Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 12 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 12 : Suvenir Dari Pesta Teh


Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Translate Bahasa Indonesia




Chapter 12 - Suvenir Dari Pesta Teh.

"Jadi ruang yang kusiapkan dengan susah payah sudah dihancurkan? Benar-benar gegabah.. begitulah Minerva. Gadis itu memang bisa menjadi sedikit... terlalu cepat menyerang."

"Sedikit?? Kupikir dia melakukannya hampir secara langsung di sana. Sensasi-baru-loli-tsundere-kasar-tipe-penyembuh-berpayudara-besar. Terlalu banyak karakter yang berkumpul jadi satu, kau tahu?"

Membalikkan bahu kanannya yang telah sembuh dengan sempurna, Subaru mengucapkan hal tersebut kepada Echidona yang berada di hadapannya.

Tekanan yang datang dari gadis berambut putih itu sama sekali tidak berubah. Tapi tetap saja, pengaturan yang dibuat olehnya, tidak sepenuhnya tanpa meninggalkan efek pada diri Subaru.

"Well, kurasa aku sedang dalam mood yang bagus untuk berbicara empat mata sekarang. Dibandingkan dengan Penyihir lainnya, kau terlihat lebih rasional... Kecuali Penyihir Kemalasan-san, dia memang suka berbicara omong kosong, tapi kupikir kami bisa saling mengerti satu sama lain."

"Well, Sekhmet itu, bagaimana aku harus mengatakannya ya... dari semua Penyihir, dialah yang paling tua dan paling rasional. Tapi kalau kau membuatnya marah, dia tidak akan setengah-setengah."

"Tidak akan setengah-setengah... maksudmu dia akan terlihat menakutkan ketika dia marah?"

"Katakan saja begini, meskipun kami semua bersatu, kami bukanlah tandingan untuknya. Bahkan jika 5 Penyihir lainnya bertarung bersama, aku tidak berpikir kalau kami bisa menang melawan Sekhmet."

Sekali lagi terduduk di atas kursinya, Echidona menjelaskan hal ini ketika Subaru memberikan tatapan tidak percaya. Sosok gadis malas dengan rambut panjang berwarna merah keunguan terlintas dalam pikiran Subaru. Dengan sikap lesu yang dipenuhi rasa malas itu, orang itu sebenarnya adalah yang terkuat di antara semua Penyihir.

"Btw, aku sudah lama ingin menanyakannya... aku punya firasat kalau kau menghilangkan Penyihir Kecemburuan?"

".... Izinkan aku memberimu sebuah nasihat saat kau sedang berbicara denganku."

Mengingat nama Penyihir yang tidak pernah disebutkan oleh Echidona, Subaru menanyakan pertanyaan tersebut kepada Echidona yang hanya tersenyum dan mengangkat satu jarinya.

Subaru melihat ujung jari Echidona saat gadis itu sedikit memiringkan kepalanya.

"Aku menganggap Penyihir lain sebagai temanku, dan kupikir mereka layak mendapatkan rasa hormat dariku. Aku memiliki kepribadian dengan begitu banyak kekurangan, dan mempunyai mereka di sisiku dalam waktu yang lama sebagai pendukung emosional, bagiku adalah sebuah penyelamatan. Itulah kenapa aku mengumpulkan jiwa mereka, tanpa meninggalkan seorangpun."

".... Aku punya perasaan kalau aku baru saja mendengar sesuatu yang tidak bisa diabaikan, tapi silakan dilanjut."

"Orang yang menghancurkan para Penyihir ini adalah Penyihir Kecemburuan...... Apa kau sendiri bisa tersenyum kepada makhluk yang secara brutal membunuh teman terdekatmu?"

Senyumnya tidak berubah. Tapi sikapnya telah berubah.

Sensasi ngeri menggerayangi tulang belakang Subaru, dan ketika dia menyadarinya, Subaru sudah mengangguk setuju menanggapi kata-kata Echidona. Melihat hal ini, Echidona mengatakan "Benar, kan?" sambil menarik dagunya.

"Astaga, nampaknya suasananya sudah sedikit terganggu. Bagaimana kalau secangkir teh untuk menyingkirkan suasana yang tidak enak ini?"

".... Aku tidak memiliki keberanian untuk meminum teh Dona lagi. Kecuali kau menaruh teh sungguhan di sana, aku tidak akan memiliki niatan untuk makan ataupun minum di tempat ini."

"Diundang ke acara pesta teh Penyihir... dulu itu adalah hal yang membuat orang lain cemburu..... Ya ampun, kurasa manusia memang berubah seiring berjalannya waktu."

Seakan-akan sudah menyiapkan porsi Subaru, dengan wajah menyesal, Echidona hanya mengisi cangkirnya sendiri dan membawanya ke mulutnya.

Jika apa yang dikatakan Echidona benar, maka teh itu adalah teh yang terbuat dari cairan tubuhnya. Jadi pada dasarnya, dia akan meminum cairan tubuh yang dia hasilkan sendiri.

"Aku pernah dengar sesuatu soal kelinci... mereka memakan kotoran mereka sendiri dan terus bertahan seperti mesin abadi atau semacamnya."

"Sangat memalukan disamakan dengan mereka.... benar kan? Kecuali, ini adalah jalan memutar untuk memberitahuku kalau kau ingin mendengar soal Kelinci Raksasa." (Kelinci Raksasa : the Great Rabbit)

"Kelinci Raksasa?"

Subaru memiringkan kepalanya. Itu adalah kata yang sebelumnya pernah dia dengar entah di mana.

Mencari ke dalam ingatannya, Subaru ingat di mana dia pernah mendengarnya. Tepat, itu adalah ketika dia mengendarai punggung Patrasche, saat ada di Jalan Raya Lifaus.

"Mereka adalah Mabeast yang setara dengan Paus Putih... kan? Kelinci Raksasa dan Ular Hitam?" (Ular Hitam : Black Serpent)

"Mereka adalah peninggalan jahat milik Daphne. Bahkan dia sendiri merasa sedikit sulit untuk menangani mereka. Mengesampingkan Ular Hitam, kau pasti pernah mendengar Paus Putih dan Kelinci Raksasa yang mendatangkan malapetaka, iya kan?"

"Ngomong-ngomong, karena kita sedang membicarakan Paus Putih, berkat usahaku, dia sudah terbunuh. Berkat usahaku."

Menunjuk ibu jari ke arah dirinya sendiri, Subaru melebarkan lubang hidungnya dengan ekspresi sombong. Mendengar hal ini, untuk pertama kalinya, mata hitam Echidona terbuka lebar dengan ekspresi kaget di wajahnya.

"Ehh, begitukah? Itu sangat mengesankan. Dari penampilanmu, kau tidak nampak memiliki tangan yang cocok memegang pedang ataupun memiliki berkah sihir..... Tapi sepertinya kau menggerakan orang-orang di sekitarmu dengan sangat baik."

"Itu benar-benar membuatku merasa depresi ketika kau langsung tahu kalau aku tidak mengalahkannya sendirian...!! Bagaimana kau tahu kalau tidak meluncur ke arahnya dan kemudian membunuhnya?"

"Entah itu Paus Putih ataupun Kelinci Raksasa, sulit membayangkan kalau akan ada seorang manusia yang bisa membunuh mereka sendirian. Di zamanku dulu, satu-satunya orang yang bisa melakukan hal ini hanyalah Reid."

Sekali lagi, Subaru mengangkat alisnya karena mendengar nama yang tidak dia kenal. Menyadari hal ini, Echidona menggumam "hmmmm" sambil meletakkan satu jari di bibir tipisnya.

"Apa kisah mereka tidak diteruskan ke zaman ini? Kupikir pencapaiannya cukup luar biasa. Untuk membuatnya lebih mudah, dialah satu-satunya orang yang bisa membunuh 12 naga dewasa sendirian."

"Tidak, well, itu hanya pemahamanku terhadap pengetahuan umum atau sesuatu yang biasanya orang normal ketahui, sedikit dangkal. Pria itu terdengar sangat luar biasa."

"...... Reid Astrea. 'Sword Saint' adalah gelar yang diberikan kepadanya, apa gelar itu sudah tidak ada lagi sekarang?"

Mendengar kata-kata Echidona, pikiran Subaru mulai mengumpulkan kepingannya.

Astrea... Itu adalah nama keluarga milik Reinhard dan Wilhelm, nama yang disandang oleh Sword Saint saat ini dan Sword Demon, nama dari klan tak terkalahkan yang dicintai oleh Sword-God. Kalau begitu, generasi pertamanya pastilah Reid Astrea.

"Ok, kurasa aku paham. Gelar itu masih ada, Sword Saint. Aku tidak tahu generasi berapa sekarang ini, tapi Sword Saint saat ini adalah sahabatku. Dia adalah seorang monster yang mungkin tidak akan kalah dari leluhur-sama itu, kau tahu?"

"Itu adalah cara yang cukup aneh untuk mendeskripsikan seorang teman... Aku mungkin mengatakannya, tapi mengetahui betapa luar biasanya Reid, aku tidak bisa menyalahkanmu. Bagaimanapun, apa sekarang kita bisa membicarakan soal Kelinci Raksasa?"

"Uh, nah, itu tidak seperti aku tertarik pada Kelinci Raksasa ataupun Ular Hitam, tapi..."

Semakin lama semakin terlihat kalau Echidona ingin terus berbicara dan memamerkan pengetahuannya, Subaru pikir dia sebaiknya menghentikannya. Ada segunung hal yang ingin dia ketahui, tapi jika dia berniat mencerna semuanya di saat yang bersamaan, otaknya mungkin tidak akan bisa mengimbanginya.

Sebaliknya, akan lebih baik kalau dia memilih apa yang benar-benar ingin dia ketahui, dan sepenuhnya fokus pada topik itu.

Kalau begitu, hal pertama yang ingin dia ketahui adalah,

"Jadi uhh, kau itu adalah Echidona, Penyihir Keserakahan yang sudah lama mati. Apakah sejauh ini benar?"

"Aku sudah memastikannya dari awal kan? Tidak ada yang keliru mengenai masalah ini. Tempat ini adalah di dalam mimpiku, dan jika kau ingin pergi, kau hanya perlu mengatakannya."

"Aku menghargai perhatianmu. Pertama-tama, aku memiliki sebuah pertanyaan...."

Menyentuh rahangnya, Subaru mengarahkan pandangannya ke arah gadis berambut putih tersebut. Ditatap oleh tatapan kasar Subaru, Echidona mengangkat tangannya ke arah pipi putihnya yang hampir transparan, dan mengatakan "Apa itu?" sambil memicingkan matanya.

"Aku pikir ini adalah sesuatu yang seharusnya aku pastikan denganmu dari awal, tapi..... Sebenarnya kau ini mati di mana? Bukankah kau ini hanya bermain-main, menikmati harimu dan menjadi begitu bahagia?"

".... Ah, aku mengerti. Aku memang tidak menjelaskannya sama sekali. Kita lupa membahasnya, kan? Baik kau ataupun aku."

Dengan tepukan tangannya, Echidona mengangguk seolah-olah mengerti. Ketika Echidona memberikan sinyal kesepahaman dengan gerakannya, Subaru hanya menggaruk kepalanya bertanya-tanya ada apa dengan dirinya. Dengan kemunculan seorang Penyihir dan kemudian reuni kelas dengan para Penyihir lain, Subaru  menjadi begitu terkejut, sampai-sampai lupa menanyakan hal sejelas ini hingga sekarang.

"Melihat hantu di Makam, ini pasti akan sangat bagus kalau sesederhana itu. Tapi setelah sebegitu banyaknya ikut campur, aku tidak berpikir kalau aku bisa menyampaikan semua yang ada di dalam kepalaku."

"Hantu, aku tidak bisa menyangkal hal itu sepenuhnya. Bagaimanapun, aku adalah tubuh spiritual yang kehilangan tubuh fisik. Tapi sekarang, kenapa aku bisa ada di sini dengan keadaan seperti ini... Hal ini adalah bentuk perlawanan. Itu mungkin akan menjadi jawaban paling akurat, kurasa."

"Perlawanan....? Apa maksudnya.... tidak, mungkin 'melawan apa' adalah pertanyaan yang lebih tepat?"

"Kau cukup jeli, ya?"

Mengangguk puas menanggapi reaksi Subaru, Echidona menepukkan tangannya dengan lembut. Lalu, dia mendongak ke atas dan mendesah ke arah langit biru buatan dengan gerakan dari tangannya.

"Apa yang mengikatku dengan tempat ini adalah Volcanica. Naga Suci Volcanica. Kau mungkin paling tidak pernah mendengarnya?"

".... Itu mungkin adalah Naga yang menandatangani Perjanjian dengan pemimpin dari kerajaan Lugunica, kan? Aku mendengar nama itu di aula agung saat Pemilihan Raja."

"Ya, itu mungkin adalah Volcanica yang sama. Dengan kekuatan naga, aku disegel di sini, di Kuburan ini. Dan alasan kenapa Volcanica melakukannya, seperti yang kau simpulkan, adalah untuk melakukan perlawanan terhadap Penyihir Kecemburuan."

Pandangan Echidona begitu tenang dan berwawasan, tapi ketika kata 'Penyihir Kecemburuan' keluar dari mulutnya, sejenak, sebuah emosi berbahaya terpancar di dalam pupil matanya.

Itu mungkin adalah luas dari jurang antara dirinya dan Penyihir Kecemburuan.

"Bahkan saat ini, Penyihir Kecemburuan masih dipenjara di dalam Batu Segel, tapi segelnya bukan tidak bisa dihancurkan. Meskipun Volcanica abadi, tidak ada jaminan kalau segel itu tidak akan terlepas jikalau diberikan kesempatan. Ada juga beberapa orang yang percaya, kalau tidak ada yang tahu apakah memang setiap perubahan yang terjadi di surga ataupun di bumi tidak akan merusak Batu Segel.... Itulah kenapa Volcanica mempertahankan keberadaanku..."

"Sebagai kekuatan untuk melawan 'Penyihir Kecemburuan' jika dia dibangkitkan...?"

"Tapi aku bukanlah Penyihir yang pada awalnya Volcanica harapkan. Bagaimanapun, jika semuanya masih ada, orang yang seharusnya dipilih adalah Sekhmet. Masalahnya adalah Volcanica sendiri pernah berselisih dengan Sekhmet. Dan sepertinya, setelah Sekhmet mengalahkannya menjadi bubur, Volcanica menjadi sedikit waspada terhadapnya."

Seolah-olah sedang menggosip dengan santai, Echidona dengan entengnya mengabaikan jalinan takdir antara Volcanica dan para Penyihir, tapi Subaru yang mendengarkannya, sama sekali tidak bisa tertawa.

Subaru tidak benar-benar berpikir kalau dendam antara Naga dan Penyihir bisa disimpulkan dengan begitu mudahnya seperti hubungan antar manusia. Dan selain itu,  dia tidak sepenuhnya yakin sejauh mana dia bisa percaya dengan cerita tentang Penyihir Kemalasan yang mengalahkan Naga hingga menjadi bubur.

Tanpa tahu apa yang harus di katakannya, Subaru tetap diam. Dan di hadapannya, Echidona melanjutkan dengan 'Bagaimanapun',

"Aku si Penyihir bersama dengan Naga Suci Volcanica, Sword Saint, dan Sage, meskipun Penyihir Kecemburuan bangkit kembali, kami seharusnya bisa melawannya. Setidaknya itulah harapan semu Volcanica. Jadi begitulah, konteks di balik alasan kenapa aku sekarang ada di sini setelah kematianku."

"Jadi sebenarnya yang mengikat jiwamu dengan tempat ini adalah Naga?"

"Lebih tepatnya, itu adalah perintah Volcanica, yang mengikatku dengan tempat ini adalah sihir Mathers. Karena kau berhasil melangkahkan kakimu di sini, kau pasti paling tidak kau mengenal Mathers kan? Atau mungkin nama keluarga itu sudah tidak ada lagi...."

"Tidak, Mathers masih ada. Roswaal L. Mathers adalah pemimpin dari daerah dimana Makam berada. Dia juga adalah bosku, atau seharusnya kubilang penjaga, atau orang mesum atau semacamnya...."

Terkagum oleh kedalaman potensi keterlibatan orang itu dengan Penyihir, Subaru bertanya-tanya bagaimana seharusnya dia mendeskripsikan Roswaal kepada Echidona. Tapi mengabaikan ketidakyakinan Subaru, alis cantik Echidona bergetar, "Roswaal?" dia menggumam,

"Maaf, apa kau tadi bilang Roswaal?"

"Oh? Ah, yeah, Roswaal, apa kau mengenalnya?"

"Akan sangat aneh kalau aku mengenalnya. Lagipula, aku adalah eksistensi yang berasal dari masa 400 tahun yang lalu."

Jika dia adalah orang yang sama dengan orang yang ada di zaman itu, maka percakapan ini pasti akan menjadi sangat aneh.

Subaru menyetujui penilaian Echidona, dan ketika sosok wajah badut yang sedang memonyongkan bibirnya itu terlintas dalam pikirannya, Echidona berkata "Saat ini....", sambil meletakkan jarinya pada bibinya.

"... Roswaal yang kau bicarakan, apakah dia adalah seseorang yang memiliki rambut panjang berwarna abu-abu? Matanya mungkin.... kuning kurasa, kalau aku tidak salah ingat."

"... Nah, kalau begitu, ini adalah pria yang berbeda. Roswaal yang aku tahu memiliki rambut biru, warna yang sama dengan warna jeansku. Dan warna matanya berbeda. Warna mata Roswaal yang kukenal tidaklah sama, satunya biru dan yang lainnya kuning."

Merasa lega karena karakteristik kedua orang itu berbeda, Subaru menghela napas, dan tiba-tiba memikirkan sesuatu...

Roswaal pernang bilang kalau kepengurusan tempat ini, Sanctuary, diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kalau begitu, Perjanjian dengan Volcanica untuk menyegel Echidona di sini pasti juga diwariskan.

Jika tugas ini diwariskan secara turun temurun di dalam klan, maka,

"Mungkin nama Roswaal juga diwariskan. Terkadang kita menemukan gadis dengan nama laki-laki seperti ini, setidaknya itu sering muncul di dalam Manga."

"Mewarisi Roswaal? Kalau benar begitu, maka itu terdengar seperti sebuah mimpi buruk."

Seakan-akan setuju dengan teori Subaru, Echidona mengangguk dan mengangkat bahunya, memberikan kesan lelah. Melihat perubahan sikap Echidona yang tidak biasa, Subaru mengernyitkan dahinya. Dan kemudian, Echidona mengatakan "Tidak...."

"Roswaal yang kukenal adalah orang yang memiliki kepribadian obsesif. Dia adalah pria yang akan mencurahkan seluruh hidupnya demi memenuhi sebuah tujuan, aku takut. Jika setelah kematianku, dia tetap tidak berubah, maka....."

"Tidak puas dengan hidupnya sendiri, dia mungkin berniat menggunakan waktu keturunannya juga?"

"Tepat seperti yang kau katakan. Hanya memikirkannya saja sudah sangat menyeramkan."

Bahkan ketika dia mengucapkan hal itu, bibir Echidona masih menyunggingkan sebuah senyum.

Faktanya, pandangan itu mirip seperti pandangan orang tua yang sedang menyaksikan anak mereka yang nakal, akan tetapi Subaru berpikir kalau dia pasti keliru. Bagaimanapun...

"Well, sekarang aku mengerti alasan kenapa kau berada di dalam makam dan siapa dalangnya. Untuk detail-detail lainnya, aku akan bertanya pada Roswaal modern setelah aku bangun dari mimpi ini..."

"Kau bebas melakukannya... Kalau begitu, apa ada pertanyaan lain?"

"Tentu saja ada. Hal selanjutnya yang ingin kutanyakan adalah tentang Ujian. Aku diberitahu kalau ada Ujian yang akan dilangsungkan di dalam Makam. Aku ingin tahu mengenai isinya. Dan jika kau bisa memberitahuku jawabannya juga, ya silakan."

"Menanyakan pertanyaan dan jawabannya langsung kepada penguji, kau memang benar-benar kejam."

"Sedikit kelicikan tidak akan menyakiti siapapun. Tidak ada alasan untuk tidak menggunakan jalan pintas saat kau memilikinya. Aku adalah tipe orang yang suka bermain game sambil membaca panduannya, kau tahu."

Karena terbunuh dan harus melakukannya untuk kedua kalinya itu adalah hal yang sangat menyusahkan. Tapi mengesampingkan filosofi PLAYER Subaru, Echidona menutup matanya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Lima detik kemudian, saat dia membuka matanya lagi....

"Ujian, ya?"

"Ah yeah. Ujian macam apa itu sebenarnya? Jika kami tidak lulus, seorang gadis yang benar-benar penting bagiku akan berada dalam masalah. Dia tidak akan bisa pergi dari Sanctuary meskipun dia merasa rindu rumah. Dan tentu saja, meninggalkan dia dan pulang sendiri bukanlah sebuah pilihan."

Barrier yang mengelilingi Sanctuary, jika sesuatu semacam itu menghalangi jalan Emilia untuk keluar, maka Subaru juga tidak punya keinginan untuk keluar.

Saat dia lulus Ujian nanti, mereka akan pergi melewati barrier itu bersama-sama.

Dan Subaru akan melakukan apa saja untuk memastikan hal itu terjadi. Contohnya,

"Meskipun dengan curang!"

"Maafkan aku karena mengatakan hal ini setelah kau merasa begitu bersemangat, tapi aku tidak tahu apa-apa soal Ujian itu. Aku sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, aku tidak tahu isinya."

"Apa?"

Momentum Subaru tiba-tiba tergelincir, dia pun memekik. Mendengar hal ini, Echidona mengatakan "Well, tidak ada yang bisa kita lakukan, kan?" sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau tahu ini tempat apa kan? Ini adalah Makamku. Dengan kata lain, ini adalah Makam yang dibangun setelah kematianku. Dan Ujian yang kau bicarakan, mereka diadakan di dalam Makam kan? Kalau begitu, Ujian yang diadakan di dalam Makam juga dibuat setelah aku mati. Jadi tidak mungkin diriku yang sudah mati ini bisa ada hubungannya dengan mereka, benar kan?"

"Tidak mungkin aku bisa memahami logika semacam itu."

"Pokoknya, aku bukanlah si penguji. Jadi aku tidak bisa memberimu jawaban soal Ujian itu. Jika ada, itu adalah aku yang seharusnya bertanya tentang Ujian itu kepadamu. isinya, jenis pertanyaannya, pemilihan respondennya, dan tentu saja jawaban untuk pertanyaan-pertanyaanya... rasa ingin tahuku itu tidak ada ujungnya, kau tahu."

Di matanya yang berkilau, pupil dari 'Penyihir Keserakahan' dipenuhi dengan sinar rasa haus akan pengetahuan. Menghela napas menghadapi keinginan blak-blakan Echidona, Subaru menyimpulkan kalau dia tidak akan membuat kemajuan apa-apa jika bicara soal Ujian tersebut.

Kalau begitu,

"Man, aku merasa sudah tidak memiliki hal lain yang ingin kutanyakan padamu."

".... Eh? Kau bercanda kan? Itu tidak mungkin. Aku ini Penyihir Keserakahan kau tahu? Orang-orang dari sudut dunia semuanya datang kepadaku, untuk mencari pengetahuanku. Dengan berada di hadapanku, dan diizinkan menanyakan apapun yang kau inginkan, kau bilang kau tidak memiliki sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku...?"

"Well, kau sudah mati dan kau tidak tahu apa yang terjadi setelah kau mati kan? Apa yang ingin kuketahui kebanyakan adalah sesuatu yang terjadi saat ini, jadi tidak ada gunanya bertanya kepada orang yang tidak mengetahuinya...."

"Tidak tidak tidak, tenanglah! Memang benar kalau aku tidak mengenal dunia saat ini, tapi sebagai gantinya, hampir tidak ada sesuatu yang tidak kuketahui tentang masa lalu. Banyak hal yang telah terjadi dalam 400 tahun dan tidak lagi tersisa di dalam pikiran siapapun atau dalam buku sejarah. Bukankah ini kesempatan untuk mempelajari mereka semua? Seperti halnya percakapan dengan Penyihir lain sebelumnya. Mereka adalah hal-hal yang tidak lagi bertahan di dalam catatan sejarah di seluruh dunia."

"Tapi, aku tidak begitu tertarik dengan Penyihir. Meskipun aku mempelajari mereka, mereka semua sudah mati dan ada banyak hal yang ada di pikiranku saat ini, jadi percakapan semacam itu tidak benar menurutku..."

"Eeeeeeehhhhh....."

Melihat Subaru benar-benar berniat untuk pulang, merasa tidak puas, Echidona pun menunjukan eskpresi suram. Itu hampir seperti posisi mereka telah benar-benar terbalik.

Tapi tetap saja, sejauh yang Subaru perhatikan, hal itu adalah kebenarannya. Dosa ataupun perbuatan mulia dari para Penyihir di masa lalu, apapun mereka.... dia benar-benar tidak tertarik terhadap hal-hal semacam itu.

Selain itu, informasi macam apa yang bisa dia dapatkan dari Echidona, dia benar-benar tidak bisa memikirkan apapun di dalam kepalanya...

"Tunggu, karena kau mengatakanya, aku baru saja kepikiran satu."

"Ya ya! Bagus sekali. Aku tahu pasti masih ada hal lain. Tanya saja sesukamu. Selama itu adalah sesuatu yang bisa kujawab, aku akan menjawabnya. Ayo!"

Meskipun sudah mencapai titik pergolakan, Echidona masih menanggapi pertanyaan Subaru dengan sungguh-sungguh.

Meskipun mereka adalah Penyihir, pada dasarnya, memang mustahil untuk menghapus semua jejak insting duniawi mereka. Memikirkan hal ini, Subaru mengingat sesuatu mengenai Sanctuary.

"Penduduk dari Sanctuary yang menampung Makam ini, menyebut tempat ini sebagai 'Tanah Percobaan atau Ujian. Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, 'Tanah Percobaan milik Penyihir Keserakahan' itu terdengar sangat penting, dan lalu ada pula barrier yang tidak memperbolehkan para darah campuran untuk kabur, percobaan macam apa yang di lakukan disini? Aku berha........"

"Aku tidak bisa mengatakannya."

"......rap bisa menanyakannya."

Akan tetapi, dengan sekali gerakan, ekspresi Echidona menghilang ketika dia menyela pertanyaan tersebut. Menanggapi sikap dingin itu, Subaru hanya bisa tetap diam. Melihat reaksi Subaru, Echidona nampak menyadari ketajaman dari kata-katanya, dan membuat ekspresi kikuk di wajahnya.

"Maafkan aku karena menjadi begitu kasar. Tapi ada juga hal yang tidak bisa kukatakan. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Itu bukan aku tidak bisa mengatakannya tapi aku tidak ingin mengatakannya."

"..... Istilah 'Tanah Percobaan' itu tidak memberikan kesan yang bagus. Tapi kau tidak terlihat menyangkalnya."

"Aku ingin kau menghentikannya. Aku tidak ingin dipandang rendah."

Merendahkan pandangannya, Echidona menolak untuk membahas topik itu lebih jauh.

Seorang Penyihir dengan eksistensi yang begitu luar biasa itu, menyusutkan bahunya ketika mengatakan hal tersebut pada Subaru. Siapaun yang mendengar hal ini, tidak akan memiliki pilihan lain selain menyerah untuk bertanya lebih jauh.

Lalu, apa yang terlintas di pikiran Subaru adalah....

"Kalau dipikir-pikir, namamu..... aku pernah mendengarnya sebelum datang ke sini."

"......."

Echidona masih terdiam. Di hadapan Echidona, Subaru menyentuh dahinya sambil mencari-cari di dalam ingatannya. Nama Echidona, Sang Penyihir Keserakahan. Sebelum datang ke Sanctuary, nama itu pernah terdengar beberapa kali di telinga Subaru.

"..... dari Puck."

Dalam pengulangan yang diawali di Ibu kota, Subaru telah terbunuh oleh Roh Agung itu tiga kali. Ingatannya yang paling menjijikkan dan paling pahit adalah ketika Puck raksasa membunuh sambil mengejeknya.

Waktu itu, dalam percakapan Petelgeuse dan Puck, nama Echidona muncul. Di tepi jurang kemataiannya, kesadaran Subaru tidak memahami apa maksudnya, dan dia tidak mengingatnya lagi sampai sekarang.

Mendengar gumaman Subaru ketika menemukan ingatannya, Echidona pun mengangkat kepalanya.

"Puck......? Maksudmu roh kucing.....?"

".....!? Yeah benar. Roh kucing. Apa kau mengenal Puck?"

"Tidak masalah apakah aku mengenalnya atau tidak.... apa dia datang ke sini? Kalau iya, sejauh mana yang bisa dia ingat?"

Echidona nampak terkejut mendengar nama tak terduga tersebut, dan Subaru juga sama terkejutnya melihat reaksi ini dari Echidona. Echidona yang terus bicara tanpa henti hingga saat ini, tiba-tiba terdiam.

Melihat sikap Echidona yang tidak menyenangkan, Subaru tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dan Echidona, seolah-olah kembali tenggelam dalam pikirannya, menutup matanya dan merenung.

Bertanya-tanya bagaimana dia harus melanjutkan percakapan ini, Subaru menengadahkan pandangannya.

"....Gahhh!?"

Tiba-tiba, di dasar perutnya, sebuah panas yang begitu membakar menegaskan keberadaannya, di dalam seluruh kesadaran Subaru.

"..... uh, ah?"

Panas yang begitu luar biasa terasa seakan-akan membakar isi perutnya. Mengerang, Subaru memegangi perutnya, kakinya bergetar lemah.

Tiba-tiba, gelombang rasa sakit yang dirasakannya melebihi apapun yang disebut biasa. Sakit perut tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaan misterius yang bisa membuat mulutnya berbusa ini. Tidak sanggup berdiri, Subaru jatuh dengan lututnya, dan di momen selanjutnya, dia pun roboh ke samping.

Melihat Subaru seperti itu,

"Ah, akhirnya berpengaruh juga."

Dan, mengagumi pemandangan itu dengan mata dingin dan tak berperasaan miliknya, Echidona memandangi Subaru.

Perlahan-lahan, dia mendekati Subaru yang menggeliat, dia menekuk lututnya untuk mendekat ke arah wajah Subaru, dan menyapu rambut yang berada di atas dahinya.

"Ketika kau diundang ke acara pesta teh Penyihir, kau seharusnya tidak menaruh apapun yang diberikan padamu ke dalam mulut dengan begitu sembrono.... Kau sudah mendapatkan pelajaran yang bagus kan?"

"Kau, me..... kau meracuniku....?"

"Mana mungkin. Aku sudah mengatakannya kan? Apa yang kau minum itu adalah cairan tubuhku. Sebuah bagian yang pada dasarnya milik eksistensi yang berbeda, bagian dari seorang Penyihir. Itulah apa yang kau minum."

Cairan tubuh. Subaru sadar kalau dia telah mengabaikan makna dari istilah itu dalam seluruh percakapan yang terjadi setelahnya. Dan akibatnya adalah keadaannya saat ini yang begitu menderita. 

Membuka matanya, Subaru menatap tajam ke arah Echidona. Semua sikap ramah sesaat sebelumnya, telah menguap. Apa yang dia ingin dapatkan dengan melakukan hal-hal semacam ini.....

"Aku tidak ingin kau salah paham, aku tidak melakukan hal ini dengan maksud jahat ataupun niatan buruk terhadapmu. Faktanya, aku menghargai keberadaanmu dengan cukup positif. Membiarkanmu meminum bagian dari diriku adalah buktinya."

"Bi...cara jadi aku bisa.... me... ngerti..."

"Sederhananya, aku membantumu agar Gen Penyihir yang tertidur di dalam tubuhmu bisa membaur dengan lebih mudah.... atau sesuatu semacam itu."

"Gen, Penyihir....?"

Rasa panas tak henti-hentinya berkembang dengan begitu dahsyat, Subaru menggunakan sisa-sisa kekuatan terakhirnya untuk mengulangi kata tersebut.

.... Gen Penyihir.

Kata itu, dia pernah mendengarnya beberapa kali sebelumnya.

Ada Petelgeuse. Dan ada pula Beatrice.

"Kau telah membunuh salah seorang antek dari Penyihir Kecemburuan, kan? Dengan kematian antek itu, Gen Penyihir menanam dirinya ke dalam tubuhmu.... Akan tetapi, sepertinya ada sesuatu yang lain di dalam tubuhmu."

"Benda itu, ketika benda itu telah membaur..... apa yang akan terjadi?"

"Apa yang akan terjadi? Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin. Tapi, daripada membawa bom yang meledaknya entah kapan, lebih baik meledakkannya sebelum menyebabkan sesuatu yang lebih buruk, kurasa. Jika kita bisa menyelesaikan ini di dalam mimpi, mungkin itu akan membuat bagian penghilangan ledakannya bisa menjadi lebih mudah ketika kau berada di luar."

Mendengarkan nada yang tidak berubah itu, Subaru merasa kesadarannya mulai memudar, cahaya dan kegelapan yang terlintas di depan matanya selaras dengan gelombang rasa sakit yang dirasakamnya. Tapi, meskipun dalam keadaan seperti ini, Subaru mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Echidona,

"Tadi, aku baru saja memikirkan sesuatu....."

"Hm?"

"Kau... cara bicaramu.. mirip sekali dengan Puck. Roh kucing itu juga tidak peduli dengan mood sama sekali, dia terus saja melakukannya dalam suasana yang begitu ceroboh, meneruskannya seolah tidak ada apa-apa....."

Mendengar kata-kata Subaru, dalam sekejap, Echidona mengedipkan matanya kaget.

Lalu dengan ekspresi yang berlebihan, seakan-akan baru saja mendengar lelucon paling lucu, dia memegangi perutnya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Haha, ahahahaha! Aaahhh, itu, cukup bagus! Kau memang sangat menarik. Aku benar-benar berpikir begitu. Mmm, mha ahahahahahaha. Jadi begitu ya, aku dan Puck? Mm kau benar. Itu memang sangat wajar. Aku mungkin adalah satu-satunya orang yang menjadikannya sebagai suatu panutan."

"Apa yang ka......"

Meski Subaru ingin melanjutkan kalimatnya, tapi itu bukan lagi sesuatu yang bisa dia lakukan.

Rasa sakit yang dialami seluruh tubuhnya terasa begitu membakar, namun hal itu sama sekali tidak merenggut kesadarannya. Rasa sakit tersebut terasa seolah-olah akan berlangsung selamanya, tidak ada jeda waktu sedikitpun untuk penderitaan ini, namun..... akhir sudah semakin dekat.

Meski begitu, itu bukanlah dengan melemahkan rasa sakit tersebut, namun...

"Sepertinya waktu pertemuan kita sudah hampir habis."

Sedikit demi sedikit, di mata Subaru, garis-garis dunia mulai terlihat buram.

Langit biru dan bukit kecil di padang yang ditutupi rerumputan hijau. Kedua pemandangan itu sekaligus kursi yang mengelilingi meja putih tersebut. Semua gambaran ini bercampur menjadi satu, dan bersamaan, mulai memudar.

"Kurasa tadi kau mengatakan kalau ini hanya akan berakhir saat kau menginginkannya...."

"Kita telah mencapai batas waktu di dunia nyata. Ujian yang kau sebutkan, sepertinya akan segera dimulai. Ketika itu dimulai, semua fungsi dari Makam ini akan terarah kepadanya. Dan tidak akan peduli lagi dengan hantu yang kesepian ini."

Mengucapkannya dengan suara riang, Echidona membelai dahi Subaru yang terbaring di atas tanah.

Melihat Subaru tidak bisa melawan ataupun bereaksi, Echidona tertawa.

"Nah, untuk bisa kembali dari pesta teh Penyihir, biaya apa yang akan kau bayarkan?"

".... Seperti yang kau tahu, aku sama sekali tidak punya uang saat ini."

"Bukan uang. Bayarannya adalah...... ah iya, kau dilarang membicarakan tempat ini kepada orang lain, bagaimana? Kau sepertinya sudah memiliki perjanjian seperti itu... Ini termasuk harga yang murah, kan?"

Apa maksudnya itu? Bahkan tidak ada waktu untuk menanyakan hal semacam itu.

Menekan jarinya pada dahi Subaru, Echidona dengan pelan membisikkan sesuatu. Lalu, merasakan kehangatan yang datang dari jari yang menyentuhnya itu, seketika, kehangatan itu menyebar ke seluruh tubuh Subaru. Dan luar biasanya, Subaru mendapatkan sebuah pemahaman.

Pemahaman terhadap kata perjanjian dan apa saja yang tidak boleh dilanggar; bagaimanapun kesepakatan sepihak itu telah tersegel.

"Melakukan ini, bahkan tanpa bertanya lebih dulu......!"

"Percakapan kita, dan memperkuat Gen Penyihir. Dibandingkan dengan itu, kurasa ini adalah harga yang cukup murah. Dan juga, karena sekalian kita ada di sini, aku akan memberimu sebuah hadiah."

Tersenyum pada Subaru yang geram, gelombang panas lain melewati jari Echidona menuju dahi Subaru.

Dan akibat dari kehangatan ini adalah....

"Dengan ini aku memberimu kualifikasi untuk berpartisipasi dalam Ujian di Makam ini."

".....!?"

"Dengan begini, kau akan bisa mengikuti Ujian di Makam ini nanti malam. Entah kau mau mengikutinya atau tidak, itu terserah padamu. Tidak masalah jika kau memilih tidak. Tapi jika kau menginginkannya, kau bisa memilih untuk mengikuti Ujian ini menggantikan tempat gadis yang amat penting bagimu...... Apa yang akan kau lakukan, kau bisa memutuskannya sesukamu."

Keruntuhan dunia telah dimulai. Dan sedikit demi sedikit, apa yang berada di bawah kakinya, melebur ke dalam kegelapan.

Kali ini, akhir dunia yang sesungguhnya benar-benar mendekat.

Di dalam dunia yang akan segera berakhir, Subaru yang masih terbaring di tanah, mendongak menatap Echidona.

Menyegel perjanjian yang tidak ingin dia setujui, memeras bayaran yang tidak ingin dia bayar, kepada gadis yang sedang tersenyum ke arahnya tanpa mempedulikan dunia..... ah, tanpa sedikitpun keraguan,

"..... Kau memang benar-benar Penyihir."

"..... Oh, tapi tentunya, aku adalah Peyihir wanita, bukankah begitu?"

Dengan kata perpisahan tersebut, kesadaran Subaru terlepas dari mimpi itu.

Jatuh dan semakin jatuh. Pudar dan semakin memudar.

Terlepas dari mimpi, dia melayang ke atas.

Pada akhirnya, kesadaran Subaru pun.... terlepas dari mimpi sang Penyihir.



---End of Chapter 12---




Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Me..
Previous
Next Post »
6 Komentar
avatar

semangat terus gan

Balas
avatar

Gatau.. dari sumbernya juga blum dirilis.. :3

Balas
avatar

ayo gan ditunggu lanjutannya.. di "translation chicken" uda release tuh gan..
semangat terus gan :)

Balas