[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehilangan Tempat Tinggal -3
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 (Part 2)
Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehillangan Tempat Tinggal.
"Hey, apa yang terjadi? Kenapa wajahnya terlihat lebih buruk dibandingkan saat dia meninggalkan rumah?"
"Papa, ada apa?"
"Ohh. Kalian pulang. Ada apa sebenarnya sampai-sampai kejadian seperti pingsan di rumah Chiho-dono bisa terjadi?"
Urushihara, Alas Ramus, dan Suzuno menyambut Emi, Ashiya, Dan Maou dengan pertanyaan yang berbeda-beda.
Ketika Emi melihat Urushihara sedang bermain dengan Alas Ramus, yang berada di punggungnya, dan Alas Ramus terlihat begitu menikmatinya, Emi merasa sangat terkejut.
Mungkinkah Alas Ramus merasakan beberapa kesamaan dengan Urushihara?
"... Aku tidak yakin. Mungkin ada terlalu banyak hal yang terlalu mengejutkan bagi Raja Iblis."
"Jadi itu benar-benar kaset terkutuk?"
Berbeda dengan Maou yang terlihat pucat, Emi menjawab dengan dingin, sedingin mentimun, akan tetapi, tiba-tiba wajah Urushihara juga berubah menjadi pucat, tidak kalah dengan Maou.
Karena Emi tidak mau membawa pulang Maou, yang pingsan di rumah keluarga Sasaki, akhirnya dia pun menelepon Suzuno dan memintanya untuk menyuruh Ashiya datang untuk menjemputnya.
Setelah Maou, yang dibopong di punggung Ashiya berterima kasih kepada Chiho dan keluarganya, dia lalu meninggalkan rumah keluarga Sasaki dan kembali ke Kastil Raja Iblis.
Maou berjalan masuk ke dalam kastil Raja Iblis dengan gemataran dan langsung menyembunyikan dirinya ke dalam kegelapan Kastil Raja Iblis.
"Kaset terkutuk apaan? Itu sama sekali bukan apa-apa."
Emi dengan acuh tak acuh melihat Maou yang wajahnya kini begitu pucat.
"Pingsan setelah melihat wanita menari, benar-benar tidak sopan."
"Menari...."
Urushihara terlihat mengingat sesuatu karena kalimat ini dan wajahnya pun mulai menjadi kaku.
"Serius ini, kalian itu terlalu berlebihan. Chiho dan mamanya saja menonton video itu sampai selesai dengan biasa-biasa saja."
"Eh? Kau bohong kan?"
"Lucifer, mama tidak mungkin berbohong!"
Karena Urushihara tidak mempercayai kata-kata Emi, Alas Ramus yang berada di punggungnya, langsung memukuli bagian belakang kepala Urushihara sebagai bentuk protesnya.
Tapi kata-kata Emi memang benar adanya.
Riho dengan jujur memuji pakaian si pemilik kontrakan, dan selain terkejut ternyata si pemilik kontrakan adalah wanita yang berbadan besar, Chiho tidak memberikan reaksi khusus apapun.
"Ngomong-ngomong, mulai lusa, kau akan pergi ke Chiba bersama Raja Iblis. Kau akan tinggal di bisnis rumah pantai yang dijalankan oleh kerabat pemilik kontrakan sampai akhir festival Obon di bulan Agustus."
"Oh? Dengan kata lain, itu adalah pekerjaan yang menyediakan akomodasi. Bukankah itu memenuhi semua keinginanmu dengan baik?"
Suzuno menepukkan tangannya karena takjub.
"Apa mama akan pergi ke Chiba juga?"
Alas Ramus bertanya sambil memperlihatkan kepalanya dari balik punggung Urushihara, Emi tersenyum kecut dan mengambil Alas Ramus dari punggung Urushihara.
"Mama akan selalu bersama dengan Alas Ramus, okay?"
"Yeah!!"
Untuk menghindari situasi di mana Alas Ramus terus meminta untuk pergi ke Chiba bersama papanya, Emi membawa gadis kecil itu dan mengganti topik pembicaraannya dengan kelicikan orang dewasa sambil melihat ke arah Urushihara.
"Dia sudah tidak ringan sekarang. Ah~ beratnya. Jadi Chiba ya? Tidak terdengar buruk."
Emi tidak melewatkan apa yang Urushihara katakan ketika dia menggoyang-goyangkan tangan yang dia gunakan untuk menopang Alas Ramus.
Malaikat jatuh ini sama sekali tidak mengikutsertakan dirinya sebagai bagian dari pekerjaan ini.
"Meskipun aku berterimakasih karena kau telah membantu mengurus Alas Ramus, kau tidak seharusnya mulai mengeluh karena hal-hal kecil seperti ini. Bekerja di rumah pantai itu sulit, kau tahu? Kurasa ini adalah kesempatan yang bagus untukmu, agar kau bisa menghilangkan kebiasaan NEET mu itu."
"Eh? Apa aku harus ikut kerja juga?"
Emi berterimakasih kepadanya dan menyampaikan sebuah kabar yang membuat Urushihara terkejut dua kali karena dua hal yang berbeda.
"Setidaknya, itulah yang direncanakan oleh orang-orang itu. Dan juga, akomodasinya sudah disiapkan, apa kau masih berpikir kalau kau adalah satu-satunya orang yang tidak perlu bekerja?"
"Uh, itu, karena, eh?"
Urushihara bermain-main dengan poninya dan tergagap ketika dia mencoba untuk menjawab.
"Apa-apaan ini? Bukankah rumah pantai itu terlalu berlebihan? Begini saja sudah sangat panas, kenapa kita harus pergi ke tempat dengan suhu yang sangat panas seperti itu... Dan lagi, kenapa tidak ada yang mendiskusikan hal ini denganku dulu...."
"Kau benar-benar tidak paham dengan posisimu sendiri ya?"
Suzuno yang berdiri di sampingnya, langsung mengomeli Urushihara dengan tegas ketika dia sedang berbicara sendiri seperti itu.
"Meskipun hal ini didiskusikan denganmu, bisa dipastikan kalau tak akan ada satupun pendapat darimu yang membangun. Emilia benar, ini adalah kesempatan yang bagus. Anggap saja ini seperti pergi ke pusat konseling."
"Aku tidak mau! Analogi macam apa itu? D-dan aku tidak pernah bekerja sebelumnya, dan bisa saja aku malah menyebabkan masalah untuk yang lainnya. Bagaimanapun, meskipun Olba sedang ditahan, bukan hal bagus jika aku muncul di hadapan orang lain sekarang, bukankah begitu?"
Menghadapi Urushihara yang tanpa malu terus membuat berbagai alasan, kedua gadis itu menatapnya dengan dingin.
"Karena kau membuat banyak sekali alasan, sebenarnya berapa lama kau berencana untuk tidak bekerja?"
"Kau bilang tidak bagus untukmu jika kau muncul di hadapan orang lain, lalu kenapa kau selalu bertemu dengan sopir dari perusahaan Amazon's Sasuke Delivery tanpa memperdulikan apa-apa? Hm?"
"Ini sudah hampir 3 bulan setelah insiden Olba, apa ada sesuatu yang terjadi? Bukankah kau juga pergi ke pemandian umum? Apakah polisi mencarimu sebelumnya dan membuatmu berada dalam situasi yang berbahaya?"
"Ta-tapi kita bisa mudah jadi sembrono ketika kewaspadaan terhadap bahaya berkurang. Meskipun jika hari ini tidak terjadi apa-apa, itu tidak berarti besok juga tidak akan terjadi apa-apa. Bagaimanapun juga, karena aku telah mengakui kalau aku pernah melakukan tindakan kriminal, aku harus terus tinggal di rumah untuk merenungkan...."
"Jika kau benar-benar berdiam diri di rumah untuk menyesali dan merenungkan perbuatanmu, maka aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Tapi kau, kau yang selalu menghabiskan waktumu dengan bermalas-malasan dan menghisap hasil kerja atasan serta rekanmu, tidak punya hak untuk mengatakan omong kosong seperti itu. Daripada itu, kau akan terlihat sedikit lebih manis jika kau membantu Raja Iblis membuat rencana untuk menaklukan dunia."
"U-ugh.."
Setelah diomeli oleh dua wanita tersebut dengan cara yang begitu terencana dan logis, air mata mulai muncul di sudut mata Urushihara.
"Jika kau tidak bekerja, maka apa yang akan kau lakukan? Kau tidak punya tempat untuk tinggal, lalu bagaimana kau akan mengurung diri di rumah? Jika kau berencana melakukan sesuatu yang jahat seperti ketika kau bersekutu dengan Olba, aku tidak akan melepaskanmu kali ini."
"Meskipun masih mungkin bagimu menjadi satu-satunya orang yang tidak bekerja dan memberikan beban kepada orang di sana, tetap saja itu akan agak memalukan. Namun, kalau kau punya keberanian untuk meminta makanan kepada orang asing meskipun kau tidak bekerja, itu sudah beda urusan lagi."
"Mama, Suzu nee-chan, jangan bully Lucifer, okay?"
Meski Alas Ramus hanya tahu kalau kedua orang itu sedang mengomeli Urushihara, dia masih saja melindungi Urushihara dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Akan tetapi, hal ini malah hanya akan menyakiti kebanggaan Urushihara lebih jauh lagi.
"Haaah, ini kan masalah Kastil Raja Iblis, aku tidak punya alasan untuk mengkhawatirkan kalian semua."
"Benar. Dia hanyalah Iblis level rendah yang jatuh dari langit. Perasaan malu dan sikap kerja kerasnya pasti ikut jatuh bersamaan dengan statusnya sebagai malaikat."
"Ka-kalian dasar manusia!! Aku akan menangis! Jika kalian meneruskannya, aku benar-benar akan menangis ini! Pada dasarnya, bukankah Bell juga tidak bekerja? Jangan bertingkah sok begitu!"
Urushihara berteriak dengan keras dengan suara yang terdengar seolah-olah dia sudah menangis.
"Meskipun Bell tidak bekerja di Jepang saat ini, tapi dia adalah seorang penyelidik di Ente Isla, dan dia bertindak dengan pikiran agar bisa mencapai tujuannya. Dan lagi, entah itu bersih-bersih, mencuci, maupun memasak, dia melakukan semua itu sendirian. Meskipun dia tidak punya pekerjaan seperti dirimu, perbedaan dirimu dan Bell itu sudah seperti langit dan bumi."
"Sialan...!! Sial!! Kalian benar-benar meremehkanku."
"Lucifer, anak laki-laki tidak boleh menangis, okay. Sakit, sakit, pergilah, pergilah, husshh!"
"Aku senang, tapi juga tidak senang sama sekali."
Meskipun tampaknya hanya Alas Ramus yang berada di pihaknya, dia masih saja menolak uluran tangan yang diberikan padanya dengan mata berkaca-kaca, hal itu menyebabkan Emi dan Suzuno memutar bola matanya sendiri.
"Lupakan itu, baiklah, aku mengerti!! Kalau aku serius, bahkan Maou pun tak akan mampu menandingiku dalam hal pekerjaan! Aku pasti akan membuat kalian menarik kata-kata kalian lagi!!"
Urushihara berteriak dengan suara parau dan menutup pintu kamar nomor 201 tanpa menunggu jawaban dari mereka. Emi dan Suzuno menyaksikan hal tersebut, dan kemudian saling pandang satu sama lain, merasa sedikit lega.
"Sepertinya itu berjalan lancar.."
"Seharusnya ini akan baik-baik saja... Mungkin."
"Mama, Suzu nee-chan, jangan memarahi Lucifer terus, okay?"
Dengan niat yang terlukis di wajahnya, Emi menenangkan Alas Ramus yang sedang protes sambil melihat pintu Kastil Raja Iblis yang tertutup rapat
"Jika mereka menjadi gelandangan karena mereka tidak punya pekerjaan dan menyerah, itu pasti akan sangat merepotkan. Kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Raja Iblis dan Alsiel. Karena Lucifer benar-benar punya mulut yang kotor, itulah hal utama yang paling mengkhawatirkan."
Alasan tingkah laku Emi yang aneh saat membantu memecahkan masalah Maou yang tidak punya pekerjaan adalah karena hal ini.
Emi khawatir jika Urushihara yang tidak punya pengendalian diri, kemudian kehilangan stabilitas kehidupannya yang sekarang, tak ada seorangpun yang bisa menebak apa yang akan dilakukannya. Sekarang karena ketiga iblis itu telah menemukan pekerjaan yang stabil sekaligus tempat untuk tinggal, akhirnya dia bisa sedikit tenang.
"Bagaimanapun, kota yang disebut Chosi ini seharusnya sangat jauh dari Sasazuka."
Sederhananya itu memang berada di Chiba, tapi luas Chiba masih sangat besar, dan Emi tidak yakin di mana tepatnya Kimigahama itu berada. Bagaimanapun, hanya kali ini saja, Emi tidak perlu khawatir dengan pergerakan Maou dan yang lainnya.
"Bell, apa kau pernah bertemu pemilik kontrakan sebelumnya?"
"Hm, kami hanya berkomunikasi melalui surat..."
Emi ingat ketika dia pertama kali bertemu si pemilik kontrakan, Shiba Miki pemilik dari Villa Rosa Sasazuka.
"Aku tidak punya kata yang tepat untuk mengungkapkannya..... Hm, tapi selama hal ini berhubungan dengan pemilik kontrakan itu, kupikir bahkan jika orang-orang itu ingin melakukan sesuatu yang buruk, mereka tidak akan mampu mencapai tujuan itu. Tentu saja, aku tidak hanya akan melihat dari 'pinggir lapangan', tapi meskipun aku tidak mengikuti mereka, sepertinya tidak akan ada masalah."
"Apa maksudnya itu?"
Hari di mana Urushihara dan Olba menjadikan Chiho sebagai sandera dan menantang mereka. Meskipun itu baru lewat beberapa bulan saja, tapi rasanya hal itu sudah terjadi sangat lama.
"Sebagai manusia dari Ente Isla, kita itu sangat berbeda dengan dunia ini, atau bisa disebut kita punya kekuatan dan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan yang mana hal itu tidak dimiliki manusia bumi. Akan tetapi..."
..... Tidak seharusnya kau menjadi orang paling tahu tentang betapa hebatnya kekuatan kepercayaan dan iman.
"Bumi pasti memiliki banyak kekuatan yang tidak kita ketahui."
Suzuno yang tidak mengerti apa yang Emi katakan, memiringkan kepalanya.
"Begini, kita masih ada masalah mengenai Chiho."
"Chiho-dono?"
"Apakah anak itu menginginkannya atau tidak, tapi dia sudah terlibat dengan kita terlalu jauh. Meskipun kita ingin mengejar Raja Iblis dan yang lainnya, kita masih harus memastikan keselamatan Chiho sebelum meninggalkan Sasazuka."
Penduduk Ente Isla dan Surga pasti sudah menetapkan kalau Chiho adalah salah satu orang yang terlibat dalam pertarungan Raja Iblis dan Sang Pahlawan. Saat ini, bahkan jika mereka menghapus ingatan Chiho, itu tidak akan merubah fakta kalau Chiho adalah orang yang penting bagi Emi dan Maou.
Jika Chiho ditangkap oleh Sariel dan Gabriel sebagai sandera, itu pasti sudah terlambat.
Emi menyilangkan tangannya di depan dada, memikirkan hal ini dalam-dalam.
"Cara terbaiknya hanyalah meminta izin kepada ibu Chiho dan mambawanya bersama kita... Tapi sepertinya akan sulit melakukan hal itu... Pasti akan lebih mudah jika saja orang tuanya pergi keluar negeri."
"Kau harus menghadapi kenyataan."
Seorang gadis SMA harus bertindak sesuai dengan keadaan orang tuanya. Ini benar-benar hal yang merepotkan.
Keesokan harinya setelah Maou setuju untuk menerima pekerjaan serta akomodasi dari keponakan si pemilik kontrakan, Ooguro Amane.
Maou dan yang lainnya sedang sibuk bersiap-siap untuk dua minggu ke depan.
Setelah Raja Iblis dan Jenderal Iblisnya dengan sepenuh hati memohon-mohon kepada penyelidik di sebelah rumah mereka, akhirnya penyelidik tersebut menyetujui mereka untuk menyimpan kulkas, mesin cuci dan peralatan lainnya di tempat penyimpanan yang sama dengan miliknya.
"Aku benar-benar ingin memfoto hal ini dan menganggap pihak Gereja telah mengalahkan Raja Iblis."
Cara mereka berdua berlutut benar-benar terlihat sempurna yang bahkan membuat Suzuno terkejut.
Setelah memastikan semua furnitur serta alat-alat listrik mereka sudah aman, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pekerjaan mereka yang akan dimulai besok.
"Tidak peduli berapa banyak keberuntungan yang kita dapatkan sejauh ini, jika kita mengabaikan persiapan kita, kita mungkin bisa kehilangan keberuntungan itu."
Orang yang menganggap hal ini begitu serius tentu saja adalah suami rumah tangga dari Kastil Raja Iblis, Ashiya.
Meskipun Oogura Amane bilang kalau satu-satunya hal yang diperlukan hanyalah sandal pantai, tapi kenyataannya, tidak mungkin mereka pergi ke sana hanya dengan sepasang sandal pantai. Karena mereka akan tinggal di sana selama dua minggu, sudah sewajarnya mereka harus mempersiapkan baju ganti yang cukup.
"Kaos, pakaian dalam, dan kaos kaki, ini seharusnya sudah cukup untuk 4 hari. Jika kita menambah frekuensi mencucinya, seharusnya ini sudah cukup untuk dipakai selama dua minggu."
"Toko di sana sepertinya tidak punya seragam, jadi kita harus menganggap kalau kita akan menggunakan T-shirt selama bekerja."
"Jika benar begitu, apa kita harus membawa T-shirt yang digunakan khusus untuk bekerja... Untuk celananya, sepertinya akan lebih baik kalau kita membawa celana pendek."
"Huuft, meskipun kupikir memakai jeans dan kemudian melipatnya saja sudah cukup.... Tapi, umm bagaimana aku mengatakannya ya, biasanya aku memakai seragam yang sama ketika istirahat maupun bekerja, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya bekerja menggunakan pakaian yang sangat santai seperti ini."
"Kau benar. Bahkan pasukan iblis yang berada di timur, barat, selatan, dan utara memakai lencana yang sama."
"Bagaimana kalau begini, kenapa kita tidak pergi ke UNIxLO dan membeli beberapa T-shirt yang sama?"
"Membeli seragam dengan uang kita sendiri? Ini mengingatkanku dengan kontrak kerja jangka pendek yang kita lakukan ketika kita pertama kali tiba di Jepang."
"Ah, kau membicarakan tentang baju-baju yang harus kita beli dengan uang kita sendiri yang mana ada logo perusahaan tercetak di atasnya itu ya? Tapi bukankah baju-baju itu berlengan panjang?"
"Iya, cuacanya sangat panas, aku benar-benar tidak ingin orang lain memakai baju semacam itu."
Maou dan Ashiya sedang melipat baju-baju mereka sambil berbicara tentang barang-barang bawaan mereka, sementara Urushihara yang melihat hal ini, terlihat sama sekali tidak bisa ikut serta dalam pembicaraan mereka.
Seolah-olah ada semacam angin aneh yang berhembus, Urushihara nampak termotivasi dan memutuskan untuk membantu Maou dan Ashiya.
Akan tetapi ketika dia mencuci piring, masih terlihat ada noda minyak yang tertinggal; ketika dia melipat baju, baju-baju tersebut pasti akan berbentuk seperti jajaran genjang; ketika dia menggantung handuk, handuk tersebut secara tidak sengaja pasti akan jatuh ke halaman; Urushihara tidak hanya tidak berguna, tapi justru malah dia menyebabkan lebih banyak masalah, oleh karena itulah, dia disuruh merenung di pojok ruangan sebagai bentuk hukumannya.
"Apaan, bukankah semua orang sudah seperti ini pada awalnya?"
Urushihara yang jarang sekali termotivasi, tiba-tiba mengeluh.
Maou dan Ashiya adalah pemimpin dari pasukan ini, yang juga berarti mereka berada di posisi yang sama untuk memerintah yang lainnya.
Di dalam hati mereka, mereka selalu punya jiwa "jika aku tidak menunjukan hal ini pada yang lain, katakan pada yang lain, dan biarkan yang lainnya berusaha serta puji yang lain, lalu aku tidak akan mengizinkan yang lain untuk bertindak" Kali ini pihak yang lain tersebut bukan hanya si malaikat jatuh, tapi juga merupakan komandan dari pasukan Iblis di Benua Barat, Jenderal Iblis Lucifer.
Dari awal, mereka berdua sudah mencurigai hal ini, dikarenakan Urushihara tidak melakukan tugas mengkomandoi pasukan iblis di Benua Barat dengan baik, hal itu menyebabkan sang Pahlawan Emilia bisa bangkit dari situ.
Apakah ada hubungannya antara tidak bisa mencuci piring dengan bersih, dengan menghentikan Sang Pahlawan atau tidak, ketika Maou membayangkan jika dia berada di Jepang bersama dengan Lucifer yang tidak bisa melakukan apa-apa selain mengawasi rumah, dan bukan bersama Ashiya yang hebat dalam semua pekerjaan rumah, seketika membuat Maou merasa merinding.
"Ashiya.... Aku benar-benar beruntung punya pengikut seperti dirimu."
Maou mengatakannya dengan penuh perasaan sambil meletakkan tangannya di pundak Ashiya.
Ashiya menatap kosong pada tangan yang menyentuhnya karena kalimat ini, namun setelah otaknya memproses apa maksudnya, dia langsung merasa gelisah dan kemudian berlutut di hadapan Maou.
"Itu, itu, terima kasih atas pujianmu, tapi kenapa kau tiba-tiba mengatakan ini? Uh, tapi ini, ini tidak seperti aku tidak suka dipuji...."
Untuk menyembunyikan rasa malunya, Ashiya pun melihat ke sekeliling kamar dan akhirnya terfokus pada satu titik.
"Urushi-Urushihara, gunakan tumpukan majalah yang ada disana untuk membungkus piring-piring itu dan letakkan piring-piringnya ke dalam kotak, seharusnya kau mampu melakukan tugas sederhana seperti itu kan?"
"Jangan meremehkanku!!"
Ashiya mengomeli Urushihara dengan keras untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara Urushihara yang terseret-seret dalam masalah ini pun menjadi marah, namun seperti biasa dia tidak sanggup untuk membantahnya. Dengan ekspresi kesal di wajahnya, Urushihara mendekat ke arah kertas majalah dan karton tersebut, kemudian menggunakan pamflet-pamflet lama serta kertas majalah itu untuk membungkus alat-alat makan yang mudah pecah.
"Uh, aku hanya tidak ingin memanjakan Urushihara, tapi apakah ini benar tidak apa-apa?"
"Apa kau bicara mengenai fakta kalau aku ini seorang kriminal? Hm... Pada waktu itu, aku tidak terlalu memperhatikan apakah ada kamera pengawas atau tidak."
Untuk Urushihara yang mengatakan sesuatu seperti itu selayaknya seorang penjahat di Jepang tanpa sedikitpun rasa penyesalan, bisa dipastikan kalau dia adalah seorang iblis.
"Wujud iblismu dan penampilanmu itu tidak terlalu berbeda. Kau seharusnya berfikir dulu sebelum bertindak."
"Itu karena aku tidak pernah berpikir kalau semuanya akan jadi seperti ini."
Ketika Urushihara memalingkan pandangannya dengan kesal, Maou yang sedang melipat pakaian, kini bergelut dengan hiasan berlebihan pada jubah yang dia pakai ketika dia menjadi Raja Iblis....
"Ah Maou-sama, karena jubahmu tebal dan mudah menyerap kelembaban, jubahmu bisa dengan mudah dimakan oleh serangga, jadi jangan lupa untuk menaruh pengusir serangga ke dalam kardus."
Ashiya tiba-tiba mengatakan kalimat itu.
"Dua tahun lalu... Aku tidak pernah mengira kalau aku akan menaruh pengusir serangga pada mantelku sendiri."
Maou memberikan tatapan tidak senang pada Urushihara yang kini sedang tertawa sendiri, kemudian dia mengikuti perintah Ashiya dan meletakkan beberapa pengusir serangga ke dalam kardus.
"Oh iya, apa si Olba itu benar-benar ditangkap oleh polisi?"
Dari apa yang Maou ketahui, ketika dia menyelesaikan keributan yang disebabkan oleh rencana Urushihara dan Olba, segera setelahnya Olba pun dibawa oleh polisi.
"Dia melanggar hukum tentang kepemilikan senjata api dan pedang, jadi sepertinya dia memang ditahan."
"Begitukah?"
"Yeah, meskipun itu sudah lama berlalu, tapi kalau tidak salah, kasus itu pernah diberitakan di berita online. Sepertinya kasus tersebut tidak cukup serius untuk dijadikan bahan berita di TV ataupun koran."
"Hey, hey, hey, bukankah itu buruk?"
"Tidak, kupikir itu tidak akan jadi masalah besar."
Ashiya menyela pembicaraan antara Maou dan Urushihara.
"Aku juga pernah melihat berita itu. Sepertinya dia dianggap sebagai WNA yang masuk ke Jepang secara ilegal dan menggunakan pistol untuk tindak pengrusakan. Karena hal ini, dia dicurigai kalau dia dibantu oleh organisasi layanan khusus imigrasi ilegal atau suatu komplotan penjahat. Tentu saja, dia juga dicurigai berkaitan dengan beberapa insiden perampokan yang terjadi sebelumnya....."
"Akan tetapi, dampaknya tidak terlalu besar, dan tidak ada orang yang mati, jadi menurut pihak media, hal ini tidak ada nilai beritanya."
"Sebagai orang yang menyebabkan semua itu, kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Oh iya, Ashiya, dari mana kau tahu berita itu?"
"Dari komputer yang ada di rumah, meskipun sekarang komputer itu sudah dihitung sebagai milik Urushihara."
Ashiya melirik ke arah laptop yang sudah sepenuhnya menjadi perlatan Urushihara untuk berselancar internet.
Ngomong-ngomong, karena Urushihara bersikeras untuk membawa laptopnya, semuanya, termasuk peralatan wirelessnya akan ikut dibawa ke Chiba.
"Meskipun dia sekarang hanya orang yang tidak berguna, dia masihlah seorang kriminal. Jadi jika ada sesuatu yang terjadi, aku pasti akan menyerahkan dia ke polisi."
"Wah, kau sampai segitunya tidak mempercayaiku? Tidakkah kau terlalu berlebihan mengatakan hal itu?"
"Dari hari itu sampai sekarang, bagian mana darimu yang bisa dipercayai?"
Sebagai respon dari kata-kata dingin Ashiya, Urushihara terlihat tidak sanggup berkata-kata lagi.
"Ngomong-ngomong, sepertinya tidak ada laporan yang berhubungan dengan insiden yang disebabkan Olba setelah itu."
"Sama sekali tidak ada?"
Maou tiba-tiba menghentikan kegiatannya, memikirkan ini dalam-dalam.
"Hey, Urushihara, seharusnya Olba tidak menggunakan semua sihir sucinya kan?"
"Aku juga berpikir begitu. Tapi selama bertarung denganmu dan Emilia, dia menggunakan kekuatan penuhnya. Jadi aku tidak yakin apakah dia masih bisa membuka gerbang atau tidak. Memangnya kenapa? Apa kau khawatir kalau dia akan menyebabkan masalah di Jepang dengan menggunakan sihir sucinya yang tersisa?"
"Huuh, itu benar."
"Hmmmm.... Kupikir tidak begitu."
Urushihara mengangkat bahunya dan melanjutkan.
"Pada akhirnya, Olba itu tidak tahu situasiku sekarang, dan Emilia sekarang adalah musuhnya kan? Ingin kabur dari penjara dan kemudian balas dendam tanpa memulihkan sihir sucinya terlebih dahulu pasti mustahil kalau berkaitan dengan pertarungan menggunakan kekuatan. Paling banyak yang dia bisa lakukan hanyalah melaporkanku atau menggunakan sihir untuk kabur. Tapi bukankah Bell sedang mencoba mengungkap tindakan tidak adil pihak gereja saat ini? Kalau sudah begini, bahkan jika dia kembali ke Ente Isla, dia tidak akan bisa memanfaatkan kekuatan gereja semaunya sendiri."
"Sejujurnya, hal paling merepotkan yang bisa dia lakukan hanyalah melaporkanmu. Jika mereka tahu kalau penghuni rumahku adalah seorang kriminal, aku pasti akan benar-benar dipecat."
"Urushihara, jika Kastil Raja Iblis benar-benar diselidiki, untuk bisa melindungi pekerjaan Maou-sama, kami akan berpura-pura tidak mengenalmu dan menyerahkanmu kepada polisi."
"Lakukan sesukamu!! Tapi apa polisi pernah ke sini sebelumnya? Tidak ada apapun yang terjadi setelah waktu itu."
"Ah.... Waktu Suzuno merusak sepedaku."
Meskipun Maou saat itu benar-benar dimarahi oleh polisi karena meninggalkan Dullahan di depan stasiun Tochomae, awalnya dia berpikir kalau para polisi itu datang untuk Urushihara.
"Tenanglah. Kita hanya pergi ke Chiba selama liburan musim panas. Aku ini tidak dicari secara publik, bukankah kau terlalu berlebihan memikirkan hal ini?"
"Tidakkah kau terlalu santai menanggapi hal ini.... Bagaimanapun, akan lebih baik kalau kita menyelidiki masalah ini saat kita punya waktu."
Bagi para penghuni Kastil Raja Iblis yang ingin hidup dengan damai di Jepang, keberadaan Olba Meyers sudah seperti tulang ikan yang berada di tenggorokan seseorang, atau bawang perai yang berada di geraham, ataupun biji wijen hitam yang terjebak di antara gigi-gigi. Dia adalah faktor yang terkadang membuat orang merasa tidak nyaman.
"Oh ya, Urushihara, apa kau sudah selesai membungkus peralatan makannya?"
"Aku sudah selesai. Pada dasarnya mereka semua ini plastik. Meskipun aku tidak melakukan ini, mereka tidak mungkin pecah kan?"
Meskipun dia mempunyai keinginan untuk membantu yang lainnya, Urushihara masih saja mengatakan hal-hal yang tidak perlu, hal itu menyebabkan Ashiya kembali mengomelinya,
"Meskipun mereka adalah peralatan yang terbuat dari plastik, jika permukaanya tergores, itu bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri!!"
"Ah~ baiklah, baiklah, maafkan aku, aku paham, aku paham!!"
Urushihara menutup telinganya, menunjukan kalau dia tidak mendengar apa yang dikatakan Ashiya.
"Serius ini.... Oh ya, Maou-sama, apa kau sudah menghubungi manajer Kisaki?"
"Belum, aku akan ke sana nanti, aku ingin memberitahunya secara langsung. Meskipun akan ada banyak pegawai bangunan yang ada di sana hari ini, dia bilang kalau dia akan berada di restoran sampai sore."
"Kalau begitu, akan kebih baik kalau kau pergi lebih awal. Karena packingnya sudah hampir selesai, maka yang tersisa hanyalah membeli barang-barang keperluan kita."
"Bagaimana kalau aku membelinya setelah selesai mengunjungi restoran?"
"Karena kita butuh wadah untuk barang-barang kita, akan lebih baik kalau aku yang pergi, karena akulah yang paling tahu mengenai jumlah total barang-barang yang kita punyai. Jika tidak ada permintaan khusus, maka aku akan sekalian membeli sandal pantainya. Bagaimanapun, aku juga ingin bertemu beberapa orang..."
Sampai hari ini, Maou tidak pernah mendengar Ashiya berbicara mengenai orang-orang yang dikenalnya ataupun di mana dia bekerja. Meskipun dia punya beberapa pertanyaan, tapi ketika dia memikirkan hal itu matang-matang, Maou merasa kalau dia tidak perlu tahu semuanya mengenai Ashiya.
Bahkan jika dia tidak mendengarnya langsung dari Ashiya, Maou tahu kalau kadang-kadang dia menerima beberapa kontrak kerja jangka pendek, menggunakan gajinya untuk menambah penghasilan Kastil Raja Iblis, sekaligus membiayai penelitian mengenai kemungkinan adanya sihir di Jepang, yang mana terus Maou lupakan akhir-akhir ini.
Berhadapan dengan saran dari seorang bawahan yang setia seperti Ashiya, Maou, pasti akan dengan mudah menyetujuinya. Sekarang ini, bahkan jika Ashiya tahu ukuran sepatu milik semuanya, dia sama sekali tidak akan merasa terkejut.
"Kalau begitu, baiklah, aku akan menyerahkannya padamu."
"Dimengerti, aku harap pembicaraanmu dengan manajer Kisaki berjalan dengan lancar. Demi masa depan kita....."
"Dan demi makanan besok sampai seterusnya.."
Sambil berbicara, Maou dan Ashiya pergi meninggalkan rumah dan menuju Sasazuka untuk menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Urushihara menyaksikan mereka berdua pergi dan sebuah pemikiran yang sama sekali tidak cocok dengan kepribadiannya muncul di dalam kepalanya.
"Orang-orang itu, apakah mereka benar-benar berencana untuk menaklukan dunia? Tidakkah mereka sudah mengacaukan tujuan serta cara-cara mereka akhir-akhir ini?"
Ini adalah pertanyaan yang juga dipikirkan oleh Emi, Chiho, dan Suzuno sebelumnya. Tapi meski Urushihara memikirkan hal ini sekarang, dia masih tidak tahu apa tujuan Maou yang sebenarnya.
Tangga dan terpal yang digunakan untuk menghalangi debu telah dipasang pada bagian luar bangunan yang terletak di depan stasiun Hatagaya. Ketika Maou sampai pada bagian depan restoran, dia mendengar seseorang memanggilnya.
"Maou-san! Apakah tubuhmu sudah baikan?"
Chiho hanya datang untuk menyerahkan daftar jam kerja setelah renovasi, di bulan Agustus paruh kedua nanti, namun dia masih saja khawatir dengan kondisi kesehatan Maou, yang kemarin malam pingsan di rumahnya.
"Ah, terima kasih banyak untuk yang kemarin, hmm, meski itu tidak seberapa, tapi tak apalah... yeah."
Maou mengingat kembali adegan 'Belly Dance' dari si pemilik kontrakan kemarin malam, dan seketika itu juga dia menjadi sedikit pusing.
Chiho yang terlihat murung, menatap ke arah Maou dengan cemas dan memilih untuk tetap diam. Lagipula, tidak peduli bagaimana khawatirnya dia, mulai besok sampai seterusnya Maou akan pergi menuju tempat kerja yang mana dia tidak bisa ikut dengannya.
"Chi-Chi-chan, ada apa?"
Perasaan tajam Maou merasakan sebuah atmosfer yang aneh, namun Chiho hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Dengan atmosfer yang aneh ini, mereka berdua memutuskan untuk masuk ke dalam restoran dan menyapa Kisaki agar bisa memecah kecanggungan yang tercipta di antara mereka berdua.
"Begitu ya, kau menemukan tempat yang bagus untuk bekerja."
Maou menjelaskan bahwa dengan rekomendasi pemilik kontrakan, dia akan pergi bekerja di sebuah rumah pantai yang terletak di Chiba selama masa renovasi. Mendengar hal itu Kisaki pun mengangguk mengerti.
"Jadi, kau masih akan kembali kan?"
"Eh?"
Berhadapan dengan pertanyaan tiba-tiba Kisaki, Maou memberikan ekspresi yang menunjukan kalau dia tidak mengerti apa maksud Kisaki.
"Kau tidak mungkin berencana untuk pulang-pergi dari Sasazuka ke Choshi setiap hari kan? Jadi, jika orang di sana tidak menyediakan akomodasi, maka dipastikan kau akan pindah ke sana, benar kan?"
Kisaki mengalihkan pandangannya pada daftar jam kerja yang diserahkan oleh Chiho dan menanyakan hal ini sambil dengan sengaja tidak melihat ekspresi Maou.
"Aku tidak berencana untuk mengikatmu terus. Tapi bagiku, membimbing seseorang hingga sampai titik di mana dia menjadi tangan kananku adalah hal yang sangat jarang. Akan sangat disayangkan kalau membiarkanmu pergi begitu saja.
Kisaki mengatakannya dengan nada datar. Tapi Kisaki tidak akan menceritakan lelucon yang tidak lucu dan tidak akan juga mengatakan kebohongan. Jadi ketika dia mengatakan pendapatnya tentang Maou, itu pasti pemikiran Kisaki yang sebenarnya.
"Aku hanya akan tinggal di sana untuk sementara. Aku pasti akan kembali!"
Karena dorongan yang dia dapatkan dari pendapat Kisaki, suara Maou menjadi terdengar begitu tegas.
Kalimat tersebut terdengar penuh kepastian, membuat Chiho merasa sedikit tenang.
Kisaki yang akhirnya tersenyum, menatap ke arah Maou dengan penuh kepuasan.
"Bagus sekali, aku selalu ingat apa yang kau katakan saat interviewmu, bahwa kau ingin menjadi pekerja penuh yang terkemuka. Dan dari cara kerjamu, aku tahu kau benar-benar serius ketika mengatakannya."
"Meski begitu, pekerjaanku benar-benar buruk di berbagai aspek kali ini...."
"Hal ini tidak masuk hitungan, daripada itu, sejak awal kau sudah kuanggap terlalu mampu, jadi kau akan terlihat lebih menarik kalau kau terkadang gagal seperti orang normal lainnya. Ketika kau masih mampu pulih dari kegagalanmu, kau seharusnya mengambil kesempatan itu untuk mengalami hal ini beberapa kali lagi. Kau bisa menggunakan pengalaman ini di masa yang akan datang."
Maou mempunyai perasaan yang campur aduk ketika dia mendengar 'seperti orang normal lainnya', Kisaki yang tidak tahu apa-apa tersenyum kecil dan mengatakan..
"Sebagai hukuman untukmu karena lupa mengkonfirmasi berbagai masalah yang penting dan menyebabkan situasi yang bisa menghambat karirmu, setelah pembukaan nanti, aku ingin kau bekerja dua kali lebih keras daripada sebelumnya, okay?"
Setelah mengatakan hal ini, Kisaki menepuk pundak Maou, yang hampir membuatnya tidak sanggup menahan air matanya.
"Untuk Chi-chan, meskipun kau tidak punya jadwal kerja untuk sekarang ini, jangan terlalu memaksakan dirimu setelah ini. Aku tahu kau ingin bekerja bersama Maa-kun, tapi kau ini masih muda, jadikan liburan musim panas ini untuk mempelajari hal lain selain bekerja."
"Ki-Kisaki-san!!"
Dalam sebuah kesempatan yang langka, Kisaki mengatakan sesuatu yang begitu memalukan. Bagi Chiho, yang belum menyerah untuk bisa selalu bersama dengan Maou, nampak seperti dirinya telah terlihat sepenuhnya.
Maou, yang merasa kurang nyaman karena hal ini pun mengalihkan pandangannya.
Kisaki menatap kedua muda-mudi ini dengan sebuah senyum, dan kemudian mengganti topik pembicaraannya.
"Oh iya, karena Chi-chan tidak menerima permintaan untuk dikirim ke restoran cabang manapun, jangan katakan kau berencana untuk pergi ke Choshi juga? Kau seharusnya sudah tahu kalau Maa-kun akan pergi ke Choshi kan?"
Chiho begitu terkejut mendengar pertanyaaan ini.
"Eh, ah, i-itu, aku..."
Setelah memberikan reaksi yang begitu jujur itu, Chiho pun menjawab setelah melirik ke arah Maou sebentar.
"Tanpa ada hubungannya dengan Maou-san, aku sudah ingin pergi ke sana sejak dulu..."
"Oh?"
"Kisaki-san, Maou-san, apakah kalian pernah mendengar tentang jalur kereta listrik Choshi?"
Bagi Maou, dia masih mengingat dengan jelas istilah-istilah yang dia dengar melalui telepon kemarin malam. Sementara Kisaki, dia terlihat memikirkannya sebentar dan menemukan jawaban di dalam ingatannya.
"Jalur kereta listrik Choshi..... Bukankah itu jalur kereta lokal yang pembiayaannya menjadi sangat sulit dan kemudian para karyawannya mulai menjual makanan khas sana, agar bisa melanjutkan pengoperasiannya?"
"Benar itu dia. Beritanya menyebutkan bahwa para murid SMA di sana juga berpartisipasi dalam pembuatan barang-barang khas daerah sana, anak-anak yang seusiaku benar-benar membantu perusahaan jalur kereta dan kawasan tempat mereka tinggal, itu benar-benar mengejutkanku, jadi aku ingin melihat tempat macam apa itu."
Kata-kata yang Chiho katakan dengan penuh perasaan itu membuat Kisaki dan Maou saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana aku mengatakannya ya, Chi-chan, kau memang benar-benar anak yang serius."
Kisaki menghela nafas dengan sebuah senyum kecut.
"Eh?"
"Bukan apa-apa. Mempunyai rasa ingin tahu yang lebih itu adalah hal yang bagus. Huuft, tapi jika kau ingin pergi, kau harus mendapatkan izin dari orang tuamu dulu. Lagipula tempat itu sangat jauh sekali."
Bagi Kisaki, itu hanya sebuah pengingat yang bisa dikatakan sudah sewajarnya, akan tetapi kata-kata 'mendapatkan izin orang tua' seketika membuat ekspresi Chiho yang awalnya terlihat santai menjadi begitu berat.
"Yeah, aku pasti akan meminta izin pada mereka dulu."
Chiho pun menjawabnya dengan nada yang begitu ceria setelah mengalami banyak kesulitan, akan tetapi dia masih tidak menyangka kalau Kisaki bisa menebak hal ini.
Setelah mereka selesai berbicara mengenai beberapa topik yang tidak terlalu penting, Maou dan Chiho pun pergi meninggalkan restoran....
"............"
Mereka berdua tidak sengaja bertemu dengan Sariel, sedang berada dalam pose 'mematung' sempurna, sampai-sampai mawar yang dibawanya terlihat seperti akan layu.
"Ah, itu Sariel-san....."
Ketika Chiho yang menyingkirkan perasaan jijiknya terhadap Sariel, berbicara, seketika itu juga Sariel kembali tersadar dan tiba-tiba langsung menggunakan kemampuan khusus 'Wicked Light of the Fallen' miliknya dengan kekuatan penuh dan berteriak ke arah Maou dengan begitu keras.
"Ma.......ou......kau......!!"
"Waaahh!!!"
Kaos Maou ditarik secara paksa oleh Sariel yang lebih pendek dan menyebabkan tubuhnya condong ke depan.
"Apa yang terjadi, cara licik apa yang telah kau gunakan, kenapa restoran milik dewiku ditutup? Kau dasar iblis rendahan, katakan, katakan semuanya mengenai tempat tinggal dewiku, atau aku akan membakarmu menjadi abu dengan menggunakan api dari hatiku yang hancur ini!"
Sepertinya penglihatan Sariel menjadi sempit, sesempit Maou dalam artian yang berbeda. Kisaki selalu memberikan pemberitahuan kepada para pelanggannya kalau restorannya akan kembali buka, sederhananya Sariel mengabaikan pemberitahuan itu.
"Sakit oi, sakit, duri mawar itu benar-benar sakit!"
Karangan bunga mawar mengenai wajah Maou di setiap pergerakan Sariel, menyebabkan Maou terus menerus tertusuk oleh mawar tersebut.
"Aku yang baik hati ini bahkan menolak tawaran Gabriel untuk bekerja sama, tapi kau benar-benar tidak tahu terima kasih. Dan juga, kenapa kau tidak memberitahuku kalau restorannya akan tutup? Dengan begitu kan, aku bisa mempertaruhkan seluruh aset dan keberanianku untuk mengaku pada dewiku soal apa yang akan kuberikan selama sisa hidupku..."
Kalau dipikir dengan akal sehat, sebuah bantahan seperti 'apa maksud aset itu' atau 'bagaimana keefektifan pernyataan itu' pasti akan terbersit dalam pikiran seseorang. Akan tetapi bagi Maou yang sudah kesakitan karena ditusuk-tusuk menggunakan mawar, tidak bisa berkata apa-apa. Sebaliknya, Chiho lah yang pertama kali merespon kata-kata Sariel.
"Tunggu Sariel-san!! Kau tadi bilang sesuatu mengenai bekerja sama dengan Gabriel-san kan? Apa maksudnya itu?"
"Oh?"
Ketika Chiho menyentuh tangan yang Sariel gunakan untuk mencengkram kaos Maou...
"Heh, aku tidak pernah menolak ajakan dari seorang gadis cantik. Bagaimana kalau setelah ini kita pergi menikmati menu baru dari Sentucky, Indian Chicken Wrap sambil minum teh?"
Sariel seketika melepaskan Maou, dan memegang tangan Chiho dengan pose seolah dia sedang bersiap-siap untuk menciumnya.
"Aku akan memberitahu hal ini pada Kisaki-san, kau tahu?"
Bagaimanapun, Chiho telah melalui berbagai situasi yang berbahaya, situasi yang mengancam nyawa, ataupun berbagai macam situasi yang aneh. Saat ini, dia sudah tidak selemah itu, yang akan menjadi panik hanya karena pelecehan level rendah seperti ini.
Mungkin sebagian karena dia merasa tertekan karena tidak bisa ikut bersama Maou, makanya nada bicara Chiho menjadi sangat dingin.
Ketika Sariel mendengar hal ini, dia memasang ekspresi yang terlihat seperti campuran antara harapan dan keputusasaan.
"Uh.. tolong.. tolong maafkan aku... Jadi, dewiku masih ada di dalam restoran ini?"
Sebuah pedang sama sekali tidak dibutuhkan untuk menghadapi Sariel. Dengan menggunakan kata Kisaki saja sudah cukup.
"Jika kau ingin tahu jawabannya, maka jawab dulu pertanyaanku. Kau bilang kau menolak kerja sama dengan Gabriel-san, apa maksudnya itu?"
"Ugh, uh, itu, itu...."
Dalam sekejap, Sariel kehilangan kata-katanya. Sangat jelas sekali kalau dia menyesali fakta bahwa dia telah keceplosan tadi.
Selain itu, Maou merasa sedikit kagum terhadap Chiho, yang kini tangannya masih dipegang oleh Sariel.
"Chi-chan, kau telah bertambah kuat...."
Maou telah banyak mengubah kehidupan orang lain dalam berbagai aspek. Merasakan berbagai perasaan itu, Maou menanamkan insiden ini jauh ke dalam ingatannya.
"Selama kau berniat menjelaskan ini dengan jujur, aku pasti akan memberitahumu tentang apa yang terjadi pada restoran ini. Jika tidak, aku akan memanggil Kisaki-san dan bilang padanya kalau 'Sariel-san sepertinya ingin melakukan pelecehan seksual kepadaku'."
"Sebelumnya, Gabriel datang ke restoranku. Dia mau aku membantunya untuk mendapatkan kembali Pedang Suci Emilia dan juga fragmen Yesod. Dia juga menceritakan padaku banyak hal."
Mendengar apa yang Chiho katakan, Sariel langsung menjelaskan semuanya dengan jujur, menjawab pertanyaan Chiho dengan lancar.
Tindakan Sariel ini hanya tepat jika disebut tergesa-gesa.
"Apa tidak apa-apa kalau kau menjadi seperti ini?"
Setelah melihat perubahan kehidupan seorang malaikat secara langsung, Maou merasa kalau itu benar-benar sudah tidak penting lagi hanya dalam 2 detik.
Ketika mereka berdua berbicara, Sariel terus saja memegang tangan Chiho. Dari tingkah Sariel yang seperti tidak peduli dengan tatapan mencurigakan dari orang-orang yang melewatinya, mungkin dia merasa kalau dia sudah ditakdirkan untuk menjalani jalan kehidupan seperti itu.
"Alasan kenapa aku ingin mendapatkan Pedang Suci Emilia, pada awalnya hanyalah untuk menutupi kesalahan Gabriel saja. Hanya itu saja pada awalnya, dan tidak ada seorangpun yang memberitahuku kalau 'Yesod' telah dipecah menjadi banyak fragmen dan salah satu dari fragmen itu diasumsikan mempunyai wujud seorang anak kecil. Sejujurnya pikiranku saat ini hanya berisi berbagai urusan menyangkut dewiku, jadi aku sama sekali tidak memikirkan tentang pedang suci itu. Ngomong-ngomong, setelah hari itu, Gabriel tidak pernah lagi datang ke restoran."
Meski kata 'dewi' dengan mudah dapat membingungkan orang lain, tapi sederhananya, maksud Sariel adalah dia sepenuhnya memfokuskan seluruh pikiran dan jiwanya pada Kisaki, dan sama sekali tidak peduli dengan misi dari Surga. Malaikat agung-san, apa itu benar tidak apa-apa?
Sejujurnya, hal itu memang sangat cocok dengan cara kerja Sariel, tapi Maou masih merasakan ada sesuatu yang aneh dari perkataannya.
"Tunggu, tadi kau bilang 'telah dipecah menjadi banyak fragmen'. Itu artinya kau sudah tahu kalau 'Yesod' telah dipecah oleh seseorang?"
".... Woah!!"
Sariel mengerang. Sepertinya dia telah keceplosan lagi. Perlahan dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Chiho.
"Kau tahu mengenai hal itu kan??"
".... Iya aku tahu."
Chiho sama sekali tidak memberikan kesempatan pada Sariel untuk kabur. Sariel dengan lemah menundukan kepalanya lagi.
"Karena di antara banyak fragmen itu, salah satunya berada di tangan Emilia, jadi aku diberi misi untuk merebut Pedang Sucinya."
Pada awalnya, ketika Sariel bertemu dengan Alas Ramus secara langsung, dia sama sekali tidak menyadari kalau Alas Ramus adalah salah satu dari fragmen 'Yesod'.
Bahkan jika disimpulkan bahwa 'Armor Pembasmi Kejahatan' milik Emilia yang telah berevolusi dengan Alas Ramus juga berkaitan dengan fragmen 'Yesod', maka jelas bisa dikatakan kalau bahkan pihak Surga pun saat ini tidak bisa mengerti dengan akurat perubahan apa saja yang terjadi pada fragmen 'Yesod'.
"Dalam tugas merebut Pedang Suci Emilia, Gabriel pun nampaknya juga gagal. Itulah kenapa dia datang mencariku, yang sebelumnya pernah melaksanakan tugas serupa, berharap kalau dia dan aku bisa bekerja sama untuk merebut kembali fragmen 'Yesod'. Tapi aku menolaknya karena aku sedang sibuk. Hanya dari fakta kalau kekuatan musuhmu tidak bertambah, kau seharusnya berterimakasih padaku."
Diminta untuk berterimakasih terhadap sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuan satu orang pun, pasti akan sangat mengganggu.
Bagaimanapun juga, karena Gabriel sama sekali tidak mundur, itu berarti dia masih belum menyerah untuk mendapatkan Alas Ramus.
Maou dan yang lainnya secara berturut-turut diburu oleh dua malaikat agung, jadi bisa dikatakan kalau Surga kekurangan personel yang bisa menghadapi serangan.
Tidak tahu kapan dan bagaimana pihak musuh akan bertindak, bagi Maou dan yang lainnya yang hanya bisa bertahan, situasi ini agak terasa tidak nyaman.
".....?"
"Sa-sasaki Chiho, kenapa kau menatapku seperti itu? Aku ini sudah mengatakan semuanya dengan jujur."
"Ah, yeah, ini sepertinya sudah cukup...."
Seperti Maou sebelumnya, saat ini Chiho sedang menatap Sariel, seolah-olah dia tidak mengerti beberapa hal.
"Sariel-san, kenapa kau bermaksud untuk memastikan di mana salah satu fragmen itu berada...."
Ketika Chiho bermaksud untuk menanyakan hal ini....
"Ada apa ini, kalian berdua...... belum pulang?"
Karena suara yang terdengar dari belakang Maou dan Chiho, ekspresi Sariel seketika langsung terlihat bersemangat.
Akan tetapi, bagi Maou dan Chiho yang kini sedang mematung di tempat karena mereka merasakan atmosfer yang berbahaya dari suara itu, menoleh ke belakang dengan wajah yang membiru.
Kisaki, yang tidak memakai seragam kerja yang biasanya, kini sedang memakai pakaian berwarna abu-abu dan membiarkan rambutnya terurai dengan tas kantor yang tergantung di pundaknya. Itulah bagaimana dia berpenampilan di hadapan semua orang.
Orang yang Kisaki lihat, bukanlah Maou ataupun Chiho. Dengan tatapan marah yang bahkan bisa membekukan raja dunia iblis, dia menatap tajam ke arah Sariel yang saat ini sedang berlutut sambil memegang tangan Chiho.
"Mitsuki Sarue... Apa yang kau lakukan terhadap pegawaiku?"
Meskipun saat ini dia sedang ditatap tajam oleh Kisaki, karena alasan yang tidak dapat dijelaskan, Sariel masih tersenyum lebar.
Ada sebuah cerita di Eropa Utara, di mana terdapat seorang pemuda yang jantung dan matanya telah ditusuk oleh cermin iblis, yang menyebabkan dia terbujuk oleh kata-kata manis seorang ratu es.
Perbedaan besar antara pemuda dari Eropa Utara ini dengan Sariel adalah apakah mereka dicintai oleh ratu es itu atau tidak.
"Tidak, bukan begitu, ini, bagaimana mengatakannya ya, ini adalah sebuah negosiasi, aku menggunakan cara ini karena aku hanya ingin tahu di mana kau berada..."
"Melihatmu ikut berkontribusi dalam pendapatan bisnisku, pada awalnya aku ingin menutup sebelah mataku ketika menyangkut hal yang berkaitan denganmu, tapi karena kau tidak punya sopan santun sehingga berani melakukan tindakan seperti ini terhadap pegawai di bawah umur, kau tidak bisa lagi disebut sebagai pelanggan. Selama kau berada dalam pengawasanku, kau sementara dilarang memasuki tempat ini."
"Ngoh?"
Malaikat Agung Sariel yang bahkan tidak bisa dilukai dengan pedang Suci Emilia, hanya karena kalimat yang diucapkan oleh seorang wanita, seketika membeku di tempat dan terasa seperti hancur berkeping-keping.
"Kalian berdua seharusnya segera pulang ke rumah. Maa-kun, bagaiamanapun juga, kau ini sedang bersama Chi-chan, bagaimana bisa kau tidak melindunginya dengan baik?"
"Ah, iya, itu, maafkan aku."
Maou memutuskan untuk terlebih dahulu meminta maaf, sementara Chiho dengan ekspresi bingungnya sedang menatap Sariel yang kali ini terlihat seolah-olah meleleh karena matahari musim panas dan mulai mengalir ke arah selokan jalan.
"Chi-chan, kita harus segera pulang."
"Ah? Yeah, itu, benar, terima kasih, terima kasih atas kerja kerasnya Kisaki-san."
Maou dan Chiho dengan cepat pergi meninggalkan McRonald dan berjalan beriringan di jalur pejalan kaki di Koshu Kaido dengan perasaan campur aduk.
"Kita, kita sepertinya telah melakukan tindakan yang merugikan Sariel-san...."
"Uh, anggap saja itu sebagai balasan untuk apa yang dia lakukan terhadap Chi-chan pada saat insiden Suzuno. Sisanya itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri. Daripada itu, Kisaki-san benar-benar luar biasa ya, bisa sabar menghadapi pria gila seperti itu."
Maou tanpa ampun menjatuhkan martabat Sariel.
"Tentang masalah sebelumnya, Maou-san..."
"Yeah, aku tahu."
Sekarang ini, mereka sudah tidak bisa lagi mendapatkan informasi dari Sariel. Bahkan tanpa Chiho katakan pun, Maou telah menyadari satu masalah,
'Sariel sangat yakin bahwa "salah satu fragmen Yesod" berada di tangan Emilia.'
Sebenarnya, setelah Emilia dan pedang sucinya tiba di Jepang, pihak Surga telah mengabaikannya lebih dari setahun. Akan tetapi, bagaimana bisa mereka menemukan pedang Suci yang mana juga menunjukan keberadaan Emilia?
"... Huuh, lagipula ini juga tidak penting. Mereka tidak mengejarku, jadi apapun yang terjadi setelahnya adalah masalah Emilia sendiri..."
Memikirkan hal itu dengan sedikit tenang, pada mulanya ini adalah masalah antara pihak Surga dan Emi, selain masalah Urushihara, pada awalnya Maou hanya orang luar dari masalah ini. Ketika dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal ini...
"Lalu, itu membuatmu tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada Alas Ramus-chan?"
Chiho, yang telah mengira reaksi Maou, menanyakan hal ini dengan mata yang agak menyipit.
"Pedang Suci Yusa-san saat ini hampir setara dengan Alas Ramus-chan, bukankah begitu?"
"Itu.. kalau mengenai hal itu... Tapi, tapi, Emi jauh lebih kuat daripada aku, yang tidak bisa bertarung dengan baik di Jepang. Meskipun jika aku tidak melakukan apapun secara khusus...."
"Bukan itu masalahnya. Karena kau papanya, bagaimana bisa kau tidak melindunginya dengan benar? Kalau hal itu terjadi, Alas Ramus-chan pasti akan menangis."
"Chi Chi-chan, kau berada di pihak siapa?"
Bagi Maou, pertanyaan ini menyiratkan banyak hal.
"Aku hanya berharap orang-orang yang aku sukai bisa menjadi akrab dan tinggal bersama selamanya."
Chiho menjawab dengan ekspresi yang terlihat agak sedih.
"... Apa? Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?"
Chiho yang sebelumnya pernah cemburu karena salah mengira kalau Emi adalah mantan kekasih Maou, menjadi sedikit dewasa akhir-akhir ini, dan dia juga terlihat sangat gelisah dengan perkembangan antara Maou, Emi, dan Alas Ramus.
"Ya, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya... Apa kau mau mendengarnya? Sepertinya ini akan menjadi topik yang agak berat."
"Ah, yeah, tentu."
"Maou-san, kau pernah bilang sebelumnya kalau kau percaya padaku dan berharap bisa mengandalkanku kan? Bagaimanapun juga..... dengan aku yang sekarang, itu saja tidaklah cukup."
"Ke-kenapa tidak?"
"Tidak seperti Yusa-san ataupun Suzuno-san, aku sama sekali tidak punya kemampuan bertarung, dan tidak seperti Ashiya-san, aku tidak bisa selalu bersamamu. Kebetulan saja aku bisa berada di samping Maou-san dan kebetulan juga aku tahu kebenaran tentang dirimu. Meskipun aku begitu khawatir apakah Urushihara-san bisa bekerja dengan baik atau tidak, tetap saja aku tidak bisa ikut pergi ke Choshi bersamamu."
Meski terdengar suara jangkrik di pepohonan di sebelah jalur pejalan kaki, suara Chiho masih bisa terdengar dengan jelas oleh Maou.
"Jadi aku merasa kalau aku harus bekerja lebih keras, belajar lebih banyak hal lagi, dan menjadi orang dewasa yang bisa membantu Maou-san. Sangat jarang ada orang yang ingin mengandalkanku, tentu saja aku berharap aku bisa memenuhi ekspetasi orang itu."
".... Oh."
"Dan bagaimanapun juga, aku belum mendapatkan jawabanmu. Dan aku berharap aku mendapatkan jawaban yang positif pada akhirnya, jadi aku harus bekerja keras untuk mencapai tujuan ini. Lagipula, suatu hari nanti...."
Chiho tiba-tiba menyilangkan tangannya, membusungkan dadanya dan dengan sebuah senyum yang terlihat tak kenal rasa takut, mengatakan hal ini dengan nada suara yang rendah.
"Aku ingin menjadi Jenderal Iblis tinggi di pasukan iblismu yang baru, dan bertarung bersama Yusa-san dan Maou-san di garis depan."
"Geh!!"
Pernyataan Chiho membuat Maou begitu terkejut.
"Topik, topik yang tadi itu, apa yang sebenarnya terjadi sampai Chi-chan ingin menjadi Jenderal?"
"Beberapa waktu lalu, Ashiya-san mencalonkanku, tapi tentu saja aku menolaknya pada waktu itu, tapi setelah memikirkannya dengan matang, akan lebih baik kalau aku mencalonkan diriku sendiri terlebih dahulu."
Chiho mengatakan hal ini dengan begitu santai, seolah-olah dia hanya mencalonkan diri sebagai ketua kelas.
"Meskipun itu terdengar seperti lelucon, jika aku ingin melampaui Yusa-san, aku harus menjadi lebih dewasa lagi dan mendapatkan senjata yang bisa kugunakan untuk melawan Yusa-san, dan sebaiknya itu adalah senjata yang berbeda. Aku akan masuk ke perguruan tinggi dan mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, melebarkan sayapku, dan menjadi wanita yang bisa Maou-san andalkan, baik itu di Jepang maupun di Ente Isla."
Semua itu terlihat seolah Chiho menjadi lebih bersemangat karena panasnya musim panas, dan sebagai reaksi dari kata-kata Chiho yang berisi begitu banyak tekad dibandingkan sebelumnya, Maou pun menjadi sangat terkejut.
"Perguruan tinggi ya.... Tapi kau tahu, kurasa sampai saat ini, Chi-chan sudah banyak membantu kami."
Maou baru saja menyelesaikan kalimatnya, dan ketika Chiho menatap Maou dengan tampang kurang puas di wajahnya...
"Meskipun 'Maou-san' begitu mengandalkanku, tapi tetap saja aku selalu dilindungi oleh 'Maou Satan'."
Kali ini, Maou benar-benar membelalakkan matanya terkejut.
"Aku berharap aku bisa menjadi manusia yang bisa 'Maou' andalkan kapan saja."
Meski Maou sendiri tidak menyadarinya, sepertinya setelah mereka berdua dinasehati oleh Kisaki, kalimat yang Maou katakan pada Chiho, beraksi seperti sebuah sihir, dan memberikan Chiho kekuatan.
"... Aku..."
Ketika Maou tidak tahu bagaimana harus menjawab seorang yang sungguh-sungguh ingin membantunya tanpa memperdulikan dirinya sendiri, dan terlihat sangat kebingungan....
"Ah, itu Ashiya-san..."
Perhatian Chiho seketika beralih ke tempat yang berbeda.
Setelah melihat lebih dekat, terlihat Ashiya yang sedang berjalan keluar dari stasiun Sasazuka. Dia membawa koper beroda yang terlihat asing bersamanya, yang sepertinya baru akan digunakan nanti, tapi meski begitu, masih sulit bagi orang lain untuk mengerti kenapa dia harus berjalan keluar dari stasiun Sasazuka sambil membawa benda ini.
Karena suara Chiho, perhatian Ashiya pun langsung tertuju ke arah mereka dan setelah mengangkat tangannya, dia berjalan menuju mereka berdua.
"Selamat datang kembali, Maou-sama. Apa Sasaki-san sedang bersamamu?"
"... Yeah."
"Iya, kami bertemu di restoran. Ngomong-ngomong, koper itu akan dibawa ke Choshi? Kau membeli koper yang sangat bagus."
Chiho mengatakan hal tersebut dan kemudian mengalihkan pandangannya pada koper beroda yang ditarik oleh Ashiya.
"Karena kebutuhan hidup selama berada di sana harus kami persiapkan sendiri, jadi aku sangat kesusahan oleh benda ini..."
Ashiya meletakkan tangannya di atas koper besar baru yang dia bawa dengan ekspresi gelisah di wajahnya... Itu adalah koper berukuran besar dengan roda di bawahnya yang mempunyai cukup ruang untuk meletakkan baju, pakaian dalam, handuk, dan berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya untuk 3 orang iblis.
"Karena kami tidak bisa meninggalkan semuanya di apartemen, kami pun harus membawa barang-barang yang penting, seperti buku tabungan dan buku tanggungan. Dan karena fasilitas keamanan di sana masih belum diketahui, akan lebih baik kalau kami membeli wadah kuat yang dilengkapi dengan kunci."
"Begitu ya. Itu sangat masuk akal sih."
"Apa kau menaiki kereta untuk membelinya?"
"Itu benar. Produk di pusat kota itu lebih lengkap dan karena kita akan menempuh perjalanan jauh besok, aku harap bisa menyimpan energi untuk hari ini. Dan setelahnya, aku masih harus menggunakan telepon umum di terminal bus."
Biasanya hanya butuh waktu kira-kira 30 menit dengan berjalan dari apartemen mereka menuju Shibuya, oleh karena itu, Ashiya selalu memilih berjalan kaki ke sana untuk menghemat biaya transport sebanyak 120 yen. Akan tetapi, berjalan sambil membawa koper besar di bawah sinar matahari musim panas itu menghabiskan banyak sekali energi.
Bagaimanapun juga, Ashiya masih harus membeli sandal pantai, baju ganti dan beberapa kebutuhan lainnya, jadi Maou tidak akan memarahinya karena biaya transport yang dia pakai.
Meskipun Maou sedikit penasaran dengan orang yang ingin dihubungi Ashiya, akan tetapi dia tidak punya hak untuk ikut campur dalam urusan pribadi bawahannya, bahkan jika dia adalah Raja Iblis.
Dengan kepribadian Ashiya, dia tidak mungkin diam-diam menyembunyikan sesuatu dari Maou, jadi meski Maou berpikir kalau percakapan via telepon ini memang perlu dilakukan, itu seharusnya tidak akan terlalu berpengaruh pada situasi kali ini.
Setelah Maou menyimpulkan hal itu, dia mengalihkan pandangannya pada koper besar yang Ashiya bawa. Meskipun labelnya masih ada, nampaknya koper ini mempunyai desain yang secara otomatis akan terbuka ketika ada pemeriksaan barang bawaan di bandara.
"Kau membeli barang yang benar-benar bagus."
"Mungkin koper ini bisa kita gunakan ketika kita pergi ke luar negeri untuk memulihkan kekuatan sihir kita nanti. Aku menganggapnya sebagai investasi untuk saat-saat itu."
"Ah, jadi ini semua demi rencana penaklukan dunia?"
Meskipun orang yang diajak bicara adalah seorang Jenderal Iblis yang menguasai satu benua, seharusnya masih sulit untuk menemukan manusia yang bisa mengatakan 'penaklukan dunia' dengan begitu gampangnya seperti Chiho.
"Itu benar. Oh iya, Sasaki-san, karena kau selalu membantu kami, kami harap kau mau menerima barang-barang khas yang akan kami beli di sana. Aku dengar Choshi adalah salah satu dari beberapa pelabuhan ikan di Jepang."
Ashiya yang menjawab pertanyaan gadis SMA ini dengan begitu ceria, membuat kata 'penaklukan dunia' yang sangat berbobot, menjadi terdengar lebih enteng daripada Helium.
"Ya.. terima kasih."
Dibandingkan terganggu dengan bobot dari kata 'penaklukan dunia', sepertinya perasaan Chiho lah yang malah menjadi lebih berat. Bagaimanapun, hal ini sudah bisa diduga, kalau Ashiya tidak mengikutsertakan Chiho sebagai salah satu orang yang akan pergi ke Choshi.
Tapi saat itu juga, Chiho tiba-tiba mengingat orang yang pasti akan mengikuti Maou ke Choshi dan kemudian menanyakan hal ini.
"Ngomong-ngomong soal penaklukan dunia, aku tiba-tiba teringat. Apakah Yusa-san dan Suzuno-san mengatakan sesuatu mengenai perjalanan ke Choshi kali ini?"
Seolah-olah memastikan bahwa beratnya kata 'penaklukan dunia' telah benar-benar menghilang, Maou dan Ashiya saling menatap satu sama lain.
"Kalau berbicara mengenai hal itu, sangat jarang bagi mereka tidak memberikan keluhan apapun kali ini. Kupikir mereka akan salah paham dengan maksud kami dan berpikir kalau kami berencana untuk kabur, dan kemudian mengatakan kalau mereka akan mengejar kami sampai ke ujung dunia ataupun hal-hal konyol lainnya."
"Emi sudah bertemu dengan si pemilik kontrakan sebelumnya, jadi dia pasti berpikir kalau orang di sana itu adalah seseorang yang mempunyai hubungan dengan pemilik kontrakan, dan alhasil itu akan membuat kami bertingkah lebih jujur. Dan juga kedua orang itu sepertinya sudah mengomeli kebiasaan buruk NEET Urushihara dan membuatnya menangis. Bagaimana aku mengatakannya ya, hmm, termasuk membantu kami untuk memastikan kalau kami punya pekerjaan, mereka benar-benar baik kali ini."
"Be-benar... Aku, aku juga berpikir kalau Yusa-san sangat baik pada Maou-san kali ini..."
Khusus untuk kasus Emi, tidak mungkin dia akan diam saja dan menyaksikan Maou pergi ke tempat yang sangat jauh. Tapi kali ini, dia memberikan kesan kalau dia sangat tenang menghadapi hal ini.
Bagaimanapun, berdasarkan informasi dari Sariel sebelumnya, semua hal ini membuat Chiho merasa sedikit kurang nyaman. Jika Emi dan Maou tidak bisa memahami situasi satu sama lain, bahkan Alas Ramus pun akan berada dalam bahaya.
Dan yang lebih memprihatinkan lagi, bahkan jika dia memberitahu Emi informasi itu, Chiho tidak bisa membayangkan kalau Emi dan Maou akan mau bekerja sama.
---Huuft, tapi jika kau ingin pergi, kau harus mendapatkan izin dari orang tuamu dulu. Lagipula itu sangat jauh sekali.---
---Selama alasanmu itu bijaksana dan masuk akal, aku tidak akan berkata apa-apa lagi.---
Suara dari kedua orang dewasa itu menggema dalam pikiran Chiho.
Chiho akhirnya membuat keputusan, dan dia pun mengeluarkan ponselnya.
Ini mungkin adalah tindakan paling egois pertama seumur hidupnya. Meskipun dia tidak berbohong pada orang tuanya, ini sebenarnya adalah tindakan tidak jujur dengan logika yang dibuat-buat.
Meskipun begitu....
Chiho ingin mengurangi kemungkinan orang-orang yang penting baginya untuk pergi.
Setelah membuat kontak mata dengan Maou dan Ashiya, dia berjalan menuju tepi jalan dan menelepon rumahnya.
"Hello, apa ini Chiho? Ada apa?"
Ketika telepon di rumahnya menampilkan nomor telepon dari pemanggilnya, ibunya dengan seketika hampir tahu kalau panggilan ini dari Chiho.
Chiho menekan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, dan menghembuskan napas dengan keras.
"... Mum.."
"Ada apa?"
"Aku ingin melihat jalur kereta listrik Choshi. Bolehkah aku pergi bersama dengan Yusa-san dan Suzuno-san?"
"Hey, apa yang terjadi? Kenapa wajahnya terlihat lebih buruk dibandingkan saat dia meninggalkan rumah?"
"Papa, ada apa?"
"Ohh. Kalian pulang. Ada apa sebenarnya sampai-sampai kejadian seperti pingsan di rumah Chiho-dono bisa terjadi?"
Urushihara, Alas Ramus, dan Suzuno menyambut Emi, Ashiya, Dan Maou dengan pertanyaan yang berbeda-beda.
Ketika Emi melihat Urushihara sedang bermain dengan Alas Ramus, yang berada di punggungnya, dan Alas Ramus terlihat begitu menikmatinya, Emi merasa sangat terkejut.
Mungkinkah Alas Ramus merasakan beberapa kesamaan dengan Urushihara?
"... Aku tidak yakin. Mungkin ada terlalu banyak hal yang terlalu mengejutkan bagi Raja Iblis."
"Jadi itu benar-benar kaset terkutuk?"
Berbeda dengan Maou yang terlihat pucat, Emi menjawab dengan dingin, sedingin mentimun, akan tetapi, tiba-tiba wajah Urushihara juga berubah menjadi pucat, tidak kalah dengan Maou.
Karena Emi tidak mau membawa pulang Maou, yang pingsan di rumah keluarga Sasaki, akhirnya dia pun menelepon Suzuno dan memintanya untuk menyuruh Ashiya datang untuk menjemputnya.
Setelah Maou, yang dibopong di punggung Ashiya berterima kasih kepada Chiho dan keluarganya, dia lalu meninggalkan rumah keluarga Sasaki dan kembali ke Kastil Raja Iblis.
Maou berjalan masuk ke dalam kastil Raja Iblis dengan gemataran dan langsung menyembunyikan dirinya ke dalam kegelapan Kastil Raja Iblis.
"Kaset terkutuk apaan? Itu sama sekali bukan apa-apa."
Emi dengan acuh tak acuh melihat Maou yang wajahnya kini begitu pucat.
"Pingsan setelah melihat wanita menari, benar-benar tidak sopan."
"Menari...."
Urushihara terlihat mengingat sesuatu karena kalimat ini dan wajahnya pun mulai menjadi kaku.
"Serius ini, kalian itu terlalu berlebihan. Chiho dan mamanya saja menonton video itu sampai selesai dengan biasa-biasa saja."
"Eh? Kau bohong kan?"
"Lucifer, mama tidak mungkin berbohong!"
Karena Urushihara tidak mempercayai kata-kata Emi, Alas Ramus yang berada di punggungnya, langsung memukuli bagian belakang kepala Urushihara sebagai bentuk protesnya.
Tapi kata-kata Emi memang benar adanya.
Riho dengan jujur memuji pakaian si pemilik kontrakan, dan selain terkejut ternyata si pemilik kontrakan adalah wanita yang berbadan besar, Chiho tidak memberikan reaksi khusus apapun.
"Ngomong-ngomong, mulai lusa, kau akan pergi ke Chiba bersama Raja Iblis. Kau akan tinggal di bisnis rumah pantai yang dijalankan oleh kerabat pemilik kontrakan sampai akhir festival Obon di bulan Agustus."
"Oh? Dengan kata lain, itu adalah pekerjaan yang menyediakan akomodasi. Bukankah itu memenuhi semua keinginanmu dengan baik?"
Suzuno menepukkan tangannya karena takjub.
"Apa mama akan pergi ke Chiba juga?"
Alas Ramus bertanya sambil memperlihatkan kepalanya dari balik punggung Urushihara, Emi tersenyum kecut dan mengambil Alas Ramus dari punggung Urushihara.
"Mama akan selalu bersama dengan Alas Ramus, okay?"
"Yeah!!"
Untuk menghindari situasi di mana Alas Ramus terus meminta untuk pergi ke Chiba bersama papanya, Emi membawa gadis kecil itu dan mengganti topik pembicaraannya dengan kelicikan orang dewasa sambil melihat ke arah Urushihara.
"Dia sudah tidak ringan sekarang. Ah~ beratnya. Jadi Chiba ya? Tidak terdengar buruk."
Emi tidak melewatkan apa yang Urushihara katakan ketika dia menggoyang-goyangkan tangan yang dia gunakan untuk menopang Alas Ramus.
Malaikat jatuh ini sama sekali tidak mengikutsertakan dirinya sebagai bagian dari pekerjaan ini.
"Meskipun aku berterimakasih karena kau telah membantu mengurus Alas Ramus, kau tidak seharusnya mulai mengeluh karena hal-hal kecil seperti ini. Bekerja di rumah pantai itu sulit, kau tahu? Kurasa ini adalah kesempatan yang bagus untukmu, agar kau bisa menghilangkan kebiasaan NEET mu itu."
"Eh? Apa aku harus ikut kerja juga?"
Emi berterimakasih kepadanya dan menyampaikan sebuah kabar yang membuat Urushihara terkejut dua kali karena dua hal yang berbeda.
"Setidaknya, itulah yang direncanakan oleh orang-orang itu. Dan juga, akomodasinya sudah disiapkan, apa kau masih berpikir kalau kau adalah satu-satunya orang yang tidak perlu bekerja?"
"Uh, itu, karena, eh?"
Urushihara bermain-main dengan poninya dan tergagap ketika dia mencoba untuk menjawab.
"Apa-apaan ini? Bukankah rumah pantai itu terlalu berlebihan? Begini saja sudah sangat panas, kenapa kita harus pergi ke tempat dengan suhu yang sangat panas seperti itu... Dan lagi, kenapa tidak ada yang mendiskusikan hal ini denganku dulu...."
"Kau benar-benar tidak paham dengan posisimu sendiri ya?"
Suzuno yang berdiri di sampingnya, langsung mengomeli Urushihara dengan tegas ketika dia sedang berbicara sendiri seperti itu.
"Meskipun hal ini didiskusikan denganmu, bisa dipastikan kalau tak akan ada satupun pendapat darimu yang membangun. Emilia benar, ini adalah kesempatan yang bagus. Anggap saja ini seperti pergi ke pusat konseling."
"Aku tidak mau! Analogi macam apa itu? D-dan aku tidak pernah bekerja sebelumnya, dan bisa saja aku malah menyebabkan masalah untuk yang lainnya. Bagaimanapun, meskipun Olba sedang ditahan, bukan hal bagus jika aku muncul di hadapan orang lain sekarang, bukankah begitu?"
Menghadapi Urushihara yang tanpa malu terus membuat berbagai alasan, kedua gadis itu menatapnya dengan dingin.
"Karena kau membuat banyak sekali alasan, sebenarnya berapa lama kau berencana untuk tidak bekerja?"
"Kau bilang tidak bagus untukmu jika kau muncul di hadapan orang lain, lalu kenapa kau selalu bertemu dengan sopir dari perusahaan Amazon's Sasuke Delivery tanpa memperdulikan apa-apa? Hm?"
"Ini sudah hampir 3 bulan setelah insiden Olba, apa ada sesuatu yang terjadi? Bukankah kau juga pergi ke pemandian umum? Apakah polisi mencarimu sebelumnya dan membuatmu berada dalam situasi yang berbahaya?"
"Ta-tapi kita bisa mudah jadi sembrono ketika kewaspadaan terhadap bahaya berkurang. Meskipun jika hari ini tidak terjadi apa-apa, itu tidak berarti besok juga tidak akan terjadi apa-apa. Bagaimanapun juga, karena aku telah mengakui kalau aku pernah melakukan tindakan kriminal, aku harus terus tinggal di rumah untuk merenungkan...."
"Jika kau benar-benar berdiam diri di rumah untuk menyesali dan merenungkan perbuatanmu, maka aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Tapi kau, kau yang selalu menghabiskan waktumu dengan bermalas-malasan dan menghisap hasil kerja atasan serta rekanmu, tidak punya hak untuk mengatakan omong kosong seperti itu. Daripada itu, kau akan terlihat sedikit lebih manis jika kau membantu Raja Iblis membuat rencana untuk menaklukan dunia."
"U-ugh.."
Setelah diomeli oleh dua wanita tersebut dengan cara yang begitu terencana dan logis, air mata mulai muncul di sudut mata Urushihara.
"Jika kau tidak bekerja, maka apa yang akan kau lakukan? Kau tidak punya tempat untuk tinggal, lalu bagaimana kau akan mengurung diri di rumah? Jika kau berencana melakukan sesuatu yang jahat seperti ketika kau bersekutu dengan Olba, aku tidak akan melepaskanmu kali ini."
"Meskipun masih mungkin bagimu menjadi satu-satunya orang yang tidak bekerja dan memberikan beban kepada orang di sana, tetap saja itu akan agak memalukan. Namun, kalau kau punya keberanian untuk meminta makanan kepada orang asing meskipun kau tidak bekerja, itu sudah beda urusan lagi."
"Mama, Suzu nee-chan, jangan bully Lucifer, okay?"
Meski Alas Ramus hanya tahu kalau kedua orang itu sedang mengomeli Urushihara, dia masih saja melindungi Urushihara dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Akan tetapi, hal ini malah hanya akan menyakiti kebanggaan Urushihara lebih jauh lagi.
"Haaah, ini kan masalah Kastil Raja Iblis, aku tidak punya alasan untuk mengkhawatirkan kalian semua."
"Benar. Dia hanyalah Iblis level rendah yang jatuh dari langit. Perasaan malu dan sikap kerja kerasnya pasti ikut jatuh bersamaan dengan statusnya sebagai malaikat."
"Ka-kalian dasar manusia!! Aku akan menangis! Jika kalian meneruskannya, aku benar-benar akan menangis ini! Pada dasarnya, bukankah Bell juga tidak bekerja? Jangan bertingkah sok begitu!"
Urushihara berteriak dengan keras dengan suara yang terdengar seolah-olah dia sudah menangis.
"Meskipun Bell tidak bekerja di Jepang saat ini, tapi dia adalah seorang penyelidik di Ente Isla, dan dia bertindak dengan pikiran agar bisa mencapai tujuannya. Dan lagi, entah itu bersih-bersih, mencuci, maupun memasak, dia melakukan semua itu sendirian. Meskipun dia tidak punya pekerjaan seperti dirimu, perbedaan dirimu dan Bell itu sudah seperti langit dan bumi."
"Sialan...!! Sial!! Kalian benar-benar meremehkanku."
"Lucifer, anak laki-laki tidak boleh menangis, okay. Sakit, sakit, pergilah, pergilah, husshh!"
"Aku senang, tapi juga tidak senang sama sekali."
Meskipun tampaknya hanya Alas Ramus yang berada di pihaknya, dia masih saja menolak uluran tangan yang diberikan padanya dengan mata berkaca-kaca, hal itu menyebabkan Emi dan Suzuno memutar bola matanya sendiri.
"Lupakan itu, baiklah, aku mengerti!! Kalau aku serius, bahkan Maou pun tak akan mampu menandingiku dalam hal pekerjaan! Aku pasti akan membuat kalian menarik kata-kata kalian lagi!!"
Urushihara berteriak dengan suara parau dan menutup pintu kamar nomor 201 tanpa menunggu jawaban dari mereka. Emi dan Suzuno menyaksikan hal tersebut, dan kemudian saling pandang satu sama lain, merasa sedikit lega.
"Sepertinya itu berjalan lancar.."
"Seharusnya ini akan baik-baik saja... Mungkin."
"Mama, Suzu nee-chan, jangan memarahi Lucifer terus, okay?"
Dengan niat yang terlukis di wajahnya, Emi menenangkan Alas Ramus yang sedang protes sambil melihat pintu Kastil Raja Iblis yang tertutup rapat
"Jika mereka menjadi gelandangan karena mereka tidak punya pekerjaan dan menyerah, itu pasti akan sangat merepotkan. Kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Raja Iblis dan Alsiel. Karena Lucifer benar-benar punya mulut yang kotor, itulah hal utama yang paling mengkhawatirkan."
Alasan tingkah laku Emi yang aneh saat membantu memecahkan masalah Maou yang tidak punya pekerjaan adalah karena hal ini.
Emi khawatir jika Urushihara yang tidak punya pengendalian diri, kemudian kehilangan stabilitas kehidupannya yang sekarang, tak ada seorangpun yang bisa menebak apa yang akan dilakukannya. Sekarang karena ketiga iblis itu telah menemukan pekerjaan yang stabil sekaligus tempat untuk tinggal, akhirnya dia bisa sedikit tenang.
"Bagaimanapun, kota yang disebut Chosi ini seharusnya sangat jauh dari Sasazuka."
Sederhananya itu memang berada di Chiba, tapi luas Chiba masih sangat besar, dan Emi tidak yakin di mana tepatnya Kimigahama itu berada. Bagaimanapun, hanya kali ini saja, Emi tidak perlu khawatir dengan pergerakan Maou dan yang lainnya.
"Bell, apa kau pernah bertemu pemilik kontrakan sebelumnya?"
"Hm, kami hanya berkomunikasi melalui surat..."
Emi ingat ketika dia pertama kali bertemu si pemilik kontrakan, Shiba Miki pemilik dari Villa Rosa Sasazuka.
"Aku tidak punya kata yang tepat untuk mengungkapkannya..... Hm, tapi selama hal ini berhubungan dengan pemilik kontrakan itu, kupikir bahkan jika orang-orang itu ingin melakukan sesuatu yang buruk, mereka tidak akan mampu mencapai tujuan itu. Tentu saja, aku tidak hanya akan melihat dari 'pinggir lapangan', tapi meskipun aku tidak mengikuti mereka, sepertinya tidak akan ada masalah."
"Apa maksudnya itu?"
Hari di mana Urushihara dan Olba menjadikan Chiho sebagai sandera dan menantang mereka. Meskipun itu baru lewat beberapa bulan saja, tapi rasanya hal itu sudah terjadi sangat lama.
"Sebagai manusia dari Ente Isla, kita itu sangat berbeda dengan dunia ini, atau bisa disebut kita punya kekuatan dan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan yang mana hal itu tidak dimiliki manusia bumi. Akan tetapi..."
..... Tidak seharusnya kau menjadi orang paling tahu tentang betapa hebatnya kekuatan kepercayaan dan iman.
"Bumi pasti memiliki banyak kekuatan yang tidak kita ketahui."
Suzuno yang tidak mengerti apa yang Emi katakan, memiringkan kepalanya.
"Begini, kita masih ada masalah mengenai Chiho."
"Chiho-dono?"
"Apakah anak itu menginginkannya atau tidak, tapi dia sudah terlibat dengan kita terlalu jauh. Meskipun kita ingin mengejar Raja Iblis dan yang lainnya, kita masih harus memastikan keselamatan Chiho sebelum meninggalkan Sasazuka."
Penduduk Ente Isla dan Surga pasti sudah menetapkan kalau Chiho adalah salah satu orang yang terlibat dalam pertarungan Raja Iblis dan Sang Pahlawan. Saat ini, bahkan jika mereka menghapus ingatan Chiho, itu tidak akan merubah fakta kalau Chiho adalah orang yang penting bagi Emi dan Maou.
Jika Chiho ditangkap oleh Sariel dan Gabriel sebagai sandera, itu pasti sudah terlambat.
Emi menyilangkan tangannya di depan dada, memikirkan hal ini dalam-dalam.
"Cara terbaiknya hanyalah meminta izin kepada ibu Chiho dan mambawanya bersama kita... Tapi sepertinya akan sulit melakukan hal itu... Pasti akan lebih mudah jika saja orang tuanya pergi keluar negeri."
"Kau harus menghadapi kenyataan."
Seorang gadis SMA harus bertindak sesuai dengan keadaan orang tuanya. Ini benar-benar hal yang merepotkan.
XxxxX
Keesokan harinya setelah Maou setuju untuk menerima pekerjaan serta akomodasi dari keponakan si pemilik kontrakan, Ooguro Amane.
Maou dan yang lainnya sedang sibuk bersiap-siap untuk dua minggu ke depan.
Setelah Raja Iblis dan Jenderal Iblisnya dengan sepenuh hati memohon-mohon kepada penyelidik di sebelah rumah mereka, akhirnya penyelidik tersebut menyetujui mereka untuk menyimpan kulkas, mesin cuci dan peralatan lainnya di tempat penyimpanan yang sama dengan miliknya.
"Aku benar-benar ingin memfoto hal ini dan menganggap pihak Gereja telah mengalahkan Raja Iblis."
Cara mereka berdua berlutut benar-benar terlihat sempurna yang bahkan membuat Suzuno terkejut.
Setelah memastikan semua furnitur serta alat-alat listrik mereka sudah aman, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pekerjaan mereka yang akan dimulai besok.
"Tidak peduli berapa banyak keberuntungan yang kita dapatkan sejauh ini, jika kita mengabaikan persiapan kita, kita mungkin bisa kehilangan keberuntungan itu."
Orang yang menganggap hal ini begitu serius tentu saja adalah suami rumah tangga dari Kastil Raja Iblis, Ashiya.
Meskipun Oogura Amane bilang kalau satu-satunya hal yang diperlukan hanyalah sandal pantai, tapi kenyataannya, tidak mungkin mereka pergi ke sana hanya dengan sepasang sandal pantai. Karena mereka akan tinggal di sana selama dua minggu, sudah sewajarnya mereka harus mempersiapkan baju ganti yang cukup.
"Kaos, pakaian dalam, dan kaos kaki, ini seharusnya sudah cukup untuk 4 hari. Jika kita menambah frekuensi mencucinya, seharusnya ini sudah cukup untuk dipakai selama dua minggu."
"Toko di sana sepertinya tidak punya seragam, jadi kita harus menganggap kalau kita akan menggunakan T-shirt selama bekerja."
"Jika benar begitu, apa kita harus membawa T-shirt yang digunakan khusus untuk bekerja... Untuk celananya, sepertinya akan lebih baik kalau kita membawa celana pendek."
"Huuft, meskipun kupikir memakai jeans dan kemudian melipatnya saja sudah cukup.... Tapi, umm bagaimana aku mengatakannya ya, biasanya aku memakai seragam yang sama ketika istirahat maupun bekerja, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya bekerja menggunakan pakaian yang sangat santai seperti ini."
"Kau benar. Bahkan pasukan iblis yang berada di timur, barat, selatan, dan utara memakai lencana yang sama."
"Bagaimana kalau begini, kenapa kita tidak pergi ke UNIxLO dan membeli beberapa T-shirt yang sama?"
"Membeli seragam dengan uang kita sendiri? Ini mengingatkanku dengan kontrak kerja jangka pendek yang kita lakukan ketika kita pertama kali tiba di Jepang."
"Ah, kau membicarakan tentang baju-baju yang harus kita beli dengan uang kita sendiri yang mana ada logo perusahaan tercetak di atasnya itu ya? Tapi bukankah baju-baju itu berlengan panjang?"
"Iya, cuacanya sangat panas, aku benar-benar tidak ingin orang lain memakai baju semacam itu."
Maou dan Ashiya sedang melipat baju-baju mereka sambil berbicara tentang barang-barang bawaan mereka, sementara Urushihara yang melihat hal ini, terlihat sama sekali tidak bisa ikut serta dalam pembicaraan mereka.
Seolah-olah ada semacam angin aneh yang berhembus, Urushihara nampak termotivasi dan memutuskan untuk membantu Maou dan Ashiya.
Akan tetapi ketika dia mencuci piring, masih terlihat ada noda minyak yang tertinggal; ketika dia melipat baju, baju-baju tersebut pasti akan berbentuk seperti jajaran genjang; ketika dia menggantung handuk, handuk tersebut secara tidak sengaja pasti akan jatuh ke halaman; Urushihara tidak hanya tidak berguna, tapi justru malah dia menyebabkan lebih banyak masalah, oleh karena itulah, dia disuruh merenung di pojok ruangan sebagai bentuk hukumannya.
"Apaan, bukankah semua orang sudah seperti ini pada awalnya?"
Urushihara yang jarang sekali termotivasi, tiba-tiba mengeluh.
Maou dan Ashiya adalah pemimpin dari pasukan ini, yang juga berarti mereka berada di posisi yang sama untuk memerintah yang lainnya.
Di dalam hati mereka, mereka selalu punya jiwa "jika aku tidak menunjukan hal ini pada yang lain, katakan pada yang lain, dan biarkan yang lainnya berusaha serta puji yang lain, lalu aku tidak akan mengizinkan yang lain untuk bertindak" Kali ini pihak yang lain tersebut bukan hanya si malaikat jatuh, tapi juga merupakan komandan dari pasukan Iblis di Benua Barat, Jenderal Iblis Lucifer.
Dari awal, mereka berdua sudah mencurigai hal ini, dikarenakan Urushihara tidak melakukan tugas mengkomandoi pasukan iblis di Benua Barat dengan baik, hal itu menyebabkan sang Pahlawan Emilia bisa bangkit dari situ.
Apakah ada hubungannya antara tidak bisa mencuci piring dengan bersih, dengan menghentikan Sang Pahlawan atau tidak, ketika Maou membayangkan jika dia berada di Jepang bersama dengan Lucifer yang tidak bisa melakukan apa-apa selain mengawasi rumah, dan bukan bersama Ashiya yang hebat dalam semua pekerjaan rumah, seketika membuat Maou merasa merinding.
"Ashiya.... Aku benar-benar beruntung punya pengikut seperti dirimu."
Maou mengatakannya dengan penuh perasaan sambil meletakkan tangannya di pundak Ashiya.
Ashiya menatap kosong pada tangan yang menyentuhnya karena kalimat ini, namun setelah otaknya memproses apa maksudnya, dia langsung merasa gelisah dan kemudian berlutut di hadapan Maou.
"Itu, itu, terima kasih atas pujianmu, tapi kenapa kau tiba-tiba mengatakan ini? Uh, tapi ini, ini tidak seperti aku tidak suka dipuji...."
Untuk menyembunyikan rasa malunya, Ashiya pun melihat ke sekeliling kamar dan akhirnya terfokus pada satu titik.
"Urushi-Urushihara, gunakan tumpukan majalah yang ada disana untuk membungkus piring-piring itu dan letakkan piring-piringnya ke dalam kotak, seharusnya kau mampu melakukan tugas sederhana seperti itu kan?"
"Jangan meremehkanku!!"
Ashiya mengomeli Urushihara dengan keras untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara Urushihara yang terseret-seret dalam masalah ini pun menjadi marah, namun seperti biasa dia tidak sanggup untuk membantahnya. Dengan ekspresi kesal di wajahnya, Urushihara mendekat ke arah kertas majalah dan karton tersebut, kemudian menggunakan pamflet-pamflet lama serta kertas majalah itu untuk membungkus alat-alat makan yang mudah pecah.
"Uh, aku hanya tidak ingin memanjakan Urushihara, tapi apakah ini benar tidak apa-apa?"
"Apa kau bicara mengenai fakta kalau aku ini seorang kriminal? Hm... Pada waktu itu, aku tidak terlalu memperhatikan apakah ada kamera pengawas atau tidak."
Untuk Urushihara yang mengatakan sesuatu seperti itu selayaknya seorang penjahat di Jepang tanpa sedikitpun rasa penyesalan, bisa dipastikan kalau dia adalah seorang iblis.
"Wujud iblismu dan penampilanmu itu tidak terlalu berbeda. Kau seharusnya berfikir dulu sebelum bertindak."
"Itu karena aku tidak pernah berpikir kalau semuanya akan jadi seperti ini."
Ketika Urushihara memalingkan pandangannya dengan kesal, Maou yang sedang melipat pakaian, kini bergelut dengan hiasan berlebihan pada jubah yang dia pakai ketika dia menjadi Raja Iblis....
"Ah Maou-sama, karena jubahmu tebal dan mudah menyerap kelembaban, jubahmu bisa dengan mudah dimakan oleh serangga, jadi jangan lupa untuk menaruh pengusir serangga ke dalam kardus."
Ashiya tiba-tiba mengatakan kalimat itu.
"Dua tahun lalu... Aku tidak pernah mengira kalau aku akan menaruh pengusir serangga pada mantelku sendiri."
Maou memberikan tatapan tidak senang pada Urushihara yang kini sedang tertawa sendiri, kemudian dia mengikuti perintah Ashiya dan meletakkan beberapa pengusir serangga ke dalam kardus.
"Oh iya, apa si Olba itu benar-benar ditangkap oleh polisi?"
Dari apa yang Maou ketahui, ketika dia menyelesaikan keributan yang disebabkan oleh rencana Urushihara dan Olba, segera setelahnya Olba pun dibawa oleh polisi.
"Dia melanggar hukum tentang kepemilikan senjata api dan pedang, jadi sepertinya dia memang ditahan."
"Begitukah?"
"Yeah, meskipun itu sudah lama berlalu, tapi kalau tidak salah, kasus itu pernah diberitakan di berita online. Sepertinya kasus tersebut tidak cukup serius untuk dijadikan bahan berita di TV ataupun koran."
"Hey, hey, hey, bukankah itu buruk?"
"Tidak, kupikir itu tidak akan jadi masalah besar."
Ashiya menyela pembicaraan antara Maou dan Urushihara.
"Aku juga pernah melihat berita itu. Sepertinya dia dianggap sebagai WNA yang masuk ke Jepang secara ilegal dan menggunakan pistol untuk tindak pengrusakan. Karena hal ini, dia dicurigai kalau dia dibantu oleh organisasi layanan khusus imigrasi ilegal atau suatu komplotan penjahat. Tentu saja, dia juga dicurigai berkaitan dengan beberapa insiden perampokan yang terjadi sebelumnya....."
"Akan tetapi, dampaknya tidak terlalu besar, dan tidak ada orang yang mati, jadi menurut pihak media, hal ini tidak ada nilai beritanya."
"Sebagai orang yang menyebabkan semua itu, kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Oh iya, Ashiya, dari mana kau tahu berita itu?"
"Dari komputer yang ada di rumah, meskipun sekarang komputer itu sudah dihitung sebagai milik Urushihara."
Ashiya melirik ke arah laptop yang sudah sepenuhnya menjadi perlatan Urushihara untuk berselancar internet.
Ngomong-ngomong, karena Urushihara bersikeras untuk membawa laptopnya, semuanya, termasuk peralatan wirelessnya akan ikut dibawa ke Chiba.
"Meskipun dia sekarang hanya orang yang tidak berguna, dia masihlah seorang kriminal. Jadi jika ada sesuatu yang terjadi, aku pasti akan menyerahkan dia ke polisi."
"Wah, kau sampai segitunya tidak mempercayaiku? Tidakkah kau terlalu berlebihan mengatakan hal itu?"
"Dari hari itu sampai sekarang, bagian mana darimu yang bisa dipercayai?"
Sebagai respon dari kata-kata dingin Ashiya, Urushihara terlihat tidak sanggup berkata-kata lagi.
"Ngomong-ngomong, sepertinya tidak ada laporan yang berhubungan dengan insiden yang disebabkan Olba setelah itu."
"Sama sekali tidak ada?"
Maou tiba-tiba menghentikan kegiatannya, memikirkan ini dalam-dalam.
"Hey, Urushihara, seharusnya Olba tidak menggunakan semua sihir sucinya kan?"
"Aku juga berpikir begitu. Tapi selama bertarung denganmu dan Emilia, dia menggunakan kekuatan penuhnya. Jadi aku tidak yakin apakah dia masih bisa membuka gerbang atau tidak. Memangnya kenapa? Apa kau khawatir kalau dia akan menyebabkan masalah di Jepang dengan menggunakan sihir sucinya yang tersisa?"
"Huuh, itu benar."
"Hmmmm.... Kupikir tidak begitu."
Urushihara mengangkat bahunya dan melanjutkan.
"Pada akhirnya, Olba itu tidak tahu situasiku sekarang, dan Emilia sekarang adalah musuhnya kan? Ingin kabur dari penjara dan kemudian balas dendam tanpa memulihkan sihir sucinya terlebih dahulu pasti mustahil kalau berkaitan dengan pertarungan menggunakan kekuatan. Paling banyak yang dia bisa lakukan hanyalah melaporkanku atau menggunakan sihir untuk kabur. Tapi bukankah Bell sedang mencoba mengungkap tindakan tidak adil pihak gereja saat ini? Kalau sudah begini, bahkan jika dia kembali ke Ente Isla, dia tidak akan bisa memanfaatkan kekuatan gereja semaunya sendiri."
"Sejujurnya, hal paling merepotkan yang bisa dia lakukan hanyalah melaporkanmu. Jika mereka tahu kalau penghuni rumahku adalah seorang kriminal, aku pasti akan benar-benar dipecat."
"Urushihara, jika Kastil Raja Iblis benar-benar diselidiki, untuk bisa melindungi pekerjaan Maou-sama, kami akan berpura-pura tidak mengenalmu dan menyerahkanmu kepada polisi."
"Lakukan sesukamu!! Tapi apa polisi pernah ke sini sebelumnya? Tidak ada apapun yang terjadi setelah waktu itu."
"Ah.... Waktu Suzuno merusak sepedaku."
Meskipun Maou saat itu benar-benar dimarahi oleh polisi karena meninggalkan Dullahan di depan stasiun Tochomae, awalnya dia berpikir kalau para polisi itu datang untuk Urushihara.
"Tenanglah. Kita hanya pergi ke Chiba selama liburan musim panas. Aku ini tidak dicari secara publik, bukankah kau terlalu berlebihan memikirkan hal ini?"
"Tidakkah kau terlalu santai menanggapi hal ini.... Bagaimanapun, akan lebih baik kalau kita menyelidiki masalah ini saat kita punya waktu."
Bagi para penghuni Kastil Raja Iblis yang ingin hidup dengan damai di Jepang, keberadaan Olba Meyers sudah seperti tulang ikan yang berada di tenggorokan seseorang, atau bawang perai yang berada di geraham, ataupun biji wijen hitam yang terjebak di antara gigi-gigi. Dia adalah faktor yang terkadang membuat orang merasa tidak nyaman.
"Oh ya, Urushihara, apa kau sudah selesai membungkus peralatan makannya?"
"Aku sudah selesai. Pada dasarnya mereka semua ini plastik. Meskipun aku tidak melakukan ini, mereka tidak mungkin pecah kan?"
Meskipun dia mempunyai keinginan untuk membantu yang lainnya, Urushihara masih saja mengatakan hal-hal yang tidak perlu, hal itu menyebabkan Ashiya kembali mengomelinya,
"Meskipun mereka adalah peralatan yang terbuat dari plastik, jika permukaanya tergores, itu bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri!!"
"Ah~ baiklah, baiklah, maafkan aku, aku paham, aku paham!!"
Urushihara menutup telinganya, menunjukan kalau dia tidak mendengar apa yang dikatakan Ashiya.
"Serius ini.... Oh ya, Maou-sama, apa kau sudah menghubungi manajer Kisaki?"
"Belum, aku akan ke sana nanti, aku ingin memberitahunya secara langsung. Meskipun akan ada banyak pegawai bangunan yang ada di sana hari ini, dia bilang kalau dia akan berada di restoran sampai sore."
"Kalau begitu, akan kebih baik kalau kau pergi lebih awal. Karena packingnya sudah hampir selesai, maka yang tersisa hanyalah membeli barang-barang keperluan kita."
"Bagaimana kalau aku membelinya setelah selesai mengunjungi restoran?"
"Karena kita butuh wadah untuk barang-barang kita, akan lebih baik kalau aku yang pergi, karena akulah yang paling tahu mengenai jumlah total barang-barang yang kita punyai. Jika tidak ada permintaan khusus, maka aku akan sekalian membeli sandal pantainya. Bagaimanapun, aku juga ingin bertemu beberapa orang..."
Sampai hari ini, Maou tidak pernah mendengar Ashiya berbicara mengenai orang-orang yang dikenalnya ataupun di mana dia bekerja. Meskipun dia punya beberapa pertanyaan, tapi ketika dia memikirkan hal itu matang-matang, Maou merasa kalau dia tidak perlu tahu semuanya mengenai Ashiya.
Bahkan jika dia tidak mendengarnya langsung dari Ashiya, Maou tahu kalau kadang-kadang dia menerima beberapa kontrak kerja jangka pendek, menggunakan gajinya untuk menambah penghasilan Kastil Raja Iblis, sekaligus membiayai penelitian mengenai kemungkinan adanya sihir di Jepang, yang mana terus Maou lupakan akhir-akhir ini.
Berhadapan dengan saran dari seorang bawahan yang setia seperti Ashiya, Maou, pasti akan dengan mudah menyetujuinya. Sekarang ini, bahkan jika Ashiya tahu ukuran sepatu milik semuanya, dia sama sekali tidak akan merasa terkejut.
"Kalau begitu, baiklah, aku akan menyerahkannya padamu."
"Dimengerti, aku harap pembicaraanmu dengan manajer Kisaki berjalan dengan lancar. Demi masa depan kita....."
"Dan demi makanan besok sampai seterusnya.."
Sambil berbicara, Maou dan Ashiya pergi meninggalkan rumah dan menuju Sasazuka untuk menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Urushihara menyaksikan mereka berdua pergi dan sebuah pemikiran yang sama sekali tidak cocok dengan kepribadiannya muncul di dalam kepalanya.
"Orang-orang itu, apakah mereka benar-benar berencana untuk menaklukan dunia? Tidakkah mereka sudah mengacaukan tujuan serta cara-cara mereka akhir-akhir ini?"
Ini adalah pertanyaan yang juga dipikirkan oleh Emi, Chiho, dan Suzuno sebelumnya. Tapi meski Urushihara memikirkan hal ini sekarang, dia masih tidak tahu apa tujuan Maou yang sebenarnya.
XxxxX
Tangga dan terpal yang digunakan untuk menghalangi debu telah dipasang pada bagian luar bangunan yang terletak di depan stasiun Hatagaya. Ketika Maou sampai pada bagian depan restoran, dia mendengar seseorang memanggilnya.
"Maou-san! Apakah tubuhmu sudah baikan?"
Chiho hanya datang untuk menyerahkan daftar jam kerja setelah renovasi, di bulan Agustus paruh kedua nanti, namun dia masih saja khawatir dengan kondisi kesehatan Maou, yang kemarin malam pingsan di rumahnya.
"Ah, terima kasih banyak untuk yang kemarin, hmm, meski itu tidak seberapa, tapi tak apalah... yeah."
Maou mengingat kembali adegan 'Belly Dance' dari si pemilik kontrakan kemarin malam, dan seketika itu juga dia menjadi sedikit pusing.
Chiho yang terlihat murung, menatap ke arah Maou dengan cemas dan memilih untuk tetap diam. Lagipula, tidak peduli bagaimana khawatirnya dia, mulai besok sampai seterusnya Maou akan pergi menuju tempat kerja yang mana dia tidak bisa ikut dengannya.
"Chi-Chi-chan, ada apa?"
Perasaan tajam Maou merasakan sebuah atmosfer yang aneh, namun Chiho hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Dengan atmosfer yang aneh ini, mereka berdua memutuskan untuk masuk ke dalam restoran dan menyapa Kisaki agar bisa memecah kecanggungan yang tercipta di antara mereka berdua.
"Begitu ya, kau menemukan tempat yang bagus untuk bekerja."
Maou menjelaskan bahwa dengan rekomendasi pemilik kontrakan, dia akan pergi bekerja di sebuah rumah pantai yang terletak di Chiba selama masa renovasi. Mendengar hal itu Kisaki pun mengangguk mengerti.
"Jadi, kau masih akan kembali kan?"
"Eh?"
Berhadapan dengan pertanyaan tiba-tiba Kisaki, Maou memberikan ekspresi yang menunjukan kalau dia tidak mengerti apa maksud Kisaki.
"Kau tidak mungkin berencana untuk pulang-pergi dari Sasazuka ke Choshi setiap hari kan? Jadi, jika orang di sana tidak menyediakan akomodasi, maka dipastikan kau akan pindah ke sana, benar kan?"
Kisaki mengalihkan pandangannya pada daftar jam kerja yang diserahkan oleh Chiho dan menanyakan hal ini sambil dengan sengaja tidak melihat ekspresi Maou.
"Aku tidak berencana untuk mengikatmu terus. Tapi bagiku, membimbing seseorang hingga sampai titik di mana dia menjadi tangan kananku adalah hal yang sangat jarang. Akan sangat disayangkan kalau membiarkanmu pergi begitu saja.
Kisaki mengatakannya dengan nada datar. Tapi Kisaki tidak akan menceritakan lelucon yang tidak lucu dan tidak akan juga mengatakan kebohongan. Jadi ketika dia mengatakan pendapatnya tentang Maou, itu pasti pemikiran Kisaki yang sebenarnya.
"Aku hanya akan tinggal di sana untuk sementara. Aku pasti akan kembali!"
Karena dorongan yang dia dapatkan dari pendapat Kisaki, suara Maou menjadi terdengar begitu tegas.
Kalimat tersebut terdengar penuh kepastian, membuat Chiho merasa sedikit tenang.
Kisaki yang akhirnya tersenyum, menatap ke arah Maou dengan penuh kepuasan.
"Bagus sekali, aku selalu ingat apa yang kau katakan saat interviewmu, bahwa kau ingin menjadi pekerja penuh yang terkemuka. Dan dari cara kerjamu, aku tahu kau benar-benar serius ketika mengatakannya."
"Meski begitu, pekerjaanku benar-benar buruk di berbagai aspek kali ini...."
"Hal ini tidak masuk hitungan, daripada itu, sejak awal kau sudah kuanggap terlalu mampu, jadi kau akan terlihat lebih menarik kalau kau terkadang gagal seperti orang normal lainnya. Ketika kau masih mampu pulih dari kegagalanmu, kau seharusnya mengambil kesempatan itu untuk mengalami hal ini beberapa kali lagi. Kau bisa menggunakan pengalaman ini di masa yang akan datang."
Maou mempunyai perasaan yang campur aduk ketika dia mendengar 'seperti orang normal lainnya', Kisaki yang tidak tahu apa-apa tersenyum kecil dan mengatakan..
"Sebagai hukuman untukmu karena lupa mengkonfirmasi berbagai masalah yang penting dan menyebabkan situasi yang bisa menghambat karirmu, setelah pembukaan nanti, aku ingin kau bekerja dua kali lebih keras daripada sebelumnya, okay?"
Setelah mengatakan hal ini, Kisaki menepuk pundak Maou, yang hampir membuatnya tidak sanggup menahan air matanya.
"Untuk Chi-chan, meskipun kau tidak punya jadwal kerja untuk sekarang ini, jangan terlalu memaksakan dirimu setelah ini. Aku tahu kau ingin bekerja bersama Maa-kun, tapi kau ini masih muda, jadikan liburan musim panas ini untuk mempelajari hal lain selain bekerja."
"Ki-Kisaki-san!!"
Dalam sebuah kesempatan yang langka, Kisaki mengatakan sesuatu yang begitu memalukan. Bagi Chiho, yang belum menyerah untuk bisa selalu bersama dengan Maou, nampak seperti dirinya telah terlihat sepenuhnya.
Maou, yang merasa kurang nyaman karena hal ini pun mengalihkan pandangannya.
Kisaki menatap kedua muda-mudi ini dengan sebuah senyum, dan kemudian mengganti topik pembicaraannya.
"Oh iya, karena Chi-chan tidak menerima permintaan untuk dikirim ke restoran cabang manapun, jangan katakan kau berencana untuk pergi ke Choshi juga? Kau seharusnya sudah tahu kalau Maa-kun akan pergi ke Choshi kan?"
Chiho begitu terkejut mendengar pertanyaaan ini.
"Eh, ah, i-itu, aku..."
Setelah memberikan reaksi yang begitu jujur itu, Chiho pun menjawab setelah melirik ke arah Maou sebentar.
"Tanpa ada hubungannya dengan Maou-san, aku sudah ingin pergi ke sana sejak dulu..."
"Oh?"
"Kisaki-san, Maou-san, apakah kalian pernah mendengar tentang jalur kereta listrik Choshi?"
Bagi Maou, dia masih mengingat dengan jelas istilah-istilah yang dia dengar melalui telepon kemarin malam. Sementara Kisaki, dia terlihat memikirkannya sebentar dan menemukan jawaban di dalam ingatannya.
"Jalur kereta listrik Choshi..... Bukankah itu jalur kereta lokal yang pembiayaannya menjadi sangat sulit dan kemudian para karyawannya mulai menjual makanan khas sana, agar bisa melanjutkan pengoperasiannya?"
"Benar itu dia. Beritanya menyebutkan bahwa para murid SMA di sana juga berpartisipasi dalam pembuatan barang-barang khas daerah sana, anak-anak yang seusiaku benar-benar membantu perusahaan jalur kereta dan kawasan tempat mereka tinggal, itu benar-benar mengejutkanku, jadi aku ingin melihat tempat macam apa itu."
Kata-kata yang Chiho katakan dengan penuh perasaan itu membuat Kisaki dan Maou saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana aku mengatakannya ya, Chi-chan, kau memang benar-benar anak yang serius."
Kisaki menghela nafas dengan sebuah senyum kecut.
"Eh?"
"Bukan apa-apa. Mempunyai rasa ingin tahu yang lebih itu adalah hal yang bagus. Huuft, tapi jika kau ingin pergi, kau harus mendapatkan izin dari orang tuamu dulu. Lagipula tempat itu sangat jauh sekali."
Bagi Kisaki, itu hanya sebuah pengingat yang bisa dikatakan sudah sewajarnya, akan tetapi kata-kata 'mendapatkan izin orang tua' seketika membuat ekspresi Chiho yang awalnya terlihat santai menjadi begitu berat.
"Yeah, aku pasti akan meminta izin pada mereka dulu."
Chiho pun menjawabnya dengan nada yang begitu ceria setelah mengalami banyak kesulitan, akan tetapi dia masih tidak menyangka kalau Kisaki bisa menebak hal ini.
Setelah mereka selesai berbicara mengenai beberapa topik yang tidak terlalu penting, Maou dan Chiho pun pergi meninggalkan restoran....
"............"
Mereka berdua tidak sengaja bertemu dengan Sariel, sedang berada dalam pose 'mematung' sempurna, sampai-sampai mawar yang dibawanya terlihat seperti akan layu.
"Ah, itu Sariel-san....."
Ketika Chiho yang menyingkirkan perasaan jijiknya terhadap Sariel, berbicara, seketika itu juga Sariel kembali tersadar dan tiba-tiba langsung menggunakan kemampuan khusus 'Wicked Light of the Fallen' miliknya dengan kekuatan penuh dan berteriak ke arah Maou dengan begitu keras.
"Ma.......ou......kau......!!"
"Waaahh!!!"
Kaos Maou ditarik secara paksa oleh Sariel yang lebih pendek dan menyebabkan tubuhnya condong ke depan.
"Apa yang terjadi, cara licik apa yang telah kau gunakan, kenapa restoran milik dewiku ditutup? Kau dasar iblis rendahan, katakan, katakan semuanya mengenai tempat tinggal dewiku, atau aku akan membakarmu menjadi abu dengan menggunakan api dari hatiku yang hancur ini!"
Sepertinya penglihatan Sariel menjadi sempit, sesempit Maou dalam artian yang berbeda. Kisaki selalu memberikan pemberitahuan kepada para pelanggannya kalau restorannya akan kembali buka, sederhananya Sariel mengabaikan pemberitahuan itu.
"Sakit oi, sakit, duri mawar itu benar-benar sakit!"
Karangan bunga mawar mengenai wajah Maou di setiap pergerakan Sariel, menyebabkan Maou terus menerus tertusuk oleh mawar tersebut.
"Aku yang baik hati ini bahkan menolak tawaran Gabriel untuk bekerja sama, tapi kau benar-benar tidak tahu terima kasih. Dan juga, kenapa kau tidak memberitahuku kalau restorannya akan tutup? Dengan begitu kan, aku bisa mempertaruhkan seluruh aset dan keberanianku untuk mengaku pada dewiku soal apa yang akan kuberikan selama sisa hidupku..."
Kalau dipikir dengan akal sehat, sebuah bantahan seperti 'apa maksud aset itu' atau 'bagaimana keefektifan pernyataan itu' pasti akan terbersit dalam pikiran seseorang. Akan tetapi bagi Maou yang sudah kesakitan karena ditusuk-tusuk menggunakan mawar, tidak bisa berkata apa-apa. Sebaliknya, Chiho lah yang pertama kali merespon kata-kata Sariel.
"Tunggu Sariel-san!! Kau tadi bilang sesuatu mengenai bekerja sama dengan Gabriel-san kan? Apa maksudnya itu?"
"Oh?"
Ketika Chiho menyentuh tangan yang Sariel gunakan untuk mencengkram kaos Maou...
"Heh, aku tidak pernah menolak ajakan dari seorang gadis cantik. Bagaimana kalau setelah ini kita pergi menikmati menu baru dari Sentucky, Indian Chicken Wrap sambil minum teh?"
Sariel seketika melepaskan Maou, dan memegang tangan Chiho dengan pose seolah dia sedang bersiap-siap untuk menciumnya.
"Aku akan memberitahu hal ini pada Kisaki-san, kau tahu?"
Bagaimanapun, Chiho telah melalui berbagai situasi yang berbahaya, situasi yang mengancam nyawa, ataupun berbagai macam situasi yang aneh. Saat ini, dia sudah tidak selemah itu, yang akan menjadi panik hanya karena pelecehan level rendah seperti ini.
Mungkin sebagian karena dia merasa tertekan karena tidak bisa ikut bersama Maou, makanya nada bicara Chiho menjadi sangat dingin.
Ketika Sariel mendengar hal ini, dia memasang ekspresi yang terlihat seperti campuran antara harapan dan keputusasaan.
"Uh.. tolong.. tolong maafkan aku... Jadi, dewiku masih ada di dalam restoran ini?"
Sebuah pedang sama sekali tidak dibutuhkan untuk menghadapi Sariel. Dengan menggunakan kata Kisaki saja sudah cukup.
"Jika kau ingin tahu jawabannya, maka jawab dulu pertanyaanku. Kau bilang kau menolak kerja sama dengan Gabriel-san, apa maksudnya itu?"
"Ugh, uh, itu, itu...."
Dalam sekejap, Sariel kehilangan kata-katanya. Sangat jelas sekali kalau dia menyesali fakta bahwa dia telah keceplosan tadi.
Selain itu, Maou merasa sedikit kagum terhadap Chiho, yang kini tangannya masih dipegang oleh Sariel.
"Chi-chan, kau telah bertambah kuat...."
Maou telah banyak mengubah kehidupan orang lain dalam berbagai aspek. Merasakan berbagai perasaan itu, Maou menanamkan insiden ini jauh ke dalam ingatannya.
"Selama kau berniat menjelaskan ini dengan jujur, aku pasti akan memberitahumu tentang apa yang terjadi pada restoran ini. Jika tidak, aku akan memanggil Kisaki-san dan bilang padanya kalau 'Sariel-san sepertinya ingin melakukan pelecehan seksual kepadaku'."
"Sebelumnya, Gabriel datang ke restoranku. Dia mau aku membantunya untuk mendapatkan kembali Pedang Suci Emilia dan juga fragmen Yesod. Dia juga menceritakan padaku banyak hal."
Mendengar apa yang Chiho katakan, Sariel langsung menjelaskan semuanya dengan jujur, menjawab pertanyaan Chiho dengan lancar.
Tindakan Sariel ini hanya tepat jika disebut tergesa-gesa.
"Apa tidak apa-apa kalau kau menjadi seperti ini?"
Setelah melihat perubahan kehidupan seorang malaikat secara langsung, Maou merasa kalau itu benar-benar sudah tidak penting lagi hanya dalam 2 detik.
Ketika mereka berdua berbicara, Sariel terus saja memegang tangan Chiho. Dari tingkah Sariel yang seperti tidak peduli dengan tatapan mencurigakan dari orang-orang yang melewatinya, mungkin dia merasa kalau dia sudah ditakdirkan untuk menjalani jalan kehidupan seperti itu.
"Alasan kenapa aku ingin mendapatkan Pedang Suci Emilia, pada awalnya hanyalah untuk menutupi kesalahan Gabriel saja. Hanya itu saja pada awalnya, dan tidak ada seorangpun yang memberitahuku kalau 'Yesod' telah dipecah menjadi banyak fragmen dan salah satu dari fragmen itu diasumsikan mempunyai wujud seorang anak kecil. Sejujurnya pikiranku saat ini hanya berisi berbagai urusan menyangkut dewiku, jadi aku sama sekali tidak memikirkan tentang pedang suci itu. Ngomong-ngomong, setelah hari itu, Gabriel tidak pernah lagi datang ke restoran."
Meski kata 'dewi' dengan mudah dapat membingungkan orang lain, tapi sederhananya, maksud Sariel adalah dia sepenuhnya memfokuskan seluruh pikiran dan jiwanya pada Kisaki, dan sama sekali tidak peduli dengan misi dari Surga. Malaikat agung-san, apa itu benar tidak apa-apa?
Sejujurnya, hal itu memang sangat cocok dengan cara kerja Sariel, tapi Maou masih merasakan ada sesuatu yang aneh dari perkataannya.
"Tunggu, tadi kau bilang 'telah dipecah menjadi banyak fragmen'. Itu artinya kau sudah tahu kalau 'Yesod' telah dipecah oleh seseorang?"
".... Woah!!"
Sariel mengerang. Sepertinya dia telah keceplosan lagi. Perlahan dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Chiho.
"Kau tahu mengenai hal itu kan??"
".... Iya aku tahu."
Chiho sama sekali tidak memberikan kesempatan pada Sariel untuk kabur. Sariel dengan lemah menundukan kepalanya lagi.
"Karena di antara banyak fragmen itu, salah satunya berada di tangan Emilia, jadi aku diberi misi untuk merebut Pedang Sucinya."
Pada awalnya, ketika Sariel bertemu dengan Alas Ramus secara langsung, dia sama sekali tidak menyadari kalau Alas Ramus adalah salah satu dari fragmen 'Yesod'.
Bahkan jika disimpulkan bahwa 'Armor Pembasmi Kejahatan' milik Emilia yang telah berevolusi dengan Alas Ramus juga berkaitan dengan fragmen 'Yesod', maka jelas bisa dikatakan kalau bahkan pihak Surga pun saat ini tidak bisa mengerti dengan akurat perubahan apa saja yang terjadi pada fragmen 'Yesod'.
"Dalam tugas merebut Pedang Suci Emilia, Gabriel pun nampaknya juga gagal. Itulah kenapa dia datang mencariku, yang sebelumnya pernah melaksanakan tugas serupa, berharap kalau dia dan aku bisa bekerja sama untuk merebut kembali fragmen 'Yesod'. Tapi aku menolaknya karena aku sedang sibuk. Hanya dari fakta kalau kekuatan musuhmu tidak bertambah, kau seharusnya berterimakasih padaku."
Diminta untuk berterimakasih terhadap sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuan satu orang pun, pasti akan sangat mengganggu.
Bagaimanapun juga, karena Gabriel sama sekali tidak mundur, itu berarti dia masih belum menyerah untuk mendapatkan Alas Ramus.
Maou dan yang lainnya secara berturut-turut diburu oleh dua malaikat agung, jadi bisa dikatakan kalau Surga kekurangan personel yang bisa menghadapi serangan.
Tidak tahu kapan dan bagaimana pihak musuh akan bertindak, bagi Maou dan yang lainnya yang hanya bisa bertahan, situasi ini agak terasa tidak nyaman.
".....?"
"Sa-sasaki Chiho, kenapa kau menatapku seperti itu? Aku ini sudah mengatakan semuanya dengan jujur."
"Ah, yeah, ini sepertinya sudah cukup...."
Seperti Maou sebelumnya, saat ini Chiho sedang menatap Sariel, seolah-olah dia tidak mengerti beberapa hal.
"Sariel-san, kenapa kau bermaksud untuk memastikan di mana salah satu fragmen itu berada...."
Ketika Chiho bermaksud untuk menanyakan hal ini....
"Ada apa ini, kalian berdua...... belum pulang?"
Karena suara yang terdengar dari belakang Maou dan Chiho, ekspresi Sariel seketika langsung terlihat bersemangat.
Akan tetapi, bagi Maou dan Chiho yang kini sedang mematung di tempat karena mereka merasakan atmosfer yang berbahaya dari suara itu, menoleh ke belakang dengan wajah yang membiru.
Kisaki, yang tidak memakai seragam kerja yang biasanya, kini sedang memakai pakaian berwarna abu-abu dan membiarkan rambutnya terurai dengan tas kantor yang tergantung di pundaknya. Itulah bagaimana dia berpenampilan di hadapan semua orang.
Orang yang Kisaki lihat, bukanlah Maou ataupun Chiho. Dengan tatapan marah yang bahkan bisa membekukan raja dunia iblis, dia menatap tajam ke arah Sariel yang saat ini sedang berlutut sambil memegang tangan Chiho.
"Mitsuki Sarue... Apa yang kau lakukan terhadap pegawaiku?"
Meskipun saat ini dia sedang ditatap tajam oleh Kisaki, karena alasan yang tidak dapat dijelaskan, Sariel masih tersenyum lebar.
Ada sebuah cerita di Eropa Utara, di mana terdapat seorang pemuda yang jantung dan matanya telah ditusuk oleh cermin iblis, yang menyebabkan dia terbujuk oleh kata-kata manis seorang ratu es.
Perbedaan besar antara pemuda dari Eropa Utara ini dengan Sariel adalah apakah mereka dicintai oleh ratu es itu atau tidak.
"Tidak, bukan begitu, ini, bagaimana mengatakannya ya, ini adalah sebuah negosiasi, aku menggunakan cara ini karena aku hanya ingin tahu di mana kau berada..."
"Melihatmu ikut berkontribusi dalam pendapatan bisnisku, pada awalnya aku ingin menutup sebelah mataku ketika menyangkut hal yang berkaitan denganmu, tapi karena kau tidak punya sopan santun sehingga berani melakukan tindakan seperti ini terhadap pegawai di bawah umur, kau tidak bisa lagi disebut sebagai pelanggan. Selama kau berada dalam pengawasanku, kau sementara dilarang memasuki tempat ini."
"Ngoh?"
Malaikat Agung Sariel yang bahkan tidak bisa dilukai dengan pedang Suci Emilia, hanya karena kalimat yang diucapkan oleh seorang wanita, seketika membeku di tempat dan terasa seperti hancur berkeping-keping.
"Kalian berdua seharusnya segera pulang ke rumah. Maa-kun, bagaiamanapun juga, kau ini sedang bersama Chi-chan, bagaimana bisa kau tidak melindunginya dengan baik?"
"Ah, iya, itu, maafkan aku."
Maou memutuskan untuk terlebih dahulu meminta maaf, sementara Chiho dengan ekspresi bingungnya sedang menatap Sariel yang kali ini terlihat seolah-olah meleleh karena matahari musim panas dan mulai mengalir ke arah selokan jalan.
"Chi-chan, kita harus segera pulang."
"Ah? Yeah, itu, benar, terima kasih, terima kasih atas kerja kerasnya Kisaki-san."
Maou dan Chiho dengan cepat pergi meninggalkan McRonald dan berjalan beriringan di jalur pejalan kaki di Koshu Kaido dengan perasaan campur aduk.
"Kita, kita sepertinya telah melakukan tindakan yang merugikan Sariel-san...."
"Uh, anggap saja itu sebagai balasan untuk apa yang dia lakukan terhadap Chi-chan pada saat insiden Suzuno. Sisanya itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri. Daripada itu, Kisaki-san benar-benar luar biasa ya, bisa sabar menghadapi pria gila seperti itu."
Maou tanpa ampun menjatuhkan martabat Sariel.
"Tentang masalah sebelumnya, Maou-san..."
"Yeah, aku tahu."
Sekarang ini, mereka sudah tidak bisa lagi mendapatkan informasi dari Sariel. Bahkan tanpa Chiho katakan pun, Maou telah menyadari satu masalah,
'Sariel sangat yakin bahwa "salah satu fragmen Yesod" berada di tangan Emilia.'
Sebenarnya, setelah Emilia dan pedang sucinya tiba di Jepang, pihak Surga telah mengabaikannya lebih dari setahun. Akan tetapi, bagaimana bisa mereka menemukan pedang Suci yang mana juga menunjukan keberadaan Emilia?
"... Huuh, lagipula ini juga tidak penting. Mereka tidak mengejarku, jadi apapun yang terjadi setelahnya adalah masalah Emilia sendiri..."
Memikirkan hal itu dengan sedikit tenang, pada mulanya ini adalah masalah antara pihak Surga dan Emi, selain masalah Urushihara, pada awalnya Maou hanya orang luar dari masalah ini. Ketika dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal ini...
"Lalu, itu membuatmu tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada Alas Ramus-chan?"
Chiho, yang telah mengira reaksi Maou, menanyakan hal ini dengan mata yang agak menyipit.
"Pedang Suci Yusa-san saat ini hampir setara dengan Alas Ramus-chan, bukankah begitu?"
"Itu.. kalau mengenai hal itu... Tapi, tapi, Emi jauh lebih kuat daripada aku, yang tidak bisa bertarung dengan baik di Jepang. Meskipun jika aku tidak melakukan apapun secara khusus...."
"Bukan itu masalahnya. Karena kau papanya, bagaimana bisa kau tidak melindunginya dengan benar? Kalau hal itu terjadi, Alas Ramus-chan pasti akan menangis."
"Chi Chi-chan, kau berada di pihak siapa?"
Bagi Maou, pertanyaan ini menyiratkan banyak hal.
"Aku hanya berharap orang-orang yang aku sukai bisa menjadi akrab dan tinggal bersama selamanya."
Chiho menjawab dengan ekspresi yang terlihat agak sedih.
"... Apa? Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?"
Chiho yang sebelumnya pernah cemburu karena salah mengira kalau Emi adalah mantan kekasih Maou, menjadi sedikit dewasa akhir-akhir ini, dan dia juga terlihat sangat gelisah dengan perkembangan antara Maou, Emi, dan Alas Ramus.
"Ya, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya... Apa kau mau mendengarnya? Sepertinya ini akan menjadi topik yang agak berat."
"Ah, yeah, tentu."
"Maou-san, kau pernah bilang sebelumnya kalau kau percaya padaku dan berharap bisa mengandalkanku kan? Bagaimanapun juga..... dengan aku yang sekarang, itu saja tidaklah cukup."
"Ke-kenapa tidak?"
"Tidak seperti Yusa-san ataupun Suzuno-san, aku sama sekali tidak punya kemampuan bertarung, dan tidak seperti Ashiya-san, aku tidak bisa selalu bersamamu. Kebetulan saja aku bisa berada di samping Maou-san dan kebetulan juga aku tahu kebenaran tentang dirimu. Meskipun aku begitu khawatir apakah Urushihara-san bisa bekerja dengan baik atau tidak, tetap saja aku tidak bisa ikut pergi ke Choshi bersamamu."
Meski terdengar suara jangkrik di pepohonan di sebelah jalur pejalan kaki, suara Chiho masih bisa terdengar dengan jelas oleh Maou.
"Jadi aku merasa kalau aku harus bekerja lebih keras, belajar lebih banyak hal lagi, dan menjadi orang dewasa yang bisa membantu Maou-san. Sangat jarang ada orang yang ingin mengandalkanku, tentu saja aku berharap aku bisa memenuhi ekspetasi orang itu."
".... Oh."
"Dan bagaimanapun juga, aku belum mendapatkan jawabanmu. Dan aku berharap aku mendapatkan jawaban yang positif pada akhirnya, jadi aku harus bekerja keras untuk mencapai tujuan ini. Lagipula, suatu hari nanti...."
Chiho tiba-tiba menyilangkan tangannya, membusungkan dadanya dan dengan sebuah senyum yang terlihat tak kenal rasa takut, mengatakan hal ini dengan nada suara yang rendah.
"Aku ingin menjadi Jenderal Iblis tinggi di pasukan iblismu yang baru, dan bertarung bersama Yusa-san dan Maou-san di garis depan."
"Geh!!"
Pernyataan Chiho membuat Maou begitu terkejut.
"Topik, topik yang tadi itu, apa yang sebenarnya terjadi sampai Chi-chan ingin menjadi Jenderal?"
"Beberapa waktu lalu, Ashiya-san mencalonkanku, tapi tentu saja aku menolaknya pada waktu itu, tapi setelah memikirkannya dengan matang, akan lebih baik kalau aku mencalonkan diriku sendiri terlebih dahulu."
Chiho mengatakan hal ini dengan begitu santai, seolah-olah dia hanya mencalonkan diri sebagai ketua kelas.
"Meskipun itu terdengar seperti lelucon, jika aku ingin melampaui Yusa-san, aku harus menjadi lebih dewasa lagi dan mendapatkan senjata yang bisa kugunakan untuk melawan Yusa-san, dan sebaiknya itu adalah senjata yang berbeda. Aku akan masuk ke perguruan tinggi dan mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, melebarkan sayapku, dan menjadi wanita yang bisa Maou-san andalkan, baik itu di Jepang maupun di Ente Isla."
Semua itu terlihat seolah Chiho menjadi lebih bersemangat karena panasnya musim panas, dan sebagai reaksi dari kata-kata Chiho yang berisi begitu banyak tekad dibandingkan sebelumnya, Maou pun menjadi sangat terkejut.
"Perguruan tinggi ya.... Tapi kau tahu, kurasa sampai saat ini, Chi-chan sudah banyak membantu kami."
Maou baru saja menyelesaikan kalimatnya, dan ketika Chiho menatap Maou dengan tampang kurang puas di wajahnya...
"Meskipun 'Maou-san' begitu mengandalkanku, tapi tetap saja aku selalu dilindungi oleh 'Maou Satan'."
Kali ini, Maou benar-benar membelalakkan matanya terkejut.
"Aku berharap aku bisa menjadi manusia yang bisa 'Maou' andalkan kapan saja."
Meski Maou sendiri tidak menyadarinya, sepertinya setelah mereka berdua dinasehati oleh Kisaki, kalimat yang Maou katakan pada Chiho, beraksi seperti sebuah sihir, dan memberikan Chiho kekuatan.
"... Aku..."
Ketika Maou tidak tahu bagaimana harus menjawab seorang yang sungguh-sungguh ingin membantunya tanpa memperdulikan dirinya sendiri, dan terlihat sangat kebingungan....
"Ah, itu Ashiya-san..."
Perhatian Chiho seketika beralih ke tempat yang berbeda.
Setelah melihat lebih dekat, terlihat Ashiya yang sedang berjalan keluar dari stasiun Sasazuka. Dia membawa koper beroda yang terlihat asing bersamanya, yang sepertinya baru akan digunakan nanti, tapi meski begitu, masih sulit bagi orang lain untuk mengerti kenapa dia harus berjalan keluar dari stasiun Sasazuka sambil membawa benda ini.
Karena suara Chiho, perhatian Ashiya pun langsung tertuju ke arah mereka dan setelah mengangkat tangannya, dia berjalan menuju mereka berdua.
"Selamat datang kembali, Maou-sama. Apa Sasaki-san sedang bersamamu?"
"... Yeah."
"Iya, kami bertemu di restoran. Ngomong-ngomong, koper itu akan dibawa ke Choshi? Kau membeli koper yang sangat bagus."
Chiho mengatakan hal tersebut dan kemudian mengalihkan pandangannya pada koper beroda yang ditarik oleh Ashiya.
"Karena kebutuhan hidup selama berada di sana harus kami persiapkan sendiri, jadi aku sangat kesusahan oleh benda ini..."
Ashiya meletakkan tangannya di atas koper besar baru yang dia bawa dengan ekspresi gelisah di wajahnya... Itu adalah koper berukuran besar dengan roda di bawahnya yang mempunyai cukup ruang untuk meletakkan baju, pakaian dalam, handuk, dan berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya untuk 3 orang iblis.
"Karena kami tidak bisa meninggalkan semuanya di apartemen, kami pun harus membawa barang-barang yang penting, seperti buku tabungan dan buku tanggungan. Dan karena fasilitas keamanan di sana masih belum diketahui, akan lebih baik kalau kami membeli wadah kuat yang dilengkapi dengan kunci."
"Begitu ya. Itu sangat masuk akal sih."
"Apa kau menaiki kereta untuk membelinya?"
"Itu benar. Produk di pusat kota itu lebih lengkap dan karena kita akan menempuh perjalanan jauh besok, aku harap bisa menyimpan energi untuk hari ini. Dan setelahnya, aku masih harus menggunakan telepon umum di terminal bus."
Biasanya hanya butuh waktu kira-kira 30 menit dengan berjalan dari apartemen mereka menuju Shibuya, oleh karena itu, Ashiya selalu memilih berjalan kaki ke sana untuk menghemat biaya transport sebanyak 120 yen. Akan tetapi, berjalan sambil membawa koper besar di bawah sinar matahari musim panas itu menghabiskan banyak sekali energi.
Bagaimanapun juga, Ashiya masih harus membeli sandal pantai, baju ganti dan beberapa kebutuhan lainnya, jadi Maou tidak akan memarahinya karena biaya transport yang dia pakai.
Meskipun Maou sedikit penasaran dengan orang yang ingin dihubungi Ashiya, akan tetapi dia tidak punya hak untuk ikut campur dalam urusan pribadi bawahannya, bahkan jika dia adalah Raja Iblis.
Dengan kepribadian Ashiya, dia tidak mungkin diam-diam menyembunyikan sesuatu dari Maou, jadi meski Maou berpikir kalau percakapan via telepon ini memang perlu dilakukan, itu seharusnya tidak akan terlalu berpengaruh pada situasi kali ini.
Setelah Maou menyimpulkan hal itu, dia mengalihkan pandangannya pada koper besar yang Ashiya bawa. Meskipun labelnya masih ada, nampaknya koper ini mempunyai desain yang secara otomatis akan terbuka ketika ada pemeriksaan barang bawaan di bandara.
"Kau membeli barang yang benar-benar bagus."
"Mungkin koper ini bisa kita gunakan ketika kita pergi ke luar negeri untuk memulihkan kekuatan sihir kita nanti. Aku menganggapnya sebagai investasi untuk saat-saat itu."
"Ah, jadi ini semua demi rencana penaklukan dunia?"
Meskipun orang yang diajak bicara adalah seorang Jenderal Iblis yang menguasai satu benua, seharusnya masih sulit untuk menemukan manusia yang bisa mengatakan 'penaklukan dunia' dengan begitu gampangnya seperti Chiho.
"Itu benar. Oh iya, Sasaki-san, karena kau selalu membantu kami, kami harap kau mau menerima barang-barang khas yang akan kami beli di sana. Aku dengar Choshi adalah salah satu dari beberapa pelabuhan ikan di Jepang."
Ashiya yang menjawab pertanyaan gadis SMA ini dengan begitu ceria, membuat kata 'penaklukan dunia' yang sangat berbobot, menjadi terdengar lebih enteng daripada Helium.
"Ya.. terima kasih."
Dibandingkan terganggu dengan bobot dari kata 'penaklukan dunia', sepertinya perasaan Chiho lah yang malah menjadi lebih berat. Bagaimanapun, hal ini sudah bisa diduga, kalau Ashiya tidak mengikutsertakan Chiho sebagai salah satu orang yang akan pergi ke Choshi.
Tapi saat itu juga, Chiho tiba-tiba mengingat orang yang pasti akan mengikuti Maou ke Choshi dan kemudian menanyakan hal ini.
"Ngomong-ngomong soal penaklukan dunia, aku tiba-tiba teringat. Apakah Yusa-san dan Suzuno-san mengatakan sesuatu mengenai perjalanan ke Choshi kali ini?"
Seolah-olah memastikan bahwa beratnya kata 'penaklukan dunia' telah benar-benar menghilang, Maou dan Ashiya saling menatap satu sama lain.
"Kalau berbicara mengenai hal itu, sangat jarang bagi mereka tidak memberikan keluhan apapun kali ini. Kupikir mereka akan salah paham dengan maksud kami dan berpikir kalau kami berencana untuk kabur, dan kemudian mengatakan kalau mereka akan mengejar kami sampai ke ujung dunia ataupun hal-hal konyol lainnya."
"Emi sudah bertemu dengan si pemilik kontrakan sebelumnya, jadi dia pasti berpikir kalau orang di sana itu adalah seseorang yang mempunyai hubungan dengan pemilik kontrakan, dan alhasil itu akan membuat kami bertingkah lebih jujur. Dan juga kedua orang itu sepertinya sudah mengomeli kebiasaan buruk NEET Urushihara dan membuatnya menangis. Bagaimana aku mengatakannya ya, hmm, termasuk membantu kami untuk memastikan kalau kami punya pekerjaan, mereka benar-benar baik kali ini."
"Be-benar... Aku, aku juga berpikir kalau Yusa-san sangat baik pada Maou-san kali ini..."
Khusus untuk kasus Emi, tidak mungkin dia akan diam saja dan menyaksikan Maou pergi ke tempat yang sangat jauh. Tapi kali ini, dia memberikan kesan kalau dia sangat tenang menghadapi hal ini.
Bagaimanapun, berdasarkan informasi dari Sariel sebelumnya, semua hal ini membuat Chiho merasa sedikit kurang nyaman. Jika Emi dan Maou tidak bisa memahami situasi satu sama lain, bahkan Alas Ramus pun akan berada dalam bahaya.
Dan yang lebih memprihatinkan lagi, bahkan jika dia memberitahu Emi informasi itu, Chiho tidak bisa membayangkan kalau Emi dan Maou akan mau bekerja sama.
---Huuft, tapi jika kau ingin pergi, kau harus mendapatkan izin dari orang tuamu dulu. Lagipula itu sangat jauh sekali.---
---Selama alasanmu itu bijaksana dan masuk akal, aku tidak akan berkata apa-apa lagi.---
Suara dari kedua orang dewasa itu menggema dalam pikiran Chiho.
Chiho akhirnya membuat keputusan, dan dia pun mengeluarkan ponselnya.
Ini mungkin adalah tindakan paling egois pertama seumur hidupnya. Meskipun dia tidak berbohong pada orang tuanya, ini sebenarnya adalah tindakan tidak jujur dengan logika yang dibuat-buat.
Meskipun begitu....
Chiho ingin mengurangi kemungkinan orang-orang yang penting baginya untuk pergi.
Setelah membuat kontak mata dengan Maou dan Ashiya, dia berjalan menuju tepi jalan dan menelepon rumahnya.
"Hello, apa ini Chiho? Ada apa?"
Ketika telepon di rumahnya menampilkan nomor telepon dari pemanggilnya, ibunya dengan seketika hampir tahu kalau panggilan ini dari Chiho.
Chiho menekan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, dan menghembuskan napas dengan keras.
"... Mum.."
"Ada apa?"
"Aku ingin melihat jalur kereta listrik Choshi. Bolehkah aku pergi bersama dengan Yusa-san dan Suzuno-san?"
---End of Chapter 1--
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 Part 1
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
0 Komentar