Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 3 - Chapter 4 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 3 - Chapter 4 : Keberangkatan, Banyak Rintangan Membentang Didepan.



Chapter 4 : Keberangkatan, Banyak Rintangan Membentang Didepan.

Pagi harinya setelah Subaru curhat dengan Ram, semua penghuni mansion berkumpul di depan gerbang, diantara mereka Subaru berteriak keras tanpa melihat suasananya.

"Hwaaa, ini dia!!"

Subaru berteriak dengan gembira. Tepat didepan mata Subaru yang penuh semangat, berdiri seekor 'kuda' yang membawa atmosfer ketenangan. Kulit keras berwarna hijau, tubuh yang cukup besar untuk membawa orang dilehernya, sepasang mata yang tajam. Dia melihat mereka berkali-kali tapi tidak mempunyai banyak kesempatan untuk melihat mereka sedekat ini. Seekor kadal raksasa.

Kemegahan yang terpampang di depan gerbang mansion Roswaal ini adalah pemandu mereka yang diundang Subaru dan yang lainnya untuk mengarungi jalanan ibukota. Sebuah kereta naga yang ditarik oleh naga tanah.

"Tubuh yang besar! Kulit yang keras! Wajah yang menyeramkan!"

Makhluk yang besar, atau bisakah disebut makhluk langka? Di depan raksasa ini dia dapat merasakan semangatnya yang mulai berkobar, perasaan yang bisa dipahami oleh setiap pria. Dan begitulah Subaru, hanya karena ukuran besarnya, sudah bisa membuat dia tergila-gila dan semangatnya sudah berada dipuncak meskipun dia harus bangun pagi-pagi sekali. Melompat-lompat di sekitar naga tersebut, kegembiraannya bisa dengan jelas terlihat.

"Dia benar-benar seperti anak kecil, bermain-main seperti itu.'

Melihat adegan yang membingungkan ini, Emilia menghela napas panjang. Dia mengangkat bahu seolah olah dia sedang mencari persetujuan dari Rem.

"Subaru-kun.... Manisnya. Tidakkah  kamu berpikir demikian Emilia-sama?" Kata Rem, mencoba untuk menahan dirinya.

"Itu manis, itu memang manis, aku juga berfikir begitu.. Sepertinya Subaru membawa pengaruh buruk padamu Rem."

Melihat subaru berlarian dengan penuh semangat, Emilia dan Rem hanya bisa menghela nafas panjang.
Mengabaikan kesan yang didapatnya, Subaru meraih dan menepuk-nepuk naga itu, dan mengeluarkan suara yang aneh.

"Ya Tuhan, aku begitu terharu! Super fantasi! Jika aku punya kamera digital, aku pasti akan memfotonya. Bagaimana kalau judulnya "naga yang merangkak tanah, dan aku...."

Mulai kehilangan kendali dirinya karena semangat yang tinggi, caranya menepuk kadal itu, dengan cepat berubah dari menyentuh menjadi seperti menyerang, Kadal itu pun mulai kehilangan kesabarannya.

Dan secara tiba-tiba....

“Dostoyevsky!?”

““Aaaaaaaa””

Kadal itu berbalik, mengaum, menggulung ekornya seperti cambuk dan memukulkannya dengan kekuatan penuh pada pundak Subaru. Badannya terpental, Subaru terbang cukup cepat seolah-olah itu seperti gambar editan. Seperti boneka ragdoll Subaru melayang sampai pada di sisi gerbang, kepalanya mendarat terlebih dahulu diatas ranting semak semak yang lembut. Setelah hening sesaat, entah bagaimana Subaru bisa keluar dari semak-semak itu.

"Ap Apa maksudnya ini?"

"Subaru-kun.  Naga tanah adalah makhluk yang sangat pandai, meskipun mereka tidak bisa memahami kata-kata mereka bisa memahami maksudmu. Itulah kenapa kau harus memperlakukan mereka dengan baik."

"Bilang dari awal! Aku melihat apa yang ada disisi lain sana dan ada mandi mayonaise yang menungguku."

Setelah datang di dunia baru ini, berkali kali aku berada di ambang kematian yang seolah-olah tidak pernah berakhir. Ketika aku berfikir aku bisa melewati hari ini dengan tenang, hal ini malah terjadi.

Sementara memutar-mutar bahunya yang kena pukul tadi, Subaru berjuang menarik kaki yang satunya dari semak dan kembali ke gerbang. Melirik kadal dengan gugup, mata kuningnya menyipit seolah-olah berkata "itu apa yang kau dapat dari menyentuhku dengan ceroboh" sambil menghembuskan napas yang kuat lewat hidung.

Meskipun jika dia sudah terbiasa dengan manusia disini yang memperlakukannya seperti itu, melihat binatang di daerah ini menunjukan sikap seperti itu adalah sesuatu yang wah.

"Mulai sekarang aku akan sedikit menjaga ucapanku, dan sikapku, dan tindakan ku, dan kebiasaan ku...."

"Banyak hal yang harus direnungkan, kan?  Tapi aku rasa itu adalah sesuatu yang sangat mencerminkan dirimu."

"Apakah sesuatu ini, Sesuatu seperti hal yang kau sukai, Emilia-tan? "

"Aku berfikir kau harus belajar untuk memilih orang, tempat dan waktu yang tepat."

"Aku akan mengingatnya" mengangkat tangannya dan mematuhinya.

"Bagus" Emilia meletakkan tangannya di pinggulnya dan tertawa. Disaat seperti itu, pintu mansion tiba-tiba terbuka. Orang yang muncul adalah Roswaal dan Ram, mereka berdua datang sedikit terlambat dari waktu pertemuan yang direncanakan. Subaru mengetuk-ngetuk jarinya ringan di atas pergelangan tangannya seolah-olah ada sebuah arloji disana.

"Oi oi oi, apa yang kalian lakukan sampai terlambat? Roswaal, bukankah kau orang yang menentukan waktu pertemuan ini? Seseorang yang mengulur-ngulur waktu maka dia akan mengulur-ngulur hal-hal lainnya, bukankah begitu Rem? "

"Ya itu benar! Meskipun Subaru-kun juga kesiangan dan tidak bisa datang tepat waktu, itu tidak berlaku bagi Rem. Tapi aku tidak keberatan jika kau memuji Rem."

"Tentu tentu tentu, tenanglah sedikit Rem."

Subaru menggosok-gosok rambut Rem agar Rem tidak mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya. Mata putih Emilia menatapnya tajam, Subaru berusaha untuk menjelaskannya dengan panik.

"Ini bukan seperti itu!  Aku punya alasan!  Alasan yang lebih biru dari lautan, dan lebih hijau dari pegunungan!"

"Aku harap kau juga punya alasan yang sangat hijau juga.. Ayo kita dengarkan!!"

"Aku sangat senang, jadi aku tidak bisa tidur!!"

"Kau seperti anak kecil."

Terlihat seperti dia sudah menyerah, Emilia pun menurunkan bahunya. Dia mengalah saat ini, Subaru berhasil melarikan diri dengan selamat. Berharap agar bisa menghindari pertanyaan lebih lanjut lagi, Subaru kembali mengarahkan percakapan kepada Roswaal layaknya sebuah tombak.

"Jadi apa yang ingin kalian katakan? Kenapa kalian berdua terlambat? Bukankah kita semua berkumpul saat sarapan seperti biasanya? Dan Rem masih harus berurusan dengan barang bawaannya."

"Maaf, maaf, bukankah tidak apa-apa? Lagipula, Ram akan tinggal dan menjaga mansion, jadi kita tidak akan melihatnya cukup lama bukan? Ituuulah kenapa kami menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengucapkan kata perpisahan."

Melambaikan jarinya, Roswaal merapikan kerah bajunya ketika mencoba memberi penjelasan. Disampingnya, Ram buru-buru mencoba menata rambutnya. Hanya dengan melihat adegan ini, sebuah maksud tertentu dari kata-kata itu bisa dipahami.

"Ok, aku mengerti! Ayo kita berpura-berpura kalau aku tidak bertanya, dan kita lupakan masalah ini. Pertama, aku. Kedua, Emilia-tan, Ketiga, Rem...... Dan juga Ros-chi."

"Kenapa kau menyisipkan kata "juga" ketika menyebutku? Kereta naga ini adalah barang pribadii milikku tahu."

Tertawa perlahan, Roswaal mengulurkan tangannya dan menyentuh dagu kadal tersebut. Subaru mengangkat bahunya tanpa sadar, membayangkan Roswaal diterbangkan, pasti akan terlihat sangat lucu, tapi angannya itu segera lenyap. Jauh dari menerbangkan Roswaal, kadal itu meringkuk disampingnya. Hampir seperti kuda dan pemiliknya, itu menunjukkan ekspresi kasih sayang yang mendalam.

"Entah bagaumana, aku tidak bisa menerima hal ini."

"Itu karena naga itu dibesarkan oleh Roswaal-sama, dipegang oleh Roswaal-sama seperti itu sangatlah alami kan? Kau salah jika tidak berfikir panjang dan memprovokasinya dengan sembrono."

"Merawat naga, itu benar-benar luar biasa... Tunggu, sejak kapan kau bisa melihat sisi memalukanku?"

"Ara, bukankah itu yang biasanya terjadi?"

Ram mengaku kalau dia hanya berbicara ngawur, Subaru merasa malu. Menunjuk jari pada wajahnya, Ram mendengus dari hidungnya tanda ketidaksetujuannya.

"Banyak dedaunan menyangkut di seluruh kepala dan tubuhmu. Yang lebih buruk, kau memiliki bekas kotoran pula... Aku tidak ingin kau masuk kedalam kereta dan membuatnya kotor."

"Meskipun kau bukanlah orang yang membersihkannya."

"Kau akan menaikinya bersama Roswaal-sama.  Mencegah gangguan adalah pekerjaan pelayan bukan? Berbicara gangguan, itu adalah hal yang sangat alami bagi Barusu... Yah begitulah Barusu."

"Jangan menggunakan namaku seolah aku adalah sebuah kata kotor, aku benar-benar akan menangis ini."

Dengan keadaan yang begitu memalukan, Subaru memukul lengan dan kakinya, berguling tanah seperti bocah manja. Tentu saja, ini membuat Ram mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mencemooh dan mengejeknya.

Saat mereka berbicara, Rem dengan cepat menumpuk barang-barang kedalam kereta naga. Mencapai akhir dari percakapan ramah mereka, suasana pun berganti dengan perencanaan keberangkatan mereka. Diantara suara-suara yang terdengar di belakang Ram, sebuah pemikiran terlintas di kepala Subaru.

"Ngomong-ngomong, aku rasa Bea-ko tidak akan datang untuk melihat kita berangkat."

"karakter loli yang tidak punya perasaan" begitulah apa yang dipikirkan Subaru mengenai gadis berambut krem itu. Tentu saja dia sudah menyangka hal ini akan terjadi, mereka sudah keterlaluan menggodanya kemarin. Rasanya sedikit sepi kalau dia tidak berada disana untuk melihat keberangkatan mereka. Sekarang mungkin adalah waktu yang tepat untuk dia memperlihatkan batang hidungnya, Ekspresi Subaru menjadi masam ketika dia menatap kearah mansion.

"Oooooooo"

Pintu terbuka sedikit, hanya sedikit sekali, sebuah bayangan sesosok orang yang memakai gaun mencuri pandang kearah Subaru dan yang lainnya, tatapan mereka bertemu sejenak.

Menyadari kalau keberadaannya sudah diketahui, dia merasa bimbang untuk sesaat sebelum memantapkan hatinya kembali. Namun demikian, masih bersembunyi dalam bayangan pintu, dia melanjutkan misi mengintipnya. Melihat gadis keras kepala ini Subaru tersenyum pahit, dan mengangkat tangannya ke udara,

"Jika aku kembali dengan selamat, ada sesuatu yang ingin ku ceritakan padamu."

Atau begitulah, itu adalah sebuah pemikiran yang dia tunjukan lewat gerakan tubuhnya. Menanggapi hal ini, gadis tersebut menunjukkan ekspresi tidak peduli, perlahan dia melambaikan tangannya dalam sebuah gerakan yang seolah-olah untuk mengusir Subaru. Dan dengan itu, ia menutup pintu seolah-olah dia telah menyelesaikan tugasnya untuk melihat mereka.

"Subaru? Ada apa? "

Menoleh, Emilia memperlihatkan kepalanya dari dalam kereta naga. Tanpa dia sadari tampaknya mereka semua sudah mulai naik, Subaru adalah satu-satunya orang yang masih berada di luar. Dengan panik, ia meraih pintu kereta tersebut.

"Sini!!"

Sebelum dia menyentuh gagang pintunya, sesosok jari-jari putih terulur dari dalam kereta untuk membantunya. Dia ragu-ragu untuk sesaat, dan kemudian menerima uluran tangan itu. Dengan kekuatan yang tidak sesuai dengan kecilnya pergelangan tangan tersebut, Subaru ditarik masuk ke dalam kereta.

Memastikan bahwa Subaru telah naik, Rem mengangguk ke arah Ram yang berada dibelakang mereka. Kata-kata tidak diperlukan untuk saudara kembar ini, hanya dengan sebuah gerakan itu, apa yang mereka pikirkan telah tersampaikan. Rem menarik tali kekangnya dan si naga pun mulai berjalan.

Kereta berderit dan Subaru bisa merasakan kalau keretanya mulai bergerak, ia berpaling ke arah jendela. Hanya mengeluarkan kepalanya, dia menoleh kearah Ram yang melihat keberangkatan mereka.

"Well, sampai jumpa lagi! Jaga diri kalian!"

"Barusu juga, jika sesuatu terjadi setidaknya cobalah untuk menjadi perisai daging. Kau memiliki bakat sebagai umpan, ehe, itu satu-satunya penghargaan yang kuberikan padamu."

"Tentunya, aku juga punya beberapa yang lebih bagus."

Sebelum dia benar-benar menghilang di kejauhan Ram menarik ujung roknya, memberikan hormat kecil. Diam sepenuhnya, dia menundukkan kepalanya. Seperti pelayan teladan dia mengantar kepergian Subaru dan yang lainnya.

"Jika dia ahli melakukan tugasnya, dia pasti akan jadi pelayan yang sempurna."

Ketika mereka sampai dijalanan utama, sosok Ram benar-benar menghilang dikejauhan. Setelah memastikan ini, Subaru menjatuhkan dirinya ke salah satu kursi kereta sambil mengehela nafas panjang. Dan, entah bagaimana, kesan naik keretanya yang pertama benar-benar bercampur aduk dalam dirinya. Perasaan ketika duduk di kursi kereta memiliki beberapa bagian yang baik dan buruk, tetapi untuk keseluruhan perjalanan di kereta itu agak menyenangkan.

Sesuai pemikirannya, jalanan utama disini tidaklah dipelihara dengan baik. Dunianya yang dulu tidak mengembangkan jenis roda yang digunakan pada kereta naga didunia ini, getaran yang dia kira akan terasa saat ini jauh lebih lemah dari yang dia duga. Sejujurnya, perasaan ketika naik kendaraan dari dunianya yang dulu tidaklah lebih baik.

"Kau terlihat sangat ingin tahu tentang kereta naga?"

"Haruskah aku menyebutnya tidak wajar, atau haruskah aku mengatakan keheranan, segala sesuatu yang dilakukan untuk pertama kalinya, pasti juga akan seperti ini. Aku memang akan menjadi sedikit berisik, tapi biarkan aku bebas."

Dia menjawab pertanyaan Roswaal ketika kursinya tersentak, ia bisa merasakan getaran dari bawah kereta sanggup mengangkat kakinya. Dia tidak bisa mengatakan apakah keretanya berjalan dengan kecepatan santai atau tidak, tapi melihat keluar melalui jendela, kecepatan pemandangannya berlalu dengan sangat cepat. Mengukurnya hanya dengan mata, kereta itu mungkin bergerak hampir mencapai 100 km / jam, itu bisa setara dengan mobil. Ini benar-benar mengejutkan.

Jika seperti ini... Rem yang sendirian berada di luar tepatnya di tempat duduk kusir, membuat Subaru khawatir.

"Hei, kita melaju cukup cepat dan tempat duduk kusir benar-benar sepenuhnya terkena angin, apakah itu tidak apa-apa? Kalau terlempar atau sejenisnya, well, dia itu Rem, jadi kupikir kita perlu khawatir mengenai hal itu...  tapi tidakkah nanti rambut dan pakaiannya akan menjadi berantakan pada saat kita sampai ke ibukota?"

"Kau tidak perlu khawatir, kereta naga ini dilindungi oleh semacam 'Berkah Tuhan'."

Merespon pertanyaan Subaru, Emilia menjawabnya dengan wajah yang penasaran juga.

"Berkah Tuhan?" Subaru memiringkan kepalanya mendengar jawaban Emilia.

"Entah bagaimana, kata itu kadang terdengar akhir akhir ini. Itu tidak terdengar sesering 'mana' jadi aku tidak pernah punya kesempatan untuk menanyakannya. Jadi apa 'Berkah Tuhan' itu?"

"Berkah Tuhan ya berkah Tuhan. Itu adalah sesuatu yang kau dapatkan semenjak lahir, apa kau sungguh tidak tau itu?"

Menunjuk kedua tangan ke arah Emilia, Subaru menggoyangkan tubuhnya kebelakang. "Tidak", Subaru menyatakan ketidaktahuannya dengan senyum cerah.
Emilia memijat keningnya dengan jarinya seolah-olah baru saja terserang sakit kepala.

"Berkah Tuhan seperti yang kubilang, adalah berkah yang dibawa sejak lahir ke dunia ini. Ada banyak macam Berkah Tuhan, jadi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti, tapi ada spesies yang mempunyai perlindungan suci khusus yang diberikan pada mereka. 'Perlindungan terhadap angin' milik naga tanah adalah salah satunya."

"Ketika kau mengatakan perlindungan terhadap angin..."

"Ketika naga tanah sedang berlari, mereka tidak akan terpengaruh oleh angin. Selain itu, efek itu juga berlaku pada kereta yang mereka bawa. Itulah mengapa kereta ini tidak terpengaruh sama sekali oleh angin."

"Jadi ini berlaku juga untuk Rem diluar, huh"

Subaru mengangguk setuju, mencerna informasi yang baru saja Emilia sampaikan. Melihat Emilia yang tersenyum seolah-olah mengatakan, 'bagus sekali!' Subaru mengedipkan mata sebagai ucapan terima kasih. Memikirkan kembali semua yang baru saja dia pelajari tentang perlindungan suci.

Felt entah bagaimana bisa bergerak sangat cepat diatas kakinya, jadi dia pasti diberkati perlindungan suci terhadap angin. Dan Reinhard yang memamerkan kekuatan serangan dan bertahannya di rumah jarahan pasti memiliki berkah "perlindungan terhadap panah". Aku tau, jadi ada banyak orang yang memilikinya.

Yang berarti...

"Bagaimana dengan ku? Bagaimana dengan ku? Heii, Emilia-tan. Apakah aku memiliki sesuatu seperti Berkah Tuhan itu juga?"

Perlindungan suci diberikan kepada mereka sejak lahir, dan begitulah, ini adalah saat-saat yang Subaru tunggu semenjak ia dipanggil ke dunia ini. Ini bukanlah seperti berbuat curang kan? Kondisi pengaktifan Berkah Tuhan Reinhard dan naga tanah ini sepertinya terbatas. Jika demikian, ada kemungkinan bahwa kekuatannya mungkin perlu kondisi pengaktifannya sendiri dan itu belum diaktifkan. Harapannya memuncak, sambil ia menatap Emilia dengan mata begitu berharap.

"Sulit untuk dikatakan, beberapa orang yang lahir tanpa berkah Tuhan ini lebih tinggi daripada mereka yang memilikinya. Dan untuk orang yang memilikinya, tidak masalah siapa itu, mereka harus waspada jika mereka memiliki hal tersebut"

Kata-katanya memudar... Emilia menatap Subaru dengan tatapan bersalah. Tanpa diduga, Subaru mengerti apa maksudnya itu, tingginya harapan yang baru saja dibangun itu runtuh. Itu adalah harapan semu, wajahnya ditekuk dengan penuh cemooh pada dirinya sendiri.

"Yaa, tidak apa. Itu adalah sesuatu yang terlalu mewah untuk aku minta. Lagipula, aku mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari tempat ini. Keajaiban bertemu dengan Emilia-tan, itu lebih dari hebat dari semacam perlindungan suci itu."

"Ya ya. Kita akan sampai di ibukota dalam 4 jam, jadi jangan banyak tingkah sampai nanti kita sampai."

"Emilia-tan, cueknya! Tapi, aku merasa sedikit malu, bahkan dengan respon seperti itu saja sudah membuatku bahagia!"

Menghabiskan waktu dengan Emilia-tan seperti ini, Subaru sedang dalam proses memperoleh beberapa preferensi yang cukup aneh. Duduk di sampingnya, Roswaal dan Emilia sekarang mendiskusikan rencana mereka setelah mereka tiba di ibukota nanti. Subaru duduk diam dan mengamati, berperilaku seadanya seperti yang telah diberitahukan kepadanya.

Berbeda dengan penampilan mencoloknya, bagian dalam kereta itu cukup kecil. Rasanya seperti yang kau lihat di film-film, sesuatu yang orang kaya naiki, ruangan nyaman yang hanya bisa diduduki empat orang. Kursi yang terbuat dari bahan kelas tinggi yang didapatkan dari tempat-tempat yang eksotis, sehingga pantat yang sakit karena terlalu lama duduk bukanlah suatu kekhawatiran. Di sisi lain, dalamnya cukup sempit, ketenangan yang baru saja didapatkan Subaru, mulai terasa tidak nyaman.

"Emilia-tan, Emilia-tan, bolehkah aku duduk didekat jendela?"

"Ada yang salah?  Ah, apa kau merasa tidak enak karena getarannya?  Ini terjadi pada banyak orang yang belum pernah naik kereta. Aku mengerti, aku akan meminjamkan Puck padamu."

"Pikiran seperti itu membuatku bahagia, tapi ini sedikit berbeda. Dan tunggu sebentar, bagaimana bisa meminjamkan Puck ada hubungannya dengan aku yang sedang sakit? Apa aku harus menggunakannya sebagai kresek muntahan? "

"Jika kau melakukan itu padanya, Puck pasti akan marah!"

Waktu sekarang ini masihlah terlalu pagi, membahas topik semacam ini sebelum roh kucing itu terbangun, Subaru merasakan dingin di bagian bawah tulang belakangnya membayangkan karakter santai seperti Puck marah.

Setelah itu Emilia menghela nafas, dan melihat Subaru lagi.

"Jika bukan seperti itu lalu bagaimana?"

"Itu karena~, Emilia-tan dan Ros-chi sibuk berbincang satu satu sama lain. Aku kesepian karena tidak diajak berbicara juga, dan kembali pergi tidur itu kedua kalinya itu menjengkelkan, jadi aku ingin menghabiskan waktu dengan melihat pemandangan atau sejenisnya."

"Aa, maaf. Aku tidak menyadarinya. Kemarilah kalau begitu."

Emilia mengabulkan permintaannya, di kereta kecil itu mereka berdua berganti tempat duduk. Karena Emilia pada awalnya duduk di samping Subaru, ketika ia mulai berpindah tempat duduk Subaru bisa merasakan sentuhan di seluruh tubuhnya, dengan wajah puas dia menikmati keuntungan dari keadaan ini. Dengan ini mereka berhasil mengubah tempat duduk mereka.

"Baiklah, sebaiknya jaga sikapmu kali ini. Mengerti?"

"Mm. Aku akan menikmati kehangatan ini tepat dari mana kamu duduk tadi."

"Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu, tapi itu terdengar sangaaat menjijikan, jadi jangan sampai macam-macam."

Mengatakan hal tersebut, dia beberapa kali menatap Subaru dengan cemas ketika Subaru menggeliatkan pantatnya di kursi, dan akhirnya Emilia pun melanjutkan diskusi nya dengan Roswaal. Melihat senyum dan gerakannya, Subaru mengalihkan pandangannya ke luar jendela yang sudah dia amankan untuk dirinya sendiri.

Dari jendela kecil yang berada di atas pintu keluar / masuk ia bisa melihat mereka masih melaju dengan sangat cepat, pemandangannya pun dengan cepat berlalu. Dari sudut saat ia melihat keluar sebagian besar pemandangan yang terlihat adalah langit biru, dia tidak bisa melihat pohon-pohon tinggi lagi, jadi sepertinya mereka sudah meninggalkan hutan di sekitar mansion Roswaal, pikirnya.

"Aku baru menyadarinya, aku tidak tau betapa jauhnya antara mansion dan ibukota itu..."

Emilia mengatakan kalau itu butuh waktu sekitar empat jam, kalau dipikir-pikir, tanpa tahu persis seberapa cepat kereta naga melaju, ada banyak hal juga yang tidak diketahui, ia hanya bisa membuat tebakan. Mengangkat pinggangnya dari kursi, ia menekan wajahnya ke jendela, melihat pemandangan yang mereka lewati ketika mereka melaju lebih cepat dari yang dia kira.

Terlepas dari mereka yang berjalan diatas jalan raya kurang terpelihara, tidak ada getaran yang terasa di dalam kereta, itu adalah teka-teki di antara teka-teki.

"Kalau melihat ini, 'Berkah Tuhan sangatlah luar biasa' dia bisa menerima hal itu... Sebuah kecepatan yang layak bagi seekor kadal. Berdasarkan perasaan ini, mungkin kecepatannya sekitar 100km/jam?"

Kecepatan ketika pemandangannya berlalu, tampaknya itu tidak kalah cepat dengan apa yang ia ingat ketika melewatinya dari dalam mobil di jalanan yang sepi. Jika bisa terus mempertahankan kecepatan ini, tidak diragukan lagi, kereta naga pastilah sangat luas penggunannya. Setiap kadal mungkin sedikit berbeda berdasarkan cara perawatan dan makanannya, mobil pada umumnya juga sama dalam hal itu. Yang mana itu tergantung selera pribadi.

"Bagiku, aku bukanlah penggemar mesin, aku adalah lelaki menyedihkan yang menjadi sangat bersemangat ketika melihat binatang besar."

Ia ingin menyatakan bahwa kereta naga adalah pemenangnya berdasarkan pada selera pribadinya. Setelah menimbang manfaat kereta naga dan mobil, Subaru melihat kearah sekitarnya, "Baiklah. Bahkan jika aku tetap berada di sini kereta tidak lebih cepat lagi, jadi ini buang-buang waktu saja." Meletakkan tangannya di pintu, ia pun mengetuknya. Emilia dan Roswaal menghentikan percakapan mereka dan melihat kearah Subaru.

"Aku ingin pergi ketempat dimana Rem berada, aku rasa tidak apa-apa untuk membuka pintu ini?"

"Kau mengatakan hal-hal yang sangat menarik, Subaru-kun. Berkat perlindungan suci ini, segala sesuatu yang berhubungan dengan kereta tidak akan terpengaruh oleh angin. Itu tidaklah sulit untuk memanjat keretanya agar bisa sampai ke tempat Rem berada, tetapi jika kau jatuh, kau akan mati kau tahu?"

"Oi, oi, Ros-chi jangan meremehkan keatletisanku. Jika kau mengumpulka semua anak SMA dari klub 'pulang kerumah' dan menguji mereka, aku yakin aku pasti berada di peringkat atas. Yah apa saja selain lari jarak jauh."

"Setidaknya lakukan itu setelah kita memanggil Rem."

Giginya bersinar ketika Roswaal memberi Subaru acungan jempol. Sepertinya dia setuju dengan ide itu, lalu ia mengetuk jendela yang terhubung dengan tempat duduk kusir. Itu adalah jendela yang cukup besar yang bisa dilalui oleh beberapa barang. Dipisahkan oleh jendela kecil itu, hanya suara Rem yang bisa terdengar.

"Ya, apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Aa, Subaru-kun bilang kalau dia bosan dan ingin berada didekat Rem. Betapa menakjubkannya hal itu, kau pasti sangat dicintainya."

"Subaru-kun itu? Apa yang harus kita lakukan, apa anda ingin agar saya menghentikan keretanya? Tapi jika kita menghentikannya, ini akan membutuhkan sedikit waktu agar naga bumi bisa mulai berlari lagi"

"Nn?" Subaru memiringkan kepalanya mendengat perkataan Rem, kemudian melihat Roswaal yang sedang memegang dagunya.

"Sesuatu yang disebut Berkah Tuhan ini, tidaklah sekuat yang kau bayangkan. Dalam kasus naga tanah, setelah mereka mengaktifkan perlindungan mereka terhadap angin sekali, mereka membutuhkan sedikit waktu sebelum mereka dapat menggunakannya lagi. Kita bisa makan siang lebih awal  jika kau ingin?"

Mendengar penjelasan nya Subaru mengangguk, tapi menggelengkan kepalanya untuk menunjukan ketidaksetujuannya dengan rencana tersebut.

"Nah, baiklah. Aku akan  berada di sana dalam sekejap, jadilah anak yang baik dan tunggulah aku Rem. Aa, berhati-hatilah agar tidak menyebabkan kadalnya berbelok atau sejenisnya, atau bisa-bisa aku terlempar tak berdaya."

Aku harap dia menahan diri dari pergerakan apapun seperti berbelok ataupun mempercepat lajunya. Karena Subaru tidak tahu sampai sejauh mana perlindungan suci dari angin akan berlaku, berharap bisa menghindari setiap pergerakan yang berbahaya adalah pemikiran penuh harapnya.

"Aku mengerti, aku akan menunggu. Tempat disebelahku saat ini sedang kosong. Cepatlah, cepat!!"

Dari sudut lain jendela, Rem memanggil Subaru dengan tidak sabar, mencoba untuk berpura-pura tidak peduli... Tersenyum pahit, Subaru memberi isyarat dengan tangannya pada Roswaal.

"Nn, well, aku akan pergi kalau begitu."

"Ya Tuhan, kau sepertinya terlihat yakin bisa memenangkan Rem. Kau pasti akan terbakar kau tau,"

"Ros-chi, terbakar karena dirimu adalah.... Tapi jika itu Emilia-tan, aku pasti akan menyambutnya."

Memberikan Roswaal balasan setengah hati, Subaru berpaling kearah Emilia dengan semangat. Tapi tampaknya Emilia tidak memperhatikan apa yang Subaru katakan, bergumam pada dirinya sendiri di dekat interior dinding seolah-olah dia sedang mencari sesuatu. Dan, "di sini" kata Emilia, dia mengambil sesuatu dan meletaklan ke tangan Subaru.

"Ini bukanlah sesuatu yang seberbahaya itu sehingga aku harus akan menghentikanmu, tapi pastikan untuk terus memegang ini."

"Sebuah tali menjulur keluar dari dinding interior.... sesuatu seperti sabuk pengaman?"

"Ada kalanya ketika kereta bisa saja terbalik, itulah mengapa mereka memiliki sabuk ini. Aku akan memberimu yang paling panjang, jadi gunakan ini sebagai tali penyelamat. Setelah kau sampai ke tempat kusir, kau bisa melepasnya dan itu akan kembali ke asalnya."

Merasa senang dengan pertimbangan Emilia, Subaru mengambil sabuk yang diserahkan padanya dan melilitkannya di pergelangan tangannya. Ketika selesai mempersiapkan tali penyelamatnya, dia mulai menyadari bahwa dari awal seharusnya dia duduk saja di tempat duduk kusir. Jika memang seperti itu, dia seharusnya tetap bertingkah seperti dirinya yang biasa dan tetap duduk di kursinya, akan tetapi merasa tidak senang dengan pilihan ini, dia memperlihatkan keegoisannya yang tinggi.

Dilihat oleh Emilia yang tatapannya terlihat begitu khawatir, Subaru membuka pintu kereta dan memanjat keluar kereta. Kereta naga  itu bergerak begitu cepat seperti biasanya. Terkadang kecepatannya agak melambat, mungkin berkat tindakan Rem. Meskipun dia memastikan dengan matanya sendiri bahwa mereka bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, anehnya dia tidak bisa merasakan hembusan angin sama sekali. Itu hampir seperti beberapa ilusi di mana mereka berada di dalam sebuah kotak transparan ketika mereka melakukan perjalanan yang panjang. Menelan ludahnya dan lalu memegang tali penyelamatnya dengan erat, Subaru meletakkan tangannya di bagian luar kereta dan dengan hati-hati bergerak menuju tempat duduk kusir.

Karena tidak ada sedikitpun angin yang berhembus, perjalanan singkatnya terlewati dengan begitu mulus. Subaru merasa seperti sedang berjalan menyusuri jalanan dengan pijakan yang buruk, ketidaknyamanannya hanya sampai di tingkat itu.

"Ini benar-benar terasa aneh. Dengan berkah suci ini ternyata hanya sesulit ini."

Mengalami fenomena aneh didunia ini dengan tubuhnya sendiri, pikir Subaru sambil melihat pemandangan yang dilewatinya. '80 km / jam.' Ketika dia sendirian dalam perjalanannya, sebuah pemikiran terlintas di otaknya. Di dunia nya yang dulu dia ingat pernah mendengar suatu urban legend. Dan itu adalah,

"Ketika melawan aliran angin dengan kecepatan 80km/jam, itu rasanya persis seperti menyentuh payudara..!"
Itu adalah sesuatu yang disesalkannya, karena efek perlindungan suci ini dia tidak bisa mengkonfirmasi hal itu. Jika mitos itu memang benar, dan ia berada di dunia tanpa perlindungan suci ini, maka dia pasti bisa merasakan sensasi seluruh tubuhnya diselimuti oleh payudara wanita.

"Ditambah lagi, jika aku melihat ke samping, ada Emilia-tan yang berada di dalam kereta. Mungkinkah, melihat Emilia-tan sambil berfantasi tentang payudara-udara, adalah seperti sebuah kemenangan didalam imajinasi!?"

Dengan pemikiran aneh ini mulut Subaru tersenyum menyeringai atau lebih tepatnya menjijikkan. Tidak menyerah pada penyesalan itu terlalu lama, dia mengangkat tangannya ke langit, dan mencoba menggores langit biru dengan ujung jarinya.

"Ngomong ngomong, Subaru-kun. Aku lupa untuk memberitahu, jangan gerakakan tubuhmu terlalu jauh dari kereta. Kau bisa berada diluar jangkauan dari perlindungan suci ini."

Tepat saat Rem mengatakan hal itu.

"Tidak mungkin!"

Segera setelah ujung jarinya menggapai udara kosong, jari-jarinya terkena hembusan angin yang begitu kuat seolah-olah mencoba untuk menerbangkannya. Dengan kekuatan yang jauh melebihi apa yang ia duga, pegangannya terhadap kereta itupun terlepas.

Kehilangan satu-satunya pegangannya, tubuh Subaru pun terbang secara horizontal, terlempar kesamping kereta. "Hal ini terjadi terlalu cepat" itulah apa yang ingin dia katakan tapi ia tidak punya waktu untuk mengatakan hal tersebut.

Diselimuti oleh angin, dia tidak bisa mengatakan sejauh mana tubuhnya terlempar dalam badai.

Baca Light Novel Re:Zero Arc 3 : Chapter 4 translate Bahasa Indonesia Zhi End Blogs.


Abababababaaaa!?Ini buruk, benar benar buruk, mungkinkah ini...... Descartes!?"

(*Descartes & Dostoyevsky adalah nama seorang tokoh terkenal, entah kenapa Subaru mengatakannya secara acak ketika dia sedang terkejut.)

Seperti itulah, saat dia berpikir dia pasti akan menghantam tanah, dia merasakan sebuah tarikan di tangan kanannya yang membawanya menuju kereta. Rasa sakit terasa ditangan kanannya seolah-olah tangannya mau copot, dia melihat tali penyelamat yang Emilia ikatkan padanya, sesuai dengan namanya, tali tersebut benar-benar menyelamatkannya. Ketika cahaya yang kehidupannya mulai padam, tali itu seolah-olah melindunginya.

Akan tetapi, saat tangan kanannya terasa seperti menjerit, pergelangan tangannya ke atas mulai berubah warna menjadi biru keunguan.

"Tarik! Bisakah kau bisa menarikku? Getarannya mulai terasa terlalu kuat untukku... Ga! Lidahku.. Aku menggigit lidahku."

Pemikiran serakah Subaru telah menyebabkan bencana besar bagi dirinya sendiri. Pergelangan tangan kanannya terlihat hampir mencapai batasnya, dia merasa seolah-olah bagian dalam tubuhnya akan melompat keluar ketika suatu perasaan yang kelam mulai memenuhi dadanya. Kemudian, ketika Subaru seperti akan menyerah, sebuah suara memasuki gendang telinganya.

Mengangkat kepalanya. Tepat di depannya, Subaru melihat seekor ular berwarna perak menggeliat. Ujung tubuh ular itu besar dan bulat, dengan banyak paku tumbuh dari tubuhnya.

"Trauma ku kembali!!"

Mengeluarkan suara yang melengking, ular itu menggeliat melilit dan menjerat tubuh Subaru. Dia melepaskan pegangannya ketika ular itu melilitnya jauh lebih kuat dari yang dia bayangkan, tapi dengan itu, ular tersebut seperti memegangnya dengan erat. Tubuhnya melayang di udara ketika ditarik oleh ular itu, dia terbang melewati kereta dan terlepas dari lilitan ular itu ketika berada diatas si kadal. Tubuhnya jatuh dari udara sekali lagi, dia sekilas bisa melihat Rem ketika pandangannya seperti berputar-putar.

Menggenggam tali kekang itu seperti besi dengan satu tangan, Rem meminta yang lainnya keluar dan menuju ketempat dimana jatuhnya Subaru untuk menolongnya.

Entah bagaimana hidupnya bisa terselamatkan, kemudian dia menegaskan

"Aku akan hidup dengan lebih patuh lagi mulai dari sekarang..."


Dia telah menerima nasehat dari banyak orang, tapi ini adalah kali pertama dia benar-benar memasukannya kedalam hati. Selangkah lagi sebelum dia bisa memastikan dimana dia mendarat, dia ternyata sudah 'kembali ke tidurnya'.


---End of Chapter 4---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume


Translated by : Ms. X
Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Makasih udah ngeluangin waktunya~ lanjut teruuus min~!! Semangaaat~!!!

*ditunggu lanjutannya. please jangan di drop ya? ^^

Balas