Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 1 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou - Sama Volume 4 - Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehilangan Tempat Tinggal -1



Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 translate Bahasa Indonesia Zhi End Blogs



Chapter 1 : Raja Iblis dan Kebuntuan Akalnya Karena Kehilangan Tempat Tinggal.

Rambut lembut berwarna perak milik seorang gadis kecil bersinar dengan begitu indah layaknya galaksi bimasakti.

Melayang di antara galaksi bimasakti, mata cerah nan indah miliknya memberikan atmosfer yang benar-benar terang, yang tidak akan kalah dengan cahaya matahari ataupun bulan di angkasa.

"Cantiknya..."

Bisik seorang pria yang terlihat seperti kehilangan jiwanya dan melayang di udara bahkan sebelum kata-katanya dapat didengar.

Memfokuskan pandangannya ke area lain, gerakan energik dari kaki dan tangan itu menunjukan tingkah yang begitu lincah.

Postur apa adanya selama melangkah ataupun saat mulai melangkah, menyiratkan kemungkinan tak terbatas, melebihi keindahan dari setiap seni yang ada di dunia.

Kakinya indah dan lentur seperti Antelop Jepang, tapi juga kurus dan anggun seperti bunga lily.

Tangan mempesonanya begitu ringan dan indah seperti sayap malaikat, tapi juga gesit seperti cheetah.

Dan yang paling penting, perubahan ekspresinya yang begitu indah, melebihi setiap kaleidoskop di dunia, lebih cantik daripada mawar manapun, lebih elegan daripada peony manapun, dan memabukkan layaknya bunga sakura, yang tidak bisa diungkapkan bahkan dengan ribuan lagu ataupun syair.

"Eh heheheheheh."

Siapa yang akan menyalahkan pria itu, pria yang lupa akan sekitarnya karena kehilangan akal sehatnya??

"Erhm, Maou-san."

"Ah ahahahahaha."

Lagipula, hati pria itu seperti telah terkurung seharian penuh.

"Maou-san, bisakah kau sedikit lebih pelan...."

"Wah hahahahah."

Daripada hatinya, mungkin bisa dikatakan kalau hidupnya telah terkurung.

"Maou-san!!"

"Wah! Wha, Ada apa Chii-chan??"

Setelah dipegangi pundaknya kemudian diguncang dengan keras, Maou Sadao dengan senyum menjijikkan di wajahnya akhirnya mendapatkan kembali akal sehatnya.

Maou berbalik dan mendapati juniornya dalam bekerja yang tahu identitas aslinya, dan satu_satunya gadis di Jepang yang dia percayai, sedang meletakkan tangannya di pinggang sambil menggembungkan pipinya.

Di dalam ruangan staff McRonald cabang stasiun Hatagaya, seorang gadis SMA sedang menegur seorang Raja Iblis yang berencana menguasai dunia.

"Tawamu yang bahkan akupun berpikir kalau itu sangat menjijikkan dapat terdengar dari dapur."

"Oh, Ah?? Erhm, maaf, sepertinya aku terlalu asyik dengan foto ini."

Sasaki Chiho dengan wajah tidak senangnya menatap Maou yang sedikit lebih tinggi darinya, dan ketika dia melihat Maou sedang memegang album foto dari studio, dia memberikan ekspresi sulit.

"Serius ini.. Kau melihat foto Alas Ramus-chan lagi kan?"

"Benar!! Lihat ini!"

Setelah dia mendengar Chiho menyebutkan foto itu, Maou seketika lupa dengan apa yang baru saja dibilang kepadanya tiga detik yang lalu dan kemudian menunjukan foto tersebut.

"... Aku tahu kalau kau punya foto baru lagi."

Di dalam foto yang dipegang Maou, terdapat seorang gadis enerjik berambut perak dengan tangan terbuka lebar sedang berlari mirip seperti mesin pemotong rumput.

"Heh heh, sebenarnya, ini bukan foto. Ini dicetak setelah diambil dari video, kurasa?"

"...."

"Karena Emi tidak bisa terus membawanya, dan karena kami hanya bisa menunggu dengan pasif, sudah pasti kalau kami akan merasa cemas. Ini diambil ketika Alas Ramus kami bawa ke pusat kebugaran di Hatagaya. Waktu itu kami terus berlarian sepenjang hari, itu sangat melelahkan!!"

"... Itu hebat!"

Bagi Chiho dia hanya bisa menjawab seperti itu.

"Hey, apa kau mau satu?? foto baru Alas Ramus?"

"... Tidak kali ini. Aku sudah menerima banyak foto akhir-akhir ini."

Meskipun Chiho mempunyai perasaan terhadap Maou dan sangat menyukai Alas Ramus, dia masih menolak foto yang diberikan kepadanya, karena dia tidak bisa mengimbangi Maou yang bersemangat.

Maou berpikiran Alas Ramus telah dibawa pergi, tapi Emi membawanya kembali. Selama 2 minggu semenjak hari itu, sikap Maou terhadap Alas Ramus berkembang melebihi kasih sayang manusia  normal, dan hanya pantas jika disebut overprotektif.

Agar bisa merekam segala sesuatu mengenai Alas Ramus, Maou yang biasanya tidak membeli apapun selain kebutuhan sehari-hari, membeli sebuah kamera digital model lama dan sebuah pencetak foto. Dan dari caranya memanjakan anak kecil, bisa terlihat kalau dia seperti menderita penyakit parah.

Untuk foto dan video yang diambil dari kamera digital itu, tugas untuk menyimpannya jatuh pada si NEET malaikat jatuh, Urushihara, yang hanya punya ketertarikan pada komputer daripada reputasinya yang lama. Meski Maou bisa melihat folder foto-foto untuk menyembuhkan jiwanya ketika Alas Ramus tidak ada di sekitarnya, tapi dia tetap membeli benda yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan ini. Hal ini jelas menyebabkan Ashiya Shiro, orang yang bertugas mengurusi anggaran Kastil Raja Iblis menjadi kurang senang.

Sejumlah uang dihabiskan untuk membeli tinta dan benda-benda lain yang tidak sedikit jumlahnya. Ditambah lagi, Urushihara tidak pernah mematikan daya printernya ketika dia selesai menggunakan komputer, sehingga menghabiskan banyak daya listrik. Hal ini membuat tingkat kestressan Ashiya meningkat, yang mana dia bertujuan untuk menjadikan penghematan sebagai kebijakan di Dunia Iblis.

"Meskipun tidak masalah karena sekarang waktu istirahat... Kisaki-san akan segera kembali, jadi bisakah kau bersikap seperti biasanya?"

"Jangan khawatir!! Aku akan bertingkah sewajarnya."

Setelah diomeli oleh seorang gadis SMA karena teledor, si manager pengganti, Raja Iblis, menjawab dengan ekspresi yang lemah, benar-benar tidak menunjukan perasaan yakin atau wibawa sama sekali.

Sebagai "orang tua" Alas Ramus, sekaligus musuh Maou, Emi Yusa sang pahlawan, hanya bisa datang beberapa kali dalam sebulan. Hal itu membuat Maou yang begitu memanjakan anak itu, mirip seperti seorang ayah yang telah kehilangan hak asuhnya setelah perceriannya disepakati.

Karena tahu mengenai identitas Maou yang sebenarnya serta tujuannya, sebelum merasa muak, Chiho terlebih dulu merasa khawatir dengan berbagai masalah lainnya.

"Maou-san, kau hanya fokus mengurusi Alas Ramus setiap hari setelah pulang ke rumah, apa itu tidak apa-apa? Karena kau mampu membeli kamera digital dan printer, itu menunjukan kalau kau punya tabungan. Akan tetapi, aku tidak pernah mendengar kau punya pekerjaan lain..."

Setelah mengatakan hal itu dengan cepat, Chiho meninggalkan ruangan karywan dan melihat kalender yang tergantung di dinding. Dan kemudian dia bergumam kepada dirinya sendiri dengan nada cemas,

"Dan lagi, restoran akan ditutup mulai besok..."


XxxxX


Raja Iblis Satan, Maou Sadao yang berencana menaklukan Ente Isla, serta penyelamat Ente Isla, Emilia sang Pahlawan, yang menyembunyikan identitas sebenarnya sengan identitas palsu, Emi Yusa.

Dan dengan Alas Ramus yang menganggap mereka sebagai "papa" dan "mama" di tengah-tengah mereka, Raja Iblis dan Sang Pahlawan dengan enggan harus menjalani pengalaman hidup yang belum pernah alami sebelumnya.

Setelah menentang langsung malaikat Gabriel yang ingin mengambil Alas Ramus dan mengalami banyak hal yang tak terduga, 'orang tua' ini akhirnya berhasil meraih kemenangan tipis.

Tapi daripada menyebutnya kemenangan, itu lebih seperti pertarungan terpaksa dihentikan karena Gabriel gagal mencapai tujuannya dikarenakan perubahan situasi. Bagaimanapun, Alas Ramus bisa tetap tinggal di tempat yang dia sukai.

Masalahnya sekarang adalah Alas Ramus telah bersatu dengan Pedang Suci Emilia 'Better Half'.

Pohon Kehidupan yang menopang dunia, Pedang suci Emi dan Alas Ramus sebenarnya berasal dari buah pohon itu, dengan kata lain mereka adalah fragmen 'Yesod Sephira'.

Meskipun Gabriel dan para orang-orangnya telah mengabaikan pecahan itu untuk waktu yang sangat sangat lama, mereka tiba-tiba mulai gila-gilaan mengambil tindakan untuk memulihkan 'Yesod Sephira'.

Dikarenakan Alas Ramus telah bergabung dengan pedang suci yang mana tidak bisa dipisahkan dari tubuh Emi, Gabriel sudah pasti tidak mampu mencapai tujuannya untuk sekarang.

Karena ini, Alas Ramus harus pindah dari Kastil Raja Iblis, kamar nomor 201 berusia 60 tahun yang terletak di Villa Rose Sasazuka, distrik Shibuya, Tokyo, ke apartemen di Eifuku Town, di distrik Suginami di mana Emi tinggal.

Dan masalah pun kemudian muncul.

Alas Ramus sangat sangat menyayangi 'papa' nya, Maou.

Jika mereka berdua bertemu, tidak hanya akan berakibat buruk pada pembelajaran Alas Ramus, bahkan juga bisa memberikan pengaruh buruk pada sejarah manusia. Oleh karena itu, sebagai pahlawan, Emi harus menguatkan hatinya dan mencegah Alas Ramus bertemu dengan raja Iblis.

Bagaimanapun, masalahnya adalah Alas Ramus telah menjadi pedang suci dengan kepribadian manusia, dan ketika dia merasa kesepian dia akan mulai menangis dan merengek di dalam kepala Emi.

Dan tangisan anak kecil itu lebih menakutkan dari auman binatang buas manapun.

Ketika gadis kecil itu bersatu dengan pedang suci, Emi sebenarnya bertekad untuk tidak membawa Alas Ramus ke tempat Maou, tapi setelah tiga hari berlalu, tekad itupun hancur.

Meskipun Alas Ramus berada dalam bentuk pedang suci, dia masih saja punya kepribadian anak kecil, tidak peduli apakah Emi sedang bekerja ataupun tidur, dia akan mengabaikan keadaan 'mama' nya dan kemudian merengek "aku ingin bertemu papa".

Untuk mengindari situasi tragis mengalami malam penuh tangisan yang hanya dia yang bisa mendengarnya, apa yang bisa Emi lakukan hanyalah pergi ke Kastil Raja Iblis lebih sering dibandingkan sebelumnya.

Tidak hanya itu, Emi juga harus melalui pengalaman sulit merawat anak kecil, seperti menggosok giginya setelah makan, mengganti popok dan hal-hal lain yang menjadi kesibukan penghuni kastil raja iblis. Hal itu membuat dia tidak bisa menekan semangatnya yang lemah, dan akhirnya membuat dia melakukan segalanya dengan tidak rapi.

Meskipun Alas Ramus sangat penurut dan tidak merengek serta menyebabkan masalah besar ketika dia sedang tidak senang, bahkan jika dia bersatu dengan Emi, kondisi fisik dan mentalnya sebagai anak kecil masih terus melekat padanya. Mengetahui popok Alas Ramus telah penuh setelah dia berubah wujud ketika pulang ke rumah adalah sesuatu yang sering terjadi.

Meskipun begitu, Emi masih tidak bisa mempercayakan perawatan Alas Ramus kepada kastil raja Iblis. Itu karena walaupun Alas Ramus bisa bergerak bebas dalam wujud manusianya, itu tidak mengubah fakta bahwa dia masihlah bagian dari tubuh Emi.

Sebelumnya sudah dipastikan ketika Alas Ramus dan Emi terpisah terlalu jauh, Alas Ramus tidak akan bisa mempertahankan wujudnya dan akan dipaksa kembali ke tubuh Emi.

Jarak yang harus dipertahankan oleh Emi dan Alas Ramus yang bisa bergerak bebas adalah seperti jarak antara 2 stasiun di jalur Keio.

Satu-satunya orang yang mengerti penderitaan Emi pada waktu itu adalah orang yang tinggal di sebelah kastil Raja Iblis, Penyelidik dari Gereja di Ente Isla, Crestia Bell yang juga dikenal sebagai Suzuno Kamazuki.

Ditambah lagi, ketika Sasaki Chiho mengetahui tentang hal ini,

"Hmm, kau tidak perlu khawatir kalau dia tersesat, bukankah itu bagus?"

Dia memberikan pendapat yang terasa seperti anak panah yang mengenai targetnya.

Bagi Emi, kenyataan kalau dia harus sering pergi ke Kastil Raja Iblis adalah hal yang memalukan baginya. Tapi bagi Maou, dia akan langsung berada dalam mood yang bagus, karena dia bisa sering bertemu dengan Alas Ramus, jadi untuk menjaga stabilitas emosinya, Emi hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau ini akan memperkecil kesempatan Raja Iblis untuk melakukan sesuatu yang jahat.

Begitulah, sudah dua minggu ketika Emi dan Alas Ramus memulai kehidupan dengan sering pergi ke kastil Raja Iblis, saat ini adalah puncak dari musim panas, akhir bulan Juli....


XxxxX


Manager McRonald Cabang stasiun Hatagaya, Kisaki Mayumi yang selalu bilang kalau dia tidak akan pernah menceritakan lelucon yang tidak bisa membuat orang lain tertawa.

Meskipun Kisaki mempunyai nama panggilan yang mengerikan, yaitu "Iblis Pendapatan" dari rekan kerjanya, dia selalu memperlakukan pelanggan dengan tulus dan sangat jujur dalam segi penilaian terhadap para bawahannya.

Karena Kisaki yang cenderung jujur, Maou Sadao tidak bisa mengerti apa yang baru saja dikatakannya.

Kisaki tidak akan menceritakan lelucon yang tidak lucu, dan dia juga tidak akan berbohong. Itulah kenapa sulit untuk mempercayai perkatannya.

"Besok, restoran ini akan tutup."

Pukul 4 sore, restoran telah melewati jam-jam sibuknya. Termasuk Maou dan Chiho yang akan segera mengakhiri jam kerja mereka, Kisaki mengumumkan hal itu kepada seluruh karyawan shift siang.

Seketika pada waktu itu, Maou merasa suara di sekitarnya menghilang begitu saja.

Bagi Maou, Kisaki yang tidak mempunyai sihir iblis ataupun sihir suci, telah menggunakan sihir penghenti waktu. Momen itu terasa begitu lama seperti saat terciptanya dunia ini, sebuah putaran waktu yang tidak terbatas.

"Ma, Maou-san??"

"Wah!!"

Jika saja Chiho tidak berbicara padanya dan menyentuh tangannya, Maou akan terus berada dalam putaran waktu yang tidak pernah berakhir, dan tidak akan pernah kembali.

Maou menampik ilusi sci-fi itu, dan langsung mengumpulkan potongan-potongan informasi itu ke dalam otaknya.

Dibandingkan dengan bisnis lainnya di area yang sama, restoran di depan stasiun Hatagaya ini tak diragukan lagi akan berjalan dengan lancar, dan akan melebihi jumlah pendapatan di tahun sebelumnya.

Meskipun restoran itu kecil, dengan pelayanan mereka yang baik dan sikap yang ramah, serta perhatian terhadap kebersihan yang dilakukan secara teliti, restoran itu selalu mendapat penghargaan dalam kompetisi distrik yang diadakan setiap tiga bulan sekali.

Itulah restoran di depan stasiun Hatagaya ini, apakah restoran seperti itu benar-benar akan menghilang?

Sulit untuk mempercayainya.

Bagaimanapun, satu-satunya orang yang terlihat terkejut hanyalah Maou, Chiho dan para pegawai lainnya terlihat tidak begitu terguncang.

Oleh karena itu, Chiho melihat ke arah Maou yang sedang bingung dengan ekspresi cemas di wajahnya.

"Meskipun kita akan dipisahkan sementara, aku harap kalian semua tidak akan melupakan apa yang telah kalian pelajari di restoran ini, saat berada di tempat kerja kalian yang baru, dan jangan lupa bekerja keraslah!! Hanya itu yang ingin aku katakan!!"

"Er, er, er erhm, Kisaki-san?"

"Hm? Maa-kun, Apa ada masalah?"

"Da-daripada masalah, bagaimana aku mengatakannya ya...."

Maou tidak bisa mengatakan apa yang dirasakannya dengan baik. Apa yang ingin dia katakan? Tidak, sebelum itu, apa maksudnya dengan tempat kerja yang baru?

Kenapa pegawai yang lain tidak terguncang karena situasi ini? Maou merasa begitu bingung dengan hal ini.

"Kau bilang, restoran ini akan tutup....?"

Setelah mendengar satu kalimat yang diucapkan Maou dengan susah payah itu, Kisaki pun mengerutkan dahinya.

"Bukankah aku sudah mengatakan ini padamu dua minggu yang lalu?"

"Eh..."

Meskipun ditanyai secara langsung, Maou masih tidak punya ingatan sama sekali mengenai hal itu. Berbicara tentang dua minggu yang lalu, itu adalah saat setelah insiden yang melibatkan Alas Ramus.

"Erhm... Mungkin...."

Chiho pun berbisik kepada Maou dari belakang.

"Itu adalah saat ketika Maou-san menganggap Alas Ramus telah dibawa pergi.."

"Eh...."

Maou mengeluarkan suara seperti orang linglung, dan terus mencoba mencari ingatan tentang peristiwa yang terjadi dua minggu yang lalu di dasar ingatannya.

Tidak lama setelah Maou meminta kepada Kisaki untuk menambah jam kerjanya agar bisa merawat Alas Ramus, Gabriel tiba-tiba muncul dan menyebabkan keributan besar.

Dua hari setelah hari itu, Maou yang menganggap Alas Ramus telah dibawa pergi benar-benar merasa sangat depresi. Dia terus melakukan kesalahan yang hanya akan dilakukan oleh karyawan baru, dan dua hari itu bisa dikatakan adalah pekerjaan terburuknya semenjak mulai kerja di McRonald. Bahkan Kisaki pun mulai khawatir dengan kesehatannya.

"Pada... Pada waktu itu...."

"Jangan bilang... Kau sama sekali tidak mendengarkannya."

Saat itu, suara keras Kisaki membuat karyawan lainnya menjadi gugup.

Karena Kisaki sangat adil apabila menyangkut pekerjaan dan timbal baliknya, dia menentang keras adanya kelalaian dan arogansi.

"... Kalian semua tidak ada masalah mengenai hal ini kan?"

Selain Maou, semua karyawan bergerak dengan gerakan yang teroganisir dengan baik layaknya tentara yang sudah terlatih.

""""Yesss!!""""

Kata mereka bersamaan.

"Dan begitulah Maa-kun, ikutlah denganku ke kantor."

Maou mengikuti di belakang Kisaki dengan wajah sedikit membiru.

Dengan atmosfer di dalam restoran yang terasa seolah seperti jatuh di bawah nol derajat meskipun sekarang sedang di tengah-tengah musim panas, Chiho dan karyawan lainnya menyaksikan mereka pergi dengan wajah pucat.

Kisaki mempersilahkan Maou berdiri di sebelah meja kerja dan mulai mengotak-atik komputer tanpa berkata apa-apa.

Maou yang berdiri diam di sana, hanya bisa terus menatap pungung Kisaki.

Dan akhirnya, di sudut ruangan itu, sebuah printer dengan model yang lebih tua daripada printer yang ada di Kastil Raja Iblis yang mana khusus digunakan untuk mencetak foto Alas Ramus, mulai bersuara dan mengeluarkan kertas cetakan.

"Jika semua ini tidak bisa membantu, maka aku tidak akan bisa membantumu lagi."

".... Er, ehrm, ...? Apa ini?"

"Ini adalah daftar restoran McRonald yang bisa menampung para karyawan dalam waktu dekat ini."

"Daftar restoran McRonald... Ini berarti, restoran ini akan benar-benar tutup?"

Maou bertanya dengan wajah yang pucat, sementara Kisaki memegang dahinya dengan jari, dan menjawab dengan wajah serius.

"Sepertinya kau benar-benar tidak mendengar apa-apa... Aku sadar waktu itu kau menjawab dengan tatapan kosong, tapi apa kau tidak melihat pemberitahuan yang tertera di kalender yang berada di papan pengumuman di dalam restoran? Para pelanggan bahkan mengetahui hal ini hanya dari pengumuman yang ditempelkan di pintu masuk utama. Kau benar-benar lalai akhir-akhir ini. Pada dasarnya, selama kau membaca daftar tugas, kau seharusnya menyadari ada sesuatu yang salah."

Kisaki beranggapan bahwa Maou terlalu lalai, perkataan tersebut benar adanya tapi juga salah di saat yang sama.

Semenjak Alas Ramus muncul, Maou mulai menambah jam kerjanya lebih dari yang sebelumnya. Agar bisa terus menjadi manager pengganti dan mendapatkan pemasukan yang stabil setiap harinya, jam kerja Maou pun telah ditetapkan. Karena hal itu, Maou sangat sangat jarang melihat daftar tugas.

Meskipun sekarang Alas Ramus tinggal di rumah Emi, tapi Maou lah yang terang-terangan mengatakan kalau dia yang akan bertanggung jawab merawatnya, oleh karena itu, dia selalu mengendap-endap mencari peluang agar bisa menyerahkan uang kepada Emi untuk merawat Alas Ramus.

Meskipun dia tidak bisa memenuhi tugasnya karena selalu ditolak oleh Emi, uang itu masih bisa digunakan sebagai dana cadangan pada situasi terburuk. Oleh karena itu, Maou terus bekerja dengan kemampuan terbaiknya sampai sekarang.

Ketika Maou ingat apa yang telah dilakukannya selama 2 minggu yang lalu, dia mengalihkan perhatiannya pada kertas yang diberikan oleh Kisaki.

"Restoran kita ini adalah salah satu restoran kelas atas di Shibuya barat, tidak ada alasan untuk tutup begitu saja. Restoran ini hanya akan direnovasi untuk mengganti model bisnis, dan bisnis akan dihentikan sementara renovasi tersebut. Restoran ini akan dibuka kembali di pertengahan Agustus, setelah festival Obon. Lagipula, banyak perusahaan di sini yang juga akan ditutup selama liburan musim panas kali ini."

"Berganti model bisnis?"

Kalimat ini menghilangkan setengah kekhawatiran yang Maou rasakan. Mengetahui bisnis ini tidak akan ditutup secara permanen, membuat dia begitu lega.

Meskipun mereka dikenal sebagai McRonald, restoran-restoran itu masih dibagi menjadi beberapa jenis pengoperasian, termasuk restoran di pinggiran kota yang mempunyai taman bermain di dalamnya, restoran yang ada di dalam mall yang dikenal dengan nama "MiniRonalds", dan juga "Driveaway", sebuah jenis restoran yang dibangun di pinggir jalan raya.

Kali ini untuk jenis operasi restoran di depan stasiun Hatagaya, berbeda dari restoran yang biasanya, sebuah cafe dengan bahan-bahan yang telah diseleksi secara teliti akan dibangun. Sebuah Restoran yang akan dikenal sebagai "Mdcafe".

Karena produk yang di jual di Mdcafe lebih beragam dan kualitas bahannya pun mahal, itu membuat harga mereka lebih mahal dibandigkan dengan menu biasanya.

Selain banyak usaha yang harus dilakukan untuk membuat interior dari area makan utama lebih terlihat berkelas dan nyaman, area depan restoran juga butuh perubahan yang besar. Sebelum mengganti jenis operasinya, pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk mengubah area itu.

Untuk area interiornya, lampu, langit-langit, dinding, lantai dan lain sebagainya akan benar-benar berbeda dibandingkan sebelumnya. Dan untuk mengenalkan menu baru, dapur juga perlu ditingkatkan secara signifikan.

"Eh, tapi... dengan ukuran restoran kita, apa kita bisa membuka Mdcafe?"

Keragu-raguan yang masih belum menghilang dari pikiran Maou, hanya karena hal ini saja.

Saat ini tidak ada Mdcafe yang beroperasi secara bebas di Jepang. Bahkan jika bagian asli dari seluruh ruang di restoran ini digunakan untuk  pengoperasian Mdcafe, di tengah-tengah kota seperti ini, hanya restoran dengan area yang lebih luaslah yang mampu menampung Mdcafe.

Meskipun restoran ini adalah restoran yang dibangun di depan stasiun Hatagaya yang mana berada di lantai dasar dari sebuah perkantoran sekaligus menghadap ke distrik perbelanjaan, restoran ini masihlah restoran kecil yang bahkan tidak cukup menampung 50 kursi.

Maou khawatir dengan penataan Mdcafe jika masih berada di dalam McRonald yang sekarang, tempat duduk pelanggan pasti akan lebih sempit. Akan tetapi, Kisaki dengan tenang menjawabnya sambil melihat langit-langit.

"Lantai dua dari bangunan ini akan menjadi bagian dari restoran kita."

"Ehh?"

"Apa kau pikir kita akan bisa mewujudkan rencana itu di restoran kecil seperti ini? Perusahaan di lantai dua memutuskan pindah pada bulan Juli, jadi kita hanya mengikuti arusnya dan mengisi tempat yang kosong itu. Karena hal ini terjadi tiba-tiba, pengembangan dari rencana ini juga terkesan terburu-buru, tapi lantai pertama masih akan berfungsi seperti restoran aslinya. Lantai kedua lah yang akan dijadikan Mdcafe, di sana total jumlah kursinya ada 90."

Tidak bisakah mereka hanya mengecilkan skala dari pengoperasian lantai pertama dan hanya merenovasi lantai kedua?? Maou pun terpikir hal tersebut.

"Itu tidak mungkin, mengingat skala pembangunannya. Renovasi ini menyangkut tampilan dari restoran ini, macam-macam produknya, dan pada akhirnya juga ada citra perusahaan. Menggunakan baju yang kusut dan seragam yang kotor di depan pelanggan, dan mendapatkan uang mereka meskipun mereka merasa tidak senang dan tidak puas, itu sama sekali bukanlah uang yang sehat."

Menurut Kisaki, hal-hal seperti saluran pipa akan digunakan di kedua lantai dan sistem kasirnya pun akan digantikan dengan model POS yang baru. Keduanya hanyalah proyek sementara, tapi karena perubahan besar ini akan segera diwujudkan, menjalankan bisnis dengan keadaan seperti itu hanya akan menyebabkan masalah bagi pelanggan. Jadi mereka memutuskan untuk menghentikan pengoperasian restoran selama renovasi.

"Selama waktu renovasi tersebut, para karyawan sementara akan dikirimkan ke cabang-cabang terdekat sebagai asisten... Jika kau menyadari hal ini lebih awal, aku pasti akan mengenalkanmu pada cabang restoran yang paling dekat."

Kisaki mengangkat bahunya dengan sikap bersalah.

Di daftar yang Kisaki berikan kepada Maou, terdapat restoran cabang mana saja yang membutuhkan bantuan sementara, akan tetapi mereka agak jauh dari Shibuya dan juga tidak mampu memberikan jam kerja dalam jumlah yang besar. Karena ini liburan musim panas, setiap cabang sudah mempunyai sumber daya yang cukup memadai karena kebanyakan dari pegawainya adalah para siswa yang bekerja paruh waktu.

Semenjak Maou menjadi manager pengganti, dia dan Kisaki sangat jarang sekali bertemu.

Inilah salah satu faktor yang juga menyebabkan tragedi ini.

"Karena penghentian pengoperasian disebabkan oleh kepentingan perusahaan, maka pekerjaan para karyawan masih dalam perlindungan kami. Tapi untuk masalah kali ini, kau juga harus disalahkan karena tidak mengkonfirmasi masalah sepenting ini. Meskipun aku mengagumi bakatmu dan berharap kau bisa bekerja di lingkungan yang lebih baik, tapi hanya inilah yang bisa kulakukan untukmu."

Kisaki berdiri dan meletakkan tangannya di pundak Maou.

"Jika kau memutuskan akan pergi ke cabang-cabang ini untuk membantu, hubungilah mereka sebelum besok sore."

Maou merasa sekelilingnya seperti menjadi gelap.

Setelah berjalan keluar dari ruangan staff dengan gemetaran, Chiho mendekatinya dengan wajah yang terlihat cemas.

"Kau benar-benar tidak tahu hal ini sama sekali?"

"Ah, Yeah, apa Chii-chan juga akan membantu di restoran lain?"

"Aku akan cuti sampai renovasinya selesai.... Selain itu, maaf kan aku!!"

Chiho tiba-tiba membungkuk, membuat Maou terkejut.

"Aku mengurangi banyak jam kerjaku kareka aktivitas klub.... Sementara Maou-san sibuk mengurusi Alas Ramus... Jika aku mengatakan hal ini padamu, kau pasti akan mengetahuinya lebih awal."

Sepertinya Chiho memiliki perasaan tidak enak terhadap kesalahan yang dibuat Maou sendiri, dan melihat Maou dengan ekspresi seperti akan menangis.

"Tidak, tidak, tidak, ini bukan kesalahanmu. Kalau sibuk sih, tidak, karena Alas Ramus sekarang bersama dengan Emi. Akulah yang harus disalahkan karena terlalu sembrono. Haha sekarang aku tidak akan bisa bilang kalau aku akan memperbaiki sikapku."

Menganggap ini bukan kesalahan Chiho sama sekali, Maou dengan cepat menggelengkan kepalanya dan membalas.

"Meskipun kondisinya tidak bagus, tapi ini tidak seperti aku tak akan bekerja sama sekali. Aku akan membicarakan ini dengan Ashiya setelah aku pulang nanti. Maaf membuatmu khawatir seperti ini."

"Maou-san...."

Maou tiba-tiba teringat sesuatu dan mengajukan pertanyaan pada Chiho untuk mengganti suasana.

"Oh ya Chii-chan, bisakah kau datang ke rumahku hari ini?"

"Eh?"

Chiho bingung dengan undangan yang tiba-tiba ini.

"Pagi tadi, aku dengar Suzuno dan Emi akan datang untuk makan malam. Kau juga harus datang dan bertemu Alas Ramus, anak itu ingin sekali bertemu denganmu. Meskipun Emi tidak masalah dengan apapun, makanan akan terasa lebih enak jika dimakan bersama banyak orang, jadi..."

Maou menepuk pundak Chiho dengan lembut.

"Mengenai masalah ini, aku tidak apa-apa, jadi cerialah, oke?"

"Yea, yeah..."

Chiho mengangguk kecil dengan wajah yang sedikit memerah.


XxxxX


"Yo, aku pulang!!"

"Per-permisi."

Maou meninggalkan rumah pagi-pagi sekali untuk bekerja dan dia pulang pada pukul 7.00 malam. Langitpun tidak terlihat begitu gelap dikarenakan lampu yang bersinar di dalam rumah-rumah yang mereka lewati karena sedang mempersiapkan makan malam.

"Papa!!"

(*Di Volume 3 Alas Ramus memanggil Maou dan Emi dengan sebutan Daddy dan Mommy, karena di source nya emang begitu, tapi di volume 4 dia memanggil papa dan mama. Apapun itu papa mama ataupun daddy mommy tidak masalah karena maknanya sama. :3)

Setelah kembali ke rumah kontrakan yang dijadikan sebagai kastil raja iblis, sebuah kontrakan yang sudah berusia 60 tahun, "Villa Rosa Sasazuka", apa yang menyapa Maou dan Chiho adalah senyum bak malaikat dari Alas Ramus. Hal itu cukup mengobati capek pikiran dan tubuhnya karena kesalahan yang dia buat saat bekerja.

"Ada Chii-neechan!!"

Alas Ramus yang berlari menuju Maou dari sisi lain meja di ruangan itu, dengan cepat menoleh, mengganti arahnya dan berlari menuju Chiho.

"Alas Ramus-chan!! Hello!!"

Chiho dengan lembut menggendong Alas Ramus yang berlari dengan kecepatan penuh. Di sisi lain, Maou yang memasang pose seperti siap menangkap Alas Ramus, menundukan kepalanya sedih. Melihat hal ini 'mama' Alas Ramus dan musuh dari kastil Raja Iblis, Emi, yang terlihat baru pulang bekerja, mengatakan sesuatu dengan senyum mengejek.

"Alas Ramus membuat pilihan yang tepat."

"Berisik, diamlah! Uhh menyedihkan!! Hey, Alas Ramus aku di sini juga."

"Chii-neechan!!"

Alas Ramus tidak memperdulikannya.

"Selamat datang kembali Maou-sama, silakan gunakan handuk basah ini."

Ashiya yang menganggap bahwa melayani Maou adalah tugasnya, dengan sigap memberikan handuk basah kepada Maou. Maou mengelap keringat akibat dari perjalanannya ke rumah dan menekankan handuk itu ke matanya untuk mengusir rasa lelahnya.

"Ah.. Enaknya!"

"Ah, Sasaki-san, selamat datang, silakan duduk."

Ashiya dengan perhatian juga memberikan handuk basah kepada Chiho dan mempersilakan Chiho yang menggendong Alas Ramus untuk duduk di salah satu sudut meja.

"Maafkan aku karena menganggu kalian seperti ini."

Chiho membuat kontak mata dengan Ashiya dan Emi sebagai salamnya.

"Meski aku bukanlah orang yang seharusnya mengatakan ini, tapi tidak masalah. Alas Ramus juga senang karena ini."

"Jika itu Chiho-dono, bagaimanapun juga aku akan menyambutmu kapanpun."

Suara keras seorang wanita terdengar dari arah yang berlawanan dengan Ashiya.

Orang itu menaruh sumpit dan mangkok Chiho di atas meja, sambil menatap tajam Ashiya dan Maou dengan wajah kurang senang.

"Tindakan memberikan handuk basah seperti itu memang hal paling normal, akupun tidak akan mengkomplainnya. Akan tetapi, jangan mengelap keringatmu sambil mendesah. Pikirkan martabatmu sebagai raja Iblis."

Menggunakan sebuah apron dan bandana berbentuk segitiga, wanita yang memberi peringatan pada Maou adalah Kamazuki Suzuno. Seorang pendeta dari Gereja Ente Isla yang tinggal di sebelah kastil Raja Iblis. Dan pada saat yang sama, dia juga merupakan musuh Maou.

"Mengingat keadaan saat ini, tidak ada gunanya bahkan jika aku berperilaku seperti orang bermartabat di depan kalian semua."

Maou, yang menjawab perkataan Suzuno dengan sikap acuh tak acuh, menyerahkan kembali handuk basah itu kepada Ashiya. Suzuno menghela nafas dan kembali ke dapur, mengaduk sepanci sup Miso.

"Jika kau begitu, Alas Ramus akan menirumu kau tahu?"

Ketika Suzuno baru saja mengatakannya,

"Ah, tidak boleh Alas Ramus-chan, ini digunakan untuk mengelap tanganmu."

Suara khawatir Chiho terdengar. Setelah melihat lebih dekat, Alas Ramus ternyata mengambil handuk basah yang Ashiya berikan kepada Chiho dan mulai mengelap tubuhnya, meniru tingkah Maou.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 translate Bahasa Indonesia Zhi End Blogs


"Ah, enaknya!!"

"Alas Ramus! Jangan meniru kelakuan seperti orang tua itu!! Dan ini milik Chiho onee-san, okay?"

Emi mengambil handuk dari Alas Ramus yang sedang meniru tingkah Maou.

"Sini Alas Ramus-chan, biar aku bantu membersihkan tanganmu."

Chiho mengambil handuk dari Emi dan membantu Alas Ramus, yang duduk di pangkuannya, untuk membersihkan tangannya.

"Hmmph."

Suzuno menunjukan senyum mengejek yang seolah mengatakan "kubilang juga apa". Sementara Maou dengan tampang tidak senangnya, menoleh dengan canggung kepada Ashiya dan menanyakan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya, mencoba untuk menghindari topik.

"Ah, itu, bagaimana dengan Urushihara?"

"Dia pasti masih berada di depan komputer. Karena Bell tidak mengizinkannya menggunakan komputer di ruangan ini, dia pasti berada di kastil Raja Iblis."

Ekspresi Ashiya menjadi dingin karena suatu alasan yang berbeda dengan Maou.

"Tentu saja! Jika si idiot itu ditinggalkan sendirian, dia mungkin akan duduk di depan komputer seharian. Tidak peduli hal-hal seperti tagihan listrik, orang itu benar-benar merusak pemandangan."

Suzuno mengeluh dengan tidak senang sambil membawa piring.

Benar, meskipun dia kembali ke Villa Rosa Sasazuka, Maou tidak pulang kamar nomor 201, kastil Raja Iblis.

Dia berada di kamar di kamar 202 di sebelahnya, yang mana itu adalah kamar Suzuno Kamazuki.

Saat pertarungan melawan Gabriel, sebuah lubang besar terbentuk di kastil Raja Iblis. Yang mengejutkannya, tidak ada orang yang melaporkannya pada polisi.

Meskipun Raja Iblis dan para bawahannya sudah membeli kain terpal yang biasa digunakan untuk menutupi sepeda di supermarket, dan menutup lubang itu menggunakan benda-benda yang mereka kumpulkan sebagai perbaikan darurat, tapi hal itu tidak bisa dibiarkan  begitu saja selamanya.

Setelah mereka tidak punya ide lagi, mereka mencoba untuk menemui kontraktor yang dulu tidak bisa memasang AC di kastil Raja Iblis, akan tetapi, jawaban mereka begitu sederhana, mereka bilang akan mencoba menghubungi pemilik kontrakan Shiba. Tapi sampai sekarang, lubang itu masih tetap ada.

Meskipun kabel listrik, gas dan pipa air tidak terlihat rusak, tapi ini masihlah bangunan kuno yang sudah berusia 60 tahun.

Bisa jadi kekuatan yang menyebabkan lubang di dinding itu telah mengakibatkan bahaya tersembunyi di tempat-tempat yang tidak bisa mereka lihat, dan sangat sulit untuk mengetahui tindakan apa yang bisa menyebabkan terjadinya bencana susulan.

Pasti akan lebih sulit untuk membersihkannya jika ada insiden lain terjadi, oleh karena itu, Maou dan para iblisnya akan menganggu pendeta di sebelah rumah mereka jika waktunya makan dan saat mereka membutuhkan daya listrik dalam jumlah besar.

Kalau sudah begini, Urushihara yang terus menggunakan komputer adalah faktor paling tidak menguntungkan bagi Raja Iblis dan Suzuno.

Untungnya, semenjak lubang itu ada di kastil Raja Iblis, sama sekali tidak pernah terjadi hujan.

Bagaimanapun juga, mereka tidak bisa terus seperti ini selamanya. Sambil berpikir untuk mengkonfirmasi pemilik kontrakan mengenai situasi ini, Maou pun duduk di sebelah Chiho.

"Papa!!"

Alas Ramus yang duduk di pangkuan Chiho, mencoba keras untuk mengulurkan tangannya ke arah Maou.

Hanya dengan melihat senyum itu saja, sudah cukup untuk menghilangkan semua penat dan masalah yang dialami Maou seharian ini.

"Okay, kalau begitu, kau bisa ikut dengan papa... Apa itu tidak masalah?"

Chiho sadar kalau Maou telah mencapai batas kesabarannya dan membiarkan Alas Ramus untuk duduk di pangkuan papanya. Tidak lupa dia juga terlebih dahulu meminta persetujuan Emi, dan Emi pun menyetujuinya.

Pada dasarnya, Emi juga begitu sayang kepada Alas Ramus.

Ketika Alas Ramus sudah duduk di pangkuan Maou, dia langsung memegang sumpit yang ada di depannya dengan kedua tangan, dan mulai memukul-mukulkan sumpit itu pada meja.

"Hey, Alas Ramus, kau tidak boleh begitu!! Kau harus lebih sopan!"

"Uuu~"

Ketika Alas Ramus diperingatkan oleh Maou dan Emi, meskipun dia merasa enggan, dia tetap mendengarkannya dengan patuh.

Gadis kecil yang terlihat kurang senang itu meletakkan kembali sumpitnya di tempatnya semula, meskipun posisi sumpit itu ternyata terbalik- Maou tersenyum dan menyentuh kepala Alas Ramus.

"Bagus, anak pintar. Sebelum Suzu nee-san membawa nasinya kesini, tunggulah dengan patuh, okay??"

"Yeah!!"

".... Aku tidak tahu kenapa, tapi ketika kau memanggilku 'Suzu nee-san' aku merasa merinding."

Suzuno yang memakai apron dan sedang menyiapkan nasi untuk semuanya, menghentikan gerakannya dan mengatakan hal itu dengan volume yang cukup keras untuk didengar Maou.

"Ya ya ya, maaf mengenai hal itu!"

"Ye ye ye!"

Alas Ramus kembali meniru nada bicara Maou, karena dia pikir itu menarik. Menanggapi hal ini, Emi dan Suzuno kembali menatap tajam ke arah Maou.

Maou, yang akan menjadi sangat jujur ketika ada hal-hal yang menyangkut Alas Ramus, menyusun kembali sumpit pada posisinya yang benar sambil memikirkan rencananya ke depan.

Dia perlu mendiskusikan soal anggaran rumah tangga dengan Ashiya, apakah dia akan bekerja di restoran cabang yang dikatakan Kisaki sebelumnya, ataukah dia akan mencari solusi lainnya, dan cepat atau lambat Emi pasti tahu hal ini, akan tetapi, Maou juga tidak perlu dengan sengaja menunjukan sisi lemahnya kepada musuh.

Jika dia membicarakannya sekarang, mungkin saja Emi dengan bahagia akan mengatakan pada Alas Ramus 'papa kehilangan pekerjaannya' atau sesuatu seperti itu. Jika Alas Ramus mulai melihatnya sebagai seorang pengangguran, Maou pasti tak akan sanggup melanjutkan hidupnya.

"Hey Alsiel, katakan pada Lucifer untuk datang ke sini, jika tidak, akan sangat merepotkan kalau dia mulai mengeluh nanti. Katakan padanya kalau tidak segera datang, dia tidak akan dapat makan malam."

Begjtu Suzuno hampir selesai mempersiapkan makan malamnya, dia mengatakan hal itu sambil melepaskan apronnya.

"... Baiklah!!"

Meski pada dasarnya iblis Alsiel dan manusia Suzuno memiliki hubungan saling bermusuhan, karena mereka berdua mulai sering memasak bersama,  ketika ada pekerjaan rumah tangga serta hal-hal yang menyangkut Urushihara, entah kenapa mereka berdua nampak bisa mengerti satu sama lain.

Ashiya menjawab Suzuno dengan nada datar, setelah melepaskan apronnya dan melipatnya dengan rapi, dia pun pergi meninggalkan ruangan.

"Kau bahkan membuatkan makan malam untuk orang itu, ini pasti sangat berat bagimu."

"Ini karena Raja Iblis sudah membayarnya. Ditambah lagi, dibandingkan memasak untuk porsi satu orang setiap waktu makan, dengan begini, aku malah bisa meyimpan lebih banyak bahan makanan, dan lebih mudah juga untuk memikirkan apa yang akan aku masak."

Suzuno mengatakan hal itu sambil melepas bandananya. Menanggapi jawaban seperti itu, Emi membalasnya dengan ekspresi datar.

"Jika kau terus mengatakan hal hal seperti ini, kau mungkin perlahan-lahan akan memihak mereka, kau harus lebih berhati-hati...."

"??"

Meskipun Suzuno tidak mengerti apa maksudnya, dia lebih memilih untuk tidak melanjutkan topik itu dan duduk di sebelah Emi, berseberangan dengan Maou.

"Papa, apakah sudah siap? Apa makan malamnya sudah siap?"

"Yeah, anak pintar. Tapi bisakah kau menunggu sebentar lagi? Kita akan mulai makan setelah semua orang ada di sini."

"Lucifer, cepatlah!!"

Sepertinya Alas Ramus tahu betul siapa orang jahat di sini.

Emi berusaha keras agar tidak memperhatikan Maou, dan bertanya kepada Suzuno sambil terus mengawasi Alas Ramus.

"Oh ya, sepertinya kau masih punya beberapa furnitur besar di sini, apa yang akan kau lakukan terhadap mereka?"

"Ah karena situasi kali ini special, orang-orang dari apartemen membantuku dengan mengenalkan tempat penyimpanan tanpa biaya tambahan. Aku memutuskan untuk mengirim semuanya besok."

"Bagaimana dengan benda-benda yang ada di kulkas?"

"Aku menyelesaikan semuanya sekaligus hari ini."

"Oh, itu menjelaskan kenapa makan malam hari ini sangat mewah. Kau baru saja membeli kulkas itu beberapa waktu yang lalu, tapi kau sudah memutuskan untuk membersihkannya."

Mendengarkan percakapan dari kedua orang itu, Maou pun melihat ke arah meja makan.

Di atas meja terdapat piring besar yang berisi sayur-sayuran dengan bawang, tomat, tahu dan juga sup miso dengan rumput laut. Di samping itu juga ada karaage, patty daging, siew mai, tempura dan salad.

Bagi Suzuno, yang lebih menitikberatkan tampilan luar dari makanannya, sebuah menu yang terlihat seperti seluruh isi kulkas dibersihkan tanpa sisa, adalah suatu kejadian yang langka.

Bahkan dengan bantuan dari Chiho, mungkin masih sulit untuk menghabiskan makanan sebanyak ini.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Emi dan Suzuno terheran-heran mendengar pertanyan Maou.

"Sebenarnya apa yang kami bicarakan tidak ada hubungannya denganmu. Sejujurnya apa kalian sudah siap? Sudahkah kalian meletakkan semua furnitur kalian sesuai urutannya?"

"Eh? Apa maksudmu?"

Maou balik bertanya, bingung.

Emi dan Suzuno saling pandang satu sama lain dengan curiga. Segera setelahnya, Maou merasakan sesuatu yang dingin di punggungnya.

"Wah!! Dingin!!"

Itu bukanlah sebuah ilusi. Alas Ramus yang telah meninggalkan pangkuan Maou tanpa disadari olehnya, kini sedang memeluk sebotol air dingin dan menekankannya pada punggung Maou.

"Alas Ramus-chan, nanti kau bisa kebasahan, bisakah kau berikan botol itu padaku?"

"Nu uh, tidak!!"

Chiho dengan lembut memulai pertarungan dengan Alas Ramus, yang bertekad tidak ingin menyerahkan botol itu, sementara Suzuno melanjutkan kata-katanya.

"Mulai besok, kalian semua dan aku harus meninggalkan apartemen ini untuk sementara."

"Hey, Alas Ramus, dengarkan kata-kata Chii nee-san!! Meninggalkan apartemen huh......... apa, apa yang baru saja kau katakan?"

Maou seketika menjadi kaget, tapi tiba-tiba dia kehilangan setiap rona di wajahnya, dan menatap Suzuno dengan wajah pucat.

"Pergi? Dari apartemen ini?"

"Hey, Raja Iblis, jangan bilang ....."

Suzuno perlahan mengeluarkan sebuah amplop yang terlihat familiar dari dalam kimononya.

Itu adalah sebuah amplop dengan jahitan dari emas, yang mana terasa seperti sutera saat disentuh.

"Setelah kau pergi menemui agensi apatemen, surat ini tiba!! Ini adalah pemberitahuan dari pemilik apartemen."

"HAAAAH?"

Maou begitu kaget, seakan-akan rahangnya seperti akan jatuh sampai ke tanah. Alas Ramus pun hampir menjatuhkan botol yang dia pegang karena mendengar suara Maou.

"Papa, Jangan menakutiku!!"

Akan tetapi, bahkan suara Alas Ramus pun tidak dapat terdengar oleh Maou.

Maou merebut surat dari tangan Suzuno, dan dengan sangat waspada jikalau di dalamnya terdapat foto dari pemilk kontrakan, dia mengeluarkan isinya dengan begitu pelan.

Kalau mengingat si pemilik kontrakan, jarang sekali dia hanya mengirimkan pemberitahuan di atas secarik kertas. Surat itu hanya dipenuhi dengan kata-kata dan terlihat seperti kontrak.

"Kepada para penyewa di Villa Rosa."

Dari tanggalnya, pemberitahuan ini dikirimkan 2 minggu yang lalu. Surat itu diawali dengan kalimat tersebut, dan Maou yang terus membacanya.....

"Ini tidak mungkin...."

Kali ini Maou benar-benar merasa kalau dunia seperti berputar-putar dan pingsan.

"Ma-Maou-san??"

"Hey, kepalamu bisa terbentur, itu bahaya."

"Papa?"

"Suara apa itu tadi... Ma Maou-sama??"

"Aku lapar. Ah, Sasaki Chiho juga datang. Wah! Makanan hari ini benar-benar mewah."

Ashiya yang baru saja kembali, melihat tuannya telah pingsan, dan dia pun langsung berlari ke arahnya. Sedangkan Urushihara, dia masih saja bersikap seperti dia yang biasanya.

"Alsiel, papa langsung tertidur setelah melihat ini."

Alas Ramus menyerahkan kertas yang dia ambil kepada Ashiya.

"Terima kasih Alas Ramus, Hm?? Ini untuk Bell, oh pemberitahuan dari pemilik kontrakan...."

Emi dan Suzuno bahkan tidak punya waktu untuk menghentikannya.

"..... Fu."

Ashiya yang melihat isinya, langsung roboh seakan-akan nafasnya telah berhenti.

"Hm? Apa yang terjadi dengan Maou dan Ashiya?"

Emi, Chiho, dan Suzuno menatap Urushihara dengan tatapan dingin, yang mana dia tidak membantu sama sekali, terlambat, dan langsung memenuhi mulutnya dengan karaage bahkan tanpa bilang "Itadakimasu"

Suzuno mengambil surat tersebut dari tangan Ashiya dan membukanya di depan mata Urushihara.

"Baca ini baik-baik, kau punya masalah besar."

"Uh... Apa, Apa in... Eh? Kepada seluruh penyewa?

Urushihara membaca tulisan itu sambil menelan makanannya.

"Sehubungan dengan ganti rugi, para penghuni akan direlokasi sementara guna memudahkan renovasi pada apartemen.... Relokasi sementara para penghuni? Apa maksudnya ini?"

Kali ini, bahkan Urushihara pun terkejut, dia meletakkan sumpitnya dan melanjutkan membaca isi surat itu.

Sederhananya, permintaan yang Maou sampaikan pada agensi apartemen dua minggu yang lalu telah sampai pada pemilik kontrakan.

Sepertinya lubang yang ada di Kamar 201 itu terlalu besar, jika lubang itu hanya ditambal dengan sederhana, masih akan timbul kekhawatiran dikarenakan struktur bangunan yang sudah tua.

Selain itu, ini juga dikarenakan usia dari gas serta pipa air yang sudah setua saluran listriknya. Hal itu menyebabkan orang-orang khawatir jika suatu masalah terjadi, jadi diputuskan kalau seluruh bangunan akan direnovasi.

"... Eh, tapi, aku tidak pernah mendengar ini sama sekali."

"Aku juga berpikir begitu, jika Maou dan Ashiya saja bisa jadi seperti ini, akan aneh jika kau tahu."

"Bell akan tinggal di apartemenku sampai renovasi selesai, apa kalian punya rencana?"

Sebagai respon dari pertanyaan Emi dan Suzuno, Urushihara hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan menatap Emi dengan tatapan kosong.

"Bahkan jika aku tinggal di sebuah rumah besar yang cukup untuk menampung 3 generasi, apa kau pikir aku akan dengan senang hati mengundang kalian untuk tinggal?"

"Itu benar..."

Sepertinya Urushihara pun tidak punya rencana agar pemintaannya bisa terpenuhi.

Alas Ramus yang tidak mengerti apa yang para orang dewasa ini bicarakan, mengabaikan Urushihara yang menghela nafas dan berjalan menuju kedua pria yang sedang terbaring di lantai.

"Apa yang terjadi dengan papa dan Alsiel??"

"Uh, itu, mereka mungkin tertidur. Ne ne, Alas Ramus-chan bangunkan mereka."

Chiho, yang mana menjadi satu-satunya orang yang tahu situasi pekerjaan Maou dan bahkan menganggap keadaan itu sebagai masalahnya, merasa begitu terguncang ketika tahu Maou juga kehilangan tempat tinggalnya.

"Okay!! Papa, Alsiel, bangun, waktunya makan."

Setelah diguncang-guncang oleh tangan kecil Alas Ramus, Maou dan Ashiya pun terbangun dengan tatapan kosong di mata mereka, seolah-olah baru terbangun dari mimpi yang begitu panjang.

".... Rasanya seperti aku baru saja bermimpi."

"... Aku juga. Tidak... Itu lebih tepat kalau disebut mimpi buruk."

Sang Raja Iblis dan jenderal iblisnya yang tidak pernah lari dari kenyataan bahkan setelah kalah dari Emilia di pertarungan akhir mereka, memilih untuk melarikan diri kali ini.

"Ah, Benar juga, Ashiya."

"Ya, Ada apa?"

Maou, dengan mata yang muram berbicara,

"Sepertinya aku akan kehilangan pekerjaanku mulai besok, menurutmu apa yang harus kulakukan?"

"........"

"Kehiyangan pekejaan?"

Alas Ramus, yang sedang belajar berbicara, mengulangi apa yang Maou katakan dengan nada lemas.

"Fu...!"

Ashiya mengeluarkan helaan nafas yang terdengar seperti balon yang udaranya bocor dan langsung kehilangan kesadarannya saat itu juga.

"Wah!! Ashiya-san!! Wajah Ashiya-san!!"

"Oi warna wajah seperti ini benar-benar serius! Bell! Air! Ambil air, cepat!!"

"Mama, Air mineral"

"Bagus Alas Ramus! Berikan itu padaku!"

"Uh, apa memang begini Analeptic itu? Tidak, sebelum itu, bukankah kita harus memijat jantungnya terlebih dahulu?"

"... Apa yang terjadi pada Ashiya?"

Hanya Maou lah yang tidak menyadari betapa kuatnya dampak bom yang baru saja dia lempar.


---End of Part 1---





Translated by : Me [Zhi End]
Previous
Next Post »
0 Komentar