[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 : Raja Iblis Belajar Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 (Part 1)
Chapter 4 : Raja Iblis Belajar Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga
Suzuno dan Urushihara duduk terdiam di apartemen nomor 202 Villa Rose Sasazuka.
Kontrakan tersebut dihiasi dengan lemari yang terbuat dari kayu pohon cherry, memberikan kesan klasik. Senada dengan nuansa klasik tersebut terdapat juga meja makan berbentuk bundar dan lemari bermerk Paulownia.
Semua furnitur itu bergaya tradisional Jepang, kecuali kulkas bermerk terbaru dengan fitur penghemat energi dan bermodelkan ukuran keluarga, terdapat juga mesin cuci yang terletak di jalan masuk utama dengan wadah besar yang bahkan bisa membasmi kuman. Selain dari dayanya yang terbatas, Microwave yang berada di apartemen Suzuno ternyata tidak terlalu berbeda dengan microwave yang dimiliki Kastil Raja Iblis.
Kipas angin yang berada di apartemen Suzuno adalah kipas angin model terbaru merk Tyson dengan bentuk elips, dan anehnya kipas angin itu bisa meniupkan angin dari sisinya bahkan tanpa bilah kipas. Urushihara dengan penasaran memasukkan tangannya ke dalam sisi kipas itu.
"... Sepertinya tidak ada yang terjadi."
Dan kemudian Ashiya berjalan melewati pintu.
"Kau sudah mengantar Chiho-dono pulang?"
"Tentu saja. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Maou-sama dan kita semua saat perjalanan pulang."
"Meskipun begitu, kita tidak bisa membiarkan Chiho-dono terlibat dalam masalah ini."
"Tentu saja. Jika sesuatu terjadi pada Sasaki-san, sumber mata pencaharian kami akan berada dalam bahaya. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku sudah menyuruhnya untuk tidak datang dulu ke Kastil Raja Iblis sampai semuanya beres."
".... Well, aku setuju dengan pendapatmu."
Suzuno tidak bertanya lebih lanjut lagi terhadap jawaban Ashiya yang seperti itu, malah dia membiarkan Ashiya masuk tanpa adanya keberatan sedikitpun.
Ashiya dengan malas duduk di tengah-tengah ruangan, dan Suzuno mengajukan pertanyaan lainnya.
"Alsiel, aku ingin bertanya sesuatu."
"Apa? Aku tidak akan mau membayar hanya karena tidur di sini."
"Kau pikir aku ini orang pelit? Aku tidak sepertimu, aku hanya ingin bertanya mengenai pasukan iblismu."
Suzuno mengangkat kepalanya dari atas lututnya yang sedari tadi dipeluknya.
"Kenapa kau berencana menguasai dunia?" Tanya Suzuno kepada seorang pria kalangan menengah ke bawah yang bisa dengan mudah dijumpai di Jepang.
"Kupikir aku sudah tahu semuanya, tapi kali ini aku tidak bisa mengatakan kalau aku mengerti alasanmu ingin menguasai dunia."
"... Kulkas itu sangat luar biasa ya?"
"Huh?"
Jawaban Ashiya terdengar seperti benar-benar ngelantur.
Akan tetapi, Ashiya menjawabnya dengan ekspresi serius sambil menatap kulkas model terbaru yang dibeli Suzuno beberapa hari yang lalu dengan rekomendasi dari Emi.
"Jika kau membuka pintu kulkasnya, kau bisa menemukan sayur-sayuran, daging, dan susu yang telah kau beli kemarin. Jika kau tidak punya apa-apa, kau hanya perlu pergi ke toko dan membeli apa saja dan kemudian memasak makanan apapun yang kau inginkan untuk sehari-hari.... Mungkin Maou-sama dan kami semua menginginkan sesuatu yang seperti itu dan mulai menginvasi Ente Isla."
"...?"
"Tidak apa-apa jika kau tidak memahaminya. Ngomong-ngomong, kita bekerja keras sekarang ini adalah untuk masa depan kita ketika kita kembali ke Ente Isla nanti... Apa kau paham, Urushihara?"
".. Umm aku akan bekerja jika aku bisa bekerja."
"Dasar sampah!"
Mungkin karena situasi saat ini, entah kenapa percakapan Ashiya dan Urushihara terdengar begitu tenang.
Suzuno mendengarkan mereka berdua berbicara dan perlahan menenggalamkan wajahnya di antara kedua lututnya kembali.
".... Uh...."
Karena cahaya matahari pagi yang terbit lebih awal dan bertambahnya suhu udara, Emi pun terbangun. Dia membuka matanya perlahan dan melihat langit-langit kayu yang tidak pernah dilihatnya.
"... Uh! Oh.."
Emi hampir meloncat kaget ketika ingat kalau dia menginap di Kastil Raja Iblis.
".... Uh, hampir saja!"
Dia melihat Alas Ramus yang menempel padanya dan tidur dengan nyenyak.
Jika dia melompat seperti yang hampir dilakukannya, dia pasti akan membuat Alas Ramus terbangun.
Emi bernafas lega dan menoleh ke arah Maou yang tertidur di samping Alas Ramus.
Posisi tidurnya benar-benar memalukan.
Udara di ruangan tersebut memang panas, Maou tidur dengan kaos yang menyingkap ke atas, memamerkan perutnya, dan mendengkur keras dengan mulut yang terbuka. Tidak akan mengejutkan jika dia mulai membuat gelembung dengan hidungnya.
Emi menoleh ke arah jam, yang menunjukkan pukul 05:30. Ini adalah waktu ketika matahari terbit lebih awal di tahun ini.
Karena dia tidur di atas tatami yang hanya beralaskan sprei, seluruh tubuhnya terasa kaku. Emi mulai meregangkan leher dan bahunya dan menguap dengan keras ketika dia berpikir kalau dia seharusnya membuat Maou setidaknya membelikan Futon untuk Alas Ramus.
Tidak ada suara yang terdengar dari ruangan Suzuno di sebelah. Mungkin mereka masih tertidur. Emi mulai bertanya-tanya apa Chiho bisa pulang dengan selamat.
Emi mengelus-elus rambut Alas Ramus, lalu mengambil tasnya, mengeluarkan sebotol Holy Vitamin Beta dan kemudian meminumnya dalam sekali tegukan.
Karena dia tidak tahu kapan Gabriel akan tiba, dia memutuskan mungkin akan lebih baik jika dia mengisi energinya sebanyak mungkin untuk bersiap-siap kalau pertarungan terjadi nanti.
Tentu saja, itu semua dilakukannya demi Alas Ramus dan bukan karena dia terjebak dalam tipuan Raja Iblis.
"Ini semua demi Alas Ramus, Ini semua demi Alas Ramus.."
Emi menggumam dan mengerutkan dahinya merasakan sisa-sisa rasa Holy Vitamin Beta yang tertinggal di mulutnya.
"Aku akan membasuh wajahku dulu." Kata Emi ketika dia menoleh ke tempat cuci piring dan kemudian,
"Yo, selamat pagi."
Sampai pada saat itu, Emi tidak menyadari kalau ada orang selain Maou dan Alas Ramus di ruangan itu.
".... Nghh!!"
Pria tersebut bersembunyi di titik buta dari bidang pandangan Emi. Dia kemudian memposisikan tangannya untuk menutupi mulut Emi sebelum Emi punya kesempatan untuk bereaksi.
"Jangan melawan, aku tidak akan melakukan sesuatu yang kasar."
"Mgh, nghghgh!!!"
Emi mencoba menendang Maou dengan kakinya, tapi sayangnya dia tidak bisa menjangkaunya.
"Itu percumaaa, semua orang saat ini sedang tertidur lelap, mereka tidak akan terbangun untuk sementara."
Emi menatap tajam pada asal suara yang terdengar ceria tersebut ketika dia masih dibekap. Kemudian dia mengkonsentrasikan kekuatannya pada tangan kanannya tanpa ragu sedikitpun.
"Whoaa!! Itu berbahaya."
Pria itu dengan mudah melepaskan bekapannya pada mulut Emi dan mundur beberapa langkah untuk membuat jarak.
Akan tetapi, karena mereka berada di kamar apartemen dengan ukuran 6 tatami, meskipun bilang membuat jarak, tapi itu tidaklah lebih dari 2 tatami, yang mana masih berada dalam jangakauan pedang suci Emi.
"Malaikat zaman sekarang benar-benar tidak punya tata krama ya? Menculik orang, menaruh alat pelacak di tas orang lain, masuk ke rumah orang lain tanpa izin..."
Pria yang sama sekali tidak memancarkam aura kesucian malaikat itu tertawa dengan bangga.
"Yeeeeaaahh, tapi tidakkah kau pikir tak masalah jika rumah tersebut adalah kastil Raja Iblis? Pada dasarnya ini kan markas musuh..."
"Dan kenapa kau datang ke sini pagi-pagi sekali? Apa itu karena kau berubah pikiran dan memutuskan untuk merebutnya secara paksa?"
Emi mengarahkan tangan kanannya tepat pada tenggorokan Gabriel.
Dalam sekejap mata, Pedang Suci Better Half, muncul dari tangan kanan Emi, dan ujung dari pedang tersebut menunjuk tepat pada tenggorokan Gabriel.
"Bukankah kubilang kemarin kalau aku hanya ingin berbicara? Kau terlihat seperti tidak ingin mendengar apapun yang akan kukatakan."
"Di samping Alas Ramus, kau juga menginginkan pedang suci ku kan? Aku tidak akan memperlakukanmu dengan baik jika kau berencana menghalangiku untuk mencapai tujuanku."
"Gzzz,, ya ampun, gadis zaman sekarang benar-benar punya kepribadian yang keras. Tidak heran pria-pria tanpa nyali berserakan di mana-mana sekarang ini. Gadis memang mengerikan."
Mungkin karena memang kepribadiannya atau mungkin karena kepercayaan dirinya sebagai malaikat agung, Gabriel sama sekali tidak menunjukkan perubahan sikapnya meskipun dengan pedang suci yang mengarah tepat pada tenggorokannya.
"Ngomong-ngomong, mari kita luruskan hal ini dulu. Alasan kenapa Raja Iblis dan orang-orang di kamar sebelah belum bangun bukanlah karena kekuatanku atau aku memasang sebuah barrier ataupun sejenisnya."
"... Apa yang ingin kau katakan?"
"... Well ini hanya tebakanku saja, tapi kemungkinan mereka memang baru saja tertidur. Mereka terlihat seperti berusaha sangat keras untuk terjaga semalaman dan membuat pertahanan, tapi mereka sepertinya gagal sekitar satu jam yang lalu. Tapi serius ini, bahkan kau pun tidak bangun sama sekali. Aku masuk ke ruangan ini, menggunakan mivrowave untuk memanaskan makanan yang aku beli dari toko, memakai kamar mandi, dan melakukan senam pagi di halaman, tapi tidak ada yang terbangun. Aku benar-benar mulai merasa kesepian."
"..."
Emi teringat Maou mengatakan sesuatu tentang bekerja sampai tengah malam, dan dipaksa bangun pagi oleh Alas Ramus di hari sebelumnya.
"Karena aku sedang mencoba untuk menjadi orang paling baik di seluruh dunia, aku tidak akan menyerang seseorang ketika mereka sedang tertidur. Jadi itulah kenapa aku dari tadi menunggu kau atau Raja Iblis terbangun supaya kita bisa bernegosiasi kembali... Jadi singkirkan benda tajam itu, oke?"
Gabriel mencoba merayu Emi dengan membuat ekspresi tak berdosa dan berusaha untuk menyingkirkan pedang yang mengarah padanya, akan tetapi Emi menolak untuk menggerakkan pedangnya.
Emi tidak ingin ada lagi makhluk dari dunia lain yang tergila-gila dengan hasrat dunia ini seperti memakan makanan dari toko ataupun melakukan senam pagi.
"Tidak seperti Sariel, aku tidak punya kekuatan yang bisa meniadakan sihir suci, jadi serius ini, bisakah kita melakukan ini dengan damai?"
"...yeah benar."
"Huh?"
"Aku yakin, para bawahanmu pasti sudah mengepung tempat ini? Apakah mereka yang kau sebut dengan Tentara Surga?"
Gabriel menjadi gelagapan mendengar pertanyaan agresif dari Emi.
"Aku hanya menginginkan apa yang aku cari, dan aku benar-benar tidak ingin menyakiti orang lain, tapi apa yang sebaiknya aku lakukan? Si Raja Iblis tidak bisa diajak kerja sama kemarin, jadi aku menyuruh mereka untuk melihat dari kejauhan. Oh, tapi aku sendiri sudah menghabiskan banyak kapasitas gate, jadi mereka tidaklah terlalu kuat. Di samping itu, ketika aku merebut gadis itu kembali, akan butuh kapasitas yang lebih besar lagi. Jadi kumohon, maukah kau mendengarkanku?"
"...."
"Whaaaa!! Apa kau benar-benar ingin menancapkan ujung pedangmu itu ke leherku? Bukankah kau ini seharusnya seorang pahlawan? Kau terlalu mahir mengancam orang lain dengan pedang. Menakutkan!!"
Emi dengan hening mengerakkan ujung pedangnya lebih jauh lagi dan menyentuh leher Gabriel. Dia tidak terluka tapi dia bertingkah seperti orang panik.
Dan karena mereka membuat keributan seperti itu...
"Man, kenapa kalian berisik sekali?? Ini kan baru jam 5 lebih, apa....... Apa-apaan ini?"
Meskipun baru saja tertidur, tidaklah mengejutkan jika suara berisik tepat di sebelah Maou bisa membangunkannya.
Ketika dia membuka matanya, dia melihat Emi dan sesosok pria, dengan pedang suci yang berada di antara mereka, bertarung di tempat yang benar-benar sempit, ruangan berukuran 6 tatami.
"Uihhh.. Daddy."
Alas Ramus juga terbangun, Maou tidak bisa berpikir dengan jernih melihat perubahan situasi yang seperti ini.
"Gabriel... Kenapa kau datang ke sini pagi-pagi sekali...?"
"Oh, pagi, Raja Iblis Satan. Maaf, sudah menganggumu sepagi ini. Aku punya jadwal yang ketat, kau tahu?"
Maou menutupi Alas Ramus dengan tubuhnya sendiri. Tapi melihat bagaimana Gabriel yang mampu mendekat tanpa terdeteksi dan hampir tidak menggunakan kekuatannya, membuat keadaan Maou benar-benar tanpa harapan.
"Li-lihat? Kau seharusnya tidak menggunakan benda tajam di depan anak kecil. Itu adalah pengaruh yang buruk. Jadi bisakah kau menyingkirkannya?"
Gabriel masih mencoba mempengaruhi mereka agar melakukan apa yang menguntungan baginya.
Bagaimanapun, tidak mungkin Emi bisa mempercayai apa yang dikatakan Gabriel. Tidak ada jaminan kalau dia tidak akan menyerang saat pedang itu disingkirkan dari lehernya.
Fakta bahwa Gabriel datang sendiri, meskipun dia punya Tentara Surga, itu berarti dia benar-benar percaya diri dengan kekuatannya. Seorang malaikat bernama Gabriel ini pasti bukan orang bodoh seperti yang dia perlihatkan selama ini.
"Aku juga tidak ingin bermusuhan dengan surga ataupun para malaikat. Tapi kaulah orang yang memaksaku untuk melakukan hal ini."
"Whaa... Logika yang menyeramkan!!"
Gabriel gemetar seolah-olah dia merasa putus asa menghadapi dunia ini.
"Baiklah, aku akan berbicara begini saja... Tapi ujung pedang itu menyentuh leherku, menakutkan... Well, jika aku memang harus mengakui sesuatu, sebenarnya sekarang ini aku hanya membutuhkan salah satu dari pedang itu atau anak kecil ini. Aku tidak akan berbohong pada kalian. Kalian punya dua pilihan. Serahkan atau tidak?"
Gabriel dengan tenang dan juga sedikit terganggu, menjelaskan hal tersebut sambil mengerakan tangannya.
"Dahulu kala, Yesod Sefirah yang aku jaga telah dicuri dari Pohon Kehidupan. Dan pencuri itu punya kemampuan untuk memecah Yesod Sefirah menjadi banyak fragmen dan menyebarkannya ke berbagai tempat. Pedang Sucimu dan anak kecil yang berada di belakang Raja Iblis itu adalah bagian dari fragmen Yesod, Emilia. Jadi, tidaklah baik bagi mereka jika berada di luar surga untuk kurun waktu yang lama."
"Pedang suciku.... Berasal dari pecahan Yesod?"
Gabriel mengancungkan jarinya dan bicara senormal mungkin seolah-olah sedang membawakan berita pagi.
"Yeep, coba lihat, itu tertanam di sebelah sana. Sebuah kristal berwarna ungu."
Gabriel menunjuk pegangan pedang suci itu dengan jari dan juga matanya.
Pegangan Pedang Suci Better Half mempunyai ukiran berbentuk sayap, dan di tengah-tengah mereka terdapat sebuah hiasan berupa kristal berwarna ungu. Akan tetapi, dari dulu Emi mengira itu bukanlah apa-apa selain hiasan semata.
"Pedang Suci Better Half sangatlah berbahaya, bahkan jika dibandingkan dengan fragmen lainnya. Pedang itu menjadi prioritas tertinggi kami untuk memulihkan Yesod, tapi sampai kau, Satan, menginvasi Ente Isla, keberadaannya menjadi misteri untuk waktu yang sangat lama. Kami menghabiskan ratusan tahun untuk memperbaiki fragmen itu sedikit demi sedikit, tapi kami hanya tidak bisa menemukan pedang dan gadis kecil itu. Dan aku tidak ingin yang lain tahu mengenai kegagalanku, jadi aku mencoba memperbaiki mereka sendiri secara diam-diam, tapi kau pasti tidak akan bisa menyembunyikan sesuatu untuk waktu yang sangat lama. Aku dituduh melakukan pemberontakan terhadap Tuhan, dan Sariel mengetahui apa yang terjadi padaku. Aku hampir menjadi malaikat jatuh, kau tahu, haha!"
Gabriel tertawa terhadap apa yang dikatakannya sendiri, sangat tidak cocok dengan suasana yang kini memanas.
"Bagaimana pedang ini bisa berbahaya? Pedang ini adalah senjata untuk mengalahkan Raja Iblis, jadi tidak seharusnya dia berbahaya bagi orang lain."
"Pedang itu sih, berbahaya buatku."
Tidak ada yang menghiraukan lelucon Maou.
"Well, itu adalah apa yang manusia... Maksudku, itu hanyalah sebuah kisah yang diceritakan oleh pihak gereja yang memperoleh fragmen Yesod dulu. Dan jika aku mengatakan padamu kenapa pedang itu berbahaya, itu akan mengacaukan seluruh usaha yang aku lakukan untuk mengejar fragmen itu. Aku tidak bisa menceritakannya."
"Kisah... Apa??"
"Selain itu, kenapa pedang itu menjadi senjata yang paling cocok untuk melawan Raja Iblis atau Iblis lainnya? Pedang Suci Better Half memperoleh kekuatannya dari sihir suci kan? Bagaimana bisa hal itu berbeda dengan orang-orang dari gereja yang menggunakan 'Materialization War Art, Iron Light'? Itu semua karena mereka itu dibuat dari bahan yang berbeda, jadi pedang sucimu bukanlah senjata yang dibuat khusus untuk menemukan para iblis."
"Tapi.. Tapi, pedang ini menuntun kami ke tempat di mana Raja Iblis berada."
Ketika mereka berhasil menerobos ke dalam kastil Raja Iblis, pedang suci itu membimbing Emi dan yang lainnya ke tempat di mana Raja Iblis berada dengan cahayanya. Itulah alasan kenapa mereka mampu mengambil alih kastil itu dalam waktu singkat.
"Kemungkinan itu bukan menuntunmu pada Raja Iblis, tapi pada gadis itu." Kata Gabriel dengan santai.
"Fragmen Yesod tertarik satu sama lain, itu saja. Well, karena hal itu juga, menemukan gadis kecil itu membutuhkan waktu yang lama."
Kejadian yang terjadi setelah fragmen itu saling menarik satu sama lain adalah pertarungan hebat antara Raja Iblis dan Sang Pahlawan, yang mana saat itu Emi menarik seluruh kekuatan yang dia bisa gunakan dari dalam pedang suci itu.
"Karena sinyal kuat yang diberikan oleh pedang suci itu, sinyal dari gadis itu yang sudah lemah dari awal menjadi kelebihan beban. Dan kemudian, Emi datang ke dunia ini, hal itu membuat kedua sinyal itu menghilang bersamaan, kami tidak tahu ke mana perginya mereka dan kami hanya bisa panik. Tapi siapa yang bakal menyangka kalau itu menjadi bagian dari hobi berkebun Raja Iblis?"
Terakhir kali Maou melihat pohon yang tumbuh dari kristal itu, pohon itu mempunyai dua cabang yang mulai melilit satu sama lain, tidak ada bunga ataupun buah, hanya sebuah pohon semata.
Bagaimanapun juga, dari awal Maou tidak pernah mengharapkan apa-apa dari kristal itu, dan dia benar-benar lupa mengenai hal itu sampai akhir-akhir ini. Dan ketika Maou mulai memikirkannya, benar-benar suatu keajaiban kalau kristal itu bahkan bisa tumbuh.
Gabriel tiba-tiba menggenggam pedang suci Emi dengan tangan kosongnya.
Emi yang benar-benar lengah mencoba menarik pedangnya, tapi pedangnya tak bergerak sedikitpun.
"Itu percumaaa. Ini mungkin sedikit sakit seperti terkena pemotong kertas, tapi pedang suci dengan keadaanya yang sekarang, tidak akan bisa mengalahkanku, kecuali kalau sesuatu yang tidak terduga terjadi, jadiiii...."
Gabriel menoleh ke arah Maou, masih dengan sikap cerianya.
"Apa kalian paham sekarang? Tolong, maukah kalian mendengarkanku tanpa harus bertarung?"
Ini adalah peringatan terakhir dari Gabriel.
Tindakan Gabriel ini sebenarnya hanya ingin menunjukan bahwa meskipun Emi punya kesempatan itu bertarung, hasil dari pertarungan ini sudah sangatlah jelas. Maou sendiri tidak punya kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya dan dia tidak akan bisa membantu apa-apa.
Bahkan jika mereka menerima bantuan dari Suzuno, hasil pertarungan ini sepertinya juga tidak akan berbeda.
Jika sudah begitu, Maou hanya punya satu pilihan.
Maou mengambil nafas dalam-dalam dan menghadap ke arah Gabriel.
Emi dan Gabriel dengan gugup bertanya-tanya mungkinkah Maou akan mencoba melancarkan beberapa serangan nekat atau semacamnya, akan tetapi...
"... Apa??
"Ka-kau pikir apa yang kau lakukan?"
Tindakan Maou sama sekali tidak bisa diduga oleh Emi maupun Gabriel.
"Kumohon.."
Maou berlutut di lantai.
Raja Iblis Satan, yang berdiri di puncak dunia iblis dan punya ambisi untuk menguasai dunia, merendahkan kepalanya di hadapan sang Malaikat.
"Kumohon jangan ambil Alas Ramus."
Maou dengan sungguh-sungguh memohon kepada sang Malaikat, dengan dahinya yang berada di atas tatami.
"... Daddy?"
Alas Ramus tidak mengerti apa yang sedang Maou lakukan, dan bolak balik menatap Maou dan Gabriel.
"Kau tahu, aku ini malaikat dan kau itu raja iblis. Aku tidak akan melakukan sesuati seperti apa yang kulakukan pada gadis itu kemarin."
Gabriel menjawab dengan nada bosan, tapi Maou sendiri sudah menduga akan mendapatkan jawaban seperti itu.
"Tentu saja, aku tidak meminta hal ini secara cuma-cuma, bagaimana kalau kepalaku sebagai gantinya? Bukan kesepakatan yang buruk kan?"
"Apa??
"A-apa?? Jangan bodoh!!"
Mereka berdua benar-benar terkejut meendengar perkataan Maou.
"A-akulah orang yang akan mengalahkanmu!! Jangan buang nyawamu di tempat seperti ini!"
"Oh, diamlah!! Katakan saja pada mereka kau menerima bimbingan dari seorang malaikat dan mengalahkanku atau semacamnya gitu! Kalau sudah begitu, kau akan kehilangan apa?"
"Semuanya!! Dan siapa juga yang mau menerima bimbingan dari orang-orang seperti mereka?? Itu percuma, kecuali kalau aku melakukannya sendiri."
"Aku tidak peduli apa yang penting bagimu, yang terpenting sekarang adalah Alas Ramus."
"Umm, hey, bisakah kalian tidak terlibat pertengkaran keluarga saat mengabaikanku?"
"Siapa yang kau sebut keluarga??" Maou dan Emi menjawab bersamaan.
"Wow... Kalian bahkan mengatakan kalimat itu bersamaan."
Kata Gabriel tampak begitu terkesan.
"Daddy, mommy, jangan bertengkar!"
Adalah sebuah kejadian yang langka, Gabriel dan Alas Ramus mempunyai pendapat yang sama.
"Baiklah, kalau begitu biarkan aku bertanya padamu. Kenapa raja iblis seperti dirimu sangat peduli dengan anak itu?? Bukankah kau lupa akan keberadaanya sampai akhir-akhir ini?"
"Itu karena aku menjadi buta oleh keserakahanku setelah menjadi Raja dari para iblis itu, dan lupa dengan apa yang benar-benar berharga bagiku!"
Hari di mana ketika dia tertangkap dalam cengkraman cakar yang mengarah padanya, memandang langit dan tanah berwarna merah ketika dia melihat kematian itu sendiri.
"Dia adalah simbol harapanku yang aku peroleh ketika aku diselamatkan dari pinggir jurang kematian dan akhirnya terlahir kembali... Tapi entah bagaimana aku lupa akan hal itu dan menjadi Raja Iblis."
Sadao Maou, yang juga adalah Raja Iblis Satan, perlahan memeluk Alas Ramus.
"Daddy.. Sakitt.."
Alas Ramus menggeliat dalam dekapan tangan Maou.
"Tidak ada yang terjadi bahkan ketika kau tidak tahu keberadaanya selama ratusan tahun kan? Kumohon sebagai ganti nyawaku, tolong jangan bawa dia ke tempat yang tidak diingikannya."
".. Kau membuatnya terdengar seperti mengambil anak itu adalah kekejaman paling buruk di dunia ini, tapi akan kukatakan sekali lagi, dia sebenarnya adalah fragmen Yesod, jadi tempatnya yang seharusnya adalah di Surga."
"Aku tahu legenda kuno 'Raja Iblis Satan yang agung'.."
Emi bisa melihat wajah Gabriel menjadi kaku ketika mendengar kata-kata Maou.
Legenda 'Raja Iblis Satan yang agung' sepertinya mengacu pada Raja Iblis dari zaman iblis kuno yang Maou bicarakan kemarin malam, tapi tidaklah jelas bagaimana hal itu berhubungan dengan Gabriel.
"... Jadi kumohon, aku tidak bisa membiarkannya pergi, aku tidak ingin dia pergi. Kumohon, untuk sekarang, biarkan dia..."
Maou tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan jatuh berlutut.
"Maaf, pergantian rencana."
"Gah.. Ngghh!!"
Maou terlihat meronta-ronta ketika dia berdiri dengan lututnya. Emi tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang terjadi, tapi sepertinya Maou sedang berusaha untuk bernapas.
"Well, aku sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini, tapi kau tahu, kau sendirilah yang menggali kuburanmu sendiri. Bahkan untuk jiwa yang lembut sepertiku, aku harus melakukan ini setelah mendengar kata-katamu tadi."
"Gaaaahhhh!!!"
"Ra-raja Iblis??"
Gabriel mendekat ke arah wajah Maou seolah dia sedang menegaskan kemenangannya. Bahkan mata Emi pun bisa melihat leher Maou mulai terlihat seperti terkena tekanan, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang sedang mencekiknya.
"Maou-sama! Maou-sama!! Apa yang terjadi??"
"Mundur Alsiel, aku akan mendobraknya dengan paluku."
Tiba-tiba di luar ruangan terdengar sebuah keributan, dan suara panik Ashiya dan Suzuno dapat terdengar dari sana.
"Oohh.. Kupikir memang benar, jika kita terlalu banyak membuat keributan seperti ini, mereka pasti akan terbangun. Tapi itu percuma, barrier itu tidak akan dengan mudah bisa dihancurkan hanya dengan menyentuhnya di sana sini."
Gabriel tidak merasa terganggu sedikitpun. Suara dari benda keras yang menghantam pintu dapat terdengar dari luar, akan tetapi pintu dari apartemen enam tatami itu bahkan tidak retak sedikitpun.
Dan bahkan di saat seperti ini, suara dari Urushihara tidak terdengar di mana-mana, sepertinya dia masih terlelap dalam tidurnya.
"Emilia, maaf, tapi akulah yang akan mengakhiri hidup Raja Iblis Satan demi kebaikan kita semua. Aku tahu kau punya masalahmu sendiri, tapi seperti yang dia bilang sebelumnya, bisakah kau bilang pada gereja sesuatu seperti kau telah dibimbing oleh seorang malaikat atau semacamnya gitu? Aku bahkan akan membuat beberapa orang melihat mimpi dan penglihatan mengenai hal itu."
Situasinya benar-benar terlihat seperti tanpa harapan.
Para Iblis tanpa kekuatan mereka yang tidak bisa melakukan apapun, dan pedang suci yang telah dinetralkan.
"Okay, Emilia? Terdengar bagus kan?"
Gabriel bertanya kepada Emi dengan matanya yang masih menatap pada Maou. Dia juga masih berbicara dengan nada yang ceria seolah-olah sedang menanyakan arah jalan. Dari situ saja bisa terlihat betapa kecilnya dia memandang dunia manusia.
"... Aku menolak!!"
"Huh?"
"Malam ini adalah giliranku untuk menceritakannya kisah pengantar tidur. Jika kau membawanya, itu sama saja dengan aku melanggar janjiku."
"Apa... Serius ini...?"
Kata-kata Gabriel mengisyaratkan seolah dia sangat kecewa, tapi nada bicaranya terdengar sama sekali tidak peduli.
Kejengkelan Emi pun semakin bertambah.
"Aku tidak peduli dengan betapa agung dan tingginya dirimu ini!! Raja Iblis Satan akan kukalahkan dengan tanganku sendiri! Tidak ada orang lain yang bisa merebut hal itu dariku."
"Uuuhh.. Aku tidak tahu kalau itu adalah kata-kata yang harus kau gunakan untuk membunuh...."
"Begini saja, seseorang yang mencoba memisahkan seorang anak dengan ayahnya secara paksa pasti bukan orang baik-baik!! Heavenly Light Flame Strike!"
"Huh?? Wha wha.. Panas panas panas panas panas panas!! Hey! Kau pikir apa yang kau lakukan?"
Emi memancarkan api dari bilah pedang sucinya.
Teknik yang telah mengalahkan malaikat jatuh Lucifer, tapi itu bahkan tidak membakar telapak tangan Gabriel.
"Se-sepertinya tidak sehebat itu, tapi itu benar-benar panas!! Gezz!! Aku sudah bilang kan kalau aku tidak ingin berbuat kasar padamu, kenapa kau tidak mau mengerti? Bukankah sudah kubilang kalau aku hanya ingin mengejar gadis itu?"
"Aku tidak memintamu untuk melakukannya."
"Well, yeah, tapi itu adalah tugasku..."
"..."
"Gah.. Ngah.."
"Siapa itu??"
Bahkan Gabriel yang selama ini selalu berbicara dengan malas berubah menjadi serius.
"Yang kami lakukan hanyalah bermain."
Suara tersebut datang dari dekat Emi, Gabriel, dan kaki Maou.
"Malkoo juga bilang begitu, kau pembohong!!"
Kaki kecil dan juga tangan yang kecil. Manis tapi menunjukan tekad yang kuat di matanya.
"Kalian semua berbohong dengan menjadi Tuhan!"
Alas Ramus dengan lembut menyentuh Maou, dan hanya dengan itu..
"Gah!! Uhuk, gaaaaahhh!!"
"Apaaaa?"
Genggaman Gabriel melemah, dan Maou pun bisa kembali bernafas dengan keringat dingin yang membasahinya.
"Aku membenci kalian semua!!"
"Whaaaa.."
Alas Ramus berjalan ke arah Gabriel.
"Kau memisahkan kami, mengunci kami, dan,"
Tepat di saat itu, tanda berbentuk bulan sabit ungu terlihat di dahi Alas Ramus, dan baju kuning yang dipakainya mulai bersinar seperti sinar matahari musim panas.
"Aku tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti mommy dan daddy!"
"Nwah!!"
"Kyah!!"
Gabriel terpental karena cahaya keemasan itu dan menghantam dinding kastil Raja Iblis.
Dengan begitu, pedang suci Emi terlepas dari tangan Gabriel, dan Emi pun mendapatkan kembali kebebasannya.
"Alas...."
"Tunggu, daddy!"
"Tu-tunggu!!"
Di samping Maou yang masih tidak sanggup berdiri, Alas Ramus yang diselimuti oleh aura berwarna keemasan terbang menuju dada Gabriel seperti sebuah meriam.
"Gweeeeh!!"
Gabriel terlempar melewati dinding karena terjangan Alas Ramus sambil mengeluarkan teriakan yang terdengar seperti katak yang dilempari dengan batu.
"A-Alas Ramus!! Heavenly Light Swift Step!"
Emi mengabaikan Maou, mengaktifkan teknik peningkat kecepatannya dengan memusatkan kekuatannya pada Armor Pembasmi-Kejahatannya, dan kemudian mengejar mereka.
"Emilia!!"
"Maou-sama!"
Karena barrier yang menutupi kastil Raja Iblis telah lenyap disebabkan oleh menghilangnya Gabriel, pintu kastil Raja Iblis tiba-tiba terdobrak secara paksa langsung dari engselnya, dan Ashiya serta Suzuno masuk ke dalam apartemen dengan terburu-buru.
Melihat Maou yang tidak bisa bergerak dan adanya lubang besar di dinding, membuat wajah Ashiya dipenuhi dengan kemarahan.
"Be-be-be-be-berani nya kau Emilia. Bagaimana bisa kau melakukan kekejaman ini?"
Pemikiran Ashiya langsung menuduh Emi hanya berdasarkan apa yang dia lihat, akan tetapi..
"Tidak.. Gabriel... Alas Ramus sedang.."
"Apa?? Dia sudah datang ke sini?"
"Alas Ramus... Sedang bertarung... Cepat.. Kejar.. Uhuk!!"
"Alas Ramus..."
"Sedang bertarung?"
Ashiya dan Suzuno tidak mengerti apa yang coba disampaikan Maou, dan hanya bisa melihat bolak balik antara Maou dan lubang di dinding tersebut.
"Suzuno, tolong.. Antar aku.. Ke..."
Suzuno melihat Maou yang susah payah berbicara, dan kemudian dia mengangguk, akan tetapi...
"Berhentilah manusia! Raja Iblis Satan!!"
"Kami tidak akan membiarkan kalian mengganggu Gabriel-sama."
Tiba-tiba empat bawahan Gabriel di hari sebelumnya, terbang dan menghalangi lubang di dinding yang dibuat oleh Alas Ramus.
Bahkan Tentara Surga pun punya sayap berwarna putih di punggungnya.
"Ugh.. Bajingan kalian!!"
Meskipun mereka ingin melawan, satu-satunya yang bisa bertarung hanyalah Suzuno. Tidak peduli bagaimana lemahnya mereka berdasarkan apa yang dikatakan Gabriel, bertarung 1 lawan 4 menghadapi tentara surga bukanlah posisi yang menguntungkan bagi siapapun.
Akan tetapi,
"Kalian pikir sedang berbicara dengan siapa?"
Ekspresi dari keempat malaikat itu tiba-tiba menjadi kaku.
"Kalian pion Gabriel, kalian pikir kalian bisa menyuruhku untuk mundur? Hm?"
"U-Urushihara??"
Urushihara berpenampilan bak orang yang baru saja bangun tidur, dengan malas dia bersandar pada pintu, menatap keempat malaikat itu, dan kemudian,
"Minggir!!"
Sepatah kata yang begitu sederhana, akan tetapi..
"..."
Keempat malaikat bawahan Gabriel membuka jalan tanpa adanya perlawanan sedikitpun.
"Maou, Bell, tidak apa-apa!! Aku tidak akan membiarkan mereka menghalangi jalan kalian, jadi pergilah!!"
"Ap-apa yang terjadi??"
"Ashiya, apa kau lupa iblis macam apa aku ini?"
Urushihara mendecapkan lidahnya dengan ekspresi yang menjengkelkan.
Lucifer adalah jendral iblis dari pasukan Raja Iblis. Akan tetapi, sebelum dia menjadi malaikat jatuh seperti yang sering diceritakan dalam kitab suci dan berbagai legenda, dia juga dipanggil sebagai 'Bintang Pagi' dan dia adalah malaikat tertinggi yang mencoba menjadi Tuhan.
"Sebelum kejatuhanku, aku adalah pemimpin dari para malaikat. Aku memang tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Gabriel, tapi pion-pion kecilnya ini tidak akan sanggup melawanku."
Adat dari surga mengatakan bahwa para malaikat tidak akan berani menentang malaikat yang pangkatnya lebih tinggi, bahkan jika itu adalah malaikat jatuh.
Akan tetapi, kontras dengan namanya, si Bintang Pagi, Urishihara berulang kali selalu bangun tidur di kala sore hari dan mulai tertidur di kala matahari akan terbit, siklus tidurnya benar-benar kacau. Orang-orang mungkin akan merasa sangat bersalah melihat para pasukan yang telah bekerja keras ini tidak bisa menentang malaikat jatuh yang juga 'berusaha keras' dalam tidurnya karena hukum yang ketat ini.
"Kau.. Terkadang bisa sangat berguna!"
"Kau tidak perlu menambahkan kata 'terkadang'nya, Maou. Sudah cepat pergi sana!"
"Ye-yeah, Suzuno, aku mengandalkanmu."
"Baiklah, berpeganglah pada palunya. Jangan sampai terlempar ya!!!"
Maou dan Suzuno melayang terbang menuju langit pagi buta, melewati jalan yang dibukakan oleh para malaikat bawahan Gabriel.
"Alas Ramus??"
Emi menengadah menatap ke arah langit di atas Sasazuka.
Di sana dia melihat Alas Ramus yang menyerang layaknya komet dan Gabriel yang sedang dalam posisi bertahan.
"Ow, ow ow ow ow ow."
"Gabriel, menjauhlah dari Alas Ramus."
"K-kau pikir apa yang sedang coba kulakukan?"
Gabriel teralihkan perhatiannya oleh suara Emi, dan Alas Ramus pun menyundulnya dengan seluruh kekuatannya.
Setelah benturan yang hebat itu, Gabriel terpental ke udara layaknya sebuah roket.
"Alas Ramus, apa kau baik-baik saja?"
Emi mengabaikan Gabriel yang terlempar ke arahnya sambil memegangi hidungnya dan memeluk Alas Ramus saat mereka masih berada di udara.
"Apa kau buta?? Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, akulah orang yang tersakiti di sini."
Menyuarakan keluhannya dengan keras, Gabriel mengerem kejatuhannya dengan merentangkan sayap besarnya.
"Gzzz.. Aku tidak ahli dalam bertarung."
Gabriel menunjukan tangan kanan kosongnya, mengepalkan tangannya di depan wajah, dan kemudian,
"Tada!! Pedangku jadi lebih besar sekarang!"
Emi tidak tahu siapa yang coba ditiru Gabriel, tapi dia langsung berteriak pada Gabriel, yang kini memegang benda berbahaya di tangannya.
"Kau akan menggunakan pedang untuk melawan anak kecil?"
"Hey, apakah seorang penjinak binatang di sirkus akan menghadapi amukan beruang atau singa hanya dengan tangan kosongnya? Hanya karena aku penjaganya bukan berarti aku akan bersikap lembut padanya."
"Katakan sekali lagi kalau berani!! Berani-beraninya kau membandingkan Alas Ramus dengan beruang atau singa?"
"Aku hanya ingin membuat contoh yang bisa dengan mudah kau mengerti!! Kenapa kau bertingkah seperti seorang ibu yang sedang marah?"
"Mommy hati-hati!! Pedang itu sangat kuat!"
Alas Ramus berdiri di antara Emi dan Gabriel untuk melindungi Emi.
"Ya, ini memang sangat kuat!! Dengan kata lain, sekarang ini aku sangat takut sekali, itulah kenapa aku harus mengeluarkan pedang ini."
Rasa percaya dirinya ketika berbicara masih tidak berubah, tapi itu tidak merubah peringatan Alas Ramus terhadap Emi kalau pedang panjang itu bukanlah pedang biasa.
"Pedang yang dibawa Gabriel itu.... Durandal kan?"
"Tepat sekali!! Pedang ini memang tidak punya kekuatan khusus apapun, tapi pedang ini sangatlah kuat dan bisa memotong apapun. Pedang ini akan memotong apapun yang kau lempar padanya menjadi 2 bagian termasuk pedang suci Better Half mu, mungkin. Aku adalah seorang penjaga, jadi aku tidak akan kalah hanya dengan sebuah fragmen. Bahkan jika dia adalah fragmen Yesod, itu masih terasa tidak baik untuk menebas seorang anak kecil, jadi aku harap kalian mau menyerah."
".. Apa kau pikir kami akan menyerah hanya karena kau meminta kami untuk menyerah? Seorang penjahat biasanya akan kalah ketika mereka menjadi terlalu percaya diri."
Seketika itu juga, angin lembut bertiup menerpa wajah Emi dan dia bisa merasakan sedikit tekanan pada tangan kanannya.
"Tidaaaak!! Jika aku bertingkah layaknya pria sejati, aku pasti sudah berakhir dengan mengibarkan bendera putih."
Suara Gabriel datang dari belakang Emi.
"!!!!"
Tiba-tiba Emi merasakan kekuatan sucinya berkurang dengan sangat cepat.
Dia lalu menyadari kalau bilah pedang sucinya telah patah menjadi dua. Lebih tepatnya, setengah bagian atasnya telah terpotong.
Serpihan pedang suci itu berkelap-kelip di udara seperti sekumpulan kunang-kunang. Sementara tepi dari pedang yang terpotong itu bersinar layaknya sebuah kaca. Begitu Emi menyadari kalau Gabriel telah memotong pedangnya, dia bahkan tidak bisa bergerak untuk menghindarinya.
"Mommy!"
Alas Ramus mempunyai reaksi yang sama dan mulai terbang menuju Emi. Emi sadar apa yang akan terjadi pada Alas Ramus, yang satu-satunya cara dia bertarung adalah dengan menerjang jika dia bersentuhan dengan bilah pedang Durandal itu.
"Takkan masalah selama dia masih punya fragmen Yesod, inti perak yang berasal dari surga. Tapi yah, aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada pedang sucimu."
Gabriel mencoba untuk berpose dan meletakkan durandal di atas bahunya.
"Ow!! Aku memotong bahuku sendiri."
Dia meletakkan pedang yang bisa memotong apa saja di atas bahunya, hal itu menyebabkan pedang itu merobek bajunya dan melukai bahunya.
"Hey, Alas Ramus!"
"... Apa mommy?"
Emi mengabaikan Gabriel dan mengajukan sebuah pertanyaan pada Alas Ramus.
"Apa kau mencintai daddy mu? Apa kau ingin selalu bersama dengan dia?"
"Yes!!"
Alas Ramus memberikan jawaban yang sangat pasti.
"Oh, tapi aku juga mencintaimu mommy, aku juga ingin bersama denganmu." Alas Ramus segera menambahkan kalimat tersebut setelahnya, yang mana hal itu membuat dia terlihat lebih manis lagi.
"Okay!!"
Emi menyeringai.
"Kalau begitu aku tidak bisa mengabaikan keinginan seorang anak kecil yang selalu ingin bersama ayah tercintanya."
Emi mengkonsentrasikan seluruh kekuatannya dan menuangkan sihir sucinya pada pedang itu.
Bilah pedang yang terpotong itu mulai memperbaiki dirinya sendiri dan kembali ke bentuk aslinya.
Pedang itu menjadi lebih tipis dan terlihat kurang dapat diandalkan daripada ketika pertama kali pedang itu dihunuskan. Akan tetapi,
"Aku akan melakukan apapun untuk memberikan kebahagiaan pada mereka yang percaya padaku."
"Ugghh.. Aku merasa ini akan sangat mengganggu."
Emi menuangkan seluruh kekuatannya pada setiap aksinya, sementara Gabriel merasa keheranan dari dasar hatinya.
".. Jangan menahan diri ketika menghadapiku. Man, kau membuatku terdengar seperti seorang penjahat."
Gabriel memasang kuda-kuda yang terlihat benar-benar mengabaikan teknik memegang pedang. Akan tetapi dilihat dari kecepatannya, kekuatannya, dan ketajaman pedangnya, Emi pasti akan kehilangan nyawa jika dia terkena goresan sedikit saja.
"Seperti yang kukatakan, jika kau menghalangi jalanku, aku tidak punya pilihan lain selain melawanmu dengan sungguh-sungguh. Pikirkan lagi apa yang coba kau lakukan."
"Dibandingkan dengan melihat seorang gadis kecil menangis, ketakutan akan musuhku bukanlah apa-apa."
"Anak itu memang terlihat seperti anak kecil, tapi sebenarnya dia adalah Yesod Sefirah... Gzz, berhenti membuatku terdengar seperti seorang penjahat."
Emi tidak lagi peduli dengan keluhan Gabriel dan mulai membuat strategi untuk pertarungan nekat ini.
Bahkan dengan bentuk optimalnya, pedang itu bisa terbelah menjadi dua. Emi tidak akan bisa menangkis pedang Gabriel menggunakan pedangnya. Emi harus bisa mengalahkannya dalam sekali serangan, akan tetapi kecepatan Gabriel membuat itu terlihat hampir mustahil.
"Aaaahhhhhh!!"
Tepat pada saat itu, seseorang menyerang Gabriel dari belakang dengan kecapatan tinggi.
"Ra-raja Iblis?"
"Daddy?"
"Nghgh!!"
Maou terbang dengan menumpang di atas palu Suzuno, dan entah bagaimana dia bisa mendarat di atas punggung Gabriel.
Ketika Maou melompat ke arah Gabriel, Suzuno mengayunkan palunya ke arah Gabriel disaat yang bersamaan.
"War Light Shockwave!"
Sebuah serangan yang datang bersamaan ketika Suzuno meneriakkan kata tersebut tepat mengenai pantat Gabriel ketika dia berusaha namun gagal untuk menghindari palu itu, dengan Maou yang masih berada di punggungnya.
"Whooaaaa!?"
"Whaaaaa..."
Karena pusat gravitasinya menjadi lebih condong pada bagian atas tubuhnya dikarenakan adanya Maou, Gabriel mulai berputar-putar dengan cepat di udara.
"LEPASKAAAAAN!!"
"MANA MUNGKIN AKU AKAN MELEPASKANMU!"
Di tengah-tengah putaran yang sangat cepat itu, pertarungan antara Gabriel dan Sang Raja Iblis terlihat seperti akan segera berakhir untuk selamanya.
"Eeeemiiii!! Lakukan sekarang!! Tebas dia bersamaan denganku!"
Emi terkejut mendengar teriakan putus asa Maou.
"Ka-kau bodoh!! Bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu di hadapan Alas Ramus."
"Toloooolll!! Inilah satu-satunya kesempatan kita."
"Humph!!"
"Gyaah!!"
Bahkan Gabriel pun tidak akan sanggup untuk terus berputar-putar selamanya.
Di momen ketika dia berhenti berputar, Gabriel melemparkan Maou ke samping layaknya dia menyingkirkan seekor lalat.
"Daaah!!"
Maou terlempar dan berputar-putar di udara masih dengan kecepatan tinggi terjun langsung menuju permukaan bumi.
"Ra-raja Iblis!!"
Suzuno terbang menyusulnya, akan tetapi jarak dan kecepatan jatuh Maou terlalu jauh untuk dikejar Suzuno.
"Mommy!!"
Ketika Emi menyaksikan semuanya dengan pasrah, Alas Ramus tiba-tiba bertanya padanya.
"... Ada apa Alas Ramus?"
"Mommy, apa kau akan selalu bersama dengan daddy? Apakah mommy mencintai daddy?"
Emi tidak mengerti apa maksud dia menanyakan itu dan kenapa dia menanyakan itu sekarang, dari sekian banyak waktu yang ada.
Bahkan setelah mengalami begitu banyak pertarungan besar yang terjadi di depannya. Dan bahkan dengan perbedaan mereka antara sebagai manusia dan raja iblis. Emi tidak bisa melakukan apapun selain hanya tersenyum menghadapi perubahan situasi yang aneh ini.
Emi tidak pernah bermimpi akan menyakiti seorang anak kecil. Tapi dia juga tidak bisa berbohong.
"Aku... Yeah, aku akan selalu bersama dengan daddy."
"Benarkah?"
Alas Ramus tersenyum dari dasar lubuk hatinya, dipenuhi dengan kebahagiaan. Emi pun juga menjawabnya dengan sebuah senyuman.
"Ya, selalu."
Emi mengatakan kata-kata itu dengan arti yang sebenar-benarnya.
"Sampai kematian memisahkan kami."
Selama Sadao Maou adalah Raja Iblis Satan.
"Yaaaay!!"
Alas Ramus mengeluarkan teriakan kegembiraan yang begitu kekanakan, dan seketika itu juga,
"!?"
Terdapat sebuah tekanan yang hampir terasa seperti gempa di angkasa.
Suzuno terbang mencoba mengejar Maou yang jatuh, tapi seseorang terbang melewatinya dengan kecepatan yang begitu luar biasa yang membuat Suzuno hampir kehilangan kendali.
Ketika Suzuno selesai membetulkan posisi terbangnya, Maou sudah sepersekian detik hampir menghantam tanah, akan tetapi,
"Daddy!!"
Maou melayang tepat di atas tanah.
Entah bagaimana, Maou diselimuti oleh cahaya keemasan yang mengelilingi Alas Ramus.
"Alas Ramus.. Kau.."
"Hey, daddy, mommy bilang dia akan selalu bersamamu."
"Huh?"
Maou sama sekali tidak mengerti apa yang Alas Ramus katakan, dan memiringkan kepalanya kebingungan ketika dia melayang beberapa sentimeter di atas halaman Villa Rose Sasazuka dengan keempat tangan dan kakinya terulur dengan posisi yang konyol.
"Jadi daddy, kau tidak akan pernah merasa kesepian lagi."
"Apa yang kau katakan...?"
"Aku akan selalu bersama mommy dan daddy, okay?"
"Huh?"
Suara yang ceria dan sebuah cahaya yang begitu terang muncul pada waktu yang hampir bersamaan.
Cahaya yang selembut bulu itu mengisi mata Maou dalam sekejap.
"Jadi selamat tinggal daddy, untuk sebentar saja."
Maou kehilangan tumpuannya dan jatuh ke tanah ketika komet keemasan itu terbang menjauh menuju langit. Maou tidak bisa melakukan apa-apa selain melihatnya dari bawah.
Suzuno akhirnya mendarat, tapi Maou bahkan tidak menoleh ke arahnya dan kemudian berteriak,
"Alas Ramuuuuuuuuuus."
Seolah-olah seperti merespon teriakan putus asa Maou, sebuah ledakan cahaya keperakan terlihat dari langit yang begitu tinggi, bersinar dengan intensitas layaknya seperti matahari kedua.
"Sepertinya ada pilihan ketiga Gabriel." Kata Emilia, kini dia terlihat mengenakan pelindung lengan dan kaki yang bersinar layaknya sinar bulan purnama.
Di tangan kanannya yang memegang pedang suci terdapat pelindung lengan yang sedikit menonjol keluar tanpa menyentuh pegangan pedangnya. Di tangan kirinya yang kosong terdapat pelindung lengan yang besar serta megah dengan perisai di atasnya. Sementara pelindung di kedua kakinya mempunyai desain yang sama.
Armor Pembasmi-Kejahatan yang biasanya hanya berbentuk cahaya yang mengelilingi tubuhnya, kini mempunyai wujud fisik yang terletak di berbagai tempat.
Area di sekitar pelindung lengan dan kakinya, terdapat kabut cahaya yang sama seperti sebelumnya. Akan tetapi kini Pedang Suci Better Half telah sepenuhnya kembali ke wujud aslinya, termasuk ujung pedang yang telah dipotong oleh Durandal, pedang itu kini memancarkan cahaya keperakan.
"Oh man... Benar juga, pihak Gereja memberimu lebih dari satu "Perak Surga", aku benar-benar lupa."
Ekspresi Gabriel menjadi serius ketika dia memasang kuda-kuda dengan Durandal sekali lagi.
"Aku tidak bisa mengatakan fragmen mana yang menjadi inti untuk menciptakan Armor Pembasmi-Kejahatan itu, tapi tidak diragukan lagi, anak itu pasti telah mengambilkanya untukmu. Ini gawat, aku tidak menyangka itu akan berevolusi seperti ini... Aku benar-benar harus ser...."
Meskipun ekspresi Gabriel menunjukan tekad untuk bertarung, tapi sikap cerianya masih tidak berubah. Sesuatu melewatinya tepat di sebelah kanannya.
Dan beberapa saat setelahnya,
"Ngaaaahhh!? Apa?? Apaaa? Apa ini?"
Rasa sakit yang begitu tajam menyerang punggung Gabriel, membuat dia berteriak.
Itu adalah rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Itu adalah hal yang wajar bagi seorang Malaikat dari Surga yang tidak pernah dilukai oleh manusia sebelumnya.
"Ap-ap-apaa??"
Lengan Gabriel tertebas meskipun itu sangat sangat dangkal.
Akan tetapi, ini adalah kejadian yang sama sekali tidak diduga oleh Gabriel. Beberapa saat yang lalu, dia tidak merasakan apa-apa ketika menggenggam pedang suci itu dengan tangan kosongnya.
"... Jadi darah malaikat itu merah seperti milik kita ya??"
Emi, Emilia Justina, sekali lagi menoleh ke arah Gabriel setelah mengibaskan tetesan darah dari ujung pedang sucinya.
"Pergilah Gabriel!! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menentang Surga. Aku hanya tidak ingin melihat gadis kecil itu menangis."
Emilia memandang ke bawah ketika dia berbicara.
"A-aku tidak bisa melakukan itu... Aku juga punya alasanku sendiri untuk tidak mundur. Kau pikir sudah berapa abad yang kuhabiskan untuk mencari fragmen Yesod?"
"Oh?? Jadi kau mau bilang kau masih ingin melawanku dengan pedang itu?"
"!!"
Semua bekas rasa percaya diri lenyap dari wajah Gabriel.
Pedang Gabriel yang sering diceritakan dalam kitab-kitab suci, Durandal telah terpotong, akan tetapi tidak seperti bagaimana Better Half terpotong beberapa saat lalu.
Seolah-olah menambah luka Gabriel, sebuah retakan mulai melebar ke tengah-tengah bilah pedangnya dari yang awalnya hanya bagian tepinya saja, dan kemudian pedang itu hancur lebur layaknya abu.
"Ku-kurasa, aku memang harus pergi."
Gabriel secara mengejutkan menyerah dengan mudah sekali.
"Tapi ini tidak seperti Sariel ataupun aku telah menyerah. Kami pasti akan mendapatkan semua fragmen Yesod suatu hari nanti. Kami akan membiarkanmu menjaga yang satu ini sampai saat itu tiba."
"Kau terdengar seperti anjing yang telah kalah. Tapi masih ada satu hal yang tidak aku mengerti. Seperti yang ditanyakan Raja Iblis, kenapa kau sampai nekat mengumpulkan mereka semua ketika tidak ada yang terjadi, bahkan setelah mereka hilang selama ratusan tahun?"
Gabriel membuat ekspresi aneh ketika mendengar pertanyaan Emi.
"... Serius ini? Kau benar-benar menanyakan hal itu padaku?"
"?"
Kebingungan, Emi menatap tajam ke arah Gabriel.
"... Kau seharusnya berpikir apa sebenarnya kau ini, dan arti dari pertarunganmu melawanku. Jika kau melakukan itu, kau pasti akan mengerti suatu hari nanti."
Gabriel memberikan jawaban yang tidak jelas dan tiba-tiba dia menusukkan pedang patahnya ke udara sebelum Emi bisa berbicara lebih jauh lagi.
"Aku berdoa supaya ketika saat itu tiba, kau akan memilih untuk memelihara kedamaian dunia, agar...."
Seberkas cahaya mulai terpancar dari tangannya,
"...kita tidak mengulangi lagi tragedi 'Raja Iblis Satan yang Agung'"
"Ap-apaa??"
Langit kini dipenuhi cahaya yang begitu terang, memaksa Maou dan Suzuno untuk mengalihkan pandangannya sesaat.
Itu lebih cocok disebut sebagai ledakan cahaya, tapi ketika mereka mencoba melihat asal cahaya itu, mereka melihat sesuatu yang jatuh ke arah mereka.
Suzuno menendang tanah tempatnya berdiri dan terbang ke udara, kemudian dia mulai mendekat ke arah benda yang jatuh itu.
"E-Emilia??"
Suzuno menyadari kalau itu adalah manusia, lebih tepatnya itu adalah Emilia.
Suzuno tidak bisa mengetahui apakah Emilia terluka ataukah dalam keadaan tak sadarkan diri karena semburan cahaya yang terlihat sebelumnya. Akan tetapi, Suzuno menangkapnya tepat waktu, ketika si pahlawan itu jatuh tak berdaya di lengannya.
"Emilia, apa kau baik-baik saja?"
Penampilan Emi benar-benar terlihat lemah, tapi dia segera membuka matanya ketika Suzuno berbicara padanya.
"... Bell??.. Yeah, semuanya baik-baik saja... Atau paling tidak aku... Dan Gabriel telah pergi."
"Apa!?"
Terkejut, Suzuno dengan cepat melihat ke arah cahaya yang tersisa dari ledakan tadi.
Di sana, dia hanya melihat bekas-bekas cahaya dan langit di atas Sasazuka yang biasanya. Tidak ada seorang pun di sana termasuk Gabriel.
Akan tetapi, Suzuno tidak merasa lega.
Tidak ada seorang pun di sana.
Hanya Emi dan Suzuno yang berada di udara.
"Hey, Emi!!"
Sebuah suara memanggilnya dari bawah, tanpa melihatnya pun, dia bisa tahu kalau itu adalah suara keputusasaan.
"Di mana Alas Ramus?"
"..."
"Apa yang terjadi pada Alas Ramus?"
"..."
Suara Maou menjadi lebih keras tanpa dia sadari, ketika dia menyaksikan Emi dan Suzuno yang turun perlahan.
Emi mengalihkan pandangannya dari Maou sambil membuat ekspresi suram, dan Maou pun merasa tulang belakangnya gemetaran.
"Tidak.. Apakah Gabriel..."
Emi tidak memberikan jawaban apapun.
Malahan dia merespon,
"Ughhh.. Apa yang harus kulakukan...?"
Emi berbisik pada dirinya sendiri dengan suara yang tidak bisa didengar siapapun.
Kontrakan tersebut dihiasi dengan lemari yang terbuat dari kayu pohon cherry, memberikan kesan klasik. Senada dengan nuansa klasik tersebut terdapat juga meja makan berbentuk bundar dan lemari bermerk Paulownia.
Semua furnitur itu bergaya tradisional Jepang, kecuali kulkas bermerk terbaru dengan fitur penghemat energi dan bermodelkan ukuran keluarga, terdapat juga mesin cuci yang terletak di jalan masuk utama dengan wadah besar yang bahkan bisa membasmi kuman. Selain dari dayanya yang terbatas, Microwave yang berada di apartemen Suzuno ternyata tidak terlalu berbeda dengan microwave yang dimiliki Kastil Raja Iblis.
Kipas angin yang berada di apartemen Suzuno adalah kipas angin model terbaru merk Tyson dengan bentuk elips, dan anehnya kipas angin itu bisa meniupkan angin dari sisinya bahkan tanpa bilah kipas. Urushihara dengan penasaran memasukkan tangannya ke dalam sisi kipas itu.
"... Sepertinya tidak ada yang terjadi."
Dan kemudian Ashiya berjalan melewati pintu.
"Kau sudah mengantar Chiho-dono pulang?"
"Tentu saja. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Maou-sama dan kita semua saat perjalanan pulang."
"Meskipun begitu, kita tidak bisa membiarkan Chiho-dono terlibat dalam masalah ini."
"Tentu saja. Jika sesuatu terjadi pada Sasaki-san, sumber mata pencaharian kami akan berada dalam bahaya. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku sudah menyuruhnya untuk tidak datang dulu ke Kastil Raja Iblis sampai semuanya beres."
".... Well, aku setuju dengan pendapatmu."
Suzuno tidak bertanya lebih lanjut lagi terhadap jawaban Ashiya yang seperti itu, malah dia membiarkan Ashiya masuk tanpa adanya keberatan sedikitpun.
Ashiya dengan malas duduk di tengah-tengah ruangan, dan Suzuno mengajukan pertanyaan lainnya.
"Alsiel, aku ingin bertanya sesuatu."
"Apa? Aku tidak akan mau membayar hanya karena tidur di sini."
"Kau pikir aku ini orang pelit? Aku tidak sepertimu, aku hanya ingin bertanya mengenai pasukan iblismu."
Suzuno mengangkat kepalanya dari atas lututnya yang sedari tadi dipeluknya.
"Kenapa kau berencana menguasai dunia?" Tanya Suzuno kepada seorang pria kalangan menengah ke bawah yang bisa dengan mudah dijumpai di Jepang.
"Kupikir aku sudah tahu semuanya, tapi kali ini aku tidak bisa mengatakan kalau aku mengerti alasanmu ingin menguasai dunia."
"... Kulkas itu sangat luar biasa ya?"
"Huh?"
Jawaban Ashiya terdengar seperti benar-benar ngelantur.
Akan tetapi, Ashiya menjawabnya dengan ekspresi serius sambil menatap kulkas model terbaru yang dibeli Suzuno beberapa hari yang lalu dengan rekomendasi dari Emi.
"Jika kau membuka pintu kulkasnya, kau bisa menemukan sayur-sayuran, daging, dan susu yang telah kau beli kemarin. Jika kau tidak punya apa-apa, kau hanya perlu pergi ke toko dan membeli apa saja dan kemudian memasak makanan apapun yang kau inginkan untuk sehari-hari.... Mungkin Maou-sama dan kami semua menginginkan sesuatu yang seperti itu dan mulai menginvasi Ente Isla."
"...?"
"Tidak apa-apa jika kau tidak memahaminya. Ngomong-ngomong, kita bekerja keras sekarang ini adalah untuk masa depan kita ketika kita kembali ke Ente Isla nanti... Apa kau paham, Urushihara?"
".. Umm aku akan bekerja jika aku bisa bekerja."
"Dasar sampah!"
Mungkin karena situasi saat ini, entah kenapa percakapan Ashiya dan Urushihara terdengar begitu tenang.
Suzuno mendengarkan mereka berdua berbicara dan perlahan menenggalamkan wajahnya di antara kedua lututnya kembali.
XxxxX
".... Uh...."
Karena cahaya matahari pagi yang terbit lebih awal dan bertambahnya suhu udara, Emi pun terbangun. Dia membuka matanya perlahan dan melihat langit-langit kayu yang tidak pernah dilihatnya.
"... Uh! Oh.."
Emi hampir meloncat kaget ketika ingat kalau dia menginap di Kastil Raja Iblis.
".... Uh, hampir saja!"
Dia melihat Alas Ramus yang menempel padanya dan tidur dengan nyenyak.
Jika dia melompat seperti yang hampir dilakukannya, dia pasti akan membuat Alas Ramus terbangun.
Emi bernafas lega dan menoleh ke arah Maou yang tertidur di samping Alas Ramus.
Posisi tidurnya benar-benar memalukan.
Udara di ruangan tersebut memang panas, Maou tidur dengan kaos yang menyingkap ke atas, memamerkan perutnya, dan mendengkur keras dengan mulut yang terbuka. Tidak akan mengejutkan jika dia mulai membuat gelembung dengan hidungnya.
Emi menoleh ke arah jam, yang menunjukkan pukul 05:30. Ini adalah waktu ketika matahari terbit lebih awal di tahun ini.
Karena dia tidur di atas tatami yang hanya beralaskan sprei, seluruh tubuhnya terasa kaku. Emi mulai meregangkan leher dan bahunya dan menguap dengan keras ketika dia berpikir kalau dia seharusnya membuat Maou setidaknya membelikan Futon untuk Alas Ramus.
Tidak ada suara yang terdengar dari ruangan Suzuno di sebelah. Mungkin mereka masih tertidur. Emi mulai bertanya-tanya apa Chiho bisa pulang dengan selamat.
Emi mengelus-elus rambut Alas Ramus, lalu mengambil tasnya, mengeluarkan sebotol Holy Vitamin Beta dan kemudian meminumnya dalam sekali tegukan.
Karena dia tidak tahu kapan Gabriel akan tiba, dia memutuskan mungkin akan lebih baik jika dia mengisi energinya sebanyak mungkin untuk bersiap-siap kalau pertarungan terjadi nanti.
Tentu saja, itu semua dilakukannya demi Alas Ramus dan bukan karena dia terjebak dalam tipuan Raja Iblis.
"Ini semua demi Alas Ramus, Ini semua demi Alas Ramus.."
Emi menggumam dan mengerutkan dahinya merasakan sisa-sisa rasa Holy Vitamin Beta yang tertinggal di mulutnya.
"Aku akan membasuh wajahku dulu." Kata Emi ketika dia menoleh ke tempat cuci piring dan kemudian,
"Yo, selamat pagi."
Sampai pada saat itu, Emi tidak menyadari kalau ada orang selain Maou dan Alas Ramus di ruangan itu.
".... Nghh!!"
Pria tersebut bersembunyi di titik buta dari bidang pandangan Emi. Dia kemudian memposisikan tangannya untuk menutupi mulut Emi sebelum Emi punya kesempatan untuk bereaksi.
"Jangan melawan, aku tidak akan melakukan sesuatu yang kasar."
"Mgh, nghghgh!!!"
Emi mencoba menendang Maou dengan kakinya, tapi sayangnya dia tidak bisa menjangkaunya.
"Itu percumaaa, semua orang saat ini sedang tertidur lelap, mereka tidak akan terbangun untuk sementara."
Emi menatap tajam pada asal suara yang terdengar ceria tersebut ketika dia masih dibekap. Kemudian dia mengkonsentrasikan kekuatannya pada tangan kanannya tanpa ragu sedikitpun.
"Whoaa!! Itu berbahaya."
Pria itu dengan mudah melepaskan bekapannya pada mulut Emi dan mundur beberapa langkah untuk membuat jarak.
Akan tetapi, karena mereka berada di kamar apartemen dengan ukuran 6 tatami, meskipun bilang membuat jarak, tapi itu tidaklah lebih dari 2 tatami, yang mana masih berada dalam jangakauan pedang suci Emi.
"Malaikat zaman sekarang benar-benar tidak punya tata krama ya? Menculik orang, menaruh alat pelacak di tas orang lain, masuk ke rumah orang lain tanpa izin..."
Pria yang sama sekali tidak memancarkam aura kesucian malaikat itu tertawa dengan bangga.
"Yeeeeaaahh, tapi tidakkah kau pikir tak masalah jika rumah tersebut adalah kastil Raja Iblis? Pada dasarnya ini kan markas musuh..."
"Dan kenapa kau datang ke sini pagi-pagi sekali? Apa itu karena kau berubah pikiran dan memutuskan untuk merebutnya secara paksa?"
Emi mengarahkan tangan kanannya tepat pada tenggorokan Gabriel.
Dalam sekejap mata, Pedang Suci Better Half, muncul dari tangan kanan Emi, dan ujung dari pedang tersebut menunjuk tepat pada tenggorokan Gabriel.
"Bukankah kubilang kemarin kalau aku hanya ingin berbicara? Kau terlihat seperti tidak ingin mendengar apapun yang akan kukatakan."
"Di samping Alas Ramus, kau juga menginginkan pedang suci ku kan? Aku tidak akan memperlakukanmu dengan baik jika kau berencana menghalangiku untuk mencapai tujuanku."
"Gzzz,, ya ampun, gadis zaman sekarang benar-benar punya kepribadian yang keras. Tidak heran pria-pria tanpa nyali berserakan di mana-mana sekarang ini. Gadis memang mengerikan."
Mungkin karena memang kepribadiannya atau mungkin karena kepercayaan dirinya sebagai malaikat agung, Gabriel sama sekali tidak menunjukkan perubahan sikapnya meskipun dengan pedang suci yang mengarah tepat pada tenggorokannya.
"Ngomong-ngomong, mari kita luruskan hal ini dulu. Alasan kenapa Raja Iblis dan orang-orang di kamar sebelah belum bangun bukanlah karena kekuatanku atau aku memasang sebuah barrier ataupun sejenisnya."
"... Apa yang ingin kau katakan?"
"... Well ini hanya tebakanku saja, tapi kemungkinan mereka memang baru saja tertidur. Mereka terlihat seperti berusaha sangat keras untuk terjaga semalaman dan membuat pertahanan, tapi mereka sepertinya gagal sekitar satu jam yang lalu. Tapi serius ini, bahkan kau pun tidak bangun sama sekali. Aku masuk ke ruangan ini, menggunakan mivrowave untuk memanaskan makanan yang aku beli dari toko, memakai kamar mandi, dan melakukan senam pagi di halaman, tapi tidak ada yang terbangun. Aku benar-benar mulai merasa kesepian."
"..."
Emi teringat Maou mengatakan sesuatu tentang bekerja sampai tengah malam, dan dipaksa bangun pagi oleh Alas Ramus di hari sebelumnya.
"Karena aku sedang mencoba untuk menjadi orang paling baik di seluruh dunia, aku tidak akan menyerang seseorang ketika mereka sedang tertidur. Jadi itulah kenapa aku dari tadi menunggu kau atau Raja Iblis terbangun supaya kita bisa bernegosiasi kembali... Jadi singkirkan benda tajam itu, oke?"
Gabriel mencoba merayu Emi dengan membuat ekspresi tak berdosa dan berusaha untuk menyingkirkan pedang yang mengarah padanya, akan tetapi Emi menolak untuk menggerakkan pedangnya.
Emi tidak ingin ada lagi makhluk dari dunia lain yang tergila-gila dengan hasrat dunia ini seperti memakan makanan dari toko ataupun melakukan senam pagi.
"Tidak seperti Sariel, aku tidak punya kekuatan yang bisa meniadakan sihir suci, jadi serius ini, bisakah kita melakukan ini dengan damai?"
"...yeah benar."
"Huh?"
"Aku yakin, para bawahanmu pasti sudah mengepung tempat ini? Apakah mereka yang kau sebut dengan Tentara Surga?"
Gabriel menjadi gelagapan mendengar pertanyaan agresif dari Emi.
"Aku hanya menginginkan apa yang aku cari, dan aku benar-benar tidak ingin menyakiti orang lain, tapi apa yang sebaiknya aku lakukan? Si Raja Iblis tidak bisa diajak kerja sama kemarin, jadi aku menyuruh mereka untuk melihat dari kejauhan. Oh, tapi aku sendiri sudah menghabiskan banyak kapasitas gate, jadi mereka tidaklah terlalu kuat. Di samping itu, ketika aku merebut gadis itu kembali, akan butuh kapasitas yang lebih besar lagi. Jadi kumohon, maukah kau mendengarkanku?"
"...."
"Whaaaa!! Apa kau benar-benar ingin menancapkan ujung pedangmu itu ke leherku? Bukankah kau ini seharusnya seorang pahlawan? Kau terlalu mahir mengancam orang lain dengan pedang. Menakutkan!!"
Emi dengan hening mengerakkan ujung pedangnya lebih jauh lagi dan menyentuh leher Gabriel. Dia tidak terluka tapi dia bertingkah seperti orang panik.
Dan karena mereka membuat keributan seperti itu...
"Man, kenapa kalian berisik sekali?? Ini kan baru jam 5 lebih, apa....... Apa-apaan ini?"
Meskipun baru saja tertidur, tidaklah mengejutkan jika suara berisik tepat di sebelah Maou bisa membangunkannya.
Ketika dia membuka matanya, dia melihat Emi dan sesosok pria, dengan pedang suci yang berada di antara mereka, bertarung di tempat yang benar-benar sempit, ruangan berukuran 6 tatami.
"Uihhh.. Daddy."
Alas Ramus juga terbangun, Maou tidak bisa berpikir dengan jernih melihat perubahan situasi yang seperti ini.
"Gabriel... Kenapa kau datang ke sini pagi-pagi sekali...?"
"Oh, pagi, Raja Iblis Satan. Maaf, sudah menganggumu sepagi ini. Aku punya jadwal yang ketat, kau tahu?"
Maou menutupi Alas Ramus dengan tubuhnya sendiri. Tapi melihat bagaimana Gabriel yang mampu mendekat tanpa terdeteksi dan hampir tidak menggunakan kekuatannya, membuat keadaan Maou benar-benar tanpa harapan.
"Li-lihat? Kau seharusnya tidak menggunakan benda tajam di depan anak kecil. Itu adalah pengaruh yang buruk. Jadi bisakah kau menyingkirkannya?"
Gabriel masih mencoba mempengaruhi mereka agar melakukan apa yang menguntungan baginya.
Bagaimanapun, tidak mungkin Emi bisa mempercayai apa yang dikatakan Gabriel. Tidak ada jaminan kalau dia tidak akan menyerang saat pedang itu disingkirkan dari lehernya.
Fakta bahwa Gabriel datang sendiri, meskipun dia punya Tentara Surga, itu berarti dia benar-benar percaya diri dengan kekuatannya. Seorang malaikat bernama Gabriel ini pasti bukan orang bodoh seperti yang dia perlihatkan selama ini.
"Aku juga tidak ingin bermusuhan dengan surga ataupun para malaikat. Tapi kaulah orang yang memaksaku untuk melakukan hal ini."
"Whaa... Logika yang menyeramkan!!"
Gabriel gemetar seolah-olah dia merasa putus asa menghadapi dunia ini.
"Baiklah, aku akan berbicara begini saja... Tapi ujung pedang itu menyentuh leherku, menakutkan... Well, jika aku memang harus mengakui sesuatu, sebenarnya sekarang ini aku hanya membutuhkan salah satu dari pedang itu atau anak kecil ini. Aku tidak akan berbohong pada kalian. Kalian punya dua pilihan. Serahkan atau tidak?"
Gabriel dengan tenang dan juga sedikit terganggu, menjelaskan hal tersebut sambil mengerakan tangannya.
"Dahulu kala, Yesod Sefirah yang aku jaga telah dicuri dari Pohon Kehidupan. Dan pencuri itu punya kemampuan untuk memecah Yesod Sefirah menjadi banyak fragmen dan menyebarkannya ke berbagai tempat. Pedang Sucimu dan anak kecil yang berada di belakang Raja Iblis itu adalah bagian dari fragmen Yesod, Emilia. Jadi, tidaklah baik bagi mereka jika berada di luar surga untuk kurun waktu yang lama."
"Pedang suciku.... Berasal dari pecahan Yesod?"
Gabriel mengancungkan jarinya dan bicara senormal mungkin seolah-olah sedang membawakan berita pagi.
"Yeep, coba lihat, itu tertanam di sebelah sana. Sebuah kristal berwarna ungu."
Gabriel menunjuk pegangan pedang suci itu dengan jari dan juga matanya.
Pegangan Pedang Suci Better Half mempunyai ukiran berbentuk sayap, dan di tengah-tengah mereka terdapat sebuah hiasan berupa kristal berwarna ungu. Akan tetapi, dari dulu Emi mengira itu bukanlah apa-apa selain hiasan semata.
"Pedang Suci Better Half sangatlah berbahaya, bahkan jika dibandingkan dengan fragmen lainnya. Pedang itu menjadi prioritas tertinggi kami untuk memulihkan Yesod, tapi sampai kau, Satan, menginvasi Ente Isla, keberadaannya menjadi misteri untuk waktu yang sangat lama. Kami menghabiskan ratusan tahun untuk memperbaiki fragmen itu sedikit demi sedikit, tapi kami hanya tidak bisa menemukan pedang dan gadis kecil itu. Dan aku tidak ingin yang lain tahu mengenai kegagalanku, jadi aku mencoba memperbaiki mereka sendiri secara diam-diam, tapi kau pasti tidak akan bisa menyembunyikan sesuatu untuk waktu yang sangat lama. Aku dituduh melakukan pemberontakan terhadap Tuhan, dan Sariel mengetahui apa yang terjadi padaku. Aku hampir menjadi malaikat jatuh, kau tahu, haha!"
Gabriel tertawa terhadap apa yang dikatakannya sendiri, sangat tidak cocok dengan suasana yang kini memanas.
"Bagaimana pedang ini bisa berbahaya? Pedang ini adalah senjata untuk mengalahkan Raja Iblis, jadi tidak seharusnya dia berbahaya bagi orang lain."
"Pedang itu sih, berbahaya buatku."
Tidak ada yang menghiraukan lelucon Maou.
"Well, itu adalah apa yang manusia... Maksudku, itu hanyalah sebuah kisah yang diceritakan oleh pihak gereja yang memperoleh fragmen Yesod dulu. Dan jika aku mengatakan padamu kenapa pedang itu berbahaya, itu akan mengacaukan seluruh usaha yang aku lakukan untuk mengejar fragmen itu. Aku tidak bisa menceritakannya."
"Kisah... Apa??"
"Selain itu, kenapa pedang itu menjadi senjata yang paling cocok untuk melawan Raja Iblis atau Iblis lainnya? Pedang Suci Better Half memperoleh kekuatannya dari sihir suci kan? Bagaimana bisa hal itu berbeda dengan orang-orang dari gereja yang menggunakan 'Materialization War Art, Iron Light'? Itu semua karena mereka itu dibuat dari bahan yang berbeda, jadi pedang sucimu bukanlah senjata yang dibuat khusus untuk menemukan para iblis."
"Tapi.. Tapi, pedang ini menuntun kami ke tempat di mana Raja Iblis berada."
Ketika mereka berhasil menerobos ke dalam kastil Raja Iblis, pedang suci itu membimbing Emi dan yang lainnya ke tempat di mana Raja Iblis berada dengan cahayanya. Itulah alasan kenapa mereka mampu mengambil alih kastil itu dalam waktu singkat.
"Kemungkinan itu bukan menuntunmu pada Raja Iblis, tapi pada gadis itu." Kata Gabriel dengan santai.
"Fragmen Yesod tertarik satu sama lain, itu saja. Well, karena hal itu juga, menemukan gadis kecil itu membutuhkan waktu yang lama."
Kejadian yang terjadi setelah fragmen itu saling menarik satu sama lain adalah pertarungan hebat antara Raja Iblis dan Sang Pahlawan, yang mana saat itu Emi menarik seluruh kekuatan yang dia bisa gunakan dari dalam pedang suci itu.
"Karena sinyal kuat yang diberikan oleh pedang suci itu, sinyal dari gadis itu yang sudah lemah dari awal menjadi kelebihan beban. Dan kemudian, Emi datang ke dunia ini, hal itu membuat kedua sinyal itu menghilang bersamaan, kami tidak tahu ke mana perginya mereka dan kami hanya bisa panik. Tapi siapa yang bakal menyangka kalau itu menjadi bagian dari hobi berkebun Raja Iblis?"
Terakhir kali Maou melihat pohon yang tumbuh dari kristal itu, pohon itu mempunyai dua cabang yang mulai melilit satu sama lain, tidak ada bunga ataupun buah, hanya sebuah pohon semata.
Bagaimanapun juga, dari awal Maou tidak pernah mengharapkan apa-apa dari kristal itu, dan dia benar-benar lupa mengenai hal itu sampai akhir-akhir ini. Dan ketika Maou mulai memikirkannya, benar-benar suatu keajaiban kalau kristal itu bahkan bisa tumbuh.
Gabriel tiba-tiba menggenggam pedang suci Emi dengan tangan kosongnya.
Emi yang benar-benar lengah mencoba menarik pedangnya, tapi pedangnya tak bergerak sedikitpun.
"Itu percumaaa. Ini mungkin sedikit sakit seperti terkena pemotong kertas, tapi pedang suci dengan keadaanya yang sekarang, tidak akan bisa mengalahkanku, kecuali kalau sesuatu yang tidak terduga terjadi, jadiiii...."
Gabriel menoleh ke arah Maou, masih dengan sikap cerianya.
"Apa kalian paham sekarang? Tolong, maukah kalian mendengarkanku tanpa harus bertarung?"
Ini adalah peringatan terakhir dari Gabriel.
Tindakan Gabriel ini sebenarnya hanya ingin menunjukan bahwa meskipun Emi punya kesempatan itu bertarung, hasil dari pertarungan ini sudah sangatlah jelas. Maou sendiri tidak punya kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya dan dia tidak akan bisa membantu apa-apa.
Bahkan jika mereka menerima bantuan dari Suzuno, hasil pertarungan ini sepertinya juga tidak akan berbeda.
Jika sudah begitu, Maou hanya punya satu pilihan.
Maou mengambil nafas dalam-dalam dan menghadap ke arah Gabriel.
Emi dan Gabriel dengan gugup bertanya-tanya mungkinkah Maou akan mencoba melancarkan beberapa serangan nekat atau semacamnya, akan tetapi...
"... Apa??
"Ka-kau pikir apa yang kau lakukan?"
Tindakan Maou sama sekali tidak bisa diduga oleh Emi maupun Gabriel.
"Kumohon.."
Maou berlutut di lantai.
Raja Iblis Satan, yang berdiri di puncak dunia iblis dan punya ambisi untuk menguasai dunia, merendahkan kepalanya di hadapan sang Malaikat.
"Kumohon jangan ambil Alas Ramus."
Maou dengan sungguh-sungguh memohon kepada sang Malaikat, dengan dahinya yang berada di atas tatami.
"... Daddy?"
Alas Ramus tidak mengerti apa yang sedang Maou lakukan, dan bolak balik menatap Maou dan Gabriel.
"Kau tahu, aku ini malaikat dan kau itu raja iblis. Aku tidak akan melakukan sesuati seperti apa yang kulakukan pada gadis itu kemarin."
Gabriel menjawab dengan nada bosan, tapi Maou sendiri sudah menduga akan mendapatkan jawaban seperti itu.
"Tentu saja, aku tidak meminta hal ini secara cuma-cuma, bagaimana kalau kepalaku sebagai gantinya? Bukan kesepakatan yang buruk kan?"
"Apa??
"A-apa?? Jangan bodoh!!"
Mereka berdua benar-benar terkejut meendengar perkataan Maou.
"A-akulah orang yang akan mengalahkanmu!! Jangan buang nyawamu di tempat seperti ini!"
"Oh, diamlah!! Katakan saja pada mereka kau menerima bimbingan dari seorang malaikat dan mengalahkanku atau semacamnya gitu! Kalau sudah begitu, kau akan kehilangan apa?"
"Semuanya!! Dan siapa juga yang mau menerima bimbingan dari orang-orang seperti mereka?? Itu percuma, kecuali kalau aku melakukannya sendiri."
"Aku tidak peduli apa yang penting bagimu, yang terpenting sekarang adalah Alas Ramus."
"Umm, hey, bisakah kalian tidak terlibat pertengkaran keluarga saat mengabaikanku?"
"Siapa yang kau sebut keluarga??" Maou dan Emi menjawab bersamaan.
"Wow... Kalian bahkan mengatakan kalimat itu bersamaan."
Kata Gabriel tampak begitu terkesan.
"Daddy, mommy, jangan bertengkar!"
Adalah sebuah kejadian yang langka, Gabriel dan Alas Ramus mempunyai pendapat yang sama.
"Baiklah, kalau begitu biarkan aku bertanya padamu. Kenapa raja iblis seperti dirimu sangat peduli dengan anak itu?? Bukankah kau lupa akan keberadaanya sampai akhir-akhir ini?"
"Itu karena aku menjadi buta oleh keserakahanku setelah menjadi Raja dari para iblis itu, dan lupa dengan apa yang benar-benar berharga bagiku!"
Hari di mana ketika dia tertangkap dalam cengkraman cakar yang mengarah padanya, memandang langit dan tanah berwarna merah ketika dia melihat kematian itu sendiri.
"Dia adalah simbol harapanku yang aku peroleh ketika aku diselamatkan dari pinggir jurang kematian dan akhirnya terlahir kembali... Tapi entah bagaimana aku lupa akan hal itu dan menjadi Raja Iblis."
Sadao Maou, yang juga adalah Raja Iblis Satan, perlahan memeluk Alas Ramus.
"Daddy.. Sakitt.."
Alas Ramus menggeliat dalam dekapan tangan Maou.
"Tidak ada yang terjadi bahkan ketika kau tidak tahu keberadaanya selama ratusan tahun kan? Kumohon sebagai ganti nyawaku, tolong jangan bawa dia ke tempat yang tidak diingikannya."
".. Kau membuatnya terdengar seperti mengambil anak itu adalah kekejaman paling buruk di dunia ini, tapi akan kukatakan sekali lagi, dia sebenarnya adalah fragmen Yesod, jadi tempatnya yang seharusnya adalah di Surga."
"Aku tahu legenda kuno 'Raja Iblis Satan yang agung'.."
Emi bisa melihat wajah Gabriel menjadi kaku ketika mendengar kata-kata Maou.
Legenda 'Raja Iblis Satan yang agung' sepertinya mengacu pada Raja Iblis dari zaman iblis kuno yang Maou bicarakan kemarin malam, tapi tidaklah jelas bagaimana hal itu berhubungan dengan Gabriel.
"... Jadi kumohon, aku tidak bisa membiarkannya pergi, aku tidak ingin dia pergi. Kumohon, untuk sekarang, biarkan dia..."
Maou tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan jatuh berlutut.
"Maaf, pergantian rencana."
"Gah.. Ngghh!!"
Maou terlihat meronta-ronta ketika dia berdiri dengan lututnya. Emi tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang terjadi, tapi sepertinya Maou sedang berusaha untuk bernapas.
"Well, aku sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini, tapi kau tahu, kau sendirilah yang menggali kuburanmu sendiri. Bahkan untuk jiwa yang lembut sepertiku, aku harus melakukan ini setelah mendengar kata-katamu tadi."
"Gaaaahhhh!!!"
"Ra-raja Iblis??"
Gabriel mendekat ke arah wajah Maou seolah dia sedang menegaskan kemenangannya. Bahkan mata Emi pun bisa melihat leher Maou mulai terlihat seperti terkena tekanan, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang sedang mencekiknya.
"Maou-sama! Maou-sama!! Apa yang terjadi??"
"Mundur Alsiel, aku akan mendobraknya dengan paluku."
Tiba-tiba di luar ruangan terdengar sebuah keributan, dan suara panik Ashiya dan Suzuno dapat terdengar dari sana.
"Oohh.. Kupikir memang benar, jika kita terlalu banyak membuat keributan seperti ini, mereka pasti akan terbangun. Tapi itu percuma, barrier itu tidak akan dengan mudah bisa dihancurkan hanya dengan menyentuhnya di sana sini."
Gabriel tidak merasa terganggu sedikitpun. Suara dari benda keras yang menghantam pintu dapat terdengar dari luar, akan tetapi pintu dari apartemen enam tatami itu bahkan tidak retak sedikitpun.
Dan bahkan di saat seperti ini, suara dari Urushihara tidak terdengar di mana-mana, sepertinya dia masih terlelap dalam tidurnya.
"Emilia, maaf, tapi akulah yang akan mengakhiri hidup Raja Iblis Satan demi kebaikan kita semua. Aku tahu kau punya masalahmu sendiri, tapi seperti yang dia bilang sebelumnya, bisakah kau bilang pada gereja sesuatu seperti kau telah dibimbing oleh seorang malaikat atau semacamnya gitu? Aku bahkan akan membuat beberapa orang melihat mimpi dan penglihatan mengenai hal itu."
Situasinya benar-benar terlihat seperti tanpa harapan.
Para Iblis tanpa kekuatan mereka yang tidak bisa melakukan apapun, dan pedang suci yang telah dinetralkan.
"Okay, Emilia? Terdengar bagus kan?"
Gabriel bertanya kepada Emi dengan matanya yang masih menatap pada Maou. Dia juga masih berbicara dengan nada yang ceria seolah-olah sedang menanyakan arah jalan. Dari situ saja bisa terlihat betapa kecilnya dia memandang dunia manusia.
"... Aku menolak!!"
"Huh?"
"Malam ini adalah giliranku untuk menceritakannya kisah pengantar tidur. Jika kau membawanya, itu sama saja dengan aku melanggar janjiku."
"Apa... Serius ini...?"
Kata-kata Gabriel mengisyaratkan seolah dia sangat kecewa, tapi nada bicaranya terdengar sama sekali tidak peduli.
Kejengkelan Emi pun semakin bertambah.
"Aku tidak peduli dengan betapa agung dan tingginya dirimu ini!! Raja Iblis Satan akan kukalahkan dengan tanganku sendiri! Tidak ada orang lain yang bisa merebut hal itu dariku."
"Uuuhh.. Aku tidak tahu kalau itu adalah kata-kata yang harus kau gunakan untuk membunuh...."
"Begini saja, seseorang yang mencoba memisahkan seorang anak dengan ayahnya secara paksa pasti bukan orang baik-baik!! Heavenly Light Flame Strike!"
"Huh?? Wha wha.. Panas panas panas panas panas panas!! Hey! Kau pikir apa yang kau lakukan?"
Emi memancarkan api dari bilah pedang sucinya.
Teknik yang telah mengalahkan malaikat jatuh Lucifer, tapi itu bahkan tidak membakar telapak tangan Gabriel.
"Se-sepertinya tidak sehebat itu, tapi itu benar-benar panas!! Gezz!! Aku sudah bilang kan kalau aku tidak ingin berbuat kasar padamu, kenapa kau tidak mau mengerti? Bukankah sudah kubilang kalau aku hanya ingin mengejar gadis itu?"
"Aku tidak memintamu untuk melakukannya."
"Well, yeah, tapi itu adalah tugasku..."
"..."
"Gah.. Ngah.."
"Siapa itu??"
Bahkan Gabriel yang selama ini selalu berbicara dengan malas berubah menjadi serius.
"Yang kami lakukan hanyalah bermain."
Suara tersebut datang dari dekat Emi, Gabriel, dan kaki Maou.
"Malkoo juga bilang begitu, kau pembohong!!"
Kaki kecil dan juga tangan yang kecil. Manis tapi menunjukan tekad yang kuat di matanya.
"Kalian semua berbohong dengan menjadi Tuhan!"
Alas Ramus dengan lembut menyentuh Maou, dan hanya dengan itu..
"Gah!! Uhuk, gaaaaahhh!!"
"Apaaaa?"
Genggaman Gabriel melemah, dan Maou pun bisa kembali bernafas dengan keringat dingin yang membasahinya.
"Aku membenci kalian semua!!"
"Whaaaa.."
Alas Ramus berjalan ke arah Gabriel.
"Kau memisahkan kami, mengunci kami, dan,"
Tepat di saat itu, tanda berbentuk bulan sabit ungu terlihat di dahi Alas Ramus, dan baju kuning yang dipakainya mulai bersinar seperti sinar matahari musim panas.
"Aku tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti mommy dan daddy!"
"Nwah!!"
"Kyah!!"
Gabriel terpental karena cahaya keemasan itu dan menghantam dinding kastil Raja Iblis.
Dengan begitu, pedang suci Emi terlepas dari tangan Gabriel, dan Emi pun mendapatkan kembali kebebasannya.
"Alas...."
"Tunggu, daddy!"
"Tu-tunggu!!"
Di samping Maou yang masih tidak sanggup berdiri, Alas Ramus yang diselimuti oleh aura berwarna keemasan terbang menuju dada Gabriel seperti sebuah meriam.
"Gweeeeh!!"
Gabriel terlempar melewati dinding karena terjangan Alas Ramus sambil mengeluarkan teriakan yang terdengar seperti katak yang dilempari dengan batu.
"A-Alas Ramus!! Heavenly Light Swift Step!"
Emi mengabaikan Maou, mengaktifkan teknik peningkat kecepatannya dengan memusatkan kekuatannya pada Armor Pembasmi-Kejahatannya, dan kemudian mengejar mereka.
"Emilia!!"
"Maou-sama!"
Karena barrier yang menutupi kastil Raja Iblis telah lenyap disebabkan oleh menghilangnya Gabriel, pintu kastil Raja Iblis tiba-tiba terdobrak secara paksa langsung dari engselnya, dan Ashiya serta Suzuno masuk ke dalam apartemen dengan terburu-buru.
Melihat Maou yang tidak bisa bergerak dan adanya lubang besar di dinding, membuat wajah Ashiya dipenuhi dengan kemarahan.
"Be-be-be-be-berani nya kau Emilia. Bagaimana bisa kau melakukan kekejaman ini?"
Pemikiran Ashiya langsung menuduh Emi hanya berdasarkan apa yang dia lihat, akan tetapi..
"Tidak.. Gabriel... Alas Ramus sedang.."
"Apa?? Dia sudah datang ke sini?"
"Alas Ramus... Sedang bertarung... Cepat.. Kejar.. Uhuk!!"
"Alas Ramus..."
"Sedang bertarung?"
Ashiya dan Suzuno tidak mengerti apa yang coba disampaikan Maou, dan hanya bisa melihat bolak balik antara Maou dan lubang di dinding tersebut.
"Suzuno, tolong.. Antar aku.. Ke..."
Suzuno melihat Maou yang susah payah berbicara, dan kemudian dia mengangguk, akan tetapi...
"Berhentilah manusia! Raja Iblis Satan!!"
"Kami tidak akan membiarkan kalian mengganggu Gabriel-sama."
Tiba-tiba empat bawahan Gabriel di hari sebelumnya, terbang dan menghalangi lubang di dinding yang dibuat oleh Alas Ramus.
Bahkan Tentara Surga pun punya sayap berwarna putih di punggungnya.
"Ugh.. Bajingan kalian!!"
Meskipun mereka ingin melawan, satu-satunya yang bisa bertarung hanyalah Suzuno. Tidak peduli bagaimana lemahnya mereka berdasarkan apa yang dikatakan Gabriel, bertarung 1 lawan 4 menghadapi tentara surga bukanlah posisi yang menguntungkan bagi siapapun.
Akan tetapi,
"Kalian pikir sedang berbicara dengan siapa?"
Ekspresi dari keempat malaikat itu tiba-tiba menjadi kaku.
"Kalian pion Gabriel, kalian pikir kalian bisa menyuruhku untuk mundur? Hm?"
"U-Urushihara??"
Urushihara berpenampilan bak orang yang baru saja bangun tidur, dengan malas dia bersandar pada pintu, menatap keempat malaikat itu, dan kemudian,
"Minggir!!"
Sepatah kata yang begitu sederhana, akan tetapi..
"..."
Keempat malaikat bawahan Gabriel membuka jalan tanpa adanya perlawanan sedikitpun.
"Maou, Bell, tidak apa-apa!! Aku tidak akan membiarkan mereka menghalangi jalan kalian, jadi pergilah!!"
"Ap-apa yang terjadi??"
"Ashiya, apa kau lupa iblis macam apa aku ini?"
Urushihara mendecapkan lidahnya dengan ekspresi yang menjengkelkan.
Lucifer adalah jendral iblis dari pasukan Raja Iblis. Akan tetapi, sebelum dia menjadi malaikat jatuh seperti yang sering diceritakan dalam kitab suci dan berbagai legenda, dia juga dipanggil sebagai 'Bintang Pagi' dan dia adalah malaikat tertinggi yang mencoba menjadi Tuhan.
"Sebelum kejatuhanku, aku adalah pemimpin dari para malaikat. Aku memang tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Gabriel, tapi pion-pion kecilnya ini tidak akan sanggup melawanku."
Adat dari surga mengatakan bahwa para malaikat tidak akan berani menentang malaikat yang pangkatnya lebih tinggi, bahkan jika itu adalah malaikat jatuh.
Akan tetapi, kontras dengan namanya, si Bintang Pagi, Urishihara berulang kali selalu bangun tidur di kala sore hari dan mulai tertidur di kala matahari akan terbit, siklus tidurnya benar-benar kacau. Orang-orang mungkin akan merasa sangat bersalah melihat para pasukan yang telah bekerja keras ini tidak bisa menentang malaikat jatuh yang juga 'berusaha keras' dalam tidurnya karena hukum yang ketat ini.
"Kau.. Terkadang bisa sangat berguna!"
"Kau tidak perlu menambahkan kata 'terkadang'nya, Maou. Sudah cepat pergi sana!"
"Ye-yeah, Suzuno, aku mengandalkanmu."
"Baiklah, berpeganglah pada palunya. Jangan sampai terlempar ya!!!"
Maou dan Suzuno melayang terbang menuju langit pagi buta, melewati jalan yang dibukakan oleh para malaikat bawahan Gabriel.
XxxxX
"Alas Ramus??"
Emi menengadah menatap ke arah langit di atas Sasazuka.
Di sana dia melihat Alas Ramus yang menyerang layaknya komet dan Gabriel yang sedang dalam posisi bertahan.
"Ow, ow ow ow ow ow."
"Gabriel, menjauhlah dari Alas Ramus."
"K-kau pikir apa yang sedang coba kulakukan?"
Gabriel teralihkan perhatiannya oleh suara Emi, dan Alas Ramus pun menyundulnya dengan seluruh kekuatannya.
Setelah benturan yang hebat itu, Gabriel terpental ke udara layaknya sebuah roket.
"Alas Ramus, apa kau baik-baik saja?"
Emi mengabaikan Gabriel yang terlempar ke arahnya sambil memegangi hidungnya dan memeluk Alas Ramus saat mereka masih berada di udara.
"Apa kau buta?? Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, akulah orang yang tersakiti di sini."
Menyuarakan keluhannya dengan keras, Gabriel mengerem kejatuhannya dengan merentangkan sayap besarnya.
"Gzzz.. Aku tidak ahli dalam bertarung."
Gabriel menunjukan tangan kanan kosongnya, mengepalkan tangannya di depan wajah, dan kemudian,
"Tada!! Pedangku jadi lebih besar sekarang!"
Emi tidak tahu siapa yang coba ditiru Gabriel, tapi dia langsung berteriak pada Gabriel, yang kini memegang benda berbahaya di tangannya.
"Kau akan menggunakan pedang untuk melawan anak kecil?"
"Hey, apakah seorang penjinak binatang di sirkus akan menghadapi amukan beruang atau singa hanya dengan tangan kosongnya? Hanya karena aku penjaganya bukan berarti aku akan bersikap lembut padanya."
"Katakan sekali lagi kalau berani!! Berani-beraninya kau membandingkan Alas Ramus dengan beruang atau singa?"
"Aku hanya ingin membuat contoh yang bisa dengan mudah kau mengerti!! Kenapa kau bertingkah seperti seorang ibu yang sedang marah?"
"Mommy hati-hati!! Pedang itu sangat kuat!"
Alas Ramus berdiri di antara Emi dan Gabriel untuk melindungi Emi.
"Ya, ini memang sangat kuat!! Dengan kata lain, sekarang ini aku sangat takut sekali, itulah kenapa aku harus mengeluarkan pedang ini."
Rasa percaya dirinya ketika berbicara masih tidak berubah, tapi itu tidak merubah peringatan Alas Ramus terhadap Emi kalau pedang panjang itu bukanlah pedang biasa.
"Pedang yang dibawa Gabriel itu.... Durandal kan?"
"Tepat sekali!! Pedang ini memang tidak punya kekuatan khusus apapun, tapi pedang ini sangatlah kuat dan bisa memotong apapun. Pedang ini akan memotong apapun yang kau lempar padanya menjadi 2 bagian termasuk pedang suci Better Half mu, mungkin. Aku adalah seorang penjaga, jadi aku tidak akan kalah hanya dengan sebuah fragmen. Bahkan jika dia adalah fragmen Yesod, itu masih terasa tidak baik untuk menebas seorang anak kecil, jadi aku harap kalian mau menyerah."
".. Apa kau pikir kami akan menyerah hanya karena kau meminta kami untuk menyerah? Seorang penjahat biasanya akan kalah ketika mereka menjadi terlalu percaya diri."
Seketika itu juga, angin lembut bertiup menerpa wajah Emi dan dia bisa merasakan sedikit tekanan pada tangan kanannya.
"Tidaaaak!! Jika aku bertingkah layaknya pria sejati, aku pasti sudah berakhir dengan mengibarkan bendera putih."
Suara Gabriel datang dari belakang Emi.
"!!!!"
Tiba-tiba Emi merasakan kekuatan sucinya berkurang dengan sangat cepat.
Dia lalu menyadari kalau bilah pedang sucinya telah patah menjadi dua. Lebih tepatnya, setengah bagian atasnya telah terpotong.
Serpihan pedang suci itu berkelap-kelip di udara seperti sekumpulan kunang-kunang. Sementara tepi dari pedang yang terpotong itu bersinar layaknya sebuah kaca. Begitu Emi menyadari kalau Gabriel telah memotong pedangnya, dia bahkan tidak bisa bergerak untuk menghindarinya.
"Mommy!"
Alas Ramus mempunyai reaksi yang sama dan mulai terbang menuju Emi. Emi sadar apa yang akan terjadi pada Alas Ramus, yang satu-satunya cara dia bertarung adalah dengan menerjang jika dia bersentuhan dengan bilah pedang Durandal itu.
"Takkan masalah selama dia masih punya fragmen Yesod, inti perak yang berasal dari surga. Tapi yah, aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada pedang sucimu."
Gabriel mencoba untuk berpose dan meletakkan durandal di atas bahunya.
"Ow!! Aku memotong bahuku sendiri."
Dia meletakkan pedang yang bisa memotong apa saja di atas bahunya, hal itu menyebabkan pedang itu merobek bajunya dan melukai bahunya.
"Hey, Alas Ramus!"
"... Apa mommy?"
Emi mengabaikan Gabriel dan mengajukan sebuah pertanyaan pada Alas Ramus.
"Apa kau mencintai daddy mu? Apa kau ingin selalu bersama dengan dia?"
"Yes!!"
Alas Ramus memberikan jawaban yang sangat pasti.
"Oh, tapi aku juga mencintaimu mommy, aku juga ingin bersama denganmu." Alas Ramus segera menambahkan kalimat tersebut setelahnya, yang mana hal itu membuat dia terlihat lebih manis lagi.
"Okay!!"
Emi menyeringai.
"Kalau begitu aku tidak bisa mengabaikan keinginan seorang anak kecil yang selalu ingin bersama ayah tercintanya."
Emi mengkonsentrasikan seluruh kekuatannya dan menuangkan sihir sucinya pada pedang itu.
Bilah pedang yang terpotong itu mulai memperbaiki dirinya sendiri dan kembali ke bentuk aslinya.
Pedang itu menjadi lebih tipis dan terlihat kurang dapat diandalkan daripada ketika pertama kali pedang itu dihunuskan. Akan tetapi,
"Aku akan melakukan apapun untuk memberikan kebahagiaan pada mereka yang percaya padaku."
"Ugghh.. Aku merasa ini akan sangat mengganggu."
Emi menuangkan seluruh kekuatannya pada setiap aksinya, sementara Gabriel merasa keheranan dari dasar hatinya.
".. Jangan menahan diri ketika menghadapiku. Man, kau membuatku terdengar seperti seorang penjahat."
Gabriel memasang kuda-kuda yang terlihat benar-benar mengabaikan teknik memegang pedang. Akan tetapi dilihat dari kecepatannya, kekuatannya, dan ketajaman pedangnya, Emi pasti akan kehilangan nyawa jika dia terkena goresan sedikit saja.
"Seperti yang kukatakan, jika kau menghalangi jalanku, aku tidak punya pilihan lain selain melawanmu dengan sungguh-sungguh. Pikirkan lagi apa yang coba kau lakukan."
"Dibandingkan dengan melihat seorang gadis kecil menangis, ketakutan akan musuhku bukanlah apa-apa."
"Anak itu memang terlihat seperti anak kecil, tapi sebenarnya dia adalah Yesod Sefirah... Gzz, berhenti membuatku terdengar seperti seorang penjahat."
Emi tidak lagi peduli dengan keluhan Gabriel dan mulai membuat strategi untuk pertarungan nekat ini.
Bahkan dengan bentuk optimalnya, pedang itu bisa terbelah menjadi dua. Emi tidak akan bisa menangkis pedang Gabriel menggunakan pedangnya. Emi harus bisa mengalahkannya dalam sekali serangan, akan tetapi kecepatan Gabriel membuat itu terlihat hampir mustahil.
"Aaaahhhhhh!!"
Tepat pada saat itu, seseorang menyerang Gabriel dari belakang dengan kecapatan tinggi.
"Ra-raja Iblis?"
"Daddy?"
"Nghgh!!"
Maou terbang dengan menumpang di atas palu Suzuno, dan entah bagaimana dia bisa mendarat di atas punggung Gabriel.
Ketika Maou melompat ke arah Gabriel, Suzuno mengayunkan palunya ke arah Gabriel disaat yang bersamaan.
"War Light Shockwave!"
Sebuah serangan yang datang bersamaan ketika Suzuno meneriakkan kata tersebut tepat mengenai pantat Gabriel ketika dia berusaha namun gagal untuk menghindari palu itu, dengan Maou yang masih berada di punggungnya.
"Whooaaaa!?"
"Whaaaaa..."
Karena pusat gravitasinya menjadi lebih condong pada bagian atas tubuhnya dikarenakan adanya Maou, Gabriel mulai berputar-putar dengan cepat di udara.
"LEPASKAAAAAN!!"
"MANA MUNGKIN AKU AKAN MELEPASKANMU!"
Di tengah-tengah putaran yang sangat cepat itu, pertarungan antara Gabriel dan Sang Raja Iblis terlihat seperti akan segera berakhir untuk selamanya.
"Eeeemiiii!! Lakukan sekarang!! Tebas dia bersamaan denganku!"
Emi terkejut mendengar teriakan putus asa Maou.
"Ka-kau bodoh!! Bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu di hadapan Alas Ramus."
"Toloooolll!! Inilah satu-satunya kesempatan kita."
"Humph!!"
"Gyaah!!"
Bahkan Gabriel pun tidak akan sanggup untuk terus berputar-putar selamanya.
Di momen ketika dia berhenti berputar, Gabriel melemparkan Maou ke samping layaknya dia menyingkirkan seekor lalat.
"Daaah!!"
Maou terlempar dan berputar-putar di udara masih dengan kecepatan tinggi terjun langsung menuju permukaan bumi.
"Ra-raja Iblis!!"
Suzuno terbang menyusulnya, akan tetapi jarak dan kecepatan jatuh Maou terlalu jauh untuk dikejar Suzuno.
"Mommy!!"
Ketika Emi menyaksikan semuanya dengan pasrah, Alas Ramus tiba-tiba bertanya padanya.
"... Ada apa Alas Ramus?"
"Mommy, apa kau akan selalu bersama dengan daddy? Apakah mommy mencintai daddy?"
Emi tidak mengerti apa maksud dia menanyakan itu dan kenapa dia menanyakan itu sekarang, dari sekian banyak waktu yang ada.
Bahkan setelah mengalami begitu banyak pertarungan besar yang terjadi di depannya. Dan bahkan dengan perbedaan mereka antara sebagai manusia dan raja iblis. Emi tidak bisa melakukan apapun selain hanya tersenyum menghadapi perubahan situasi yang aneh ini.
Emi tidak pernah bermimpi akan menyakiti seorang anak kecil. Tapi dia juga tidak bisa berbohong.
"Aku... Yeah, aku akan selalu bersama dengan daddy."
"Benarkah?"
Alas Ramus tersenyum dari dasar lubuk hatinya, dipenuhi dengan kebahagiaan. Emi pun juga menjawabnya dengan sebuah senyuman.
"Ya, selalu."
Emi mengatakan kata-kata itu dengan arti yang sebenar-benarnya.
"Sampai kematian memisahkan kami."
Selama Sadao Maou adalah Raja Iblis Satan.
"Yaaaay!!"
Alas Ramus mengeluarkan teriakan kegembiraan yang begitu kekanakan, dan seketika itu juga,
"!?"
Terdapat sebuah tekanan yang hampir terasa seperti gempa di angkasa.
Suzuno terbang mencoba mengejar Maou yang jatuh, tapi seseorang terbang melewatinya dengan kecepatan yang begitu luar biasa yang membuat Suzuno hampir kehilangan kendali.
Ketika Suzuno selesai membetulkan posisi terbangnya, Maou sudah sepersekian detik hampir menghantam tanah, akan tetapi,
"Daddy!!"
Maou melayang tepat di atas tanah.
Entah bagaimana, Maou diselimuti oleh cahaya keemasan yang mengelilingi Alas Ramus.
"Alas Ramus.. Kau.."
"Hey, daddy, mommy bilang dia akan selalu bersamamu."
"Huh?"
Maou sama sekali tidak mengerti apa yang Alas Ramus katakan, dan memiringkan kepalanya kebingungan ketika dia melayang beberapa sentimeter di atas halaman Villa Rose Sasazuka dengan keempat tangan dan kakinya terulur dengan posisi yang konyol.
"Jadi daddy, kau tidak akan pernah merasa kesepian lagi."
"Apa yang kau katakan...?"
"Aku akan selalu bersama mommy dan daddy, okay?"
"Huh?"
Suara yang ceria dan sebuah cahaya yang begitu terang muncul pada waktu yang hampir bersamaan.
Cahaya yang selembut bulu itu mengisi mata Maou dalam sekejap.
"Jadi selamat tinggal daddy, untuk sebentar saja."
Maou kehilangan tumpuannya dan jatuh ke tanah ketika komet keemasan itu terbang menjauh menuju langit. Maou tidak bisa melakukan apa-apa selain melihatnya dari bawah.
Suzuno akhirnya mendarat, tapi Maou bahkan tidak menoleh ke arahnya dan kemudian berteriak,
"Alas Ramuuuuuuuuuus."
Seolah-olah seperti merespon teriakan putus asa Maou, sebuah ledakan cahaya keperakan terlihat dari langit yang begitu tinggi, bersinar dengan intensitas layaknya seperti matahari kedua.
XxxxX
"Sepertinya ada pilihan ketiga Gabriel." Kata Emilia, kini dia terlihat mengenakan pelindung lengan dan kaki yang bersinar layaknya sinar bulan purnama.
Di tangan kanannya yang memegang pedang suci terdapat pelindung lengan yang sedikit menonjol keluar tanpa menyentuh pegangan pedangnya. Di tangan kirinya yang kosong terdapat pelindung lengan yang besar serta megah dengan perisai di atasnya. Sementara pelindung di kedua kakinya mempunyai desain yang sama.
Armor Pembasmi-Kejahatan yang biasanya hanya berbentuk cahaya yang mengelilingi tubuhnya, kini mempunyai wujud fisik yang terletak di berbagai tempat.
Area di sekitar pelindung lengan dan kakinya, terdapat kabut cahaya yang sama seperti sebelumnya. Akan tetapi kini Pedang Suci Better Half telah sepenuhnya kembali ke wujud aslinya, termasuk ujung pedang yang telah dipotong oleh Durandal, pedang itu kini memancarkan cahaya keperakan.
"Oh man... Benar juga, pihak Gereja memberimu lebih dari satu "Perak Surga", aku benar-benar lupa."
Ekspresi Gabriel menjadi serius ketika dia memasang kuda-kuda dengan Durandal sekali lagi.
"Aku tidak bisa mengatakan fragmen mana yang menjadi inti untuk menciptakan Armor Pembasmi-Kejahatan itu, tapi tidak diragukan lagi, anak itu pasti telah mengambilkanya untukmu. Ini gawat, aku tidak menyangka itu akan berevolusi seperti ini... Aku benar-benar harus ser...."
Meskipun ekspresi Gabriel menunjukan tekad untuk bertarung, tapi sikap cerianya masih tidak berubah. Sesuatu melewatinya tepat di sebelah kanannya.
Dan beberapa saat setelahnya,
"Ngaaaahhh!? Apa?? Apaaa? Apa ini?"
Rasa sakit yang begitu tajam menyerang punggung Gabriel, membuat dia berteriak.
Itu adalah rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Itu adalah hal yang wajar bagi seorang Malaikat dari Surga yang tidak pernah dilukai oleh manusia sebelumnya.
"Ap-ap-apaa??"
Lengan Gabriel tertebas meskipun itu sangat sangat dangkal.
Akan tetapi, ini adalah kejadian yang sama sekali tidak diduga oleh Gabriel. Beberapa saat yang lalu, dia tidak merasakan apa-apa ketika menggenggam pedang suci itu dengan tangan kosongnya.
"... Jadi darah malaikat itu merah seperti milik kita ya??"
Emi, Emilia Justina, sekali lagi menoleh ke arah Gabriel setelah mengibaskan tetesan darah dari ujung pedang sucinya.
"Pergilah Gabriel!! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menentang Surga. Aku hanya tidak ingin melihat gadis kecil itu menangis."
Emilia memandang ke bawah ketika dia berbicara.
"A-aku tidak bisa melakukan itu... Aku juga punya alasanku sendiri untuk tidak mundur. Kau pikir sudah berapa abad yang kuhabiskan untuk mencari fragmen Yesod?"
"Oh?? Jadi kau mau bilang kau masih ingin melawanku dengan pedang itu?"
"!!"
Semua bekas rasa percaya diri lenyap dari wajah Gabriel.
Pedang Gabriel yang sering diceritakan dalam kitab-kitab suci, Durandal telah terpotong, akan tetapi tidak seperti bagaimana Better Half terpotong beberapa saat lalu.
Seolah-olah menambah luka Gabriel, sebuah retakan mulai melebar ke tengah-tengah bilah pedangnya dari yang awalnya hanya bagian tepinya saja, dan kemudian pedang itu hancur lebur layaknya abu.
"Ku-kurasa, aku memang harus pergi."
Gabriel secara mengejutkan menyerah dengan mudah sekali.
"Tapi ini tidak seperti Sariel ataupun aku telah menyerah. Kami pasti akan mendapatkan semua fragmen Yesod suatu hari nanti. Kami akan membiarkanmu menjaga yang satu ini sampai saat itu tiba."
"Kau terdengar seperti anjing yang telah kalah. Tapi masih ada satu hal yang tidak aku mengerti. Seperti yang ditanyakan Raja Iblis, kenapa kau sampai nekat mengumpulkan mereka semua ketika tidak ada yang terjadi, bahkan setelah mereka hilang selama ratusan tahun?"
Gabriel membuat ekspresi aneh ketika mendengar pertanyaan Emi.
"... Serius ini? Kau benar-benar menanyakan hal itu padaku?"
"?"
Kebingungan, Emi menatap tajam ke arah Gabriel.
"... Kau seharusnya berpikir apa sebenarnya kau ini, dan arti dari pertarunganmu melawanku. Jika kau melakukan itu, kau pasti akan mengerti suatu hari nanti."
Gabriel memberikan jawaban yang tidak jelas dan tiba-tiba dia menusukkan pedang patahnya ke udara sebelum Emi bisa berbicara lebih jauh lagi.
"Aku berdoa supaya ketika saat itu tiba, kau akan memilih untuk memelihara kedamaian dunia, agar...."
Seberkas cahaya mulai terpancar dari tangannya,
"...kita tidak mengulangi lagi tragedi 'Raja Iblis Satan yang Agung'"
"Ap-apaa??"
Langit kini dipenuhi cahaya yang begitu terang, memaksa Maou dan Suzuno untuk mengalihkan pandangannya sesaat.
Itu lebih cocok disebut sebagai ledakan cahaya, tapi ketika mereka mencoba melihat asal cahaya itu, mereka melihat sesuatu yang jatuh ke arah mereka.
Suzuno menendang tanah tempatnya berdiri dan terbang ke udara, kemudian dia mulai mendekat ke arah benda yang jatuh itu.
"E-Emilia??"
Suzuno menyadari kalau itu adalah manusia, lebih tepatnya itu adalah Emilia.
Suzuno tidak bisa mengetahui apakah Emilia terluka ataukah dalam keadaan tak sadarkan diri karena semburan cahaya yang terlihat sebelumnya. Akan tetapi, Suzuno menangkapnya tepat waktu, ketika si pahlawan itu jatuh tak berdaya di lengannya.
"Emilia, apa kau baik-baik saja?"
Penampilan Emi benar-benar terlihat lemah, tapi dia segera membuka matanya ketika Suzuno berbicara padanya.
"... Bell??.. Yeah, semuanya baik-baik saja... Atau paling tidak aku... Dan Gabriel telah pergi."
"Apa!?"
Terkejut, Suzuno dengan cepat melihat ke arah cahaya yang tersisa dari ledakan tadi.
Di sana, dia hanya melihat bekas-bekas cahaya dan langit di atas Sasazuka yang biasanya. Tidak ada seorang pun di sana termasuk Gabriel.
Akan tetapi, Suzuno tidak merasa lega.
Tidak ada seorang pun di sana.
Hanya Emi dan Suzuno yang berada di udara.
"Hey, Emi!!"
Sebuah suara memanggilnya dari bawah, tanpa melihatnya pun, dia bisa tahu kalau itu adalah suara keputusasaan.
"Di mana Alas Ramus?"
"..."
"Apa yang terjadi pada Alas Ramus?"
"..."
Suara Maou menjadi lebih keras tanpa dia sadari, ketika dia menyaksikan Emi dan Suzuno yang turun perlahan.
Emi mengalihkan pandangannya dari Maou sambil membuat ekspresi suram, dan Maou pun merasa tulang belakangnya gemetaran.
"Tidak.. Apakah Gabriel..."
Emi tidak memberikan jawaban apapun.
Malahan dia merespon,
"Ughhh.. Apa yang harus kulakukan...?"
Emi berbisik pada dirinya sendiri dengan suara yang tidak bisa didengar siapapun.
---End of Part 2---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 (Part 3)
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
0 Komentar