Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Chapter 1 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Chapter 1 : Raja Iblis, Terus Menjalani Kehidupan Yang Normal -2


Chapter 1 : Raja Iblis, Terus Menjalani Kehidupan Yang Normal.

"To-tolong.... dengarkan aku...."

Hari itu, Lailah, bersimpuh di lantai, mengatakan hal tersebut dengan pipi bengkak.

"Aku tidak ingin bicara denganmu." Jawab Emi dengan dingin, telapak tangannya sedikit memerah.

"Duduk di sana baik-baik. Akan kupenggal kepalamu."

"Tunggu~~ tenanglah~"

"Hey, Emi, tenanglah, itu bahkan lebih buruk daripada menebasku."

Meskipun Emerada sudah menarik tangannya, dan meski Maou sudah berdiri di hadapannya, Emi sama sekali tak punya niat untuk mundur.

"Menyingkirlah!"

Bahkan Emerada, rekannya yang telah melalui hidup dan mati bersama Emi, dan Maou, musuhnya yang pernah bertarung melawannya dengan nyawa sebagai taruhan, sama sekali belum pernah melihat tatapan dingin itu.

"Menyingkirlah! Aku saat ini benar-benar marah."

"A-aku tahu itu~"

Ucap Emi dengan dingin, yang mana bahkan membuat orang bertanya-tanya apakah udara benar telah membeku.

Dia sama sekali tidak kehilangan ketenangannya karena marah terhadap Lailah.

Tapi dia benar-benar ingin menghukum Lailah.

"Em, Raja Iblis, dan Ayah."

Emi menatap ke arah Lailah dan Nord yang terlindung di belakang punggung Emerada dan Maou.

“Kita selalu dipermainkan oleh wanita itu dengan situasi-situasi yang aneh. Kita sering menghadapi situasi yang mengancam nyawa, atau hampir kehilangan orang yang berharga bagi kita, dan itu tidak hanya terjadi sekali dua kali. Apa kalian tidak merasa tidak bisa memaafkan apa yang telah wanita itu lakukan pada kita?”

“Ta-tapi~~”

“Em, bukankah wanita ini juga menyebabkan banyak masalah untukmu? Kau dipaksa untuk membiayai kehidupannya untuk waktu yang cukup lama, kan?”

“E-erhm~ meski hal semacam itu memang pernah terjadi~~”

Emerada ingat, ketika ia pertama kali datang ke Jepang, dia pernah mengeluh kepada Emi bahwa ruang pribadinya di Institut Pengawasan Sihir Saint Aire telah ditempati oleh Lailah selama beberapa waktu, dan itu sesaat membuatnya menjadi pucat.

“Tapi meski begitu~~ hal itu tidaklah terlalu buruk sampai kau harus segitunya~~”

“Apa maksudmu dengan segitunya? Jangan katakan karena wanita ini adalah ibuku, kau ingin melindunginya, gitu??”

“Bu-bukan hanya karena itu saja~~ tapi jika ini terus berlanjut....”

“Yeah, aku bisa membunuhnya.”

“Emilia~~”

Teriak Emerada merasa sedih, dia tidak bisa memikirkan satupun cara atau kata yang bisa menghentikan Emi.

“Emi. Aku mengerti perasaanmu, tapi tenanglah! Meski kau ingin melampiaskan seluruh perasaanmu padanya, itu tidak harus sekarang, kan?”

Maou tidak tahu seberapa seriusnya Emi, tapi dia tahu, jika dia melakukan atau mengatakan sesuatu yang salah, Emi yang sekarang bisa saja merubah Alas Ramus menjadi pedang suci untuk menyerang Lailah.

“Aku tidak ingin mendengarmu bilang kalau kau mengerti perasaanku. Kau tahu kan kalau wanita ini sangat sulit dipahami? Jika kau membiarkannya lepas kali ini, siapa yang tahu kapan dia akan muncul lagi di depan kita? Itu mungkin beberapa ratus tahun atau bahkan beberapa ribu tahun kemudian. Pada waktu itu, apa kau bersedia membunuhnya menggantikanku?”

“Emi!”

“....”

Maou dan Emi saling menatap satu sama lain.

Semua orang di ruangan itu hanya diam menyaksikan adegan aneh tersebut, adegan di mana Raja Iblis melindungi seorang malaikat dan manusia, sementara sang Pahlawan berusaha melukai si malaikat dan manusia tersebut.....

“Tentu saja, aku hanya bercanda.”

Emi mengalihkan pandangannya.

“Akulah orang yang akan mengalahkanmu. Mana mungkin aku memintamu untuk membantuku melakukan hal seperti itu.”

“Yeah.... meski rasanya sedikit aneh, asalkan kau bersedia melupakan ide tersebut....”

“Emilia....”

Itu benar-benar kelalaian yang sangat serius.

Sebuah hembusan angin melewati Maou dan Emerada.

Maou dan Emerada hanya bisa samar-samar melihat rambut panjang Emi melewati pandangan mereka.

Penglihatan semua orang yang ada di ruangan itu sama sekali tidak bisa mengikuti pergerakan Emi yang super cepat, satu-satunya bukti yang tertinggal di sana hanyalah lekukan di lantai kamar.

Emi mengangkat tinjunya dan mengkonsentrasikan sihir suci tingkat tinggi yang hanya bisa digunakan olehnya.

Maou hanya bisa mengikuti perkembangan situasi ini dengan pikirannya.... Emi benar-benar serius.

“Huuh, tenanglah.”

Namun, kilatan penuh amarah yang bahkan tidak bisa dihentikan oleh Raja Iblis dan seorang ahli sihir hebat Ente Isla, dengan mudah dapat dihentikan oleh sebuah angin hitam.

“Kau ternyata memang bukan manusia biasa ya.”

“Kau membuatnya terdengar seolah kau ini manusia biasa.”

Meski Emi tidak menggunakan pedang sucinya, pukulan itu sudah memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan tulang manusia biasa, namun Oogura Amane menerima serangan itu dengan ekspresi yang begitu tenang.

Amane tidak terlihat menggunakan kekuatan apapun, tapi dia bisa menghentikan tinju Emi dengan begitu santai seolah sedang menangkap bola baseball.

Maou dan Emerada yang menoleh selangkah lebih lambat karena gerakan tak terduga Emi, menahan napasnya begitu melihat situasi yang terjadi antara Emi dan Amane.

“E-Emilia...”

“Emi... kau barusan...”

“Beberapa dari kalian terlalu lengah. Jika Yusa-san lebih serius lagi....”

Amane menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah belakang,

“Paman yang di sana itu mungkin sudah menghilang dari dunia ini.”

“.....!”

Di belakang Amane terdapat Nord yang melindungi Lailah dengan tubuh gemetar, pandangannya tak sekalipun teralih dari Emi.

Emi menatap ke arah Nord. Dia tahu kalau ayahnya tidak akan mengalihkankan pandangannya.

Dia juga tahu kalau ayahnya tidak akan meninggalkan Lailah. Jadi meskipun Emi bisa melewati Maou dan Emerada, dia tidak mengira akan bisa melakukan sesuatu terhadap Lailah.

Menghadapi Lailah, dia sanggup tidak menunjukan belas kasihan, tapi menghadapi ayahnya, dia tidak bisa melakukan hal yang sama.

Tindakan dari Emi tadi hanyalah sebuah tes.

“Aku akan pulang.”

Emi menjauh dari Amane, dia bahkan tidak melirik ke arah Maou dan Emerada yang terpaku.....

“E-Emi....”

“Mama....”

….. dan langsung merebut Alas Ramus dari tangan Acies, ia pun meninggalkan kamar rumah sakit Urushihara.

Sampai pintu akhirnya tertutup, tak seorangpun bisa berbicara.

Kecuali satu orang.

“Aku tidak terlalu paham dengan situasi ini.....”

Itu adalah Chiho.

“Tapi sepertinya ini kali pertama kita bertemu, Lailah-san.”

“K-kau?”

Lailah masih terpaku di belakang Nord.

Karena itulah, Chiho berlutut di depan Lailah.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi.... tapi tadi, kau menggunakan tubuhku seperti dulu lagi... kan?”

Di dalam ruangan yang serasa berguncang akibat tindakan kasar Emi, hanya Chiho lah yang terlihat sama seperti biasanya.

Meski di wajahnya tersungging sebuah senyum, Chiho memancarkan sebuah ketegasan yang tidak memberikan ruang untuk bantahan apapun.

“Chi-Chi-chan?”

“Maou-san, tak apa, tolong izinkan aku bicara dengannya sebentar.”

Chiho tidak menoleh ke arah Maou yang menyuarakan kepeduliannya, dia terus menatap mata Lailah.

“Apa kau tahu apa yang paling membuat Yusa-san... membuat Emilia sangat marah, ketika dia berada di ruangan ini?”

“Eh.....”

Lailah memandang Chiho dengan ekspresi seperti orang kalah.

Seorang malaikat yang sudah hidup beribu-ribu tahun, dibungkam oleh pertanyaan yang diajukan oleh seorang gadis berusia 17 tahun.

“Sebelumnya, ketika aku dirawat di rumah sakit ini, kau meminjamiku kekuatanmu, kan? Sampai sekarang, aku masih sangat berterima kasih padamu. Berkat kekuatanmu, pada waktu itu aku berhasil membantu Maou-san dan Yusa-san.”

“I-itu.....”

Ketika si malaikat pengadil Raguel datang ke Jepang.

Raguel datang ke Jepang untuk mencari Lailah yang melarikan diri dari Surga, dia menggunakan mantra 'sonar' dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh televisi.

Meskipun Chiho yang terpengaruh oleh sonar tersebut menjadi tidak sadar, usai mengalahkan Raguel dan Gabriel, seseorang meninggalkan suatu kekuatan di tubuh Chiho.

Pada waktu itu, Chiho telah mendengar suara orang yang meminjaminya kekuatan.

Suara itu tak salah lagi adalah suara malaikat yang ada di hadapannya, yang mana adalah suara Lailah.

“Tapi kenyataannya tidak seperti itu, kan?”

“Eh?”

“Karena kau tidak mau muncul secara pribadi, itulah kenapa kau meminjamiku kekuatan itu, benar?”

“!!”

Lailah mendongak kaget, tapi dia tidak melihat ke arah Chiho, melainkan menatap ke arah belakang gadis itu.

Pintu kamar rumah sakit yang Emi lewati barusan memiliki sebuah desain yang khusus, meskipun pintu tersebut dibuka tutup dengan santai, pintu itu bisa menutup sepenuhnya.

“Lailah-san adalah orang yang kuat, kan? Paling tidak lebih kuat dari manusia biasa... lebih kuat daripada Nord-san.”

“Ah......”

“Emilia-san bukanlah orang yang tak beralasan. Tapi seharusnya kau tahu kalau dia itu punya pemikiran yang rumit terhadap ibunya. Aku tidak tahu kenapa Lailah-san tidak pernah melangkah maju.... tapi kau tidak seharusnya bersikap seperti tadi, kau harus lebih aktif dalam bertindak.”

Kata-kata tegas Chiho seketika membuat Lailah terdiam.

Momen 'tadi' yang Chiho bicarakan, adalah saat Amane menahan pukulan Emi.

Bagaimanapun caranya, Lailah harus menghadapi pukulan yang mewakili perasaan Emi tadi.

Namun, pada kenyataannya, di bawah perlindungan Nord, Amane, Emerada, dan Maou, Lailah hanya berteriak 'dengarkan aku' dari tempat yang jauh dari Emi.

Lailah selalu mencampuri dan mengacaukan semuanya dari tempat yang tidak bisa dilihat, tindakannya tadi benar-benar mewakili semua tindakannya sejauh ini, karena itulah Emi merasa sangat kesal.

Semua yang ada di ruangan itu tahu kalau Lailah bertindak karena tujuan yang jauh lebih besar.

Tapi karena dia akan melibatkan semua orang karena tujuan itu, ketika tiba saatnya bagi dia untuk melangkah maju, maka seharusnya dia melangkah secara aktif.

Jadi di momen tadi, Lailah telah kehilangan kesempatan terbesarnya.

Kesempatan untuk membicarakan tujuannya kepada anaknya yang kini menjadi manusia terkuat, Emilia Justina.

"Aku memang terus meminta Amane-san untuk membebaskanku dari rumah sakit ini, tapi jika kalian membuat keributan di sini, aku juga yang akan kesusahan.... Ugh!"

Tanpa membaca suasana, Urushihara mulai mengeluh, namun dia langsung dipelototi oleh Shiba.

"Ah, a-aku...."

Lailah, seolah akhirnya menyadari fakta besar tersebut, nampak ingin mengatakan sesuatu, namun Chiho mengeraskan hatinya dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa membantu banyak meskipun aku mendengarnya, dan aku tidak akan membantumu menyampaikan pesan pada Emilia-san. Aku hanyalah manusia biasa, dan aku adalah teman Emilia-san. Aku tidak bisa melakukan sesuatu yang dapat membuat temanku membenciku."

Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menunggu jawaban Lailah, Chiho langsung berdiri dan memegang tangan Emerada.

"E-erhm."

"Emerada-san, ayo kita pergi, seseorang harus mengejarnya. Dan kurasa Emerada-san lah pilihan yang paling tepat."

"Be-benarkah~? Da-daripada aku, bukanlah lebih baik Nona Bell atau Raja Iblis......"

"Ke-kenapa harus aku?"

Tanpa menghiraukan Suzuno, Maou yang namanya disebut pun langsung membantahnya, tapi Chiho menggelengkan kepalanya dan menjawab,

"Maou-san tidak boleh. Setelah mengalami hal seperti ini, dia memang tidak akan menangis, tapi dia pasti akan sangat marah. Jika Maou-san muncul di saat seperti ini tanpa pikir panjang, situasinya malah akan semakin memburuk. Meskipun Maou-san bilang kalau dia sudah menyerah untuk menaklukan dunia, dia pasti tetap akan dipotong-potong. Jadi saat ini, kita hanya bisa bergantung padaku, Emerada-san, atau Suzuno-san, yang mana tidak akan mungkin diserang oleh Yusa-san."

Meskipun itu adalah analisis yang sangat berlebihan, entah kenapa mereka menerima kata-kata Chiho tanpa keraguan sedikitpun.

"Emerada-dono, kau harus pergi."

"Nona Bell~?"

Suzuno, mengerti apa yang dimaksud oleh Chiho, juga ikut mendesak Emerada.

"Chiho-dono, serahkan tempat ini padaku. Kau harus secepatnya membawa Emerada-dono untuk mengejar Emilia. Apa yang Emilia butuhkan saat ini adalah orang yang bisa menerimanya apapun yang terjadi. Jika demikian, Emerada-dono lah pilihan paling tepat di antara semua orang yang ada di sini."

Jika Emerada dan Chiho meninggalkan kamar tersebut, manusia yang tersisa di sana hanyalah Nord dan Suzuno.

Tapi apapun yang terjadi, Nord akan selalu berada di pihak Lailah.

Dengan begitu, meski di sini ada Shiba dan Amane, orang yang memahami keseluruhan situasi ini dan murni berada di pihak Maou masihlah tidak ada.

Berdasarkan poin tersebut, dalam hal keseimbangan antara intelegensi dan kekuatan, Suzuno adalah pilihan yang paling tepat.

"Aku mengerti! Ayo kita pergi, Emerada-san! Urushihara-san, semoga kau cepat sembuh."

Chiho menarik tangan Emerada dan dengan cepat meninggalkan kamar rumah sakit.

Maou dan yang lainnya hanya bisa terpaku melihat pintu dan Lailah secara bergantian.

Lailah yang menerima serangan mental serius, membelalakkan matanya kaget, dia pun menghela napas sembari bersimpuh dengan tangan menyentuh lantai.

Perkembangan bak badai ini membuat Maou merasa pusing.

Itu bukan berarti dia tidak senang bisa bertemu kembali dengan Lailah setelah beratus-ratus tahun, tapi menyaksikan perkembangan yang tak terduga ini, perasaan semacam itu kini terbang ke ujung galaksi.

"Lailah-san, kalau tidak salah, kau datang ke Bumi ini 17 tahun yang lalu, kan?" Ucap Shiba seperti mencoba melanjutkan tempo.

"""17 tahun yang lalu??""" Tanya Maou, Ashiya, dan Suzuno secara bersamaan.

Hal itu sudah bisa disimpulkan dari kata-kata Nord yang menyebutkan bahwa Lailah datang ke bumi lebih dulu dibanding Maou dan Emi, tapi mereka tidak menyangka kalau itu sudah terjadi lama sekali.

"Tunggu sebentar, Shiba-dono, 17 tahun yang lalu itu berarti...."

Suzuno memandang ke arah Nord dan Shiba secara bergantian.

"Itu tak lama setelah Emilia lahir?"

Lailah mengangguk pelan menjawab pertanyaan Nord.

Ketika Lailah melahirkan Emi dan meninggalkan rumah mereka, pada waktu itu Nord melihat bintang jatuh yang nampak seolah mengejar Lailah.

"Itu karena kau dan Emilia hampir ditemukan...."

Melepaskan diri dari kejaran Surga sebenarnya tidaklah sulit.

Tapi pada waktu itu dia tidak bisa melakukannya.

Itu karena dia tidak boleh membiarkan Nord dan Emi, sekaligus fragmen Yesod yang dia percayakan pada mereka berdua ditemukan.

Untuk tujuan itulah, dia harus bergerak sebagai buronan untuk menarik para pengejar itu sebisa mungkin.

"Tapi.... melihat mereka bisa datang sedekat ini, artinya mustahil aku bisa sepenuhnya kabur dari mereka."

Meskipun Lailah adalah seorang Malaikat Agung, itu tidak berarti dia memiliki kekuatan yang melampaui Gabriel ataupun malaikat penjaga pohon kehidupan lain.

Jika memang harus dibuat perbandingan, kemampuannya mungkin sama dengan Sariel ataupun Raguel.

"Dan tempatku melarikan diri sambil melakukan perjudian terhadap harapan kecil yang kumiliki ini adalah Bumi, di suatu malam di mana langit berbintang nampak sangat indah, aku sampai di daerah pinggiran Kairo."

"Kairo, Mesir maksudmu? Kenapa kau pergi ke tempat seperti itu....."

"Itu mungkin karena fragmen Yesod yang Lailah-san miliki membawanya ke tempat kami. Pada waktu itu, aku kebetulan berada di Kairo bersama kerabat-kerabatku, Amane masih belum seburuk saat ini, dia adalah gadis yang penurut, dan juga sering ikut di pertemuan keluarga...."

"Bibi Mi-chan, kau tidak perlu mengatakan hal-hal tidak penting seperti itu."

"Pemilik kontrakan-san, jadi kau dan Lailah sudah saling kenal selama itu?"

Tanya Maou kepada Shiba yang begitu tenang dan sama sekali tidak merubah ekspresinya semenjak Lailah muncul hingga sekarang.

"Malaikat-malaikat yang mengejar Lailah, kenapa pada akhirnya mereka memilih untuk menyerah?"

Daripada bertanya langsung pada Lailah, Ashiya justru mengajukan pertanyaanya pada Shiba.

Tapi orang yang menjawabnya bukanlah Shiba, melainkan Amane.

"Mereka tidak menyerah, kami hanya sedikit menakuti mereka."

"'Kami' yang kau sebutkan barusan, apa itu maksudnya kau dan Shiba-dono?"

"Yeah, tidak salah sih bilang begitu."

Amane menjawab pertanyaan Suzuno.

"Lebih tepatnya itu adalah kerabat-kerabat kami."

"Kerabat, mungkinkah itu..."

"Benar sekali. Itu adalah keluarga Sephirah Bumi. Memang sih ada generasi kedua dan ketiga sepertiku, tapi kebetulan, pada waktu itu, banyak kerabat kami yang berkumpul di Kairo untuk liburan."

Amane menoleh ke arah Acies yang berdiri di samping ranjang Urushihara, mungkin karena sudah lelah dengan kejadian-kejadian yang terjadi di kamar rumah sakit ini, Acies pun bermain-main dengan berbagai peralatan yang pastinya tidak boleh disentuh.

"Aku ingat dulu pernah bermain di rumah paman George sepanjang musim panas. Ah, paman George itu si biru Chesed."

"Chesed? Apa Chesed juga ada di Jepang?"

"Hey! Apa yang barusan dia tekan!?"

Acies yang bereaksi terhadap kata 'Chesed' sang Sephirah ke empat, tanpa sengaja menekan sebuah tombol di samping ranjang Urushihara yang tidak seharusnya ditekan oleh orang yang tidak memahami kegunaannya, hal itu membuat Urushihara berteriak panik.

"Bukan. Aku sudah bilang kan, dia itu paman George. Dia tinggal di Kairo, tapi kewarganegaraannya Inggris. Dia itu bukan Chesed yang Acies-chan kenal. Pada waktu itu, dengan undangan paman George, semua orang berkumpul di Kairo, seingatku di sana ada keluarga Ooguro, bibi Mi-chan, dan keluarga Goodman, benar tidak?"

"Waktu itu Goodman dari Hawaii tidak bisa datang karena ada pekerjaan penting, jadi Tim, anak bungsunya saja yang datang."

"Ah, Tim si bocah nakal itu.. Waktu itu dia merusakkan kapal mainan yang paman George belikan untukku."

"Meskipun dulu dia adalah anak yang nakal, tapi sekarang dia sudah mewarisi Perusahaan Transportasi Laut Goodman, dia juga jadi pebisnis muda yang handal. Sekarang, lupakan kapal mainan, dia bahkan bisa memberimu sebuah kapal pesiar, kau tahu?"

"Aku ini masih ahli waris Ooguro-ya. Benar juga, dia pernah bilang padaku kalau dia ingin memberiku sebuah kapal, dia juga ingin aku mengoleksinya, tapi foto yang dia kirimkan padaku terlihat seperti kapal penumpang dan itu tidak bisa berlayar di Kimigahama, jadi aku menolaknya."

Maou, tak bisa berkata-kata, hanya diam mendengarkan Amane dan Shiba membicarakan soal kerabat mereka yang sebenarnya tidak penting bagi orang luar, dan setelah menyadari tempat yang mereka sebutkan tadi, ia pun bertanya,

"Mesir.... dan Hawaii?"

"Benar juga, aku ingat. Haryanark tinggal di Indonesia! Kami berdua pernah menipu Tim untuk menaiki unta dan meninggalkannya di gurun pasir selama setengah hari, hal itu membuatnya sangat marah! Oh, nostalgia sekali."

Meskipun Maou merasa kasihan dengan pebisnis muda Amerika bernama Tim itu, di antara informasi menarik tersebut, ada sesuatu yang sangat mengganggunya.

"Mesir, Hawaii, Indonesia. Hm, sepertinya kami pernah mendengar hal itu sebelumnya...."

"Ku-kurasa, sebaiknya kita tidak mengingat hal tersebut....."

Beberapa ingatan nampak terpicu di dalam kepala Ashiya dan Urushihara.

"Mungkinkah....."

Pada akhirnya, orang yang menyimpulkan hal itu adalah Suzuno.

"Hawaii, Indonesia, Mesir. Itu kan negara tempat Shiba-dono mengirimkan surat dan fotonya pada kita."

"""Ugghhhhhh~~"""

Kalimat Suzuno menyebabkan ingatan terlarang di dalam diri ketiga iblis itu bangkit kembali.

Itu adalah kotak Pandora yang tidak boleh disentuh.

Merak berwarna emas. Tari perut dengan pyramid sebagai latar belakangnya.

Hal terakhir yang Raja Dunia Iblis dan dua Jenderal Iblisnya pikirkan adalah, baju renang yang begitu mengerikan....

"Pe-permisi, aku ingin mencari udara segar! Ugh!"

Ashiya pun berlari keluar ruangan tanpa menunggu jawaban siapapun.

"~~Ugh!"

Sementara itu, Urushihara langsung ambruk setelah mengeluarkan sebuah erangan aneh, dan tidak hanya warna rambutnya, bahkan kulit dan matanya pun mulai mengalami perubahan yang lebih seperti menjadi layu dibandingkan kehilangan warna.

Dan akhirnya, meski tak ada banyak hal yang terjadi, dia menjadi sangat lemas, mesin yang Acies mainkan tanpa permisi pun mulai mengeluarkan suara elektronik yang keras.

"Uu, uh, ugh! A-aku tidak akan kalah!"

"Raja Iblis, ada apa?"

"Maou, apa kau ingin ke kamar mandi?"

Tekad yang begitu besar nampak terpancar dari Maou, meskipun wajahnya bercucuran keringat.

"A-apa yang terjadi?"

"A-aku tidak tahu....."

Reaksi kuat dari ketiga iblis itu bahkan membuat Nord dan Lailah terpaku menyaksikan mereka.

Saat ini Maou sedang disiksa oleh ingatan tabu mengenai 'foto lagendaris' yang tidak boleh dipamerkan ke dunia, tapi meski begitu, dia terus menatap Shiba dengan segenap kekuatannya.

"Mungkinkah... sejak awal... kau sudah tahu tentang kami..."

"Karena pada waktu itu ada kejadian dengan Lailah-san, aku dan kerabatku terus mewaspadai aktivitas buka tutup gate."

Shiba pun menjawab pertanyaan Maou dengan terang-terangan.

“Tentu saja, aku tidak tahu kalau yang akan datang itu adalah Maou-san. Aku hanya sekedar menunggu siapapun yang akan datang ke sini dari Ente Isla setelah Lailah-san. Meski aku hanya tahu sedikit soal apa yang terjadi di Ente Isla dari Lailah-san, aku paling tidak bisa menyimpulkan kalau orang yang mengejarnya di Ente Isla, adalah orang-orang yang hanya akan membawa keburukan pada Bumi.”

Dan seperti yang sudah diketahui, orang-orang yang datang ke Bumi setelah Lailah adalah Nord, 15 tahun kemudian, diikuti oleh Emi, Maou dan Ashiya.

“Dari awal aku sudah tahu kalau Nord-san dibawa ke sini oleh Lailah-san, adapun untuk Yusa-san, karena prioritasnya lebih rendah, aku menunda untuk mengurusi kasusnya. Dibandingkan Yusa-san, entah bagi Bumi ataupun manusia, kalian adalah makhluk yang sangat berbahaya. Aku masih ingat dengan apa yang Lailah-san katakan, tapi jujur aku tidak menganggap sifat dan kekuatan Yusa-san ada hubungannya dengan krisis di sana. Karena Nord-san dan Yusa-san tidak akan membahayakan bumi, menurut tujuan kami para Sephirah Bumi, kami sebisa mungkin harus berusaha agar tidak terlibat dengan mereka.”

“Meskipun sejak awal, Emilia sudah memiliki pedang suci.... memiliki fragmen Yesod?”

Saat ini, Shiba pasti sudah tahu semua yang berhubungan dengan Lailah, dan selain fragmen Yesod, Shiba juga sudah tahu hal-hal mengenai asal usul Sephirah... yaitu Pohon Kehidupan.

Menanggapi pertanyaan Suzuno, Shiba langsung menjawabnya.

“Meskipun ada perbedaan dalam penampilan luar dan keadaannya, Yusa-san benar-benar telah menunjukan fungsi Yadorigi, dan karena situasinya sudah jadi seperti ini, selama Yesod masih mau bekerja sama, Yesod tidak akan bisa dipisahkan dari tubuh Yusa-san.”

Dari sudut pandang Emi, meski dia adalah orang luar dari sebuah dunia lain, dia dikesampingkan begitu saja karena ia tidak memiliki ancaman bahaya, bahkan jika Sariel yang bisa merenggut status seorang malaikat menggunakan 'Evil Light of the Fallen'-nya untuk melampaui sihir suci Emi, dia tidak akan bisa mengambil pedang suci dari Emi.

“Untuk memisahkan Yadorigi dan Sephirah, hanya ada beberapa cara, seperti kematian Yadorigi, Sephirah pergi atas kemauannya sendiri, dan satu cara terakhir. Tapi dengan situasi Ente Isla saat ini, cara terakhir itu mungkin tidak akan bisa digunakan. Itulah kenapa kami menilai bahwa, meskipun kami tidak mengamati Yusa-san, hal itu tidak akan menyebabkan masalah apa-apa.”

“Begitu ya, tapi Shiba-dono....”

“Ada apa?”

“Tadi kau bilang 'asalkan mereka tidak membahayakan Bumi, maka keterlibatan dengan mereka harus sebisa mungkin dihindari', iya kan? Kalau begitu, bagaimana dengan cecunguk ini?”

“H-hey Suzuno, jangan menunjukku dan bilang 'cecunguk ini'!!”

“Raja Iblis ya tetap saja Raja Iblis, seorang iblis yang bisa melukai manusia, dia itu lebih berbahaya bagi Bumi dibandingkan para malaikat.... wah!”

“Hey, Suzuno, aku tidak bisa berpura-pura tidak mendengar hal itu. Kau bilang aku yang hebat ini lebih berbahaya bagi Bumi dibanding para malaikat?”

Maou menarik rambut Suzuno yang dikuncir dari belakang.

“A-apa yang kau lakukan!?”

Sang penyelidik yang biasanya memiliki ekspresi tenang, menggerakkan kedua tangannya seperti sedang memegang seekor udang karang.

“Oleh karena itu, ketika Maou-san dan Ashiya-san datang ke Bumi, aku sendirilah yang menerima mereka.”



“Eh?”

“Eh? Hey! Raja Iblis, lepaskan!”

“Aku langsung tahu kalau kalian memiliki kekuatan yang sangat berbahaya. Meskipun kalian kehilangan sihir iblis.... kehilangan energi negatif, kalian tetaplah makhluk berbahaya yang memiliki sifat jahat. Aku awalnya berencana mengamati kalian dan langsung memusnahkan kalian begitu siapapun di antara kalian ada yang bertingkah aneh.”

“Eh?”

Maou secara refleks mencari sosok Ashiya, dan teringat kalau sang jenderal telah meninggalkan ruangan tersebut sembari menutupi mulutnya dan belum juga kembali.

“Meski pada akhirnya itu adalah usaha yang sia-sia, itu tetaplah salah penilaian yang menyenangkan.”

“A-apa itu artinya Raja Iblis tidak jahat sama sekali? Hei, bukankah ini sudah saatnya kau melepaskanku!?”

“Tak pernah terpikir sekalipun olehku kalau mereka akan memulai kehidupan di sini dengan mendapatkan kartu kependudukan dan mencari tempat tinggal. Bahkan Lailah-san pun tidak menunjukan kesadaran sosial seperti itu. Mereka juga tidak menggunakan sihir iblis mereka yang tersisa setelah itu, jika mereka adalah tipe orang yang akan pingsan akibat malnutrisi dan diangkut oleh ambulans hanya dalam waktu 3 hari setelah datang ke sini, lalu membeli resume untuk mencari pekerjaan tepat setelah mereka keluar dari rumah sakit, kupikir mereka akan sangat berbahaya.”

Dengan kata lain, semenjak Maou datang ke Jepang sampai dia bertemu dengan Emi dan mengalahkan Urushihara, dia selalu diawasi oleh Shiba.

“Diangkut ambulans karena terkena malnutrisi?”

“Berisik!”

Di sisi lain, Suzuno yang baru kali ini tahu apa yang Maou lakukan sebelum ia datang ke Jepang, menoleh ke arah Maou dengan kaget, meskipun ponytailnya masih dijambak.

Maou, tidak sanggup menghadapi tatapan Suzuno, akhinya melepaskan rambutnya.

“Serius, bagaimana jika itu tadi meninggalkan bekas aneh?”

Suzuno pun menggunakan tangannya untuk menyisir bagian depan rambutnya yang tadi dijambak....

“.... Yang benar saja.”

….. dan dengan jarinya, dia memainkan rambutnya selama beberapa saat.

“Ja-jangan-jangan, bahkan agensi perumahan pun ada hubungannya dengan Sephirah?”

Maou lantas teringat dengan pegawai agensi perumahan yang membantunya menyelesaikan masalah apartemen mewakili Shiba sebelum dia kembali dari luar negerti, namun Shiba menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak, aku hanya mencari semua agensi perumahan di wilayah setempat dan meminta mereka untuk membantu mengelola properti Villa Rosa Sasazuka sebelum kalian mulai mengambil tindakan. Karena itu sangat tiba-tiba, aku harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, tapi, meski aku terlihat seperti ini, aku ini punya bisnis yang besar, jadi setiap agensi perumahan dengan senang hati menyetujui permintaanku.”

Meski Maou dan yang lainnya sedikit penasaran dengan bisnis yang Shiba jalankan, dari fakta bahwa dia adalah seorang Sephirah, dan detail samar keadaan finansial serta kondisi kerabatnya dari percakapan tadi, itu pasti berada di level yang tidak akan bisa dipahami oleh orang biasa.

“Setelah melihat Maou-san dan yang lainnya berinteraksi dengan para tetangga, orang-orang MgRonalds, Sasaki Chiho-san dan Yusa-san, asalkan mereka tidak mengalami kekurangan sandang, pangan dan papan, tidak hanya akan bersikap baik, mereka bahkan juga secara aktif mengusir bahaya dari dunia lain. Aku sebenarnya sedikit gugup saat aku harus memperbaiki apartemen tempo hari, tapi setelah memastikan kalau Ooguro-ya bisa menampung mereka, aku pun bisa tenang.”

Tahu bahwa dari awal dia sudah dimanipulasi oleh seorang Sephirah, wajah Maou nampak begitu tidak senang.

Sebelum menuju rumah pantai Ooguro-ya untuk bekerja, awalnya Maou dan yang lainnya memilih menyegel rekaman yang dikirim oleh Shiba selama beberapa hari dan tidak menontonnya.

Tapi setelah akhirnya membuat panggilan ke Oogura-ya, mereka pun tahu ternyata Amane dan Ooguro-ya tidak mempekerjakan pegawai lain selain Maou dan kawan-kawan, kalau dipikir-pikir, baik itu laut, rumah pantainya, ataupun Amane, tak satupun dari mereka yang merupakan eksistensi normal.

"Begitu ya. Menjengkelkan sekali. Jadi kau memanfaatkanku untuk menyelesaikan masalahmu?"

Sampai saat ini, Maou telah mengusir cukup banyak pengganggu dari dunia lain, diawali oleh Sariel. Tapi semua itu Maou lakukan demi melindungi kehidupannya sendiri.

Setelah tahu bahwa semua itu adalah manipulasi Shiba, tentu hal itu membuatnya agak tidak senang.

Shiba pun menjawab pertanyaan Maou yang terkesan menantang dengan ekspresi yang begitu tenang.

"Bukankah Maou-san ingin melindungi Jepang dan hidup yang kau miliki di sini atas kemauanmu sendiri?"

"..... Tidak, bukan itu maksudku."

"Aku telah menganggap Maou-san dan Ashiya-san sebagai manusia yang bebas, aku juga menilai kalau kalian pantas dipercaya, dan kalian selalu menjawab kepercayaanku."

"Haah, meskipun aku tidak suka diperlakukan seperti itu olehmu, tapi aku memang menyukai Bumi dan Jepang. Aku juga menyukai kehidupanku saat ini, meskipun suatu hari nanti aku harus pergi, aku tetap akan melewati hari-hariku dengan bahagia. Ngomong-ngomong... bukankah sekarang sudah saatnya kalian memberitahu rencana kalian?"

Maou berusaha menyemangati dirinya sendiri dan menoleh ke arah Shiba dan Lailah secara bergantian.

"Tapi biar kukatakan hal ini lebih dulu. Aku sekarang ini sedang sangat kesal."

"Te-tentu saja, aku telah menunggu saat-saat seperti ini. Menunggu orang kuat sepertimu dan Emilia muncul....."

Lailah mengangkat kepalanya dan menatap Maou dengan tatapan memohon.

Dari wajahnya, aura suci yang dulu terasa ketika ia menyembuhkan dan membimbing Maou, kini tak bisa lagi dirasakan.

Karena kedua pipi Lailah sudah bengkak, memintanya untuk memancarkan aura suci di saat seperti ini mungkin memang terlalu berlebihan, tapi tanpa menghiraukan hal tersebut, ekspresinya kini nampak seperti orang yang terburu-buru.

Apakah syok karena ditolak oleh putrinya membuatnya jadi seperti ini, ataukah ada alasan lain....?

Ironisnya, Maou yang ingin tahu tujuan asli Lailah, malah kehilangan minat setelah mendengar apa yang dia katakan.

"Untuk menyelamatkan dunia.... untuk menyelamatkan Ente Isla.... kekuatanmu sangat dibutuhkan...."

"Cukup!"

Tiba-tiba disela oleh Maou yang meminta penjelasan, Lailah membelalakkan matanya kaget

"Pemilik kontrakan-san."

"Ada apa?"

"Urushihara sudah boleh keluar rumah sakit, kan? Apa nanti rambutnya bisa kembali normal?"

Melihat ke arah Urushihara yang nampak begitu pucat di berbagai tempat, termasuk rambutnya, Maou menanyakan hal tersebut dengan nadanya yang biasa.

"Eh, tunggu, Satan...."

"Ya, asalkan dia menjauh dariku, rambutnya akan kembali normal."

Meskipun Maou tidak tahu prinsip di balik fenomena itu, dia memutuskan untuk menerima jawaban tersebut.

"Kalau begitu aku juga akan pergi. Pemilik kontrakan-san, Amane-san, tolong secepatnya izinkan Urushihara pulang."

"E-eh? Sa-Satan?"

".... Raja Iblis, kau...."

"Eh? Apa? Kau sudah selesai berbicara? Kalau kau mau pulang, ayo kita cari tempat makan dulu!?"

"Tu-tunggu dulu...."

Menyadari kalau Maou tiba-tiba ingin semua orang untuk pulang, Lailah seketika berdiri dan berusaha menarik tangan Maou. Namun, Maou menghindari tangannya.

"Sa-Satan?"

"Aku tidak ingin dengar apapun lagi. Aku lelah, jadi aku mau pulang. Besok aku masih harus bekerja."

"Tu-tunggu dulu, kenapa kau tiba-tiba bertingkah seperti ini? Hal ini ada hubungannya dengan kalian para iblis, kau tahu?"

"Ya mungkin saja. Tapi mengaitkannya dengan hal yang kudengar tadi, daripada menyebutnya krisis dunia, itu lebih seperti krisis bagi manusia Ente Isla, kan? Kalau benar begitu, maka kami para iblis tidak perlu menanggapinya dengan serius."

"Tidak, ini bukan seperti itu! Ini juga.....!"

"Aku sudah bilang kan kalau aku tidak mau dengar apapun lagi, kau dengar tidak!?"

Teriakan marah Maou yang keras mengguncang seluruh kamar, membuat Lailah tersentak.

"Satan.... kenapa?"

Maou mengabaikan Lailah yang wajahnya kini nampak begitu sedih, dia melangkahkah kakinya yang masih gemetar karena efek foto tadi dan berjalan menuju pintu kamar. Berbeda dengan Suzuno yang terlihat begitu kaget, Acies mengikuti Maou dengan ekspresi seolah tidak mau ambil pusing.

"Saat ini, asalkan aku serius, bahkan Gabriel pun tidak akan bisa menandingiku. Kau bebas keluar masuk ke tempat Nord, tapi jangan pernah datang ke tempatku."

Meletakkan tangannya ke pintu, Maou melirik ke arah Lailah.

"Selamat tinggal."

Pintu pun tertutup dengan suara ka-chak.

"Ra-Raja Iblis, tunggu..... wah? Alsiel? Apa yang terjadi?"

Suzuno dengan panik mengejar Maou, dan begitu ia keluar dari kamar tersebut, dia terdengar meneriakkan sesuatu.

"Aku tidak tahu harus bilang apa."

Meski dia tidak mengerti, Acies juga berencana meninggalkan kamar tersebut.

"Acies!"

Meneriakkan namanya dari belakang, itu adalah suara Nord.

"..... Ayah, maafkan aku."

"Aku tahu. Kau tidak bisa terus berada di sini atas keinginanmu......."

"Bukan begitu."

Acies menyela kalimat Nord dan mengatakan,

"Meski pada awalnya aku tidak suka dengan semua ini, sekarang aku sangat menyukainya, aku juga sangat menyukai mereka."

Acies menoleh dan menatap semua orang yang ada di ruangan tersebut. Meski tak diketahui apakah 'mereka' yang dia maksud itu termasuk Urushihara atau tidak, yang mana saat ini terbaring lemas di samping mesin yang tadi dia mainkan, Acies menggelengkan kepalanya dengan agak kesepian.

"Baik itu apa yang Maou katakan, apa yang Chiho katakan, ataupun perasaan Emi, aku sama sekali tidak mengerti. Aku tidak membenci ibu, tapi aku juga tidak mau dia secepatnya melakukan sesuatu. Ini sangat rumit."

"Acies...."

"..... Meski aku merasa bersalah kepadamu ibu, tapi aku masih ingin menghabiskan waktu bersama Maou dan yang lainnya."

"Acies? Ta-tapi kau...."

"Aku tahu. Aku tahu itu. Aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh. Hanya saja.... saat ini aku tidak bisa berpihak pada ibu. Ibu.... juga seorang malaikat."

"..... Ugh!"

Usai mengatakan hal tersebut, Acies menatap ke arah Shiba.

"Mi-chan."

"Ada apa?"

"Saat ini aku telah menjadi satu individu, ya? Apa Mi-chan melakukan sesuatu?"

"..... Ya, aku menggunakan cara terakhir."

Ucap Shiba dengan agak ragu.

"Sebab, ketika kau berada di Ente Isla, kau nampak terpengaruh oleh sihir iblis Maou-san dan mulai condong ke arah yang buruk."

"Meskipun hal itu kau lakukan atas dasar spontanitas, Maou tetaplah Yadorigi yang kupilih. Mi-chan tidak punya hak untuk ikut campur."

".... Kau benar. Maafkan aku, aku terlalu ikut campur."

"Yang harus Mi-chan perhatikan adalah Yesod milik Bumi ini. Aku......."

Acies berbalik dan berlari dari ruangan tersebut untuk mengejar Maou dan yang lainnya.

".... akan kembali pada Maou."

Setelah mengungkapkan apa yang ingin dia katakan sekaligus tekadnya di depan Lailah, Acies pun menyusul mereka yang telah pergi satu persatu.

Dan yang tersisa di sana hanyalah Shiba, Amane, Nord, Urushihara yang terbaring lemas, dan Lailah.

"Kenapa....."

Pada akhirnya, suara Lailah sama sekali tidak bisa mencapai telinga Maou yang harus membawa Ashiya yang mengalami kejang otot setelah berjalan di lorong dan menaiki lift, dan tak lama, Acies juga menyusul mereka.


XxxxX


Setelah hari itu, Maou memutuskan untuk tidak bertanya soal apa yang Chiho dan Emerada lakukan begitu mereka menyusul Emi.

Dari luar, Chiho dan Emi nampak bertingkah seperti biasanya, bahkan mereka bersikap seolah kejadian di kamar rumah sakit Urushihara itu tak pernah terjadi, jadi Maou tidak pernah membahas topik itu lagi.

Menurut Ashiya, Nord sepertinya beberapa kali pernah membawa Lailah ke Eifuku, tapi dari bagaimana Emi bersikap, keduanya mungkin belum bisa bertemu lagi sejak saat itu.

Mengendarai Dullahan 2, Maou pulang ke rumah seperti biasanya, lantas menaiki tangga apartemen seperti biasanya pula.

Meski lampu kamar Nord di lantai satu masih menyala, dia sama sekali tidak peduli dengan siapa yang ada di dalamnya.

Pulang ke rumah, apa yang menyapa Maou adalah makan malam buatan Ashiya dan punggung Urushihara.

Beginilah kehidupan normal Maou.

Dan inilah wujud Kastil Iblis kecil yang dia bangun di Jepang.

Saat ini, itu saja sudah cukup.

Tapi malam ini ada suatu hal lain yang ikut berbaur.

"Ini sudah larut, apa yang kau lakukan di sini?"

Suzuno ternyata menunggunya.

"Hari ini Lailah datang. Bersama dengan Shiba-dono dan Gabriel."

"Oh. Ashiya, apa menu makan malam hari ini?"

Jawab Maou, tidak peduli sama sekali.

"Saat ini ada tahu goreng dan sup miso. Jika kau pikir itu masih kurang, aku bisa secepatnya menyiapkan burger tahu beku."

"Tidak perlu, aku sudah cukup istirahat hari ini, jadi aku ingin makan malam yang ringan saja."

"Baiklah. Aku akan segera memanaskannya."

"Karena kau nampak tidak ingin mendengar apa yang dia katakan, aku juga mengeraskan hatiku dan mengusirnya..."

"Kenapa kau ikut-ikutan dengan kami?"

"Se-sebab......"

Entah kenapa, wajah Suzuno sesaat terlihat memerah, tapi dia langsung meluruskan posturnya seolah mengingat sesuatu.

"Begitu aku mendengarnya, aku pasti langsung setuju dengan pemikiran Lailah...."

"Kau kan seorang penyelidik, jadi tak masalah, kan? Lagipula dia adalah seorang malaikat suci."

"Erhm, biarpun begitu.... sekarang gantian aku yang bertanya padamu."

Wajah Suzuno masih sedikit memerah, dan setelah menyiapkan makan malam dengan cepat, Ashiya pun meletakkan peralatan makan di atas kotatsu.

"Kenapa kau sangat kekeuh tidak mau mendengarkan Lailah?"

"Hey, pikirkan waktunya. Kau bisa mengganggu orang di bawah nanti."

"Uh.... Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

Nord tinggal di lantai pertama, dan Lailah mungkin ada bersamanya.

Tak diketahui di mana sebenarnya Lailah tinggal, tapi paling tidak bisa dipastikan kalau dia tinggal di sekitar Shinjuku.

Di satu sisi, Maou menunjukan sikap yang begitu dingin pada Lailah, tapi di sisi lain, seperti penghuni apartemen normal lainnya, dia sangat berhati-hati agar tidak mengganggu tetangga.

Bahkan, Raja Iblis yang tidak mau mendengarkan dan malaikat agung yang ingin didengarkan, sebenarnya hanya terpisah oleh tatami dan langit-langit, benda yang tidak bisa disebut sebagai penghalang fisik. Ini adalah situasi yang sangat aneh.

“Aku benar-benar tak paham denganmu.”

Suzuno, duduk dengan tegak, diam-diam mengepalkan tangannya yang berada di atas paha dan menghembuskan napas tajam.

“Jujur saja, pada waktu itu aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan. Meski aku benar-benar tidak ingin mendengar apa yang ingin dia katakan, dari alur percakapan di sana, kau seharusnya sudah bisa menebak apa yang ingin dia katakan, kan?”

“Apa yang ingin dia katakan?”

“Pertama, itu adalah aku dan Emi. Tentu saja, itu juga termasuk kau, Emerada, Ashiya, serta Urushihara, dan tergantung situasinya nanti, mungkin bahkan Amane-san dan Alberto pun juga akan terlibat. Intinya, dia ingin agar semua orang bekerja sama untuk menyelamatkan Ente Isla dari krisis, benar? Meskipun kita tidak tahu krisis macam apa itu.”

“Ugh, benar juga....”

“Krisis di Ente Isla adalah krisis yang berkaitan erat dengan Alas Ramus, Acies dan Iron, mungkin kita harus mencari cara untuk memecahkan masalah Sephirah. Jika sudah begitu, maka aku dan Emi yang merupakan Yadorigi pasti akan terlibat. Kata-kata semacam itu, apa menurutmu itu perlu didengar?”

“Jika kau bertanya padaku apa itu perlu didengarkan atau tidak, dari sudut pandangku, aku hanya bisa bilang kalau itu perlu.”

“Dari sudut pandangku, aku hanya bisa bilang kalau itu tidak perlu.”

Maou tersenyum dan menjawab demikian.

“.....”

“Maaf membuatmu menunggu, Maou-sama.”

Urushihara menatap layar komputer dan tidak mengatakan apa-apa, sementara itu, Ashiya sibuk meletakkan hidangan di depan Maou.

“Sebab, kepunahan manusia Ente Isla adalah sebuah perkembangan positif bagi kami. Jika apa yang dikatakan pemilik kontrakan memang benar, maka kami hanya harus menunggu beberapa ratus tahun lagi, kan? Memang akan sedikit berguna jika kami bisa mengendalikan manusia, tapi terus berperang itu sangat sulit dan merepotkan. Jika aku harus berpihak, maka aku akan berpihak pada kehancuran Ente Isla. Ah, aku lapar....”

“.....”

Maou yang terdengar seolah memiliki maksud seperti apa yang dia katakan, kini mulai memakan makanannya. Sementara itu, Suzuno terus menatap wajahnya dengan penuh keraguan.

“Jika dia mendengar kata-kata barusan, dia pasti akan merasa kalau itu sangat kejam.”

Sayangnya, karena yang mengatakan hal tersebut adalah seorang Raja Iblis, kata-kata tadi bisa dianggap wajar.

Tapi, Suzuno sudah tahu.

Dia sudah tahu sifat asli Maou. Penilaian Suzuno tidak hanya terbatas pada nama Raja Iblis Satan ataupun Maou Sadao. Berdasarkan sifat aslinya, kata-kata tadi hanyalah untuk menutupi sesuatu.

Di balik kata-kata itu, pasti ada maksud lain.

Suzuno tidak setuju dan hanya menunggu kalimat Maou selanjutnya.

Bahkan setelah Maou meminum sup misonya, membuka matanya lebar karena tahu gorengnya terlalu panas, dan menambah dua mangkuk nasi lagi, Suzuno terus menatap wajahnya.

“.... Kau benar-benar keras kepala ya.”

“Itu adalah salah satu sifatku.”

“Aku tidak akan mengatakan apapun lagi, kau tahu.”

“Meski kau bukan seorang pembohong, kau juga bukan orang yang jujur. Tidak hanya aku, semua orang sudah tahu lo.”

“Ya ya ya, terima kasih atas pujianmu. Cepat pulang sana. Seorang gadis berada di kamar pria di jam selarut ini, melanggar peraturan pun harusnya ada batasnya juga.”

“Setelah semua yang terjadi, apa pentingnya hal itu?”

“..... Jika semua ini didengar oleh Sasaki Chiho, ini pasti akan sangat menakutkan. Kenapa hal seperti itu jadi tidak penting?”

“..... Berhenti bercanda. Akhir-akhir ini Bell jadi sedikit aneh.”

Mengabaikan Ashiya dan Urushihara yang berbisik-bisik di belakangnya, Maou menghela napas dalam.

“Aku tidak ingin bertanggung jawab atas kehidupan orang lain.”

“Apa kau bilang?”

Dengan gayanya sendiri, Maou menggunakan kata-kata Kawada.

“Bagiku, entah itu demi manusia Ente Isla ataupun mendengar apa yang ingin Lailah katakan, itu sama saja. Pokoknya, apapun alasan yang kau jejalkan padaku, aku tetap tak punya alasan untuk bertindak.”

Suzuno masih tidak mau menerimanya dan menunjukan tatapan seolah sedang memikirkan matang-matang setiap kalimat yang Maou ucapkan.

“Orang itu dulu pernah menyelamatkanku, dan ini bukannya aku tidak tahu terima kasih, tapi aku tak bisa membiarkannya terlalu memanfaatkan rasa terima kasihku.”

“.....”

“Meski kau memasang ekspresi seperti itu, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Hanya itu satu-satunya alasanku.”

“.... Sepertinya memang begitu.”

Suzuno terus menatap ke arah Maou, tapi setelah beberapa saat, dia pun mengalihkan pandangannya seolah sudah menyerah dan berdiri.

“Kalau begitu, ada apa denganku!?”

“Itulah kenapa aku bilang kau tak perlu ikut-ikutan.”

“Ya mau bagaimana lagi, itu karena Emilia dan Chiho-dono juga bersikap seperti ini. Karena master sementara dari dua temanku sudah bilang begitu, maka aku pun ingin memiliki kebijakan yang sama seperti semuanya. Pekerjaanku di Gereja tidak akan banyak membantu ketika nanti aku pindah pekerjaan, jadi untuk jaga-jaga, aku harus memperbesar kesempatanku dalam karir baru menjadi Jenderal Iblis.”

“Itu bukanlah sesuatu yang seharusnya dikatakan oleh seorang Penyelik.”

“Ya maaf sudah mengganggu.”

Suzuno menunjukan sebuah senyum mengejek, dan ketika ia memakai sandal jeraminya dan bersiap meninggalkan kamar 201.....

“Suzuno, apa kau tahu soal metalurgi?”

Di belakangnya, Maou tiba-tiba mengajukan sebuah pertanyaan yang tak terduga.

“Metalurgi?”

“Maksudmu shift kerja malam? Atau proses peleburan logam dari bijih mineral?”

(T/N : Dalam bahasa Jepang shift kerja malam terdengar memiliki pengucapan yang sama dengan metalurgi.)

Meskipun memang lebih mudah menghubungkan Maou dengan shift kerja malam, tapi sepertinya bukan itu yang dia maksud kali ini.

“Ketika Pasukan Raja Iblis terbentuk dulu, itulah pertama kali aku menerima senjata yang terbuat dari besi.”

“Lalu?”

“Besi itu termasuk logam yang penting dalam sejarah manusia, kan? Besi lebih kuat daripada batu ataupun tembaga, juga sudah cukup untuk menggulingkan peradaban kuno, benar?”

“Yeah, memang......”

Tidak mengerti maksud di balik kata-kata Maou, Suzuno hanya berdiri di beranda dan menjawab dengan bingung,

Pada kenyataannya, terdapat banyak catatan di Ente Isla mengenai peradaban kuno yang menggunakan besi sebagai senjata untuk menguasai daerah setempat, bahkan Bumi pun memiliki catatan tentang orang barat yang membentuk era senjata besi dan mengubah sejarah selama abad ke-15 sebelum masehi.

Tapi metalurgi dan senjata besi, apa hubungannya hal itu dengan kata-kata yang Maou sebutkan sebelumnya?

“Tapi, mengenalkan konsep 'pemeliharaan' sangatlah sulit. Awalnya, hal ini membuat banyak senjata yang terbuat dari besi menjadi rusak karena terlalu sering digunakan.”

“Terus kenapa?”

Diminta berhenti dan mendengarkan ocehan tersebut tentu membuat Suzuno sedikit tidak sabar....

“Tidak ada apa-apa, aku sudah selesai berbicara, aku hanya tiba-tiba saja kepikiran hal itu. Maaf.”

Tapi Maou tiba-tiba mengakhiri topik tersebut, membuat Suzuno merasa kecewa.

“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?”

“Bukan apa-apa, aku hanya merasa kalau semuanya itu perlu pemeliharaan. Layanan delivery akan segera dimulai, dan karena aku harus menaiki sebuah moped, aku kepikiran hal itu. Tapi dari cara kita menaiki moped di Ente Isla, itu sudah jauh melebihi masalah pemeliharaan.”

Dua moped milik Suzuno yang digunakan dalam perjalanan ke Ente Isla untuk menyelamatkan Emi, Honda GYRO ROOF, ternyata tidak ikut dibawa kembali ke Jepang.

Setelah melalui cara berkendara Maou dan Acies yang ugal-ugalan, kendaraan tersebut hancur di ibukota Benua Timur Azure Sky Canopy. Meski Alberto menjamin kalau dia akan mengumpulkan semua bagian moped tersebut, sampai saat ini dia belum juga mengembalikan meraka.

Tapi mengingat benda yang diproduksi di zaman yang lebih maju dibanding Ente Isla, apakah Alberto bisa membedakan bagian-bagian moped atau tidak tentu menjadi sebuah masalah. Dan dengan situasi saat ini, Maou dan Suzuno tentu tidak bisa kembali ke Azure Sky Canopy untuk mengambilnya.

“Sepertinya, tenaga kerja untuk layanan delivery masih kurang. Karena Lailah sudah muncul, maka Nord takkan lagi butuh penjaga, kan? Kenapa kau tidak ikut bekerja di Mgronalds?”

“Tolong izinkan aku untuk menolaknya. Senyum bisnis sama sekali tidak cocok dengan sifatku. Aku ini hanya mahir dalam menunjukan ekspresi kaku.”

“Sayang sekali.”

“..... ji-jika yang mengatakan hal itu adalah seorang manusia, a-aku mungkin akan merasa senang, kau tahu.”

“Meskipun saat ini dia sudah merasa senang?”

“Jangan bercanda.”

“Sa-sampai jumpa!”

Mendengar suara menjengkelkan dari Ashiya dan Urushihara, Suzuno dengan cepat meninggalkan kamar 201.

“Hahaha.”

Maou menyaksikan Suzuno pergi sembari tertawa, lantas menoleh ke arah Ashiya dan Urushihara.

“Saat ini, tak ada hal penting yang harus kita lakukan. Apa yang harus kita lakukan sekarang adalah mempertahankan kehidupan kita saat ini dan mendaki ketinggian baru di Jepang. Bukan begitu?”

“Kau benar, Maou-sama.”

Maou kembali mengingatkan mereka berdua, dan walaupun Ashiya merasa ada sesuatu yang aneh, dia tetap mengangguk.

“Kenapa sih kalian hanya kepikiran untuk mempertahankan situasi saat ini? Yaah, aku tidak peduli juga sih.”

Tak ada yang lebih tak biasa dibandingkan semakin stagnannya situasi yang stagnan, Urushihara menggumamkan situasi yang ada saat ini dengan begitu blak-blakan.

---End---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
4 Komentar
avatar

Semangat min translitenyaa

Balas
avatar

Ditunggu lanjutannya min, semangat min hehehe

Balas
avatar

Mana min lanjutannya??? :((
Udah nungguin nih wkwk

Balas