Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 3 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Memenuhi Janji Lama -1




Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Memenuhi Janji Lama.

Mungkin besok akan hujan tombak.

Pikir Ashiya ketika melihat Maou.

Meski sekarang adalah saat di mana Maou bisa saja terlambat bekerja jika tidak segera berangkat, dia malah berdiri diam di beranda.

"Maou-sama, jika kau tidak segera berangkat, kau benar-benar akan telat."

"....."

Ucap Ashiya, namun Maou tetap diam.

"Meski kau bertingkah seperti ini, kenyataan tidak akan berubah. Kurasa Maou-sama hanya bisa pasrah."

"....."

"Bersemangatlah, Maou-sama! Jika kau sudah seperti ini di hari pertama, ke depannya pasti akan semakin parah."

".... Ashiya."

"Ya, ada apa?"

Maou, dengan punggung membelakangi Ashiya, mengucapkan hal ini dengan suara gemetar,

"Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini."

"Ya?"



Kemudian dia berbalik dengan wajah pucat.

"Aku tidak ingin pergi bekerja~!"

Kemudian, tanpa mengatakan apapun, Ashiya langsung mengusir Maou keluar dari kamar.

"Tolong jangan kelayapan, langsung pergilah ke tempat kerja!"

Dari atas tangga, Ashiya berteriak pada Maou yang menaiki Dullahan 2 dengan gemetar, Maou pun mengangkat tangannya dengan lesu.

Maou yang bahkan biasanya sampai bermimpi soal pekerjaanya, semenjak kemarin, seolah tertular oleh Urushihara, dia selalu menggumam tidak ingin pergi bekerja, bagaimana mengajukan cuti, dan berbagai kalimat serupa lainnya.

Jika itu adalah Ashiya yang biasanya, dia pasti akan sangat khawatir dengan perubahan besar masternya, tapi mengingat alasannya kali ini, dia tidak bisa mengasihani Maou sama sekali, dan hanya bisa menguatkan hatinya mengantar masternya pergi.

"Apa Raja Iblis sudah pergi?"

"Yeah."

Ashiya yang melihat Maou pergi hingga dia tidak bisa lagi melihat sepedanya, dengan lesu menjawab Suzuno yang memulai obrolan dari belakang.

"Aku sudah mendengarnya sih, tapi apa memang segitunya Raja Iblis tidak ingin pergi bekerja?"

"Aku benar-benar tidak ingin melihat Maou-sama yang seperti itu...."

"Benar sekali. Kurasa tidak satupun orang di dunia ini ingin melihat Raja Iblis yang marah dan tidak ingin pergi bekerja seperti itu. Dia itu bukan Lucifer."

Meskipun bukan itu masalahnya, Suzuno sepertinya sedikit kasihan pada Ashiya.

"Hari ini adalah hari pertama Emilia pergi bekerja, kan?"

"Benar sekali."

Ashiya menghela napas dalam.

"Mungkin karena bayaran perjam di sana lebih rendah dari pekerjaannya sebelumnya, sejak awal Emilia sudah menyusun banyak shift. Sepertinya tidak akan ada hari kerja di mana jadwalnya tidak tumpang tindih dengan Maou-sama. Jadi pada akhirnya....."

"Raja Iblis akan bertugas dalam pelatihan karyawan baru Emilia?"

"Kudengar kemungkinannya 50-50. Karena Maou-sama adalah satu-satunya orang selain manajer Kisaki yang bisa mengawaki cafe sendirian, mungkin saja karyawan yang bertugas di counter lantai satulah yang akan bertanggung jawab."

Kemari malam, Maou memang bilang begitu, tapi pada akhirnya semua itu hanyalah dugaan optimisnya saja.

"Lalu bagaimana dengan Chiho-dono? Dia juga termasuk karyawan yang memiliki banyak pengalaman, kan?"

"Meski Sasaki-san memang mampu, dia masihlah seorang siswi SMA, dan sebenarnya hanya punya pengalaman setengah tahun. Apapun alasannya dia tidak akan bertugas menangani pelatihan rekrutan baru. Apalagi, keputusan itu sepenuhnya berada di tangan Kisaki."

Tiga hari telah terlewati semenjak Emi tak disangka menerima interview kerja di MgRonald depan stasiun Hatagaya.

Emi secara resmi akan mulai bekerja siang ini.

Dalam tiga hari ini, Maou terus berpikir apa ada cara untuk bolos kerja hari ini, tapi itu semua gagal karena campur tangan Ashiya.

Dari sudut pandang Ashiya, dia benar-benar tidak ingin melihat Maou menghindari Emi, dan sebenarnya tidak perlu juga Maou melakukan hal seperti itu. Ashiya terus membujuk Maou kalau ini adalah kesempatan yang bagus baginya untuk memerintah Emi sebagai junior atau bawahan di tempat kerja, tapi Maou, tak diketahui apa yang dia takutkan, sama sekali tidak mau mendengarkannya.

Apa yang sangat disayangkan adalah Maou sudah menyerahkan HPnya pada Ashiya.

Pada akhirnya, kekhawatiran jikalau Urushihara yang keberadaannya tidak diketahui menyalahgunakan kartu kredit Maou pun tidak terbukti. Tapi karena Ashiya bertekad untuk tidak akan membiarkan Maou melakukan tindakan memalukan seperti menelepon restoran untuk mengganti shift, dia pun tidak mengembalikan HP tersebut kepada Maou.

Karena terpojok, Maou bahkan berencana menggunakan sihir iblis untuk mengganti jadwal shift atau memalsukan penyakit, hal ini membuat Ashiya untuk pertama kalinya begitu marah dan menceramahi Maou dengan tegas.

Sebagai Raja Iblis, ingin menggunakan sihir iblis untuk melakukan hal memalukan seperti itu, sungguh benar-benar tak bisa ditoleransi, dan penyebab semuanya hanyalah beberapa menit momen yang tak bisa dilihat Ashiya dan yang lainnya.

Dari saat Maou mengejar Emi yang meninggalkan Kastil Iblis usai mengungkapkan rasa terima kasihnya, hingga saat dia terjatuh dari tangga, apa yang terjadi dalam beberapa menit itulah yang menyebabkan Maou bersikap seperti ini.

Maou bersikeras tidak mau bilang apapun soal masalah itu, dan meski Ashiya bertanya kepada Chiho atau Suzuno, keduanya juga sama-sama tidak tahu.

Tidak, lebih tepatnya, Suzuno samar-samar sepertinya sudah merasakan alasan di balik semua itu, tapi pada akhirnya dia tidak bisa menyimpulkan apapun.

"Aku harap dia tidak akan membuat kesalahan saat bekerja."

"Soal itu, kita hanya bisa berharap dukungan dari Chiho-dono..... benar juga..... hari ini adalah hari pertama Emilia bekerja....."

Begitu Ashiya mengkhawatirkan pekerjaan masternya, dia akan menjadi begitu suram, Suzuno pun angkat bicara mencoba menghiburnya.

"Alsiel, apa kau punya waktu hari ini? Ada sesuatu yang ingin kudiskusikan denganmu dan Nord-dono nanti."

"Kenapa tiba-tiba sekali?"

Biasanya sangat jarang bagi Suzuno secara aktif ingin membicarakan sesuatu dengan Ashiya, dan bahkan, dia mengatakannya dengan nada agak ceria.

"Bukan hal yang penting. Tapi karena hari ini adalah hari yang langka yaitu hari pertama Emilia bekerja, kurasa sekarang adalah kesempatan yang bagus untuk memenuhi rencana yang sudah tertunda lama itu."

"Rencana?"

Ashiya nampak tidak mengerti, Suzuno pun mengeluarkan HPnya dan membuat panggilan.

"Tolong tunggu sebentar. Aku ingin menghubungi Rika-dono, dan sepertinya Emerada-dono pun masih ada di sini. Adapun Chiho-dono, sebaiknya kita menghubunginya setelah sekolah selesai."

Ashiya sama sekali tidak mengerti apa yang Suzuno katakan, dan hanya melihat ke arahnya dengan bingung.


XxxxX


Bagi Maou, dengan caranya sendiri, MgRonalds depan stasiun Hatagaya adalah tempat yang bisa membuatnya merasa aman seperti halnya kamar 201 Villa Rosa Sasazuka.

Sebuah lingkungan di mana dia harus selalu siap siaga dan bekerja, membuatnya teringat masa lalu saat dia berlarian di medan perang demi menguasai dunia. Hanya dengan bekerja di sana, dia bisa mendapatkan kembali sensasi tersebut.

Akan tetapi, hanya dengan kemunculan satu orang, perubahan pun terjadi.

Rasanya dia selalu ditatap, dan dia sama sekali tidak bisa tenang.

Kalau dia diajak berbicara, dia akan merasa gemetar ketakutan.

Karena orang itu, tidak hanya Kawada yang sebelumnya dekat dengannya, bahkan karyawan pria lain pun selalu menatap tajam ke arahnya, membuat dia merasa sangat tidak enak.

"Maou-san, apa begini caranya mengganti sirup jus jeruk?"

"Ye-yeah...."

"Maou-san, kantong kertas untuk pesanan bungkus sepertinya sudah habis, boleh aku mengisinya kembali?"

"Ye-yeah..."

"Maou-san, dua potong kain yang digunakan untuk membersihkan meja dan kursi sudah sangat jelek, boleh aku membuangnya dan mengganti yang baru?"

".............. Yeah."

Berdiri di sebelah Maou, dengan rambut diikat ponytail seperti Kisaki dan bekerja dengan rajin seperti seorang karyawan di hari pertamanya bekerja, adalah Emi.

Karena Kisaki tahu kalau keduanya sudah saling kenal, Maou pun tidak bisa lari dari takdir menjadi karyawan yang bertugas dalam pelatihan si karyawan baru Emi.

Selain Kisaki, ada juga karyawan lain yang seperti sudah pernah melihat Emi, dan ditambah fakta bahwa dalam hal penampilan Emi adalah seorang wanita yang cantik, para karyawan pria pun, dengan Kawada di barisan paling depan, memprotes keras Maou yang terpilih melakukan tugas tersebut dan bahkan mencoba memberinya masalah.

Kawada yang dengan jujur memberitahu Maou kalau dia sedang mencari seorang pendamping hidup.....

"Nikmati hidupmu dan matilah!"

..... mengatakan hal tersebut kepada Maou di ruang karyawan. Bagi raja Dunia Iblis, hal ini sangatlah disayangkan.

Meski ada karyawan wanita lain yang juga baru dipekerjakan, dan Kawada adalah orang yang bertugas membimbingnya, sayangnya wanita itu adalah wanita yang sudah menikah.

Maou memang tidak ingin membimbing Emi, tapi dia harus mengakui kalau Emi adalah seorang pendatang baru yang sangat mencolok.

Bagaimanapun, begitu dia diajari sesuatu, dia tidak akan pernah lupa.

Lupakan soal dasar-dasar teknik berbicara, bahkan perlengkapan pelayanan seperti nampan dan serbet, ataupun saus tomat, saus mustard, sirup, susu, dan bahan pelengkap lain, nama mereka, tempat mereka dan waktu pengisian ulang mereka, dia bisa menguasainya dengan sempurna.

Mungkin karena dia sudah berpengalaman dalam hal melayani pelanggan lewat telepon di mana wajah si pelanggan tidak bisa dilihat, Emi nampak lebih bersemangat dan ceria ketika sedang menyapa mereka dibandingkan saat dia bertatap muka langsung, hal ini membuat Kisaki memuji intonasinya.

Sejak tadi, Emi terus bertanya kepada Maou soal kebiasaan ataupun standar dalam restoran, dan begitu dia paham, dia langsung bisa menangani prosesnya sendirian.

Performa kerja dan ingatan Emi memang sangat mencolok.

"Maa-kun."

".... Ya?"

Melihat Emi yang seperti itu, Kisaki pun berbisik di telinga Maou,

"Mintalah Yusa-san untuk memakan semua produk di menu sesegera mungkin."

Sepertinya Emi masih belum sampai di titik di mana Kisaki akan memberinya sebuah nama panggilan di hari pertamanya, tapi meski begitu, Maou tahu betul bahwa Kisaki yang ingin Emi untuk mencicipi semua menu di restoran, adalah karena Kisaki mengakui kemampuannya.

"Aku penasaran apa pelatihannya bisa berakhir dengan cepat.... huuuh."

Maou menyaksikan Emi yang mengambil dua potong kain baru dari ruang penyimpanan dengan suram.

"Ada apa? Maou-san, apa ada yang aneh?"

"Eh? Ah, tidak, tidak, bukan apa-apa."

"Benarkah?"

Emi tiba-tiba berbalik dan melihat ke arah Maou.

Dia mungkin tahu kalau Maou terus menatapnya dari belakang.

Maou tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan, jadi meski dia ketahuan, seharusnya tidak ada yang akan membuatnya merasa panik, tapi meski begitu, Emi yang baru bekerja selama beberapa jam saja, sudah membuat semangat Maou terkuras hingga mencapai batasnya.

Lagipula, mulut yang dulu mencacinya sebagai "iblis haus darah yang lebih rendah daripada seekor goblin", kini memanggilnya dengan nama Maou-san.

Rasanya terlalu sembrono jika Maou terus meminta Emi untuk memanggilnya dengan nama seperti biasa, dan dengan alasan memberikan contoh yang buruk kepada para pelanggan dan karyawan lain, Maou akhirnya bisa menghindari takdir dipanggil dengan nama Sadao-senpai.

Namun, sebagai junior, Emi tidak bisa memanggilnya dengan sebutan 'Maou' seperti biasanya di depan karyawan lain, jadi sudah diputuskan kalau dia akan memanggil Maou dengan sebutan 'Maou-san' seperti yang barusan dia lakukan.

Meski Maou tidak merasakan apapun ketika dipanggil begitu oleh Chiho dan beberapa orang lain, entah kenapa rambutnya selalu berdiri tegak ketika dipanggil demikian oleh Emi.

Usai menggunakan kain tadi untuk mengelap nampan yang terkumpul, Emi dengan sengaja berjalan melewati Maou ketika mengembalikan nampan tersebut, dan berbicara pelan padanya,

"Hey, Raja Iblis."

"A-ada apa?"

"Aku tahu kau tidak ingin bekerja sama denganku, tapi atmosfer yang kau pancarkan saat ini benar-benar buruk, bukankah ini akan menyebabkan masalah untuk restoran?"

"......!"

Ucap Emi perlahan, Maou membuka lebar matanya merasa kaget, dan kemudian....

"U-ughhh....."

... menunjukan senyum kaku seperti sedang merencanakan sesuatu.

"Seorang karyawan baru berani berbicara kasar padaku? Baiklah...."

Gumam Maou dengan pelan, matanya seketika mengkilat, dan sebuah senyum professional muncul di wajahnya.

"Yusa-san."

"Y-ya?"

Ketika dia tahu kalau Maou tiba-tiba menunjukan sebuah senyum aneh, Emi pun secara refleks mundur ke belakang.

Meski hanya selama jam kerja, ketika Emi dipanggil Yusa-san oleh Maou beberapa kali hari ini, dia juga merasa sedikit aneh.

Karena biasanya Maou selalu memanggil nama Emi dengan kasar, mengingat pekerjaan dan statusnya sebagai seorang senior, serta panggilannya kepada Emi yang diikuti kata '-san' barusan, Emi pun merasa merinding.

"Karena kau bilang begitu... meski Kisaki-san tidak memberiku perintah khusus, aku akan berusaha yang terbaik untuk mengajarkan semua yang bisa kuajarkan padamu dalam waktu yang ditentukan, apa itu tak masalah?"

"T-tak masalah? Bisa dibimbing oleh seorang senior yang berpengalaman adalah sesuatu yang akan kuterima dengan senang hati."

"Baiklah, Yusa-san!"

"Aku sangat tersanjung, Maou-san!"

""Heh heh heh heh heh heh heh!""



"A-ada apa dengan mereka berdua!?"

Kawada yang kebetulan melihat adegan tersebut, entah kenapa merasa ruang di antara Maou dan Emi seketika dipenuhi sebuah aura aneh, dia pun mengucek-ngucek matanya.

"Bagus! Aku tidak akan menahan diri sama sekali. Yang pertama adalah cara menggunakan mesin pembuat es krim untuk membuat makanan pencuci mulut! Kalau kau tidak bisa mempelajari ini, selamanya kau akan diperlakukan sebagai karyawan baru."

"Baiklah! Aku pasti akan menguasainya!"

"Dengar baik-baik, aku hanya akan mengatakan ini sekali! Sebelum menyentuh pegangan mesin pembuat es krim, kau harus menggunakan semprotan alkohol anti bakteri ini untuk membersihkan kedua tanganmu! Dan kau juga harus mengelap pergelangan tanganmu!"

"Apa perlu kau bilang begitu!?"

"Dengar! Pertama adalah es krim kerucut 100 yen yang bisa ditambahkan pada pesanan makanan! Es krim kerucut MgRonald perlu diputar dua setengah kali putaran pada kerucutnya! Lihat baik-baik, untuk membuat ujung yang lancip, perlu sedikit trik! Sebelum bisa mempelajarinya, kau hanya akan terus dianggap setengah matang!"

"Hmph! Jangan remehkan kaum pekerja! Sekarang ini banyak restoran yang memiliki mesin pembuat es krim sendiri, jika kau pikir aku tidak punya pengalaman sama sekali, kau pasti akan menyesal, kau tahu?"

"Hah!? Berhenti bercanda! Jika kau menganggap es krim kerucut Mags sama dengan minuman normal di bar-bar, aku pasti akan kesulitan, kau tahu? Susu yang digunakan oleh es krim kerucut MgRonalds adalah 100% dibuat di Hokkaido! Meski teksturnya lembut, isinya tetap padat dan mudah meleleh. Bisa membuat dua setengah putaran itu bukan hal yang mudah, lo?"

"Apa yang mereka lakukan...?"

Kawada mengangkat bahunya dan menjaga jarak dari Maou dan Emi yang begitu bersemangat, sampai-sampai tak jelas apakah mereka sedang berselisih atau sedang melakukan pelatihan.

Berbeda dari Kawada yang tidak mengerti situasinya, seseorang menatap mereka berdua dari luar restoran dengan sungguh-sungguh.

".... Baguslah, sepertinya masih berjalan cukup lancar."

Tentu saja itu adalah Chiho.

Sebelumnya Emi pernah kepergok bersembunyi di luar restoran mengamati Maou dan Chiho, tapi kali ini posisinya dibalik. Tiba-tiba khawatir jikalau Emi dan Maou berselisih, sepulang sekolah Chiho langsung datang ke restoran meski dia tidak punya jadwal kerja, dan bersembunyi di balik pepohonan memperhatikan mereka.

Walaupun dari luar restoran, emosi mereka berdua memang terlihat semakin bersemangat, tapi, setidaknya itu berbeda dengan sebelumnya di mana mereka saling mengangkat senjata dan terlihat seolah ingin bertarung. Hal ini membuat Chiho menghela napas lega.

Hampir waktu makan malam, dan meskipun seseorang merasa lega, mereka pasti tetap akan merasa lapar. Saat Chiho hendak menggunakan kesempatan ini untuk masuk ke dalam dan mengamati situasi sebagai pelanggan....

HP Chiho yang berada di saku blazernya mulai bergetar, dia pun membukanya.

"Eh? Aneh? Maou-san?"

Panggilan yang tampil di layarnya adalah panggilan dari Maou, yang mana seharusnya saat ini sedang melatih Emi di dalam restoran.

Setelah dia mengangkat telepon tersebut....

"Halo, apa ini Sasaki-san? Ini aku, Ashiya!"

Suara Ashiya terdengar di sana.

"Oh, Ashiya-san, toh! Padahal Maou-san ada di dalam restoran, kupikir kenapa dia meneleponku."

"Karena berbagai alasan, HP Maou-sama sekarang ada di tanganku. Apa sekolahmu sudah selesai?"

"Ah, yeah. Kebetulan aku sekarang ada di depan restoran karena aku khawatir dengan Maou-san dan Yusa-san, tapi sepertinya mereka baik-baik saja."

"Begitu ya? Baguslah. Oh iya, Sasaki-san, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Yeah."

"Apa kau tahu apa Kisaki-san hari ini ada di restoran atau tidak?"

"Eh? Kisaki-san?"

Pertanyaan tak terduga Ashiya membuat Chiho harus mengkonfirmasinya sekali lagi.

"Ya benar, jika dia ada di restoran, aku ingin meminta tolong padanya, jika tidak ada, kami akan menyusunnya lain kali saja...."

"Tu-tunggu sebentar, biar kulihat jadwal kerja dulu."

Chiho mengambil sebuah buku catatan dari dalam tasnya, dan membuka jadwal kerja yang selalu terlipat di dalam.

"Uh.... ah, Kisaki-san ada di shift terakhir hari ini, yang artinya dia akan ada di restoran sampai waktu penutupan. Maou-san juga akan berada di restoran sampai waktu tutup. Yusa-san masih dalam masa pelatihan, jadi seharusnya dia pulang jam 10pm..... ah, setelah Yusa-san pulang, di restoran hanya akan tersisa Maou-san dan Kisaki-san. Dengan begitu, counter cafe akan berhenti beroperasi untuk sementara. Akhir-akhir ini, ketika hanya ada sedikit orang saat malam hari, begitu ada pelanggan, mereka akan naik ke lantai dua dan membawa pesanan ke sana."

"Begitu ya. Tunggu sebentar..... Hey, Bell, Sasaki-san bilang kalau manajer Kisaki ada di restoran."

Nampaknya Ashiya sedang bersama dengan Suzuno, percakapan dengan orang lain termasuk Ashiya dan Suzuno juga bisa terdengar dari ujung panggilan itu.

"Maaf membuatmu menunggu. Kalau begitu, Sasaki-san...."

"Ya?"

"Jika Bell menjemputmu jam 10pm hari ini, apa kau diperbolehkan keluar?"

"Eh?"

Kata-kata Ashiya membuat Chiho sedikit terkejut.


XxxxX


"Sialan....."

Maou jatuh berlutut dengan lemah.

Di sisi lain, Emi menatap Maou dengan sombong, seolah sedang memamerkan kemenangannya.

Di counter lantai pertama jam 10 malam.

Karena ini masih hari pertamanya bekerja, Emi sudah bisa pulang sekarang. Dia dan Maou kemudian dipanggil oleh Kisaki untuk membicarakan status pelatihan hari ini.

"Jadi, bagaimana hari pertamamu?"

Kisaki melirik ke arah Maou dan bertanya pada Emi yang sedang menahan tawa.

"Karena Maou-san mengajariku banyak hal, rasanya hari pertama ini sangat membuahkan hasil."

"Ugh."

Maou sama sekali tidak mampu menanggapi kalimat tersebut.

Setelah kejadian sore tadi, Emi kini sudah menguasai sepenuhnya penggunaan mesin pembuat es krim.

Mempelajari cara membuat semua makanan penutup yang harus dibuat menggunakan mesin pembuat es krim dalam satu hari adalah hal yang tidak biasa.

Tidak hanya itu, meskipun hal ini bukanlah sesuatu yang akan dipelajari oleh seorang karyawan baru di hari pertamanya bekerja, Emi selalu mencatat poin-poin penting kapanpun dia merasa perlu untuk mencatatnya. Dia juga terlihat memahami sepenuhnya penjelasan Maou, dan mampu menyelesaikan pembongkaran serta pembersihan mesin hanya berdasarkan penjelasan lisan saja.

"Tapi, karena ini baru hari pertama, masih ada banyak menu yang belum kupahami dengan baik. Jadi sepertinya aku akan terus meminta saran pada Maou-san."

"Itulah yang dia katakan, bagaimana menurutmu, Maa-kun?"

"Uh, erhm....."

Maou mengangkat kepalanya dengan lemah, melirik ke arah Emi dan mengatakan,

"Jujur saja..... itu sangat sempurna. Selain belajar dengan cepat, karena pekerjaannya yang lama adalah seorang customer service, para pelanggan yang dilayani olehnya selalu memiliki tanggapan yang bagus."

"Kau benar, aku juga menyadari hal itu. Bagaimana aku mengatakannya, rasanya itu sangat bagus."

"Manajer terlalu baik. Terima kasih atas pujianmu."

Emi mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan bijaksana.

"Dari hal ini, mungkin dia bisa segera bertugas di counter."

Maou yang ingin lepas dari Emi secepat mungkin, mengatakan hal tersebut dengan niat setengah serius setengah bercanda.

"Yeah, tapi mengabaikan poin pertama tadi, mungkin karena kau kurang pengalaman, kau jadi sangat berhati-hati. Aku harap kau bisa bekerja sekeras hari ini, atau bahkan lebih dari itu.... yah meski agak tidak pantas aku mengucapkan kalimat ini di depan orangnya langsung, kau mungkin punya kesempatan untuk melampaui legenda Maa-kun."

"Ugh. Bagaimana mungkin....."

Ucap Kisaki, membuat Maou begitu terkejut dan memekik seolah hatinya baru saja ditusuk oleh kata-kata yang tak berwujud.

Legenda Maa-kun maksudnya adalah insiden di mana gaji perjam Maou meningkat 100 yen hanya dalam waktu satu bulan setelah masa pelatihan.

Jika hal itu mampu dilampaui oleh Emi, baik sebagai pekerja MgRonald maupun sebagai Raja Iblis, itu bukanlah sesuatu yang bisa selesai hanya dengan merasa menyesal saja.

"Pokoknya, aku harus mengucapkan selamat padamu karena berhasil melewati hari pertama dengan baik. Terima kasih atas kerja kerasnya."

"Ya terima kasih."

Emi tersenyum dan membungkuk pada Kisaki sebelum bersiap meninggalkan ruang karyawan.

"Ah, oiya..."

Kisaki menghentikan Emi dari belakang.

"Yusa-san, setelah kau berganti baju, bisakah kau meluangkan sedikit waktumu?"

"Tak masalah. Apa ada sesuatu yang kau butuhkan?"

"Ganti baju dulu sana. Akan kuberitahu detailnya nanti. Maa-kun, aku ingin menelepon dulu sebentar."

"Ya....?"

Maou dan Emi saling menatap satu sama lain, tapi kemudian Emi meninggalkan ruang karyawan untuk mengganti bajunya.

Di sisi lain, Kisaki mengambil telepon kantor dan dengan cepat menekan beberapa angka.

"..... Halo, Chi-chan? Ini Kisaki. Apa sekarang bisa? Yeah. Sepertinya tak masalah, meskipun mepet. Sepuluh menit lagi? Aku mengerti. Kutunggu kalian."

"..... Apa panggilan tadi untuk Chi-chan? Ada apa dengan sepuluh menit lagi?"

"Yeah, nanti kau juga akan tahu sendiri. Aku tidak seharusnya bilang begini, tapi sebaiknya kau berdoa agar tidak ada banyak pelanggan yang tiba-tiba datang."

"O-oh...."

Kata-kata yang tidak biasanya terdengar dari Kisaki itu membuat Maou kesulitan menyembunyikan kebingungannya.

"Tepat pada waktunya."

"Ada apa?"

Kisaki tidak menjawab pertanyaan Emi dan melirik ke arah pintu masuk restoran.

Maou dan Emi, mengikuti pandangan Kisaki.....

""Eh??""

.... merasa begitu terkejut ketika melihat sekumpulan orang yang berjalan melewati pintu otomatis.

Dengan Chiho di barisan terdepan, Ashiya, Suzuno, Nord, Alas Ramus, Acies, Emerada, dan Rika datang memasuki restoran.

"Selamat malam! Yusa-san, Maou-san!"

"Maaf mengganggu."

"Permisi."

"Permisi."

"MgRonron!"

"Halo semuanya!"

"Terima kasih atas kerja kerasnya~~"

"Yo! Emi! Kau sudah bekerja keras ya!"

Sekumpulan orang silih berganti menyapa Maou dan Emi, keduanya pun sesaat merasa bingung, tapi entah kenapa Kisaki malah berjalan ke arah Chiho dan menunjuk ke lantai dua.

"Meski ini termasuk merugikan bagi restoran, tapi kalian semua cukup beruntung. Saat ini tidak ada pelanggan di lantai dua. Yaah, kalian tidak bisa tinggal terlalu lama sih, tapi kalian bisa menempati dua meja di bagian yang paling dalam."

"Baik! Terima kasih sudah mau menerima permintaan sulit kami."

"Tak masalah, asalkan kalian mau membayarnya dengan kerja keras. Baik, cepat naik sana! Meski saat ini tidak ada banyak pelanggan, aku tidak akan bisa melayani semuanya sendirian terlalu lama. Maa-kun, dan juga Yusa-san...."

Kisaki memakai topinya, lantas menoleh dan berbicara kepada Maou dan Emi,

"Bawa para pelanggan ini ke meja paling dalam di lantai dua. Untuk sementara aku akan berjaga di counter lantai satu."

"Eh? Eh? Em, ayah, Rika, semuanya ada di sini. Apa yang terjadi....."

"Ba-bawa? Kisaki-san, apa....."

"Ayo Maou-san! Jika tidak, nanti para pelanggan lain keburu datang!"

"Ayo Emi! Jika kita bersantai-santai, itu justru akan menyebabkan masalah untuk manajer-san."

Chiho dan Rika memegang tangan Maou dan Emi yang masih belum pulih dari kebingungannya, dan membawa mereka ke lantai dua. 

Keduanya dibawa ke area bebas tamu, dengan kata lain, ke meja paling dalam di lantai dua yang tidak dikunjungi pelanggan.

"Sini, Emi, duduk sebelah Chiho-chan."

Emi pun duduk di sebelah Chiho yang mana sudah terlebih dahulu duduk.

Di depan kedua orang itu ada sebuah kotak bungkusan. Dilihat dengan seksama, terdapat logo MgRonalds di atas kotak tersebut.

"Mung-mungkinkah ini....."

Begitu melihat kotak tersebut, Maou memekik kaget seolah menyadari sesuatu.

"Ja,jangan-jangan kalian juga melibatkan Kisaki-san, dan di tempat ini, kalian mau....."

"Ini adalah versi MgRonalds dan Chiho-chan. Manajer-san baru setuju karena ada barang ini. Ayolah, waktunya terbatas, ayo cepat mulai! Ashiya-san, tolong buka kotaknya!"

"Aku mengerti."

Dengan perintah Rika, Ashiya pun membuka kotak yang dibungkus kertas tersebut.

Di dalam bungkusan kertas itu terdapat sebuah kotak berwarna putih. Dan, sedikit bau harum tercium dari dalam.

Sampai sekarangpun, Emi masih belum memahami situasi ini, Rika lalu mengulurkan tangannya ke arah kotak tadi,

"Emi! Chiho-chan!"

"Eh? Eh?"

"Yaa!"

Kepada Rika yang memanggil keduanya, Emi malah menjadi semakin bingung, sementara Chiho menjawab dengan energik.

Rika menunggu saat yang tepat dan membuka kotak tersebut,

"Selamat ulang tahun!"

"..... Ugh."

Seketika, Emi menahan napas dan menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

Apa yang ada di dalam kotak tersebut adalah sebuah kue yang terlihat sederhana.

Berbeda dari kue biasa, di tengah-tengah kue itu tergambar logo MgRonalds berukuran besar, dan sebuah cokelat putih bertuliskan 'Happy Birthday' menempel di tengah-tengahnya.

"Chiho-chan, ini, ini....?"

Tanya Emi kepada Chiho masih dengan ekspresi kaget di wajahnya, suaranya gemetar sama seperti hatinya yang terguncang.

"Memang sih ada beberapa perbedaan dengan rencana awal, atau malahan, ini sudah bukan lagi acara ulang tahun."

Chiho mengangguk dengan malu-malu.

"Tapi hari ini adalah awal yang baru bagi Yusa-san, jadi semua orang merasa kalau merayakannya hari ini adalah yang paling pas."

"Ka-kalian..."

Emi menatap semua yang telah berkumpul di sini dengan mata berkaca-kaca.

"Yaah, aku juga merasa kalau ini adalah ide yang bagus ketika tadi aku dihubungi Suzuno, tapi karena waktu yang mepet, kami hanya bisa mendapat kue ini."

"Be-benar juga, kue ini seharusnya hanya bisa dibeli di cabang MgRonalds yang melayani perayaan pesta ulang tahun, kan? Dan seingatku itu perlu dipesan dulu sebelumnya!"

"Kau benar."

Ashiya menjawab pertanyaan Maou.

"Kue ini bukanlah produk resmi dari MgRonalds. Kami meminta pembuat kue dari toko kue untuk membantu kami membuat beberapa penyesuaian. Ya, itu karena membawa makanan dari luar jelas-jelas melanggar peraturan restoran ini."

"Wha.... Ka-kau......"

"Tapi Kisaki-san bilang, selama penampilan luar kue tersebut adalah produk MgRonalds, dan selama kami memenuhi beberapa syarat lain, dia bisa mengizinkan kami menyelenggarakan kegiatan ini."

"A-apa syaratnya?"

"Dia bilang, asalkan masing-masing orang memesan makanan lebih dari 600 yen, dia akan mengizinkan kami menggunakan tempat ini selama 30 menit."

Rika menambahkan satu lagi penjelasan setelah Ashiya, dan meski Maou terkejut, dia masih ingat prosedur perayaan pesta ulang tahun MgRonalds.

"Benar juga, perayaan pesta ulang tahun MgRonalds memang memiliki peraturan kalau semua partisipan setidaknya harus memesan masing-masing satu makanan...."

"Dan setelah mendengarkan penjelasan Emerada-dono mengenai perbedaan kalender antara tempat itu dan dunia ini, kami pun tahu kalau ulang tahun Emilia di Ente Isla setara dengan minggu depan di sini... dan setelah mengkonversikannya ke dalam sistem kalender di sini, ulang tahun Emi ternyata jatuh pada tanggal 25 Oktober."

"Bell, be-benarkah?"

"Itu benar. Emi, kudengar dari Emerada.... kalau ini adalah ulang tahunmu yang ke-18?"

Agar tidak terdengar oleh Kisaki yang berada di lantai satu, Rika bertanya dengan suara pelan,

"Aku sangat terkejut. Melihatmu yang biasanya begitu lepas dan bermartabat, aku tak percaya kalau kau ternyata lebih muda daripada diriku. Ah, tapi, jika ke depannya kau malah berbicara padaku dengan sopan, aku pasti akan marah, paham?"

"Rika.... Yeah. Terima kasih. Terima kasih.... Uuuu..."

Air mata mulai mengalir dari mata Emi.

"Chiho-chan, aku....."

"Yusa-san."

Tanpa mengusap air matanya, Emi langsung memeluk erat Chiho yang ada di sampingnya.

Chiho membalas pelukan Emi dan berbisik ke telinganya,

"Selamat datang kembali, dan selamat ulang tahun."

"Terima kasih.... Chiho-chan, maafkan aku yang pulang terlambat. Terima kasih sudah menungguku....! Selamat ulang tahun juga untukmu!"

Air mata Emi perlahan mengalir, dan terpengaruh oleh Emi, air mata juga mulai menggenangi mata Chiho.

Melihat air mata kedua gadis itu, Nord menggumam,

"Emilia... punya teman yang baik ya."

"Benar sekali~~"

Emerada juga memperhatikan keduanya dengan lemah lembut,

"Baiklah! Kita tidak punya banyak waktu, jadi ayo kita segera lanjutkan acaranya. Sebelum pelanggan di bawah tahu, ayo kita teruskan dengan acara pemberian hadiah!"

"Eh, ah, hm, tapi aku tidak menyiapkan apapun untuk Chiho-chan...."

"Karena ini adalah kejutan, tentu saja Emi tidak punya waktu untuk menyiapkan sesuatu! Soal itu, kau bisa mempersiapkannya nanti! Ayo, pertama adalah Suzuno dan yang lainnya."

"Yeah. Ini adalah apa yang kupilih bersama dengan Nord-dono, Emerada-dono, dan Ashiya."

"Eh? Ashiya, apa yang kau lakukan, ow!"

Maou yang tidak tahu kegiatan Ashiya hari ini, hendak mengajukan pertanyaan tentang Ashiya yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan hadiah ulang tahun Emi, tapi....

"Raja Iblis yang tidak membaca suasana~ akan dilipat-lipat dan dibuang ke tempat sampah, paham~~?"

Emerada yang ada di sampingnya langsung menendang paha Maou dan mengeluarkan ancaman tersebut.

"Terima kasih. Apa ini..... eh?"

Kali ini, seolah menyadari sesuatu, Emi mengusap matanya dan menatap ke arah Suzuno.

"Bell.... bajumu...."

"Ye-yeah."

"Cantik, kan? Yang memilihnya adalah aku dan Chiho."

"Ku-kurasa ini tidak terlalu aneh, bagaimana menurutmu?"

Suzuno yang hendak memberikan hadiahnya, kini tidak mengenakan kimono.

Hari ini dia memakai rok berwarna biru tua dan sepatu berwarna abu-abu. Di bawah sweater wol tipis yang ia kenakan, terdapat blouse belang dengan biru gelap sebagai warna dasarnya, dengan kata lain, itu adalah pakaian ala barat.

"Itu sama sekali tidak aneh! Itu sangat manis!"

"Be-benarkah? Erhm, karena semuanya bilang jika saat kita sedang melakukan perayaan nanti ada pelanggan lain, aku yang memakai kimono pasti akan sangat menarik perhatian, jadi untuk pertama kalinya aku memilih berpakaian seperti ini... hm, jujur saja aku tidak bisa tenang dengan rok yang mengembang ini, tapi untungnya ini tidak terlalu aneh."

Ucap Suzuno dengan wajah memerah, tapi seketika dia langsung tersadar dan menyerahkan kotak berisi hadiah itu kepada Emi dan Chiho.

"Ja-jangan hiraukan aku! Sudah, ambil ini!"

"Yeah, terima kasih. Tapi pakaianmu benar-benar sangat bagus."

"Su-sudah cukup!"

Menunjukan sebuah senyum kepada Suzuno yang jarang sekali terlihat malu-malu, Emi dengan hati-hati membuka bungkusan tersebut.

"Ini kan bingkai foto? Manis sekali desainnya!"

Emi membuka bungkusan tersebut, dan usai mengeluarkan sebuah bingkai foto kaca berwarna biru dengan dekorasi seekor burung air, dia langsung berseru bahagia,

"Saat kami bertanya-tanya harus membeli apa, tak disangka Alsiel memberikan saran yang bagus."

"Alsiel?"

"Bukankah sudah kubilang sebelumnya kalau kau tak perlu mengatakan hal itu?"

Wajah Ashiya menunjukan ekspresi dingin karena namanya tiba-tiba disebut, tapi tatapan Emi kini nampak seperti baru akan puas jika seseorang bersedia menjelaskan, Ashiya pun mulai menjelaskannya dengan kurang senang,

".... Setelah sekian lama akhirnya kau berhasil bertemu kembali dengan ayahmu, jadi kau pasti punya banyak kenangan yang ingin kau simpan di masa depan nanti. Aku hanya bilang mungkin bagus juga memilih benda seperti itu."

"Hm... Benar juga, kau benar."

Emi mengangguk perlahan dan memeluk erat bingkai foto tersebut.

"Apa yang kami beli untuk Chiho-dono adalah desain yang sama tapi dengan warna yang berbeda. Kami harap kalian menyukainya!"

"Wow! Ini satu set?"

Chiho dengan hati-hati membuka bungkusan hadiah yang diberikan kepadanya, dan mengeluarkan sebuah bingkai foto berwarna pink dengan desain yang sama seperti milik Emi.

"Wah, ini benar-benar satu set!"

"Aku sangat senang.... tapi di saat yang sama, aku juga merasa sedikit frustasi."

"Eh?"

"Entah aku harus bilang Ashiya-san memang hebat.... atau kami memiliki pikiran yang sama.. ." 

Mengucapkan hal itu, Chiho menyerahkan hadiahnya kepada Emi dengan malu-malu.

"Sebenarnya, aku juga membelikan bingkai foto untukmu."

Chiho mengeluarkan sebuah kotak hadiah yang jauh lebih besar dari apa yang Suzuno persiapkan.

Setelah Emi membukanya dengan hati-hati, dia mendapati apa yang Chiho pilih adalah bingkai foto berbahan logam dengan pola bunga tergambar di sekelilingnya, bingkai tersebut dapat diisi beberapa foto sekaligus.

"Aku harap Yusa-san bisa memiliki banyak kenangan  indah, jadi aku memilih ini. Pada akhirnya, aku hanya mengulangi apa yang Ashiya-san lakukan."

"Chiho.... perasaanmu saja sudah menjadi hadiah yang sangat berharga. Aku benar-benar berterima kasih. Aku pasti akan memajangnya nanti. Serius, terima kasih, kalian semua."

Emi meletakkan bingkai foto dari Chiho ke atas meja dan sekali lagi memeluk Chiho.

"Heh, heh, heh, hampir saja. Sebenarnya aku juga ingin membelikan bingkai foto."

Rika yang mendapat giliran terakhir, mengeluarkan sebuah kotak yang sepenuhnya berbeda dengan dua hadiah sebelumnya.

"Tapi ketika kupikir-pikir lagi, mendadak aku dapat inspirasi! Baik, Emi! Terimalah perasaanku ini!"

"Terima kasih! Kubuka ya!"

Emi menerima kotak yang agak berat tersebut dan membukanya dengan hati-hati.

Apa yang terbungkus di dalamnya adalah sesuatu yang terlihat seperti kotak kayu. Selain ada pemutar kuningan yang menonjol di sisinya, sebuah simbol nada juga terukir di penutup kotak tersebut.

"Ini kotak musik, kan?"

"Benar sekali! Cepat buka dan lihatlah!"

Usai membuka penutupnya sesuai dengan instruksi Rika, Emi menemukan sebuah ruang panel kaca yang melekat di dalamnya.

"Kau juga bisa meletakkan foto di sana!"

Ucap Rika dengan bahagia,

"Pada akhirnya itu masih bingkai foto!"

Tapi setelah mendengar balasan Maou, dia langsung mengatakan hal ini dengan sedikit depresi,

"Tapi~ mengingat situasi Emi sekarang ini, semuanya pasti akan memikirkan hal ini, kan? Ah, Maou-san terima kasih atas bantahanmu."

Rika menepuk dahinya dengan sebuah senyum kecut.

"Tapi ini masih kotak musik kok. Lihat saja bagian yang ada judul lagunya ini!"

Emi melihat ke area yang Rika tunjuk dan mendapati tulisan 'Happy Birthday to you' terukir di atas kotak musik tersebut.

"Rika, ini...."

"Kita tidak bisa meminta semua orang menyanyikan lagu ulang tahun di sini, tapi aku sudah menyiapkan musik yang akan mewakili suasana semacam itu. Yeah, ketika kau kembali nanti, kau bisa mendengarkannya."

Kalimat tersebut seketika membuat Emi harus menekan keinginannya untuk memutar penggulung di kotak musik itu dan mendengarkan lagu yang mewakili perasaan dan pikiran Rika.

"Lalu, aku ingin memberikan ini untuk Chiho-chan. Aku yakin ini adalah sesuatu yang hanya pantas kuberikan untukmu."

"Eh? Aku juga dapat?"

Mungkin karena dia tidak menyangka kalau Rika akan memberinya hadiah, Chiho pun bertanya dengan kaget.

"Ya, karena Suzuno sudah bilang kalau ini adalah pesta ulang tahun gabungan! Oke, buka dan lihatlah isinya!"

"Ba-baik, terima kasih.... Ah!"

Apa yang Rika berikan kepada Chiho adalah sebotol parfum.

Tulisan yang ada di botol bermerk terkenal itu tentu adalah, 'Happy Birthday'.

Rika kemudian berbisik ke telinga Chiho.

"Aku tidak tahu apa wangi ini sesuai dengan seleramu atau tidak, tapi kuharap kau bisa menganggap ini sebagai bentuk dukunganku."

"Uh, erhm....."

Chiho dengan gugup mendengarkan penjelasan Rika,

"Demi mimpimu, kau harus menyiapkan produk make up orang dewasa sehingga kau bisa memoles sisi feminimmu untuk orang yang kau sukai!"

"Su-Suzuki-san!"

Begitu Rika melirik ke arah Maou yang berada di samping mereka, Chiho langsung memekik dengan gelagapan.

"Hei, Chi nee-chan! Ini, ini!"

Kali ini adalah giliran Nord dan Alas Ramus.

"Mama, Chi nee-chan, selamat ulang tahun!"

Saat Alas Ramus memberikan ucapan ulang tahunnya, Nord pun mengeluarkan sebuah kertas gambar yang sedikit kusut.

Tapi setelah melihat gambar yang ada di atasnya, Emi dan Chiho langsung tersenyum bahagia.

Itu adalah gambar mereka berdua yang dilukis menggunakan crayon oleh Alas Ramus.

Di atas tanah berwarna hijau, sebuah kotak persegi besar digambar dengan warna cokelat, mereka berdua berdiri di depan tempat itu.

Tanpa dipastikan langsung pun, bisa dilihat kalau itu adalah Emi dan Chiho yang berdiri di depan Villa Rosa Sasazuka.

Gambar yang Alas Ramus buat dengan seluruh kemampuannya itu memiliki kharisma yang cukup untuk melelahkan hati setiap orang dewasa. 

"Anak ini memiliki bakat seniman."

Ucap Nord dengan sebuah senyum.

"Ini adalah sesuatu yang dia gambar sendiri dan paling dia sukai setelah menggambar beberapa."

"Aku ingin semua gambar itu!"

"Aku juga. Jika tidak, aku pasti akan bertengkar dengan Chiho-chan untuk yang ini!"

Emi sekali lagi melihat gambar Alas Ramus dengan lembut, lantas menatap semua orang yang berkumpul di sini.

"Semuanya.... aku benar-benar berterima kasih. Aku pasti tidak akan melupakan apa yang terjadi hari ini."

"Tidak, tunggu dulu. Emi, ini masih terlalu awal. Masih ada orang yang belum mengatakan apapun."

"Eh?"

Rika tak disangka menghentikan Emi.

Dilihat baik-baik, agak jauh dari yang lain, Acies kini sedang menyikut Maou yang terlihat sedikit malu.

"Hei, Maou. Apa yang kau beli sebelumnya, bukankah itu hadiah yang kau siapkan untuk hari ini?"

".... Berisik, aku tidak tahu kalau akan ada acara seperti ini. Mana mungkin aku membawanya...."

Ucap Maou dengan kurang senang, dia berniat meninggalkan tempat tersebut, tapi dia dihentikan oleh Suzuno.

"Apa kau mencari ini?"

Di tangan Suzuno ada 3 buah bungkusan kecil.

Melihat hal itu, Maou pun menunjukan wajah dingin.

"Kau, jangan bilang kau..."

"Kata Acies, Raja Iblis juga membelikan sesuatu untuk Chiho-dono dan Emilia. Itulah kenapa aku meminta Ashiya untuk mencari benda yang tersembunyi di dalam lemari Kastil Iblis ini."

"Eh?"

"Sepertinya kau membeli benda ini saat terpisah denganku dan Alberto-dono. Kudengar ini adalah suvenir yang hendak kau berikan kepada Chiho-dono dan Emilia."

"Acies, kenapa kauuuuuu!!!!!"

"Tapi... Kau sendiri kan yang bilang begitu, kuhhh!!"

Maou memegangi bahu Acies dan mengguncangnya dengan kasar, tapi sebuah kekuatan tiba-tiba mencengkeram leher Maou dan menjauhkannya dari Acies.

Suzuno yang menarik Maou di hadapan Emi dan Chiho, membawa ketiga bungkusan tadi ke depan mata Maou, dia menunjukan sebuah senyum jahat dan berbisik ke telinga Maou,

"Melihatmu sangat tulus soal ini, aku tidak akan memberitahu mereka kalau kau membeli benda ini dengan uangku."

"Ugh...."

Maou langsung tunduk dengan ancaman Suzuno dan menerima bungkusan tersebut.

"Tapi bagaimana kau membungkusnya rapi begini.... terakhir kali, karena jatuh ke kolam, benda ini tak terbungkus apapun ketika aku membawanya...."

"Alsiel adalah pria yang cakap. Aku hanya memberikan kardus dan kertas kado padanya, dan dia membungkus mereka dengan sangat cantik!"

Maou menatap ke arah Ashiya dikarenakan jawaban Suzuno, tapi Ashiya langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang berbeda,

Jelas sekali kalau di dalam bungkusan itu ada sendok kayu buatan tangan yang Maou beli dengan uang Suzuno di pinggiran Azure Sky Canopy.

Sebuah pola bunga terukir di sendok Chiho, sedangkan sendok yang akan digunakan oleh Emi dan Alas Ramus memiliki pola burung. Dengan ini, Maou menjadi orang terakhir yang akan memberikan hadiah, dan hal itu membuatnya begitu malu.

Dia tidak menyangka kalau Suzuno dan yang lainnya akan mengadakan acara mendadak seperti ini.

Dan setelah melihat semua adegan tadi, dia merasa kalau hadiah yang dia pilih memiliki nilai ketulusan yang paling rendah.

"... Uh, nih."

Akan tetapi, situasi sekarang ini tidak mengizinkannya untuk mundur.

Maou membulatkan tekadnya dan membawa hadiah tadi di hadapan Chiho dan Emi.

"Aku membeli benda-benda ini ya untuk acara ini, jadi ambillah. Bagian Alas Ramus sudah termasuk dengan milik Emi, kudengar.... dua hal ini akan membawa keberuntungan."

Ucap Maou dengan suara kurang bersemangat.

Emi dan Chiho pun menerima hadiah yang Maou berikan dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Boleh aku membukanya?"

".... Karena ini hadiah, tentu saja boleh."

Ucap Maou dengan kurang senang, Emi dan Chiho pun membuka hadiah mereka.

""Ah....""

Melihat apa yang ada di dalamnya, Emi dan Chiho berseru di saat yang sama.

"Ooh? Apa ini?"

"Apa itu~?"

Rika dan Emerada menatap apa yang ada di tangan Emi dan Chiho dengan penasaran.

"Ohh, kelihatannya bagus."

"Yeah~ bukankah itu sangat bagus~"

Keduanya kemudian berseru melihat hadiah ulang tahun tersebut.

Itu adalah sendok buatan tangan yang terbuat dari kayu.

Chiho memperhatikan ukiran bunga yang terbuat dari lima kelopak besar dan menghela napas pelan,

"Desain yang unit.... ini terlihat cantik."

Emi juga membandingkan dua sendok dengan ukiran burung yang sama namun memiliki bentuk yang sedikit berbeda, dia dengan kagum mengatakan,

"Ini pertama kalinya aku melihat benda seperti ini. Dari bagaimana tidak terlihatnya tanda-tanda sambungan, benda ini pasti diukir dari satu balok kayu. Apa kau menemukan ini di Afashan?"

"Yeah, benar.... karena benda ini masihlah benda pakai."

"Ini sangat cantik, rasanya agak sayang kalau digunakan. Terima kasih Maou-san, aku akan menjaganya. Tapi daripada menggunakannya, aku akan menyimpan sendok ini seperti sebuah hiasan."

"Yeah, asalkan kau menyukainya."

Chiho memberi Maou sebuah senyum ceria, Maou pun memegangi ujung topinya dan sedikit merendahkan pandangannya.

"Ini sangat cantik, seharusnya benda ini memang jadi hiasan."

Emi terlihat sangat setuju dengan pemikiran Chiho, dia mengambil kedua sendok itu dengan tangannya.....

"Terima kasih, aku akan menjaganya dengan baik."

... dan mengatakan hal tersebut kepada Maou.

"... Yeah."

Sebaliknya, Maou hanya bisa menjawab dengan sebuah erangan yang berasal dari dalam tenggorokannya.



Chiho, Suzuno, dan Ashiya memperhatikan Maou yang bertingkah demikian sembari memikirkan hal yang berbeda-beda. 

".... Nah, meskipun suasananya sangat bagus, kurasa sekarang sudah saatnya kita untuk bubar."

Ucap Rika sambil melihat jam tangannya.

"Kita sudah melebihi waktu kira-kira lima menit. Aku merasa sangat bersalah kepada manajer-san jika kita berada di sini lebih lama lagi, jadi ayo beres-beres dan memesan. Kita urus kue dan lilinnya begitu kita pulang nanti. Untuk makanan semua orang malam ini, kita putuskan isi dengan Mags! Untuk Maou-san, selamat bekerja sampai kau pulang nanti!"

"Kalian tidak perlu repot-repot menungguku kembali."

Kali ini, Maou benar-benar berterima kasih dengan penilaian Rika yang terang-terangan.

Jika Maou terus menerima ungkapan rasa terima kasih dari Emi, dia pasti tidak akan sanggup menahannya.

Mereka pun memasukkan kue kembali ke dalam kotak, Emi dan Chiho juga kebingungan bagaimana memasukkan hadiah mereka ke dalam tas, dan ketika semua orang selain Maou sudah menyelesaikan pesanannya dan pulang, waktu sudah menunjukan hampir pukul 11 malam.

Maou, satu-satunya orang yang masih tinggal untuk melanjutkan pekerjaannya, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada punggung Kisaki ketika dia sedang mempersiapkan penutupan.

"Maafkan aku sudah membuatmu kerepotan."

"Yeah."

Kisaki mengangguk, tanpa menoleh sama sekali.

"Kalian sudah berkontribusi untuk keuntungan restoran ini di saat di mana tidak ada banyak pelanggan, jadi aku juga sangat berterima kasih. Dan meskipun kalian membeli makanan dari luar, kalian tidak memakannya di dalam restoran."

"Itu benar."

"Ah, benar juga, aku ingin memberitahumu sesuatu."

"Ya?"

Kisaki yang tidak begitu peduli dengan apa yang sudah terjadi, berbalik dan menghadap ke arah Maou seperti sedang kepikiran sesuatu.

"Memang sih ada bagusnya memiliki banyak teman dari lawan jenis, tapi...."

"Ya?"

Entah kenapa, Kisaki kini memicingkan matanya memelototi Maou.

"Kau sebaiknya tidak melakukan sesuatu yang bodoh yang akan membuat Chi-chan dan Yusa-san menusukmu dari belakang, paham? Kau memang agak lemah di bagian cara memperlakukan wanita, kau sepertinya juga memiliki pemikiran naif bahwa tak masalah melakukan apapun pada mereka...."

"Eh?"

"Pokoknya, itulah yang ingin kusampaikan. Cepat kembali bekerja!"

"Tidaktidaktidak, Kisaki-san? Kau sepertinya sudah salah paham. Situasinya tidak seperti itu!"

"Diamlah. Dari pengamatan orang luar, sepertinya apa yang dikatakan Kawa-cchi memang masuk akal."

"Apa yang dia katakan?"

"Tanya saja sendiri! Nanti, kau mungkin juga akan kesulitan menghadapi para karyawan pria."

"Tolong selamatkan aku!"

"Kau sendiri lah yang menyebabkan hal itu."

"Aku tidak melakukan apapun!"

Di bawah cahaya rembulan yang berkilau, teriakan sang raja para iblis menggema di dalam restoran depan stasiun Hatagaya hingga mencapai jalanan malam.


XxxxX


Mendorong Dullahan 2, Maou dengan lesu berjalan di jalanan malam Sasazuka.

"Ini mungkin.... hari yang paling melelahkan dalam sejarah...."

Membimbing pelatihan Emi saja sudah sangat menguras tenaga, dan tak disangka, tadi ada pula pesta ulang tahun.

Tidak, pesta ulang tahun gabungan Emi dan Chiho adalah rencana yang sudah ada sejak lama, dan Maou sendiri juga telah berencana merayakan ulang tahun Chiho, sekaligus berbuat baik kepada Emi sehingga Emi akan merasa kesal.

Namun, syarat menjalankan rencana itu adalah Maou yang harus ambil inisiatif, dan tak ada yang lebih merepotkan daripada ikut-ikutan orang lain seperti kali ini.

Ditambah lagi....

'Terima kasih. Aku akan menjaganya dengan baik!'

Emi  mengatakan hal tersebut dengan tulus

Jika itu adalah Emi yang sebelumnya, tidak akan aneh jika Emi langsung menghancur leburkan hadiah Maou di tempat.

"Ada apa sih dengannya?"

Emi bilang kalau dia tidak bisa memaafkan Maou, dan di saat yang sama dia juga membuka hatinya untuk Maou. Tentu hal ini membuat Maou tidak tahu bagaimana harus berinteraksi dengannya.

Beberapa saat sebelumnya, Maou pikir tak masalah jika dia berinteraksi dengan Emi seperti dulu.

Akan tetapi, dia tiba-tiba terpikir sesuatu.

"Apa artinya menjadi seperti dulu?"

Kalau dipikir-pikir, Maou tidak pernah secara aktif melakukan sesuatu untuk Emi.

Meskipun Emi secara aktif mengganggu Maou dengan alasan mengawasi musuh, Maou tidak pernah sekalipun kepikiran untuk menyingkirkan Emi atau balik mengawasi situasinya.

Bahkan, Maou pun tidak tahu di mana Emi tinggal.

Dia tahu kalau Emi tinggal di sebuah apartemen mewah di Eifuku, tapi dia tidak tahu alamat lengkapnya dan tak pernah terlintas di pikirannya untuk mencari tahu.

Paling parah, Maou hanya akan bilang, 'kau benar-benar mengganggu' atau 'pergilah!' kepada Emi yang datang ke tempat kerja maupun apartemennya. Dan ditambah fakta bahwa Emi bukanlah lawan yang bisa dia tandingi, Maou jadi terbiasa dengan Emi yang terus berkeliaran di sekitarnya.

Semenjak Alas Ramus muncul dan membuat Emi semakin terlibat dengan kehidupan normal Maou dan yang lainnya, kondisi di mana dia hadir di dekat Maou adalah suatu hal yang biasa.

Di sisi lain, karena hubungan masa lalu antara Maou dan Emi, Maou harus menerima apapun yang Emi lakukan.

"Ada apa denganku? Kenapa aku tidak bisa tenang sama sekali?"

"Ini sudah larut, apa yang kau lakukan membuat keributan di jalan seperti itu?"

Sebuah suara dari tempat yang tinggi terdengar memanggil Maou yang duduk di pinggir jalan.

"..... Akulah yang seharusnya tanya apa yang kau lakukan di atas sana! Itu berbahaya!"

Maou mengernyit dan menoleh ke asal suara itu.

Ketika Maou sibuk memikirkan banyak sekali hal, tanpa sadar dia sudah sampai di daerah dekat apartemen.

"Ini tidak berbahaya, kau pikir siapa aku? Meskipun aku jatuh dan kepalaku terbentur, aku pasti akan baik-baik saja."

Di atas atap Villa Rosa Sasazuka, Acies melambai ke arah Maou sembari melihat bintang-bintang di langit.

"Serius, entah itu iblis atau Pahlawan, mereka selalu saja bilang kalau ini berbahaya dan memberiku peringatan."

Maou mengangkat bahunya dan mengamati sekeliling,

"Hey, Emi dan yang lainnya....."

"Semuanya sudah pulang. Chiho harus bersekolah besok, Rika pun harus bekerja. Emi juga membawa onee-chan pulang."

"Be-begitu ya..."

Maou pun bernapas lega dan melihat jam tangannya.

Sekarang sudah hampir jam 1 pagi, jadi bahkan untuk Chiho pun, dia tidak akan bisa menginap di tempat Suzuno dua hari berturut-turut.

"Apa yang kau gumamkan tadi?"

"Hey, suaramu terlalu keras!"

Acies yang berbicara dengan Maou dari atap apartemen, sama sekali tidak mengecilkan volumenya. Mengingat waktu saat ini, Suzuno dan Nord mungkin sudah tidur, jadi Maou harap dia bisa sedikit memelankan suaranya.

"Karena kita berjauhan, ya mau bagaimana lagi."

Acies sama sekali tidak peduli, dan malah menepukkan tangannya seolah kepikiran sesuatu.

"Ah, aku kan hanya perlu membuat Maou datang ke sini, yosh!"

"Eh? Oh, wah?"

Lantas, tanpa punya waktu untuk mengatur penyangga Dullahan 2, Maou mulai melayang di udara.

"Sini!"

Acies dengan lihai mengontrol Maou di udara, dan membawanya secara paksa ke sampingnya, duduk di atas atap yang keras. 

"Me-menakutkan sekali...."

"Kau itu Raja Iblis, jangan takut hanya karena terbang sebentar seperti itu!"

"Jika kau tiba-tiba diangkat oleh seseorang, siapapun pasti akan merasa takut."

Maou memprotes, tapi Acies sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

"Hey, masalah apa yang kau miliki? Kau bisa menceritakan semuanya padaku."

"Aku belum begitu terpojok sampai aku harus bercerita padamu."

"Ugh, rasanya aku sedang diremehkan."

"Kalau kau tahu hal itu, maka jangan tanya hal-hal yang tidak perlu. Pria juga punya saat-saat di mana mereka kesusahan."

"Sepertinya ini yang disebut jadi sampah dikarenakan tidak punya rencana bagus."

"Itu malah membuat pernyataanmu terasa menjadi semakin suram."

Maou pun menghela napas dan berbaring di atap, tapi karena atapnya ternyata lebih curam dari yang dia bayangkan, serta memiliki genteng yang keras, dia memutuskan untuk kembali bangun.

".... Aku merasa bingung dengan hubungan manusia."

"Hm? Apa? Apa kau akhirnya memutuskan untuk menikahi Chiho?"

Mendengar hal itu, Maou hampir saja terjatuh.

"Siapa yang memberitahumu omong kosong itu?"

"Uh, ketika kami sedang makan, Rika bilang kalau Maou adalah orang yang berdosa."

"Kata-kata dari wanita yang suka memanaskan suasana itu, kau pasti hanya mendengarkan setengahnya."

"Setengah? Jadi bukan pernikahan ya, melainkan selir, puuu!!"

"Itu bukannya setengah, itu malah sama sekali tidak ada hubungannya. Dan lagi, dari mana kau mempelajari kata-kata itu? Itu sama sekali tidak lucu meskipun hanya sebuah lelucon!"

"Biarpun begitu, tak usah pakai pukul juga kan!?"

Acies memprotes dengan berlinangan air mata sambil menekan-nekan bagian belakang kepalanya, dia memarahi Maou dengan kesal,

"Jika aku bercerita padamu, isinya pasti akan berubah menjadi kacau dan tersebar luas, jadi aku tidak akan memberitahumu!"

"Serius ini, aku minta maaf. Aku akan mendengarkanmu baik-baik kali ini."

"Aku sudah tidak percaya lagi denganmu! Dan juga, kenapa kau masih ada di sini?"

"Eh? Ah, yeah, karena hari ini bulannya sangat terang, jadi aku memandangi langit."

"Langit?"

"Yeah, aku suka melihat langit saat malam hari. Tapi atap rumah Mi-chan terasa tidak nyaman jika dipakai untuk duduk, jadi setelah mencari-cari, aku memutuskan untuk melihatnya dari sini."

"Hey, jangan naik ke atap rumah pemilik kontrakan ataupun tetangga ya!"

Maou mengernyitkan dahinya begitu terpikir Acies yang berkeliaran di atap rumah-rumah tetangga malam demi malam, dan membuat para tetangga harus menelepon polisi.

"Aku tidak akan melakukan hal itu! Aku ini bukan orang bodoh!"

Ini adalah pertama kalinya Maou mendengar hal itu dari Acies. Tapi jika dia membantah, sepertinya Acies benar-benar akan marah, jadi dia hanya menyimpannya dalam hati saja.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu yang kasar?"

"Kemampuan pengamatanmu benar-benar menakutkan. Ada apa sih denganmu?"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Karena kau membawaku ke atas sini, bukankah itu artinya kau mencariku karena ada sesuatu?"

".... Yeah~ sebenarnya, aku memang perlu sesuatu darimu, atau lebih tepatnya aku ingin melaporkan sesuatu?"

"Lapor?"

"Yeah."

Acies sedikit mengernyit dan memandang bulan di langit.

"Gabriel sudah bangun. Sepertinya dia akan dibawa ke acara diskusi besok."

".... Oh, dia masih hidup ya."

Maou mengangguk.

"Eh? Tanggapanmu kok biasa-biasa saja?"

"Daripada disebut normal, ini lebih seperti aku tidak punya pemikiran lain."

Gabriel, si malaikat penjaga asal usul Alas Ramus dan Acies, yaitu Yesod, dibawa ke Jepang atas instruksi Shiba.

Tapi karena berbagai alasan, dia dibawa kemari dalam keadaan tidak sadar, dan dengar-dengar dia kehilangan kesadaran lebih lama dibandingkan Nord.

Alasan kenapa informasi itu hanya sekedar 'dengar-dengar' adalah karena Gabriel selama ini dirawat di rumah Shiba, jadi dia tidak pernah terlihat di hadapan Maou dan yang lainnya, Maou sendiri juga tidak ingin tahu ataupun menanyakan kondisi fisiknya 

Maou merasa Shiba tidak akan meninggalkan Gabriel sendirian, dan dibandingkan dengan Maou serta Emi, membiarkan Shiba yang memiliki kekuatan hebat untuk melindungi Gabriel adalah pilihan yang terbaik.

"Aku benar-benar ingin mengirimnya ke neraka lagi."

"Tidak, akan kukatakan hal ini untuk jaga-jaga, dia tidak pernah berada di neraka sebelumnya."

Acies memang begitu membenci para malaikat. Sangat luar biasa dia bisa tinggal bersama Gabriel di rumah Shiba dalam keadaan begini.

"Yaah, Mi-chan sudah menghentikanku beberapa kali."

"Apa kau melakukan sesuatu sehingga dia harus menghentikanmu?"

"Bagaimanapun mereka juga melakukan hal semacam itu pada kami..."

Ekspresi Acies terlihat begitu menderita, dia kemudian berjongkok dan memeluk lututnya.

"Tidak hanya aku dan onee-chan saja. Iron, Malkuth, semuanya, semuanya sudah....."

"Acies....?"

"Maou!"

"Yeah?"

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau bingungkan, tapi sebaiknya kau segera meluruskannya dengan orang itu selagi masih ada kesempatan."

"....."

"Jika tidak, mungkin itu akan jadi seperti aku dan onee-chan yang terpisah la~ma sekali. Jadi kau harus memanfaatkan kesempatan ketika kau masih bisa mengatakannya."

"Yeah."

Besok adalah hari di mana Shiba setuju untuk menjelaskan seluruh kebenaran kepada Maou dan yang lainnya.

Tak diketahui kenapa lokasi diskusi itu diatur di kamar rumah sakit tempat Urushihara dirawat, tapi alasan tersebut pasti akan segera diketahui.

Maou punya firasat kalau, pada waktu itu dia akan diipaksa untuk mengungkap rahasia yang dia sembunyikan.

"Apa kau sudah berbicara dengan Alas Ramus?"

".... Yeah. Di kamar ayah, kami membicarakan banyak sekali hal."

"Begitu ya."

Maou dengan hangat memegang kepala Acies yang tadi dia pukul.

"Karena kalian sudah terpisah lama sekali, satu minggu saja tidak akan cukup untuk mengatakan semua yang menumpuk di hati kalian. Tak masalah kok jika kalian membicarakannya dengan pelan-pelan. Ke depannya, jika kalian berada dalam masalah, aku dan Emi pasti akan melindungi kalian."

"Yeah...."

Acies membiarkan Maou menepuk kepalanya, dia dengan sedih menatap ke arah Maou,

"Dulu....."

"Hm?"

"Dulu, sepertinya ada orang yang mengatakan hal yang sama sepertimu..."

"Mengatakan hal yang sama sepertiku?"

"Yeah, tapi itu adalah sesuatu yang terjadi dulu sekali. Jadi aku tidak mengingatnya dengan baik."

Acies dengan lembut menyingkirkan tangan Maou, dia kemudian berdiri dan melompat dari atap menuju halaman apartemen.

"Syukurlah aku bisa sedikit bicara denganmu. Sampai jumpa besok."

"O,oh.... ah, hey, tunggu Acies?"

Melambai pelan, Acies kembali ke rumah Shiba. Maou dengan panik berteriak ke arah punggungnya, tapi Acies sepertinya tidak mendengarnya dan langsung pergi.

"Ba-bagaimana caranya aku turun?"

Meskipun sihir iblis berada tepat di bawahnya, menggunakannya secara sembrono mungkin akan menyebabkan efek negatif bagi Nord dan Suzuno, dan bahkan jika itu hanya sedikit mengganggu mereka, dia pasti akan mendapatkan komplain.

"Bi-bisakah aku turun?"

Maou dengan gugup mencondongkan tubuhnya di pinggiran atap, dan setelah memastikan posisi tangga di koridor, dia dengan hati-hati menjulurkan kakinya ke tempat tersebut.

"Maou-sama, apa yang kau lakukan di situ?"

"Uowah?"

Maou yang terkejut dikarenakan suara yang berasal dari samping kakinya, terpeleset dan bergelantungan di pinggiran atap.

"A-apa!? Jadi kau masih bangun!? Jangan menakutiku seperti itu, Ashiya!"

Ashiya menjulurkan kepalanya dari jendela kamar 201 dan melihat ke arah Maou dengan mata mengantuk.

"Akulah yang seharusnya kaget, kupikir kenapa kok ada suara-suara aneh di atap.... Tak kusangka ternyata Maou-sama adalah tipe orang yang akan melakukan hal suram seperti menaiki atap dan memandang langit seperti ini."

"Kau sepertinya sudah salah paham, tapi bisakah kau membantuku dulu!?"

"Lepaskan dan langsung lompat saja!"

"Hey?"

"Kau akan menyentuh tanah dalam lima cm. Semuanya akan baik-baik saja meskipun kau melepaskan peganganmu."

"Li-lima cm? Be-benarkah? Baik, kalau begitu aku akan melepaskannya. Jika aku terluka, berarti itu salahmu!"

"..... Huhh."

"Fu..... Yosh! Huft, menakutkan sekali!"

Begitu ia menyentuh tanah, Maou langsung bernapas lega, melihat masternya sang Raja Iblis menjadi segugup ini hanya karena 5 cm, Ashiya hanya bisa menghela napas lesu.

"Boleh aku tahu ada apa denganmu? Apa kau sebegitu tidak sukanya bekerja sama dengan Emilia?"

"Aku merasa sangat suram! Dan tingkat kesuraman ini belum pernah kurasakan sebelumnya!"

Di sisi lain, Maou langsung mengaku dikarenakan kata-kata Ashiya.

"Aku tidak pernah menjumpai situasi seperti ini, di mana aku tak tahu apa yang harus kulakukan."

"Huft...."

"Dengan situasi seperti sekarang ini, kau mungkin juga akan bekerja di MgRonalds nantinya! Suzuno dan Nord, sekaligus semua orang yang berasal dari Ente Isla mungkin akan bekerja di sana juga! Kalau sudah begitu, Kisaki-san pasti akan menjadi penguasa selanjutnya Ente Isla!"

"Hey, tolong jangan putus asa seperti itu, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tidak ada! Ngomong-ngomong, aku lelah! Aku lapar! Aku ingin makan!"

Tepat ketika Maou menunjukan sikap mengancam dan hendak memasuki kamar....

"Maou-sama, tolong parkir sepedanya yang benar!"

Ashiya menunjuk ke arah Dullahan 2 yang roboh di tanah dikarenakan Acies, melihat hal itu, Maou pun berjalan menuruni tangga dengan kurang senang,

"Aku akan memanaskan hamburger dan kentang gorengnya dulu, kita bisa membicarakan hal itu nanti."

"Kau bahkan membelikan bagianku ya. Seladanya akan melunak jika kau memanaskannya, jadi tak apa itu tak dipanasi ulang! Serius ini, kenapa aku sang Raja Iblis harus memikirkan hal-hal aneh seperti ini, sialan!"

Ucap Maou dengan kesal, tapi dia tetap memakirkan sepedanya dengan benar sebelum akhirnya kembali ke dalam kamar.

Besok ada diskusi yang sangat penting, tapi karena Ashiya sudah memperkirakan kalau Maou akan mengeluh untuk waktu yang lama sekali malam ini, dia pun menghela napas kecil.

---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
3 Komentar
avatar

Untunglah masih berlanjut XD Semangat XD

Balas
avatar

Mantapz , semangat min 👏👏👏

Balas
avatar

Wh, update terbaru y. Thanks n semangat !

Balas