Baca Light Novel Oreshura Volume 1 - Chapter 10 Bahasa Indonesia

[Translate] Oreshura Volume 1 - Chapter #10 : XXX Pertama Adalah Sebuah Kekacauan





Chapter 10 : XXX Pertama Adalah Sebuah Kekacauan.

"Mengesankan. Akhirnya Eita menunjukan usaha terbaiknya."

Kaoru menggunakan kata-kata tersebut untuk menyimpulkan kekacauan kemarin.

Aku sedang menyantap bento yang terisi penuh dengan sisa makan malam kemarin, sementara Kaoru mengunyah roti manis yang baru dibelinya dari kantin.

Istirahat makan siang ini begitu damai seperti sedia kala.

Perbedaannya mungkin hanya pada darah yang mengering dalam hidungku, yang menyisakan sedikit sensasi kaku. Selain itu, ada perban luka yang melingkari jariku, sehingga aku kesulitan menggunakan sumpit.

"Chihuahua-chan bahagia sekali, ya?"

"Tidak, aku lebih khawatir dengan otaknya yang kopong itu."

Setelah kejadian tempo hari, Chiwa memberiku banyak keluhan.

'Ah, pertarungan Eita terlalu lemah dan gegabah.'

'Ah, saat aku tidak di sekitarmu, Eita ternyata tidak berguna.'

Sangat tidak masuk akal. Padahal aku yang menolongnya, kenapa malah diceramahi?

"Oh, tapi dia senang akan satu hal."

"Apa itu?"

"Dia senang soal 'Ei-kun yang super bodoh saat masih SMP telah kembali'."

Sungguh tidak adil.

Aku bertindak demikian karena sudah tidak punya rencana lain! Itu yang membuatku melakukannya! Itu keputusan yang sangat rasional, dan aku tidak kembali ke diriku yang dulu.

Meski begitu ....

"Hei, Kaoru."

"Hmm?"

"Ketika masih SMP dulu, apa aku memang sebodoh itu?"

"... kurasa ... tidak."

"Kenapa tadi sempat ada jeda?"

"Ah, cuacanya cerah sekali. Apa sampai musim panas nanti akan terus begini?"

"Tung-tunggu! Jika mau bicara, bicara yang jelas!"

Akan tetapi, Kaoru mengelak dari tatapan mataku dan menoleh ke arah bangku kosong di sebelahku.

"Hari ini Natsukawa-san tidak masuk sekolah."

"... Ka-Kaoru ...?"

A-aku tersentak!

"Kamu tidak menghubunginya?"

"Tidak, aku tidak menghubunginya."

Mungkin lebih tepat dibilang kalau tidak mungkin aku bisa melakukannya.

Karena aku tidak tahu nomor ponsel ataupun alamat surel-nya.

"Apa mungkin Natsukawa-san marah?"

"Marah? Kenapa?"

"Coba pikir. Eita mengabaikan pacarnya sendiri dan lari demi menjadi pengeran tampan gadis lain?"

"Pangeran tampan apanya?"

Aku jadi teringat 'pangeran yang berasal dari Kobe datang dengan mengendarai kuda'.

Yah, kalau itu Chiwa, sashimi daging kuda mentah pun bisa dia makan dengan gembira.

"Singkatnya, kamu harus segera memberi penjelasan pada Natsukawa-san, paham?"

"Yah ...."

'Bagaimana mengatakannya, ya?'

'Secara teknis, kami tidak benar-benar sedang menjalin hubungan.'

'Tidak ..., tunggu.'

'Gadis itu pernah mengatakan ini sebelumnya.'

'... jangan bersikap terlalu baik terhadap gadis lain di depanku.'

*Nyess* Aku merasa merinding.

Ingatan akan hembusan napasnya yang manis itu bangkit di dalam otakku ....

'Sungguh perasaan yang tidak biasa.'

"Apa kamu tahu di mana rumahnya?"

"Tidak. Tapi sepertinya itu searah dengan rumahku."

"Sepulang sekolah nanti, datangi guru dan tanyakanlah soal ini, Eita-kun."

"Baiklah ...."

'Kebetulan.'

'Chiwa bilang kalau akan makan bersama keluarganya, karena itu dia pulang duluan.'

'Aku juga punya sesuatu yang ingin kutanyakan pada Masuzu.'

'Komunitas Gadis Remaja demi Menampilkan Pribadinya, yang juga dikenal sebagai Jien-Otsu.'

'... akan jadi apa klub kami itu setelah ini?'


XxxxX


Menurut peta yang guru gambar, aku harus ke arah barat daya Sungai Hane, mengikuti jalan raya. Usai tidak lama berjalan kaki, aku pun menemukan rumah Masuzu.

Tempat ini tidak bisa disebut dekat dengan rumahku.

Kenyataannya, Masuzu harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh supaya bisa pulang bareng denganku.

Apa dia menyesuaikan diri denganku?

Padahal, normalnya dia yang seharusnya membuatku menyusuri jalan memutar yang jauh ....

Aku memikirkan hal tersebut selagi berjalan di pinggiran sungai.

"Aku akan memelukmuuu ... sangaaaaat erat! Itu akan jadi hukumanmu, paham?"

"Waaah!"

Tiba-tiba kurasakan sebuah pelukan erat dari belakang.

Parfum yang sangat kukenal ini membuat hidungku terasa gatal.

Itu adalah Natsukawa Masuzu.

"Ke-kenapa kamu bertingkah sama seperti kemarin?!"

"Ini bukan sekadar 'perilaku', ini juga sekaligus merujuk ke Jojo. Omong-omong, barusan adalah kutipan dari Wired Beck pada bagian kedua."

"Hanya kamu saja yang bisa mengingat gerutuan vampir figuran seperti dia."

"Jadi kamu datang ke sini hanya untuk berdebat denganku ...."

'Barangnya Masuzu-san menempel pada tubuhku, bisa kurasakan dirinya yang memelukkuuuuu ... sangaaaaat erat!'

'Menon ....'

'Benar-benar menonjol!'

'... rasanya luar biasa ....'

"Kamu terlihat cukup sehat."

"Ya, berkat dirimu."

Itu benar-benar ciri khas Masuzu.

'... gawat.'

'Saat ini aku merasa berantakan.'

"Selain itu, kenapa kamu berjalan-jalan di sekitar sini? Apa jangan-jangan rumahmu ada di dekat sini?"

"Eh? Hmm, itu, ah, aku ingin pergi ke Naruse untuk membeli buku referensi."

Sebuah kebohongan darurat di tempat.

Naruse adalah toko buku yang berafiliasi dengan SMA Hane. Tempat itu punya jajaran buku-buku referensi serta bermacam buku yang hanya bisa dibeli di sana.

Ujian akhir akan segera tiba, jadi alasan tadi mestinya tidak terasa aneh ....

"Begitu, kamu memang selalu rajin."

Masuzu dengan santai mengangguk.

Hatiku langsung lega, dan aku lanjut bertanya,

"Kemarin, orang yang melempar tongkat alumunium itu kamu, 'kan?"

"...."

"Terima kasih, itu sangat membantu."

"... biasa saja, itu hanya sesuatu yang akan dilakukan oleh seorang 'pacar'."

Ujar Masuzu datar, tanpa ekspresi, membuat orang lain tidak bisa menebak perasaaannya yang sesungguhnya.

Bahkan dia tidak terlihat sedang marah.

"Oh, iya, kenapa kamu tidak masuk sekolah hari ini?"

"Itu .... Aku sakit, tapi itu cuma pertunjukan pribadiku."

"Berarti, sakit pura-pura?"

"Bukan, itu adalah kegiatan klub."

Masuzu pun lanjut berkata dengan tegas,

"Apa kamu tidak merasa kalau orang sakit itu punya poin lebih? Gadis yang mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan, menatap keluar melalui jendela, memandangi ranting pohon, menghitung daun yang berguguran .... Meski ketinggalan zaman, tapi hal itu sangat menarik di kalangan anak lelaki, 'kan?"

"Delusi itu macam apa itu ...?"

Tidak, jadi itu artinya ....

"Kalau begitu, artinya kita akan melanjutkan kegiatan Jien-Otsu?"

"Itulah rencananya."

Sebuah jawaban langsung.

"Kita tidak akan melanjutkan gagasan 'demi Harusaki-san' yang awalnya kita pakai untuk memulai klub .... Aku sudah memikirkannya, dan tidak ada kegiatan lain yang lebih baik dibanding menginjak-injak cinta! Baik untuk Eita-kun maupun diriku yang sama-sama antiromansa, mengajari arti menjadi populer untuk para pemuja cinta, bukankah itu akan jadi kisah yang menggetarkan hati?"

"Begitu."

Meski aku merasa antusiasmenya terasa sedikit kelam, bukan berarti aku tidak bisa memahaminya.

"Untuk mencuci kembali otak Harusaki-san, kita hanya butuh waktu sepuluh menit."

"Apa? Kamu masih belum menyerah?"

"... yah, lagi pula aku memang sudah menyimpang."

Masuzu cemberut.

"A-apa? Jadi kamu masih kesal karena kejadian kemarin?"

"Entahlah."

*Pui*, wajahnya berpaling.

'... manis sekali. Meski itu hanya seorang Masuzu.'

Aku menahan godaan untuk tertawa lalu berkata,

"Baiklah, tidak masalah. Aku memang antiromansa, sama sepertimu. Kalau begitu, aku akan menemanimu dan menghentikan Chiwa agar tidak jatuh ke dalam cinta yang salah."

"Tapi ...."

Nada suara Masuzu merendah, dan bulu matanya terturun.

"Aku tidak yakin jika Harusaki-san ... akan datang ke klub lagi."

Oh.

'Tidak pernah kusangka kalau Masuzu bisa tampak malu-malu!'

"Dia akan datang."

Sebagai imbalan atas ekspresi emosionalnya yang langka itu, aku berkata dengan penuh keyakinan;

"Karena sudah ditolak oleh Sakagami-senpai, jadi dia masih jauh dari kata 'populer'."

"Begitu ...."

"Seperti yang pernah kubilang, begitu menentukan satu tujuan, gadis itu tidak akan pernah menyerah di tengah jalan."

Fiuh, Masuzu pun memperlihatkan senyum kesepian.

"Sepertinya kamu paham sekali mengenai Harusaki-san."

"Itu karena aku temannya sedari kecil."

"....hmm."

Suara Masuzu tiba-tiba menciut.

Apa aku mengatakan sesuatu yang membuatnya marah?

Tidak kusangka kalau tiba-tiba dia mencondongkan diri ke arahku.

"...!"



Bibir yang lembab itu membungkam mulutku.

Bulu mata Masuzu mengambang di depan mataku.

Rambut peraknya menyentuh pipiku dan membuatku gemetar.

Napas kecil dari hidungnya juga ikut membuatku geli.

Kehangatan tubuhnya saat dia mendekap tubuhku dulu, sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan saat ini. Begitu panas.

Lalu, bibirnya perlahan menjauh dariku.

Kehangatan tubuhnya menghilang.

Aroma tubuhnya masih tertinggal.

"A-a-a-a-a-a ...?"

Pipinya berkontraksi dengan rona yang memabukkan, dan Masuzu mulai merapikan rambutnya.

"Jadi ... apa kamu sudah pernah mencium Harusaki-san?"

"Ha-haaah?!"

"Belum, ya?"

"Ten-tentu saja belum!"

"Yah, kalau begitu ingatlah ini. Ciuman pertamamu bukan dengan Harusaki-san! Tapi denganku, Natsukawa Masuzu."

"...."

Aku harus bilang apa? Aku sudah tak bisa berkata-kata.

'Orang yang tidak mau kalah macam apa dia ini?'

"Eng ...."

Dengan malu-malu, Masuzu bermain-main dengan roknya, kadang dipeganginya, kadang dilepasnya.

"Apa ... ada kesan?"

'Meski ditanya soal pendapatku, tetap saja ....'

"Ah, bagaimana mengatakannya ya .... Itu cocok sekali dengan sifat beranimu."

"... soal itu, bukan itu yang mau kutanyakan."

Entah karena apa, tapi bahu Masuzu terturun, tampak sangat kecewa.

'Ada apa dengan gadis ini?'

Padahal baru saja dibahas hari ini, tapi bukankah itu seperti tanda-tanda orang yang kasmaran?

"Lagi pula, apa kamu tidak masalah dengan itu?"

"Hah? Maksudmu?"

"Begini, maksudku ..., apa tidak apa-apa aku yang <<fake>> ini kamu cium?"

Setelah menjelaskannya, bisa kulihat wajah Masuzu yang merona merah.

"Dasar, kamu memang tidak peka."

"Eh?"

"... tidak mungkin aku senang kalau bukan denganmu."

"Eeeh?!"

'Oi.'

'Oi, oi!'

'Jika dia mengatakannya sejelas itu, aku sendiri bisa langsung tahu!'

'Ini bukan soal <<fake>> lagi, tapi dia sungguh-sungguh menyu�'

"Barusan itu adalah adegan paling terkenal di bagian satu. 'Dio mencium secara paksa Erina' versi parodi. Maka dari itu, targetnya pun harus penggemar Jojo sepertiku agar bisa memahaminya."

"Jadi yang barusan itu hanya untuk meniru Jojo?"

Masuzu menghela napas panjang, lalu menjawab,

"Eita-kun, kupikir kamu akan langsung mengetahuinya."

"Jadi bagian tidak pekanya adalah soal itu?!"

"Ah, aku malah jadi menjelaskan referensinya. Jadi terasa memalukan."

"Jadi itu alasannya kamu tersipu? Akhirnya omongan berbelit tadi jadi masuk akal!"

Seorang gadis yang melakukan ciuman pertama dengan pacarnya hanya demi memenuhi referensi Jojo.

'Sungguh memabukkan! Mengesankan!'

"Penggila JoJoJoJo macam apa kamu ini?!"

"Terima kasih, terima kasih sudah memujiku .... Omong-omong, kembali ke topik utama kita, Eita-kun."

"Apa?"

Masuzu menunjuk ke genangan air yang dipenuhi kerikil lalu berkata,

"Ayo, cepat gunakan air keruh itu untuk membilas mulutmu."

"Memangnya aku gila sampai sebegitunya mengikuti cerita ...!"

Meski aku membantah seperti itu, Masuzu tertawa dengan bahagianya.

Entah kenapa, rona merah itu masih tampak pada pipinya.

---End---


Lanjut ke -> Oreshura Volume 1 - Chapter #11

Baca Semua Volume -> Index Oreshura All Volume


Translator : Zhi End Translation..
Editor : Seh-Terra Translation..


Previous
Next Post »
0 Komentar