Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Menyaksikan Revolusi di Ente Isla -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 Bahasa Indonesia


Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Menyaksikan Revolusi di Ente Isla.

“Apa dia memang sekuat itu?”

Raguel, dengan rambut afro bergaya punk-nya, menyaksikan pertarungan antara Emilia dan Alsiel dari sebuah bukit di pinggiran Azure Sky Canopy dan bertanya dengan heran,

“Seingatku ketika di Tokyo Tower, bukankah dia dipecundangi oleh Gab?”

“Huuh~ karena pada waktu itu kita ada di Jepang.”

Gabriel menjawab pertanyaan rekannya dengan dingin.

“Sihir iblis yang dia gunakan pada waktu itu adalah sesuatu yang berasal dari orang di belakang Sasaki Chiho, yang mana dengan paksa menciptakan sihir iblis yang tidak ada di Bumi dan mengumpulkan mereka, karena sihir iblis murni bisa didapatkan secara langsung di sini, kondisinya seharusnya sedikit berbeda.”

“Mungkinkah Emilia mengalah?”

“Hm?”

Gabriel menoleh ke asal suara yang lain.

Seorang pria yang bertubuh besar dan mengenakan armor merah berdiri di sana, dengan seorang bocah di sampingnya.

“Gabriel, seingatku Emilia bisa membuatmu mundur setelah dia mendapatkan kekuatan Yesod, iya kan? Kenapa dia bisa seimbang melawan iblis level segini?”

“Kamael, suaramu terdengar menakutkan, apa kau masih dendam soal insiden sebelumnya?”

“Itu semua karena kalian lengah di saat-saat terakhir. Aku hanya khawatir, meskipun rencananya tidak berhasil sempurna, kalian akan berpikir kalau semuanya telah berakhir.”

Dalam suara Kamael, sebuah nada tidak senang terdengar menanggapi sikap santai Gabriel.

“Yah, aku memang tidak bisa diandalkan.”

Kamael menatap Gabriel yang sedang mengeluh dengan wajah tanpa ekspresi, lantas menoleh ke arah bocah di sampingnya, Iron.

“Walau tidak sempurna, Emilia tetaplah Yadorigi anak yang terlahir dari Sephirah. Kau seharusnya tahu kalau kekuatan itu tidak bisa diremehkan.”

“Hm, itu benar, dan sebelumnya, kau dikalahkan oleh Satan karena hal itu.”

“.... Kau..”

Kamael memelototi Gabriel dengan maksud mengancam, tapi dia tahu kalau Gabriel bukanlah orang yang akan terguncang karena hal tersebut.

“Huuh~, kalau benar begitu, maka Emilia tidak mungkin akan kalah. Dan meski sesuatu benar-benar tidak sesuai rencana, kita hanya perlu membantu Emilia lebih awal. Aku tidak akan lengah, okay. Bukankah kita akan menunggu kekuatan Emilia terkuras akibat bertarung dengan Alsiel dan para Malebranche sebelum melakukan kontak dengannya?”

“Soal kekuatan yang terkuras itu, mereka sudah bertarung sangat lama lo.”

Raguel menghela napas dengan jengkel.

“Kira-kira sudah lebih dari 10 jam.”

Ucap Kamael dengan kaku.

Benar, semenjak Emilia dan Alsiel mulai bertarung, selama itulah waktu telah berlalu.

Meski sang Pahlawan dan Jenderal Iblis yang memiliki kekuatan melebihi manusia bertarung, untuk pertarungan satu lawan satu, waktu selama itu bisa dianggap sangat lama.

Selain itu, mereka berdua juga bertarung dengan kekuatan penuh tanpa henti.

“Apa itu penting, kita hanya perlu membiarkan mereka bertarung sampai mereka lelah. Aku paham kalian ingin mengakhiri ini dengan cepat, tapi jika terjadi kesalahan karena kecemasan kalian, kalian bisa jadi seperti Sariel yang harus membayar dengan seluruh sisa hidupnya.”

“Hm.”

“..... Ugh.”

Raguel dan Kamael nampak mengingat sesuatu dan mengernyit dengan ekspresi rumit di wajah mereka.

Gabriel tersenyum kecut karena reaksi mereka berdua, dan mengatakan,

“Huuh~ tunggulah dan santai saja. Beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka pasti akan mulai melemah....”

“!!”

Kali ini....

Iron yang ada di samping Kamael, menolehkan kepalanya.

“Ada apa?”

Gabriel yang terus tersenyum santai sepanjang waktu, adalah orang pertama yang menyadari reaksi Iron dan bertanya.

“....Hm.”

“Ada apa?”

Kamael dan Raguel juga menatap ke arah Iron, tapi Iron terus memandang ke arah dataran yang berada jauh di sebelah selatan bukit.

“Sesuatu menuju ke sini”

Raguel dan Kamael memperhatikan sikap Iron dengan heran, sementara Gabriel, dia menolehkan wajahnya ke arah Azure Sky Canopy, dan di tempat yang tidak bisa dilihat kedua malaikat itu, sudut bibirnya terangkat ke atas.

“Iron, apa yang menuju ke sini?”

“Itu....”

Mata Iron terbuka lebar, lalu menyerukan nama benda itu.

“..... Seingatku itu disebut Moped?”

““Moped?””

Raguel dan Kamel mengulangi kata-kata tersebut, merasa bingung.

“Moped, moped.... apa itu, rasanya aku pernah mendengarnya di suatu tempat.”

Raguel mengenyit merasa kebingungan, sementara Kamael terdiam mengikuti pandangan Iron.

“Akhirnya dia datang juga....”

Hanya Gabriel lah yang menggumam puas, dan dengan tenang menyaksikan pertarungan di Azure Sky Canopy.


XxxxX


Dua moped yang menghasilkan suara tajam menyusuri jalanan di Area Pusat ibukota kerajaan dengan kecepatan penuh.

Maou Sadao, sedang mengendarai Honda GYRO ROOF, memandang kota Azure Sky Canopy dari kejauhan sekaligus kilatan perak dan hitam yang muncul dari pertarungan di atas kastil,

“Apa yang Suzuno dan Alberto lakukan?! Bagaimanapun kau melihatnya, ini adalah situasi yang paling buruk!”

“Maou! Itu! Di sana! Onee-san!”

Dari earphone wireless yang digunakan oleh si pengendara, Maou bisa mendengar suara Acies yang bersemangat.

“Aku tahu itu! Kau terlalu bersemangat, kalimatmu jadi terputus-putus!”

“Maou! Sekarang sudah tak apa kan? Ayo kita terbang! Karena kita sudah sampai di sini, tak usahlah kita mempedulikan malaikat-malaikat itu!”

“Sudah kubilang jangan terburu-buru! Azure Sky Canopy itu besar! Jarak segini itu belum cukup dekat, kita tidak akan bisa bekerja sama dengan mereka.... hey, musuh datang!”

Maou melihat ke arah depannya dan berteriak.

Daerah pinggiran ibukota Azure Sky Canopy adalah wilayah para bangsawan. Segerombolan besar kesatria berjaga di gerbang utama wilayah ini, mereka pun terlihat panik ketika sebuah benda misterius tiba-tiba bergerak ke arah mereka, tapi pada akhirnya, mereka tetap memilih menyingkirkan penyusup.

Mereka pasti pasukan garis belakang Fangan Milita.

Maou dan Acies melihat banyak bola api yang dihasilkan oleh mantra dan anak panah menuju moped mereka bagaikan sebuah badai.

“Maou! Ini gawat! Apa yang harus kita lakukan?”

“Maju dengan kecepatan penuh! Jangan takut dengan mantra!”

“Serius ini? Meski aku tidak takut, kalau mengenai kita, itu pasti sakit!”

“Tenang! Percayalah pada kemampuan kendaraan Jepang! Ugoooh!”

Maou menghentak mesinnya sekali lagi, kendaraan mereka pun mengasilkan deru tajam, dan melewati badai serangan Milita.

“Ah! Aku tidak peduli lagi!”

Ketika Acies melihat hal tersebut, dia juga mulai tak mempedulikan apapun dan mengikuti dari belakang.

Mantra dan anak panah yang tak terhitung jumlahnya menghantam pelindung angin dan atap unik milik Honda GYRO ROOF.

Meskipun penyok, melelah ataupun berlubang, atap plastik yang diperkuat dengan fiberglass yang melambangkan esensi teknologi jepang masih sanggup membantu penumpangnya untuk menahan semua serangan.

“Oh! Hebat sekali!”

“Jangan remehkan teknologi Jepang!!”

Dengan deru tajam mesin moped, Maou dan Acies melewati pasukan patroli Milita.

Kehadiran dan kegagahan moped tersebut membuat pasukan Hakin Milita menghindar dan menyingkir dari jalan.

Dan panah yang mereka tembakkan dari belakang, tidak bisa menyusul kecepatan penuh GYRO ROOF.

Di mata Maou dan Acies, mereka hanya bisa melihat dua orang yang sedang bertarung sengit dan bergerak-gerak di langit dengan kekuatan yang dahsyat.

“Alas Ramus, Ashiya, Emi! Aku datang!”

Dari kejauhan, Maou bisa melihat dengan jelas sosok Ashiya dalam wujud iblisnya dan Emi yang membawa pedang suci besar serta berada dalam wujud setengah malaikatnya, bertarung dengan sengit di langit.

“Maou! Sesuatu mendekat dari belakang!”

Kali ini, suara tegang Acies terdengar.

Maou melirik kaca spionnya dan menemukan bahwa di dalam pasukan yang mereka singkirkan, ada sekelompok tentara yang menaiki kuda dan berusaha menyusul mereka.

Beberapa orang bahkan sudah menyiapkan anak panah di busur mereka dan bersiap menembak.

“Tenanglah, Acies! Gunakan itu!”

“Eh? Apa gertakan semacam itu benar-benar akan bekerja?”

“Musuh kita bukan Hakin! Kita hanya perlu menakuti para kuda dan memperlambat mereka! Lakukanlah!”

“Baik!”

Menyetujuinya, Acies mengeluarkan benda merah berbentuk silinder setebal gorden pintu dari dalam tas selempangnya.

Itu adalah petasan pengusir iblis yang mereka berdua lihat saat Acies menjadi roket.

“Pemantik api sangat praktis ya.... yaaaaahhhhhhh!!”

Acies yang menyalakan pemantik api di atas mopednya, mulai berteriak, suara itu menggetarkan telinga Maou melalui earphone-nya, dan, sekeliling pun mulai diselimuti suara ledakan yang keras.

Petasan yang terhubung melalui sebuah rantai panjang, mulai meledak satu persatu disebabkan api pada sumbunya.

“Bodoh! Apa yang kau lakukan, cepat lempar! Kalau tidak, kau akan terbakar!”

“Yaahh, uhuk!!”

Acies mengeluarkan teriakan aneh sambil terbatuk dan melempar petasan ke belakang.

Maou juga mengeluarkan serangkaian petasan dari dalam hoodie-nya, menggunakan sebuah pemantik api untuk menyalakannya dan dengan cepat melemparnya ke belakang.

Area di belakang mereka dipenuhi dengan suara ledakan dan asap akibat ledakan tersebut, usai melirik melalui kaca spionnya dan memastikan kalau pasukan Hakin yang hendak menembakkan panah mereka sedang panik, Maou mempercepat kendaraannya dan melaju ke depan.

“Acies! Kau baik-baik saja?”

“Asap ini mencekikku.... uhuk uhuk!”

“Sepertinya kau baik-baik saja! Hey, baru saja bilang begitu dan sekarang pasukan baru sudah muncul di depan! Tekan klaksonmu dengan cepat!!”

“Oryaaaaaaaaa!”

Di persimpangan jalan Area Pusat, terdapat Pasukan Milita lain yang sedang berpatroli, dan setelah menyadari kedatangan Maou dan Acies, seperti pasukan sebelumnya, mereka langsung menuju ke arah keduanya.

Namun, sebuah suara keras yang memekakkan telinga menahan pergerakan mereka.

Maou dan Acies menekan klakson moped mereka berulang-ulang.

Milita yang merasa bingung karena tidak pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya, tidak hanya tidak bisa menghentikan Maou dan Acies, mata mereka bahkan terkena sinar langsung dari lampu LED saat perhatian mereka terfokus pada Maou dan sesaat kehilangan penglihatan.

Menggunakan kesempatan itu untuk menembus pertahanan mereka, Maou melempar petasan ke arah mereka sebelum dia pergi, jadi para tentara yang kebingungan akibat asapnya pun, tidak bisa langsung mengejar Maou dan Acies.

Mungkin karena mendengar keributan tersebut, satu pasukan kesatria berlari keluar dari sisi jalan yang berbeda dari pasukan tadi dan menyusul Maou serta Acies.

“Maou! Mereka ingin menggunakan tombak untuk menyerang dari samping!”

“Tenang! Petasannya?”

“Sudah habis! Sisanya ada di bagasi!”

“Kita terlalu banyak menggunakannya di awal ya.... haaah!!”

Dua tentara menuju ke arah Maou, Maou pun menggunakan petasan untuk menghentikan kuda tentara tersebut, dan melempar sesuatu pada Acies.

"Tangkap!"

"Apa ini!?"

"Semprotkan itu pada hidung kuda!"

"O-oh? Ohhhhhh??"

Apa yang Maou lempar pada Acies adalah sekaleng besar pengusir serangga untuk penggunanaan luar ruangan.

Satu-satunya perlengkapan kemah yang Maou dan Suzuno beli tanpa berdebat, terlepas dari tempat penggunaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kegunaan awal dan penggunaannya yang tidak tepat, benda itu memberikan efektifitas yang hebat.

Para kuda yang wajahnya terkena bau kuat dari semprotan serangga itu, mengeluarkan busa dari mulutnya, bertingkah sangat aneh, dan jatuh ke tanah dengan panik.

Acies memastikan kalau tentara yang jatuh tersebut tidak berada dalam bahaya melalui kaca spionnya, dan di saat yang sama, mengatakan,

"Aku melakukan sesuatu yang jahat pada kuda itu...."

"Itu salah orang yang menggunakan mereka dalam pertarungan!"

Maou menunjukan inti masalah yang tidak akan bisa dibantah, dan membebaskan Acies dari perasaan bersalah.

"Hey! Sepertinya sudah tidak ada orang di sekitar sini! Ayo kita cepat ambil petasan dari bagasi!"

Maou memastikan kondisi sekitar, berhenti, turun dari mopednya dan membuka bagasi, kemudian dia mengeluarkan banyak sekali petasan.

Sementara barang-barang kebutuhan perjalanan dan barang pribadi Suzuno serta Alberto tersimpan di dalam bagasi, Maou meninggalkan semua persediaan air dan makanan, dia menggunakan ruang yang tersisa untuk menaruh senjata guna melawan manusia ketika menyerang Azure Sky Canopy.

Tentunya senjata-senjata yang mereka kumpulkan dari berbagai desa di Area Pertanian sebelum mencapai Area Pusat, adalah senjata yang hanya memiliki efek lemah.

Bagaimanapun, jika para malaikat merasakan kekuatan Acies dan menyerangnya, tak ada jaminan kalau Acies akan bisa melawan, jadi mereka hanya bisa menggunakan senjata yang bisa digunakan oleh orang biasa.

Namun, jika senjata yang mereka gunakan terlalu mematikan dan menyebabkan seorang terbunuh, meski itu demi menyelamatkan Ashiya, Emi dan Alas Ramus, tetap saja hal itu akan menodai hati nurani mereka.

Karena itulah, senjata yang Maou pilih adalah.....

"Hey, untuk jaga-jaga, ingatlah untuk menaruh pisau kayu ini di tempat yang bisa kau raih!"

"Eh.... Kalau begitu, aku hanya bisa menggunakan satu tangan!"

"Jika situasinya menjadi gawat, lempar saja petasannya langsung ke arah musuh. Pokoknya, kita sebisa mungkin harus menghindari situasi di mana kita melukai manusia."

"Bahkan jika kita tidak menyakiti siapapun.... apa benar tak masalah kita bertarung dengan cara ini?"

Tidaklah aneh bagi Acies mengeluh demikian.

Mengayun-ayunkan pisau kayu tanpa memakai helm, melempar petasan, mengarahkan lampu sorot ke mata orang-orang, dan membunyikan klakson untuk membuat kebisingan.

Tindakan yang dilakukan oleh raja para iblis dan permata yang menciptakan dunia alias si gadis misterius yang terlahir dari Sephirah ini, tidak ada bedanya dengan para pengemudi mobil ugal-ugalan.

Tidak, meskipun kau mencari ke seluruh Jepang modern yang telah memasuki era Heisei, pengemudi mobil yang akan menyebabkan masalah untuk orang lain dengan cara yang kuno, picik, dan merusak seperti itu, tidak akan bisa lagi ditemukan.

Karena mereka sudah sejauh ini, sepertinya dekorasi aneh yang terpasang pada GYRO ROOF dan klakson yang digunakan untuk menyebabkan keributan sudah sedikit tak berguna.

"Apa yang terjadi selanjutnya adalah bagian yang paling penting!"

Namun, apa yang Maou siapkan masih belum semuanya.

"Semakin dekat kita dengan kastil, maka akan semakin banyak yang mengejar kita. Kalau saat itu tiba, gunakan ini!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Maou mengeluarkan sebuah botol sederhana yang ditutup dengan sumbat, bagian luar botolnya dipenuhi barisan petasan, sementara di dalamnya berisi sebuah cairan.

Di bagian pembuka botolnya terdapat sepotong kertas yang dijepit oleh sumbat, yang mana akan digunakan sebagai sumbu dan menjalar hingga ke bagian dalam botol, benda itu terlihat seperti bom bensin.

"Apa kau serius?"

Tanya Acies seperti orang yang sudah tidak tahan lagi, tapi Maou menjawabnya dengan percaya diri.

"Kita harus memikirkan cara untuk bertemu dengan orang yang sedang bertarung di sana itu, dan Suzuno yang keberadaannya tidak diketahui! Jika kita menemui situasi di mana kau harus menggunakan kekuatanmu untuk bertarung, maka keselamatanku lah yang tidak bisa dijamin, oleh karena itulah, sebisa mungkin kita akan menggunakan kekuatanmu sebagai pilihan terakhir. Kekuatanmu terlalu mencolok, jadi untuk bagian ini, izinkan aku meminta maaf!"

".... Begitu ya."

Tidak diketahui apakah ini disebut bijaksana atau berlebihan, tapi karena sudah ada kebisingan dan masalah di mana-mana, seharusnya tidak masalah apakah kekuatan itu mencolok atau tidak, tapi, dari penjelasan Maou yang bahkan dianggap aneh oleh Acies, dia sepertinya memang memaksakan diri menggunakan cara seperti seorang pengemudi mobil yang ugal-ugalan.

"Suzuno.... cepatlah kembali dan hentikan Maou.... orang ini benar-benar sulit ditangani...."

Acies yang dengan enggan memasukkan petasan ke dalam bajunya, melihat ke arah pertarungan yang terjadi di langit sembari menggumam tanpa ada rasa cemas sedikitpun.


XxxxX


".....??"

Tepat ketika Emi menangkis cakar tajam Alsiel untuk yang kesekian kalinya, dia tiba-tiba mendengar rangkaian suara aneh.

Itu adalah suara deru tajam yang perlahan semakin mendekat.

Alsiel yang menyadari hal ini, juga menghentikan serangannya, dan memandang ke arah suara itu berasal.

Suara itu terdengar familiar, tapi rasanya itu bukan sesuatu yang seharusnya muncul di tempat seperti ini.

"Itu....."

Dengan suara mesin yang sedang beroperasi, dua benda mendekat dari arah belakang Milita yang berbaris di bawah....

""Moped dari toko pizza??""

Seru Emilia dan Alsiel bersamaan.

Itu adalah moped beratap yang biasanya digunakan untuk delivery toko Pizza di Jepang.

"Mu-mungkinkah itu...."

Alsiel dan Emilia yang tidak tahu berapa lama mereka sudah bertarung, mulai menunjukan tanda-tanda kelelahan.

Meski Emilia berharap kalau Raja Iblis akan datang nantinya, terkadang dia juga curiga kalau semua itu hanya dugaan optimis Alsiel.

Bagaimanapun, dia tidak pernah merasakan sihir iblis kuat yang akan dipancarkan oleh Raja Iblis jika dia datang ke sini.

Karena sedang berada dalam situasi seperti ini, dia tidak bisa memprediksi kapan Maou akan muncul.

"Pria itu.... nekat sekali dia!!"

Apa dia berhasil mendapatkan SIM?

Emilia tidak pernah menyangka kalau Raja Iblis akan mengendarai moped untuk mengganggu pertarungan antara sang Pahlawan dan Jenderal Iblis.

Ada dua moped yang melaju di bawah. Siapa yang datang bersamanya, apakah Suzuno? Ataukah Urushihara?

Setelah memastikan kalau dua moped yang melaju di jalanan utama Area Pusat itu menuju ke menara kastil, Emilia seketika ingin tersenyum kecut, tapi dia seketika membeku.

"A-apa itu...."

Pasukan Milita di bawah nampak menyadari kedatangan moped itu dan merasa panik karena tidak bisa memahami situasi, tapi mereka tetap berpencar dan menyerang kedua moped tersebut.

Namun, kecepatan kedua moped itu terlihat tidak menurun sama sekali.

Hal itu sudah bisa diduga.

Jika mereka melambat, akibatnya pasti akan sangat buruk.

"I-itu...."

Tidak hanya Emilia, Alsiel yang menyadari satu fakta lain juga merasa sangat terkejut, sampai-sampai dia lupa untuk menyerang sang Pahlawan.

Dua moped tersebut kini membawa sekumpulan orang yang bisa disebut 'Pasukan Raja' di belakang mereka.

"Heeyy!! Ini sudah waktunya untuk menyeraaaahhh!! Sudah cepat gunakan kekuatankuuuu!!"

Di antara suara ledakan yang mengguncang tanah dan udara, meskipun teriakan Acies terus terdengar dari earphone-nya, Maou sama sekali tidak melakukan apapun.

"Baik, cepat lemparkan petasannya!!"

Acies memprotes instruksi Maou dengan gelisah.

"Percuma! Mereka sudah terbiasa! Bahkan bom bensin Maou sama sekali tidak berguna!"

"Kita sudah datang ke sini!! Bagaimana bisa kita kabur setelah sampai ke tahap ini?! Dan jika kita menghentikan kendaraan sekarang, seperti domino, kita pasti akan hancur bersama dengan moped kita oleh orang-orang yang tidak bisa mengerem itu! Jika kau tidak ingin menjadi daging cincang dalam potongan moped, maka teruslah bergerak maju!!"

Maou melihat Acies yang sedang menoleh ke belakang dengan mata berkaca-kaca, dan menggertakkan giginya saat ia memastikan situasi tanpa harapan ini melalui kaca spionnya.

"Lantas bukankah sudah kubilang kalau kita sebaiknya terbang!?"

"Jika hanya kita yang terbang, maka mopednya yang akan hancur! Kalau sudah begitu, aku pasti akan dimarahi oleh Suzuno. Dan, Dullahan 3 bermotor nantinya akan diberikan padaku, mana mungkin aku merusaknya!?"

"Siapa yang peduli denganmu!!?"

Maou dan Acies menarik sekumpulan orang aneh dan melaju di jalanan menuju kastil, tidak, mereka sudah kehilangan kendali.

Selain pasukan patroli Milita yang dengan gigih mengejar Maou dan Acies karena keributan yang mereka sebabkan, pasukan Malebranche yang sedang bertarung dengan Milita, sekaligus kesatria Hakin dan para tentara berpangkat rendah yang bukan bagian dari Milita dan sejak awal memang berada di Ibukota, juga muncul entah dari mana, ikut andil dalam keributan tersebut. Jadi, dengan dua moped di depan, 'Pasukan Raja' yang di dalamnya tercampur iblis dan manusia, dengan cepat dan tak terkendali sampai di depan gerbang utama kastil.

“Maou! Ada si botak dan iblis di depan!”

Olba, Farfarello, dan Barbariccia saat ini sedang memperhatikan pertarungan Emilia dan Alsiel, dan meski Maou dan Acies sudah mencapai tempat di mana ketiganya bisa melihat sosok Maou dan Acies, jika mereka secara tak sengaja menarik rem sekarang, 'Pasukan Raja' yang lebih menakutkan dari para serigala yang mana sedang mengejar mereka pasti tidak akan bisa bereaksi tempat waktu, alhasil, mereka berdua akan digilas beserta moped mereka seperti binatang kecil yang terseret ke dalam migrasi bison di padang savana.

“Siapa yang peduli dengan orang botak dan iblis! Kita hanya harus melewati mereka! Kita maju lurus menuju kastil!”

“Tidak mungkiiiinnnn??”

Maou mengabaikan teriakan Acies dan mempercepat lajunya, lalu seolah mempersembahkan penutupan untuk acara kembang api, dia diam-diam menyalakan petasan dalam jumlah besar, dia juga meletakkan perekat tahan air pada klakson sehingga menghasilkan bunyi tanpa henti, menyalakan alarm di lampu LED yang sudah tidak bisa lagi digunakan hingga ke volume maksimalnya, dan melemparkan petasan ke arah pasukan utama Milita yang ada di depan.

“Ra-Raja Iblis Satan???”

“Maou-sama?”

“Apa? Kau bilang Maou-sama?”

Maou memimpin 'Pasukan Raja' yang menyebabkan banyak sekali masalah untuk penghuni Area Pusat ibukota kerajaan dan mendekat ke kastil. Olba, Farfarello, dan Barbariccia mengenalinya satu persatu.

“Yo! Aku sedikit sibuk sekarang, jika ada yang ingin kau bicarakan, kita bicarakan saja nanti!”

Namun, seperti yang dinyatakan Maou, dia melewati si botak dan para iblis yang terpaku menatap satu sama lain dengan kecepatan yang ganas.

Dua moped lewat di bawah Olba yang melayang di ketinggian sekitar kepala manusia, angin yang ditimbulkannya pun meniup jubah Olba ke atas, dan baju dalam Olba Meyers yang mengkhianati Gereja pun terpampang di ibukota Afashan.

“Rasanya aku baru saja melihat sesuatu yang mengerikan, tapi lupakan! Acies! Pertahankan kecepatan ini! Aku ingin kau membuka bagasimu dan melempar semua isinya!”

“Aku sudah tidak peduli lagi! Lakukan sesukamuuuu!”

Maou mendekat secara diagonal di belakang Acies, menggunakan ujung pisau kayunya untuk menekan bagian bawah bagasi yang sebelumnya sudah dikendurkan oleh Acies dan membuka penutupnya.

Apa yang bergulir keluar adalah sekumpulan bom bensin buatan Maou.

Bom bensin yang terbuat dari bahan bakar cadangan yang mereka simpan berkat adanya Alberto, tersebar saat jatuh ke tanah dan menyebarkan bensin di jalanan.

Maou melempar petasan ke sana....

“Yaaaaahhhhhhhh??”

“Panaaaaaaaaass!! Uwah! Apa itu terbakar??”

Bahan bakar yang telah menyala menghasilkan bau gosong dan meledak.

Bahkan Maou yang menyalakan apinya pun ikut terkena hawa panas, petasan yang dipegang oleh Acies dan Maou juga mulai terbakar dan menghasilkan ledakan keras.

“Ow, ow, ow, uwaahhh, waahhh, panaasss!”

Dalam keadaan penuh asap, api, dan ledakan di sana sini, moped yang bagian belakangnya terbakar dan 'Pasukan Raja' pun melaju lurus ke arah pusat pasukan utama Milita, mendobrak gerbang utama kastil dan memasuki inti kastil.

Saat Olba, Farfarello dan Barbariccia tidak bisa bereaksi tepat pada waktunya, pasukan patroli Milita yang mengejar Maou dan Acies pun sudah memasuki area kastil, Olba dan yang lainnya sekaligus pasukan utama Milita hanya bisa diam menyaksikan kejadian tersebut, mereka sepenuhnya terpaku.

Mengesampingkan pemain utama yaitu, Emilia, Alsiel, kepala suku Malebranche dan Olba, 'Pasukan Raja' yang dipimpin oleh moped Maou dan Acies, merangsek masuk ke dalam kastil dengan kacau dan tak terkendali.

Area kastil yang bisa menampung menara kastil Azure Sky Canopy, Cloud Detached Palace, memiliki taman yang indah, kantor kerja, dan berbagai fasilitas lain, sebenarnya sangatlah luas, tapi berkat suara bising petasan dan asap putihnya, Emilia dan Alsiel bisa melihat lokasi keberadaan moped Maou dari langit.

““Ah!””

Kali ini, Emilia dan Alsiel serentak mengeluarkan pekikan yang tidak memiliki tensi sama sekali.

Asap putih dari kendaraan yang memimpin pasukan tadi menghilang di depan gerbang Cloud Detached Palace.

Sementara itu, beberapa pasukan Milita yang mengejar moped Maou terjatuh dari jembatan gantung di depan, dan beberapa lagi ada yang menghantam dinding karena formasi mereka jauh lebih lebar dibanding lebar pintu, namun, pasukan di belakang mereka tidak bisa berhenti, tragedi seperti domino runtuh pun terjadi.

Akqn tetapu, kedua moped tadi tidak menghentikan laju mereka yang tak terkendali.

Asap mulai keluar dari jendela Cloud Detached Palace. Suara bising mesin, suara benda pecah atau jatuh, ledakan, teriakan manusia ataupun kuda, dan suara yang tak dikenali lainnya terus menerus terdengar, dan meski mereka tidak ada di sana, mereka bisa dengan mudah membayangkan situasi kacau yang terjadi di dalam Cloud Detached Palace.

Apapun itu, sepertinya mereka sudah lupa soal pertarungan Emilia dan Alsiel.

Semua orang menatap Cloud Detached Palace dengan cemas, menyaksikan keadaan tragis macam apa yang akan terjadi di sana setelah diinjak-injak oleh pengemudi ugal-ugalan dan 'Pasukan Raja'.

Berkat hal itu, Emilia sadar kalau langit di sebelah timur mulai bersinar cerah, fajar akan segera tiba.

“.....Ah! Oh, oh tidak!”

Kali ini, Alsiel berteriak panik karena ia menyadari satu hal.

“Ji-jika ini terus berlanjut.... Cloud Detached Palace akan...”

Namun, sikap Alsiel yang terguncang seketika menjadi cerita masa lalu.

Langit pun bergetar, terbelah.

“Ugh!”

“Apa!?”

Emilia dan Alsiel membelalakkan matanya kaget.

Cloud Detached Palace yang menyamai menara kastil Azure Sky Canopy, yang mana juga menguasai seluruh  Benua Timur, ditembus oleh sebuah tiang cahaya berwarna ungu dan mulai hancur.

Tiang cahaya itu membelah langit dan menggetarkan bumi dengan suara ledakan keras.

Bulan merah dan biru di langit malam, muncul di belakang awan yang dikoyak oleh tiang cahaya tersebut.

Emilia mendongak ke arah langit.

Sosok pria itu, muncul dari langit tepat seperti dulu.

Raja Iblis Satan yang menghindari serangan pamungkas Emilia dan lari ke dunia lain, kini menatap dari atas langit kastil Azure Sky Canopy dengan dua bulan sebagai latar belakangnya.

Namun, ada yang berbeda dengan hari itu.

Raja Iblis Satan adalah Raja Iblis, tapi juga bukan.

Meski tak diragukan lagi kalau sihir iblis yang begitu kuat ini adalah milik Raja Iblis Satan, penampilannya saat ini adalah seorang pemuda yang selalu bekerja keras saat berada di Sasazuka, Jepang, Maou Sadao.

Dengan tatapan mereka yang berada di daratan, Raja Iblis Satan perlahan turun hingga berada di samping Alsiel dan Emilia.

“..... Maou-sama.”

Alsiel, merasa tersentuh, berlutut di udara dan menunggu kedatangan masternya.

Sementara Emilia, dia tetap berada di tempatnya, terpaku.

Orang yang selalu mengucapkan kata-kata yang membingungkan Emi, pekerja keras, dicintai oleh manusia, dan juga mencintai manusia... perwujudan aneh dari sang Raja Iblis... Maou Sadao, ada di sini sekarang.

Dan, dengan timing yang sempurna, cahaya fajar muncul dari cakrawala timur yang tidak kalah dengan tiang cahaya berwarna ungu tadi.

Kegelapan pun perlahan menghilang seolah merayakan kedatangan sang Raja Iblis, matahari dan sinarnya muncul seolah menyambut Raja Iblis dan mulai mengusir sang malam dari langit.

Menyaksikan kemunculan Maou, Emilia berpikir...

Kenapa sebelumnya dia tidak pernah merasakan sihir iblis sekuat ini?

Namun, pria tersebut, Maou Sadao, tidaklah begitu baik hingga mau menjawab pertanyaan Emilia.

“Serius ini.....”

Apa yang terdengar dari atas adalah suara normal yang begitu santai.

“Tidak hanya tidak berhasil mendapatkan SIM, aku bahkan harus meminjam uang dari Suzuno dan mengambil libur selama satu minggu, jadi aku tidak akan mendapatkan bayaran apapun, dan setelah kembali, aku masih harus membalas kebaikan orang-orang yang menutupi shiftku, serius, ini benar-benar bencana!”

Walau kata-kata tersebut tidak cocok dengan gaya sang Raja Iblis, kata-kata itu berhasil masuk ke dalam hati Emilia.

“Begitu kita kembali, kalian berdua pasti akan kuberi pelajaran. Selain itu, kau tidak diizinkan untuk mengeluh tak peduli apapun yang kulakukan bulan depan. Tak peduli mau berapa kalipun aku gagal, aku pasti akan mendapatkan SIM. Aku bahkan sudah membeli moped!”

“.... Hamba mengerti!”

Alsiel, masih di posisi berlututnya, menundukan kepalanya dalam-dalam.

Dan kemudian...

“... Maaf, aku menyebabkan banyak masalah untukmu.”

Emilia juga meminta maaf dengan jujur.

Dan itu begitu jujur hingga dia sendiri merasa terkejut.

Namun....

“Apa ini, Emi, apa kau memakan sesuatu yang aneh saat kau ditangkap?”

Melihat kondisi Emi yang merasa depresi ketika membawa pedang suci, Maou malah merasa keheranan.

“A-apa?”

“Apa kau dikendalikan oleh seseorang? Jika kau terlalu jujur, rasanya malah aneh.”

“....”

Jika itu Emilia yang biasanya, dia pasti akan marah, tapi entah kenapa, sekarang rasanya dia tidak marah sama sekali.

“Aku terkadang memang seperti ini.”

Dia yang mengakui hal itu dengan jujur, memang berbeda dari biasanya.

“Aku tidak berpikir kalau kau akan memaafkanku.... tapi kalau aku bisa kembali ke Jepang, banyak hal yang harus kumintai maaf.”

“O-oh... he-hey, Ashiya, Emi ini sedikit aneh ya?”

Maou yang memiliki cukup sihir iblis untuk membuat seluruh dunia berlutut di kakinya, menatap Emi dengan tatapan yang terasa seolah dia benar-benar menganggap aneh situasi ini dan bertanya pada Alsiel.

“Anda benar. Tapi.... kami kembali ke Ente Isla tidak dengan keinginan kami sendiri, sehingga Emilia dan aku mengalami banyak hal. Mengenai masalah apakah Emilia aneh atau tidak, kita sebaiknya menunggu sampai kita kembali ke Jepang sebelum mendiskusikan hal tersebut. Lagipula, baik kita, maupun Emilia, kita sudah kehilangan banyak hal di pertarungan sebelumnya....”

“Yeah....”

Maou, terpaku oleh kata-kata Alsiel, mengangkat kepalanya memandang Cloud Detached Palace yang telah hancur dan berteriak,

“Hey, kemarilah!”

Emilia dan Alsiel juga memandang ke arah Maou berteriak.

Kemudian sesosok manusia perlahan muncul dari tiang cahaya.

Ekspresi milik figur kecil itu tak bisa terlihat karena tiang cahaya ungu dan sinar matahari menghadap ke arah mereka.

Tapi ketika Emilia melihat pria bertubuh besar yang dibawa oleh figur kecil tersebut, hatinya tiba-tiba  berdetak kencang seolah ingin meledak.

“Emi, sampai saat ini, aku tidak berpikir kalau kau akan memaafkanku atas apa yang sudah kulakukan dulu. Tapi sebagai simbol permintaan maaf, aku menemukan seseorang yang penting bagimu, dan aku akan mengembalikan dia padamu sekarang. Huuh, aku memang tidak melakukan apapun selain menjadi orang pertama yang menemukannya, sementara tadi, aku hanya kebetulan menemukannya di sana, jadi aku bisa membawanya keluar dengan santai.”

“......Ahh.”

Itu adalah suara yang berasal dari jiwa Emi.

Dibandingkan sosok yang ada di dalam ingatannya, orang itu sudah lebih tua beberapa tahun.

Tapi mustahil dia melupakan tubuh besar itu dan ekspresi tenangnya.

Dia tidak akan pernah melupakannya.

Pedang suci seketika menghilang dari tangannya, dan Emilia menggunakan tangannya yang bebas untuk menerima tubuh pria itu dari figur kecil tersebut.

Karena kehangatan yang dia rasakan di tangannya, detak jantung Emilia pun menjadi semakin kencang.

Tubuh pria itu terasa ringan.

Saat ini, Emilia Justina memiliki tubuh kuat dan sihir suci yang bahkan hanya membuat hidungnya terasa sedikit sakit setelah dilempar dengan kekuatan penuh ke atap kastil oleh seorang Jenderal Iblis, dia bukan lagi gadis kecil yang tak tahu apa-apa dan hanya tahu caranya menangis.

Meski begitu, air matanya tetap menetes.

Apapun yang orang lain katakan, dia tidak pernah bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

Dan karena dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya, dia terus-menerus merasa bimbang dan tidak bisa menemukan jawaban.

Tapi, begitu dia mendapatkan jawaban seperti ini, dia tahu.

Dia bukanlah seorang Pahlawan.

“A....yah....”

Terkena cahaya ungu, Emilia bisa melihat wajah pria paruh baya yang kini sedang bernapas dengan tenang dan tertidur lelap.

Ayah yang dia pikir sudah tidak bisa dia lihat, ternyata masih hidup, dan kini berada di tangannya.

Hanya dengan hal itu saja, hati Emilia sudah dipenuhi oleh rasa puas, seolah semua pertarungannya sudah berakhir.

Dia bukanlah Pahlawan Keadilan.

Dia hanya seorang anak yang ingin bertemu dengan ayah yang ia cintai, Emilia.

“Ini benar-benar.... bukan... mimpi, kan...?”

Gembok yang menahannya kini telah lenyap, hati Emilia pun perlahan mulai menenang.

“Ini bukan mimpi. Jadi cepat buatlah barrier! Dan Ashiya, mundurlah sedikit!”

“Ugh.....”

“Hm? Ah, y-ya.”

“Eh, ah, be-benar juga...uh!”

Hingga saat Alsiel yang sihir iblisnya berbahaya bagi Manusia mundur, Emilia baru tersadar. Dia mengusap air matanya dengan panik dan membuat barrier sihir suci untuk menyelimuti tubuh ayahnya, Nord.

“Tapi insiden kali ini masih belum berakhir. Emi, apa Alas Ramus baik-baik saja?”

“.... Tentu. Barusan, dia semangat sekali bertarung dengan Alsiel.... eh? Apa?”

Emilia kini sedang mengusap air matanya yang tidak mau berhenti, tapi ia langsung terkejut ketika Alas Ramus mulai membuat keributan di dalam kepalanya.

“Eh? Apa, eh? A-aku mengerti. Keluarlah!”

Dengan desakan dari Alas Ramus, Emilia kini bukan mematerialisasi pedang suci, melainkan Alas Ramus.

Anak yang terlahir dari Yesod Sephira itu muncul di udara, dia menatap figur kecil yang barusan membawa Nord.

“Papa!”

“Yo! Alas Ramus.”

Melihat keceriaan gadis itu, Maou pun tersenyum.

“Hari ini, aku membawa seseorang yang ingin bertemu Alas Ramus.”

".... Ya."

Alas Ramus mengangguk seolah sudah mengetahui maksud Maou.

"Acies, lama tak bertemu."

Alas Ramus mengulurkan tangannya ke arah figur kecil tersebut.

Seketika, tiang cahaya yang menembus Cloud Detached Palace menghilang, dan wajah gadis itu bisa terlihat di bawah sinar fajar.

Setelah melihat wajah gadis itu, Emilia dan Alsiel pun menahan napasnya.

"..... Onee-san."

Dia terlihat jauh lebih dewasa, tapi rambut perak dan sedikit rambut berwarna ungunya, persis sekali dengan Alas Ramus.

"Ra-Raja Iblis? Si-siapa anak ini?"

"Ma-Maou-sama, gadis ini ternyata memang...."

"Acies...."

"Onee-san.... lama tak bertemu."

Kedua gadis Sephirah itu menghadap satu sama lain, satunya menatap dengan penuh kasih sayang, sementara yang satunya memandang dengan rasa malu.

"Yeah."

"Aku kaget sekali. Aku tidak menyangka Onee-san masih terlihat seperti anak kecil."

"Acies sudah besar."

Melihat Alas Ramus memperlihatkan senyum bagaikan bunga mekar, Acies menunduk dan membalas;

"... Yeah."

"Acies?"

".... Hm.."

Acies, dengan kepala menunduk, kali ini mulai gemetar, ekspresinya juga mulai berubah dan seketika dipenuhi air mata dan ingus, lantas,

"Onee-saaaaaaan! Aku sangat merindukanmuuuuu!!"

Acies yang air matanya tiba-tiba mengalir deras, menangis dan memeluk erat Alas Ramus.

Acies menangis kencang mengabaikan tatapan orang-orang di sekitarnya, dan menggosok-gosokan wajah penuh ingusnya ke perut Alas Ramus yang masih terlihat seperti anak kecil.

"Ew, kotor Acies."

Walaupun menunjukan ekspresi sedikit kurang senang, Alas Ramus tidak mendorong Acies menjauh.

"Onee-saaaan!!! Waaahhh!!"

"Acies, jangan menangis, anak pintar, jangan menangis!"

Dari hal ini, bisa dilihat kalau Alas Ramus memang kakak Acies Ara.

Meskipun dia juga melakukan hal-hal sembrono dan menangis ketika mencari keberadaan Acies, begitu bertemu dengan adiknya, Alas Ramus seketika menunjukan ekspresi seorang kakak, dan mengelus rambut Acies dengan tangan kecilnya.

"Uwaaaahhh!! Aku sangat kesepiaaaaann!! Onee-saaaaaaan... Aahhuaaaaahhh!"

"Erh, um, Raja Iblis?"

"Maou-sama, ini....."

Maou memberikan sebuah senyum kecut saat menjawab pertanyaan Alsiel dan Emilia yang tidak memahami situasi ini.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 Bahasa Indonesia

"Hal ini menunjukan kepada kita kalau ada lebih dari satu pertemuan yang mengharukan."

"O-oh...."

"Me-meskipun aku benar-benar mengerti mengerti...."

Emilia dan Alsiel saling menatap satu sama lain.

Ketegangan dari pertarungan hidup mati yang telah berlangsung selama lebih dari 10 jam kini tak bisa lagi dirasakan dari mereka berdua, di sini, hanya ada sosok asli Ashiya Shirou dan Yusa Emi yang dikumpulkan oleh tindakan aneh Maou seperti saat mereka berada di apartemen 6 tatami di Sasazuka.

"Huft, pokoknya, begitu kita pulang nanti, kita harus mengadakan rapat keluarga besar."

"O-oh..."

"Me-meski aku benar-benar tidak mengerti....."

"Ya ampuuun."

Kali ini, sebuah suara yang tidak sesuai dengan atmosfer saat ini dan tidak tahu sopan santun pun terdengar.

Itu adalah suara elektronik yang terdengar pelan.

Emilia dan Alsiel menoleh ke kanan kiri, sementara Maou mencari sesuatu di dalam saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda.

"Dari ponsel?"

Emilia masih mengenali HP Maou yang telah rusak di sana sini.

Casing HP lipat tua tersebut kini meleleh akibat panas, dan bahkan daerah yang menghubungkan kedua bagiannya pecah, menunjukan kabel-kabel di dalamnya, LCD yang hampir tidak bisa Maou buka juga dipenuhi dengan retakan.

Meski begitu, panggilan masih bisa terhubung. Sudut layar LCD HP itu bersinar dan bagian vibrator yang telah kehilangan tutupnya kini bergetar dan membuat suara.

"Benda ini sudah mengalami banyak hal, seperti petasan, panas yang tinggi, jatuh ke parit, dan bahkan barusan mengalami tabrakan."

Maou menunjukan HPnya kepada Emilia dengan sebuah senyum kecut.

"Tapi luar biasa kan, meski casing dan layarnya menjadi seperti ini, HPku masih bisa digunakan asalkan tidak ada yang rusak. Slimphone tidak mungkin bisa melakukan hal-hal seperti itu. Untungnya aku sudah mengisi ulang baterainya tadi."

Maou menekan tombol panggil dan menjawab telepon tersebut.

Meskipun layarnya pecah, Maou sudah tahu siapa yang meneleponnya.

"Raja Iblis bodoh! Apa yang sudah kau lakukan?"

Begitu dia mengangkat telepon tersebut, Maou seketika mendengar teriakan kesal yang tidak ramah sama sekali, dan bahkan Alas Ramus yang berdiri di samping pun ikut tersentak seolah juga mendengar suara itu.

"Berisik! Karena kalian terlalu lama, Acies jadi tidak sabar!"

"Suara Suzu-nee chan?"

Mata Alas Ramus berbinar.

Tentunya Maou tidak mengangkat panggilan telepon biasa, melainkan Idea Link yang dikirim oleh Suzuno.

"Aku juga berada dalam situasi yang buruk! Lupakan dulu masalah itu! Apa-apaan yang sudah kau lakukan? Kenapa Milita sekarang menjadi seperti domino runtuh di depan Cloud Detached Palace!?"

"Huh? Apa kau berada di tempat di mana kau bisa melihat menara kastil? Tenang. Meskipun kami menabrak banyak tempat, aku pasti akan memperbaiki moped itu nanti..."

"Jawab pertanyaanku dulu!! Apa kekuatanmu sudah kembali!? Dan lagi, kau merusakkan mopedku? Kau....."

"Acies, terima ini."

"Eh? Huh? Eh? Uh, hello, Suzuno?"

"Acies? Apa ini Acies?"

"Yeah, um...."

Acies mengusap mata dan hidungnya, kemudian berbicara dengan lidah terjulur

"Ketika aku merasakan Onee-san ada di dekatku, aku langsung jadi bersemangat!!"

"~~~~~~~~~~~~~~~~"

"Suzuno, aku tidak paham apa yang kau katakan!! Kasih ke Maou? Okay."

".... Yah, seperti itulah."

"Tidak mungkin! Lihat apa yang sudah kau lakukan!"

"Hm? Memangnya ada apa?"

Maou melihat ke bawah, dinding kastil Azure Sky Canopy yang dikenal sebagai pelindung istana, kini penuh dengan genteng yang berjatuhan, dan bentuk awalnya sudah tidak bisa dikenali sama sekali.

"Ayah Emilia dan Unifying Azure Emperor itu ada di sana!!"

"Aku tahu."

"Haaahh??"

Suara terkejut Suzuno yang seolah sedang meludah, terhubung melalui Idea Link.

"Ketika aku membuat Nord membantuku mengambil kembali Acies, sihir iblisku kembali."

"Tu-tunggu? Be-berarti, Emilia sudah bertemu dengan ayahnya? Apa yang terjadi dengan Unifying Azure Emperor?"

"Yeah, tenanglah! Libicocco akan membawa orang itu kepadamu. Ashiya sepertinya sudah memerintahkannya seperti itu sebelumnya. Kudengar kau berhasil menyusup ke tempat ini sekali?"

"Apa? Alsiel? Aku sama sekali tidak paham apa yang kau katakan!!"

Wajar jika Suzuno menanyakan hal tersebut.

Meski rinciannya tidak diketahui karena mereka tidak berbincang lama, Maou kurang kebih sudah tahu penjelasan apa yang diberikan oleh Alsiel kepada Libicocco.

Nampaknya sebagian besar Tentara Hakin sudah dikirim keluar ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy.

Hal ini dilakukan untuk menghindari pertempuran skala besar melawan Milita yang mana mungkin akan melibatkan sang kaisar.

Jika perang sipil terjadi di ibukota, pasti akan terjadi banyak kematian entah itu dari pihak iblis maupun manusia, dan menurut penjelasan Gabriel, tujuan Surga hanyalah membuat Emilia memenangkan pertarungan melawan Alsiel.

Alsiel yang merasa tidak perlu melakukan pengorbanan yang sia-sia dalam situasi ini, berhasil menggerakan tentara besar yang bertarung demi Unifying Azure Emperor sendirian dalam waktu yang singkat.

Tentu saja, alasan kenapa Alsiel bisa melakukan hal seperti itu sebagian adalah berkat 'sutradara' dalam pertunjukan ini, tapi Maou tidak tahu menahu soal itu.

Apa yang Maou ketahui hanyalah alasan kenapa Alsiel melakukan tindakan demikian.

Alasan kenapa Jenderal Iblis Alsiel melakukannya adalah karena dia tidak ingin terjadi banyak kematian menimpa penduduk dan pasukan kesatria Afashan yang dikendalikan oleh Surga, yang mana nantinya akan membuat negara ini jatuh ke dalam kekacauan.

Namun, alasan itu......

"....."

"Eh? Ada apa?"

Tanya Emilia ketika dia menyadari pandangan Maou, tapi Maou hanya diam menggelengkan kepalanya.

..... tidak boleh diketahui oleh manusia.

"Maafkan aku, aku akan menjelaskannya nanti. Aku serahkan dunia manusia kepadamu. Aku sedang sibuk di sini. Aku mengandalkanmu, Dewan Pembenaran Ajaran Gereja. Gunakan pak tua itu dengan baik! Aku serahkan semuanya kepadamu!"

"Ah, Raja Iblis...."

Mengesampingkan masalah itu, Maou menutup teleponnya setelah mengucapkan kata-kata tersebut, dia kemudian mengangkat kepalanya dan mengatakan,

"Ashiya, apa mereka sudah semuanya?"

"Aku takut iya. Meski ini pertama kalinya aku melihat pria berarmor merah itu."

Alsiel yang juga menyadari situasi aneh ini, bangkit berdiri dan mengangguk.

"Aku sudah melewatkan pertunjukan pertamanya. Lalu apa sekarang saatnya pertunjukan kedua?"

"Yeah, karena orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan pertunjukan ini adalah orang yang sangat tidak sabar."

Mengikuti pandangan Alsiel, Emilia, Maou, Alas Ramus, dan Acies Ara menunjukan ekspresi tidak ramah.

Di atas langit Azure Sky Canopy, 3 figur kini terlihat.

Meski Maou dan yang lainnya tidak ingin bertemu dengan mereka, mereka bertiga adalah wajah yang sangat familiar.

"Wajah putih palsu....."

Suara tegang Alas Ramus yang sedang mengelus rambut Acies, menghilang terbawa angin.

---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
2 Komentar
avatar

Makin engga sabar sama kelanjutannya. 😆

Balas