Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 1 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 1 : Raja Iblis, Kehilangan Pijakannya -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 1 Bahasa Indonesia


Chapter 1 : Raja Iblis, Kehilangan Pijakannya.

Berbagai makanan mewah yang tidak biasanya ada di medan perang, sama sekali tidak bisa mengundang selera makan Emi.

Tanpa memikirkan perasaannya, dia tidak mungkin bisa terus maju jika dia tidak makan. Tapi, meski sudah mengetahui hal tersebut, dia tetap tidak ingin makan.

Ini aneh, sebelum ditahan oleh Olba dan menjadi komandan Fangan Milita, Emi tidak tahu kalau Ente Isla memiliki makanan istemewa nan lezat seperti ini.

Ini bukan hanya sekedar karena dia tidak pernah memakan mereka.

Melainkan karena ia tidak tahu kalau makanan seperti itu ada.

Emi lahir di sebuah desa pertanian di Benua Barat, dan meski ia memiliki rumah yang hangat, kondisi ekonomi mereka tidaklah terlalu berada, bahkan, sebelum dunia diserang oleh Pasukan Raja Iblis, pada dasarnya Emi tidak pernah pergi meninggalkan desa.

Meski Emerada dan Olba memiliki kedudukan sosial yang tinggi, saat Emi mengelilingi dunia sebagai sang Pahlawan, mereka malah lebih sering menabung uang milik mereka, jadi jika mereka tidak menerima kebaikan dari keluarga raja, bahkan memakan satu jamuan makan seperti rakyat biasa perbulan pun tidak bisa dijamin.

Memikirkan keragaman makanan dalam kehidupannya, dibandingkan 16 tahun tinggal di Ente Isla, waktu yang dia habiskan selama satu tahun lebih di Jepang itu terasa jauh lebih beranekaragam dan berlimpah.

Saat ini, tiga hidangan yang dihidangkan kepada Emi dan Alas Ramus mungkin semuanya dimasak oleh chef kelas atas menggunakan bahan berkualitas tinggi. Keindahan makanan-makanan ini, jika dibandingkan dengan makanan yang Emi makan saat berpetualang dulu ataupun makanan normal di Jepang, itu hanya akan terasa menggelikan.

Meski begitu....

"Mama, ini beda dengan sup jagung yang Suzu nee-chan masak."

Alas Ramus baru meminum sesuap supnya, sebelum mengernyit dan menunjukkan ketidaksukaannya.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan nasi goreng yang ada di sana?"

Emi menyendok hidangan gandum goreng yang mirip seperti nasi goreng ke dalam sebuah kotak kecil dan membujuk Alas Ramus untuk memakannya. Meskipun itu sangat berbeda dengan nasi goreng yang ada di Jepang, tapi tak ada cara lain untuk mendeskripsikannya.

Namun, baru saja Alas Ramus memakan sesuap, dia langsung merespon secara terang-terangan,

"Ini berbeda dengan buatan Alsiel."

"Aku tahu, tapi sekarang, hanya ada ini yang bisa dimakan. Bisakah kau menahannya dulu?"

Sepertinya, bagi Alas Ramus, bahkan makanan Afashan yang begitu mewah pun, sama sekali tidak bisa menandingi makanan rumahan yang dibuat di dapur sederhana di apartemen Jepang.

"Bagaimana kalau ayam goreng ini? Kau suka ayam goreng kan? Biar kubantu kau memotongnya kecil-kecil...."

Emi mencoba memotong ayam goreng tersebut menjadi potongan kecil-kecil, tapi Alas Ramus langsung menolaknya bahkan tanpa mencicipinya lebih dulu.

"Chi nee-chan bisa membuat yang lebih enak!"

Sebagai seorang mama, menghadapi reaksi semacam ini dari Alas Ramus, harusnya Emi langsung menegurnya, menasehatinya agar tidak pilih-pilih makanan.

Tapi Emi tidak memiliki energi untuk melakukan hal demikian.

Karena tanpa Alas Ramus menegaskannya pun, Emi juga sepenuhnya setuju.

Tak peduli seberapa berkelasnya bahan dan chef tersebut, kalau meja makannya dingin dan suram, mood untuk mencicipi suatu makanan juga pasti akan berkurang.

"Tapi kalau kau tidak makan, kau pasti akan lapar saat malam. Makanan-makanan ini seharusnya tidak buruk, kan? Makanlah sedikit lagi."

"Uuuu...."

Kata-kata Emi membuat Alas Ramus menatap makanan yang ada di hadapannya dengan wajah pahit.

Dalam hal ini, Alas Ramus itu persis seperti anak-anak normal lainnya, kalau mereka menemui sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka terkadang akan jadi sangat keras kepala.

Tapi masalah kali ini kebetulan adalah makanan, tak peduli betapa bencinya gadis itu dengan keadaan ini, dia tidak boleh tidak makan sama sekali.

Jadi Emi dengan gegabah menjanjikan sesuatu,

"Hey, Alas Ramus, ketika kita pulang nanti, kita minta Bell dan Alsiel memasak, ya? Jadi sekarang....."

"Kapan kita bisa pulang?"

Kata yang tak sengaja dia ucapkan, berubah menjadi sebuah serangan dan balik menghantam Emi,

"......"

Dia tidak bisa pulang.

Dia bahkan tidak bisa memenuhi hal itu di dalam mimpinya.

Emi menatap berbagai makanan yang ada di depannya dengan mata berkaca-kaca.

"Makanan yang bisa dimakan tanpa melakukan apa-apa.... rasanya memang tidak enak."

Emi memanggil batas kekuatan mentalnya untuk menghentikan air matanya yang ingin tumpah, dia memalingkan wajahnya menghindari tatapan Alas Ramus, dan....

"Tapi.... kita tetap harus makan."

Dia membujuk Alas Ramus, dan terus memakan makanan yang tidak bisa dia nikmati sama sekali.


XxxxX


Sebagai bukti bahwa ayahnya masih hidup.... ladang gandum di kampung halaman Emi sampai sekarang ternyata masih bertahan. Kemudian, Emi dipaksa untuk berpartisipasi dalam sebuah pertempuran melawan kehendaknya.

Emi ditangkap oleh Olba dan Raguel untuk menjadi kekuatan tempur. Mereka memaksa Emi untuk menjadi komandan Milita yang akan membebaskan Afashan dari tangan para iblis, dan mengangkatnya sebagai simbol harapan untuk membasmi Malebranche yang mendiami Ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy.

Tapi dari apa yang Emi ketahui, orang yang sebenarnya membawa Malebranche ke Afashan adalah Olba sendiri, jadi Emi sama sekali tidak paham tujuan sebenarnya dari Olba dan yang lainnya.

Di sisi lain, Ashiya yang dibawa ke Ente Isla oleh Gabriel, juga dipaksa untuk mengendalikan Azure Sky Canopy sekali lagi sebagai Jenderal Iblis Alsiel.

Jika Ashiya tidak menurutinya, tidak hanya dia sendiri, bahkan Malebranche yang datang ke Afashan karena rencana Surga dan Maou yang ada di Jepang pun, akan berada dalam bahaya.

Ketika situasi berkembang ke titik di mana Milita yang dipimpin oleh Emi, dan pasukan Malebranche Azure Sky Canopy yang dipimpin oleh Ashiya terlibat dalam konflik sengit di Afashan, Maou dan Suzuno, bersama dengan eksistensi yang sama dengan Alas Ramus, yaitu Acies Ara, tiba di Ente Isla untuk menyelamatkan Emi, Ashiya, dan Alas Ramus.

Agar tidak ditemukan oleh musuh mereka yang sebenarnya, yakni para malaikat... Maou, Suzuno, dan Acies memilih mendarat di tempat yang cukup jauh dari medan pertempuran utama, mereka kemudian melintasi Benua Timur menggunakan moped sambil mengumpulkan informasi, bergegas menuju Azure Sky Canopy.

Selama perjalanan, Suzuno menyadari kalau situasi sekarang ini itu sedikit aneh, meski Benua Timur dikuasai oleh para Iblis, atmosfer seluruh penduduk di sana tidaklah sesuram saat Pasukan Raja Iblis menyerang dulu. Ditambah lagi, dia juga menginterogasi Maou mengenai informasi tentang sifat para iblis, dan dari sana, dia mendapatkan sebagian kebenaran tentang Dunia Iblis.

Kebetulan, Maou dan Suzuno bertemu dengan rekan lama Emi, yaitu Alberto, dan dari informasi yang dia berikan, mereka tahu kalau lokasi Emi saat ini adalah bersama Milita yang merangsek maju menuju ibukota, kemudian untuk mengakhiri semuanya, mereka bertiga mulai mendiskusikan solusi.

Meski dia adalah seorang Raja Iblis, Maou kini bisa menggunakan pedang suci setelah bergabung dengan Acies, dan kekuatan itu seharusnya adalah kunci terakhir dalam masalah ini.

Tapi karena alasan yang tak diketahui, Maou dan Acies malah tidak bisa memanggil pedang suci, lupakan kekuatan non-sihir iblis dan non-sihir suci yang terlihat saat dia menyelamatkan Chiho dan sekolahnya, pada akhirnya, Maou bahkan memuntahkan apa yang seharusnya tidak dimuntahkan.

Sihir suci Emi dan pedang suci Alas Ramus. Sihir iblis Maou dan pedang suci Acies Ara.

Kekuatan yang awalnya begitu dahsyat ini sekarang telah tersegel, harapan mereka untuk mengakhiri ini dengan cepat juga telah hancur, hal itu membuat Maou yang hanya mengajukan cuti selama satu minggu, khawatir apakah lubang besar benar-benar akan menganga di jadwal kerja MgRonald.


XxxxX


Pusat Benua Timur Ente Isla, dikenal sebagai area Ibukota Kerajaan, Azure Sky Canopy. Di sebuah penginapan di desa yang dikenal dengan nama satellite city, Maou, di dalam kamar yang redup, menggeretakkan giginya frustasi dan menatap tajam ke arah dua orang yang sedang memandanginya.

"..... Minta maaflah!"

"Kenapa kau mengatakan itu tanpa sebab ataupun alasan sama sekali?"

"Tidak penting. Kalian berdua hanya perlu minta maaf padaku."

"Apa sih yang kau katakan?"

"Kalian berdua telah melakukan sesuatu yang artinya jelas-jelas meremehkanku, kau pikir aku akan membiarkannya begitu saja?"

"Bilang meremehkan itu terlalu kasar. Ini kami susun karena kami khawatir padamu."

Kamazuki Suzuno yang tidak mengenakan kimononya yang biasa, melainkan memakai jubah Gerejanya, berbicara dengan jengkel.

"Bell benar, Raja Iblis."

Pria berotot dengan tubuh besar yang akan membuat mereka terlihat seperti pasangan orang dewasa dan anak kecil ketika disandingkan dengan tubuh kecil Suzuno.... Pendeta Seni Sihir, Alberto Ende, mengangguk setuju.

"Apa maksudmu mengkhawatirkanku? Ini pertama kalinya aku mengalami penghinaan semacam ini."

"Biarpun kau bilang begitu....."

Alberto menggaruk wajahnya dengan ekspresi kesusahan.

"Raja Iblis, selama dua hari ini, selain makan dan tidur, pada dasarnya kau tidak melakukan apa-apa, kan?"

"Alberto, kau membuatnya terdengar seolah aku tak ada bedanya dengan Urushihara.... Kata-kata itu tak bisa dikatakan dengan ceroboh."

"Urushihara?"

Alberto menoleh ke arah Suzuno untuk mencari bantuan, tapi Suzuno hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.

"Mau bagaimana lagi. Besok, kita akan sampai di wilayah utama Ibukota Kerajaan, Menara Kastil Azure Sky Canopy. Kita akan masuk ke dalam markas utama musuh. Tapi......."

Setelah mengucapkan hal tersebut dengan pahit, Suzuno mengalihkan pandangannya dari Maou.

Acies yang masih memiliki remah-remah ikan asam manis yang ia makan siang tadi di sekitar mulutnya, tertidur pulas di sebuah ranjang sederhana namun bersih.

"Raja Iblis, kau yang sekarang tidak bisa berkontribusi kekuatan tempur apapun, tapi jika sesuatu terjadi padamu, kau akan membuat Chiho-dono dan Alas Ramus sedih. Karena itulah, kami memintamu untuk tetap berada di penginapan ini."

"...... Sial."

Secara verbal dihantam tepat pada sasarannya, Maou menggeretakkan giginya dan memukul dinding dengan kuat.

"Ugh!"

Karena rasa sakit dari tinjunya, Maou mengeluarkan suara kesakitan samar.

"Hey, Raja Iblis, kami bilang begini demi kebaikanmu sendiri, tetaplah di sini dan tunggu! Jika kau berkekuatan penuh, pukulan tadi pasti sudah menghancurkan beberapa jalanan. Tapi saat ini kau bahkan tidak bisa melubangi dindingnya. Kalau seperti ini, begitu kita menghadapi pertempuran, jangankan Olba, kau bahkan tidak akan bisa menang melawan Kesatria Jokokin."

"Uggghhhhh."

Meski tidak setingkat Emi, pria bernama Alberto ini juga termasuk salah satu musuh Maou.

Tapi Maou saat ini dinasehati oleh orang itu dengan tatapan kasihan, sebagai Raja Iblis, hanya kata penghinaan yang cocok untuk mendeskripsikan kejadian ini.

"Hey, Acies!"

"Ygah?"

Dikeluarkan dari rencana pertempuran, adalah sebuah penghinaan yang tidak boleh terjadi pada Raja Iblis, Maou yang tidak tahan menghadapi hal ini, menarik Acies yang tertidur setelah memakan makanannya, memegang tali bahu pada bajunya dan mengguncang-guncang tubuhnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sihir iblisku tidak kembali? Dan apa yang terjadi pada kekuatan yang kau gunakan di sekolah Chi-chan? Ini saatnya kau menjawab semuanya."

"........"

Acies yang tiba-tiba terbangun, membiarkan dirinya diguncang-guncang oleh Maou dengan tatapan malas, kemudian di saat yang sama ketika Maou berhenti berteriak, Acies menggumam,

"...... Udang."

"Udang? Ada apa dengan udang?"

"Kalau aku bisa makan udang panggang dengan garam, aku mungkin akan tahu."

"......."

Maou menatap Acies yang bermata ngantuk dengan kesal dan perlahan mengangkat tinjunya, melihat hal tersebut, Suzuno langsung memegangi tangan Maou dengan seluruh tenaganya.

"Tu-tunggu Raja Iblis! Jangan! Aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi kau tidak boleh melakukan itu!"

"Lepaskan aku Suzuno! Ini adalah zamannya kesetaraan gender."

"Meski dengan kesetaraan gender pun, ini bukan sesuatu yang bisa kau lakukan dengan harga dirimu sebagai taruhannya."

"Karena ada pemikiran seperti itulah, makanya saat ini tidak ada gerbong kereta khusus pria."

"Meski kau bepergian dengan sepeda!!??"

Keduanya saling berselisih selama beberapa saat, tapi kekuatan Maou kini bukanlah tandingan bagi Suzuno.

Ketika Maou menyerah dan mengendurkan tangannya yang menggenggam Acies....

"Tsk, aku gagal.... Pwah!"

Tak ada kata penutup yang lebih menyebalkan daripada kata-kata itu, setelah menjatuhkan bom tersebut, Acies kembali ke alam mimpi.

Karena Maou, yang api amarahnya kembali membara, berniat memukul Acies yang sedang tertidur, kali ini giliran Alberto yang menghentikannya.

"Sakiiit!! Aku mengerti! Aku paham!!"

Meski Suzuno saja sudah cukup kuat, dari perawakan Alberto, bisa dilihat kalau dia adalah pria yang memiliki kekuatan besar.

Dengan kedua tangannya dipegangi oleh dua prajurit hebat, sang Raja Iblis yang memiliki ambisi menguasai dunia, menjadi tidak bisa menahan air matanya dan menekan niat membunuh yang dia miliki terhadap Acies.

"Serius ini, tidak bisakah kalian sedikit menahan diri.... Ah! Sakit...."

Maou meregangkan bahunya yang hampir bengkok ke arah yang tak diinginkan, dia menatap mereka berdua dengan gelora yang jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya, tapi Maou tahu betul maksud dari tatapan keduanya.

"Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi?"

Maou mengernyit saat melihat tangannya, ia mengepalkan dan membuka tangannya berulang-ulang.

Sihir iblisnya tidak kembali.

Fakta ini adalah sebuah syok bagi Maou, dan juga merupakan masalah tak terduga bagi Suzuno.

Jika mereka ingin membawa Emi dan Ashiya kembali ke Jepang, mereka harus bertarung melawan para Malaikat Agung apapun yang terjadi.

Setidaknya sampai saat ini, mereka sudah memastikan keterlibatan Gabriel dan Kamael, mereka juga pernah bertarung melawan keduanya.

Meski Suzuno cukup percaya diri dengan kemampuannya, dia tetaplah jauh lebih lemah dibandingkan Emi bahkan sebelum Emi bergabung dengan Alas Ramus.

Kalaupun dia bertarung satu lawan satu dengan Alberto, dia mungkin tidak akan bisa menang.

Namun, bahkan Alberto juga tidak bisa menandingi kecakapan Emi sebelum ia bergabung dengan Alas Ramus.

Tanpa kekuatan Maou, Suzuno tidak berpikir kalau mereka akan bisa melawan dua Malaikat Agung.

Tapi berbicara tentang apakah mereka bisa kabur dari Ente Isla setelah berhasil menghubungi Emi dan membiarkan Emi memukul mundur para musuh dengan kekuatan yang melebihi seorang Malaikat Agung, itu juga tidak sesederhana kedengarannya.

Jika hal ini bisa menyelesaikan semuanya, Emi pasti sudah menyelesaikannya sendiri.

Masalah kali ini, tidak akan bisa diselesaikan semata hanya dengan membawa Emi dan Ashiya kembali ke Jepang, selain mengembalikan situasi tempat mereka berdua terlibat kembali ke kondisi awal, mereka juga harus memikirkan cara mencegah berbagai faksi mengirim orang-orangnya untuk mengejar mereka ke Jepang.

Ini bukan hanya sekedar menyingkirkan musuh yang merugikan teman mereka, melainkan mereka juga harus melakukan manajemen pasca perang, sehingga berbagai faksi tidak akan lagi memanfaatkan Emi atau Ashiya dalam masalah politik dan militer.

Dalam operasi penyelamatan ideal yang Suzuno rencanakan, selain pertempuran, manajemen pasca perang juga bergantung besar pada Maou yang menggunakan pedang suci Acies.

Namun, lupakan soal pedang suci, karena Maou bahkan sudah merasa tidak enak hanya dengan memunculkan pisau buah seperti yang ada di toko 100 yen, Suzuno hanya bisa percaya pada hal terbaik berikutnya dan bekerja sama dengan Alberto, si kekuatan tempur yang tak terduga, untuk membereskan situasi ini.

"Raja Iblis, jangan terlalu khawatir. Ini bukan kesalahanmu. Khawatir tidak akan menyelesaikan apa-apa."

"Tapi... Kalau begini, untuk apa aku repot-repot mengambil cuti hanya untuk datang ke sini? Kalau seperti ini, bukankah aku hanya datang untuk melihat-lihat, makan, dan tidur?"

Sepertinya di kepala Maou, dia menempatkan kekacauan besar yang melanda kelima benua Ente Isla dan seluruh Benua Timur, di level yang sama dengan pengurangan jadwal kerjanya. Tapi Suzuno menggelengkan kepalanya pelan dan mengatakan,

"Tak ada yang mengharapkan hal seperti itu terjadi. Dan jika kau tidak berakhir ke keadaanmu saat ini, aku, Chiho-dono, dan Lucifer tidak mungkin akan selamat dengan nyawa kami di hari itu. Dari sudut ini, situasi sekarang tidaklah percuma. Jadi hentikan kekesalanmu ini. Karena kau adalah seorang Raja, jangan batasi pandanganmu hanya pada hal yang ada di hadapanmu, tapi lihatlah gambaran besarnya."

"Tapi...."

"Aku tidak ingin kau mengesampingkan fakta bahwa kau tidak bisa menggunakan kekuatan apapun, dan kemudian menyakiti dirimu sendiri di medan tempur. Tunggulah kepulangan kami di sini, kami pasti akan membawa kembali Emilia, Alas Ramus, ayah Emilia, dan Alsiel dengan selamat."

"...... Suzuno."

Suzuno berlutut di depan Maou, yang mana sedang duduk di ranjang, ia menatap mata Maou, memegang tangannya seolah sedang memberi nasihat, dan berbicara dengan penuh tekad,

"Meski Emilia dan aku selalu bilang kalau kami adalah musuhmu, pada akhirnya kami selalu bergantung pada kekuatanmu untuk mengatasi kesulitan apapun. Kali ini, biarkan aku menebus diriku. Dan di saat yang sama, anggap ini sebagai permintaanku sebagai Jenderal Pasukan Raja Iblis yang baru."

"Yang benar saja, kau hanya menggunakan gelar itu saat menguntungkan buatmu."

"Karena kurang lebih aku tahu kalau kau tidak handal dalam menangani metode ini."

Suzuno, menaikkan sudut bibirnya dengan ceria, berdiri dan membuat keliman jubahnya melambai.

"Dan semestinya, bos itu tetap berada di tempat yang aman, dan dengan angkuh menyaksikan pertunjukan para bawahannya."

"Aku benci itu."

"Terkadang menghadapi apa yang kau benci, itulah yang namanya hidup."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di Jepang.... tapi biar kukatakan hal ini dulu, aku tidak berniat bergabung dengan Pasukan Raja Iblis."

Mungkin karena obrolan empatik yang aneh antara Maou dan Suzuno membuat Alberto merasa tidak nyaman, dia dengan cepat mengklarifikasi hal tersebut.

Alberto memang mau menerima Emi tinggal di Jepang, tapi bekerja sama dengan Raja Iblis Satan tetaplah pengecualian dari banyak pengecualian.

"Aku tahu. Kami hanya kebetulan ingin membebaskan Emi dari hal-hal yang merepotkan. Tapi di situasi sekarang, memiliki banyak rekan dengan tujuan yang sama itu pasti akan lebih baik, kan?"

"Rekan.... ya. Ketika kau mengatakannya, perasaanku jadi campur aduk."

Kata Alberto sambil mengangkat bahu, tapi dari ekspresinya, dia tidak terlihat membencinya.

"Ngomong-ngomong, aku punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu sejak dulu."

"Huuh?"

"Kenapa kau mengizinkan Emi untuk tidak mengalahkanku, dan membiarkan dia tetap berada di Jepang? Meskipun kau ingin menghormati keinginan Emi, harusnya ada batasnya kan? Setelah Olba dan Lucifer membuat kekacauan di Jepang, selama beberapa waktu, dibandingkan Emi, aku lebih takut kalau kau dan Emerada akan datang membunuhku tanpa sepengetahuan Emi."

"Hm, ini tidak seperti kami tidak pernah membicarakan hal itu sebelumnya."

"Jadi kau benar-benar memikirkan hal seperti itu ya."

Maou mengernyit karena Alberto mengakui rencana pembunuhan tersebut, adapun Alberto sendiri, dia menatap Maou dengan ekspresi geli.

"Meski aku tidak tahu bagaimana Em menilai masalah ini, tapi aku juga punya alasanku sendiri untuk menyerah memerangimu tanpa memberitahu Emilia. Tentu aku ingin menghargai keinginan Emilia, tapi selain itu...."

Alberto berjalan ke arah Maou dan menepuk pundaknya dengan cukup kuat.

"Ow! Apa yang kau lakukan?"

"Kau harus berterima kasih pada nona muda Sasaki dan si Adramelech itu."

"Chi-chan dan..... Adramelech?"

Maou merasa bingung karena nama Chiho dan nama Jenderalnya yang sudah lama mati, yaitu Adramelech tiba-tiba disebut, tapi Alberto tidak melanjutkan penjelasannya, menggelengkan kepalanya, dan mengatakan,

"Karena kami sudah memutuskan untuk pergi, maka sekaranglah saatnya berangkat. Kita memang berada di depan mereka, tapi Fangan Milita sudah mencapai wilayah yang berjarak satu sampai dua hari jauhnya dari pusat ibukota. Jika Emilia benar-benar berada di dalam Milita, maka kita harus menerobos masuk Menara Kastil Azure Sky Canopy sebelum Milita yang menuju ibukota membuat kekacuan. Dari jaraknya saja, waktu sudah semakin mepet. Raja Iblis, tetaplah berada di sini bersama nona pedang suci itu."

Usai mengucapkan hal tersebut, Alberto melirik ke arah Maou yang terkejut dan meninggalkan kamar penginapan.

Meski semuanya disebut sebagai Ibukota Kerajaan Azure Sky Canopy, rentang cakupannya masihlah sangat luas.

Tujuan Suzuno dan Alberto... Area Pusat di mana Menara Kastil Azure Sky Canopy berada, berisi para Pasukan Kesatria Hakin tingkat atas yaitu Seisokin, Josokin, Seisuikin, Josuikin. Ada pula pejabat berpangkat tinggi, anggota keluarga raja, para bangsawan, dan kedutaan besar dari pemimpin klan yang bersumpah setia pada Unifying Azure Emperor. Dengan kata lain, tempat ini adalah wilayah bangsawan kelas atas, dan karena wilayah ini menjadi tempat tinggal para pejabat dan para bangsawan benua, wilayah ini pun memiliki tanah yang luas.

Sekalipun para Kesatria itu berangkat dari Menara Kastil dengan kecepatan normal, mereka juga butuh lebih dari satu hari untuk meninggalkan Area Pusat dengan berjalan kaki.

Lalu area yang membentang dari dan mengelilingi Area Pusat dikenal dengan nama Area Komersial, ini adalah tempat di mana para pebisnis, orang kaya, dan Pasukan Kesatria Hakin yang lebih rendah yaitu, Seitokin, Jotokin, Seikokin
, dan Jokokin tinggal, dan biasanya butuh satu hari baris-berbaris untuk melewati area ini.

Sedangkan untuk Area Pusat dan Area Komersial, karena alasan segmentasi dan pertahanan, dinding kota pun dibangun di segala arah, dan satu bagian dindingnya, dengan wujud Dinding Besar, bahkan membentang sampai area luar daerah perbatasan kota, tempat itu dikenal dengan Area Industri Pertanian.

Dinding Besar yang membentang ke arah timur laut, barat laut, barat daya, dan tenggara ini, sudah menjadi bangunan yang terkenal megah bahkan sebelum Unifying Azure Emperor mulai menguasai kerajaan ini.

Sisi dari Dinding Besar yang membentang ke sisi barat benua memang sudah menunjukan tanda-tanda usang dan rusak karena keamanan yang lebih baik, sedangkan Dinding Besar yang membentang ke sisi timur, karena Unifying Azure Emperor khawatir jikalau para pemberontak dari ras asing menimbulkan keresahan sipil di Afashan, setiap beberapa tahun, dia selalu mengumpulkan orang dari seluruh benua menggunakan alasan proyek pembangunan besar untuk merawat sisi dinding tersebut. Dan sekarang dinding itu menjadi dinding kota yang kokoh.

Area Pertanian yang berada di pinggiran ibukota, adalah area yang lebih luas jika dibandingkan dengan Area Pusat dan Area Komersial. Produk-produk pertanian dan industri yang dihasilkan di sana, tidak hanya dikirim ke ibukota, tapi juga didistribusikan ke berbagai wilayah di benua.

Penginapan tempat Suzuno dan Alberto menempatkan Maou, berada di sebuah desa di luar Area Pertanian. Jalan utama yang menyebar dari Ibukota Kerajaan ke seluruh Benua Timur dikenal dengan nama 'Jalur Kerajaan', penginapan itu berlokasi di area dekat Jalur Kerajaan tersebut, sebuah tempat seperti penginapan pinggir jalan.

Sebelum benar-benar diputuskan kalau ia akan ditinggalkan, Maou memandangi peta kawasan sekitar Ibukota Kerajaan.

"Kalau dipikir-pikir, kereta dan mobil itu benar-benar luar biasa ya... dari sini sampai Area Pusat Ibukota itu kira-kira sama dengan jarak Keio-hachioji ke Shinjuku, benar? Jangankan setengah hari, tempat itu bahkan bisa dicapai kurang dari dua jam. Tapi tentunya orang-orang tidak akan mau berjalan dari pusat kota ke Hachioji."

Alberto sangat terkejut setelah mendengar kata-kata Maou.

Semenjak mereka bertemu dengan Alberto di perbatasan desa Honfa, perjalanan Maou, Suzuno, dan Acies sangatlah lancar sejauh ini.

Berkat kereta pedagang yang Alberto siapkan, Maou dan yang lainnya bisa bergerak dari desa Honfa ke perbatasan Azure Sky Canopy tanpa dicurigai ataupun harus menggunakan moped yang sebelumnya mereka khawatirkan.

Bagaimanapun, Alberto itu berbeda dengan Maou dan Suzuno, tindakannya sama sekali tidak terbatasi.

Suzuno pernah dengar dari Emi kalau Alberto ikut membantu salah satu orang penting di Saint Aire, yaitu Emerada dalam mengumpulkan informasi.

Namun, Alberto hanya membantu Emerada untuk alasan pribadi, dia tidak bersumpah setia pada Saint Aire ataupun memiliki kependudukan di kerajaan tersebut.

Dia yang tidak memiliki ikatan negara ataupun politik, dan dianggap sebagai petarung kelas atas di Ente Isla dalam hal kekuatan, memiliki kebiasaan mengembara dan memiliki keberuntungan yang cukup bagus.

Bahkan dia sendiri.....

'Aku ini orang yang paling tak dikenal di antara para anggota yang memerangi Raja Iblis, jadi aku tidak perlu susah payah ketika mengumpulkan informasi.'

... bilang begitu.

'Pahlawan' Emilia Justina tidak perlu ditanyakan lagi, dan di antara Emerada Etuva si 'Penyihir Kekaisaran Suci Saint Aire' dari kerajaan terkuat di Benua Barat, serta Olba Meyers si 'salah satu Enam Uskup Agung dari Gereja Suci' yang merupakan agama terbesar di dunia, bagi Alberto, julukan yang menyebar di antara orang-orang hanyalah julukan yang sulit dipahami, seperti 'Penebang Kayu dari Benua Utara' dan 'Pendeta Seni Sihir'.

Alberto, selama perjalanannya atau setelah mengalahkan Pasukan Raja Iblis, dia tidak pernah sekalipun membual tentang latar belakangnya, dan karena dia tidak kembali ke Benua Utara setelah itu, dibandingkan ketiga orang lainnya, masa lalu dan latar belakangnya juga tidak diketahui secara luas oleh penduduk Ente Isla.

Berkat hal itu, tidak akan ada praanggapan yang tidak perlu saat ia mengumpulkan informasi, dan karena kepribadiannya, dia juga bisa mengumpulkan informasi yang akurat dalam perjalanannya ke sini.

"Alberto-dono, apa maksud dari kalimat yang kau katakan barusan?"

Suzuno mengatur perlengkapan untuk kuda di kandang agar sesuai dengan tubuhnya, dan bertanya pada Alberto di saat yang sama.

Dua kuda militer yang ada di dalam kandang juga disiapkan oleh Alberto.

Species kuda ini memiliki tubuh yang kuat dan stamina yang tahan untuk perjalanan jarak jauh, mereka secara luas digunakan oleh pedagang dan kesatria di Ente Isla.

Karena Maou tidak bisa berkontribusi dalam pertarungan, maka hanya Suzuno dan Alberto lah yang akan melanjutkan perjalanan, dan tentunya, Alberto tidak mungkin tahu cara mengendarai moped.

Di sisi lain, Suzuno tidak hanya punya pengalaman dalam mengendarai kuda, karena perjalanan mulai dari sini harus dilakukan sebijaksana mungkin, maka tak ada satupun alasan untuk tidak mengendarai kuda.

Meskipun Maou yang dulu ditegur oleh Suzuno agar tidak mengendarai kuda sebelum berangkat dari Jepang, terlihat cemberut dan menggerutu, itu adalah masalah yang berbeda.

"Hmm? Kalimat mana yang kau bicarakan?"

Tanya Alberto pada Suzuno bahkan tanpa menoleh.

"Menginginkan Raja Iblis berterima kasih pada Chiho-dono dan Adramelech, itu artinya....."

"Oh, itu."

Alberto menjawab sambil mengatur sadel dan pijakan kakinya.

"Kau, sebagai orang dari Benua Barat mungkin akan merasa tidak senang setelah mendengar ini, tapi sejak awal aku sudah tahu kalau Pasukan Raja Iblis itu tidak murni berniat memusnahkan manusia, dan para iblis itu adalah makhluk yang bisa diajak berkomunikasi."

"Apa?"

"Aku dulunya adalah perwira ke-15 dari Gakusen Corps."

"Perwira dari Gakusen Corps? Maksudmu Gakusen Corps yang memilih tentara elit dari klan-klan minoritas untuk bergabung itu?"

Ucap Suzuno dengan kaget.

Sebagian besar ditutupi oleh areal pegunungan, Benua Utara memang dipenuhi dengan klan-klan minoritas dan tidak membangun negara dengan wilayah besar seperti Afashan di timur ataupun Saint Aire di barat.

Menggantikan hal tersebut, terdapat berbagai wilayah yang ditemukan di seluruh area pegunungan, ataupun negara-negara klan di sepanjang pantai di area utara yang dingin dengan tanah datarnya yang sangat jarang. 

Para perwakilan klan akan mengadakan rapat bersama untuk menangani urusan politik, mereka terus menulis sejarah sebagai sekumpulan negara yang bersatu.

Gakusen Corps, mengumpulkan para prajurit yang hebat dalam sihir dan seni bela diri dari klan mereka masing-masing untuk membentuk pasukan terkuat di Benua Utara.

Ketika Benua Utara menemui situasi darurat yang akan mempengaruhi seluruh wilayah benua, Corps akan bersatu dan mencoba menyelesaikan situasinya. Dan ketika mereka bersatu, berbagai klan akan memilih seorang wakil untuk menjadi perwira.

Alberto adalah perwira yang terpilih ketika Benua Utara menhadapi krisis ke-15 nya.

Perbedaan terbesar antara Gakusen Corps dengan pasukan kesatria benua lain adalah ketika konflik terjadi di antara negara klan, anggota dari negara klan tersebut yang bergabung di Gakusen Corps, pasti akan bertarung satu sama lain.

Hubungan antar negara di Benua Utara memang memiliki perbedaan yang sangat jelas dibandingkan dengan benua lain.

Alasan pertamanya adalah jumlah negara yang hanya memiliki satu klan saja sangatlah kecil.

Ditambah lagi, kondisi cuaca di wilayah mereka sangat keras dan hanya ada sedikit lahan yang cocok dijadikan lahan pertanian. Apalagi, batas teritorial antar negara itu terpisah sangat jauh, sehingga membuat suatu negara tidak bisa secara sepihak menaklukan wilayah dan rakyat milik saingan mereka.

Karena itulah, daripada menumpahkan darah dengan sia-sia untuk mengalahkan klan saingan, mereka pun menciptakan budaya khusus menggunakan kompetisi formal sebagai pengganti perang.

Bahkan sampai sekarang, ketika masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mediasi antar negara berubah menjadi konflik, mereka akan membebaskan petarung kuat dari klan mereka yang ada di Gakusen Corps untuk bertarung di lokasi yang sudah ditentukan. Dan kini, kematian jarang sekali terjadi.

Meski konflik yang berujung pada pembunuhan pernah tertulis dalam sejarah, klan yang menyebabkan kematian tersebut pasti akan dicap sebagai 'klan berbahaya' oleh klan lain yang ada di sekitar mereka, mereka akan dikepung dan dimusnahkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, konflik berskala besar memang tidak pernah terjadi antar berbagai klan, dan meski ada beberapa ketidaksepahaman, mereka bisa menyelesaikannya melalui kompetisi atau diskusi yang digelar di kota multi-klan Feance, tempat itu secara umum dikenal dengan nama Mountain Goat Hutch.

Apapun alasannya, tak diragukan lagi kalau proses pembangunan sebuah negara besar dari bangsa-bangsa yang ada di Benua Utara itu sangat berbeda dengan benua lain. Ditambah lagi, budaya dari para klan itu sangat berbeda, karena itulah, Alberto yang menjadi pemimpin Gakusen Corps yang dibentuk oleh tentara-tentara elit dari berbagai klan, bisa disebut sebagai Jenderal bertalenta yang melampui benua lain dalam hal pengetahuan.

"Tapi karena kami bisa dengan mudah dikalahkan oleh pasukan Adramelech, menyebut kami tentara elit yang dipilih secada ketat dari berbagai klan itu rasanya terlalu memalukan."

"Tidak kok...."

"Pokoknya, Gakusen Corps ke-15 ku hancur ketika pasukan Adramelech menyerang, dan jumlah korbannya adalah yang tertinggi di antara 15 formasi yang dulu-dulu. Karena kami sudah mendengar kondisi tragis di Benua Utama, semua orang telah siap dengan kepunahan klan mereka masing-masing. Dan pada saat itu, Adramelech meminta para anggota Gakusen Corps yang masih bertahan dan para pemimpin klan yang berpengaruh untuk berkumpul di Mountain Goat Hutch."

Adramelech, sang Jenderal Iblis pengguna tombak dengan kepala banteng yang tubuh dan tingginya dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan Alberto, setelah mengumpulkan para pemimpin klan dan Gakusen Corps yang tersisa, dia berkata,

"Tujuan kami bukanlah pembunuhan besar-besaran. Para prajurit yang menentang Pasukan Raja Iblis memang akan diusir dari benua ini, tapi jika kalian bersedia menerima kekuasaan kami, maka aku bisa menjamin nyawa kalian."

Sebagai seorang perwira, sudah sewajarnya Alberto memutuskan untuk menolak saran tersebut.

Namun, Adramelech malah memberikan saran kepada para anggota berdarah panah Gakusen Corps seperti ini,

"Prajurit, selama kau hidup, kau masih bisa bertarung melawanku suatu hari nanti. Jika kau merasa kalau bertarung di sebuah pertarungan di mana kau akan kalah dan mati serta membuat orang yang seharusnya kau lindungi berada dalam bahaya, adalah tugas seorang prajurit, maka kalian tak ada bedanya dengan serigala haus darah yang hanya tahu cara mengancam musuh di depannya. Tapi, jika kalian masih ingin bertarung bahkan setelah semua ini, maka aku tidak akan menghentikanmu. Kalian semua pasti akan melibatkan orang yang seharusnya kalian lindungi, dan bersama-sama, menjadi roh di bawah tombakku ini."

Pada waktu itu, orang-orang yang tidak bisa menahan rasa malu karena prinsip bertahan hidup dari pasukan yang kalah ditunjukan terang-terangan oleh seorang iblis, memilih untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.

Adramelech pun menepati janji yang dia buat dengan para klan tersebut, ketika Gakusen Corps dibubarkan dan prajurit-prajurit kuat dibuang dari negaranya dengan kawalan para iblis dari pasukan Adramelech, Benua Utara pun berhasil menghindari kehancuran yang tidak perlu.

Alberto dan para prajurit dari Corps kabur ke benua lain dengan 'memerangi Adramelech' sebagai tujuan mereka, mereka bertekad membuat negara mereka kembali bangkit dari abu sekali lagi.

Namun, apa yang Alberto dan kawan-kawannya lihat adalah kondisi tragis di mana berbagai benua sudah takluk di bawah Pasukan Raja Iblis.

Meski mereka ingin bangkit dari kehancuran, benua lain yang bisa berfungsi sebagai markas operasi mereka telah ditaklukan oleh para iblis. Bahkan Afashan di Benua Timur, Holy Saint Aire Empire di Benua Barat, dan negara Halen di Benua Selatan, negara-negara yang dipercaya punya kemampuan untuk memerangi Pasukan Raja Iblis ini, semuanya telah dikuasai.

Gakusen Corps yang terdiri dari para prajurit yang berasal dari berbagai klan ini, sama sekali tidak memiliki kemampuan diplomatik. Setelah mereka terpisah ke berbagai tempat, kebanyakan anggotanya, jangankan kembali ke Benua Utara, mereka bahkan tidak bisa menjadi pedagang ataupun pasukan kesatria untuk benua lain. 

Dan barulah ketika Emilia membebaskan keempat benua, mereka bisa berkumpul kembali.

Begitu para prajurit itu berkumpul kembali, jumlah mereka bahkan kurang dari setengah ketika mereka dibuang.

"Aku tidak berencana membenarkan tindakan penyerangan Pasukan Raja Iblis, tapi pada akhirnya, Adramelech menepati janjinya denganku. Menurut pemimpin klanku, meski Adramelech tanpa ampun menyingkirkan mereka yang terus melawan, dia tidak pernah membunuh warga tanpa maksud apa-apa."

"Jadi hal seperti itu benar-benar terjadi ya...."

"Sama halnya ketika aku, Emilia, Em, dan Olba menghadapi Adramelech bersama-sama, karena aku merasa kalau ini adalah pertarungan balas dendam, aku ingin bertarung melawannya sendiri. Dan tebak apa yang terjadi? Si Adramelech itu menolak pertarungan satu lawan satu denganku. Dia bahkan bilang, 'Jika kau kehilangan ketenanganmu karena harga diri murahanmu itu dan kalah, maka kau tak akan pernah bisa bebas dari kekuasaan kami.'. Alhasil, pada akhirnua aku tidak pernah bisa mengalahkannya dengan kekuatanku sendiri."

Ekspresi Alberto kini bukanlah ekspresi sesal ataupun amarah, yang ada hanyalah kenangan dari pertempuran di hari itu.

"Dia bukanlah iblis, bukan juga seorang prajurit. Dia hanya membuang emosinya untuk melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, dia juga mengetahui syarat yang diperlukan untuk berjalan di depan orang lain. Istilah yang paling cocok dengannya, mungkin adalah politikus. Dalam hal kepribadian, dia sangat berbeda denganku yang bergantung pada harga diri murahan untuk bertarung. Meski menggunakan kepribadian untuk mendeskripsikan iblis itu rasanya sedikit aneh."

"Tidak, belakangan ini itu tidak begitu aneh."

Suzuno menggenggam tali kekang dan mengarahkan kudanya keluar dari kandang, dia kemudian menoleh ke arah penginapan.

"Itu benar."

Alberto juga mengikuti arah pandangan Suzuno,  mengangkat kepalanya dan tersenyum.

Raja Iblis, yang kepribadiannya sering dipuji, saat ini sedang berada di penginapan.

"Raja Iblis Satan yang diikuti oleh Adramelech tidak mungkin semata-mata hanya seorang monster haus darah. Alasan kenapa Benua Barat dan Benua Selatan memiliki korban paling banyak, mungkin karena mereka tidak memiliki kelonggaran untuk menunjukan belas kasihan. Oleh karena itulah, ketika Emilia yang logikanya sangat membenci Raja Iblis bilang ingin mengampuni nyawanya di Jepang, kupikir tak masalah untuk terus mengamati mereka sementara. Mengamati eksistensi macam apa iblis itu."

"Aku sudah sering memikirkan hal itu akhir-akhir ini."

Suzuno teringat ketika ia mengetahui identitas asli para malaikat sebelum berangkat ke Ente Isla, sifat mereka ternyata sama dengan manusia.

Dan juga obrolan yang dia dan Maou lakukan dengan saling memunggungi di perbatasan desa Honfa, tepat satu hari sebelum mereka bertemu Alberto.

Pengakuan itu Suzuno buat untuk Maou yang memimpin orang-orangnya dengan semangat yang sama seperti raja manusia.

"..... Ugh."

"Ada apa?"

Alberto merasa bingung karena Suzuno tiba-tiba menundukan kepalanya.

"Ti-tidak, tidak ada apa-apa."

Untuk mengusir kegoyahan tekadnya, Suzuno sengaja menggelengkan kepalanya dengan kuat dan menjawab demikian.

Kenapa dia bertingkah seperti itu?

Biarpun para iblis bisa dipahami, Ente Isla sebagai sebuah kesatuan, tidak mungkin akan memaafkan Raja Iblis Satan dan Pasukan Raja Iblisnya, dan meski Suzuno tahu apa yang ada jauh di dalam hati Maou, hal itu tidak akan menguntungkan dia sama sekali.

Namun, biar begitu, dia masih bisa merasakan kehangatan Maou dari waktu ke waktu, mendengarkan pengakuan sepenuh hati dari si Raja Iblis itu dan menyimpan kata-kata itu di dalam hatinya.

Ditambah lagi, tidak hanya tidak merasa jengkel, Suzuno bahkan merasakan sebuah kehangatan di suatu tempat di hatinya.

Suzuno sungguh-sungguh ingin menjelaskan keraguan yang dia miliki mengenai tindakan Maou dan Pasukan Raja Iblis.

Meski begitu, dia mungkin tidak harus membuat dirinya terlibat sejauh itu.

Suzuno, merasa kalau bagian pungunggnya yang bersandar dengan punggung Maou mulai terasa hangat, dengan panik menggelengkan kepalanya dan mengatakan,

"..... Alberto-dono."

"Hm?"

"Andai dia adalah eksistensi yang memiliki tekad, apa yang kau pikirkan mengenai Adramelech?"

"Eksistensi yang memiliki tekad?"

"Ya, dengan kata lain....."

Sebagai orang dari Ente Isla, menanyakan pertanyaan ini mungkin bisa jadi sangat tidak peka.

Namun, untuk menyampaikan pertanyaannya dengan tepat, Suzuno hanya bisa menjelaskannya dengan cara ini,

"Menurutmu, 'orang' seperti apa Adramelech itu?"

Pertanyaan itu membuat Alberto tersenyum ceria.

"Kau benar-benar orang yang menarik. Bahkan Em pun tidak pernah membicarakan hal ini denganku."

Senyum itu menunjukan bahwa dia benar-benar mengerti kerumitan di hati Suzuno.

Itu karena Alberto sendiri adalah salah satu orang yang dibingungkan oleh perbedaan anggapan antara Jenderal Iblis Adramelech yang dia ketahui dengan Pasukan Raja Iblis yang diketahui orang-orang.

"Akan sangat merepotkan kalau orang lain tahu, jadi kau harus merahasiakan ini."

Kata Alberto dengan sebuah gelagak tawa.

"Baik sebagai prajurit, atau sebagai pemimpin tentara dan penduduk, Adramelech adalah panutanku. Jika dia adalah manusia yang lahir di Benua Utara 300 tahun lebih awal, sebuah negara besar seperti Afashan atau Saint Aire pasti sudah ada di Benua Utara."

"... Begitu ya."

Suzuno, bagaikan terpengaruh oleh senyum Alberto, juga sedikit tersenyum dan mengangguk.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Dari obrolanmu dengan Raja Iblis tadi, sepertinya kau punya beberapa rencana."

Kenangan akan masa lalu, sementara berakhir di sini. Sekarang mereka harus memfokuskan perhatian mereka untuk menghadapi pertarungan yang akan datang.

Suzuno dengan lembut menganggukan kepalanya, dan kembali menoleh ke arah penginapan.

"Sekarang, Raja Iblis tidak bisa menggunakan pedang suci Acies, jadi sulit bagi kita untuk mengambil langkah besar seperti merebut kembali Emilia dan Alsiel secara frontal. Kalau begitu, kita hanya bisa mengamankan satu orang di balik bayangan yang membuat Milita, tempat Emilia berada, kehilangan alasannya untuk maju. Asalkan kita bisa menghindari konflik sengit antara Milita dan pasukan di ibukota kerajaan, Emilia dan Alsiel tidak akan punya alasan untuk bertarung, dan kita bisa mengulur waktu untuk memikirkan cara menyelematkan mereka."

Di sisi lain, Maou mungkin bisa memanfaatkan waktu ini untuk memikirkan cara memanggil kekuatan Acies guna memulihkan sihir iblisnya.

Jika situasinya berubah menjadi pertarungan yang berlarut-larut, maka semua ini akan butuh waktu lebih dari satu minggu, yang mana itu adalah sesuatu yang sangat tidak Maou inginkan. Namun kedamaian Benua Timur dan keselamatan Alas Ramus, Emi, dan Ashiya adalah sesuatu yang tak tergantikan.

"Oh? Apa yang kau rencanakan?"

"Biar kutunjukan padamu kenapa kami disebut 'Bayangan Fanatik dari Gereja.'"

Suzuno dengan cantik menjawab sarkas setengah bercanda dari Alberto, dan mengenakan sebuah topeng yang dia ambil dari dalam jubah untuk menutupi bagian bawah wajahnya.

"Kita akan memasuki Area Pusat ibukota lebih dulu dibandingkan Milita. Ada dua tujuan dalam operasi ini. Hal itu adalah menemukan lokasi keberadaan Unifying Azure Emperor dan Nord Justina dalam setengah hari. Keselamatan Nord sudah pasti menjadi belenggu dalam hati Emi, dan keberadaan Unifying Azure Emeperor adalah alasan kenapa Milita maju menyerang. Jika situasinya mengizinkan, aku harap mereka berdua bisa lepas dari kendali para Malaikat atau Malebranche. Dengan begini, kita bisa menghindari pecahnya perang besar."

"Apa.....?"

Bahkan Alberto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mendengar rencana tersebut.

"Kau ingin menculik Unifying Azure Emperor dari Azure Sky Canopy yang menjadi markas Malebranche? Meskipun tidak mustahil menyelesaikannya dalam waktu setengah hari, tapi itu artinya kita tak punya waktu untuk beristirahat, kau tahu?"

"Jika itu kita, kita pasti bisa melakukannya!"

Suzuno mengangguk dengan santai, mengangkat jubahnya dan melompat ke atas sadel dengan gesit.

Di bawah matahari siang yang terik, kedua kuda itu berlari keluar dari kandang yang gelap. Suzuno, berada di atas sadel, secara mental menguatkan tekadnya dan memegang tali kekang kudanya dengan erat.

"Iblis ataupun manusia, sudah cukup semuanya bertarung di situasi yang aneh ini. Apapun yang terjadi, kita harus menyerahkan Unifying Azure Emperor ke Milita sebelum Emilia dan Alsiel bertarung, dan menghentikan pertempuran dari kedua belah pasukan."

---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation...

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

makasi banyak min.... lanjut....

request hataraku vol 1-2
skai lagi makasih....

Balas