Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 38 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 38 : Ulat


Baca Web Novel Re:Zero Kara Hajimeri Isekai Seikatsu Arc 4 Bahasa Indonesia


Chapter 38 : Ulat.

..... Hal pertama yang menarik kesadaran Subaru adalah suara tetesan air.

Jatuh dengan interval yang sama, rintiknya mengukir ritme yang konstan. Dengan setiap iramanya yang memberikan keheningan ke dalam ruangan, kesadaran Subaru sedikit demi sedikit kembali ke dunia nyata.
Otaknya yang tertidur kembali melanjutkan aktivitasnya, syarafnya yang kembali aktif pun bisa merasakan sirkulasi darah melewati urat nadinya. Memutar tubuhnya, dia mencoba berdiri diiringi sebuah erangan.... tapi tidak bisa.

Jatuh kembali ke tanah, tangan dan kaki Subaru tidak mau mendengarkan perintahnya, dia tidak bisa melakukan sesuatu yang lebih dari menggesekkan wajahnya ke permukaan lantai yang dingin. Di saat yang bersamaan, mencoba memerintahkan inderanya yang telah pulih untuk mengamati sekeliling, dia mendapati pandangannya ditutupi sepenuhnya oleh kegelapan.

.... Kedua mataku buta!?

Itulah jawaban yang dia dapat saat mengamati situasi, tapi sebelum ketakutan bisa menguasai dirinya, Subaru menyadari tekanan kuat yang mengikat kelopak matanya, lantas mengabaikan kesimpulan tersebut. Dia menentukan kalau matanya telah ditutup, sebelum akhirnya menyadari keanehan situasi di sini.
Daripada kedua matanya dibuat buta, mereka lebih seperti ditutupi. Ditambah lagi, fakta bahwa tubuhnya entah kenapa tidak bisa digerakkan, adalah karena tangan dan kakinya diikat kuat ke belakang punggungnya.
Terdapat sebuah sensasi tali kecil yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya. Dengan tangannya yang berada di belakang punggung, bahkan jika dia meronta-ronta, melepas ikatan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

"A-apa ini...!?"

Untungnya, dia tidak dibungkam, jadi dia masih bisa menggunakan suaranya dengan normal. Tapi dengan tangan dan kakinya yang terikat, yang dia miliki hanyalah mulutnya.
Sebenarnya, siapapun yang membawa Subaru ke situasi ini, mungkin tidak cukup baik untuk merasa puas hanya dengan berbincang-bincang saja.
Rasa takut pun mulai muncul dari situasi yang tak bisa dipahami dan ketiadaan informasi di sekelilingnya seperti ini. Di tengah-tengah emosi yang terjalin, Subaru menahan napasnya dan memaksa otaknya untuk bekerja.

Menata situasi saat ini; matanya ditutup. Tangan dan kakinya diikat, mustahil untuk bisa lepas. Dia masih punya suaranya. Haruskah dia berteriak meminta bantuan? Hal itu hanya akan menarik perhatian orang yang menahannya. Apa ada sesuatu di dekatnya yang bisa dia gunakan untuk membebaskan diri? Merangkak mencari sesuatu seperti itu pasti akan sulit. Sisi kanan kepalanya terasa sakit, dan saat dia menyadarinya, rasa sakit itu justru semakin menegaskan keberadaannya dengan rasa sakit yang berdenyut.

"Kepala, sakit...."

Sadar akan rasa sakit di sisi kepalanya, Subaru ingat apa yang terjadi padanya tepat sebelum kehilangan kesadaran.
Setelah mengalami Return By Death dan meninggalkan Makam, Subaru menentang Roswaal dengan fakta-fakta dan spekulasi baru, dan ketika dia dikuasai oleh amarah saat mendengarkan pernyataan Roswaal yang tak bisa dimaafkan, Subaru dijatuhkan oleh Garfiel yang terus mengawasinya.
Tidak, "menjatuhkan" tidaklah cukup untuk mengekspresikan kekuatan yang bisa menghancurkan kepalanya itu. Satu hantaman setengah-setengah dari Garfiel meremukkan tengkoraknya, dan tidaklah mengejutkan jika dia mati begitu saja.

"Jika aku mati, ini pasti Return by Death, tapi....."

Jika memang benar begitu, titik awal Subaru seharusnya berada di dalam Makam tepat seusai Ujian. Jiwanya seharusnya terikat pada ruangan di dalam Makam, kira-kira satu jam sebelum dia menuju kamar Roswaal, sesuai aturan Return by Death.
Setidaknya, pengalaman Subaru dengan diikat dan ditahan, hanya dia dapatkan satu kali saat dia membalik meja kopi meniru adegan di suatu anime, membuatnya ayahnya sangat marah dan melemparnya ke dalam gudang sebagai hukuman.

Itu adalah kenangan yang sangat lama, bahkan sebelum dia masuk sekolah dasar, dan Return by Death tidak akan bisa mengembalikannya sejauh itu. Kalau begitu, mengasumsikan titik awalnya tidak berubah, kesimpulan selanjutnya adalah dia diikat tepat setelah Return by Death, tapi itu harusnya mustahil. Jadi hanya tersisa satu kesimpulan....

"Aku tidak... mati..."

Baik rasa sakit di kepalanya ataupun situasi saat ini, kesimpulan itu akan menjelaskan semuanya.
Dia telah melakukan tindakan kekerasan yang tak bisa ditolerir terhadap Roswaal. Dengan pemikiran itu, bagaimana dia diperlakukan kini secara moral memang sangat tepat,  meskipun itu bukan sesuatu yang bisa dia terima secara emosional.

"... Kau bisa memahami situasimu dengan cepat, yeah?"

Seolah menunggu Subaru memahami situasinya, sebuah suara terdengar dari atas. Mengangkat wajahnya, meski dia tidak bisa melihat apapun, Subaru menoleh ke asal suara itu. Jika dia harus menebak siapa orang itu hanya dari intonasi suaranya saja, maka,

"Garfiel, ya?"

"Benar sekali. Sepertinya kepalamu masih bekerja, untunglah. Kurasa aku sudah memukulmu sedikit terlalu keras, maaf maaf."

Mendengar namanya dipanggil, Garfiel meminta maaf pada Subaru yang matanya ditutup. Meski nada bicaranya tidak sesuai dengan isi permintaan maafnya, dia melanjutkan dengan "Siapa sangka,"

"Aku hanya sedikit menepukmu, tak terpikir kalau kau sampai hampir mati karenanya. Kudengar kau adalah Kesatria Emilia-sama, jadi kupikir kau akan lebih kuat, tapi rasanya aku terlalu tinggi menilaimu, ya."

"Maaf membuatmu kecewa. Karakterku ini lebih ke tipe berotak daripada tipe fisik.... Jadi ngomong-ngomong, ada di mana kita?"

Menjawab dengan sebuah sindiran, Subaru menyela langsung ke intinya. Mendengar hal itu, Garfiel mengeluarkan sebuah helaan napas pendek melalui hidungnya, dan,

"Jangan khawatir, kau masih ada di Sanctuary. Tapi ini bukan di Katedral maupun di dalam Makam, ataupun salah satu rumah yang kami pinjamkan pada para tamu."

"Kau sudah mempersiapkan ruang tahanan juga? Mereka bilang, memang bagus sudah punya persiapan, tapi jika kau bahkan menyiapkan fasilitas seperti ini... jujur saja aku sedikit merinding."

"Komplainlah pada orang yang membuatnya jika menurutmu ini jelek. Bahkan, kau sudah berbicara langsung dengannya, kan?"

Garfiel menunjukan ketidakpuasannya, atau lebih tepatnya ketidaksenangan yang sebenar-benarnya. Seolah menangkap sesuatu dari kata-kata Garfiel, wajah Subaru mengernyit,

"Secara langsung.... siapa maksudmu...?"

"Dengan bau Penyihir di seluruh tubuhmu, jangan berpura-pura bodoh. Kau bertemu dengannya di dalam Makam, kan? Kalau tidak, kenapa lagi kau bisa berbau seperti ini?"

"Bertemu di dalam Makam....?"

Sesuatu di dalam kata-kata Garfiel menarik-narik Subaru. Makam. Ujian. Seseorang yang dia temui di sana. Semuanya kosong. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada orang tuanya di dalam Ujian, pada akhirnya, dia pergi ke gedung sekolah yang kosong, dan di sana....

"Penyihir....!"

..... Dia bertemu Penyihir Keserakahan, Echidona.

Dengan perasaan ganjil yang datang bersama terisinya kekosongan tersebut, keberadaan Echidona kembali ke dalam otak Subaru. Dia sudah pernah mengalami hal ini di pengulangan sebelumnya, kenapa dia melupakannya lagi?
Mungkinkah ini hasil dari 'Syarat' yang dipaksakan padanya di akhir pertemuan pertama mereka?
Tapi fakta bahwa Return By Death tidak bisa mengalahkan efek ini memang sangat mengejutkan.

Return By Death mengizinkan Subaru untuk membawa ingatannya, namun dia tidak punya tindakan perlawanan melawan campur tangan langsung seperti ini. Dengan kata lain, setiap kali Subaru mengalami Return By Death, dia akan melupakan Echidona, dan hanya akan mengingatnya ketika dia diingatkan lagi.

“Kalau begitu, apa ini yang Roswaal maksud sudah kulupakan...?”

Dengan kembalinya keberadaan Echidona, Subaru menyadari hal tersebut, tapi ini masih terlalu awal untuk menarik kesimpulan semacam itu. Bagaimanapun, meski berhasil mengingat Echidona, Subaru tidak bisa menemukan apapun dalam percakapan mereka yang bisa membantunya memecahkan situasi saat ini.
Cara Roswaal mengutarakannya, itu terdengar seolah dia ingin Subaru mengingat 'Sesuatu', yang entah bagaimana akan mengungkap tujuan Roswal yang tak bisa dipahami.
Dan juga, semua ini baru akan masuk akal jika dia memang memiliki Kitab yang sempurna.

“Karena kau tiba-tiba terdiam, bolehkah aku menganggapnya sebagai bentuk penyesalanmu?”

“Aku bukanlah seorang gadis SMA yang akan mati jika dia berhenti berbicara, aku hanya sedang diam memikirkan satu atau dua hal. Yah meskipun satu atau dua hal itu mungkin tidak cukup di sini.”

Ada begitu banyak hal yang harus dia pecahkan sehingga mungkin tidak cukup bagi sel di otak Subaru untuk melakukannya.
Ada Emilia. Rem. Beatrice..... Menyusun setiap nama di barisan para wanita seperti ini membuat Subaru ingin cepat-cepat keluar dari situasi. Dan selain itu, ada Sanctuary, ada Elsa, tujuan asli Roswaal, dan Kitab. Dan kemudian,

“Ada Garfiel.... juga.”

Meyakinkan Garfiel dan memperoleh dukungannya adalah elemen yang sangat penting dalam rancangan rencana Subaru untuk menyelamatkan mansion. Ketika menyangkut cara memukul mundur Elsa, tak ada lagi orang lain dengan kekuatan tempur yang lebih hebat yang bisa Subaru persiapkan selain Garfiel. Fakta bahwa kekuatan Garfiel bisa dikatakan menandingi kekutan Elsa adalah sesuatu yang telah Subaru saksikan dengan matanya sekaligus dia rasakan sendiri dengan kepalanya.

“... Kalau tidak salah, aku sangat yakin aku sudah dipukul atau ditendang sampai kepalaku hancur, tapi apa yang terjadi pada hal itu?”

“Hah. Butuh waktu cukup lama untuk topik ini keluar. Kepalamu tidak hancur, hanya sedikit retak. Akan jadi masalah kalau aku membiarkanmu mati seperti itu, jadi kau mendapatkan sedikit penyembuhan.”

“Disembuhkan.... oleh siapa?”

“Yaah, siapa lagi yang ada di sana yang bisa melakukannya selain aku?”

Menemukan sedikit kesombongan dalam suara Garfiel, Subaru kehabisan kata-kata.
Siapa sangka Garfiel yang terlihat kasar dan brutal itu pernah mempelajari sihir penyembuhan? Masih dalam keadaan terikat, Subaru sedikit menggeliat.

“Kepalaku... kembali ke bentuk aslinya dan tidak berbentuk kotak ataupun piramid, kan?”

“Lain kali kalau kepalamu pecah, aku bisa membuatnya berbentuk seperti yang kau inginkan.”

Dengan sebuah helaan napas konyol, menerima jawaban tersebut, Subaru menyusutkan bahunya dan memastikan kalau paling tidak tubuhnya telah keluar dari situasi hampir mati.
Kalau begitu, pertanyaan selanjutnya adalah tujuan Garfiel.

“Karena kau yang menghancurkannya, rasanya sedikit aneh kalau aku berterima kasih padamu karena sudah menyembuhkan mereka, tapi..... apa tujuanmu?”

“Apa. Kau pikir tujuan macam apa yang kumiliki?”

“Mengingat situasinya, dari sudut pandangmu, kau sudah membuat penilaian yang tepat dengan menjatuhkanku, jadi aku tidak akan komplain. Aku benar-benar lepas kendali dan untunglah kau menghentikanku. Itu adalah salah satu dari banyak hal yang tidak ingin kukatakan tapi mau tidak mau harus kukatakan.... jika kau mengerti maksudku.”

“Itu memang perasaan yang sangat rumit. Bukannya aku tidak mengerti perasaan ingin memukul wajah si bajingan itu, tapi itu akan menyebabkan masalah untuk nenek dan yang lain jika kau melakukannya.”

Sepertinya Garfiel dan Subaru memiliki pendapat yang sama mengenai Roswaal. Tapi karena mereka berdua bergantung pada keberadaan Roswaal dalam persoalan yang tidak kecil, tak stupun dari mereka bisa menuangkan perasaan itu ke dalam tindakan.
Bagi Subaru, Roswaal adalah penjamin kehidupannya di dunia ini, dan bagi Garfiel serta yang lainnya, dia adalah orang yang dibutuhkan sebagai pengurus Sanctuary.

Tapi melihat alasan pertama yang Garfiel sebutkan adalah Lewes..... dia pasti lebih memikirkan kehidupan para penghuni Sanctuary dibanding dirinya sendiri.
Hal ini mendukung penilaian Frederica terhadap Garfiel di pengulangan sebelumnya, yang pada kenyataannya, alasan Garfiel memilih tetap berada di Sanctuary daripada ikut dengan saudaranya, adalah karena memikirkan perasaan para penghuni yang dia tinggalkan.

“Karena Lewes dan yang lainnya sangat berarti untukmu, keberadaan Roswaal sebagai pelindung mereka tentu sangat diperlukan. Tanpa dia dan fetish Demihuman-nya, para penghuni yang terjebak di Sanctuary tidak akan bisa melanjutkan kehidupan mereka seperti sekarang, ya.”

“Jangan memberiku omong kosong memalukan seolah kau mengerti semuanya. Kau pikir siapa yang menetap di sini karena alasan perasaan? Aku ada di sini karena aku tidak bisa meninggalkan tempat ini, jadi....”

“Kau tidak bisa pergi, meskipun saudara kandungmu Frederica bisa, Garf?”

Itu adalah informasi yang baru dia dapatkan di pengulangan sebelumnya. Memainkan kartu tersebut, Subaru menyimak perubahan dalam tingkah Garfiel. Tapi intensitas reaksi itu bahkan jauh melebihi bayangan Subaru.

“......t!”

Terdapat sebuah hembusan angin, dan tepat setelahnya, sebuah dentuman keras melewati samping kepala Subaru. Suara udara yang terbelah menggema ke seluruh ruangan, dan dengan hentakan langkah kaki yang lebih cepat dari apa yang bisa diproses oleh otak, lantai pun retak saat bentuk seluruh ruangan mulai berubah.

Tanah melengkung ke atas, dan dengan sebuah erangan, Subaru terlempar ke udara oleh gelombang kejut tersebut. Tidak bisa menahan tubuhnya sendiri, dia berguling-guling di lantai yang keras, dan baru berhenti ketika menghantam dinding di depan.
Benturan di punggungnya merenggut seluruh isi paru-parunya saat bagian belakang kepalanya menjerit kesakitan. Terbatuk, liur mengalir dari sudut mulut Subaru. Dan melihatnya,

“Siapa yang memberitahumu hal itu, bangsat? Apa mulut ember Frederica membeberkan hal-hal yang.... tidak, tidak mungkin dia mengatakannya. Kami sudah memutus ikatan kami sebagai saudara ketika kami berpisah.”

“Hal semacam itu hanyalah perumpamaan, mustahil memutuskan ikatan darah dalam....”

"Membahas hal semacam itu di sini, sekarang, itu sangat aneh, kan? Jika kau ingin menggunakannya, kau bisa menemukan banyak tempat yang lebih baik, yeah?"

Mendengar jawaban bertele-tele Subaru, Garfiel menggunakan intuisi tajamnya. Caranya mengatakan hal itu seolah, ketika Subaru tidak memperhatikan, dia menunjukan fakta yang bahkan gagal disadari Subaru.
Meskipun tebakan Garfiel tidak jauh dari kenyataan... bahkan, hampir tepat sasaran, caranya untuk sampai ke sana benar-benar terlalu menjurus.
Rasanya seolah dia memiliki daya tanggap luar biasa, atau lebih tepatnya, memiliki 'sesuatu yang tak bisa diabaikan'.

"Tidak mungkin... kau... juga??"

....Saat kemungkinan itu menyerangnya, Subaru tak bisa lagi menyembunyikan gemetar dalam suaranya.

"......"

Pertanyaan Subaru yang tidak memiliki pokok masalah, hanya mendapatkan balasan diam.
Dalam hal waktu, keheningan itu hanya berlangsung selama beberapa detik, tapi bagi Subaru, itu terasa begitu lama.

Tak ada jawaban. Kenapa dia tidak berbicara? Apa itu karena pertanyaan Subaru terlalu samar? Jika saja dia bilang kalau dia tidak mengerti, atau bahkan memberi Subaru sebuah tendangan, itu akan jauh lebih baik daripada ini. Satu-satunya harapan yang bisa Subaru pegang adalah reaksi sumbu pendek seperti itu.
Tapi,

"Aku juga.... kau bilang?"

Langkah kaki yang nyaring. Suara sol sepatu Garfiel yang sedang menghentak lantai batu terdengar mendekat, dan Subaru bisa tahu kalau dia sedang berjongkok di sebelahnya. Mengangkat wajahnya dari tanah, Subaru bisa merasakan wajah Garfiel mendekat ke arahnya, menunjukkan taring-taringnya.

"Dan apa yang membuatmu berpikir seperti itu, huh, oy?"

"Berhentilah berbicara dengan cara yang hanya membuat perasaanku lebih tidak enak. Aku hanya mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal, kan? Tak masalah jika kau langsung menyangkalnya.... ya kan?"

"Kau terdengar seperti hampir menangis?"

Mengabaikan permohonan Subaru, Garfiel menjawab dengan suara ambigu yang serupa. Tanggapan tak pasti itu semakin mengobarkan kecemasan Subaru, hatinya kini begitu kacau.

Dia ingin Garfiel menyangkalnya, bilang kalau itu hanya tebakan beruntung. Tapi tanggapan penuh arti itu malah semakin memperdalam firasat di hati Subaru.
Beatrice dan Roswaal, mereka berdua yang Subaru anggap sebagai sekutu, satu demi satu terungkap sebagai pemilik Kitab. Bagi Subaru sekarang, tidaklah aneh jika orang ketiga juga terungkap.

"Kalau begitu.... Itu artinya kau juga tahu, kan..!?"

".... Ah, jadi itu maksudmu. Penasaran di mana kau menyadarinya."

"......!?"

Tenggorokannya membeku karena rasa syok, dia menggambar figur seorang Garfiel di dalam matanya yang tertutup.
Intonasi suara, dan helaan napas lesunya. Itu sama sekali tidak seperti Garfiel yang Subaru kenal. Tapi bahkan ketika Subaru mengungkapkan kalimat tersebut, jarak di antara mereka tidak berubah.

"Kau nampak terkejut, tapi ini tidak seaneh itu. Aku sudah lama tinggal di Sanctuary, dan kami sudah saling kenal untuk waktu yang sangat lama. Jadi kesempatannya tidak hanya sekali dua kali."

"Ta...tapi... bu..bukankah kau membenci Penyihir? Sangat membencinya sampai kau bereaksi berlebihan seperti itu.... tapi...."

"Yeah, memang. Aku memang membenci Penyihir, aku tidak mempercayaimu yang berbau seperti Penyihir, aku juga tidak punya rasa kasih sayang terhadap Half-Witch Emilia-sama itu. Tapi aku tidak bisa bilang kalau benda itu salah. Setidaknya, benda itu tahu apa yang ingin kuketahui."

"Apa yang ingin.... kau ketahui..."

".... Aku tidak punya alasan untuk memberithumu. Tapi kenapa kau tidak coba bertanya? Kau mungkin tidak akan dapat kesempatan lain."

Setelah Garfiel mengucapkan kalimat tersebut, Subaru bisa merasakan kalau pemuda itu bangkit berdiri. Kemudian, dia menjauh dari Subaru, menuju pintu keluar dari ruang tahanan ini dan meletakkan tangannya di pintu.
Mendengar pintu kayu berderak, "Hey!" Subaru berteriak ke arah Garfiel yang hendak pergi.

"Tunggu! A-apa yang akan terjadi padaku. Maksudku apa yang terjadi sekarang?"

"Karena sudah mencoba membunuh Roswaal si bangsat itu, kau termasuk cukup beruntung. Untuk saat ini, kau hanya akan ditahan dan diikat di sini sampai hasilnya keluar."

Ditahan... adalah kata-kata yang sering terdengar kemarin. Dari mulut Roswaal, tentunya. Fakta bahwa status tahanan Roswaal kini juga dimiliki Subaru karena telah melakukan tindak kekerasan padanya, memang sungguh ironis.
Di depan Subaru yang tidak mengeluarkan suara apapun, Garfiel mendengus melalui hidungnya,

"Kau akan mendapatkan makan setiap pagi dan sore. Jangan coba-coba melakukan sesuatu yang bodoh. Akulah yang akan merawatmu."

"Mana mungkin... itu bukanlah hal yang kukhawatirkan sekarang! Ngomong-ngomong, hasil? Kau bilang hasil? Hasil apa? Apa yang kau tunggu....?"

"Hasil apa? Bukankah itu sudah jelas?"

Kali ini, Garfiel menjawab seolah baru saja mendengar pertanyaan yang paling bodoh,

"Tentu saja, hasil Ujian Emilia-sama. Setelah mendengar apa yang kau lakukan, dia langsung menjadi sangat antusias, seolah mencoba menebus apa yang telah kau lakukan."


XxxxX


…. Setelah Garfiel meninggalkan ruangan tersebut, Subaru, sendirian di dalam penjara, tenggelam dalam lautan pemikirannya.

Dia masih belum bisa mengeluarkan kata-kata yang Garfiel ucapkan saat mereka berpisah dari dalam kepalanya.
Untuk membersihkan nama Subaru, Emilia menguatkan dirinya untuk menantang Ujian. Mungkin dia berpikir, jika Sanctuary terbebas, pencapaiannya pasti akan cukup untuk membebaskan Subaru dari tindak kejahatannya.
Itu memang seperti Emilia, Subaru sama sekali tidak ragu.

“Tapi pada waktu itu, aku....”

Meski dikuasi oleh amarah, pada akhirnya, Subaru memang benar-benar ingin mencekik Roswaal.
Dengan tangan mencengkeram leher orang itu, dia menggunakan kekutan genggamannya untuk memblokir saluran pernapasan Roswaal, terus membangun kekuatan seolah ingin mematahkan lehernya, atau paling tidak membuatnya sesak.

Walau dia tidak bisa menggerakkan tangan yang terikat di belakang punggungnya, Subaru bisa merasakan kalau jarinya sedang gemetar.
Melupakan nafsu itu untuk sesaat, apa yang tersisa di tangannya hanyalah sisa kehangatan gelap yang hampir merenggut nyawa orang lain. Di dalam perut kosongnya, sensasi mual mulai terbentuk.
Apalagi, mengingat target niat membunuh itu adalah seseorang yang dekat dengannya.

“Aku... tidak tahu lagi....”

Siapa yang harus dipercaya, apa yang harus dipikirkan, dan apa yang harus dilakukan, semuanya tak lagi masuk akal.

Apa sebenarnya posisi Beatrice? Kenapa dia memiliki sebuah Kitab? Dan apa artinya hari-hari yang mereka habiskan bersama?
Apa yang Roswaal pikirkan? Kenapa orang itu bisa punya Kitab sempurna? Apa yang dia ingin Subaru ingat? Dan apa makna sejati dari perannya yang tak bisa dijelaskan dalam semua ini?
Bagaimana dia bisa membantu Emilia untuk lulus Ujian? Atau lebih tepatnya, apa memang keputusan yang benar mendorongnya mengikuti Ujian seperti ini? Dia bahkan tidak bisa mulai menjawab pertanyaan itu.
Apa tujuan Garfiel, dan apa benar dia punya sebuah Kitab? Lalu yang lebih penting, mustahil mengalahkan Elsa tanpa bantuannya. Namun, dengan hubungan mereka yang semakin memburuk setiap kali Return By Death terjadi, bagaimana dia bisa membawanya ke mansion?
Apa yang sebaiknya dia lakukan mengenai serangan Elsa, haruskah dia melawan, ataukah mengevakuasi? Dan kenapa ada perbedaan waktu antara serangan pertama dan serangan kedua? Kenapa pembunuh itu tahu tentang jalur evakuasi yang seharusnya tidak diketahui siapapun? Siapa yang mempekerjakan Elsa? Apa yang harus dia lakukan untuk mengalahkannya? Terlepas dari semua itu, Subaru tidak akan pernah bisa memaafkannya.

Dan kenapa Sanctuary dibangun? Apa garis besar Ujian yang tersisa, dan kenapa Ujian itu sendiri ada? Apa tujuan Echidona yang tertidur dalam Makamnya, dan bagaimana dia bisa bertemu Penyihir itu lagi? Dan, di akhir pengulangan sebelumnya, apa yang terjadi pada Sanctuary yang kosong? 
Lalu di saat-saat terakhir, apa yang telah membunuh dan menelan Subaru?

“Aku tidak bisa.... menjawab.... satupun.”

Berputar, berputar, dan berputar, pertanyaan tanpa jawaban itu terus berputar di kepalanya tanpa henti.
Dengan kelopak matanya yang terikat dan pandangannya yang sepenuhnya tersegel, informasi akan dunia di sekitarnya tentu tertutupi, tak ada tempat untuk pertanyaan-pertanyaan itu berputar selain di dalam dirinya sendiri.
Di dalam dirinya penuh dengan misteri dan keraguan, dia telah menemui jalan buntu.
Apa yang menyiksa Subaru tidak hanya keraguanya yang tak terjawab, tapi juga kecemasan pada waktu yang berlalu sia-sia, tenggelam dalam pemikiran yang tak berarti.

Karena matanya tertutup, Subaru tidak bisa mengatakannya dengan pasti, tapi firasatnya mengatakan kalau kemungkinan besar sehari telah terlewati semenjak malam ketika dia mencekik Roswaal.
Di sini gelap, tapi mungkin dia ditahan di dalam sebuah bangunan tersembunyi di hutan. Udara dingin di ruangan ini begitu mencolok bahkan ketika mempertimbangkan fakta bahwa tak ada satupun cahaya yang bisa menerobos masuk.

Dibandingkan suhu saat siang hari yang dia rasakan sejauh ini, dia pun sadar penurunan suhu yang sangat drastis di sini. Jadi mungkin, menganggap kalau sekarang sudah malam dan matahari telah terbenam, tentu akan jauh lebih berguna. Jika dia mengikuti anggapan bahwa sekarang sudah malam, maka sangat jelas kalau setidaknya seharian penuh telah terlewati.

Semenjak dipanggil ke dunia paralel ini, Natsuki Subaru telah mengalami berbagai jenis luka, baik itu ringan maupun parah. Dan tubuhnya masih membawa ingatan ketika disembuhkan dari semua luka-luka  itu.
Jadi menilai dari pengalaman, setengah kepala hancur dan tengkorak retak, jelas-jelas adalah sebuah luka fatal. Fakta bahwa dia masih hidup tanpa adanya Ferris jujur saja tak lebih dari sebuah keajaiban, yang mana itu menunjukan betapa hebatnya Garfiel.

Pada dasarnya, di dunia ini, selama orang itu tidak mati, hampir semua luka bisa disembuhkan, tergantung kemampuan penyembuhnya. Tapi tentunya, semakin parah suatu luka, semakin berat beban yang harus ditanggung untuk menyembuhkannya.
Kelelahan tubuh hanya bisa dipulihkan dengan stamina, dan dalam artian serupa, luka Subaru barusan tidak mungkin bisa dipulihkan hanya dalam beberapa jam, atau bahkan semalaman.
Kemungkinan besar, satu malam telah terlewati. Tapi apa yang lebih meyakinkan fakta itu adalah,

“Aku.... lapar....”

Perut kosongnya yang tidak kemasukan apapun selama dia tertidur, terasa sakit dan terus berbunyi, menegaskan keberadaannya.


XxxxX


Berjalannya waktu dan jam-jam yang tidak jelas perlahan merusak pikiran Subaru.

Dia tidak tahu berapa lama waktu telah terlewati semenjak saat itu, dan penahanannya masih tidak berubah. 
Begitulah, Subaru ditinggalkan di penjara tersebut seiring dengan berjalannya waktu.

“......”

Dia mencoba menghitung tiap detik demi detik untuk mengikuti waktu dalam kehampaan, tapi setalah menghitung selama satu jam, di mana dia merasa mulai gila, dia akhirnya mengabaikan ide demikian.
Selain itu, ada perbedaan apa meskipun dia tahu waktu? Bagaimanapun,

“Mungkin.... ini sudah terlambat...”

Makanan sudah dibawakan pada Subaru enam kali. Jika dia mengikuti jadwal sekali setiap pagi dan malam, artinya tiga hari telah terlewati. Tiga hari setelah Subaru terbangun di Makam... artinya ini hari kelima semenjak dia sampai di Sanctuary.
Meskipun dia pergi menuju mansion pagi ini, dia hanya akan sampai di waktu yang sangat mepet mengasumsikan waktu serangan Elsa. Saat dia melewati titik waktu tersebut, Subaru sudah melewatkan batas waktu yang dia miliki.

Faktanya, Subaru telah membuat kesalahan sejak awal pengulangan ini.
Penyesalan sebesar apapun seharusnya tak boleh membuat dirinya termakan oleh amarah dan melemparkan diri pada Roswaal. Jika dia tidak kehilangan kontrol emosinya, dia pasti bisa memastikan banyak informasi dari Roswaal, dan yang paling penting, hubungannya dengan Garfiel tidak akan memburuk sampai-sampai dia harus ditahan oleh Garfiel seperti ini.

Konsekuensi dari menyerahkan dirinya pada emosi mendidih itu adalah, keadaaannya saat ini yang seperti ulat.
Dia tidak melakukan satu hal pun yang seharusnya dia lakukan, dia bahkan tidak bisa melihat wajah yang ingin dia lindungi. Sebaliknya, dia malah berada di sini dalam keadaan yang tidak enak dilihat, meringkuk ketakutan dalam waktu yang terus mendekat.
Ya, Subaru sudah menyerah di pengulangan ini.

“..... Aku benar-benar.... mengacaukannya....”

Karena kesalahan sesaat itu, dia kehilangan kesempatan untuk mencegah tragedi yang hendak menimpa mansion. Yang berarti, secara bergantian, kesempatan bertahan hidup keempat gadis yang ada di dalam mansion menjadi tak memiliki harapan.
Rem, Petra, Frederica, Beatrice. Subaru dengan sadar membiarkan mereka mati, setelah dia berteriak dan mencela Roswaal karena melakukan hal yang serupa.

“.... Sialan, aku. Kenapa aku tidak mati?”

Dia hanya ingin mati. Jika titik awalnya tidak berubah, dan jika dia bisa memulai dari awal lagi, maka Subaru akan kembali ke malam itu dan menghadapi peluangnya sekali lagi. Meskipun dia masih akan tersandung, tak tahu di mana harus memulai, setidaknya itu lebih baik daripada keadaan yang tak enak dipandang ini. Pasti, dia pasti bisa melakukan yang lebih baik dari ini. Dia harus melakukan yang lebih baik dari ini.

“Kalau tidak, apa gunanya....”

Apa dia sudah siap untuk pasrah, dan menggigit bibirnya serta menyaksikan akhir dunia ini?

Menilai bahwa menyelamatkan mansion sudah tidak lagi mungkin, dan menilai bahwa Kematian dalam pengulangan ini tak bisa dielakkan, Subaru langsung melakukan bunuh diri dan mengalami Return By Death..... tapi itu bukanlah apa yang terjadi.
Itu adalah kemungkinan situasi terburuk, dan apa yang menunggu Subaru di kehidupan ini hanyalah masa depan hampa yang tidak memiliki arti. Dia harus bertaruh pada Return By Death dan membalik dunia, berusaha menuju masa depan yang paling baik. Tapi,

“Jika aku kembali tanpa mempelajari apapun, aku hanya akan kembali ke titik di mana aku memulai.”

Paling tidak, Subaru harus tahu apa yang terjadi pada Sanctuary setelah dia pergi.
Apa yang terjadi pada hari keenam? Itu saja perlu dipastikan. Dan karena alasan itu semata, tak peduli seberapa besar Subaru ingin berteriak sampai tenggorokannya serak, ataupun menggertakkan giginya sampai mereka patah, Subaru harus menelan semua penyesalannya pada mansion dan menyerahkan diri pada pengulangan ini.

Jika sekarang adalah hari kelima, besok seharusnya terjadi sesuatu.

Dalam tiga hari terakhir, hanya Garfiel dan seseorang lagi yang bertugas merawat Subaru, yang mengunjungi penjara itu. Si pengurus satunya selalu diam, mungkin mengkuti perintah Garfiel, jadi Subaru tidak tahu siapa itu. Tapi dari caranya mengusap tubuh Subaru yang terikat dan gerakan tangannya saat memberi makan Subaru, dia menyimpulkan kalau orang itu kemungkinan besar adalah seorang wanita.
Dalam sebuah lingkungan di mana setiap gerakannya diawasi, tentu tak ada peluang untuk menyelidikinya lebih jauh, jadi identitas asli pembantu Garfiel masih tidak diketahui.

Namun, tempat ini pasti adalah tempat yang tidak bisa ditemukan oleh Emilia yang berusaha menyelamatkan Subaru.
Kemungkinan besar, ini adalah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh Garfiel dan pembantunya, tempat di mana Subaru tidak bisa berharap untuk ditemukan ataupun memanggil bantuan.
Faktanya, jika Garfiel dan Roswaal memutuskan untuk menahannya di sini, maka tak ada gunanya melarikan diri.

“Jika Emilia bisa melewati Ujian dan menyelamatkanku, itu akan sangat hebat, tapi....”

Jika situasinya dibalik, Subaru yakin dia bisa melewati Ujian demi Emilia.
Tapi Subaru tidak pernah membayangkan kalau Emilia akan mencoba mengalahkan Ujian demi dirinya. Dia juga tidak pernah berpikir kalau dia begitu berarti bagi Emilia sampai-sampai dirinya menjadi motivasi untuk Emilia. Sebesar itulah Subaru menilai rendah dirinya sendiri.
Tapi pada kenyatannya, fakta bahwa tak ada kabar baik yang datang dalam tiga hari ini mungkin berarti bahwa, seperti pengulangan sebelumnya, Emilia tidak bisa melewati Ujian tak peduli berapa kali dia menantangnya.

Dengan kata lain, situasi di mansion, di Sanctuary, Subaru dan Emilia, semuanya menemui jalan buntu yang dipenuhi tumpukan kotoran. Tepat seperti apa yang pernah Garfiel teriakkan padanya.

“Bagaimanapun, aku memang....”

…. Harus melakukan sesuatu.

Demi Emilia, demi mansion, demi Sanctuary, demi setiap masalah yang ada, dia harus mengatasinya dengan kedua tangannya sendiri, dan dengan senjata yang diberikan padanya.

Sebuah tekad tanpa suara. Tidak mudah menyerah, adalah satu-satunya alasan Subaru untuk terus hidup. 
Setelah berpikir untuk waktu yang sangat sangat lama, dia sampai pada kesimpulan yang sama yang sudah dia capai berkali-kali sebelumnya. Merasa hal itu sudah pernah terjadi lebih dari apa yang bisa dihitung jari, Subaru mengangguk pada hatinya dan menunggu waktu berlalu.

..... Ketika sesuatu akhirnya terjadi, adalah saat dia merasakan seseorang mengguncang tubuhnya yang sedang menuju ke alam tidur.

"....mn?"

Seseorang memegang bahunya, mengguncangnya agar terbangun saat Subaru kembali dari tidur kecilnya menuju ke dunia nyata.
Dia menyadari ada air liur yang menetes di sudut bibirnya, dan karena dia tidak bisa menggunakan tangannya, dia menggerakkan kepalanya ke arah bahu untuk mencoba mengusapnya. Itu aktivitas yang sangat berat,  tapi mulai terbiasa menggunakan tubuh bagian atasnya, dia pun berhasil mengusap liur tersebut,

"Siapa... itu??"

Suaranya masih serak karena baru saja terbangun, ditambah lagi teriakannya belakangan ini.
Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berteriak seperti itu lagi atau tenggorokannya akan rusak, dan sekarang, dia kurang lebih sudah tidak peka dengan rasa sakit yang terasa ketika dia akan memuntahkan darah. 
Meski itu bukanlah hal yang patut disyukuri.

Mendengarkan respon Subaru, orang yang membangunkannya memberikan sebuah helaan napas pendek. Dan,

"Maaf melakukan ini di tengah-tengah tidurmu, tapi apa kau bisa bergerak, Natsuki-san?"

"Aauh?"

Mendengar suara milik seseorang yang tidak pernah dia bayangkan akan ada di sini, Subaru mengeluarkan sebuah helaan napas bodoh.
Mungkin salah mengira keterkejutan Subaru sebagai sebuah gumaman kantuk, orang itu menggumam "Oh, ayolah" dengan pelan, dan sedikit menampar wajah Subaru.

"Aku juga mengambil resiko untuk datang ke sini menyelamatkanmu, kau tahu, jadi bisakah kau sedikit bersemangat? Aku yakin kita berdua tidak mau jika semuanya berakhir di sini."

Berkata demikian, dia memotong tali yang mengikat tangan dan kaki Subaru dengan sebuah pisau. Mendapatkan kembali kebebasan tangan dan kakinya yang telah lama hilang,  Subaru menegaskan kembali sensasi tersebut dan dengan kasar menarik penutup matanya,

"Augh... tangan, kaki... bahkan mataku juga sakit."

Di tengah-tengah pandangan Subaru yang masih kabur dan tidak jelas, dia mendapati seorang pria yang terlihat tidak ingin berada di sini.


Seorang tokoh muncul di sini dengan alasan yang sangat tidak jelas, Otto Sewen, secara tak terduga naik ke atas panggung.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
10 Komentar
avatar

Fuh.. puas bacanya wkwkw thanks min, moga2x lancar jaya xD

Balas
avatar

min lanjut min... tak ada yg lebih di tunggu selain rezero =(

Balas
avatar

Min setiap berapa minggu sekali ini update light novel nya???
Btw,, sukses buat mimin :)

Balas
avatar

semakin banyak misteri yang terungkap, makin seru ajah

Balas
avatar

Chapter berapa musuh utama di sanctuary muncul min?

Balas
avatar

Ayo translate lgi, chicken udh nyampe 41, tpi feelny kurang berasa klo english

Balas
avatar

Yuhuuu semangat min translatenya...

Balas