Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 58 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 58 : Nenek


Chapter 58 : Nenek.

Keluar dari kediaman terpencil itu bersama dengan Lewes dan Pico, Subaru melihat cahaya fajar mulai terbit di ufuk timur dan merasa mengantuk untuk pertama kalinya malam ini.

“Woah, matahari sudah mau terbit.... banyak ya yang terjadi malam ini.”

Memang tidak terasa, tapi malam ini sangatlah panjang, dimulai dengan Ujian pertama Emilia, diikuti Ujian Subaru, Return by Death, rapat seusai Ujian, perdebatan dengan Garfiel, dan menemukan bangunan rahasia sebelum menghabiskan sisa malam dengan mempelajari rahasia Sanctuary dari Lewes.
Penggunaan waktu yang padat dan perkembangan yang sangat cepat ini benar-benar membuat Subaru kepayahan.
Dan, tidak seperti otaknya, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kelelahan pada tubuhnya yang terus bekerja tanpa henti. Ketidakseimbangan antara kelelahan mental dan fisik ini bisa disebut adalah salah satu kerugian Return by Death.

“Jujur saja, aku ingin kembali ke Katedral dan tidur sampai siang......”

“Takkan ada yang keberatan jika kau melakukannya. Aku juga berencana beristirahat panjang setelah serah terima dengan Lewes berikutnya.”

“Meski aku agak iri dengan rotasi yang kalian miliki, aku sudah kehabisan waktu, jadi yah mau bagaimana lagi....”

Enam hari... atau lebih tepatnya, 5 hari, karena satu hari telah berlalu. Dan mengingat dia harus menghabiskan waktu seharian penuh untuk satu kali perjalanan ke Mansion, bisa dibilang hanya ada waktu 3 hari yang bisa dia gunakan.
Menghabiskan setengah hari yang berharga dengan tidur adalah sesuatu yang tidak boleh dia lakukan, tapi, di saat Echidona sudah tahu kalau Subaru bisa melihat masa depan, dia masih ragu apakah dia harus memberitahu Lewes atau tidak.

“Itu mungkin akan membuat Penyihir Kecemburuan muncul kembali, jadi sebaiknya jangan.....”

Keringat muncul di dahi Subaru saat momen sang Penyihir menelan Sanctuary ke dalam bayangan terlintas dalam kepalanya.
Entah bagaimana dia bisa tahu kalau bencana itu adalah akibat karena dia terlalu banyak bicara saat berada di dalam mimpi Echidona. Membeberkan informasi terlarang yang berada di luar toleransi sang Penyihir, Subaru berhasil mengundang kemarahannya sekaligus segala sesuatu yang mengikutinya.
Dia pikir, pasti akan sangat beruntung jika sang Penyihir hanya memberikan hukuman yang biasa padanya di dunia nyata, di mana sang Penyihir melayangkan tangannya langsung pada Subaru....

“Aku benar-benar ingin mencobanya, tapi karena ini bisa juga melibatkan nyawa orang lain...... sebaiknya jangan deh.”

Memutuskan hal tersebut dengan pelan, Subaru menatap ke arah Pico yang berdiri memegang tangan kirinya. Menerima tatapan Subaru, seolah bersiap melaksanakan perintah berikutnya, mata bulat gadis itu terlihat menjadi semakin bulat.
Sepertinya perintah pertama Subaru membuatnya sadar akan perpindahan otoritas komando. Dan sekarang, Pico sudah seperti bayi burung yang menatap induknya.

“Jadi, apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Su-bo?”

“Mungkin kembali ke Mansion. Ada seseorang di sana yang ingin kuajak bicara.... dan aku juga ingin bertemu dengan Frederica. Ada banyak hal yang ingin kumintai penjelasan darinya.”

“Frederica, ya.....”

Menyebut nama maid yang terlintas di pikirannya, Subaru melihat kerutan di dahi Lewes, seolah ada suatu makna lain ketika ia mendengar Subaru menyebutkan nama itu. Bereaksi seperti ini benar-benar tidak seperti Lewes.

“Apa hal itu membuatmu ingat sesuatu? Soal Frederica?”

“.... Tidak, bukan sesuatu yang penting.”

“Lewes-san, kalau bisa, aku tidak ingin menggunakan otoritas komandoku.... aku benar-benar tidak ingin jika sampai harus memerintahkanmu untuk bicara.”

Subaru mengangkat bahunya, memohon kepada Lewes untuk bicara. Tapi di balik kata-kata itu, matanya menajam seolah bilang 'aku akan menggunakannya jika memang dperlukan'. Melihat hal tersebut, Lewes pun menghela napas,

“Bukan apa-apa, hanya saja, semenjak Frederica pergi, sedikit demi sedikit rasanya roda gerigi Sanctuary mulai tergelincir.”

“Tergelincir?”

“Meski aku tidak yakin apa kau bisa menyebutnya sehat..... dulu, entah itu penduduknya, para klon Lewes ataupun Gar-bo, tak ada satupun dari mereka yang merasa setegang seperti sekarang.”

“.....”

“Kau tahu, aku punya ekspektasi yang tinggi terhadapmu, Su-bo.”

Subaru hanya terdiam, Lewes menatapnya dan mengatakan hal tersebut.
“Ekspektasi”. Dia merasakan gejolak di dadanya saat mendengar kata itu. Karena, kata tersebut mengingatkannya pada......

“Untuk waktu yang sangat lama, Sanctuary terus memenuhi tujuan yang telah lama hilang. Konsistensi itu kini membuat lubang di mana-mana. Itulah kenapa aku punya ekspektasi yang tinggi terhadapmu, Su-bo.”

“Apa, aku bisa......”

“Obsesi sang Penyihir, alasan keberadaan Sanctuary, dan keinginan Lewes Meyer. Aku sangat tidak sabar melihatmu membawa hasil yang bisa memenuhi harapan semua orang.”

Sebuah beban yang begitu berat berada di pundaknya.
Subaru sebenarnya ingin langsung mengatakan “Aku tidak bisa melakukannya”. Tapi, setelah melihat tatapan sepenuh hati Lewes,

“.....”

Kata-kata itu tercekat di tenggorokannya.

“Tak apa. Untuk saat ini.... semuanya sudah cukup bagus.”

Melihat keraguan dan keengganan Subaru, seolah memahami semuanya, Lewes pun mengangguk.
Penampilannya memang tidak lebih tua dari seorang anak kecil, tapi di saat seperti inilah Subaru benar-benar mengerti kalau dia memiliki kualitas yang sesuai dengan usianya.

“Sepertinya waktuku sudah hampir habis.”

Ucap Lewes dengan penuh sesal, tubuhnya kini mulai memancarkan cahaya redup.
Hal itu mengingatkannya pada roh yang akan segera menghilang, pikir Subaru sambil mengulurkan tangannya ke arah Lewes, tapi,

“Jangan khawatir. Aku belum akan menghilang menjadi mana. Aku hanya akan tidur sampai manaku terkumpul kembali. Secepatnya akan ada Lewes lain yang menggantikanku.”

“Tapi..... meskipun wajah dan suara kalian sama, kalian bukan orang yang sama, kan?”

“Kurasa kau ada benarnya. Penampilan, suara, dan kepribadian kami memang sama..... tapi kami tetaplah orang yang berbeda. Jadi hanya orang tua yang sekarang berbicara denganmu inilah yang benar-benar aku. Apa itu membuatmu kesepian?”

“Ini bukan masalah aku kesepian atau tidak. Lewes-san... apa kau tidak merasa sedih? Apa kau tidak marah karena ada 4 orang yang bergantian menjadi Lewes Meyer? Tidak pernahkah kau berangan-angan di mana kehidapanmu........”

Berhenti di tengah kalimat, Subaru sadar betapa kejam pertanyaannya.
Bahkan jika Lewes berpikir demikian, dan bahkan jika gadis ini benar-benar menderita dan sedih karena keadaannya, Subaru tahu betul kalau tak ada yang bisa dia lakukan.

Subaru tidak paham soal prinsip sihir, tidak tahu detail soal mana, dan bahkan tidak mengerti hal paling sepele mengenai algoritma sihir. Jadi apa gunanya menyampaikan penyesalan itu?
Lewes nampaknya memahami konflik yang ada di pikiran Subaru. Dia tersenyum kecil saat rambut pink-nya melambai tertiup angin dan dihias oleh warna fajar.

“Bagaimana menurutmu, Su-bo?”

“..... Huh?”

“Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu.... juga merupakan hal lain yang kuharapkan darimu.”

Mengucapkan hal tersebut, layaknya kabut tipis, tubuh Lewes menghilang di antara cahaya pagi.
Tak jauh beda dengan kabut, meski sulit untuk mempercayainya, adegan ini benar-benar seperti adegan yang berasal dari dunia mimpi. Seseorang menghilang begitu saja di antara cahaya fajar.
Meskipun Lewes sudah memberitahu Subaru kalau dia tidak akan benar-benar menghilang, rasanya sulit untuk menerima kata-katanya.
Tapi, di saat yang sama, sosok lain segera muncul di tempat di mana Lewes menghilang.
Entah penampilan ataupun posturnya, semuanya sama seperti Lewes yang barusan menghilang.
Dia menggelengkan kepalanya sekali dan menatap ke arah Subaru,

“Kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi, Su-bo. 'Aku' yang sebelumnya sudah mengisiku dengan semua tentang dirimu.”

Seolah ingin menghilangkan keraguan Subaru, Lewes yang baru pun memperbaharui pemahaman mereka.
Dan pada akhirnya, gadis itu memiringkan kepalanya,

“Jadi Su-bo.... apa yang akan kau lakukan lebih dulu?”

“Ah, benar......”

Subaru mengangkat kepalanya.
Menyaksikan cahaya fajar mengikis langit malam, pemikirannya terselip di antara waktu yang telah berlalu dan waktu yang masih tersisa untuknya.
Kemudian, matanya beralih ke arah Lewes dan Pico, lalu,

“Hal pertama yang akan kulakukan adalah keluar dari Sanctuary. Dan untuk itu, aku butuh bantuan kalian, Lewes-san.”

Dan begitulah, Subaru menyampaikan permintaannya.


XxxxX


Subaru tiba di kandang tepat setelah matahari terbit.
Membuka pintu gerbang sepelan mungkin, dia mencari rekannya di dalam dan menemukan sesosok hitam pekat yang membaur dalam kegelapan kandang, menunggu panggilan tuannya.

“Maaf sudah mengurungmu di sini, Patrasche.”

Mendengar suara Subaru, Patrasche pun menjulurkan kepalanya dan menyentuh Subaru dengan hidungnya. Gerakannya penuh dengan kasih sayang sekaligus membawa tanda-tanda kekesalan karena ditinggalkan di sini untuk waktu yang lama, memberikan sensasi geli di dalam hati Subaru.

“Aku tahu kau baru bangun, tapi aku butuh bantuanmu. Bisakah kau membawaku ke mansion?”

Mendekatkan wajahnya ke telapak tangan Subaru, Patrasche mendengus, seolah bilang 'Tentu saja, kau manis sekali sih, Subaru-kun......'
Menghela napas lega melihat sang tunggangan setuju dengan rencananya, Subaru pun melepaskan Patrasche dari kandang dan bersiap membawanya keluar.
Tanpa ada beban lain di punggungnya, perjalanan yang biasanya butuh waktu setengah hari mungkin bisa diselesaikan dengan lebih cepat.
Jika mereka berangkat di pagi hari seperti ini, mereka seharusnya bisa sampai ke mansion tepat sebelum senja.

“Tapi kawan, rencana yang akan kulakukan ini benar-benar kacau....”

Kali ini, Subaru bertekad kembali ke Mansion, dan tidak seperti pengulangan sebelum-sebelumnya, dia tidak akan membawa para penduduk desa. Jujur saja, ini karena dia yakin kalau dia akan mengulang semua ini lagi dan bertekad mengeliminasi masalah-masalah tidak penting selain tujuannya mengumpulkan informasi.
Rusaknya pertemanan yang sudah dia bangun dengan Lewes adalah hal yang sangat disesalkan, tapi,

“Hubunganku dengan Garfiel sudah sangat buruk, dan aku akan membuatnya semakin buruk lagi.....”

Mendapatkan otoritas komando.... Subaru seketika bisa membayangkan Garfiel marah, mencari siapa yang sekarang memilikinya.
Mungkin tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan Subaru. Bagaimanapun, Subaru tidak memerintahkan Lewes untuk merahasiakannya, dan Lewes sendiri pasti akan menjawab dengan jujur jika ditanyai.
Semua ini sudah berada dalam perhitungan Subaru.

“..... Tapi tetap saja, aku masih khawatir meninggalkan Emilia hanya dengan sebuah surat.”

Jika dunia ini hanyalah sebuah pengorbanan yang akan terhapus segera setalah semuanya berakhir, logikanya, kekhawatirannya terhadap Emilia di dunia ini pun juga seharusnya tidak ada.
Tak peduli seberapa besar penderitaan, kesedihan ataupun kebahagiaan Emilia, semua itu akan menghlang bersama dengan dunia ini. Tapi, meskipun dia memahami hal ini,

“Itu sama sekali bukan alasan....”

Bahkan setelah tahu kalau dunia ini akan segera menghilang, Subaru tetap tidak ingin membuat Emilia menangis.
Mengetahui Subaru pergi tanpa sepatah katapun kemungkinan besar akan memberi Emilia rasa sakit lebih dari yang bisa dia tanggung.
Kehilangan satu-satunya penyokong yang bisa dia jadikan sebagai tempat bersandar, Emilia mungkin tidak akan tahu apa yang harus dia lakukan.
Meski sebagian dari dirinya senang karena Emilia mau mengandalkannya, di saat yang sama hal itu juga membuat hati Subaru sakit.
Untuk memastikan hal itu terjadi, atau setidaknya membuat penderitaannya tidak berlangsung lama, Subaru meninggalkan sebuah surat.
Meski begitu, tak ada hal khusus yang tertulis di dalamnya, hanya bermacam-macam kata penenang. Karena dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, hanya itulah yang bisa dia lakukan untuk membuat Emilia tidak terlalu khawatir.

“Lumayanlah daripada tidak ada.... tunggu, bagaimana jika sebenarnya Emilia tidak begitu membutuhkanku?”

Semenjak Puck menghilang, Emilia terus mengandalkan Subaru lebih dari sebelumnya.
Jadi mungkin pemikiran tersebut hanyalah khayalan semata, dan dia tahu kalau semuanya tidaklah sesederhana itu.
Bagaimanapun, Subaru harus meninggalkan Sanctuary dan Emilia. Untuk mengubah keadaan yang sudah tak tertolong lagi ini menjadi masa depan yang penuh harapan, dia harus menguatkan hatinya dan membuat pengorbanan yang sekiranya perlu.

“Sebelum ada yang sadar, ayo..... oh?”

Sambil menuntun Patrasche keluar kandang, Subaru memungut pelana yang dia simpan di kereta. Menepuknya pelan, dia melempar pelana tersebut ke atas Patrasche, dia kemudian melihat sesuatu di sudut pandangannya. Itu adalah,

“Kitab Petelgeuse......?”

Sebuah buku tebal dengan jilid hitam, tersembunyi di sudut kereta.
Dulu itu adalah milik Petelgeuse, jujur saja, Subaru ingin menyingkirkannya, tapi dia tidak bisa menyerahkannya begitu saja pada orang lain. Selain itu, dia pikir mungkin Kitab itu akan mengungkap beberapa informasi penting soal Pemuja Penyihir, karena alasan itulah dia menyimpannya.

“Kalau dipikir-pikir, kelihatannya Kitab itu sedikit berubah setelah apa yang Roswaal katakan tempo hari.”

Setelah menata pelana, Subaru pun mengambil Kitab tersebut.
Merasakan berat di telapak tangannya, gambaran orang gila berlumuran darah itu terbersit di pikirannya.

Seorang pria dengan kecintaan yang berlebihan terhadap Kitab di tangannya, percaya kalau itulah satu-satunya cara untuk menunjukkan kesetiannya terhadap sang Penyihir.
Di dalamnya, seperti lelucon yang payah, halamannya diisi pergerakan-pergerakan Petelgeuse ke depannya.

“Roswaal, Beatrice, dan Petelgeuse... kenapa mereka sangat yakin kalau hanya merekalah yang bisa membaca benda ini....?”

Sambil menggerutu, Subaru membalik halamannya.
Tapi tiba-tiba, jarinya membeku, suara kaku nan aneh pun terselip dari tenggorokannya.....

“Aku, bisa membacanya?”

….. Dia sadar kalau dia bisa membaca tulisan yang ada di halaman putih Kitab tersebut.
Meskipun tulisannya mirip seperti coretan anak kecil, mereka berbaris membentuk kata-kata yang memilki arti. Apalagi, kata-kata itu terbentuk dari huruf 'Yi' yang bisa Subaru pahami.

“Bagaimana bisa..... mungkinkah Kitab ini menganggapku sebagai pemiliknya? Tapi aku tidak melakukan apapun pada.....

Berpikir, Subaru tiba-tiba menyadari sesuatu.
Terakhir kali dia mencoba membaca isi Kitab itu adalah sebelum dia datang ke Sanctuary. Itu adalah saat dia berada di Ibukota, dan setelah kembali ke Mansion Roswaal. Semenjak saat itu, dia tidak pernah punya kesempatan membuka Kitab itu untuk memeriksanya, jadi bisa saja hal ini berhubungan dengan sesuatu yang terjadi di Sanctuary.

Meskipun, penyebab langsungnya mungkin bukan sesuatu yang terjadi tepat di Sanctuary. Seperti,

“Apa yang Echidona lakukan padaku....?”

Seperti Ujian di dalam Makam, ada beberapa kesempatan yang bisa digunakan Echidona untuk bermain-main dengan tubuh fisik Subaru. Dia punya firasat kalau itu ada hubungannya dengan teh yang Echidona suguhkana di pesta tehnya.
Echidona mungkin hanya bercanda saat bilang kalau teh itu adalah cairan tubuhnya, tapi bagaimana jika itu adalah sesuatu yang lain?

Sesuatu yang secara drastis merubah tubuh Subaru.

“Entahlah, aku tidak tahu apakah itu benar-benar alasannya, yah mengingat hal-hal yang telah terjadi di pengulangan sebelumnya.”

Bisa saja itu disebabkan oleh amarah Penyihir Kecemburuan setelah ia membeberkan soal Return by Death kepada Echidona.
Subaru seketika merasa kesal karena dia tidak bisa pergi ke sana dan menanyakannya langsung.

“.... Sepertinya Kitab ini tidak menerimaku sebagai pemiliknya.”

Diakui oleh Kitab Pemuja Penyihir pasti membuat pikiran orang menjadi resah, tapi setelah membaca sekilas isinya, Subaru pun menyimpulkan kalau pesan di Kitab ini tidak ditujukan kepadanya, melainkan pada Petelgeuse.

Karena tidak memiliki tanggal, Subaru tidak tahu kapan terjadinya kejadian yang ada di halamannya. Tapi dari coretan di halaman Kitab ini, gambaran aktivitas Petelgeuse mulai terlihat.
Isinya pada dasarnya adalah 'Ke mana harus pergi' dan 'Apa yang harus dilakukan', tapi tidak berisi penjelasan apa yang akan terjadi sebagai akibatnya. Mungkin Petelgeuse tidak tertarik dengan hasilnya dan hanya sekedar berimprovisasi dengan melakukan apapun yang dia pikir akan menguntungkan Pemuja Penyihir.

Terus membaca, Subaru sampai di entri terakhir.
Meskipun masih ada halaman sisa, setelah entri tersebut halamannya kosong. Di halaman terakhir, masih ada kata 'TAMAT' yang Subaru tulis menggunakan darah.
Sebelum itu, terdapat isi asli Kitab ini,

“'Pergilah ke wilayah Mathers, tempatkan si Half-Witch berambut perak ke dalam Ujian'...... hah? Apa maksudnya ini?”

Tanpa tahu detail maksud dari kata 'Ujian' itu, Subaru tidak bisa mengumpulkan informasi lain selain fakta bahwa Petelgeuse telah menyerang Emilia.
Di samping itu, Subaru telah memastikan bahwa kekejaman Petelgeuse memang dilakukan berdasarkan instruksi dari Kitab.

“..... Benar juga, maaf maaf. Ayo berangkat.”

Melihat Subaru bersandar di kereta, Patrasche pun mendorong Subaru dengan moncongnya tanda tidak sabar. Memberinya senyum kecut, Subaru meletakkan kembali Kitab tadi ke tempatnya semula. Mengingat-ingat apa yang barusan dia lihat, dia pun mulai memikirkan titik perhatiannya yang lain.
Yaitu, pergi dari Sanctuary dan kembali ke Mansion.

“Mudah-mudahan kita bisa pergi tanpa menyebabkan keributan di Sanctuary. Karena itulah, jangan berisik dan pelan-pelan saja, ok?”

“..... NGHH!!!”

Saat Subaru naik ke atas punggungnya, Patrasche malah meringkik dengan penuh semangat.
Mendapat firasat kalau tunggangannya mungkin tidak mengerti permintaannya, Subaru pun menenangkan Patrasche dan mulai berangkat menuju ke perbatasan Sanctuary.

Dia sudah bisa melihat matahari di langit timur nan jauh, menyinari hutan dengan cahayanya. Jika dia tidak bergegas, orang-orang yang bisanya bangun pagi pasti akan menemukannya, membuat keberangkatannya jauh lebih sulit.

Saat Subaru memberi sinyal pada Patrasche untuk mempercepat langkahnya, Patrasche pun mulai berlari. Divine Protection, Wind Evasion pun aktif di sekitar tubuh sang naga tanah, melindungi Subaru dari guncangan dan angin.
Keluar dari Sanctuary, mereka memasuki hutan. Menyusuri jalan yang tidak lebih lebar dari sebuah jalan setapak, Patrasche tanpa ragu berpacu menuju ke arah Mansion. Sama seperti biasanya, meskipun Subaru memegang tali kekang, Patrasche berlari atas keinginannya sendiri, memilih jalan yang dia yakini terbaik untuk tuannya.
Meski hal itu membuatnya sedikit merasa kesepian, tak ada yang bisa dia lakukan kecuali menyerahkan semuanya pada Patrasche. Memegang erat tali kekang dan menguatkan otot-otot di tubuhnya, mereka berdua seolah berubah menjadi bayangan yang berlari melewati hutan. Jika tak ada yang menghalangi mereka, mereka seharusnya bisa keluar hutan dalam waktu satu jam, keluar dari hutan dan meninggalkan perbatasan Sanctuary di belakang.
Tapi,

“TUNGGU DULU, OY!!”

Tiba-tiba, sepasang kaki menghantam permukaan tanah, menghancurkan tanah di bawah kaki tersebut dengan sebuah dentuman keras.
Patrasche pun menguatkan cengkeramannya pada tanah untuk mengerem di depan kepulan debu yang muncul. Untuk mencegah agar Subaru tidak terlempar dari punggungnya, Patrasche mengalihkan berat tubuhnya dengan terampil sebelum sepenuhnya berhenti dan menatap tajam jalan di depannya.
Di saat yang sama, menahan guncangan di atas punggung Patrasche, Subaru mengalihkan pandangannya ke arah yang sama,

“Kau.... apa yang kau pikirkan, apa yang sebenarnya kau rencanakan, HAH!?”

Dengan amarah yang mendidih di wajahnya, Garfiel menghentakkan kakinya ke tanah.
Mendenguskan hidungnya dengan tidak senang, dia memamerkan gigi-giginya pada Subaru yang menatapnya dari atas punggung Patrasche.

“Jangan melihatku dari atas sana, turun kau! Turunlah ke sini dan mari kita bicara. Cepat lakukan atau kuhancurkan kau, dasar sialan....”

“Aku sudah menduga kalau kau akan menghalangiku, Garfiel.”

“Dan aku tidak pernah menduga kalau kau akan melakukan hal sebodoh ini! Kau pikir kau bisa lari!? Jangan membuatku tertawa! Kau! Sanctuary! Si Half-Witch itu, Roswaal, Semuanya! Kalian memiliki nasib yang sama. Sampai Ujian itu selesai, tak ada yang boleh keluar....”

“Apakah itu alasanmu??”

“.....”

Ekspresi Garfiel yang dipenuhi dengan amarah, tiba-tiba berubah ketika mendengar pertanyaan singkat Subaru.
Tatapannya menajam ketika suara dari giginya yang bergemeretak terselip di antara napasnya.

“Garfiel. Kau bertingkah seolah ingin mengurung kami di Sanctuary dan ingin agar kami menyelesaikan Ujian itu... tapi itu bukan apa yang sebenarnya kau rasakan, benar?”

“Apa maksudnya itu?”

“Bukan apa-apa kok. Jika kau benar-benar ingin membebaskan Sanctuary, kau seharusnya membiarkanku melakukan apa yang ingin kulakukan. Tapi kau tidak mau dan tidak bisa melakukannya, karena ada faktor yang lebih rumit lagi, kan?”

“Hah, hentikan omong kosongmu! Aku hanya tidak bisa diam saja membiarkan orang berbau Penyihir sepertimu pergi tanpa melakukan......”

“Kau... tidak benar-benar bisa mencium bau Penyihir pada tubuhku, kan?”

Sekali lagi, Garfiel dibuat terdiam di hadapan pertanyaan Subaru.
Matanya berkaca-kaca, dan bibirnya mulai gemetar. Benar-benar pria yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Melihat hal tersebut, Subaru tersenyum pahit, dan,

“Apa yang benar-benar menggangguku adalah ketika aku keluar dari Makam kemarin malam. Jujur saja, pada waktu itu kupikir kau akan langsung membunuhku, tapi kau tidak melakukannya.”

“..... Hah? Apa yang kau bicarakan?”

“Kau tidak tahu apa maksudku? Aku mulai menduga kalau kau berbohong soal hidungmu yang tajam itu.”

Bau itu muncul mengikuti Return by Death, apalagi setelah Subaru mati tepat di hadapan sang Penyihir.
Meskipun seharusnya tubuh Subaru penuh dengan bau Penyihir sampai ke tulang-tulangnya, sikap Garfiel kepadanya sama sekali tidak berubah. Namun, tak lama setelah mereka berpisah, dia datang kembali untuk berkonfrontasi dengan Subaru seolah baru menyadarinya, dan hal itu berujung pada perdebatan mereka kemarin malam..... itu semua terlalu aneh.

“Mungkin kau hanya tidak ingin merusak suasana makanya kau berpura-pura tidak menyadarinya, itulah yang kupikirkan pada waktu itu..... tapi mengingat kepribadianmu yang blak-blakan, aku membuang kemungkinan tersebut.”

“Spekulasimu sudah terlalu jauh. Kau pikir aku bohong soal mencium bau Penyihir dari tubuhmu? Hah, bodoh sekali! Kenapa aku harus berbohong mengenai hal seperti itu? Apa untungnya melaku.....”

“Tentu saja ada untungnya. Dengan mengaku begitu, kau bisa membuat semua kecurigaan hanya tertuju padamu.... dan mengalihkan perhatian dari orang yang sebenarnya punya hidung yang tajam.”

“.....”

Satu pernyataan itu pasti tepat mengarah ke tujuan Garfiel yang sebenarnya.
Saat dia mendengarnya, ekspresi Garfiel seketika berubah.
Kesediaannya untuk menyelesaikan masalah lewat dialog kini berubah menjadi kebencian dan amarah.

Lengan Garfiel membesar menjadi dua kali lipat. Bulu emas mulai menutupi kulitnya, punggungnya semakin bungkuk hampir seperti binatang yang berdiri dengan empat kaki.

“Sudah cukup kudengar ocehanmu! Sepertinya kau tahu sesuatu yang tidak seharusnya. Kalau bisa, aku ingin menghindarinya, tapi kelihatannya aku tidak bisa membiarkanmu hidup.”

“Jangan bilang begitu, Garfiel. Kau mungkin ingin mendengarku lebih lama lagi. Jika kau membunuhku sekarang, kau tidak akan tahu bagaimana rahasiamu bisa terungkap, kan?”

“Rahasiaku....?”

Ditatap oleh tatapan Subaru yang semakin tajam, suara Garfiel terdengar penuh keraguan.
Untuk menghilangkan keraguan Garfiel, Subaru pun mengangkat tangannya di atas punggung Patrasche dan menjetikkan jarinya. Kemudian,

“A, ah?”

Pekik Garfiel, meragukan pemandangan yang ada di depan matanya.
Di sisi lain pandangannya, dengan isyarat Subaru, satu persatu klon Lewes Meyer muncul dari barisan pepohonan dan berkumpul di sekitar Patrasche hingga jumlah mereka mencapai 21.
Memainkan kembali adegan yang pernah dia lihat sebelumnya, Subaru menunjuk ke arah Garfiel,

“Sekarang setelah kau melihatnya sendiri, apa kau sudah mengerti posisiku di sini?”

“Bagaimana.... bagaimana kau menemukan tempat itu?”

“Dengan menjadikan penyesalan dan rasa sakit sebagai pengorbanan, telah kutemukan kebenaran. Sekarang adalah giliranku, Garfiel.”

Mengangkat telapak tangannya, Subaru menatap Garfiel dari atas punggung naganya.
Menerima tatapan itu, tenggorokan Garfiel membeku seolah tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah kalah.

“Otoritas komando telah menjadi milikku. Dan agar kau tidak menyadarinya, semalaman aku memerintahkan mereka untuk mengikuti perintahmu.”

“.......a.”

“Tapi aku tidak perlu menyembunyikannya lagi. Dengar Garfiel. Aku hanya akan pergi dari Sanctuary dan kembali ke Mansion. Ada beberapa hal yang harus kulakukan. Jadi aku tidak akan membiarkanmu menghalangiku.”

Menyadari maksud perintah Subaru, ekspresi Garfiel seketika runtuh.
Tekad kuat yang terlihat beberapa saat lalu kini telah memudar dari wajahnya, dan menggantikannya, hanyalah ekspresi kebingungan seperti anak yang tersesat.
Perubahan wujud pada tubuhnya juga berhenti, dan sosok yang tadi membesar kini kembali ke wujud aslinya yang kurus kering.

“Jangan mengikutiku, Garfiel. Memang ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi sebaiknya itu nanti saja. Soal otoritas komando juga, ada banyak sekali masalah yang ingin kutanyakan padamu.”

“Jangan.... jangan main-main. Kau pikir aku akan menyerah semudah itu....?”

“Ya. Jauh di dalam sana, kau adalah orang yang berhati lembut.”

Menanggapi provokasi Subaru, Garfiel melompat dengan sebuah raungan. Sambil memamerkan gigi-giginya, gerakannya terlihat seolah ingin menghancurkan Subaru dan Patrasche dalam sekali serang. Tapi di sana, sesosok figur kecil berdiri di antara mereka.
Seorang klon. Garfiel mengayunkan tangannya, berniat menyingkirkan gadis yang menghalangi jalannya tersebut. Tapi, tepat sebelum tangannya menyentuh gadis itu,

“....Gar-bo.”

“....!?”

Dipanggil dengan nama panggilannya, ekspresi Garfiel sekali lagi berubah saat dia menahan tangannya. Di tengah-tengah lompatannya, tubuh Garfiel dipegangi oleh tangan para klon dari belakang, menarik dan menahan tubuhnya di tanah.
Para klon memegangi seluruh tubuh Garfiel dan menahannya. Kemudian, berdiri di hadapan wajah putus asa Garfiel,

“Apa ini sudah cukup, Su-bo?”

“Yeah, terima kasih atas bantuannya. Kurasa Garfiel tidak akan pernah menyangka hal seperti ini.”

Saat pertarungan mereka melawan Penyihir Kecemburuan, Garfiel tidak pernah ragu menggunakan para klon itu sebagai pion dalam serangannya. Tapi di sana, tak ada satupun Lewes Meyer yang memiliki kesadaran.
Lewes Meyer yang sedang aktif pasti sudah ditelan oleh bayangan sang Penyihir, tapi Subaru curiga mungkin saja ada alasan lain.
Dengan perhitungan yang bisa dibilang kejam,

“Kau tidak mampu memperlakukan Lewes yang kau anggap sebagai keluarga sama seperti bagaimana kau memperlakukan klon lain. Jika ada perbedaan antara bagaimana kau dan aku menggunakan otoritas komando, mungkin itulah jawabannya.”

“Bangsat kau.....!!”

“Tapi meski begitu, kau tetap tidak bisa menghancurkan klon-klon itu dengan tanganmu sendiri, kan? Jadi, tenanglah dan biarkan aku pergi kali ini. Ini masih bisa menjadi lebih buruk lagi lo.”

“Mana mungkin hal ini bisa jadi lebih buruk lagi! Jangan main-main denganku, jangan main-main kau!!!”

Mendengar teriakan yang menggema di cakrawala, Subaru sengaja mengabaikannya saat dia menepuk punggung Patrasche. Memahami perintah Subaru, sang naga tanah pun mendengus, membelakangi Garfiel dan bersiap menuju ke perbatasan hutan.
Sebelum berangkat, Subaru menoleh ke arah Lewes, dan,

“Maaf telah membuatmu melakukan hal yang tidak menyenangkan.”

“Aku paham kok kalau hal ini memang perlu dilakukan. Meski tidak menyenangkan, aku tidak akan menolaknya. Kau tidak perlu khawatir denganku, Su-bo.”

“Tapi tetap saja, maafkan aku."

Subaru pun meminta maaf saat Lewes menoleh ke arah Garfiel dengan tatapan simpati. Dengan permintaan maaf tadi sebagai kata-kata perpisahannya, dia memerintahkan Patrasche untuk berangkat.
Sekali lagi, dengan aktifnya Divine Protection, seluruh suara dan angin pun tertinggal di belakang.

“Tunggu! Berhenti sialan! Jangan main-main, oy!!”

Suara itu terdengar seolah memburu Subaru..
Seakan lari dari kejarannya, Patrasche sekali lagi mempercepat langkahnya, membawa Subaru melewati hutan dan keluar dari Sanctuary.

“Lepaskan! Kau tidak boleh membiarkan orang itu pergi..... kenapa, kenapa kenapa! Kenapa nenek lebih memilih berada di pihaknya daripada di pihakku?? Kenapa, kenapaa.......”

“.....”

“NENEEEEEKK.....!!!!”

Ratapan yang seolah diakibatkan oleh pengkhiatan cinta menggema di seluruh hutan.
Meninggalkan semuanya di belakang, Subaru terus melaju di tengah-tengah pepohonan.

Kesedihan dan pengorbanan, semua itu adalah batu pijakan menuju masa depan yang sempurna.
Menggigit bibirnya dan merasakan darah mengalir, Subaru memasukkan keputusasaan Garfiel sebagai salah satu bentuk pengorbanan yang harus dilakukan.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Latest
Previous
Next Post »
0 Komentar