkan taringnya padaku dan Otto?"

"Kupikir, bahkan ada kemungkinan kalau mereka akan menggunakan kekerasan pada Emilia-sama. Well, itu seperti 'Bahkan mendengus pun bisa menjadi kasar di depan lubang', kau tau? Tapi selama aku bersama denganmu, aku tidak akan membiarkan mereka mengganggumu."

Meski Garfiel mengatakannya dengan enteng, tapi Subaru mulai merasa cemas meninggalkan Emilia sendirian. Atau agaknya, Subaru merasa membenci dirinya sendiri karena tidak memikirkan kemungkinan ini sebelumnya.

Terdapat sebuah celah dalam pemahaman antara penghuni Sanctuary yang dipimpin oleh Garfiel, dan para penduduk desa Arlam. Kalau begitu, kenapa mustahil ada faksi internal di masing-masing pihak?
Ini tidak seperti setiap orang akan mengangkat tangannya setuju dengan rencana Sanctuary. Situasi tidak akan pernah berjalan seperti yang kau harapkan. Subaru sendiri sangat sadar akan fakta ini.

"Aku harus segera kembali...."

"Ah? Aku menakutimu ya? Jangan panik, orang-orang itu tidak akan berkelahi satu sama lain di siang bolong begini, selain itu, bukankah Emilia-sama berada di Katedral? Siapa juga yang akan melakukan hal semacam itu saat ada banyak orang di sekitarnya? Jika mereka ingin menyerang, mereka pasti akan memilih seseorang seperti bocah kecil ini yang selalu terpisah dari kawanannya."

"Mm... itu masuk akal. Jika mereka menentang keinginan mayoritas secara terang-terangan, mereka malah hanya akan memperburuk situasi mereka sendiri, ya kan? Jadi mereka belum akan melakukan sesuatu yang gegabah."

Kegelisahannya sedikit menenang, Subaru pun menghela napas lega dan mencoba mengendalikan detak jantungnya.
Lalu, tiba-tiba menyadari sesuatu, Subaru sekali lagi menaikkan alisnya,

"Dalam hal ini, kau pasti berpikir kalau akan sangat berbahaya bagiku dan Otto jika keluar sendirian, jadi itu sebabnya kau mengikuti kami?"

"..... Aah?"

Melihat Subaru mencondongkan lehernya sambil menanyakan hal tersebut, Garfiel sesaat menjadi bingung sebelun dia bisa bereaksi. Kemudian, dia dengan cepat membalik punggungnya, supaya Subaru tidak bisa melihat ekspresinya.

"Mana mungkin seperti itu. Kebetulan. Kuberitahu ya, ini tuh kebetulan."

"Kau melihatnya, Otto? Itu adalah contoh yang tepat untuk Tsundere. Kemarin di pertemuan pertama kita, kita melihat Tsun yang hebat dan berapi-api, dan sekarang, bukankah Dere yang malu-malu dan manis itu sangat menawan?"

"Eenn~~ sebenarnya, kemarin, secara pribadi aku sudah merasakan Tsun di dahiku, itu tetap agak sulit diterima, tapi entah kenapa aku merasa kalau dia bukan orang yang sangat jahat. Aku tidak bisa menyangkal kalau ini terasa seolah-olah hati seorang priaku sudah ditipu."

"Uwaaa, kau benar-benar mudah ditipu, kau tahu."

"Aku sudah bersiap-siap!"

Ketika ratapan Otto yang menggelikan terdengar di seluruh hutan di pagi hari, para burung yang ketakutan pun membentangkan sayapnya dan terbang ke langit.
Otto yang berisik di satu sisi, dan Garfiel yang sulit untuk dibenci di sisi lain. Bersama dengan mereka berdua seperti ini, untuk pertama kalinya semenjak datang ke dunia parallel ini, Subaru merasa seperti mendapatkan rekan jahat yang bisa dia anggap setara dengannya, dalam hal pemahaman kata-kata.

"Well, aku juga sangat mudah."

Dan, merilekskan pipinya, Subaru sedikit tersenyum.


XxxxX


Menunggu datangnya malam, berdiri di depan pintu masuk Makam, Subaru saat ini merasa kalau angin gelap yang menerpa kulitnya, benar-benar berbeda dengan angin segar di pagi hari tadi.

"Kalau malam, tempat ini benar-benar terasa seperti makam. Ini bahkan lebih mencekam dibandingkan kemarin."

Menatap pintu masuk Makam saat mengucapkan hal tersebut, rambut peraknya berkibar tertiup angin, dia adalah Emilia. Bermain-main dengan ujung kepang tiganya, Emilia melirik ke arah Subaru.

"Apa menurutmu akan baik-baik saja kalau masuk ke dalam sekarang?"

"Jika mereka memiliki tanda di pintu masuk yang mengatakan 'Kami buka jam 7 Malam', pasti akan lebih mudah untuk mengetahuinya, tapi sepertinya mereka tidak melakukan hal itu.... Jika Ujiannya dimulai kurang lebih saat malam tiba, ketika sudah gelap, kupikir seharusnya sudah cukup baik."

"Yeah. Baik, kalau begitu aku akan masuk."

Dengan sedikit desahan, bahkan saat mengatakan hal tersebut, Emilia terlihat masih belum bisa memantapkan pikirannya.
Berada di sampingnya, menunggu Emilia mengumpulkan keberaniannya, Subaru menoleh untuk melihat ke belakang.

Terdapat empat orang yang datang untuk mengantar Emilia mengambil Ujian. Ada Garfiel dan Lewes dari tim Sanctuary, ada wakil Roswaal, Ram, dan kemudian, ada orang yang tidak-yakin-kenapa-dia-bisa-ada-disini, Otto. Tapi jika kita menambahkan dia bersama dengan Emilia dan Subaru di faksi Emilia, mereka bisa dianggap sebagai faksi paling besar di sini.

"Tapi di sisi lain, jika kita menghitung keseluruhan Sanctuary, maka kita akan menjadi faksi terkecil di sini. Kalau dipikir-pikir, hidup memang menjadi sangat sulit mulai saat ini."

"Apa yang kau gumamkan? Itu benar-benar meeeeenggangguku."

"Aku hanya berbicara sendiri. Emilia-tan fokus saja bersiap-siap menghadapi apa yang ada di depan sana. Meski begitu, sejujurnya, karena aku tidak mengetahui isi Ujiannya, itu benar-benar membuatku khawatir...."

"Tidak tahu isinya, itu sama dengan semua yang sudah mengikuti Ujiannya sejauh ini, ya kan? Aku seharusnya tidak berbuat licik dan mulai curang saat giliranku tiba. Meski dengan kondisi yang sama, aku pasti akan mencoba yang terbaik."

Melihat Emilia semakin menguatkan genggamannya, dan menyemangati dirinya sendiri, Subaru pun dengan cepat mengangkat tangannya di depan mata seperti sedang berlindung dari sinar yang begitu terang.

Sekarang, cara Subaru mencoba meminta bantuan Penyihir untuk berbuat curang, seketika langsung dianggap licik. Karena, dibandingkan dengan dirinya, Emilia itu sangat murni dan mulia.

"E.M.K. itu benar-benar berlebihan!!"

(T/N  : EMK apa hayo? EMK : Emilia Mayor Knighto)

"Oh, sudah lumayan lama semenjak terakhir kali aku mendengar Subaru mengatakan itu."

Diawali dengan sebuah tawa kecil, ekspresi Emilia pun hancur saat dia mendengar slogan lama Subaru. Melihat senyumnya, Subaru meyakini kalau sebuah lelucon ternyata masih layak digunakan, dan mengangguk,

"Pokoknya, aku tidak tahu apa yang ada di sana, tapi jika kau merasakan bahaya, berteriaklah. Jika kau memanggil namaku, aku pasti akan terbang tepat di sampingmu."

"Jika kau masuk, bukankah kau akan langsung menjadi PA-TAN?"

"Sudah lama sejak terakhir kali aku mendengar seseorang menyebutnya PA-TAN.."

(T/N : PA-TAN : Sfx untuk jatuh / pingsan(?))

Melihat Emilia cemberut, tepat ketika Subaru mulai membantah dan menggaruk wajahnya, dengan "Tapi", Emilia melanjutkan,

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Puck juga masih belum menunjukan wajahnya sama sekali, jadi aku saaaaaaangat khawatir. Dan saat ini aku merasa seperti benar-benar mengandalkan Subaru."

"Kalau begitu, kau bisa menyandarkan bebanmu itu padaku, kau tahu. Emilia-tan itu ringan seperti bulu, dan jika aku tidak menyentuhmu dari waktu ke waktu untuk memastikan kalau kau masih ada di sana, aku pasti akan sangat khawatir."

"Tapi entah mengapa aku merasa kalau jarimu yang menggeliat itu benar-benar menjijikan."

Melihat Subaru menggerakkan jari-jarinya tanpa henti, Emilia pun tersenyum kecut. Dan, dengan kegugupannya yang sedang terurai, Emilia melakukan peregangan yang membuat tubuhnya terlihat lebih tinggi.

"Entah mengapa, aku merasa bahuku menjadi sedikit lebih ringan. Semenjak pertama kali kita bertemu, ini adalah apa yang selalu Subaru targetkan, iya kan?"

"Jika aku memiliki kemampuan PENGOBATAN tingkat atas semacam itu, aku tidak akan menjadi bocah kesepian yang menghabiskan waktunya untuk belajar origami agar bisa membuat 'Rindougurumas'."

Subaru memperlihatkan suatu kebanggaan saat mencapai sebuah seni ekstrem yang mengalir keluar dari jari seseorang. Meski begitu, tidak ada orang lain yang bisa dia tunjukan karyanya, selain orang tuanya.

Mendengar ucapan Subaru yang membosankan tentang masa lalunya, Emilia dengan cantik memiringkan kepalanya untuk menunjukan ketidakpahamannya. Tapi melihat Emilia saat ini yang benar-benar manis, Subaru  menyilangkan tangannya dan mengangguk.

Dan dengan ekspresi tidak paham yang masih ada di wajahnya, Emilia menoleh ke arah Makam.

"..... Kali ini, aku akan maauk, berdoalah agar aku bisa kembali dengan selamat."

"Aku akan terus berdoa sampai telinga Buddha berdarah."

Mengantar kepergiannya dengan kata-kata tersebut, Subaru menyaksikan punggung Emilia menghilang di dalam Makam. Kemudian, di awali dari pintu masuk, satu persatu cahaya pun bersinar, seperti yang terjadi pada Subaru saat memasuki Makam pagi tadi.

Dan begitulah, langkah kaki Emilia menyusuri masuk ke dalam Makam. Sepertinya Ujiannya akan mengambil tempat jauh di dalam lorong. Bahkan lebih jauh dari apa yang Subaru lihat pagi tadi saat memaksa matanya untuk melihat ujung lorong.

"Kekhawatiran tergambar jelas di wajahmu, nak!"

Lalu, berjalan di samping Subaru yang seluruh kekhawatirannya terlihat dari matanya, seorang gadis kecil.... atau orang dewasa yang hidup di dalam tubuh yang terlihat seperti gadis kecil, Lewes, memanggilnya. Tidak cocok dengan sosok kekanakannya dan manis, apa yang menghiasi wajahnya adalah senyum yang terlihat sudah berumur dan tua.

"Semuanya akan baik-baik saja, tidak perlu khawatir. Ujian atau nama berlebihan apapun yang kau sebut, itu bukanlah sesuatu yang bisa membahayakan nyawa atau semacamnya."

"Kau tahu tentang isi Ujiannya?"

"Aku sudah pernah mengikutinya sendiri. Menjadi darah campuran dan memiliki kualifikasi, hal itu sangatlah wajar. Meskipun pada akhirnya, aku tidak lulus.... lihat, aku masih baik-baik saja dan sehat."

Lewes melakukan sebuah lompatan kecil di tempat dia berdiri untuk menunjukan kalau dia masih sehat. Dan melihat Lewes mencoba menggunakan gerakan yang terlihat manis itu untuk mengusir kecemasannya, dari dalam lubuk hatinya, Subaru sangat menghargai perhatian Lewes, dan,

"Lalu, apakah itu alasannya kenapa kau menjadi seorang Loli di luar dan nenek tua di dalam? Jika Emilia-tan menjadi Loli, Emilia-tan masih akan terlihat manis, tapi apa Emilia-tan akan benar-benar menjadi seperti itu?"

"Aku benar-benar bodoh menanggapimu cukup serius untuk tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Kau tahu, Su-bo, kau itu mirip seperti Gar-bo, sama sekali tidak tahu bagaimana caranya menghormati orang tua."

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Sebenarnya, aku merasa jauh lebih baik sekarang. Aku membuatmu khawatir, maaf soal itu."

Melihat Subaru menundukan kepalanya, Lewes mendesah, menggelengkan kepalanya mengatakan "Kenapa kau tidak mengatakan hal itu sejak awal?", dan berpura-pura mengusap air mata yang sebenarnya tidak ada menggunakan lengan bajunya yang panjang dan tidak memiliki pergelangan tangan,

Menunggu, dan menyaksikan semua ini dari samping, Garfiel menyilangkan tangannya dengan ekspresi keras, lalu, dia dengan hening menoleh untuk melihat ke arah Makam. Tak disangka, Otto dan Ram terlihat sedang terlibat percakapan mengenai sesuatu, dan sepertinya mereka sudah membuat pemahaman seorang teman sampai ke tingkat tertentu.
Bagi Subaru, yang hanya memiliki sedikit pembicaraan ramah dengan Ram, menyaksikan pemandangan ini, adalah sesuatu yang sangat besar.

'Aku harus melakukan sesuatu. Aku lebih baik meminta Otto mengajari teknik khusus untuk berbicara dengan Ram tanpa membuatnya kesal', Subaru diam-diam bersumpah di dalam hatinya, sebelum sekali lagi mengalihkan perhatiannya pada Makam.
Tanpa disadari, tangan Subaru sudah berada di depan pinggangnya, menggosokkan ibu jarinya satu sama lain seolah-olah sedang berdoa.

Memang sangat menyakitkan, tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu. Dibanding ditinggalkan dan menunggu seperti ini, akan jauh lebih mudah kalau dia mengambil Ujian itu sendiri.

Namun, ketika pemikiran sombong tersebut terlintas dalam pikirannya, bersamaan dengan hal itu, sebuah perubahan tiba-tiba terjadi di hadapan Subaru.

"........."

Melihat perubahan ini, di saat yang sama, semua orang yang hadir juga tersentak,
Berulang kali mengedipkan mata, layakya respon yang diberikan saat kegelapan tiba-tiba menyebar setelah satu-satunya sumber cahaya menghilang, bagaimanapun,

"Cahaya di dalam Makam padam?"

"Ketika Ujiannya masih berlangsung, cahayanya seharusnya tetap menyala..."

"Maksudmu, mereka tidak seharusnya padam?"

Melihat ke arah Lewes yang dianggap tahu segalanya, bahkan mata kecilnya yang bijaksana itu pun terlihat bingung dengan situasi ini. Hal ini sudah lebih dari cukup untuk memberitahu Subaru kalau situasi ini sama sekali tidak berada dalam ekspektasi mereka.
Entah itu Garfiel yang membuka tangannya yang menyilang dan berlari, Ram yang mengernyitkan dahinya, ataupun Otto yang panik, nampaknya tidak ada seorang pun yang memiliki petunjuk mengenai hal ini.

"Su-bo? Kau tidak memiliki Kualifikasi. Makamnya tidak akan membiarkanmu masuk..."

"Aku sudah memperhatikan kuliahnya dengan benar, jadi aku juga memiliki Kualifikasi, kau tahu..... Biarkan aku melihat ke dalam, tidak peduli bagaimana keadaan Emilia, aku pasti akan mengeluarkannya."

Dia tidak mungkin hanya akan diam berdiri dan menunggu.
Di saat yang sama ketika Subaru tanpa takut melangkahkan kakinya ke dalam Makam, cahaya yang ada di lorong pun menyala sekali lagi tepat seperti ketika Emilia masuk ke dalam.
Merasakan Lewes dan Garfiel yang tersentak di belakangnya, sebelum mereka bisa mengatakan apa-apa untuk menghentikannya, Subaru sudah berlari masuk ke dalam Makam.

Lorongnya masih dipenuhi dengan debu, satu tarikan napas saja sudah cukup untuk membuat paru-paru terasa tidak nyaman.
Langkah kaki Subaru menggema, menghentak lantai dengan keras, Subaru semakin masuk ke dalam lorong... semakin masuk ke dalam Makam.

"Sialan, aku mengacaukannya. Kenapa aku membiarkan diriku berada di belakang seperti kartu truf dan menunggu sampai semuanya menjadi tidak beres, harusnya aku masuk ke dalam bersama dengan Emilia, Aaaaaaaahhh...."

Dengan penyesalan yang meluncur keluar dari bibirnya, Subaru berlari.
Lalu, tiba-tiba, saat dia melihat cahaya yang mencapai ujung lorong, Subaru sampai di sebuah ruangan kecil.

Menyeret langkahnya yang terhenti, Subaru melihat sekeliling ruang kecil tersebut. Meskipun itu juga bisa disebut kamar, tempat itu lebih terlihat seperti ruangan berbentuk kotak aneh dengan keempat sudutnya yang terukir. Tanpa ada perabot apapun, di sana hanya terdapat sebuah pintu yang dihiasi dengan lampu berwarna putih cyan.

..... Dan di atas lantai di depan pintu tersebut, terdapat seorang gadis berambut perak terbaring di sana.

"..... Emilia."

Berteriak, Subaru langsung berlari menuju tubuh yang tergeletak tersebut.
Mengangkat sosok lembut Emilia dengan menggunakan lengannya, tidak peduli apa yang terjadi, dia pasti akan mengeluarkan Emilia dari sini....

".... Pertama-tama, kau harus menghadapi masa lalumu~"

Di momen berikutnya, sebuah sensasi seperti ada sesuatu yang berbisik di sebelah telinganya, merangsek ke dalam kesadaran Subaru. Suara apa itu, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu.

Jatuh dengan lututnya, tidak bisa bergerak, tubuh Subaru pun roboh layaknya boneka. Meluncur di atas lantai karena momentum tersebut, tubuh Subaru terkapar di tanah di samping Emilia.
Kemudian, terbaring di sebelah Emilia yang tak sadarkan diri, kesadaran Subaru pun juga terseret masuk ke dalam keadaan tidak sadar.....


XxxxX


..... Mulai terbangun dari tidurnya, Subaru menarik napas seolah sedang menjulurkan kepalanya keluar dari permukaan air. Itu adalah sensasi yang terasa ketika keluar dari lautan tidur, begitu mendambakan kenyataan, layaknya tubuh mendambakan udara....

"GUMMMMOOOOO..... NINGU, SON!!"

"WaaaAHMMURABI HO-TEN!"

Sapaan puitis pagi tersebut, menyerangnya dengan sebuah dampak penghancur.
Merasakan rasa sakit dari sebuah beban yang menekan tubuhnya dan memeras seluruh udara keluar dari ususnya, tubuh Subaru yang baru terbangun meloncat keluar dari ranjang bersama dengan beban tersebut, sebelum akhirnya jatuh ke dalam serangan batuk yang ganas.

"Oyoyoyoy, apa ini apa ini. Ini kan hanya TINDIHAN cinta yang biasanya untuk membangunkanmu. Kecerobonmu benar-benar MEMBARA kali ini."

"Gahk, ehk.... apa yang kau harapkan.... dari musuh yang sedang tertidur.... ayolah!!"

Apa-apaan yang terjadi di sini, Subaru mengangkat wajahnya dengan air mata di matanya. Dan di sana, orang yang berdiri di hadapan tubuh Subaru yang setengah terjulur, menolehkan kepalanya.

"Apa-apaan itu. Kau seperti baru saja melihat ayah paruh bayamu yang telanjang bulat di pagi hari, kau!!"

Kata pria itu sambil menunjukan sebuah POSE, dia adalah ayah paruh baya Subaru yang separuh telanjang di pagi hari.... Natsuki Kenichi, tertawa dengan sepenuh hati, dan memberkati anaknya yang terbangun dari tidurnya.


---End of Chapter 15---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..


Previous
Next Post »
8 Komentar
avatar

Lanjutkan gan update'y!! :'v

Balas
avatar

asiik bokapnya subaru dah muncul :v

Balas
avatar

kayaknya subaru pulang kampung mind

Balas
avatar

Semua yg dialami sama Subaru selama in cuman mimpi.. :v

Balas
avatar

Bazeeng cuman mimpi ternyata

Balas
avatar

Akhirnya Ujian subaru dimulai :v
Btw nunggu emilia,rem,dan echidna didunia subaru :v

Balas
avatar

Ending nya greget njerrr apa apa an ini

Balas