Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama translate Bahasa Indonesia



Chapter 2 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis.

"Wow!! Bagus sekali keretanya!!"

Seru Chiho ketika berada di pemberhentian jalur JR Matsumoto - Stasiun Choshi.

Mereka telah pergi meninggalkan Sasazuka, dan berganti kereta (yang mereka naiki sebelumnya) di Shinjuku, Kinshicho dan Chiba. Kemudian mereka menaiki kereta yang berjalan di atas jalur Matsumoto di Chiba. Perjalanan itu membutuhkan waktu lebih dari 3 jam.

Peron dari jalur kereta Choshi yang berjalan menggunakan tenaga listrik terletak di paling pojok dari jalur JR Choshi. Kereta yang memasuki stasiun, memiliki penampilan yang tidak pernah dilihat oleh Maou, Ashiya, dan Urushihara sebelumnya.

Bagi para iblis yang tinggal di Jepang selama hampir 2 tahun ini, kereta api bawah tanah adalah sebuah sarana transportasi yang terbuat dari kereta besi yang digabung menjadi satu dan mempunyai 4 pintu dengan kursi panjang di dalamnya.

Tapi kereta api bawah tanah di hadapan mereka, telah menghancurkan kesan dari kereta api bawah tanah yang para iblis itu miliki sebelumnya.

Kereta-kereta tersebut benar-benar mengabaikan semua hukum aerodinamika. Setengah bagian bawah dari badan persegi panjang kereta itu dicat dengan warna merah tua, sementara bagian atasnya dicat dengan warna hitam yang terlihat klasik. Dan hanya lampu besar bundar yang berada di bagian atas kereta itulah yang paling cocok ada di kereta itu. Hanya ada satu kereta di sana, tapi suaranya sudah bergema dengan sangat keras ketika bergerak.

Sebagai perbandingan, kereta baja itu terlihat seperti sesuatu yang berasal dari masa depan.

Sebenarnya, kereta di hadapan mereka itu terlihat sangat tua. Kereta itu bergerak sangat pelan dan mengeluarkan bunyi besi yang berdecit ketika mengerem.

"Apa ini benar-benar kereta?"

Urushihara yang tidak bisa menemukan kata-kata yang lebih bagus lagi untuk diucapkan, menerima tatapan remeh dari Chiho ketika dia membuka mulutnya.

Bagaimanapun, kereta ini memang sangat berbeda dengan apa yang biasa digunakan Maou, dan membuat dia tercengang untuk sesaat, tapi dia dengan cepat mulai sadar dengan keramaian yang ada di sekitarnya.

Semuanya kini sedang tersenyum melihat kereta tua yang sangat tidak biasa bahkan bagi Maou.

Sederhana, antik, dan penuh akan nostalgia, kereta itu datang ke sini dan begitulah, tempat itu langsung dipenuhi dengan suara kekaguman dan kegembiraan dari orang-orang.

Semua orang langsung mengeluarkan kamera digital maupun HPnya dan mulai mengambil gambar kereta itu.

"Eh, aku rasa kalian semua tidak akan bisa mengerti perasaan nostalgia ini."

".... Kalian melakukan hal yang hampir sama dengan apa yang kami lakukan di Jepang, dan kalian masih tidak malu mengatakan hal itu?"

Maou menolehkan wajahnya dengan tidak senang ketika dia mendengar tawa dari arah belakangnya.

Di hadapan Maou, berdiri Emi yang sedang menggendong Alas Ramus, dan Suzuno yang membawa sebuah payung.

"Yeah, ini adalah kereta listrik Choshi model 1001. Kereta ini mulai digunakan pada tahun 1950. Dan berdasarkan penelitian yang kulakukan sebelumnya, pada saat itu, seluruh Jepang menggunakan model kereta seperti ini."

Suzuno menjelaskan sambil menatap ke arah buku pegangan yang diberikan secara gratis di dalam stasiun.

Maou selalu penasaran, apakah Suzuno benar-benar melakukan penelitian terhadap sesuatu yang berasal dari masa lalu dan dari mana dia mendapatkan informasi itu?

"Ngomong-ngomong, di mana kita harus membeli tiketnya?"

Peron untuk kereta Choshi terhubung dengan peron untuk jalur JR, namun tidak ada gerbang mekanik yang digunakan untuk berganti kereta, di sana hanya ada alat pembaca IC card.

Tapi bagi Maou dan yang lainnya yang berasal dari Shinjuku, biasanya mereka membeli tiket dari jendela JR.

"Erhm.. sepertinya kau bisa mendapatkan tiket dari petugas yang berada di dalam kereta atau di peron. Pria yang di sana itu sepertinya memegang sesuatu yang terlihat seperti alat pemotong tiket, kurasa kita bisa membeli tiketnya dari dia."

"Itu kan manual??"

"Kenapa kau terkejut?? Bahkan di  Shinjuku, Ikebukuro dan Shinagawa, sudah menggunakan sistem pembelian tiket manual dan pengecekan dari beberapa puluh tahun yang lalu."

Suzuno terlihat selalu bersemangat ketika menjelaskan mengenai Jepang di masa lalu, terutama dari era Showa.

Ketika dia mulai meneliti keadaan sosial di sini, sepertinya, dia terjebak di zaman ketika stasiun masih menggunakan sistem penjualan tiket secara manual. Rasanya sangat jahat bagi satu-satunya orang Jepang asli yang berada di gerombolan mereka, yaitu Chiho yang lahir pada era Heisei.

Chiho hanya punya pemahaman umum mengenai situasi di zaman ini. Dan tentu saja, Maou dan Emi bahkan lebih buruk lagi.

"Tapi di sebelah sana sudah ada alat pembaca IC card, kenapa mereka menggunakan cara yang tidak menyenangkan dan merepotkan seperti itu...?"

"Dasar bodoh. Itulah nilai jual mereka."

"Apa?"

Meninggalkan Maou yang sedang kebingungan di belakang, Emi dan Alas Ramus berjalan menuju pegawai stasiun tersebut.

"Ke Inubo. Satu tiket untuk orang dewasa dan satu tiket untuk anak-anak, ah, aku hanya ingin memegang tiket itu..."

Berdasarkan penjelasan dari orang-orang di sana, sebenarnya bayi dan balita tidak perlu untuk membeli tiket, tapi Alas Ramus kini sedang menatap ke arah tas tua yang dibawa oleh pegawai itu dengan hasrat yang begitu besar.

Alas Ramus dengan ceria menerima tiket yang telah dicek oleh pegawai tersebut dan dengan erat menggenggamnya di tangannya.

"Telima kasih!!"

Wajah ceria Alas Ramus membuat petugas stasiun itu menyimpulkan sebuah senyum.

"Yah begitulah, itu untuk sesuatu seperti ini. Jika kita menggunakan mesin penjual tiket otomatis, kau tidak akan bisa melihat pemandangan seperti itu kan?"

"... Yeah, itu benar."

Setelah mendengarkan tanggapan Suzuno, meski tidak mengerti, Maou masih saja menyetujuinya setelah melihat senyum di wajah Alas Ramus.

Ashiya mengikuti Emi dan membeli tiket, sementara itu Chiho masih sibuk mengambil foto kereta dengan menggunakan kamera digitalnya. Sedangkan Urushihara yang tidak sanggup menahan panasnya musim panas, dengan lemah ambruk di atas bangku yang berada di stasiun.

"Ngomong-ngomong... Aku tidak pernah mengira kalau kalian akan mengikuti kami sampai ke sini."

Maou mengangkat bahunya dan menatap ke arah Suzuno. Suzuno yang sedang memegangi sebuah payung di atas kepalanya, tersenyum dan kemudian menjawab,

"Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Kami tidak mengikutimu. Ini terjadi hanya karena tujuan perjalanan kita itu sama."

Terus mencoba berbohong seharusnya juga ada batasnya.

Ini terjadi beberapa jam yang lalu ketika Maou dan yang lainnya akan berangkat dari Sasazuka.

Chiho tiba-tiba muncul di stasiun Sasazuka pukul 8 pagi, sambil terengah-engah.

Pada awalnya, Maou mengira kalau dia datang ke sana hanya untuk mengantar mereka. Tapi ketika dia melihat Chiho membawa sebuah tas besar, dia kemudian berpikiran kalau sama seperti mereka, Chiho mempunyai urusan yang mengharuskan dirinya untuk bepergian.

Kalau dipikir-pikir, tidak peduli seberapa besar orang tua Chiho mempercayai Maou, tidak mungkin mereka akan membiarkan anak mereka yang masih duduk di kelas 2 SMA pergi bersamanya ke suatu tempat yang mengharuskan mereka untuk tinggal bersama.

Oleh sebab itu, Maou tidak pernah berpikiran kalau tujuan Chiho adalah Choshi.

"Apa Chi-chan ingin pergi juga? Kita akan berada di arah yang sama sampai Shinjuku."

"Tidak juga, kita akan terus bersama bahkan setelah itu."

Chiho membalas dengan begitu ceria ketika dia memasuki stasiun bersama dengan Maou melalui pintu otomatis.

30 detik berikutnya, Maou tahu alasan kenapa Chiho terlihat sangat bahagia.

"Selamat pagi Chiho. Ada apa dengan ketiga orang di belakangmu itu?"

"Chiho-dono, kami sudah menunggumu. Oh, kau bertemu dengan Raja Iblis dan gerombolannya juga? Kebetulan sekali."

"Papa! Chi nee-chan!!"

Emi, Suzuno, dan Alas Ramus duduk di bangku yang ada di peron kereta yang akan pergi dari Sasazuka ke Shinjuku.

Maou, Ashiya, dan Urushihara menatap mereka sambil menganga karena terkejut. Mereka bertiga hanya diam untuk beberapa saat.

Saat ketiga iblis itu pergi meninggalkan apartemen pagi-pagi sekali, mereka tidak bertemu dengan tetangga mereka, Suzuno.

Entah bagaimana, Emi dan Suzuno mungkin berencana untuk menunggu di stasiun lebih awal. Kemudian mereka hanya menyapa Chiho, dan berpura-pura secara kebetulan bertemu dengan Maou dan para gerombolannya seolah-olah ingin mengejek ketiga iblis itu.

Ada koper besar dengan roda di depan mereka berdua. Itu benar, mereka berdua pasti berencana mengikuti Maou.

"Tidak hanya sampai Shinjuku, kita akan terus berada di rute yang sama sampai ke Choshi. Jangan khawatir, aku sudah mendapatkan izin ibuku."

Chiho dengan bangga mengatakannya seolah dia sedang mengumumkan sebuah jawaban.

Ketiga iblis itu masih menganga dengan mulut yang terbuka lebar. Tidak mungkin ada orang tua yang akan mengizinkan hal seperti ini.

"Apa kalian masih belum paham?"

Emi yang sedang duduk di bangku, menyeringai ke arah ketiga iblis itu.

"Meskipun tujuannya juga Choshi, Chiho tidak akan pergi bersama kalian, dia akan pergi dengan kami."

".... Apa-apaan itu..."

Bahkan jika seseorang mencoba mengarang cerita, seharusnya ada batasnya juga.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan pekerjaanmu? Kau tidak akan berencana untuk tinggal di Choshi selama dua minggu kan?"

Ketika Maou menanyakan hal itu, Emi menjawabnya dengan begitu lancar.

"Karena Bell sekarang tinggal bersamaku, aku meminta izin untuk pulang lebih awal. Apa maksudmu dengan dua minggu? Kami bertiga hanya berencana pergi untuk melihat kereta di Choshi. Apa yang membuatmu berpikir kalau kami akan tinggal sebegitu lamanya? Jangan katakan kalau kau merasa bersalah karena sesuatu?"

Emi mengatakannya dengan sikap seperti sudah terencana. Ketika Maou menatap Emi dengan tidak senang....

"Papa, papa, aku ingin mengatakan sesuatu!"

Ketika melihat Alas Ramus yang begitu bersemangat, Maou langsung tidak bisa merespon.

"Kami akan pergi ke pantai di Chiba!"

Pada saat itu, akhirnya Maou mengerti apa yang terjadi, dan kemudian menundukan kepalanya dengan lemah.

Sejak saat itu, satu jam yang terasa begitu lama telah terlewati...

Maou, Chiho dan yang lainnya berangkat dari stasiun Sasazuka, ketika berganti ke jalur Matsumoto, mereka bisa melihat pemandangan Tokyo Skytree dari stasiun Kinshicho sampai mereka tiba di pemberhentian terakhir di Chiba. Sambil menunggu kereta yang menuju Choshi di jalur Matsumoto, mereka memakan bekal mereka di peron. Kemudian orang-orang itu menaiki kereta menuju Choshi, dan ketika mendekati stasiun Asashi yang artinya mereka sudah dekat dengan tujuan mereka.....

"Chii nee-chan, ada kincir angin!! Kincir angin!!"

Alas Ramus saat ini sedang duduk di pangkuan Chiho.

Termasuk Emi dan Suzuno, para gadis itu menduduki empat kursi yang tersedia sambil memakan jajanan. Sementara itu, ketiga iblis lainnya menduduki empat kursi lain yang berada di seberang lorong. Selain mereka, terdapat seorang pria besar dan gemuk yang duduk di kursi keempat, jadi entah itu secara fisik maupun mental, mereka sudah pasti merasa sangat tidak nyaman.

Ketika mereka mendekati Choshi, sebuah fasilitas penghasil listrik yang memanfaatkan energi angin melalui kincir angin pun terlihat, dan Alas Ramus yang melihat pemandangan itu, seketika menjadi sangat bersemangat.

"Alas Ramus-chan hebat. Kau tahu tentang kincir angin."

"Hee hee, aku tahu!!"

Ketika kincir angin tersebut perlahan meninggalkan bidang penglihatan Alas Ramus, sebuah pengumuman yang mengatakan kalau mereka hampir mencapai Choshi dapat terdengar di seluruh kereta, menginformasikan kepada para penumpang untuk bersiap-siap turun.

Dan kemudian, di peron stasiun Choshi, Maou menatap ke arah Suzuno dan mengatakan...

"Entah itu benar atau tidak, Chi-chan memang punya ketertarikan dengan kereta ini, hanya masalah waktu saja sampai kalian mengatakan tujuan kalian sebenarnya datang ke sini. Ngomong-ngomong, aku berani bertaruh kalian berdua punya rencana menggunakan Chi-chan sebagai alasan untuk mengganggu kami."

Kontras dengan Maou, Suzuno sama sekali tidak melihat ke arah Maou, lalu dia mengatakan semuanya secara terang-terangan.

"Itu benar. Siapa yang tahu rencana macam apa yang akan kau lakukan ketika tidak berada dalam pengawasan kami. Jangan pikir kau bisa lepas dari pengawasan kami. Yah semoga saja kau bisa melakukan kegiatan sosial meskipun kau jauh dari Sasazuka."

"Kurang ajar kau! Aku ini Raja Iblis paling baik dan paling jujur di seluruh Jepang!"

"Tapi kau masih saja seorang Raja Iblis!"

Benar sekali. Sudah tidak ada ruang untuk beradu argumen.

"Kau mengharapkan Raja Iblis untuk membuat penilaian yang sesuai dengan hati nuraniku, apa kau tidak salah paham di sini?"

"Hmmph, aku sudah mengatakannya berkali-kali, ini semua terjadi hanya karena tujuan perjalanan kita itu sama. Baiklah, abaikan saja kami, dan kau pergilah menuju tempat kerjamu."

"Dengarkan aku...."

Tidak peduli bagaimanapun kau memikirkannya, Suzuno dan yang lainnya pasti berencana mengikuti mereka sampai ke rumah pantai.

"Maou-sama, aku sudah membeli tiketnya."

Di saat itu juga, Ashiya kembali dan membeli beberapa tiket. Sementara itu Urushihara perlahan menaiki kereta dan sekali lagi ambruk di atas kursi yang berada di dalam kereta. Sudah bisa diduga kalau Pahlawan dan para gerombolannya itu pasti akan mengikuti mereka, tapi mempertimbangkan kalau dia masih harus bekerja, Emi yang menjadi ancaman terbesar seharusnya tidak akan bisa tinggal terlalu lama.

Menjalani kehidupan sehari-hari di bawah pengawasan Pahlawan, para iblis itu bahkan sudah dimasukkan ke dalam jadwal kerja sang Pahlawan, tampaknya mereka masih punya masa depan sebagai Iblis.

"... Ini... tidak terlihat seperti tiket kereta."

Ashiya menyerahkan sepotong kertas tipis kepada Maou. Di atasnya terdapat nama stasiun dari jalur Choshi dan terlihat seperti bisa sobek dengan mudah bahkan dengan menggunakan tangan kosong. Lalu kemudian....

"Hei anak muda. Apa ini pengalaman pertamamu menaiki jalur Choshi?"

"Eh?"

Maou melompat terkejut karena seseorang tiba-tiba berbicara kepadanya.

Di sebelah Maou berdiri seorang wanita tua yang memakai topi besar sambil membawa banyak tas. Siapa yang tahu kapan dia muncul?

"Kau terkejut karena bentuknya yang terlihat kuno kan? Anak muda zaman sekarang tidak akan terbiasa dengan benda-benda seperti ini."

"Ah, uh, soal itu...."

Wanita itu memang berbicara dengan begitu akrab kepada Maou, tapi Maou sama sekali tidak mengenalnya, jadi dia tidak tahu bagaimana harus merespon.

"Tapi, itulah warna yang paling populer di sini. Karena tempat ini mendapatkan kereta dengan berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai tempat yang berbeda, tempat ini jadi mempunyai banyak model kereta yang berbeda-beda. Dan yang paling populer di antara semuanya adalah kereta berwarna merah dan hitam ini, sungguh terasa perasaan nostalgianya."

"Nostalgia.. ya?"

"Kami melihatnya setiap hari jadi kami sudah terbiasa, tapi kau tahu, sangat jarang melihat kereta tua seperti itu beroperasi. Kereta listrik model 1001 ini telah beroperasi semenjak tahun 1950."

Wanita tua mengatakannya dengan bangga seolah-olah memuji anggota keluarganya sendiri.

"Meskipun tempat ini berada dalam keadaan terjepit, ketika anak muda seperti kalian datang ke sini dan karena ketekukan mereka, kereta-kereta di sini menjadi lebih dicintai oleh masyarakat. Aku benar-benar berterimakasih kepada kalian semua."

Meski Maou dan yang lainnya tidak melakukan apa-apa, dan tidak juga bermaksud mengatakan kalau usianya beberapa kali lebih tua daripada wanita itu, karena si wanita telah tenggalam ke dalam perasaan nostalgianya, Maou memutuskan untuk tidak menyelanya dan hanya menggumam setuju.

"Apa kalian datang ke sini untuk melihat-lihat? Apakah kalian juga akan pergi ke Inubo?"

"Ah, itu benar, tapi daripada melihat-lihat..."

"Di Inubo, pemandangan matahari terbitnya sangat indah. Meskipun aku melihatnya setiap hari, aku masih merasa kalau hatiku seperti disucikan oleh pemandangan itu sepanjang waktu. Ne, ketika kau sudah tua, kau akan cenderung bangun lebih awal."

"Yeah..."

Ngomong-ngomong, Ooguro Amane sepertinya juga menyebutkan kalau mereka bisa pergi ke Kimigahama dari Inubo, dan di sana adalah tempat paling awal di Kanto untuk melihat matahari terbit.

"Ah, ketika kau berbicara mengenai Inubo, kau pasti akan kepikiran tentang Nuri-Senbei. Ketika kau berada di sana, cobalah beberapa. Mereka benar-benar lezat."

(*Nuri-Senbei : semacam kue beras basah)

Dari situ, wanita itu terus berbicara dengan Maou sampai waktunya kereta berangkat. Dan dengan itu, Maou juga mengabaikan gangguan dari Suzuno.

Pada awalnya Maou memang merasa sedikit kesal, namun dia bisa mendengar banyak info dari wanita itu mengenai kereta di Choshi. Emi dan Chiho juga ikut bergabung di tengah-tengah percakapan, meskipun mereka adalah orang asing, mereka masih bisa berbaur dengan baik.

Ketika waktunya untuk berangkat, kereta Choshi 1001 yang membawa Maou dan yang lainnya mulai bergerak secara perlahan.

Meskipun penumpang di kereta ini lebih banyak dibandingkan dengan jalur Matsumoto, Maou masih bisa melihat pemandangan di depan kereta dari tempat di mana dia duduk.

"Wow!! Itu terowongan kayu!"

Chiho bersorak melihat pemandangan tersebut.

"Rasanya.. seperti melakukan sebuah petualangan."

"Uh- huh.."

Ashiya dan Urushihara tidak bisa menahan kekaguman mereka.

Di bawah sinar matahari musim panas, kereta itu melaju di atas rel yang dihiasi dengan pegunungan dan hutan-hutan.

Bunga-bunga musim panas mekar di samping rel, meskipun penampilan kereta itu sudah tua, suara dari mesin di dalam kereta itu masih menghasilkan suara dan kekuatan yang membuatnya pantas disebut kereta kuda baja.

Di jalur kecil itu terpasang trem sederhana dan tiang listrik yang terbuat dari kayu.

Bagi Maou, Ashiya, dan Urushihara yang hanya tahu dari catatan tertulis saja, ini adalah pertama kalinya bagi mereka mengalami 'Period Feel'. (*Perasaan menyelami sesuatu yang berasal dari masa lalu)

"Rasanya benar-benar.... tidak buruk sama sekali."

Wanita tua tersebut tersenyum dan mengangguk setuju dengan pendapat Ashiya.

"Apa kubilang!"

Kemudian wanita itu turun di sebuah stasiun yang bernama Nishi-Ashikajima.

"Kita bahkan tidak bertanya siapa namanya."

Ashiya bergumam pelan setelah kereta meninggalkan stasiun Nishi-Ashikajima.

"Itu benar. Itulah apa yang kita sebut dengan pertemuan yang tak disangka-sangka. Bagi kita, wanita itu seperti 'Period Feel', meskipun kita berhubungan dengannya, kita tidak bisa terus bersamanya."

"... Apa yang kau katakan? Apakah panas sudah membakar otakmu?"

Emi mengatakan sesuatu yang kasar sementara Alas Ramus yang bersamanya hanya diam memandang ke arah depan kereta. Maou menjawabnya tanpa terlihat marah sedikitpun.

"Benar. Mengenai ambisiku untuk menaklukan dunia, aku punya beberapa ide baru."

"Oh begitu, jadi kau akhirnya menyerah dan menghabiskan sisa hidupmu di Jepang?"

Sudah jelas terlihat kalau Maou hanya mencoba mengganti topik sehingga Emi tidak menjawabnya dengan serius. Maou memutuskan untuk diam setelahnya, dan Emi merasa tidak perlu juga melanjutkan percakapan ini.

Setelah kereta melewati Nishi-Ashikajima, Ashikajima, dan Kimigahama, Maou dan yang lainnya akhirnya sampai di bagian paling timur dari Kanto, yaitu Inubo.

"Sepertinya stasiun ini dibangun dengan begitu baik."

Ashiya yang pertama turun dari kereta sambil membawa barang bawaan mereka, mengatakan hal itu sambil menyeka keringat di dahinya.

Bagian luar dari dinding stasiun Inubosaki dihiasi dengan ubin putih bergaya Eropa Selatan, dan karena ini adalah tempat wisata, di sana juga ada tempat untuk membeli oleh-oleh.

Setelah Maou turun, kereta tersebut mulai berjalan kembali menuju pemberhentian terakhirnya di balik pegunungan. Maou dan yang lainnya mengabaikan para turis yang sedang asyik mengambil foto dari kereta itu dan langsung menuju ke dalam stasiun. Meskipun hari ini sangat cerah dan teh berwarna yang dijual di stasiun terlihat sangat dingin, di sana masih terasa atmosfer berat yang melayang di udara.

Mereka memasuki stasiun bersama dengan para turis lain dan langsung menjumpai seorang wanita yang memanggang kue beras di area perbelanjaan sebelah kanan mereka.

"Itu, itu Nure-Senbei yang diceritakan oleh wanita tadi kan?"

"Benar!! Itu adalah penyelamat dari jalur Choshi."

Ketika Maou menanyakan hal itu, Chiho dengan cepat menjawabnya, kebingungan, lalu kemudian mereka langsung pergi ke sana.

"Mama, itu, apa itu?"

Emi mendudukkan Alas Ramus di bangku yang ada di stasiun dan mulai mengusap keringatnya menggunakan saputangan. Emi kemudian melihat ke arah dituju Chiho dan menjawab,

"Itu Nuri-Senbei, Senbei. Apa Alas Ramus menyukainya?"

"Senbei!!"

Alas Ramus tiba-tiba meninggalkan Emi ketika dia menyebut nama 'Senbei' dan berlari menuju Maou dan Chiho.

"Ah, hey, Alas Ramus, tunggu dulu, kau bisa jatuh!!"

"Papa, Chi nee-chan. Senbei!! Aku ingin makan senbei!!"

"Eh? Alas Ramus, apa mama biasanya membelikanmu senbei? Oi, ini terlalu awal buat dia makan senbei kan?"

Pertanyaan terakhir Maou tertuju pada Emi.

"Itu hanya salad kue beras yang dibuat khusus untuk anak-anak. Dia sudah tahu cara mengginggit sendiri, hal-hal  biasa seperti itu bukan masalah sama sekali."

"Aku penasaran apa Alas Ramus bisa makan Nuri-Senbei ya? Ini mungkin akan merusak nafsu makannya. Ah, bagaimana kalau berbagi separuh dengan Chi nee-chan?"

Chiho berjongkok dan bertanya kepada Alas Ramus. Sementara Alas Ramus langsung mengangkat kedua tangannya dan mulai bersorak.

"Berbagi separuh!!"

Dia dengan bersemangat menunjukan nafsu makannya.

"Kami benar-benar tidak bisa menolak keinginanmu.. Ah, tidak usah, Chi-chan, Emi yang akan membayarnya."

"Bukankah seharusnya kau bilang 'aku yang akan membayarnya?'"

Emi menaikkan alisnya terhadap sikap Maou yang menjadi sangat pelit dan menggunakan kata 'uang mama' untuk membuat Alas Ramus senang. Ashiya melihat keseluruhan kejadian itu dengan ekspresi suram di wajahnya.

"... Maou-sama!! Tolong beritahu orang yang akan memperkerjakan kita kalau kita sudah sampai di sini."

Ashiya memberikan nasehat kepada Maou yang sedang berada dalam mood ingin jalan-jalan.

"Ah, itu benar, maaf maaf!!"

Maou menjawab dengan canggung, mengeluarkan ponselnya, dan berjalan menuju tempat yang lebih terbuka di stasiun. Emi yang berdiri di depan kasir toko melihat Maou meninggalkan mereka melalui sudut matanya...

"Eh, Chiho, bisa kita bicara sebentar?"

Kemudian dia memanggil Chiho dan menariknya menuju salah satu sudut stasiun.

"Kau benar-benar mengejutkanku kemarin. Aku tidak menyangka kalau ibumu akan menyetujui hal ini."

"... Maaf, karena meneleponmu tiba-tiba."

Ibu Chiho secara tak terduga menyetujui permintaan yang hanya tepat disebut konyol itu, permintaan yang mengizinkan Chiho untuk melihat kereta di Choshi. Meskipun Chiho meminta ibunya untuk berdiskusi dulu dengan teman perjalanannya yaitu Emi dan Suzuno, Emi masih saja sangat terkejut karena ibu Chiho dengan begitu mudahnya membiarkan Chiho untuk pergi.

"Bagi kami, dengan ini kami bisa terus mengawasi Raja Iblis sekaligus membuatmu tetap aman. Dan juga..."

Emi tersenyum dan menoleh ke arah Suzuno.

"Chiho-dono, ibumu yang terhormat ingin kami menyampaikan sebuah pesan untukmu."

"Eh?"

Suzuno mengeluarkan sebuah cataran dari tasnya.

"Selama kau memilih tinggal di hotel yang disarankan oleh ibumu, dan salah satu dari kami harus menghubunginya pada waktu yang telah ditentukan, kau akan diizinkan tinggal di sini selama 3 hari 2 malam."

"Eh? Eh? Eh?"

Ketika Chiho mendengar hal ini, dia hampir saja menjatuhkan Nuri-Senbei yang akan dia bagi dengan Alas Ramus.

"Dengan begini, kau bisa tenang dan melihat apakah mereka bisa bekerja dengan baik atau tidak kan?"

"Ke-kenapa...."

Pada awalnya, Chiho bertekad akan merasa puas hanya dengan perjalanan satu hari, dan bermaksud memenuhi hal itu. Dan juga, kenapa ibunya meminta Emi dan Suzuno untuk menyampaikan pesan itu?

"Karena kita akan pergi bersama Chiho-dono, maka kami harus membiarkan ibumu mempunyai kontak kami kan? Begitu kami memberitahu cara untuk menghubungi kami, dia langsung menelepon kami menggunakan teleponnya atas kemauan dia sendiri."

(Karena Chiho berkata begitu, aku percaya dia pasti punya alasan tersendiri. Chiho biasanya sangat mempercayai Yusa-san dan Suzuno-san serta menganggap kalian berdua sebagai orang yang sangat penting. Mungkin ini hanya sifat keras kepalaku, tapi untuk mengurangi resiko ketidakamanan dia, bolehkah aku meminta kalian untuk selalu membantunya...)

Begitulah kata ibu Chiho.

Dari sudut pandang Emi, dia sangat merasa bersalah karena selalu menyeret Chiho ke dalam masalah yang berhubungan dengan Ente Isla, maka dari itu dia memutuskan untuk menyetujui permintaan Riho. Selanjutnya, bahkan mereka berdua sempat berdebat tentang siapa yang harus membayar biaya hotel untuk 3 orang.

Tentu saja Chiho tidak akan memberitahu ibunya mengenai situasi Ente Isla. Tapi meski itu hanya kata-kata "punya alasan tersendiri", Riho memutuskan untuk sepenuhnya mempercayainya.

Emi pernah bertemu Riho sebelumnya dan dia sama sekali tidak merasa kalau Riho adalah seseorang yang keras kepala. Malahan apa yang Riho katakan memperkuat fakta kalau hubungan ibu-anak ini adalah hubungan yang sangat sehat.

Emi hanya tahu soal ibunya kalau ibunya bukan manusia dan secara tiba-tiba menghilang. Hal ini membuat Emi agak iri dengan hubungan antara Chiho dan ibunya.

"Singkatnya, ibumu benar-benar mempercayaimu dan ingin kau membeli beberapa oleh-oleh dari Choshi serta membawakan makarel untuk ayahmu, dan menganggap ini sebagai bentuk silaturahmi. Jangan khawatir, kami akan pergi bersamamu untuk menemui mereka."

".... Mama... Aku benar-benar dikalahkan olehnya."

Chiho menundukan kepalanya, di matanya mulai terbentuk air mata.

"Oh ya, lalu apa alasan Chiho-dono berusaha begitu keras? Ini pasti bukan hanya karena kau merasa khawatir kalau Lucifer akan menyebabkan mereka dipecat kan? Jika memang begitu, kau mungkin sudah membuat keputusan ini begitu selesai menonton video tersebut."

Setelah sedikit terisak, Chiho pun menurunkan Alas Ramus.

"... Sebenarnya kemarin, aku dengar dari Sariel-san kalau Gabriel-san masih belum menyerah untuk mendapatkan Alas Ramus-chan."

Ekspresi Emi dan Suzuno seketika berubah ketika mendengar nama Gabriel.

"Entah itu Maou-san, Yusa-san, ataupun Alas Ramus-chan yang menemui situasi berbahaya, selama kalian tidak bertarung sendiri, kalian pasti bisa keluar dari situasi itu kan? Tentu saja aku tidak meminta kalian untuk memaafkan apa yang telah Maou-san lakukan di Ente Isla. Tapi jika kalian menghadapi situasi yang berbahaya, aku pikir akan lebih aman kalau kalian terus bersama. Akan tetapi... Yusa-san terlihat sangat senang ketika Maou-san akan melakukan perjalanan jauh."

"Ah..."

Emi menganggukkan kepalanya tanpa berpikir.

Mereka berdua telah bertarung bersama beberapa kali dengan cara mereka masing-masing. Meskipun Emi beberapa kali berhasil keluar dari kekacauan yang terjadi karena keberadaan Maou, Ashiya, ataupun Urushihara, tapi itu tidak berarti Emi meminta bantuan mereka.

Karena Maou dan yang lainnya akan pergi ke tempat kerabat pemilik kontrakan Shiba Miki, Emi pun berpikir kalau tidak perlu lagi untuk mengikuti mereka. Tapi bagi Chiho yang tidak pernah bertemu si pemilik kontrakan, dia merasa kalau sifat Emi itu sangatlah aneh.

"Apakah itu Maou-san, Yusa-san, Suzuno-san, Ashiya-san, dan bahkan Urushihara-san, kalian semua tinggal di Sasazuka... dan berada di sampingku itu hanya karena beberapa kebetulan kecil. Ketika salah satu faktor itu menjadi tidak seimbang dan semua orang menghilang, aku pasti akan merasa sangat takut. Meskipun ini di luar kemampuanku, selama aku berusaha sedikit lebih keras, mungkin aku bisa menjaga keseimbangan ini.."

Chiho memandang ke arah Ashiya dan Urushihara yang sedang duduk di sebuah bangku, mereka berdua terlihat membawa sesuatu seperti kotak eskrim. Kemudian Chiho pun melanjutkan..

"Mungkin suatu hari nanti, kalian harus kembali ke Ente Isla untuk menyelesaikan semua masalah kalian... Tapi dengan ini sebagai tujuannya, ketika diperlukan, aku harap kalian semua bisa bekerja sama."

Bagi Chiho, dia tidak datang ke sini hanya karena rasa sukanya terhadap Maou.

"Aku tidak yakin bagaimana gawatnya situasi yang Maou-san alami, tapi Sariel-san mengatakan kalau dia tahu lokasi dari Yusa-san dan pedang suci. Ini berarti orang yang mengejar Yusa-san sudah tahu ke mana Yusa-san akan pergi. Ketika Gabriel-san mengambil tindakan saat Maou-san berada di Choshi, maka..."

Meskipun Emi pernah mengalahkan Gabriel satu lawan satu, tidak ada yang bisa menjamin kalau selanjutnya dia akan menantang Emi sendirian.

Apa yang Chiho katakan dan semua yang dia lihat adalah kenyataan.

Meskipun mereka adalah Pahlawan dan Raja Iblis, entah itu Emi ataupun Maou, mereka tidak akan mampu menangani masalah yang mereka punyai di Jepang dengan kekuatan mereka sendiri.

Sebaliknya, karena mereka terlalu percaya diri dengan kekuatan mereka, ketika mereka kurang waspada, mereka beberapa kali telah menyeret Chiho, Rika dan penduduk Jepang lainnya ke dalam masalah.

"... Chiho-dono, kau benar-benar wanita yang cerdas."

Suzuno dengan takjub mengatakan hal tersebut.

"Tidak peduli akan menjadi apa situasinya, tujuan akhir Emilia adalah mengalahkan Raja Iblis. Tidak peduli siapa yang akan menghilang di Jepang, tujuan ini pasti tak akan bisa terpenuhi. Untuk mencapai tujuan penting ini, jangan sampai kehilangan siapa musuhmu yang sebenarnya sekarang... Chiho-dono, apakah ini yang kau maksudkan?"

Chiho mengangguk pelan.

Terakhir kali, Suzuno salah memutuskan siapa musuh yang sebenarnya, dan bersiap untuk menyingkirkan seseorang yang begitu cinta damai. Dia merasa begitu jijik dengan cara penyingkiran tersebut, dia juga menderita secara mental, sepanjang waktu dia selalu berteriak pada dirinya sendiri "Siapa sebenarnya musuh di sini?"

Sekarang musuh yang perlu dikalahkan oleh Emi dan Suzuno adalah si Raja Iblis, namun di saat yang sama, musuh itu bukan hanya Raja Iblis.

Dia adalah seseorang yang bersembunyi di dunia manusia dengan penyamaran pelayan keadilan.

Musuh mereka tidak hanya mempunyai kekuatan yang lebih hebat dari Pahlawan ataupun Raja Iblis, dia juga punya para pengikut yang tidak mengulurkan tangan mereka untuk membantu dunia manusia yang berada dalam situasi krisis.

"Aku harap semuanya bisa terus akrab, ini hanya permintaan keras kepala dari seseorang yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Ente Isla... Tapi tanpa melupakan Alas Ramus-chan yang sangat amat dicintai oleh semuanya dengan segenap hati mereka, aku benar-benar tidak ingin sesuatu yang bisa membuat dia sedih terjadi."

"Senbeinya benar-benar enak, ya?"

Jawaban polos Alas Ramus membuat Chiho sedikit tersenyum.

"Chiho."

"Ya... uwah!!"

Emi memeluk Chiho dengan lembut.

"Tidak heran kalau ibumu sangat mempercayaimu. Kau terlahir di negara yang begitu damai, bagaimana bisa kau memiliki tekad kuat seperti itu?"

Seolah untuk membuat Chiho agak tenang, Emi menyentuh punggung Chiho dengan lembut.

"Baiklah. Kami akan menuruti apa yang kau inginkan. Lagipula aku memang benar-benar menyukai anak ini."

Setelah melepas Chiho, Emi meletakkan tangannya di atas kepala Alas Ramus yang berada di sebelah kakinya.

"Tapi ada satu hal yang aku harapkan supaya kau tidak salah paham. Aku sama sekali tidak punya niat untuk akrab dengan si Raja Iblis itu, bersama dengannya, ataupun dekat-dekat dengannya."

Emi menunjuk dengan paksa ke arah Maou yang sedang berkeringat sambil menelepon di luar.

"Aku berjanji padamu, jika ada situasi di mana aku tidak mungkin menanganinya sendiri, dan aku sangat yakin tidak punya rencana sama sekali, tolong jangan sebut dengan meminta si bajingan itu untuk membantu, tapi aku akan menggunakannya. Dan setelah menggunakannya aku akan melemparnya ke tempat sampah daur ulang."

Emi membuat pengumuman tersebut dengan sangat dramatis, dan hal ini membuat Chiho menundukan kepalanya sambil tersenyum lebar. Chiho pun mengatakan,

"Maaf dan terima kasih."

"Ngomong-ngomong, ketika kita berada di Inubo selama 3 hari 2 malam untuk mengamati situasi, kita juga bisa sedikit bersantai."

"Itu benar. Karena kita sudah repot-repot datang ke sini, jika kita hanya terus mengamati kehidupan biasa para iblis itu, semuanya pasti akan terasa sangat membosankan."

Suzuno tersenyum pahit, dan hal ini pun mampu memecah kegelisahan yang tadi terjadi.

Tepat pada saat itu, Maou kembali dari luar stasiun dan menghela napas dengan kasar karena perbedaan suhu yang begitu besar antara di luar dan di dalam.

Maou yang tidak tahu pembicaraan apa yang terjadi di antara para gadis itu....

"AH!! Benda enak apa yang kalian makan itu?"

Ketika dia melihat Ashiya dan Urushihara sedang memakan es krim, Maou langsung menegur mereka berdua dengan keras.

"Es krim Nuri-Senbei. Ini sangat lezat!"

"Karena kami sangat penasaran rasanya, makanya kami coba... Maou-sama, apa kau mau?"

Jika kau berpikir kenapa kedua iblis itu tidak memperhatikan percakapan Emi dan yang lainnya, itu nampaknya karena mereka tidak mampu berdiri karena panas dan fokus memakan es krim mereka.

"Tentu saja!!"

Maou mengambil beberapa uang kembalian dan langsung berlari menuju toko. Emi yang melihat situasi itu...

"Ketika aku berpikir kalau aku harus meminjamkan kekuatan pada Raja Iblis yang tergoda oleh Nuri-senbei untuk melindungi diriku sendiri, entah kenapa perasaanku menjadi sangat rumit."

Emi mengerutkan dahinya, merasa tidak puas.

"Tapi aku dengar katanya es krim Nuri-senbei itu rasanya memang enak. Sepertinya itu adalah produk yang populer di musim panas."

"Chiho-dono, bukan itu intinya di sini."

Ketika Maou selesai membeli es krim dan menikmati tekstur luar biasanya..

"... Aku penasaran seperti apa orang itu, dia dipanggil Ooguro-san kan?"

Sesuatu yang Urushihara katakan dengan kurang sopan itu menyebabkan Maou dan Ashiya sedikit naik darah di saat yang bersamaan.

"Kurang ajar kau!! Aku sudah berusaha keras untuk tidak memikirkannya. Berhentilah bicara omong kosong!"

"Ini benar-benar menakutkan kau tahu? Orang ini adalah keponakan orang yang ada di 'foto itu'."

"Guh, tapi dinilai dari suaranya melalui telepon, suaranya terdengar seperti wanita muda!"

"Tidak peduli wajah seperti apa yang akan kita temui berikutnya, kita sudah tidak bisa kabur lagi sekarang. Kita hanya harus berusaha keras dan serahkan semuanya pada takdir."

"Kita belum pernah melihat tempat kerja kita, pekerjaan seperti apa yang akan kita lakukan...."

Kemudian, telepon Maou berdering,

Mereka bertiga pun saling menatap satu sama lain. Maou menunggu sejenak sebelum mengangkat telepon itu.

"Hai!"

"Ah, Maou-san? Aku sudah ada di depan stasiun. Aku membawa mobil van berwarna putih."

Mereka akhirnya akan segera bertemu.

Untuk bersiap-siap terhadap situasi apapun yang akan mereka temui nanti, ketiga iblis itu mengambil nafas dalam-dalam dan mempersiapkan mental mereka sebelum berjalan menuju ke depan stasiun Inubo, tempat yang disinari matahari.

Chiho dan yang lainnya juga mengikuti mereka menuju ke depan stasiun.

Ada sebuah mobil van putih yang terlihat sudah tua dan bahkan warnanya berubah menjadi krem. Itu terlihat sangat tua dan sepertinya mobil van itu hanya digunakan untuk keperluan bisnis.

Ketika Maou dan yang lainnya mendekat, orang yang berada di mobil tersebut sepertinya menyadari mereka. Orang itu pun melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil.

Ketika orang itu mendekat di bawah sinar matahari, Maou, Ashiya, Urshihara, dan bahkan Emi pun merasa terkejut.

"Maou-san?"

"Ah, um yeah. Um apa kau Ooguro-san?"

"Benar. Terima kasih sudah jauh-jauh datang kesini. Selamat datang di Inubo."

Singkatnya, orang tersebut adalah wanita yang sangat cantik.

Penampilannya seperti berusia di akhir dua puluh tahunan.

Rambutnya diikat membentuk ponytail dan dia menggunakan t-shirt berwarna hitam dengan apron berwarna hijau tua. Bagian bawah pakaiannya terdiri dari celana jeans robek dan sandal. Meskipun pakaiannya sangat biasa, kau bisa mengatakan kalau dia punya tubuh yang sebanding dengan Kisaki.

Pada wajah tanpa make up nya terdapat sepasang alis tajam dan mata yang sesuai dengan kulit coklat sehatnya. Hal ini memberikan kesan seperti prajurit berpengalaman.

"Apakah wanita ini benar-benar keponakan dari pemilik kontrakan?"

Selain fakta bahwa mereka berdua adalah wanita bertulang belakang, tidak ada sedikitpun kemiripan antara orang ini dengan Shiba Miki.

"Aku tebak kau merasa kalau kami tidak mirip satu sama lain kan?"

Mungkin karena Maou menatapnya terlalu lama, Ooguro Amane tersenyum kepada Maou yang memastikan apakah dia benar-benar keponakan dari pemilik kontrakan. Maou pun kembali tersadar...

"Uh.."

Untuk sejenak, Maou tidak yakin apakah harus menggelengkan atau menganggukan kepalanya.

Maou bingung apakah tepat kalau menyebut wanita seusianya terlihat seperti pemilik kontrakan.

"Ahahaha! Maaf maaf, dari sudut pandang Maou-san pasti susah untuk menjawab itu."

"Ye-yeah..."

"Sebenarnya Miki Obaa-chan terlihat mirip seperti diriku kalau tanpa make up. Fotonya ketika masih muda sangat mirip denganku."

Jika apa yang dikatakan wanita ini benar adanya, maka aliran waktu pastinya adalah sesuatu yang sangat kejam.

Sejujurnya, daripada membayangkan seperti apa pemilik kontrakan ketika masih muda dan tanpa make up, akan lebih mudah kalau membayangkan seperti apa warna kulit dinosaurus yang telah punah 65 juta tahun lalu.

"Ngomong-ngomong, aku adalah manager sementara dari rumah pantai 'Ooguro-ya', Ooguro Amane, senang bertemu denganmu."

"Ah, tentu. Um, aku adalah Maou Sadao."

"Aku Ashiya Shiro. Senang bisa bekerja untuk anda."

".... Urushihara Hanzo."

Setelah Maou memperkenalkan dirinya, Ashiya pun memperkenalkan dirinya dan membungkuk dengan punggung yang lurus. Dibandingkan dengan itu, Urushihara yang sebelumnya sangat bersemangat, mengatakan namanya pelan dengan ekspresi yang terlihat begitu waspada.

"Ashiya-san dan Urushihara-san ya.... Lalu..."

Ashiya melihat para gadis yang berada di belakang Maou dengan ekspresi terkejut.

"Aku rasa ini lebih ramai dari yang kudengar sebelumnya..."

"Uh, erhm, orang yang akan bekerja untukmu hanya kami bertiga, mereka datang ke sini atas kemauan mereka sendiri.... Itu, itu benar, Emi, Suzuno, berapa lama kalian berencana untuk mengikuti kami?"

Jika pekerjaan itu dibatalkan karena orang yang datang malah membuat Amane mendapat banyak masalah, hal itu pasti akan sangat buruk. Berbeda dengan Maou yang kebingungan ketika mencoba menjelaskan hal itu...

"Aku junior Maou-san, Sasaki Chiho! Karena aku ingin melihat tempat kerja Maou-san dan yang lainnya akupun datang ke sini sekalian untuk berlibur."

Setelah menahan Maou, Chiho dengan jujur menjelaskan alasan kedatangan dia ke sini dan membungkuk.

"Hey, Chi-chan apa kau mendengarku?"

"Aku Kamazuki Suzuno. Aku adalah.... Erhmm tetangga mereka."

"Nama belakangku adalah Yusa, kalau anak ini Alas Ramus."

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 translate Bahasa Indonesia Zhi End


Suzuno dan Emi juga mengabaikan Maou dan memperkenalkan diri mereka dengan benar.

Maou pikir mereka berdua akan menyangkal kata-kata Chiho, tapi tak disangka-sangka, tidak ada tanda-tanda dari mereka akan melakukan hal itu.

Ngomong-ngomong, keenam orang itu telah memutuskan bahwa ketika mereka mengenalkan Alas Ramus kepada orang lain, mereka tidak perlu menggunakan nama palsu untuk menipu mereka. Lagipula, bahkan jika mereka menggunakan nama seperti Maou dan Emi, orang itu sendiri mungkin tidak akan mengerti.

Ditambah lagi, penampilan Alas Ramus terlihat sangat berbeda dengan orang Jepang pada umumnya, bahkan jika mereka menggunakan nama ini, tidak ada satupun orang yang akan curiga.

"Oh ya ampun, kau benar-benar membawa berbagai macam gadis cantik di sini. Lalu siapa di antara kalian yang sudah menikah?"

Ooguro sama sekali tidak bermaksud kasar, tapi ketika dia bertanya, Urushihara menunujuk Maou, Chiho dan Suzuno menunjuk Emi, sementara Ashiya, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

""Hey!!""

Maou dan Emi memprotes hal tersebut secara bersamaan.

"Memperkenalkan tempat wisata adalah tugas dari penghuni dan pekerja di kawasan wisata. Karena kau sudah datang ke sini, kenapa kau tidak datang ke tempat kami dan izinkan kami melayanimu sebelum tempat kami buka? Selama kau berada dalam pengawasanku, kau bisa pergi berenang, aku juga akan menceritakan tempat-tempat yang menarik di Choshi, selain itu....."

Ooguro melirik ke arah Emi.

"Kebanyakan orang pasti akan sangat peduli dengan tempat kerja suaminya. Kau juga Maou-san, padahal kau sudah punya istri yang cantik, tapi kau bilang kalau kau masih lajang ketika di telepon."

"A-aku sudah bilang kalau ini tidak seperti itu!"

Mengingat misinya dan situasi Chiho, meski Emi memang ingin tahu tempat kerja Maou, dia sama sekali tidak ingin dianggap sebagai istri Maou.

Emi menyangkalnya dari dalam lubuk hatinya, tapi Ooguro mengabaikannya.

Selain Urushihara, semuanya melihat ke arah Emi dan Chiho. Tapi hanya Emi yang terlihat kurang senang, sementara di sisi lain, Chiho menunjukan senyumnya yang biasa.

"Huuh, sangat tidak menarik berdiri dan berbicara di cuaca yang panas seperti ini, mari masuk ke dalam van. Kalian para gadis ikut juga. Aku akan mengeluarkan kursi untuk anak kecil dulu."

Ooguro mengambil kursi anak-anak dari dalam bagasi dan dengan cekatan meletakkannya di kursi penumpang depan, seolah dia tahu dari awal kalau ada anak kecil yang akan datang.

Keenam orang itu melihat satu sama lain ketika mereka duduk di dalam mobil van besar itu.

Karena Alas Ramus duduk di kursi depan, ketiga gadis lainnya mengambil tempat duduk untuk 3 orang di baris kedua. Sementara untuk ketiga pria lainnya, mereka duduk berdesak-desakkan di belakang mereka.

"Nah, karena ada bayi di sini, ayo kita berangkat dengan hati-hati."

Ooguro mengumumkan hal tersebut setelah meletakkan koper semua orang di bagasi, mesin pun mulai menyala dan mobil van, tanpa sistem suspensi apapun, meninggalkan stasiun Inubo, menuju ke jalan raya.

Iklan yang memperlihatkan fasilitas penginapan terlihat satu persatu. Maou dan yang lainnya sama sekali belum pernah melihat laut sebelum datang ke Chiba, namun seperti yang dikatakan Ooguro, pemandangan itu langsung terpampang di hadapan mereka kurang dari 5 menit.

Ketika mereka berada di jalanan pantai, laut tiba-tiba terlihat dari sisi kanan mereka.

"Wow!!"

Chiho pun bersorak.

"Ini pertama kalinya aku melihat laut di sini.... Tak kusangka warnanya akan sebiru itu."

Emi bergumam pelan dan mendesah. Langit yang bersinar dan laut yang membentang luas di hadapan mereka memperlihatkan pemandangan biru yang begitu indah, bahkan bagi Emi yang telah bepergian ke seluruh Ente Isla, tidak pernah menyaksikan pemandangan yang seperti ini.

"Bahkan di desa kami, sulit untuk melihat pemandangan yang indah seperti ini."

Suzuno mengatakannya dengan pelan.

Ketika Emi dan Suzuno mengatakan hal ini, mereka masih saja memperhatikan tingkah laku Ooguro.

"Mama! Warnanya biru! Benar-benar biru!! Ada banyak sekali 'Chesed'!"

Akan tetapi, ketika Alas Ramus yang begitu senang karena melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya, dia mengatakan nama salah satu 'Sephira' yang mempunyai warna biru.

Maou seketika gemetar, tapi Ooguro yang sama sekali tidak mengetahui tentang masalah itu, pasti tidak akan mengerti apa maksudnya.

"Ini adalah pantai Kimigahama. Jauh di sebelah kanan belakang sana, ada bangunan putih yang berada di pinggir tanjung. Itu adalah Mercusuar Inubosaki."

Orang-orang itu melihat ke arah yang dikatakan Ooguro, dan menemukan sebuah mercusuar putih yang terletak di atas sebuah tebing curam. Mercusuar itu terlihat seperti makhluk besar yang menatap ke arah laut dengan langit biru sebagai latar belakangnya.

"Eh, yang ada di depan tanjung itu...."

"Oh, apa kau melihatnya? Benar, itu adalah Ooguro-ya."

Pantai yang terbentang luas ini disebut pantai Kimigahama, dan bangunan itu terletak tepat di tengah-tengah pantai.

Itu adalah bangunan yang terlihat seperti tempat tinggal normal lainnya.

Ketika Maou berhasil menemukan bangunan itu, Ooguro meninggalkan jalan raya dan berbelok ke sebuah tempat yang terlihat seperti tempat parkir mobil.

"Sepertinya orang-orang di sini lebih sedikit daripada yang kubayangkan."

Ashiya mengatakan hal tersebut ketika dia melihat keluar.

Meskipun Ooguro bilang kalau pekerjaan mereka akan sangat sibuk, tapi faktanya mobil yang berada di tempat parkir hanya ada sedikit.

Bagi Maou yang pernah melihat foto pemandian air laut di majalah wisata yang ada di toko buku dan berpikir kalau pemandian air laut itu adalah tempat yang dipenuhi banyak orang, pemandangan ini sedikit mengurangi semangat Maou.

Ooguro melepaskan sabuk pengamannya dan mematikan mesin mobilnya.

"Karena pemandian air laut baru buka besok, jadi di sini seharusnya hanya ada peselancar."

Bagi Maou yang sama sekali tidak tahu tentang cara kerja pemandian air laut, dia menerima penjelasan itu tanpa terlalu memikirkannya.

"Besok... ya?"

Chiho terlihat seperti melihat sesuatu, dan meletakkan tangannya di atas dahi, dia melihat ke arah permukaan laut yang berada jauh di sana.

"Peselancar.... Ah, itu benar. Di permukaan laut ada....."

Akan tetapi, ketika Chiho melihat ke arah pantai melalui jendela mobil, dia merasa ada yang aneh ketika melihat sesuatu yang samar di dalam ombak.

"Sasaki-san? Ada apa?"

Karena suara cemas Ashiya, perasaan aneh tersebut langsung melebur dalam pemikiran Chiho.

"... Tidak, tidak ada apa-apa kok."

Chiho yang pada akhirnya tidak bisa mengenali keanehan itu, hanya bisa menyerah memikirkan perasaan aneh tersebut.

"Ini adalah rute jalan-jalan yang populer, sebelum pemandian air laut kami buka, orang-orang sering datang ke sini untuk melihat mercusuar ataupun matahari terbit."

Itu menjelaskan semuanya, sekarang kalau diingat-ingat lagi, mereka terkadang melihat orang-orang membawa anjingnya jalan-jalan atau berbaring di atas alas plastik ketika berada di sini.

"Ngomong-ngomong ayo kita turunkan dulu barang-barangnya. Lalu ayo kita pergi ke penginapan dan menjelaskan sedikit tentang tempat ini."

Maou dan yang lainnya berjalan menuju sebuah rumah yang baru mereka lihat sekarang dengan mengikuti pantai yang agak miring.

Orang-orang itu turun dari mobil van dan mengikuti Ooguro dari belakang. Mereka berhenti di depan sebuah pintu kayu tua di bagian belakang bangunan.

"Meskipun tidak ada apa-apa selain futon, kau masih bisa sedikit bersantai setelah bekerja."

Ooguro pun membuka pintu setelah mengatakan hal tersebut, dan setelah melihat bagian dalam rumah itu, Maou, Ashiya, Suzuno dan Urushihara hanya bisa terdiam menatap rumah itu, mereka benar-benar mematung.

".... Rasanya seperti, tempat ini jauh lebih baik daripada rumah kami."

Tidak mengejutkan jika Urushihara menyuarakan pendapat seperti itu.

Ruangan di sini berukuran sekitar 8 tatami. Tempat itu tidak hanya mempunyai lemari dinding, tapi juga ada dapur yang terletak di bagian belakang. Meskipun ruangan itu terkena sinar matahari yang berasal dari jendela, di dalam ruangan tersebut masihlah sangat dingin.

"Aku benar-benar ingin terus tinggal di sini."

Tatapan Urushihara terpaku pada satu titik di langit-langit.

Sebuah AC.

Ada sebuah AC di ruangan tersebut.

Meski itu model lama, sudah sangat jelas kalau itu adalah AC yang bisa mengeluarkan udara dingin.

"Karena kita berada di dekat laut, tataminya pasti akan sedikit menggelumbung karena kelembaban. Aku harap kalian bisa memaklumi itu."

Di hadapan AC, masalah sekecil ini bukanlah apa-apa bagi ketiga iblis tersebut.

Tempat ini memang hanya punya futon, tapi nyatanya kastil Raja Iblis malah sama sekali tidak punya futon.

Tergoda dengan keadaan tempat itu, Maou bahkan hampir lupa selama beberapa saat, kalau dia harus kembali ke McRonald.

"Tapi kurasa tempat ini akan sangat dingin saat musim dingin."

Tapi dengan bantahan Ashiya yang ditujukan pada Urushihara, Maou perlahan mendapatkan kembali akal sehatnya.

Itu benar, rumah pantai adalah bisnis musiman. Setelah musim panas, mereka tidak akan bisa bekerja di sini.

"Apapun selama kau menyukainya. Aku akan kembali ke rumahku sendiri saat malam hari, jadi tolong kunci pintu dan jendelanya saat malam."

Meninggalkan penginap yang baru saja tiba dan pulang ke rumah tanpa khawatir sedikitpun, nampaknya Maou dan yang lainnya sangat di percayai oleh Ooguro. Di saat yang sama, itu juga menunjukan betapa Ooguro sangat mempercayai si pemilik kontrakan mereka, Shiba Miki.

"Jadi, meski rasanya tidak enak merepotkan kalian yang baru saja tiba, tapi bisakah kalian datang ke depan setelah menaruh barang-barang kalian? Pekerjaan kita akan segera dimulai."

Di antara mereka semua, hanya Urushihara yang merasa heran dengan kata bekerja, dan seseorang yang lebih sensitif daripada yang lain, merasakan perubahan tersebut pada Urushihara.

"Serahkan barang-barangnya padaku. Kalian lakukanlah pekerjaan kalian."

Chiho menunjukan senyum seperti mentari, dan mengambil koper dari tangan Ashiya dengan sedikit memaksa. Dia pun menoleh, menatap ke arah Maou.

Menanggapi prilaku Chiho, Maou mengangguk sebagai tanda terima kasih, dan tanpa diskusi sebelumnya, dia dan Ashiya berdiri di sebelah kanan dan kiri Urushihara, masing-masing memegangi lengan Urushihara.

"Hey, tunggu tunggu!! Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa!!"

Maou dan Ashiya mengabaikan protes dari Urushihara dan dengan paksa menyeretnya.

Ooguro tidak mengatakan apa-apa lagi, dan berjalan menuju pantai yang berada di arah berlawanan.

Emi, Alas Ramus dan Suzuno mengikuti mereka dari belakang.

Meskipun Ooguro menyebut tempat itu sebagai penginapan, tapi atap dari kedua bangunan tersebut masih terhubung melalui sebuah koridor, jadi tempat itu masih terhubung dengan bagian belakang toko.

Hanya melangkah ke dalam tempat kerja yang baru saja, sudah cukup untuk membuat perasaan setiap orang campur aduk.

Maou dan Ashiya pun begitu, mereka menghadapi tempat kerja mereka yang baru dengan kegugupan dan sedikit pengharapan.

Akan tetapi, perasaan rumit yang mereka miliki langsung lenyap ketika mereka melihat bagian luar dari toko tersebut.

"... Eh?"

Tempat ini hanya bisa dideskripsikan sebagai tempat yang akan membuat orang tak bisa berkata-kata.

Rumah pantai Ooguro-ya adalah rumah yang terbuat dari kayu, bagian dalam tokonya bisa dikatakan sangat luas. Tempat ini kira-kira berukuran 2x toko sepeda Hirose setelah semua sepedanya dihilangkan.

Tapi keseluruhan tempat ini sama sekali tidak bersih, dan debu terkumpul di mana-mana.

Atap jeraminya menonjol dari area di dekat lantai, meskipun retakan karena usianya memberikan kesan nostalgia, tapi bangku kayu yang terletak di bawahnya benar-benar sangat sulit untuk dipuji.

Karena sisi lain dari tempat ini terdapat deretan pintu kayu yang mempunyai sistem drainase, besar kemungkinan kalau itu adalah tempat untuk mandi. Akan tetapi plang dengan kata "10 menit = 100 yen" yang sudah terpasang entah kapan, terlihat sudah berkarat dikarenakan angin laut.

Satu-satunya hal bagus dari situ adalah tempat mandi yang berada di dalam toko menggunakan sistem toilet siram, tapi loker koin tuanya benar-benar membuat orang lain cemas apakah mereka masih berfungsi normal atau tidak.

Tanda yang menunjukan bagian depan toko ini sudah tertutupi oleh karat karena terlalu lama terpapar angin laut. Meskipun hal itu tidak bisa dielakkan karena bangunan ini sendiri sudah tua, kebanyakan permukaan kursi di sini sudah robek di sana-sini dan membuat spons di dalamnya terlihat, selain itu perubahan warna juga bisa terlihat di mesin penjual minuman.

Di sebelah kasir yang berada di dalam toko, terdapat pendingin minuman yang terlihat hampir kosong. Hanya ada beberapa botol cola yang diletakkan di dalamnya, dan membuat semuanya tampak lebih kosong. Satu-satunya hal bagus yang ada di sana adalah piring seng yang digunakan untuk membuat mie goreng, sama sekali tidak menunjukan adanya tanda-tanda karat.

Beberapa tokoh kartun dari beberapa genarasi yang telah lewat menunjukan senyum mereka dengan ban apung, dan bola pantai sebagai latar belakangnya, membuat semuanya terlihat semakin sunyi.

Tidak peduli seberapa parahnya mereka tidak tahu cara menjalankan bisnis ini, mereka tidak seharusnya membiarkan toko ini terlantar sampai menjadi seperti ini.

Sebuah toko yang akan tutup tahun depan. Itulah kesan pertama Maou mengenai tempat ini.

Ini seharusnya adalah toko yang didirikan oleh ayah Amane. Jika benar begitu, itu akan membuat orang lain curiga kalau kurangnya antusias dalam menjalankan bisnis ini sudah dimulai dari generasi ayah Amane.

Di hati setiap orang saat ini sedang terjadi badai besar yang sulit untuk digambarkan.

"Rumah ini benar-benar kotor!!"

Celotehan Alas Ramus dengan polos dan tepat, mengungkapkan perasaan semua orang.

"Erhm... Ooguro-san."

Amane mengangkat jempolnya dan menjawab Ashiya.

"Ashiya-kun kau tidak perlu merasa sungkan!! Tenanglah dan panggil aku Amane-chan!"

Dari bagaimana cara mereka memaksa orang lain untuk memanggil mereka dengan nama panggilan yang aneh, Ashiya memastikan kalau orang ini memang orang yang mempunyai hubungan darah dengan pemilik kontrakan. Dia pun membuka mulutnya dengan malas.

"... Amane-san, kapan pemandian air laut yang kau sebutkan sebelumnya akan buka?"

Ashiya bertanya singkat. Dari nada bicaranya, sangat jelas kalau Ashiya mempunyai kesan yang sama dengan Maou.

"Besok!!"

Amane menjawabnya dengan begitu bersemangat.

"Sejujurnya situasi di sini benar-benar sangat buruk."

"Kenapa dia masih bisa senang di saat seperti ini?"

Tempat ini sangatlah kotor yang bahkan membuat Urushihara mengeluh.

"Oh ya ampun, seharusnya aku sudah bilang sebelumnya kalau aku ini hanya manajer sementara. Bagaimana mengatakannya ya, aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara menjalankan bisnis ini dan juga aku masih punya pekerjaan lain."

Meskipun mereka tidak tahu apa pekerjaan Amane, Maou berpikir kalau itu pasti bukan di industri pelayanan.

"Maou-san, Ashiya-san, barang-barangnya sudah hampir semuanya tertata..... Wah!!"

Bahkan Chiho yang baru sampai pun tidak bisa berkata apa-apa, hal itu menunjukan betapa buruknya situasi saat ini.

"Sangat.... Tidak ingin.... Sangat, Mama, apa maksudnya sangat tidak ingin?"

"... Akan lebih baik kalau Alas Ramus tidak tahu hal ini."

Karena kesalahpahaman aneh yang hanya akan dilakukan oleh anak kecil, Emi hampir saja tertawa terbahak-bahak, tapi dia menahannya dan mengatakan apa yang seharusnya dikatakan.

"Aku... Mungkin tidak akan membeli sesuatu dari toko ini..."

Kalimat ini seharusnya menjadi pukulan mematikan, akan tetapi Amane menghela napas seolah setuju akan hal itu.

Suzuno juga mempunyai pemikiran yang sama dengan Emi.

"De... Sadao-san, ada apa?"

Setelah itu, Amane menyadari bahwa Maou yang tidak mengatakan apa-apa setelah melihat kondisi toko ini, tampak menggumamkan sesuatu.

"Tempat seperti ini, akan sangat sibuk ketika musim panas... pelanggan akan datang... monopoli status. Jika bayarannya hanya 1000 yen dikali 3 orang, itu masih terlalu murah, jadi... Amane-san?"

"Hmm, yeah?"

Maou menoleh ke arah Amane, dan bertanya...

"Ada satu hal yang ingin aku pastikan denganmu. Jika kita berhasil mendapatkan banyak uang, apa kami akan mendapatkan penghargaan?"

"Eh?"

Karena mereka mendengarkan istilah yang tidak biasa tercampur dengan kata-kata Maou, suara kebingungan pun terdengar dari semua orang selain Maou.

"Aaa, banyak uang, jika kau bisa mendapat banyak uang, aku akan senang memberimu penghargaan, tapi..."

Mendapatkan banyak uang adalah pemikiran setiap pekerja, tapi seperti yang Emi katakan, apa akan ada pelanggan atau tidak, sudah menjadi sebuah ketidakpastian.

"Ashiya, Urushihara!"

"Ya?"

"Huh, ada apa?"

Mereka berdua mengangkat kepala mereka ketika Maou memanggil nama mereka.

"Ayo kita bekerja keras untuk mendapatkan banyak uang."

Maou terlihat seperti begitu percaya diri.

"Amane-san, biarkan aku berusaha."

"Ugh, aku tidak masalah dengan hal itu, tapi bukankah sedikit memaksakan ingin mendapat banyak uang dari sini?"

Hey, apakah ini yang seharusnya dikatakan oleh seorang bos? Kata-kata Amane hampir membuat semua orang ingin memarahinya.

"Meskipun aneh bagiku untuk mengatakan hal itu, tapi seperti yang istrimu katakan, aku pun tidak ingin membeli sesuatu dari toko ini."

"Aku sudah bilang, kalau aku bukan istrinya!!"

Protes Emi langsung menghilang ditelan angin laut.

"Untuk hal-hal seperti tujuan, tentu saja semakin tinggi semakin baik. Meskipun tujuannya ditetapkan sedikit lebih tinggi dan kemudian hasil dari tujuan itu tidak bisa didapatkan, itu masih lebih baik daripada hasil yang didapatkan dari tujuan yang rendah. Ditambah lagi ...."

Maou mengatakan hal tersebut dengan sedikit malu,

"Penampilan, toko, dan macam-macam produk, faktanya itu semua adalah hal-hal saling berhubungan. Mengenakan baju yang kusut dan kotor di hadapan pelanggan dan memperoleh uang mereka tanpa memberikan pelayanan maksimal, itu hanya pantas disebut uang yang tidak sehat, dan tidak akan membawa lebih banyak keuntungan."

Mekipun nampaknya hanya kalimat ini yang terdengar ragu-ragu, tapi kesimpulan dari kata-kata itu adalah; karena mereka berniat melayani pelanggan, maka mereka harus melakukan yang terbaik untuk membuat persiapan yang sempurna.

".... Meskipun kau adalah Raja Iblis."

Setelah Emi menggumamkan hal tersebut dengan kesal, dia pun menghela napas panjang seolah sudah menyerah.

".... Jadi, apa tepatnya yang kau rencanakan?"

Ketika Emi menanyakan hal ini, Maou balik bertanya padanya dengan sebuah kerut di dahinya.

"Kenapa kau bertanya begitu?"

Tidaklah aneh jika Maou bereaksi seperti itu. Tak terkecuali Ashiya ataupun Urushihara, sulit untuk membayangkan Emi yang tidak bisa akrab dengan Maou, akan mengambil inisiatif untuk menanyakan hal seperti itu.

Wajah Emi berkedut seolah-olah menyesal melakukan hal itu, dan diam-diam melirik ke arah Chiho dari sudut wajahnya.

"Berisik... Apa yang aku maksud adalah aku berniat membantu kalian. Perhatikan hal-hal kecil seperti itu!!"

Ketika melihat Chiho tersenyum, anehnya, hal itu membuat Emi merasa marah.

Saran tak terduga dari Emi membuat Maou, Ashiya, dan Urushihara terkejut.

"Wha, apa yang terjadi, Yusa, apa kau makan sesuatu yang tidak seharusnya kau makan?"

Tidaklah aneh bagi Urushihara untuk menanyakan hal itu.

"Aku hanya ingin melakukan kebaikan supaya kalian bisa membalasku dengan sesuatu yang sepadan."

Hanya Suzuno dan Chiho yang mengetahui makna di balik jawaban itu.

"Kalau begitu, biarkan aku membantu juga. Apa itu tidak apa-apa, Amane-san?"

Chiho menawarkan diri, mengikuti tindakan Emi.

"Bahkan Sasaki-san juga... Apa ini benar-benar tidak masalah?"

"Ya, sebenarnya sejak awal aku memang berharap bisa membantu, dan karena Yusa-san juga ingin ambil bagian, bagaimana mungkin aku bisa kalah dari dia."

Tangan Chiho mengepal dan mengangguk dengan bersemangat untuk menjawab pertanyaan Ashiya.

"Sayangnya, aku tidak membawa baju apapun yang bisa kupakai untuk membantu bekerja. Kalau begitu, biar aku saja yang mengurus Alas Ramus. Kau tidak mungkin meminta bantuan dari seorang anak kecil untuk bekerja juga kan?"

"Suzu nee-cha, apa kita akan pulang?"

Suzuno, yang menerima Alas Ramus dari Emi, menggelengkan kepalanya.

"Papa dan yang lainnya akan mulai bekerja sekarang. Kita tidak boleh mengganggu mereka, Alas Ramus bisa bermain di pasir bersama Suzu nee-chan!"

"Bermain di pasir?"

Sepertinya Alas Ramus tidak mengerti apa maksud bermain di pasir.

"Itu benar, ayo kita bangun kastil dari pasir."

"Yeah!!"

"Aku akan bertanggung jawab mengurusi Alas Ramus. Kalian lakukanlah yang terbaik agar Raja Iblis dan yang lainnya tidak dipecat."

Setelah Suzuno mengatakan hal itu pada Emi dan Chiho, dia menggandeng tangan Alas Ramus dan berjalan menuju pantai.

Emi melihat kedua orang itu pergi dengan wajah yang datar, dan menepuk pipinya sendiri seolah mencoba mengumpulkan motivasinya.

"Sekarang apa?"

Emi menatap Maou dengan ekspresi galak seakan-akan ingin menghunus sebuah pedang.

".... Apa kau serius? Apa kau benar-benar akan membantu kami?"

"Bukankah sudah kubilang sebelumnya. Berhenti bertanya, atau aku akan kehilangan motivasiku!"

"Urushihara, lihat...! Pahlawan benar-benar tunduk terhadap Maou-sama, hari ini adalah haru yang harus kita ingat."

"Ashiya, mengatakan hal seperti itu di situasi seperti ini, apa kau tidak merasa hampa sama sekali?"

Sementara Chiho, dia hanya diam melihat situasi ini.

"Chi-chan dan Ashiya memang sudah pernah mengalaminya, tapi aku ini memperkerjakan orang lain dengan sangat kasar, kau tahu?"

"Bisakah kau tidak menganggap remeh orang lain? Pekerjaan sebagai costumer service bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan jika kita terlalu lembut!"

"Katakan itu pada dirimu sendiri. Kalau begitu, selanjutnya kau harus mengikuti instruksiku. Jangan menangis dan kabur bahkan jika kau sudah tidak sanggup lagi, okay? Huuh, karena kau tidak bawa baju ganti, aku tidak akan memintamu melakukan pekerjaan yang terlalu berat."

Meskipun nada bicaranya terdengar sombong, anehnya Maou masih menunjukan sisi kepeduliannya, dan ketika dia sudah selesai berbicara, dia menoleh ke arah Amane.

"Amane-san, apakah ini tidak apa-apa?"

Keputusan akhirnya masihlah berada di tangan Amane. Bagaimanapun dia adalah bos mereka. Tidak peduli bagaimana termotivasinya Emi dan Chiho, Maou tidak mungkin bisa menerima bantuan mereka dengan menggunakan keputusannya sendiri.

"Meskipun aku tidak terlalu yakin dengan apa yang terjadi, tapi tak masalah. Selama toko ini bisa buka tanpa adanya halangan apapun besok, bahkan jika itu berarti menambah gaji orang yang bekerja untuk satu hari, aku sama sekali tidak akan ragu-ragu! Bagaimanapun juga, sejak awal ini adalah masalah yang kusebabkan sendiri."

Sampai sekarang, Amane masih menjawabnya dengan sikap yang begitu santai.

Setelah memastikan reaksi Amane dengan sebuah lirikan, Maou berbalik dan melihat ke arah Ashiya, Urushihara, Emi, dan Chiho.

"Baguslah, tapi biar kukatakan hal ini dulu, tidak peduli bagaimanapun aku memikirkannya, mustahil untuk mendapatkan banyak uang di hari pertama besok. Meskipun jumlah bantuannya bertambah, lingkungan toko ini sendiri masih terlalu besar, jadi area yang akan kita kerjakan itu terbatas. Maka dari itu...."

Karena mereka tidak bisa mengandalkan Amane, jadi Maou hanya akan bergantung pada dirinya sendiri dan bekerja dengan orang-orang ini agar mampu membangun toko yang bisa dengan bangga mendapatkan banyak uang dari pelanggan.

Memikul perputaran uang untuk besok di atas bahunya, orang yang menyandang nama "Manajer Pengganti Maou Sadao" kini singgah di kawasan Kimigahama.

"Mulai hari ini sampai seterusnya, kita akan berusaha keras untuk 'memutihkan' toko ini!!"


---End of Part 1---





Translated by : Me [Zhi End]


Previous
Next Post »
0 Komentar