[Translate] Oreshura Volume 1 - Chapter #7 : Kehidupan Terdahulumu Adalah Sebuah Kekacauan
Kembali ke -> Oreshura Volume 1 - Chapter #6
Chapter 7 : Kehidupan Terdahulumu Adalah Sebuah Kekacauan.
Dan begitulah, seminggu pun berlalu.
Bagiku, setiap harinya berjalan dengan lancar. Bagi Masuzu, setiap harinya terasa begitu membosankan. Bagi Chiwa, setiap harinya berlalu tanpa ada kemajuan.
Meski kami membuat berbagai rencana di setiap harinya, hanya ada beberapa kesempatan untuk menerapkannya ke adik Sakagami. Atau terkait soal itu, kami juga tidak mampu saling bekerja sama, sehingga ketika kegiatan klub berakhir, kami tidak menyelesaikan apa-apa.
Tapi itu tidak masalah buatku.
Ada waktu dua minggu sebelum dimulainya ujian akhir, dan aku tidak sabar ingin menjalani kehidupan yang tenang saat itu tiba.
Tapi segalanya tidak pernah berjalan seperti yang kuharapkan terhadap mereka.
Contohnya, hari Rabu sepulang sekolah�
Tuhan sepertinya tidak memperbolehkanku pulang ke rumah. Hujan mulai turun, dan aku tidak membawa payung, karena itu kuputuskan untuk menghabiskan waktu di klub sampai hujan berhenti. Dan kali ini,
"�bertarung langsung di hadapan musuh mungkin bisa menjadi strategi yang bagus."
Masuzu bergumam sendiri.
Chiwa sedikit memiringkan kepalanya lalu bertanya,
"Meong? Kenapa, meong? Kenapa kita harus bertarung, meong?"
Kemarin, mereka sepakat 'menambahkan meong saat bicara itu menggemaskan'. Dan kembali kukatakan� itu sama sekali tidak menggemaskan, karena Chiwa berbicara sambil mengunyah roti kacang merah yang dibelinya dari kantin. Malah, pipiku terkena remahan isian kacang yang terbang.
'Jangan bicara dengan mulut penuh begitu.'
"Kenapa kita harus bertarung? ... ah, jangan-jangan itu."
Setelah sejenak termenung, Masuzu tiba-tiba terlihat seolah mengerti sesuatu dan menganggukan kepalanya.
"Terlepas dari siapa yang kamu lawan, alasanmu untuk bertarung mungkin jauh lebih penting."
'SUngguh di luar perkiraan, 'kan?'
"Hmmm ... Ayo kita lakukan. Kita akan membuat sebuah 'setting' yang luar biasa, di mana hidup mati sebuah negara dipertaruhkan."
"'Setting' ...?"
'Orang bodoh ini bicara apa, sih?'
"Nah, siapa yang akan kita lawan?"
"Eh?"
"Tentu saja harus ada musuh! Pertarungan itu harus memiliki sebuah sasaran! Orang tua atau guru? Atau murid sekolah yang nakal?"
Masuzu menghela napas panjang.
"Cara berpikirmu sungguh kurang berimajinasi. Eita, yang kamu bisa hanya membuat daftar membosankan mengenai arti dari 'musuh' .... Jangan-jangan kloset di rumahmu itu model lama yang tidak perlu disiram, ya?"
"Klosetku itu model barat!"
'Bahkan dudukannya saja punya fungsi bidet.'
'Lagi pula, tidak seharusnya membahas kloset orang lain!'
"Bicara soal musuh, tentunya itu adalah 'mereka yang memiliki kekuatan super dari dunia lain'. Dengan kemampuan tidak terbayangkan, yang berasal dari tempat yang tidak diketahui� bukankah umat manusia akan bersinar amat terang ketika harus bertarung melawan musuh semacam itu?"
"Untuk apa kita ingin bersinar?"
"Kita akan jadi populer."
'Apa, eh, jadi itu hasil yang mau dicapai?'
"Mereka yang bertarung itu akan jadi populer." ... seperti biasa, sebuah gagasan melintas dari luar angkasa.
"Jadi, di mana kita bisa menemukan musuh semacam itu?"
Aku hanya bisa menyindir ide tidak realistis tersebut.
"Bukankah idemu itu terlalu di luar nalar dan tidak realistis? Kamu mengabaikan apa yang benar-benar mungkin bisa diraih di dunia nyata. Apa kamu mencampuradukkan 'anime' dan 'manga' dengan dunia nyata?"
"Yang kamu katakan itu memang sepenuhnya benar."
Kupikir dia akan membantahku dengan sengit, namun tidak kusangka kalau Masuzu akan mengakuinya.
"Di era modern di mana kloset siram begitu populer, fungsi bidet pun menjadi sangat umum. Namun, hal ini membuat toilet kompos* menjadi langka dan berharga sebagai penanda status .... Karena itulah, aku tidak akan kaget jika murid-murid yang mempelajari 'pendidikan sosial luar ruang' pergi ke rumah Eita dan membunyikan bel pintunya."
(*Toilet kompos adalah salah satu jenis toilet kering yang mempergunakan proses aerobik untuk mengolah kotoran manusia.)
"Apa maksudmu?"
"Jadi, Toilet kompos-kun, siapa menurutmu yang sebaiknya kita lawan?"
"Sudah! Kumohon, ampuni aku!"
'Jika nama panggilan ini menyebar, tamat sudah riwayatku!'
"Eh, kenapa kamu tidak ingin bertarung? Pertarungan itu bisa jadi populer."
Chiwa menunjukkan rasa jijiknya. Separuh roti kacang merahnya masih belum dimakan, mungkin karena ada dua orang yang mengoceh soal toilet di sampingnya, dia pun jadi kehilangan selera makan.
"Karena aku sadar bahwa 'semangat bertarung' itu adalah hal paling indah, yang diiisi dengan konsep 'hidup atau mati'. Perasaan cemas saat bertarung dengan musuh yang kuat ..., entah itu lelaki atau perempuan, cantik atau jelek, toilet kompos atau kloset siram, hanya mereka yang mengenal 'keadaan' tersebutlah yang sanggup mengeluarkan aura dan kecemerlangannya.
"... memangnya harus sampai membuat toilet sebagai contoh?"
Tidak disangka, Natsukawa Masuzu rupanya wanita yang keras kepala.
"Seperti yang tadi dikatakan Harusaki-san, alasan bertarung itu sangat penting. Pastinya ada sebuah motif yang sangat besar untuk bertarung .... Contoh, demi membangun kembali negeri yang telah dimusnahkan, atau menghentikan evolusi toilet kompos."
"Sudah, cukup, kamu memang keras kepala! Bagaimana bisa hal-hal barusan dianggap hebat? ... yah, membangun kembali sebuah negeri memang terdengar hebat, sih, tapi ...."
*Plup*! Pipi Masuzu menggembung layaknya kue moci.
"Kamu terus saja membahas soal 'kenyataan' sepanjang waktu .... Bukankah yang keras kepala itu kamu, Eita-kun? Karena kamu begitu menggilai kenyataan, kenapa tidak putus saja denganku lalu menikahinya?"
"Jangan mengatakan hal yang kekanakan!"
"Kalau begitu, mati saja sana!"
"Kalian sudah membicarakan soal pernikahan?!"
'Wahai kenyataan, kurasa kamu baru saja menjadi janda.'
'Yah, aku tidak menikah, jadi aku tidak akan mati.'
"Nah ..., mengenai hal ini, seperti apa penjabarannya dalam buku catatan?"
Chiwa terlihat sangat tertarik dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Ternyata dia sangat menyukai topik tentang 'motif bertarung'.
"Baiklah, sebaiknya aku memeriksanya."
Masuzu menarik buku catatan dari dalam tasnya, dan bersenandung saat membukanya.
'... apa yang sudah kutulis?'
'Sejauh yang bisa kuingat, tidak satu pun yang mengarah ke sana.'
'Eh, yah, lagi pula, yang tertulis di buku itu hanyalah 'bermacam barang yang memungkinkan untuk dicoba'. Mustahil kalau aku menulis sesuatu semacam 'membangkitkan sebuah negeri'. Tidak peduli betapa polosnya aku saat SMP, seharusnya aku bisa tahu mana yang delusi dan mana yang kenyataan, Masuzu-kun.'
"Hmm, ada sesuatu di sini."
'Ada sesuatu?!'
Konsep tentang diriku sebagai anak SMP langsung jatuh.
'Padahal aku sudah percaya padanya ....'
Masuzu pun mulai membaca buku tersebut.
"Petikan Sumpah dari Perayaan Kemenangan ke-47 ~Mengenai Jati Diriku~. Nama asliku adalah Kesatria Naga Suci dari Ufuk Timur <<Burning Fighting Fighter>>. Meski dengan level ZZZ <<Triple Zeta>> milikku yang lebih kuat dari iblis kelas S, namun aku sama sekali tidak punya minat untuk menunjukkan kekuatanku. Alhasil, aku berada di kelas D .... Karena itu, aku pun mampu membabat habis musuh-musuhku seorang diri. Jika tanpa sengaja aku mengerahkan seluruh kekuatanku, aku bisa melenyapkan seluruh galaksi ... seorang diri. Di kehidupanku terdahulu, aku adalah seekor Naga <<Dragon>>. Aku adalah Naga terakhir dari Klan Naga Suci <<Dragoon>>, dan seorang pangeran dari Bintang Naga Dewata <<Valhalla>>. Akan tetapi, aku dikalahkan oleh Klan Naga Jahat <<Wyvern>> dalam perang seratus hari <<Thousand Days>>, dan membuatku bereinkarnasi ke planet ini. Namun ketika Klan Naga Iblis <<Wyverns>> mengetahui reinkarnasiku, mereka pun membuka gerbang raksasa dan mendatangi planet ini. Mereka menggunakan kamuflase optimal <<Illumination>> untuk menyembunyikan jejak aksi mereka. Tapi mereka tidak bisa menipu mataku. Karena kapan pun mereka mendekat, simbol di tanganku akan mulai berdenyut, memberitahuku tentang keberadaan mereka, gozaru. Jurus pamungkas, Api Hitam Kelam Sang Takdir, <<Fate's Dark Black Flame>>. Bagi mereka yang menyelamatkan diri ke planet ini, aku pasti akan mengumpulkan Tujuh Raja Langit Bintang Naga <<Sevens Dragons>>, dan aku pasti akan membangun kembali planetku suatu hari nanti�"
Sewaktu Masuzu membacanya, aku berguling-guling di lantai dengan kesakitan.
"Tidaaaaaaaaak�"
'Jangan!'
'Hentikan!'
'Natsukawa Masuzu, apa kamu punya dendam padaku?'
'Apa kamu masih marah soal kemarin? Apa kamu marah karena aku menuduhmu 'tidak memakai apa-apa'?'
'Apakah kejahatanku sebegitu parahnya, sampai kamu harus memaksaku pasrah dengan hinaan ini?'
'Bohong, tidak mungkin seperti itu.'
'Sebuah dunia iblis di mana hukuman kejam diberikan untuk kejahatan semacam ini, apakah itu masih bisa dianggap dunia manusia?!'
"'Dia' memang orang yang seperti itu.�
Masuzu menutup matanya dan memeluk erat buku tersebut di tangannya.
"Perbedaan skala antara 'meneyelamatkan sebuah planet' dan 'membangkitkan sebuah negara', bisa dikatakan 'amat besar'. Itu benar-benar membuatku merasa malu."
Bahkan Chiwa sampai membelalakkan matanya. 'Luar biasa!' Mau dia teruskan sampai ke mana masalah ini?
"Oh, iya, apa maksudnya kamuflase optimal <<Illumination>> itu? Apa maksudnya itu mereka akan bersinar saat malam hari?"
"Saat pertama kali mendengarnya, aku mengartikannya secara harfiah, jadi itu seharusnya berarti semacam kamuflase yang sangat mahal."
'Maaf. Sebenarnya itu salah ketik, yang seharusnya dibaca 'kamuflase optik'. Aku menulis seperti itu karena ada sebuah film yang tayang di malam hari menampilkan monster seperti tadi. Karena kuanggap sangat keren, makanya aku menirunya.'
"Selain itu, saat dia menambahkan, 'gozaru'. Itu maksudnya apa? Kenapa hanya frasa itu saja yang memakai gaya seorang samurai?"
"Itu pasti semacam kode rahasia. Salah satu Raja Langit Bintang Naga <<Sevens Dragons>> mungkin akan paham saat mengetahuinya."
'Maaf ... itu hanya sesuatu yang kutulis dadakan?'
"Aku lebih tertarik pada Api Hitam Kelam Sang Takdir <<Fate's Dark Black Flame>> yang juga disebutnya tadi."
"Walau aku tidak terlalu paham ..., itu pasti sejenis sihir kegelapan murni."
'Maaf ....'
"Lalu, di bagian <<Thousand Days>>, itu seharusnya 'Hundred', 'kan? Atau paling tidak, untuk 'Thousand' itu seharusnya diartikan seribu. Iya, 'kan?"
"Segalanya pasti jadi kebalikan jika berada di Bintang Naga Dewata <<Valhalla>>."
�... aku sungguh minta maaf karena sudah dilahirkan ke dunia ini."
Aku ... tanpa sadar sudah bertekuk lutut.
'Ibu, aku minta maaf.'
'Ayah, maafkan aku.'
'Bagaimanapun, mereka pernah mendedikasikan diri kepada anak mereka.'
"Kenapa kamu terlihat putus asa begitu?"
Suara kebingungan Masuzu menarikku kembali ke dunia nyata.
"Biar kujelaskan dulu. Tolong jangan pikir kalau kamu bisa menyelesaikan ini dengan mudah. Pesiapkan mentalmu, karena selepas minggu kesepuluh, maka kami akan hentikan serialisasinya."
"Hidupku berada di tanganmu, wahai editor?"
"Hanya Penerbit 'Jump' yang bisa melihat Kidou Eita-sensei bersujud di lantai."
"Kamu berniat membiarkan toko buku nasioal dan minimarket mendistribusikanya?"
'Wanita ini sungguh menggunakan kata-kata yang parah.'
'Tapi apa ini sesuatu yang pantas untuk dikatakan pada pacarnya?'
Awalnya kupikir Chiwa akan terperangah, tapi ternyata dia malah kembali menikmati roti kacang merahnya tanpa bersuara, seakan dia benar-benar sudah terbiasa dengan situasi ini.
"Tapi ... Masuzu."
"Ada apa, Orang yang Berlutut di Toilet Kompos Karena Dihentikan Serialisasinya?"
"Tolong biarkan aku menenangkan diri dulu ...."
'Sabar, sabar, aku harus sabar.'
"Itu hanya perkataan orang yang sedang berdelusi, 'kan? Tidak ada hubungannya dengan pertarungan, 'kan?"
"Kamu begitu dangkal, Eita-kun."
'*Hmph!*' Ada sebuah kesuraman di mata Masuzu.
"Kamu memang dangkal."
"Cukup!"
"Kamu itu satu level dengan Korosuke, ~nari"
"Aku tidak paham apa maksudmu!"
Lidah Masuzu tampak sedang dalam performa terbaiknya, ~nari.
"Bukankah musuh Harusaki-san yang telah digariskan itu sudah tergambar jelas di buku catatan?"
Sama seperti diriku, Chiwa pun membelalakkan matanya.
"Eh? Siapa?"
"Musuh dari kehidupan terdahulumu. Tidak akan masalah kalau hanya bertarung dengan musuh yang berasal dari kehidupan terdahulumu."
"Kehidupan terdahuluku?"
"Oh, apa kamu sudah lupa?"
"Orang normal biasanya tidak mau repot-repot mengingatnya!"
Masuzu memberi lirikan bernafsu dan berkata,
"Eita-kun yang malang .... Sepertinya Harusaki-san sudah melupakan hari-hari yang dia habiskan bersamamu."
"Eh? Jadi aku juga teman masa kecil Chiwa di kehidupan terdahulu?"
"Bahkan sewaktu hujan turun, dia mengajakmu jalan-jalan, memberimu pakanan piaraan, dan juga mengurusi kotoranmu."
"Jadi kehidupan terdahuluku itu seekor anjing?"
"Tidak, kamu seorang manusia."
"...."
'Itu bahkan lebih tragis.'
'Benar, kenapa Masuzu tahu tentang kehidupan terdahulu kami?'
"Jika kamu tidak bisa mengingatnya, pilih saja secara acak. Harusaki-san, hewan apa yang kamu sukai?"
"Hmm .... Panda."
"Baiklah, kalau begitu kehidupan terdahulu Harusaki-san adalah seekor panda planaria."
"Hewan macam apa itu? Mana bisa planaria dan panda itu digabungkan!"
"Kalau begitu, ya, planaria saja."
"Menjijikkan!"
"Jangan pilih-pilih begitu, Harusaki-san."
"Kamu itu yang dari tadi seenaknya saja."
Mereka berdua mulai berbicara layaknya komedian.
Sepertinya Chiwa perlahan mulai terbiasa dengan kebiasaan Masuzu.
"Membahas soal hewan apa aku di kehidupan terdahulu, yang benar saja!"
"Kalau begitu apa yang benar?"
"Hmm ...," Chiwa sempat berpikir sejenak, lalu berkata,
"Meski ini tidak ada hubungannya dengan buku catatan, bagaimana kalau seorang putri dari sebuah kerajaan?�
"Kalau yang seperti itu .... Lahir di kalangan bangsawan memang erat dengan kehidupan terdahulu, sih."
"Dikelilingi oleh kasih sayang di seluruh penjuru negeri, aku tinggal di sebuah kastil putih. Kampung halamanku memiliki iklim sedang, dan laut yang jernih di tepiannya. Sangat mungkin untuk memetik buah yang manis dengan tangan sendiri, dan makanan khas di sana adalah hidangan daging yang lezat."
Ujar Chiwa tanpa henti sambil memutar-mutar jarinya.
"Lalu suatu hari, ketika aku sangat kelaparan, seorang pangeran yang berasal dari Kobe datang dengan mengendarai kuda, memintaku untuk menikahinya. Dia bilang, 'Jika kamu menikahiku, aku akan membiarkanmu memakan semua daging sapi berkualitas tinggi sesuka hatimu!'"
"Dan di mana letak tempat berwarna mawar itu?"
'Sungguh dongeng yang liar.'
'Cara memandang dunia semacam itu adalah sebuah kekacauan.'
Ini membuatku merasa ... sangat marah.
"Aku merasa bahagia di kehidupan terdahuluku, meski begitu, aku tidak punya musuh."
"Bukankah bagus jika dunia itu senantiasa damai?"
Aku jadi risau!
"Tapi jika perang pecah, banyak kejadian tragis yang akan terjadi .... Oleh karena itu, bagaimana kalau mereka menyelenggarakan kompetisi olahraga sebagai gantinya? Dan sebutan 'musuh' pun akan berganti menjadi 'lawan'."
Aku jadi gelisah!
"Ah, jika lawan mengajak duel dengan sang pangeran kerajaan, itu pasti keren! Dengan menggunakan daging segar berkualitas tinggi sebagai taruhannya, mereka berdua akan bertanding di final dan menyatakan cintanya .... Romantis sekali, ah ...."
'*Brak*'
"Jangan main-main dengan kehidupan terdahulu!"
Kupukul meja dengan tinjuku.
"Dengar! Kehidupan terdahulumu itu tidak bisa digambarkan seperti 'Taman Berbunga'! Kamu perlu merasakan perihnya terjerat dan memiliki persoalan dramatis yang terus mendera hingga hari ini! Apa maksudnya, 'Di kehidupan terdahuluku, aku tinggal di sebuah kastil dengan bahagia sebagai seorang putri,' itu? Akan kamu jadikan seperti apa kehidupan terdahulumu itu? Identitas seorang putri itu palsu! Tidak nyata! Omong kosong! Nyatanya, tidak ada satu pun yang tahu, entah itu soal kesatria sang putri dan dewa iblis yang sedang bertarung! Atau paling tidak, katakan sesuatu seperti, 'Menjadi seorang <<Newtype>> yang ditahan di ruang bawah tanah sebuah kastil di mana purwarupa <<Mobile Suit>> disembunyikan!"
Suasana menjadi hening � Tidak ada satu pun suara di ruang klub ini.
Chiwa sampai terdiam, bahkan Masuzu pun mematung.
Aku mendadak kembali tersadar.
"... tidak, yang barusan itu ...."
'Sial!'
Aku menyerah terhadap panggilan 'darah' lamaku.
Bagaimana menjelaskannya, ya? Aku punya sebuah aturan umum terhadap delusi.
Ketika kepercayaan diri berlebih berubah menjadi keangkuhan, berarti itu gawat.
Jika seseorang berada dalam situasi seperti sekarang ini, kisahnya akan tiba-tiba menjadi ketinggalan zaman, dan akan selalu terasa kurang romantis.
Waktu itu aku memiliki obsesi terhadap hal-hal semacam ini.
"Tepat seperti yang Eita-kun bilang!"
Mata Masuzu tampak berbinar.
"Memang benar, kehidupan terdahulu itu tidak boleh kehilangan elemen dramatis. Setiap orang akan tertarik pada perjuangan para prajurit dalam sebuah pertempuran rahasia demi menyelesaikan konflik berkepanjangan dari kehidupan terdahulu. Ini pasti akan membuat seseorang menjadi populer. Itu pasti!"
"Baiklah .... Tapi aku masih berpikir kalau pangeran kerajaan yang berasal dari Kobe itu juga bagus."
Meski Chiwa tidak ahli dalam menerima kritikan, ini sebenarnya adalah reaksi yang wajar.
"Yah, karena Eita-kun sudah mengatakannya, kenapa kita tidak mencobanya? Siapa yang ingin kamu ajak bertarung?"
"Pilih saja satu nama ...."
'Delusi tetaplah delusi. Mustahil bisa diterapkan di dunia nyata.'
'Contohnya, aku saja tidak benar-benar bertarung melawan Klan Naga Jahat <<Wyvern>>, 'kan? Tentunya ini sudah jelas sekali.'
Meski begitu, Masuzu dengan semangat lanjut berkata,
"Tidak usah khawatir, kamu tidak perlu bertarung sungguhan."
"Eh?"
"Pura-pura saja. Pura-pura saja kalau kamu sedang bertarung dengan musuhmu."
Ini persis seperti saat membahas gitar tempo hari. Dengan terang-terangan, Masuzu berkata, 'Pada manga aksi, bagian terbaiknya itu tidak ketika adegan pertarungan. Melainkan lebih ke inti cerita yang berasal dari drama sebelum pertarungan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menampilkan masing-masing sudut pandang dalam pasrahnya situasi hidup mati mereka dan menyingkap pesona seorang prajurit.'
"Ternyata kamu memang menyukai 'manga' dan 'anime'."
"Jujur saja, aku sangat terobsesi dengan budaya Jepang, hampir sampai di ranah perbuatan mesum."
Jadi itu alasan yang sebenarnya.
"Akan kumanfaatkan pengalaman ini sebagai bahan penulisan skenario. Harusaki-san bisa mengikuti naskahnya selama pertunjukan. Dan untuk Eita-kun, tolong bantu kami."
Setelah Masuzu menghabiskan waktu semalaman untuk menulis skenario, kami pun mengikuti naskahnya dan berlatih selama dua hari.
Rasanya seolah-olah kami sedang berlatih untuk festival budaya.
Dengan penuh keributan, kami akhirnya berhasil menyelesaikan latihannya .... Bisa dibilang kalau yang kami lakukan ini sepadan, soalnya Chiwa terlihat sangat bersemangat selama prosesnya.
Biarpun begitu, ketika perkembangan dari latihan tersebut sudah mencapai titik batasnya, aku pun tidak bisa berkomentar apa-apa.
Tantangan sebenarnya adalah pertunjukan langsung di hadapan seluruh penghuni kelas ....
XxxxxX
Hari Sabtu sepulang sekolah.
Chiwa masuk ke kelas. Semua yang ada di dalam sedang asyik membicarakan rencana mereka untuk berakhir pekan.
Ketika dia membuka pintu, kata-kata pertama yang diucapkannya adalah,
"Gaia sedang merintih!"
'Ini dia�'
Aku selalu merasa kalau hal ini terlalu kejam.
"Aura yang begitu kuat .... Mereka tidak lagi menyembunyikan kekuatan penuhnya."
'Dan dia sendiri tidak menyembunyikan kebodohannya ....'
Sudahlah, lupakan. Ini sudah sesuai dengan naskah Masuzu.
"Ei-kun, apa kamu tidak merasakannya? Tiga belas kilometer di arah selatan kita, terasa sebuah aura yang mengancam. Begitu kuat .... Kisarannya lebih dari satu juta."
"Ti-tidak, aku tidak merasakannya."
"Ah, Ei-kun memang tidak bisa diandalkan untuk mengendalikan ras petarung."
'Dia masih saja berbicara rasis ....'
'Kita berdua ini orang Jepang!'
Debut Chiwa itu sampai menyelimuti seluruh ruang kelas dengan ketegangan yang luar biasa. Belajar dari kejadian tempo hari, tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya dalam radius beberapa meter. Namun, juga tidak ada satu pun yang meninggalkan ruang kelas. Mungkin mereka semua merasa takut sekaligus terpesona di saat yang sama.
Adik Sakagami terdiam di kursinya, terengah-engah menyaksikan seiring situasi yang berubah.
Sementara Masuzu, dia menatap Chiwa dengan ekspresi, 'Wah, menakutkan'. Meski dirinya memang selalu seperti ini ..., tapi dia benar-benar pemain sandiwara yang hebat.
"Aku merasakannya .... Ada dua aura yang kuat, lalu dua lagi yang lebih kuat, dan satu lagi yang lemah .... Ya-yang lemah tadi hampir menghilang .... Tidak! Tidak mungkin!"
"Ada apa ... Chiwa ...?"
Aku masih belum terlalu menghayati akting ini. Maaf.
"Percikan aura yang begitu terkendali ini tampaknya berasal dari kehidupan terdahuluku! Itu pasti milik sahabatku!"
"Kamu mendapatkan kembali ingatan tentang kehidupan terdahulumu?"
"Ya. Aku mengingat semuanya sekarang. Ingatan itu kembali padaku semalam, saat aku sedang membersihkan kerak di lantai kamar mandi!�
Tiba-tiba, semua penghuni kelas terlihat lebih bersemangat, itu mungkin dikarenakan usaha Masuzu dalam menghadirkan orisinalitas ke pertunjukan ini.
"Apa pun itu, sepertinya pilihan yang tersisa untukku hanyalah pergi ke sana ...."
Chiwa tersenyum kecil.
"Tunggu! Jangan pergi� kalau kamu ke sana, kamu bisa mati."
"Jangan hentikan aku, Ei-kun! Sebagai seorang prajurit, pasti ada kalanya aku harus pergi berperang. Aku mempertaruhkan nyawaku berjuang demi rakyat dan kehormatan negeri kita."
Sepertinya lidahnya jadi kelu.
Lagi pula, itu bukanlah kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
"Aku tidak akan kalah!"
"A-apa?"
"Jika menggunakan alat itu, kamu akan bisa melihat kekuatan dari mesin dunia lain. Lihat baik-baik besarnya kekuatan itu!"
Meski terlihat bertele-tele, kata ganti orang pertama 'aku' secara khusus diganti demi tujuan pengaturan pertunjukan.
Sambil mengepalkan tangannya dan sedikit membungkuk, urat nadi Chiwa tampak menyembul di pelipisnya. "Hahahaha!" geramnya. Mungkin ini adalah ritual untuk mengeluarkan semangat bertarungnya� tapi menurutku, tampaknya ada seseorang yang menahan 'semangat bertarung' itu.
Singkatnya, aku mengikuti naskah tersebut, memakai kacamata hitam, dan berkata,
"Daya tempur, 10.000 ..., 12.000 .... Bagaimana mungkin? Itu masih terus meningkat!"
"Haaaaaaaaa�!"
"Ku-kuat sekali .... Dengan ingatanmu, kamu juga bisa mendapatkan kembali kekuatan dari kehidupan terdahulumu."
"Hiiiyyaaaaaaaaahhhhhh!"
~sya-la ...~
~hi-sya-la ...~
"Jiu-jiu-jiuuuu-jiu-jiuuuu-jiu-jiuuuu. Inilah kekuatanku yang sesungguhnya. Jiu-jiuuuu-jiu-jiuuuu."
Suara berisik 'jiu-jiuu' ini sebagai penggambaran aura kekuatan yang membanjiri ruang kelas dan melindungi seluruh tubuh Chiwa.
"Syukurlah! Chiwa! Kalau seperti ini, kamu mungkin bisa menang!"
"Hiyaaaah, jiu-jiuuuu-jiu-jiuuu, biar kuberi tahu .... Jiu-jiuuu-jiu-jiuuuuu, aku masih bisa mengeluarkan lebih banyak lagi kekuatan lebih dari ini.... Jiu-jiuuuu-jiu-jiuuuu.�
"Luar biasa! Terlalu keren! Nikahi aku!"
Aku terpaksa mengambil risiko dan mengatakan hal tersebut.
"Aku sudah mengingat kehidupan terdahuluku! Kita harus mempertahankan negeri kita! Besyuuh!"
Kata 'Besyuuh' yang terakhir itu tidak bermakna secara harfiah, namun merujuk pada efek suara meluncur ke langit.
Tentunya mustahil kalau dia bisa terbang, karena itu Chiwa berlari keluar dari ruang kelas.
Ini semua demi menyelamatkan hidup sahabatnya yang terkekang dari kehidupan terdahulu.
Aku menatap punggung Chiwa, dan berkata,
"Jangan mati, Chiwa!"
Aku lalu berbisik,
'�akhir dari bagian pertama.'
Sampai di sini, seisi kelas langsung bertepuk tangan.
Sorakan memenuhi ruangan, bahkan sampai menggetarkan kaca jendela.
Sejenak aku terpaku, mulutku menganga lebar,
"Eh? Apa? Kita jadi populer? Sungguh?"
Sebagian dari teman-teman sekelas kami sampai memberi sambutan berdiri dan tersenyum.
Adik Sagami pun bertepuk tangan sambil mengatakan, "Gila! Mantap!"
"Kerja bagus, Kidou-kun!"
"Aku selalu mengira kalau kau itu orang yang kaku dan formal. Aku tidak menyangka sisi dirimu yang satu ini!"
"Akting Chihuahua juga tampak sangat nyata! Pokoknya mantap! Aku melihat segalanya dalam nuansa yang berbeda!"
Semua orang memuji Chiwa.
"Eh, yang benar?"
Aku menanggapinya dengan senyum kaku, lalu adik Sakagami dengan polosnya bertanya,
"Iya, sketsa komedi tadi tujuannya untuk apa? Lalu nanti mau ditampilkan di mana?"
"... yah ...."
Aku tidak tahu bagaimana menanggapinya. Aku lalu memandang ke arah Masuzu.
Kupikir dia akan tertawa seperti saat kejadian 'gitar' tempo hari, namun aku tidak menyangka kalau wajahnya akan tertunduk, dengan kedua tangan dan kakinya di atas lantai ....
"Sketsa komedi ...? Aku sudah berusaha keras menulis skenario dan menata koreografinya ..., tapi itu malah dianggap sketsa komedi ...?!"
'Ah, dia benar-benar syok.'
'Padahal kupikir dia hanya bermain-main dengan Chiwa saja.'
Nyatanya, bisa jadi dia memang berusaha begitu keras dan melakukan kegiatan klub dengan serius.
---End---
Lanjut ke -> Oreshura Volume 1 - Chapter #8
Baca Semua Volume -> Index Oreshura All Volume
Translator : Zhi End Translation
Editor : Seh-terra Fantranslation
0 Komentar