Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 26 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 26 : Impaksi

Chapter 26 : Impaksi.

.... Dia seharusnya tidak pernah bertanya.

Merasakan keringat dingin mengalir dari dahi menuju rahangnya, Subaru sekali lagi menyadari kebodohannya.
Dengung yang terdengar begitu jauh bergemuruh di dalam tengkoraknya, dan jantungnya yang berdebar, mengerang kesakitan.

"Setelah mendengar semua ini, kau mulai menyesalinya.... ya~kan?"

Menyaksikan Subaru terdiam, di atas ranjang, Roswaal memiringkan kepalanya.
Ditanyai pertanyaan ini oleh badut yang tengah bermain dengan rambut biru panjangnya, Subaru tidak bisa langsung membalasnya dengan sebuah jawaban. Yang bisa dia lakukan hanyalah bernapas pelan untuk menenangkan diri, dan,

"Aku hanya, terkejut, itu saja. Bagaimana aku mengatakannya ya... Emilia ternyata sedikit lebih tua dari yang kupikirkan."

"Oya, apa kau tidak tahu? Emilia-sama, dengan menjadi Half-Elf, adalah anggota ras yang dikaruniai umur panjang, meski tidak sepanjang Elf. Adapun untuk Elf, kau bisa bilang selama mereka tidak dibunuh, mereka kemungkinan besar tidak akan per~nah mati."

Mengikuti jawaban mengelak dari Subaru, Roswaal pun memberikan penjelasan setengah hati yang serupa.
Karakteristik Elf yang Roswaal jelaskan, terlihat sesuai dengan pemahaman elf di dunia asli Subaru. Subaru tidak yakin seberapa banyak  'Half' itu ambil bagian, tapi pada poin usia asli Emilia, mengasumsikan bahwa kata-kata Roswaal bisa dipercaya.....

"Setidaknya ada perbedaan usia 60 tahun.... Bahkan dengan older-sister-complex ku, aku sedikit kurang pengalaman ketika menghadapi perbedaan usia seperti itu dengan target penaklukanku."

"Ini tak ada kaitannya, tapi.... dari caramu mengatakannya, terdengar seolah kau pernah berhubungan dengan ras berumur panjang lain selain Emilia-sama sebe~lumnya?"

"Well, makhluk abadi dan vampire adalah karakter paling umum di GAL-GAMES, kau tahu. Tipe nenek-loli seperti Lewes-san juga... Sungguh dosa besar di masa lalu."

Meski non-manusia dan tipe nenek-loli bukan merupakan bagian target Subaru. Target Subaru biasanya berada di sekitaran kakak perempuan atau senior di sekolah.
Karena itulah, ketika dia tahu ada perbedaan usia 60 tahun, dia kurang lebih memiliki beberapa pemikiran mengenai hal ini,

"Tapi karena dia cantik, aku tak masalah. TIDAK MASALAH. Emilia-tan tetap bintang paling terang di hatiku!"

Di samping itu, karena ras berumur panjang hidup untuk waktu yang sangat lama, mereka mungkin tumbuh dengan kecepatan yang lebih lambat, jadi mereka mungkin juga dewasa secara mental dengan kecepatan yang berbeda. Dia sudah sangat sering melihat pengaturan karakter seperti ini.
Seperti bagaimana usia anjing berbeda dengan usia manusia, 20 tahun pada usia manusia mungkin sama dengan 200 tahun usia Elf. Kalau begitu,

"Jika aku berpikir seperti itu, 90 tahun Emilia-tan itu masih muda, hanya seorang gadis kecil.... Tidak, dari sudut pandang Elf, dia mungkin seorang loli. Oyoy, jika gadis cantik seksi seperti itu hanya seorang loli..... itu akan jadi genre baru, kan?"

"Meski memanjakan diri dalam berbagai delu~si fantasi memang hal yang bagus, tapi kenyataan itu lebih ke~ras dari yang kau bayangkan. Dengan berjalannya waktu, orang-orang akan tumbuh. Bahkan pemikiran Elf pun tidak melambat sama seka~li."

"Kau... Aku ini sedang mencoba mati-matian meyakinkan diriku kalau Emilia-tan itu adalah gadis kecil, kenapa kau langsung membantahku..."

Walau itu hanya angan semata, tetap saja rasanya menjengkelkan melihat harapan terakhirnya dilumat begitu saja. Di bawah tatapan benci Subaru, dengan "Selain itu", Roswaal melanjutkan,

"Bah~kan akupun tidak bisa tinggal diam melihatmu menutup ma~ta dan berpura-pura tidak ada yang ter~jadi. Be~nar, Subaru-kun?"

"......"

"Setelah mendengar dariku apa yang seha~rusnya tidak kau dengar, apa kau sebegitu menyesalinya?"

"..... Kau, benar-benar orang yang menjengkelkan."

Meski Subaru sudah mencoba mengabaikannya, saat ia hampir mengubur masalah itu, Roswaal malah kembali menggalinya. Setelah memberikan balasan lemah tersebut, Subaru sekali lagi mengutuk dirinya sendiri.

Beban berat yang membebani bahu lembut Emilia.... dengan tidak jujur, Subaru telah mendengarnya dari orang lain selain Emiliam

".... Dalam Ujian itu, aku melihat masa laluku. Aku yakin Emilia melihat masa lalunya juga. Kalau begitu, masa lalu yang dia lihat pasti...."

"Jika itu adalah masa lalu yang paling tidak ingin diingat seseorang... maka tak diragukan lagi masa lalu yang Emilia-sama lihat adalah hari ketika Hutan Besar Elior mem~beku."

Roswaal memastikan ketakutan Subaru.
Dari serangkaian pemikiran ini, Subaru pun sadar kengerian macam apa yang dia paksa untuk Emilia lewati.
Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari menemukan akhir dan mengalahkan masa lalu, tapi....

"Kalau begitu, selama ini, aku sudah memaksanya menghadapi masa lalu lalu di mana dia membekukan semua orang dalam es.....?"

Antara Subaru dan Emilia, besarnya rasa bersalah yang melekat pada masa lalu mereka itu seperti dunia yang terpisah.
Tentu saja, sulit bagi Subaru untuk menerima fakta bahwa dia telah dipisahkan dari orang tuanya oleh dunia di antara mereka. Dan dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika dia meremehkan pengalaman itu, ataupun memandangnya lebih rendah dari yang seharusnya.

Tapi di sisi lain, bagaimana dengan masalah Emilia?
Sementara Subaru dicintai oleh orang tuanya, menerima dorongan di punggungnya, dan dimaafkan, akankah masa lalu yang harus Emilia hadapi memberinya pengakuan ini, dan memaafkannya atas semua kesalahannya?
Akankah Emilia menerima hal ini, dan bergerak dari masa lalunya?

"Emilia membekukan hutan.... dan desa Elf di dalamnya, apa itu semua sudah pasti? Kedengarannya tak ada ruang untuk membantah, tapi sesuatu rasanya tidak beres......"

"Memang kita tidak bisa memastikan apa yang sebenarnya ter~jadi. Ta~pi, hal ini diceritakan langsung oleh Emilia-sama sendiri. Emilia-sama sendiri yang mengaku telah menyegel hutan ke dalam es. Sejauh ini, bukankah seharusnya tidak ada ruang untuk membantahnya?"

"Jadi jika kau tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi, bisa saja itu hanya salah paham.... Lagipula, Emilia-tan bukanlah tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu...."

"Tidak, ti~dak, kau salah pa~ham, bukan begitu~, Subaru-kun."

Ketika Subaru mencoba mencari beberapa alasan, Roswaal memotongnya dengan tiga seruan berturut-turut. Disela dengan cara ini, Subaru menatapnya dengan tatapan tajam nan berbahaya. Tapi Roswaal hanya melambaikan tangannya, berpura-pura tidak menyadarinya,

"Kenyataan apa yang sebenarnya terjadi, bu~kanlah masalah di sini. Masalah sebenarnya adalah fakta bahwa Emilia-sama dengan tegas meyakini gagasan 'Akulah yang membekukan hutan itu.'"

"......"

"Bagi Emilia-sama, inilah kenyataan yang terjadi. Akibatnya, Ujian yang harus Emilia-sama hadapi, juga berdasarkan versi kenyataan ini.... Ka~lau begitu, menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?"

"Kau... Apa yang kau pikirkan?"

Mengajukan pertanyaan itu seolah sedang bermain beberapa permainan ringan, mustahil bagi Subaru untuk memahami apa yang ada di pikiran Roswaal.
Seolah tidak sanggup menahannya lagi, Subaru pun melontarkan kata-kata tersebut.
Bagaimana.... Bagaimana pria ini masih bisa terus tersenyum di situasi seperti ini?

"Aku tidak mengharapkanmu bersimpati pada masa lalu Emilia, atau merasa kasihan padanya ataupun sesuatu seperti itu, tapi... jika kau tahu betul berat beban itu, dan rasa sakit apa yang dilalui hatinya, apa-apaan yang kau lakukan dengan masih bersenang-senang seperti ini sementara dia dikirim menantang Ujian yang mustahil itu?"

"Fu~~mu."

"Ada apa denganmu? Kau.... bukankah kau ingin Emilia menjadi raja? Kaulah yang ingin menjadikanya raja, iya kan? Aku tahu apa yang coba kau lakukan. Kau berpikir, membuat Emilia membebaskan Sanctuary pasti akan memenangkan dukungan dari Sanctuary dan desa Arlam.... aku paham hal itu....."

Tapi,

"Di sisi lain, saat menghadapi saat-saat kritis, kau malah meninggalkan Emilia pada rencananya sendiri. Jika dia tidak bisa membebaskan Sanctuary, maka seluruh permainan ini akan hancur.... bagaimana bisa kau masih duduk diam seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika situasinya sampai ke jalan buntu seperti ini?"

"......"

"Aku sudah mengatakannya sebelumnya. Aku tidak akan beristirahat sampai Emilia menjadi raja. Dan aku bermaksud mewujudkanya.... Sementara kau, apa kau benar-benar berniat menjadikanya raja?"

".... Tak diragukan lagi."

Berteriak, dengan bahu gemetar, Subaru menanyakan pertanyaan tulus ini pada Roswaal. Namun, di akhir pertanyaannya, jawaban Roswaal meluncur layaknya seember air dingin yang menyiram wajahnya.
Di depan matanya, Roswaal tak bergerak sedikitpun.... dengan mata yang tegas, tatapannya terkunci pada Subaru. Lalu, dia,

"Apa aku berniat menjadikannya raja? Tentunya, ya.... Selain diriku, tak ada seorangpun yang lebih menginginkannya menjadi raja. Tidak Emilia-sama sendiri ataupun pria sepertimu, yang bisa menandingi keinginanku dalam hal ini ataupun alasan untuk keyakinanku."

"Ros..... wal?"

"Kau yang mengejarku seperti ini dan meragukan motivasiku itu benar-benar menggelikan. Sungguh menggelikan.... Apa kita masih belum sampai di sana?"

Terdapat kemarahan dalam kata-kata Roswaal, dan ini adalah pertama kalinya Subaru merasakan hal tersebut dari Roswaal.
Namun, di tengah jalan, tekanan itu menghilang dari kata-kata penuh semangatnya, sampai pada akhirnya, suara itu menjadi sebuah bisikan dan tersebar seperti kabut.
Pada akhirnya, dengan sebuah renungan mendalam, Roswaal mengakhiri perkataannya, dan,

"Subaru-kun. Sa~yangnya, ini saja untuk malam ini. A~ku masih berada dalam proses penyembuhan dari lu~ka-lukaku. Paling tidak, aku harap kau memberikanku sedikit waktu be~ristirahat."

"Kita..... tidak, lupakan."

Subaru mengulurkan tangannya, mencoba menahan Roswaal agar tidak menghentikan percakapan ini secara sepihak, tapi dia sadar kalau ini akan sia-sia, dan menariknya kembali.
Menyelesaikan obrolan mereka dengan nada ceria, Roswaal terang-terangan menolak diskusi lebih jauh. Karena Subaru sudah ditolak seperti ini, meski orang itu masih berbaring di ranjang tepat di hadapannya, semuanya sudah terlambat untuk bertanya apapun lagi.

Menggelengkan kepalanya, menahan kekecewaannya, Subaru berbalik membelakangi ranjang.
Dia sudah mengatakan alasannya datang ke sini. Apakah keadaan penduduk desa Arlam akan membaik atau tidak, memang masih belum diketahui, tapi Lewes mungkin tidak akan menolak permintaan Roswaal.
Jika hal itu berhasil, keadaan stagnan ini setidaknya akan bergerak maju. Meski, bagi Subaru, masih ada banyak halangan yang akan datang.

"..... Subaru-kun."

Saat dia hendak meninggalkan kamar, panggilan Roswaal menghentikannya. Menahan kakinya dan berbalik, dia melihat Roswaal sudah membaringkan kepalanya di atas bantal, dan tidak menatapnya.

"Kualifikasi.... kau menerimanya?"

"Ah. Yeah. Bukankah aku sudah mengatakannya? Yeah. Aku juga mengikuti Ujian itu. Sebenarnya, jika masuk ke dalam itu seperti dibaptis atau semacamnya, mungkin kau bisa....."

".... Tidak~ tidak, itu tidak mungkin. Aku takut Makam tidak akan menerimaku. Fakta bahwa aku mendapat luka-luka penolakan ini seharusnya sudah membuat hal itu cukup jelas."

Mengabaikan bagian tentang Kualifikasi, dan mengingat percakapan mereka di dunia sebelumnya, Subaru mengangkat alisnya heran.
Di dunia sebelumnya, saat Subaru memberitahu Roswaal kalau dia juga menantang Ujian itu, dia bisa mengingat ekspresi Roswaal yang berubah menjadi suram.
Tapi kali ini, hanya ada sedikit jejak kesepian yang terlihat tidak layak untuk diperhatikan.

".... Pilihlah yang terbaik, Subaru-kun."

"Apa?"

"Di tempat ini, kau lah orang yang bisa bergerak paling bebas. Kau sama sekali tidak terikat dengan Sanctuary, ataupun dibatasi oleh kwajiban terhadap Pemilihan Raja."

"......"

"Majulah dengan dibimbing oleh kemauanmu, teruslah berjuang, sampai kau bisa menggenggam semuanya di tanganmu. Menderita, tersesat, dan akhirnya kau bisa mendapatkannya.... Meskipun itu tidak memuaskanmu, meskipun kau tidak bisa memahaminya, saksikanlah sampai akhir."

Ucap Roswaal tanpa menunjukan wajahnya. Tanpa intonasi badutnya yang biasa, Subaru mematung mendengar ucapan sinis yang tak biasa ini, dan hanya bisa berdiri dengan bodoh di tempat.
Hingga, setelah beberapa saat terlewati, dia tiba-tiba menyadari kalau Roswaal mengatakan kata-kata itu pada dirinya.

"Hey.... Ini tidak seperti dirimu. Ada apa, Ros-chi?"

"Terkadang aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda, i~tu saja..... Kelihatanya itu tidak ber~hasil?"

Tidak mungkin Subaru bisa memahami kalimat tersebut. Tapi, saat dia hendak bertanya, Roswaal melambaikan tangannya dari atas ranjang, meminta Subaru untuk keluar.
Melihat hal ini, berdiri di depan Roswaal yang tidak menatapnya, Subaru mengeluarkan helaan napas panjang nan dalam melalui lubang hidungnya.

"Selamat malam."

Dan, sambil meninggalkan kata-kata itu, dia melangkah keluar ruangan.


XxxxX


".... Kuharap kau tidak menambah beban apapun pada Roswaal-sama?"

Hal pertama yang menyapa Subaru saat ia keluar dari kamar adalah kata-kata interogasi tersebut dan tatapan tajam Ram.
Gadis berambut pink itu hampir setengah kepala lebih pendek dibandingkan Subaru, tapi jika ada masalah yang menyangkut Roswaal, keberadaannya yang mengintimidasi akan terlihat dua kali lipat lebih besar dibandingkan aslinya. Oleh sebab itulah, Subaru mulai mengerut di bawah tekanan besar itu.

"Kami hanya membicarakan beberapa hal dengan santai, itu saja. Tidak ada mencengkeram kerah ataupun lemparan gulat, jangan khawatir."

"Optimis sekali Barusu. Menginjakkan kaki di dalam Makam, hanya untuk ditolak, apa kau sadar betapa kejamnya hal itu bagi Roswaal-sama.... Kau bahkan tidak mengerti sejauh itu, dan punya keberanian untuk sok pintar seperti ini?"

Ram sama sekali tidak menyembunyikan ketidaksenangannya saat ia membalas respon Subaru. Melihat prioritasnya terpapar jelas, Subaru hanya bisa tersenyum kecut, dan,

"Well, dia akan tidur, jadi aku seperti diusir... aku sudah mengatakan apa yang perlu kukatakan, jadi tak masalah."

"Begitu ya.... Paling tidak, jika Roswaal-sama mengajukan permintaan itu, menurutku Lewes-sama akan menerimanya. Tapi untuk Garf.... aku tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi."

"Jika dia ingin mengomel, maka kita harus mengandalkan keahlian menggodamu. Kau hanya perlu memasang pose manis dan..... kau tahu cara melakukannya, kan?"

"Bukankah Ram sudah manis?"

"Tidak, maksudku, well, jika itu hanya penampilan luar, maka itu sudah sangat manis...."

Lagipula, selain warna rambutnya, dia terlihat persis seperti Rem. Sangat sangat manis. Satu-satunya masalah adalah wajah manis dan kepribadian Ram yang kasar, seperti saling membatalkan satu sama lain.

"Tapi mengejar-ngejar dirimu, Garfiel pasti punya selera yang aneh. Atau, tidak, mungkin sulit untuk mengetahuinya dari penampilan semata.... seperti ikan buntal kau ta-OWOWOWOWO."

"Aku sangat yakin itu bukan sebuah pujuan, jadi beginilah caraku merespon, Barusu."

Dengan sepenuh hati menginjak kaki Subaru menggunakan tumitnya, seraya melihat air mata muncul dari mata Subaru, Ram menghembuskan napas melalui hidungnya. Kemudian dia berdiri di depan pintu kamar Roswaal, dan,

"Ram akan mengganti perban Roswaal-sama, dan kemudian berisitirahat. Kurasa Barusu akan tidur di Katedral seperti kemarin? Bahkan Barusu pun seharusnya bisa mengingat lokasi sederhana itu, kan?"

"Firasatku mengenai arah tujuan itu sangat bagus, kau tahu. Di samping itu, Katedral adalah bangunan terbesar di sini. Meski tak ada lampu jalan itu sedikit merepotkan."

Sanctuary adalah wilayah belum maju yang mengandalkan cahaya bintang untuk menerangi jalanan saat malam. Tapi meski begitu, di malam yang cerah, cahaya yang turun dari langit berbintang sudah cukup sering mencegah kegelapan mendekat. Sayangnya, hari ini lumayan berawan.
Melihat keluar jendela, selain percikan cahaya dari lampu-lampu rumah desa, sisanya sepenuhnya gelap gulita.
Subaru merasa sedikit gelisah soal perjalanan pulangnya.

"Tersesat, berkeliaran di hutan, bertemu dengan binatang buas dan kemudian mengalami BAD END.... mungkin tidak akan terjadi kan? Tak masalah, tak masalah."

"Kemungkinan hal itu terjadi sangatlah rendah, tapi setelah kau mengatakannya dengan keras, sepertinya itu sedikit meningkat. Baiklah. Barusu, Katedral berada lurus di sisi sebelah kananmu setelah meninggalkan bangunan ini."

"O~ke, aku paham! Jadi itu arah sumpit kan? Meskipun sepertinya tidak ada budaya sumpit di dunia ini."

Karena budaya makan di sini terutama terdiri dari perangkat perak seperti pisau, garpu, dan sendok, ucapan Subaru barusan jelas-jelas tidak masuk akal bagi Ram. Bagaimanapun, sambil berpikir apakah dia harus mencoba menebang beberapa pohon dan mulai memproduksi sumpit secara masal di sini jika punya kesempatan,

"Pokoknya, aku akan pergi ke Katedral... karena masih belum pasti apakah mereka bisa kembali ke desa atau tidak, agar harapan mereka tidak melambung, mungkin lebih baik kita tidak menyebutkan kalau kita sedang bernegosiasi untuk pembebasan mereka?"

"Setuju. Jika kita mengadakan diskusinya besok.... setidaknya lusa mereka baru bisa kembali. Sementara itu, cara untuk menghadapi Makam Echidona adalah apa yang perlu kita pikirkan."

"......"

Tanpa disengaja, saat dia hendak mengatakan beberapa kata terakhir sebelum keluar dari bangunan ini, Subaru tiba-tiba membeku di tempat. Pemberhentian mendadak yang dilakukan Subaru membuat Ram terkejut, tapi, Subaru yang menoleh untuk menatapnya, terlihat bahkan lebih terkejut dibandingkan Ram. Lalu,

"..... Apa yang kau katakan barusan?"

Dia bertanya dengan suara serak. Mendengar pertanyaan Subaru, Ram, masih tak berhenti terkejut, mencoba mengingat apa yang baru saja dia katakan, dan,

"Makam yang perlu kita pikirkan?"

"Tidak, sebelum itu."

"Bukankah Ram sudah manis?"

"Terlalu jauh! Kau barusan bilang Makam Echidona, kan?"

Merasa bodoh setelah melewatkan jawaban yang benar dua kali berturut-turut, Subaru pun menyerah dan menjawab pertanyaannya sendiri. Melihat Ram mengangguk dengan enggan, Subaru menekankan tangan pada dahinya... dengan kecepatan yang mengerikan, berbagai ingatan kembali membanjiri kesadaran Subaru.

Echidona.

Itu adalah nama Penyihir Keserakahan, gadis berambut putih dengan gaun bela sungkawa, memproklamirkan diri sebagai Inkarnasi Rasa Haus akan Pengetahuan, dan tipe Bokukko yang paling penting di dunia paralel ini. Dan di atas segalanya,

(T/N : Bokukko, seperti tomboy mungkin? Maksudnya meski dia cewek, dia bicara pake kata-katanya cowok. Boku adl kata-kata yang sering dipakai cowok, dan Echidona memakai kata boku untuk menyebut dirinya.)

"Apa-apaan yang kau lakukan.... mengacaukan ingatan orang lain...."

Entitas yang telah melakukan pekerjaan ini pada ingatan Subaru, sehingga tak seorangpun bisa mempelajari rahasianya.
Di akhir pesta teh, dan sebelum Ujian yang akan datang, gadis itu dengan paksa menarik sebuah sumpah dari Subaru. Tapi jika itu harga yang harus dibayar setelah menerima Kualifikasi, maka Subaru akan rela menerimanya.

"Entah itu disadap, atau memang begitu cara kerjanya.... Pokoknya penahan ini telah diangkat."

Penahan yang seharusnya Echidona tempatkan pada Subaru, telah terangkat, dan ingatannya pun terlepas.
Di dalam otaknya, pertemuan dengan para Penyihir, pesta teh, pertemuannya dengan Echidona dalam balutan seragam sekolah di ruang kelas lama dari dunia asli Subaru, mereka semua, satu persatu, kembali pada diri Subaru.
Dan, mengingat semuanya, pikiran Subaru tiba pada sebuah cara yang mungkin bisa membuka paksa jalan buntu di Sanctuary. Itu akan mirip seperti gerakan terlarang, tapi,

"Jika Katedral berada di arah sumpit, maka Makam berada di arah mangkuk....."

"Barusu....?"

"Aku sebaiknya tidak menahanmu terlalu lama! Tidak baik menempatkan terlalu banyak tekanan pada pria yang baru sembuh dari sebuah penyakit parah."

Melambaikan tangannya merespon panggilan Ram dari belakang, Subaru keluar dari bangunan, dan menuju kegelapan malam. Bukan menuju tempat tidur di Katedral, melainkan menuju Makam yang baru dia tinggalkan dua jam yang lalu.
Meski begitu, bahkan jika dia pergi menuju Makam, sebenarnya hanya ada sedikit kesempatan dia bisa memastikan gagasannya. Tapi walau kesempatannya mungkin kecil, dia tidak bisa tahan untuk tidak mencobanya. Setidaknya, jika itu bisa dilakukan malam ini, dia akan tahu.

"Setelah mengikuti Ujian pertama, semua hal yang menjengkelkan mulai muncul satu persatu. Jadi undang aku ke pesta teh lagi, Penyihir.... tidak, Echidona!"

Menyusuri jalanan Sanctuary yang hanya disinari oleh cahaya alami dari sang malam, Subaru berlari.
Angin dingin, tanah berlumpur, keringat di dahinya, dan napasnya yang terengah-engah... Semua sensasi ini menekan tubuh lelah Subaru. Dan ketika dia tiba,

"Yo.... kupikir kau akan datang."

Menghadang jalan Subaru adalah pemuda berambut pendek berwarna pirang.... Garfiel, sedang mengawasi di depan Makam.

"Mengesankan, berlari di tengah malam begini. Lahir sebagai pria, kita memang wajib berusaha dan bertambah kuat. 'Winbrook adalah kualifikasi para prajurit', yeah?"

Garfiel membentangkan tangannya berdiri di tengah jalanan malam, sedikit demi sedikit menunjukan giginya saat ia berbicara, dan menghalangi jalan Subaru. Melihat Garfiel melakukan hal itu, seluruh bulu di kulit Subaru berdiri tegak,

"Ohh, maaf, tapi aku sungguh tidak berpura-pua jogging atau sesuatu seperti itu. Sayang sekali aku tidak bisa tinggal dan mengobrol. Ini tidak seperti aku punya deadline, tapi, tidak menyakitkan juga melakukannya lebih awal...."

"Kau tak mengerti, oy."

Sebuah suara tajam... Itu adalah suara retakan dari kaki Garfiel yang menghentak tanah dengan gerakan yang lebih cepat dibandingkan apa yang bisa dilihat mata.
Tanah terlempar ke segala arah, dan terbentuk dalam permukaan jalan yang keras adalah, cetakan berbentuk sepatu. Melihat mata Subaru terbelalak, Garfiel mengkelatakkan giginya,

"Jika aku melihatmu kembali lagi ke sini dengan omong kosong lari tengah malam, aku tak bisa menjamin apa yang akan aku lakukan."

"Ini baru sebentar, tapi kenapa kedengarannya kita sudah tidak bisa memahami satu sama lain... Apa aku melewatkan sesuatu di sini?"

"Siapa yang tahu. Kau sudah buta terhadap apa yang terjadi di sekitarmu, paling tidak pikirkan hal ini!"

Kata Subaru, mencoba menenangkan ketegangan dalam suasana ini, tapi sepertinya itu tidak mencapai Garfiel, yang matanya terus berkilau membawa kebencian yang serupa.
Garfiel, menyentuh bekas luka putih di dahinya,

"Dari sini ke dapan sana adalah Makam. Kau tidak berniat menuju ke sana untuk kencing kan?"

"Apa, kau mau pergi bersama? Kencing di kuburan Penyihir atau semacamnya, aku tidak pernah memikirkan taktik balas dendam semacam itu sebelumnya."

Dari apa yang Subaru ketahui mengenai Echidona, Penyihir itu mungkin tidak akan marah ataupun menganggapnya lucu. Tapi bagaimanapun, tanpa menurunkan kewaspadaannya terhadap Subaru, Garfiel terlihat ingin melanjutkan percakapan ini,

"Kau tidak mungkin mencoba menantang Ujian lain di malam yang sama setelah kau menyelesaikan yang pertama, kan? Itu sedikit serakah, ya kan?"

"Tidak mungkin aku memikirkan sesuatu segila itu. Aku hanya, merencanakan pendekatan lain."

"Berkomplot, kan?"

"Berkomplot?"

Tipuan, metode terlarang, piringan data berisi taktik yang tak dapat dipahami, atau sebutan apapun yang kau inginkan.
Dihadapkan dengan kegelapan mutlak, tak bisa melihat apapun di dunia gelap gulita di mana dia hanya bisa merasakan jalan maju, Subaru harus menggenggam erat harapan cahaya sekecil apapun, menyedot hakekatnya, dan menerimanya hingga tetes terakhir.

"Jadi minggirlah, Garfiel. Aku harus masuk ke dalam Makam. Mungkin di sana ada cara untuk menyelesaikan semua masalah kita...."

"Maaf, tapi tidak. Kau, sepenuhnya, dilarang, memasuki Makam ini."

Menghadapi tekad Subaru, Garfiel sama sekali tak punya niatan untuk mundur.
Menemui penolakan gigih dari Garfiel, kebingungan Subaru berubah menjadi kemarahan.
Kenapa, kenapa, kenapa dari semua orang, harus pria ini yang menghalangi jalannya?

"Kau mungkin merasakan hal yang sama tentang diriku, ya kan? Itulah kenapa kau berdiri di sini di hadapanku seperti ini. Tapi meski begitu....."

"Bukankah sudah kubilang padamu agar tidak memberikanku omong kosong itu? Begitu aku sudah memutuskan, aku tidak akan merubahnya. Kau tidak boleh lewat, entah itu demi Sanctuary atau bukan."

"Kenapa kau tiba-tiba begitu membenciku? Apa yang membuatmu begitu menentangku?"

Dibandingkan hari pertama dan pengulangan sebelumnya, sikap Garfiel sudah tak bisa lebih berbeda lagi. Menghadapi perlakuan tak masuk akal ini, Subaru berteriak, menuntut maksud Garfiel yang sebenarnya.
Mendengar pertanyaan itu, Garfiel mendenguskan hidungnya, menggerakkan wajahnya membentuk ekspresi yang tak jauh beda dengan binatang buas, dan berbicara,

"..... Baumu."

"Huh?"

Tanpa bermaksud melakukannya, Subaru mengerang dengan tolol.
Di hadapan Subaru, Garfiel menutupi hidungnya dengan telapak tangannya.

"Semenjak kau keluar dari Makam, bau dari racun Penyihir terus memancar keluar dari tubuhmu.... Kau mengharapkanku untuk percaya dengan pria bau Penyihir yang bergerak bersama Half-Witch? Kau anggap bajingan macam apa aku ini!!?"

Menyentak lengannya, menunjukan gigi-giginya, Garfiel terang-terangan memaparkan amarahnya.

"INI ADALAH SANCTUARY! Tanah Percobaan dari Penyihir Keserakahan! Lubang jamban dari orang-orang bodoh yang tak punya tempat untuk dituju, SETUMPUK KOTORAN YANG TAK BERGUNA!!"

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Previous
Next Post »
4 Komentar