Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 1 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 1 : Tempat Mereka Kembali.


Seri selanjutnya dari Re:Zero, yaitu Arc 4 yang diberi judul 'Perjanjian Abadi', Katanya di Arc 4 ini, Echidna si Witch of Greed muncul, tapi saya ya belum tahu pasti, dan katanya juga sosok Roswaal dan apa tujuannya juga terungkap. seperti apa cerita keputusasaan Subaru di Arc 4?? Langsung saja cuss... :3


Chapter 1 : Tempat Mereka Kembali.

Langit berwarna abu-abu yang terlihat suram mencerminkan hati Subaru saat ini.

Di depan mansion Crusch, 6 kereta naga berbaris membentuk satu barisan. Kereta-kereta tersebut berasal dari daerah Roswaal, warga desa dari 'Arlam' (atau begitulah mereka menyebut tempat itu) telah naik keatas kereta. Hanya ada satu kereta khusus yang disiapkan untuk Subaru dan Emilia.

Perjalanan ini akan sangat panjang. Jadi tidak seperti saat mereka kesini, kali ini mereka tidak akan bersama dengan  anak-anak itu lagi, dikarenakan ada segunung hal yang dia ingin katakan pada Emilia.. dan juga dia tidak ingin menjadi sangat acuh tak acuh dengan membiarkan anak-anak itu berkendara bersama dengan 'dia'...

"Aku akan jadi agak kesepian."

Menatap kereta-kereta dengan diselimuti keheningan, Subaru mendengar sebuah suara dari arah belakangnya.

Menoleh untuk melihatnya, terdapat Crusch yang sedang menatap kearahnya. Rambut hijau panjangnya melambai tertiup angin, dia menutup matanya, lalu meletakkan tangannya pada rambut Subaru, dan mengacak-ngacaknya

"Ini tidak seperti akan terjadi sesuatu jika aku tetap disini, aku juga merasa tidak enak jika terus-menerus memanfaatkan kebaikanmu... Sejujurnya, aku masih perlu waktu untuk memulihkan kondisiku, tapi yah, mau bagaimana lagi."

Mengepalkan kemudian membuka tangannya kembali, Subaru memikirkan kondisi kesehatannya dan tersenyum dengan kikuk. Kalau diingat-ingat, pada awalnya, dia datang ke mansion Crusch  untuk memulihkan kesehatannya. Sebenarnya Roswaal lah yang mengirimnya kesini, dan itu masih membuat dia kesal karena melihat rencana si Badut itu berjalan dengan begitu sempurna. Karena masalah prinsip, meskipun dia memenuhi apapun keinginan orang itu, seharusnya dia masih punya niat untuk menghentikan keinginan si Badut itu.

"Natsuki Subaru-sama, kau tahu, kau dipersilahkan untuk tinggal disini selama yang kau mau... Meskipun sulit untuk mengatakan itu dengan keras."

"Terima kasih atas tawaramu.. tapi meskipun aku juga mengingkannya, masih ada banyak hal yang harus aku selesaikan. Ada Paus Putih, "Dosa Kemalasan", dan ada perjanjian dengan guild pedagang."

Menolak tawaran Crusch, Subaru menggelengkan kepalanya. Dia sedang memikirkan Julius dan Anastasia.

Diluar dari 3 faksi yang menggabungkan kekuatannya untuk menghadapi Paus putih dan 'Dosa kemalasan' faktanya hanya pihak Anastasia lah yang murni diuntungkan dari aliansi ini.

Di pihak Crusch, dengan membunuh paus putih, mereka telah berhasil mencapai prestasi yang begitu luar biasa setelah 400 tahun berlalu... Akan tetapi, amnesia Crusch menghancurkan semua itu.

Sementara bagi pihak Subaru dan Emilia yang telah mengalahkan 'Dosa kemalasan', ketidakhadiran Roswaal 'yang tahu segalanya' sama sekali bukanlah pertanda bagus.

Dari segi banyaknya korban, meskipun mereka tidak mengalami kerugian yang begitu besar seperti pihak Crusch, tapi bagi Subaru, kerugian yang dia alami jauh lebih besar.

Sebagai perbadingan, hanya kehilangan sebagian tentara bayaran dan kereta persediannya saja, bisa dikatakan kalau pasukan Anastasia hampir sepenuhnya masih utuh. Dan meskipun dia bukanlah pemain utama dalam pertempuran ini, pasukannya sudah memberikan kontribusi yang sangat besar dengan kerugian yang sangat minim, sebuah investasi yang begitu menguntungkan.

Ketika kerugian yang dialami dua faksi lainnya membuat mereka ragu untuk mengumukan kemenangan mereka, hal tersebut tidak berlaku bagi Anastasia.

Untuk bisa mengurangi keuntungan Anastasia, kerja sama antara faksi Emilia dan Crusch akan sangat dibutuhkan.

... Melihat Subaru tenggelam dalam pemikirannya, Crusch pun menguap dengan malas. Subaru mengerutkan dahinya menyaksikan hal ini, dan Crusch dengan ekspresi malu di wajahnya, hanya melambaikan 'bukan apa-apa' menggunakan tangannya.

"Maaf karena aku menjadi begitu sentimentil... Dan aku merasa begitu malu karena tidak bisa membalas semua kebaikanmu."

"Orang yang membalas kebaikan dengan segera bukanlah lawan yang layak. Jangan khawatirkan hal itu, ketika masih ada banyak makanan di piringmu. Disamping itu, kami sudah menerima begitu banyak balasannya."

Mendengar kata-kata penuh kepedulian Crusch, Subaru pun mengalihkan pandangannya pada bagian depan kereta khusus. Dibandingkan dengan yang lainnya, itu adalah kereta naga VIP kelas atas, dan kehormatan untuk menariknya jatuh padaaa.......

"Sungguh permintaan yang tidak niat sama sekali... Kau benar-benar ingin merawat luka naga tanah ini dan juga menjaganya?"

"Aku berhutang banyak pada naga tanah ini. Meskipun itu hanyalah hubungan jangka pendek, tapi kami telah berlari melewati tepi jurang kematian berkali-kali lebih banyak daripada yang bisa aku hitung. Dan aku bermaksud untuk menghadapi lebih banyak lagi tantangan bersamanya, jadi aku tidak akan menganggap Patrasche sebagai mainan."

"... Kalau begitu, aku tidak perlu khawatir."

Naga tanah, Patrasche, melirik kearah Subaru ketika dia berbicara, dan kemudian seolah-olah menolak pujian dari Subaru, dia mengalihkan pandangannya kearah Wilhelm. Si Swordman tua yang sampai sekarang sedang mengecek kereta naga sebelum keberangkatan mereka itu, mengangguk menanggapi percakapan mereka.

"Diana adalah jenis naga tanah yang paling sulit untuk dijinakkan. Sampai mau melindungi tuannya dengan tubuhnya sendiri, Subaru-dono pasti sangat disukai oleh naga tanah ini."

"Meskipun aku tidak terlalu mengingatnya, sebelum pertempuran melawan paus putih, aku hanya tiba-tiba saja memutuskan untuk memilihnya."

Mungkin memang benar kalau mereka mempunyai sebuah ikatan. Ini lebih dari keberuntungN semata, karena jika dia memilih naga tanah lain, entah itu pertempuran melawan paus putih maupun Betelgeuse, mungkin tidak akan berhasil keluar hidup-hidup. Bagaimanapun,

"Aku tidak akan puas dengan naga tanah lain selain dirimu... Ah, Patrasche yang begitu menggoda."

Sambil menyentuh tekstur lembut dari bagian tepi perut Patrasche dengan menggunakan telapak tangannya seolah-olah untuk menunjukan kasih sayangnya, Subaru pun melihat kearah mata Patrasche yang terlihat kesal.

Menanggapi pelecehan berlebihan yang dilakukan Subaru, naga tanah itu bereaksi dengan memberikan ekspresi yang begitu jijik dari dalam lubuk hatinya, dan kemudian menghentakan tubuhnya seolah-olah ingin mematahkan jari Subaru.

"Ow!! Itu sangat berlebihan kalau hanya untuk menyembunyikan rasa malumu!! Dengan semua latihan membersihkan jendela yang kulakukan sewaktu SMP dulu, jari-jariku tidak akan patah semudah itu!"

"Naga tanah itu sedang bercanda denganmu. Komunikasi yang hangat seperti itu harusnya menjadi pertanda kepercayaan yang begitu kuat diantara kalian berdua."

"Apakah itu terlihat seperti komunikasi? Bagiku itu malah terlihat seperti aku sedang menyatakan cinta bertepuk sebelah tanganku dan Patrasche menolaknya dengan bahasa tubuhnya."

Kepercayaan yang tak terucapkan di medan tempur itu... Sama sekali tidak terlihat saat ini. Bagaimanapun itu hanyalah tindakan yang lancang, tapi pada akhirnya, meskipun dengan sikap yang begitu dingin, Patrasche mengizinkan Subaru untuk membelainya.


XxxxX


Bagaimanapun,

"Jadi, namaku mendapatkan kredit dalam misi perburuan paus putih, kemudian aku berhasil menyelematkan Emilia dengan membunuh 'Dosa Kemalasan', dan sekarang aku mendapatkan naga tanah tersayangku... Bukankah penghargaan ini sudah terlalu hebat?"

"Membunuh paus putih... Betapa berartinya hal itu, Subaru-dono hanya tidak menyadari kalau ini adalah sesuatu yang sangat mengagumkan. Mungkin suatu hari nanti, seluruh dunia akan berterimakasih padamu atas pencapaian hebat ini. Aku akan sangat menantikan datangnya hari itu."

"Yeah, aku juga berpikir begitu!! Tunggu... Tapi, bukankah yang kulakukan hanyalah berlari di bawah hidung paus putih itu seperti umpan sepanjang waktu?"

Mendengar kata-kata Subaru, Wilhelm pun melihat kearahnya dengan sebuah senyum yang begitu hangat. Hatinya terasa agak geli melihat kehangatan itu, kemudian Subaru pun menggeleng-gelengkan kepalanya seakan-akan mencoba menghilangkan perasaan itu.

"Selain itu... Untuk sementara ini, sepertinya aku tidak akan bisa bertemu denganmu Wilhelm-san. Tolong rawat lukamu dengan baik."

"Maaf, karena membuatmu khawatir. Sepertinya jaraknya sudah semakin menjauh, jadi pendarahannya juga sudah berhenti. Tapi tidak peduli apapun yag terjadi, hari dimana aku bertarung di sisi Subaru-dono lagi pasti akan datang. Sampai saat itu tiba..."

Luka Wilhelm... Luka tidak bisa disembuhkan yang diberikan oleh Sword Saint generasi sebelumnya, Thearesia Van Astrea. Menyebutkan hal ini membuat tatapan Wilhelm menjadi begitu tajam. Pikirannya langsung teralihkan pada Uskup Agung Pendosa yang menyerang Crusch, yaitu si 'Kerakusan' dan 'Keserakahan'.

Jika kematian istri dari 'Sword Demon' itu, berkaitan dengan hal lain selain paus putih, kemungkinan besar mereka berdualah tersangkanya.

Subaru, sama seperti Wilhelm, dia pun memendam kebencian yang begitu kuat terhadap 'Dosa kerakusan'. Tidak peduli apapun yang terjadi, mereka berdua pada akhirnya harus bertatap muka dengan Uskup Agung Dosa ini. Ketika Pemuja Penyihir adalah sesuatu yang harus mereka hindari, 'Dosa Kerakusan' adalah masalah yang sepenuhnya berbeda. Bagi mereka, mereka harus mengalahkan Uskup Agung Dosa ini agar bisa mendapatkan kembali hal-hal yang tak bisa tergantikan itu.... Ingatan Crusch adalah salah satunya, dan yang lebih penting lagi....

"Subaru-kyun, Rem-chan sudah berada di dalam, ingin memeriksanya dulu?"

Sambil mengatakan hal ini, dari jendela kereta menjulur keluar sebuah kepala dengan telinga mirip kucing, Ferris. Melihat Ferris keluar dari kereta khusus Patrasche, Subaru pun berjalan kearahnya. Mengintip kedalam, di bagian dalam yang lumayan luas, beberapa tempat duduk telah digantikan dengan sebuah tempat tidur, dan diatasnya, seorang gadis sedang tertidur.

Dia tidak memakai seragam maid yang biasa digunakannya, dia menggunakan gaun tidur berwarna biru halus, yang sangat cocok dengan warna rambutnya. Seorang gadis yang berada dalam tidur yang tak bisa dibangunkan, dan dilupakan oleh seluruh dunia. Dia mencintai Subaru, dan Subaru mencintainya. Mungkin, seperti itulah gadis itu.

"Benda ini aman, kan?"

"Hey, aku sudah berhati-hati, aku ini penyembuh, nyan. Luka fisik Rem sudah sembuh, dia sudah bukan lagi pasien, nyan."

Secara diam-diam, Subaru menatap wajah tertidur gadis itu. Kata-kata Ferris memang terdengar agak kurang ajar, tapi dari sisi wajahnya menunjukan sesuatu yang berbeda dari dirinya yang biasa. Mungkin Ferris juga merasakan rasa sakit dari ketidakmampuannya sendiri, bukan terhadap Rem, tapi kepada tuan tak tergantikannya, Crusch.

"Kau benar-benar ingin membawanya bersamamu?"

"Ya, aku akan membawanya bersamaku. Dia tidak akan menjadi lebih baik dengan berada disini... Tidak bermaksud kalau itu kesala...."

"Aku tahu nyan. Subaru-kyun tidak bermaksud begitu nyan."

Melihat Subaru yang merasa malu setelah mendengar kata-katanya, Ferris pun tersenyum dengan canggung.

"Faktanya.."

Ferris menunjuk Subaru.

"Selain Rem, masalah yang lebih besar lagi adalah Subaru-kyun kan?"

"Aku?"

"Jangan pura-pura bodoh nyan, gerbang mu itu sudah kelebihan beban nyan. Ketika menyembuhkanmu aku harus dengan paksa menyuntikkan Mana dalam jumlah yang besar melewati gerbang mu, itu mungkin akan sedikit rusak nyan. Apa kau merasa lemah atau capek, baik dari segi fisik ataupun dari segi sihir?"

Menanggapi pertanyaan Ferris, Subaru pun menggerakkan leher dan bahunya. Memutar-mutar leher dan bahunya, dia tidak menemukan ada sesuatu yang salah. Dia sedikit melompat dan sepertinya juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Tidak masalah. Kedua bagian yang kugunakan dan tidak kugunakan baik-baik saja. Kesampingkan soal gerbang itu, bagaimanapun, aku tidak biasa menggunakan sihir."

"Pada akhirnya, kau memang bukan pengguna sihir. Jika itu Ferris, Ferris akan menghindari penggunaan sihir kecuali dalam keadaan genting, nyan.... en, Itu bagus nyan."

Melihat Subaru menyimpan sendiri kondisi kritis kesehatannya, Ferris pun akhirnya menyerah. Dengan mata besar dan bulatnya, Ferris melihat area sekitar leher Subaru dan menarik kerah bajunya.

"Tapi, jangan memaksakan diri lagi. Meskipun Ferris bisa mengeluarkan setiap racun dari dalam tubuh Subaru-kyun, jika gerbang mu hancur menjadi ribuan keping, Ferris tidak akan mampu untuk memperbaikinya nyan. Jadi waktu untuk menyembuhkannya.... Kira-kira 2 bulan nyan."

"Dua bulan tanpa sihir... Bagi orang yang tidak pernah menggunakan sihir selama 17 tahun, itu bukan apa-apa."

Subaru sedikit bercanda setelah mendengarkan diagnosa dari Ferris.. Kalau dipikir-pikir lagi, Subaru berada di dunia ini bahkan belum ada 2 bulan, meskipun dari sudut pandangnya itu sudah seperti 4 bulan lebih... Itu semua terasa seperti wakti yang sangat lama.

Memikirkan kembali semua yang telah terjadi semenjak dia datang ke dunia ini, akan menjadi seberapa sulit beristirahat selama 2 bulan? Subaru sendiri tidak yakin.

"En... Meskipun aku selalu membuat diriku terlibat dalam bencana... Tunggu, apa tadi aku baru saja menaikkan sebuah 'flag'? Kurasa aku baru saja mendengar efek suaranya."

"Sayang sekali, Ferris bukan ahli mengobati masalah pada otak, nyan."

Subaru terlihat terkejut dengan kata-katanya sendiri, Ferris melihat kearahnya agak kurang tertarik.

Terpengaruh oleh reaksi ini, Subaru memutuskan untuk mengakhiri percakapan ini. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengulurkan tangannya pada Ferris.

"Nyan?"

"Tidak, aku benar-benar harus berterimakasih atas semua yang telah kau lakukan untuk membantuku. Untuk menyembuhkanku, dan ketika kita melawan paus putih dan 'Dosa Kemalasan', jika tida ada kau, mungkin semuanya akan menjadi berantakan.... dan untuk Rem, terima kasih."

"... Nyan. Kau terlihat tidak sedang mengejekku nyan, jadi ya begitulah."

"Ooooo!! Kemampuan -Social Air Reading- ku telah diaktifkan!! Tenanglah!"

Sebuah pengekspresian terima kasih yang canggung, akan tetapi Ferris terlihat menyukainya. Bagaimanapun, perasaannya telah tersampaikan. Ferris memegang tangan yang terulur kearahnya, dan mereka pun bersalaman.

"Jari-jari yang begitu ramping dan lembut... Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya jika punya tangan yang maskulin."

"Dengan Ferris yang begitu manis dan sempurna ini, apakah itu terlalu mengecewakan nyan? Baik itu tubuh, rambut, atapun kulit, semua yang ada pada Ferris itu semuanya alami nyan,"

Ferris mengangkat tangannya dengan bangga, Subaru sekilas bisa melihat kaki putih sempurna dibalik rok milik Ferris. Melihat keindahan bentuknya, bahu Subaru pun jatuh karena merasa kecewa.

"Tapi, dia adalah seorang pria...."

"Yep, Ferris adalah seorang pria, baik tubuh maupun jiwa nyan."

"Bagaimana bisa kau merasa bangga dengan hal itu? Bagian mana dari dirimu yang terlihat seperti pria?"

Berpakaian seperti seorang gadis cantik. memanggil Ferris seorang pria adalah hal yang terlalu berlebihan... Meskipun Subaru tidak terlalu primitif ataupun sesuatu yang seperti itu, dia tahu kalau tingkah laku Ferris adalah kebalikan dari apa yang disebut dengan pria.

Menanggapi pertanyaan Subaru, Ferris meletakkan jarinya pada sudut bibirnya. Dan dengan goyangan pinggangnya yang begitu mempesona,

"Karena Crusch-sama bilang ini cocok dengan Ferris, bagaimanapun diriku, inilah yang paling cocok dengan jiwa Ferris. Kata-kata Crusch-sama, Ferris akan membalasnya dengan semua yang kumiliki."

"Tapi..."

Crusch yang sekarang tidak mengetahui hal ini... Tapi Subaru menahan kata-katanya. Meskipun dia tidak mengatakannya, Ferris harusnya sudah tahu. Dan jika dia mengatakannya, itu hanya akan menyakitinya.

Subaru, lebih dari siapapun, sangat benci melakukan hal ini. Jika seseorang berbicara tentang Rem, Subaru pasti akan merasa terganggu. Mungkin Ferrs juga mengetahui hal ini.

".... Tidak peduli apa jadinya rumah Karsten."

".....??"

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di telinga Subaru.

Pelan, dan dingin, sebuah suara dengan emosi yang begitu dingin.

Milik siapa suara itu... Jika dia mendengarnya sekarang, itu masih saja membuatnya terdiam.

Kepalanya tertunduk, ekspresi Ferris tersembunyi dibalik rambut poninya, mustahil untuk bisa melihatnya.

Disaat yang sama, Ferris menggenggam erat tangan Subaru.

"Hanya Crusch-sama seorang, aku akan melindunginya dengan nyawaku."

"Ferris?"

"Itulah... kenapa."

Dihadapan Subaru yang tercengang, Ferris tiba-tiba mengangkat kepalanya, tersenyum dengan suara yang begitu ceria. Tapi dibandingkan dengan keceriaan yang biasanya, yang biasa dilihat oleh mata nakal Subaru, saat ini senyum itu muncul seolah matanya selama ini telah membohonginya.


XxxxX


"Ingat perjanjiannya Subaru-kyun!! Kalau semua Mana dalam tubuhmu meluap, itu bisa menggoreng otakmu sampai kau mati nyan."

"Apa sih yang kau katakan dengan senyum seperti itu di wajahmu? Dan kenapa kau mengancam seorang sekutu?"

"Mengancam?? Itu lebih seperti kalimat kematian, nyan."

Melepaskan diri dari tangan Ferris, Subaru pun mengalihkan pandangannya. Untuk beberapa saat, di dalam semua keributan ini...

... Dia sedikit berharap Rem akan bereaksi.

Mendesah dengan pelan, dia menekan harapannya itu keluar dari pikirannya.

Di dekat bagian luar dari bagasi kereta naga, dia melihat Emilia dan Crusch sedang berbicara.

"Ah, Subaru. Apakah tempat tidur Rem-san sudah disiapkan?"

"Yep Ferris sudah mengaturnya dengan begitu sempurna. Lihat!! Ini adalah KOMBO SIRKUS HEBAT antara diriku dan Patrasche! Kami akan menunjukan kepadamu sesuatu yang bahkan tidak bisa ditunjukan oleh Great Kinoshita Circus."

"Meskipun aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku mempunai firasat buruk mengenai hal ini... jadi tidak usah melakukan Sirkus Hebat itu oke?"

"Langitnya!! Itu sungguh sangat disayangkan! Tapi jantungku sudah berdegub kencang menantikan gairah dari Emilia-tan!"

Subaru menyebutnya "Di dalam kereta cepat ini, hidupku berada dalam bahaya, mungkinkan bertambahnya detakan jantung ini adalah CINTA?". Sebuah rencana yang disusun sendiri oleh SUbaru.

Tapi mendengar Emilia mengatakan "Rem-san"... sebuah rasa sakit yang tak terduga bersarang di hati Subaru, menolak untuk pergi.

Seketika mata Emilia terfokus pada mulut Subaru yang tiba-tiba berhenti bergerak. Tapi sebelum Emilia mengatakan sesuatu, Ferris muncul dari belakang Subaru.

"Well, kereta naganya sudah selesai disiapkan nyan. Maaf kalau lama nyan. Ini terasa sangat sedih untuk mengucapkan selamat tinggal... Crusch-sama, ada yang ingin dikatakan?"

"En, yaa."

Ferris menuju ke samping Crusch, sementara Subaru pergi ke sisi Emilia. Melihat mereka berdua, Crusch mengambil napas dalam, dan meletakkan satu tangannya di depan dadanya.

"Pertama-tama, mungkin aku sudah mengatakan ini berkali-kali sebelumnya, tapi aku benar-benar ingin berterimakasih pada kalian. Meskipun aku tidak lagi mengingatnya, aku tahu, sebelum aku kehilangan ingatanku, aku menginginkan kita bisa bekerja sama dan juga menjadi teman. Aku sekali lagi berterimakasih padamu."

"Tidak... Crusch-sama, tidak perlu berterimakasih padaku. Pada hari-hari itu, aku hanya bisa terus bersembunyi dalam kegelapan dan meningggalkan semuanya..."

"En, Itu benar, Emilia-tan tidak melakukan apa-apa. Tapi aku sudah mengurusi semuanya, jadi jangan khawatir. Lagi pula pencapaianku adalah pencapaian Emilia-tan ku juga!"

Melihat Emilia yang merasa malu, Subaru memukul-mukul dadanya sambil menyatakan hal itu. Melirik sejenak kearah Subaru, Emilia pun sedikit mengangguk.

"Terima kasih Subaru... Meskipun aku tidak ingat pernah menjadi Emilia mu."

"Re-rencanaku untuk "memberikan kesan hubungan romantis kepada pihak ketiga secara tidak sadar" telah berhasil diketahui..?"

"Itu karena aku mendengarkan dengan seksama.... Oh, maaf mengenai hal itu."

Semua tekanan udara menghilang dari dada Subaru, membuat Subaru merosot, kemudian Emilia meminta maaf kepada Crusch, yang diam-diam mengamati percakapan akrab mereka.

"Tidak, hubungan kalian berdua terlihat begitu luar biasa. Aku secepatnya juga harus kembali seperti biasa dengan Ferris dan Wilhelm."

"Ferris akan selalu terbuka kepada Crusch-sama, baik tubuh maupun jiwa Ferris nyan."

Ferris, menutupi pipinya dengan kedua tangannya, menggerakannya kekiri dan kekanan. Ketika Ferris sedang melakukan hal itu selayaknya seekor gurita di belakang, Crusch terlihat menerima hal itu dengan sebuah senyum hangat tapi feminim yang tersungging di wajahnya.

"Kurasa kita akan segera bertemu lagi Emilia-sama, Subaru-sama. Aku harap kita bisa menjadi teman selamanya."

Itu bukanlah sebuah kebohongan, itu pasti pemikirannya yang sebenarnya... Subaru memikirkan hal tersebut.

Meskipun kehilangan ingatannya, dia sama sekali tidak kehilangan jiwa kebangsawanan dari dalam hatinya. Kejujuran sangat terlihat dari tingkah lakunya, pujian palsu ataupun kebohongan sangat tidak cocok dengan hal itu.

Mungkin karena hal itu terjadi secara tiba-tiba, mata Emilia terbuka lebar karena terkejut, sementara bibirnya sedikit bergetar.

"Aku... Bagi Crusch-sama adalah salah satu kandidat lawan. Aliansi ini.. suatu hari nanti akan kembali menjadi persaingan di antara kita."

"En, itu benar. Dengan Emilia-sama sebagai saingannya, aku tidak akan tertinggal di belakang. Jadi aku juga akan berusaha dengan keras."

"Dan meskipun tanpa itu, aku adalah seorang Half-Elf, dengan rambut berwarna perak... Apa itu tidak menakutimu?"

"Emilia-tan, itu....."

Dia tidak perlu menanyakan hal itu, begitulah pikir Subaru, mencoba untuk menghentikannya. Melihat tekad yang terlihat di wajah Emilia, Subaru tahu percakapan ini tidak harus dilanjutkan.

Emilia sangat serius menanyakan hal itu. Sebagian dari dirinya tahu kalau seharusnya tidak pernah mengungkap identitasnya segampang itu.

Ditambah lagi, mengatakan itu semua dihadapan Crusch Karsten, Subaru tahu kalau membiarkan ini berlanjut pasti akan....

"Jiwa kita lah yang menentukan arti nilai dari kehidupan itu sendiri. Bagiku dan bagi yang lainnya juga, hidup dengan jiwa kita sepenuhnya, tanpa ada rasa malu, itulah seharusnya bagaimana cara kita hidup."

"....."

"Entah bagaimana itu terasa seperti aku sudah mengatakannya berkali-kali sebelumnya. Bagaimana aku mengatakannya ya.... Sekarang ketika aku mendengarkannya sendiri, itu terdengar sangat berpengalaman, ya kan?"

Crusch menutup mulutnya dan tidak mampu menahan tawanya. Mendengar hal ini Emilia hanya berdiri tercengang, tidak mampu berkata apa-apa.

"Emilia-sama, apakah kau merasa malu dengan caramu menjalani hidupmu?"

".... Aku, tidak. Meskipun semua orang berpikir begitu, selama aku tidak membenci diriku sendiri, aku masih bisa terus menjalani hidup seperti ini."

"Kalai begitu, kau tidak perlu menyesali apapun. Terus tingkatkan dirimu, cobalah yang terbaik, dan tetaplah jujur pada dirimu... Kau mempunyai jiwa yang cantik."

Tersenyum, Crusch mengulurkan tangannya kepada Emilia.

"Bisa mengenalmu, jujur aku senang. Takut? Tidak sedikitpun."

Menggingit bibirnya, Emilia mengukir kata-kata itu dalam ingatannya, dadanya terasa sakit karena berbagai perasaan. Dia menatap pada tangan yang terulur padanya. Crusch menunggunya dengan sabar. Kemudian jari-jari Emilia bersentuhan dengan telapak tangan Crusch, dan mereka berdua pun berjabat tangan dengan lembut.

"Tidak peduli apapun yang terjadi, aku harap kita bisa segera bertemu lagi."

"A-aku.... tidak. Aku juga, disaat seperti ini, seharusnya aku berdiri dengan tegak dihadapan Crusch-sama, ya kan? Sampai saat itu, kuharap kau akan sehat selalu."

Begitulah, kedua kandidat calon pemilihan raja, janji mereka untuk melakukan yang terbaik telah tersegel.

Melihat dari samping, hati Subaru terasa dipenuhi dengan kepuasan. Itu adalah salah satu tujuan perjuangan Subaru... Meskipun pada akhirnya, tidak mungkin semuanya akan berjalan begitu sempurna...

"... Setelah semuanya kita sepakati... Kenapa aku masih punya ekspresi sedih ini di wajahku? Aku bukan ingin menyalahkanmu... Sungguh.."

Melihat kearah kereta naga, pemandangan seorang gadis yang sedang tertidur di dalamnya terlihat di mata Subaru.

Di saat-saat yang membahagiakan ini, Rem tidak mungkin akan memaafkan jika aku seperti ini... Rem tidak menginginkannya... Jadi sepertinya aku ini sangat egois, ya kan?

"Natsuki Subaru-sama, jagalah dirimu. Aku akan menantikan aksi-aksimu di masa yang akan datang dan juga kesembuhannya."

"Lebih banyak aksi dari ku.... Kupikir itu bukan ide yang bagus... Sejujurnya aku adalah tipe orang yang hanya berlarian kesana-sini mencoba melakukan semuanya sebagai pilihan terakhir dan masih berakhir menjadi orang yang tidak berguna. Mengenai Rem.... Crusch-san bukanlah orang luar. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia pasti akan sembuh. Aku janji, dia pasti akan sembuh."

Crusch mengulurkan tangannya pada Subaru. Tapi berjabat tangan dalam keadaan yang seperti ini, bukankah itu terlalu memalukan? Untuk menutupi rasa malunya, Subaru pun memberinya sebuah tos.

Sebuah suara kecil terdengar, sentuhan singkat antara tangan Subaru dan tangan Crusch pun berakhir. Tangan Crusch terpantul, matanya sedikit berkedip.

"Kita pasti akan bertemu lagi."

Dengan kata-kata itu, tuan dan pelayan itu membungkuk, menyaksikan kepergian Subaru dan Emilia.


XxxxX


Dalam perjalanan pulang, sebuah aura suram yang terasa aneh menghinggapi kereta naga.

Kereta itu sendiri adalah pemberian dari Crusch kepada Subaru bersamaan dengan Patrasche, sebagai tanda terima kasih. Bahkan tanpa hiasan, sudah jelas kalau kereta itu adalah hasil dari ketrampilan yang mahal. Tapi dari kelembutan tempat duduk dan megahnya bagian dalamnya, semuanya terasa sedikit berlebihan.

Bagian dalamnya yang luas mampu menampung sampai 10 orang dan masih ada ruang yang tersisa, jadi tidak heran kalau mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, dengan hanya ada 3 penumpang di dalamnya.

Di dalam kereta Emilia, Subaru, dan Rem terus saja diam. Rem tentu saja sedang tertidur, duduk di sebelahnya, Subaru masih setia menunggunya, tanpa ada sedikitpun pemikiran untuk pindah dari tempatnya. Mungkin karena mempertimbangkan Rem yang tidak sadar, Emilia menahan kata-katanya untuk keluar.

"....."

Ini buruk, pikir Subaru, sambil menyilangkan tangannya. Mungkin akan memalukan jika membuat percakapan yang ceria di situasi seperti ini, tapi ada begitu banyak hal yang perlu mereka bicarakan. Mereka harus memutuskan sikap mereka terhadap Pemilihan Raja, mereka perlu memperbaharui aliansi mereka dengan faksi Crusch, dan mereka masih belum berbicara mengenai apa yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini.

Kemudian ada Rem. Bagaimana dia bisa dirawat di mansion jika tidak ada seorangpun selain Subaru yang mengingatnya? Meskipun itu tidak bisa dielakkan, hanya memikirkan apa yang mungkin akan dikatakan Ram ketika melihat Rem yang tidak sadar saja, sudah membuat Subaru merasa merinding.

"Aku tahu kau khawatir, tapi saat ini aku merasa suasananya akan menjadi lebih baik jika anak-anak itu berkendara bersama kita.."

Tentu saja anak-anak itu juga berada dalam rombongan yang menuju kawasan Roswaal. Tapi saat ini mereka sedang bersama dengan orang tua mereka masing-masing. Jika mereka bertanya soal Rem, pasti akan sulit untuk menjelaskannya, dan bagaimana jika warga desa berpikir kalau itu adalah sebuah penyakit... Sayangnya, hasilnya adalah keheningan yang tercipta sekarang ini.

Apa yang harus aku lakukan sekarang... Sangat tidak biasa bagi Subaru merasa begitu tertahan, dia menatap kearah langit-langit sambil berpikir.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tidak bisakah kalian memikirkan sesuatu untuk dibicarakan? Ahhhh.. aku sudah tidak tahan lagi dengan keheningan ini.."

"Apa yang kau katakan? Tiba-tiba menyelinap masuk begitu? Tunggu, apa kau dari tadi ada disana?"

"Kasar sekali!! Tentu saja aku ada disini! Apa kau tidak ingat kondisi yang membuatku setuju untuk membntumu?"

Otto mengatakannya dengan berlebihan, menjulurkan kepalanya kedalam kereta melalui lubang yang ada di depan, dan mengirimkan sedikit air liur bersamaan dengan suaranya. Otto adalah salah satu orang yang ikut mengendarai kereta ini, dia duduk di bagian luar, di tempat duduk kusir.  Dia menjulurkan kepalanya melalui lubang yang terhubung ke bagian dalam kereta hanya untuk mengomentari keheningan yang tercipta di dalam kereta.

Mendengar kata-kata Otto, Subaru memiringkan kepalanya, kemudian mengangguk sambil mengatakan 'Ah'.

"Aku ingat, aku ingat. Benar, kau memintaku untuk membantumu bertemu Roswaal kan?.. Ah, tapi, apa yang kukatakan..."

"Ada apa?"

"Well, jika kau hanya mengejar-ngejar pria, itu tidak masalah, tapi kalau pria itu Roswaal..... Ah, ngomong-ngomong aku ini normal dan aku sudah punya Emilia, jadi jangan mengejarku."

"Itu sama sekali bukan alasanku ingin bicara dengannya!! Kau pikir aku ini apa?"

"Seorang pedagang yang mencari kesenangan?"

"Kenapa kau menganggapku seperti orang mesum?"

Menatap Otto seakan-akan mengasihaninya dari dalam lubuk hatinya, Subaru menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sedih. Emilia, yang dari tadi hanya diam mengamati percakapan mereka, tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan mengatakan hal ini dengan ekspresi terkejut.

"Kalian berdua... Benar-benar teman yang akrab ya? Aku terkejut!!"

"Oy oy, Emilia-tan. Hentikan leluconmu itu. Jangan menempatkanku dalam wadah yang sama dengan pedagang yang serakah akan uang ini. Satu-satunya hal yang selalu kuinginkan lebih hanyalah cintamu."

"Kalau begitu kau juga serakah. Ah, tunggu, aku kan tidak serakah!!"

"Otto, diamlah!!"

Menghela napas menghadapi pedagang ini, Subaru pun berdiri dan memegang penutup yang digunakan untuk menutup jendela yang terhubung ke tempat kusir.

"Ah, tunggu, jangan perlakukan aku seolah-olah aku ini penganggu."

"Ok, kau pergi sana!!"

Menarik penutup itu dengan sebuah suara tepukan, wajah dari orang yang berusaha sampai akhir untuk mengatakan sesuatu itu akhirnya menghilang. Menggabungkan jari-jarinya dan merentangkan tangannya seperti seseorang yang baru saja melakukan tugas berat, Subaru menoleh untuk melihat Emilia yang menatapnya kosong.

".... Puh."

"Hihahahaha."

Saling menatap wajah satu sama lain, mereka tiba-tiba tertawa dengan keras.

Untuk sebentar saja mereka membiarkan diri mereka terbawa oleh tawa mereka, tapi segera setelahnya, tawa mereka mulai menghilang, dan keheningan pun sekali lagi menghinggapi kereta tersebut.

Di saat seperti itu..

"Membiarkan atmosfer yang berat ini terus ada, benar-benar tidak terlihat seperti diriku kan?"

"Kau benar, itu sama sekali tidak seperti dirimu. Subaru yang aku kenal itu adalah orang yang begitu bersemangat, tidak beralasan, dan ceria. Tidak peduli apa yang kurasakan pada waktu itu, dia selalu bisa meniup jauh semua perasaan tidak enak ku."

"Aku merasa seperti itu juga bisa diartikan sebagai orang bodoh yang tidak bisa membaca suasana."

Bagaimanapun, Otto benar-benar telah menghilangkan suasana yang canggung ini. Berterima kasih pada Otto karena telah melakukan hal ini, mungkin malah akan membuatnya marah, meski begitu, Subaru masih berterimakasih padanya di dalam pikirannya sendiri sambil berdiri dan duduk di sebelah Emilia seolah-olah itu adalah hal yang paling wajar di dunia.

Melihat ini, Emilia pun tersenyum kecut.

"Kau selalu terbiasa duduk di sebelahku ya, Subaru?

"Well, itu wajar bagi seseorang ingin duduk di sebelah gadis yang mereka sukai, jadi aku ingin duduk sedekat yang aku bisa, dan menghirup udara yang sama denganmu."

"Gezz, setengah bagian awal dari kalimatmu memang terasa memalukan, tapi setengah bagian akhirnya entah bagaimana memberikan perasaan yang tidak enak."

Mendengar pernyataan cinta yang begitu jelas seperti itu membuat wajah Emilia memerah, tapi kemesuman dari setengah bagian terakhirnya membuat dia sedikit marah. Sambil mencondongkan kepalanya kearah Emilia yang bereaksi seperti itu, Subaru berkata,

"Hmmm, aku hanya mencoba bertingkah seperti yang selalu aku lakukan, kau tahu?"

"Kalau dipikir-pikir kau memang selalu seperti itu. Karena kau selalu seperti itu, aku tidak pernah bisa menerima apa yang kau katakan."

Ketika Emilia menatapnya, suara Emilia menjadi semakin mengecil dan kemudian sepenuhnya menghilang. Subaru menggaruk kepalanya, mempertimbangkan apakah harus menanggapi percakapan ini atau tidak.

"Para pria tidak bisa secara mental menangani hal-hal yang bersifat terang-terangan, dan tidak bisa berpura-pura bercanda jika berhubungan dengan hal-hal seperti ini. Aku mencintai Emilia-tan, aku melihat Emilia-tan dengan cara yang mesum dan aku ingin membantu Emilia-tan, itu semua adala perasaanku yang sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Kau bisa mempercayai itu, kau tahu?"

"Aku mempercayainya, tapi mempercayai dan menerima adalah dua hal yang berbeda."

"Tidak masalah buatku, percayalah padaku, dan aku akan berusaha sangat keras sampai kau mau menerima perasaanku."

Kalau dipikir-pikir lagi, itu adalah pernyataan yang sangat agresif. Faktanya, mendengar hal itu membuat wajah Emilia tersipu malu.

Berusaha keras untuk tetap mempertahankan ketidakgugupannya, kedua pipi dan telinga Emilia sudah berubah menjadi sangat merah dan membuat ekspresinya tidak bisa lagi dipertahankan. Dia sepertinya tidak pernah mempunyai seseorang yang mengungkapkan perasaan mereka dengan sepenuh hati kepada dirinya sebelumnya. Tentu saja, Subaru, orang yang mencoba untuk mengungkapkan perasaannya juga tidak punya pengalaman apapun, jadi wajahnya juga ikut memerah.

Meskipun begitu,

"Daripada berjalan dengan ekspresi sedih, ini lebih terlihat seperti diriku. Benar kan, Rem?"

"... Barusan, apa kau mengatakan sesuatu?"

"Aku hanya berpikir, betapa menyenangkannya jika kau mengangkat rambutmu sehingga aku bisa menatap lehermu dengan mesum."

"Nah itu, kau mencoba mengalihkan perhatianku lagi... Kau benar-benar peduli terhadap Rem-san kan?"

Subaru mencoba untuk melarikan diri dengan cara melucu, tapi kata-kata tajam Emilia memblokir jalan keluarnya. Menerima kekalahannya, Subaru pun tersenyum pahit, dan menoleh kearah Rem, yang masih tertidur di tempat tidur.

"Ya, benar. Aku... Sangat amat peduli padanya. Aku selalu berpikir kalau aku harus melakukan sesuatu, aku berpikir, dan aku ingin terus berpikir. Meskipun aku ingin Emilia-tan lah yang menjadi nomor 1 di pikiranku, tapi ini sama sekali tidak bisa kukendalikan... Maafkan aku."

"Aku bukanlah anak nakal yang akan marah dan jengkel karena hal ini. Aku tidak akan marah karena sesuatu yang sangat penting... Aku bisa tahu hanya dari melihatnya saja, dia pasti sangat berarti bagi Subaru."

Seperti Subaru, Emilia juga menoleh kearah Rem yang sedang tertidur. Bibirnya bergetar, dan setelah ragu-ragu sesaat, dia bertanya.

"Kau... menyukainya, ya kan?"

"Aku menyukainya. Aku mencintainya. Aku mencintainya seperti aku mencintaimu."

"Aku tidak tahu bagaimana perasaanku setelah mendengar hal ini, tapi... Subaru, apa kau ini tipe pria yang suka main mata??"

"Aku pikir aku bisa menjadi pria yang setia, tapi mempunyai seseorang yang sangat mencintaimu itu.... Seorang pria yang hatinya tidak tergerak karena hal itu, kurasa dia adalah pria yang tidak punya setetespun darah ataupun air mata di dalam dirinya."

Memikirkan kembali pengulangannya beberapa hari yang lalu, dia ingat berapa kali dia telah menerima cinta sepenuh hati Rem. Menerima semua itu, bagaimana mungkin hatinya tidak ikut tergerak? Seiring berjalannya waktu, dia menyadari kalau keberadaan Rem di dalam hatinya telah berkembang menjadi begitu besar untuk bisa diabaikan.

"Meskipun kau bilang padaku kalau kau mencintaiku?"

"Hanya untuk memperjelas saja, aku sangat mencintai Rem, tapi Rem masih lebih mencintaiku, kau tahu? Dia benar-benar berjuang demi diriku, dan aku benar-benar tidak mengerti apa alasannya."

Memeluk bahunya sendiri, Subaru bertanya-tanya bagaimana Rem bisa mencintainya tanpa mengharapkan sedikitpun balasan? Dicintai sedalam itu oleh gadis seperti Rem, apakah dia benar-benar pantas mendapatkannya?

Dia masih tidak mengerti apa alasannya. Tapi meski begitu... Sebagai pria yang dia cintai, setidaknya yang bisa dia lakukan adalah mencoba hidup seperti apa yang Rem lihat dari dirinya.

Melihat Subaru, bibir Emilia terlihat lebih santai.

"Kurasa aku bisa memahaminya."

"Huh?"

"Alasan kenapa Rem-san begitu mencintaimu. Aku yakin itu karena dia sudah sering sekali melihat sisi baikmu dari dekat. Kau itu seperti penyakit yang kadang-kadang menjadi sangat luar biasa dan melakukan hal-hal yang sangat luar biasa."

"Penyakit? Aku tidak bisa sepenuhnya menyangkal hal itu."

Subaru menggaruk pipinya dan sedikit cemberut menunjukkan ketidakpuasannya. Emilia, tidak terpengaruh dengan hal itu, dia mempertahankan ekspresi tegasnya yang seolah-olah mengatakan 'itu benar, kau tahu' dan kemudian memejamkan matanya.

"Aku tidak akan jatuh cinta denganmu semudah itu, kau tahu?"

"Itu membuat semua usahaku terlihat lebih layak. Suatu hari nanti, aku akan membuat Emilia-tan jatuh cinta dan terus menempel padaku, membangunkan Rem dari tidurnya, dan menyelesaikan ini dengan cara yang menyenangkan. Aaaah, aku tersenyum hanya dengan memikirkannya saja!"

Mempunyai Emilia dan Rem yang saling menarik kedua tangannya, merebutkan satu-satunya tubuhnya. Itu akan menjadi pemandangan yang begitu menyenangkan dan luar biasa.

Pasti itulah sebabnya, pasti suatu hari nanti....

"Aku punya kalian berdua yang akan menarikku sampai aku terbagi menjadi ribuan keping."

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi kurasa aku harus mengatakan ini; aku tidak akan melakukan sesuatu yang seperti itu!!"


XxxxX


Setelah percakapan itu, pembicaraan di dalam kereta menjadi berjalan sangat lancar.

Bagaimanapun, mereka telah menunggu setengah hari lamanya hanya untuk berbicara. Dan karena ada begitu banyak hal yang harus mereka bicarakan, mereka tidak punya waktu yang cukup untuk melakukannya.

Menceritakan semua yang terjadi beberapa hari yang lalu kepada Emilia, akhirnya Otto juga ikut bergabung dengan percakapan mereka, dan ikut ambil bagian dari rencana mereka kedepannya.

Sederhananya,

"Pada dasarnya, jika kita tidak bisa bertemu dengan Roswaal, kita tidak akan bisa merencanakan apapun kan?"

Setelah semua itu, kesimpulannya sama dengan awal dari percakapan itu.

Roswaal adalah satu-satunya orang yang mengerti sepenuhnya kemampuan dan kekuatan dari Faksi Emilia, jadi tidak ada yang bisa dilakukan tanpa adanya dia.

"Well, jika Ram yang pergi ke *Sanctuary bertemu dengan Roswaal, kita bisa menyuruhnya kembali ke mansion. Tapi aku akan menamparnya dulu, sebelum kita berbicara baik-baik dengannya."

(*Disini saya sedikit bingung mau translate Sanctuary itu apa, takutnya malah salah kaprah, jadi gausah ane translate aja lah.. :3 kalo masih bingung anggep aja tempat sakral, atau tempat suci yang dipakai buat perlindungan atau sejenisnya.)

"Kau sangat agresif kepada majikanmu ya, Natsuki-san?"

"Kurasa aku punya hak untuk melakukan itu setelah semua yang dia lakukan. Dia sangat pantas menerima semua itu."

Memikirkan kembali semua kekacauan yang Roswaal tinggalkan untuk dibereskan Subaru, kurang lebih itu adalah tanggapan yang tepat. Faktanya, Emilia terlihat tidak punya maksud untuk menghentikan Subaru, seolah-olah dia mengizinkan Subaru untuk melakukannya "sekali ini saja".

Setelah menyimpulkan pembicaraan mereka dan topik pembicaraan mereka beralih pada masalah daerah Roswaal, kereta naga mereka pun meninggalkan hutan dan memasuki desa.

.... Mereka seketika menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

Desa yang biasa dilihat Subaru, terlihat begitu sunyi dan suram tepat seperti setelah pertarungan melawan Betelgeuse. Tidak ada satupun tanda dari para pasukan mereka yang tetap tinggal disana.

Sederhananya, nampaknya tidak ada satupun warga desa yang telah kembali.

"Aku tidak melihat siapapun, Natsuki-san. Tempat ini tidak terlihat seperti baru saja dihancurkan atau semacamnya, ini hanya terlihat seperti tidak ada seorangpun disini."

Turun dari kereta naga, Otto menyuarakan pemikirannya ketika dia melihat kesekeliling desa dengan beberapa warga desa yang telah kembali bersama mereka. Bahkan Subaru yang melihat dengan kelompok yang berbeda, mempunyai kesimpulan yang sama.

Dalam keheningan yang suram itu, memori dari pengulangan yang dulu... Dimana warga desa dibunuh dan dibantai oleh jari-jari Betelgeuse, tiba-tiba menyerang Subaru seperti sebuah mimpi buruk yang mendatanginya kembali. Tapi dia yakin kalau dia hanya terlalu memikirkannya.

Tapi kemudian, itu memunculkan pertanyaan lainnya.

"Ram bilang kalau dari sini sampai ke Sanctuary itu hanya butuh waktu sekitar 7-8 jam... Tapi kenapa mereka lebih lambat daripada kita, jika kita hanya tinggal di ibukota selama 3 hari?"

"Mereka mungkin tidak tahu kalau kita telah mengalahkan Pemuja Penyihir, jadi mungkin mereka menjadi waspada?"

"Roswaal mengabaikan tempat ini? Aku berasumsi kalau Roswaal bertarung satu lawan satu dengan 'Dosa Kemalasan', Roswaal mungkin akan menang. Meskipun itu bukanlah gaya 'Dosa Kemalasan' untuk bertarung secara terbuka, Roswaal seharusnya datang kesini paling tidak untuk menyelidikinya."

Roswaal yang bahkan bisa terbang, pasti bisa dengan mudah kembali ke wilayahnya. Jika dia berniat melakukannya, dia bisa memeriksa kawasan mansion dari adanya ancaman yang tersisa dan memastikan tempat ini aman untuk kembali didatangi. Tapi dia tidak melakukannya.

"Selain dia menjadi terlalu waspada atau...."

"Sesuatu telah terjadi di Sanctuary?"

Kedua pendapat Subaru dan Emilia sangat cocok. Saling memandang satu sama lain, mereka pun mengangguk.

Tidak peduli apapun yang terjadi, mereka harus tahu situasi yang ada di Sanctuary.

Selain masalah mereka, warga desa juga punya kekhawatiran mereka sendiri.

Bagaimanapun juga, sekitar 60% dari warga desa menuju ke Sanctuary. Mereka yang kembali dari ibukota hanyalah anak-anak yang memutuskan untuk menemani Emilia, orang tua mereka, dan para pasukan muda yang pergi bersama mereka, itu hanya meliputi 40% dari warga desa. Tanpa yang lainnya, kelangsungan desa akan sangat terpengaruh.

Selain itu, pikiran orang-orang selalu cenderung mengarah kekemungkinan terburuk.

"Bagaimanapun juga, kita harus melakukan sesuatu... Untuk sekarang, ayo kembali ke mansion. Aku ingin mengistirahatkan Rem dulu. Ditambah, Otto, kau tidak punya tempat untuk ditinggali, jadi datanglah ke mansion bersama kami."

"Apa?? Merepotkan Margrave dengan menginap disana? Jika aku berada di situasi terburuk pun, aku lebih memilih tidur di kereta naga!"

"Diamlah, kau ini sudah terlibat dalam masalah ini. Lebih baik biasakan hal ini karena aku akan menggunakanmu sampai mati."

Mengabaikan keberatan Otto, Subaru pun mengucapkan selamat tinggal kepada warga desa dan menyuruh Patrasche untuk berlari menuju mansion.

Jaraknya 15 menit dengan berjalan kaki dan 5 menit dengan menggunakan kereta. Itulah letak dari mansion Roswaal.

Terakhir kali, dia tidak punya kesempatan untuk mengagumi pemandangannya, jadi ketika dia melihatnya lagi, kali ini, ada sesuatu yang terasa begitu emosional mengenai itu semua.

baca Light Novel Re:Zero Arc 4 : Chapter 1 Bahasa Indonesia


"Well, sepertinya tidak ada yang berubah... Ram dan yang lainnya juga terlihat belum kembali."

"Tapi, Beatrice pasti masih ada di dalam. Aku harap dia tahu dimana 'Sanctuary' nya."

"Wha.. Serius? Sial.. Aku pikir Emilia-tan tahu dimana letak Sanctuary itu. Lalu bagaimana cara kita memastikan kalau Roswaal baik-baik saja."

Pondasi paling penting dari rencana mereka telah runtuh, Subaru mengernyitkan dahinya melihat kegelapan yang terbentang dihadapan mereka.

Wajah cantik Emilia juga menunjukan rona kesedihan. Sementara Otto, tidak sanggup untuk ikut bergabung kedalam percakapan ini, dan hanya diam terpaku, terpesona oleh kemewahan mansion dan sekelilingnya, seolah-olah sedang masuk kedalam alam mimpi.

"Tch. Sial. Well, Kita hanya bisa berharap Beatrice tahu sesuatu mengenai hal ini."

"Hey, kenapa kau mendecapkan lidahmu ketika sedang menatap kearahku?"

"Tch. Itu hanya perasaanmu saja. Tidak ada yang peduli kepadamu seperti yang kau pikirkan."

"Wow, sungguh komentar yang sangat jahat!"

Mengabaikan Otto yang sedikit depresi, Subaru memarkirkan kereta naganya di halaman depan dan kemudian langsung menuju kearah pintu masuk.

Pertama, temui Beatrice, kemudian periksa mansion, mengamankan tempat tidur untuk Rem, dan memikirkan rencana kedepannya lagi.

"Aku pulang, mansion Roswaal! Inilah rumah penuh ke..."

Mengatakan hal itu sambil mendorong pintu masuknya, suara Subaru menjadi tersendat...

Dikarenakan apa yang menyambutnya adalah pemandangan yang benar-benar berbeda dari apa yang dia perkirakan.

Di lorong masuknya terbentang karpet-karpet yang sangat cantik, di sudut tangga yang menuju lantai atas terdapat vas-vas yang terlihat mahal diisi dengan bunga yang berwarna-warni.

Dari langit-langitnya tergantung lampu kristal yang begitu cantik yang biasa menjadi tempat lilin di dunia parallel ini.

Lorong masuk yang dikenalnya... benar-benar berbeda dari apa yang dia perkirakan. Apa yang dia perkirakan malah...

"Ini bahkan tidak tergores sedikitpun... Apakah ini memang diatur seperti ini?"

Tatakannya ditata dengan begitu rapi tanpa ada sedikitpun lipatan, bunga didalam vas yang berada di sudut-sudut tangga juga mekar dengan sangat indah, dan tempat lilinnya dirawat dengan begitu hati-hati membuatnya bersinar dengan begitu indahnya, bahkan lebih dari biasanya.

Terpaku oleh pemandangan ini, Subaru kehilangan kata-katanya dan terus berdiri.

Karena kakagumannya, reaksinya menjadi sangat lambat.

"...."

"...Siapa itu?"

Sebuah suara yang begitu kecil, lemah, dan hampir tidak dapat terdengar. Subaru dengan tergesa-gesa segera menoleh kearah suara tersebut.

Tapi, ketika dia menyadari adanya sebuah bayangan, itu semua sudah terlambat.

Bayangan tersebut sudah berlari menuju arah belakangnya dan kemudian...

Subaru melihatnya. Dari arah belakangnya, seolah-olah seperti gerhana, bayangan itu menelan Subaru sepenuhnya.

Di dalam bayangan itu... sebuah mulut yang dipenuhi dengan taring putih selayaknya binatang buas, terlihat jelas di mata Subaru.

..... Dan di momen berikutnya, bahkan sebelum dia bisa menyadarinya... Kesadaran Subaru serta dunianya telah terseret menuju kegelapan.


---End of Chapter 1---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translated by : Me [Zhi End]
Previous
Next Post »
5 Komentar
avatar

Ini lanjutan dari eps 25 nya ya ?

Balas
avatar

Lanjutan episide 25 sudah dijelaskan disini..
http://zhi-end.blogspot.com/2016/08/baca-light-novel-rezero-arc3-indonesia.html

Balas
avatar

Pengen liat debut satella. PEnasaran kenapa subaru datang ke dunia ini

Balas
avatar

Wah,, seru banget, thanks sudah diterjemahin..
Akan lebih Bagus lg jika dibuat PDF nya, jadi masi bisa baca disaat gak ada kuota ...

Balas