Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 2 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 2 : Kehidupan Sehari-Hari Sang Raja Iblis Mulai Berubah -2





Chapter 2 : Kehidupan Sehari-Hari Sang Raja Iblis Mulai Berubah


"Daddy..!!"

Semua orang di ruangan itu seketika membeku dan menoleh ke arah suara tersebut.

Alas Ramus, yang beberapa saat lalu masih tertidur, sekarang terbangun dan melihat sekelilingnya dengan mata mengantuk.

"Nghh..."

Ashiya begitu terkejut, sampai-sampai daging babi goreng yang dia makan membuatnya tersedak.

"Di mana daddy?"

Tidak melihat Maou ataupun Emi di sekitarnya, wajah Alas Ramus memerah dalam sepersekian detik dan mulai menangis seperti ada keran yang dinyalakan di atas kepalanya.

"DAAADDDDDYYYYY!!"

Dan dia pun menangis sekencang-kencangnya, Ashiya langsung meneguk sebotol barley tea untuk memaksa babi goreng yang dia makan agar segera masuk ke perutnya, dan kemudian langsung menuju ke Alas Ramus dan mencoba menenangkannya, tapi dia tidak punya ide sama sekali untuk menghentikan tangisannya.

"Permisi Ashiya-san..."

Chiho meminta Ashiya untuk minggir sebentar.

"Ashiya-san.. Popok ini..."

Alas Ramus telah memakai popok, tapi itu sudah terlihat sesak dan hampir penuh.

"Yah, aku membelinya kemarin." Suzuno menjawabnya.

"Setelah Emilia pulang ke rumah, Alas Ramus mengalami "insiden" yang hebat. Kami benar-benar lupa untuk bersiap menghadapi hal seperti ini. Karena apotek sudah tutup, jadi kami membeli beberapa popok di pusat perbelanjaan di sebelah stasiun."

Setelah melihat lebih dekat, terdapat sebuah kemasan popok terbuka dengan kasar di sebelah kamar mandi.

"Ashiya-san, tidak usah bingung."

"Ada apa?"

"Tentu saja dia menangis, kau tidak mengganti popoknya sekalipun semalaman ini."

Nada bicara Chiho terdengar tajam, seperti sedang mengomeli Ashiya, kemudian dia mengambil sebuah popok yang baru, dan menempatkannya di lantai. Dan setelah membaringkan Alas Ramus di atasnya,

"Ashiya-san, ada sebuah botol yang terlihat seperti semprotan di dalam tas yang aku bawa, tolong ambilkan dan isi botol itu dengan air dari keran dan berikan padaku."

"Yah, tapi um.. Air dari keran sedikit hangat."

"Itu malah lebih bagus, tolong cepatlah!"

Setelah memberi instruksi singkat dan sambil dilihat oleh Ashiya dan Suzuno, Chiho mengangkat kedua kaki Alas Ramus ke atas, dan dengan tangan satunya, dia mengambil popok yang sudah penuh itu.

"Ayo kita bersihkan dulu."

Setelah mengambil botol, Chiho menekannya untuk mengalirkan air hangat di bokong Alas Ramus. Ashiya dan Suzuno terkejut untuk sesaat, tapi air tersebut dengan cepat menghilang karena terserap oleh popok.

Chiho kemudian menaruh botolnya, dan menggunakan tisu basah untuk membersihkan sisanya. Selanjutnya dia menaruh tisu basah tersebut ke dalam popok, mengangkat kaki Alas Ramus sedikit lebih tinggi dan kemudian menarik popok tersebut dari bawah Alas Ramus dan meletakkannya di sebelahnya.

Setelah melakukan semua itu dengan cermat dan cepat, Chiho dengan lembut menempatkan Alas Ramus di atas popok baru yang sudah disiapkan sebelumnya dan dengan cepat merekatkannya.

Sebelum siapapun bisa berkedip, Alas Ramus yang mulanya menangis seperti angin topan, mulai menjadi tenang. Ashiya kemudian mendekat ke arah Chiho dan Alas Ramus dengan mata yang terbuka lebar.

".. Setelah dia terus menangis karena ditinggal Emilia, kupikir dia menangis hanya karena kesepian."

"Well, kau tidak sepenuhnya salah, tapi bayi masih belum tahu bagaimana mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan. Jika ada yang mengganggunya, dia hanya akan mengulangi kata-kata yang sudah diketahuinya lagi dan lagi."

Chiho menggulung popok yang sudah terpakai bersama sampah lainnya dan membuangnya ke tempat sampah.

Chiho kemudian membersihkan tangannya dengan menggunakan tisu basah, mengangkat Alas Ramus, dan menggosok-gosokkan pipinya dengan wajah gadis apel tersebut.

"Lihat? Kau hanya tidak suka menjadi kotor kan?"

"Ouuuhhh..."

Alas Ramus menjawabnya, namun tidak jelas apakah dia menyetujuinya atau hanya mengeluarkan suara.

Namun, sudah jelas bahwa alasan tangisan Alas Ramus tadi malam, disebabkan oleh popok yang kotor.

"Tidak apa.. Daddy dan mommy akan segera kembali. Jadilah anak yang pintar dan tunggu mereka ya.."

Chiho merasakan ada sedikit perlawanan dari dalam dirinya ketika memanggil Emi dengan "mommy", tapi tak ada gunanya terlalu memikirkan sesuatu seperti itu di depan anak kecil, jadi dia mengabaikannya dan mengatakan apa yang dia pikir bisa menenangkan Alas Ramus.

"Yesh!!"

Alas Ramus menatap lurus ke arah Chiho dengan matanya yang berair dan mengangguk dengan senyum yang lembut.

"Gezz.. Kau manis sekali. Anak pintar..."

Chiho merasa seperti hampir meleleh melihat pemandangan yang begitu manis ketika Alas Ramus mengusap air matanya dengan tangan kecilnya.

"Huh..?"

Dan tepat di saat Alas Ramus berhenti menangis, Chiho melihat sebuah tanda berbentuk bulan sabit berwarna ungu muncul di dahi Alas Ramus. Seluruh tubuhnya mulai memancarkan sinar yang sama dengan baju yang dipakainya.

Tapi hanya dalam satu kedipan, tanda dan sinar itu menghilang.

Tidak ada perubahan berarti pada Alas Ramus dalam beberapa kejadian yang telah lewat, Chiho mendesah karena sekali lagi ingat dengan asal-usul Alas Ramus yang misterius, yang mana berasal dari dunia lain sana.

Tapi Chiho tahu, yang bisa dia lakukan hanyalah memberikan seluruh cintanya kepada gadis kecil ini, lalu dia memeluk Alas Ramus sekali lagi.

"Wapu!!"

Alas Ramus sedikit terkejut.

Ashiya jatuh berlutut karena melihat pemandangan yang ada di depannya.

"Tidak, aku sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Sasaki-san... Aku merasa malu karena pernah menyombongkan diriku dengan pengetahuan umum yang kumiliki... Mengganti popok adalah kemampuan yang digunakan untuk mengeluarkan potensi maksimal dari popok itu sendiri... Aku merasa seperti sesuatu yang telah menutupi mataku menghilang dari hadapanku."

Ashiya mungkin satu-satunya iblis yang punya tujuan untuk menguasai dunia, yang mana merasa menyesal karena tidak tahu cara mengganti popok bayi, tapi penyesalan karena ketidaktahuannya adalah sesuatu yang nyata.

Tidak tahu bagaimana harus menanggapi Ashiya, Chiho melihat jam di dinding dan mencoba mengganti topik.

"Oiya Yusa-san pulang jam berapa?"

"Dia tidak akan pulang sampai pekerjannya selesai, jadi kurasa paling cepat sekitar jam 6 sore."

"Suzuno-san, kau tahu jadwal kerja Yusa-san?"

"Aku tidak tahu, tapi aku pernah mengintainya."

Chiho tidak tahu apa yang dibicarakan Suzuno, tapi dia ingat sesuatu dan melihat tas yang dia bawa.

"Suzuno-san, ada buku catatan dengan sampul warna pink di dalam tasku, dan di dalamnya ada lipatan kertas, bisakah kau mengambilnya dan membukanya untukku?"

"Tentu, tunggu sebentar.. Apakah yang ini?"

Chiho yang kedua tangannya digunakan untuk menggendong Alas Ramus melihat ke arah kertas yang dipegang Suzuno.

"Maou-san menjadi manager pengganti dari pagi sampai setelah waktu makan siang, dan Kisaki-san akan kembali setelah jam sibuknya... Dan.... Oh, Maou-san akan pulang lebih awal hari ini, eto, jam empat sore ya??"

Apa yang dia baca bukanlah sejenis petunjuk waktu elektronik tapi hanyalah daftar pergantian shift buatan tangan yang Kisaki berikan kepada setiap pegawainya. Dan menurut jadwal tersebut, jam kerja Maou akan berakhir pada jam 4 sore.

Sekarang jam 02;30, Chiho melihat jam di ponselnya dan jadwal kerja tersebut, lalu kemudian....

"Bagaimana kalau begini? Kenapa kita tidak mengajak Alas Ramus ke McRonald?"

"Maaf, tadi bilang apa?"

"Apaa?"

Ashiya dan Suzuno melihat ke arah Chiho dengan wajah kebingungan.

"Dia akan benar-benar bosan jika dia terus berada di sini untuk waktu yang lama, jika kita mengajaknya jalan-jalan, suasana hatinya mungkin bisa membaik dan dia juga bisa bertemu "daddy" nya lebih cepat kan?"

"Daddy.."

Alas Ramus dengan gembira mengangkat tangannya yang masih dalam gendongan Chiho saat menanggapi kata "daddy". Dia benar-benar menyayangi ayahnya.

Akan tetapi, Ashiya mengangkat wajahnya dari keadaan muramnya dan mengungkapkan ketidaksetujuannya.

"Aku tidak tahu alasan apa yang membuat Maou-sa.a mau merawatnya, tapi aku pikir itu bukanlah ide yang bagus untuk membawanya keluar saat kita masih tidak yakin dengan situasinya..."

"Tidak, aku sangat setuju dengan Chiho-dono. Meskipun kita belum sepenuhnya mengerti dengan situasinya, mungkin sesuatu akan menjadi jelas jika kita mengambil inisiatif terlebih dahulu. Terlebih lagi, sistem sosial di dunia ini tidak akan mudah membiarkanmu untuk merawat anak-anak yang tidak diketahui asal-usulnya. Sebagai contoh bagaimana jika Alas Ramus sakit dan kau perlu membawanya ke dokter? Apakah kau akan membawanya ke dokter tanpa bukti wali ataupun jaminan?"

Ashiya tidak dapat merespon bantahan dari Suzuno.

Suzuno melihat ke arah Alas Ramus yang berbahagia berada dalam gendongan Chiho, tampak seperti tangisannya beberapa saat lalu hanyalah kebohongan dan ilusi.

"Tidak perlu khawatir, kalau aku yang sekarang, aku masih cukup percaya diri untuk dapat mengalahkan beberapa malaikat ataupun iblis. Dan jika situasi ini menjadi lebih jelas, kita bisa menentukan apa tindakan kita selanjutnya. Bukankah itu menguntungkan buatmu juga?"

"Benar juga... Tapi..."

"Di samping itu, Alsiel, tidak peduli bagaimana situasinya nanti atau siapapun dalang di balik semua ini, bukankah kita sudah setuju untuk melindungi Alas Ramus?"

"Aku tidak ikut menyetujuinya...."

Seisi ruangan mengabaikan suara yang datang dari lemari tersebut.

"Aku yakin, langkah terbaik bagi kita untuk menjaga kesehatan Alas Ramus adalah dengan mengajaknya jalan-jalan, bukankah begitu?"

Suzuno lalu menoleh ke arah lemari.

"Di samping itu, aku merasa keberadaan orang yang disana itu bisa memberikan efek yang buruk bagi perkembangan anak-anak."

"Aku setuju."

Chiho pun mengangguk dengan penuh empati.

"Hey, kalian sedang mengejekku kan?"

Urushihara sadar kalau dia sedang diejek, tapi karena dia tetap berada di dalan lemari, dia sepertinya tidak punya niat sedikitpun untuk merubah sikapnya.

"..hmmm baiklah, namun sebagai bawahan Raja Iblis, aku tidak bisa begitu saja menyerahkan Alas Ramus, yang Maou-sama telah putuskan untuk merawatnya. Aku akan mengizinkannya jika aku ikut juga."

Kata Ashiya dengan mulut yang penuh makanan setelah dia menghabiskan sisa bentonya, dan meminum minuman vitaminnya dalam sekali tegukan.

Sikap makan yang buruk ini merupakan salah satu contoh tingkah laku yang tidak normal dari Ashiya, yang biasanya mempunyai tata krama yang baik, akan tetapi tepat setelah dia selesai meminum minumannya.....

"Ugh..."

Ashiya mengerang dan kemudian terjatuh.

"A-ashiya-san..."

Chiho dengan khawatir berlari untuk membantu Ashiya, tapi setelah meringis kesakitan untuk sejenak, matanya tertutup dengan damai seperti sudah meninggal.

"Waktunya tidung untuk Alsheel"

Alas Ramus mengatakannya dengan riang ketika wajah Chiho menjadi pucat. Chiho bertanya-tanya apakah mungkin Suzuno melakukan sesuatu pada minuman itu untuk membunuh Maou dan para bawahannya.

"Su-..."

Namun, saat pemikiran itu terlintas di pikirannya, Ashiya pun mulai mendengkur.

".. Oh, akhirnya dia benar-benar tertidur..."

Suzuno menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kelelahan.

"Bahkan aku yang berada di kamar sebelah saja terbangun berkali-kali, aku tidak bisa membayangkan apa jadinya Alsiel yang berada tepat di sampingnya."

Suzuno mengambil botol yang dijatuhkan Ashiya saat dia roboh, sambil terus menatap ke arah lemari.

"Ini adalah apa yang aku dapatkan dari Emilia kemarin, ini mungkin cara yang sedikit kasar, tapi Alsiel tidak akan beristirahat dengan sendirinya. Aku menyadarinya saat terakhir kali, tapi kapanpun Alsiel roboh, pasti terjadi suatu insiden di sekitar mereka."

Suzuno menunjukan botol minuman vitaminnya. "Holy Vitamin Beta" dan beberapa kata tertulis di atasnya dalam bahasa yang belum pernah dilihat Chiho.

"Tulisan di botol itu, bacanya bagaimana Suzuno-san?"

"Labelnya ditulis dalam bahasa Ente Isla. Anggap saja ini obat untuk melemahkan kekuatan fisik para iblis."

Dari tatapan waspada Suzuno terhadap lemari tersebut, Chiho mengerti ada sesuatu yang dia tidak ingin para iblis mengetahuinya.

"Oh, iya, tadi kalau tidak salah..."

Chiho menatap Ashiya, yang nampak tertidur dengan kurang nyaman, lalu melihat ke arah Alas Ramus.

"Tadi kau bilang "Alsheel"... Alas Ramus-chan, apa kau bisa menyebut nama Ashiya-san?"

"Ou?"

Alas Ramus yang masih berada dalam gendongan Chiho, menatap Chiho dengan jari di bibirnya. Chiho menatap balik mata besar milik Alas Ramus dan berpikir sejenak.

"Alas Ramus-chan."

"Yesh!!"

Dia menjawabnya dengan energik, sambil mengangkat tangannya. Hanya dengan itu, Chiho merasa seperti pipinya akan meleleh.

"Namaku Chiho."

"Chioh?"

"Chi-ho, ayahmu memanggil ku Chii-chan."

"Chii-cha!"

Lalu wajah Alas Ramus merekah seperti mengingat sesuatu.

"Teman daddy!!"

"Alas Ramus!"

Suzuno menyela dari samping mereka.

"Chiho-dono itu lebih tua darimu, jadi memanggilnya Chii-chan itu tidak pantas."

"Ouu.? Ou?"

"Ayo, coba panggil dia Chiho-onee chan!"

Alas Ramus melihat ke arah Chiho seperti memfokuskan seluruh kekuatannya dengan cara yang aneh, tampaknya dia menanggapi perkataan Suzuno dengan serius.

"Chio.... Chi.. Ne.. Ou ah.."

Dan ketika dia mencoba yang terbaik untuk mengikuti saran Suzuno...

"Chii-neecha!!"

Akhirnya Alas Ramus berhasil menyebut suatu nama.

"Ohh... Kau manis sekali.."

Chiho tidak bisa lagi membendung emosinya, dan dengan gemas dia menggosokkan pipinya dengan pipi Alas Ramus lagi dan lagi.

"Chii-neecha!! Chii-neecha!!"

Alas Ramus terus menyebut nama itu berulang kali sambil menunjuk jarinya ke Chiho, seperti sedang menegaskannya.

Lalu dia melihat ke arah Suzuno yang berdiri tepat di samping Chiho.

"A-ada a-pa?"

Suzuno menelan ludahnya seperti mendapatkan sebuah tekanan.

"Kakak ini namanya Suzuno-onee chan."

Kata Chiho, tampak seperti dia tahu apa yang dipikirkan Alas Ramus, dan karena dia sudah melakukannya sekali sebelumnya, jawabannya menjadi lebih cepat.

"Suzu-neecha!!"

Alas Ramus menunjuk Suzuno, seperti memberikan sebuah perintah, wajah Suzuno memerah seketika.

"Suzu-nee... Hmm, ku pikir yang itu boleh juga.."

"Chii-neecha!! Suzu-neecha!!"

Sama seperti saat dia menunjuk Maou dan Emi sebagai orang tuanya, Alas Ramus menyebut nama orang itu, lagi dan lagi seperti melakukan pengecekan ulang.

"Duh.. Gzzzz.. Kau manis sekali.."

"Be-berhenti mengulanginya lagi.. Tidak, berhenti memandangku seperti itu... Ini tidak dapat dimaafkan. Kau terlalu manis!!"

Ketika kedua gadis yang sedang tersipu itu meninggikan suaranya, dan menjadi bahagia karena hal itu...

"Kalian berdua, terlalu mudah untuk ditebak."

Mereka berdua menatap tajam ke arah lemari yang menjadi asal dari suara perusak suasana tersebut.

Suzuno melangkahi Ashiya yang tertidur di lantai, berdiri di depan lemari dan menghantamnya beberapa kali dengan keras.

"Whaa!!"

Dengan seketika, suara kaget Urushihara dapat terdengar dari dalam.

"Ngomong-ngomong, seperti yang kau dengar, Chiho-dono dan aku akan membawa Alas Ramus jalan-jalan. Beritahu Alsiel kalau dia sudah bangun. Kami akan segera kembali saat Raja Iblis atau Emi selesai bekerja."

"Gezzz.. Kau mengagetkanku, ya ya ya lakukan sesukamu. Tapi tolong, anggap saja aku tidak ada apapun yang terjadi."

"Kami semua memang berencana melakukan itu, tapi kau tidak akan terkena sambaran petir jika kau membuat dirimu berguna dengan menyampaikan pesan tersebut."

"... Kenapa aku merasa seperti ada kategori untukku dan kategori untuk orang lain?. Bukankah kalian berdua ini manusia?"

"Kenapa kau tidak tanyakan itu pada dirimu sendiri, seperti apa bahayanya kawan dan lawan yang bersatu? Tapi tak diragukan lagi, kau pasti akan selalu memperdulikan dirimu dan bukan orang lain."

"Looseefaah tidak belguna."

Jawab Alas Ramus ketika dia menyaksikan percakapan Suzuno dengan sekat tersebut. Nampaknya suaranya bisa mencapai bagian dalam lemari itu.

Sebuah perasaan rumit bisa terasa dari dalam.

"Anak-anak memang jujur dan belajar dengan cepat."

Dan Suzuno melancarkan serangan pamungkasnya..


XxxxX


03:00 pm
Sebuah suara bergema seperti petir di dalam McRonald cabang stasiun Hatagaya.

"Daddy!!"

Suara tersebut tertuju pada satu arah, atau lebih tepatnya mengarah pada satu orang.

Waktu di dalam restoran seakan berhenti, dan semua orang kini menoleh ke asal suara serta orang yang dipanggil tersebut.

Seorang pegawai diam mematung saat melayani konsumen, pegawai lainnya menjatuhkan tumpukan nampan, ada pula yang lupa untuk mematikan dispenser dan menyebabkan jus orange yang dituangkan menjadi tumpah.

Melodi untuk menandakan kalau proses penggorengan telah selesai, terdengar, tapi melodi itu sama sekali tidak sesuai dengan perubahan atmosfer yang tiba-tiba ini.

Seorang pria yang tersambar oleh petir dari surga itu, diam membeku sesaat, dengan ekspresi linglung yang menyerupai orang yang tidak mempercayai matanya, telinganya, dan bahkan dunia ini. Akan tetapi saat dia dihujani oleh tatapan dari seluruh pegawai restoran, kilauan cahaya kembali ke matanya.

"!!!!!!!!!"

Mungkin itulah yang orang-orang sebut dengan teriakan tanpa suara.

Seperti terlempar dari ketapel tak terlihat, Maou Sadao langsung menuju ke asal suara tersebut.

"Daddy!!"

Chiho dan Suzuno berdiri membeku seperti patung saat mereka merubah atmosfer seluruh restoran dalam sekejap ketika mereka memasukinya. Akan tetapi gadis apel, Alas Ramus yang berada dalam gendongan Chiho tidak memperhatikan hal lain selain ayah tercintanya yang berlari ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"Ka-ka-ka-kal-kal-kalian pikir apa yang kalian lakukan?"

Maou menanyakan hal tersebut kepada mereka dengan wajah yang sangat pucat, yang mana nampak seperti dia bisa pingsan kapan saja.

"A-apa maksud kalian, membawanya kemari?? Hey!! Ayolah!! Ini tidak lucu."

"Uh um.. Maaf, kami pikir, ini bisa membuat Alas Ramus-chan senang...."

"Dia terus menangis, terus mengatakan kalau dia ingin bertemu daddy. Kami pikir jika suasana hatinya membaik, mungkin dia akan ingat sesuatu, karena itulah kami membawanya ke sini."

Merasakan atmosfer tegang di dalam restoran dan sadar kalau dia sudah melakukan kesalahan, membuat Chiho panik, akan tetapi Suzuno tidak merasa terganggu sedikitpun.

Dan Alas Ramus yang tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya, mulai meronta-ronta dalam gendongan Chiho dan mengulurkan tangannya ke arah Maou.

"Daddy, Daaaaaaddyyy!!"

"Hentikan! Jangan bergerak terus! Itu berb...."

"Ber-berhenti memanggilku lagi dan lagi! Kumohon!!"

Chiho hampir menjatuhkan Alas Ramus, tapi Maou dapat menahannya dan membantu Chiho.

"Daaddy!!"

Alas Ramus yang ditahan oleh Maou, memberikan senyum paling lebar dan paling cerah sampai saat ini, dan memeluk leher Maou dengan erat.

"Daddy!! Aku datang untuk menemuimu!"

"I-iya.. Ahahahah.."

Maou tertawa garing.

"Apakah itu anak Maou-san dan Sasaki-san?"

"Tidak mungkin, jika itu benar aku pasti akan membunuh Maou-san ketika dia tidur. Tidak, aku akan menenggelamkan dia."

"Di mana Kisaki-san? Kalau dia mendengar ini, tempat ini bisa berubah menjadi lautan darah."

"Sial! Kentang gorengnya! Kentang gorengnya hangus."

Suara penasaran, ingin tau, dan bertanya-tanya, dapat terdengar di belakang Maou.

"Ahahaha... Maaf Maou-san.. Aku tidak seharusnya melakukan ini..."

Chiho menyadari sebuah bayangan mendekat dari arah belakang Maou yang masih bingung dan Alas Ramus yang tersenyum, bayangan itu memasang ekspresi yang nampak sangat terkejut, bahkan sampai melebihi Maou.

"Ada apa Chiho-dono? Wajahmu terlihat sangat pucat. Apa kau terlalu lama berada di bawah sinar matahari."

Tapi perkataan Suzuno tidak terdengar oleh Chiho, dikarenakan......

"Maaaaaaaaa-kuuuuuun!!"

Sang manajer restoran, Mayumi Kisaki, berdiri dengan ekspresi yang menyerupai sebuah topeng yang mengerikan.

"Hyeh!!"

"Ou!"

Maou terkejut dan menegakkan badannya dengan kekuatan yang bisa saja menyembulkan tulang belakangnya keluar.

"Kalau telinga dan mataku masih normal, gadis kecil yang dibawa Chiho tadi memanggilmu "daddy" kan? Hm?"

"... I-iya benar."

Maou menjawabnya dengan jujur, dia sadar kalau suara Kisaki membawa sebuah tekanan yang hebat, yang mana tidak akan memaafkannya jika dia berbohong.

Baik Maou maupun Chiho, keduanya menunggu dengan wajah pucat, sambaran petir berikutnya yang berasal dari Kisaki.

Namun, melihat Kisaki tidak melakukan apa-apa setelah beberapa saat, Maou menoleh ke arahnya perlahan dan dengan penuh rasa takut.

"Kau pasti teman Maou dan Sasaki, Kamazuki-san, kan?"

Suzuno mengangguk pelan.

"Bolehkah aku meminjam Sasaki sebentar?"

Pertanyaan Kisaki sangat tak dapat diduga.

"T-tidak maksudku... Tentu, ti-tidak masalah...."

Mengingat saat terakhir kali dia bertemu Kisaki, Suzuno mengubah pembawaan dirinya dan sikapnya dalam berbicara.

"Terima kasih, Hey, Maa-kun bisakah kau tunjukan kepada Kamazuki-san di mana kursinya, biar aku yang akan membawa anak itu."

"Huh? Te-tentu, tapii..."

Maou sesaat merasa ragu, tapi Kisaki mengabaikannya dan langsung mengambil Alas Ramus dari tangan Maou. Melihat Alas Ramus tersenyum dalam gendongan Kisaki, Maou bernafas lega. Akan tetapi...

"Chii-chan datanglah ke ruangan staff sebentar, Maa-kun kau juga, setelah mengantar Kamazuki-san ke kursinya."

Mendengar kata-kata tersebut, tekanan darah Maou langsung menurun dengan tajam.

Chiho terlihat seperti mempunyai tanggapan yang sama, Kisaki lalu berjalan ke ruang staff diikuti oleh Chiho yang berwajah muram.

"... Aku minta maaf, mungkin pemikiranku masih terlalu dangkal."

Suzuno meminta maaf saat dia melihat dan merasakan atmosfer tidak enak tadi. Namun dia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Huh? Serius? .... Itulah yang ingin aku katakan, tapi kalian berdua melakukan ini dengan pemikiran kalau inilah yang terbaik untuk Alas Ramus, jadi aku tidak akan komplain terhadapmu. AC tidak akan mengenaimu langsung di kursi sebelah sana, jadi duduk dan tunggulah di sana."

Suzuno menoleh ke arah yang ditunjuk Maou, lalu kembali melihat ke arah Maou.

"Aku kira, kau akan lebih marah."

"Huh? Kenapa aku harus marah?? Well, memang situasinya tidak berjalan lancar, tapi pada akhirnya kau hanya ingin membantuku, jadi aku harus berterima kasih padamu. Maaf untuk semua ini." Kata Maou sambil menatap mata Suzuno.

".... Hummphh.. Raja Iblis bersikap seperti orang yang baik"

Suzuno tidak dapat membalas tatapan mata Maou, jadi dia menghindarinya dengan cemberut dan menatap ke arah lain. Kenapa sang Raja Iblis terus berterima kasih padanya dengan jujur lagi dan lagi?

"Memangnya tidak boleh Raja Iblis berbuat baik? Pokoknya, cepat duduk sana dan..."

Ketika Maou menanggapi perkataan Suzuno...

"Fu... Oh, Panas yang menyedihkan di jam ketiga setelah tengah hari ini benar-benar menghilangkan akal sehatku. Waktunya telah tiba bagiku untuk mendinginkan hatiku dengan menerima hadiah berupa pelayanan yang ramah dari sang dewi cantik. Oh dewi tercintaku!! Aku sekali lagi datang ke sini untuk memberikan seluruh cintaku padamu."

Suara mesum itu memasuki restoran, membuat keributan dengan kata-katanya yang menjijikkan dan gerakan tubuh yang mesum pula.

Orang itu tidak lain adalah Mitsuki Sarue, manager dari Sentucky cabang Stasiun Hatagaya, yang juga dikenal sebagai malaikat Sariel, yang mana akhirnya memutuskan menjadi malaikat jatuh setelah melihat kecantikan Kisaki.

Ketika Chiho bilang kalau Sariel selalu makan di sana setiap hari, hal itu juga termasuk makan camilan.

Sariel sebenarnya mempunyai wajah yang tampan, yang mana menjadi satu-satunya kelebihannya. Dia melihat ke seluruh restoran dengan mata berwarna ungu miliknya.

Kemudian dia menemukan dewi cantik yang dia yakini ditakdirkan untuknya berdiri di depan ruang staff restoran.

Dia juga melihat sosok yang Kisaki bawa dalam pelukannya.

"Ngah!!"

Baca Translate Hataraku Maou-Sama Volume 3 Bahasa Indonesia


Dia meneriakkan sebuah teriakan yang terdengar aneh, Sariel diam mematung.

"Dia benar-benar menjadi gemuk."

Hanya beberapa hari terlewati saat Suzuno terakhir kali melihat Sariel, akan tetapi dalam waktu yang pendek tersebut, pipi dan leher dari malaikat ini tampak seperti membengkak.

Suara Suzuno membuat Sariel menyadari keberadaan Maou dan Suzuno, dia menoleh ke arah mereka seperti boneka kayu yang rusak.

"Apakah surga telah meninggalkanku?"

Sariel bertanya pertanyaan yang tak berguna.

"Apakah ini... hukuman dari Tuhan karena aku telah mengabaikan tugasku? Apakah hati dewiku telah dimenangkan oleh pria lain, dan dia menerimanya, dan itu adalah perwujudan dari cinta mereka?"

Melihat Sariel yang benar-benar salah paham, Maou tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.

"Ehh, aku serahkan dia padamu!"

Dan dia memutuskan untuk menyerahkan tugas itu pada orang lain.

"Apa? He-hey?"

Maou berlari mengikuti Kisaki dan Chiho yang sedang menuju ruang staff meninggalkan Suzuno sebelum dia punya kesempatan untuk menolak.

"Crestia Bell, apakah ini mimpi? Katakan padaku kalau ini cuma mimpi! Jika ini karena kesalahan yang kubuat di masa lalu, aku sangat menyesalinya! Aku mungkin pernah berganti-ganti wanita, tapi kali ini aku benar-benar serius!! Tolong, dengarkan pengakuan dosaku dan mintakan pengampunan Tuhan untuk diriku."

"Kenapa seorang malaikat agung seperti anda melakukan pengakuan dosa kepada wanita pendeta sepertiku, tuan?"

Mereka mungkin pernah menjadi musuh, tapi Sariel adalah malaikat agung yang gereja anggap seperti Tuhan. Jadi Suzuno tidak bisa menghentikan dirinya untuk berbicara dengan sopan, tapi malaikat yang turun ke dunia manusia ini, meski menjadi simbol kepercayaan, dia tetap sangat menyebalkan seperti Raja Iblis itu sendiri.

"Jadi ini yang dimaksud ramalan bintang pagi ini, kalau aku akan bernasib buruk. Oh Tuhan kenapa? Kenapa kau berikan cobaan seberat ini?"

Suzuno merasa pusing hanya karena membayangkan seperti apa jadinya pengakuan dosa seorang malaikat yang sedang jatuh cinta ketika suasana hatinya berubah-ubah karena ramalan bintang. Dan sebagai wanita, Suzuno juga tidak ingin pengakuan dosa seperti itu terjadi seperti apa yang dia bayangkan.

"Sariel-sama, kau sama sekali tidak tahu mengenai asal-usul anak kecil yang di sana itu kan?"

Suzuno menanyakan hal tersebut, mengambil keuntungan dari Kisaki yang menggendong Alas Ramus.

"Ya.. Tapi aku harap kalau akulah "asalnya"...."

Sariel mengeluarkan isakan yang suram dan memberi jawaban yang gamblang. Akan tetapi, dari satu kalimat tersebut, Suzuno bisa memastikan kalau Sariel tidak ada hubungannya dengan Alas Ramus.

"... Baiklah.. Silahkan, katakan dosa-dosamu!"

Suzuno memutuskan untuk mendengarkan Sariel guna menggali informasi lebih jauh darinya. Akan tetapi ketika dia membayangkan "pengakuan dosa" macam apa yang akan dia dengar, pusing di kepalanya menjadi semakin parah.

"Oke... Baiklah..."

Maou dan Chiho yang berdiri bersebelahan, terkejut karena mendengar suara tersebut. Mereka berusaha mempersiapkan diri dengan apapun yang mungkin akan terjadi.

"Berapa usianya?"

Akan tetapi, pertanyaan pertama yang Kisaki lontarkan tidaklah seperti apa yang mereka kira. Kisaki mengelus-elus punggung Alas Ramus dengan lembut dan begitu alami seperti sudah terbiasa menangani anak kecil.

Maou dan Chiho secara refleks menatap satu sama lain.

"Tiga...? Tidak, dia belum cukup besar kalau 3 tahun. Menurutku dia sedikit lebih muda dari 2 tahun, iya kan?"

"Huh? Oh. Um ya.. Benar..Mungkin.."

"Mungkin? Kalian tidak pernah bertanya kepada orang tuanya berapa usianya?"

Mereka sedikit merasa lega karena tidak dicurigai sebagai orang tuanya, tapi karena orang tuanya juga masih menjadi misteri, tidak ada yang bisa mereka lakukan.

"Well, kupikir itu tidak terlalu aneh. Kalau ada seseorang bertanya berapa usia keponakanku, aku juga tidak yakin kalau jawabanku benar. Itu mengingatkanku ketika dia mulai masuk sekolah."

Akan tetapi, Kisaki tidak bertanya lebih jauh lagi, dan nyatanya dia malah menjawabnya sendiri.

"Tenang saja, aku di sini bukan untuk memarahi kalian, lagipula ada anak kecil di sini."

Bagaimanapun juga, jika ada manusia yang bisa tenang setelah mendengar hal itu, pasti dia adalah orang yang aneh.

"Aku ingin bertanya sesuatu yang terdengar aneh, hmm,, anak ini bukan anak kalian kan?"

"Tentu saja bukan... Tapi aku harap iya ..."

Gumaman kecil Chiho yang mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya, dapat terdengar oleh Kisaki.

"Kau bebas berharap apapun, tapi sebaiknya kau simpan dulu di pikiranmu."

Kata Kisaki sambil tersenyum dan terus bermain dengan Alas Ramus, sambil mempertahankan nada bicaranya yang terdengar berkuasa yang mana bisa menundukan Raja Iblis itu sendiri.

"Kalian berdua tidak berpacaran kan?"

"Tidak."

"Ti-dak kok."

Chiho menoleh ke arah Maou yang menjawabnya seketika, Chiho pun mengangguk.

Kisaki tertawa kecut mendengar jawaban dari Maou dan Chiho.

"Apa kalian pikir aku akan memarahi kalian karena membawa masalah percintaan atau masalah keluarga ke tempat kerja? Tapi serius, aku tidak akan menasehati kalian jika kalian sudah saling mengerti dari awal."

"Huh?"

Maou menjawab dengan suara konyol.

"Tidak penting apakah Maa-kun yang meminta tolong kepada Chii-chan, ataukah Chii-chan sendiri yang ingin membantu. Tapi dengar, apa kalian telah memikirkan betul-betul apa yang orang lain dan masyarakat pikirkan kalau ada seorang gadis SMA datang ke rumah seorang pria untuk mengurusi bayinya?"

Saat alur pembicaraan berubah ke arah yang mereka sama sekali tidak duga, mereka berdua tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

"T-tapi tidak ada orang lain yang bisa Maou-san andalkan, dan di antara kami benar-benar tidak ada apa-apa...."

"Chii-chan, kau mungkin masih belum mengerti hal ini, tapi masyarakat itu memiliki pikiran yang dangkal dan gampang mengambil kesimpulan. Rumor menyebar lebih cepat daripada cahaya, dan lebih buruknya lagi mereka tidak hanya punya satu wujud."

"...!!!"

"!!!!"

Chiho berusaha mengatakan sesuatu saat Kisaki mengalihkan pandangannya pada Alas Ramus, tapi Maou menghentikannya.

Tidak diketahui apakah Kisaki melihat hal tersebut atau tidak saat dia menggelitik pipi Alas Ramus. Alas Ramus tertawa dengan riang dan berkata...

"Baumu mirip dengan daddy..."

Dan dia menciumi tangan Kisaki dengan gembira.

"Benarkah?? Seperti ayahmu?"

Kisaki juga menjawab dengan riang.

"Dan ketika ada pemuda pemudi yang pikirannya sama dangkalnya dengan masyarakat yang mengatakan hal-hal seperti itu, jawaban mereka selalu sama, "apa yang masyarakat ketahui tentang kami?" Hanya dari fakta bahwa kalian tidak bereaksi seperti itu, itu menunjukan bahwa kalian sudah dewasa di usia kalian yang sekarang ini."

Kisaki menempatkan Alas Ramus di lututnya, memeluk perut Alas Ramus menggunakan tangannya,  kemudian berputar perlahan diatas kursinya. Alas Ramus pun tertawa.

Menyaksikan mereka, Maou menurunkan tangan yang dia gunakan untuk menghentikan Chiho dan berbicara dengan pelan.

"Aku belum cukup tahu mengenai apa yang dunia ataupun orang lain katakan terhadap sesuatu seperti itu."

Kisaki mengehentikan putaran kursi tersebut dengan bunyi decit kecil, lalu mengangkat Alas Ramus ke atas..

"Miaaaaaa... Ahahahha...."

Alas Ramus berteriak dengan riang, tampak seperti dia sangat bahagia..

"Bisa mengatakan hal seperti itu, kau sepertinya sudah separuh jalan untuk menjadi seorang pria."

Kisaki menyerahkan Alas Ramus kembali kepada Maou, melihat jam dinding yang berada di ruang staff dan kemudian mengendurkan otot-otot di bahunya.

"Maa-kun kau bisa pulang sekarang. Ini memang sedikit lebih awal, tapi kita tidak terlalu sibuk, jadi kekurangan satu orang saja tidak akan membuat banyak perbedaan."

"Uh.. Benarkah?? Tapi...."

"Kau 'daddy' nya kan? Seharusnya kau lebih menghargai waktu yang kau habiskan bersamanya daripada hanya beberapa jam kerja dengan upah yang sedikit. Aku akan mempertimbangkan kembali permintaan tambahan jam kerjamu."

Setelah mengatakan hal itu, Kisaki memakai topi pegawainya dan dengan cepat meninggalkan ruang staff.

"... Maou-san apa yang dia maksud dengan tambahan jam kerja?"

Chiho bertanya dengan wajah yang kurang puas.

"Aku punya anggota keluarga baru yang harus aku hidupi, jadi aku harus bekerja lebih keras lagi. Aku bahkan ingin menyekolahkannya suatu hari nanti."

Maou bermain dengan Alas Ramus yang berada di gendongannya dan menjawab dengan samar-samar sehingga sulit untuk menilai keseriusannya.

"Apa kau benar-benar ingin merawat Alas Ramus-chan sampai dewasa?"

"Well, tidak sepenuhnya begitu sih."

Jawab Maou sambil mencolek dahi Alas Ramus.

"Aku hanya ingin merawatnya sampai masalah ini selesai saja. Aku akan mengembalikan dia ke orang tuanya kalau mereka sudah ditemukan."

Chiho sadar kalau Maou juga bermain-main dengan dahinya saat awal dia berpikir untuk merawat Alas Ramus.

"Chii-chan, beberapa saat lalu kau bilang, kalau orang tuamu memperbolehkanmu untuk datang ke tempatku, kan?"

"Y-yaa..."

Tubuh Chiho menjadi kaku.

Chiho mengetahui kalau Maou sangat menghargai Kisaki sebagai anggota masyarakat yang hebat. Tidak tahu apakah hal tersebut bisa diterima oleh Raja Iblis dari dunia lain atau tidak, Chiho takut kalau nasihat Kisaki sebelumnya membuat Maou berubah pikiran, akan tetapi...

"Aku tahu maksud Kisaki-san mengatakan hal itu, tapi aku ingin kau tidak terlalu memikirkannya.... Bisakah aku mempercayaimu sedikit lebih lama?"

"Ten-... Huh?"

Chiho sangat yakin kalau Maou ingin meminta Chiho untuk tidak lagi membantunya, tapi mata Chiho melebar ketika apa yang keluar dari mulut Maou adalah kebalikannya.

"Selama ini, semuanya normal dan baik-baik saja, tapi Emi dan Suzuno dari awal adalah musuhku. Jadi.... yang ingin aku katakan adalah, Chii-chan, kaulah satu-satunya manusia yang bisa kupercayai sepenuhnya."

"...."

"Aku tahu aku sudah bersikap tidak adil, meminta ini saat aku belum memberimu jawaban, tapi umm.. Mungkin akan ada jalan yang terjal dan masalah di depan sana, tapi jika kau mau membantuku, aku akan sangat menghargainya."

"..."

".. Chii-chan?"

Chiho hanya diam membuka mulutnya dengan tatapan kosong, dan kemudian....

"H-hey!! Ke-kenapa kau menangis? Huh? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"

Setetes air mata mengalir di pipi Chiho.

Maou panik melihat reaksi Chiho yang seperti ini. Dan Chiho akhirnya menyadari air matanya setelah melihat Maou, kemudian dia mengeluarkan sapu tangan dan mengusap wajahnya.

"Um. Ma-maaf.. Aku, umm.. Aku sangat bahagia."

"Aku mi-minta maaf!! Itu kesalahanku!! Aku lebih tua darimu dan aku adalah Raja Iblis tapi malah bergantung padamu, Chii-chan. Aku seharusnya tid- ... Huh? Tunggu! Apa?"

"Aku bahagia, karena kau bilang kau mempercayaiku, Maou-san!"

"Huh? Apa? Huh? Kau sen.... Lalu kenapa kau menangis?"

Chiho tersenyum, menanggapi pertanyaan yang muncul di kepala Maou.

"Eheheh.. Maaf, memang seperti itulah manusia."

"A-aku tidak mengerti... Tapi er-"

"Aku tahu kau tidak bisa menjawabku sekarang... Tidak peduli apa jawabanmu nanti..... Aku akan menunggunya... Jadi..."

Chiho mencoba menahan air matanya sendiri, dan menyentuh tangan Alas Ramus.

"Chii-neecha?"

"Akan kulakukan yang terbaik untuk membantumu, Maou-san."

"O-oke, um .. maaf untuk yang itu, terima kasih."

"Tentu!"

Kali ini Chiho tersenyum lebar, Maou tidak tahu bagaimana harus menanggapinya dan berpura-pura membetulkan topi kerjanya.

"Oh, iya, Maa-kun, di dalam laci ada....."

Kisaki memilih waktu yang sangat tepat untuk kembali ke dalam ruangan..

"...."

Melihat Maou dan Chiho hanya diam di tempatnya, Kisaki mengangkat kedua alisnya bersamaan.

"... Ya ini dia.. Aku tidak akan merekrut karyawan perempuan lagi untuk waktu yang lama. Gzzzz."

Kisaki bukanlah orang yang bisa mereka tipu dengan mengatakan itu adalah sebuah lelucon. Bahkan hukum kesamaan derajat dalam mencari kerja tidak berlaku dengan aturan yang dibuat Kisaki.

Kisaki berjalan dengan ekspresi masam dan mengambil sebuah amplop dari dalam meja kerja.

"Aku mendapatkan ini dari penjual koran, tapi aku tidak pernah menggunakannya. Jadi aku ingin memberikannya padamu, tapi....."

Kisaki menghela nafas, lalu melihat ke arah Chiho dan Maou.

"Kalian mengerti apa yang aku katakan tadi kan?"

Kata Kisaki sambil meletakkan amplop tersebut di atas kepala Maou, dan pergi lagi.

Maou dan Chiho mengeluarkan nafas berat ketika pintu tertutup. Chiho mengambil amplop yang berada di atas kepala Maou. Setelah saling menatap satu sama lain, mereka mengeluarkan isinya, dan yang terlihat di sana adalah.........


---End Of Chapter 2---






Translated By : Me [Zhi-End]
Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Nice story,, semangat translate y' min

Balas