Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Menyaksikan Revolusi di Ente Isla -2


Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Menyaksikan Revolusi di Ente Isla.

Olba, melihat Maou dan yang lainnya dari bawah, terlihat sangat khawatir.

Situasi ini jelas-jelas bukan bagian dari rencana.

Dilihat lebih teliti, kekacauan dan kebingungan mulai menyebar di dalam Fangan Milita... dan bahkan juga di dalam Kesatria Hakin.

Pertarungan yang tiba-tiba berhenti dan cahaya ungu yang membelah langit.

Para tentara mendongak ke arah sang Pahlawan dan Jenderal Iblis yang telah bertarung sengit melebihi intelegensi manusia, tapi mereka sekarang malah berkumpul seperti sebuah keluarga yang terpisah begitu lama.

Tentu, 'Pasukan Raja' yang sebelumnya mengejar sebuah kendaraan misterius tengah berada dalam situasi yang aneh.

Meskipun tak diketahui kenapa Raja Iblis Satan tetap berada dalam kondisi yang sama seperti saat di Jepang, bagaimanapun, mustahil mereka tidak melihat keadaan ini.

Gangguan Raja Iblis Satan seharusnya tidak ada dalam naskah mereka.

Tapi asalkan 'mereka' datang, bahkan Raja Iblis Satan pun bukan tandingan bagi mereka.

Begitu dia memikirkan hal tersebut, 'orang' yang menjadi tempat di mana Olba menaruh harapannya pun muncul di langit kejauhan.

Entah itu kedua Malebranche yang bertugas menghentikan Olba ataupun Emilia dan Alsiel yang berada di langit, mereka menoleh ke arah 'orang-orang' itu muncul.

Itu benar, semuanya masih belum berakhir.

Hanya saja, musuh yang harus mereka kalahkan sambil bekerja sama dengan Emilia sedikit bertambah.

Dalam skenario terburuk, asalkan dia menggunakan kekuatan 'mereka', tidaklah mustahil memusnahkan semua orang yang ada di udara untuk menyelesaikan masalah.

“Gabriel...!”

Tepat ketika Olba hendak memanggil dan mendekati mereka....

“Syukurlah anda sehat-sehat saja, Olba-dono.”

Aura membunuh yang terasa dingin menikam Olba dari belakang.

Dia samar-samar bisa mengingat suara wanita ini.

“Aku tidak pernah menyangka kalau Olba-dono yang menghilang di Jepang ternyata ada di Afashan.”

“K-kau....”

“Tapi.... ada satu masalah yang sangat disesalkan sehingga menutupi kebahagiaan yang kurasakan setelah bertemu Olba-dono yang kuhormati, dan itu bahkan akan mengutuk anda. Aku tidak bisa mengabaikan tindakan licik seperti mengkhianati Gereja yang telah Olba-dono lakukan.”

Kali ini, melihat pemilik suara yang berada di belakangnya, Farfarello menanggapinya dengan kaget.

“Ah, kau.... Berarti, apa kau yang mengendarai moped tadi?”

Farfarello membungkuk kepada Jenderal Iblis baru yang pernah dia temui di atap Gedung Metropolitan Tokyo.

““Crestia Bell....””

Pekikan Olba salip menyalip dengan sapaan Farfarello.

Ketua penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja, Kamazuki Suzuno.... yang juga dikenal sebagai Crestia Bell, berbicara dengan nada yang sangat tenang.

“Sayangnya, itu bukan aku. Aku baru saja kembali ke sini dari Benua barat. Orang yang mengendarai moped tadi sekarang ada di sana.”

“Apa?”

Sekelabat perasaan yang rumit terlihat di wajah Bell, tapi setelah melirik ke arah langit, dia segera menenangkan raut wajahnya dan berbicara kepada Farfarello.

“Kepala suku Malebranche, hanya untuk saat ini, aku perintahkan kalian sebagai Jenderal Iblis dari Pasukan Raja Iblis yang baru, Crestia Bell.”

“A-apa? Pasukan Raja Iblis yang baru? Farfar? Apa yang terjadi?”

Nampaknya Barbariccia tidak mengetahui hal tersebut dan berteriak, Farfarello menghentikannya dari samping.

“Barbariccia-sama.”

“T-tapi....”

“Lalu Jenderal, apa perintah anda?”

“Be-Bell, apa yang kau rencanakan....”

Bell mengabaikan pertanyaan Olba dan mengatakan,

“Para kepala suku Malebranche dan klan kalian masing-masing, asalkan kalian bersedia mematuhi perintahku, Raja Iblis Satan pasti akan memaafkan tindakan kalian yang seenaknya dan mengizinkan kalian kembali ke sisi Menteri Iblis Camio, wakil Raja Iblis.”

“Ma-manusia, kau kenal Camio-sama?”

Kata-kata Bell membuat Barbariccia merasa sangat terkejut, sementara Farfarello mengangguk, dan menjawab,

“Baik. Saya bersedia mematuhi perintah yang Jenderal keluarkan.”

Kepala suku Malebranche, dengan sebuah tatapan tajam, mendongak ke arah masternya yang sebenarnya, Maou Sadao alias Raja Iblis Satan dan ketiga figur yang berhadapan dengannya.

“Dengan situasi sekarang ini, aku tidak akan membuat alasan atas kebodohan kami. Tapi kami telah dikhianati oleh Olba sekaligus orang-orang dari Surga dan kehilangan banyak penduduk kami. Jadi kami harus menerima hukuman yang pantas.”

“Pengertianmu merupakan sebuah bantuan besar.... Olba-dono tidak keberatan, kan?”

Bell melepaskan aura membunuh yang bisa membekukan orang lain.

Saat ini, orang yang ada di hadapan Olba bukanlah wanita yang bekerja sebagai bawahannya, bukan orang yang bertanggung jawab atas misi suci penyelidikan dan berbagai pekerjaan kotor.

Dan karena Bell berada di hadapannya, Olba bisa dengan jelas merasakan kepercayaan diri yang berasal dari cahaya dan keadilan, kebanggan pada dirinya sendiri, dan pesona serta kekuatan yang dihasilkan dari hal-hal tersebut.

“A-apa yang kau katakan, apa yang terjadi denganmu....”

“Olba-dono, entah itu dulu maupun saat ini, harapanku sama sekali tidak berubah. Satu-satunya harapanku adalah agar dunia ini bisa membimbing penduduknya berjalan ke arah jalan keyakinan yang cerah, sebuah jalan yang dipenuhi keadilan dan kedamaian. Aku mendapatkan tekad untuk mewujudkan tujuanku ini di dunia asing yang jauh.”

Usai mengatakan hal tersebut dengan tenang, Bell sekali lagi menatap ketiga pria yang menghadapi Maou dan kawanannya.

Dia tidak akan keliru, pria besar yang mengenakan armor merah itu adalah pria yang telah menghancurkan sisa-sisa keimanannya terhadap Tuhan yang dia percayai, Kamael.

Pria lain yang tidak pernah dia temui sebelumnya, berdasarkan penjelasan Maou dan Emilia, dia pasti adalah malaikat yang dikenal sebagai Raguel.

Adapun si orang terakhir, sama sekali tak perlu memastikan identitasnya.

Dengan tubuh besar dan selalu menunjukan senyum santai seperti sedang meremehkan orang lain, memakai T-shirt bertuliskan 'I LOVE LA' adalah malaikat penjaga Yesod Sephirah, Gabriel.


XxxxX


“Yo, kalian sutradara kasta ketiga akhirnya muncul juga.”

Maou menunjukan senyum tak kenal takut di depan 3 malaikat tersebut.

“..... Serius, seberapa jauh kau ingin menghalangi kami.”

Wajah Kamael mengkerut geram.

“Satan.....! SATAN!!!”

Kamael yang sudah tidak peduli lagi apakah Maou berada dalam wujud iblisnya atau tidak, dan langsung dikendalikan oleh amarah begitu melihatnya, berteriak tak jelas seolah akan menyemburkan magma dari mulutnya.

“Kami tidak akan membiarkanmu lolos kali ini. Meski sebelumnya kudengar kau mengalahkan Kamael dengan telak, kita ini ada di Ente Isla sekarang. Di atmosfer dunia ini, sihir suci memiliki rasio yang begitu besar, Raja Iblis, mustahil kau bisa menang melawan kami.”

“Raguel, kau sebaiknya mengatakan itu setelah kau benar-benar menang. Kalau tidak, pasti memalukan jika pada akhirnya kau kalah, lo? Aku ini masihlah pemimpin para iblis, dan di saat seperti ini, aku pasti akan mengejekmu dengan sangat parah, yeah?”

“Siapa yang menang dan siapa yang kalah akan bisa kita lihat secepatnya. Dan sepertinya kau tidak memiliki kekuatan aneh yang kau gunakan ketika mengalahkan Kamael.”

Maou mengalihkan perhatiannya dari Raguel, dan mengganti targetnya.

“.... Lalu, apa yang akan kau lakukan Gabriel, apa kau juga akan ikut bertarung?”

Maou menoleh ke arah Gabriel yang berdiri di samping Raguel dengan tangan terlipat, Gabriel pun mengangguk dengan tidak bersamangat dan mengatakan,

“Hm kalau soal ingin bertarung atau tidak, seharusnya sih bertarung?”

“Sementara untuk yang satu lagi.... ah sepertinya aku tidak perlu bertanya.”

Begitu melihat Maou, Kamael langsung menatapnya dengan tatapan haus darah.

Meski dia tidak membawa ranseur yang terlihat di SMA Sasahata, dari pengalaman mereka, Maou dan yang lainnya tahu, meski seorang malaikat agung bertarung dengan tangan kosong, mereka masih bisa mengeluarkan kekuatan yang sangat dahsyat.

"Demi kedamaian Surga, kami harus mengusir iblis jahat dari Ente Isla. Raja Iblis Satan, aku tidak akan membiarkanmu datang dan menghalangi semuanya begitu saja."

Namun, Maou menertawai kata-kata Raguel.

"Kalian ini benar-benar kasta ketiga ya. Hal-hal seperti itu, Pahlawan yang terhormat ini sudah melakukannya lebih dulu. Entah skala atau pemainnya, punya kalian itu jauh lebih kecil dibandingkan dengannya, dan kau masih bilang kalau kau ingin mengusir para iblis jahat? Bahkan jika kau ingin menjiplak film terkenal pun, kau harus sedikit lebih berusaha, dasar kelas B!"

"Dia sama sekali tidak berubah."

Sudut bibir Emilia terangkat membentuk sebuah senyum karena ejekan tersebut.

"Apapun yang kau katakan, hal ini sangat penting dalam rencana kami. Dan meski Emilia ada di pihakmu...."

Tatapan licik Raguel yang sama sekali tidak seperti malaikat, membuat Emilia mengkerutkan bibirnya merasa jijik.

"Apa yang akan terjadi dengannya setelah ini? Tak masalah jika dia ingin menjadi musuh kami, tapi membantu Raja Iblis Satan di depan banyak orang dan mengkhianati dunia manusia, apa yang akan kau lakukan nantinya?"

"Ugh..."

"Jangan lupakan juga soal ladang gandum ayahmu yang masih berada dalam kendaliku dan Olba. Jika kau berani melawan kami sekarang, tidak hanya Raja Iblis, bahkan ayahmu yang baru saja kau temui setelah sekian lama pun akan kami singkirkan!"

"Huuh? Ladang gandum ayah?"

Potongan informasi yang baru pertama kali dia dengar ini membuat Maou menoleh ke arah Emilia.

Emilia tidak mampu menatap mata Maou dan menundukan kepalanya, tersipu.

Dari sudut pandang Maou, dia mungkin berpikir kalau Emilia seperti mengikat dirinya ke dalam kepompong karena terlalu keras kepala terhadap hal-hal yang tidak penting.

Berpikir kalau dia akan dipandang rendah oleh Maou, Emilia pun terdiam karena rasa ketidakberdayaan.

"..... Huuh, yah, lupakan!"

Tapi tak disangka, Maou tidak menceraminya dengan sesuatu seperti 'Apa kau ini bodoh?'.

"Apa yang berharga bagi setiap orang itu berbeda-beda. Huft~ tapi kalau begini...."

Lalu Maou menatap Raguel dengan jengkel.

".... berarti kalian sudah menunjukan betapa rendahnya kalian ini. Apa kalian serius? Bahkan si mesum Sariel yang merepotkan itu berencana memenuhi harapannya dengan kekuataannya sendiri, dan dari hal ini, dia itu 100 kali jauh lebih baik ketimbang kalian."

Maou memperlihatkan ekspresi jijik, lantas meninju telapak tangannya sendiri.

"Pokoknya..."

Ucap Maou.

"Meski aku tidak tahu di mana rumah Emi, asalkan kami menyingkirkan kalian di sini, kami tidak perlu khawatir kalau tempat itu akan dihancurkan. Acies, walau keadaan Nord seperti ini, kau masih bisa bertarung, kan?"

Tanya Maou kepada Acies.

Acies memang sudah mengganti target penggabungannya dari Maou ke Nord ketika dia menemukan Nord dilindungi oleh Libicocco di Cloud Detached Palace, tapi dari penjelasan Acies, jika si Yadorigi Nord berada dalam keadaan tidak sadar, kekuatan Acius pun juga akan melemah.

"Auggh... Hm, tapi Maou, kau ingin memberikan mereka pelajaran, kan? Kalau iya, aku punya cara yang lebih baik. Jika itu di sini, cara itu seharusnya bisa."

Walau air mata dan ingusnya masih belum berhenti, Acies tetap menjawab panggilan Maou, tubuhnya mulai memancarkan sinar keunguan.

"Hey, orang yang terlihat keras di sana!"

"Hm?"

Acies dengan tenang mendekati Alsiel.

"Di tempat ini Maou terus menerus muntah. Itu mungkin karena dasarnya adalah sihir suci, tapi ini mungkin akan bekerja, jadi aku akan mengambilnya."

"Apa? H-hey? Di mana kau menaruh tanganmu... Hentikan! Apa kau tidak malu!? Apa yang kau lakukan?"

Acies mencengkeram leher Alsiel yang berlutut kepada Maou, lalu dengan paksa mengangkatnya ke atas dan memeriksa armor keras yang cocok dengan image jenderalnya menggunakan tangan kosong.

"Aah!! Apa-apaan ini!? Se-setelah susah payah...."

Itu bukanlah teriakan dari Alsiel, melainkan Ashiya Shirou.

Armor dan jubah yang dikenakan oleh sang jenderal, setelah dirusak oleh gadis fragmen Yesod, kini menjadi sangat buruk.

Begitu dia memikirkan uang dan usaha yang dikeluarkan untuk membuat perlengkapan ini dan martabatnya sebagai seorang jenderal, Ashiya Shirou hanya bisa berteriak.

"Benar ada satu di sini!!"

Acies yang membuat sang Jenderal Iblis setengah telanjang, mengangkat sebuah benda dengan puas.

Itu adalah fragmen Yesod.

Itu adalah fragmen Yesod yang Olba bawa ke Dunia Iblis, fragmen yang membuat bola komunikasi Ciriatto bersinar dan pada akhirnya jatuh ke tangan Barbariccia. Fragmen itu tidak bereaksi terhadap sihir suci, melainkan pada sihir iblis.

"Setelah melihat hal ini, kurasa mungkin orang itu bisa melakukannya."

"A-apa maksudnya itu?"

Mengabaikan Alsiel yang memekik karena gelarnya sebagai Jenderal Iblis dirusak, Acies menunjukan selebrasi kemenangan kepada Maou, sepertinya dia sudah kehilangan minat terhadap Alsiel, dan terbang menuju sisi Maou.

"Hey.... A-apa yang kau lakukan?"

Acies memegang tubuh Maou dan menggerakkan dahinya ke arah dahi Maou.

Walau sedang berada dalam situasi seperti ini, Emilia tersipu malu karena melihat wajah Maou dan Acies yang begitu dekat.

".... Itu benar, orang normal pasti akan berpikir begitu. Bukannya aku yang terlalu malu. Mau bagaimana lagi, ini adalah kesalahpahaman."

Tepat ketika Emilia mendengar suara Maou yang terdengar lega, bidang pandangannya seketika dipenuhi cahaya keunguan.

Dahi Maou dan Acies bersentuhan di dalam cahaya.

"Agar bisa saling 'mengerti', memang tak bisa dilakukan tanpa menyentuhkan dahi masing-masing."

Dan kemudian, hal itu terjadi.

Ngomong-ngomong, Emilia harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mencegah agar barrier yang melindugi ayahnya tidak hancur.

Ketika akhirnya dia berhasil membuka matanya, sebuah kejadian aneh terjadi di hadapannya.

Aliran cahaya ungu dan hitam.

Mungkin itu bisa digambarkan dengan angin, cahaya, kegelapan, dan pasir.

Itu adalah aliran sinar berwarna hitam pekat dan ungu.

Langit yang melambangkan keagungan dan keindahan ibukota kerajaan kini ditutupi oleh warna hitam dan ungu. Kemudian, sebuah suara yang begitu dalam, terdengar.

"Aku benar-benar punya bawahan yang hebat."

Meski begitu, suara itu tetap terdengar santai.

"Ashiya, hebat sekali kau punya fragmen seperti ini."

"Eh?"

"Sebuah fragmen yang terpapar sihir iblis untuk waktu yang sangat lama.... berkatmu, Acies menjadi semakin cocok denganku."

".... Fwehehe~"

"??"

Saat aliran sinar hitam dan ungu itu menghilang, orang yang terlihat di dalamnya adalah Maou yang masih mempertahankan wujud manusianya disertai sihir iblis dan.....

"Bersiapkan kalian, dasar malaikat busuk!!"

.... Acies yang matanya kini berwarna merah, dengan ekspresi sengit di wajahnya.

"Maou, ayo kita bunuh mereka!!"

"Ooh!!"

Ketika mengucapkan kata-kata berbahaya itu, Acies juga menunjukan senyum yang memperlihatkan gigi-giginya. Dan saat dia memancarkan sinar ungu ketiganya, seluruh tubuh Acies seketika berubah menjadi bola-bola cahaya, terserap ke dalam tubuh Maou.

Emilia yang menyaksikan fenomena tersebut, mematung.

Bukankah itu fenomena yang terjadi ketika Alas Ramus bergabung dengan Emilia?

Dan, tidak hanya Emilia, bahkan Alsiel, Bell, dua kepala suku Malebranche, Olba, dan para tentara Hakin yang menunggu di bawah, semuanya begitu terkejut melihat apa yang terjadi selanjutnya.

“.... Evolving Holy Sword, One Wing...?”

Emilia tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Apa yang muncul di tangan Maou adalah 'Evolving Holy Sword, One Wing' seperti yang Emilia gunakan setelah bergabung dengan Alas Ramus.

Satu-satunya perbedaannya adalah kekuatan yang mengisi pedang tersebut bukan sihir suci, melainkan sihir iblis, dan dari auranya, itu bukan hanya replika sederhana.

“Pedang suci.... lain....”

“Acies adalah adik.”

Saat semuanya merasa terkejut oleh kemunculan pedang suci tersebut, hanya Alas Ramus yang mengatakan kata-kata itu dengan tatapan bahagia.

“A-adik? Mak-maksudmu anak yang dipanggil Acies Ara itu?”

“Ya, Acies adalah adik. Sebagian dari Yesod.”

“Sebagian....”

Emilia begitu terkejut ketika mendengar kata-kata Alas Ramus.

Sampai sekarang, dia tidak pernah memikirkan makna di balik nama, Evolving Holy Sword, One Wing.

Karena wujud pedang suci bisa berubah tergantung jumlah sihir suci yang diberikan, Emilia pikir itulah makna dari kata 'Evolving'.

Sedangkan untuk 'One Wing', dia pikir itu hanya nama semata.

Namun....

Hanya dengan satu buah, sayap tidak akan bisa digunakan.

Untuk apapun yang melebarkan sayapnya dan terbang ke udara, mereka memerlukan sepasang sayap.

Kalau begitu, pasti ada satu sayap lain di suatu tempat.

“Ta-tapi itu adalah pedang suci, kan? Kenapa Raja Iblis bisa.... dan 'pedang suci' memancarkan sihir iblis.....”

“Fragmen Yesod sepertinya tidak hanya terpaku pada kekuatan suci saja.”

Orang yang menjawab Emilia adalah Alsiel, yang sedang mencoba memperbaiki armor dan bajunya.

“Kita sepertinya punya kesalahpahaman besar mengenai keberadaan Sephirah. Benda yang kau dan Alas Ramus miliki, dengan benda yang dimiliki Maou-sama dan gadis itu, bukanlah pedang suci..... ah, ada kancing yang hilang.....”

“Yesod menghubungkan kehidupan satu dengan kehidupan yang lain serta cabang jiwa. Aku selalu bersama dengan Acies.”

"Menghubungkan cabang jiwa....??"

Emilia masih tidak bisa mencerna kata-kata anaknya....

“Papa, lakukan yang terbaik!”

Dan seolah termotivasi oleh sorakan Alas Ramus, pertarungan Satan pun dimulai.

Maou mengayunkan pedang sucinya dengan wajah tidak senang.

“Hm?”

“.... Ugh!”

“Woah.”

Hanya dengan hal itu saja, ketiga malaikat itu secara refleks langsung bersiaga.

Hanya dengan ayunan pedang suci saja, sudah cukup untuk membuat para malaikat itu menjadi gugup.

Sihir iblis Maou yang berada di titik terkuatnya seperti saat ia menyerang Ente Isla dulu, anak yang terlahir dari Yesod Sephirah yaitu Acies yang hingga beberapa saat lalu menangis, lalu ada fragmen yang dibawa ke Dunia Iblis oleh Olba, kemudian diserahkan kepada Alsiel melalui Barbariccia. Saat ketiga hal itu digabungkan, kekuatan yang dihasilkannya pun tentu sangat besar.

“Huuh, intinya....”

Ucap Maou dengan jengkel.

“Aku akan menyingkirkan kalian. Dengan begitu, perang di bawah sana pasti bisa diselesaikan lewat negosiasi antar manusia, dan rumah Emi, di manapun letaknya, juga bisa menghindari kehancuran. Hal-hal yang lainnya bisa diurus nanti.”

“Apa..... ugoh!!”

Semua orang yang ada di sana tidak sempat mendengarkan kata-kata Maou sampai selesai, dan ketika mereka tersadar, Raguel sudah diterbangkan oleh sebuah kekuatan yang dahsyat.

Tak seorangpun bisa melihat pergerakan Maou dengan jelas.

Bahkan Gabriel dan Kamael hanya bisa melihat Raguel yang awalnya berada di samping mereka, seketika berubah menjadi Maou.

Gelombang suara yang tidak bisa mengikuti pergerakan Maou, menyebar menjadi gelombang kejut. Dari hal itu, bisa dilihat kalau kecepatan Maou kini sudah melebihi kecepatan suara.

Emilia menciptakan mantra barrier untuk melindungi Nord dan Alas Ramus, Alsiel juga berkonsentrasi untuk melindungi dirinya dan mencegah bajunya kembali berantakan.

Setelah melihat Raguel terlempar, Kamael dan Gabriel pun langsung memanggil Tombak Besi Hitam dan Durandal mereka secara refleks, tapi tindakan seperti itu tetaplah percuma.

“Satan..... aku pasti akan membunuhmu hari ini.....”

“Hey, Kamael? Jika kau tidak tenang sedikit, semuanya akan jadi sangat gawat, kau tahu?”

Ekspresi gentar yang begitu langka terlihat di wajah Gabriel. Sementara itu, Tombak Kamael memancarkan aura membunuh seperti sebuah bilah pedang, dan kebencian yang terasa dari balik helm full face-nya, menyebabkan ekspresi yang ada di bawah helm tersebut bisa dengan mudah dibayangkan.

“Bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuuuuuh!!”

“.... hey, aku ini tidak pernah bertemu denganmu.”

“Sataaaaaan! Oohhhhh!!”

Maou menangkis ujung tombak Kamael dengan sangat cepat sehingga cukup untuk menghasilkan ruang kosong seperti sedang menghadapi sebuah pedang bambu.

“Uhm?”

“Heh.”

Maou tidak melewatkan celah tersebut dan menebaskan pedangnya secara horizontal ke arah Kamael yang ada di kanannya, sambil menembakkan bola energi hitam ke arah Gabriel di sisi kirinya.

“Satannn urgh!!”

“Ugah!”

Dua Malaikat Agung itu sama sekali tidak mampu mengimbangi kecepatan Maou, tombak Kamael pun terbelah menjadi dua karena tidak bisa menahan kekuatan tebasannya, sementara Gabriel yang tidak bisa menahan kekuatan Maou, terlempar jauh ke belakang seperti Raguel.

Maou melempar ketiga Malaikat Agung itu ke arah yang berbeda-beda, dan dengan mata yang membara penuh kemarahan seperti mencerminkan bulan merah di langit, dia dengan sombong menatap mereka yang sudah bertindak kurang ajar.

“Aku benar-benar marah! Kalian telah mempermainkan dan mengganggu, rekan-rekanku, bawahanku, pendudukku, dan para manusia yang ingin kutaklukan. Itulah kenapa aku tidak akan membiarkan kalian lolos hari ini!”

“Tu-tunggu!”

Emilia memperkuat barrier ayahnya, tapi tak lama dia memindahkan ayahnya ke belakang tubuhnya dengan cemas, dia melakukan itu karena pandangan Emilia juga tidak bisa mengikuti pergerakan Maou.

Gabriel dan malaikat berarmor itu tentu memiliki kemampuan bertarung yang melebihi manusia, tapi Malaikat Agung yang bisa membuat Maou dan Emilia menari di telapak tangan mereka ketika berada di Jepang, kini dibuat berlarian oleh Maou yang bahkan tidak berada dalam wujud iblisnya.

Evolving Holy Sword, One Wing milik Maou, memotong Durandal yang masih sedikit rusak menjadi dua.

Tinju Maou juga menghancurkan armor Kamael seolah itu adalah sepotong kertas.

Dan sekarang, Maou malah tidak menggunakan tangannya untuk menghadapi Raguel yang berhasil pulih dari benturan di awal tadi, hanya dengan pancaran yang dikeluarkan dari matanya, sebagian rambut afro milik Raguel yang menjengkelkan kini telah lenyap.

“Tu-tunggu, ini terlalu berantakan.... uwaahhhhh!!”

Tepat ketika pundak Gabriel terpotong oleh bilah pedang suci Acies dan berdarah, kemudian berjungkir balik...

“Satan, Sataaannnn! Siaaaall!!”

Kamael yang bagian dada armornya hancur, mengerang kesakitan.

“A-apa yang terjadi, apa kau benar-benar Satan yang dulu dipermainkan oleh Gabby?”

Sedangkan Raguel yang rambutnya menjadi seperti potongan puzzle, mungkin seperti yang dia katakan sebelumnya soal dia yang tidak handal dalam bertarung, dalam pertarungan ini, dia bahkan tidak bisa mendekat ke arah Maou.

“Yeah, karena putriku sedang menonton, sebagai seorang ayah, aku harus bekerja lebih keras daripada biasanya, kan!?”

“Ughhh!!!”

Maou mengayunkan Evolving Holy Sword, One Wing ke arah Raguel yang jelas-jelas berada di luar jangkauan serangnya.

Namun seolah mengikuti jejak pedang tersebut, Raguel pun tertebas oleh pedang yang tak terlihat, dan kekuatan yang Maou lepaskan dalam jarak yang begitu jauh, meninggalkan luka-luka kecil di tubuh Raguel.


XxxxX


Olba, Barbariccia, Farfarello dan Milita yang ada di bawah hanya bisa terpaku menyaksikan pertarungan tersebut.

Situasi yang terhampar di atas mereka sudah melebihi tingkat pemahaman mereka.

“A-aku tidak pernah menyangka kalau para malaikat agung itu bisa.....”

Orang yang paling merinding melihat situasi ini adalah Olba.

Dia awalnya meyakini, meski sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, para malaikat agung itu pasti bisa membereskan kekacauan tersebut menggunakan kekuatan mereka yang besar.

Ya, mereka memang memiliki kekuatan seperti itu, dan dari apa yang Olba ketahui, bahkan kekuatan Raja Iblis ketika dia berada dalam kekuatan penuhnya pun hanya bisa bertarung seimbang dengan Emilia.

“... Kalau begitu, sekaranglah saatnya.”

Satu-satunya orang yang tetap tenang dalam situasi ini, tentu adalah rekan Maou, Crestia Bell.

“B-Bell, apa maksudmu? Mereka itu malaikat sungguhan, apa kau ingin berpihak pada Raja Iblis Satan dan mengkhianati Surga serta seluruh Ente Isla bersama dengan Emilia?”

Walau Olba memarahinya dengan tegas, Bell tetap terlihat tidak gentar, dia sudah tidak mempercayai  keyakinan yang Olba sebutkan.

“Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan mendengar kata-kata itu dari mulut Olba-dono.”

Dengan sebuah senyum kecut, Bell berjalan dari belakang Olba dan perlahan mendekati Milita.

“Di dunia ini, tak ada yang namanya 'malaikat sungguhan', iya kan?”

“....A...pa???”

Bahkan Olba yang mengkhianati Gereja tanpa ragu, terdiam oleh kalimat yang tidak mungkin diucapkan oleh seorang Penyelidik Gereja.

Apa yang wanita ini katakan? Apa dia tidak melihat eksistensi yang ada di depan matanya itu?

Olba mengalihkan pandangannya ke arah tiga malaikat yang sedang bertarung di langit, tapi Bell menggelengkan kepalanya, dan menjawab,

“Mereka hanyalah manusia yang menyebut diri mereka Gabriel, Kamael, dan Raguel.”

Kemudian dia menyatakan,

“Jika memiliki sayap dan kekuatan yang besar berarti mereka bisa menyebut diri mereka malaikat, maka aku akan pergi ke Tokyu hands membeli properti sayap dan memakainya, lalu menyebut diriku seorang malaikat. Orang seperti Olba-dono, jangan-jangan anda sungguh berpikir kalau orang-orang itu adalah malaikat yang disebutkan dalam Alkitab?”

Ketika ia menyatakan hal tersebut kepada Olba, di wajah Bell, dia sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda cemooh ataupun rasa jijik.

Dia memasang ekspresi seorang penyelidik yang mempertanyakan keyakinan seorang pria ketika apa yang dia percayai disangkal.

“Malaikat yang diyakini oleh orang-orang seharusnya menjadi simbol kebaikan dan panutan, menjadi eksistensi yang manusia gunakan untuk melekatkan pelajaran dari Gereja dan Alkitab ke dalam hati mereka, bukan manusia-manusia yang datang dari tempat yang sangat jauh dan memiliki kekuatan yang besar. Aku tidak tahu kapan Olba-dono menjadi sesat, tapi begitu aku berpikir bahwa Olba-dono yang kuhormati tidak bisa memahami hal semacam ini, aku benar-beanr sangat sedih.”

Bell menatap Olba dengan tatapan sedih, lantas kembali ke ekspresi tenangnya.....

“Para Kesatria Hakin yang berkumpul di bawah bendera Milita, tolong dengarkan aku!”

Teriaknya kepada para kesatria yang kebingungan menyaksikan pertempuran di langit.

“Aku tahu kalian semua bingung. Tapi kejadian yang kalian lihat saat ini adalah benar adanya. Saat ini, dua Pahlawan yang membawa pedang suci sedang menghukum iblis yang menyebabkan Kekaisaran Afashan yang kita cintai ini jatuh ke dalam teror!”

“A-apa?”

“Kau bilang iblis?

“Pa-pahlawan dari pedang suci?”

“Emilia-sama, tapi....”

“Meski itu memang pedang suci, tapi kekuatan itu.....”

“Iblis itu maksudnya Alsiel, kan?”

Di antara para kesatria yang mendengar penjelasan Bell, sebagian besar dari mereka pasti mencurigai informasi baru ini, mereka berkumpul karena keinginan murni untuk mengalahkan Alsiel, jadi tentu mereka tidak bisa mempercayai kata-kata tersebut.

“Bell, apa yang kau....”

Ucapan Bell yang terkesan konyol dan dibuat-buat, yang mana memang ditujukan untuk mengalihkan pokok pembicaraan, membuat Olba sangat terkejut.

Meski dia tidak tahu apa yang Bell rencanakan, hanya dengan satu orang mengemukakan pembicaraan seperti itu, siapa yang akan mempercayainya?

“Orang yang di sebelah sana itu adalah Alsiel! Tapi orang yang membawa bencana ke Afashan kali ini bukanlah Alsiel, juga bukan Malebranche. Aku akan membuktikan hal itu kepada kalian! Izinkan aku mengundang rekan dari sang Pahlawan Emilia, Olba Meyers....”

“A-apa?”

Menanggapi namanya yang tiba-tiba dipanggil, Olba sesaat terlihat bingung, tapi Bell masih belum selesai berbicara,

“Alberto Ende..... kepala suku Malebranche, Libicocco.....”

“Apa!?”

Di arah yang Bell tunjuk, beberapa sosok kini terlihat.

Di sana, Olba melihat rekan lamanya Alberto, sekaligus seorang Malebranche bertangan satu, dia pun merasa begitu terkejut. Namun, apa yang paling mengejutkannya adalah orang di samping Alberto yang berada di dalam perlindungan mantra barrier.

Tubuh orang itu lebih pendek daripada Bell, dan karena dia bungkuk, tinggi badannya bahkan terlihat lebih pendek lagi.

Meski dia memakai busana yang mewah, tubuh tua dan lemahnya membuat orang itu nampak menyedihkan dan lusuh, dia sama sekali tidak terlihat mulia.

"... sekaligus kaisar kerajaan Afashan, Unifying Azure Emperor untuk bersaksi."

Bell menyatakannya dengan tenang, tapi hal itu mampu mengguncang semua yang hadir di sana.

"Ya-yang mulia.....??"

Ucap seseorang dengan suara yang bahkan lebih terguncang dibandingkan saat mereka melihat Alsiel, dan setelahnya, ketika matahari pagi yang bersinar di langit menyinari wajah sosok tersebut....

"Yang mulia kaisar....!"

"Azure Emperor....!"

"Itu yang mulia kaisar!!"

"Kaisar!"

"Yang mulia!"

"Ber-berlutut, cepat berlutut!!"

Begitu pria tua yang bahkan kesulitan berdiri di kakinya sendiri itu muncul, kejadian itu seketika menghancurkan moral Milita.

Para tentara membuang senjata mereka, mereka memposisikan satu tinjunya di telapak tangan yang lain di depan dada dan membungkuk, mereka merendahkan kepalanya satu persatu, dan berlutut kepada pria tua tadi.

Dengan perintah Alsiel, dia sudah dilindungi oleh Libicocco sebelum Maou muncul, dengan perintah Maou, dia dibawa ke sini oleh Libicocco, dan saat ini, orang yang terlindung di dalam barrier Alberto adalah seorang pria tua pendek yang bisa terbang tertiup angin kapan saja.

Dia adalah orang yang menguasai kekaisaran besar Benua Timur, Kaisar dari seluruh Afashan, dia adalah Unifying Azure Emperor.

Wajahnya dipenuhi dengan keriput, dia menggunakan mata kusamnya yang terkubur di bawah kulit kering tanpa ada tanda-tanda semangat untuk melihat langit ibukota kerajaan, dan merintih dengan suara serak.

".... Seseorang."

Panggil pria tua itu dengan suara yang terdengar seperti sebuah erangan.

Orang yang mendongakkan kepalanya setelah mendengar suara itu adalah seorang Jenderal Seisuikin yang memiliki kedudukan cukup tinggi di antara kesatria Hakin lain di Milita.

"Jenderal Seisui.... apa yang dikatakan wanita itu.... semuanya adalah benar...."

"Ya!"

"Orang yang mendengar sendiri...... fitnah dari mereka yang menyebut diri mereka malaikat dan memanggil para Malebrache sebagai iblis.... adalah aku."

"Ya!"

Si Jenderal Seisuikin bercucuran keringat karena merasa gugup dan menyimak dengan seksama agar tidak melewatkan satupun kata yang diucapkan oleh Unifying Azure Emperor.

Entah itu berita baik atau berita buruk, bukanlah masalah sama sekali.

Apa yang diucapkan sang kaisar akan menjadi kebenaran, menyimak dan memahami maknanya adalah keadilan bagi Kesatria Hakin Afashan.

"Semua ini.... demi.... membuat Afashan, lebih makmur, agar.... seluruh dunia tahu, kalau kalian para penduduk Afashan... adalah orang-orang yang kuat."

"Kami tersanjung!"

"Namun, orang-orang itu.... hanya.... memanfaatkan kisah palsu, dalam legenda yang disebarkan, oleh para barbarian dari barat.... mereka memaksaku turun dari tahta, dan menjadikan Azure Sky Canopy milik mereka sendiri.... mereka melibatkan rakyat-rakyatku ke dalam pertarungan antara manusia dan iblis, mereka berencana melukai kalian...."

Kalimat dari Unifying Azure Emperor terpotong-potong dan bercampur dengan napas lemah, tapi meski tua dan lemah, kata-katanya masih dipenuhi ambisi, amarah, dan keserakahan seorang kaisar.

"Alasan kenapa..... Alsiel.... menempatkanku, di dalam Cloud Detached Palace demi keselamatanku.... adalah karena dia khawatir, kalau para kesatria Hakin, yang setia padaku akan saling bunuh, dan akhirnya dia membuat rencana ini. Lebih tepatnya, dialah yang menyelamatkan warga negaraku, dia adalah seorang ahli strategi yang merencanakan pertemuan ini, dengan prajurit... dari barat ini."

Bahkan para kesatria Hakin terguncang oleh kalimat tersebut.

Tapi di Afashan, apa yang dikatakan Unifying Azure Emperor adalah sebuah kebenaran.

Dan dia mengatakan bahwa Alsiel telah melindungi Afashan dan para penduduknya.

"Jika sejak awal, iblis yang datang mencariku adalah Alsiel.... kekusaanku... mungkin sudah menyebar, ke seluruh empat lautan dan kelima benua."

Apa yang menakutkan dari kalimat Unifying Azure Emperor adalah, jika pemimpin yang dibawa oleh para malaikat itu bukan Barbariccia, melainkan Alsiel, dan Afashan menyatakan perang terhadap benua lain dengan bergantung pada kekuatannya, dia mungkin sudah menguasai dunia.

"Kesatria... Hakin yang setia dan berani. Jangan salah mengenali musuhmu... berkumpullah di bawah pedang suci.... dan tunjukkan pada Surga, keagungan Afashan."

Mustahil seluruh tentara tidak mendengar suara serak itu.

Tapi meski begitu, para tentara tetap meluruskan postur mereka dan memberikan hormat kepada Unifying Azure Emperor.

"... Ketua Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja, Crestia Bell dan Uskup Agung Olba Meyers, tunduk terhadap keputusan Unifying Azure Emperor."

"H-hey, Bell, kau....?"

"Yo, Olba, kau terlihat hebat, lama tak jumpa."

Olba terlihat begitu khawatir karena gelarnya dipakai oleh orang lain tanpa izin, tapi Alberto yang menyerahkan sang kaisar kepada si jenderal Seisuikin, kini melingkarkan tangan besarnya pada pundak Olba seolah mereka adalah sahabat karib.

"Sebagai rekan sang Pahlawan, ayo kita lakukan yang terbaik, yeah..."

Ekspresi bahagia terlihat di wajah Alberto, tapi kemudian dia mendekat ke telinga Olba dan berbisik dengan suara yang tak bisa didengar siapapun.

"Aku tak tahu ambisi apa yang kau miliki, tapi itu semua berakhir di sini. Setidaknya matilah sebagai manusia."

"A-Alberto...."

"Lalu, Penyelidik Bell! Bisakah kau menjelaskan siapa yang seharusnya kita kalahkan... musuh sejati yang menjadi ancaman bagi Ente Isla, siapa mereka itu?"

Alberto, sembari menggunakan tangan besarnya untuk menahan Olba yang ingin memberontak, bertanya kepada Bell di saat yang bersamaan.

Bell mengangguk dan menunjuk ke arah langit.

"Aku telah membuat putusan sebagai Ketua Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja. Orang yang menentang para pemegang pedang suci adalah musuh kita para manusia yang sesungguhnya. Yang berarti itu adalah tiga 'pengkhianat' yang menyebut diri mereka malaikat."


XxxxX


"Ugh... Ha.... haha, hahahaha."

Gabriel yang bagian depan bajunya dicengkeram oleh Maou, tertawa getir saat kedua tangan dan kakinya menjuntai lemas.

"Ke-kejam sekali... a-aku sudah memberitahumu banyak hal, jadi kupikir kau akan sedikit menahan diri...."

"Berhentilah mengatakan sesuatu yang hanya menguntungkan dirimu sendiri! Aku sudah menahan diri. Tidak hanya karena insiden ini saja, aku sebenarnya masih dendam karena kau sudah menipuku beberapa kali."

"Hm... begitu ya, aku mengerti.... hahaha."

"Bagaimanapun, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan membawamu kembali ke Jepang dan membuatmu mengatakan semua yang kau ketahui."

"To-tolong ampuni aku...."

"Kau juga bisa memohon pada orang itu. Dia itu lebih kejam dibanding denganku."

"Ah... Nampaknya dia memiliki sifat yang keras kepala."

Maou dan Gabriel terfokus pada orang yang sama, dan tentu saja itu adalah Emilia.

Meski Emilia tidak bisa mendengar percakapan mereka dari tempatnya berada, mungkin karena merasa mereka sedang membicarakan sesuatu yang buruk tentangnya, Emilia pun memelototi keduanya.

"Ugh...."

"Sa..... tan....."

Kali ini, Raguel dan Kamael yang lehernya dicengkeram oleh tangan Maou yang lain di saat yang sama, mengerang.

Hanya dari hasil ini, pertarungan bisa disimpulkan dengan kemenangan telak Maou.

Dari apa yang Raguel dan gerombolannya rencanakan, Maou awalnya berpikir kalau dia akan mengalami pertarungan yang sulit.

Di Ente Isla di mana kedua pihak bisa menggunakan kekuatan penuhnya, dia tak menyangka kalau malaikat penjaga Pohon Kehidupan ternyata hanya memiliki kekuatan sebesar ini, hal itu bahkan membuat Maou merasa sedikit kecewa.

"Sepertinya aku harus menanyakan ini dulu. Dendam apa sih yang dimiliki Kamel terhadapku? Aku tidak ingat apapun soal ini, tapi jujur saja, kelakuan seperti itu sudah melebihi apa yang bisa disebut menjijikkan."

".... Hm, itu cerita yang panjang. Dan itu mungkin ada hubungannya dengan apa yang kau inginkan dariku."

"Kalau begitu kita bisa membicarakannya setelah kita kembali. Dan lagi, tanpa mempertimbangkan dirimu, apa yang bisa dilakukan soal mereka berdua? Jika kami hanya membuat mereka tidak bisa memulihkan kembali kekuatannya.... tunggu.... Hey, ke mana Iron pergi? Seingatku Iron itu Geburah, jadi seharusnya Kamael bertanggung jawab terhadapnya, kan?"

"Ah...."

Gabriel mengangguk seperti baru mengingat hal ini setelah Maou membahasnya.

"Itu benar... apa yang dilakukan Kamael, jika Iron melakukan tugasnya dengan benar, kami mungkin tidak akan kalah separah ini...."

"Eh?"

Kata-kata Gabriel membuat Maou agak terkejut.

"Jangan-jangan, Kamael bisa bergabung dengan Iron seperti Emi dan Alas Ramus?"

"Tidak.... ini sedikit berbeda dari bergabung... kenapa Iron...."

"Maou, apa kau barusan menyebut Iron?"

Kali ini, suara tajam Acies terdengar di dalam kepala Maou.

"Jangan berteriak tiba-tiba!! Ye-yeah, aku memang menyebut namanya. Jadi kau memang kenal Iron?"

"Tentu saja! Tapi aku tidak merasakan keberadaan Iron dari orang yang bernama Kamael itu. Selain itu, dia bukan orang yang bisa menjadi 'Yadorigi' kami."

"Apa katamu?"

Kata-kata Acies membuat Maou sangat terkejut.

Kamael tidak bisa menjadi 'Yadorigi'. Dengan kata lain, dia tidak bisa bergabung dengan anak yang terlahir dari Sephirah?

".... Hey, Yesod milikku bilang Iron tidak ada di sini."

"Eh, bagaimana mungkin... sebelum datang ke sini, dia masih bersama kami.... Kamael, bukankah kau bisa mengendalikan Geburah...."

"Mengendalikan? Jangan mengatakan hal-hal yang bodoh!! Kami ini tidak dikendalikan oleh siapapun! Semua Sephirah akan bergerak untuk mencari 'pengetahuan' dan akan lepas setelah menyempurnakan 'pengetahuan'nya! Yadorigi itu hanya pemindahan sementara! Kami ini permata yang menciptakan dunia! Kami tidak menerima kendali siapapun!"

"H-hey, tunggu, Acies, kau baru saja mengatakan sesuatu yang penting...."

"Maou! Abaikan saja orang-orang ini, dan ayo kita cepat cari Iron bersama Onee-san dan Yadorigi Onee-san! Lalu kita pergi ke rumah mereka dan membuat kekacauan! Cepat! Cepat! Cepat! Lebih cepat lebih baik!"

"Ssshhh, tenanglah, ada banyak hal yang harus kuurus, pertama-tama...."

"Raja Iblis, di atasmu!"

"......Sudah mau munduur??"

Ketika suara tajam Emilia terdengar, fenomena itu sudah terjadi.

"Uugh, i-ini!"

Gabriel yang bajunya masih dicengkeram oleh Maou, begitu melihat kejadian tersebut, dia seketika langsung mengerang.

Ruang kosong berputar dan retakan hitam muncul seperti ingin merobek langit biru nan indah yang disinari matahari.

Meskipun situasi aneh bisa dipastikan telah terjadi hanya dari hal ini saja, di sana sama sekali tidak terasa kekuatan apapun, tidak pula terdengar suara apapun, dan jika bukan karena peringatan Emilia, tak seorangpun akan menyadari fenomena itu. Itulah bagian teranehnya.

"Raja Iblis, kau sebaiknya lari. Ini sangat gawat!"

"Ahm?"

Seingat Maou, Gabriel tidak pernah sepanik ini sebelumnya.

Maou curiga kalau dia terbawa suasana dan berpura-pura seperti biasanya, tapi dari emosi yang terlihat di mata Gabriel, itu benar-benar tidak sesuai dengan gaya Malaikat Agung itu.

Gabriel benar-benar merasa takut.

"I-itu adalah 'gate'! Tapi bukan 'gate' biasa! Tapi sesuatu yang akan menghisap semuanya.... uwaahh!"

"U-ugoh?"

"Yaahh!"

"A-apa yang terjadi?"

Gate yang tiba-tiba muncul di udara, seperti mesin menghisap debu yang membersihkan kamar, kini mulai menghisap semua yang ada di bawahnya.

"U-ugh, apa yang terjadi!?"

Bell yang berada di bawah, berusaha menempel pada tanah dengan sekuat tenaga agar tidak terhisap oleh gate tersebut. Rasanya, kalau dia terlalu santai, dia pasti akan langsung tersedot ke atas.

Mengenai hal itu, Alberto dan Olba juga sama, dan meski para Kesatria Hakin saling menyangga satu sama lain membentuk rumah salju manusia untuk melindungi Unifying Azure Emperor, jika mereka tidak berhati-hati, kaki mereka pasti juga akan meninggalkan tanah.

"Ugh, ah, oh, tidak..."

Namun, sayangnya tak ada sesuatu di sekitar Bell yang bisa dia pegang, jadi tubuhnya dalam sekejap terangkat.

Dia mencoba terbang untuk melawan daya hisap gate tersebut, tapi tubuhnya tidak bisa mengeluarkan kekuatan apapun.

"Ah....."

Ketika Bell akan terhisap ke atas seperti dedaunan pohon......

"Kenapa kau melamun?"

Seseorang menahannya di udara.

Setelah berbalik dan melihat sosok besar di belakang yang menahan tubuhnya, Bell merasa begitu terkejut.

"Li-Libicocco??"

"Padahal kau sangat hebat ketika berada di Jepang, jangan panik hanya karena hal ini."

Orang yang menyelamatkan Bell adalah Malebranche yang pernah bertarung sengit dengannya, Libicocco.

"Ka-kau..."

"Aku tidak terhisap."

"Apa?"

"Sama halnya dengan Farfar dan Barbariccia. Alsiel-sama dan Maou-sama juga.... sepertinya gate itu hanya menarik sihir suci yang kuat...."

"Apa?"

Setelah mendengar apa yang Libicocco katakan, Bell mencoba mengamati sekelilingnya, Alberto dan Olba berusaha keras bertahan agar tidak tersedot ke atas, sementara para Kesatria Hakin tidak nampak terlalu terpengaruh oleh kekuatan besar itu.

Bell menatap ke arah langit, mengintip melewati Libicocco...

"Ugooohhhheeeyyyyyy.. sial, apa yang terjadi?"

.....dan melihat malaikat yang ada di tangan Maou tersedot kuat ke atas, bahkan tubuh Maou juga ikut terbawa.

"Ughgawwhhaakit, aku akan mati, aku akan mati!"

Sepertinya bahkan Gabriel pun tidak bisa menahan daya hisap gate tersebut, dia terjebak di antara gate yang ingin menarik tubuhnya dengan Maou yang tidak mau melepaskannya, sehingga leher dan dadanya tertarik kuat.

"Yaaahhhh!!"

"E-Emi!"

Tubuh Emilia nampaknya juga terpengaruh oleh gate tersebut.

"Ugh, ta-tahan Emilia! Kalau seperti ini, apa kau masih bisa disebut Pahlawan?"

"Ini tak ada hubungannya dengan menjadi Pahlawan atau tidak!"

"Ja-jangan bergerak-gerak! Kau bisa terkena cakarku!!"

"Ja-jangan pedulikan aku! Ayahku lebih penting...."

"Sialan! Kenapa aku harus melindungi ayah Emilia?"

Meski Emilia berhasil bertahan dengan bantuan Alsiel dan Farfarello, tapi seperti Bell dan Gabriel, dia juga tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan bebas.

Di sisi lain, Nord yang diselimuti oleh mantra barrier, walau tidak memiliki kekuatan yang besar, dia tetap ikut terhisap akibat barrier yang melindunginya, jadi Barbariccia membantu Emilia untuk menahannya.

"Hey, Gabriel! Apa itu? Apa yang terjadi... eh, ah!!"

Kali ini, tangan kiri Maou yang mencengkeram leher dua malaikat mengendur karena pengaruh angin kencang.

"H-hey, tunggu! Sialan!!"

Kelengahan sedikit saja, membuat Kamael dan Raguel yang pingsan tersedot ke dalam cakrawala, perlahan menghilang ditelan gate yang merobek langit.

"Sialan... hey, Gabriel!!"

Maou berhasil mencengkeram kaos Gabriel serta menariknya, dan karena dia merasa jika ini terus berlanjut dia akan kehilangan genggamannya, Maou melingkarkan lengannya di bawah salah satu lengan Gabriel, menguncinya di leher malaikat agung tersebut, dan menariknya secara paksa.

"Aughhkuugh!"

"Apa yang terjadi? Orang yang memiliki sihir suci kuat terhisap satu persatu!"

"Sakit..... a-aku akan mati...."

"Hey! Gabri.....!"

"Maou! Itu!"

Ucap Acies dengan suara yang lebih mendesak dibandingkan sebelumnya, suara itu juga penuh dengan kebencian.

Maou berusaha keras membuat Gabriel tetap berada di tangannya sekuat tenaga, dia kemudian mendongak ke arah gate misterius tersebut karena suara Acies dan melihatnya...

"Itu....!"

Sosok yang begitu kecil terlihat di dalam gate.

Sosok tersebut memiliki penampilan seperti manusia.

Dia memiliki tubuh yang pendek, kira-kira setinggi Sariel atau Urushihara.

Namun, kepala seperti bola dan tubuh menggelembung yang mirip seperti boneka binatang memberi makhluk itu kesan pendek dan gemuk.

Maou baru-baru ini pernah melihat siluet aneh itu di TV.

Itu adalah sesuatu yang bahkan diketahui oleh anak-anak di Jepang. Apa sih sebutan untuk pakaian itu?

Dan oleh sebab itulah, di tempat seperti ini, di situasi seperti ini, pakaian itu tidak seharusnya bisa dilihat.

"..... Baju ruang, angkasa?"

Orang di dalam gate yang Maou lihat itu memakai sesuatu yang hanya bisa digambarkan sebagai baju ruang angkasa, yang mana di bumi cuma bisa dipakai oleh astronot.

Dari posisi Maou, dia sama sekali tidak melihat wajah yang ada di balik topeng bulat tersebut.

Tapi entah kenapa, Maou tahu kalau orang itu sedang mengatakan sesuatu.

Kali ini......

"Aaaarrrrrggghhhhhhh!!"

Acies yang ada di dalam tubuh Maou mulai berteriak kesakitan.

"A-Acies, ada apa?"

"Uugh... Ugh, akaaa!"

Acies tidak menjawab panggilan Maou dan malah terus berteriak.

"Ada apa, Alas Ramus? Apa kau baik-baik saja?"

Dan kemudian, Maou mendengar apa yang paling tidak ingin dia dengar, teriakan Emilia.

Hal yang Maou khawatirkan ketika sesuatu terjadi pada Acies kini menjadi nyata.

Tapi....

"Emi! Ada apa!? Jangan bilang Alas Ramus juga....."

"A-aku tidak tahu! Dia tiba-tiba kesakitan...."

"Si-sialan.... Ada apa ini? Hey, Acies! Bertahanlah!!"

"Ma.... Maou.... sa.. sakiittt.... ahhhhhhh!!"

"Acies Ara... Ugh?"

"Alas Ramus! Alas Ramus!!"

Sesuatu yang aneh terjadi pada tubuh Maou dan Emi di saat yang sama.

Bola-bola berwarna ungu keluar dari tubuh mereka dan terhisap ke dalam gate tersebut.

"Mama! Sakit! Sakit!"

"Maou... tubuh... tubuhku! Uwaaahhhhh!!"

"Alas Ramus!"

"Acies! Sial, sialan! Hey, Gabriel! Apa yang terjadi? Siapa orang itu?"

"... Le..leherku.... tercekik...... bukankah.... sudah jelas.... menurutmu dari siapa, kami para malaikat... mendapatkan... perintah...?"

"Perintah dari siapa...?"

Kenapa dia tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya?

Orang yang muncul di hadapan Maou selama ini yang menyebut diri mereka malaikat, selain Tentara Surga, mereka semua berinteraksi seolah berada di posisi yang sama.

Sariel ya seperti itu, malaikat pengadil Raguel pun begitu, dan bahkan malaikat penjaga Pohon Kehidupan, Gabriel dan Kamael pun juga begitu. Meski mereka memiliki misi-misi yang gila, kekuatan, dan gelar, mereka masihlah malaikat yang memiliki kedudukan setara.

Tapi, bukankah mereka sudah sering mengatakannya?

Bukankah mereka sudah sering menyebut soal Perintah Surga atau misi mereka masing-masing?

Siapa yang bisa memberikan perintah dan menentukan misi pada malaikat-malaikat ini?

Entitas semacam itu, jawabannya hanya ada satu.


"Hal seperti itu seharusnya tidak 'ada' di dunia ini."


Ketika Maou memikirkan jawaban tersebut, gate yang terbuka di atas Azure Sky Canopy tak disangka kehilangan daya hisapnya.

Kekuatan yang menghisap Emilia dan Gabriel ke atas tiba-tiba menghilang, dan kendali gravitasi pun kembali.

"Yah!"

Leher Gabriel pun tercekik karena hal itu dan membuatnya kehilangan kesadaran.

Namun, Maou tidak punya waktu mengurusi hal itu.

"Acies! Apa kau baik-baik saja?"

"Alas Ramus! Bertahanlah!!"

Ketika daya hisap gate itu menghilang, tubuh Maou dan Emilia juga berhenti melepaskan bola-bola cahaya.

Di saat yang sama, rasa sakit yang menyiksa Acies juga lenyap.

Keadaan Alas Ramus nampaknya juga sama, Maou melihat Emilia memeluk erat dadanya dan memanggil-manggil nama Alas Ramus.

Karena dia bisa sedikit santai, Maou pun mendongak menatap gate yang muncul barusan, lalu, dia dihantam oleh perasaan syok yang begitu kuat sampai-sampai situasi mengejutkan tadi lenyap tanpa sisa.

"Uggoooohhhhhhh!?"

"Aaaapppaaa itu?"

"Eeeeyaaahh?"

Setelah Alsiel, Farfarello, dan Barbariccia melihat hal yang sama dengan Maou, mereka mengeluarkan teriakan yang terdengar seolah bukan berasal dari dunia ini.

"Aaaaaaaaapa, itu?"

"A-ada apa, Libicocco?"

Bahkan Libicocco yang ada di tanah pun membeku ketakutan, membuat Bell yang dibantu olehnya, menjadi panik.

Namun, orang yang paling tidak mempercayai apa yang dia lihat mungkin adalah Maou, dan keinginan untuk berteriak keras menggelora di dalam dadanya.

Itulah seberapa mustahilnya kejadian ini.

Entah bagaimana, orang yang lebih misterius dan lebih menakutkan dari sosok yang mengenakan baju ruang angkasa tadi, muncul di tempat ini.

Bagi mereka yang ada di sana, daya hisap yang disebabkan oleh gate tadi hanyalah seperti angin sepoi-sepoi di padang rumput. Orang yang datang kali ini memakai topi dengan tepian lebar berwarna ungu terang yang menusuk mata, di atasnya terdapat bulu merak berwarna emas.

Meski rambut bergelombang bak bangsawan yang terurai di bawah topinya terlihat sangat elegan, tapi dipadukan dengan gaun sutra yang memiliki warna seperti topinya, dia malah terlihat merusak mental.

Pegangan tas tangan yang terbuat dari permata berwarna pelangi menggantung di lengannya, dia memakai gelang emas murni yang melingkar ke atas seperti per, yang mana membuatnya terlihat seperti tulang babi. Sedangkan kuku-kukunya dipoles dengan warna terang yang bisa membuat siapapun yang melihatnya merasa mual.

Memanjang dari tubuhnya yang seperti tong bubuk mesiu, di bawah kaki yang seperti meriam, terdapat sebuah high heels kecil berwarna putih yang rasanya sulit dipercaya mereka bisa menopang berat tubuh pemiliknya.

Meskipun berbagai alasan dia seharusnya tidak muncul di sini bisa ditemukan, wanita bangsawan yang hidup di dunia yang begitu maju dan bahkan bisa membuat matahari kembali ke cakrawala timur ini, tidak salah lagi adalah pemilik apartemen Villa Rosa Sasazuka di dunia lain nan jauh, Shiba Miki.

"Pppppeeemilik kontrakan?" Teriak Maou.

Setelah itu, dengan sikap santainya, Shiba menolehkan leher yang membuat orang lain bertanya-tanya apakah di dalamnya ada persendian atau tidak, dan membungkuk ke arah Maou.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 10 - Chapter 3 Bahasa Indonesia


“Lama tak jumpa, Maou-san. Maafkan aku mengganggumu saat kau sedang sibuk.”

“Eh, ah, tidak, daripada bilang aku sibuk, uh.... erhm....”

“Aku sudah dengar situasinya dari Sasaki Chiho-san. Meski masalah semacam ini tidak biasanya terjadi, Amane sepertinya sudah membocorkan banyak hal....”

Begitu sampai ke poin ini, Shiba pun menoleh ke arah Emilia.

Emilia yang nampaknya ingat ketika dulu dia berbicara dengan Shiba, menunjukan ekspresi yang dipenuhi dengan kebingungan.

“Aku tidak bisa meninggalkan anak-anak yang telah menjadikan Maou-san dan gadis itu Yadorigi mereka sendirian.”

“Yado... rigi....”

Kenapa Shiba bisa tahu istilah yang beberapa kali pernah disebutkan oleh Acies?

“Aku tidak sebegitu kejamnya sampai tega meninggalkan saudara jauhku dan tidak melakukan apa-apa.”

Setelah itu, Shiba pun tersenyum, dan dengan kekuatan sekaligus tekanan milik Sephirah yang cukup untuk menandingi semua yang menyaksikan hal ini, dia mendongak menatap gate yang ada di langit....

“.... Maukah kau berhenti untuk hari ini? Seharusnya kau tahu, terlibat konflik denganku bukanlah hal yang bagus, benar?”

Dan berteriak ke arah astronot yang ada di dalam gate.

Tak diketahui apakah dia mendengarnya atau tidak.

Tapi astronot di dalam gate itu tiba-tiba berbalik....

“Ah....”

Dan begitulah, dengan cara yang sama ketika dia muncul di hadapan semua orang, dia juga menghilang bersama gate tersebut tanpa adanya tanda-tanda ataupun jejak keberadaan.

Setelah ia menghilang, apa yang tersisa hanyalah langit, dua bulan, Azure Sky Canopy serta Cloud Detached Palace yang hampir hancur akibat pertarungan, dan sebuah tiang cahaya.

Sekaligus...

“Apa itu.... sudah berakhir?”

Di saat yang sama ketika Emilia menggumamkan hal tersebut, para iblis dan manusia perlahan berdiri seolah terlepas dari ikatan mereka.

“Tidak, tak ada yang selesai sama sekali.”

Shiba Miki, melayang di udara, dengan tegas membantah kata-kata Emilia.

“Tidak hanya itu, mungkin seharusnya ini disebut belum mulai sama sekali. Ketika aku mendengarkan penjelasan Sasaki Chiho-san, aku tidak menyangka kalau situasinya akan sekacau ini, tapi sepertinya gejala di dunia ini sudah sangat serius....”

“.... Pemilik kontrakan-san, apa kau.....”

“No, panggil aku Mi-chan.”

“Ba-baik....”

Dengan permintaan yang datang dari bibir penuh lipstik yang lebih merah dibandingkan armor Kamael, bahkan Maou pun harus mengangguk.

“Maou-san, Ashiya-san, Kamazuki-san, dan Yusa-san, pertama-tama ayo kita kembali ke Jepang bersama pemuda tampan itu.”

Pemuda tampan yang Shiba bicarakan, pasti mengacu pada Gabriel yang hampir terhisap ke dalam gate di akhir pertarungan sengit tadi dan pada akhirnya pingsan karena Maou mencekiknya.

Mengabaikan fakta tentang kembali ke Jepang untuk sesaat, Maou yang merasa kalau Gabriel akan menghadapi teror menakutkan setelah kembali nanti, tiba-tiba merasa kasihan.

“Tu-tunggu dulu! Ka-kami tidak bisa meninggalkan situasi ini dan kembali begitu saja....”

Ucap Emilia kepada Shiba dengan panik.

Memang para malaikat yang mengendalikan Afashan dan para Malebranche sudah dikalahkan, gerbang misterius tadi pun juga sudah tertutup, tapi itu tidak berarti kekacauan yang Afashan hadapi sudah selesai.

Saat ini, masih ada banyak Malebranche yang tersisa, dan para Kesatria Hakin yang kebingungan juga tidak akan diam dan membiarkan Alsiel kembali ke Jepang.

Walau mereka dikendalikan oleh para malaikat dan iblis, itu tidak merubah fakta bahwa Afashan masih berada dalam situasi di mana mereka sudah menyatakan perang terhadap seluruh Ente Isla.

“Soal itu.... itu tidak ada hubungannya denganku.”

“Ta-tapi....”

Emilia melihat tatapan-tatapan yang memandang ke arahnya dari bawah.

Haruskah mereka terus bertarung, siapa yang harus mereka perangi?

Jika itu Emilia yang dulu, dia pasti sudah mengatakan sesuatu yang memotivasi sebagai Sang Pahlawan.

Tapi saat ini, Emilia hanya bertarung demi dirinya sendiri, dia merasa kalau dia adalah orang yang hanya peduli dengan keinginannya sendiri, dengan keadaan mental seperti itu, tak peduli apa yang dia katakan, dia merasa takkan bisa menyampaikan pemikirannya kepada banyak orang.

Sementara Maou yang jelas-jelas memancarkan sihir iblis walau dia memegang pedang suci, dia sama sekali tidak memenuhi syarat.

Kali ini....

“Ah...”

“Hm!”

Sebuah distorsi ruang muncul di tanah sebelah Bell.

Meski skalanya kecil, jelas-jelas itu adalah tanda kemunculan gate, orang yang merasakan fenomena tersebut secara refleks langsung meningkatkan kewaspadaannya.

“Yosh... uwah! Kacau sekali!”

“Aku tidak pernah menyangka kalau situasinya akan jadi seperti ini.”

Dua manusia yang muncul dari dalam gate itu adalah orang yang Emilia kenal.

“Eh, Em?”

Salah satu dari mereka adalah Emerada Etuva yang seharusnya sedang menjalani pengadilan Gereja di Saint Aire, sementara yang satunya adalah.....

“Dan.... Jenderal Lumark?”

Setelah mengenali wajah yang kehadirannya lebih tak diduga dibanding Emerada, Emilia pun berteriak.

Ketika si jenderal cantik yang memakai armor khusus untuk bernegosiasi serta kelihatan 10 tahun lebih tua dibanding Emilia, yaitu jenderal Heather Lumark, keluar dari dalam gate, dia sesaat memasang ekspresi kaku dikarenakan kehancuran yang terjadi di sekitarnya, tapi begitu ia menyadari keberadaan Emilia di udara, dia pun melambai dengan energik.

Dan sedikit ke samping, para kesatria Hakin nampak sedang memastikan keselamatan Unifying Azure Emperor setelah angin kencang yang disebabkan oleh terbukanya gate menenang.

Shiba, melihat semua itu, berbicara pelan dengan sikap yang begitu elegan.

“Masalah dunia ini, akan diputuskan oleh penduduk dunia ini.”

“Semuanya~~! Gencatan senjata~! Gencatan senjata~! Ini adalah permintaan dari Emerada Etuva dan Alberto Ende~~! Genjata senjata sementara~~!”

“Sang kaisar juga menginginkan gencatan senjata! Semuanya tolong berhenti! Jika ada yang tidak mau menurut, aku akan mengambil tindakan atas nama Pahlawan Emilia!”

Saat semuanya tidak bisa memutuskan bagaimana mereka harus bertindak selanjutnya, Emerada dan Alberto mulai mengendalikan situasi dengan cara mereka sendiri.

“... Beberapa dari kalian harus turun!”

Kemudian, Bell pun berteriak ke arah langit.

Maou, Alsiel, dan Emilia saling menatap satu sama lain ketika mendengar suara rekan mereka dari bawah.

“Silakan. Waktu yang sedikit ini masih bisa ditolerir. Selama waktu itu, pemuda ini dan.....”

“Ah.”

“Eh?”

Shiba sedikit menggerakkan jarinya.

Dan Gabriel yang pingsan pun lepas dari genggaman Maou, mengambang di udara seperti ikan tuna yang terpancing.

Setelah itu, tubuh Maou dan Emilia juga bersinar, segera sesudahnya, Alas Ramus dan Acies yang terlihat lemah dan dengan mata yang menutup, termaterialisasi.

“Aku akan mengurus kedua anak ini. Khususnya jika Maou-san terus seperti ini, kau pasti akan menyebabkan masalah untuk orang-orang yang ada di bawah sana, kan?”

Karena dia bisa mengabaikan kehendak Yadorigi Maou dan Emilia, serta mampu mematerialisasi anak dari fragmen Yesod, misteri di balik keberadaan Shiba pun menjadi semakin dalam.

Maou dan Emilia menoleh satu sama lain, Maou pun menekan sihir iblisnya hingga ke tingkat minimum dan perlahan mendarat ke tanah.

Saat ini, baik Maou ataupun Emilia, tidak ada yang tahu alasan kenapa Alas Ramus dan Acies bisa muncul.

---End of Part 2---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar