[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 : Raja Sakit Belajar Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga -3
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 (Part 2)
Chapter 4 : Raja Iblis Belajar Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga
"Hey, Chii-chan!!"
Jam kerja Chiho baru saja berakhir, dan dia dipanggil oleh Kisaki.
"Oh Kisaki-san? Terima kasih atas kerja kerasnya."
"Ya, kau juga. Bisa kita bicara sebentar?"
"Tentu saja. Ada apa?"
Sekarang ini menunjukan pukul 09:00 PM. Chiho sepertinya sudah bisa menebak apa yang ingin dibicarakan Kisaki.
"Apa anak itu sudah kembali ke keluarganya?"
Tebakan Chiho benar.
"Kau sudah diberitahu, ya?"
"Dia.... Bagaimana mengatakannya ya... Terlihat seperti cangkang kosong."
Mereka berdua sedang membicarakan Maou.
Maou terlihat seperti benar-benar tanpa semangat hidup. Dia membuat kesalahan yang sederhana, sebuah kesalahan sembrono satu demi satu. Tidak ada energi terdengar dalam suaranya, dan ketidakrajinannya terlihat begitu kontras dengan dirinya yang biasa, itulah yang membuat Kisaki begitu khawatir.
"Aku pikir kita harus menunggu dia sampai perasaannya membaik, tapi ini juga tidak baik... Maaf, Chii-chan, jika terus-terusan seperti ini, bisakah kau mengawasinya dan membantunya jika dia membuat kesalahan lagi?"
"Ya, tentu saja!"
"Mungkin aku terlalu keras padanya kemarin, tapi aku juga tidak bisa tiba-tiba menjadi lembut padanya."
"Tidak apa-apa, Maou-san tahu kok kalau kau bilang semua itu demi kebaikannya, Kisaki-san. Aku akan pulang sekarang, permisi!!"
"Yeah, hati-hati di jalan."
Chiho meninggalkan restoran setelah mengucapkan salam pada Kisaki, melihat jamnya, dan berjalan menuju stasiun Sasazuka.
Alas Ramus telah menghilang.
Maou melihat Emi kembali dengan tangan kosong setelah mengejar Gabriel keluar apartemen. Dia benar-benar merasa hancur.
Chiho hanya mendengar tentang pertarungan melawan Gabriel di pagi itu dari Suzuno.
Hal pertama yang telah menunggu Chiho ketika dia menuju ke Villa Rose Sasazuka adalah...
"Alas Ramus.... Telah pergi."
Laporan singkat dari Suzuno, sebuah kalimat yang mengejutkan.
Suzuno, Ashiya, dan Urushihara terduduk di tangga, terlihat seperti benar-benar kehilangan, dan ada lubang besar di dinding di lantai kedua.
Chiho sudah sering kali terlibat dengan fenomena supranatural yang melibatkan orang-orang dari dunia lain, dan dia sudah tahu kalau itu adalah akibat dari pertarungan mereka.
Dia heran kenapa tidak ada tetangga yang melihat mereka dan melaporkannya ke pihak yang berwajib, tapi itu juga adalah salah satu kekhawatirannya.
"A-ashiya-san, apa.....??"
"Maou-sama, dia... selamat. Dia berada di dalam kastil Raja Iblis. Dia bilang dia ingin sendiri dulu."
"Apa yang terjadi pada..... Alas Ramus-chan? Apa yang dilakukan oleh si Gabriel itu?"
Chiho dengan cepat membawa-bawa nama Gabriel.
"Kami tidak tahu. Emilia juga tidak membicarakannya, seperti halnya Maou."
Orang yang menjawabnya adalah Urushihara.
"Kemungkinan terbesarnya mungkin Alas Ramus telah dibawa oleh Gabriel."
"Ti-tidak!!"
Suara Chiho terdengar begitu sedih.
"Saat itu, kita berada di bawah pengawasan para tentara surga itu, jadi tidak ada waktu dan jalan bagi Raja Iblis untuk mendapatkan kekuatannya kembali. Aku tidak bisa membayangkan kalau Emilia mampu melawan penjaga dari Pohon Kehidupan... Aku menduga lapisan keperakan tadi membuat Emilia ataupun raja Iblis tidak terluka parah.. Tapi sayangnya, sepertinya dia memang sudah dibawa pergi."
"Tapi, mungkin ini memang yang terbaik. Jika Alas Ramus benar-benar fragmen Yesod Sefira, maka sudah hal yang wajar kalau Gabriel membawanya kembali ke surga. Maksudku, pada awalnya kita memang tidak punya tanggung jawab serta kwajiban untuk merawat anak itu..."
"Urushihara-san!!"
Chiho menyela Urushihara dengan suara yang keras sebelum dia berbicara lebih jauh lagi.
"Katakan sepatah kata lagi kalau berani!!"
"... Apa yang sudah kulakukan?"
Urushihara merajuk serta mencibirnya, tapi dia mendengarkan perkataan Chiho dan menutup mulutnya.
"... Apa yang terjadi pada Yusa-san?"
"Emilia, dia sudah pulang ke rumah... Dia bilang dia harus bekerja hari ini... Aku paham kalau barang-barangnya serta baju nya juga robek di sana sini... Tapi dia hanyalah seorang penyihir yang tak punya hati."
Ashiya menjawabnya dengan energi yang lemah.
"Sasaki-san, kau sebaiknya berangkat ke sekolah, Maou-sama....."
Ashiya melihat ke arah lubang besar di dinding lantai dua itu dengan ekspresi sedih,
"... Mungkin tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini."
Tanpa sadar Chiho juga melihat ke arah lubang itu, dan seketika itu juga dia merasakan perasaan yang tidak dia pahami di dadanya dan itu membuatnya menitikkan air mata.
"Ma-maafkan aku... Aku akan pergi sekarang!!"
Chiho mencoba menyembunyikan air matanya dan membungkuk pada mereka bertiga, lalu kemudian dia pergi meninggalkan apartemen.
"Alas Ramus-chan....."
Chiho menggumamkan nama gadis apel itu ketika dia berangkat menuju sekolah, dan dia menitikkan air matanya lagi.
Dia bersama dengan Alas Ramus hanya sebentar saja, tapi bahkan dia merasakan perasaan kehilangan yang begitu hebat. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Maou, yang dianggap oleh Alas Ramus sebagai ayah tercintanya.
Dan di saat seperti ini, dia bahkan tidak bisa berada di sisi Maou.
Dia mengutuk ketidakmampuannya itu dari dasar hatinya.
"... Oh, sebuah pesan?"
Chiho merasakan getaran ponsel dari dalam tasnya, mengusap air matanya, kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Yusa-san?"
Pesan tersebut berasal dari Emi, dia ingin bertemu dengan Chiho hari ini, dan untuk waktunya kapan saja tidak masalah.
Chiho membalas kalau dia harus bekerja sepulang sekolah sampai sore, jika dia tidak keberatan dengan itu, Chiho pasti akan menemuinya. Jika waktu bukanlah masalah bagi Emi, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak menemui Chiho.
Dan kini, Chiho menemui Emi di sebelah stasiun Sasazuka pada saat perjalanan pulangnya dari bekerja.
"Yusa-saaaan!! Maaf!! Apa aku membuatmu menunggu?"
"Hey, Chiho-chan. Maaf memintamu untuk menemuiku ketika kau sedang lelah-lelahnya."
Bagaimanapun, Emi terlihat lebih lelah daripada Chiho.
Chiho bertanya-tanya apakah kehilangan Alas Ramus juga memberikan beban tersendiri baginya.
"Tidak apa-apa kok... Tapi ada masalah apa memangnya?"
"Um, well.. Aku akan mentraktirmu, jadi bisakah kita berbicara di dalam Eccentric Sihol di sebelah sana? Aku melihat stan di pojokan yang kosong di dalam."
"Huh? Oh, iya, tidak masalah..."
Mereka pergi ke dalam Eccentric Sihol yang berada di dalam mall di sebelah stasiun Sasazuka, yang mana Emi memesan kopi sementara Chiho memesan Soy Milk Latte.
Emi mengambil tempat di pojokan di mana sedikit orang yang lewat, tenggelam di tempat duduk empuknya dan menghela nafas panjang.
"Apa kau sudah mendengar apa yang terjadi pagi ini?"
Emi langsung saja menanyakan hal itu, dan topik pembicaran itu memang sama sekali tidak mengejutkan. Chiho mengangguk dengan ekpresi terluka.
"... Aku mampir di apartemen mereka."
"Begitu ya.."
"Apakah Alas Ramus pada akhirnya benar-benar telah dibawa oleh mereka?"
"..."
Dahi Emi membentuk kerutan, kerutan yang jauh lebih dalam daripada Chiho.
Chiho menganggap ekspresi Emi itu telah menjawab pertanyaannya.
"... Jika saja aku lebih kuat..."
"Tidak, itu bukan kesalahanmu, Yusa-san.."
".. Jika saja aku memiliki kekuatan untuk melawan Gabriel seorang diri. Ini semua pasti tidak akan terjadi."
"Kumohon, jangan salahkan dirimu sendiri..."
"Tidak, tidak ada jalan lain lagi. Ini semua hasil dari ketidakmampuanku."
"Mommy, apa kau baik-baik saja? Apakah perutmu sakit?"
"Yusa-san..."
"Chii-neecha. Apakah mommy terluka? Apakah dia terluka?"
"Tidak, bukan itu. Perasaannya lah yang terluka.. Tunggu, apa?"
"Ou?"
Di sebelah Emi dan di sebelah kaki Chiho terdapat...
"Apaaaaaa!?"
Chiho yang kaget mencoba berdiri seketika itu juga, menyebabkan lututnya menghantam meja dan hampir menumpahkan soy milk latte miliknya.
"Ow!!"
Dia kehilangan keseimbangannya dan jatuh di lantai.
"Chii-neecha, apa kau baik-baik saja?"
Tangan kecilnya menyentuh wajah Chiho berkali-kali.
"Alas Ramus-chan!!??"
Chiho berteriak ketika masih terkejut di lantai.
"Huh? Tapi bagaimana? Kenapa? Kenapa Alas Ramus-chan bisa ada di sini?"
Chiho mendongak dan melihat Emi menopang dagunya melihat ke kejauhan dengan ekspresi malu-malu.
"Kau baik-baik saja?? Oh, ini menakjubkan!!"
"Wapu!!"
Chiho berteriak kegirangan dan memeluk Alas Ramus dengan erat.
"Ta-tapi kenapa!? Maou-san, Suzuno-san, Ashiya-san, mereka semua berpikir Alas Ramus telah dibawa oleh mereka, kau tahu?"
Urushihara tidak cukup penting bahkan untuk disebutkan dalam percakapan ini.
".. Bahkan aku sendiri tidak menduga kalau ini bisa terjadi."
Emi mulai menjelaskan sambil terus melihat ke kejauhan.
Momen ketika Alas Ramus memancarkan cahaya terangnya, Emi bisa merasakan sensasi aneh di pedang sucinya.
"Alas Ramus memakan pedang suci."
"... Apa??"
Alas Ramus, makan, pedang suci.
Mata Chiho melebar, ketika dia tidak mengerti lagi bagaimana cara menyatukan subjek, kata kerja, dan objek menjadi satu kalimat yang utuh.
"Dia menelannya begitu saja, seolah-olah dia sedang memakan roti atau sejenisnya. Bisa kau bayangkan bagaimana paniknya diriku ketika dia melakukan itu?"
"..."
Chiho bahkan tidak menemukan kata-kata untuk menjawabnya.
"Well, ternyata itu adalah apa yang bisa kau sebut dengan 'penyatuan fragmen Yesod'. Gabriel dan aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan hanya bisa membeku di tempat."
"Aku akan selalu bersama dengan mommy."
"Dan kemudian, well, fragmen Yesod itu berhasil menyatu, tapi pedang suci adalah bagian dari tubuhku, dan apa yang akhirnya terjadi adalah...."
Emi menyembunyikan Alas Ramus dengan tubuhnya sehingga orang-orang di cafe tidak bisa melihatnya. Emi meletakkan tangannya di dahi Alas Ramus dan kemudian...
"Wabu!!"
Alas Ramus kehilangan wujudnya dan berubah menjadi sekumpulan cahaya.
Sebuah pedang pendek yang indah muncul di tangan kanan Emi dalam sekejap. Chiho hanya bisa terkejut.
Sebuah pedang pendek, yang sepertinya adalah pedang suci, tapi mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari yang sebelumnya. Sebuah bulatan berwarna ungu yang melekat di atasnya bersinar jauh lebih terang daripada sebelumnya.
Sebuah pelindung lengan berwarna keperakan yang begitu indah terlihat di lengan kanan Emi, dan kemudian..
"Mommyy, kau menakutiku."
Pedang itu berbicara.
"... Pe-pedang itu berbicara?? Tunggu? Apaaa? Apa?? Itu berarti..."
"Yep!"
"Chii-neecha, apa aku terlihat keren?"
"... Alas Ramus menjadi bagian dari pedang suci dan Armor Pembasmi Kejahatan milikku."
Chiho tidak bisa menutup mulutnya yang menganga lebar.
"La-lalu kenapa kau tidak memberitahu Maou-san dan yang lainnya mengenai hal ini? Maou-san benar-benar seperti tidak punya semangat hidup hari ini, dan dia tidak bisa bekerja dengan baik kemarin ataupun hari ini."
"Oh benarkah? Jadi pada akhirnya dia benar-benar menderita?"
"Tentu saja!! Dia benar-benar menyayangi Alas Ramus-chan...."
"Hehe, maaf. Tapi kupikir ini adalah hal yang bagus untuknya."
Kemudian pedang suci itupun menghilang dari tangan kanan Emi dan Alas Ramus pun muncul kembali di hadapan Chiho.
"Dia sudah belajar rasa sakit kehilangan sesuatu yang berharga."
Ketika cahaya yang terpancar dari perubahan Alas Ramus menghilang, Emi menyentuh kepalanya dengan lembut.
"Gabriel juga kembali dengan tangan kosong. Bahkan kekuatan 'Wicked Eye Light of The Fallen' milik Sariel tidak bisa mengeluarkan pedang suci ini dari tubuhku, jadi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Apa yang raja iblis dan Bell lihat adalah gerbang yang dibuka oleh Gabriel ketika dia melarikan diri sambil membuat tekad akan datang kembali seperti anak SD... Dan ngomong-ngomong, inilah sebenarnya yang ingin kubicarakan denganmu."
"... Huh? O-okay, apa itu?"
Chiho masih mencoba untuk memahami situasinya, tapi Emi terus menekannya dengan arah pembicaraan ini.
"Alas Ramus telah bersatu dengan pedang suci. Tapi seperti yang kau lihat, dia punya batas yang pasti dari kebebasannya."
"Ya."
"Dan... Ini adalah mengenai sesuatu yang dia katakan sebelum penyatuan itu... Tapi sepertinya dia salah paham kalau aku akan selalu bersama dengan daddy nya."
Chiho mengeluarkan suara kagetnya setelah diam beberapa saat.
"Apa??"
"Dia terus menerus bergerak-gerak di dalam kepalaku seharian ini ketika aku sedang bekerja. Tapi jika aku meninggalkannya di kastil Raja Iblis, aku tidak akan bisa menggunakan pedang suciku jika sesuatu terjadi."
"Apa-apaan itu?"
"Dan dari sekian hari, hari ini Rika benar-benar bertingkah tidak seperti biasanya, jadi aku tidak bisa meminta saran darinya."
"Suzuki-san bertingkah tidak seperti biasanya?"
"Dia selalu melihat HP nya dengan gugup sepanjang hari ini. Di pagi hari, waktu makan siang, bahkan ketika dia pulang bekerja."
Emi meminum kopi hangatnya dalam sekali tegukan, dan menyembunyikan wajahnya sambil membuat ekpresi seperti sedang dirundung masalah besar.
"Ngomong-ngomong, jika ini terus berlanjut aku akan gagal sebagai wanita pekerja sekaligus sebagai pahlawan!! Aku harus mengalahkan si Raja Iblis, tapi itu berarti Alas Ramus harus membunuh daddy nya sendiri. Karena dia menjadi bagian dari pedang suciku, dan masih salah paham dengan hal itu, dia akan terus menuntut dari dalam kepalaku dan membuatku gila.. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukaaaaan..."
"Kau benar-benar mengidap penyakit seorang ibu, Yusa-san....."
Mendengar keluhan putus asa dari seorang pahlawan pemegang pedang suci. Kepala Chiho mulai sakit karenanya. Tidak ada yang bisa Chiho lakukan untuknya.
Tidak ada yang bisa Chiho lakukan, tapi dia akan dengan senang hati bertukar posisi dengan Emi.
"Aku tidak tahu apakah ini akan menyelesaikan masalahmu atau tidak, tapi...."
"Apa itu??"
Chiho mulai menjawab dengan sangat tenang, sementara Emi ingin segera mendengarnya.
"Jika kau pindah ke kamar kosong di kompleks perumahan Maou-san, paling tidak keinginan Alas Ramus akan terkabul."
"Aku merasa seperti aku sudah kalah jika melakukan itu, jadi jawabanku sepenuhnya tidak!!"
"Jangan seperti anak kecil, Yusa-san."
"Tapiiii...."
"Pindah ke rumah daddy!"
Alas Ramus si gadis apel, menjawabnya dengan penuh kegembiraan, tanpa memikirkan masalah dunia dewasa dan dilema yang dialami ibunya.
"Api unggun itu lagi?"
Ketika Emi dan Chiho tiba di Villa Rose Sasazuka saat matahari terbenam terus menyinari mereka sampai cahaya terakhirnya, Maou terlihat sedang membakar Ogara tepat di sebelah tangga apartemen sambil melihat asapnya dengan malas.
"Kenapa kau tidak belajar budaya Jepang sedikit saja? Ini disebut 'api penghantaran'."
"Api penghantaran? Okay.. Lalu apa tujuannya melakukan itu?"
"Ini digunakan untuk mengantar para arwah leluhur kembali ke dunia mereka setelah mereka datang ke sini dengan api kedatangan. Kalau menurut adatnya, ini dilakukan saat berakhirnya Obon, tapi kupikir orang-orang tidak akan mempermasalahkannya jika aku melakukannya sedikit lebih cepat atau lebih lambat."
Maou menghela nafas panjang.
Di sudut matanya, Emi bisa melihat Maou dengan lemah memegang bingkai foto mereka bertiga.
"Alas Ramus datang bersamaan dengan api kedatangan, itulah alasannya. Tapi... Pada akhirnya itu juga sia-sia. Kami tidak pernah menggunakannya sekalipun."
Maou melihat tempat duduk anak-anak berwarna kuning yang terpasang pada Dullahan 2, yang memantulkan cahaya keputihan dari matahari terbenam di musim panas.
Angin musim panas yang lembut bertiup ke arah mereka, dan menyebarkan asap dari Ogara itu ke langit.
"Aku tidak ingin berbicara denganmu. Pergilah!!"
"Aku tahu. Tapi aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Itulah kenapa aku berada di sini. Sekarang jawab ini."
"...."
Maou menunduk seolah merasa jengkel, tapi tidak berkata apa-apa. Emi pun melanjutkan kalimatnya.
"Apa yang pengembara itu lakukan terhadap jimat yang diberikan oleh si malaikat setelah dia menjadi raja?"
"..."
Maou mengerang dengan begitu pelan, dengan matanya yang masih menatap ke bawah.
"Aku ingin menggunakannya sebagai referensi. Jika masih ada kelanjutannya, bisakah kau mengatakannya padaku?"
"Jadi kau ingin menambah penderitaanku ketika aku sedang terpuruk. Iya kan?"
"Yeah. Anggap saja aku datang ke sini untuk menertawakan si raja iblis yang begitu depresi dengan semua hal-hal yang berbau kasih sayang ini."
"Serius ini. Kalian manusia dan malaikat benar-benar tidak tahu malu."
"Kami jauh lebih tahu daripada iblis."
Chiho hanya diam menyaksikan adegan yang terjadi di depannya itu.
Maou tidak meresponnya dengan marah-marah, dan mulai menggumam pelan setelah diam beberapa saat.
"... Pengembara itu lupa akan jimat itu setelah dia menjadi raja. Setelah dia kembali terpuruk menjadi pengembara menyedihkan seperti sebelumnya, jimat itu muncul di hadapannya sekali lagi. Dia berusaha yang terbaik untuk menjaganya kali ini, tapi mungkin karena perbuatannya sebagai raja sudah terlalu kejam, jimat itu diambil lagi darinya. Mungkin begitu."
"Hm. Begitu ya. Tapi pada akhirnya si pengembara itu menyadari betapa berharganya jimat itu baginya kan?"
"... Apa yang kau bicarakan?"
Maou melihat ke arah Emi dengan mata yang dipenuhi dengan kejengkelan.
Akan tetapi, karena beberapa alasan, tidak seperti beberapa saat yang lalu ketika dia mengejek Maou, Emi sedikit tersipu dan menghindari membuat kontak mata dengan Maou.
".... Apa?"
Maou sama sekali tidak mengerti sikap Emi.
"Jadi kali ini, kau harus menjaganya. Bagaimana menurutmu?"
"Aku juga berpikir begitu."
Chiho berbicara untuk pertama kalinya.
"Apa yang kalian berdua bicarakan...?"
Maou benar-benar bingung dengan kelakuan Emi dan Chiho yang terlihat aneh.
"Well, aku tidak tahu apa yang begitu disayangi oleh pengembara itu. Tapi itu adalah hal yang penting baginya kan?"
Emi mengulurkan tangan kanannya, dan seberkas cahaya yang redup mulai bersinar.
"Apa sekarang kau memahami rasanya kehilangan sesuatu yang berharga? Jika kau sudah memahaminya, maka kali ini jagalah ini baik-baik."
Sebuah keajaiban terjadi di depan mata Maou yang terkejut.
"Daddyyy!!"
Maou sepenuhnya terpaku oleh sesosok gadis kecil yang muncul di atas api penghantaran dan hanya diam mematung dengan mata terbuka lebar, seolah-olah dia adalah seekor burung dara yang telah tertembak oleh senapan mainan.
"Alas... Ramus... Ap... ? Hey? Apa ini...?"
Maou terhuyung-huyung ketika dia berdiri dan pegangannya pada foto itupun terlepas, menyebabkan foto itu jatuh ke tanah.
Alas Ramus, gadis yang dikira sudah diambil oleh orang-orang itu, tidak menyukai apa yang telah dilakukan Maou.
"Daddy, tidak!! Jangan menjatuhkannya. Tanah kan kotor."
Dia dengan cepat mengambil foto itu dan memeluknya di dadanya.
"H-hey. Apa ini, apa ini benar-benar dirimu? Apa kau benar-benar Alas Ramus?"
Maou berlutut di tanah dan menyentuh kepala, wajah, dan bahu Alas Ramus, sementara gadis itu masih memegang foto itu.
"Daddy, jangan! Itu geyi!"
Kata "geli" terlalu sulit untuk diucapkan oleh Alas Ramus.
Alas Ramus tertawa begitu keras layaknya anak anjing, dan memegang tangan Maou dengan tangan satunya.
"... Jadi begitulah."
Kata-kata Emi sudah tidak terdengar lagi di telinga Maou.
"A-aku paham. Jadi kau tidak dibawa oleh mereka."
"Aku sebenarnya ingin membuatmu sengsara sedikit lebih lama lagi. Tapi Alas Ramus terus mengatakan kalau dia ingin bertemu dengan ayahnya, dan aku tidak ingin dianggap sama dengan iblis sepertimu, jadi aku tidak punya pilihan lain selain membawanya kesini. Kau seharusnya berterima... Hey?"
Emi mengatakan berbagai macam hal dengan begitu cepat, tapi langsung menjadi panik setelah menyaksikan sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya.
"Apa kau... Menangis?"
"Huh? Apa? Huh?"
Maou menyentuh wajahnya sambil menjawab pertanyaan itu dan menemukan jejak air mata yang mengalir di wajahnya. Dia tidak pernah menangis sekalipun semenjak hari di mana dia hampir kehilangan nyawanya dulu sekali.
"Ke-kenapa kau menangis? Bukankah kau ini raja iblis? Apa kau bodoh? Hentikan itu!!"
Emi benar-benar terkejut dengan reaksi Maou, dan tidak punya ide bagaimana harus menanggapinya, jadi dia berakhir dengan menghinanya.
"Daddy, apa perutmu sakit? Perutmu sakit?"
Alas Ramus juga menyadari air mata Maou dan mendongak melihat ke arah Maou sementara dia sendiri juga berkaca-kaca.
"Um, ini adalah, yeah, ini seperti sebuah kebetulan atau sejenisnya, dan..."
Sementara Maou, di sisi lain mencoba menyembunyikan air matanya sambil membuat alasan.
"Maou-san kau senang kan? Karena Alas Ramus telah kembali?"
Senyum Chiho menebak tepat pada sasarannya.
"Kau juga menangis kan? Ketika kau benar-benar senang?"
Maou menatap ke arah Chiho tanpa sadar.
"Sekarang kau mengerti satu hal lagi mengenai dunia ini kan?"
"Chii-neecha apa daddy baik-baik saja? Apa perutnya baik-baik saja?"
Alas Ramus bertanya kepada Chiho dengan mata yang berkaca-kaca, dan Chiho pun menyentuh kepalanya.
"Dia baik-baik saja. Daddy mu hanya terlalu senang bertemu denganmu lagi, Alas Ramus-chan."
"A-aku tidak menangis."
Tiba-tiba Maou berdiri dengan kesal dan berteriak.
"Si-siapa yang menangis? A-aku susah tahu! A-aku adalah daddy nya!! Aku sudah tahu kalau Gabriel dan para anak buahnya pasti melarikan diri."
Dia mencoba keras untuk berpura-pura, tapi itu bahkan tidak akan bisa membodohi anak SD.
"Wabu!!"
Maou menggendong Alas Ramus dengan lumayan keras.
"A-aku juga sudah menyiapkan makan malam untuk Alas Ramus. Hey Ashiya, Suzuno! Makan malam. Ini waktunya makan malam."
Dia kemudian lari menaiki tangga tanpa membereskan api unggun yang telah dia buat sebagai api penghantaran.
"... Aku tidak percaya dia akan bereaksi sejauh itu. Tapi ketika dia mengatakan makan malam, apakah maksudnya dia akan makan malam di ruangan itu?"
"Aku mendengarnya kemarin, katanya mereka pergi ke tempat Suzuno-san untuk makan. Lalu mereka kembali ke kamar mereka untuk tidur. Dia bilang sesuatu seperti 'ini musim panas, dan di sana terasa lebih dingin'."
"Terdengar benar-benar seperti mereka."
Emi membuat senyum yang terkesan dipaksakan, dan menatap ke arah lantai dua Villa Rose Sasazuka.
Melihat Maou yang bertingkah seperti dirinya yang biasa, tidak bisa dipungkiri kalau sebagian dari perasaan Emi merasa sedikit lega.
Pedang sucinya, Better Half, masih diselimuti banyak misteri dan dia tidak tahu bagaimana pedangnya bisa berkaitan dengan "Raja Iblis Satan yang Agung" yang disebutkan oleh Maou dan Gabriel sebelumnya.
Sementara itu, suara kegegeran dari Ashiya dan yang lainnya dapat terdengar dari arah lantai dua.
"Tapi... Apakah ini belum dilaporkan juga?"
"Kalau dipikir-pikir, yeah... Orang-orang terus datang ke sini dari waktu ke waktu, tapi bangunan ini pada awalnya memang sudah tua... Jika mereka melapor pada polisi, itu hanya akan menyebabkan masalah, tapi kupikir mereka akan baik-baik saja."
"Kau mungkin ada benarnya. Akulah orang yang harus merawat Alas Ramus di masa yang akan datang, jadi kurasa itu bukan masalahku."
"Mommyyyy!! Chii-neechaaaaa!! Makan malam! Makan malam!!"
"Hey, Alas Ramus. Itu berbahaya! Kau bisa jatuh seperti mommy."
Alas Ramus memanggil Emi dan Chiho dari lantai dua di bagian paling atas anak tangga. Dan Maou memeganginya dari belakang.
"Hey, makanlah bersama kami. Suzuno yang memasak. Jadi aku janji kami tidak akan melakukan apapun pada makanannya."
"... Apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku adalah ibunya, jadi aku harus memastikan kalau dia makan dengan benar." Kata Emi ketika dia mulai berjalan menaiki tangga.
Emi bisa merasakan Chiho juga mengikutinya menaiki tangga dengan senyum yang masam. Dia sepertinya bisa melihat dengan jelas maksud dari sikap kasar Emi.
Emi masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan Gabriel kemarin. Bagaimanapun, sebagai seorang pahlawan, dia akan melakukan apapun dengan kekuatannya untuk melindungi waktu makan malam yang damai seperti saat ini.
Atau begitulah, dia bisa memikirkan hal itu, hanya untuk saat ini saja.
"Bayi itu dan pedang suci Emilia bersatu?"
"Benar!! Itu tepat sekali!! Serius, ini benar-benar yang terburuk...."
"Maaf mengenai hal itu. Tapi ngomong-ngomong, aku akhirnya membuat kemajuan dengan dewiku, bagaimana menurutmu?"
"Ughhh!! Aku seperti orang bodoh yang berpikir kalau kau adalah seseorang yang akan mendengarkanku, meskipun jika itu hanya sedikit saja."
"Jangan marah begitu. Bahkan kekuatan Wicked Eye of the Fallen milikku benar-benar tidak berguna. Jadi aku benar-benar tidak bisa membantumu."
"Kau benar-benar tidak berguna."
"Tapi bukankah bergabungnya fragmen Yesod "Alas Ramus" dan "Better Half" adalah sesuatu yang benar-benar buruk?"
"Bukankah itu alasan kenapa aku sedang kesulitan saat ini? Bukankah itu alasan kenapa aku menjadi khawatir? Bukankah itu alasan kenapa aku berbicara denganmu saat ini? Hey, kenapa kau sama sekali tidak merasa khawatir? Ini bukanlah waktunya untuk menjalin mimpi yang indah bersama manusia. Gezz!! Aku seharusnya tidak melembut pada gadis itu!"
"Kita berdua lemah terhadap wanita kan? Tiba-tiba aku merasa punya hubungan yang aneh denganmu."
"Uh-oh.. Aku ingin memukul orang ini."
"Jangan marah begitu. Sini, tidakkah menurutmu dia cantik? Ini adalah foto saat dia membawa nampan plastik. Aku bahkan menjual ini dengan harga 5000 yen di Wahoo Auctions."
"Aku akan memukulmu!!"
"Gah!!"
"Aku bilang, khawatirlah sedikit!"
"Bagaimana bisa kau tidak melihat betapa berharganya ini... Gezzz.. Tapi ngomong-ngomong, Emilia tidak menggabungkan Alas Ramus dan Better Half seolah-olah dia tahu hal itu kan?"
"Tidak!!Terus?"
Di tengah malam, di lantai kedua dari Sentucky Fried Chicken cabang stasiun Hatagaya, Malaikat Sariel berbicara kepada Gabriel yang sedang panik sambil memakan kentang goreng dan sayap ayam .
"Jadi jika kau mendapatkan 'sayap' yang satunya, paling tidak kau bisa menghindari kemungkinan terburuknya kan?"
".. Tentu, tapi siapa yang menyimpan 'sayap' yang satunya?"
"Hummpphh!! Seorang pertapa sepertimu tidak akan pernah mengerti!! Kenapa kau tidak mencoba mempelajari tentang cinta seorang pria dan wanita?"
"...."
"Jangan diam saja sambil mengepalkan tanganmu!! Kau akan mengerti jika kau berpikir dengan tenang sebentar saja."
"Siapa? Aku sama sekali tidak punya petunjuk!! Dan kau bertingkah seolah tahu segalanya, tapi pernahkah cintamu terbalas, sekali saja?"
"Fufu, semuanya sampai sekarang ini hanyalah latihan untuk membuat dewiku menjadi mi....agh?!"
Gabriel menampar Sariel tanpa peringatan apapun.
"Kau masih harus membalas kebaikanku karena akulah yang selalu membereskan semua kekacauan yang kau buat."
"O-okay! M-maaf, maaf!! Aku masih punya urusan besok, jadi tolong jangan pukul wajahku!"
"Urusan? Apa kau serius..? Pikirkan posisimu saat ini. Memang, merebut pedang suci adalah misi yang diserahkan padaku untuk menutupi kegagalanku, dan tanggung jawabnya sepenuhnya ada padaku, jika yang lain tahu alasan kenapa misi ini gagal adalah karena kau jatuh cinta dengan seorang manusia, itu pasti akan menimbulkan masalah. Apa kau ingin berakhir sama seperti seseorang yang sudah kita ketahui?"
Tanya Gabriel yang merasa jengkel, Sariel dengan satu pipinya yang memerah mencerca dan menjawab.
"Seseorang harus sudah siap menjadikan Tuhan dan seluruh dunia menjadi musuhnya jika dia telah terbujuk oleh cinta."
"Aku tidak tahu betapa seriusnya kau ini... Dan? Siapa orang yang akan kupahami jika aku lebih mempelajari tentang cinta seorang pria dan wanita?"
"Siapa pada awalnya yang mengambil Yesod Sefira? Sekali saja kau memikirkan hal itu, sisanya gampang."
Sariel tersenyum, dan melanjutkan...
"Dia meninggalkan satu sayapnya untuk anaknya, kalau begitu, sudah jelas di mana yang satunya lagi."
Sariel menggoyang-goyangkan tulang ayam yang baru saja dia makan dan berkata,
"Nord Justina, ayah Emilia."
Jam kerja Chiho baru saja berakhir, dan dia dipanggil oleh Kisaki.
"Oh Kisaki-san? Terima kasih atas kerja kerasnya."
"Ya, kau juga. Bisa kita bicara sebentar?"
"Tentu saja. Ada apa?"
Sekarang ini menunjukan pukul 09:00 PM. Chiho sepertinya sudah bisa menebak apa yang ingin dibicarakan Kisaki.
"Apa anak itu sudah kembali ke keluarganya?"
Tebakan Chiho benar.
"Kau sudah diberitahu, ya?"
"Dia.... Bagaimana mengatakannya ya... Terlihat seperti cangkang kosong."
Mereka berdua sedang membicarakan Maou.
Maou terlihat seperti benar-benar tanpa semangat hidup. Dia membuat kesalahan yang sederhana, sebuah kesalahan sembrono satu demi satu. Tidak ada energi terdengar dalam suaranya, dan ketidakrajinannya terlihat begitu kontras dengan dirinya yang biasa, itulah yang membuat Kisaki begitu khawatir.
"Aku pikir kita harus menunggu dia sampai perasaannya membaik, tapi ini juga tidak baik... Maaf, Chii-chan, jika terus-terusan seperti ini, bisakah kau mengawasinya dan membantunya jika dia membuat kesalahan lagi?"
"Ya, tentu saja!"
"Mungkin aku terlalu keras padanya kemarin, tapi aku juga tidak bisa tiba-tiba menjadi lembut padanya."
"Tidak apa-apa, Maou-san tahu kok kalau kau bilang semua itu demi kebaikannya, Kisaki-san. Aku akan pulang sekarang, permisi!!"
"Yeah, hati-hati di jalan."
Chiho meninggalkan restoran setelah mengucapkan salam pada Kisaki, melihat jamnya, dan berjalan menuju stasiun Sasazuka.
Alas Ramus telah menghilang.
Maou melihat Emi kembali dengan tangan kosong setelah mengejar Gabriel keluar apartemen. Dia benar-benar merasa hancur.
Chiho hanya mendengar tentang pertarungan melawan Gabriel di pagi itu dari Suzuno.
Hal pertama yang telah menunggu Chiho ketika dia menuju ke Villa Rose Sasazuka adalah...
"Alas Ramus.... Telah pergi."
Laporan singkat dari Suzuno, sebuah kalimat yang mengejutkan.
Suzuno, Ashiya, dan Urushihara terduduk di tangga, terlihat seperti benar-benar kehilangan, dan ada lubang besar di dinding di lantai kedua.
Chiho sudah sering kali terlibat dengan fenomena supranatural yang melibatkan orang-orang dari dunia lain, dan dia sudah tahu kalau itu adalah akibat dari pertarungan mereka.
Dia heran kenapa tidak ada tetangga yang melihat mereka dan melaporkannya ke pihak yang berwajib, tapi itu juga adalah salah satu kekhawatirannya.
"A-ashiya-san, apa.....??"
"Maou-sama, dia... selamat. Dia berada di dalam kastil Raja Iblis. Dia bilang dia ingin sendiri dulu."
"Apa yang terjadi pada..... Alas Ramus-chan? Apa yang dilakukan oleh si Gabriel itu?"
Chiho dengan cepat membawa-bawa nama Gabriel.
"Kami tidak tahu. Emilia juga tidak membicarakannya, seperti halnya Maou."
Orang yang menjawabnya adalah Urushihara.
"Kemungkinan terbesarnya mungkin Alas Ramus telah dibawa oleh Gabriel."
"Ti-tidak!!"
Suara Chiho terdengar begitu sedih.
"Saat itu, kita berada di bawah pengawasan para tentara surga itu, jadi tidak ada waktu dan jalan bagi Raja Iblis untuk mendapatkan kekuatannya kembali. Aku tidak bisa membayangkan kalau Emilia mampu melawan penjaga dari Pohon Kehidupan... Aku menduga lapisan keperakan tadi membuat Emilia ataupun raja Iblis tidak terluka parah.. Tapi sayangnya, sepertinya dia memang sudah dibawa pergi."
"Tapi, mungkin ini memang yang terbaik. Jika Alas Ramus benar-benar fragmen Yesod Sefira, maka sudah hal yang wajar kalau Gabriel membawanya kembali ke surga. Maksudku, pada awalnya kita memang tidak punya tanggung jawab serta kwajiban untuk merawat anak itu..."
"Urushihara-san!!"
Chiho menyela Urushihara dengan suara yang keras sebelum dia berbicara lebih jauh lagi.
"Katakan sepatah kata lagi kalau berani!!"
"... Apa yang sudah kulakukan?"
Urushihara merajuk serta mencibirnya, tapi dia mendengarkan perkataan Chiho dan menutup mulutnya.
"... Apa yang terjadi pada Yusa-san?"
"Emilia, dia sudah pulang ke rumah... Dia bilang dia harus bekerja hari ini... Aku paham kalau barang-barangnya serta baju nya juga robek di sana sini... Tapi dia hanyalah seorang penyihir yang tak punya hati."
Ashiya menjawabnya dengan energi yang lemah.
"Sasaki-san, kau sebaiknya berangkat ke sekolah, Maou-sama....."
Ashiya melihat ke arah lubang besar di dinding lantai dua itu dengan ekspresi sedih,
"... Mungkin tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini."
Tanpa sadar Chiho juga melihat ke arah lubang itu, dan seketika itu juga dia merasakan perasaan yang tidak dia pahami di dadanya dan itu membuatnya menitikkan air mata.
"Ma-maafkan aku... Aku akan pergi sekarang!!"
Chiho mencoba menyembunyikan air matanya dan membungkuk pada mereka bertiga, lalu kemudian dia pergi meninggalkan apartemen.
"Alas Ramus-chan....."
Chiho menggumamkan nama gadis apel itu ketika dia berangkat menuju sekolah, dan dia menitikkan air matanya lagi.
Dia bersama dengan Alas Ramus hanya sebentar saja, tapi bahkan dia merasakan perasaan kehilangan yang begitu hebat. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Maou, yang dianggap oleh Alas Ramus sebagai ayah tercintanya.
Dan di saat seperti ini, dia bahkan tidak bisa berada di sisi Maou.
Dia mengutuk ketidakmampuannya itu dari dasar hatinya.
"... Oh, sebuah pesan?"
Chiho merasakan getaran ponsel dari dalam tasnya, mengusap air matanya, kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Yusa-san?"
Pesan tersebut berasal dari Emi, dia ingin bertemu dengan Chiho hari ini, dan untuk waktunya kapan saja tidak masalah.
Chiho membalas kalau dia harus bekerja sepulang sekolah sampai sore, jika dia tidak keberatan dengan itu, Chiho pasti akan menemuinya. Jika waktu bukanlah masalah bagi Emi, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak menemui Chiho.
Dan kini, Chiho menemui Emi di sebelah stasiun Sasazuka pada saat perjalanan pulangnya dari bekerja.
"Yusa-saaaan!! Maaf!! Apa aku membuatmu menunggu?"
"Hey, Chiho-chan. Maaf memintamu untuk menemuiku ketika kau sedang lelah-lelahnya."
Bagaimanapun, Emi terlihat lebih lelah daripada Chiho.
Chiho bertanya-tanya apakah kehilangan Alas Ramus juga memberikan beban tersendiri baginya.
"Tidak apa-apa kok... Tapi ada masalah apa memangnya?"
"Um, well.. Aku akan mentraktirmu, jadi bisakah kita berbicara di dalam Eccentric Sihol di sebelah sana? Aku melihat stan di pojokan yang kosong di dalam."
"Huh? Oh, iya, tidak masalah..."
Mereka pergi ke dalam Eccentric Sihol yang berada di dalam mall di sebelah stasiun Sasazuka, yang mana Emi memesan kopi sementara Chiho memesan Soy Milk Latte.
Emi mengambil tempat di pojokan di mana sedikit orang yang lewat, tenggelam di tempat duduk empuknya dan menghela nafas panjang.
"Apa kau sudah mendengar apa yang terjadi pagi ini?"
Emi langsung saja menanyakan hal itu, dan topik pembicaran itu memang sama sekali tidak mengejutkan. Chiho mengangguk dengan ekpresi terluka.
"... Aku mampir di apartemen mereka."
"Begitu ya.."
"Apakah Alas Ramus pada akhirnya benar-benar telah dibawa oleh mereka?"
"..."
Dahi Emi membentuk kerutan, kerutan yang jauh lebih dalam daripada Chiho.
Chiho menganggap ekspresi Emi itu telah menjawab pertanyaannya.
"... Jika saja aku lebih kuat..."
"Tidak, itu bukan kesalahanmu, Yusa-san.."
".. Jika saja aku memiliki kekuatan untuk melawan Gabriel seorang diri. Ini semua pasti tidak akan terjadi."
"Kumohon, jangan salahkan dirimu sendiri..."
"Tidak, tidak ada jalan lain lagi. Ini semua hasil dari ketidakmampuanku."
"Mommy, apa kau baik-baik saja? Apakah perutmu sakit?"
"Yusa-san..."
"Chii-neecha. Apakah mommy terluka? Apakah dia terluka?"
"Tidak, bukan itu. Perasaannya lah yang terluka.. Tunggu, apa?"
"Ou?"
Di sebelah Emi dan di sebelah kaki Chiho terdapat...
"Apaaaaaa!?"
Chiho yang kaget mencoba berdiri seketika itu juga, menyebabkan lututnya menghantam meja dan hampir menumpahkan soy milk latte miliknya.
"Ow!!"
Dia kehilangan keseimbangannya dan jatuh di lantai.
"Chii-neecha, apa kau baik-baik saja?"
Tangan kecilnya menyentuh wajah Chiho berkali-kali.
"Alas Ramus-chan!!??"
Chiho berteriak ketika masih terkejut di lantai.
"Huh? Tapi bagaimana? Kenapa? Kenapa Alas Ramus-chan bisa ada di sini?"
Chiho mendongak dan melihat Emi menopang dagunya melihat ke kejauhan dengan ekspresi malu-malu.
"Kau baik-baik saja?? Oh, ini menakjubkan!!"
"Wapu!!"
Chiho berteriak kegirangan dan memeluk Alas Ramus dengan erat.
"Ta-tapi kenapa!? Maou-san, Suzuno-san, Ashiya-san, mereka semua berpikir Alas Ramus telah dibawa oleh mereka, kau tahu?"
Urushihara tidak cukup penting bahkan untuk disebutkan dalam percakapan ini.
".. Bahkan aku sendiri tidak menduga kalau ini bisa terjadi."
Emi mulai menjelaskan sambil terus melihat ke kejauhan.
Momen ketika Alas Ramus memancarkan cahaya terangnya, Emi bisa merasakan sensasi aneh di pedang sucinya.
"Alas Ramus memakan pedang suci."
"... Apa??"
Alas Ramus, makan, pedang suci.
Mata Chiho melebar, ketika dia tidak mengerti lagi bagaimana cara menyatukan subjek, kata kerja, dan objek menjadi satu kalimat yang utuh.
"Dia menelannya begitu saja, seolah-olah dia sedang memakan roti atau sejenisnya. Bisa kau bayangkan bagaimana paniknya diriku ketika dia melakukan itu?"
"..."
Chiho bahkan tidak menemukan kata-kata untuk menjawabnya.
"Well, ternyata itu adalah apa yang bisa kau sebut dengan 'penyatuan fragmen Yesod'. Gabriel dan aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan hanya bisa membeku di tempat."
"Aku akan selalu bersama dengan mommy."
"Dan kemudian, well, fragmen Yesod itu berhasil menyatu, tapi pedang suci adalah bagian dari tubuhku, dan apa yang akhirnya terjadi adalah...."
Emi menyembunyikan Alas Ramus dengan tubuhnya sehingga orang-orang di cafe tidak bisa melihatnya. Emi meletakkan tangannya di dahi Alas Ramus dan kemudian...
"Wabu!!"
Alas Ramus kehilangan wujudnya dan berubah menjadi sekumpulan cahaya.
Sebuah pedang pendek yang indah muncul di tangan kanan Emi dalam sekejap. Chiho hanya bisa terkejut.
Sebuah pedang pendek, yang sepertinya adalah pedang suci, tapi mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari yang sebelumnya. Sebuah bulatan berwarna ungu yang melekat di atasnya bersinar jauh lebih terang daripada sebelumnya.
Sebuah pelindung lengan berwarna keperakan yang begitu indah terlihat di lengan kanan Emi, dan kemudian..
"Mommyy, kau menakutiku."
Pedang itu berbicara.
"... Pe-pedang itu berbicara?? Tunggu? Apaaa? Apa?? Itu berarti..."
"Yep!"
"Chii-neecha, apa aku terlihat keren?"
"... Alas Ramus menjadi bagian dari pedang suci dan Armor Pembasmi Kejahatan milikku."
Chiho tidak bisa menutup mulutnya yang menganga lebar.
"La-lalu kenapa kau tidak memberitahu Maou-san dan yang lainnya mengenai hal ini? Maou-san benar-benar seperti tidak punya semangat hidup hari ini, dan dia tidak bisa bekerja dengan baik kemarin ataupun hari ini."
"Oh benarkah? Jadi pada akhirnya dia benar-benar menderita?"
"Tentu saja!! Dia benar-benar menyayangi Alas Ramus-chan...."
"Hehe, maaf. Tapi kupikir ini adalah hal yang bagus untuknya."
Kemudian pedang suci itupun menghilang dari tangan kanan Emi dan Alas Ramus pun muncul kembali di hadapan Chiho.
"Dia sudah belajar rasa sakit kehilangan sesuatu yang berharga."
Ketika cahaya yang terpancar dari perubahan Alas Ramus menghilang, Emi menyentuh kepalanya dengan lembut.
"Gabriel juga kembali dengan tangan kosong. Bahkan kekuatan 'Wicked Eye Light of The Fallen' milik Sariel tidak bisa mengeluarkan pedang suci ini dari tubuhku, jadi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Apa yang raja iblis dan Bell lihat adalah gerbang yang dibuka oleh Gabriel ketika dia melarikan diri sambil membuat tekad akan datang kembali seperti anak SD... Dan ngomong-ngomong, inilah sebenarnya yang ingin kubicarakan denganmu."
"... Huh? O-okay, apa itu?"
Chiho masih mencoba untuk memahami situasinya, tapi Emi terus menekannya dengan arah pembicaraan ini.
"Alas Ramus telah bersatu dengan pedang suci. Tapi seperti yang kau lihat, dia punya batas yang pasti dari kebebasannya."
"Ya."
"Dan... Ini adalah mengenai sesuatu yang dia katakan sebelum penyatuan itu... Tapi sepertinya dia salah paham kalau aku akan selalu bersama dengan daddy nya."
Chiho mengeluarkan suara kagetnya setelah diam beberapa saat.
"Apa??"
"Dia terus menerus bergerak-gerak di dalam kepalaku seharian ini ketika aku sedang bekerja. Tapi jika aku meninggalkannya di kastil Raja Iblis, aku tidak akan bisa menggunakan pedang suciku jika sesuatu terjadi."
"Apa-apaan itu?"
"Dan dari sekian hari, hari ini Rika benar-benar bertingkah tidak seperti biasanya, jadi aku tidak bisa meminta saran darinya."
"Suzuki-san bertingkah tidak seperti biasanya?"
"Dia selalu melihat HP nya dengan gugup sepanjang hari ini. Di pagi hari, waktu makan siang, bahkan ketika dia pulang bekerja."
Emi meminum kopi hangatnya dalam sekali tegukan, dan menyembunyikan wajahnya sambil membuat ekpresi seperti sedang dirundung masalah besar.
"Ngomong-ngomong, jika ini terus berlanjut aku akan gagal sebagai wanita pekerja sekaligus sebagai pahlawan!! Aku harus mengalahkan si Raja Iblis, tapi itu berarti Alas Ramus harus membunuh daddy nya sendiri. Karena dia menjadi bagian dari pedang suciku, dan masih salah paham dengan hal itu, dia akan terus menuntut dari dalam kepalaku dan membuatku gila.. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukaaaaan..."
"Kau benar-benar mengidap penyakit seorang ibu, Yusa-san....."
Mendengar keluhan putus asa dari seorang pahlawan pemegang pedang suci. Kepala Chiho mulai sakit karenanya. Tidak ada yang bisa Chiho lakukan untuknya.
Tidak ada yang bisa Chiho lakukan, tapi dia akan dengan senang hati bertukar posisi dengan Emi.
"Aku tidak tahu apakah ini akan menyelesaikan masalahmu atau tidak, tapi...."
"Apa itu??"
Chiho mulai menjawab dengan sangat tenang, sementara Emi ingin segera mendengarnya.
"Jika kau pindah ke kamar kosong di kompleks perumahan Maou-san, paling tidak keinginan Alas Ramus akan terkabul."
"Aku merasa seperti aku sudah kalah jika melakukan itu, jadi jawabanku sepenuhnya tidak!!"
"Jangan seperti anak kecil, Yusa-san."
"Tapiiii...."
"Pindah ke rumah daddy!"
Alas Ramus si gadis apel, menjawabnya dengan penuh kegembiraan, tanpa memikirkan masalah dunia dewasa dan dilema yang dialami ibunya.
XxxxX
"Api unggun itu lagi?"
Ketika Emi dan Chiho tiba di Villa Rose Sasazuka saat matahari terbenam terus menyinari mereka sampai cahaya terakhirnya, Maou terlihat sedang membakar Ogara tepat di sebelah tangga apartemen sambil melihat asapnya dengan malas.
"Kenapa kau tidak belajar budaya Jepang sedikit saja? Ini disebut 'api penghantaran'."
"Api penghantaran? Okay.. Lalu apa tujuannya melakukan itu?"
"Ini digunakan untuk mengantar para arwah leluhur kembali ke dunia mereka setelah mereka datang ke sini dengan api kedatangan. Kalau menurut adatnya, ini dilakukan saat berakhirnya Obon, tapi kupikir orang-orang tidak akan mempermasalahkannya jika aku melakukannya sedikit lebih cepat atau lebih lambat."
Maou menghela nafas panjang.
Di sudut matanya, Emi bisa melihat Maou dengan lemah memegang bingkai foto mereka bertiga.
"Alas Ramus datang bersamaan dengan api kedatangan, itulah alasannya. Tapi... Pada akhirnya itu juga sia-sia. Kami tidak pernah menggunakannya sekalipun."
Maou melihat tempat duduk anak-anak berwarna kuning yang terpasang pada Dullahan 2, yang memantulkan cahaya keputihan dari matahari terbenam di musim panas.
Angin musim panas yang lembut bertiup ke arah mereka, dan menyebarkan asap dari Ogara itu ke langit.
"Aku tidak ingin berbicara denganmu. Pergilah!!"
"Aku tahu. Tapi aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Itulah kenapa aku berada di sini. Sekarang jawab ini."
"...."
Maou menunduk seolah merasa jengkel, tapi tidak berkata apa-apa. Emi pun melanjutkan kalimatnya.
"Apa yang pengembara itu lakukan terhadap jimat yang diberikan oleh si malaikat setelah dia menjadi raja?"
"..."
Maou mengerang dengan begitu pelan, dengan matanya yang masih menatap ke bawah.
"Aku ingin menggunakannya sebagai referensi. Jika masih ada kelanjutannya, bisakah kau mengatakannya padaku?"
"Jadi kau ingin menambah penderitaanku ketika aku sedang terpuruk. Iya kan?"
"Yeah. Anggap saja aku datang ke sini untuk menertawakan si raja iblis yang begitu depresi dengan semua hal-hal yang berbau kasih sayang ini."
"Serius ini. Kalian manusia dan malaikat benar-benar tidak tahu malu."
"Kami jauh lebih tahu daripada iblis."
Chiho hanya diam menyaksikan adegan yang terjadi di depannya itu.
Maou tidak meresponnya dengan marah-marah, dan mulai menggumam pelan setelah diam beberapa saat.
"... Pengembara itu lupa akan jimat itu setelah dia menjadi raja. Setelah dia kembali terpuruk menjadi pengembara menyedihkan seperti sebelumnya, jimat itu muncul di hadapannya sekali lagi. Dia berusaha yang terbaik untuk menjaganya kali ini, tapi mungkin karena perbuatannya sebagai raja sudah terlalu kejam, jimat itu diambil lagi darinya. Mungkin begitu."
"Hm. Begitu ya. Tapi pada akhirnya si pengembara itu menyadari betapa berharganya jimat itu baginya kan?"
"... Apa yang kau bicarakan?"
Maou melihat ke arah Emi dengan mata yang dipenuhi dengan kejengkelan.
Akan tetapi, karena beberapa alasan, tidak seperti beberapa saat yang lalu ketika dia mengejek Maou, Emi sedikit tersipu dan menghindari membuat kontak mata dengan Maou.
".... Apa?"
Maou sama sekali tidak mengerti sikap Emi.
"Jadi kali ini, kau harus menjaganya. Bagaimana menurutmu?"
"Aku juga berpikir begitu."
Chiho berbicara untuk pertama kalinya.
"Apa yang kalian berdua bicarakan...?"
Maou benar-benar bingung dengan kelakuan Emi dan Chiho yang terlihat aneh.
"Well, aku tidak tahu apa yang begitu disayangi oleh pengembara itu. Tapi itu adalah hal yang penting baginya kan?"
Emi mengulurkan tangan kanannya, dan seberkas cahaya yang redup mulai bersinar.
"Apa sekarang kau memahami rasanya kehilangan sesuatu yang berharga? Jika kau sudah memahaminya, maka kali ini jagalah ini baik-baik."
Sebuah keajaiban terjadi di depan mata Maou yang terkejut.
"Daddyyy!!"
Maou sepenuhnya terpaku oleh sesosok gadis kecil yang muncul di atas api penghantaran dan hanya diam mematung dengan mata terbuka lebar, seolah-olah dia adalah seekor burung dara yang telah tertembak oleh senapan mainan.
"Alas... Ramus... Ap... ? Hey? Apa ini...?"
Maou terhuyung-huyung ketika dia berdiri dan pegangannya pada foto itupun terlepas, menyebabkan foto itu jatuh ke tanah.
Alas Ramus, gadis yang dikira sudah diambil oleh orang-orang itu, tidak menyukai apa yang telah dilakukan Maou.
"Daddy, tidak!! Jangan menjatuhkannya. Tanah kan kotor."
Dia dengan cepat mengambil foto itu dan memeluknya di dadanya.
"H-hey. Apa ini, apa ini benar-benar dirimu? Apa kau benar-benar Alas Ramus?"
Maou berlutut di tanah dan menyentuh kepala, wajah, dan bahu Alas Ramus, sementara gadis itu masih memegang foto itu.
"Daddy, jangan! Itu geyi!"
Kata "geli" terlalu sulit untuk diucapkan oleh Alas Ramus.
Alas Ramus tertawa begitu keras layaknya anak anjing, dan memegang tangan Maou dengan tangan satunya.
"... Jadi begitulah."
Kata-kata Emi sudah tidak terdengar lagi di telinga Maou.
"A-aku paham. Jadi kau tidak dibawa oleh mereka."
"Aku sebenarnya ingin membuatmu sengsara sedikit lebih lama lagi. Tapi Alas Ramus terus mengatakan kalau dia ingin bertemu dengan ayahnya, dan aku tidak ingin dianggap sama dengan iblis sepertimu, jadi aku tidak punya pilihan lain selain membawanya kesini. Kau seharusnya berterima... Hey?"
Emi mengatakan berbagai macam hal dengan begitu cepat, tapi langsung menjadi panik setelah menyaksikan sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya.
"Apa kau... Menangis?"
"Huh? Apa? Huh?"
Maou menyentuh wajahnya sambil menjawab pertanyaan itu dan menemukan jejak air mata yang mengalir di wajahnya. Dia tidak pernah menangis sekalipun semenjak hari di mana dia hampir kehilangan nyawanya dulu sekali.
"Ke-kenapa kau menangis? Bukankah kau ini raja iblis? Apa kau bodoh? Hentikan itu!!"
Emi benar-benar terkejut dengan reaksi Maou, dan tidak punya ide bagaimana harus menanggapinya, jadi dia berakhir dengan menghinanya.
"Daddy, apa perutmu sakit? Perutmu sakit?"
Alas Ramus juga menyadari air mata Maou dan mendongak melihat ke arah Maou sementara dia sendiri juga berkaca-kaca.
"Um, ini adalah, yeah, ini seperti sebuah kebetulan atau sejenisnya, dan..."
Sementara Maou, di sisi lain mencoba menyembunyikan air matanya sambil membuat alasan.
"Maou-san kau senang kan? Karena Alas Ramus telah kembali?"
Senyum Chiho menebak tepat pada sasarannya.
"Kau juga menangis kan? Ketika kau benar-benar senang?"
Maou menatap ke arah Chiho tanpa sadar.
"Sekarang kau mengerti satu hal lagi mengenai dunia ini kan?"
"Chii-neecha apa daddy baik-baik saja? Apa perutnya baik-baik saja?"
Alas Ramus bertanya kepada Chiho dengan mata yang berkaca-kaca, dan Chiho pun menyentuh kepalanya.
"Dia baik-baik saja. Daddy mu hanya terlalu senang bertemu denganmu lagi, Alas Ramus-chan."
"A-aku tidak menangis."
Tiba-tiba Maou berdiri dengan kesal dan berteriak.
"Si-siapa yang menangis? A-aku susah tahu! A-aku adalah daddy nya!! Aku sudah tahu kalau Gabriel dan para anak buahnya pasti melarikan diri."
Dia mencoba keras untuk berpura-pura, tapi itu bahkan tidak akan bisa membodohi anak SD.
"Wabu!!"
Maou menggendong Alas Ramus dengan lumayan keras.
"A-aku juga sudah menyiapkan makan malam untuk Alas Ramus. Hey Ashiya, Suzuno! Makan malam. Ini waktunya makan malam."
Dia kemudian lari menaiki tangga tanpa membereskan api unggun yang telah dia buat sebagai api penghantaran.
"... Aku tidak percaya dia akan bereaksi sejauh itu. Tapi ketika dia mengatakan makan malam, apakah maksudnya dia akan makan malam di ruangan itu?"
"Aku mendengarnya kemarin, katanya mereka pergi ke tempat Suzuno-san untuk makan. Lalu mereka kembali ke kamar mereka untuk tidur. Dia bilang sesuatu seperti 'ini musim panas, dan di sana terasa lebih dingin'."
"Terdengar benar-benar seperti mereka."
Emi membuat senyum yang terkesan dipaksakan, dan menatap ke arah lantai dua Villa Rose Sasazuka.
Melihat Maou yang bertingkah seperti dirinya yang biasa, tidak bisa dipungkiri kalau sebagian dari perasaan Emi merasa sedikit lega.
Pedang sucinya, Better Half, masih diselimuti banyak misteri dan dia tidak tahu bagaimana pedangnya bisa berkaitan dengan "Raja Iblis Satan yang Agung" yang disebutkan oleh Maou dan Gabriel sebelumnya.
Sementara itu, suara kegegeran dari Ashiya dan yang lainnya dapat terdengar dari arah lantai dua.
"Tapi... Apakah ini belum dilaporkan juga?"
"Kalau dipikir-pikir, yeah... Orang-orang terus datang ke sini dari waktu ke waktu, tapi bangunan ini pada awalnya memang sudah tua... Jika mereka melapor pada polisi, itu hanya akan menyebabkan masalah, tapi kupikir mereka akan baik-baik saja."
"Kau mungkin ada benarnya. Akulah orang yang harus merawat Alas Ramus di masa yang akan datang, jadi kurasa itu bukan masalahku."
"Mommyyyy!! Chii-neechaaaaa!! Makan malam! Makan malam!!"
"Hey, Alas Ramus. Itu berbahaya! Kau bisa jatuh seperti mommy."
Alas Ramus memanggil Emi dan Chiho dari lantai dua di bagian paling atas anak tangga. Dan Maou memeganginya dari belakang.
"Hey, makanlah bersama kami. Suzuno yang memasak. Jadi aku janji kami tidak akan melakukan apapun pada makanannya."
"... Apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku adalah ibunya, jadi aku harus memastikan kalau dia makan dengan benar." Kata Emi ketika dia mulai berjalan menaiki tangga.
Emi bisa merasakan Chiho juga mengikutinya menaiki tangga dengan senyum yang masam. Dia sepertinya bisa melihat dengan jelas maksud dari sikap kasar Emi.
Emi masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan Gabriel kemarin. Bagaimanapun, sebagai seorang pahlawan, dia akan melakukan apapun dengan kekuatannya untuk melindungi waktu makan malam yang damai seperti saat ini.
Atau begitulah, dia bisa memikirkan hal itu, hanya untuk saat ini saja.
XxxxX
"Bayi itu dan pedang suci Emilia bersatu?"
"Benar!! Itu tepat sekali!! Serius, ini benar-benar yang terburuk...."
"Maaf mengenai hal itu. Tapi ngomong-ngomong, aku akhirnya membuat kemajuan dengan dewiku, bagaimana menurutmu?"
"Ughhh!! Aku seperti orang bodoh yang berpikir kalau kau adalah seseorang yang akan mendengarkanku, meskipun jika itu hanya sedikit saja."
"Jangan marah begitu. Bahkan kekuatan Wicked Eye of the Fallen milikku benar-benar tidak berguna. Jadi aku benar-benar tidak bisa membantumu."
"Kau benar-benar tidak berguna."
"Tapi bukankah bergabungnya fragmen Yesod "Alas Ramus" dan "Better Half" adalah sesuatu yang benar-benar buruk?"
"Bukankah itu alasan kenapa aku sedang kesulitan saat ini? Bukankah itu alasan kenapa aku menjadi khawatir? Bukankah itu alasan kenapa aku berbicara denganmu saat ini? Hey, kenapa kau sama sekali tidak merasa khawatir? Ini bukanlah waktunya untuk menjalin mimpi yang indah bersama manusia. Gezz!! Aku seharusnya tidak melembut pada gadis itu!"
"Kita berdua lemah terhadap wanita kan? Tiba-tiba aku merasa punya hubungan yang aneh denganmu."
"Uh-oh.. Aku ingin memukul orang ini."
"Jangan marah begitu. Sini, tidakkah menurutmu dia cantik? Ini adalah foto saat dia membawa nampan plastik. Aku bahkan menjual ini dengan harga 5000 yen di Wahoo Auctions."
"Aku akan memukulmu!!"
"Gah!!"
"Aku bilang, khawatirlah sedikit!"
"Bagaimana bisa kau tidak melihat betapa berharganya ini... Gezzz.. Tapi ngomong-ngomong, Emilia tidak menggabungkan Alas Ramus dan Better Half seolah-olah dia tahu hal itu kan?"
"Tidak!!Terus?"
Di tengah malam, di lantai kedua dari Sentucky Fried Chicken cabang stasiun Hatagaya, Malaikat Sariel berbicara kepada Gabriel yang sedang panik sambil memakan kentang goreng dan sayap ayam .
"Jadi jika kau mendapatkan 'sayap' yang satunya, paling tidak kau bisa menghindari kemungkinan terburuknya kan?"
".. Tentu, tapi siapa yang menyimpan 'sayap' yang satunya?"
"Hummpphh!! Seorang pertapa sepertimu tidak akan pernah mengerti!! Kenapa kau tidak mencoba mempelajari tentang cinta seorang pria dan wanita?"
"...."
"Jangan diam saja sambil mengepalkan tanganmu!! Kau akan mengerti jika kau berpikir dengan tenang sebentar saja."
"Siapa? Aku sama sekali tidak punya petunjuk!! Dan kau bertingkah seolah tahu segalanya, tapi pernahkah cintamu terbalas, sekali saja?"
"Fufu, semuanya sampai sekarang ini hanyalah latihan untuk membuat dewiku menjadi mi....agh?!"
Gabriel menampar Sariel tanpa peringatan apapun.
"Kau masih harus membalas kebaikanku karena akulah yang selalu membereskan semua kekacauan yang kau buat."
"O-okay! M-maaf, maaf!! Aku masih punya urusan besok, jadi tolong jangan pukul wajahku!"
"Urusan? Apa kau serius..? Pikirkan posisimu saat ini. Memang, merebut pedang suci adalah misi yang diserahkan padaku untuk menutupi kegagalanku, dan tanggung jawabnya sepenuhnya ada padaku, jika yang lain tahu alasan kenapa misi ini gagal adalah karena kau jatuh cinta dengan seorang manusia, itu pasti akan menimbulkan masalah. Apa kau ingin berakhir sama seperti seseorang yang sudah kita ketahui?"
Tanya Gabriel yang merasa jengkel, Sariel dengan satu pipinya yang memerah mencerca dan menjawab.
"Seseorang harus sudah siap menjadikan Tuhan dan seluruh dunia menjadi musuhnya jika dia telah terbujuk oleh cinta."
"Aku tidak tahu betapa seriusnya kau ini... Dan? Siapa orang yang akan kupahami jika aku lebih mempelajari tentang cinta seorang pria dan wanita?"
"Siapa pada awalnya yang mengambil Yesod Sefira? Sekali saja kau memikirkan hal itu, sisanya gampang."
Sariel tersenyum, dan melanjutkan...
"Dia meninggalkan satu sayapnya untuk anaknya, kalau begitu, sudah jelas di mana yang satunya lagi."
Sariel menggoyang-goyangkan tulang ayam yang baru saja dia makan dan berkata,
"Nord Justina, ayah Emilia."
---End of Chapter 4---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Author's Note
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
0 Komentar