Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 31 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 31 : Maid Maid Maid

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Bahasa Indonesia


Chapter 31 : Maid Maid Maid

…... Bagi Subaru, ini adalah kedua kalinya dia kembali ke mansion Roswaal dari Sanctuary.

“Meskipun yang pertama adalah pengalaman yang menyakitkan.....”

Subaru menggaruk pipinya sambil menggumamkan hal tersebut, dia melompat dari punggung Patrasche ketika masih berada di luar gerbang.
Setelah berpisah dengan Lewes, Subaru dan para pengungsi kembali ke desa Arlam dengan selamat. Namun, karena di pengulangan sebelumnya juga begitu, dan karena dia punya Patrasche yang membimbing jalan, makanya tak ada hal yang harus dia khawatirkan.

“Para penduduk sedang bergembira, dan Otto tetap berada di desa seperti sebelumnya. Meski awalnya aku ingin membawa Otto sebagai perisai daging, tapi....”

Sebenarnya, Subaru ragu untuk menyeret Otto ikut bersamanya ke mansion. Lagipula, ada kemungkinan kalau di sini akan jadi sangat berbahaya, dan membawa Otto yang tidak hebat dalam menghadapi situasi genting, mungkin bukanlah ide yang bagus.
Dalam perkelahian langsung, Subaru memang tidak bisa menang melawan Otto, tapi Otto bukanlah seorang ahli beladiri hebat. Dan Subaru tidak begitu ingin melihat organ dalam Otto di depan si 'Pemburu Usus'.

“Kuharap tak ada yang terjadi.....”

Terakhir kali Subaru kembali ke mansion, adalah enam hari setelah dimulainya Ujian. Kali ini, hanya tiga hari. Dibandingkan sebelumnya, dia masih memiliki tiga hari waktu luang.
Rupanya, mansion diserang di malam yang sama ketika Subaru terbunuh. Mempertimbangkan semua faktornya, itu sudah bisa dibilang pasti. Tapi masalahnya adalah,

“Tiga hari tersisa,.... dengan kata lain, aku harus mendapatkan informasi dari Frederica dan kembali ke Sanctuary, menyelesaikan masalah di Sanctuary, dan kemudian kembali lagi ke mansion bersama dengan Garfiel. Melihat waktunya saja, ini mustahil, tapi.....”

Ada rintangan besar yang harus dilewati sebelum dia bisa membalik teori kosong ini menjadi kenyataan. Butuh waktu 8 jam untuk menyelesaikan rute satu arah dari Sanctuary ke mansion. Pergi bolak balik sekali saja sudah memakan waktu hampir satu hari perjalanan. Dengan menghitung kehilangan waktu di antara kedua perjalanan itu juga, jumlah waktu yang bisa Subaru gunakan pun menjadi semakin sedikit.

“Sebenarnya ada juga rencana cadangan untuk menyelesaikan masalah ini... jika aku memilih rencana yang paling optimal, meskipun dalam kondisi yang paling optimis pun, itu akan jadi jalan yang sangat sulit....”

Mengetahui kapan Elsa akan menyerang, solusi terbaik bagi Subaru adalah memukul mundur si pembunuh itu. Dengan begini, mereka tidak perlu lagi terus mengawasi pundak mereka dan ketakutan oleh setiap bayangan. Dengan kata lain, Subaru mengharapkan kemenangan penuh, jika memungkinkan.
Untuk mencapai tujuan itu, mereka harus melampaui kekuatan tempur Elsa, yang artinya Subaru membutuhkan salah satu dari Roswaal atau Garfiel. Tapi saat ini, kemungkinan untuk membawa salah satu dari mereka kembali ke mansion tidaklah terlalu tinggi.

“Jadi pada akhirnya, tak ada pilihan lain selain mengikuti pilihan kedua ya.....”

Ketika Subaru menggumamkan hal tersebut dengan suram sambil menggaruk kepalanya, Patrasche mendekatkan hidungnya. Tersenyum canggung pada wajah naga tanah yang mendekat ke bahunya, Subaru menggosokkan telapak tangannya pada kulit kasar Patrasche dan menepuk kepalanya.

“Hadiahnya memang sesuai dengan resikonya, tapi kita tidak siap membawa peluang menang yang cukup untuk menyeimbangkan resiko tersebut. Yang mana hanya menyisakan kita strategi bertarung melarikan diri, dan kabur, dan menyebar seperti sekumpulan bayi laba-laba.”

Pada saat pertarungannya dengan Pemuja Penyihir dulu, ini adalah cara yang terlintas dalam pikiran Subaru. Dulu hal itu bisa dilakukan karena jumlah potongan yang dia miliki, tapi kali ini, tak ada banyak tangan yang bisa dia mainkan. Bahkan dengan pengetahuannya mengenai serangan itu pun, Subaru sudah sangat puas meski mereka hanya berhasil kabur.
Tapi, ada juga masalah lain dalam rencana ini....

“Semua orang yang ada di mansion. Rem, Petra, Frederica.... dan Beako, aku tidak tahu apakah mereka mau bekerja sama dengan evakuasi ini. Sejujurnya, jika aku menggendong Rem dan memegang tangan Petra, aku pasti bisa membawa mereka, tapi aku mungkin akan mematahkan beberapa tulangku sebelum aku bisa membujuk dua yang lainnya.”

Tentu saja, jika situasi berubah menjadi seperti dulu, Subaru akan dengan paksa menyeret mereka masuk ke dalam kereta naga, dan menculik mereka jika memang perlu. Dia tidak berpikir bisa mengalahkan mereka dalam pertarungan, tapi jika dia terus menarik lengan mereka dan tidak melepaskannya, mungkin dia bisa berhasil. Tidak, dia pasti berhasil.

“..... Huu.”

Menghela napas pendek, Subaru merasakan bobot tanggung jawab yang ada di pundaknya.
Berapa banyak nasib orang yang bergantung pada kata-katanya, tindakannya, dan tekadnya? Di malam sebelum pertarungan melawan Paus Putih, Subaru juga merasakan hal ini.

“Tak ada gunanya terus menunda-nunda di luar gerbang selamanya. Aku masih tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Lebih baik aku memastkan semuanya baik-baik saja dulu.....”

“Dan setelah itu??”

“Setelah itu, akan kupikirkan bagaimana cara membujuk mereka. Oh ya, aku mengerti, karena mereka tidak mengetahuinya, aku akan berbohong saja dan memberitahu mereka kalau ini adalah perintah Roswaal atau semacamnya....”

“Woaa. Kau jahat sekali~ Subaru.”

“Panggil saja aku BINATANG KOTOR, aku ini masih berada dalam usia yang mendambakan image bocah nakal seperti itu, kau tahu.... wha...”

Di tengah-tengah kalimatnya, Subaru mendengar suara cekikikan di belakangnya dan menoleh. Dan, di taman depan mansion di sisi lain gerbang, terdapat seorang maid kecil.... gadis kecil yang sudah ia kenal, Petra, berdiri di sana.
Di depan Subaru yang terkejut sambil menaikkan alisnya, Petra menggoyangkan rambut berwarna chestnut-nya dan memiringkan kepalanya,

“Selamat datang kembali, Subaru-sama. Kepulanganmu jauh lebih awal dari yang kuduga.”

“Yeah, aku pulang... sepertinya aku baru saja melihat sekilas hasil pembelajaran Frederica. Terima kasih atas penyambutannya.”

Melihat Petra mengangkat keliman roknya tanda hormat, Subaru mengendurkan pipinya merasa lega, sebelum mendorong gerbang dan melangkah ke dalam. Ketika dia sedang pergi mengarahkan Patrasche menuju kandang naga, Subaru menatap Petra yang berjalan di sampingnya.

“......???”

Melihat Subaru menatapnya, Petra membuat ekspresi aneh dan buru-buru berbalik, dia kemudian merapikan rambut dan gaunnya. Setelah puas dengan semua itu, “OK”, Petra kembali berbalik ke arah Subaru dengan sebuah anggukan.

“Ada apa, Subaru-sama?”

Dan, dengan sebuah senyum yang bahkan lebih cerah dibandingkan sebelumnya, Petra menunjukan senyum menawannya pada Subaru.
Berkolaborasi dengan keimutan gadis kecil dan kecantikan masa depan yang menjanjikan, itu adalah sebuah senyum yang, meski masih belia, membawa kekuatan jahat yang bisa menawan hati lawan jenis.
Itu adalah sebuah senyum sempurna yang telah diperhitungkan dengan pemahaman penuh tentang bagaimana senyum itu akan dirasakan oleh orang lain. Dihadiahi oleh senyum seperti itu, Subaru harus menghirup sedikit udara,

“Aaaaah, itu! Apa itu tidak terlalu manis, kauuuu!”

“Wa, waaahh!?”

Sama sekali tidak sadar akan maksud tersembunyi Petra, Subaru memeluknya seolah itu adalah reaksi yang gadis itu minta dan mulai mengelus kepalanya dengan teknik yang rumit tanpa menahan diri. Petra mengeluarkan teriakan bingung menanggapi gerakan tiba-tiba tersebut, tapi,

“Kau bahkan tidak akan tahu separuh dari apa yang kurasakan sekarang. Kauuuu, kauuuu! Aaahhh, sial, aku sangat senang melihatmu lagi!!”

“A-a-apa yang terjadi?? Wah, tunggu, Subaru.... ini terlalu awal buatku....”

“Serius, aku sangat senang.....”

“.... Subaru?”

Wajahnya memerah, meronta di dalam dekapan tangan Subaru, ekspresi Petra berubah. Dia menenangkan dirinya dalam dekapan Subaru dan menatap Subaru yang merendahkan suaranya, perlahan, ekspresi malu dan gembira menghilang dari wajah Petra.

“Apa kau terluka.....?”

Khawatir, Petra mengulurkan jarinya dan menyentuh pipi Subaru yang gemetar. Kemudian, sebuah telapak tangan menekan jarinya, dan dengan “Aku baik-baik saja”, Subaru menggelengkan kepalanya.
Subaru menghirup napas dalam melalui ronga hidungnya, dan terdiam sejenak. Lalu, membuka matanya sekali lagi,

“Aku hanya merasa sangat lega dari dasar lubuk hatiku yang paling dalam.... Petra, aku pulang.”


XxxxX


Setelah membawa Patrasche ke kandang, Subaru kembali ke mansion sambil menggandeng tangan Petra karena Petra sendiri ingin bergandengan tangan dengannya.
Untungnya, menurut Petra, tak ada perubahan berarti yang terjadi semenjak Subaru meninggalkan mansion.

"Saat ini, Frederica nee-sama sedang memeriksa Perbatasan di pegunungan, dia pasti akan segera kembali beberapa saat lagi... mungkin."

Begitu Petra memberitahunya tentang ketidakhadiran sang kepala maid, Subaru teringat Perbatasan yang ada di pegunungan.... di sana terdapat kristal sihir yang menyegel para Wolgarms. Meskipun para Wolgarms yang ada di pegunungan diduga kuat sudah dibasmi, tapi Perbatasan di sana masih digunakan bahkan sampai sekarang.
Sepertinya, selain Wolgarms, terdapat Mabeast berbahaya lain yang harus dijauhkan agar tetap berada di luar Perbatasan, dan, sebagai pengurus desa Arlam, tugas untuk merawat mereka pun jatuh pada bawahan Roswaal.

"Begitu semua orang kembali ke desa, mereka bisa memeriksa kerusakan Perbatasan itu sendiri, tapi karena mereka belum kembali, Frederica nee-sama lah yang melakukannya."

"Ketika kau memanggilnya nee-sama, itu terdengar seolah kalian menjadi semakin dekat saat aku tidak ada, seperti membuatku merasa geli dan hangat. Juga, para penduduk desa sudah kembali, kau tahu."

"Benarkah?"

Ketika Subaru menunjuk ke arah desa, mata Petra seketika berbinar-binar, dan ia pun berteriak gembira.
Keluarganya adalah salah satu dari para penduduk yang mengungsi ke Ibukota, jadi kedua orang tuanya sudah kembali ke desa dengan selamat. Tapi meski begitu, dia tetap terpisah dengan tetangga dan teman-temannya. Sekarang setelah tahu bahwa mereka sudah selamat, Petra pun menepukkan tangannya dengan bahagia.

"Yeah, kau sebaiknya menemui mereka nanti. Aku yakin mereka akan sangat senang melihatmu memakai seragam maid."

"Yeah, begitu aku mendapat izin dari Frederica nee-sama, aku akan segera berganti!"

"Tidak, kau tidak perlu berganti baju... Kau terlihat manis memakainya, kau harus membiarkan semua orang melihatnya...."

"Eehege, manis? Aku manis?"

"Yeah, kau manis, kau manis. Jadi semuanya harus......"

"Yeah! Aku akan berganti baju dan pergi menemui mereka!"

Sepertinya ini akan menjadi situasi di mana tak peduli seberapa banyak Subaru bilang "Tidak, tak masalah", suaranya akan terus terhapus oleh gemuruh petir dari Petra.
Melihat Petra tidak berniat merubah pikirannya mengenai hal ini, Subaru menyerah memberikan saran lebih jauh lagi.

Menggeretakkan tulang-tulang di lehernya, ".... Ah", Subaru menghembuskan napas dalam dan berhenti. Mereka saat ini berada di lantai dua mansion.... menggosokkan sol sepatunya pada karpet, Subaru mengangkat wajahnya dan menatap ke arah pintu. Petra, merasa sedikit kesepian, melepaskan jari-jari Subaru. Dia adalah gadis pintar yang bisa membaca suasana.

"Maafkan aku, Petra. Biarkan aku bersamanya sendirian, untuk beberapa saat."

"Mn, aku mengerti. Aku akan pergi membersihkan bagian sayap barat, panggil saja aku jika anda perlu sesuatu."

Seolah sudah mengetahuinya bahkan sebelum Subaru berbicara, Petra membuang sikap gadis kecilnya dan kembali ke perannya sebagai seorang maid, dan, dengan sedikit membungkuk, dia meninggalkan Subaru di sana.
Menerima isyarat kepedulian dari Petra, meski ada segunung masalah yang menekannya, Subaru menyodok kepalanya dengan pelan, dan,

"Aku bertanya pada diriku sendiri apa yang seharusnya kuberi prioritas.... dan akhirnya aku datang ke sini."

Mendorong pintu, Subaru berlahan melangkah masuk ke dalam kamar.
Sebuah kamar di mana sang waktu berhenti. Di kamar sederhana nan biasa itu, terdapat sebuah ranjang.... dan di atasnya, seorang gadis sedang tertidur. Gadis itu kini sudah tidak lagi memakai gaun pelayannya, melainkan berbalut baju tidur berwarna biru muda.
Matanya tertutup, dan bahkan napas lemahnya pun tak bisa didengar. Dan hanya kembang kempis dadanya saja yang memberikan bukti bahwa dia masih hidup.

".... Rem."

Memanggil namanya, siapapun bisa mengerti pusaran emosi yang dibawa oleh satu kata itu. Semburan emosi yang tak terhentikan tersebut, hanya ditujukan kepada satu orang di dunia.
Dia sudah bertekad untuk menjadi kuat, dan merubah hatinya menjadi baja, agar tidak berguncang di hadapan semua kesulitan. Bertekad untuk tidak lagi bergantung pada orang lain, dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.

..... Namun, di hadapan Rem, semua tekad itu hancur menjadi kabut.

Subaru yang memberitahu Emilia untuk menyerahkan semua masalah pada dirinya, Subaru yang memegang tangan Emilia dan memberitahunya bahwa dia akan menemukan jalan, dan Subaru yang pernah melakukan hal-hal demikian dengan begitu banyak kekuatan. Tekad tersebut seketika runtuh saat Subaru berdiri di hadapan Rem.

"Aku sangat menyedihkan.... Aku sangat.... lemah...."

Begitu berada di hadapan Rem, seketika Subaru kembali menjadi Natsuki Subaru dulu yang lemah.
Kembali pada saat sebelum kesetiaan Rem menguatkannya, pada saat sebelum dia bangkit.

Perlahan, Subaru meraih wajah tertidur Rem dan mengusap rambut yang ada di dahinya. Tertidur, ekspresi Rem tidak berubah, dan Subaru belum menemukan satu pun petunjuk untuk mengembalikan Rem yang telah dimakan.

Tapi jika dia tidak melakukan apa-apa dan membiarkan Rem terus tertidur seperti ini, pasti wadahnya pun juga akan hilang.

"Mungkin kau tidak bermaksud melakukannya, tapi karena dirimu, keteguhan hatiku menjadi semakin kuat."

Lemah dan rapuh, permukaan hatinya yang akan hancur terhadap sentuhan sekecil apapun, berlahan diselimuti oleh baja.
Kenyataan bahwa sosok tertidur Rem dan detak jantungnya masih ada, membuat Natsuki Subaru kembali pada momen itu, kembali pada emosi ketika dia dilahirkan kembali.

"Karena kau memberitahuku bahwa tak masalah meskipun aku lemah, karena kau memberitahuku bahwa kau akan membantuku menjadi lebih kuat... aku pasti akan menemukan jalan tak peduli apapun taruhannya, dan kembali bangkit tak peduli berapa kalipun aku terjatuh."

Tak peduli rasa sakit apapun, penderitaan apapun, kesulitan apapun, dan ketidaknyamanan apapun yang menunggunya, cinta segenap jiwa dari Rem pasti akan menyembuhkannya, dan memberikan dorongan pada hati Subaru untuk bergerak maju.

"Kau, Petra, dan semuanya.... Aku pasti akan membawa kalian keluar dengan selamat."

Subaru dengan lembut mengusap dahi Rem yang sedang tertidur dan menekan perasaannya yang ingin menyentuh Rem lagi dan lagi. Hembusan angin bertiup ke dalam kamar ketika Subaru duduk diam di atas kursi di sebelah ranjang Rem.

Waktu terbatas yang dia miliki, waktu berharga nan singkat yang dia perlukan untuk berbicara, dia telah memberikan semuanya pada Rem. Di titik ini, inilah hal terbaik yang bisa Subaru lakukan, yaitu memberikan hatinya pada Rem.

Sudah berapa lama waktu terlewati dalam keheningan ini?
Tiba-tiba, kesadaran Subaru yang menatap Rem dengan tatapan kosong, ditarik kembali ke kenyataan oleh sebuah suara ketukan pintu. Mengangkat wajahnya, dan menoleh ke arah pintu, "Ya", Subaru menjawab, dan,

“Maaf mengganggu.... Aku senang kau kembali dengan selamat, Subaru-sama.”

Mendorong pintu dengan pelan, seorang wanita bertubuh tinggi memasuki kamar.
Dengan rambut berwarna emas yang melambai, dan postur yang sempurna... dia adalah Frederica.
Melihat Subaru berada di samping Rem yang tertidur, Frederica sedikit merendahkan kepalanya, dan,

“Ada banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu... dan aku yakin Subaru-sama juga sama. Mari  kita berpindah tempat. Meskipun dia sedang tertidur, aku ragu kalau ini adalah hal yang suka didengarnya.”

“Itu sungguh membantu semuanya menjadi lebih cepat.... hal-hal yang ingin kutanyakan padamu, apa kau sudah memiliki gambaran apa saja itu?”

“Mungkin.”

Mendengar tanggapan sederhana tersebut, Subaru menghela napas kecil dan berdiri dari kursinya. Dia menyentuh pipi Rem untuk yang terakhir kalinya, dan, seolah untuk memutuskan keengganannya, dia mengepalkan tangannya erat.

“Adikmu yang bermulut kotor dan berisik, dan si Gap-Moe yang terlihat seperti Loli padahal di dalamnya adalah seorang nenek. Sanctuary yang menjadi Tanah Percobaan, dan tujuan Roswaal yang sebenarnya. Aku sangat menantikan melihat seberapa banyak dari hal-hal itu yang bisa kau jawab.”


XxxxX


“Karena master belum kembali, sepertinya Ujian belum selesai ya??”

Usai meninggalkan kamar Rem, keduanya berpindah menuju ruang tamu.
Meletakkan secangkir teh berwarna kuning kecoklatan di depan Subaru, Frederica duduk di seberang Subaru dan memulainya dengan kata-kata barusan. Menerima cangkirnya, Subaru mengangguk “Yeah”, sambil mengaduk tehnya dengan sebuah sendok.

“Kau langsung masuk ke intinya ya.... Jadi, apa kau tidak merasa sedikit bersalah mengetahui semua informasi itu tapi hanya memberi kami sedikit informasi ketika mengantar kami?”

“Aku tidak akan membuat alasan. Lagipula, aku memang tidak memberitahumu tentang Sanctuary, Ujian, dan adikku yang tak berguna itu.”

Nada lepas Frederica tidak tampak membawa sedikitpun rasa bersalah mengenai kenyataan tersebut.
Namun, Subaru juga tidak yakin kalau Frederica sepenuhnya tidak merasa menyesal. Mungkin, dia hanya sekedar menekan perasaan itu dan berpura-pura bersikap tidak peduli supaya isi hatinya tak terlihat.
Hal itu sama halnya dengan Ram... tapi mengingat lamanya waktu Subaru mengenal mereka, menebak Frederica itu jauh lebih sulit.

“Seperti yang tadi kukatakan di kamar, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu.... bolehkah aku berharap mendapatkan jawaban untuk semua itu?”

“.... Aku ragu aku bisa memenuhi ekpektasi semacam itu. Karena Sanctuary belum terbebas, aku ini masih terikat oleh kontrak dengan master. Selama aku harus mematuhi kontrak tersebut, ada batasan untuk fakta yang bisa kusampaikan pada Subaru-sama.”

“Kontrak lagi kontrak lagi.... orang di sini pun sama saja.”

Subaru menekankan tangan pada dahinya dan merasakan sensasi rasa pahit kekecewaan.
Dia sangat ingin menaikkan suaranya dan menjerit kalau kontrak itu bisa diartikan dengan lebih leluasa, tapi ketika dia mengingat janjinya dengan Emilia, Subaru sadar kalau dia tidak bisa memaksa orang lain untuk melanggar kontrak mereka.

“Bagaimana jika aku bertanya tentang rincian kontrakmu?”

“Maafkan aku. Selama kontrak antara Roswaal-sama dan diriku masih ada, informasi yang bisa kuberikan padamu itu sangat terbatas.... aku takut kalau hanya inilah yang bisa kukatakan mengenai masalah tersebut.”

“Sama sekali tak ada informasi baru. Sialan, si bajingan itu selalu saja melakukan hal-hal yang membingungkan. Sepertinya kali ini aku tidak punya pilihan lain selain menganggapnya musuh.”

Mendecapkan lidahnya mengingat penjahat yang bertanggung jawab atas kenyataan yang mengecewakan ini, Subaru mencoba menenangkan diri dengan menyeruput tehnya. Dia tetap hanya merasakan daun, tapi setelah meminumnya lagi dan lagi, Subaru akhirnya bisa membedakan daun yang mahal dan yang tidak..... Dan lidahnya memberitahu dirinya kalau ini adalah daun yang mahal.

“Ini mungkin bukan kesempatan yang tepat, tapi.... Frederica, kau itu berasal dari Sanctuary dan merupakan kakak Garfiel, kan? Ataukah bahkan kau tidak bisa memberitahuku hal ini?”

“Tidak, itu tidak masalah. Yang kau katakan itu.... sangat tepat. Meski lebih tepatnya, aku tidak berasal dari Sanctuary, melainkan hanya dibesarkan di sana. Namun, karena aku sudah tinggal di Sanctuary sejauh yang bisa kuingat, menyebutnya seperti itu tidaklah salah.”

“Bukan dari Sanctuary..... itu juga yang dibilang Lewes-san. Sepertinya Roswaal memang suka membawa darah campuran untuk tinggal di sana, ya?”

Di kereta naga saat perjalanan pulangnya, Lewes yang juga ikut serta, pernah menyebutkan hal tersebut.
Pada waktu itu, karena penolakan Lewes, Subaru tidak berhasil mengetahui maksud sebenarnya di balik tindakan Roswaal, tapi,

“Darah campuran tidak bisa melewati barrier, jadi, membawa mereka ke dalam sana itu pada dasarnya sama dengan menahan mereka, kan? Kenapa dia melakukan sesuatu seperti itu.... dan orang-orang di sana, meski tahu bahwa mereka sedang ditahan, mereka.....”

Mereka sama sekali tidak terlihat kesal dan malahan, nampak menjalani hidup dengan damai di sana.
Setidaknya, mereka tidak terlihat seperti orang yang dipaksa masuk dan dijebak, mereka juga tidak menunjukan tanda-tanda kemarahan dalam perlakuan mereka selama kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, mereka seakan-akan menerima kehidupan mereka di dalam Sanctuary.... Mungkinkah ada beberapa makna di balik semua itu?

“Subaru-sama, apa kau tahu tentang perang Demihuman?”

“.... Perang Demihuman. Jika hanya kata-katanya saja, kurasa aku pernah mendengarnya di suatu tempat.”

Jika dia menyaring ingatannya dari awal, rasanya Subaru pernah mendengar kata itu dua atau tiga kali sebelumnya. Subaru ingat pernah diserang oleh kesan bahwa istilah itu sedikit banyak menyampaikan dasar-dasar apa yang telah terjadi.
Mendengar jawaban samar dari Subaru, Frederica dengan lembut menyapu rambut emasnya dengan menggunakan jarinya, sebelum menutupi taring tajam yang mengintip melewati sudut bibirnya.

“Jika kau ingin mengungkap tujuan keberadaan Sanctuary dan pemikiran Roswaal-sama, kita lebih dulu harus berbicara sedikit mengenai perang Demihuman.”

Mengucapkan hal tersebut, Frederica berdiri dan berjalan ke belakang ruang tamu. Merasakan tatapan Subaru di belakangnya, Frederica mengambil sebuah kotak dari meja yang berada di belakang ruangan, dan,

“Jangan khawatir, aku hanya mengambil beberapa manisan.”

Menunjukan senyum tipis di sudut bibirnya, Frederica kembali dan meletakkan kotak tersebut di depan Subaru.
Tertata di dalamnya adalah, berbagai macam manisan unik dari dunia ini yang hanya Subaru rasakan dalam kesempatan yang begitu langka di mansion Roswaal.
Ketika Subaru bolak balik menatap antara suguhan di hadapannya dan wajah gadis yang menyuguhkan mereka,

“Karena ini akan jadi cerita yang sangat panjang dan melelahkan, silakan dinikmati dan bersantailah denganku."

---End---


Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
14 Komentar
avatar

Mntap min.. thanks for translet :v

Balas
avatar

Yg inggris dah arc berapa?

Balas
avatar

Perasaan Pendek Banget Cerita Novelnya Ya... (-.-)

Balas
avatar

Aku tunggu 4 hari lagi untuk chapter berikutnya

Balas
avatar

1 arc berapa vol? masih bingung,.

Balas
avatar

1 Arc re:zero sngat panjang, satu arc bisa smpe 5 volume lbih..

Balas
avatar

Trerima kasih. Lanjutkan berkaryanya.!

Balas
avatar

ayo lanjut min.. kentang ni

Balas
avatar

lanjutkan min

Balas