Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 57 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 57 : Eksperimen Keabadian



Chapter 57 : Eksperimen Keabadian.

....Keabadian.
Sebuah konsep yang selalu muncul di dunia dongeng, sebuah gagasan yang pasti dipikirkan oleh makhluk hidup manapun.

Tak bisa menua, tak bisa hancur, berada di luar jangkauan reinkarnasi, individu yang kekal selamanya. Meski hal itu merusak prinsip dasar kehidupan, berapa banyak orang yang telah terpesona oleh puncak dari sebuah eksistensi ini?

“Keabadian.... ya?”

Mengulangi kata-kata tersebut, Subaru hampir saja tertawa mendengar ambisi yang nampak tidak realistis itu. Akan tetapi, pipinya malah menegang, dia bahkan tidak bisa tersenyum sedikitpun.
Ketika sebagian dari diri Subaru ingin menertawakan hal itu sebagai sesuatu yang konyol, sebagian dari dirinya yang lain justru merinding mengetahui eksperimen sang Penyhir yang jauh dari sekedar khayalan semata.

“Rasanya itu cukup biasa bagi orang-orang seperti mereka. Keabadian atau apalah itu.... kau tahu, hal itu hanya memberiku kesan dari orang lemah yang takut akan kematian.”

“Apakah takut akan kematian bisa membuat seseorang menjadi lemah itu tergantung orangnya. Setidaknya, Penyihir Keserakahan tidak pernah menyerah dengan rencana tersebut. Adalah hal yang wajar jika seseorang takut dengan kematian dan mencari cara untuk mengatasinya..... meskipun kebanyakan, mereka gagal karena kurangnya kemampuan dan berakhir dengan khayalan semata.”

“Tapi, Echidona punya kemampuan. Dia bahkan mungkin sudah memikirkan segala cara untuk mewujudkannya. Aku tidak akan heran mengingat betapa cerdas otak yang dimilikinya.”

Menatap Pico yang duduk di sebelahnya, Subaru menggigit bibirnya merasakan emosi yang tak bisa dia tuangkan ke dalam kata-kata.
Pico sama sekali tidak bereaksi terhadap tatapannya, dia hanya duduk diam di sana seolah berada dalam mode hening.
Melihat hal itu, “Haaa....” Subaru menghela napas,

“Itu benar. Seolah tidak apa-apa di dalam dirinya.... tak ada kepribadian ataupun semacamnya.”

“Dia itu seperti sebuah boneka. Contoh dari sebuah wadah yang siap diisi. Yang perlu dilakukan hanyalah mengisinya dengan apapun yang dikehendaki sang Penyihir.”

“Tapi bagaimana semua ini bisa terjadi? Aku tidak tahu teori di baliknya, tapi kurang lebih aku bisa menebak apa yang ingin dia lakukan.”

Itu adalah, menuangkan pengetahuan dan ingatannya ke dalam sebuah wadah kosong.
Jika hanya masalah data saja, Subaru tidak akan membantahnya.
Tapi masalahnya adalah kepribadian seseorang. Lebih dari itu, itu adalah orang yang Subaru kenal luar dan dalam.

“Mengambil ingatannya sendiri dan menuangkannya ke dalam cangkang kosong. Anggap saja hal itu berhasil, dan dia bisa mengulanginya lagi ketika satu wadah telah mati. Itu memang terdengar seperti keabadian. Tapi.....”

Mewariskan kepribadian dan ingatan seseorang memang hampir serupa dengan mengalahkan kematian.
Bagaimanapun, asalkan isi yang membentuk seseorang aman terjaga, meskipun wadahnya hancur, data tersebut bisa dibangkitkan kembali di wadah yang lain.

Dengan membuat salinan dirinya dan menciptakan wadah kosong.... Echidona memang bisa disebut abadi, paling tidak secara teori.

…. Tapi,

“Orang-orang biasanya akan panik ketika melihat versi lain dari dirinya, dan merasa kalau mereka harus menyingkirkan diri mereka yang lain itu.”

“.....”

“Itu mungkin karena mereka tidak kuat menahan sensasi saat melihat diri mereka sendiri di luar tubuh mereka. Memikirkannya saja, aku seperti bisa melihat situasi aneh yang menunggu Echidona...... Hey, Lewes-san.”

“Apa?”

“Dengan membuat banyak tubuh Lewes Meyer.... dan mengisi mereka dengan kepribadiannya, itu artinya Echidona tidak hanya membuat dirinya abadi, tapi juga membuat salinan dari dirinya, kan??”

Secara teori, hal itu memang mungkin.
Dari sudut pandang teori, jika tujuannya adalah membuat kelangsungan hidup seseorang terus bertahan, lebih banyak wadah, maka lebih baik.
Tapi meski Subaru memikirkan hal tersebut, bukan berarti sang Penyihir juga memikirkan hal yang sama.

“Aku penasaran seperti apa rasanya, memiliki back-up yang siap digunakan kapanpun. Meskipun kau gagal, masih ada semacam asuransi. Bagaimana menurutmu, Lewes-san?”

“.... Aku ragu aku bisa memahaminya. Aku tidak begitu tahu soal teknik mengeluarkan sebuah kepribadian, tapi kalau menurutku, kehilangan tubuhku itu berarti kehilangan eksistensiku. Dalam hal ini, aku tak ada bedanya denganmu, Su-bo, aku takkan bisa hidup kembali setelah kehilangan tubuhku.”

“Begitu ya. Yeah..... yeah, tentu saja.”

Subaru tersenyum kecut mendengar pernyataan Lewes. Lewes pun mengernyitkan dahinya melihat reaksi Subaru, tapi tak mungkin dia bisa tahu apa maksud dari reaksi tersebut.

“Benar juga. Hal itu akan menjelaskan semuanya. Yeah... sekarang aku mengerti kenapa rasanya tak ada jarak di antara kami.”

Ucap Subaru saat si Penyihir berambut putih itu terlintas di pikirannya.
Menyiapkan salinan dari dirinya dan menuangkan kepribadiannya untuk mendapatkan keabadian. Dengan melakukan hal itu, kehidupan Echidona secara visual telah terjamin.

“Kalau begitu, apa bedanya denganku?”

Subaru tidak bisa memandang rendah Echidona karena hal tersebut.
Sebaliknya, Subaru justru merasa dekat dengannya. Meskipun kata 'dekat' itu mungkin mencuatkan emosi yang lain, ada pula perasaan gembira karena menemukan seseorang yang bisa diajak berbagi tentang keadaannya.

Echidona yang menggunakan caranya sendiri untuk memperoleh keabadian.
Dan Subaru yang menari di atas telapak tangan Penyihir Kecemburuan, kembali dari kematian dan berjuang mendapatkan masa depan terbaik.

Keduanya memberontak melawan hukum yang menyatakan bahwa hanya ada satu kali 'kehidupan'.
Subaru pun terpikir,

.... Bukankah ini artinya Echidona adalah satu-satunya orang yang bisa memahamiku?
Atau setidaknya, memahami keadaan mentalnya.

“Su-bo?”

“.... Kurasa sekarang aku paham posisimu, Lewes-san. Dan juga apa tujuan Echidona. Tapi selain itu, ada hal lain yang ingin kutanyakan.... apakah rencana Echidona itu berhasil?”

“Rencananya....”

“Dia sudah menyiapkan banyak cangkang kosong. Yang perlu dia lakukan hanyalah menuangkan dirinya ke dalam cangkang tersebut. Jadi, apakah dia berhasil melakukannya? Maksudku.....”

..... Apakah Echidona sekarang masih hidup di suatu tempat di dunia ini?

Subaru tidak sampai melayangkan pertanyaan tersebut.
Tapi, mengerti apa yang ingin Subaru tanyakan, Lewes menutup matanya dan menggelengkan kepalanya menanggapi tatapan penuh harap Subaru.

Perlahan, dia menggelengkan kepalanya,

“Tidak, sayangnya tidak.... rencana sang Penyihir tidak berhasil. Tak ada satupun tubuh Lewes Meyer yang mampu menampung kepribadian sang Penyihir, tak ada satupun dari mereka yang bisa mengikat jiwanya di dunia ini.”

“.... Kenapa? Dia tidak bisa mengeluarkan ingatannya dan mendownloadnya ke tubuh mereka?”

“Aku tidak tahu apa maksudnya 'download', tapi teknik untuk mengeluarkan kepribadiannya sebenarnya sudah berhasil. Adapun kenapa dia bisa gagal, ada alasan lain.”

“Alasan lain....?”

“Sederhana saja. Ada batas seberapa banyak yang bisa ditampung oleh sebuah wadah sebelum mereka kelebihan muatan. Jika satu bagian saja sudah kelebihan muatan, kau takkan bisa menyebutnya sebagai satu eksistensi yang utuh.”

Mendengar kata 'wadah', Subaru pun menoleh ke arah Lewes, dan kemudian ke arah Pico.
Melihat tubuh kecil mereka,

“Wadah.... itu mungkin bukan masalah ukuran tubuh, kan?”

“Kau bisa menyebutnya ukuran jiwa. Setiap individu memiliki ukuran jiwa yang sesuai dengan eksistensi mereka masing-masing. Wadah dari Lewes Meyer tidaklah cukup besar untuk menampung jiwa sang Penyihir Echidona.”

“Tapi.... bagaimana kau bisa yakin?”

“Ketika dia gagal memasukkan pengetahuannya ke dalam klon pertama, masalah dengan ukuran jiwa ini sebenarnya sudah sangat jelas. Tapi pada waktu itu, tubuh Lewes Meyer sudah tersegel di dalam kristal, dan mekanisme untuk memperbanyak tubuhnya sudah berjalan.... karena itulah, meski tidak bisa memenuhi tujuan awalnya, para wadah itu terus terlahir, satu demi satu.”

Subaru begitu terkejut mendengar kurangnya perhitungan yang dilakukan Echidona ini.
Bukan Echidona banget kalau dia sampai membuat kesalahan seperti ini. Dan tidak bisa melakukan sesuatu mengenai terus bertambahnya jumlah Lewes benar-benar tidak terdengar seperti dia.

“Lalu, apa yang terjadi dengan klon pertama itu? Dia tidak bisa menampung semuanya, tapi dia masih mewarisi sebagian dari ingatan sang Penyihir, kan? Mungkin hanya sebagian, tapi dia tetaplah salinan dari Echidona.”

“Ketika kau menuangkan cairan ke dalam wadah yang sudah penuh, siapa yang bisa memastikan mana bagian yang tetap berada di dalam dan mana bagian yang tumpah keluar? Asalkan itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari, kehilangan ingatan yang sepele memang tidak masalah, tapi bagaimana jika yang hilang adalah bagian yang penting? Maka orang itu tidak akan sama lagi.”

Mendengar penjelasan Lewes yang berbelit-belit, Subaru membayangkan seperti apa Lewes=Echidona yang pertama itu. Seperti apapun dia, dia pasti jauh dari ekspektasi Echidona.

“Kisah pun berlanjut, klon pertama itu benar-benar rusak secara mental, dan karena dia mewarisi sebagian kekuatan sang Penyihir, dia juga cukup berbahaya dan sulit ditangani. Kudengar cukup sulit untuk menyingkirkannya.”

“Disingkirkan.... ya.”

“Tentu saja, sang Penyihir tidak sebegitu lalainya sampai mengabaikan segalanya setelah satu kali kegagalan. Setelah menyingkirkan klon pertama itu, kudengar dia berusaha keras memikirkan cara untuk mengubah ukuran sebuah jiwa sehingga dia bisa memasukkan dirinya ke dalam klon berikutnya.”

“Terdengar seolah dia benar-benar berusaha sekuat tenaganya ya....”

Apa yang Echidona pikirkan pasti adalah bagaimana cara mengubah data ke medium yang berbeda untuk mengecilkan ukurannya, dan mungkin memperbesar kapasitas penyimpanan penerimanya dengan menghilangkan isi yang tidak diperlukan.
Subaru bisa mengetahuinya berkat pengetahuannya di bidang komputer dan konsep data, tapi tanpa dasar semacam itu, apalagi ini adalah masalah 'jiwa', sangat luar biasa Echidona bisa terpikir hal tersebut.

Mendengar keadaan klon pertama tadi, jujur saja Subaru merasa sedikit kecewa. Tapi fakta bahwa Echidona langsung mencoba pendekatan lain sekali lagi menaikkan harapan Subaru.
Namun, melihat reaksi Subaru, Lewes melanjutkan, “Tapi”,

“Meski dia menemukan sebuah metode baru, dia tidak pernah bisa mencobanya.”

“Ke-kenapa? Mungkin aneh bagiku untuk bilang begini, tapi bukankah bahan percobaannya sudah siap semua? Bahkan sampai sekarang pun, kita masih punya banyak klon Lewes Meyer.....”

“Sebelum percobaan itu bisa berlanjut, Penyihir Kecemburuan sudah mulai bergerak.”

“......”

“Penyihir Kecemburuan menelan separuh dunia, dan melahap 6 Penyihir lain dalam prosesnya. Tak terkecuali sang Penyihir Keserakahan. Akhirnya, rencana Echidona untuk memperoleh keabadian terhenti di tangan Penyihir lain.”

Subaru punya gambaran mengenai takdir keenam Penyihir lain.
Echidona pernah memberitahu Subaru ketika berada di dalam mimpinya, sekaligus membiarkan dia bertemu langsung dengan mereka.... yah meskipun mereka hanyalah fragmen kecil dari apa yang telah dihapus oleh sang Penyihir Kecemburuan dari dunia ini.
Setelah gagal memperoleh keabadian, terus menjaga fragmen keberadaan mereka di dunia ini mungkin adalah bentuk pemberontakan terakhir Echidona.

“.... lalu, apa yang terjadi pada Sanctuary setelah sang Penyihir tiada?”

“Sejak dulu, tanah ini berada di bawah kepengurusan keluarga Mathers. Aku tidak tahu kontrak apa yang dimiliki sang Penyihir dengan keluarga Mathers, tapi hal itu terus bertahan hingga hari ini, dan Sanctuary sekarang berada di bawah kepengurusan Ros-bo. Tapi meski begitu, yang dilakukan Ros-bo sebenarnya hanyalah memastikan alur persedian untuk mencegah tempat ini menjadi reruntuhan semata, dan terkadang membawa beberapa anak yang memenuhi kriteria Sanctuary.”

“Dan yang lainnya diurusi oleh Lewes-san..... Oh iya, sebelumnya kau pernah bilang kalau kau mendapat kepribadianmu sedikit demi sedikit, tapi.....”

“Aku juga salah satu klon, aku adalah klon yang ketiga. Untuk melaksanakan tugas mengurus Sanctuary serta terus bertambahnya jumlah Lewes Meyer, aku diberikan sedikit kepribadian sejak lahir. Dan sampai sekarang, aku masih mengemban tugas itu.”

“Diberikan kepribadian.... apa itu mungkin?”

Menanami sebuah cangkang kosong dengan kepribadian tiruan sehingga dia bisa memenuhi sebuah peran.
Tak jauh beda dengan memberikan kecerdasan buatan pada komputer sehingga dia bisa bertingkah layaknya manusia.... yang mana hal itu masih merupakan isapan jempol belaka di dunia asal Subaru.
Menanggapi hal tersebut, Lewes pun mengangguk.

“Bisa, tapi itu bukan hal yang mudah. Hal itu bisa dilakukan karena aku tidak memiliki jiwa dan merupakan sebuah cangkang kosong. Dulu, saat masih tahap percobaan, aku hanya bisa melakukan beberapa tugas dasar saja.”

'Aku mengalami awal yang sulit', senyumnya seperti berkata demikian.

“Diberikan tugas ketika kau tidak memiliki ingatan itu rasanya sangat aneh. Hari-hari berjalan lambat, tapi yang lainnya berjalan sangat cepat. Pada waktu itu, bahkan akupun sampai bingung.”

“.... Lalu apa yang terjadi dengan klon yang lain? Aku tidak pernah melihat satupun dari mereka di Sanctuary, kecuali kau dan Pico.”

“Selain kami berempat yang berperan sebagai Lewes Meyer, klon yang lain tersebar di berbagai tempat di seluruh Sanctuary. Mereka bertugas sebagai mata yang mengawasi para penyusup dan menjadi penghubung. Menariknya, kami para klon bisa bertelepati satu sama lain.”

Garfiel pernah menyebutkan soal 'Mata' Sanctuary. Jika maksudnya adalah para klon Lewes yang terus mengawasi Sanctuary, maka itu akan menjelaskan bagaimana dia bisa mengetahui rencana evakuasi penduduk desa dengan sangat cepat. Dan, sampai pada pemikiran itu,

“Tu-tunggu dulu, kau barusan mengatakan sesuatu yang tak bisa kulewatkan.... apa maksudmu dengan kami berempat berperan sebagai Lewes Meyer?”

“Oh itu. Sederhana. Terus menerus memanifestasi seluruh tubuh itu bisa menjadi beban yang sangat berat bagi seorang klon. Tubuh ini akan memudar jika manaku habis. Dan tidak seperti roh, aku ragu aku bisa membentuknya kembali jika aku sepenuhnya menghilang. Mungkin ada cara untuk melakukannya, tapi aku tidak tahu.”

Menghilang dan terbentuk kembali dengan ingatan yang masih utuh, Subaru ingat seorang roh yang berulang kali melakukan ini sebelumnya. Tapi meski begitu, setiap kali dia menghilang, Puck sebenarnya hanya pergi ke suatu tempat semacam 'rumah', jadi dia tidak benar-benar lenyap. Tapi karena para Lewes itu tidak bisa melakukan hal tersebut, menghilang akibat kehabisan mana artinya adalah kematian.

“Masing-masing dari kami tidak bisa terus aktif untuk waktu yang lama. Begitu tubuh kami mencapai batasnya dan tak bisa lagi bergerak, butuh kira-kira tiga hari untuk mengisi kembali mana yang hilang. Dan selama waktu itu, kami harus terus memastikan tak ada hal buruk yang terjadi akibat tidak adanya Lewes Meyer.”

“Jadi , ada empat Lewes-san....?”

“Kami bergantian menjadi Lewes Meyer selama sehari, setiap 4 hari sekali. Di luar waktu itu, aku sama seperti wadah lain.... sebuah wadah kosong yang memakai topeng Lewes Meyer. Yah, mungkin begitulah penjelasan yang tepat.”

Mendengar penjelasan Lewes yang seolah mengejek dirinya sendiri, sesaat, Subaru tak tahu harus bilang apa.
Apapun yang dia katakan bisa menjadi hal yang remeh di sini. Bahkan setelah mengetahui kalau keheningan ini hanya akan membenarkan pernyataan Lewes barusan, tak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya.

“Jangan merasa tidak enak, Su-bo. Aku dan para klon lain telah menerima peran kami masing-masing. Sama seperti Lewes Meyer yang pertama.”

“Yang pertama..... benar, aku juga ingin menanyakan hal itu.”

“Mn?”

“Aku bisa mengerti kenapa Lewes-san dan klon Lewes yang lain bisa mematuhi sang Penyihir dan melindungi Sanctuary. Tapi kenapa Lewes Meyer mau membantu Echidona?”

Gadis yang terkurung di dalam kristal, memiliki keabadian namun direnggut darinya.
Menilai dari percakapan mereka sejauh ini, nampaknya tak ada satupun percobaan yang dimaksudkan untuk mengisi wadah kosong itu dengan Lewes Meyer sendiri. Intinya, Lewes Meyer telah mengorbankan dirinya untuk percobaan ini, dia memilih agar jiwanya tersegel di dalam kristal itu untuk selamanya.
Sebagai gantinya, tubuhnya akan terus terlahir di luar kristal. Meskipun untuk jiwanya, keputusan ini sama seperti bunuh diri.

Kenapa gadis itu membuat keputusan semacam ini?
Atau mungkinkah Echidona dengan kasar melemparnya ke meja eksperimen tanpa persetujuannya?
Subaru berharap yang terjadi bukanlah dugaannya yang kedua, dia pun menanyakan hal tersebut,

"Apa yang Lewes Meyer pikirkan ketika dia memilih untuk berpartisipasi ke dalam eksperimen ini?"

".... Lewes Meyer memberikan sebuah syarat untuk sang Penyihir, dan sang Penyihir menerimanya, karena itulah dia mau ikut andil dalam eksperimen ini. Itulah yang kudengar. Jangan khawatir, dia tidak dipaksa kok."

"Syaratnya.... boleh aku tahu apa itu?"

"Bahkan jika kau mendengarnya, aku ragu kau akan paham."

Mendengar hal itu, Subaru hanya diam menatap Lewes.
Melihat tatapan bak seorang anak yang keras kepala, Lewes pun mengernyit dan menghela napas dalam.

"Syarat Lewes Meyer kepada sang Penyihir adalah keberadaan Sanctuary."

"Keberadaan... Sanctuary?"

"Lewes Meyer ingin Sanctuary yang dibuat oleh sang Penyihir sebagai tempat percobaannya bisa terus ada selamanya. Tentu saja, karena sang Penyihir membutuhkan Sanctuary untuk terus melangsungkan percobaannya, dia pun dengan senang hati menerimanya. Bahkan sampai sekarang, setelah kematiannya, janjinya kepada Lewes Meyer tetap terjaga. Dengan tangan kami, kami harus memastikan kontrak itu terpenuhi."

"Tunggu.... bukankah itu malah terbalik?"

Echidona adalah orang yang membutuhkan Sanctuary untuk eksperimennya, dan Lewes Meyer adalah orang ditempatkan di Sanctuary untuk eksperimen-eksperimen tersebut. Kenapa seorang gadis yang ditempatkan di atas meja eksperimen meminta sang Penyihir untuk menjaga keberadaan Sanctuary? Urutannya benar-benar tidak masuk akal.

“Meskipun digunakan sebagai tempat eksperimen.... Sanctuary tetap jauh lebih nyaman dibandingkan tempat dia merasa teraniaya, kan?”

“..... Itu terdengar seperti tak ada pilihan lain lagi.”

“Tapi, di sinilah dia merasa aman. Kemudian dia menawarkan diri untuk eksperimen itu. Entah pada akhirnya eksperimen itu menghasilkan sesuatu atau tidak, kau bisa menilainya setelah melihatku dan gadis ini.”

Lewes menyeruput tehnya yang sudah dingin. Subaru sama sekali tak menjawab perkataan Lewes.
Bahkan saat percakapan soal klon ini berakhir, Pico sama sekali tidak menunjukan reaksi apapun. Dia hanya diam memegang lengan baju Subaru.

“Kenapa dia jadi menempel padaku begini? Kupikir dia hanya cangkang kosong, dan bahkan tadi dia menganggapku seolah tidak ada.”

“Itu karena kau menyentuh kristal Lewes Meyer. Kini kau memiliki otoritas komando.”

“Otoritas komando...?”

Subaru mengernyitkan dahinya mendengar istilah baru tersebut.
Melihat hal ini, Lewes pun mengangguk dan mengangkat satu jarinya dengan “Benar”,

“Coba beri dia perintah. Tapi jangan yang mesum. Bagaimanapun, wajahnya sama denganku.”

“Meskipun kau bilang begitu, aku ini tidak tertarik dengan tubuh Loli, paham? Aku hanya punya ketertarikan normal pada gadis seusiaku!.... Pico, pijat pundakku!”

Memasang muka masam, Subaru menoleh ke arah Pico yang ada di sampingnya. Mendengar suara Subaru, gadis itu mendongak dan mematuhi perintah Subaru dengan sebuah anggukan. Dia naik ke atas tempat tidur, menuju ke belakang Subaru, dan,

“Ooh, oohhh, mantap mantap..... auh? Tu-tunggu, Pico-san? Itu terlalu kencang! Sudah sudah..... Aoww, tidak, Pico-san, sudaaaaahh!!”

“Dia mungkin tahu soal memijat pundak, tapi kekuatan yang akan dia gunakan untuk melakukannya masih tak diketahui. Hal seperti ini bisa terjadi jika kami tidak mengajarinya dengan baik.”

“La-lalu kenapa kau menyuruhku untuk mencobanya?”

Melepaskan dirinya dari pijatan Pico, Subaru memerintahkan Pico untuk kembali ke tempatnya semula sebelum memutar bahunya beberapa kali. Dengan ketakutan akan genggaman kuat Pico yang masih segar dalam ingatannya, Subaru memiringkan kepalanya dengan, “Tapi,”

“Jika menyentuh kristal itu saja bisa memberikan otoritas komando padaku, bukankah keamanannya terlalu longgar? Bagaimana jika yang menyentuhnya adalah Lolicon yang berbahaya?”

“Sebenarnya hampir mustahil untuk menginjakkan kaki di tempat itu secara kebetulan, dan otoritas komando tidak diberikan semudah itu, paling tidak kau harus diterima sebagai utusan Keserakahan.”

“..... Hnn?”

Mendengar Lewes mengucapkan hal itu sambil menyeruput tehnya, Subaru sudah tidak bisa lagi menghitung berapa kali dia kebingungan selama percakapan ini. Menyilangkan tangannya, Subaru memekik, “Uhh....”

“Maaf, aku tidak ingat pernah menjadi utusan Keserakahan atau semacamnya.”

“Seseorang yang memperoleh izin dari Echidona adalah orang yang terpilih menjadi utusan. Apa kau menerima sesuatu ketika berada di dalam Makam? Diberi sesuatu, seperti hadiah, atau ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhmu?”

“Di dalam Makam.....”

Mengenang kembali pertemuannya dengan Echidona, Subaru mencoba mengingat apa ada sesuatu semacam pemberian hadiah seperti yang Lewes bicarakan. Tapi pencariannya tidak membuahkan apa-apa.
Jika Echidona memang memberinya sesuatu, itu adalah sedikit pengetahuan, perasaan lega, dan beberapa pengalaman mengerikan. Dan juga,

“..... Jangan-jangan Dona-tea?”

“Hmm, Dona-tea?”

“Echidona bilang kalau itu adalah cairan tubuhnya yang dia buat jadi seperti teh dan dia memberikannya padaku. Aku meminumnya dua kali.

“Tak diragukan lagi, pasti itu.”

“Sial, apa yang sebenarnya disuguhkan oleh bajingan itu!!??”

Melihat Subaru tiba-tiba marah, Lewes pun menenangkannya dengan “Sudah, sudah”. Tapi mengetahui Subaru tidak ada niatan untuk tenang,

“Apapun itu, itu adalah alasan kita bisa sampai ke sini. Jadi itu tidak sepenuhnya buruk, kan?”

“Ya memang, tapi memasukkan sesuatu ke dalam tubuhku tanpa sepengetahuanku itu benar-benar membuatku kesal! Apa sih yang dia lakukan padaku? Utusan Keserakahan atau apalah itu, aku sudah punya banyak masalah dengan Penyihir lain, jadi jangan ditambah lagi. Semua Penyihir memang sama saja....”

Entah tersegelnya kontrak Return by Death dengan Penyihir Kecemburuan, ataupun ditasbihkan secara sepihak sebagai utusan Keserakahan, sepertinya para Penyihir memang tidak peduli sedikitpun pada orang lain.

“Pokoknya, berkat hal itu, kini kau memiliki otoritas komando terhadap para klon Lewes di Sanctuary. Kau bahkan bisa memerintahkanku untuk mematuhimu.”

“Itu juga berlaku padamu, Lewes-san?”

“Meski kemauanku jauh lebih kuat dibandingkan gadis-gadis ini, aku tetap tidak bisa menolaknya. Itu pasti membuat pemuda sepertimu sangat senang, kan?”

“Sudah kubilang kan kalau aku ini bukan Lolicon....”

Meskipun Lewes memberinya tatapan yang menggoda, Subaru tetap tidak bereaksi.
Melirik senyum Lewes melalui sudut matanya, Subaru bisa merasakan misteri Sanctuary mulai menjadi jelas.
Ada bangunan tersembunyi yang berada jauh di dalam hutan. Lewes Meyer yang tersegel di dalamnya dan sebuah sistem yang bisa memperbanyak tubuhnya. Dan kehancuran yang akan terjadi enam hari lagi serta masalah yang datang bersamanya.
Selain itu, ada satu lagi hal yang tak bisa diabaikan jika kau membicarakan soal keberadaan bangunan itu....

“Lewes-san, maaf, mungkin ini agak mendadak, tapi..... aku butuh bantuanmu.”

“Apa? Jika itu adalah sesuatu yang jorok, kau bisa meminta mereka yang masih suci dan polos itu.”

“Bisakah kau menghentikannya!?”

Menampik ejekan Lewes, Subaru pun berdiri, meregangkan tubuhnya dan menatap ke arah langit-langit.

“Otoritas komando ini.... setidaknya ada satu orang lagi yang memilikinya, kan?”

“......”

“Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya, tapi ada hal lain lagi yang juga mengangguku.”

Dua orang terbersit di pikiran Subaru.
Pertama, orang yang dia lihat pernah memberi perintah pada ke-20 klon Lewes.... Harimau penjaga Sanctuary, Garfiel.
Dan yang satunya adalah,

“Kenapa 'Door Crossing' miliknya mengirimku ke bangunan itu...? Mungkin sekaranglah saatnya untuk mengetahui jawabannya.”

Subaru pun memutuskan, sudah saatnya dia benar-benar mengiterogasi gadis kecil berambut krem itu.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Previous
Next Post »
0 Komentar