[Translate] Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 3 - Chapter 3 : Rencana Perjalanan Ke Ibukota.
Kembali ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 2
Chapter 3 : Rencana Perjalanan Ke Ibukota.
"Kau akan pergi ke ibukota kan? Aku ikut! Aku juga ingin pergi!"
Setelah para tamu pulang, semua orang yang berada di ruang tamu tersebut menghela nafas bersamaan. Suasana diruangan tersebut berlahan berubah menjadi lebih santai----- dengan satu kalimat yang dengan brilian dikatakan oleh Subaru.
Menerobos melewati pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, sambil membawa nampan dengan cangkir teh diatasnya dan menaruhnya keatas meja. Ketika mereka menatap kearahnya, mulutnya terbuka, dan dia memberikan dua pemain utama yang berada diruangan tersebut masing-masing satu cangkir. "Hoi hoi"
"Setiap orang ingatlah untuk membawa beberapa makanan, dan jangan terjaga sampai larut jika kalian sudah tidak sabar untuk pergi besok."
Subaru mengira perjalanannya besok akan begitu menyenangkan. Menerima cangkirnya, Emilia dan Roswaal saling memandang satu sama lain.
"Paham?"
"... Sepertinya begitu."
Roswaal mengangkat sebelah alisnya untuk memberikan rasa kepuasan diri, kata-kata nya keluar begitu saja melihat ekspresi Emilia. Tidak senang dengan mereka berdua yang seperti sedang merahasiakan sesuatu, "Apa yang kalian berdua bicarakan?" Subaru menekankan setiap kalimatnya menunjukan ketidaksenangannya.
"Berhentilah saling memandang satu sama lain!! Ajak aku juga, kita bisa menyanyikan lagu nina bobok bersama."
“Pertama-tama, tentang pergi ke ibukota, siapa yang memberi tahumu... Itu aku kan..."
Seperti merasa malu dengan kata-katanya sendiri, Emilia menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat kearah Subaru lagi, dia mulai menjelaskan dengan "dengar, kau tahu"
"Kita tidak pergi untuk bersenang-senang. Kami dipanggil karena ada urusan yang penting... Sangat sangat penting."
"Aku sudah mengetahuinya, pemilihan raja kan? Aku sudah tahu itu adalah acara besar yang akan bisa mengguncang seluruh negeri. Meskipun begitu, kumohon, ajaklah aku."
Subaru mengaitkan tangannya satu sama lain, dan bertekuk lutut di atas karpet. Emilia tidak tau harus bagaimana menanggapinya, matanya melihat keseluruh ruangan untuk meminta bantuan.
"Ada apa?? A-a jangan piiiiiikirkan aku, tidak apa-apa jika kau memiliiiiih sesuai kata hatimu."
Menyatakan dirinya hanya sebagai penonton, Roswaal melihat mereka dengan senyum diwajahnya.
"Wangi teh ini... Mungkinkah ini milik Ram... Tidak, meskipun itu dirinya, ini terlalu... Tapi, untuk Barusu, itu mungkin sesuatu yang hanya dia anggap...."
Begitulah reaksi mereka ketika mereka menyadari jenis teh apa yang dibawa Subaru tadi. Terutama bagi orang terakhir.
"Tidak apa-apa kan, dia sangat bersemangat untuk pergi dan lalu dia membuatnya dan membawanya kesini. Salah satu kenalan Subaru-kun juga sepertinya berada di ibukota, pada awalnya kita membawanya kesini karena luka-lukanya. Kita seharusnya juga memberinya ketenangan pikiran.”
Ini, ini adalah respon paling normal yang bisa kau harapkan, tapi bagi Subaru, ini adalah bantuan yang sempurna.
"Ya, nice assist Rem, Rem, Remmmm, kemarilah Rem..."
“Ya”
Menanggapi panggilan Subaru dengan sebuah senyum, dia mendekat kearah dimana Subaru terduduk di karpet, bertingkah seolah itu adalah hal yang benar-benar alami, dia menunjukan kepalanya, dengan hati-hati agar tidak membuat berantakan rambut birunya, Subaru mengelus-elus kepala Rem sambil terus memujinya.
Melihat reaksi gembira dari Rem dan tingkah Emilia yang sedikit kesal, "Aa, itu mungkin bagus juga..." Lalu mengangkat kepalanya dengan sedikit rasa penasaran,
"Tunggu, Subaru, jika kau ikut dengan kami, apa yang akan kau lakukan? Memang benar jika ini ada hubungannya dengan pemilihan raja, tapi ini bukanlah sesuatu yang ada hubungannya dengan....."
"Aku akan menangis kesepian disini, jika kau mengatakan sesuatu seperti tidak ingin melibatkan aku. Emilia-tan menjadi Raja... Ratu. Tidak apa-apa jika itu hanya peran kecil, ini adalah situasi yang penting, jadi aku ingin terlibat. Itulah kenapa aku akan melakukan sebisaku untuk membantu."
"Ini sangatlah penting, karena itu aku bilang padamu, kau tidak bisa ikut."
Emilia mengangkat kedua alisnya bersamaan untuk menanggapi kata-kata Subaru. Mata tersebut kini dipenuhi dengan motivasi. Dia senang jika Subaru berpikiran seperti itu, tapi Subaru telah sangat banyak membantunya. Selain menyelamatkan hidupnya, dia juga hampir mati beberapa hari yang lalu ketika mencoba untuk menyelamatkan beberapa orang. Subaru tidak tau sebesar apa rasa terima kasih Emilia terhadap dirinya, yang jika dia meminta apapun yang lebih jauh lagi padanya itu akan berlebihan.
"Jika aku membawamu, aku tau kau pasti akan melakukan sesuatu yang tidak masuk akal lagi. Aku tidak ingin kau begitu, mengerti?"
"Emilia-tan lah yang tidak mengerti. Aku benci melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dan hal-hal ceroboh lebih dari orang lain, itulah kenapa aku tidak akan melakukan apapun melebihi apa yang bisa kutangani."
Sambil berlutut, Subaru menyilangkan tangannya dan membusungkan dadanya, secara tiba-tiba dia melakukan tindakan yang mencolok itu. Tapi.
"Jika ada sesuatu berada dalam jangkauanku, itu cerita yang berbeda. Terutama jika itu hal yang berhubungan dengan Emilia. Jadi, tolong mengertilah."
“Itu.... Aku tidak tahu."
Emilia tidak tau kenapa dia menjadi begitu keras kepala. Emilia hanya ingin membiarkan Subaru beristirahat karena dia baru saja melewati hari-hari yang penuh dengan rasa sakit dan kesulitan. Kenapa dia masih memaksakan tubuhnya ketika dia belum sembuh benar, melakukan sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini tidaklah lucu. Dia selalu bercanda, dia tidak mungkin serius mengenai hal ini, kan?
Pikirannya, tenggelam kedalam lautan kebingungan ketika dia melihat Subaru yang menatapnya dengan tatapan memelas. Ruang tamu pun menjadi hening.
"Oooooke, hentikaaaaan sekarang jugaaaaa"
Menepukkan kedua tangannya bersamaan, Roswaal memecah keheningan didalam ruangan. Lalu melihat mereka berdua bergantian dengan ekspresi yang diisi dengan beberapa emosi.
"Karenaaaa kalian sepertinya belum bisa membuat kesepakatan, bagaimana kalau menyerahkannya padakuuuu. Subaru-kun akan ikut dengan kita ke ibukota. Ini adalah perintah dari majikanmu."
"Roswaal!”
"Yaa!! Kau tau bagaimana harus bicara, Ros-chi!"
Roswaal mengabaikan keberatan yang diperlihatkan Emilia. Selagi Emilia terkejut, Subaru dengan bersemangat memberikan acungan jempol padanya.
Akan tetapi, melihat reaksi mereka, Roswaal pun melanjutkan, dia menggerakkan jarinya dibarengi dengan "Tsk Tsk Tsk"
"Tapiiiii, Subaru-kun ikut dengan kita ke ibukota hanya untuk perawatan medisnya. Dan selanjutnya, pemilihan raja adalah urusan yang benar-benar berbeda. Apa kita sepakat?"
“Perawatan medis...?"
Mendengar kata-kata Roswaal, Subaru memiringkan kepalanya dalam keragu-raguan. Tidak mengerti apa maksudnya, dia mencoba berdiri dengan kepala yang masih dimiringkan...... Tapi terduduk terlalu lama diatas kakinya membuat kakinya mati rasa, dan menyebabkannya terjatuh. Rem dengan cepat yang berada didekatnya menghentikan terjun bebasnya dengan menarik bagian leher dari bajunya layaknya sedang membawa kucing.
"Hweeee! Nice assist Rem. Tapi selanjutnya lakukan dengan lebih lembut."
"Mmm, ini artinya kita sudah selesai bermesraannya...."
Dengan kata yang menciutkan semangat, Rem kembali ketempatnya berdiri dibelakang Subaru ketika dia menggosok-gosok lehernya yang sakit. Menoleh sekali lagi kearah Roswaal, dia pun bertanya.
"Apa maksudnya dengan perawatan medis? Aku hanya akan mengatakan ini, tapi beberapa bekas lukaku sudah benar-benar baik-baik saja, kau tau? Aku akui mungkin memang ada beberapa yang masih belum sembuh benar, tapi aku sendiri bisa menyembuhkannya dengan sedikit perawatan."
Mengayun-ngayunkan tangannya membentuk lingkaran, Subaru mencoba memperlihatkan kesehatan tubuhnya. Akan tetapi Emilia dan setiap orang yang berada didalam mansion tahu sebagian dari tubuhnya masih jauh dari kata sembuh. Selain berjuang menjalani kehidupan sehari-harinya, ada juga hal lain yang harus dilakukan, pekerjaannya dan senam pagi, contohnya. Faktanya mereka tau, kalau Subaru mencoba untuk menyembunyikannya, dan itu membuat mereka semakin merasa kasihan.
Sepertinya seluruh penghuni mansion membuat kesepakatan untuk tidak mengatakan kondisi tubuh Subaru yang masih lemah. Menanggapi Subaru, Roswaal menggelengkan kepalanya dan berkata, "Iya Iya"
"Terus menyembunyikan hal itu tidaklah bagus. Semua orang telah mewaspadai efek samping yang mungkin terjadi padamu. Kau telah benar-benar dikalahkan. Tergigit oleh taring Juggernaut, mendapat kutukan diseluruh tubuhmu.... Ini semua menyebabkan sirkulasi mana didalam tubuhmu menjadi sangat buruk. Itu benar-benar kacau, kau tau?"
“Bahkan jika kau mengatakan kondisiku yang parah karena sesuatu benda yang tidak terlihat..."
"Subaru, mana yang berada didalam tubuhmu itu adalah bentuk kehidupan itu sendiri. Mana yang alirannya kacau itu berarti sirkulasi energi kehidupanmu terhambat. Aku mohon padamu, dengarkan ini baik-baik."
Menjadi keras kepala bahkan setelah kondisinya yang lemah diketahui, Emilia memarahinya untuk tidak terus-menerus menjadi seperti itu. Perasaanya tersampaikan dan Subaru pun sedikit mengalah.
"Aku tau tubuhku saat ini dalam kondisi yang terjepit. Tapi apa hubungannya pergi ke ibukota dengan mendapatkan perawatan?"
"Perawatan tubuhmu membutuhkan seorang ahli dalam sihir air. Subaru-kun, kau sudah bertemu dengan perwakilan tadi, kan?"
“Gadis tinggi dengan telinga kucing tadi? Sejujurnya aku tidak cocok dengan orang seperti itu."
“Orang itu dihormati sebagai pengguna sihir air terbaik di ibukota."
Wajah Subaru seketika menjadi cemberut mendengar kata-kata Roswaal. Diam-diam, Emilia juga setuju kalau orang itu adalah tipe orang yang sulit untuk membuat kesepakatan. Bagaimana orang itu melihat Subaru dan sikapnya yang seperti bermain teka-teki dalam setiap perkataanya, adalah sesuatu yang sulit ditangani olehnya.
Menggunakan dalih untuk memenuhi undangan ke ibukota, Subaru pun dipaksa untuk masuk kedalam hal yang tidak ingin dibicarakannya. Dan yang terpenting..
“Emilia berusaha keras untuk membujuk orang itu, semuanya bertujuan untuk membuat sebuah kesempatan agar kau bisa sembuh. Kau harus menerima niat baik Emilia, tidakkah kau berpikir begitu?"
"Wha?”
"Hei, Roswaal!! Itu...."
Merasa tidak senang dengan sikap sembrono Roswaal, atau lebih seperti mempertimbangan kecepelosannya, Emilia pun mendekat kearah Roswaal. Mengabaikan suara marah dari Emilia, Roswaal pun terus berbicara dengan wajah yang tenang.
“Mereka berdua sama sekali tidak bisa akraaaab. Bagaimanapun, masih ada masalah dengan tubuh Subaru-kun. Dan dengan berani dia memohon kepadanya, dan entah bagaimana dia berhasil membuat kesepakatan untuk perawatanmu. Orang yang sangat baik kan?"
“R O―S― W A―AL!”
Setelah kenyataan yang dia coba sembunyikan telah diketahui semuanya, Emilia menekankan setiap suku kata yang diucapkannya sambil menggertakkan giginya. Rambut berwarna peraknya melambai dengan penuh amarah, wajahnya memerah karena amarah dan rasa malu. Kehilangan kendali atas dirinya, mana jahat terkumpul disekitarnya, berpikir mungkin dia akan menghantamkannya pada kepala berambut biru itu.
“Emilia-tan apa itu benar?"
Mengganggu suasana tersebut, Subaru menyela, mencoba untuk memastikan apakah itu benar atau tidak. Emilia melihatnya dengan ekspresi bersalah.
"Karena.. Ini semua salahku, tubuhmu masih belum pulih. Dan alasan kenapa kau ada dimansion ini, pada awalnya karena kau mencoba melindungiku, dan insiden dihutan itu juga, jika aku bertindak lebih awal, itu semua tidak akan terjadi padamu. Begitulah... Ini adalah balas budi dari semua yang telah kau lakukan, ini ganti rugi yang pantas terhadap semua yang terjadi padamu."
"Emilia-tan, caramu berbicara terlalu kaku. Itu terasa seperti kau mencoba lari dari urusanmu atau sejenisnya."
Subaru menjawab dengan ketus terhadap cara bicara Emilia yang cepat. "Terserah!!" Emilia mengatakannya dengan tegas.
“Kau benar-benar berusaha dengan keras, itulah kenapa kau berhak mendapatkan imbalannya. Sebaliknya, bagaimana mungkin aku bisa setara denganmu? Setiap pagi, kapanpun aku melihatmu aku merasakan perasaan bersalah ini, jika kau berpikir seperti itu, ini juga demi diriku."
"Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu begitu, jadi setiap pagi kau selalu memikirkanku?"
“Tidak!! Aku juga masih sangat berterimakasih."
Ini sudah keluar dari topik pembicaraannya. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, Emilia memang buruk dalam mengekspresikan perasaanya terhadap orang lain. Subaru mungkin juga terkejut. Dengan gugup Emilia melirik kearah Subaru, dan cukup yakin sebuah senyum pahit tersungging diwajah Subaru.
Akan tetapi, sambil menyilangkan tangannya.
“Haha, jadi kau ingin aku ikut juga ke ibukota? Kenapa kau tidak bilang saja sejak awal?"
"Karena saat kau berpikir kau sudah mendapatkan apapun yang kau mau seperti ini, kau akan menjadi sombong. Aku tau kau itu seperti bocah nakal."
“Bocah nakal... Itu bukanlah kata yang akan sering kau dengar di zaman sekarang ini."
Subaru menggerutu dengan pelan, sementara Emilia menjulurkan lidahnya. Subaru pun terpesona karenanya, meskipun jika itu adalah suatu bentuk balas dendam. Dan dengan begitu, segala pertengkaran tadi hanyalah menjadi bagian dari masa lalu saja.
“Baiklah, mari kita sudahi pembicaraan iniiii. Subaru akan ikut dengan kita ke ibukota. Besok kita akan menyiapkan berbagai hal yang kita butuhkan, dan kita akan berangkat setelah pagi lewat. Apakah iniiii tidak apa-apa?"
"Aku mengerti”
"Tidak keberatan."
"Saya setuju, Roswaal-sama."
Setiap orang di ruangan tersebut menyetujui kata penutup dari Roswaal tersebut. Dan begitulah, rencana perjalanan ke ibukota telah diputuskan.
Telah diputuskan Subaru akan ikut bersama mereka ke ibukota, dan keberangkatan telah diputuskan besok lusa. Meskipun mereka punya jadwal yang padat, masih harus melakukan pekerjaan sehari-hari mereka disekitar mansion. Tentu saja itu juga termasuk Subaru, pelayan magang yang masih dalam tahap pemulihan ditugaskan untuk melakukan pekerjaan yang sederhana seperti merapikan ruang tamu.
“Ketika kita pergi, apa hanya Ram yang akan tinggal dan mengurusi seluruh mansion?"
Sambil merapikan bajunya, Subaru berbicara dengan Ram yang berada dibelakangnya. Ram mengangguk seolah-olah itu bukanlah hal yang mengganggu. Dengan dalih mengawasi pekerjaan Subaru, sebenarnya saat ini dia tidak melakukan pekerjaan apapun.
"Ya, kita tidak bisa meningalkan mansion dalam keadaan benar-benar kosong. Biasanya Rem yang akan tinggal, tapi kali ini dia bilang kalau dia ingin pergi, jadi aku mengizinkannya."
Menghadapi permintaan adiknya, Ram sebenarnya merasa sedikit bimbang. Aku mulai menganggap kalau Ram adalah seseorang yang bersikap manis kepada saudaranya. Meskipun dia akan jauh dari Roswaal, dia terlihat tidak terlalu menghkhawatirkannya.
“Entah bagaimana, kau terlihat bahagia."
“Bahagia.. Ya mungkin benar. Dia selalu berusaha yang terbaik untuk memenuhi permintaan orang lain yang diberikan kepadanya, aku hanya bahagia dia punya sesuatu yang dia inginkan untuk dirinya sendiri."
Orang yang berpikir kalau sifat Rem sungguh sangat disayangkan bukan hanya Subaru saja, saudara kembarnya yang selalu bersamanya sejak dilahirkan juga merasakan hal yang sama. 'Aku ingin melakukan sesuatu terhadap sifatnya itu' itu adalah sesuatu yang Subaru pikirkan berkali-kali. Dengan begitu Ram dan Subaru mempunyai pemikiran yang sama terhadap Rem.
Dengan pemikiran itu, Ram menatap Subaru dengan tatapan yang tajam.
"Dari semua orang mungkin hanya pria ini... yang menjadi satu-satunya hal yang menggangguku."
"Aku lelah mendengarnya. Faktanya, aku, orang yang menggerakkan hati Rem tidak akan menghilang!! Hahaha, sakit hati lah karena hal itu!"
“fwwwra”
“uwaou!?”
Dengan sebuah mantra tiba-tiba sebuah hembusan yang kuat menghantamnya, karena terdorong oleh angin itu, tubuh Subaru terbang menuju tempat tidur. Baju-baju yang telah dirapikannya kini berantakan lagi, dengan diselimuti baju-baju putih, dia menikmati sensasi lembut berada diatas kasur seolah-olah dia sedang melayang.
"Kau!! Sihir juga ada batasnya!! Kau kalah beragumen denganku, jadi kau membalasnya dengan sihir, kepribadian mu benar-benar buruk."
"Itu bukanlah balas dendam. Aku hanya melepaskan emosi negatif yang terbentuk didalam perutku kepada Barusu."
"Itu disebut balas dendam kepada seseorang! Sebuah semburan amarah."
Mengatakan hal itu kepada Ram yang menatap dengan licik, Subaru dengan cepat bangun dari kasut dan mulai merapikan spreinya kembali.
Meskipun tubuhku belum kembali pada kondisinya semula, kecekatan jari-jariku tidaklah berubah. Sprei putih yang rapi terlihat cukup indah untuk menarik hati orang-orang bahkan diriku.
"Dengan kata lain, Rem benar-benar punya banyak bakat... Sebagai tambahan, dia juga bisa menjadi kusir, mengurusi barang-barang, tugas menjaga, memandu....... Aku bahkan tidak punya kata yang tepat untuk menggambarkannya."
“Kau melewatkan kata 'Subaru-kun', Rem sendiri yang menamakannya baru-baru ini."
“Aku tidak mengakui yang satu itu."
Baiklah, aku sudah terlalu banyak dibantu, jadi aku tidak akan terlalu menyangkalnya. Dengan kata lain, sekarang adalah waktu yang paling penting untuk keberangkatan empat penghuni mansion Roswaal. Terdapat disana sang bintang utama Emilia dan pelindungnya Roswaal. Ada Subaru mendapatkan tiketnya dengan cara marah-marah. Dan orang terakhir yang bertugas untuk mengurusi mereka bertiga, Rem.
Dan lalu yang tetap tinggal di mansion, Ram dan Beatrice.
Kalau dipikir-pikir lagi... Mereka berdua adalah orang yang sangat sangat mengkhawatirkan untuk ditinggalkan menjaga rumah. Apakah ini akan baik-baik saja?”
“Tenanglah, klan iblis tidak akan mati meskipun tanpa makanan dan air selama 3 hari."
“Kau bahkan tidak berniat untuk memasak untuk dirimu sendiri?"
Subaru serasa dijatuhkan oleh pernyataan tak tau malu yang mengabaikan seluruh pekerjaan memasak.
Baiklah, disamping dirimu, apa yang akan kau lakukan terhadap Bea-ko? Aku sudah bisa membayangkan dia keluar dari ruangannya dan menggerutu 'apa maksudnya ini?' Ketika dia melihat makan malam belum disiapkan."
"Aku juga sudah bisa membayangkan bagaimana reaksinya, tanpa ragu dia akan menerbangkanku. Dan kemudian Beatrice-sama akan ikut dengan kalian...."
"Kau adalah pelayan, jangan tiba-tiba mengatakan kalau melakukan pekerjaanmu itu menyusahkan. Paling tidak buatkan dia kentang rebus atau semacamnya! Jika kau mencampurnya dengan garam dan mayonais kau bisa membuatnya awet selama 3 hari paling tidak, mungkin. Kemungkinan terburuknya, kau mungkin hanya akan makan mayonais saja.
Melihatnya seolah-olah Subaru sudah benar-benar menganggap ini adalah rencana yang bagus, kecintaan Subaru yang aneh terhadap mayonais dapat dengan jelas terasa. Ram sama sekali menunjukan rasa keberatan, dan membuat wajah seolah dia akan benar-benar melakukan ide ini.
Tanpa diketahui Beatrice, rencana makan yang tragis telah ditetapkan untuknya.
Subaru melambaikan tangannya, 'nonono'
“Jika kau sudah punya banyak masalah hanya dengan makanan, apa yang akan kau lakukan dengan pekerjaan lainnya? Apa kau benar-benar bisa membersihkan mansion ini dengan baik?"
"Pertanyaan yang sangat bodoh Barusu. Daripada memasak, bersih-bersih adalah keahlianku."
“Bahkan dalam keahlianmu, kau masih lebih buruk daripada Rem! Kau benar-benar hanya sesosok kakak."
"Oh, ya begitulah."
Meskipun tidak ada apapun yang telah diputuskan, Ram melihat kearah Subaru dengan wajah puas. Melihat sikap aneh ini, Subaru menggaruk wajahnya.
"Jadi, akhirnya apa yang akan kau lakukan terhadap pekerjaanmu?"
"Sebagai ganti keinginan manja Rem untuk pergi ke ibukota, Aku akan menyesuaikan beberapa kondisi."
“Baiklah, aku mau dengar."
“Ini sangat sederhana. Ketika dia kembali, aku akan mengerjakan pekerjaannya selama sehari sebanyak waktu yang bisa dia luangkan."
Mendengar kata-kata Ram, Subaru benar-benar merasa tak berdaya. Dia melihat Ram dengan curiga sementara Ram menanggapinya dengan ekspresi tidak tau malu.
"Dan mereka akan belajar, inilah yang mereka dapatkan jika menyerahkan tugas mengurusi mansion kepadaku."
Jauh melebihi ekspetasinya, itu benar-benar pengabaian tugas yang sangat parah, bahkan bagi Subaru.
Pernyataan tak berguna ini telah memaksa si Hikikomori Subaru harus memutuskan untuk membantu Rem dengan yang satu ini.
Setelah para tamu pulang, semua orang yang berada di ruang tamu tersebut menghela nafas bersamaan. Suasana diruangan tersebut berlahan berubah menjadi lebih santai----- dengan satu kalimat yang dengan brilian dikatakan oleh Subaru.
Menerobos melewati pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, sambil membawa nampan dengan cangkir teh diatasnya dan menaruhnya keatas meja. Ketika mereka menatap kearahnya, mulutnya terbuka, dan dia memberikan dua pemain utama yang berada diruangan tersebut masing-masing satu cangkir. "Hoi hoi"
"Setiap orang ingatlah untuk membawa beberapa makanan, dan jangan terjaga sampai larut jika kalian sudah tidak sabar untuk pergi besok."
Subaru mengira perjalanannya besok akan begitu menyenangkan. Menerima cangkirnya, Emilia dan Roswaal saling memandang satu sama lain.
"Paham?"
"... Sepertinya begitu."
Roswaal mengangkat sebelah alisnya untuk memberikan rasa kepuasan diri, kata-kata nya keluar begitu saja melihat ekspresi Emilia. Tidak senang dengan mereka berdua yang seperti sedang merahasiakan sesuatu, "Apa yang kalian berdua bicarakan?" Subaru menekankan setiap kalimatnya menunjukan ketidaksenangannya.
"Berhentilah saling memandang satu sama lain!! Ajak aku juga, kita bisa menyanyikan lagu nina bobok bersama."
“Pertama-tama, tentang pergi ke ibukota, siapa yang memberi tahumu... Itu aku kan..."
Seperti merasa malu dengan kata-katanya sendiri, Emilia menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat kearah Subaru lagi, dia mulai menjelaskan dengan "dengar, kau tahu"
"Kita tidak pergi untuk bersenang-senang. Kami dipanggil karena ada urusan yang penting... Sangat sangat penting."
"Aku sudah mengetahuinya, pemilihan raja kan? Aku sudah tahu itu adalah acara besar yang akan bisa mengguncang seluruh negeri. Meskipun begitu, kumohon, ajaklah aku."
Subaru mengaitkan tangannya satu sama lain, dan bertekuk lutut di atas karpet. Emilia tidak tau harus bagaimana menanggapinya, matanya melihat keseluruh ruangan untuk meminta bantuan.
"Ada apa?? A-a jangan piiiiiikirkan aku, tidak apa-apa jika kau memiliiiiih sesuai kata hatimu."
Menyatakan dirinya hanya sebagai penonton, Roswaal melihat mereka dengan senyum diwajahnya.
"Wangi teh ini... Mungkinkah ini milik Ram... Tidak, meskipun itu dirinya, ini terlalu... Tapi, untuk Barusu, itu mungkin sesuatu yang hanya dia anggap...."
Begitulah reaksi mereka ketika mereka menyadari jenis teh apa yang dibawa Subaru tadi. Terutama bagi orang terakhir.
"Tidak apa-apa kan, dia sangat bersemangat untuk pergi dan lalu dia membuatnya dan membawanya kesini. Salah satu kenalan Subaru-kun juga sepertinya berada di ibukota, pada awalnya kita membawanya kesini karena luka-lukanya. Kita seharusnya juga memberinya ketenangan pikiran.”
Ini, ini adalah respon paling normal yang bisa kau harapkan, tapi bagi Subaru, ini adalah bantuan yang sempurna.
"Ya, nice assist Rem, Rem, Remmmm, kemarilah Rem..."
“Ya”
Menanggapi panggilan Subaru dengan sebuah senyum, dia mendekat kearah dimana Subaru terduduk di karpet, bertingkah seolah itu adalah hal yang benar-benar alami, dia menunjukan kepalanya, dengan hati-hati agar tidak membuat berantakan rambut birunya, Subaru mengelus-elus kepala Rem sambil terus memujinya.
Melihat reaksi gembira dari Rem dan tingkah Emilia yang sedikit kesal, "Aa, itu mungkin bagus juga..." Lalu mengangkat kepalanya dengan sedikit rasa penasaran,
"Tunggu, Subaru, jika kau ikut dengan kami, apa yang akan kau lakukan? Memang benar jika ini ada hubungannya dengan pemilihan raja, tapi ini bukanlah sesuatu yang ada hubungannya dengan....."
"Aku akan menangis kesepian disini, jika kau mengatakan sesuatu seperti tidak ingin melibatkan aku. Emilia-tan menjadi Raja... Ratu. Tidak apa-apa jika itu hanya peran kecil, ini adalah situasi yang penting, jadi aku ingin terlibat. Itulah kenapa aku akan melakukan sebisaku untuk membantu."
"Ini sangatlah penting, karena itu aku bilang padamu, kau tidak bisa ikut."
Emilia mengangkat kedua alisnya bersamaan untuk menanggapi kata-kata Subaru. Mata tersebut kini dipenuhi dengan motivasi. Dia senang jika Subaru berpikiran seperti itu, tapi Subaru telah sangat banyak membantunya. Selain menyelamatkan hidupnya, dia juga hampir mati beberapa hari yang lalu ketika mencoba untuk menyelamatkan beberapa orang. Subaru tidak tau sebesar apa rasa terima kasih Emilia terhadap dirinya, yang jika dia meminta apapun yang lebih jauh lagi padanya itu akan berlebihan.
"Jika aku membawamu, aku tau kau pasti akan melakukan sesuatu yang tidak masuk akal lagi. Aku tidak ingin kau begitu, mengerti?"
"Emilia-tan lah yang tidak mengerti. Aku benci melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dan hal-hal ceroboh lebih dari orang lain, itulah kenapa aku tidak akan melakukan apapun melebihi apa yang bisa kutangani."
Sambil berlutut, Subaru menyilangkan tangannya dan membusungkan dadanya, secara tiba-tiba dia melakukan tindakan yang mencolok itu. Tapi.
"Jika ada sesuatu berada dalam jangkauanku, itu cerita yang berbeda. Terutama jika itu hal yang berhubungan dengan Emilia. Jadi, tolong mengertilah."
“Itu.... Aku tidak tahu."
Emilia tidak tau kenapa dia menjadi begitu keras kepala. Emilia hanya ingin membiarkan Subaru beristirahat karena dia baru saja melewati hari-hari yang penuh dengan rasa sakit dan kesulitan. Kenapa dia masih memaksakan tubuhnya ketika dia belum sembuh benar, melakukan sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini tidaklah lucu. Dia selalu bercanda, dia tidak mungkin serius mengenai hal ini, kan?
Pikirannya, tenggelam kedalam lautan kebingungan ketika dia melihat Subaru yang menatapnya dengan tatapan memelas. Ruang tamu pun menjadi hening.
"Oooooke, hentikaaaaan sekarang jugaaaaa"
Menepukkan kedua tangannya bersamaan, Roswaal memecah keheningan didalam ruangan. Lalu melihat mereka berdua bergantian dengan ekspresi yang diisi dengan beberapa emosi.
"Karenaaaa kalian sepertinya belum bisa membuat kesepakatan, bagaimana kalau menyerahkannya padakuuuu. Subaru-kun akan ikut dengan kita ke ibukota. Ini adalah perintah dari majikanmu."
"Roswaal!”
"Yaa!! Kau tau bagaimana harus bicara, Ros-chi!"
Roswaal mengabaikan keberatan yang diperlihatkan Emilia. Selagi Emilia terkejut, Subaru dengan bersemangat memberikan acungan jempol padanya.
Akan tetapi, melihat reaksi mereka, Roswaal pun melanjutkan, dia menggerakkan jarinya dibarengi dengan "Tsk Tsk Tsk"
"Tapiiiii, Subaru-kun ikut dengan kita ke ibukota hanya untuk perawatan medisnya. Dan selanjutnya, pemilihan raja adalah urusan yang benar-benar berbeda. Apa kita sepakat?"
“Perawatan medis...?"
Mendengar kata-kata Roswaal, Subaru memiringkan kepalanya dalam keragu-raguan. Tidak mengerti apa maksudnya, dia mencoba berdiri dengan kepala yang masih dimiringkan...... Tapi terduduk terlalu lama diatas kakinya membuat kakinya mati rasa, dan menyebabkannya terjatuh. Rem dengan cepat yang berada didekatnya menghentikan terjun bebasnya dengan menarik bagian leher dari bajunya layaknya sedang membawa kucing.
"Hweeee! Nice assist Rem. Tapi selanjutnya lakukan dengan lebih lembut."
"Mmm, ini artinya kita sudah selesai bermesraannya...."
Dengan kata yang menciutkan semangat, Rem kembali ketempatnya berdiri dibelakang Subaru ketika dia menggosok-gosok lehernya yang sakit. Menoleh sekali lagi kearah Roswaal, dia pun bertanya.
"Apa maksudnya dengan perawatan medis? Aku hanya akan mengatakan ini, tapi beberapa bekas lukaku sudah benar-benar baik-baik saja, kau tau? Aku akui mungkin memang ada beberapa yang masih belum sembuh benar, tapi aku sendiri bisa menyembuhkannya dengan sedikit perawatan."
Mengayun-ngayunkan tangannya membentuk lingkaran, Subaru mencoba memperlihatkan kesehatan tubuhnya. Akan tetapi Emilia dan setiap orang yang berada didalam mansion tahu sebagian dari tubuhnya masih jauh dari kata sembuh. Selain berjuang menjalani kehidupan sehari-harinya, ada juga hal lain yang harus dilakukan, pekerjaannya dan senam pagi, contohnya. Faktanya mereka tau, kalau Subaru mencoba untuk menyembunyikannya, dan itu membuat mereka semakin merasa kasihan.
Sepertinya seluruh penghuni mansion membuat kesepakatan untuk tidak mengatakan kondisi tubuh Subaru yang masih lemah. Menanggapi Subaru, Roswaal menggelengkan kepalanya dan berkata, "Iya Iya"
"Terus menyembunyikan hal itu tidaklah bagus. Semua orang telah mewaspadai efek samping yang mungkin terjadi padamu. Kau telah benar-benar dikalahkan. Tergigit oleh taring Juggernaut, mendapat kutukan diseluruh tubuhmu.... Ini semua menyebabkan sirkulasi mana didalam tubuhmu menjadi sangat buruk. Itu benar-benar kacau, kau tau?"
“Bahkan jika kau mengatakan kondisiku yang parah karena sesuatu benda yang tidak terlihat..."
"Subaru, mana yang berada didalam tubuhmu itu adalah bentuk kehidupan itu sendiri. Mana yang alirannya kacau itu berarti sirkulasi energi kehidupanmu terhambat. Aku mohon padamu, dengarkan ini baik-baik."
Menjadi keras kepala bahkan setelah kondisinya yang lemah diketahui, Emilia memarahinya untuk tidak terus-menerus menjadi seperti itu. Perasaanya tersampaikan dan Subaru pun sedikit mengalah.
"Aku tau tubuhku saat ini dalam kondisi yang terjepit. Tapi apa hubungannya pergi ke ibukota dengan mendapatkan perawatan?"
"Perawatan tubuhmu membutuhkan seorang ahli dalam sihir air. Subaru-kun, kau sudah bertemu dengan perwakilan tadi, kan?"
“Gadis tinggi dengan telinga kucing tadi? Sejujurnya aku tidak cocok dengan orang seperti itu."
“Orang itu dihormati sebagai pengguna sihir air terbaik di ibukota."
Wajah Subaru seketika menjadi cemberut mendengar kata-kata Roswaal. Diam-diam, Emilia juga setuju kalau orang itu adalah tipe orang yang sulit untuk membuat kesepakatan. Bagaimana orang itu melihat Subaru dan sikapnya yang seperti bermain teka-teki dalam setiap perkataanya, adalah sesuatu yang sulit ditangani olehnya.
Menggunakan dalih untuk memenuhi undangan ke ibukota, Subaru pun dipaksa untuk masuk kedalam hal yang tidak ingin dibicarakannya. Dan yang terpenting..
“Emilia berusaha keras untuk membujuk orang itu, semuanya bertujuan untuk membuat sebuah kesempatan agar kau bisa sembuh. Kau harus menerima niat baik Emilia, tidakkah kau berpikir begitu?"
"Wha?”
"Hei, Roswaal!! Itu...."
Merasa tidak senang dengan sikap sembrono Roswaal, atau lebih seperti mempertimbangan kecepelosannya, Emilia pun mendekat kearah Roswaal. Mengabaikan suara marah dari Emilia, Roswaal pun terus berbicara dengan wajah yang tenang.
“Mereka berdua sama sekali tidak bisa akraaaab. Bagaimanapun, masih ada masalah dengan tubuh Subaru-kun. Dan dengan berani dia memohon kepadanya, dan entah bagaimana dia berhasil membuat kesepakatan untuk perawatanmu. Orang yang sangat baik kan?"
“R O―S― W A―AL!”
Setelah kenyataan yang dia coba sembunyikan telah diketahui semuanya, Emilia menekankan setiap suku kata yang diucapkannya sambil menggertakkan giginya. Rambut berwarna peraknya melambai dengan penuh amarah, wajahnya memerah karena amarah dan rasa malu. Kehilangan kendali atas dirinya, mana jahat terkumpul disekitarnya, berpikir mungkin dia akan menghantamkannya pada kepala berambut biru itu.
“Emilia-tan apa itu benar?"
Mengganggu suasana tersebut, Subaru menyela, mencoba untuk memastikan apakah itu benar atau tidak. Emilia melihatnya dengan ekspresi bersalah.
"Karena.. Ini semua salahku, tubuhmu masih belum pulih. Dan alasan kenapa kau ada dimansion ini, pada awalnya karena kau mencoba melindungiku, dan insiden dihutan itu juga, jika aku bertindak lebih awal, itu semua tidak akan terjadi padamu. Begitulah... Ini adalah balas budi dari semua yang telah kau lakukan, ini ganti rugi yang pantas terhadap semua yang terjadi padamu."
"Emilia-tan, caramu berbicara terlalu kaku. Itu terasa seperti kau mencoba lari dari urusanmu atau sejenisnya."
Subaru menjawab dengan ketus terhadap cara bicara Emilia yang cepat. "Terserah!!" Emilia mengatakannya dengan tegas.
“Kau benar-benar berusaha dengan keras, itulah kenapa kau berhak mendapatkan imbalannya. Sebaliknya, bagaimana mungkin aku bisa setara denganmu? Setiap pagi, kapanpun aku melihatmu aku merasakan perasaan bersalah ini, jika kau berpikir seperti itu, ini juga demi diriku."
"Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu begitu, jadi setiap pagi kau selalu memikirkanku?"
“Tidak!! Aku juga masih sangat berterimakasih."
Ini sudah keluar dari topik pembicaraannya. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, Emilia memang buruk dalam mengekspresikan perasaanya terhadap orang lain. Subaru mungkin juga terkejut. Dengan gugup Emilia melirik kearah Subaru, dan cukup yakin sebuah senyum pahit tersungging diwajah Subaru.
Akan tetapi, sambil menyilangkan tangannya.
“Haha, jadi kau ingin aku ikut juga ke ibukota? Kenapa kau tidak bilang saja sejak awal?"
"Karena saat kau berpikir kau sudah mendapatkan apapun yang kau mau seperti ini, kau akan menjadi sombong. Aku tau kau itu seperti bocah nakal."
“Bocah nakal... Itu bukanlah kata yang akan sering kau dengar di zaman sekarang ini."
Subaru menggerutu dengan pelan, sementara Emilia menjulurkan lidahnya. Subaru pun terpesona karenanya, meskipun jika itu adalah suatu bentuk balas dendam. Dan dengan begitu, segala pertengkaran tadi hanyalah menjadi bagian dari masa lalu saja.
“Baiklah, mari kita sudahi pembicaraan iniiii. Subaru akan ikut dengan kita ke ibukota. Besok kita akan menyiapkan berbagai hal yang kita butuhkan, dan kita akan berangkat setelah pagi lewat. Apakah iniiii tidak apa-apa?"
"Aku mengerti”
"Tidak keberatan."
"Saya setuju, Roswaal-sama."
Setiap orang di ruangan tersebut menyetujui kata penutup dari Roswaal tersebut. Dan begitulah, rencana perjalanan ke ibukota telah diputuskan.
XxxxX
Telah diputuskan Subaru akan ikut bersama mereka ke ibukota, dan keberangkatan telah diputuskan besok lusa. Meskipun mereka punya jadwal yang padat, masih harus melakukan pekerjaan sehari-hari mereka disekitar mansion. Tentu saja itu juga termasuk Subaru, pelayan magang yang masih dalam tahap pemulihan ditugaskan untuk melakukan pekerjaan yang sederhana seperti merapikan ruang tamu.
“Ketika kita pergi, apa hanya Ram yang akan tinggal dan mengurusi seluruh mansion?"
Sambil merapikan bajunya, Subaru berbicara dengan Ram yang berada dibelakangnya. Ram mengangguk seolah-olah itu bukanlah hal yang mengganggu. Dengan dalih mengawasi pekerjaan Subaru, sebenarnya saat ini dia tidak melakukan pekerjaan apapun.
"Ya, kita tidak bisa meningalkan mansion dalam keadaan benar-benar kosong. Biasanya Rem yang akan tinggal, tapi kali ini dia bilang kalau dia ingin pergi, jadi aku mengizinkannya."
Menghadapi permintaan adiknya, Ram sebenarnya merasa sedikit bimbang. Aku mulai menganggap kalau Ram adalah seseorang yang bersikap manis kepada saudaranya. Meskipun dia akan jauh dari Roswaal, dia terlihat tidak terlalu menghkhawatirkannya.
“Entah bagaimana, kau terlihat bahagia."
“Bahagia.. Ya mungkin benar. Dia selalu berusaha yang terbaik untuk memenuhi permintaan orang lain yang diberikan kepadanya, aku hanya bahagia dia punya sesuatu yang dia inginkan untuk dirinya sendiri."
Orang yang berpikir kalau sifat Rem sungguh sangat disayangkan bukan hanya Subaru saja, saudara kembarnya yang selalu bersamanya sejak dilahirkan juga merasakan hal yang sama. 'Aku ingin melakukan sesuatu terhadap sifatnya itu' itu adalah sesuatu yang Subaru pikirkan berkali-kali. Dengan begitu Ram dan Subaru mempunyai pemikiran yang sama terhadap Rem.
Dengan pemikiran itu, Ram menatap Subaru dengan tatapan yang tajam.
"Dari semua orang mungkin hanya pria ini... yang menjadi satu-satunya hal yang menggangguku."
"Aku lelah mendengarnya. Faktanya, aku, orang yang menggerakkan hati Rem tidak akan menghilang!! Hahaha, sakit hati lah karena hal itu!"
“fwwwra”
“uwaou!?”
Dengan sebuah mantra tiba-tiba sebuah hembusan yang kuat menghantamnya, karena terdorong oleh angin itu, tubuh Subaru terbang menuju tempat tidur. Baju-baju yang telah dirapikannya kini berantakan lagi, dengan diselimuti baju-baju putih, dia menikmati sensasi lembut berada diatas kasur seolah-olah dia sedang melayang.
"Kau!! Sihir juga ada batasnya!! Kau kalah beragumen denganku, jadi kau membalasnya dengan sihir, kepribadian mu benar-benar buruk."
"Itu bukanlah balas dendam. Aku hanya melepaskan emosi negatif yang terbentuk didalam perutku kepada Barusu."
"Itu disebut balas dendam kepada seseorang! Sebuah semburan amarah."
Mengatakan hal itu kepada Ram yang menatap dengan licik, Subaru dengan cepat bangun dari kasut dan mulai merapikan spreinya kembali.
Meskipun tubuhku belum kembali pada kondisinya semula, kecekatan jari-jariku tidaklah berubah. Sprei putih yang rapi terlihat cukup indah untuk menarik hati orang-orang bahkan diriku.
"Dengan kata lain, Rem benar-benar punya banyak bakat... Sebagai tambahan, dia juga bisa menjadi kusir, mengurusi barang-barang, tugas menjaga, memandu....... Aku bahkan tidak punya kata yang tepat untuk menggambarkannya."
“Kau melewatkan kata 'Subaru-kun', Rem sendiri yang menamakannya baru-baru ini."
“Aku tidak mengakui yang satu itu."
Baiklah, aku sudah terlalu banyak dibantu, jadi aku tidak akan terlalu menyangkalnya. Dengan kata lain, sekarang adalah waktu yang paling penting untuk keberangkatan empat penghuni mansion Roswaal. Terdapat disana sang bintang utama Emilia dan pelindungnya Roswaal. Ada Subaru mendapatkan tiketnya dengan cara marah-marah. Dan orang terakhir yang bertugas untuk mengurusi mereka bertiga, Rem.
Dan lalu yang tetap tinggal di mansion, Ram dan Beatrice.
Kalau dipikir-pikir lagi... Mereka berdua adalah orang yang sangat sangat mengkhawatirkan untuk ditinggalkan menjaga rumah. Apakah ini akan baik-baik saja?”
“Tenanglah, klan iblis tidak akan mati meskipun tanpa makanan dan air selama 3 hari."
“Kau bahkan tidak berniat untuk memasak untuk dirimu sendiri?"
Subaru serasa dijatuhkan oleh pernyataan tak tau malu yang mengabaikan seluruh pekerjaan memasak.
Baiklah, disamping dirimu, apa yang akan kau lakukan terhadap Bea-ko? Aku sudah bisa membayangkan dia keluar dari ruangannya dan menggerutu 'apa maksudnya ini?' Ketika dia melihat makan malam belum disiapkan."
"Aku juga sudah bisa membayangkan bagaimana reaksinya, tanpa ragu dia akan menerbangkanku. Dan kemudian Beatrice-sama akan ikut dengan kalian...."
"Kau adalah pelayan, jangan tiba-tiba mengatakan kalau melakukan pekerjaanmu itu menyusahkan. Paling tidak buatkan dia kentang rebus atau semacamnya! Jika kau mencampurnya dengan garam dan mayonais kau bisa membuatnya awet selama 3 hari paling tidak, mungkin. Kemungkinan terburuknya, kau mungkin hanya akan makan mayonais saja.
Melihatnya seolah-olah Subaru sudah benar-benar menganggap ini adalah rencana yang bagus, kecintaan Subaru yang aneh terhadap mayonais dapat dengan jelas terasa. Ram sama sekali menunjukan rasa keberatan, dan membuat wajah seolah dia akan benar-benar melakukan ide ini.
Tanpa diketahui Beatrice, rencana makan yang tragis telah ditetapkan untuknya.
Subaru melambaikan tangannya, 'nonono'
“Jika kau sudah punya banyak masalah hanya dengan makanan, apa yang akan kau lakukan dengan pekerjaan lainnya? Apa kau benar-benar bisa membersihkan mansion ini dengan baik?"
"Pertanyaan yang sangat bodoh Barusu. Daripada memasak, bersih-bersih adalah keahlianku."
“Bahkan dalam keahlianmu, kau masih lebih buruk daripada Rem! Kau benar-benar hanya sesosok kakak."
"Oh, ya begitulah."
Meskipun tidak ada apapun yang telah diputuskan, Ram melihat kearah Subaru dengan wajah puas. Melihat sikap aneh ini, Subaru menggaruk wajahnya.
"Jadi, akhirnya apa yang akan kau lakukan terhadap pekerjaanmu?"
"Sebagai ganti keinginan manja Rem untuk pergi ke ibukota, Aku akan menyesuaikan beberapa kondisi."
“Baiklah, aku mau dengar."
“Ini sangat sederhana. Ketika dia kembali, aku akan mengerjakan pekerjaannya selama sehari sebanyak waktu yang bisa dia luangkan."
Mendengar kata-kata Ram, Subaru benar-benar merasa tak berdaya. Dia melihat Ram dengan curiga sementara Ram menanggapinya dengan ekspresi tidak tau malu.
"Dan mereka akan belajar, inilah yang mereka dapatkan jika menyerahkan tugas mengurusi mansion kepadaku."
Jauh melebihi ekspetasinya, itu benar-benar pengabaian tugas yang sangat parah, bahkan bagi Subaru.
Pernyataan tak berguna ini telah memaksa si Hikikomori Subaru harus memutuskan untuk membantu Rem dengan yang satu ini.
---End Of Chapter 3---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 4
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
0 Komentar