Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Final Chapter Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Final Chapter


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Final Chapter Bahasa Indonesia




Final Chapter.

"Se-selamat siang, Maou-san."

Chiho yang terbaring di kamar rumah sakit, menyapa Maou sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan selimut.

"Oh... Ah, itu, aku dengar dari ibumu kalau kau sudah boleh pulang besok..... soal itu, di mana ibumu? Dialah yang memanggilku..."

Maou melihat sekelilingnya dengan canggung karena tidak bisa menemukan sedikitpun tanda-tanda keberadaan Riho.

"Ku-kupikir dia akan segera kembali..... dia bilang dia ingin membeli sesuatu tadi..."

"Oh, begitu, um, ngomong-ngomong, syukurlah kalau kau baik-baik saja. Ini bunga untukmu."

"Te-terima kasih."

Chiho mengulurkan kedua tangannya dengan malu-malu.

".... Sama-sama."

"...Un."

Maou dan Chiho saling melirik satu sama lain seolah sedang mencoba membaca pikiran masing-masing. Pada akhirnya, mau tidak mau, Maou lah yang memecah keheningan tersebut.

"Apa kau ingat apa yang terjadi kemarin malam?"

Chiho menganggukan kepalanya, pelan namun pasti.

"Di hari sesudah membantu Maou-san pindah rumah, aku pulang ke rumah dan menonton televisi. Lalu, layarnya tiba-tiba bersinar.... sampai aku bangun di kamar rumah sakit ini, aku tidak ingat apapun yang terjadi setelahnya."

Chiho mulai berbicara tentang apa yang terjadi padanya kemarin malam.

"Dan kemudian kemarin... karena ini adalah rumah sakit, HPku yang seharusnya dimatikan, mulai berdering, lalu cincin itu juga mulai bersinar... dan kemudian, tubuhku terasa seolah-olah bisa mengerti kalau aku bisa melakukan hal-hal tersebut... tapi pada dasarnya, aku hanya bergerak atas keinginanku sendiri. Karena setelah aku mendengar apa yang dikatakan orang itu melalui telepon, aku merasa kalau itu adalah sesuatu yang harus kulakukan."

Setelah mendengar penjelasan Chiho, Maou menanyakan sesuatu yang paling ingin dia ketahui.

"Apa kau tahu siapa orang di ujung telepon itu?"

"Itu, soal itu... kupikir orang itu adalah seorang wanita, dan dia seharusnya adalah seseorang yang berasal dari dunia Maou-san.."

Jantung Maou berdetak sedikit lebih kencang karena rasa gelisah dan antisipasi. Akan tetapi, Chiho menggelengkan kepalanya dan melanjutkan,

"Dia tidak memberitahuku namanya. Dia bilang jika ada seseorang yang bertanya, hindari saja pertanyaan itu atau semacamnya. Itulah syarat agar dia mau meminjamiku kekuatan itu."

"A-apa kau benar-benar percaya pada ucapan orang semacam dia dan meminjamkan tubuhmu padanya?"

Maou mengungkapkan pendapatnya secara terang-terangan sambil berkeringat dingin.

"Yeah, kupikir jika orang itu adalah musuh Yusa-san atau Maou-san, dia mungkin tidak akan bicara denganku. Dan dia cukup kuat untuk melakukan semua hal itu! Dia bahkan tidak menjadikanku sandera dan tidak mengendalikanku secara langsung tanpa berkata apa-apa, jadi kupikir setidaknya, dia bukanlah orang yang jahat."

"Hm.... meskipun aku sudah merasakan ini sebelumnya, tapi bukankah Chi-chan jadi sedikit terlalu berani akhir-akhir ini?"

"Karena orang yang kukenal akhir-akhir ini, aku jadi melewati hari-hari yang mendebarkan setiap hari."

Chiho memberikan sebuah senyum polos.

"Juga, saat terakhir kali Gabriel-san datang, sebenarnya aku merasa sangat frustasi."

"Eh?"

"Bukankah Maou-san sudah memberitahuku waktu itu agar tidak mendekati apartemen sebelum insiden Alas Ramus benar-benar selesai? Aku senang karena kau khawatir padaku, dan aku juga tahu kalau aku yang tidak bisa bertarung, hanya akan menjadi penghalang jika aku ada di sana, tapi aku masih saja merasa sedikit frustasi. Aku benar-benar merasa kalau akan sangat bagus jika aku memiliki kekuatan untuk melindungi orang-orang yang kusukai, dan kemudian...."

Chiho mengambil HPnya, mengangkat kepalanya dengan malu-malu, dan menatap Maou.

"Orang di ujung telepon itu bilang kalau dia bisa meminjamimu kekuatan?"

Meski begitu, meminjamkan tubuhnya kepada seseorang yang tidak menunjukan wajahnya dan hanya berbicara melalui telepon, bukanlah tindakan sembrono yang akan Chiho lakukan.

Nada Maou menjadi sedikit lebih keras, Chiho menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat dan menjawab,

"Tentu saja tidak sesederhana itu... ketika dia mendengarku mengigau saat aku sedang tertidur, dia memberitahuku agar tidak pilih-pilih makanan, dia memberitahuku alasan kenapa aku bisa pingsan saat ada di rumah, memberitahu kalau Maou-san dan yang lainnya datang untuk menjengukku, memberitahu kalau Maou-san dan Yusa-san kemungkinan pergi ke Tokyo Tower dan Tokyo Skytree untuk bertarung, memberitahuku kalau musuhnya adalah Gabriel-san dan malaikat yang tidak kukenal, memberitahuku kalau ini tidak ada kaitannya dengan Sariel-san, memberitahuku bahwa ada orang lain yang bisa menggunakan sihir suci sedang membuat pergerakan, dan meskipun dia tahu semua hal itu, karena beberapa alasan, dia tidak bisa muncul di hadapan orang lain dan begitulah, semua itu dijelaskan padaku oleh dia."

"......."

Chiho menyentuhkan jarinya bersamaan dan berbicara tanpa lelah, di sisi lain, Maou hanya terdiam.

"Setelah memberitahuku semua itu, dia juga dengan sungguh-sungguh memohon padaku dan mengatakan 'Tak peduli seperti apa bahayanya, aku pasti akan melindungimu, dan nanti aku akan berterimakasih padamu dengan benar. Untuk melindungi mereka yang berharga bagiku, tolong pinjamkan kekuatanmu'..... Itulah kenapa kupikir aku bisa mempercayainya. Jika Maou-san dan Yusa-san menghadapi bahaya dan aku bisa membantu...."

Setelah mencapai poin ini, Chiho menengadah sekali lagi, mencoba melihat ekspresi Maou.

".... sejujurnya, aku benar-benar merasa sedikit senang. Meskipun agak dingin ketika terbang di langit, tapi itu sangat nyaman."

Entah itu karena hubungannya dengan Maou yang tinggal di dunia berbeda, ataukah karena status dari mana dia berasal, Chiho memiliki wawasan yang lebih dibandingkan kebanyakan orang. Oleh sebab itulah, dia tidak akan dengan sembrono memasuki medan perang hanya berdasar pada perasaannya saja, dan malah menambah beban untuk Maou dan Emi.

Tapi karena alasan yang sama, Chiho juga sering merasakan sakit karena menjadi orang yang tidak berdaya.

Meski begitu, fakta bahwa dia hanyalah seorang gadis SMA biasa, tidak akan pernah berubah.

"Eh, jika hal yang sama terjadi lagi lain kali, meskipun dia adalah orang yang mudah diajak bicara, jangan menyetujuinya dengan begitu mudah. Bicarakan dulu denganku atau Emi, okay? Maksudku, tidak ada yang bisa menjamin kalau insiden berikutnya akan berakhir seperti ini di mana semua orang bisa selamat."

Setelah Maou selesai berbicara, Chiho mengangguk dengan ekspresi serius di wajahnya.

Maou menganggap ekspresi itu bisa dipercayai, jadi dia menenangkan ekspresinya dan bertanya,

"Apa ada perubahan yang signifikan pada tubuhmu?"

"....yah, sulit untuk mengatakannya, itu seperti ada dan tidak ada."

Chiho menjawab dengan sedikit percaya diri.

"Tubuhku terasa sangat sehat, seolah-olah aku tidur dan bangun secara normal, dan tidak ada yang sakit sama sekali. Tapi... di dalam pikiranku ada beberapa ingatan yang bukan milikku."

"Ingatan yang bukan milik Chi-chan?"

"Daripada ingatan, mereka lebih seperti pemikiran yang kuat... Itu membuatku berpikir kalau aku menonton film atau semacamnya dan kemudian bermimpi. Tapi..... tapi aku yakin itu pasti adalah ingatan Maou-san.... tidak, itu adalah ingatan Raja Iblis Satan."

"..... Ingatanku?"

"Aku melihat seorang iblis kecil."

Maou menarik napas dengan tajam ketika mendengar Chiho mengucapkan kalimat tersebut.

"Iblis itu terus menangis, dan dia menderita luka-luka yang bisa membunuhnya jika dia tidak segera dirawat.... Aku berbincang-bincang dengannya selama perawatan, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu dan dia juga mendengarkannya dengan seksama. Itulah kenapa aku ingin membantumu...."

"Chi-chan?"

Maou merasakan sebuah atmosfer yang aneh.

"Tapi pada waktu itu, aku sudah menghabiskan banyak kekuatanku hanya untuk mencoba menolong nyawamu, jadi aku tidak mengajarimu hal yang paling penting. Aku selalu ingin meminta maaf kepadamu."

Chiho menatap Maou dengan serius.

".....Siapa kau? Apa yang telah kau lakukan pada tubuh Chi-chan?"

Maou sedikit bergeser dari kursinya ketika dia menyadari alasan di balik atmosfer aneh itu dan bertanya dengan suara yang pelan dan tegas. 

"Kalau dipikir-pikir, kurasa aku memang belum cukup dewasa. Berlarian demi mencapai impianku dan kurang peka dalam menyadari gambaran yang lebih besar, karena itulah, aku membuatmu melakukan kesalahan semacam itu. Tapi.... persiapanku sudah terlalu jauh untukku kembali ke sisimu, aku benar-benar minta maaf soal itu."

Entah itu suara ataupun tubuhnya, mereka semua adalah milik Chiho.

Tapi nada dan aura yang dia pancarkan benar-benar berbeda.

"Kau seharusnya masih mengingatku kan? Satan Jacob."

Akhirnya Maou menyentak kursi dan buru-buru mendekat ke arah 'Chiho'.

"Aku akan segera menyelesaikan apa yang harus kukatakan, tolong dengarkan aku sebentar."

"Apa-apaan.... yang... kau...."

"Maafkan aku karena menyeret gadis ini ke dalam masalah ini, tapi aku sudah tidak punya jalan lain lagi."

Mengabaikan suara Maou yang bergetar, orang yang menggunakan tubuh Chiho itu mulai berbicara atas keinginannya sendiri.

"Tujuanku adalah untuk membuat Ente Isla..... Surga dan Dunia Iblis kembali menjadi sebagaimana seharusnya. Demi tujuan ini, aku perlu pendukung dalam jumlah yang besar. Alasan kenapa aku membantumu waktu itu adalah karena aku memiliki pertimbangan lain dalam pikiranku. Jika itu kau, mungkin kau bisa memahami impian yang kukejar demi diriku...."

Setelah mengatakannya, 'Chiho' melihat keluar jendela.

"Kau yang datang ke dunia ini... bukanlah kebetulan sama sekali."

"Apa?"

"Tempat ini adalah 'Tanah Kehidupan' yang paling dekat dengan Ente Isla. Kau dan anak itu hanya terbawa ke sisi dunia yang lain. Karena kedua tempat ini sangat dekat, entah itu orang atau benda, keduanya bisa menyeberang dengan begitu mudah. Hal yang paling penting adalah 'Tanah Kehidupan' ini sendiri... itu harus segera disempurnakan dan bibitnya harus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Hal ini tidak condong pada para orang suci ataupun para iblis, melainkan bisa mencakup keduanya, sebuah dunia yang benar-benar menakjubkan...."

'Chiho' melanjutkan perkataannya.

"Namun kami ikut campur dalam upaya 'Pewarisan' itu. Jika ini terus berlanjut, 'Bencana Raja Iblis Satan yang Agung' akan menimpa dunia ini. Aku.... ingin mencegahnya... Tapi itu masih saja tidak cukup. Mereka, orang-orang itu, hanya peduli dengan diri mereka sendiri. Jadi aku memutuskan untuk mengambil sebuah tindakan."

"Aku tidak mengerti apa yang coba kau katakan! Langsung saja ke intinya!"

"Salah satu dari kunci tersebut dipegang oleh anak itu. Dan..... juga ada pada ayah anak itu.

Maou dengan sengaja mencoba untuk tidak berpikir merujuk pada siapa kata 'anak itu'.

Yang berbicara pada orang ini adalah Maou sendiri.

"Di mana kau sekarang?"

"Kebetulan saja ingatanku tercermin pada ingatan gadis ini tapi itu tidak berarti aku mengendalikannya. Oleh sebab itu kita tidak bisa melakukan pembicaraan yang lebih baik. Sisa-sisa pemikiranku akan segera menghilang. Jika aku bisa memberikan gadis ini kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri, itu akan sangat bagus..... tapi ada satu hal lagi, aku telah meminta gadis ini agar dia menyampaikan informasi ini pada anak itu, soal ini, aku benar-benar minta maaf."

'Chiho' mengulurkan tangannya ke arah Maou.

"Aku mohon padamu.... temukan 'Pengetahuan' Ente Isla.... kuncinya berada di tangan anak itu dan ayahnya.... di suatu tempat.... bersama...."

"Hey, hey, ada apa?"

Kata-kata orang itu menjadi terputus-putus, seolah terganggu oleh listrik statis dan suara Chiho mulai menjadi serak.

"....yang sama.... dan... kumohon... hanya...."

Wajah Chiho mulai terlihat kesakitan, tapi dia masih bisa memaksakan senyumnya dan mengatakan,

"Kembalikanlah dunia menjadi sebagaimana seharusnya. Semoga beruntung, Raja Iblis Satan!!"

Dalam satu kedipan mata, Chiho kembali normal.

".... lalu, setelah itu, aku berpikir kalau itu adalah ingatan saat Maou-san masih muda, apa ada yang salah.... Maou-san?"

".... tidak ada."

Raja Iblis menggelengkan kepalanya dengan lembut, mengangkat kursi yang dia tendang dan duduk di atasnya.

Chiho masih mengenakan cincin dengan permata keunguan di tangan kirinya.

"Jika itu adalah Jepang modern, kau tidak perlu menggunakan metode yang berbelit-belit seperti itu, kau bisa paling tidak menggunakan tape recorder."

"Eh?"

"Tidak ada apa-apa."

Maou tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya sekali lagi.

"Pemilik cincin itu, apakah dia menyebutkan sesuatu mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya? Tidak mungkin kan Chi-chan menjadi orang yang bisa menggunakan fragmen Yesod?"

Menghadapi pertanyaan Maou, Chiho menatap cincin di tangan kirinya dengan sedikit ekspresi bingung di wajahnya.

"Aku merasa mendengar sesuatu... tapi juga tidak... tapi, aku hanya merasa kalau aku harus memberitahu sesuatu kepada Yusa-san."

"....begitu ya?"

Meskipun sudah mendapatkan persetujuan, tapi Maou masih saja khawatir kalau metode ini akan memberikan beban pada tubuh Chiho.

"Tapi, menurut Suzuno, Chi-chan tidak memiliki kapasitas yang besar untuk sihir suci, jadi jangan terlalu sembrono. Atau kau akan membuat ibumu cemas lagi."

"Aku tahu. Dan aku juga masih amatir. Meskipun aku bisa sedikit menggunakan kekuatan supranatural, aku masih tidak bisa menangani seorang musuh sendirian."

"Benar. Musuh yang sesungguhnya tidak akan muncul dan memerangi kita berdasarkan level kemampuan kita."

Maou mengangguk puas, menerima apa yang Chiho katakan.

"Ini, bagaimana kalau Maou-san menyerahkannya pada Yusa-san?"

Chiho menatap ke arah cincin yang dihiasi fragmen Yesod tersebut. Maou berpikir sejenak...

"Nah, kupikir lebih baik Chi-chan menyimpannya, anggap saja itu seperti jimat."

Entah itu Gabriel, Raguel ataupun Sariel, saat ini mereka sepertinya tidak memberikan perhatian khusus pada fragmen Yesod. Dan alasan kenapa Chiho menjadi seperti kemarin malam, tanpa diragukan lagi adalah karena cincin tersebut. Karena 'dia' sudah bilang kalau dia akan menjamin keselamatan Chiho, maka akan lebih aman kalau membiarkan Chiho menyimpan cincin itu untuk jaga-jaga.

Hubungan Chiho dengan Maou dan yang lainnya sudah mencapai titik di mana mereka sulit untuk dipisahkan.

"Ah! Tapi, Maou-san..."

"Hm?"

"Bukankah Maou-san sudah memiliki musuh yang berkembang berdasarkan level kekuatanmu?"

"Eh?"

"Yusa-san! Yusa-san adalah sang Pahlawan! Bukankah Raja Iblis dan Pahlawan memiliki hubungan semacam itu?"

"Itu tidak seperti dia secara khusus berkembang untuk menandingiku...."

"Pasti iya, aku juga ingin memiliki kemampuan bertarung yang setara dengan Yusa-san!"

"Ugh, bagaimana bisa semuanya malah jadi seperti ini?"

"Aku menginginkannya, karena aku tidak ingin kalah dari Yusa-san!"

"Tidak, ini bukan lagi masalah menang atau kalah..... selain itu, kau baru saja sembuh, jangan terlalu berlebihan!"

Setelah itu, argumen Maou dan Chiho tentang 'memasuki medan pertarungan' terus berlanjut sampai Riho kembali dari kegiatan belanjanya.


XxxxX


Setelah itu, kita bicara soal Pahlawan Pedang Suci.

"Iya, kami benar-benar minta maaf soal itu. Mengenai waktu periode gangguan tersebut, kami akan menghitung berdasarkan jumlah harinya....."

"Kepada semua pelanggan, kami akan mengirimkan pesan permintaan maaf mengenai masalah ini dalam bentuk form tertulis...."

"Pesan, Internet, Telepon... anda benar, kami benar-benar minta maaf..."

Setelah ketiga gadis itu mengakhiri telepon mereka bersamaan, mereka menghela napas dalam-dalam dari dasar lubuk hati mereka.

"Ba-bagaimanapun, aku sudah siap ketika melihat berita tadi pagi."

Pegawai yang saat ini juga kuliah di sebuah universitas, Shimizu Maki, mengatakan hal tersebut sambil terisak.

"Be-benar, ini lumayan berat."

Mungkin karena masalah psikologi, wajah Suzuki Rika terlihat agak lesu.

"........."

Adapun Yusa Emi, dia terus saja diam.

Jalur panggilan call center di Docodemo benar-benar penuh saat ini.

Bagaimanapun, di seluruh distrik 23 Tokyo, semua ponsel Docodemo mengalami masalah telekomunikasi selama lebih dari satu jam.

Semenjak jam kerja dimulai pagi ini, keluhan terus menerus datang tanpa henti. Permintaan untuk mengurangi tarif telepon masih bisa dianggap tak masalah, tapi ketika sektor bisnis dan hukum mulai menanyakan soal kompensasi, itu sudah menjadi sesuatu yang berada di luar otoritas Emi dan yang lainnya.

Alasan untuk gangguan telekomunikasi yang menjadi headline berita pagi ini, tanpa diragukan lagi adalah karena sonar yang dipancarkan oleh Suzuno di Docodemo Tower dan juga lingkaran cahaya Chiho.

Menggunakan gelombang HP untuk melawan gelombang televisi, pemikiran semacam itu, Emi tidak bermaksud menyalahkan siapapun.

Tapi tanpa tahu apakah perhitungan Urushihara yang salah, atau efek mantra Suzuno yang terlalu kuat, ataukah kekuatan Chiho yang menyebabkan semua ini, apapun itu, sepertinya jangka frekuensi komunikasi akan  terus menerus tertekan.

Akibatnya, selama periode waktu tersebut, beberapa HP sama sekali tidak bisa digunakan untuk berkomunikasi, dan karena reaksi berantainya, hal itu menyebabkan kekacauan pada hari ini.

Sejak pagi ini, si manager pengganti menelepon sambil memohon-mohon kepada hampir semua pegawai yang bahkan tidak memiliki jadwal kerja untuk aktif sebisa mungkin, dan call center Docodemo pun memasuki situasi di mana semua kursi kerja terisi penuh.

Tentu saja, Emi juga memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, tapi untuk bagian ini, dia tidak bisa menyerahkan tanggung jawabnya pada Kastil Iblis, jadi dia terus saja bekerja dengan diam.

Terlebih lagi, di dalam hati Emi, dia masih belum bisa memahami segala sesuatu yang terjadi kemarin malam.

Fakta mengejutkan yang Gabriel ungkapkan, memiliki kekuatan yang cukup untuk menyebabkan kekacauan di hati Emi.

Ayahnya masih hidup.

Ketika dia memikirkan tentang makna di balik semua ini dan pengaruhnya, hal itu membuat Emi merasa sangat takut kalau saja dia tidak bisa terus melangkah.

Jadi Emi hanya mencari-cari alasan untuk dirinya sendiri, dia pikir jika dia mengalihkan pikirannya dan mengubur dirinya dalam kesibukan kerja hingga memiliki waktu untuk berpikir, dia pasti akan bisa menangani masalah ini dengan lebih efektif.

"Dengan semua masalah hari ini, apakah mungkin untuk istirahat makan siang?"

Rika menggumam frustasi karena terus mengangkat telepon yang datang tanpa henti, sementara Maki yang berwajah pucat, menimpalinya dan mengatakan,

"Aku menonton televisi sampai larut malam kemarin, dan perutku terasa sangat tidak nyaman sejak tadi pagi, jadi aku belum makan sama sekali."

"Televisi.... itu benar, Rika, Maki!!"

"Yeah?"

"Ya?"

Emi yang tiba-tiba mengingat sesuatu, bertanya kepada dua rekan kerja di sebelah kanan dan kirinya.

"Ketika kalian menonton televisi kemarin, apa ada sesuatu yang aneh terjadi? Seperti.... layar yang tiba-tiba bersinar atau semacamnya...."

Emi menyelidiki masalah ini lebih dalam, Rika pun mengangguk seolah-olah memikirkan sesuatu.

"Ah, jadi masalah semacam itu bisa juga terjadi selain di televisi digital mobile. Huuh, meski begitu, aku tidak punya mood untuk menonton televisi sama sekali, jadi aku tidak terlalu yakin soal itu...."

Karena alasan yang tak diketahui, Rika terlihat menyesal ketika mengatakannya.

"Aku tidak membeli televisi yang mendukung fungsi televisi digital. Aku saat ini masih menggunakan sinyal analog, dan tidak ada kejadian yang aneh."

"Be-begitu ya?"

Emi mendesah lega ketika mengetahui Rika dan Maki tidak menemui masalah yang aneh-aneh kemarin.

"Ngomong-ngomong Rika-san, kenapa kau tidak mood menonton televisi kemarin? Bukankah drama seri yang kau sukai tayang kemarin malam?"

"Ah...!!"

Pertanyaan Maki membuat Rika terlompat ngeri dari dasar lubuk hatinya.

"Aku benar-benar lupa...."

".... Jangan bilang kalau kau sudah punya pacar?"

Maki menanyakan sebuah pertanyaan yang begitu blak-blakan dan membuat Rika panik.

"Oi, oi, Maki, apa yang kau bicarakan? Dia masih belum berada di tahap itu...."

"~~...."

Emi memegangi kepalanya merasa frustasi.

Melihat Rika berusaha begitu keras menggali kuburannya sendiri, ekspresi Maki pun seketika menjadi bersemangat.

"Belum? Rika-san, kau tadi bilang 'belum' kan?"

"Eh, ah, ti-tidak, li-lihat! Maki! Telepon, teleponmu berbunyi! Cepat bekerja!"

"Ceritakan padaku lebih detail nanti! Hello, maaf membuatmu menunggu, namaku..."

Melihat Maki yang begitu bersemangat, Rika menunjukan ekspresi tragis dan meminta bantuan Emi.

".... Mustahil, aku tidak bisa membantumu."

"Emi sangat dingin!"

Menahan sakit kepala yang dirasakannya, Emi mengangkat teleponnya.

Benar, meskipun itu adalah kebenaran yang tidak bisa dibantah lagi kalau Rika menyukai Ashiya, Emi mulai berpikir untuk tidak perlu terlalu peduli dengan masalah ini.

Jika Emi mempercayai kata-kata Gabriel, begitu mengingat alasannya ingin menghancurkan Pasukan Iblis, dia mungkin malah akan menyangkal dirinya yang dulu.

Tapi meski begitu,

"Waktu tidak bisa diputar kembali."

Entah dia disangkal oleh orang lain atau tidak, Emi hanya perlu terus melangkah ke depan selama dia masih hidup.

Bukankah lebih baik mengatakan, bisa menemukan tujuan lain selain mengalahkan Raja Iblis, adalah sesuatu yang menggembirakan?

"Kurasa pemikiranku terlalu serius, aku tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Berpikir acak sebenarnya sama saja dengan istirahat."

Ini adalah situasi di mana Emi bisa melakukan sesuatu dari awal, dan kemudian melihat apa yang sang waktu rencanakan untuknya.

Setelah Emi memantapkan pikirannya, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari dalam pikirannya.

"Mama, mama, pergi ke rumah sakit di mana Chi nee-chan dirawat adalah untuk 'bea-sit', apakah itu maksdunya main air bersama?"

(T/N : bea-sit, sebenarnya adalah visit, dalam konteks ini menjenguk atau mengunjungi, sementara bea berasal dari kata pantai (beach), vi sama bea hampir sama pelafalannya, jadi Alas Ramus menganggap bea-sit itu semacam main di pantai)

Sepertinya gadis itu sudah bangun.

Emi mulai khawatir apakah dia bisa menenangkan Alas Ramus dalam keadaan sibuk seperti ini sambil terus fokus bekerja atau tidak, tapi ketika Emi berpikir ternyata dia masih bisa mencemaskan hal semacam itu, dia tanpa sadar tertawa.

Bagaimanpun, setelah bekerja hari ini, dia harus mengajari Alas Ramus tentang makna dari 'kunjungan rumah sakit', dan karena dia juga ingin tahu tentang situasi kemarin malam, Emi memutuskan untuk mengunjungi Chiho. Emi berpikir toko manisan apa yang mungkin akan Chiho sukai dalam perjalan pulang nanti, sambil membuat daftar di dalam pikirannya.

"Senbei! Senbei!!"

Mungkin karena merasakan pikiran Emi, Alas Ramus mulai menagih Senbei.


XxxxX


"Selamat datang kembali Maou-sama, apakah kondisi tubuh Sasaki-san baik-baik saja?"

Setelah Maou kembali ke Kastil Iblis, dia melihat Suzuno, yang entah kenapa menunggu di rumah bersama dengan Ashiya.

"Kau kembali, semuanya baik-baik saja kan?"

"Yeah, Chi-chan sudah mendapatkan kembali semangatnya, malahan dia terlalu energik dan lebih menjurus ke merepotkan. Aku juga baik-baik saja, kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini?"

Meskipun perlakuan kali ini tidak ditujukan langsung kepada Maou atau Ashiya, Maou yang pergi ke rumah sakit sendirian masih saja membuat Suzuno khawatir, tapi ketika Suzuno mengingat apa yang terjadi kemarin, dia tidak berpikir kalau sesuatu akan terjadi kepada Maou.

Jika Suzuno pergi bersama Maou ketika Ashiya sedang berada di rumah, hal itu pasti akan menyebabkan kesalahpahaman yang tidak perlu, jadi dia hanya bisa menunggu Maou pulang dengan cemas.

"Ti-tidak ada apa-apa."

Suzuno menjawab dengan samar dan mencoba mengganti topik.

"Oiya, Raja Iblis, Televisi! Televisinya bisa menyala!"

Mengingat kalau Suzuno akan benar-benar merasa tidak senang jika orang lain berpikir kalau dia sedang khawatir, dia pun dengan sengaja menaikkan volume TV.

"Which Street's Sunset Are You huh... jadi itu bisa ditonton?"

".... Ya.... bisa."

Reaksi Maou yang dingin dan enteng benar-benar membuat Suzuno merasa malu karena tidak bisa mengalihkan topik dengan mudah.

"Tidak kusangka, ternyata tak ada banyak reaksi. Kukira kau akan sangat senang sampai-sampai berteriak keras ke arah matahari terbenam."

Urushihara mengatakannya dengan sebuah tawa, tapi Maou hanya mengangkat bahunya.

"Itu karena, orang-orang yang tidak tahu aturan itu sudah mengacaukan kesenangannya di tengah jalan. Huuh, meski itu bagus karena kita bisa mendapatkan cara lain untuk mengetahui situasi-situasi aneh, mereka seharusnya tidak cukup bodoh untuk menggunakan cara yang sama dua kali kan?"

Walau itu adalah TV kecil biasa, tapi itu sudah cukup bagi Kastil Iblis.

"Ah, benar, Ashiya, ini!"

Maou nampak menyadari sesuatu dan melempar sesuatu yang berada di dalam sakunya ke arah Ashiya.

"Ya? Apa ada sesuatu yang salah?"

Benda yang dilempar oleh Maou ke arah Ashiya adalah sebuah buku rekening bank.

Ashiya dengan acuh tak acuh membalik isinya, setelah dia menyadari kalau di entri terbarunya tertulis 'Deposit 50.000', dia pun membelalakkan matanya.

"Ma-Maou-sama? Apa-apaan dengan jumlah deposit ini?"

"Ah, bukankah kita tidak bisa bekerja karena Ooguro-ya tiba-tiba menghilang?"

Maou membuka kulkas dan mengambil teh gandum yang tersisa dan meminumnya langsung dari botol PET.

"Memang masih ada waktu sebelum MgRonald kembali buka, tapi karena Ciriatto sudah kembali ke Dunia Iblis, mungkin saja Barbariccia dan orang-orang itu akan mengirim dua atau gelombang lagi ke sini. Dalam situasi terburuk, kita bisa berada dalam bahaya, jadi kupikir bukanlah ide yang bagus kalau kita bertiga terpisah untuk bekerja part time harian."

Suzuno yang berdiri di samping dan melihat ke arah buku rekening bank tersebut, juga merasa kaget karena jumlah pemasukan itu benar-benar terlalu tinggi bagi Kastil Iblis.

"Selain fragmen Yesod, sarung pedang yang Ciriatto bawa juga memiliki permata lain, jadi aku mengambil beberapa yang terlihat normal dan menukarnya dengan uang di pegadaian di Shinjuku. Dengan begini kita bisa mengganti uang yang kita gunakan untuk membeli TV dan kita juga menggunakannya untuk keperluan rumah tangga sampai bulan depan, sementara untuk uang sisanya, kau bisa menggunakannya untuk membeli HP."

"Maou-sama...."

Kata-kata Maou membuat Ashiya menganga karena merasa begitu tersentuh.

"Kenapa kau hanya mengambil satu? Jika kau ingin mengambilnya, maka ambil saja semuanya!"

Pertanyaan Urushihara sangat wajar. Tapi Maou segera membantahnya.

"Coba pikir, jika ada seorang pria berumur 20 tahunan dengan tampang miskin dan mengenakan UNIxLO, membawa tumpukan permata untuk ditukar dengan uang, itu pasti akan sangat mencurigakan, iya kan? Jika seseorang mulai menyelidiki informasi pribadiku, itu akan sangat merepotkan, jadi ini saja sudah cukup. Dan transaksi dengan nilai yang tinggi juga harus dikenakan pajak."

Usai menghabiskan teh gandumnya, Maou mencuci botol PET tersebut, setelah mengisinya dengan teh gandum yang baru dan air, dia pun menaruhnya kembali ke dalam kulkas.

"Setelah mulai bekerja, Sariel akan menjadi lawan kita, jika sesuatu terjadi, kita bisa menyeretnya sebagai tempat perlindungan. Sebelum itu, anggap saja ini sebagai liburan setelah bekerja selama beberapa ratus tahun dan bersantailah sebentar. Sesuatu tidak bisa disebut pekerjaan jika jadwal kita terisi penuh."

Setelah mengatakan hal tersebut, Maou mengambil buku manual televisi dan remotnya, dan usai membandingkan keduanya, dia mulai berlatih mengoperasikannya dengan kikuk.

Melihat postur Maou yang membungkuk, Suzuno tanpa sadar menggumam,

"..... Sepertinya dia juga memikirkan banyak hal."

Sementara Ashiya, dia sama sekali tidak bereaksi terhadap kata-kata Suzuno dan hanya diam mematung menatap 'Deposit 50.000' yang tertulis di dalam buku rekening bank.


XxxxX


"Hai Satou, sepertinya kau sedang senang, apa kau mendapat pekerjaan yang bagus?"

Setelah Gabriel melihat Satou yang kembali ke warnet 'CYBER@SAFE' di mana dia sementara tinggal, Gabriel pun menyapanya. Satou yang terlihat masih meminum teh Oolongnya, mengangkat sebelah tangannya dan menjawab sambil meminum teh.

"Oh, pria Yunani. Apa kau tahu kalau HP dan televisi mengalami masalah baru-baru ini?"

"Ah, y-yeah, kurang lebih."

Gabriel yang bisa dianggap sebagai tersangka dalam insiden ini menjawab dengan sikap yang agak kikuk, Satou yang nampak sedang senang, tidak merasa terasa terganggu sama sekali.

"Karena insiden itu, berbagai perusahaan telekomunikasi serentak mulai melakukan perawatan dan pemeriksaan terhadap fasilitas mereka, jadi saat ini ada begitu banyak lowongan untuk pengendali lalu lintas konstruksi dan keamanan! Sepertinya aku tidak perlu khawatir tidak akan dapat pekerjaan untuk dua minggu ke depan!"

"O-oh, bu-bukankah itu sangat bagus?"

"Yeah, meskipun aku merasa kasihan kepada para pegawai di perusahaan telekomunikasi, tapi tidak hanya bisa makan karena hal ini, aku juga selangkah lebih dekat dengan impianku, aku bahkan mulai berpikir kalau ini adalah berkah dari Tuhan untukku karena aku telah bekerja keras."

"Be-begitu ya?"

Bagi Gabriel, dia hanya bisa menjawab seperti itu.

"Lalu, kau sepertinya juga sedang dalam mood yang bagus. Apa kau mendapat pekerjaan yang bisa menghasilkan uang?"

Satou sepertinya memperlakukan Gabriel sebagai seseorang yang memiliki situasi yang sama dengannya. Karena hal ini tidak akan menimbulkan masalah apapun, Gabriel tidak berniat untuk membenarkannya, meski begitu, Satou terkadang bisa melihat pikiran Gabriel dengan visi yang secara mengejutkan, benar-benar sangat bagus.

"Yeah, meskipun ini tidak ada kaitannya dengan menghasilkan uang atau tidak....tapi...."

Tubuh besar Malaikat Agung itu berdiri di sebelah Satou, dan seperti Satou, dia menuangkan teh Oolongnya, lalu tersenyum kecil di saat yang bersamaan.

"....mungkin rekan yang bisa menyelamatkan dunia akan segera muncul."

"Hah? Apa itu pekerjaan yang mengharuskan kita berdandan seperti maskot dan melakukan pertunjukan atau semacamnya?"

Satou terlihat bingung karena tidak bisa memahami kata-kata Gabriel.

Mata merah Gabriel mengamati reaksi Satou, dan di saat yang bersamaan, memberikan ekspresi seperti anak kecil yang seolah-olah sedang menikmati sebuah gurauan.


---End Of Final Chapter---





Translator : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar