[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 2 : Pahlawan, Berlari Menuju Medan Pertarungan -1
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 1 Part 3
Chapter 2 : Pahlawan, Berlari Menuju Medan Pertarungan.
Di suatu tempat yang dingin dan berbau tak sedap, Alberto mengernyit karena sepatunya dipenuhi oleh debu saat dia berjalan mengikuti Suzuno.
"Kau sudah tahu kalau ada tempat seperti ini di bawah Azure Sky Canopy?"
"Aku hanya mendengarnya dari informasi yang beredar."
"Mendengarnya dari informasi yang beredar ya... Hmm, aku mengerti."
"Hal ini juga termasuk bagian dari Bayangan Fanatik Gereja. Alberto-dono, kau seharusnya sudah tahu kalau sebagian dari utusan Gereja adalah mata-mata yang dikirim oleh Saint Ignord, kan? Karena mereka adalah sekumpulan orang yang bersedia mengorbankan diri demi Tuhan, mereka juga bersedia mempertaruhkan nyawa untuk mengirimkan berbagai informasi kembali ke Saint Ignord."
"Ngomong-ngomong, tempat ini sangat mengesankan ya. Berapa banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk membangun tempat seperti ini?"
Suzuno dan Alberto saat ini sedang berjalan menyusuri sebuah jalur bawah tanah.
Dan ini bukanlah jalur bawah tanah biasa.
Azure Sky Canopy memiliki Dinding Besar yang membentang hingga bagian luar Area Pertanian, dan di bawah Dinding Besar tersebut, dapat ditemukan sebuah bangunan bawah tanah... dengan kata lain, ada sebuah lorong besar di dalam bangunan bawah tanah tersebut.
Dengan tidak adanya pergerakan lain di dalam lorong batu tersebut selain mantra cahaya di tangan Suzuno dan debu di kaki mereka, di dalam sana sangatlah hening, seolah waktu telah berhenti.
"Katanya, ketika Unifying Azure Emperor berada dalam bahaya, mereka akan mengikuti rute dari Cloud Detached Palace yang ada di Azure Sky Canopy menuju bangunan bawah tanah yang ada di bawah seluruh ibukota kerajaan untuk bersembunyi dari bahaya. Meskipun dalam sejarahnya tempat ini belum pernah digunakan, untuk menjaga kerahasiaan dan memastikan kalau tempat ini bisa digunakan dengan normal jika terjadi sesuatu, semua kantor operasi milik Kesatria Seisokin ditempatkan di tempat yang terhubung dengan bangunan bawah tanah ini."
"Kau yang berasal dari Gereja dan bisa membicarakan bagaimana Afashan menjaga rahasianya, itu terdengar sangat ironis."
Suzuno sama sekali tidak ragu ketika ia bergerak, Alberto yang mengikutinya dari belakang, terus mewaspadai sekitarnya ketika ia mengangkat bahu dan mengatakan hal tersebut.
Seolah menyetujui apa yang dikatakan Alberto, Suzuno mengangguk dan menjawab,
"Walau katanya ini adalah rahasia, sebenarnya ini hanya main-main. Bagaimanapun, ketika Unifying Azure Emperor menggunakan jalur ini untuk melarikan diri, Afashan pasti akan hancur. Jika seorang kaisar dari sebuah kekaisaran besar yang sering mengalami perang sipil melarikan diri dari Ibukota Kerajaan, itu artinya sistem yang ada saat ini telah rusak. Jadi meskipun jalur seperti ini ada, takkan pernah ada hari di mana jalur ini akan digunakan. Karena itulah, meski ini merupakan rahasia, masalah ini sudah diketahui secara luas. Berdasarkan lokasinya, bahkan beberapa bangunan bawah tanah kuno milik negara sebelum Afashan dan beberapa jalur bawah tanahnya, telah menjadi tempat wisata."
"Hm, rasanya aku juga pernah dengar kalau makam dari raja-raja dinasti terdahulu berada di bawah dinding kota yang membentang menuju bagian timur Ibukota Kerajaan. Jadi maksudnya ini ya. Tapi, meski ini sudah menjadi rahasia umum, jika semua orang bisa masuk dengan mudah, bukankah ini akan sangat menguntungkan bagi orang-orang yang ingin menyulut perang sipil?"
"Oleh sebab itulah, jalur ini diurus oleh orang-orang yang terdekat dengan Kaisar, yaitu para Kesatria Seisokin."
Pada kenyataannya, mereka berdua memasuki jalur bawah tanah ini melewati kantor operasi milik Kesatria Hakin yag terletak di dinding kota pemisah antara Ibukota Kerajaan dan Area Komersial.
Karena itu adalah kantor milik Kesatria Hakin, sebagai orang luar, mereka berdua mengira tak akan mudah untuk menyusup masuk ke dalam sini, tapi ternyata, bahkan tentara yang seharusnya bertugas menjaga dinding kota pun tak bisa ditemukan di manapun, tempat ini jadi terlihat seperti sebuah cangkang kosong.
Mereka berdua tidak menganggap kalau ini adalah jebakan.
Di dalam Afashan saja, ada lebih sari seratus kantor operasi milik Kesatria Seisokin di sepanjang dinding kota. Kesatria Azure Sky Canopy yang tidak mengetahui pergerakan Suzuno dan Alberto, tidak mungkin akan memasang perangkap merepotkan seperti itu ketika mereka belum bisa memastikan kalau Suzuno dan Alberto akan datang.
"Bahkan jika para kesatria di tingkat Josuikin ke bawah tahu tentang keberadaan jalur bawah tanah ini, mereka tidak akan tahu rute yang benar menuju Cloud Detached Palace."
Walau mereka juga disebut Hakin, ada sebuah hirearki ketat dalam Pasukan Kesatria Hakin.
Perbedaan posisi antara Seisokin yang memiliki pangkat tertinggi dan Jokokin yang memiliki pangkat terendah, sangatlah besar sehingga tidak aneh jika para Kesatria Jokokin tidak berani bicara dengan para Kesatria Seisokin karena ketakutan.
"Hm? Lalu tanda macam apa yang kau ikuti? Tak peduli seberapa hebatnya orang-orang dari Departemen Penyebaran Ajaran Gereja bisa mengumpulkan informasi, mereka tidak mungkin tahu rute yang hanya diketahui oleh para Kesatria Seisokin....."
Tanya Alberto dengan panik, tapi begitu ia melihat tatapan tajam Suzuno yang menyipit saat ia menoleh, Alberto langsung menelan kata-katanya sendiri.
Di tempat ini, dia bukanlah Kamazuki Suzuno, teman yang Emilia percayai di Jepang.
"Alberto-dono, apa kau tidak tahu?"
Setelah ketua Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja yang berjuluk Sabit Kematian itu tersenyum kecil, dia melanjutkan kembali perjalanannya.
"Meskipun aku tidak tahu sudah berapa lama jalur ini ada di bawah kota, setelah beberapa ratus tahun, bentuk setiap batu-batuan yang ada di tepi jalanan di sini pastinya sangat berbeda."
"O-ooh?"
"Ketika kami menjalankan 'misi suci', kami jarang sekali mengetahui soal tempat yang akan kami susupi sebelumnya. Dan daripada menggunakan api untuk menerangi ruang bawah tanah, akan lebih aman untuk menggunakan mantra. Seisokin itu sangat hebat bahkan sebagai seorang penyihir, jalanan yang sudah disinari dengan mantra untuk waktu yang sangat lama, sangatlah mudah untuk dibedakan."
".... Itu luar biasa."
Saat berpikir hingga ke poin ini, Alberto akhirnya sadar kalau Suzuno sama sekali tidak membuat suara apapun ketika sedang berjalan.
Dan setelah mendapati suara langkah kaki yang terdengar di ruangan besar ini ternyata hanyalah suara langkah kakinya, Alberto sekali lagi tersadar kalau sosok wanita kecil yang ada di hadapannya ini bukanlah seorang penyelidik biasa.
Akan tetapi, di sini, Alberto juga menemukan hal aneh lain.
"Kalau begitu... kenapa kita sama sekali tidak melihat Kesatria Seisokin?"
"....."
"Di dalam Milita, seharusnya ada juga orang yang mengetahui rute ini. Tergantung situasinya, Milita juga bisa menyerang kota dari sini. Terlepas dari apakah Seisokin yang ada di Azure Sky Canopy mendukung Milita atau Alsiel, tidakkah kau merasa aneh tidak ada satu pun orang yang bisa dirasakan di sini?"
"Aku juga tidak tahu alasannya.... Selain itu, bahkan kantor operasi Hakin yang kita lewati ketika memasuki jalur bawah tanah ini juga kosong. Semenjak kita memasuki Afashan, aku terus merasa kalau pergerakan para Kesatria Hakin itu sangat aneh. Tempat yang seharusnya dijaga, malah kosong, tapi ada banyak orang yang dikirim ke daerah pinggiran dan area yang jauh dari Ibukota Kerajaan, tempat yang seharusnya tidak perlu dilindungi."
Suzuno teringat pertemuannya dengan Kesatria Seikokin yang sedang berpatroli ketika menuju desa Honfa.
"Orang-orang yang ada di Ibukota Kerajaan pasti tahu tentang pergerakan Milita. Pasti ada alasan kenapa mereka mengatur pasukan seperti ini. Tapi meski alasannya tidak jelas, tidak diragukan lagi kalau susunan ini sangatlah menguntungkan bagi kita. Jadi ayo kita gunakan ini semaksimal kita."
Suzuno membuat mantra cahayanya melayang sedikit lebih ke depan dan berbicara dengan pelan,
"Karena kita sudah bisa melihat tujuannya, kita hanya bisa melangkah maju. Meskipun di depan sana adalah kandang macan."
"Ohhh...."
Tak lama setelahnya, mereka berdua sampai di depan sebuah pintu besar yang sedikit terbuka.
Di sisi lain pintu yang mungkin benar-benar tersembunyi gigi-gigi seekor macan, terdapat sebuah tangga panjang yang mengarah ke atas. Mereka berdua mengamati tangga tersebut untuk beberapa saat, tapi mereka sama sekali tidak merasakan keberadaan iblis ataupun Kesatria Seisokin.
"Ayo, jangan sampai jatuh."
Suzuno yang menyalakan mantra cahayanya hingga ke tingkat minimum, berlari seperti angin, menaiki tangga panjang tersebut.
Tentu saja, Alberto juga mengikutinya dari belakang, tapi bahkan setelah menaiki sekitar seratus anak tangga, mereka sama sekali tidak menemukan jebakan ataupun para penjaga, hal itu membuat mereka merasakan sebuah kegelisahan yang aneh.
Usai menaiki tangga, sebuah lorong redup dengan gaya yang sama seperti lorong dan tangga di bawah, tampak di hadapan mereka. Ujung dari lorong yang agak pendek ini terlihat seperti sebuah dinding normal.
"Jangan-jangan di sini ada sesuatu seperti pintu putar atau semacamnya?"
"Tidak, kita harus naik ke atas. Alberto-dono, pinjam pundakmu!"
"Ke atas.... ah, h-hey?"
Suzuno seketika melompat dan mendarat langsung di atas pundak Alberto, bahkan tanpa menunggu jawabannya.
"Di Jepang, apa ini artinya pinjam pundakmu?"
Alberto, dengan pundak diinjak oleh Suzuno, mencoba menunjukan ketidaksenangannya, namun Suzuno mengabaikannya, mencondongkan wajahnya ke arah langit-langit dan mengatakan,
"Di saat seperti ini, memang lebih baik kalau ada seorang pria."
"Pria itu bukan balok pijakan..... apa yang kau lakukan?"
Karena keliman bagian bawah jubah Suzuno sangat panjang, Alberto yang tidak perlu khawatir akan membuat kekacauan, mendongak untuk melihat tangan Suzuno.
"Tolong, berdirilah lebih kuat!"
"Ah? Ugoh?"
Namun, sebuah beban berat yang tiba-tiba terasa di pundaknya, membuat Alberto mengerang kesakitan.
"Hughh... Fu!"
Meskipun sepatu Suzuno kini menginjak pundaknya, Alberto masih bisa menahannya dengan seluruh kekuatannya, dan dengan teriakan yang tidak terdengar seperti berasal dari seorang wanita, lumpur yang ada di bawah kaki Alberto tiba-tiba berguncang, dan cahaya pun terlihat di atas kepalanya.
"..... Jadi pintu keluar dari jalur tersembunyi ini tidak ada di dinding, melainkan ada di lantai ya."
"Itu benar. Biar aku naik lebih dulu, aku akan menarikmu dari atas."
Alberto mengikuti instruksi Suzuno dan mendorongnya ke atas. Alberto kemudian meraih tangan yang Suzuno ulurkan dari atas, setelah itu, ia pun ditarik dengan kekuatan yang jauh melebihi kekuatan yang dimiliki oleh sebuah lengan kecil.
Alberto melepaskan tangan Suzuno dan menekankan tangannya pada lantai untuk menyangga tubuhnya berdiri, kemudian dia mendapati dirinya berada di dalam ruangan berukuran kira-kira enam tsubo yang terlihat seperti sebuah ruang ganti.
Alasan kenapa bagian dalam ruangan itu cukup gelap, adalah karena di luar saat ini sudah malam. Nyatanya, bahkan Alberto dan Suzuno sudah berjalan menyusuri jalur bawah tanah untuk waktu yang sangat lama.
Untungnya, ada lilin di sekitar ruangan, jadi mereka masih bisa melihat situasi di ruangan tersebut.
Di depan dinding dengan cermin yang tergantung di atasnya, terdapat sebuah kursi dari pohon oak yang dipahat dengan begitu cantik, yang mana sangat jelas kalau itu dibuat oleh tukang kayu terkenal, di sana juga terdapat sebuah meja rias kecil.
Keseluruhan dindingnya memiliki gambaran bunga dan burung yang dilukis menggunakan pigmen warna yang terang dan kertas yang terbuat dari emas. Meskipun tempat ini terlihat kecil untuk ukuran ruangan yang ada di kastil, bisa dilihat kalau tempat ini adalah ruangan yang digunakan oleh bangsawan.
Aroma manis tercium di seluruh ruangan, mungkin berasal dari bunga segar atau dari kayu cendana.
"Ruang apa ini?"
Alberto yang tidak pernah melihat ruangan mewah seperti ini meskipun latar belakang keluarganya tidak termasuk kelas bawah, menanyakan hal tersebut karena tertarik, namun dia langsung menyesalinya.
"Mungkin sebuah toilet."
"Oh, begitu ya, sebuah toi.... let... Ha?"
Alberto sesaat tidak bisa mengerti maksud di balik kata-kata Suzuno, dan memandangi telapak tangannya yang bersentuhan langsung dengan lantai.
"Toi-toilet?"
"Aku takut begitu."
Alberto yang kebingungan, mulai melihat ke sekeliling ruangan.
"A-aku tidak terlalu yakin dengan kehidupan para bangsawan, tapi menggunakan toilet besar seperti ini, bukankah mereka malah tidak akan bisa tenang? Selain itu, di mana benda yang biasanya digunakan untuk 'itu'?"
Alberto yang mengira kalau ruangan ini adalah ruang ganti atau sejenisnya, mengamati sekeliling untuk mencari fasilitas yang harusnya ada di dalam toilet.
".....Jangan-jangan, ini...?"
Di lantai pojok ruangan, terdapat sebuah perangkat perak berbentuk persegi. Setelah sadar kalau hanya tempat itulah area yang lebih pendek dibandingkan semua yang ada di ruangan ini, Alberto menoleh ke arah Suzuno meminta konfirmasi dengan ekspresi jengkel di wajahnya.
"Itu pasti perak murni. Mengingat usaha dan uang yang diperlukan untuk merawat mereka, Alsiel mungkin akan pingsan."
Dan Suzuno juga membuat kesimpulan yang tidak perlu.
"Ke-kenapa mereka menaruh jalan rahasia di sini...."
"Untuk sebuah jalan rahasia, hanya beberapa pekerja yang membangun tempat ini sajalah yang akan mengetahuinya. Oleh karena itu, di saat seperti ini, mereka biasanya akan memasangnya di kamar mandi, toilet, atapun jalur air, meski ada ruangan besar lain di sekitar tempat ini, itu tidak akan menimbulkan kecurigaan ketika seseorang melihat peta."
"Uh, itu benar, lagipula, orang-orang pada umumnya tidak akan mau berjalan menyusuri lantai toilet...."
"Alasan kenapa jalur bawah tanahnya tidak didesain menggunakan mekanisme pintu putar melainkan menggunakan desain pintu keluar melalui langit-langit, itu mungkin untuk menyesatkan para penyusup agar berpikiran kalau mereka telah pergi ke jalan yang salah. Tentu saja, mungkin ada pula pintu masuk dan pintu keluar di tempat lain, dan kebetulan rute yang kita lewati kali ini memiliki pintu keluar di sini."
"Huuh... konyol sekali."
Meski tidak diketahui ada di bagian mana konyolnya, Alberto sebenarnya hanya ingin mengucapkan hal tersebut.
"Jangan khawatir. Apapun alasannya, ini tetaplah toilet yang khusus digunakan oleh bangsawan, dan tidak bisa dibandingkan dengan toilet yang digunakan oleh rakyat biasa di Benua Barat. Lantainya pasti dibersihkan dengan sangat baik."
"Kuharap begitu."
Alberto menatap telapak tangannya dengan tidak senang, tapi Suzuno nampak kehilangan minat terhadap toilet ini dan mulai fokus mendengarkan pergerakan yang ada di luar.
"Hm?"
"Ada apa?"
".... Ada satu tempat yang aneh."
"Tempat yang aneh?"
"Kelihatannya ada tempat yang dikelilingi oleh sihir iblis dan mantra barrier sekaligus. Letaknya tak jauh berada di atas kita. Apa kau merasakan sesuatu?"
"Hm... Oh benar, apa kita akan pergi ke sana?"
Alberto menatap ke arah langit-langit dan menutup matanya seolah mencari keberadaan seseorang, kemudian dia mengangguk dan mengatakan hal tersebut.
"Sepertinya itu bukan Alsiel, tapi untuk tempat yang memiliki sihir iblis dan mantra barrier sekaligus, pasti ada satu alasan khusus. Kita harus melihatnya."
"Aku mengerti, tapi karena kita sudah ada di sini, kita mungkin tidak akan bisa menghindari pertemuan dengan Kesatria Hakin atau Malebranche, jika itu terjadi, apa yang akan kita lakukan?"
"Ah."
"Ah."
"....Ah."
Pintu toilet terbuka tanpa peringatan apapun, dua pria dengan bandana hijau di tangan mereka, masuk sambil membawa peralatan kebersihan. Dan setelah mereka melihat Alberto dan Suzuno, mereka mengeluarkan suara konyol.
Mereka mungkin tidak menyangka akan ada orang di dalam toilet, dan Alberto serta Suzuno, karena teralih perhatiannya oleh tanda-tanda keberadaan yang ada di atas mereka, tidak menyadari pergerakan kedua Kesatria Seisuikin tersebut.
"""".......""""
Keempat orang tersebut saling menatap satu sama lain selama beberapa detik.
****
"Baguslah, mereka benar-benar membersihkan tempat itu."
"Sebenarnya aku kasihan pada mereka."
"Berkat mereka, kita akhirnya tahu keberadaan Cloud Detached Palace di mana Unifying Azure Emperor berada. Kita harus berterima kasih untuk itu."
Alberto dan Suzuno berjalan di lorong menuju Cloud Detached Palace dengan sikap yang begitu tenang dan santai.
Kedua tentara yang mereka temui di toilet adalah anggota Kesatria Seisuikin yang ditinggalkan untuk mengurusi tempat tinggal Unifying Azure Emperor, katanya itu adalah toilet yang hanya boleh digunakan oleh Unifying Azure Emperor (setelah tahu bahwa Unifying Azure Emperor memiliki beberapa toilet yang hanya boleh dia gunakan, Alberto bahkan menjadi lebih terkejut.)
Meskipun dalam keadaan darurat, mereka tidak mungkin akan meninggalkan Unifying Azure Emperor sendirian, dan setelah Azure Sky Canopy dikuasai oleh para Malebranche, sepertinya masih ada beberapa anggota Seisokin dan Seisuikin yang tetap berada di sekitar sang Kaisar.
Namun, orang yang bisa mengurus dan melindungi sang Kaisar sendiri hanyalah Kesatria Seisokin, para anggota Seisuikin yang tidak bisa mendekati tubuh suci sang Kaisar, hanya ditugaskan untuk membersihkan kamar dan barang-barang yang digunakan oleh Kaisar.
"Pekerjaan itu pasti sangat berat.... akan sangat bagus jika mereka mendapat promosi begitu kekacauan ini berakhir."
Alberto, merasa tersentuh, mengusap matanya sambil mengucapkan hal tersebut.
Meskipun ada sebuah sistem hirearki ketat di antara para Kesatria Hakin, para Kesatria Seisuikin tetaplah bangga dengan pekerjaan kastil mereka dan bekerja keras untuk membersihkan toilet, karena itulah, sejak awal Alberto sudah merasa sangat kasihan pada mereka.
"Huuh, tapi karena mereka tidak puas dengan situasi ini, itulah kenapa mereka memberitahu kita lokasi keberadaan Unifying Azure Emperor. Meski kita jelas-jelas terlihat seperti penyusup, dibandingkan para iblis, mereka pasti berpikir akan lebih baik kalau menyerahkan Kaisar pada kita. Ketika nanti kita bertemu dengan Unifying Azure Emperor, kita harus melaporkan kontribusi mereka."
Kedua anggota Kesatria Seisuikin tersebut awalnya bertanya tentang identitas Alberto dan Suzuno, tapi dari bagaimana suara mereka yang terdengar tidak memiliki kekuatan, bisa langsung disimpulkan kalau mereka sudah sangat lelah.
Untungnya, setelah Alberto mengungkap identitasnya, salah satu dari mereka ada yang mengenali Alberto sebagai salah satu rekan Sang Pahlawan yang membebaskan Benua Timur di masa lalu, jadi mereka bisa menghindari pertarungan.
Usai mendengar kata-kata Alberto, anggota Seisuikin yang percaya bahwa Alberto dan Suzuno datang untuk menyelamatkan Unifying Azure Emperor, tidak hanya menjelaskan susunan Cloud Detached Palace secara detail, mereka bahkan merobek bandana yang digunakan untuk mengenali mereka sebagai Kesatria Hakin menjadi tiga potongan, mereka pun memberikannya pada Alberto dan Suzuno. Hal itu dimaksudkan agar mereka berdua bisa menghindari pertarungan ketika bertemu dengan Kesatria Hakin lain.
Adapun untuk tiga potongan kain tersebut, dua potong kain mereka ikatkan di tangan kiri, sementara yang satunya mereka ikatkan di tangan kanan.
Ini adalah kode yang dipakai oleh Kesatria Hakin untuk memberitahu bahwa orang yang memakai potongan bandana seperti ini, bukanlah musuh.
"Tapi mereka mengatakan sesuatu yang membuatku risau."
"Hm?"
Anggota Seisuikin tadi bilang kalau para anggota Kesatria Seisuikin dan Seisokin, tetap berada di sini untuk menjaga Unifying Azure Emperor.
Itu artinya, seseorang telah memberi perintah dari balik bayangan kepada semua Kesatria Hakin selain mereka untuk menyebar ke tempat lain.
Tapi karena Area Pusat Afashan sudah dikendalikan oleh para Malebranche, malaikat, dan bahkan Jenderal Iblis Alsiel, sulit membayangkan kalau Unifying Azure Emperor masih memiliki wewenang terhadap masalah Kesatria Hakin.
Lalu siapa orang yang menggerakkan para Kesatria Hakin yang dikendalikan oleh Ibukota Kerajaan, Azure Sky Canopy?
"... Tidak, sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal itu. Sang Kaisar pasti ada di puncak tangga ini. Aku merasakan keberadaan barrier yang kuat di sana. Ayo pergi!"
Perkembangan di sini memang terasa sangat lancar, tapi asalkan mereka bisa mengendalikan Unifying Azure Emperor, tidak peduli siapa yang mendeteksi pergerakan mereka nanti, Suzuno dan Alberto hanya perlu lari menuju perkemahan Milita.
Tujuan utama Milita adalah merebut kembali Azure Sky Canopy dari tangan para iblis, jadi sudah sewajarnua itu juga termasuk memastikan keselamatan Unifying Azure Emperor.
Hanya dengan meraih poin ini, mereka seharusnya bisa menunda pertarungan antara Milita dan Pasukan Ibukota Kerajaan.
"I.... ini?"
Setelah berlari selama beberapa saat, apa yang muncul di hadapan Suzuno dan Alberto adalah sebuah kamar yang sesuai dengan standar tempat tinggal seorang Kaisar, tempat itu hanya bisa dideskripsikan sebagai sesuatu yang begitu mewah sampai-sampai toilet barusan hanyalah seperti 'ruang' yang tak bisa dibandingkan.
Melihat tidak adanya ruang untuk menampung pengunjung dan furnitur untuk menerima tamu, mungkin tempat ini digunakan sebagai kamar pribadi.
Usai menemukan sesosok figur berbaring di ranjang yang bisa menampung sepuluh orang dewasa tersebut, Suzuno tanpa sadar menegakkan posturnya.
Meskipun mereka berdua menganggap Unifying Azure Emperor sebagai eksistensi abstrak dalam strategi pertempuran, apapun alasannya, dia tetaplah seorang Kaisar yang berdiri di puncak sebuah benua.
Dengan status Alberto dan Suzuno, mereka seharusnya tidak bisa menemui Unifying Azure Emperor, jadi meskipun mereka telah menyingkirkan perasaan pribadi masing-masing, mereka tetap memberikan hormat yang setinggi-tingginya.
'Permisi, ada sesuatu yang ingin kami laporkan pada yang mulia. Tolong maafkan kelancangan kami karena telah memasuki kamar yang mulia tanpa izin.'
Suzuno berbicara dengqn sosok yang berbaring di ranjang tersebut menggunakan bahasa Akou, namun sosok itu sama sekali tidak merespon.
'.... ? Yang mulia....'
Merasa kebingungan, Suzuno sedikit menekankan nada bicaranya, dan melangkah maju. Kali ini...
"Tunggu!"
Alberto meletakkan tangannya di pundak Suzuno, menghentikan langkah gadis tersebut.
"Orang itu bukan Unifying Azure Emperor."
"Apa?"
"Dan anehnya, aku tidak bisa menemukan mantra barrier. Tidak ada satupun tanda-tanda mantra barrier di sekitar ranjang itu ataupun ruangan ini."
Seketika,
Ruang di antara Suzuno dan ranjang tadi terdistorsi membentuk sebuah kegelapan.
"Hey hey hey, siapa yang berani melakukan sesuatu seperti menyusup masuk ke dalam kamar Kaisar?"
""Ugh?""
Suzuno menarik jepit rambutnya secepat kilat, sementara Alberto langsung mengepalkan tangannya dan memasuki mode bertarung.
Namun orang yang muncul dari distorsi hitam tadi bergerak dengan begitu pelan seolah itu adalah hal yang merepotkan, dia juga memancarkan aura seakan-akan bisa menyerang kapan saja.
Setelah melihat makhluk besar yang muncul dari distorsi tersebut, Suzuno menahan napasnya.
"Li-Libicocco?"
"... Ohh, itu kau!"
Itu adalah iblis yang Suzuno kenal.
Seminggu yang lalu, mereka berdua bertarung di sekolah yang berlokasi di Sasazuka di mana Chiho berada, makhluk yang datang tersebut adalah salah seorang kepala suku Malebranche, Libicocco.
"Bell, apa dia orang yang kau kenal?"
".... Yeah."
Meskipun sedang terkejut, Suzuno tetap mengangguk menjawab pertanyaan Alberto, sementara Libicocco, walau dia melihat wajah Suzuno, dia tidak terlihat begitu terguncang.
"Kupikir luka-lukamu sudah sangat parah bagi seorang manusia, tapi ternyata kau cukup sehat ya."
".... Sebaliknya, luka-lukamu belum sembuh sepenuhnya?"
Aneh, walau sebelumnya mereka pernah mencoba saling membunuh satu sama lain, kini mereka malah berbincang dengan santai mengenai kondisi fisik masing-masing setelah bertemu kembali. Tapi tepat seperti keterkejutan Chiho sebelumnya, luka yang Suzuno dapatkan dalam pertarungan di SMA Sasahata memang sudah sembuh hingga hanya meninggalkan bekas luka kecil, dan itu sama sekali tidak menganggu pergerakannya.
Sementara lengan Libicocco yang dipotong oleh Maou, sampai sekarang bahkan belum pulih sepenuhnya.
Memang, semua iblis mampu menumbuhkan kembali anggota tubuh mereka yang hilang seperti ekor kadal, tapi walau mereka bertemu dengan Libicocco di Ente Isla, sihir iblisnya entah kenapa terasa lebih lemah dibandingkan sebelumnya.
"Ini aneh. Luka-lukaku sama sekali tidak mau sembuh, aku benar-benar bingung karena hal ini. Meski aku menggunakan sihir iblis untuk menyembuhkannya, tapi itu sama sekali tidak berefek. Oleh sebab itu, karena aku tidak bisa maju ke garis depan, aku hanya kebagian tugas menjaga, yang mana bahkan bisa dilakukan oleh seorang manusia."
Libicocco menghina dirinya sendiri dengan sikap seperti seorang manusia, dan menatap Alberto dan Suzuno sekali lagi.
"Siapa pria yang tidak pernah kulihat itu? Dia nampak memiliki sihir suci yang sangat kuat. Jangankan kau, aku bahkan sama sekali tidak mendengar kalau orang semacam itu akan datang."
"Apa?"
Suzuno merasa terganggu dengan bagaimana Libicocco menyusun kata-katanya, namun dia mengalihkan pemikirannya dan berteriak.
"Mundur Libicocco! Kau seharusnya sudah tahu bahwa meski kau tetap berada di Afashan, kau tidak akan bisa mengembalikan Pasukan Raja Iblis."
"....."
"Milita yang dipimpin oleh Pahlawan Emilia, secara berturut-turut telah berhasil merebut kembali kota-kota yang dikendalikan oleh kalian para Malebranche, dan akan segera mencapai Azure Sky Canopy. Bahkan jika kau terus berada di sini, kau hanya akan kehilangan nyawamu dengan sia-sia."
Ucap Suzuno dengan gelisah, dan meskipun Libicocco menatap lurus mata Suzuno, pada akhirnya dia sama sekali tidak menjawab.
"Hal semacam itu sejak awal takkan mungkin bisa dipenuhi. Walau akan sangat menyakitkan untuk mengakui hal ini, tapi kalian itu sudah ditipu oleh para malaikat dan Olba Meyers, kalian hanya akan menjadi korban demi rencana Surga. Apa menurutmu Raja Iblis ingin kalian mati sia-sia? Sekarang belumlah terlambat, jadi cepat dan mundurlah kembali ke Dunia Iblis. Dan sampaikan juga pesan ini pada Alsiel. Mustahil dia tidak tahu fakta ini."
"......."
"Libicocco!!"
"Aku mengerti semua yang kau katakan. Aku tahu kami ini sangat bodoh, dan juga tahu kalau orang yang dipanggil Raguel dan Olba itu sudah sangat mencurigakan sejak awal. Namun, kami sudah tidak bisa kembali."
"Raguel... Sialan, malaikat lain lagi?"
Ekspresi Suzuno menjadi kaku setelah mendengar satu nama yang tak disangka-sangka.
Hanya ada Gabriel dan Kamael saja sudah sangat sulit untuk dihadapi, dan sekarang, ada malaikat lain lagi, situasi ini benar-benar sudah tidak bisa ditunda lebih lama lagi.
Mereka mungkin ingin menyingkirkan seluruh situasi yang bisa menghambat rencana mereka. Bahkan, berdebat di Cloud Detached Palace seperti ini bisa jadi adalah hal yang sangat berbahaya.
"Tapi kalian ini belum berada di titik di mana tidak ada jalan kembali! Semuanya akan baik-baik saja asalkan Unifying Azure Emperor kembali ke tangan Milita dan kalian kembali ke Dunia Iblis! Hanya dengan melakukan itu saja, kau bisa menghindari pengorbanan yang tak perlu dari orang-orang yang masih hidup. Raja Iblis tidak pernah meminta Ciriatto menebus dosa-dosanya! Jadi bahkan untuk kalian pun, dia pasti akan...."
"Bukan itu masalahnya. Sepertinya kau sudah salah paham."
"Apa?"
Libicocco menolak saran tulus Suzuno tanpa ragu dan mengatakan seauatu yang sangat mengejutkan Suzuno.
"Ketika aku bilang tidak bisa kembali, maksudku bukanlah situasi saat ini. Melainkan keinginan pertama Pasukan Raja Iblis."
"Keinginan pertama?"
Hal itu pasti merujuk pada perkara soal menghindari kelaparan penduduk Dunia Iblis yang Maou sebutkan sebelumnya.
Tapi situasi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan masalah semacam itu.
"Menurut Alsiel-sama, jika kami tidak ingin penduduk Dunia Iblis punah ke depannya, di sinilah kesempatan pertama dan terakhir kami untuk meletakkan pondasi. Jika kau, sebagai orang luar datang untuk mengacaukan semuanya, itu akan sangat merepotkan kami."
Suzuno mulai merasa bingung dengan kata-kata Libicocco.
"Alsiel tidak mungkin akan membiarkan kalian dikendalikan oleh para malaikat dan menguasai Afashan! Apa yang sebenarnya terjadi?"
Untuk Ashiya, mustahil dia tidak merasakan kalau seseorang telah mengendalikan situasi ini dari balik bayangan. Lagipula, bukankah dia diculik oleh Gabriel?
Namun, dari apa yang Libicocco katakan barusan, tak peduli bagaimanapun Suzuno memikirkannya, orang yang mengendalikan Ibukota Kerajaan, Azure Sky Canopy, pastinya adalah Ashiya / Alsiel.
Kalau begitu, mungkinkah susunan Kesatria Hakin juga merupakan perintah yang diberikan oleh Alsiel?
"Siapa yang tahu? Tapi ini juga merupakan perintah dari Alsiel-sama. Hanya satu orang yang bisa memasuki kamar ini. Jika orang lain datang ke sini....."
Libicocco mengalihkan pandangannya dari Suzuno yang terguncang.
Suzuno yang selangkah lebih lamban untuk menyadari apa maksud gerakan tersebut....
"Ah, hey!"
Mengabaikan Alberto yang mencoba menghentikannya, dan mengaktifkan Palu Sucinya, mengayunkannya ke arah Libicocco.
Namun....
"Baik! Sudah cukup!"
Jangankan selangkah kemudian, ketika Suzuno menyadarinya, itu semua sudah terlambat.
"Ugh....!"
Orang yang menghentikan palu Suzuno dengan telapak tangannya bukanlah Libicocco.
"Ya ampun~ pasti sangat sulit untuk kalian. Meskipun aku tidak tahu bagaimana kalian menyusup ke tempat ini tanpa ketahuan, bisa datang ke sini dari tempat yang begitu jauh saja sudah sangat luar biasa. Lagipula tempat ini tidak memiliki stasiun Shinkansen."
"Si-siapa kau?"
Alberto menanyakan identitas pria besar yang tiba-tiba muncul tersebut, tapi sebelum si pria menjawabnya, Suzuno sudah meneriakkan nama orang itu dengan penuh kebencian.
"Gabriel....?"
Daripada Suzuno, malaikat agung dengan wajah arogan itu nampak lebih penasaran terhadap Alberto, dan bertanya dengan kaget.
"Eh? Seingatku kau adalah orang yang berasal dari sini. Kalau tidak salah kau itu rekan Emilia. Apa yang terjadi dengan Raja Iblis?"
"Aku takkan mengatakan apa-apa padamu!"
"Oohh.... mau bagaimana lagi, lagipula aku ini memang menjengkelkan... tapi keberuntunganmu benar-benar bagus, untungnya orang yang datang ke sini adalah aku. Namamu Libicocco kan? Kau tadi mengirimkan Idea Link kepadaku, apa Alsiel memberitahumu sesuatu?"
"......."
"Ugh??"
Alasan kenapa Libicocco mengalihkan pandangannya dari Suzuno adalah memang untuk fokus menggunakan sihir iblisnya.
Tapi apa yang sulit dipahami adalah, kenapa Libicocco yang tahu bahwa mereka telah ditipu oleh pihak Surga, akan mendengarkan perintah Alsiel dan mengirimkan informasi mengenai Suzuno dan yang lainnya pada Gabriel.
Gabriel menyaksikan kebingungan yang ada di wajah Suzuno, dan berbicara dengan senyum yang semakin lebar.
"Hm~ aku tidak akan menyalahkan kalian karena memiliki banyak pertanyaan, tapi jika kalian punya sesuatu yang ingin ditanyakan, maka tanyakanlah sendiri pada Alsiel setelah semuanya selesai. Huuh, tapi itu dengan kondisi kalian bisa langsung berlari ke sini dan bertanya."
"A-apa yang kau bicarakan? Ughh!"
"Ugah? A-apa yang terjadi?"
Gabriel hanya sedikit menggerakkan jarinya.
Namun, hanya dengan gerakan itu saja, Suzuno dan Alberto yang masing-masing membawa palu dan mengepalkan tangannya bersiap untuk bertarung, sudah tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ngomong-ngomong, sekarang adalah momen yang paling penting, jadi aku tidak ingin kalian membuat masalah di sini. Jika kau ingin datang, maka tunggulah waktu yang tepat, dan itu adalah saat ketika semua aktor telah tiba."
"A-apa.... maksudmu?"
"Ugooohh!"
Meski Alberto dan Suzuno berusaha sekuat tenaga untuk melawan, mereka bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari pun.
"Datanglah lagi ketika semua aktor telah berkumpul! Pada saat itu, entah ayah Emilia yang tertidur di sebelah sana, atau kaisar tua yang menjalani kehidupannya di atas, kau bisa melakukan apapun yang kau mau."
"Apa?"
Baik Suzuno maupun Alberto, keduanya sama sekali tidak bisa menggerakkan leher mereka. Namun, ketika mereka memastikan sosok pria yang terbaring di ranjang melalui sudut pandangannya, mereka seketika membelalakkan matanya.
"Kalau begitu, aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi sih, tapi sampai jumpa!"
Namun, semuanya telah berakhir sekarang.
Pemandangan di hadapan mereka dengan cepat menyusut.
Entah itu si malaikat agung yang menjengkelkan, Malebranche yang menundukan kepalanya seolah sedang menahan sesuatu, Cloud Detached Palace, ataupun pria yang sedang tertidur di ranjang, seluruh pemandangan di depan mata mereka bergerak seperti sebuah kaleidoskop.... dengan kata lain, Suzuno dan Alberto baru saja dilempar ke sebuah ruang yang aneh.
"I-ini?"
"Ini adalah gate! Sial!"
Keduanya ditelan oleh gate yang mungkin dibuka oleh Gabriel.
Meskipun mereka berusaha mengatur posisi mereka sekuat yang mereka bisa, mungkin karena terpengaruh oleh kekuatan penahan barusan, keduanya tidak bisa menggerakkan tubuh mereka dengan lancar.
Ditambah lagi, karena gate ini dibuka oleh Gabriel yang memiliki kekuatan besar, walaupun Suzuno dan Alberto ingin mengaktifkan mantra mereka, arus di dalam gate tidak mengizinkan mereka untuk melawan.
"Siaaaalllllll.......!!!!"
Suzuno berteriak dengab penuh penyesalan.
Jadi hasilnya seperti ini.
Apakah dia akan dengan begitu mudahnya dikalahkan oleh musuh yang kuat dan menyaksikan waktu berlalu tanpa bisa melakukan apa-apa?
"Hey, itu pintu keluar gate-nya!"
".... Ugh, apa?"
Suzuno mengusap air mata yang ada di sudut matanya, dan menoleh ke arah Alberto.
Ini terlalu cepat.
Padahal masih kurang dari satu menit setelah mereka memasuki gate.
Namun, di ujung ruang aneh ini, cahaya pintu keluar gate memang terlihat.
Kalau seperti ini, mungkinkah mereka dilempar ke bumi atau ke dunia lain lagi?
"Berhati-hatilah, kita tidak tahu ke mana kita akan mendarat!"
Tanpa peringatan dari Alberto, Suzuno sebenarnya sudah memasang postur bertahan menghadapi tabrakan yang bisa digunakan dalam berbagai situasi.
Tak lama setelahnya, pemandangan di depan pintu keluar gate mulai menunjukan garis-garis samar.
(Image)
".... Sebuah kota?"
"Kita keluar!"
Wujud dunia tiba-tiba mendapatkan kembali warnanya dan kini dipenuhi dengan udara, pandangan mereka tidak lagi diisi dengan aliran kekuatan dari sebuah dunia yang aneh, melainkan sinar matahari yang hangat.
Mereka berdua terlempar ke udara.
Tapi untungnya itu hanya pada ketinggian di mana mereka masih bisa melihat pergerakan pejalan kaki di bawah.
Nampaknya ini adalah sebuah kota yang besar.
Terbuka dan tertutupnya gate pasti akan menganggu aliran udara, karena hal itu, berbagai burung merpati yang ada di dekat Alberto dan Suzuno dengan cepat berganti formasi dan perlahan menghilang.
Mereka bisa mendengar suara lonceng. Aneh. Padahal mereka baru saja berpisah dengan Maou beberapa jam yang lalu.
Harusnya sekarang ini sudah malam di Afashan.
Suzuno memastikan posisi matahari dari sudut matanya dan menahan napasnya.
Mungkinkah tempat ini.....
"Hey! Apa kau bisa terbang? Atap bangunan di sana terlihat datar. Kita akan mendarat!"
Alberto, tidak menyadari keadaan Suzuno yang kini sedang terguncang, menunjuk ke arah bangunan besar di bawah mereka untuk beberapa saat.
Usai memperhatikan bangunan tersebut dan jalanan di sekitarnya dengan seksama, Suzuno kali ini benar-benar yakin.
""Ugh!!""
Mereka yang menggunakan mantra untuk terbang melayang, akhirnya berhasil mendarat dengan mulus di atap yang ditunjuk Alberto.
Akan tetapi, pikiran Suzuno sama sekali tidak bisa tenang.
Seusai mendarat, Alberto mengamati sekelilingnya dan mulai menumbuhkan rasa khawatir yang sama seperti Suzuno.
"I-ini...."
Setelah melihat kota yang ada di bawahya dari atap, Alberto tak bisa berkata-kata.
Begitu melihat bangunan tinggi yang ada di kejauhan, Alberto mulai berbicara dengan suara gemetar,
"Saint Aire....?"
"Seperti yang kupikirkan....."
Suzuno menggertakkan giginya.
Mereka dilempar ke tempat yang benar-benar tak terduga.
Di depan mata Alberto, berdiri sosok agung kota Kekaisaran Suci Saint Aire.... Irihem.
Sedikit banyak, situasi saat ini jauhlah lebih serius dibandingkan menyeberang melintasi dunia.
Mereka berdua dilempar ke sisi lain peta Azure Sky Canopy.
Karena Suzuno tidak bisa menggunakan 'mantra pembuka gate' tanpa sebuah penguat, jika mereka ingin kembali ke Azure Sky Canopy, mereka harus memakai artefak suci 'Tangga Surga', tapi artefak suci tersebut terletak di ujung bagian barat Kekaisaran.... bahkan jika kereka mengendarai kuda dari kota ini, untuk mencapai Gereja Saint Aire, itu akan butuh waktu dua hari.
Namun, saat ini, Suzuno dan Alberto tidak memiliki waktu untuk pergi ke sana.
Ini adalah game over.
Suzuno merosot jatuh dengan lemah di atap bangunan itu, tapi meski begitu, dia masih bisa mengeluarkan HPnya dari dalam jubah.
Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah memberitahu Maou situasi yang memalukan ini.
Tapi meski ia bisa menghubungi Maou, apa yang bisa Maou lakukan?
Jika dia tahu kalau Suzuno dan Alberto telah mencapai jalan buntu, Maou pasti akan bergerak, tanpa menghiraukan keselamatannya.
Namun, meski Maou yang tanpa kekuatan apapun, bergerak sekarang, Suzuno tak berpikir kalau dia akan mampu menghadapi tiga malaikat agung di saat yang bersamaan.
"Sialan....."
Ketika Suzuno mengepalkan tangannya seperti seorang anak kecil dan hendak memukul atap bangunan di bawahnya....
"Hey, tunggu dulu! Mungkin kita belum harus menyerah!"
"....Eh?"
"Karena Kota Kekaisaran ada di sebelah sana, itu artinya ini adalah sektor Orius. Dengan kata lain... di sana! Bangunan itu! Itu pasti Institut Pengawasan Sihir."
"Institut Pengawasan Sihir? Itu kan kantor Emerada-dono....hm? Sektor Orius milik Saint Aire? Tu-tunggu, kalau seperti ini, jangan-jangan bangunan ini...."
Suzuno memandang atap yang hendak dia pukul dan membelalakkan matanya.
"Itu benar. Jika ingatanku tidak salah, ini adalah tempat pemeriksaan. Gereja milik Saint Aire di sektor Orius."
Suzuno merasa kalau kakinya yang beberapa saat lalu merosot ke lantai, kini telah mendapatkan kembali energinya.
Masih ada harapan. Jika semuanya berjalan lancar, mereka mungkin bisa segera kembali ke Azure Sky Canopy.
Alberto menatap mata Suzuno, mengangguk dengan tegas, dan mengatakan,
"Saat ini, Em ada di bawah kita."
XxxxX
Angin kencang mulai berhembus dan awan abu-abu mulai menutupi langit Azure Sky Canopy.
Gabriel yang menyaksikan badai ini dari dinding yang menghubungkan Menara Kastil Azure Sky Canopy, memandang bulan yang bersembunyi di balik awan dan tersenyum tipis.
"Memang tak ada yang menonton, tapi dengan begini, tak peduli apa yang terjadi di kota ini, tak satupun orang yang akan menyadarinya."
Kalimat tersebut tertiup terbawa oleh angin, dan tak dapat terdengar oleh siapapun.
"Pahlawan Emilia dan orang yang memimpin Pasukan Raja Iblis yang baru, Jenderal Iblis Alsiel. Dengan begini, semua aktor telah berkumpul. Kalian pasti memikirkan hal itu, bukan? Naif. Kalian itu hanya bisa menikmati drama tak bernaskah ini!"
Gabriel memandang bagian selatan Azure Sky Canopy dan mengangguk puas.
"Jika manusia menjalani kehidupan yang mudah seperti itu, mereka pasti akan menjadi tak berguna. Mereka harus bergerak dengan seluruh kemampuan mereka di beberapa titik. Karena, kita ini juga hidup."
---End of Part 1---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 2 Part 2
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
4 Komentar
Sankyu min! BTW update setiap kapan min, kalau boleh tahu?
BalasGak pasti, klo udah selesei ya update, klo belum ya belum :3 tapi utk saat ini blum bakal ada update, ane masih ngerjain projek grimgar.. :3
BalasLoh min, blum bakal update lagi? Kapan lanjut? :(
BalasGpp deh min belum bisa update juga. Tetap setia menunggu. Wkwk
Balas