Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Chapter 3 : Raja Iblis, Bersiap Untuk Berangkat -2


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Chapter 3 Bahasa Indonesia


Chapter 3 : Raja Iblis, Bersiap Untuk Berangkat.

Orang yang muncul dari tangga adalah seorang pria kecil dengan tinggi kira-kira sama dengan Urushihara.

Meski pria itu tidak tinggi, dia memiliki ciri fisik yang proporsional. Dan dari bagaimana dia masih mengenakan seragam, jelas-jelas dia menyalinap saat ia sedang bekerja.

"Dewiku.... ya ampun, aku salah mengucapkannya! Manager Ki-sa-ki! Sarue datang malam ini!"

Benar, dia adalah manager dari Sentucky Hatagaya, terletak berseberangan dengan MgRonalds di depan stasiun Hatagaya, Malaikat Agung Sariel yang dulunya adalah musuh Maou, Emi dan yang lainnya... Mitsuki Sarue.

Sebenarnya dia adalah playboy yang suka tidak tahan dengan wanita cantik, dan setelah menyumbang sejumlah besar pemasukan untuk penduduk bumi, Kisaki Mayumi, dia bahkan membuang posisi dan segalanya di Surga, dan tinggal di Hatagaya.

Meski dulu dia pernah dilarang memasuki MgRonalds karena tindakan tidak senonohnya, kini dia sudah mendapatkan maaf dari Kisaki setelah menghadapi beberapa rintangan, kalaupun frekuensinya tidak setinggi sebelumnya, dia masih datang setiap dua kali sehari, menyumbang banyak keuntungan.

Chiho, di belakang counter, mengernyit, sementara Maou terlihat seolah sudah menyerah.

Suzuno dan yang lainnya sama sekali tak menduga akan melihat kejadian ini, dan hanya seorang Kisaki lah yang menunjukan senyum bisnis ramah dan berdiri di counter.

"Hm? Orang itu.... aku sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat....?"

Acies yang masih belum pulih dari keterkejutannya, dengan kurang ajar menatap wajah Sariel dari kejauhan.

"......"

Setelah menerima pesanan, Kisaki pun membelakangi area tempat duduk untuk membuat kopi, dan ketika Sariel dengan santai memalingkan wajahnya ke arah Suzuno dan yang lainnya ketika sedang menunggu....

"Gyaaahhh!!"

Entah itu Suzuno, Amane, Urushihara, dan Rika, tak ada satupun orang yang bisa menghentikannya tepat waktu.

Begitu Acies melihat wajah Sariel dari depan, dia seketika melompat dari kursinya ke arah Sariel dengan garis lurus yang tidak bisa dilihat mata telanjang, dan mengangkat tangannya yang bahkan bisa menghancurkan armor Malaikat Agung Kamael.

"???"

Melihat hal ini, Sariel memasang ekspresi kaget.

Kisaki dan pelanggan lain yang ada di lokasi, benar-benar tidak bisa menyadari tindakan Acies. Seperti itulah bagaimana cepatnya aksi yang dilakukan Acies, dia melompat dengan dipenuhi aura membunuh berwarna hitam.

"Acies!!"

Saat di mana tak satupun orang bisa bereaksi, Maou, dengan refleks yang begitu cepat, mengulurkan tangan kanannya ke arah Acies yang hendak menyerang Sariel dengan tangan kecilnya.

"Maou....!!"

Teriakan protes Acies menghilang bersama dengan pembatalan materialisasi pedang suci.

"Hm? Ada apa?"

Ketika atmosfer tegang yang menyebar ke seluruh MdCafe menghilang tanpa jejak, begitu Kisaki berbalik untuk meletakkan kopi buatannya di atas counter....

"Sarue, Maa-kun, Chi-chan, ada apa dengan kalian?"

.... dia melihat pelanggan dan para pegawainya menatap langit-langit restoran dengan ekspresi kaku di wajah mereka.

Bahkan Chiho yang terbiasa dengan adegan pertempuran, sekaligus Maou dan Sariel yang tidak tahu cara membereskan kekacauan, tindakan Acies dan aura membunuhnya tadi benar-benar dipenuhi motivasi yang begitu besar.

"Tid-tidak apa-apa....erhm.."

Orang pertama yang berbicara adalah Sariel.

Setelah memandang Maou, Chiho, dan meja di mana Suzuno dan yang lainnya berada secara berurutan...

"Manager Kisaki, bisakah pesanan tadi dibungkus?"

"Tidak masalah... tapi jarang sekali kau melakukannya?"

Normalnya, Sariel akan menambah lebih banyak lagi pesanan setelah duduk, walau Kisaki terlihat kaget, bagaimanapun ini tetaplah permintaan pelanggan, jadi dia merubah pesanan tadi dengan pesanan khusus bungkus.

"Yeah, aku tiba-tiba ingat ada pekerjaan yang harus kulakukan...."

Setelah Sariel mengatakan hal itu dengan tenang, dia sesaat melirik ke arah Suzuno dan Urushihara.

"Kalau begitu, aku permisi dulu."

"..... Ada apa, apa perutmu sakit.....?"

Sariel meninggalkan restoran dengan sikap terang-terangan yang Kisaki anggap aneh.

Tentunya Maou dan Chiho juga tidak bisa mengatakan apa-apa, dan bersama dengan Kisaki, mereka hanya bisa melihat Sariel pergi.

Di tempat itu....

"Kalau begitu, ini juga sudah waktunya kami pergi..."

Suara Suzuno yang disengaja, terdengar dari area tempat duduk pelanggan.

Suzuno, Urushihara, Rika, dan Amane berdiri, dan mengembalikan nampan...

"Maaf karena tinggal terlalu lama."

"Aku kenyang."

"Te-terima kasih."

"Aku tidak akan menyerah."

Dan setelah menyapa Kisaki dengan berbagai cara, mereka pun berjalan menuruni tangga.

"Te-terima kasih atas kunjungan anda.... hmm?"

Sangat jarang Kisaki tidak bisa dengan lancar menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap pelanggan yang meninggalkan restoran.

Tapi alasannya bukan karena dia mengenal pelanggan itu, dan juga bukan karena salah satu kalimat itu tidak terdengar seperti salam.

"Rasanya.... kurang satu orang..."

"Ah, dia, dia pergi ke kamar mandi di lantai bawah lebih dulu!"

"Oh, benarkah? Aku mungkin melewatkannya."

Tidak diketahui apakah dia menerima penjelasan Chiho atau tidak, Kisaki pun merenungkan tindakan aneh pelanggannya dan berbicara seolah dia kepikiran sesuatu.

"Uh, Maa-kun, Chi-chan, aku akan ke bawah sebentar!"

"Huh? Ba-baiklah."

"Apa ada sesuatu yang salah?"

"Aneh sekali bagi Sarue kembali begitu cepat, aku akan memeriksa kamera CCTV di lantai pertama."

"Ah.... Baiklah."

Dari hal ini, mereka bisa memastikan bahwa meski Kisaki sudah menghapuskan larangan masuk bagi Sariel, dia masih belum bisa mempercayainya sepenuhnya.

Setelah Kisaki pergi ke lantai bawah untuk memeriksa apakah Sariel melakukan sesuatu yang merepotkan seperti menggoda pelanggan di lantai pertama, Maou dan Chiho akhirnya bisa bernapas lega.

"A-apa itu tadi, Acies-chan tiba-tiba...."

"Meski aku tidak yakin, itu mungkin karena dia melihat wajah Sariel.... Ah~ berisik!"

Sepertinya Acies saat ini sedang memprotes di dalam kepala Maou.

Tapi jika Maou tidak menghentikannya, Acies mungkin akan menggunakan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan armor Kamael untuk menyerang tubuh Sariel.

Dibandingkan keselamatan Sariel, jika kejadian mengejutkan seperti itu terjadi di dalam restoran, hal itu bisa saja membawa bahaya yang tak diketahui ke sekitar, memikirkan hal ini saja sudah membuat Maou dan Chiho gemetar.

"Acies dan Alas Ramus memiliki kebencian yang tak biasa terhadap malaikat, hanya saja dibandingkan Alas Ramus, Acies memiliki mobilitas yang lebih...."

"Meskipun Iron-kun sangat tenang."

"Huuh, soal itu, kita hanya bisa berharap Suzuno dan yang lainnya bisa mendapatkan beberapa informasi dari Sariel.... ah, benar-benar berisik!"

Maou benar-benar merasa lelah dengan teriakan protes yang tidak bisa dihalangi bahkan jika dia menutup telinganya.

Saat ini, Maou benar-benar bisa mengerti masalah yang Emi hadapi ketika ia dengan enggan menyetujui Alas Ramus mengunjungi Kastil Iblis karena gadis kecil itu terus menangis di kepalanya saat malam hari.

Ketika Suzuno dan yang lainnya keluar restoran, mereka mendapati Sariel menunggu dengan ekspresi tajam sambil membawa kantong bungkusan pesanannya.

"........"

"Tak disangka kau bisa setenang ini. Kupikir kau akan lebih panik."

"Hmph, aku mungkin terkejut, tapi aku tidak akan kacau hanya karena hal ini."

Sariel menatap tajam Urushihara dengan sebuah cibiran.

"Apa itu anak yang kalian sebutkan sebelumnya? Anak yang bergabung dengan Emilia...."

Sariel pasti merujuk pada Alas Ramus.

"Bagaimanapun, mereka memang terlihat mirip, jadi tidak aneh kau berpikir begitu, tapi itu salah. Meskipun mereka adalah tipe eksistensi yang sama."

"Hm? Karena mereka fragmen?"

"Meski kau bertanya padaku, aku juga tidak yakin."

Urushihara menjawab pertanyaan Sariel dengan sebuah gelengan kepala.

"Kau seharusnya tahu. Aku tidak tahu bagaimana kalian mengurus Pohon Kehidupan. Jauh sebelum kalian melakukan hal-hal seperti itu, aku sudah meninggalkan Surga."

"Yeah, memang benar....."

"H-hey, Suzuno, aku ingat, orang itu kan yang dari Sentucky seberang......"

Saat dia memperhatikan Sariel yang sedang berbicara dengan Urushihara sambil memasang ekspresi tegang, Rika menanyakan hal tersebut.

"Hm, benar juga, Rika-dono pernah bertemu dengannya sebelumnya. Itu benar, meski identitasnya di Jepang adalah manager Sentucky, Sarue Mitsuki, pada kenyataannya dia adalah Malaikat Agung yang datang dari Surga Ente Isla, Sariel-sama."

"Ada apa dengan jalan ini? Jangan-jangan bekerja itu sedang populer di dunia mitologi?"

Rika mungkin sudah mulai terbiasa dengan situasi semacam ini, bahkan jika ia melihat fakta konyol ini dengan mata kepalanya sendiri, dia hanya terlihat pasrah.

"Tapi aku mengerti sekarang. Dengan begini, aku tahu alasan Gabriel datang ke sini ketika ada angin kuat berhembus."

"""????"""

Tidak hanya Suzuno dan Urushihara, bahkan Rika pun terkejut dengan apa yang Sariel katakan.

"Jika dia juga Malaikat Agung, bukankah itu artinya dia rekan orang yang bernama Gabriel itu?"

"Hm? Benar sekali.... Ah, kau yang datang ke restoran waktu itu bersama Emilia...."

"Diamlah! Jangan sebut-sebut hari itu di depanku!"

Beberapa bulan yang lalu, Rika pernah bertemu Sariel sekali.

Apa yang terjadi di hari itu, membuat Rika mengalami luka mental berat setelah mengetahui tentang Ente Isla.

"Aku memang tidak yakin akan situasinya, tapi apa kau sudah terlibat dengan masalah di sisi ini seperti Sasaki Chiho?"

"A-a-aku tidak melibatkan diriku secara sukarela!! I-ini karena rekanmu melakukan......"

"Apa kau membicarakan Gabriel? Apa yang pria itu lakukan?"

"Kau tidak tahu?"

Sariel menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Suzuno.

"Aku tidak tahu. Sebelumnya, karena dia membawa sekelompok orang untuk membawaku kembali, jadi aku sedikit melawan. Dan itu membuat restoranku tidak bisa beroperasi seharian penuh."

Sariel memandang restorannya dengan ekspresi kesal di wajahnya.

"Karena mereka memecahkan kaca, membalik meja dan kursi, dan menyebabkan masalah untuk pelangganku, setelah sekian lama tidak melakukannya, aku pun menyerang balik dengan serius. Bahkan jika itu Gabriel, dia tidak mungkin bisa pergi tanpa terluka setelah menghadapi barrier pergeseran dimensiku dan Evil Eye of The Fallen. Setelah sedikit mengancamnya, dia pun langsung pergi. Setelah itu aku masih harus memanipulasi ingatan pelanggan dan pegawaiku satu persatu, yang mana benar-benar menguras tenaga."

"O,oh...."

"Sariel... kenapa kata-katamu mirip seperti Maou?"

Sariel yang bertentangan dengan Maou dan Emi, ternyata malah melakukan pekerjaannya di Sentucky dengan serius seperti halnya Maou, membuat Suzuno dan Urushihara merasa aneh.

Setidaknya ketika dia pertama kali datang ke Jepang, Sariel mungkin hanya melihat Sentucky sebagai cara untuk menyembunyikan identitasnya.

"Lucifer, aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"Ada apa?"

"Waktu itu, kenapa kau meninggalkan Surga?"

".... Walau rasanya seseorang sudah pernah bertanya padaku pertanyaan yang sama sebelumnya, itu hanya karena aku merasa bosan."

"Jika itu sekarang, kurasa aku bisa mengerti apa yang kau rasakan."

"Apa maksudnya itu?"

Kali ini, Amane yang tidak ikut bergabung dalam percakapan ini sama sekali, bertanya kepada Sariel dengan ekspresi serius di wajahnya.

Sariel menunjukan reaksi kaget terhadap Amane yang baru pertama kali ditemuinya, namun dia tetap menjelaskannya dengan jujur.

"Aku tidak pernah memikirkan hal ini ketika aku masih berada di Surga, tapi setelah aku bekerja di kota ini dan bertemu dewiku, Kisaki Mayumi....  itu adalah pertama kalinya aku berkipir untuk bekerja demi orang lain selain diriku sendiri. Dan pemikiran semacam itu, ternyata tidak semenjijikan yang kuduga."

"Ah, bagian itu sedikit berbeda denganku, uhm...."

Suzuno menghentikan Urushihara yang masih ingin mengatakan sesuatu dari samping.

"Bekerja keras demi orang lain, dan mendapat ucapan terima kasih sebagai balasannya. Bagiku ini adalah sebuah pengalaman baru. Bell, mungkin hal ini sedikit mengejutkan untukmu."

"Tidak, aku sudah melewati tahap itu."

Hanya pengikut religius dari Gereja saja yang bisa memahami makna di balik kata-kata Sariel.

Dengan kata lain, ini berarti orang-orang yang menyebut diri mereka malaikat, sama sekali tidak pernah melakukan sesuatu demi dunia manusia di masa lalu, dan di sisi lain, doa yang ditujukan kepada kitab dan gereja juga tidak pernah mencapai Surga sama sekali.

"Aku tidak ingin kembali ke dunia di mana 'kedamaian Surga' adalah prioritas utama, dan hanya peduli tentang bagaimana cara melindungi diri sendiri. Tentu saja aku juga tidak ingin terlibat dalam pertarungan. Saat ini, satu-satunya hal yang kupedulikan adalah bagaimana caranya mendapatkan pengakuan Kisaki Mayumi dan apakah aku bisa ambil bagian dalam hidupnya dan melanjutkan hidup. Jika aku pergi dengan Gabriel di saat seperti ini, maka yang kulakukan sejauh ini akan percuma."

Meski Kisaki saat ini sedang memeriksa kamera CCTV yang ada di lantai pertama karena dia pikir sikap Sariel tadi itu aneh, akan lebih baik kalau Sariel tidak tahu.

"Jadi tak peduli apa yang kalian rencanakan, aku tak akan membantu ataupun menghalangi kalian. Aku hanya ingin bekerja demi masa depanku dan Kisaki Mayumi."

"Rayuan yang normal ya..."

Sepertinya kalimat tanpa ampun Amane tidak mencapai telinga Sariel.

"Jadi aku tidak akan peduli kenapa Lucifer dan Bell, yang biasanya bergerak sendiri-sendiri, sekarang sedang bersama. Dan meskipun aku penasaran dengan dua wanita cantik yang tahu mengenai masalah Ente Isla ini, aku tidak akan terlalu menghiraukannya."

"Jadi pada akhirnya kau masih akan menghiraukannya?"

Kali ini, bahkan Urushihara juga membantahnya.

"Bagiku, mengabaikan wanita cantik adalah sesuatu yang benar-benar menggelikan."

Sariel yang bisa menjawab demikian, juga merasa agak terkejut.

"Dan masih ada gadis fragmen Yesod itu.... Huuuh, mempertimbangkan apa yang sudah kami lakukan sampai sekarang, tidak aneh jika dia bertingkah seperti itu setelah melihatku."

"Benar, inilah letak masalahnya."

"Hm? Lucifer, ada apa?"

"Ini adalah bagian yang tidak kumengerti. Apa yang kalian lakukan di masa lalu? Alas Ramus dan gadis itu sangat tidak menyukai Gabriel. Lebih tepatnya mereka membenci semua malaikat. Setelah aku pergi, apa yang kalian lakukan terhadap Pohon Kehidupan?"

Pertanyaan Urushihara memiliki koneksi yang kuat terhadap dasar dari eksistensi Alas Ramus, Acies Ara, dan Iron.

Mereka memang tidak memiliki kewaspadaan terhadap manusia, iblis, dan fallen angel seperti Urushihara, tapi, mereka menaruh kebencian yang tidak normal ketika berhadapan dengan malaikat.

"Walau aku bukan malaikat penjaga Pohon Kehidupan, dan tidak menduduki posisi yang berhubungan langsung dengan Pohon Kehidupan.... tapi aku bisa memberitahumu alasan kenapa Surga menargetkan Pohon itu."

Seraya berbicara, Sariel bersandar pada pohon yang ada di jalur pejalan kaki seolah merasa lelah, dia mengangkat kepalanya dengan ekspresi tenang dan mengatakan,

"Mereka ingin menghalangi Tuhan yang sesungguhnya lahir di Ente Isla. Untuk mengungkapkannya dengan cara yang ekstrim, hanya itulah tujuan mereka."

Baik Suzuno maupun Urushihara, mereka berdua sama sekali tidak bisa mengerti maksud Sariel hanya berdasarkan kalimat tersebut. Rika bahkan lebih buruk lagi.

Terkecuali Amane.

“.....Sampai memikirkan hal bodoh seperti itu.”

Dia memberikan senyum kecut yang nampak tidak toleran namun membawa sebuah jejak kebaikan, dan mengatakan,

“Meski aku tidak tahu dari mana kalian berasal, tapi apa kalian benar-benar berpikir kalau manusia bisa melawan kekuatan alam?”

“......?”

Kalimat ini menyebabkan Sariel menatap Amane dengan ekspresi aneh di wajahnya.

Suzuno dan Urushihara juga bingung dengan kata-kata Amane.

Meski sudah jelas-jelas bisa disimpulkan dari percakapan barusan bahwa Sariel berasal dari Ente Isla, atau setidaknya dari Surga....

“Tapi, karena ada pemikiran seperti tadi, makanya hal itu dilakukan. Pohon Kehidupan di tempatmu sana, benar-benar menciptakan makhluk menyedihkan yang penuh dosa.”

“Kau itu....”

“Tidak penting siapa aku. Hanya saja, mulai dari sekarang, tempat yang dikenal dengan nama Ente Isla itu akan mengalami banyak kesulitan. Berbagai reaksi sudah mulai muncul. Bahkan jika itu aku, aku pun tak bisa memperdiksi bagaimana semua ini akan berkembang.”

“Apapun yang terjadi, aku tak ada niatan untuk kembali.”

Kata Sariel dengan nada berat, dia kemudian bertolak dari pohon di jalur pejalan kaki tadi, dan berbalik untuk pergi.

“Sariel-sama!”

Suzuno berteriak ke arah punggung yang semakin menjauh tersebut, namun Sariel hanya mengangkat satu tangannya seolah menganggap itu hal yang merepotkan dan mengatakan,

“Aku sudah mengatakannya sebelumnya. Saat ini, aku tidak berada dalam posisi yang bisa membantu kalian. Di saat yang sama, aku juga tidak ingin secara aktif menentang kalian. Selain itu, aku juga tidak berencana memberitahu kalian apa-apa lagi ataupun menawarkan bantuan. Insiden sebelumnya, benar-benar pengecualian di antara semua pengecualian.”

Insiden sebelumnya, pasti merujuk pada kejadian saat Sariel membantu Chiho berlatih mantra.

Meski sebelumnya dia sudah dipancing dengan kesempatan untuk berdamai dengan Kisaki, dan menunjukan ekspresi bodoh seperti bayi penguin yang merasa antusias menyambut musim panas, tapi malaikat agung ini, dengan nada yang berlebihan, mengatakan sesuatu yang tak terduga.

“....Tapi aku sudah membulatkan tekadku untuk melindungi Kisaki Mayumi dengan nyawaku jika dia menemui bahaya. Jadi meski aku tidak tahu apa yang ingin kalian lakukan, tapi tolong sampaikan itu pada Raja Iblis nanti. Apapun yang terjadi, aku pasti akan melindungi dewiku Kisaki Mayumi, dan restoran sekaligus karyawan MgRonalds di depan stasiun Hatagaya, hanya area jalan perbelanjaan ini, aku pasti akan melindunginya dengan benar.”

“Rika-chan, bagaimana menurutmu tipe ini?”

“Agak sulit untuk menilainya. Kami memang pernah bicara sebelumnya, tapi itu rasanya hanya penuh penyesalan.”

Setelah menyaksikan Sariel kembali ke restorannya, Amane menanyakan hal tersebut pada Rika, Rika pun meresponnya dengan serius.

“Yeah, Suzuki Rika, jawaban yang tepat.”

Urushihara juga menjamin penilaian itu.

“Tapi ini bisa dipastikan kalau dia itu serius dengan manager Kisaki, setidaknya kita bisa mempercayai hal ini kan? Sariel itu tak terkalahkan saat melawan malaikat dan manusia, dan iblis yang akan menyerang tempat ini, paling banyak mungkin hanya Malebranche, kan? Mereka bukanlah lawan yang bisa merepotkan Sariel.”

“Meski aku merasa gelisah terhadap berapa banyak sihir suci Sariel-sama yang tersisa..... tapi ini juga bisa dianggap keuntungan yang tak terduga.”

Sariel telah mengatakannya dengan jelas kalau dia akan melindungi para karyawan MgRonalds di depan stasiun Hatagaya.

Selain itu, juga ada Amane, ini artinya keamanan Kisaki dan Chiho ketika mereka sedang bekerja bisa terjamin.

Orang yang paling senang mengenai hal ini, tak lain tentu saja adalah Urushihara, yang merasa kalau dia tidak perlu bekerja meski sesuatu terjadi.

“Kalau begitu, karena kita sudah mengikuti alur dan meninggalkan restoran, apa yang sebaiknya kita lakukan selanjutnya?”

Suzuno menoleh ke arah MgRonalds karena pertanyaan Rika.

“Kita hanya bisa menunggu Raja Iblis dan yang lainnya selesai bekerja, ayo kita pulang dulu, lalu memilih waktu yang tepat untuk pergi ke Ueno dan membuat persiapan.... Amane-san, maafkan aku, bisakah aku merepotkanmu mengendarai moped Raja Iblis menuju ke Ueno.”

“Aku sih tak masalah, tapi kenapa harus begitu?”

“Tentu saja itu karena......”

Suzuno menatap ke arah lantai dua MgRonalds dengan tidak senang.

“Raja Iblis bodoh itu tidak memiliki SIM. Jika kita membiarkan dia mengendarai moped, kalau kita bertemu dengan patroli mendadak di jalan, dia bisa-bisa ditahan karena berkendara tanpa memiliki SIM. Si Raja Iblis itu, dia pasti juga tak akan mau meski diminta berkendara ke sana sendiri. Dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti kehilangan pekerjaannya jika tertangkap atau akan dimarahi jika terkena denda.”

“Hei, meski sedikit aneh mengatakan hal ini sekarang..... tapi apa Maou-san itu benar-benar Raja Iblis? Raja dari para iblis?”

Dari sudut pandang Rika, entah itu Raja Iblis yang takut tertangkap karena berkendara tanpa SIM, ataupun Suzuno yang menyebut dirinya Penyelidik, tapi malah mengkhawatirkan Raja Iblis, keduanya memang sedikit aneh.

“Itu benar.”

Kata Suzuno dengan nada yang sangat jengkel.

“Orang yang mengikuti aturan, menghormati manusia, mencintai pekerjaannya dan khawatir dengan musuhnya yakni Emilia, itu adalah raja dari para iblis yang menyerang Ente Isla. Emilia dan aku pun juga sangat bingung.”

Di dalam kalimat tersebut berisi perasaan rumit yang tidak bisa Rika bayangkan.


XxxxX


Malam harinya, di taman Ueno yang ada di distrik Taito.

Di Museum Nasioal Seni Barat yang seharusnya dilarang untuk dimasuki di waktu seperti ini.

Namun, di halaman bagian depannya, terdapat dua orang yang sedang mendorong dua moped beratap yang berisi peralatan kemah seraya merasa cemas dengan penjaga keamanan yang berpatroli dan kamera pengawas.

“Ap-apa ini tak masalah? Apa ada orang yang melihat kita?”

“... Serius, apa kau ini benar-benar Raja Iblis?”

Bahkan teguran Rika yang ke sekian kalinya juga tidak bisa menenangkan kegugupan Maou.

“Ini jelas-jelas masuk tanpa izin. Dan di saat seperti ini pun, masih ada beberapa orang di taman.....”

“Bagaimanapun, jalanan ini kan memang tidak memiliki banyak hotel, dan ada banyak toko yang beroperasi sepanjang malam.”

“Hey, Suzuno, bergeraklah lebih cepat, ayo berangkat, cepat, cepat, cepat! Coba pikir, bukankah gawat jika Chi-chan dan yang lainnya dilhat oleh orang lain?”

“Maou-kun, diamlah!”

Tak disangka, justru Amane lah yang memperingatkan Maou, yang mana begitu cemas dengan tatapan orang lain.

“Ini masihlah kepulangan agung dari sang Raja Iblis, kan? Tidak bisakah kau menjadi lebih tegas?”

“Jika kita tertangkap karena kita terlalu memaksakan diri, maka itu akan jadi seperti meletakkan kereta di depan kuda! Sial, bahkan jika kita harus pergi ke Ente Isla, jika memungkinkan, aku masih ingin mendapatkan SIM sebelum berangkat....”

“Serius ini, bukankah sikapmu itu terlalu lembek? Jika sesuatu menjadi tidak beres, aku pasti akan membantumu memikirkan sesuatu. Sudah tenanglah! Kalau ini terus berlanjut, kau mungkin akan ditinggalkan oleh Chiho-chan.”

“Eh, a-aku tidak akan melakukannya karena hal ini... erhm....”

“Yang benar saja, aku mengantuk. Aku ini tidak bisa terjaga terlalu larut karena aku sedang terluka. Bell, cepat, dan mulailah!”

“.... Serius, kenapa semua orang jadi seperti ini?”

Pada akhirnya, Suzuno, orang yang harus berusaha paling keras pun malah terlihat paling lesu, sebesar inilah kurangnya ketegangan dalam keberangkatan ini.

“Maaf, semuanya, tolong tenang sedikit! Aku harus fokus untuk merapalkan mantra pembuka gate.”

Usai meminta semuanya tenang, meskipun terdapat tanda 'Di depan ada podium anti gempa bumi, dilarang naik!' Suzuno tanpa ragu tetap melangkah ke atas podium dengan pintu tersebut.

Ada sesuatu yang membuat Suzuno merasa gelisah.

Cetak biru dari 'Gate of Hell' ini memang berasal dari sebuah karya yang terkenal dan merupakan sebuah rancangan yang berisi sejarah yang hebat.

Tapi apakah itu bisa digunakan sebagai penguat mantra pembuka gate adalah, masalah yang berbeda, pada kenyataannya, 'Gate of Hell' yang bisa digunakan sebagai gate hanyalah sebatas deduksi dari Maou dan Ashiya.

“.....”

Pintu raksasa di depan Suzuno adalah pahatan perunggu, 'Gate of Hell' yang diciptakan oleh Auguste Rodin.

Pintu yang dilindungi oleh patung 'Adam' dan 'Eve', yang mana juga merupakan karya Auguste, adalah pintu masuk menuju Neraka yang muncul di bagian ketiga dari bab Inferno dari syair 'Divine Comedy'.

Dalam 'Divine Comedy', tulisan yang ada di 'Gate of Hell' adalah 'membuang semua harapan, bagi mereka yang masuk ke sini'.

“Membuang semua harapan ya.”

“Suzuno-san, apa ada sesuatu yang salah?”

“Aku hanya mengingat beberapa hal di masa lalu. Aku tidak pernah menyangka akan ada hari di mana aku akan merenungkan kalimat ini bersama Raja Iblis.”

Pertanyaan Chiho membuat Suzuno tanpa sadar tersenyum.

“Rasanya ini akan berhasil."

Suzuno mengambil Holy Vitamin Beta dari dalam lengan kimono, dan meminumnya dalam sekali tegukan.

“Dari awal, kita memang tidak pernah berpegang pada harapan.”

Suzuno perlahan berjalan menuju pintu dan mendongak.

Patung pria duduk yang melihat ke bawah menatap semua yang akan memasuki gerbang ini, berada dalam pandangan Suzuno.

Perwakilan karya Auguste, 'The Thinker', adalah patung duduk yang dibuat sebagai salah satu bagian pintu, dan patung itu mewakili si pengarang sekaligus karakter utama dalam 'Divine Comedy', Dante Alighieri.

Suzuno sedikit membungkuk ke arah patung itu dan mengambil napas dalam, dia kemudian mengangkat kedua tangannya ke arah pintu.

'Roh suci yang menghubungkan kehidupan dan waktu, temukanlah dunia di atas dataran bintang!'

Dari mulut Suzuno, terdengar sebuah bahasa yang sepenuhnya berbeda dengan bahasa Jepang.

Dengan setiap suku katanya, bola-bola cahaya mulai muncul di ujung jari Suzuno dan melayang menuju gerbang.

“Lu-luar biasa....”

Chiho merasa takjub oleh sosok Suzuno.

Karena dia sudah mempelajari mantra, Chiho pun bisa merasakan kapasitas dari sihir suci Suzuno, sekaligus kemampuan dan jumlah besar sihir suci yang dibutuhkan untuk menggunakan mantra ini.

Kalaupun ada 100 Chiho, mereka mungkin tidak akan bisa menandingi kapasitas sihir suci Suzuno.

“I-ini terasa benar-benar seperti sihir.... ini, ini bukan CG, kan?”

Tak heran kalau Rika berulang kali menatap tangan Suzuno sambil mengusap matanya, meskipun dia sudah pernah melihat palu suci sekaligus kemunculan dan menghilangnya Acies.

Bola-bola cahaya berangsur-angsur bertambah banyak dan menjadi dua kumpulan cahaya, mereka tidak lagi hanya terbatas di tangan Suzuno, melainkan juga mulai berputar di sekitarnya.

“Hm, aneh sekali.”

Kimono milik Suzuno mulai melayang, dan gumaman Amane pun bercampur ke dalam suara getaran pohon sekitar dan tak bisa didengar oleh siapapun.

Karena pandangan semua orang terfokus pada Suzuno, tak ada satupun yang menyadari kalau kabut tipis mulai muncul di sekitar kaki Amane, menyelimuti area di sekitar 'Gate of Hell'.

Selama jangka waktu tersebut, kumpulan cahaya yang berputar di sekitar Suzuno, mulai menunjukan gambaran yang terlihat seperti kata-kata.

'Ugh... ughh... hanya, sedikit lagi.....'

Dalam sekejap, kata-kata muncul dalam kumpulan cahaya tersebut, wajah Suzuno mulai menunjukan tanda-tanda kesakitan yang jelas.

Meskipun Chiho sangat ingin membantu, jika ia menganggu konsentrasi Suzuno sekarang, mantranya pasti akan lenyap seperti asap.

Ini adalah mantra tingkat tinggi yang tidak bisa dibandingkan dengan Idea Link.

“Se-sepertinya itu akan terbuka!”

Dan kali ini, Maou memperhatikan arah pintu dan bersorak.

'Gate of Hell' hanyalah sebuah patung, dan tidak bisa benar-benar terbuka dan tertutup seperti layaknya pintu sungguhan.

Namun, pinggiran pintu itu mulai bersinar dan ruang pun mulai terdistorsi.

“A-apa ini akan baik-baik saja?”

Akan tetapi, setelah melihat cahaya itu, Urushihara mengatakan hal tersebut dengan tanda kegelisahan dalam suaranya.

Ruang terdistorsi itu nampak terhenti setelah sedikit terbuka.

Ruang tersebut terlihat tertahan oleh sesuatu, dan ingin kembali menutup setiap kali hendak terbuka.

'Begitu ini terbuka..... ini pasti akan stabil.... ugh....”

Suzuno mempertahankan ekspresi deritanya dan tiba-tiba mendongak.

Pria di atas pintu diam-diam memperhatikan Penyelidik dari dunia lain tersebut.

Apakah itu artinya dia tidak ingin si Penyelidik membuka 'Gate of Hell'?

Tidak, karena ini adalah Crestia Bell, karena ini adalah wanita yang dulu dikenal sebagai Sabit Kematian Bell, dia akan menjadi pasangan yang cocok untuk Gate of Hell.

Suzuno bernapas dengan keras dan melangkah ke arah pintu.

'Jangan berpegang, pada harapan.... bergerak, maju!'

'Hanya pelopor yang bisa bertahan!'

Dengan suara ini, kumpulan cahaya yang mengelilingi Suzuno pun memadat, dan bertabrakan dengan lengkungan ruang yang lepas dari tangan kecil Suzuno.

'Te-terbuka, ini terbuka! Aku berhasil membuka gate!'

Wajah Suzuno dipenuhi dengan keringat, menunjukan betapa hebatnya mantra tersebut.

Suzuno sudah tak punya lagi energi untuk berbicara bahasa Jepang, ia mengepalkan tangannya karena berhasil merapalkan mantra pembuka gate dan berteriak,

“Ki-kita berangkat, Raja Iblis! Meski sekarang masih aman, tapi aku tidak bisa menahannya terlalu lama! Apa kau sudah memastikan kalau kau telah bergabung dengan Acies?”

“Ye-yeah!”

Suzuno dengan gelisah menaiki moped, diikuti dengan Maou.

Usai memakai helm keselamatan, mereka berdua pun menarik rem dan mulai menyalakan mesin.

“Maou-san! Suzuno-san! Acies-chan!”

Chiho berteriak ke arah teman-teman berharganya yang sedang menaiki HGYRO ROOF, dan bersiap menuju dunia lain,

“Setelah ini, serahkan semuanya padaku, berhati-hatilah selama perjalanan!”

“Yeah!”

“Kami berangkat!”

Suzuno, Maou, dan Acies yang tak terlihat, tidak butuh kata-kata yang tidak perlu.

Karena tak peduli ke mana mereka pergi, tempat mereka berada adalah apartemen kayu berukuran tiga tsubo yang terletak di Sasazuka Jepang.

Dua mesin meraung dengan keras, Maou dan Suzuno mengendarai moped dan bergerak lurus menuju retakan dimensi yang dikelilingi cahaya tersebut, dan kemudian....

“Mere-mereka menghilang.....”

Rika menggumam sendiri dengan kaget.

Seperti menyaksikan sebuah sihir, begitu Maou dan Suzuno menyentuh retakan dimensi di depan Gate of Hell, mereka tiba-tiba menghilang bersama dengan mopednya tanpa suara.

Dan pada akhirnya, hanya retakan dimensi dengan cahaya misteriusnya yang tertinggal di tempat kejadian.

".... Hati-hati."

Chiho kembali menggumam dengan suara pelan.

Cincin dengan fragmen Yesod yang tertanam di dalamnya, mengeluarkan cahaya lemah di tangan Chiho.

".... Apa selanjutnya?"

Mungkin karena merasa gelisah menyaksikan misteri dari dunia lain, Rika pun menatap gate dan Chiho secara bergantian dengan perasaan bingung.

"Kita hanya harus menunggu. Karena Maou-san dan Suzuno-san pasti akan menyelamatkan Yusa-san, Alas Ramus-chan, dan Ashiya-san, kemudian kembali."

Berbeda dengan Rika, nada bicara Chiho tak memiliki sedikitpun keraguan.

Nada Chiho yang kelewat kukuh, membuat Rika sesaat tak bisa berkata-kata.

"Ta-tapi..."

"Ah, tentunya tidak hanya menunggu. Lagipula, aku sudah memutuskan ketika aku bekerja nanti, aku akan meminta Kisaki-san untuk membantuku membuat pengajuan latihan pra-penerapan layanan Delivery di restoran yang menyediakannya."

"Eh?"

Karena perbedaan besar antara adegan yang baru saja terjadi di hadapannya dengan kata-kata Chiho, Rika mengeluarkan suara konyol. Kenapa dia menyebutkan latihan bekerja di saat seperti ini?

"Karena Maou-san bilang dia ingin berpartisipasi dalam latihan itu."

Jawab Chiho dengan santai.

"Aku ingin ambil bagian dalam latihan itu, dan ketika Maou-san kembali, aku ingin memberitahunya apa yang telah kupelajari. Dengan begini, aku bisa sedikit mengurangi beban Maou-san ketika dia mulai bekerja di lingkup kerja yang baru."

"Aku sepertinya menyaksikan apa yang disebut 'istri yang baik'."

Amane menunjukan senyum segan mendengar determinasi Chiho.

"Apa itu penting? Semua orang melakukan apa yang mereka bisa demi rekan mereka masing-masing. Itulah yang namanya kerja sama tim."

"A-aku...."

Kata-kata tegas Chiho, membuat Rika yang jauh lebih tua menjadi sedikit panik....

"Rika-chan memang berbeda dengan Chiho-chan, dan masih seorang pemula, sekarang kau seharusnya mensimulasi situasi di mana Yusa-chan kembali, dan bersiap untuk bisa menerimanya dengan yakin."

Namun, dengan sikap seperti orang dewasa yang sangat jarang terlihat, Amane memberikan nasehat pada Rika.

"Persiapan, untuk menerimanya."

".... Kalau begitu, aku akan tidur dulu."

Bahkan di saat seperti ini, Urushihara sama sekali tidak merubah gayanya.

"Ah, he-hey, distorsi itu?"

Kali ini, di arah yang ditunjuk oleh Rika, lubang gate yang barusan Suzuno buka, perlahan menyusut dan menghilang tak lama setelahnya.

Pada akhirnya, hanya pahatan kokoh Gate of Hell yang tertinggal di sana.

Pintunya sendiri tidak berubah, jejak yang Maou dan Suzuno tinggalkan hanyalah bekas ban saat mereka pertama kali berakselerasi.

"Kalau begitu, ayo kita kembali. Untungnya, tak ada yang melihat kita."

Kata Amane dengan sikap yang dibuat ceria, kabut di sekitar kakinya pun juga menghilang, dan taman Ueno kembali menjadi hening, sesuai dengan malam yang memang sudah larut.

"Benar juga, apa tidak masalah bagi Sasaki Chiho berada di luar di jam seperti ini?"

Urushihara melirik ke arah jam yang ada di taman, sekarang waktu menunjukan jam 01:30 pagi.

Di jam seperti ini, bahkan orang dewasa yang berjalan sendirian pun mungkin akan dihentikan dan ditanyai oleh polisi.

"Keluargaku tidak masalah. Karena aku bilang pada keluargaku kalau aku akan menginap di rumah Suzuno-san hari ini."

"Eh? Kau tidak pulang? Amane-san masih tinggal di kamar Bell, kan?"

Urushihara membelalakkan matanya kaget, dan Chiho, yang pikirannya tidak bisa ditebak, menatap lurus ke arah Amane.

"Ah, tak masalah kok jika Urushihara-san tetap berada di kamar. Tidak usah hiraukan kami."

"..... Setelah orang lain memutuskan kalau aku hanya akan bermalas-malasan, rasanya ternyata sangat tidak enak."

Walau Urushihara terlihat tidak senang, Chiho sama sekali tidak terpengaruh.

"Aku tidak bermaksud begitu, tapi dalam hal ini, bahkan Maou-san pun tidak bisa melakukannya. Aku hanya bisa melakukannya saat Maou-san, Yusa-san, dan Suzuno-san tidak ada, jadi kalau bisa, aku ingin Urushihara-san tetap berada di rumah dan du.... memulihkan kesehatan."

"Apa-apaan itu..... dan tadi kau ingin bilang duduk diam di rumah, kan?"

Urushihara merasa bingung karena tidak memahami apa yang Chiho katakan, Chiho mengabaikannya dan menoleh ke arah Amane.

"Amane-san."

"Ada apa, Chiho-chan? Ekspresi yang tegas."

"Apapun yang pemilik kontrakan-san tidak ceritakan, itu tidak boleh dikatakan pada Maou-san dan yang lainnya kan?"

Amane membalas tatapan Chiho dari ketinggian satu kepala lebih tinggi, dan menunjukan senyum tak kenal takut seolah merasa hal itu sedikit menarik.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau memberitahuku?"

".... Meski aku tidak tahu apa yang ingin kau tanyakan, tapi kenapa kau berpikir kalau aku akan memberitahumu?"

Ini hanyalah tes yang Amane berikan pada Chiho.

Namun Chiho menyebutkan jawaban yang benar tanpa keraguan sedikitpun.

"Karena aku adalah manusia dari bumi."

"Kau memang luar biasa."

Amane menggaruk kepalanya dan mengernyit.....

"Ini sudah bukan soal istri yang baik lagi. Sebelumnya kupikir gadis ini hanya orang normal dengan sedikit keberanian....."

Tapi ekspresinya terlihat begitu ceria.

".... tapi aku tidah pernah menyangka kalau dia ternyata adalah monster yang jauh melampaui Maou-kun dan Yusa-chan."

Yang menyaksikan percakapan antara manusia di sisi lain dan di sisi ini hanyalah Dante yang ada di atas pintu, dan Dante yang duduk diam di seberang Gate of Hell.

---End---




Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar