Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 2 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 2 : Pahlawan, Berlari Menuju Medan Pertarungan -2





Chapter 2 : Pahlawan, Berlari Menuju Medan Pertarungan.

"Ini... Apa yang terjadi?"

Ucap salah seorang pejabat Milita dengan gugup.

"Mungkinkah Alsiel menyiapkan beberapa perangkap?"

Tidaklah aneh jika mereka merasa curiga.

Ibukota kerajaan yang dikenal sebagai kota paling indah dan paling agung di Afashan, yaitu Area Pusat dari Azure Sky Canopy, kini benar-benar hening.

Menurut banyak laporan yang diberikan oleh para pengintai hingga kemarin, ada atmosfer tidak menyenangkan yang menyebar di ibukota kerajaan akibat mendekatnya Milita dan kewaspadaan terhadap pertempuran yang akan terjadi melawan Alsiel.

Mungkin saja ketika Alsiel merasakan Milita yang mendekat, dia mengumumkan keadaan perang.

Tapi pemandangan yang terpampang di hadapan Milita sekarang, daripada keadaan perang, ini lebih seperti sebuah reruntuhan kota besar.

Di pusat kota besar di mana tak seorang pun terlihat, lebih tepatnya di jalan utama menuju menara kastil, meskipun ada lampu jalanan yang menyala seperti yang bisa dilihat di kota-kota lain, selain daripada itu, hanya ada cahaya bulan yang bersinar menembus awan serta udara lembab yang bertiup dari awan hitam.

"Bagaimana bisa ini jadi sangat aneh... dan menyesakkan?"

Seorang pejabat yang memimpin jalan kini berkeringat gugup, kebingungan apakah dia harus memberikan perintah untuk melewati jalan utama atau tidak.

"Kalian semua, ikuti aku!"

Setelah melihat sosok yang mengendarai kuda melewatinya dengan begitu enteng, si pejabat itu membuka lebar matanya dengan kaget.

"Em-Emilia-sama?"

"Tapi ini hanya berlaku pada mereka yang percaya diri dengan kemampuan mereka. Tempat ini berbeda dari kota-kota yang kita perangi sejauh ini. Jika kalian tidak bisa mengikutiku dan Olba, kalian pasti akan kehilangan nyawa begitu kalian terkepung."

"....."

Seolah ditarik oleh kalimat tersebut, Olba juga muncul dari belakang dengan kudanya.

Ekspresinya entah kenapa terlihat menakutkan, dan ketenangan yang dia tunjukan sejauh ini, sama sekali tak terlihat.

Emi mengalihkan pandangannya ke arah Olba...

"Tak masalah kan jika aku mengambil pimpinan?"

... dan bertanya dengan nada tajam.

".... Tak ada pilihan lain."

Jawaban Olba sama sekali tak memiliki energi, bahkan seorang pejabat yang tak tahu apa-apa pun, bisa merasa kalau jawaban itu penuh dengan kegetiran akibat tak memiliki solusi lain.

Emi mengangguk puas mendengar jawaban tersebut, dan dengan cepat melompat turun dari kudanya.

"Maafkan aku tidak memperlakukan dengan baik selama ini."

Emi yang meminta maaf sambil mengelus bulu tengkuk kudanya, menarik napas dengan kuat setelah mendarat di tanah dan berteriak,

"Muncullah! Wahai kekuatanku, demi memusnahkan kejahatan!"

Dengan teriakan itu, angin kuat berhembus keluar dengan Emi sebagai pusatnya.

Aliran sihir suci Emi menembakkan sebuah sinar menuju langit malam, dan kini, sihir suci yang mengelilingi tubuhnya, jauh lebih tebal dibanding ketika dia berada di Jepang.

Evolving Holy Sword One Wing, muncul dari ledakan cahaya di tangan Emi, dan menunjukan wujud berupa bilah besar yang benar-benar berbeda.

Sihir suci yang mengelilingi tubuhnya memadat, dan cahaya putih keperakan yang menutupi seluruh tubuhnya, adalah perlengkapan suci yang terbuat dari perak Surga... itu adalah wujud penuh dari Armor Pengusir Kejahatan.

Perisai bundar yang terhubung dengan pelindung tangan kirinya, yang mana tidak terlihat selama pertarungan melawan Pasukan Raja Iblis dulu, adalah materialisasi penuh kekuatan baru Emi setelah bergabung dengan Alas Ramus, yang merupakan sebuah fragmen Yesod.

Rambut gadis itu berubah menjadi putih keperakan seolah dimurnikan oleh sihir sucinya, dan matanya diwarnai oleh warna merah suci yang ditakuti oleh semua iblis.

Perubahan penuh Pahlawan Emilia Justina yang dulu pernah menyelamatkan seluruh Ente Isla, sekali lagi turun di Azure Sky Canopy yang dikendalikan oleh para iblis.

Di mata para pasukan Milita, kemunculan yang mengagumkan dari Emilia setelah dia berubah sudah seperti bulan yang muncul di permukaan tanah, mereka berseru serantak karena merasa tersentuh oleh pemandangan tersebut.

Mereka yakin kalau mereka bisa menang dalam pertarungan ini.

Kali ini, 'Pahlawan dari Pedang Suci' akan memimpin pasukan kami untuk melawan iblis yang jahat, menghancurkan kegelapan yang menyelimuti Ente Isla, dan dengan cantiknya meraih kemenangan... Mereka sama sekali tidak ragu akan hal ini.

Emilia, dengan wajah menghadap mereka yang sedang bersorak, menunjukan senyum palsu dari dalam cahaya yang menyelimutinya.

Dia bukanlah pahlawan.

Meskipun dia mendapatkan kekuatan yang lebih kuat dan lebih sempurna dibandingkan saat memojokkan Raja Iblis dulu, di tempat ini dia hanyalah seorang lakon pembuka.

"Baiklah... aku penasaran panggung macam apa yang Alsiel persiapkan."

Gumaman di dalam aliran sihir suci tersebut bahkan tak bisa didengar Olba yang ada di sampingnya.

Terakhir kali dia menunjukan senyum tak gentar semacam ini kalau diingat itu sudah sangat lama, Emilia pun perlahan terbang ke langit.

Sosok yang setara dengan kesatria Surga ini, membuat pasukan Milita bersorak sekali lagi.

".... Kita berangkat, Olba."

"Aku tahu.... tapi, jika kau berani bertindak melampaui batas...."

"Aku tahu itu, aku akan bertarung melawan Alsiel dengan kekuatan penuhku. Itu saja tak masalah, kan?"

".... Yeah."

Meski Olba merasa frustasi, setelah dia tahu benar bahwa Emilia tidak mengabaikan ladang gandumnya, dia menunjukan sedikit ekspresi lega dan mengikuti di belakang Emilia, melayang ke udara dari pelana kudanya.

"Target kita adalah, Jenderal Iblis Alsiel di Menara Kastil Azure Sky Canopy! Semuanya, ikuti akuu!!"

"Ooooohhhhhh!!!"

Merespon seruan Emilia, teriakan pasukan Milita mengguncang seluruh kota.

"Jangan sampai tertinggal, Olba! Heavenly Light Boots!"

Seolah menembus cahaya bulan, Emilia terbang di jalan utama menuju ibukota kerajaan, Olba juga terbang, mengikutinya dari belakang.

Pasukan Hakin di dalam Fangan Milita yang berjumlah ribuan, mengikuti dengan suara kuda mereka yang menggetarkan bumi.

"Para iblis muncul dari sayap kanan! Mereka datang!"

Emilia yang sama sekali tidak melambat ketika menggunakan mantra terbangnya, berteriak pada Olba dengan suara tajam.

"Ugh!"

Sebelum memastikan situasinya, Olba menembakan pedang angin ke arah tersebut.

Seolah mengejar Emilia dan Olba yang kini sedang terbang, Malebranche yang tak terhitung jumlahnya muncul satu demi satu.

Meski para Malebranche ini jatuh ke atap rumah-rumah setelah terkena pedang angin Olba, bagaimanapun mereka tetaplah tentara iblis, mereka tidak sebegitu lemahnya hingga akan mati hanya karena hal itu.

Namun....

"Terus maju! Target kita hanya Alsiel! Abaikan keroco-keroco itu!"

Milita yang berlari dari perbatasan ibukota menuju Area Pusat, meningkatkan kecepatannya di bawah perintah Emilia.

Entah itu Olba ataupun para pasukan Milita, mereka tidak punya waktu untuk melancarkan serangan pada para Malebranche yang terluka.

Pasukan kecil Malebranche yang muncul secara sporadis ini seperti sekumpulan serangga terbang, jumlah mereka tidak akan cukup untuk mempertahankan ibukota kerajaan, dan susunan ini terlihat seolah mereka dikirim menuju kematian mereka.

Para Malebranche sepertinya juga menyadari hal ini, mereka hanya menyerang menggunakan serangan sihir iblis dari jarak jauh, atau menyerang beberapa kali dengan cakar tajam dan pedang mereka lantas segera mundur, mengulangi hal ini tentu akan membuat musuh kesulitan membaca pergerakan mereka.

Selain itu, apa yang terjadi dengan para pasukan Hakin yang tetap berada di Area Pusat ibukota kerajaan?

Jika Alsiel benar-benar ingin menghadapi Emilia dan Milita secara langsung, mustahil tidak ada jebakan di jalan utama guna menghalangi pergerakan mereka.

Untuk mempertahankan ibukota kerajaan, tidaklah aneh jika para Malebranche menggunakan Kesatria Hakin yang berada di ibukota kerajaan untuk bertarung, tapi sejak tadi, Milita hanya melihat sosok para Malebranche yang menggunakan kegagahan penampilan mereka untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka hanya berjumlah sedikit.

Tapi termasuk Olba, Emilia sama sekali tidak memberikan waktu kepada para Kesatria Hakin yang ada di Milita untuk merasa bingung dengan situasi aneh ini.

Dari pengalamannya, Emilia tahu, asalkan dia menunjukan kekuatan yang begitu mutlak, dia bisa dengan mudah menciptakan ilusi untuk orang-orang yang mengikutinya bahwa dia bisa menyelesaikan masalah apapun, tak peduli apa yang terjadi.

Dan karena dia adalah manusia yang berada di tingkatan rekan sang Pahlawan, Olba yang hanya dianggap sebagai tambahan untuk Emilia, dia sama sekali tidak bisa mencegah kekuatan mutlak tersebut.

Selama Emilia bertindak sesuai rencananya, Olba tidak akan menghentikannya.

Milita, dengan dipimpin oleh Emilia, berlari lurus di jalanan utama tanpa halangan satupun, dan mereka akhirnya sampai di parit yang ada di depan menara kastil.

Bahkan jika pasukan di belakang mereka terpecah dan bertarung melawan para Malebranche, sama sekali tak ada perubahan signifikan dalam situasi pertarungan ini.

"Kalau begitu....."

"......"

Emilia dan Olba mendongak menatap menara kastil, sambil tak membiarkan kewaspadaan mereka menurun.

"Aku adalah Pahlawan Emilia! Fangan Milita dan aku datang ke sini untuk membebaskan ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy! Jenderal Iblis Alsiel! Cepat tunjukan dirimu!"

"Uhm...?"

Suara Emilia dipenuhi dengan semangat yang bahkan membuat Olba merasa gelisah.

Emilia sebelumnya jelas-jelas menentang rencana pertarungan ini.

Namun, semangat yang Emilia tunjukan untuk menghadapi pertarungan ini, bahkan lebih kuat dibanding saat pertarungan melawan Pasukan Raja Iblis dulu.

".... tahu dingin... acar jahe.... Apa sebenarnya mereka itu?"

Setelah membaca surat dari Alsiel, sikap Emilia langsung berubah.

Tapi Olba saat ini tidak bisa menduga-duga istilah apa yang Emilia sebutkan tersebut, jadi dia merasa sangat gelisah.

"Oooh, itu...."

Kali ini, teriakan ketakutan dari para tentara yang telah memperoleh kembali keberanian mereka karena kekuatan Emilia, terdengar.

"I-itu...."

"Di-dia datang....."

"Ugh!"

Dengan diarahkan oleh suara-suara tersebut, Emilia menatap sosok orang berdiri di atas balkon menara kastil Azure Sky Canopy yang berada jauh di atas.

"Aku terkejut kau berani datang ke sini! Emilia, dan para pemberontak rendahan!"

Mendengar suara yang lantang dan jelas itu saja, sudah bisa membuat para tentara Milita ketakutan.

Itu adalah suara yang dipenuhi dengan sihir iblis.

Orang yang memiliki kekuatan mental dan tubuh yang lemah, begitu mendengar suara para iblis, mereka pasti akan kehilangan tekad bertarung, atau bahkan pingsan.

Orang yang menguasai langit Azure Sky Canopy bukanlah Ashiya Shirou yang ada di Sasazuka, bukan orang yang memakai kaos dengan kerah longgar serta celana lusuh, juga bukan orang yang akan merasa senang ataupun khawatir terhadap keseimbangan keuangan.

Dia adalah Jenderal Iblis Alsiel yang memimpin banyak iblis, dan menguasai Benua Timur sebagai salah satu Empat Raja dari Pasukan Raja Iblis.

Armor yang melindungi bagian atas tubuhnya dan mantel yang melambai tertiup angin itu pasti memiliki kualitas tinggi. Baik pakaiannya maupun aura mengerikan yang dia pancarkan, keduanya sangat cocok dengan gelarnya sebagai Jenderal Iblis.

Aura yang dihasilkan oleh Emilia dan Alsiel bertabrakan satu sama lain, hingga rasanya seolah distorsi akan muncul di titik di mana pandangan mereka bertemu.

"Tapi melakukan hal itu benar-benar bodoh, Emilia! Meskipun kau tahu bahwa aku memiliki kekuatan tahu dingin dan acar jahe, kau masih berani menentangku!?"

"A-apa kata-kata itu benar? Apa sebenarnya tahu dingin dan acar jahe itu?"

Kata-kata Alsiel yang penuh dengan kekuatan dan sihir iblis, membuat Olba benar-benar terkejut.

Emilia yang menyaksikan adegan itu dengan sebuah lirikan, menjawab dengan tegas sambil berusaha menahan tawanya.

Dan itu adalah kode rahasia.

"Kaulah yang bodoh, Alsiel! Tahu dingin milik pedang suciku tak membutuhkan acar jahe! Tak peduli berapa lama waktu berlalu, hal ini tidak akan berubah!"

Ini adalah kode rahasia untuk menunjukan bahwa Emi telah menerima pesan Alsiel.

"..... Baiklah."

Emilia bisa melihat bahwa Alsiel yang menatapnya dari ketinggian sana, sedang menunjukan sebuah senyum di sudut bibirnya.

"Karena kau sudah bicara sejauh itu, maka aku hanya bisa menunjukan kekuatanku untuk membuatmu mengerti kenyataannya! Pahlawan Emilia! Dulu kita belum bisa menentukan siapa pemenangnya, jadi ayo kita akhiri ini dengan satu lawan satu!"

"Seperti yang kuinginkan!"

"Tu-tunggu Emilia... kalau seperti itu... Ugh!"

Dari sudut pandang orang luar, Emilia jelas-jelas telah jatuh ke dalam provokasi Alsiel, jadi Olba dengan panik mencoba menghentikannya.

Namun, dua sosok muncul di hadapan Olba yang berusaha menghentikan Emilia, yang mana sudah siap untuk terbang ke atas.

"Jangan katakan.... kau ingin menghalangi kemenangan dari sebuah pertarungan satu lawan satu, Olba Meyers?"

Itu adalah kepala suku Malebranche muda, Farfarello...

"Secara pribadi aku ingin sekali menanyakan banyak hal, tapi jika kau memang ingin jadi pengganggu, maka kami berdualah lawanmu."

Dan kepala suku tertinggi saat ini yang memimpin Pasukan Raja Iblis baru, Barbariccia.

"Aku tidak tahu rencana licik apa yang kau dan para malaikat itu rencanakan... tapi Alsiel-sama berbeda dari kami para iblis bodoh."

Suara Barbariccia membawa penderitaan dan penyesalan yang begitu mendalam.

Dia dulu yang bisa dihasut oleh manusia di depannya ini, kini benar-benar menyesal.

"Setelah permainan ini berakhir, aku akan dengan senang hati menerima hukuman apapun. Tapi, pada saat itu, aku pasti juga akan menyeretmu."

"Ugh..."

Olba begitu marah, tapi menghadapi musuh di tingkat kepala suku seperti mereka, bahkan orang seperti dia pun tak akan bisa menang dengan mudah, dan meski dia berhasil menyingkirkan kedua penjaga ini, dia tidak akan bisa lagi ikut campur dengan pertarungan Alsiel dan Emilia.

Olba mulai merasa ada sesuatu yang aneh.

Dengan kekuatan Emilia sekarang, tidaklah sulit baginya untuk mengalahkan Alsiel dan kedua orang ini sekaligus.

Dan kejadian ini seharusnya adalah panggung terakhir dalam rencana yang diatur oleh Olba dan 'mereka'.

Tidakkah 'mereka' merasa kalau situasi ini sangat mencurigakan?

Mengabaikan kebingungan Olba, Emilia dan Alsiel kini saling berhadapan satu sama lain di ketinggian yang jauh lebih tinggi dibanding menara kastil Azure Sky Canopy.

Berbanding terbalik dengan keberadaan cahaya perak suci dan cahaya hitam yang mencekam, langit di mana mereka berdua berada kini begitu hening sampai-sampai terasa mengerikan.

“.... Nostalgia sekali.”

Orang yang pertama kali bicara adalah Alsiel.

“.... Benar sekali.”

“Kala itu, kau juga datang ke kastil ini dengan banyak Kesatria Hakin.”

“Kau juga memimpin banyak sekali iblis.”

“Aku tak berpikir kalau aku akan kalah darimu.”

“Kemunduranmu itu hanya strategi, kan?”

Emilia tiba-tiba mendongak ke tempat yang jauh lebih tinggi, menatap langit yang diselimuti lapisan awan yang begitu tebal.

“Hari itu.... Raja Iblis muncul dari langit.”

Kedua orang yang saling berhadapan satu sama lain ini, mulai mengenang kenangan mereka dua tahun yang lalu.

Pahlawan Emilia dulu berencana membebaskan seluruh area ibukota kerajaan Azure Sky Canopy dan memusnahkan iblis-iblis yang mengendalikan seluruh Benua Timur, dan orang yang menghalanginya pada waktu itu adalah Alsiel.

Pertarungan itu berlangsung selama beberapa jam, dan menghadapi kekuatan Emilia yang begitu dahsyat, Alsiel terlihat seolah akan kalah.

Pada waktu itu,

Di belakang Alsiel yang hendak mati bersama Emilia, sebuah suara terdengar.

Emilia ingin mendengar suara itu lebih dari siapapun.

Dia ingin melihat sosok itu lebih dari siapapun, dan memutuskan untuk membunuh pemilik suara itu.

Itu adalah suara Raja Iblis Satan.

Walau dia bisa mengalahkan semua Jenderal Iblis termasuk Alsiel, bisa membantu membebaskan sebagian besar dunia, suara itu, sosok itu, sihir iblis itu, selain merasakan kebencian, Emilia juga merasa ketakutan.

Ketika dia melihat penjahat yang telah menghancurkan semua miliknya dengan mata kepalanya sendiri, dan ketika pertama kali dia merasakan kekuatan itu, sebuah kebencian yang lebih kuat terlahir di hati Emilia, mengalahkan rasa takut tersebut.

Jika dia kalah dari makhluk itu, entah seluruh dunia, jiwa ayahnya, ataupun kampung halamannya, semuanya akan berakhir tanpa penyelamatan apapun.

Sampai sekarang, dia tidak bisa melupakan perasaan suram, berat, dan menyakitkan tersebut.

Kala itu, Raja Iblis Satan datang untuk menegur Alsiel yang hendak menggunakan nyawanya untuk membalik situasi tidak menguntungkan ini, dan untuk memerintahkannya mundur.

Itu adalah pertama kalinya Emilia berbicara dengannya.

Berbicara dengan musuh dunia.

“.......”

“.......”

Emilia yang kembali ke masa sekarang, entah kenapa tidak bisa mengingat percakapan pada waktu itu.

Tapi insiden itu hanyalah ingatan yang sederhana, dan bukan ingatan yang dibutuhkan sekarang.

Emilia menggelengkan kepalanya pelan dan menatap ke arah Alsiel.

“Apakah dia benar-benar akan datang?”

“Dia pasti akan datang. Tapi.... aku tidak tahu kapan itu akan terjadi, dan apa yang akan terjadi pada waktu itu.”

Alsiel sendiri juga tidak bisa memprediksi pengaruh macam apa yang akan diberikan oleh kedatangan Maou pada situasi ini.

Namun, meski mereka tidak membicarakannya secara detail, pandangan Emilia dan Alsiel pada masalah ini adalah sama.

Maou tidak akan melakukan sesuatu yang bisa menghancurkan waktu yang telah mereka lewati di Jepang.

“Kau mengetahuinya, jadi sekarang....”

“Kita yang tidak bisa melakukan apa-apa, setidaknya saat kita masih memiliki tenaga, kita harus terus memainkan peran kita, benar?”

“Benar sekali.”

Alsiel mengepalkan tangannya, berputar ke samping, dan memasang kuda-kuda bertarung. Emilia, menyesuaikan diri dengan Alsiel, juga mengayunkan pedang sucinya, memasuki mode siap bertarung.

“Sebelum kita mulai, aku ingin meminta maaf padamu..... karena aku terlalu lemah, aku menyebabkan.... banyak penduduk Dunia Iblis, terbunuh... maafkan aku.”

“Ini artinya... kau dan aku tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menyelesaikan semua masalah. Apapun yang akan kita lakukan setelah perang ini, kita bisa memikirkannya setelah perang berakhir. Daripada itu....”

Alsiel menatap wujud terkuat pedang suci yang Emilia sebut dengan 'perubahan terakhir', dan bertanya dengan pelan,

“Alas Ramus tidak terserang flu, kan?”

“Dia sangat sehat. Anak ini, secara mental jauh lebih kuat dibandingkan itu.”

“Baguslah kalau begitu!”

Tinju kuat Alsiel, diikuti dengan suara pelannya, berayun ke arah Emilia.

Dengan tenang, Emi menggunakan perisai di tangan kirinya untuk menahan serangan dari depan yang melebihi kecepatan suara tersebut.

Angin kuat, suara, dan dampak benturan tersebut bahkan menyebar hingga mencapai daratan jauh di bawah.

“Kupikir aku sudah menggunakan kekuatan penuhku.”

“Sudah kubilang kan, Alas Ramus itu sangat kuat! Haaaah!”

Emilia membelokkan tinju yang barusan dia terima, dan hendak menggunakan ujung kakinya yang menjadi senjata setelah diselimuti oleh Armor Pengusir Kejahatan untuk menendang tubuh Alsiel yang memperlihatkan celah. Namun, begitu kakinya menghantam dada Alsiel yang tak terlindung, hal itu malah menghasilkan suara tajam dan terpantul.

“.... Sakit!”

Emi pun berkaca-kaca akibat dampak yang diterima ujung kakinya, mereka berdua sementara mundur, seolah konfrontasi tadi hanyalah latihan yang telah mereka setujui.

“Sepertinya bukan hanya kepalamu yang keras.”

“Tubuhku ini bahkan bisa membelokkan pedang Durandal. Jika kau tidak melawanku dengan serius, kau takkan bisa melukaiku.”

“.... Nampaknya ini akan jadi pertarungan panjang yang lebih berat dari yang kubayangkan!”

“Jika seseorang tidak sesekali menggunakan kekuatan penuhnya, kekuatan mereka pasti akan jadi tumpul.”

“Aku tak percaya kau akan berbicara seperti itu, kalau begitu, sebaiknya kau jangan mengeluh ketika semua ini berakhir!”

Bilah pedang suci memancarkan cahaya putih, Emilia yang menunjukan senyum tanpa gentar di wajahnya, mengayunkan pedang sucinya...

“Heavenly Mist Fang!”

“Ugooohhhh!”

Badai cahaya yang menyerbu ke arah Alsiel benar-benar berbeda dibandingkan saat Emi menyerang Maou di Shinjuku dulu.

Alsiel mengeraskan tubuhnya untuk menahan badai cahaya tersebut, tapi karena hal itu, dia tidak bisa bereaksi terhadap Emilia yang terbang menembus angin dan menuju ke arahnya.

“Air Piercing Flash!”

“Gwaarghhhh!!”

Emilia menggunakan pukulan yang diajarkan langsung oleh Alberto, dan menghantam pertahanan terkuat Alsiel dengan kekuatan dan kecepatan tertingginya, membuat Alsiel terhempas ke belakang.

Tekanan udara yang disebabkan oleh satu serangan itu saja, sudah cukup untuk meretakkan dan menjatuhkan genteng di atap menara kastil yang seharusnya dilindungi dengan sihir pertahanan.

Alsiel menggunakan sihir iblis untuk menetralkan gejala inertia-nya, sementara itu, Emilia langsung menyusul dan melayang di depan Alsiel yang terlempar.

“Heavenly Light, Fire Slash!”

“Percuma!”

Serangan api ini dulu pernah melukai Jenderal Iblis Lucifer saat pertarungan di Sasazuka, tapi Alsiel berhasil menangkis serangan itu hanya dengan auranya.

Memanfaatkan Emilia yang belum kembali ke posisinya ketika melepaskan api suci tersebut, Alsiel memutar tubuhnya di udara dan menendang pundak Emilia.

“Ow....!”

Meski dia memiliki perlindungan dari Armor Pengusir Kejahatan, Emilia tetap mengernyit karena rasa sakit akibat pundaknya ditendang oleh seorang Jenderal Iblis dengan sekuat tenaga.

Itu adalah sebuah celah yang begitu lebar.

“Ugh, i-ini....!”

Ketika ia menyadarinya, Emilia sudah tidak bisa menggerakan tubuhnya sama sekali.

Alsiel menembakkan cahaya dari tangannya yang bisa mentransmisikan kekuatan psikis dan menahan gerakan Emilia, kemudian....

“Ooooohhhhhhhhhh!!”

“Ugh, wahhh, tu-tunggu dulu!!”

Alsiel membiarkan Emilia tertahan oleh benang kekuatan psikisnya dan mulai memutar Emilia dengan dia sebagai pusatnya seperti komedi putar.

“Putar, putar, putaaar.... putar!"

“Alas Ramus, kenapa kau masih bisa santai!?”

Emilia berusaha bertahan dengan segenap kekuatannya, tapi sepertinya Alsiel serius kali ini.

Dikendalikan oleh kekuatan seperti itu, Emilia tidak bisa bertahan dengan baik.

“Ugooohhhh!”

“Dasar bodoooooooh!!!!”

Di saat gaya sentrifugal dari putaran tersebut berada di titik terkuatnya, Alsiel melempar Emilia menuju atap menara kastil Azure Sky Canopy.

Diikuti benturan yang bisa membuat tulang orang normal hancur tanpa sisa, wajah Emilia menabrak atap Azure Sky Canopy. Hanya dengan dampak kekuatan ini saja, sudah cukup untuk membuat atap kastil meledak seolah ditanami oleh bom.

Berkat hal itu, kastil Azure Sky Canopy yang dipuja sebagai bangunan termegah di Benua Timur, kini menunjukan kepala gundulnya layaknya aktor komedi yang tiba-tiba kehilangan wig.

“..... Berdirilah, Emilia! Kau seharusnya tidak selemah ini kan?”

“..... Ya, kau benar, aku tahu aku harus serius, tapi meski aku tahu itu.....”

Emilia yang mendarat di atas kastil seperti sebuah meteor, sambil menjawab teriakan Alsiel, dia langsung menyingkirkan puing-puing bangunan yang menghalanginya dan bangkit.

“Hidungku menabrak mereka! Sakit sekalii..!”

Emilia menggenggam pedang suci dengan kedua tangannya dan melewati lintasan yang dibentuk oleh puing-puing bangunan, terbang menuju ke arah Alsiel dengan kecepatan sebuah roket.

“Haaaahhhhhh!”

“Oooohhhhh!”

Emilia menebaskan pedangnya ke arah Alsiel berkali-kali, cahaya yang bersinar dari Evolving Holy Sword, One Wing pun meninggalkan jejak sinar putih keperakan seperti bintang jatuh.

Karena jalur lintasan pedang itu bergerak dari segala arah dan sangat cepat, dari mata orang-orang yang ada di bawah, Emilia nampak seperti bola berwarna perak.

Namun, sebuah suara tajam terdengar setiap kali Emilia mengayunkan pedangnya, siapa sangka kalau itu adalah suara Alsiel yang menahan seluruh serangan itu seolah bisa melihat semuanya?

Bagi Alsiel yang bisa memerintah berbagai klan kuat di Dunia Iblis, dan bisa menaklukan dunia manusia sebagai jenderal Pasukan Raja Iblis, salah satu alasannya adalah karena tubuhnya yang sangat keras.

Tubuh Alsiel bahkan bisa menahan serangan Evolving Holy Sword, One Wing yang telah berevolusi ke perubahan terakhirnya setelah bergabung dengan Alas Ramus, kalau seperti ini, apa yang harus dilakukan manusia biasa agar bisa melukainya?

Hanya menunjukan kekerasan tubuhnya saja, sudah bisa membuat para elit Kesatria Hakin di Benua Timur untuk tunduk pada sang Jenderal.

Tebasan Emilia dan pertahanan Alsiel sepenuhnya memasuki kebuntuan, dan saat semua orang berpikir kalau mereka akan terus bertarung seperti ini...

"Light Explosion Burst!"

"Ugh!"

Begitu Emilia selesai meneriakkan rapalan tersebut, gelombang cahaya yang bukan berasal dari pedangnya, menyebar keluar dengan tubuhnya sebagai pusatnya.

Alsiel yang fokus menahan tebasan Emilia, bereaksi terlalu lambat, dan ketika ujung jarinya merasakan sebuah sensasi panas, seluruh pandangannya pun diselimuti cahaya.

Bahkan cahaya yang bisa menghempaskan para Malebranche di Choshi pun tidak bisa memberikan dampak serius pada tubuh Alsiel.

Namun, cahaya itu cukup untuk merampas pandangannya sementara.

Emilia dengan akurat menyambar kelemahan Alsiel yang terlihat hanya kurang dari satu detik, melewati tangan yang digunakan untuk menangkis tebasan tadi dan.....

"Haaaah!!" 

"Ugh!"

Setelah itu, tumitnya menghentak bagian tengah dada Alsiel.

Tak ada luka di permukaan tubuh Alsiel.

Namun, dampak yang dihasilkan oleh kekuatan tendangan penuh sang Pahlawan pun menjadi liar di tubuh Alsiel, membuat tubuh kerasnya menjadi meteor terkeras dan menghantam kastil, menyebabkan lubang di atas lapisan atapnya.

Semakin lama pertarungan Alsiel dan Emilia berlangsung, pemandangan cantik yang bahkan diakui oleh Olba yaitu, menara kastil Azure Sky Canopy pun menjadi semakin rusak, setelah atapnya terkoyak, dindingnya pun kini tergores dan balkonnya hancur, bentuk aslinya sudah tidak bisa lagi terlihat.

"Itu balasannya, Alsiel! Berdirilah! Ini takkan berakhir begitu saja, kan?"

".... Hmmph, jika kau terus menggunakan kekuatan penuhmu, aku takkan peduli jika kekuatanmu habis nanti."

Posisi mereka berdua kini dibalik, kali ini giliran Alsiel yang berada di atap dan mendongak ke arah Emilia.

"Kukembalikan kalimat itu padamu."

"Keras kepala sekali..."

Alsiel pun menyentak atap kastil dan sekali lagi perlahan terbang ke langit.

"Tapi biar kuperingatkan kau, jangan terlalu merusak kastil. Jika apa yang ada di bawah sana terkena pengaruh, kau pasti akan menyesalinya."

"Huh?"

Meski dengan wajah seorang iblis, Alsiel kini menunjukan senyum tenang seperti orang tua yang hendak membongkar sebuah rahasia besar pada anaknya, dan mengatakan,

"Nord Justina sekarang ditahan di Cloud Detached Palace. Meski ada penjaga di sampingnya, jika kastil ini rusak terlalu parah dan mempengaruhi Cloud Detached Palace, sesuatu yang buruk bisa saja terjadi. Kau mungkin tidak ingin kehilangan ayahmu yang berhasil bertahan hidup hanya karena sandiwara semacam ini kan?"

Perasaan Emilia saat ini benar-benar sulit digambarkan.

Rasanya seolah semuanya membeku yang mana bahkan napasnya juga terasa berhenti, ada pula rasa keterkejutan di sana.

Dan kemudian ada pipi yang sedikit memerah dan mata yang meneteskan air mata.

Menurut apa yang Alsiel katakan, sebagian mimpi Emilia yang dia kejar dari dulu, sekarang berada dalam jangkauannya.

".... Benarkah?"

"Jika pria itu benar ayahmu, dia diculik dari Jepang bersama denganku."

Emilia menarik napas.

Meski Emilia tidak tahu bagaimana Alsiel datang ke Ente Isla, dia tidak pernah menyangka kalau akan mengetahui bahwa apa yang Gabriel katakan tentang ayahya yang masih hidup dan tinggal di Jepang, adalah benar adanya di skenario semacam ini.

"Ayah.... benar-benar berada di Jepang... selalu berada di dekatku?"

"Aku tidak tahu seberapa dekat, orang yang pertama kali menemukannya adalah Maou-sama."

".... Be-begitukah."

Orang yang menemukan ayahnya di Jepang adalah Maou.

Emi menyimpan baik-baik fakta yang diberitahukan Alsiel ke dalam hatinya.

"Tapi, jika kita terus berada di situasi sekarang ini, Nord tidak akan pernah bisa kembali ke sampingmu. Orang di balik bayangan yang mengendalikan panggung kita sekarang sedang menyaksikan pertarungan ini. Kalau kita bertindak ceroboh, Nord pasti akan langsung dikirim ke tempat yang tidak bisa kau jangkau."

"..... Begitu ya."

"Ada apa, apa kau kehilangan motivasimu?"

Emilia menjawab dengan tenang, dan meski Alsiel menanyakan hal tersebut, dia tahu kalau pertanyaan itu tak ada gunanya.

Itu karena mata merah Emilia kini memancarkan semangat bertarung yang mirip seperti iblis.

"Terima kasih, aku mendapatkan kembali semangatku."

"Mellihat ekspresimu, rasanya seolah kau ingin meratakan seluruh dunia."

"Mengatakan sesuatu yang sangat kasar kepada seorang gadis. Setelah mendengar kata-kata barusan, aku sudah membulatkan tekadku untuk terus bersandiwara. Dan juga untuk membuat keributan besar setelah sandiwara ini berakhir."

".... Bagus sekali!"

Alsiel yang mengangkat mantelnya, memancarkan sinar mengerikan dari seluruh tubuhnya, dia melancarkan sebuah serangan mendadak ke arah Emilia yang baru saja memperbaharui semangatnya.

Emilia juga membuat sihir suci menyelimuti seluruh tubuhnya, dia mengangkat pedang sucinya bersiap menahan serangan Alsiel dan mengayunkannya ke bawah sebelum terbang sekali lagi.


XxxxX


Di samping lampu lilin yang tak bisa diandalkan, Maou Sadao memegang lampu LED sambil menggumam pada dirinya sendiri.

"Fwaahhhh..... ah, gelap sekali."

"Sekarang bukan saatnya bilang begitu. Hey, bagaimana tubuhmu?"

Maou meletakkan lampunya, dan menatap wajah Acies yang menyandarkan tubuh bagian atasnya di ranjang.

"Hm.... kepalaku sedikit sakit.... leherku juga."

"Kau terbang dengan cara begitu sih."

Dari sudut pandang fisika, menggunakan energi yang keluar dari dahi untuk terbang ke langit itu terlalu tidak masuk akal. Hanya memikirkannya saja sudah membuat Maou merasa bahu dan lehernya seolah terasa sakit.

"Meskipun aku kurang lebih tahu apa yang terjadi.... tapi apa yang terjadi setelah itu?"

Pertanyaan Acies membuat Maou memasang ekspresi kesal.

"Apa lagi yang bisa terjadi?"

Maou yang jatuh ke parit dan basah kuyup, menggendong Acies yang pingsan di punggungnya dan kembali ke penginapan, tapi seperti yang diperkirakan, para Kesatria Joseikin datang mencari mereka dan melakukan interogasi setelah si pemilik restoran melaporkan mereka.

"Jadi.... apa yang terjadi setelahnya?"

"Aku menggunakan nama Suzuno dan Gereja, dan untuk menghindari menyebarnya insiden ini, aku menyuap para Kesatria Joseikin yang datang dan meminta mereka untuk tetap diam."

"Uwah."

Bisa dikatakan kalau Maou menggunakan cara paling licik yang bisa dipikirkan oleh seseorang untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Meski tak ada yang terluka, kelakuan aneh mereka telah menyebabkan keributan besar dan menciptakan lubang besar di jalanan.

Normalnya, tidaklah aneh jika mereka langsung ditahan karena situasi ini.

Untungnya Suzuno menulis statusnya sebagai pendeta Gereja di daftar pengunjung ketika ia menginap di penginapan ini, hal itu menjadikan masalah ini masalah internasional yang tidak akan bisa dihakimi oleh Kesatria Joseikin, tapi jika Kesatria Hakin yang berpangkat lebih tinggi datang untuk menahan mereka dua sampai tiga hari kemudian, hal itu tak mengejutkan sama sekali.

"Itulah situasinya sekarang, kita harus meninggalkan penginapan ini secepat mungkin. Jika tubuhmu sudah baikan, ayo berangkat."

"Yeah..."

Acies menunjukan ekspresi patuh, dan melihat Maou kembali ke tempatnya di bawah lampu.

"Maou? Apa yang kau lakukan sejak tadi? Kau terus membuat suara aneh."

Di ruangan yang redup, Acies menatap area di sebelah tangan Maou, Maou terlihat meletakkan lampu dengan posisi horizintal dan sedang memutar sesuatu.

"Suzuno dan Alberto belum menghubungiku sama sekali. Meskipun sudah delapan jam semenjak mereka pergi."

"Delapan jam? Ahh, itu sudah sangat ...... Maou!"

"Jangan tanya kenapa aku tidak membangunkanmu, okay? Kau sama sekali tidak berada dalam kondisi bagus. Sebelum memastikan kondisi tubuhmu, kita tidak bisa bertindak gegabah. Ini bukan hanya untuk kebaikanku, tapi juga kebaikanmu."

Usai mengatakan hal tersebut, Maou menunjuk dahi Acies, Acies pun dengan panik menutupi dahinya.

Dahi gadis itu masih bersinar redup, dan bahkan Maou harus berusaha keras agar para Kesatria Joseikin tidak menyadari hal ini, namun membicarakan masalah itu sekarang tidak akan membantu apa-apa.

Setelah mencerna kata-kata tersebut, Acies menatap area di sebelah tangan Maou.

".... Memangnya ada hubungannya antara tidak ada kontak dari mereka dengan benda itu?"

"Barusan aku mengisi ulang HPku. Dan karena aku tidak bisa menggunakan kekuatan apapun, melalukan hal demikian akan sedikit membantu menerima Idea Link. Serius, tidak rusak bahkan setelah jatuh ke air itu sudah seperti keajaiban."

Apa yang Maou putar adalah lampu LED yang menurut buku panduan selain bisa menyala, juga bisa digunakan untuk mendengarkan radio dan mengisi ulang baterai HP, sebuah peralatan luar ruangan yang benar-benar hebat.

Semenjak datang ke Ente Isla, Maou hanya mengisi ulang HPnya sekali saat bertukar nomor dengan Alberto, meski itu adalah HP model lama yang memiliki sedikit fungsi, sudah saatnya baterai HP itu habis.

Meskipun Maou sudah memutar handel-nya sekuat tenaga, entah karena masalah mekanik atau kesalahan penggunaannya, kecepatan pengisian baterainya tidaklah secepat apa yang ditunjukan di buku manual, dan Maou sudah memutarnya selama tiga jam.

Mungkin efek setelah jatuh ke air lebih serius dari yang dia duga.

“Aku terus memutarnya sampai rasanya seolah aku akan terkena tenosynovitis. Hal ini sekali lagi membuatku paham kalau tubuh manusia itu benar-benar rapuh.”

(T/N : Tenosynovitis, semacam peradangan pada tangan)

Setelah mengatakan hal tersebut, Maou tersenyum kecut dan memandang ke arah dahi Acies.

“Jadi, Acies, bagaimana? Apa Alas Ramus sedang bertarung?”

Acies nampaknya sedikit ingat di momen ketika dahinya menjadi roket.

Dia menggelengkan kepalanya perlahan...

“... Aku juga tidak yakin.”

Dan berbicara dengan suara pelan.

“Tapi barusan, sebuah sensasi hangat yang melebihi batas terasa seperti memenuhi dadaku.”

“Meskipun ekspresi seriusmu yang jarang terlihat itu terasa agak meyakinkan, apa kau lupa hal lain apa yang membuatmu kelebihan batas?”

Apa yang Maou maksud adalah tumpukan makanan hangat yang Acies paksa masuk ke dalam perutnya, tapi Acies bertingkah seolah tidak mendengarnya.

“Tapi saat ini....”

Gadis itu lantas mempertahankan nada tegangnya, dan memandang lurus ke satu arah.

“.... saat ini, aku tahu kalau Yesod sedang menggunakan kekuatan yang cukup mengejutkan untuk melawan keluatan kegelapan.”

“Arah tenggara dari sini.... itu adalah arah pusat ibukota kerajaan.”

Maou memfokuskan perhatiannya ke arah yang Acies tunjuk.

Namun, dari pancaran kekuatan Yesod, pada dasarnya memang tak ada sihir suci ataupun sihir iblis yang bisa dirasakan.

Karena Acies menggunakan kata 'kekuatan yang cukup mengejutkan' untuk menjelaskannya, Emi mungkin sedang mengaktifkan sihir suci yang setara dengan apa yang dia gunakan saat bertarung melawan Gabriel.

Namun, walau tempat ini hanya berada di perbatasan bagian terluar dari ibukota kerajaan, Maou sudah tidak bisa merasakannya.

“Sialan, mungkinkah memang ada sesuatu yang salah denganku?”

Tak peduli berapa kalipun Maou mengepalkan tangan dan memikirkannya, dia tak bisa memikirkan satupun solusi.

Dan saat ini, ada masalah yang lebih serius.

Apa yang terjadi dengan Suzuno dan Alberto yang menyusup ke Area Pusat Azure Sky Canopy?

Jika Emi melepaskan kekuatan Alas Ramus dan sedang bertarung dengan seseorang, maka musuhnya mungkin Ashiya atau seorang malaikat.

Meski dia tidak yakin bagaimana pertarungan itu dimulai, entah rencananya berhasil atau gagal, mereka seharusnya sudah membuat kontak sebelum pertarungan itu dimulai.

“Kita yang tidak bisa melakukan kontak, memang sangat merugikan.”

Maou yang tidak bisa mengumpulkan sihir iblis, juga tidak bisa mengirim Idea Link kepada HP Suzuno ataupun Alberto.

“Hey, Maou.”

Acies berbicara kepada Maou yang sedang mengenyit dengan ekspresi tegang di wajahnya.

“Aku tahu saat ini keadaan Maou sangat sulit, tapi kumohon... pergilah denganku! Onee-san ada di dekat sini! Aku tidak bisa mengabaikannya!”

“.....”

Maou balik menatap Acies dengan ekspresi tegang yang sama.

Ketika Acies menjadi roket tadi, Maou tidak menunjukan satupun tanda ketidaknyamanan seperti saat ia menggunakan kekuatan Acies beberapa hari yang lalu.

Kalau seperti ini, meski Maou tidak bisa menggunakan pedang suci, Acies mungkin masih bisa menggunakan kekuatannya.

Ketika bertarung dengan Kamael di Jepang, kemampuan Acies bahkan melebihi malaikat tersebut.

Meski mereka tidak tahu apakah tingkat perbedaan kekuatan di antara keduanya akan berubah                                                                                                                                                                                                                   setelah datang ke Ente Isla, sebuah tempat yang mungkin akan menyebabkan pergeseran besar dalam hal kekuatan, dalam situasi ini, setidaknya Acies jelas-jelas lebih berguna dibanding Maou.

“.....Hm?”

Berpikir sampai ke sini, Maou tiba-tiba teringat apa yang terjadi ketika dia bergabung dengan Acies.

“Hey, Acies.”

“Ada apa?”

“Sebelumnya kau bergabung dengan Nord, kan?”

“Benar?”

“Lalu, apa kau bisa berpisah dariku sekarang?”

“Eh? Uh, soal itu.....”

Acies membelalakkan matanya kaget.

“Karena orang itu adalah ayah, kupikir itu tak masalah, tapi aku tidak pernah mencobanya, jadi.....”

“Tidak pernah mencobanya? Tapi ketika kau berada di SMA Sasahata, bukankah kau bisa dengan mudah bergabung denganku? Dan kedengarannya seolah mengganti Nord denganku itu sangat mudah.”

“Karena pasangannya adalah Maou, itulah kenapa aku bisa bilang kalau pergantiannya itu mudah. Namun, karena ada banyak masalah yang muncul pada diriku, mungkin kita tidak begitu cocok. Ah, tapi sudah bisa dipastikan kalau Suzuno dan Alberto itu tidak cocok.”

“Huh?”

“Anehnya, aku hampir tak ada masalah dengan Chiho. Untuk Amane, sepertinya tak masalah, tapi tidak tahu juga sih. Rika dan Kisaki tidak cocok. Tanpa mempertimbangkan sifatnya, Lucifer dan aku adalah yang paling cocok. Malaikat bau itu bisa mati, itu mustahil, aku bahkan tidak mau memikirkannya. Ah, karena orang yang bernama Emi itu bisa bergabung dengan Onee-san, kupikir seharusnya juga tak ada masalah denganku.”

“A-apa-apaan itu?”

Sementara si malaikat bau itu pasti merujuk pada Sariel, bagi orang-orang yang Acies nilai tak ada masalah, dengan kata lain orang yang bisa bergabung dengannya, mereka tidak memiliki kesamaan sama sekali.

Maou, Emi, Chiho, Urushihara dan Nord bisa bergabung dengan Acies, Amane belum pasti, tapi meski katanya Suzuno, Sariel, Alberto, Rika, dan Kisaki tidak bisa bergabung, Maou sama sekali tidak tahu standar pengukurannya.

Dan karena dia tidak tahu standarnya, makanya sulit memahami kenapa Urushihara memiliki timbal balik yang paling baik.

Maou tidak tahu akan menempatkan Ashiya dan Emerada ke pihak mana, dia benar-benar bingung, tapi begitu mengingat apa yang terjadi ketika dia bergabung dengan Acies, Maou masih memiliki satu pertanyaan.

Karena dia mendengarnya saat berada di tengah-tengah kekacauan, Maou baru mengingatnya sekarang, tapi kejadian ini tak bisa diabaikan.

“Hey, Acies. Mungkinkah itu 'Yadorigi' yang kau sebutkan sebelumnya......”

Sebelum bergabung dengan Maou, Acies menjulukinya sebagai Yadorigi. Mungkinkah Acies dan Alas Ramus menggunakan istilah ini untuk meyebutkan orang yang bisa diajak bergabung?

“Ah, yeah. Itu maksudnya orang yang bisa bergabung.”

Namun, ketika Maou menerima jawaban tersebut, pertanyaan lain pun muncul.

“Bukankah itu sangat aneh?”

“Bagian mananya?”

“Yadorigi maksudnya adalah tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya, kan? Padahal yang bergabung dengan kami adalah kau dan Alas Ramus, tapi kenapa malah kami yang disebut 'Yadorigi'?”

“Hm? Itu sama sekali tidak aneh, kau tahu?”

“Huh?”

Jawab Acies dengan acuh tak acuh,

“Semua makluk hidup di dunia ini, adalah Yadorigi dari Pohon Kehidupan. Maou, kau mungkin salah menempatkan urutannya.”

“U-urutan?”

Maou, yang pikirannya menjadi kacau, kini terdiam, tapi Acies sama sekali tidak memberinya waktu untuk berpikir.

“Hey, Maou! Lupakan masalah itu dulu! Onee-san sedang dalam bahaya! Cepat bawa aku ke Onee-san! Jika Maou tidak bergerak, aku juga tidak akan bisa bergerak!”

“O-oh....”

“Tak peduli musuh macam apa yang muncul, asalkan aku pergi ke sana dan bekerja sama dengan Onee-san, kami pasti, kemungkinan besar, mungkin bisa menang, dan Maou hanya perlu tetap berada di tempat yang aman dan beristirahat, ayolah! Ayo pergi sekarang!”

“Entah kenapa, aku jadi enggan untuk pergi. Huuuh.....”

Jaminan tidak meyakinkan Acies sama sekali tidak bisa membujuk Maou, tapi karena Alas Ramus sedang bertarung, itu artinya Emi sudah bertarung dengan seseorang.

Maou memang tidak bisa merasakan kehadiran apapun, meski Acies ingin bercanda, dia tak mungkin akan mengatakan kebohongan yang tak ada gunanya.

“Acies.”

“Ada apa?”

“Emi..... tidak, apa Alas Ramus baik-baik saja?”

“Dia penuh dengan energi!”

Meski jawaban Acies terdengar kuno dan abstrak, intinya, Emi dan Alas Ramus sedang menggunakan kekuatan mereka dalam kondisi bagus.

“Acies, apa kau bisa mengendarai moped?”

“Maou, apa kau akan ke sana menaiki moped? Aku sih bisa, tapi aku tidak punya waktu untuk bersantai-santai.....”

“Selama Alas Ramus masih aman, kita harus menggunakan moped untuk bergerak. Aku tidak akan mengalah dalam hal ini.”

Acies saat ini mungkin masih bisa terbang membawa Maou seperti saat mereka terbang dari Pusat Ujian SIM Fuchu menuju SMA Sasahata. Tapi Maou menolak cara tersebut.

“Suzuno tidak menghubungi kita, Emi dan Alas Ramus baik-baik saja. Itu artinya, tak ada untungnya bahkan jika kita bergegas dan terbang ke sana. Kita harus berusaha agar pergerakan kita tidak bisa dideteksi oleh Gabriel dan Kamael selama mungkin. Jika mereka tahu kalau kita ada di sini, dan melempar kita melewati 'Gate', kita tidak bisa menjamin apakah kita masih bisa bekerja sama dengan Alas Ramus dan bertarung atau tidak. Kau pasti juga ingin bertemu kakakmu kan? Tak usah terburu-buru, atau apa yang seharusnya bisa dilakukan, akan jadi mustahil.”

“Hm.... aku mengerti. Aku sudah terbiasa melihat ayah mengemudi dan menemaninya ikut ujian. Jadi asalkan aku tahu bagaimana cara mengendalikannya, aku pasti bisa mengendarainya.”

“.... Hmm, benar juga.”

Rasanya seolah ujian itu adalah sesuatu yang sudah terjadi lama sekali.

Kalau dipikir-pikir, pertama kali Maou bertemu dengan Acies dan Nord adalah saat mereka menaiki bus menuju Pusat Ujian SIM Fuchu untuk mengikuti ujian mengemudi.

“Aku pasti akan membawa Emi kembali dan meminta bayaran uang yang kuhabiskan selama ujian mengemudi!”

Maou mengangguk dan menepuk kepala Acies, dan setelah menunjukan keinginan kejam untuk balas dendam, dia memukul pahanya dan berdiri.

“Kalau begitu ayo kita kemasi barang kita. Ah, di mana Suzuno meletakkan kunci mopednya?”

“Maou, bisakah kita makan sebelum berangkat?”

“Meski ada kekacauan yang parah seperti ini, kau masih saja ingin makan?”

Jawab Maou dengan sebuah tawa.

"Sebelum menuju Azure Sky Canopy, aku ingin membeli beberapa barang dulu. Aku akan membiarkanmu makan ketika kita sampai di kota selanjutnya, untuk sekarang tahan dulu."

Maou menegur Acies yang seketika kembali ke sikap normalnya.

Acies nampak paham dengan jawaban tersebut dan mengangguk dengan sebuah senyum, tapi setelah melihat sesuatu di sudut pandangannya, dia bertanya pada Maou,

"Maou, itu?"

Itu adalah tiga sendok kayu yang Maou beli untuk Chiho dan Emi sebagai hadiah, tepat sebelum insiden roket Acies.

Barang-barang itu dibuat dari sepotong kayu yang diukir oleh tukang kayu, sepertinya benda itu dianggap sebagai benda keberuntungan.

Sendok Chiho memiliki ukiran bunga seperti bunga sakura.

Sendok Emi dan Alas Ramus memiliki ukiran sepasang burung.

Meskipun pihak toko sudah membantu mengemasnya, setelah tragedi jatuh ke parit, Maou pun mengeluarkan barang-barang itu dari dalam kemasan yang rusak.

"Ah, benar, apa yang harus kita lakukan? Percuma saja kalau bagian ukirannya rusak. Kita harus membungkusnya dengan benda yang bisa menahan guncangan."

Maou mencoba mencari sesuatu yang bisa membungkus ketiga sendok tersebut, tapi sayangnya, ketika dia melihat sekitar, tak ada benda yang bisa digunakan untuk melindungi ukiran kayu.

Ketika Maou merasa seolah sudah kalah....

"Apa yang harus kita lakukan dengan barang-barang milik Suzuno dan Alberto?"

"Kita mungkin tidak akan kembali ke sini, jadi kita hanya bisa membawanya bersama kita. Tapi pasti sangat merepotkan harus membawa mereka semua, haruskah kita menyimpannya di sini dan membiarkan Alberto mengambilnya nanti? Ah, tapi karena ada keributan seperti ini, barang-barang ini mungkin akan disita...."

"Hey, Maou, seingatku ketika kita check in, mereka bilang kalau pada saat kita akan check out, kita harus melakukan sesuatu dengan air di sini, kan?"

"Ah, maksudmu biaya untuk air sumur dan air untuk kandang kuda kan... Aku tidak terima kalau air juga harus dibayar. Padahal rasanya tidak terlalu enak."

Masalah yang harus mereka selesaikan sebelum berangkat muncul satu persatu.

Karena mereka sudah memutuskan untuk pergi dari tempat ini, maka mereka tidak bisa meninggalkan semuanya dan kamar ini begitu saja, jadi ketika mereka berdua selesai check out dan mengeluarkan moped dari kandang kuda, juga mengisi bahan bakarnya, 30 menit telah terlewati.

---End---




Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
1 Komentar