[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Prolog
Prolog
Matahari nampak terbenam di belakang pegunungan. Dan warna ungu malam mulai menyelimuti langit. Sebuah bayangan kecil terlihat bergerak diam-diam melewati ladang yang rumputnya tumbuh cukup tinggi hingga mencapai pinggang manusia.
"Sheessh,, jika aku bisa terbang, aku tidak perlu banyak waktu untuk pergi ke sana."
Suara dari bayangan kecil itu adalah seorang wanita.
"Aku akan tertangkap jika terbang dan aku akan tertangkap juga jika berjalan. Hidup memang menjadi keras semenjak saat itu."
Dia berjalan dengan pelan dan hati-hati. Menjadi sangat waspada dengan sekitarnya dan mencoba agar tidak menarik perhatian.
Sesaat setelahnya, dia sampai pada dinding kayu yang membentang seperti tak berujung.
"Ini pasti selesai dengan cepat. Ini sudah hampir melewati satu tahun."
Dia memperhatikan tanda salib yang terbuat dari lima bagian terpisah yang menggantung di dinding.
Itu adalah simbol dari United Pente-Continental Knights (Persatuan Kesatria Benua Pente) Bentuknya diambil dari peta dunia yang terdiri benua Utara, Selatan, Timur, dan Barat, dengan Benua Utama ditengahnya.
United Pente-Continental Knights yang dipimpin oleh sang Pahlawan Emilia, sebenarnya terbentuk dengan menyatukan seluruh tentara manusia di dunia untuk melawan tentara Raja Iblis yang telah menguasai seluruh dunia.
Kini, bagaimanapun, organisasi itu melayani pemerintah yang tugasnya membangun ulang Benua Utama yang telah dihancurkan sepenuhnya oleh pasukan Raja Iblis.
Dinding yang melambangkan simbol United Pente-Continental Knights dan terlihat membentang tanpa akhir ini telah berdiri dari daerah terlarang sampai ke area tertentu.
Saat kegelapan dengan cepat menutupi langit, memori kelam dari "area itu" masih menggema di seluruh Benua Utama.
Kastil Raja Iblis.
Tempat tinggal dari Raja Dunia Iblis, Satan, dan sekaligus benteng yang dia gunakan dalam invasinya. Hanya ada tiga orang yang telah melihatnya dengan mata mereka sendiri dan masih hidup untuk meceritakannya. Mereka adalah Emeralda Etuva, Albertio Ende dan Olba Meyer.
Setelah menghilangnya Emilia dan Satan, United Knights memulai operasi besar-besaran untuk memusnahkan pasukan Raja Iblis yang tersisa.
Saat Satan dan Alciel, Iblis terakhir dari "Empat Jenderal Iblis" yang masih selamat, menghilang, sisa dari pasukan yang telah manusia lawan untuk waktu yang lama, berubah menjadi sekawanan burung yang tak terarah. Mereka dimusnahkan hanya dalam waktu setahun lebih sedikit.
Meski begitu, masih ada beberapa insiden sporadis yang disebabkan oleh iblis yang bertahan di Benua Utama. Tujuan utama dari operasi United-Knights adalah untuk menjatuhkan kastil Raja Iblis. Kastil Raja Iblis berdiri tepat di atas Isla Centrum. Tempat itu adalah pusat pedagangan dunia, itu seperti simbol dominasi di Ente Isla.
Kastil Raja Iblis muncul dalam waktu semalam di atas reruntuhan kota yang telah dihancurkan oleh serangan iblis. Ukurannya melebihi kuil suci St. Ignold di benua barat atau kastil kuno, Soutengai yang berada di ibukota Benua Timur.
Bagian dalamnya besar dan misterius. Masih ada rumor tentang kastil itu, disebutkan disana penuh dengan dungeon bawah tanah yang berisi gunungan tulang penduduk Benua Utama yang telah dikorbankan, atau disana adalah tempat yang dihantui oleh roh kematian, atau disana masih dihuni oleh iblis yang tersisa.
Fakta bahwa kastil yang menakutkan ini masih berdiri di pusat dunia, memang menurunkan mental para pekerja rekonstruksi dan itu adalah sebuah pertanda buruk. Oleh karena itu para tentara masuk terlebih dahulu ke kastil untuk meratakannya dengan tanah.
Meskipun begitu, halusinasi dari monster dan wabah penyakit dengan signifikan bisa memperlambat kecepatan para tentara untuk menghancurkan kastil ini. Selain itu, diskusi politik antar benua yang berinisiatif untuk memulihkan Benua Utama setelah pengaruh dari pasukan Raja Iblis sepenuhnya dibasmi, terlihat menemui jalan buntu. Satu-satunya langkah yang mungkin dilakukan adalah membangun dinding di kastil dan mencegah warga untuk masuk, menurunkuan para kesatria untuk melanjutkan penghancuran, dan lihat apa yang yang bisa dicapai oleh diskusi ini.
"Well, mungkin itu memang jalan yang terbaik. Kita tidak mungkin bisa melakukan apapun apabila kastil ini dihancurkan begitu saja."
Dia berdiri di depan dinding.
Melihat tidak ada penjaga yang berpatroli, dia melompati dinding yang tingginya kira-kira 10 meter itu tanpa bantuan apapun.
Pada saat itu, seluruh tubuhnya bersinar dan menerangi kegelapan.
Di balik dinding itu, tidak ada apapun, selain dataran yang terlihat tak berujung. Rumput yang tinggi dan pepohonan, membuat jalan tak terurus yang dilewatinya tadi terlihat seperti jalanan kota yang hidup. Tidak satupun burung malam ataupun serangga ada disana. Itu adalah dunia mati yang sebenarnya.
Dia berlari melewati padang kematian menuju pusat dunia.
Segera setelahnya, sebuah bayangan hitam muncul di ketinggian langit.
Itu adalah puncak kastil yang berdiri lebih tinggi dari kastil manapun di dunia, seolah menantang surga. Itu adalah tempat tinggal para iblis dan kegelapan. Kegelapan yang agung.
Namun...
"Sheeshh.. Ini sangat klise. Tidak bisakah mereka membuat yang lebih original."
Dia melihat ke puncak agung itu dan menggerutu kecewa.
Sampai di sisi timur kastil Raja Iblis, dia melewati gerbang raksasa dengan mudah, dan berjalan menuju bagian dalam. Dia melihat ukiran burung raksasa yang menyerupai elang dan berjalan ke kastil Raja Iblis tanpa ragu.
Di koridor besar tersebut tidak ada tanda-tanda kehidupan di manapun, dan terbagi menjadi jalan yang menuju berbagai area di dalam kastil, mirip seperti koloni semut. Dia tidak menghabiskan banyak waktu untuk memilih jalan, dan terus maju ke depan. Di tangan kirinya terdapat cincin dengan batu berwarna violet bersinar.
Di lantai tertinggi kastil Raja Iblis di mana sang Pahlawan Emilia memimpin dengan pedang sucinya,
Tahta Satan, sang Raja Iblis.
Bulan purnama bersinar melewati jendela koridor dan terdapat cukup banyak teras yang bisa membuat orang biasa tersesat.
Dia terus berlari melewati kegelapan dan disinari oleh bulan purnama di langit malam. Sudah berapa lama dia berlari?
Akhirnya dia sampai di ruang tahta tanpa raja tersebut.
Ruangannya tidak terawat, dan bekas pertarungan melawan sang Pahlawan masih tersisa. Dia dengan segera berlari ke belakang kursi singgasana yang dulu pernah diduduki oleh sang Raja Iblis. Sebuah tahta yang tidak seorangpun berani mendekatinya.
Dan di belakang tirai yang berat itu.....
"Ah..."
Sebuah kamar
Kamar yang besar.
Sebuah lemari yang besar nan panjang, yang mana sepertinya berisi pakaian Raja Iblis di hari-hari gemilang itu. Sebuah rak buku yang lebih tinggi dari manusia manapun. Di atas meja yabg lebih tinggi dari dirinya terdapat bulu burung raksasa, berdiri dengan semua penanya menancap di meja.
"Benar-benar tidak ada apa-apa disini."
Tidak ada satupun buku di rak buku. Penutup pada lemari itu terbuka tapi tidak ada apa-apa selain debu di dalamnya. Dan tidak ada tinta yang bisa digunakan untuk menulis.
Bukan berarti kamar ini telah dibersihkan, memang tidak ada apa-apa di dalamnya sedari awal.
"Kemana kau pergi?"
Dia menggerutu sedih dan berjalan melewati ruangan kosong tersebut, menuju jendela besar di belakang kamar dimana cahaya bulan menembus masuk. Dia membuka jendela itu.
Di belakang jendela tak berkaca itu terdapat balkon yang menghadap ke selatan.
"Ketemu kau?"
Di taman yang terlalu besar untuk ukuran taman dapur itu terdapat barisan pot, di salah satunya berdiri pohon agung.
Pohon itu berbentuk aneh, dua pohon yang terpisah itu saling melingkar satu sama lain membentuk satu pohon.
"Kuharap meraka dirawat dengan lebih baik, mereka pasti akan sangat mencolok jika berada disini."
Dia tersenyum kecil, dan membelai pohon itu dengan tangan kirinya, seolah pohon itu merasa kesepian karena tidak ada yang merawatnya.
Cahaya bulan menyinari batu di cincin yang berada di tangan kirinya, membuat batu itu bersinar dengan terang. Pohon itu juga mulai bercahaya sebagai responnya.
Sebuah bola cahaya muncul antara tangannya dan pohon itu, dan cahaya di batu itupun menghilang. Pohon itu, meskipun pohon itu berdiri dengan gagah beberapa saat yang lalu, sekarang pohon itu tumbang dan mati dengan seketika.
"Kau telah tumbuh dengan bagus, sana sana!"
Dia tidak memperhatikan pohon yang telah mati itu, dan tersenyum pada bola tersebut. Akan tetapi....
"!!"
Dia dengan cepat melihat ke arah timur balkon.
Lima bintang berbaris di langit yang penuh cahaya bulan.
Akan tetapi, itu bukanlah bintang, itu adalah sesuatu yang bersinar dan terbang ke arahnya.
"Aku sudah menduga kalau mereka akan tahu. Cepat sekali!! Mereka sangat nekat. Well, kupikir tidak mengejutkan kalau mereka begitu."
Dia menggenggam bola itu dan kembali ke kamar.
"Well jika sesuatu terjadi, aku tahu lokasi mereka, aku akan menyuruh mereka untuk merawatmu"
Dan sebagai responnya, bola itu berdenyut dengan hangat.
"Baiklah. Haruskah kita bermain permainan kejar-kejaran yang kita mainkan dulu? Berapa bagus kau telah berkembang dalam beberapa ratus tahun terakhir, Gabriel kecil?"
Dia bertingkah seperti sedang merasa senang. Dan menghilang dalam kegelapan kastil Raja Iblis.
Bulan kedua yang menguasai langit malam Ente Isla akan segera muncul di atas cakrawala melewati lima bintang tersebut, jauh di timur balkon kastil.
Bulan merah dan bulan biru berada dalam satu garis lurus pada waktu lima bintang itu mendarat di kastil.
Namun cahaya yang terpancar wanita itu, cahaya yang menyinari kastil Raja Iblis - telah menghilang tanpa jejak.
Matahari nampak terbenam di belakang pegunungan. Dan warna ungu malam mulai menyelimuti langit. Sebuah bayangan kecil terlihat bergerak diam-diam melewati ladang yang rumputnya tumbuh cukup tinggi hingga mencapai pinggang manusia.
"Sheessh,, jika aku bisa terbang, aku tidak perlu banyak waktu untuk pergi ke sana."
Suara dari bayangan kecil itu adalah seorang wanita.
"Aku akan tertangkap jika terbang dan aku akan tertangkap juga jika berjalan. Hidup memang menjadi keras semenjak saat itu."
Dia berjalan dengan pelan dan hati-hati. Menjadi sangat waspada dengan sekitarnya dan mencoba agar tidak menarik perhatian.
Sesaat setelahnya, dia sampai pada dinding kayu yang membentang seperti tak berujung.
"Ini pasti selesai dengan cepat. Ini sudah hampir melewati satu tahun."
Dia memperhatikan tanda salib yang terbuat dari lima bagian terpisah yang menggantung di dinding.
Itu adalah simbol dari United Pente-Continental Knights (Persatuan Kesatria Benua Pente) Bentuknya diambil dari peta dunia yang terdiri benua Utara, Selatan, Timur, dan Barat, dengan Benua Utama ditengahnya.
United Pente-Continental Knights yang dipimpin oleh sang Pahlawan Emilia, sebenarnya terbentuk dengan menyatukan seluruh tentara manusia di dunia untuk melawan tentara Raja Iblis yang telah menguasai seluruh dunia.
Kini, bagaimanapun, organisasi itu melayani pemerintah yang tugasnya membangun ulang Benua Utama yang telah dihancurkan sepenuhnya oleh pasukan Raja Iblis.
Dinding yang melambangkan simbol United Pente-Continental Knights dan terlihat membentang tanpa akhir ini telah berdiri dari daerah terlarang sampai ke area tertentu.
Saat kegelapan dengan cepat menutupi langit, memori kelam dari "area itu" masih menggema di seluruh Benua Utama.
Kastil Raja Iblis.
Tempat tinggal dari Raja Dunia Iblis, Satan, dan sekaligus benteng yang dia gunakan dalam invasinya. Hanya ada tiga orang yang telah melihatnya dengan mata mereka sendiri dan masih hidup untuk meceritakannya. Mereka adalah Emeralda Etuva, Albertio Ende dan Olba Meyer.
Setelah menghilangnya Emilia dan Satan, United Knights memulai operasi besar-besaran untuk memusnahkan pasukan Raja Iblis yang tersisa.
Saat Satan dan Alciel, Iblis terakhir dari "Empat Jenderal Iblis" yang masih selamat, menghilang, sisa dari pasukan yang telah manusia lawan untuk waktu yang lama, berubah menjadi sekawanan burung yang tak terarah. Mereka dimusnahkan hanya dalam waktu setahun lebih sedikit.
Meski begitu, masih ada beberapa insiden sporadis yang disebabkan oleh iblis yang bertahan di Benua Utama. Tujuan utama dari operasi United-Knights adalah untuk menjatuhkan kastil Raja Iblis. Kastil Raja Iblis berdiri tepat di atas Isla Centrum. Tempat itu adalah pusat pedagangan dunia, itu seperti simbol dominasi di Ente Isla.
Kastil Raja Iblis muncul dalam waktu semalam di atas reruntuhan kota yang telah dihancurkan oleh serangan iblis. Ukurannya melebihi kuil suci St. Ignold di benua barat atau kastil kuno, Soutengai yang berada di ibukota Benua Timur.
Bagian dalamnya besar dan misterius. Masih ada rumor tentang kastil itu, disebutkan disana penuh dengan dungeon bawah tanah yang berisi gunungan tulang penduduk Benua Utama yang telah dikorbankan, atau disana adalah tempat yang dihantui oleh roh kematian, atau disana masih dihuni oleh iblis yang tersisa.
Fakta bahwa kastil yang menakutkan ini masih berdiri di pusat dunia, memang menurunkan mental para pekerja rekonstruksi dan itu adalah sebuah pertanda buruk. Oleh karena itu para tentara masuk terlebih dahulu ke kastil untuk meratakannya dengan tanah.
Meskipun begitu, halusinasi dari monster dan wabah penyakit dengan signifikan bisa memperlambat kecepatan para tentara untuk menghancurkan kastil ini. Selain itu, diskusi politik antar benua yang berinisiatif untuk memulihkan Benua Utama setelah pengaruh dari pasukan Raja Iblis sepenuhnya dibasmi, terlihat menemui jalan buntu. Satu-satunya langkah yang mungkin dilakukan adalah membangun dinding di kastil dan mencegah warga untuk masuk, menurunkuan para kesatria untuk melanjutkan penghancuran, dan lihat apa yang yang bisa dicapai oleh diskusi ini.
"Well, mungkin itu memang jalan yang terbaik. Kita tidak mungkin bisa melakukan apapun apabila kastil ini dihancurkan begitu saja."
Dia berdiri di depan dinding.
Melihat tidak ada penjaga yang berpatroli, dia melompati dinding yang tingginya kira-kira 10 meter itu tanpa bantuan apapun.
Pada saat itu, seluruh tubuhnya bersinar dan menerangi kegelapan.
Di balik dinding itu, tidak ada apapun, selain dataran yang terlihat tak berujung. Rumput yang tinggi dan pepohonan, membuat jalan tak terurus yang dilewatinya tadi terlihat seperti jalanan kota yang hidup. Tidak satupun burung malam ataupun serangga ada disana. Itu adalah dunia mati yang sebenarnya.
Dia berlari melewati padang kematian menuju pusat dunia.
Segera setelahnya, sebuah bayangan hitam muncul di ketinggian langit.
Itu adalah puncak kastil yang berdiri lebih tinggi dari kastil manapun di dunia, seolah menantang surga. Itu adalah tempat tinggal para iblis dan kegelapan. Kegelapan yang agung.
Namun...
"Sheeshh.. Ini sangat klise. Tidak bisakah mereka membuat yang lebih original."
Dia melihat ke puncak agung itu dan menggerutu kecewa.
Sampai di sisi timur kastil Raja Iblis, dia melewati gerbang raksasa dengan mudah, dan berjalan menuju bagian dalam. Dia melihat ukiran burung raksasa yang menyerupai elang dan berjalan ke kastil Raja Iblis tanpa ragu.
Di koridor besar tersebut tidak ada tanda-tanda kehidupan di manapun, dan terbagi menjadi jalan yang menuju berbagai area di dalam kastil, mirip seperti koloni semut. Dia tidak menghabiskan banyak waktu untuk memilih jalan, dan terus maju ke depan. Di tangan kirinya terdapat cincin dengan batu berwarna violet bersinar.
Di lantai tertinggi kastil Raja Iblis di mana sang Pahlawan Emilia memimpin dengan pedang sucinya,
Tahta Satan, sang Raja Iblis.
Bulan purnama bersinar melewati jendela koridor dan terdapat cukup banyak teras yang bisa membuat orang biasa tersesat.
Dia terus berlari melewati kegelapan dan disinari oleh bulan purnama di langit malam. Sudah berapa lama dia berlari?
Akhirnya dia sampai di ruang tahta tanpa raja tersebut.
Ruangannya tidak terawat, dan bekas pertarungan melawan sang Pahlawan masih tersisa. Dia dengan segera berlari ke belakang kursi singgasana yang dulu pernah diduduki oleh sang Raja Iblis. Sebuah tahta yang tidak seorangpun berani mendekatinya.
Dan di belakang tirai yang berat itu.....
"Ah..."
Sebuah kamar
Kamar yang besar.
Sebuah lemari yang besar nan panjang, yang mana sepertinya berisi pakaian Raja Iblis di hari-hari gemilang itu. Sebuah rak buku yang lebih tinggi dari manusia manapun. Di atas meja yabg lebih tinggi dari dirinya terdapat bulu burung raksasa, berdiri dengan semua penanya menancap di meja.
"Benar-benar tidak ada apa-apa disini."
Tidak ada satupun buku di rak buku. Penutup pada lemari itu terbuka tapi tidak ada apa-apa selain debu di dalamnya. Dan tidak ada tinta yang bisa digunakan untuk menulis.
Bukan berarti kamar ini telah dibersihkan, memang tidak ada apa-apa di dalamnya sedari awal.
"Kemana kau pergi?"
Dia menggerutu sedih dan berjalan melewati ruangan kosong tersebut, menuju jendela besar di belakang kamar dimana cahaya bulan menembus masuk. Dia membuka jendela itu.
Di belakang jendela tak berkaca itu terdapat balkon yang menghadap ke selatan.
"Ketemu kau?"
Di taman yang terlalu besar untuk ukuran taman dapur itu terdapat barisan pot, di salah satunya berdiri pohon agung.
Pohon itu berbentuk aneh, dua pohon yang terpisah itu saling melingkar satu sama lain membentuk satu pohon.
"Kuharap meraka dirawat dengan lebih baik, mereka pasti akan sangat mencolok jika berada disini."
Dia tersenyum kecil, dan membelai pohon itu dengan tangan kirinya, seolah pohon itu merasa kesepian karena tidak ada yang merawatnya.
Cahaya bulan menyinari batu di cincin yang berada di tangan kirinya, membuat batu itu bersinar dengan terang. Pohon itu juga mulai bercahaya sebagai responnya.
Sebuah bola cahaya muncul antara tangannya dan pohon itu, dan cahaya di batu itupun menghilang. Pohon itu, meskipun pohon itu berdiri dengan gagah beberapa saat yang lalu, sekarang pohon itu tumbang dan mati dengan seketika.
"Kau telah tumbuh dengan bagus, sana sana!"
Dia tidak memperhatikan pohon yang telah mati itu, dan tersenyum pada bola tersebut. Akan tetapi....
"!!"
Dia dengan cepat melihat ke arah timur balkon.
Lima bintang berbaris di langit yang penuh cahaya bulan.
Akan tetapi, itu bukanlah bintang, itu adalah sesuatu yang bersinar dan terbang ke arahnya.
"Aku sudah menduga kalau mereka akan tahu. Cepat sekali!! Mereka sangat nekat. Well, kupikir tidak mengejutkan kalau mereka begitu."
Dia menggenggam bola itu dan kembali ke kamar.
"Well jika sesuatu terjadi, aku tahu lokasi mereka, aku akan menyuruh mereka untuk merawatmu"
Dan sebagai responnya, bola itu berdenyut dengan hangat.
"Baiklah. Haruskah kita bermain permainan kejar-kejaran yang kita mainkan dulu? Berapa bagus kau telah berkembang dalam beberapa ratus tahun terakhir, Gabriel kecil?"
Dia bertingkah seperti sedang merasa senang. Dan menghilang dalam kegelapan kastil Raja Iblis.
Bulan kedua yang menguasai langit malam Ente Isla akan segera muncul di atas cakrawala melewati lima bintang tersebut, jauh di timur balkon kastil.
Bulan merah dan bulan biru berada dalam satu garis lurus pada waktu lima bintang itu mendarat di kastil.
Namun cahaya yang terpancar wanita itu, cahaya yang menyinari kastil Raja Iblis - telah menghilang tanpa jejak.
---End---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 (Part 1)
0 Komentar