Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Memenuhi Janji Lama -2


Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Memenuhi Janji Lama.

Warna matahari dan suhu saat ini sungguh membuat orang berpikir kalau musim gugur telah datang, di sebuah kamar rumah sakit yang dikelilingi oleh dinding berwarna krem, Urushihara Hanzo menatap cahaya biru yang ada di layar komputernya dengan kerutan di wajahnya.

Malam ketika Maou, Suzuno, dan Acies berangkat menuju Ente Isla dari Museum Nasional Seni Barat.

Chiho berencana untuk bertanya kepada Ooguro Amane, si manager rumah pantai di Choshi 'Ooguro-ya', yang sekaligus merupakan keponakan pemilik kontrakan Shiba Miki, dia ingin bertanya tentang misteri Bumi dan Ente Isla. Urushihara menyadari hal itu.

Karena dia merasa kalau Chiho, dari kata-katanya, ingin agar dia menguping dari kamar 201, dia pun berpikir mungkin tak masalah sesekali mengikuti rencana orang lain, namun dia malah berakhir seperti ini.

Gelombang kejut kedua yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyerang seluruh tubuhnya, dan ketika dia hampir kehilangan kesadaran, dengan sikap yang nampak alami, dia meminta orang yang memasuki kamar 201 untuk membawa komputernya.

"Lalu, kenapa kau terlihat tidak puas begitu? Tempat ini seharusnya menjadi lingkungan yang ideal untukmu, kan?"

"Apanya yang ideal!?"

Teriak Urushihara kepada Amane yang duduk di kursi sebelah ranjangnya dan menyalakan TV untuk menonton acara traveling.

“Kamar ini adalah kamar khusus di mana tak seorangpun akan mengganggumu. Tidak hanya Maou-kun dan Ashiya-kun yang selalu menyuruhmu untuk bekerja tidak ada di sini, bahkan sudah ada orang yang akan menyiapkan makananmu tiga kali sehari. Bagimu sebagai seorang NEET, tempat ini seharusnya menjadi lingkungan yang ideal, kan?”

“Setiap hari kau selalu menggangguku, makanan di sini sangat lunak dan tidak enak, koneksi internetnya pun benar-benar lambat! Kubilang ya, mungkin kau juga ikut berpikir begini, tapi sebenarnya para masyarakat itu punya kesalahpahaman soal NEET!”

“Uh, apa itu ada hubungannya dengan kasta pertama?”

Amane mencondongkan kursinya ke belakang seperti seorang anak kecil dan bertanya bahkan tanpa melihat ke arah Urushihara.

“Tidak. NEET dan Hikkikomori adalah orang-orang yang bisa bebas keluar rumah kapanpun mereka mau, tapi mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah. Pilihan untuk keluar rumah itu benar-benar ada di suatu tempat di hati kami.”

“Hm? Dengan kata lain, ketika kau menonton acara traveling seperti ini, kau akan merasa ingin keluar rumah atau pergi ke suatu tempat yang jauh, gitu?”

“Tidak. Memang biasanya aku tidak ingin keluar rumah, tapi aku juga tidak suka dikunci di dalam ruangan oleh orang lain.”

“Itu terdengar sangat buruk, tapi juga terdengar seolah sifat keras kepalamu itu bahkan sudah sampai ke titik mengagumkan.”

“Mau bagaimana lagi, aku memang orang seperti itu.”

“Dan kata-katamu seolah menyiratkan kalau aku menguncimu di dalam kamar rumah sakit ini.”

“Itu benar adanya, kan? Aku sudah bilang kalau aku ingin pulang!”

Urushihara mematikan laptop yang sama sekali tidak bisa tersambung ke internet dan berteriak ke arah Amane dengan kesal,

“Tapi mengabaikan fakta apakah aku bisa pulang dengan bebas atau tidak, kalian mengubah rambutku seperti ini karena aku mendengar obrolanmu dan Sasaki Chiho, kan? Aku sudah berkali-kali bertanya sebelumnya, kalian ini orang macam apa? Apa aku mendengar sesuatu yang tidak seharusnya?”

“Hm~ bukankah sudah kubilang sebelumnya? Aku ini anak dari 'Understanding', dan bibi Mi-chan adalah eksistensi yang sama seperti Alas Ramus-chan. Dan ini tidak hubungannya dengan alasan kenapa kau berada di sini.”

“Mengabaikan dirimu, dalam kasus Alas Ramus dan si pemilik kontrakan, selain mereka sama-sama wanita dan punya wujud manusia, mereka itu sangat berbeda dari kepala sampai kaki!”

“Ya ampun, kami berbeda dalam hal apa?”

“Jelas sekali kan, aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!??”

Ketika Urushihara dan Amane sedang asyik berselisih, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan seketika, Urushihara langsung melompat dari ranjangnya merasa ketakutan.

“H-hey, Urushihara-kun, apa kau baik-baik saja?”

Amane dengan panik menarik Urushihara yang jatuh ke lantai, namun Urushihara mengalami kejang di seluruh tubuhnya dan sambil berpegangan pada Amane, dia mengatakan,

“Ke-kenapa aku tidak dengar kalau pemilik kontrakan akan datang hari ini?”

“Eh? Apa aku belum memberitahumu?”

“Aku tidak dengar sama sekali!”

“Amane.....”

“Tidak! Aku sudah bilang sebelumnya!? Seingatku aku sudah mengatakannya!? Sekitar tiga hari yang lalu!”

“Pasti kau menyampaikannya ketika kau sedang melakukan hal lain. Urushihara-san, apa kau baik-baik saja?”

“Se-sebelum kau datang.... kondisiku cukup baik.”

Jawab Urushihara seperti orang yang bisa berhenti bernapas kapan saja, pandangannya gemetar dan dia sama sekali tidak mampu menatap ke arah Shiba.

“Memang ini terdengar agak kasar.... tapi akhirnya aku mengerti kenapa Maou dan Ashiya tidak sanggup menatap pemilik kontrakan-san secara langsung.”

“Aku akan menganggapnya kalau aku punya banyak pesona.”

“Uuuuu....”

Shiba sama sekali tidak goyah, tapi bagi Urushihara, itu sama sekali bukan lelucon.

Ketika Urushihara melihat fotonya dulu, dia hanya merasa kalau Shiba mungkin adalah orang yang tidak tahu batasan saja, bersikap jahat, seorang wanita paruh baya yang sedikit menjengkelkan.

Tapi setelah melihat Shiba secara langsung, masalah pun muncul, bukan hanya soal ketidaksenangan, hal aneh bahkan mulai terjadi di dalam tubuh Urushihara.

Pusing dan jantung berdebar mungkin masih bisa dianggap biasa, bahkan, hanya dengan bertatap muka saja, Urushihara merasa seolah energi-energi penting dari dalam tubuhnya terus mengalir keluar.

“Semua orang akan segera tiba, aku datang lebih dulu supaya kalian berdua tahu.”

“Semua orang maksudnya....”

“Tentu saja Maou-san dan yang lainnya!”

“Eh? Maou dan yang lainnya sudah pulang?”

Urushihara merasa terkejut, dia pun langsung menatap ke arah Amane yang berada di sampingnya.

“Erhm....”

Amane mengalihkan pandangannya seolah ingin lari dari tatapan Urushihara, yang perlu dia lakukan hanyalah bersiul agar adegan tersebut menjadi sempurna.

“Aku berencana untuk menjelaskan segalanya setelah semua orang berkumpul. Soal Sephirah, Pohon Kehidupan, dan keadaan Urushihara-san saat ini.”

“Keadaanku....”

Urushihara berhenti menatap Amane dan bangkit dari ranjangnya.

Terdapat sebuah wastafel di pojok kamar, usai sedikit berkaca di cermin yang ada di atasnya, dia pun berbicara dengan sebuah kernyitan.

“Yaah, setelah melihat ini, mereka pasti akan terkejut.... ugh.”

Kemudian, dia tiba-tiba merasa seperti ingin muntah, sebuah erangan terdengar dari dalam tenggorokannya.


XxxxX


Maou, Chiho, Emi, Alas Ramus, Ashiya, Suzuno, Emerada, Acies, dan Nord turun dari tiga taksi yang berbaris lurus di depan sebuah bangunan.

"Ini....."

"Yeah..."

Maou dan Chiho, melihat tempat yang mereka datangi dengan menaiki taksi yang dipesan oleh Shiba, saling menatap satu sama lain.

"Apa ini kebetulan?"

"Seharusnya sih tidak."

"Tapi selain kebetulan...."

Emi, Ashiya, dan Suzuno juga melihat dan mengamati bangunan itu dengan kaget.

"Apa ada yang salah~~?"

"Kalian kenapa?"

"Apa ada yang salah dengan rumah sakit ini?"

Emerada, Acies, dan Nord nampak bingung dengan reaksi aneh kelima orang tersebut, dan hanya Alas Ramus yang berada dalam gendongan Emi lah yang menjawab dengan ceria,

"Aku pernah ke sini!!"

Alas Ramus ingat dengan rumah sakit ini.

Rumah sakit yang dipilih oleh Shiba dan Amane untuk merawat Urushihara adalah rumah sakit tempat Chiho dirawat ketika dia mengalami keracunan sihir iblis dulu, yaitu Rumah Sakit Universitas Saikai.

Meski merasa sedikit bingung, mereka mengikuti Chiho yang sudah cukup mengenal tata letak kamar di rumah sakit ini, kemudian, mereka pun berhenti dan melihat nomor yang ada di sebuah pintu.

"Di sini kan?"

"I-ini benar-benar kamar khusus, bagaimana jika mereka nanti meminta biaya perawatan...."

Pintu kamar yang Chiho maksud berada cukup jauh dari kamar di sebelahnya, jadi itu pasti sangat luas, dan meskipun si pemilik kontrakan sebelumnya sudah bilang kalau mereka tak perlu khawatir masalah biaya, wajah Ashiya tetap menjadi sangat suram.

"Kudengar di sini boleh menggunakan HP dan komputer, dan tidak hanya itu, bahkan di dalam pun ada kamar mandinya."

"Kelihatannya ini tempat yang lebih baik dibanding Kastil Iblis."

Maou dan Ashiya menatap satu sama lain dengan ekspresi rumit di wajahnya, membulatkan tekad dan mengetuk pintu kamar tersebut.

"Silakan masuk."

"Ugh.."

Mendengar suara Shiba dari dalam, ekspresi Maou dan Ashiya kini menjadi lebih parah dibandingkan sebelumnya.

"Sudah cepat buka pintunya!"

Dengan desakan Emi dari belakang, mereka berdua tak punya pilihan selain mengambil napas dalam dan perlahan membuka pintu tersebut.

Ruangan tersebut sangat terang. Di dalamnya terdapat sebuah ranjang yang jauh lebih besar dibandingkan ranjang yang Chiho gunakan dulu, dan setelah melihat seseorang yang duduk di atasnya, mereka semua selain Nord seketika langsung terpaku.

"..... reaksi macam apa itu!?"

Meski dia sudah menduga akan seperti apa ekspresi Maou dan yang lainnya, Urushihara, berada di atas ranjang, menggumam dengan kesal,


"Eh, ah, uh...."

Maou menoleh ke arah Ashiya yang berada di belakangnya dengan bingung, tapi Ashiya juga.....

"A-apa...."

... hanya terpaku diam melihat Urushihara.

"A-apa ini semacam lelucon? Apa Lucifer sedang mencoba mengerjai kita?"

Suzuno juga menoleh ke arah Emi yang berada di sampingnya, mencari persetujuan.

"Tidak, bilang kalau ini adalah lelucon itu terlalu...."

Emi yang ditanyai oleh Suzuno, balas menggelengkan kepalanya

"Rasanya~ dia berbeda dengan Lucifer yang kukenal~"

Emerada meletakkan tangan di bawah dagunya dan berkata demikian.

"Ada apa dengan Lucifer?"

Alas Ramus juga mengernyit kaget.

"Apa lelucon semacam ini tidak terlalu berlebihan?"

Acies menatap tajam ke arah Urushihara dengan sikap yang sangat tidak ramah.

Namun, Urushihara balik menatap Acies seolah merasa kesal dengan reaksi mereka semua.

"Apa kau pikir aku akan melakukan hal semacam ini hanya untuk lelucon?"

"Lalu kenapa kau jadi begini? Hal semacam ini sebenarnya sangatlah kurang ajar."

"Tanyalah kepada pemilik kontrakan yang ada di sebelahku ini! Aku tidak menjadi seperti ini karena aku menginginkannya!"

Urushihara menggerakkan dagunya ke arah Shiba yang berdiri dengan tenang di samping ranjangnya.

"Eh, tapi apa yang sebenarnya terjadi, Urushihara-san?"

Chiho mengangkat jarinya dan menunjuk.....

"Warna rambutmu....."

Warna rambut Urushihara kini terlihat berbeda dari apa yang semua orang ingat.

Tidak, lebih tepatnya, mereka punya kesan dengan warna rambut itu.

Hanya saja, warna rambut Urushihara awalnya bukanlah warna itu.

"Aku juga merasa tidak tenang! Meski aku tidak melakukan apa-apa, mereka tiba-tiba berubah menjadi seperti ini!"

Warna perak tercampur dengan sedikit warna biru.

Itu adalah warna rambut yang sama seperti saat Emilia mengeluarkan kekuatan penuh pedang sucinya, itu juga merupakan warna rambut dari Malaikat Agung Gabriel dan Sariel.

"Apa dia.... Jenderal Iblis Lucifer?"

Nord yang belum pernah bertemu Urushihara, adalah satu-satunya orang yang dengan jujur menerima kondisi Urushihara, tapi Ashiya langsung menyangkalnya,

"Tidak, dia itu orang lain."

"Hey, Ashiya! Jangan lari dari kenyataan!! Dan lagi, siapa paman ini? Kenapa Emerada Etuva ada di sini, apa yang terjadi?"

Urushihara memprotes Nord yang belum dia kenal, sekaligus Emerada yang datang ke sini dengan polosnya, tapi suasana saat ini benar-benar tidak cocok untuk perkenalan.

“Soal perubahan warna rambut Urushihara-san, aku takut itu karena pengaruhku. Hal itu disebabkan bagian manusianya bereaksi kuat dengan keberadaanku. Jika dia meninggalkan jangkauan jarak pengaruhku, seharusnya rambutnya bisa kembali ke kondisi semula.”

“Memang sangat kasar sih, tapi aku benar-benar benci keadaan ini.”

Meski hanya contoh, Urushihara tetap tidak ingin mengakui kalau dia bereaksi dengan Shiba karena mereka memang mirip dalam beberapa hal, dan dari wajah Maou dan Ashiya, mereka sepertinya juga memikirkan hal yang sama.

“Pokoknya, karena semuanya sudah ada di sini, mari kita mulai dan bicarakan semuanya dengan terbuka. Itu semua termasuk alasan kenapa rambut Urushihara-san berubah menjadi seperti ini.”

Ucap Shiba mencoba menenangkan situasi, dan kali ini, ekspresi Chiho tiba-tiba menjadi kaku.

“Chiho-chan?”

Emi yang menyadari keanehan pada Chiho pun memanggilnya, tapi Chiho hanya menggelengkan kepalanya perlahan.

“A-aku baik-baik saja.”

“Benarkah? Kau terlihat tidak nyaman....”

“Tidak, aku tidak bermaksud begitu.”

Sejenak berpikir, Chiho pun menatap mata Emi.

“Tapi, aku.... percaya pada Yusa-san dan Maou-san.”

“Eh? Ehh....”

Emi nampak terkejut karena tidak mengerti apa yang ingin Chiho utarakan, tapi karena Chiho tidak melanjutkan perkataannya, Emi hanya kembali menatap ke arah Shiba.

“Kalau begitu, izinkan aku menyambut tamu-tamu dari dunia lain ini.”

Shiba berjalan melewati ranjang dan perlahan menuju ke arah Maou dan yang lainnya.

Maou dan Ashiya secara refleks mundur dan memberi jalan, tapi Shiba mengabaikan mereka berdua dan berjalan ke arah Acies dan Emi.

“..... Ada apa?”

Tidak, dia berjalan menuju Alas Ramus yang ada di gendongan Emi.

Alas Ramus terlihat sedikit geli ketika kepalanya dielus oleh tangan gemuk Shiba, tapi entah kenapa, Emi merasa tidak nyaman dengan ekspresinya.

Saling tumpang tindih dengan ekspresi yang Chiho tunjukan barusan, Emi pun menoleh ke arah Chiho yang berada di sebelahnya secara refleks.

Chiho menahan napasnya, seolah-olah sudah tahu apa yang akan Shiba katakan selanjutnya.

“Kalau dilihat dari sejarah, orang-orang dari dunia yang berbeda saling berinteraksi satu sama lain itu bukanlah suatu kejadian yang langka. Ketika orang dari luar negeri melintasi daratan, atau ketika orang dari luar benua melintasi lautan, itu juga bisa disebut sebagai orang dari dunia yang berbeda saling berinteraksi. Situasi kalian di sini, hanya skalanya saja yang sedikit lebih besar. Izinkan aku mengatakan hal ini, bahkan jika Maou-san dan yang lainnya ingin tinggal di Jepang, di bumi, ataupun Sasaki Chiho-san ingin pergi ke kampung halaman Maou-san dan yang lainnya, ke Ente Isla, itu sama sekali bukan masalah.”

Dan mereka yang ada di sini entah kenapa bisa menebak apa yang akan Shiba katakan selanjutnya, aura dan pandangan mereka menunjukan hal itu dengan sangat jelas.

“Tapi.... mereka berdua harus kembali ke tempat asalnya secepat mungkin.”

“Kedua.....”

Berbanding terbalik dengan Maou yang hanya bisa memaksa suaranya keluar akibat perasaan tidak enak yang dia rasakan, Shiba menjawab dengan tegas,

“Alas Ramus-san dan Acies Ara-san. Sebagai perwujudan dari Yesod Sephirah Ente Isla, jika mereka berdua tetap berada di sini, itu akan sangat membahayakan manusia Ente Isla.”

“Memangnya kenapa? Yesod memang dikenal sebagai permata yang membentuk dunia, tapi bukankah mereka sudah menjadi fragmen untuk waktu yang sangat lama? Dan meski begitu, tak ada hal aneh yang terjadi pada Ente Isla.”

Teriak Suzuno dengan bingung.

Ketika berdiskusi dengan Maou dan yang lainnya mengenai apakah mereka harus menyerahkan Alas Ramus pada Gabriel atau tidak, Suzuno lah yang pertama kali menyangkal legenda kalau Sephirah adalah permata yang membentuk dunia.

Lagipula, bagaimana mungkin keadaan satu permata saja bisa mempengaruhi struktur seluruh dunia?

Mungkinkah bulan akan menghilang jika Yesod yang mengendalikannya dihancurkan? Atau mungkinkah permata yang Yesod wakilkan, yaitu perak, juga akan ikut menghilang? Hal seperti itu tidak akan terjadi. Suzuno mengungkapkan pendapatnya dan menolak pengembalian Alas Ramus ke tempat asalnya.

“Kamazuki-san, apa barusan kau bilang kalau tak ada hal aneh yang terjadi?”

“Yeah....”

Suzuno hendak melanjutkan perkataannya, tapi tatapan Shiba membawa sebuah tekanan yang tidak akan mengizinkannya memberikan bantahan.

“Kalau begitu, bagaimana dengan kekuatanmu??”

“Ke-kekuatanku?”

Suzuno mengamati tubuhnya sendiri.

“Aku sudah mendengarnya dari Amane dan Sasaki Chiho-san. Kata mereka, luka yang kau derita akibat bertarung melawan iblis dari dunia lain itu dapat sembuh hanya dalam waktu tiga hari.”

“I-itu karena aku menggunakan mantra penyembuh....”

“Kalau begitu izinkan aku bertanya. Kamazuki-san, pernahkah kau melihat kekuatan yang serupa di Jepang, atau lebih tepatnya di bumi ini? Pernahkah kau melihat kekuatan yang bisa membuat luka sabetan yang hampir memotong seluruh tubuhmu sembuh sepenuhnya hanya dalam waktu tiga hari? Jika Sasaki Chiho-san mendapatkan luka yang sama, meskipun dia bisa bertahan, dia akan butuh perawatan penuh selama sebulan.”

“Kubilang itu karena......”

“Apa kau masih tidak mengerti?”

Shiba menoleh ke arah Suzuno dan mengatakan,

“Mantra penyembuh yang kau sebutkan tadi, itulah masalahnya.”

“....Eh?”

“Aku tidak tahu sejarah dunia kalian, Ente Isla. Tapi dari informasi yang kudengar dari Sasaki Chiho-san dan Nord-san, tempat itu sepertinya punya peradaban yang matang, dan juga merupakan sebuah dunia di mana banyak manusia hidup. Namun, kekuatan semacam itu ada bagaikan sesuatu yang alami. Jika anak-anak ini..... Sephirah di Ente Isla berfungsi dengan normal, hal semacam itu mustahil bisa terjadi.”

“Apa maksudnya itu~? Dari apa yang kudengar, Shiba-san sepertinya berpikir kalau mantra adalah kekuatan yang seharusnya tidak ada~~”

Shiba langsung mengiyakan pertanyaan Emerada yang dipenuhi dengan kegelisahan, dan..

“Apalagi, dunia itu kini dipenuhi dengan sihir iblis dan sihir suci, itu bukanlah keadaan yang baik bagi orang-orang Ente Isla.”

“Apa-apaan itu? Apa kau bilang kalau permata yang membentuk dunia itu benar-benar bisa mempertahankan keseimbangan dunia, dan jikalau mereka tidak ada di sana, dunia akan hancur.....”

“Kamazuki-san, tolong dengarkan baik-baik apa yang orang lain katakan. Sejak awal, aku tidak pernah bilang kalau dunia Ente Isla ini akan berada dalam bahaya.”

“.... Huh?”

Shiba dengan tenang meletakkan tangannya ke pundak Suzuno.

“Yang akan menghadapi bahaya karena kehilangan Sephirah dan karena keberadaan sihir suci dan sihir iblis adalah kalian, para manusia.”

“Manu....sia?”

Suzuno masih tidak mengerti makna sebenarnya dari kata-kata Shiba. Dia pun menunjukan tatapan memohon kepada Emi, Emerada, Nord, Ashiya, Urushihara dan Maou.

Tapi mereka hanya menggelengkan kepalanya merasa bersalah.

“Tak peduli keadaan seperti apa yang dialami Sephirah, laut, langit, ataupun daratan Ente Isla, semua binatang dan tanaman yang hidup di sana tidak akan terpengaruh sama sekali. Hal yang berhubungan dengan Sephirah dan Pohon Kehidupan hanyalah manusia, Jika Alas Ramus-san dan Acies Ara-san terus di sini dan tidak kembali ke tempat mereka seharusnya, manusia di Ente Isla mungkin akan punah nantinya.”

Mungkin karena ingin mengkontraskan isinya, nada Shiba terdengar sangat gamblang, manusia Ente Isla yang diberitahu kalau mereka akan punah pun sama sekali tak dapat bereaksi.

“Tentu saja itu bukan sesuatu yang akan terjadi besok ataupun lusa. Kurasa, bahkan setelah hidup kalian berakhir pun, itu masih akan terlihat seolah manusia di Ente Isla tak terpengaruh sedikitpun. Tapi... 100 tahun kemudian atau 200 tahun kemudian, aku tidak bisa menjamin bagaimana semua jadinya.”

“Se-seratus tahun kemudian?”

Bagi kehidupan manusia dan perputaran dunia, 100 tahun adalah waktu yang sangat lama.

Tapi mempertimbangkan sejarah manusia, 100 tahun adalah waktu yang sangat singkat.

Apalagi, ada para iblis di sini yang usianya tidak hanya ratusan, bahkan mencapai ribuan.

"Pe-pemilik kontrakan-san, kurasa manusia Ente Isla tidak akan punah hanya dalam waktu 100 tahun."

Ashiya mengungkapkan pendapatnya dengan gugup, Shiba pun menganggukkan kepalanya,

"Itu benar. Tapi jika ini terus berlanjut, lupakan 500 tahun.... bahkan menggenapkannya menjadi 300 tahun pun akan sangat sulit. Aku tak bisa bilang apa-apa kalau ada meteor besar jatuh, tapi meski bencana mematikan semacam itu tidak terjadi, jika mereka terus menggunakan sihir iblis dan sihir suci seperti ini, manusia Ente Isla pasti tidak akan punya masa depan. Populasi manusia akan perlahan menurun, dan pada akhirnya akan mengalami kepunahan."

"Apa-apaan itu? Jika kami tidak tahu penyebab dan pengaruh hubungan antara manusia dan Sephirah, maaf, aku tidak bisa mempercayai kata-katamu begitu saja dan mengembalikan Alas Ramus."

Semua yang ada di sana tertelan oleh aura Shiba, hanya Emi yang mampu bertanya dengan tegas,

"Anak ini dan Acies... adalah eksistensi yang berharga bagi kami. Berbicara soal tempat seharusnya mereka berada, itu adalah Surga Ente Isla. Itu adalah tempat di mana para malaikat hidup, mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak peduli dengan manusia Ente Isla dan anak-anak ini. Aku tidak akan membiarkan anak-anak ini kembali ke tempat seperti itu."

"Soal Surga yang kau sebutkan.... orang bernama Gabriel itu sudah bangun beberapa hari yang lalu."

"Kau bilang Gabriel?"

"Dia mengatakan beberapa hal yang mengkhawatirkan."

Shiba pun menghela napas pendek dan mengganti topik.

"Gabriel, begitu dia bangun, dia langsung ingin kabur kembali ke Surga. Karena dia memutuskannya dengan sangat cepat, kami hampir kehilangan dia, tapi karena terjadi sesuatu yang bisa dianggap sebagai hal yang sangat disesalkan, pelariannya pun gagal."

"Hal yang sangat disesalkan?"

Memangnya ada hal lain yang patut disesalkan selain dirawat oleh Shiba?

Percakapan Maou dan Ashiya melalui tatapannya ini tentu tidak berani mereka ucapkan.

"Surga Ente Isla, dengan kata lain tempat di mana seharusnya Alas Ramus-san dan Acies Ara-san kembali, telah disegel. Saat ini, tempat itu menjadi tempat yang tidak akan bisa diganggu dari luar, kembali lewat gate pun juga mustahil. Mungkin, mereka sudah memutuskan untuk menelantarkan anak-anak ini."

"Surga disegel..... Ah, ngomong-ngomong, sebelumnya aku memang tidak terlalu peduli sih, tapi......"

Emi nampak mengingat sesuatu dan menoleh ke arah Maou,

"Hey, Raja Iblis."

"Huh?"

"Dunia Iblis itu ada di mana?"

".... Huh?"

Maou memperlihatkan ekspresi bak ditanyai sebuah pertanyaan bodoh dan balik bertanya kepada Emi,

“Apa kau serius bertanya begitu?”

“Apa? Tentu saja?”

Jawab Emi dengan kesal.

“Apa itu seperti konsep Surga dan Neraka, yang mana Dunia Iblis berada di bawah Ente Isla atau semacamnya? Ataukah itu seperti Bumi dan Ente Isla yang merupakan sebuah Dunia yang berbeda?”

“Mana mungkin? Apa kau sungguh tidak tahu?”

Maou menatap ke arah Ashiya dan Urushihara,

“Nah kita memang tidak pernah mengumumkan dari mana kita berasal.”

“Gak ada yang tanya juga.”

Ashiya dan Urushihara mengangkat bahunya dan mengangguk, sepertinya mereka baru menyadarinya sekarang.

“Huuh... tak ada yang akan terjadi juga kalau hal itu diketahui banyak orang.... kami ini berasal dari bulan.”

“Eh?”

“.....”

Emi menahan napasnya, sementara Chiho yang berada di samping Emi, mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan siapapun.

“Kenapa kau begitu terkejut? Kami berasal dari bulan. Bulan yang kelihatan berwarna merah jika dilihat dari Ente Isla. Dunia Iblis berada di bulan merah itu.”

“Kau.... kau bilang bulan? Ka-kalau begitu....”

“Yeah. Surga ada di bulan berwarna biru.”

Urushihara mengangguk dan mengatakan hal tersebut secara blak-blakan, membuat Suzuno terkejut.

“Menyebut mereka dunia lain memang terdengar sedikit aneh.”

Shiba mengabaikan Emi dan Suzuno yang terkejut, lantas membuka tirai kamar.

Cahaya matahari pun bersinar ke dalam kamar dari luar jendela, dan di sana, banyak gedung di wilayah Yoyogi di mana Rumah Sakit Universitas Saikai berada bisa terlihat, bahkan sampai mencapai lapisan awan seolah ingin mengoyak langit.

“Bumi dan Ente Isla, dunia yang memiliki Pohon Kehidupan itu tidaklah berada di dunia lain yang memiliki ruang, dimensi ataupun waktu yang berbeda.”

Shiba mendongak ke arah langit Tokyo dan mengulurkan tangannya ke arah sinar matahari seakan-akan merasa silau.

“Entah itu di Bumi ataupun Ente Isla, meraka adalah dunia yang melayang di alam semesta, planet di mana manusia hidup.”

“.....Jadi begitu....”

Ucap Emi dibarengi sebuah helaan napas. Semenjak dia datang ke Jepang, dia sudah punya pemikiran samar mengenai hal ini.

Meski dia tidak pergi ke observatorium untuk mempelajari tentang langit malam dan alam semesta seperti yang Acies lakukan, dia tahu kalau bumi adalah sebuah planet yang melayang di alam semesta.

Lewat televisi, film dan intermet, dia juga memperoleh pengetahuan terkait bahwa, daratan luas ini sebenarnya adalah sebuah bola yang memiliki gaya gravitasi.

Dan saat dia memikirkan kampung halamannya... tempat itu juga memiliki manusia yang sama seperti di bumi, atmosfer yang bisa digunakan untuk bernapas, dan langit malam yang dipenuhi banyak bintang terang.

Tak lama setelahnya, dia sadar kalau Ente Isla mungkin juga merupakan planet yang melayang di alam semesta.

Meski begitu, tak pernah sekalipun terlintas di pikiran Emi kalau Dunia Iblis dan Surga sebenarnya adalah bulan, namun informasi itu sendiri tidak akan mengubah apapun mengenai situasi yang dialaminya.

Hal itu hanya memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai istilah 'dunia lain' yang samar, bagaimanapun juga, Bumi dan Ente Isla bukanlah tempat yang bisa dicapai menggunakan pesawat, kereta, ataupun berjalan kaki.

Dan, mengabaikan makna di balik Surga yang tidak bisa dicapai dengan menggunakan gate, setidaknya bagi Emi dan yang lainnya, itu terasa seperti kabar bagus.

Bagaimanapun juga, Surga yang telah berselisih dengan Emi dan Alas Ramus untuk waktu yang lama, kini bertindak lebih dulu dan memilih memutus kontak.

Namun, Shiba kemudian berbicara dengan ekspresi yang berbahaya,

“Jika kalian ingin Sephirah berfungsi dengan normal, semua Sephirah harus terkumpul. Menurut apa yang Acies katakan, hanya Yesod lah yang terpisah dari Sephirah lain selama beberapa tahun. Tak diketahui bagaimana situasi ini akan berakibat pada Sephirah lain.”

“Sephirah lain....”

Gumaman kecil Ashiya membuat Maou teringat perwujudan Geburah, Iron.

Meskipun Iron menuruti perintah Surga, dari bagaimana Kamael, malaikat penjaganya yang seharusnya bisa memerintahkan anak itu, Kamael dan Iron malah tidak terlihat memiliki hubungan di mana mereka saling memerintah satu sama lain.

Ashiya, satu-satunya orang yang membuat kontak dengan Iron pada saat pertarungan di Afashan, menyilangkan tangannya dan bertanya pada Shiba.

“Pemilik kontrakan-san, efek negatif apa yang kau bicarakan ini?”

“Soal itu... meski efek ketidakberadaan Yesod sudah terlihat melalui adanya 'mantra', untuk efek lain, jika aku tidak melihatnya sendiri, aku tidak akan bisa mengenalinya. Aku juga tidak bisa melakukan apa-apa, mengenai hal ini, aku hanya bisa menyerahkannya pada kalian....”

“Bilang kalau kau tidak bisa melakukan apa-apa itu.....”

Setelah Shiba menyuarakan pemikirannya dan tiba-tiba bilang tidak bisa melakukan apa-apa, Maou pun mengernyit, tapi Amane langsung menyelanya dan mengatakan,

“Yah mau bagaimana lagi, bibi Mi-chan adalah Sephirah Bumi. Jadi, kekuatannya hanya bisa digunakan untuk orang-orang bumi.”

“Sephirah..... ah, apa itu benar? Apa pemilik kontrakan-san benar eksistensi yang sama seperti Alas Ramus dan Acies.....”

Tanya Maou dengan sikap setengah percaya, Shiba pun langsung mengangguk dan menjawab,

“Yeah, meskipun aku bukan Yesod dan tanggung jawab yang kumiliki berbeda dengan Sephirah lain.”

“Boleh aku tahu kau ini Sephirah yang mana?” Tanya Suzuno.

Jika mereka bisa tahu mana dari kesepuluh Sephirah itu yang merupakan perwujudan Shiba, sebagai bahan verifikasi, tak ada informasi lain yang lebih berharga dari ini.

Namun, jawaban Shiba benar-benar melebihi ekspektasi Suzuno.

"Aku adalah Sephirah kesebelas."

".... Kesebelas?"

Suzuno berkedip beberapa kali merasa terkejut. Karena itu bukanlah angka yang ada di dalam pengetahuannya.

Menurut catatan Alkitab, disebutkan hanya ada 10 permata yang membentuk dunia.

".... Tak mengetahui adanya Sephirah kesebelas, di antara pengaruh negatif yang ada di Ente Isla, ini adalah masalah yang paling serius. Bahkan Acies Ara-san juga tidak tahu keberadaan Sephirah kesebelas."

"Meski kau bilang begitu, aku tidak akan tahu hal yang tak kuketahui."

Ucap Acies dengan acuh tak acuh, tapi jawaban justru datang dari pihak yang benar-benar tak terduga,

"Sephirah..... kesebelas ya? Sepertinya aku pernah mendengarnya dari seseorang...."

"Urushihara?"

"Ah, aku ingat. Satan memberitahuku hal ini."

"Eh? Aku?"

Ucap Urushihara dengan santai bagaikan mengingat makan malam kemarin. Maou pun menjawab dengan kaget,

"Apa aku pernah memberitahumu hal semacam itu? Kau yakin itu bukan Camio?"

Pertama kalinya Maou mendapatkan informasi soal Sephirah adalah dari Menteri Iblis Camio, meskipun itu adalah sesuatu yang terjadi dulu sekali sampai-sampai dia lupa dengan informasi tersebut. Lalu karena dia punya kesempatan untuk membaca Alkitab Gereja ketika menyerang Ente Isla dulu, dia pun merasa perlu untuk memoles pengetahuannya, tapi itu dia lakukan hanya untuk memenuhi rasa haus akan pengetahuannya dan tidak berencana memberitahu orang lain.

Dan setelah Maou menjelaskan hal tersebut, Urushihara pun menggelengkan kepala, melambaikan tangannya, dan mengatakan,

"Tidak, maksudku bukan Maou, tapi......"

"""Raja Iblis Satan Kuno."""

Suara tiga orang terdengar bersamaan.

Salah satu dari mereka tentu adalah Urushihara.

Satunya adalah Acies.

Dan satunya lagi adalah orang yang paling tak terduga.

"Chiho-chan?"

Emi dan yang lainnya menoleh ke arah Chiho dengan kaget.

"Hm?"

"Chiho?"

Urushihara dan Acies, menunjukan kebingungannya secara bersamaan, juga menoleh ke arah Chiho.

"Eh? Sasaki Chiho, kenapa? Maou, apa kau bilang sesuatu padanya?"

"Tidak....."

Saat semua orang masih dalam keadaan terkejut, Maou menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Urushihara.

Hanya Shiba, Amane, dan Maou yang menekan keterkejutannya dan mengamati Chiho dengan seksama.

"Kenapa Sasaki Chiho tahu gelar Raja Iblis Satan Kuno....?"

"Aku juga ingin tahu kenapa Acies bisa mengetahuinya.... Sasaki-san, siapa yang memberitahumu soal ini?"

Ashiya menatap ke arah Chiho dan Acies secara bergantian.

Chiho dengan cepat balik menatap Ashiya.

"Sa-Sasaki-san?"

Ashiya merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi Chiho.

Chiho yang tidak ikut campur ke dalam diskusi ini karena dia bukan orang dari Ente Isla, barusan, dia menyimak semua penjelasan tersebut dengan ekspresi yang begitu serius.

Namun, ekspresi itu nampak tidak sesuai dengan situasi saat ini.

Itu adalah ekspresi yang serius, namun juga berisi jejak kekosongan, dan bahkan memancarkan aura santai yang aneh.

"Aku tahu beberapa hal mengenai Raja Iblis Satan Kuno."

"Bibi Mi-chan, ini......"

"Yeah, aku takut begitu."

Melihat Chiho mengeluarkan sebuah suara yang dapat terdengar namun terasa akan segera menghilang, Amane memancarkan corak ketegangan dari seluruh tubuhnya, sebaliknya, Shiba tidak menunjukan perubahan apapun.

"Chi-chan, apa yang kau ketahui?"

Suara tajam Maou membuat perhatian semua orang di ruangan itu tertuju padanya.

Maou mengulurkan tangan kanannya, menghentikan Shiba dan Amane yang merasa tegang karena keadaan Chiho saat ini.

"Semuanya, tolong tenang sedikit. Hal yang sama pernah terjadi dulu."

Maou perlahan mengucapkan hal tersebut pada Urushihara, Emerada, Nord dan Acies, meminta mereka untuk tidak bertindak gegabah.

"Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan pada kami, kan?"

"Yeah."

Tepat ketika Chiho menjawab pertanyaan Maou,

""".......!""""

Emi, Ashiya dan Suzuno yang telah menenangkan diri karena suara tajam Maou barusan, melihat tangan kiri Maou berkedut.

“““.......”””

Ketiganya pun bertukar pandangan di tempat yang tidak bisa dilihat oleh Chiho.

“.....Ugh?”

“Ayah, ada apa?”

Dan kali ini, berdiri di belakang Emerada, Nord mengeluarkan sebuah erangan. Acies yang menyadari hal tersebut, menunjukan kepeduliannya.

“Ah, bukan apa-apa, aku hanya merasa sedikit pusing. Tidak parah kok....”

Usai memastikan keadaan Nord melalui sudut matanya, Maou sekali lagi bertanya pada Chiho.

“Beritahu kami, apa yang kau ketahui?”

Chiho sama sekali tak memperhatikan situasi Emi, Ashiya dan Suzuno, dan perlahan membuka mulutnya,

“Sephirah kesebelas. Apa yang dulunya dikenal sebagai Raja Iblis Agung, adalah suatu.......”

Tepat ketika Chiho mulai menjelaskannya seperti sedang membaca sebuah puisi,

“Sekarang!”

Maou tiba-tiba memberikan perintah.

Dan seketika, Emi, Ashiya dan Suzuno langsung bergerak.

Ashiya bergerak menuju pintu lemari, Suzuno bergerak menuju pintu kamar mandi, sementara Emi bergerak menuju pintu masuk kamar, ketiganya dengan cepat membuka pintu yang ada di depan mereka.

“”Kya?””

Dua pekikan terdengar bersamaan.

Tebakan Emi benar.

Setelah membuka pintu masuk kamar, Emi mendapati seorang suster yang nampak sangat terkejut.

Pekikan tadi jelas-jelas berasal dari suster ini.

Dan barusan, pekikan perawat ini dan pekikan Chiho terdengar bersamaan.

“Jangan biarkan dia lari, Emi!”

“Kyah!”

“Eh.... fwah?”

Tanpa menunggu perintah dari Maou, Emi langsung menarik kerah suster tersebut dan membawanya masuk ke dalam ruangan dengan aura seolah-olah dia akan menerima hukuman cambuk.

Di belakang Acies dan Nord yang terlihat bingung dan tidak punya waktu untuk memproses apa yang sedang terjadi, Chiho menguap seperti baru saja bangun tidur.

“A-a-apa yang kalian lakukan?”

Si suster pun panik karena para pengunjung yang datang untuk menjenguk pasien ini tiba-tiba bertindak kasar. Meski tidak terlihat begitu ketika dilihat dari sudut pandang objektif.

Tapi Emi terus menarik kerah suster tersebut dan tidak membiarkannya pergi, Suzuno dan Ashiya pun bergerak menuju pintu masuk dan jendela kamar untuk menutup semua kemungkinan jalan keluar.

“Apa yang kalian lakukan!? Akan kupanggil orang-orang ke sini!”

“Ohh, coba saja panggil mereka!”

Maou menatap suster tersebut dengan pandangan yang berbahaya, dia pun berjalan menuju ke arahnya.

Si suster yang terlihat hampir berusia 30 tahun ini memakai sebuah seragam perawat berwarna biru bersih, dia mencoba melepaskan diri dari Emi.

“Tadi, aku melepaskan sedikit sihir iblis di ruangan ini.”

Tapi setelah mendengar Maou mengatakan hal tersebut, dia langsung berhenti memberontak.

“Tanpa menghiraukan mereka yang punya sihir suci, paman itu barusan merasa sangat tidak nyaman dan pusing, kau tahu? Jika itu adalah orang normal dari bumi, begitu mereka masuk ke dalam ruangan ini, mereka pasti akan menunjukan tanda jantung berdebar, kesulitan bernapas, kelelahan, pusing, dan tidak akan bisa lari sama sekali. Sepertinya tubuhmu cukup kuat ya.”

“......tunggu.”

“Kali ini berbeda dengan 'rekaman' yang dulu. Barusan Chi-chan benar-benar berbicara denganku. Jadi kupikir kau mungkin ada di dekat sini, tapi tidakkah kau terlalu berlebihan?”

“......”

Si suster yang masih dicengkeram oleh Emi itu tiba-tiba menjadi penurut setelah mendengar penjelasan Maou, dia lantas mengamati semua orang yang berkumpul di ruangan ini dengan pandangan waspada.

“....Eh? Eh? Yu-Yusa-san? Apa yang kau lakukan?”

Suara polos Chiho pun memecah ketegangan situasi.

Seolah menjawab suara Chiho, suster itu melepaskan seluruh energi yang ada di dalam tubuhnya dan menundukan kepala.

“.... Kali ini aku benar-benar salah perhitungan.”

Dia berbicara seperti orang yang berbeda. Maou mengepalkan tangannya seolah marah dengan kalimat tersebut.

“Aku benar-benar ingin memukulmu.”

“Aku tidak ingat pernah mengajarimu menjadi orang yang akan memukul seorang wanita.”

“Kau seharusnya tahu kan kalau aku menjadi Raja Iblis? Dan kesetaraan gender berlaku di sini.”

“Kupikir tidak begitu.....”

“Maou-sama. Apa wanita ini yang mengendalikan Sasaki-san?”

“Eh? Apa ada yang salah denganku?”

Chiho nampak terkejut mendengar pertanyaan Ashiya, Maou pun mengangguk pelan,

“Siapa orang ini? Raja Iblis, apa kau tahu identitas sebenarnya orang yang mengendalikan Chiho-chan ini?”

Tanya Emi dengan tegas sembari terus menatap suster yang masih dia cengkeram.

Tinggi suster tersebut kira-kira sama dengan tinggi Emi, dia memakai sebuah masker kerja berwarna hijau, dia menjepit rambutnya ke belakang dengan beberapa jepit rambut seperti pekerja rumah sakit lain.

Dari penampilannya, dia terlihat seperti orang Jepang tanpa ciri fisik khusus apapun. Dan tentu saja, tak ada yang memperhatikan penampilannya.

Tapi....

“Emi.”

“Ada apa?”

“Meski dia adalah orang yang sembrono, kau tidak boleh memanggilnya begitu.”

“Huh?”

Mengabaikan Emi yang sedang terkejut, Maou mengajak bicara suster tersebut,

“Hey, apa tak masalah jika aku mengatakannya? Aku sih tak masalah.”

“.... Ini gawat.”

Kali ini, suara suster itu berubah cukup drastis.

“!!”

Orang yang pertama kali bereaksi pada suara itu dan mengangkat kepalanya adalah Nord, yang wajahnya menjadi pucat karena terpapar sihir iblis Maou.

“Jangan bilang.....”

Suster itu menoleh ke arah Nord dengan ekspresi sedih di wajahnya....

“Huh?”

Kemudian, seluruh tubuhnya tiba-tiba mulai bersinar.

“Emi, jangan lepaskan! Ashiya, Suzuno, jangan biarkan dia kabur!”

“Eh, ehh? A-apa yang terjadi?”

“Ba-baiklah.”

“Ye-yeah.”

Mengabaikan ketiganya yang masih bingung,

“Aku tidak akan kabur.” Sebuah suara tenang terdengar dari dalam cahaya tersebut.

“Ugh?” Emi menahan napasnya.

“Wha....!” Nord mengerang kaget.

“Ah~~!” Emerada mengacungkan jarinya dan berteriak keras.

“Eh, mama?” Gumam Alas Ramus pelan.

Rambut perak yang halus nan lembut, serta mata berwarna merah. Itu adalah karakteristik malaikat Surga seperti Gabriel.

Tapi dalam situasi kini, hal itu hanyalah detail yang tidak penting.

Semua orang yang ada di sana menatap wajah itu.

“.... Maafkan aku, aku memang bertindak bodoh.”

Malaikat cantik yang kerahnya masih dicengkeram oleh Emi itu menunjukan senyum malu-malu.

“Orang yang merepotkan muncul di saat yang merepotkan.”

Meski wajahnya terlihat dingin, Maou menatap malaikat itu dengan ekspresi terkenang di wajahnya.

“Kau sebaiknya siap-siap tidak dapat makanan sampai kau menjelaskan semuanya. Bagaimanapun juga, semua yang ada di sini sudah tersiksa cukup lama oleh orang acuh tak acuh sepertimu”

“Yeah... aku mengerti, puh!”

Nada Maou terdengar agak kesal, namun jejak kebaikan masih tercampur di dalamnya. Dan tepat ketika malaikat itu hendak memberikan tanggapan, sebuah suara menyelanya, dan erangan yang datang setelahnya pun menghancurkan kesan suci malaikat tersebut.

Emi menggunakan tangannya yang satunya untuk menampar malaikat itu.

“......”

“H-hey, Emi?”

“E-Emilia! Dia.....”

Maou dan Nord langsung mencoba berbicara kepada Emi karena tindakannya yang tiba-tiba.

“.....”

““Eep!””

Tapi menghadapi ekspresi dingin Emi dan tatapan tajam yang belum pernah dia tunjukan sebelumnya, Raja para Iblis yang menguasai Dunia Iblis dan ayah sang Pahlawan pun hanya bisa memekik.

“Eh, e,erhm....”

Di sisi lain, orang yang baru saja kena pukul itu menatap Emi dengan kaget, tidak mengerti apa yang barusan terjadi.

Dia melihat......

"Hey, Emi, puh!"

Saat malaikat itu hendak mengatakan sesuatu kepada Emi yang menariknya ke atas, dia langsung disela dengan tamparan lain.

"Sebaiknya kau rapatkan rahangmu!"

"Uh, er, tu-tunggu se, puh!"

"Siapa juga yang mau menunggumu!?"

"Ku-kumohon, aku akan menjelaskan semuanya, puh!"

"Apapun yang kau katakan, jangan harap aku akan mempercayaimu dengan mudahnya."

"E,erhm, kumohon, dengarkan aku, pu!"

"Aku akan mendengarkannya. Tapi setelah mendengar semuanya, yang akan menunggumu hanyalah hal-hal yang lebih buruk lagi. Karena yang telah kau lakukan padaku memang seburuk itu."

"A-aku benar-benar minta maaf padamu! Aku sungguh-sungguh, tak masalah apa yang akan kau lakukan nanti, tapi tolong lepaskan aku dulu! Dan tolong jangan pukul wajahku lagi, puh!"

Setiap kali malaikat itu mengatakan sesuatu, sebuah suara tamparan akan terdengar di dalam ruangan, melihat tatapan kosong Emi, malaikat itu hanya bisa memohon sembari menangis, dan setelah kejadian itu terjadi beberapa kali....

"Emi! Emi! Kau terlalu berlebihan! Dia tidak akan bisa berbicara kalau seperti ini! Dan wajahnya sudah terlihat seperti wajah kartun anak kecil yang sedang sakit gigi!"

"Emilia~ tenanglah~~"

"Yusa-san! Jangan! Berhenti memukulinya!"

"Onee-san, kau tidak boleh melihatnya, ya?"

"Ada apa ini, apa yang kedua mamaku lakukan?"

"E-Emilia! Emilia! Sudah! Tolong, ini adalah permintaan ayahmu sekali dalam seumur hidup!"

Maou, Emerada dan Chiho mencoba menghentikan Emi yang terus mengayunkan tangannya dengan tatapan kosong, sementara itu, Acies menutupi mata Alas Ramus agar ia tidak melihat tindakan kasar Emi, dan terakhir, Nord memegang tangan Emi yang sedang mencengkeram kerah suster tersebut dan berusaha meredakan situasi di antara keduanya.

"Afuuuuuuu....."

Dan ketika akhirnya Emi menghentikan tindakan kasarnya, wajah cantik malaikat itu sudah menjadi seperti gabungan antara ikan napoleon dan giant trevally, sebuah keadaan yang menyedihkan.

"..... Huff.... Huff......"

Emi masih mempertahankan postur tangan terangkat yang siap memukul seseorang dengan sebuah tatapan kosong, dan setelah Maou menyerahkan Emi yang berada dalam keadaan tersebut kepada Emerada dan Chiho, dia pun berbicara kepada si malaikat,

"Hey, aku tidak akan memukulmu, tapi akan lebih baik kalau kau menjelaskan semua yang kau ketahui pada kami. Jika tidak, dengan keadaan orang itu yang seperti sekarang ini, situasi di mana kami tidak bisa melindungimu mungkin akan terjadi, jika kau tidak berhati-hati, kau bahkan bisa terbunuh!"

"Baiklah...."

Si malaikat, dibantu berdiri oleh Nord, hanya bisa mengangguk pelan dan menjawab dengan suara yang bercampur isak tangis. Suara itu entah kenapa terdengar lebih lemah dan tak bisa diandalkan dibandingkan dengan apa yang Maou ingat dulu.

Maou menghela napas, bahunya merosot dengan suram.

"Hanya sisi anehmu saja yang tidak berubah dari dulu."

Ingatan akan iblis muda yang tidak pernah menyangka akan menjadi seorang Raja Iblis, mencuat dari bagian terdalam ingatan Maou.

"Lama tak bertemu, Lailah!"

Si iblis muda dan malaikat cantik yang dulu pernah bertemu di bulan merah, kini dipertemukan kembali di planet biru.

---End---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
4 Komentar
avatar

Haha,, emilia lg tahap masa pemberontakan y..

Balas
avatar

Ah penasaran, lanjut donk min...

Tetep semangat min...

Balas
avatar

Makasih min, ditunggu lanjutannya

Balas