Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehilangan Tempat Tinggal -2


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 Translate Bahasa Indonesia


Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehilangan Tempat Tinggal.

"....."

"....."

"....."

Angin kecil berhembus dari celah-celah yang terdapat di seluruh Kastil Raja Iblis, tiga Iblis duduk membentuk lingkaran mengelilingi sebuah bungkusan dan saling menatap satu sama lain dengan tatapan serius di wajah mereka.

Sebuah bungkusan yang kira-kira seukuran dengan amplop surat, disegel menggunakan pita dan tali rafia karena suatu alasan yang tidak diketahui, dengan coretan berantakan bertuliskan 'Jangan Dibuka' di atasnya.

"Apa yang kalian lakukan? Sudah buka saja!!"

Emi yang sudah tidak sabar lagi, mencaci ketiga pria yang tidak bergerak sama sekali itu.

"Melihat situasi sekarang, meskipun jika kita membukanya, situasinya tidak akan...... berubah."

"Yeah!!"

"Itu benar...."

Emi, yang sudah tidak sabar lagi, mendorong ketiga iblis yang ragu-ragu itu, dan setelah dengan kasar mengambil bungkusan itu, dia mulai membukanya.

"Waaaaaaahh!! Apa yang kau lakukan?"

"Kau berisik, berhenti menunda-nunda masalah, sudah buka saja!!"

"Ka-kau!! Kau pasti akan menyesali ini!!"

"Tidaaaak!!"

Emi mengabaikan reaksi yang berlebihan dari para penghuni kastil raja iblis itu dan membuka bungkusan tersebut....

".... Ap-apa ini? Sebuah kaset?"

Kata Emi setelah menemukan sebuah kaset video tanpa label apapun di atasnya.

"Kau, kau, itu pasti kaset terkutuk!"

Maou memegang kepalanya, dan berteriak.

"Pa-pasti ada sesuatu yang mengerikan di dalamnya."

Ashiya mendekam ke arah dinding, wajahnya membiru.

"Hanya sebuah foto saja mempunyai kekuatan penghancur seperti itu, tidak bisa dibayangkan jika itu sebuah video."

"... Apa yang kalian bicarakan??? Dan lagi ini dikirim oleh pemilik kontrakan kan? Kenapa kalian menyegelnya begitu rapat?"

"Pikirkan lagi Emi, kaset ini dikirim oleh pemilik kontrakan kan? Kau sudah pernah melihatnya sebelumnya kan?"

"Terus kenapa? Berhenti mengatakan hal-hal yang aneh dan cepat cek isinya."

Tidak lama setelah Maou berkonsultasi dengan agensi apartemen, kastil raja iblis menerima sebuah paketan yang dikirim oleh pemilik kontrakan.

Dibandingkan dengan amplop mewah yang biasanya dikirim oleh pemilik kontrakan, Maou dan yang lainnya menganggap apa yang berisi di dalamnya mungkin tidaklah terlalu penting. Ketika mereka khawatir kalau itu mungkin saja berisi produk lokal yang misterius atapun sesuatu yang serupa dengan 'foto' itu, mereka langsung bersiap siaga.

Ketika mereka diceramahi oleh Suzuno, 'bagaimana jika ada pemberitahuan yang penting di dalamnya?' mereka akhirnya memutuskan untuk membuka paketan itu.

Akan tetapi, tidak ada surat, pemberitahuan atau apapun di dalamnya, hanya sebuah kaset berwarna hitam. Para penghuni kastil raja iblis yang telah menghadapi 'insiden pemilik kontrakan dengan balutan pakaian renang' yang mana menyebabkan bencana hebat, siapa yang bisa menyalahkan mereka untuk tidak ingin memutar kaset itu karena perasaan tidak enak yang mereka miliki?

Pada dasarnya, meskipun pemilik kontrakan sudah mengirim kaset itu, tidak ada alat di kastil raja iblis yang bisa digunakan untuk memutarnya.

Pada akhirnya mereka memutuskan akan lebih bijaksana jika segera menyegel dan menyimpan kaset itu di bagian terdalam dari lemari penyimpanan yang terletak di pojok ruangan, dengan begitu kaset itu bisa tersegel dengan aman. Namun, bagi para penghuni kastil raja iblis, kaset ini mungkin bisa menjadi harapan terakhir menghadapi situasi mereka saat ini.

Tapi trauma mental yang disebabkan oleh 'foto' itu, masih memberikan bayang-bayang mengerikan di hati para iblis tersebut.

"Mau bagaimana lagi, jika sudah begitu, ayo kita buka 'foto' itu dan biarkan Pahlawan ini melihatnya sendiri."

"To-tolong jangan lakukan itu Maou-sama!! 'Foto' itu adalah sebuah larangan yang tidak bisa dibangkitkan oleh Raja Iblis! Bahkan dewa pun tidak akan mampu menyentuh segel itu."

"Diamlah!! Jika kita tidak menggunakannya sekarang, kapan lagi kita bisa menggunakannya?"

"Ah!! Ing-ingatanku tentang 'foto' itu mulai memenuhi diriku!! Dunia akan berada dalam bencana besar!!"

"Kastil Raja Iblis akan hancur!! Maou-sama!! Tolong hentikan!!"

Sebagai orang luar, Emi benar-benar mengabaikan Maou dan yang lainnya, yang menjadi begitu panik dikarenakan sebuah 'foto' dan mengalihkan pandangannya pada laptop Urushihara.

"Kita seharusnya bisa menonton isi dari kaset itu jika kita membeli pemutar kaset yang murah-murah."

Meskipun sekarang sudah zamannya DVD dan BD, masih memungkinkan untuk membeli sebuah alat yang bisa digunakan untuk memutar kaset di toko elektronik.

Tentu saja Maou, Ashiya, dan Urushihara menyadari hal ini. Akan tetapi, mereka berpikir kalau hanya untuk membuka segel berbahaya itu, mereka benar-benar tidak perlu untuk mengeluarkan uang.

"Hey, Emi, sepertinya tidak ada cara untuk menonton isi kaset itu sekarang, erhm, kami bisa memecahkan masalah kami sendiri, jadi lupakan saja tentang kaset itu."

Ketika Emi menendang Maou yang terus merundung dengan senyum terpaksa di wajahnya......

"Emilia, suara yang begitu berisik tadi sepertinya sudah menghilang, apa masalahnya sudah selesai?"

Suzuno, yang sedang menggendong Alas Ramus, berjalan dari arah apartemen sebelah untuk melihat-lihat situasinya, Emi pun membalasnya dengan sebuah gelengan kepala.

Emi menunjuk ketiga iblis yang panik itu dengan jempolnya, mengangkat bahu, dan setelah menunjukan kaset itu pada Suzuno, dia menjelaskan situasinya dengan singkat.

Setelah itu.....

"... Erhm.. kalau begitu..."

Chiho yang berdiri di sebelah Suzuno berbicara dengan hati-hati.

"Aku punya pemutar kaset di rumah... Kenapa kita tidak pergi ke rumahku untuk menontonnya?"

XxxxX

"A-Aku pulang, mum... Wah!!"

"Oh, ya ampun, selamat datang! Kau pasti Maou-san!"

Chiho baru saja membuka pintu, dan dia langsung disambut oleh suara yang begitu tajam dan ceria.

Maou pernah berbicara dengan suara ini lewat telepon sebelumnya. Dia adalah ibu Chiho, yang sepertinya berusia sekitar 40 tahunan lebih, Sasaki Riho. Dia mengenakan make up, dan berpakaian rapi hanya untuk menunggu kedatangan Maou dan yang lainnya.

"Pe-permisi. Maaf kami menganggu selarut ini."

Meskipun Maou begitu berkeringat karena merasa gugup, dia masih bisa membungkuk dengan sopan.

"Senang bertemu denganmu, aku Yusa Emi."

Emi, yang berdiri di belakang Maou, tidak berbicara terlalu banyak dan hanya memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Uh... Ini ada sedikit oleh-oleh untuk anda... Chiho-san selalu membantu kami..."

Maou yang berbicara tergagap-gagap menggunakan kalimat yang begitu sopan yang mana tidak biasa digunakannya, menyerahkan sebuah kue sebagai oleh-oleh. Ashiya lah yang ingin mereka membawa hadiah itu dan menyerahkannya kepada Riho.

"Oh, astaga, terima kasih banyak, maaf merepotkan. Baiklah, masuk sini, kalian pasti capek sekali. Ah, aku akan pergi dulu membuatkan teh, silahkan menuju ke ruang tamu... Chiho, tolong tunjukan jalannya."

Mendengar perintah ibunya, yang begitu bersemangat seolah-olah sebuah pertunjukan teater akan segera dimulai, Chiho mengangguk dengan ekpresi tegang.

"Ee, erhm, Maou-san, Yusa-san, lewat sini."

"Pe-permisi."

"Maaf mengganggu."

Antara stasiun Sasazuka dan Koshu Kaido, di sebuah pemukiman penduduk yang berlawanan arah dengan kastil Raja Iblis, terdapat sebuah bangunan yang terlihat seperti bangunan kebanyakan. Itu adalah rumah keluarga Sasaki.

Agar bisa memeriksa isi kaset itu sesegera mungkin, tidak ada pilihan lain lagi di situasi seperti sekarang ini.

Tidak peduli bagaimanapun, para penghuni Kastil Raja Iblis selalu dibantu oleh keluarga Chiho terutama ketika menyangkut makanan. Ketika mereka memutuskan akan pergi ke rumah Chiho, Ashiya langsung pergi menaiki Dullahan 2 dan akhirnya membeli sebuah kue berkelas tinggi. Bagaimanapun juga, jika mereka melakukan sesuatu yang tidak sopan pada anggota keluarga Chiho, itu pasti akan mengkhianati kepercayaan dari Chiho. Jadi, Maou tidak berusaha untuk mencegahnya.

Sementara itu, Emi mengikuti mereka agar bisa mengawasi Maou.

Logikanya, Ashiya lah yang seharusnya datang bersama dengan Maou, tapi Emi khawatir jika kedua orang itu pergi bersama, mereka bisa saja diam-diam membuang kaset itu.

Lagipula jika sekumpulan orang datang berkunjung di saat yang bersamaan pasti akan mengganggu keluarga Sasaki. Oleh karena itu, selain Maou dan Emi, orang-orang itu tetap tinggal di Villa Rosa untuk mengurus Alas Ramus dan menunggu kabar baik dari mereka berdua.

Meskipun Emi selalu memaki-maki para iblis itu dan tidak peduli dengan hidup ataupun mati mereka, karena alasan yang tidak diketahui, kali ini dia benar-benar ingin membantu Maou dan yang lainnya agar bisa mengatasi masalah ini.

"Mama... dia terlalu bersemangat."

Ketika Chiho memasuki ruang tamu, dia menurunkan kepalanya, seolah-olah kehilangan staminanya.

Ruang tamu itu sangatlah bersih sampai-sampai tidak ada sedikitpun debu yang terlihat. Tidak hanya ada sebuah taplak meja merk terbaru yang menutupi meja, bahkan ada sebuah vas yang berisi berbagai macam jenis bunga.

Mungkin karena lilin pewangi yang dibakar ataupun pengharum udara yang digunakan, tercium wangi bunga samar-samar di ruangan tersebut.

Bahkan bantal duduk yang biasanya, digantikan dengan sebuah bantal duduk yang begitu tebal yang tidak akan digunakan pada rumah-rumah pada umumnya. Hal itu menyebabkan Chiho, si penghuni asli rumah tersebut merasa canggung. Sementara bagi Maou dan Emi mereka hanya mengerti kalau mereka begitu disambut di rumah itu.

"Er, Erhm, maaf, uh, silakan duduk. Ah, Maou-san kasetnya..."

Setelah Chiho yang terdengar kelelahan, mengambil kaset itu dari Maou, dia berlutut di depan LCD TV yang berada di pojok ruang tamu.

Maou dan Emi saling menatap satu sama lain sambil duduk dengan gugup. Di sebelah mereka, di atas sebuah bantal duduk baru terdengar sebuah suara.

"Ayo,ayo, silakan, aku membuat teh merah dingin."

Sekali lagi, Riho memasuki ruangan tersebut dengan semangat yang begitu tinggi. Maou dan Emi merasa sedikit terkejut, akan tetapi Riho sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, dan dengan anggun meletakkan teh merah dingin yang memberikan sedikit aroma wangi di depan Maou dan Emi.

"Terima kasih.... Hmmmm.. baunya enak, bukankah ini bunga teh, apakah ini teh Rose Hip?"

Emi menanyakan hal tersebut setelah meminum satu tegukan, mata Riho seketika langsung berbinar-binar.

"Seperti yang kuduga dari seorang anggota masyarakat, pasti tahu sedikit mengenai hal ini!! Terima kasih banyak karena telah berteman dengan Chiho, aku sering mendengarmu dari Chiho. Tapi serius, Chiho dan suamiku sama sekali tidak peduli dengan teh merah."

"Yea, yeah..."

"Ma-mama! Tidak apa-apa kalau kau pergi sekarang!"

Setelah menyetting kaset dan TV, muka Chiho memerah, dia ingin ibunya segera pergi meninggalkan ruang tamu, akan tetapi Riho mengabaikannya.

"Sebelum mengusirku, kau sebaiknya cepat putar kaset itu! Mungkin isinya adalah sesuatu yang berhubungan dengan keluarga Maou-san."

Setelah mengatakan hal itu, Riho duduk di sisi yang berlawanan dengan Maou dan Emi. Meski Chiho sudah menjelaskan situasinya seminim mungkin kepada Riho agar bisa meminjam pemutar kaset milik keluarga Sasaki, Maou masih saja merasa khawatir kalau saja si pemilik kontrakan akan berkata sesuatu yang aneh ataupun Chiho dan Riho menjadi tidak bisa berpikir normal setelah melihat pemilik kontrakan.

"Serius ini?? Aku minta maaf Maou-san, boleh kuputar sekarang?"

"Ah, yeah, silakan."

Di titik ini, Maou tidak bisa begitu saja menyuruh Riho untuk pergi, jadi dia hanya bisa merasa was-was menyaksikan Chiho menekan tombol 'play'. Chiho dengan kikuk duduk di sebelah ibunya dan melihat ke arah monitor TV. Sebuah layar hitam terlihat sesaat sebelum video menampilkan...

Langit biru, dataran yang berwarna keemasan dan sebuah piramid berdiri di atasnya. Setelah 100 orang menyaksikan ini, ke-100 orang tersebut pasti akan menjawab kalau itu berada di Mesir.

"Ah, ah, uhuk!"

Suara pemilik kontrakan terdengar seperti sedang mengetes mikrofon. Maou tanpa sadar mengepalkan tangannya dikarenakan teror yang dia rasakan.

"Erhm, Maou-san, Ashiya-san, lama tak jumpa. Aku, Shiba akan menjelaskan sesuatu di hadapan piramida Giza di Mesir."

Pemilik kontrakan berdiri di tengah-tengah padang pasir yang terlihat begitu panas.

Dia mengenakan baju press body yang terlihat seolah-olah baju itu akan robek karena ukuran tubuh si pemilik kontrakan, sambil menunjukan kakinya, dia juga memakai topi yang terlihat tidak berguna karena tidak bisa menghalangi sinar matahari. Hanya melihat tubuh Shiba Miki saja sudah bisa membuat wajah Maou membiru dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Meskipun begitu, kekuatan penghancur kali ini kalah jauh dibandingkan dengan foto pakaian renang, dan dia masih bisa terus melihat ke arah layar, meski nyaris sudah tidak sanggup melihatnya. Sepertinya Maou telah berkembang karena mampu bertahan melihat hal ini.

Apa yang lebih mengejutkan lagi dibandingkan Maou yang begitu berkeringat karena gugup, adalah ketiga orang lainnya tidak memberikan reaksi khusus apapun, dan dengan acuh tak acuh terus menonton video yang bisa mengancam kehidupan dari si pemilik kontrakan ini.

"Aku telah dihubungi oleh mereka sewaktu aku sedang liburan. Aku tidak pernah menyangka Maou-san dan yang lainnya akan mengalami tragedi seperti itu, aku sebagai pemilik kontrakan sungguh-sungguh minta maaf."

Meski pemilik kontrakan tidak semestinya harus menanggung tanggung jawab atas lubang yang terbentuk di apartemen, tapi karena belahan dadanya yang dia perlihatkan ketika sedang membungkuk, Maou merasa kalau pemilik kontrakan harus benar-benar meminta maaf karena telah memberikan kutukan pada jiwanya.

"Untungnya Maou-san dan Ashiya-san tidak terluka. Sehubungan dengan renovasi, akulah yang akan bertanggung jawab penuh sebagai pemilik kontrakan, jadi jangan khawatir. Biaya sewa tidak akan terpengaruh selama renovasi. Dikarenakan pengerjaan renovasi membutuhkan waktu yang lumayan lama, aku khawatir semuanya harus pindah dulu untuk sementara...."

Pemilik kontrakan menjelaskan hal ini secara professional dan isinya sama dengan surat yang diterima Suzuno.

Daripada itu, lebih sulit menjelaskan kenapa pemilik kontrakan menggunakan cara yang merepotkan seperti itu hanya untuk memberi kabar pada kastil Raja Iblis. Jika dia mengirimkan surat pemberitahuan sebagaimana yang dia kirim pada Suzuno, Maou dan yang lainnya pasti bisa mengetahui hal ini jauh lebih awal.

Ketika Maou sudah mulai terbiasa dengan rekaman itu dan merasa kurang puas dari dalam hatinya....

"Selain itu, ada urusan lain lagi yang ingin aku sampaikan pada Maou-san dan Ashiya-san."

Setelah berbicara mengenai renovasi apartemen, si pemilik apartemen melanjutkan perkataannya.

"Sebenarnya aku punya keponakan."

Maou dan Emi saling pandang satu sama lain secara refleks.

Keponakan si pemilik kontrakan?? Mereka berdua tidak pernah menyangka kalau pemilik kontrakan akan memiliki orang tua, saudara, keponakan ataupun anggota keluarga normal lainnya, jadi mereka sangat terkejut ketika mendengar hal ini.

"Keponakanku ini sekarang sedang menjalankan sebuah bisnis rumah pantai di sebuah pantai di Chiba."

Berbicara mengenai pemilik kontrakan dan pantai, Maou langsung ingat 'insiden foto pakaian renang'. Ketika Maou memikirkan hal itu, Maou merasa kaset ini akhirnya menunjukan taringnya dan membuat dia ingin segera menekan tombol 'stop' di pemutar .......

"Jika tidak keberatan, bisakah kalian semua pergi ke tempatnya untuk membantu?"

Maou menghentikan langkahnya setelah mendengar kalimat ini.

"Toko itu terletak di sebelah tenggara Chiba. Melihat lokasinya dan renovasi dari apartemen, sepertinya akomodasinya telah disediakan, jadi kalian tidak perlu bolak-balik ke rumah menuju tempat kerja. Karena keluarga keponakanku punya hal lain yang harus diurus, mungkin pekerjaan ini hanya berlaku dari awal Agustus sampai setelah liburan Obon. Bagaimana menurutmu?"

Dari awal Agustus sampai setelah liburan Obon, dan bahkan akomodasi?

Sebuah pekerjaan yang tiba-tiba datang di saat seperti ini, mungkinkah ini lelucon? Apakah ini sesuatu yang akan membuat mereka jatuh setelah membuat mereka bahagia? Ataukah ini hanya sebuah perbuatan jahil?

"Sebelah tenggara Chiba... Apa itu Choshi?"

Chiho bertanya pada dirinya sendiri, seolah-olah ingin menkonfirmasi ingatannya.

"Jika ada kalian di sana, aku tidak akan khawatir jika suatu masalah terjadi. Tentu saja kalian punya pekerjaan kalian sendiri, jadi aku tidak akan memaksa. Akan tetapi, jika tidak keberatan, tolong pikirkan hal ini. Jika kau ingin mengambil pekerjaan ini, silakan hubungi nomor ini..."

Pemilik kontrakan menunjuk bagian bawah pada video itu dan selang beberapa saat sebuah subtitle yang terlihat seperti nomor telepon pun muncul. Maou menatap kosong pada subtitle di video itu untuk waktu yang lumayan lama.

"Ma..... Maou, bukankah ini hebat? Cepat hubungi nomor itu!"

Setelah Maou ditepuk dengan begitu keras dari belakang oleh seseorang, dia pun terbatuk-batuk.

"Uhuk!! Uhuk!! E-Emi apa yang kau lakukan?"

"Kaset ini sudah dikirim lumayan lama kan? Cepat hubungi nomor itu. Jika pekerjaan ini sudah diambil orang lain, kau tidak akan punya pilihan lain lagi."

"Eh, ta-tapi Yusa-san, rumah pantai itu berada di Chiba, bukankah itu berarti sangat jauh dari sini...."

Chiho yang terkejut melihat reaksi Emi, bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya sebelum dipotong oleh ibunya yang berada di sampingnya.

"Itu benar Maou-san!! Bukankah itu hebat? Dengan begini, kau bisa memecahkan masalah akomodasi serta pekerjaanmu sekaligus. Tidak masalah jika kau menelepon dari sini, cepat hubungi nomor itu!"

Sebagai orang yang lebih dewasa, sudah dapat diperkirakan kalau Riho akan bereaksi seperti itu. Di sisi lain, Emi yang merasa bahagia karena situasi Maou menjadi lebih baik, adalah hal yang benar-benar aneh.

Meski Maou masih merasa gelisah dengan perkembangan situasi sekaligus sikap Emi, dia tetap mengetikkan nomor yang ada di layar ke HP nya, dan kemudian mengangkat tangannya meminta semua orang untuk sedikit tenang.

Karena bagaimanapun Maou masih menelepon di rumah orang lain, Maou pun meminta izin pada Riho dengan tatapan matanya, dan kemudian menekan tombol 'call' setelah menarik nafas panjang.

Maou sama sekali tidak merasa optimis mengenai situasi ini selayaknya Riho dan Emi. Lagipula, langsung mendapat pekerjaan di situasi seperti ini terasa terlalu kebetulan.

Pada dasarnya, ini adalah bisnis rumah pantai yang dijalankan oleh kerabat si 'pemilik kontrakan'. Maou tidak tahu iblis macam apa yang bersemayam di tempat itu dan tidak tahu takdir macam apa yang menunggunya. Jika dia bekerja di McRonald meskipun jaraknya jauh, itu mungkin masih lebih baik karena tidak akan menyebabkan kondisi mentalnya menjadi stress.

Chiho yang menatap Maou dengan cemas, terlihat berpikir kalau tingkah Emi kali ini terlalu aneh dan sesekali melirik ke arahnya untuk mengeceknya.

Maou sedang menunggu teleponnya diangkat, wajahnya penuh dengan kegugupan. Setelah beberapa dering yang terdengar....

"Hello?"

Sebuah jawaban sederhana terdengar dari ujung telepon, itu adalah suara wanita.

Sebagai seorang keponakan, jawaban seperti itu seharusnya sudah bisa diperkirakan, tapi bagi Maou, yang sudah siap sepenuhnya jikalau seorang Yokai muncul, dia nampak merasa sedikit terkejut ketika yang terdengar adalah suara manusia biasa.

"He hello, maaf, menelepon anda selarut ini."

"Yeah!"

"Erhm, Shiba-san memberitahuku mengenai pekerjaan yang ada di rumah pantai, dan ingin agar aku menelepon...."

Maou baru saja mau menjelaskan situasinya, akan tetapi orang di seberang sana langsung berbicara dengan volume yang begitu keras yang membuat Maou ingin menjauhkan HP dari telinganya.

"Shiba-san......? Ah! Apa kau penyewa dari apartemen di Tokyo milik bibi Mi-chan?"

"Mi-chan.....? Ah, benar. Namaku Maou."

Setelah dipikir kembali, pemilik kontrakan pernah meminta orang lain untuk memanggilnya Mi-chan sebelumnya. Emi ingat kalau dia pernah disuruh untuk memanggilnya seperti itu.

"Itu benar, itu benar, aku sudah pernah mendengarnya. Karena aku sama sekali belum mendapat telepon, dan Juli akan segera berakhir, kupikir hal ini terlalu berat bagimu dan aku hampir saja menyerah."

Suara di ujung telepon tersebut memberikan kesan kalau dia adalah orang yang begitu ceria.

Dari nada bicaranya, orang di seberang sana seharusnya lebih tua daripada Emi ataupun Suzuno, tapi dia tidak memancarkan aura misterius seperti pemilik kontrakan.

"Erhm, itu karena ada sesuatu yang salah dengan jalur komunikasi kami...."

Maou memang sudah mengatakan alasannya, tapi tak mungkin dia mengatakan kalau sebenarnya kaset itu disegel sampai hari ini, karena dia terlalu takut untuk menontonnya.

"Ah! Aku bisa mengerti!! Lagipula bibi sering pergi ke luar negeri. Bahkan kartu ucapan tahun baru pun baru sampai pada bulan Februari."

"Be-begitu ya."

Bahkan dengan kerabatnya saja hal seperti itu bisa terjadi, sebagai perbandingan, fakta bahwa surat pemberitahuan itu bisa sampai kepada Maou dan Suzuno dengan begitu cepat adalah suatu keajaiban.

Ketika Maou memikirkan hal tersebut, orang di telepon tersebut tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraannya.

"Jadi kau Maou-san kan? Bisakah kau datang ke sini?"

Orang tersebut sepertinya adalah tipe orang yang terburu-buru. Maou hampir saja secara refleks menjawabnya, akan tetapi dia dengan cepat menghentikan dirinya.

Bisnis rumah pantai yang dijalankan oleh satu orang. Tempat kerja seperti itu adalah sebuah dunia yang belum dikenal oleh Maou.

Jika dia tidak mengkonfirmasi tempat sekaligus situasi pekerjaannya, dia tidak akan dapat memutuskan apakah akan mengambil pekerjaan ini atau tidak. Meskipun orang ini adalah keponakan sang pemilik kontrakan, Maou bahkan tidak tahu namanya.

"Ketauhi kekuatanmu serta kekuatan musuhmu untuk menjamin kemenangan." Itu adalah filosofi yang dipercaya oleh Maou ketika dia pertama kali memutuskan untuk menyatukan dunia iblis.

"Maaf, saat ini aku hanya tahu mengenai 'rumah pantai di Chiba'....."

Maou memilih kata-katanya dengan hati-hati, menuntun orang ini agar menjelaskan kondisinya. Orang di ujung telepon pun mengangguk dan menjawab,

"Ah! Yah, bibi memang tidak terlalu tahu daerah sini."

Keponakan pemilik kontrakan ini melanjutkan perkataanya dengan suara yang terdangar kurang nyaman.

"Lokasinya terletak di pojok Choshi, Chiba... Apa kau tahu di mana letak Kimigahama?"

"Tidak....!"

Di saat seperti itu, Riho menyerahkan sebuah buku catatan dan pulpen kepada Maou, dia pun berterima kasih lewat matanya dan menerima pulpen tersebut.

Maou dengan cepat menulis kata 'Choshi' di atas kertas. Melihat hal ini, Chiho pun menarik nafasnya.

"Benar juga. Kalau lokasinya, Tanjung Inubo atau Toyama pasti akan lebih mudah untuk dikenali. Tidak termasuk pulau terpencil dan pegunungannya, Kimigahama adalah daerah pesisir di Kanto, di mana kau bisa melihat matahari terbit paling awal."

"Uh...."

Tidak peduli bagaimanapun, nama-nama tersebut adalah nama yang asing bagi Maou. Orang di ujung telepon sepertinya menyadari hal ini dari nada bicara Maou.

"Huuh, anggap saja kalau itu adalah bagian paling timur dari Chiba. Meskipun jaraknya lumayan jauh dari pusat kota."

Topik mengenai tempat kerjanya berakhir tanpa penjelasan yang lebih detail.

Bagaimanapun juga, tidak ada gunanya jika Maou terus merasa tidak puas, jadi dia hanya bisa menulis nama dari tempat-tempat yang belum pernah diketahuinya dan terus mendengarkan.

"Oh iya, agak sulit untuk mengatakan ini, tapi gajinya tidak terlalu tinggi. Bayarannya perjam untuk satu orang kira-kira sekitar 1000 yen."

"1000 yen untuk satu orang?"

Maou merasa sedikit terkejut mendengar jumlah yang sama sekali tidak diduga olehnya. Di samping itu, ini adalah bayaran perjam untuk satu orang, itu berarti dia diizinkan untuk membawa lebih dari satu orang.

Jika Maou dan Ashiya bekerja bersama, mereka akan bisa mendapat pemasukan selama 2 jam untuk kastil Raja Iblis hanya dalam satu jam.

"Hmm, karena toko ini adalah toko yang buka hanya karena keinginan ayahku, toko ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Lagipula, di waktu-waktu seperti sekarang ini kami benar-benar sibuk, jadi aku benar-benar kerepotan menanganinya. Di sana juga ada akomodasi gratis dan makanan, serta dimulai dari selesai bekerja sampai gelap, kau bisa berenang sepuasmu."

Pekerjaan dengan bayaran perjam 1000 yen, dan ada juga akomodasi gratis serta makanan, meski berenang juga merupakan hal yang bagus, tapi bagi Maou sekarang, itu saja sudah situasi yang sangat ideal.

"Bolehkah aku tahu berapa orang yang diperbolehkan untuk datang ke sana?"

Dari berbagai sisi, pertanyaan ini sudah seperti perjudian. Sekarang ini, tidak hanya ada dua, tapi ada tiga penghuni di kastil Raja Iblis.

Dan orang ketiga adalah Urushihara, si NEET.

Dari apa yang dikatakan si pemilik kontrakan, sepertinya sudah diputuskan sebelumnya kalau Ashiya yang tinggal bersama Maou akan ikut juga. Bagaimanapun, jika kini ada 3 orang, maka gaji karyawan akan memberikan beban pada toko tersebut, sementara toko itu 'tidak bertujuan untuk mencari keuntungan'.

Meski begitu, bahkan jika dia menawarkan orang pilihannya, sulit untuk menjamin kalau orang ketiga itu akan bekerja dengan serius.

Akan tetapi, jawaban dari orang di ujung telepon tersebut, sama sekali tidak disangka oleh Maou.

"Apa? Kau bisa mencari orang lain lagi untuk ikut datang?"

"Eh? Erhm, itu, anu, termasuk aku dan teman sekamarku, jadi ada 3 orang."

"Eh? Tiga orang?"

"Eh? Tiga orang?"

Chiho dan Emi berseru karena terkejut di saat yang bersamaan, namun, Maou mengabaikan mereka.

"Tidak banyak yang akan kalian dapatkan meskipun banyak orang yang datang, jadi kalian semua bisa datang!! Karena sepertinya akan sangat melelahkan di berbagai bagian, sepertinya tidak masalah jika kita bekerja secara bergantian."

Berdasarkan kalimat ini, sepertinya orang di ujung telepon ini telah memikirkan semua situasinya secara matang.

Meskipun Maou belum tahu pekerjaan macam apa ini, tapi sepertinya akan baik-baik saja membiarkan Urushihara mengambil bagian yang mudah. Lagipula, semuanya akan baik-baik saja selama Maou dan Ashiya melakukan yang terbaik sampai berakhirnya pekerjaan ini. Jika Urushihara bisa mendapat motivasi kerja karena hal ini, itu akan jadi keuntungan yang tidak terduga.

"... Jadi, bolehkah aku membawa 3 orang untuk datang ke sana?"

Setelah Maou mengatakan itu, sebuah tawa terdengar dari ujung telepon. Chiho yang berada di sisi lain dari meja menunjukan tanda-tanda kegugupan karena mendengar hal ini.

"Yeah, tentu saja. Jadi, kapan kalian semua bisa datang?"

"Sepertinya ada beberapa hal yang harus kami urus besok, jadi aku berencana untuk datang besok lusa, tanggal 1 Agustus."

"Wah! Kalau begitu aku harus secepatnya menyiapkan kamar. Bagaimanapun juga, akan lebih baik jika kau datang lebih awal. Menurut ayahku, jumlah orang akan bertambah mulai Agustus, serius, terima kasih banyak."

Sejak awal, Maou sudah merasa gelisah dengan hal-hal seperti, 'sepertinya' akan sangat melelahkan, ataupun 'menurut ayahku' jumlah orang akan bertambah mulai bulan Agustus. Karena beberapa alasan, penjelasan-penjelasan itu seperti pernah dia dengar sebelumnya dari seseorang.

Setelah menanyakan tentang hal itu....

"Oh iya, kurasa aku sudah mengatakannya sebelumnya, toko ini sebenarnya dikelola oleh ayahku, meskipun aku pernah membantu sebelumnya, liburan musim panas kali ini, dia tiba-tiba bilang kalau dia ingin jalan-jalan dan akhirnya menyerahkan semuanya padaku. Secara resmi sebenarnya aku disuruh mengambil alih semuanya, tapi aku juga punya pekerjaanku sendiri, sebagai seorang gadis, sulit bagiku untuk menangani semua ini sendiri. Karena ayahku tidak pernah bermaksud untuk mencari keuntungan, dia sama sekali tidak mengajariku bagaimana cara menjalankan bisnis. Dan pada akhirnya, aku hanyalah seorang gadis muda dan energik, jadi pasti akan ada resiko pada aspek-aspek itu."

Untuk lebih detailnya, sampai usia berapa seorang wanita itu pantas disebut muda dan energik, jenis resiko macam apa itu, apakah tidak apa menjalankan bisnis seperti ini dan lain sebagainya. Maou dengan paksa terus memendam pertanyaan itu.

"Dan mengenai hal ini, karena kau adalah orang yang dikenalkan oleh bibi Mi-chan, maka seharusnya aku bisa tenang. Kalau begitu akan menyerahkannya pada kalian."

"Ti-tidak masalah... Oh iya, bagaimana kami bisa pergi ke sana?"

"Ah, aku akan menunjukan lokasinya padamu. Apa kau akan mengemudi? Naik kereta? Atau naik pesawat?"

"Pe-pesawat? Uh, kami akan naik kereta."

Tidak peduli ke manapun mereka pergi, mode transportasi bagi Maou dan yang lainnya selalu terbatas pada transportasi umum.

"Perjalanannya akan lumayan lama, kau tahu? Jika kau berangkat dari pusat kota, kau pertama-tama bisa naik jalur Sobu sampai ke pemberhentian terakhir di Chiba, selanjutnya naik jalur utama JR's Sobu sampai ke pemberhentian terakhir, di situ kau sudah sampai di Choshi. Setelah itu naik kereta listrik Choshi dan turun di stasiun sebelum pemberhentian terakhir, yaitu di stasiun Inubo. Meskipun kau akan melewati stasiun yang bernama Kimigahama, toko kami lebih dekat ke Inubo. Itu semua akan butuh waktu sekitar 3 jam dari pusat kota sampai ke sini, kalian semua anggap saja itu sebagai perjalanan liburan."

Maou tidak hanya akan naik tiga jalur yang belum pernah dikenalnya, dan dia juga masih harus turun di dua pemberhentian terakhir. Ini semua nampak lebih jauh dari apa yang dia kira.

Sebagian karena alasan ekonomi, sejak Maou dan Ashiya berada di Jepang, mereka berdua tidak pernah meninggalkan distrik 23 Tokyo. Meskipun ini pertama kalinya mereka akan pergi menuju provinsi lain, seperti yang dikatakan oleh orang di ujung telepon, perjalanan panjang ini akan terasa seperti sebuah liburan.

Bahkan bagi Raja Iblis yang berkelana ke seluruh dunia untuk menaklukkannya, perjalanan selama 3 jam akan terasa sedikit jauh.

"Setelah kalian sampai di Inubo, aku akan ke sana untuk menjemput kalian. Telepon aku bila kalian sudah sampai...."

"Aku mengerti. Uh, um, mungkin sedikit telat untuk menanyakan ini sekarang, tapi boleh kutahu siapa namamu dan nama tokomu?"

Meski itu seharusnya bukan hal yang harus ditanyakan ketika semua sudah diputuskan, tetap saja hal itu perlu untuk diketahui.

Maou yang bertanya dengan begitu hati-hati hampir saja menjauhkan ponsel dari telinganya karena suara tawa yang terdengar dari ujung sana.

"Ahahahhaha. Aku minta maaf, itu benar. Kenapa aku tidak memberitahumu namaku ya?"

Seharusnya kami yang bilang begitu.

"Aku minta maaf, karena telat memperkenalkan diriku, aku adalah keponakan bibi Mi-chan, Ooguro Amane."

"Amane-san ya... Aku mengerti. Jadi untuk besok lusa, kapan waktu yang tepat bagi kami untuk datang ke sana?"

Untuk bekerja, pertanyaan ini adalah hal yang wajar, tapi jawaban Amane melampaui semua pengalaman Maou.

"Hm, kau bisa datang kapanpun."

"Eh?"

"Pilih saja waktu yang tepat untukmu, dan aku akan menjemput kalian semua kapanpun."

"A-aku paham... Lalu, apa saja yang berhubungan dengan pekerjaan yang harus kami bawa?"

"Stamina?"

Jawaban Amane begitu sederhana, tapi apa yang Maou tanyakan bukan mengenai hal itu.

"Uh, kau mungkin hanya harus membawa baju, handuk, dan sikat gigi? Untuk hal-hal lainnya yang tidak kau punyai, kau bisa membelinya di sini."

Ini tidak seperti mereka akan pergi ke rumah kerabat untuk bermain. Apa memang tidak ada sesuatu yang diperlukan selama bekerja?

"Oh, benar, kau harus membawa sandal pantai. Kau tidak boleh membawa sandal jepit, karena itu mudah tersangkut di sekitar pergelangan kaki. Jika tidak, maka kau akan lebih mudah tersandung di pasir  ataupuntersapus oleh ombak. Jika kau bekerja dengan telanjang kaki, kau bisa membuat kakimu terluka karena terkena sampah, koral ataupun kerang di bawah pasir, jadi itu tidak diizinkan."

"Sandal pantai? Aku mengerti, aku akan membeli yang ukurannya pas."

Itu benar, itulah apa yang ingin Maou tanyakan. Tapi topik serius mengenai pekerjaan ini berakhir dengan begitu cepat.

"Tidak hanya sandal pantai, karena kalian jarang-jarang berada di sini, kalian juga bisa membawa pakaian renang dan kaca mata. Jika kau ingin bermain kembang api, kami punya banyak jenis yang bagus dan berbeda-beda. Meskipun kau tidak bisa bermain jenis kembang api yang bisa meledak di udara, tapi bermain dengan jenis 'sparkles' di antara angin laut terasa seperti bertarung sampai mati. Itu sangat menyenangkan!"

"... Begitu ya?"

Sepertinya akan lebih baik jika menganggap ini sebagai pekerjaan yang benar-benar berbeda dengan pekerjaan di kota. Itu karena, saat di tengah-tengah percakapan, topiknya pasti selalu berganti seolah-olah ini adalah waktu luang untuk bermain.

Ataukah memang hanya Ooguro-ya yang bertingkah seperti ini?

"Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan terlebih dahulu."

"Ya, apa itu?"

Nada bicara Ooguro Amane tiba-tiba menjadi serius. Mengikutinya, Maou juga berubah menjadi serius dan menunggu Amane untuk melanjutkan perkataannya,

"Karena ini bukan tempat yang modern, meskipun ada turis, mereka kebanyakan adalah orang dewasa. Ini adalah tempat yang agak membosankan yang mana tidak akan memberi banyak motivasi."

"Baiklah!"

"Ditambah lagi, banyak hal yang harus ditangani dalam pekerjaan ini, aku memang mengatakan kau bisa berenang sepuasmu, tapi kenyataannya kau hanya boleh berenang saat pagi hari dan sore hari. Oleh karena itu..."

Setelah jeda sebentar, Amane berbicara dengan nada bicara seolah-olah ingin mengumumkan sesuatu yang penting..

"Jangan berharap kau bisa bertemu dengan gadis muda yang memakai pakaian renang!! Pada dasarnya, berkencan adalah sesuatu yang bisa menyebabkan masalah bagi orang lain, jadi berkencan sepenuhnya tidak diizinkan."

"Apa sih yang kau katakan dari tadi?"

"Eh? Bukankah ini hal yang penting bagi kalian?"

"Tidak ada yang seperti itu!! Selain itu, bukankah kami pergi ke sana untuk bekerja?"

Dari alur percakapan ini, wajar bagi Maou untuk mengajukan pertanyaan seperti itu.

"Ah! Aku mengerti! Jadi, Maou-san sudah punya pasangan?"

"Tidak sama sekali!!"

Maou mengatakan hal tersebut dengan volume yang lebih keras dibandingkan yang dia gunakan selama ini, dan dari sudut matanya, dia bisa melihat Chiho, Emi, dan Riho membelalakkan matanya terkejut karena tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Normalnya, telepon yang membicarakan mengenai masalah pekerjaan harusnya diisi dengan ketegangan dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Tentu saja, jika itu adalah tempat kerja yang membutuhkan banyak tenaga, tidak hanya milik satu orang, dan hanya bertujuan untuk mendapatkan uang, itu adalah pekerjaan yang sangat merepotkan. Tapi tidak merasakan ketegangan apapun saat bekerja adalah suatu masalah juga.

Karena nilai seorang Kisaki, bekerja di McRonald di depan stasiun Hatagaya tidaklah terlalu sibuk, tapi di sana masih ada standard pengoperasian yang hanya ada di restoran itu, etika bekerja, dan juga ada banyak aturan tidak tertulis yang harus ditaati oleh setiap karyawan di sana.

Bagi Maou yang bekerja di lingkungan seperti itu, perasaan mengenai pekerjaan yang diberikan Oogura-ya benar-benar melampaui prediksinya.

Ketika Maou sedang mencoba bernafas, Amane terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Jika kau memang *laki-laki herbivora garis keras, maka aku bisa sedikit tenang. Tapi ini sedikit berbeda. Dari apa yang aku dengar dari bibi Mi-chan, kalian adalah sekumpulan orang yang lebih tegas dan baik hati."

(Laki-laki herbivora maksudnya orang yang tidak punya atau hanya punya sedikit ketertarikan pada lawan jenis dan hanya terfokus pada hobinya semata.)

Sebenarnya bagaimana sih pemilik kontrakan mendeskripsikan Maou dan Ashiya serta kesan apakah yang didapat Amane dari hal itu?

Maou cukup percaya diri kalau mustahil bisa menemukan orang seperti dirinya, seorang iblis pekerja keras, jujur, dan tulus yang hidup dengan serius sambil menaklukan dunia dan bekerja, baik di masa lalu ataupun di masa yang akan datang.

Dia harus bekerja dengan baik untuk membersihkan berbagai kesalahpahaman yang muncul selama telepon kali ini.

"Yah, intinya, besok lusa, kami akan datang ke sana secepat yang kami bisa."

"Aku mengerti, aku akan menunggu kalian."

Dia tidak melakukan sesuatu yang istemewa, tapi usai percakapan yang tidak ada feel serta ketegangannya ini, anehnya Maou merasa lelah.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Emi adalah orang pertama yang mengajukan pertanyaan sulit itu. Bagi orang yang hanya mendengarkan dari satu sisi, itu bukanlah pembicaraan normal yang membicarakan tentang pekerjaan.

"Aku juga tidak terlalu yakin."

Saat ini, bahkan bagi Maou sendiri, dia kemungkinan hanya bisa menjawab kalau itu adalah pekerjaan yang tidak diketahui, bekerja di bawah orang yang tidak diketahui, dan di tempat kerja yang tidak diketahui pula.

"Jadi bagaimana?? Apa semuanya berjalan lancar?"

Riho bertanya sambil menggoyang-goyangkan gelas berisi esnya. Sementara Maou terus memegang HPnya dan membungkuk dalam-dalam.

"Terima kasih karena telah meminjamkan pemutar kasetnya. Berkat anda kami tidak akan tidur di jalan. Mulai lusa, kami akan bekerja di rumah pantai yang terletak di Chiba."

"Oh, itu benar-benar hebat!"

Chiho terlihat seperti menghembuskan nafas lega, tapi dia tiba-tiba ingat sesuatu dan bertanya.

"Tiga orang? Apa itu termasuk Urushihara-san? Apakah dia bisa pergi keluar dan bicara dengan orang lain secara normal?"

Sesuai dugaan Chiho juga memikirkan hal yang sama dengan Maou, dan dari tampang kurang nyaman di wajahnya, sepertinya dia telah menentukan kalau Urushihara pasti akan memberikan kesan yang buruk pada orang-orang di sana.

"Ada apa? Apakah si Urushihara-san ini adalah tipe orang yang selalu mengurung diri di rumah?"

Riho yang tidak tahu menahu mengenai hal itu, merasakan atmosfer kurang enak di sekitar Chiho dan kemudian menanyakan hal ini di saat yang bersamaan.

"Aku minta maaf, karena membiarkan anda mendengarkan hal yang memalukan ini... Tapi orang yang satunya dan aku, akan melakukan yang terbaik untuk mengcovernya."

Dan Maou mengakui hal itu tanpa ada keberatan sedikitpun.

"Hmm.."

Riho yang terlihat sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, mengangguk sambil melirik wajah anaknya dari samping. Dan sekarang ini Chiho sedang menatap Maou dengan ekspresi sedih di wajahnya.

"Ah, terima kasih atas buku catatan dan pulpennya."

Maou mengembalikan buku catatannya pada Riho. Sementara Emi, dia berbicara kepada Maou sambil melihat catatan yang dia tulis.

"Aku harap kau belajar dari hal ini. Lain kali kalau pemilik kontrakan mengirimkan sesuatu, kau harus membukanya dengan baik."

"Uh... Yeah, benar, aku akan melakukan hal yang menurutku tepat."

Maou berpikiran kalau Emi bisa mengatakan hal seperti itu karena dia tidak pernah melihat 'foto itu'. Bagaimanapun juga, fakta bahwa pemilik kontrakan telah menyelamatkannya adalah sebuah kenyataan. Hanya untuk kali ini saja, Maou harus berterima kasih padanya dengan benar.

Ketika orang-orang itu menyadari kalau rekamannya masih berputar dan menoleh ke arah layar dengan maksud untuk mematikannya, tepat di saat itu....

"Oh iya, aku punya kesempatan untuk mempelajari Belly Dance di Mesir...."

Si pemilik kontrakan yang sepertinya terus berbicara mengenai topik-topik lain secara acak, mengatakan hal tersebut di dalam video.

Tanpa orang-orang itu sadari, latar belakang dari video telah berubah dari Piramida di gurun menjadi sebuah tempat yang terlihat seperti lantai dansa sebuah istana yang begitu megah.

"Seorang anggota dari suku di sini yang menjadikan musik dan tarian sebagai pekerjaan mereka telah memutuskan kalau aku adalah penari kelas atas. Setelah ini, aku akan ambil bagian dalam event tarian besar yang diadakan di sini. Semuanya, silakan saksikan tarianku ini."

"Oh, ya ampun, sungguh pakaian yang begitu indah."

Dari sudut pandang Maou, pendapat Riho itu terlalu tidak normal.

Si pemilik kontrakan yang sedang ditampilkan di layar, kini telah berganti mengenakan sebuah blus yang memperlihatkan bahunya. Di atas perutnya yang tidak dapat diketahui mana bagian pinggangnya, telah dihiasi dengan permata dan koin yang berkilauan, dan dengan rok berwarna merah cerah yang melambai-lambai, yang mana terbuat dari kain sutra dan kain satin, membuatnya seketika berubah menjadi monster bunga raksasa.

Gerakan Maou setelahnya hanya bisa digambarkan dengan kecepatan kilat.

Aku tidak bisa membirkan rekaman ini terus berputar. Jika ini berlanjut, ini akan menyebabkan masalah pada yang lainnya.

Akan tetapi, ketika jari Maou menyentuh tombol 'stop' di pemutar kaset tersebut, dengan ditemani musik oriental, video itu tanpa ampun mulai memperlihatkan goyangan lengan, perut, leher, dan berbagai bagian tubuh dari si pemilik kontrakan. Dimulai dengan menggoyangkan pinggang dan pinggulnya, dia saat ini sedang memperagakan tarian daerah timur yang bisa menghisap seluruh Eropa ke dalam pusaran akal sehat... Itu adalah gerakan dari Belly Dance.

Setelah itu, Maou kehilangan seluruh ingatannya mulai dari saat ini sampai esok paginya.


XxxxX


"Serius ini.... Mum, kau terlalu bersemangat tadi."

Setelah mengantar kepergian Maou dan Emi sekaligus Ashiya yang datang untuk menjemput Maou yang sedang pingsan, Chiho mulai menyampaikan keluhannya pada ibunya setelah menutup pintu utama rumahnya.

Meskipun dia bisa mengerti perasaan ibunya, tapi jika dia menyambut tamu dengan semangat seperti itu, itu pasti akan membuat anaknya merasa canggung ketika bertemu dengan teman mereka setelahnya.

"Ya ampun, apakah itu penting? Meskipun aku tahu kalau dia adalah orang yang sangat serius ketika bekerja, tapi jika aku tidak tahu dia itu orang seperti apa, maka akan sulit bagiku untuk membuat penilaian."

Sebuah kalimat yang dikatakan oleh ibu Chiho sambil membersihkan peralatan makan yang ada di ruang tamu, seketika membuat mata Chiho terbelalak karena terkejut.

"Kau bilang kau tahu... Mum, apa kau pergi ke restoran?"

"Kenapa kau terkejut? Bukankah itu sudah bisa diperkirakan?"

"Kan sudah kubilang sebelumnya kalau itu bisa menyebabkan masalah untukku, dan kau tidak seharusnya....."

"Oleh karena itu, aku melakukan pengendalian diri dan tidak menyapa siapapun, lagipula...."

Riho menatap ke arah buku catatan yang tadi digunakan oleh Maou.

"Maou-san, dia adalah orang yang baik."

"Eh?"

"Yeah, jika dia adalah orang yang seperti itu, maka tidak masalah kalau Chiho menyukainya."

"Mum!!"

Dalam kejadian yang begitu langka, Chiho mengatakan hal tersebut dengan sikap yang begitu risau, namun Riho tidak memperdulikannya.

"Dia rajin dan juga sabar, bagi seorang pria, tulisan tangannya bisa dibilang lumayan bagus. Dia tidak memberikan kesan seperti orang sembrono, dan juga tidak ada bau rokok dari tubuhnya. Dan dari fakta kalau dia menggunakan HP model lama seperti itu, dia pasti sangat hemat dalam kehidupan sehari-hari, iya kan? Apa orang yang tadi datang untuk menjemputnya adalah Ashiya-san? Di zaman sekarang dan dengan usia segitu, sangat jarang melihat seorang pria sederhana dan tidak mengenakan perhiasan seperti dia."

Untuk situasi Ashiya, daripada mengatakan sederhana dan tidak mengenakan perhiasan, akan lebih tepat jika dia disebut miskin.

"Ayahmu dulu adalah seorang siswa miskin yang hidup dengan keras, kalau dipikir-pikir, kurasa ini sudah turun-temurun."

Mengabaikan fakta bahwa menyukai tipe pria tertentu ternyata bisa diwariskan, bagi seorang anak yang sedang dinasehati oleh orang tuanya, hal itu benar-benar perasaan yang kurang menyenangkan.

"Sekarang ini sulit untuk menemukan orang jujur seperti dia. Dan kau seharusnya tidak perlu khawatir lagi, kan?"

"Kha-khawatir?"

Mata Chiho menatap mata ibunya terkejut.

"Kau pikir bisa menipu mata ibumu? Contohnya, ketika kau tahu kalau tempat Maou-san bekerja adalah di Chiba ataupun saat membicarakan tentang Urushihara-san, dahimu itu benar-benar berkerut seolah kau merasa begitu gelisah."

Wajah Chiho memerah tanpa disadarinya, dan kemudian dia menggunakan tangannya untuk menutupi dahinya.

"Itu... Itu karena...."

Dengan tangan kanan yang menutupi dahinya dan dengan tangan kiri yang menggenggam roknya, Chiho mengatakan hal tersebut dengan malu-malu.

"Bagaimana mengatakannya ya... Erhm, meskipun Maou-san dan Ashiya-san itu adalah orang yang rendah hati dan cakap, tapi Urushihara-san adalah seorang pemalas yang selalu bermalas-malasan di manapun dia berada, dan dia juga tidak memikirkan hal lain di sekitarnya dengan serius. Tiap hari, kerjaannya hanya ber internet ria. Aku khawatir kalau Maou-san akan menyebabkan bahaya pada tubuhnya sendiri karena harus mengcover Urushihara-san di tempat yang tidak diketahui, ataupun sikap Urushihara-san malah menyebabkan mereka dipecat, dan lain sebagainya. Jika sudah begitu, kemungkinan mereka tidak akan tinggal lagi di Sasazuka... akan sangat mungkin terjadi."

Setelah dengan lancar mengatakan berbagai kritik mengenai Urushihara, tiba-tiba Chiho kembali terdiam.

Dulu, Chiho hanya berpikir meskipun jika Maou dan yang lainnya tidak punya pekerjaan, kemungkinan terburuknya hanyalah makanan serta kehidupan mereka akan semakin memburuk, tapi kini akhirnya dia menyadari kalau situasinya tidaklah sesederhana itu.

Biaya sewa di Sasazuka sangatlah tinggi dikarenakan harga tanahnya. Jika Maou dan yang lainnya kehilangan setengah bulan saja pendapatan mereka, sangat memungkinkan kalau mereka harus pergi meninggalkan tempat itu.

Jika sudah begini, Emi dan Suzuno yang datang untuk mengejar mereka pasti akan melakukan hal yang sama.

Tidak akan terlalu buruk jika hanya seperti itu. Skenario terburuknya, jika Maou dan yang lainnya harus kembali ke Ente Isla karena tidak punya lagi tempat untuk dituju, mungkin Sang Pahlawan dan Raja Iblis akan segera menyelesaikan masalah mereka.

"..... Aku tidak ingin, situasinya berubah menjadi seperti itu."

"Chiho?"

Chiho bersandar pada dinding rumahnya, dan kemudian menghela nafas.

"Jika sesuatu yang buruk terjadi dengan pekerjaan mereka, Maou-san dan yang lainnya mungkin akan berakhir dengan pergi ke tempat yang begitu jauh... Begitupun Yusa-san dan Suzuno-san."

Meskipun dia tidak bisa bertarung seperti Emi, Suzuno, ataupun Alas Ramus, tapi setidaknya dia bisa membantu Maou jika berhubungan dengan pekerjaan. Dengan syarat, tempat kerja mereka harus berada di dekat Sasazuka.

Sekarang ini, dia hanyalah seorang gadis SMA biasa yang masih berada di bawah lindungan orang tuanya, dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa jadi seperti mereka, hidup sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Chiho merendahkan kepalanya dengan ekspresi suram.

Saat ini hanya suara Riho yang sedang mencuci peralatan makan yang bisa terdengar.

"Biar kukatakan hal ini lebih dulu, meskipun kau ingin pergi bersama Maou-san dan yang lainnya, aku tidak akan menyetujuinya."

".... Yeah, aku tahu."

Sudah bisa diduga kalau ibunya akan mengatakan hal seperti itu. Tidak peduli bagaimanapun mereka mempercayai orang di sana, tidak ada orang tua manapun yang akan mengizinkan anaknya yang masih SMA untuk bekerja di tempat di mana dia harus tinggal dengan pria lain.

Chiho tidak bisa meminjamkan kekuatannya pada Maou.

Ketika Chiho yang merasa gundah, memutuskan untuk mengangkat kepalanya.

"Dan lagi...."

"Eh?"

"Tidak hanya Maou-san, Yusa-san sepertinya juga orang yang bisa diandalkan. Dia mungkin masih muda, tapi dia merespon orang lain dengan sikap yang begitu tegas. Aku merasakan aura yang dia berikan agak berbeda dengan kebanyakan anak muda sekarang ini."

Ibunya tiba-tiba membicarakan tentang Emi.

Bahkan Chiho yang bukan penduduk asli Ente Isla, bisa menebak kalau Emi pernah mengalami masa lalu yang kelam yang mana itu membentuk dirinya yang sekarang.

Tapi Chiho tidak merasa kalau ibunya dan Emi berbicara sebanyak itu saat Maou pingsan tadi. Atau apakah dia berbicara tentang beberapa topik yang serius ketika Emi akan pulang?

Chiho sedikit terkejut karena tidak bisa menebak maksud dari ibunya.

"Karena kau sudah bisa menghasilkan uangmu sendiri, selama alasanmu itu bijaksana dan masuk akal, aku tidak akan berkata apa-apa lagi."

"Mum..?"

Setelah selesai mencuci peralatan makan dan mengelap tangannya, Riho dengan nakal mengedipkan matanya dan menyentuh kepala anak perempuannya.

---End of Part 2---





Translated by : Me [Zhi End]
Previous
Next Post »
0 Komentar