[Translate] Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 3 - Chapter 2 : Perbicangan Dikala Minum Teh Bagi Para Pelayan
Kembali ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 1
Chapter 2 : Perbincangan Dikala Minum Teh Bagi Para Pelayan.
Setelah diantar oleh kusir, mereka pun disambut saat tiba di depan lobi mansion.
"Selamat datang Emilia-sama."
Kata Rem dengan wajah tanpa ekspresi, suhu di dalam ruangan langsung turun seketika karena suaranya ketika dia membungkuk memberi salam.
Dia Mengangkat kepalanya, wajah tanpa ekspresi itu adalah sesuatu yang belum pernah Subaru lihat akhir-akhir ini. Baik di dalam mansion ataupun setidaknya saat didepan Subaru. Dia sering melihat Rem tersenyum, dia penasaran apakah Rem bertingkah seperti ini untuk tujuan tertentu. Melihat ketika mereka berdua kembali ke mansion, tapi Rem hanya menyapa Emilia, sepertinya memang begitu.
“Aku kembali. Maaf karena terlalu lama-- Sepertinya ada tamu yang datang?"
“Perwakilan dari ibukota datang untuk menemui anda. Sekarang Roswaal-sama sedang menemui mereka, bisakah anda segera bergabung dengan mereka?"
"Tentu saja, sebenarnya ini merupakan masalahku jadi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja."
Setelah bertukar anggukan dengan Rem, Emilia mulai berjalan menaiki tangga, menoleh kebelakang kearah Subaru yang kebingungan.
“Aa.. Um, Subaru apa yang akan kamu lakukan ? Bisakah kamu kembali ke kamarmu sendiri?"
“Apa aku ini anak kecil? Mula-mula, ini tidak seperti kau tidak bisa mengajakku dengan....”
Merasa kegugupannya sedikit hilang, Emilia memiringkan kepala menanggapi saran Subaru. Tapi orang yang menyela kata-kata itu bukanlah Emilia, dan dengan ekpresi yang bersalah.
“Kakak ku sudah ada disana. Jadi tidak perlu pelayan yang lain. Kamu mengerti, kan? Subaru-kun."
"mmmm"
Menolak untuk mengatakan Ya atau Tidak terhadap kata-kata Rem, jawabannya seperti tercekat di tenggorokan. Menanggapi Subaru yang masih berusaha mencari alasan, Emilia menggerakkan tangannya perlahan,
“Seperti itulah, Maaf. Rem, bisakah kamu mengantarkanku kesana?"
“Ya. Subaru-kun, silakan kembali ke kamar mu."
Melontarkan kata-kata permintaan maaf itu, Emilia pergi meninggalkan Subaru. Bagi Subaru yang sudah tidak punya hal lain untuk dilakukan lagi setelah Rem memberikan serangan akhirnya, Rem memimpin jalan untuk Emilia dan rambut perak Emilia-pun melambai saat dia menaiki tangga dan menghilang.
"Aaaa, sialan, ini sama sekali tidak menyenangkan."
Melihat sosok keduanya menghilang, kata-kata kasar bercampur keluh-kesah keluar dari mulutnya.
Aku seperti ditinggalkan. -Secara fisik maupun mental-.
"Baiklah, Aku pikir itu benar, sekalipun aku ada disana aku tidak akan berguna dengan pengetahuanku yang kurang terhadap dunia ini”.
Meskipun sudah 2 minggu sejak ia pertama datang ke mansion ini (1½ bulan menurut pandangan mentalnya), ketika kau berbicara tentang apa yang ia pelajari, itu hanya terbatas pada dasar pekerjaan rumah sehari-hari dan membaca surat. Jadi bisa dibilang, dia berada dilevel yang sama dengan anak di desa yang membantu disekitar rumah mereka. Dengan level seperti itu, dilibatkan dalam sebuah pertemuan yang tidak hanya menyangkut para ningrat, tapi pertemuan mengenai keputusan para petinggi negeri, itu terlalu ambisius, sadarilah tempatmu!!
Dengan begitu dia bisa terima kalau dia telah ditinggal. Tidak, dia tetap saja tidak senang dengan hal itu.
“Jadi, Aku akan kembali ke kamarku dan mencoba untuk tidur - atau tidak, aku tidak sepatuh itu.”
Jika dia mengikuti perintah Emilia dan Rem, mereka yang menyuruh dia kembali ke ruangannya, tidur, dan latihan menulis. Atau melakukan rencana B, membuka satu pintu dan pergi mengadu ke kastil kediaman gadis hikikomori. Hmm bukan pilihan yang buruk.
Bukan pilihan yang buruk,tapi... dia seharusnya mampu melakukan hal yang lebih baik.
“Jika ini rencanaku, pertama aku akan pergi ke dapur.”
“ Tidakkah anda merasa lelah menunggu diluar sini dari tadi? Bagaimana kalau beristirahat sebentar?”
Mendengar ini, orang tua yang duduk di bangku kemudi membuka matanya sambil terkejut, melihat ke Subaru dan kemudian melihat nampan yang berada di tangan Subaru.
Lokasinya sekali lagi di luar mansion, lebih tepatnya berada di tempat dimana kereta naga terparkir di gerbang utama. Sepertinya dia tidak terbiasa dengan ukuran kadal raksasa, setelah menggigil beberapa kali, dia menuangkan teh untuk lelaki tua itu yang melihat dia dengan terkejut dan wajah yang setengah tersenyum.
"Terima kasih untuk tehnya. Ini sangat tidak terduga, maaf karena aku berada diatas sini.”
Tidak lama setelah dia pulih dari rasa terkejutnya, orang tua itu dengan cekatan turun dari tempat duduk kusir.
Dengan pergerakannya yang hampir tidak membuat suara ketika dia mendarat, Subaru pun menahan nafasnya. Tempat duduk kusir cukup tinggi untuk menggunakan kata 'melompat' sebagai kata yang tepat. Tingginya lebih tinggi dari mata Subaru, itu tidak memungkinkan untuk melompat tanpa bantuan apapun kecuali kau siap merasakan sedikit mati rasa di kakimu.
Bagaimanapun, mengabaikan asumsi Subaru di dalam kepalanya, lelaki tua dengan tenang berjalan, datang menuju nampan yang telah ditawarkan tadi dan dia membungkuk singkat.
“Aku akan menerima tawaran mu. Tenggorokan ku terasa kering, kau tahu.”
"Ah, bukan masalah. Aku tidak tahu kesukaanmu jadi aku hanya membawa teh yang paling mahal.”
Menyajikannya dengan nampan, Senyum yang ramah terukir di wajah lelaki tua itu. Subaru melihatnya dengan ketertarikan khusus, terdapat keriput disekitar mulutnya dan terlihat sudah hampir separuh.
Tinggi badannya lebih tinggi dari Subaru, kepalanya penuh dengan rambut putih alami yang sangat lebat dan tak terlihat sedikitpun tanda rambutnya mulai rontok. Pakaiannya seperti seorang kusir, itu pakaian resmi, kelihatannya sangat mahal, sebuah seragam berwarna hitam. Punggungnya lurus, otot dibawah bajunya tidak terlihat sesuai dengan usianya dan orang-orang bisa bilang dengan sekali lihat mereka terlatih dengan baik. Intinya, orang yang berdiri dihadapannya pasti akan merasa gugup entah mereka menginginkannya atau tidak.
"Penilaianku terhadap orang tua didunia lain ini benar-benar telah berubah. Selamat jalan Rom-jii. Tapi serius, itu tidak seperti kamu terlihat butuh bantuan."
Untuk sebuah bangsa yang besar dengan setting yang terlihat menakjubkan sepertinya ada sedikit hubungan dari penampilannya. Subaru sepertinya tidak bisa memastikan apa yang terjadi setelahnya, Rom-jii tidak membenturkan kepalanya atau semacam itu dan melupakan semuanya, kan ? Itu hal yang sedikit dia takutkan.
“Aku hanyalah sebuah kantong tua berisi tulang. Tidak ada alasan untuk menghindar.”
Untuk Subaru yang tidak fokus memikirkan hal itu, secara tiba-tiba dia dipanggil oleh suara lembut pria itu. Mengambil cangkir, lelaki tua itu meminumnya sebelum lanjut berbicara. Menyadari kalau dia menerima tatapan yang kurang enak, lelaki tua itu tersenyum berat untuk menghukum Subaru.
"Ini rasanya enak. Mungkin ini malah terlalu enak....”
"Bukannya dilebih-lebihkan, ini benar-benar teh kami yang paling mahal. Jika pelayan berambut pink melihatku meminum ini, dia pasti akan sangat marah."
Melihat hal itu secara luas, Ram tanpa diduga mempunyai lidah yang bagus dan berpengalaman baik pada sesuatu seperti teh. Jika Ram tahu dia mengambil salah satu dari 'benda terlarang' yaitu teh bermutu paling tinggi untuk digunakan sendiri, itu membuat dirinya hanya bisa terdiam mendengar nasehatnya. Tapi memang seperti itulah sikap Subaru,
“Tanpa mengambil teh dari dapur, aku dengan baik menyiapkan teh nya disana dan membawa itu keluar. itu salah satu pemikiran 'ikkyusan' ku, aku ragu dia akan menyadarinya.”
"Hmmm , rencana yang bagus."
“Sangat disayangkan, tapi aku akan sepenuhnya pasrah pada takdir apakah dia akan menyadari pemikiran jenius ini atau tidak."
Lagi pula, pertaruhannya tujuh banding satu. Menantang hal itu akan menjadi tindakan yang sangat bodoh. Fakta kalau itu terlalu banyak resikolah yang membuat hal ini layak, percakapan sambil minum teh ini. Orang tua tersebut memiringkan cangkirnya sekali lagi dan menghela nafas yang dipenuhi dengan emosi.
“Jadi, karena kau telah memberikan teh ini sebagai umpan, jadi apa yang kau inginkan dari orang tua ini?”
Dengan satu mata tertutup, pria tua mulai bertanya dengan tatapan seperti menilai Subaru. Sambil mengangkat bahunya terhadap sikap yang tajam tersebut, Subaru menjawab,
"Dari semua orang yang pernah aku temui, kau adalah orang yang paling keras mencoba ini setelah Roswaal."
“Diperlakukan sama seperti beliau. Itu sebuah kehormatan”
"Itu artinya berada dilevel yang sama dengan si mesum itu kau tahu? Itu salah satu perkataan yang membuatku ingin berteriak.”
Ekpresi santainya dengan cepat menghilang darinya, Subaru sekali lagi merasa harus waspada. Seorang veteran yang harusnya dipanggil dengan baik. Pengalaman orang itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan Subaru, dia bukanlah musuh yang harus Subaru lawan. Dia bukanlah pria tua besar dengan kepala botak yang muncul entah dari mana. Jadi, hal yang bisa Subaru lakukan adalah mengibarkan bendera putih.
"Baiklah, aku menyerah. Namaku Natsuki Subaru. Aku sebenarnya seorang pelayan di Roswall mansion. Jadi bolehkan aku tahu namamu?"
Seorang yang kurang berpengalaman harus menerima bahwa mereka kurang berpengalaman, dan mencoba yang terbaik terus berbuat baik kepada seniornya. Menghadapinya, Subaru dengan patuh merendahkan kepalanya, ekpresi pria tua itupun melembut.
"Perkenalkan. Aku dipanggil Wilhelm. Aku saat ini melayani rumah Crusch, mencurahkan seluruh jiwaku untuk bekerja disana.”
Di depan pria tua yang memanggil dirinya Wilhelm, Subaru mencoba mengulang namanya sekali lagi.
"Terima kasih telah memberitahu namamu. sebagai tambahan untuk rasa terima kasih ini, bisakah kamu memberitahuku alasan kunjungan hari ini .... errr apa itu tidak apa-apa untuk diriku tau mengenai hal itu?"
"Mengenai pertanyaan mu, perwakilan kami saat ini berada didalam untuk membicarakan hal itu."
“Ya itu benar, tapi sejujurnya aku telah diberitau untuk tidak ikut campur. Dan mengetahui berlangsungnya sebuah kegiatan tanpa melibatkan diriku sama sekali, itu sangatlah tidak menarik. Bisa dibilang kalau kedatanganku itu untuk.....”
Agar membuat lawan seperti ini mau bicara bukanlah tugas yang mudah, penilaiannya dari pertama kali percakapan ini dimulai sampai sekarang, dia bisa mengerti maksud dari hal ini. Tapi menjadi akrab dengan orang lain adalah keahlian Subaru.
Pengalamannya yang berlimpah ketika tidak mempunyai teman dikarenakan mengabaikan perasaan orang lain bukanlah hanya untuk pertunjukan semata.
Menghadapi tingkah tamak Subaru, Wilhelm terdiam sejenak kehilangan kata-katanya.
"Janganlah kau marah karena semua ekspetasimu dikhianati dan janganlah merayakannya sebelum kau berhasil, kan? Setelah melihat sejauh ini, jauh dari kata malu-malu, kini kau menjadi lebih blak-blakan. Jika musuhmu kali ini adalah musuh yang tau sifatmu, itu mungkin akan menjadi kekalahanmu.”
Dalam sekali lihat, itu adalah kata-kata yang pedas. Akan tetapi ekspresi Wilhelm ketika dia berbicara terlihat lembut. Dari kata-katanya dia sepertinya tidak terlalu peduli dengan sifat Subaru tapi itu juga menghilangkan toleransi yang dia punya sebagai seniornya.
Menanggapi hal itu, Subaru mengangkat kepalanya.
“Apakah masih tidak bisa jika kau hanya memberikan garis besarnya saja?”
"Untuk diriku yang belum tau posisi yang kau punyai di mansion ini, aku tidak boleh sembrono dalam berbicara. Tolong mengertilah.”
Bahkan meskipun dengan perkataan tanpa batasan dari Subaru, Wilhelm meresponnya dengan sopan. Seperti ketika cara-cara negosiasi yang tidak dapat membujuk seorang yang keras kepala, Subaru sudah tidak punya apa-apa lagi untuk melawannya.
Dalam keadaan seperti ini, yang sudah dilakukannya hanyalah mengeluarkan teh yang sangat mahal dan membuat Ram marah, pandangan Subaru pun menjadi gelap.
"Akan tetapi, aku lihat sepertinya kau punya hubungan yang dekat dengan calon raja Emilia-sama.”
Oh, oh, oh, kau melihatnya? Aku dan Emilia-tan melakukan pembicaaraan mesra, menyenangkan, dan memalukan itu, apakah kau benar-benar melihatnya?”
" -tan?"
Heran dengan cara memanggilnya yang aneh, Wilhelm tersenyum pahit pada sikap Subaru tersebut.
"Kau mengambil jalan yang sulit. Dka mungkin saja akan menjadi ratu selanjutnya dari kerajaan Lugunica, kau tau?"
"Keadaan yang ada saat ini hanyalah seorang gadis penuh dengan cinta dan seorang pelayan yang tanpa kemampuan. Karena jika kita membicarakan masa depan tidak akan ada ujungnya, jika kita hanya berbicara tentang kemungkinan lalu kau akan berakhir dengan tidak bisa terus maju, kau tau? Wilhelm-san, ketika kau menikah tidakkah kau pikir kalau istrimu itu wanita paling cantik di dunia?"
"Istriku...”
Wilhelm merasa goyah sesaat mendengar kata-kata ekstrem dari Subaru. Tapi dengan cepat kembali mengamati Subaru dengan seksama, pupil matanya dipenuhi dengan perasaan yang bisa disebut dengan rasa kagum.
"Aku paham, ini tepat seperti yang kau katakan. Aku juga berpikir kalau istriku adalah wanita paling cantik didunia ini. Aku merasa seperti setiap orang selalu memperhatikannya. Aku merasa seperti tidak pantas untuk bersamanya.”
"Benar kan? Jika itu adalah sesuatu yang setiap orang setujui, lalu bahkan jika mereka pikir aku tidak pantas untuknya, aku akan tetap menjadikannya milikku. Aku akan mecoba satu atau beberapa hal untuk mendapatkan posisi sosial yang tinggi, lalu aku akan berkembang menjadi orang yang pantas untuknya, itulah pertaruhannya atau setidaknya itulah mimipiku.”
Dengan perasaan seperti itu, Subaru telah membayangkan kemungkinan masa depan cintanya. Meskipun sekarang dia belum yakin dengan perasaannya yang sebenarnya, dia tau ini bukanlah sesuatu yang bisa dia wujudkan dengan kerja keras sendiri. Jadi aku akan melakukan apapun yang mungkin, begitulah yang dia pikirkan.
“Itulah kenapa ketika ada sesuatu yang berhubungan dengan Emilia-tan, aku sebisa mungkin akan menghindari kondisi dimana aku tidak dilibatkan. Meskipun dia punya jalan yang panjang didepan, dan sebelum kau tau, dia berubah dari hanya berjalan menjadi berlari - untuk bisa mengejarnya tentu saja aku harus berlari sekuat tenaga, dan jika disana ada jalan pintas atau sejenisnya, berdasarkan sifatku aku pasti akan menggunakannya.”
"Kau punya jalan pikiran yang menyenangkan. Benar-benar nenarik. Akan tetapi jika kau datang padaku dengan banyak permintaan itu akan menjadi sedikit masalah.”
Seperti sedang menolak keinginannya, Wilhelm memperlihatkan telapak tangannya kepada Subaru, dan menggelengkan kepalanya. Pada intinya dia tidak boleh kalah melawan sikapnya itu, tapi seolah-olah ingin bercanda dengan Subaru...
" Pada akhirnya, aku hanyalah seorang kusir, ketika kau datang dengan semua penawaran itu, aku bukanlah orang yang benar-benar mengetahuinya. Sepertinya aku tidak bisa banyak membantumu.”
"Itu benar. Kau setidaknya sudah menyadari siapa Emilia-tan itu, tidakkah kau pikir, menggunakan alasan kalau kau hanyalah 'seorang kusir biasa' itu sedikit ekstrim?”
"...."
Wilhelm hanya menatap kosong dan tidak berkata apa-apa menghadapi ketidakpercayaan Subaru. Sambil melirik, Subaru mengangkat satu jarinya.
“Baiklah, bagi sesorang yang berjalan menuju mansion, kau pasti bisa asal menebak siapa mereka, tapi apa akan benar 100%? Wilhelm-san, kau dengan seketika, tau siapa Emilia-tan itu.”
"Aku dulu pernah bertemu dengan Emilia-sama, kau tau?”
"Jika itu benar, Emilia pasti akan menyapamu, sangat sulit untuk membayangkan seorang Emilia-tan tidak memperkenalkan salah satu kenalannya kepada orang yang berdiri disampingnya.. Dengan kata lain, dimulai dari saat kau menganggap orang yang memakai tudung itu adalah Emilia, permainanmu sebagai seorang kusir biasa itu sedikit dipaksakan.”
Dengan mata yang mencari sebuah penjelasan, dia menatap Subaru dengan diam. Dengan kata "nonono" Subaru pun juga melambaikan tangannya
"Sepertinya terdapat sebuah sihir yang rumit pada jubah yang Emilia kenakan, itu mempunyai efek untuk mencegah orang lain dengan mudah mengenalinya, kau tau? Kau harus mendapatkan persetujuan Emilia, atau kau adalah orang yang mampu menembus efek itu, kalau tidak kau tidak akan tau kalau dia adalah Emilia”
Dari saat dia pertama kali bertemu dengan Emilia sampai sekarang, dia selalu memakai jubah itu. Itu digunakan untuk menghindari orang yang tidak dikenal menyebabkan masalah yang berhubungan dengan garis keturunannya, atau lebih tepatnya keadaanya sebagai seorang setengah peri, ini adalah sesuatu yang kurang lebih sangat dipahami Subaru. Untuk Emilia yang mempunyai penampilan seorang half-elf dengan rambut silver, dari permukaannya saja Subaru bisa mengatakan betapa mengganggunya hal itu didunia ini.
Tanpa diduga, Wilhelm mengangkat bahunya seolah-olah sangat mengenal penjelasan Subaru.
"Menilaiku dari saat pertama kali kita bertemu... Kau benar-benar punya sifat yang buruk.”
"Aku tidak memperkirakan sampai ke tingkat itu, tapi ketika aku berada didalam mansion membuat teh, aku mulai berpikir "huh? Bukankah ini aneh?" Itu benar-benar kebetulan”
Meskipun begitu, itu masih saja berkat keuletan mental Subaru dia bisa tau itu semua. Itu semua dilakukan untuk memastikan tidak ada bahaya didekat Emilia. Ditambah dengan insiden binatang buas, Subaru tau dengan pasti betapa berbahayanya dunia ini. Menjauhkan bahaya-bahaya itu sejauh mungkin dari Emilia, Subaru selalu berusaha dengan seluruh kemampuannya, meskipun jika itu seperti mendinginkan batu panas dengan hanya menggunakan tetasan air. Itulah kenapa dia akan mengambil semua yang didapat, dan mempelajari semua yang ditemukannya.
Tertawa dengan sembrono dan seketika, Subaru tidak bermaksud untuk melepaskan Wilhelm. Mulai dari ketika dia menerima undangan untuk meminum tehnya, pria tua ini sudah terseret kedalam dimensi Subaru.
Mengabaikan posisi dan keadaan lawannya, dimensi ini ada hanya untuk memaksa keuntungan berpihak pada Subaru.
"Seorang kusir biasa, sepertinya alasan itu tidak akan bekerja.... Tepat seperti yang kau kira, aku memang orang yang berkaitan dengan pemilihan raja .... Tidak, kipikir lebih tepat kalau disebut orang yang berkaitan dengan orang yang terkait”
"Orang yang berkaitan dengan orang yang terkait......"
Sepertinya Wilhelm sudah kalah dalam debat itu. Sebagai pihak yang kalah, dia harus melakukan tugasnya, memilih kata-kata yang tepat, dia dengan perlahan mulai berbicara.
Mendengarkan kata-kata tersebut, Subaru pun mulai mencerna maksud dari kata-kata itu didalam kepalanya.
“Singkatnya, kau pada dasarnya berada diposisi yang sama denganku?”
"Aku tidak melihat adanya sebuah alasan disana, perbedaan antara dirimu dan diriku huh?”
"Karena kau mempunyai istri paling cantik didunia, kau tidak akan pernah berfikir untuk selingkuh kan?? Well, menurutku Emilia-tan masihlah yang paling cantik.”
Tidak, istrikulah yang paling cantik.”
Dia bermaksud untuk bercanda tapi ketika menerima balasan yang tegas itu, Subaru tanpa sengaja meringis. Dia memberikan tatapan tajam ketika senyum palsu yang dia buat ditepis begitu saja oleh pernyataan Wilhelm.
“Tidak kusangka, kau bisa paham pada hal-hal yang aneh Wilhelm-san.. Kau lebih mengasyikkan dari yang kuduga.”
"Aku akan senang jika kau menganggapku sebagai jiwa muda didalam tubuh yang tua.”
Itu adalah kata-kata yang terdengar serius, tapi jika dia ingin mendapatkan informasi lebih jauh dia harus bisa bersabar. Subaru memutar otaknya mencoba untuk memasuki topik yang lebih dalam. Cara salah satunya mungkin menggunakan ini, jika dia bisa membuat persaingan dengan menggunakan emosi manusianya, dia merasa mungkin ini akan berhasil, akan tetapi--
――” Kelihatannya kita sudah kehabisan waktu.”
“Huh?”
Subaru mengeluarkan suara yang terdengar bodoh. Menanggapinya, Wilhelm mengerutkan bibirnya dengan hening, mengisyaratkan arah menuju mansion dengan tangannya. Subaru menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk, dari kejauhan pintu masuk mansion mulai terbuka.
"Orang yang keluar adalah Rem.... Dan siapa dia?”
Dibalik pintu yang terbuka, dia bisa melihat dua sosok, seorang pelayan berambut biru yang sangat familiar dan seseorang yang tidak dikenalnya sedang bersama Rem. Dari bahasa tubuh Wilhelm, orang ini mungkin adalah perwakilan yang menjadi salah satu topik bahasa percakapan mereka.
"Bagaimana mengatakannya ya, ini benar-benar sebuah setting fantasi."
Subaru mengungkapkan kekagumannya tanpa berpikir, mungkin karena penampilan orang ini yang memancarkan aura kalau dia tidak cocok dengan istilah 'perwakilan'. Orang tersebut, menyadari Subaru yang sedang menatap kearah mereka, sebuah seringai nakal tersungging diwajah mereka ketika mereka dengan cepat mendekati kereta naga.
“Heii!! Meskipun aku ini cantik, tapi menatapku seperti itu masih sangat tidak sopan, tau!”
Seketika setelah mereka berdiri didepan Subaru, sebuah jari menunjuk tepat kearahnya. Satu matanya tertutup ketika mereka membuat pernyataan itu.
Aku takut kalau orang ini kemungkinan besar adalah si perwakilan. Gadis manis dengan wajah yang mempesona dan rambut yang berwarna seperti jerami yang dipotong sebahu. Tingginya cukup tinggi untuk seorang gadis, hampir sama dengan tinggi Subaru. Akan tetapi sosoknya terlihat lebih lembut, satu persatu karakteristiknya mengeluarkan sisi feminimnya yang cantik atau lebih tepat jika dibilang sisi kewanitaanya. Rambutnya dihiasi dengan pita berwarna putih, mata besarnya memancarkan keingintahuan dan mempunyai pesona seperti kucing. Dan diatas kepalanya terdapat....
"Akhirnya muncul juga karakter non-minor dengan telinga kucing.”
"Nya nya?"
Seperti warna rambutnya, sepasang telinga binatang yang berada diatas kepalanya bergetar seperti merespon gumamannya. Sub spesies di dunia ini benar-benar alami, selain melihat mereka di ibukota, tidak akan ada kesempatan lain untuk berinteraksi dengan mereka, melihat hal tersebut sedekat ini adalah sebuah perlakuan khusus.
Lagipula,
"Aku adalah seorang pengagum hal-hal yang bersifat lembut, tidak mungkin aku tidak akan mengagumi sosok seperti ini didepan mataku... Sial, tenanglah, tangan kananku....!”
Hanya melihatnya saja, dia bisa membayangkan sensasi kelembutan dari bulu-bulu yang menutupi telinga itu, hanya dengan berdiri didepannya saja, keberadaan sosok itu seperti merupakan racun mematikan bagi Subaru. Dengan tatapan putus asa, dia menekan tangan kanannya yang bergetar, seperti mencoba untuk menjauhkannya dari gadis itu dan membuat jarak aman. Orang itu hanya menatap kosong pada tingkah mencurigakan Subaru.
"Arere, apakah aku dibenci? Ferri-chan gagal!”
Tehehe' dan menjulurkan lidahnya, dia memukul pelan kepalanya dengan kepalan tangannya. Tenggorokan Subaru membeku seperti merasa ngeri, ini benar-benar lebih menakutkan dari yang sebelumnya.
―Tidak hanya memukul kepalanya pelan, tapi menjulurkan lidah + mengedipkan mata?
ini adalah adegan klasik yang jarang dilihatnya di dunia nya sebelumnya, kebiasaan 'gadis manis' yang legendaris. Dia ingin memusnahkan siapa saja yang berani meremehkan kebiasaan manis ini, akan tetapi...
"Sekarang aku berada tepat didepan energi penghancur yang nyata itu... Ini terlalu kuat... Aku tidak bisa melakukan apapun...!”
Menghadapi tingkat kemanisan yang meluap-luap seperti ini, membuat semua tekadnya seperti terenggut darinya, seperti itulah maksudnya. Juga, orang yang melakukan hal tersebut membuatnya terlihat kalau mereka terlalu manis untuk dilawan, itu adalah alasan kedua yang berada diatas alasan yang pertama. Hasilnya Subaru punya pilihan lain daripada membiarkan ini berlalu.
Dihadapan Subaru yang berdiri dengan gemetaran aneh, dia memberikan rasa hormatnya dan menghadap ke arah Wilhelm.
"Aku kembali Wil-jii, maaf membuatmu menunggu diluar, apa kau bosan?”
"Tidak, tidak, anak muda ini cukup hebat dalam membuat tulang-tulang tuaku terus bekerja. Tak kusangka, itu adalah cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu.”
"Fumyuu?"
Mendengar gambaran yang Wilhelm berikan tentang percakapan kami, gadis itu membuat ekspresi yang aneh. Mata yang seperti kucing, pupilnya mengecil, dan mulutnya membuat bentuk seperti bentuk ω.
“Aaaaaaa, Sekarang aku paham-- begitu ya, kau adalah laki-laki yang dibicarakan Emilia. Aku mengerti, aku mengerti”
Dia menatap Subaru dari atas sampai bawah seperti sedang mengamatinya, dan akhirnya menepuk kedua tangannya seperti memberikan persetujuan. Merasakan tatapan itu, Subaru tanpa sadar menggerakkan tangannya untuk menutupi dirinya, menggeliatkan tubuhnya seperti sedang mencoba untuk melarikan diri.
"Tidak, hentikan itu~ Hanya karena aku laki-laki, aku juga akan merasa malu jika kau menatapku seperti itu, kau tau..”
"Jangan bilang begitu, sayang. Kau punya tubuh yang bagus, tidak ada lemak. Jika kau belum menjadi milik seseorang aku sendiri yang akan mencicipimu.”
Menanggapi reaksi berlebihan Subaru, dia menanggapinya dengan respon yang sama konyolnya. Biasanya gadis akan merespon dengan 'kyaaa' atau sebuah tawa, berbicara dengan seseorang yang seperti ini adalah hal yang pertama bagi Subaru.
"Entah bagaimana aku menerima sebuah energi yang aneh. Aku penasaran, apakah perasaan ini adalah reaksi psikologis?”
Daripada merasa jijik, insting Subaru seperti sedang berteriak sekarang ini. Didepan matanya berdiri seorang gadis dengan mata sedang menggodanya, ini jelas-jelas musuh alami bagi manusia bernama Natsuki Subaru. Ular melawan siput. Siput melawan katak. Katak melawan ular. Kecocokan Subaru dengan gadis ini adalah dia berada diposisi yang lemah, sementara gadis tersebut berada diposisi yang kuat. Ini adalah sesuatu yang bisa Subaru katakan dengan instingnya.
Tingkah Subaru yang biasanya tidak tau malu sama sekali tidak terlihat. Menghadapi Subaru yabg sekarang sedang benar-benar kehilangan keberaniannya, gadis itu menginjak pedal gas nya dan mendekat kearah Subaru.
Menggerakkan tangannya, gadis itu meraba-raba daerah sekitar leher Subaru dan merapatkan jarak tepat disebelahnya.
"Uh, eh, eeeh!?"
"Jangan bergerak!! Aku sedang memeriksa sesuatu sekarang ini.”
Karena mereka mempunyai tinggi yang sama, wajahnya tepat berada di sebelah wajah Subaru. Suaranya berbisik langsung ke telinga Subaru, seluruh tubuhnya terasa seperti sedang digelitiki. Wajahnya memerah karena sensasi tersebut. Dia melihat ke sekelilingnya untuk mencari bantuan, ketika dia melihat Rem yang berdiri didekat pintu masuk mansion, wajah Subaru seketika menjadi pucat.
Dia menatap dengan tatapan kosong. Dari kejauahan orang bisa melihat kalau dia tidak peduli dengan apa yang terjadi. Melihat Subaru yang kini terengah-engah, Rem menggerakkan tangannya seperti gerakan mencincang. Itu bukanlah gerakan yang mempunyai arti khusus, tapi itu dimaksudkan agar dapat tersampaikan untuk Subaru.
“Aku akan memberitau Emilia-sama”
“Tidaaaaaaak!”
Setelah mendengar kata-kata itu, Subaru menggerak-gerakkan tubuhnya, seperti mencoba untuk melepaskan diri dari gadis itu. Itu tidak seperti Subaru menghempaskan gadis itu dengan kasar tapi lebih seperti mendorong pundaknya agar menjauh. Tidak siap dengan pijakannya, Subaru berakhir terjatuh dengan pantat duluan, dalam sepuluh detik atau lebih saat semua itu terjadi, berbagai emosi muncul di dalam kepala Subaru. Terduduk dengan kaki berada dibawahnya dan bajunya yang acak-acakan, Subaru memekik dengan suara penuh kesedihan.
“Aku tidak menginginkannya, kenapa kau.... Aku ini hanya mencintai Emilia-tan”
Ketika Subaru berpura-pura mengeluarkan air mata buayanya, diam-diam dia juga merasa kecewa. Merasakan sentuhan tangan yang kokoh menggenggam pundaknya, Subaru menengok secara refleks. Orang yang berada dibelakangnya adalah Wilhelm.
“Silakan ambil ini”
Yang diserahkan dengan lembut oleh tangannya adalah sebuah saputangan berwarna putih. Mengambilnya dari tangannya, Subaru berterima kasih padanya ketika dia mencoba berdiri. Ini adalah perasaan orang dewasa, setelah mengalaminya sendiri, Subaru melawan keinginannya untuk menenggelamkan dirinya sendiri dibawah tangan Wilhelm.
Karena orang ini sudah punya istri yang dicintainya lebih dari siapapun" --Subaru menghidupkan kembali perasaanya-- "Jadi bolehkan aku bertanya apa yang barusan terjadi?"
Mengembalikan sarung tangan yang tak terpakai tersebut kepada Wilhelm, Subaru menatap gadis itu mencari penjelasan dari kelakuannya sebelumnya. Mendengar kata-kata itu, dia memiringkan bibirnya sambil berpikir.
“Itu seperti yang aku dengar, didalam tubuhmu itu seperti aliran air yang benar-benar mandek. Aku akan melakukan sesuatu mengenai hal itu, tapi tidak ada waktu sekarang..”
Setelah mengatakan kalimat itu, gadis tersebut mengakhiri percakapannya. Tidak tau arti dari kata-kata tersebut, Subaru mengangkat tangannya keatas.
"Sekarang, ayo segera kembali ketempat Crusch-sama Wil-jii, jika kita pergi terlalu lama, tidak ada yang tau apa yang akan dilakukannya.”
“Sesuai keinginan anda..”
Menyetujui usulan gadis itu, Wilhelm mengatakan beberapa kata. Setelah membungkuk kearah Subaru, dia mengambil cangkir kosong yang berada diatas tanah dan mengembalikannya ke nampan.
“Terima kasih atas keramahannya, Subaru-dono semoga kau sehat selalu.”
Menaiki tempat duduk kusir dengan cepat, Wilhelm memegang tali kekang naga dengan tangannya. Melihat Subaru yang hanya menatap tanpa bicara apapun karena kejadian tadi, gadis itu mengangkat kedua tangannta seperti sedang berdoa.
“Baiklah!! Kita memang belum memperkenalkan diri dengan benar, tapi kami sangat sibuk, jadi maaf!!”
Setelah memberikan kedipan matanya, dia membalikkan tubuhnya kearah kereta naga. Mencoba mengulurkan tangannya untuk meraih punggung gadis itu, Subaru mengucapkan sesuatu yang menggambarkan banyak pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya.
“Tunggu!! Aku punya banyak pertanyaan untukmu”
“Kupikir tidak masalah jika kau bertanya pada Emilia, selanjutnya, semoga takdir mempertemukan kita lagi. Byee..”
Memotong pertanyaan Subaru dalam satu kalimat, gadis itu kemudian masuk kedalam kereta dengan sebuah senyuman. Menyadari kalau usahanya telah benar-benar dihentikan oleh sikap mereka, tangan Subaru jatuh merasa fruatasi. Wilhelm mengatakan selamat tinggal dan kereta mulai berjalan seiring dengan ringkikan naga.
Roda mulai berputar dengan bunyi derakan. Setiap kali si naga mempercepat langkahnya dan meninggalkan jejak ditanah, kecapatan kereta pun semakin bertambah pula.
Dengan roda yang terus berputar, kereta tersebut mulai bergerak. Kereta tersebut bergerak dengan cepat melewati jalanan, meninggalkan kepulan debu yang menghilang dikejauhan.
Pada akhirnya yang tersisa hanyalah Subaru yang telah dikalahkan, dan bau harum dari teh berkelas tinggi.
Dikejauhan, didalam kereta yang keluar dari mansion Roswaal.
“Apa kau bisa melaksanakan tugasmu sebagai perwakilan?”
“Tentu saja, itu adalah sesuatu yang diminta Crusch-sama untuk Ferri-chan lakukan, tidak mungkin aku akan gagal. Wil-jii, kau seperti seorang yang pesimis saja.”
Mereka berdua saling berbicara dari dalam kereta dan tempat duduk kusirnya. Duduk di tempat duduknya, Wilhelm mengendalikan naga penariknya dengan mudah, dibelakangnya gadis berambut seperti jerami memperlihatkan kepalanya melalui jendela ruang pribadi. Meskipun mereka pergi sangat cepat, dengan perlindungan suci dari angin akan membuat angin tidak bisa menerpa mereka, sehingga mereka bisa melanjutkan percakapan mereka tanpa gangguan. Dengan suasana yang seperti itu tidak ada situasi yang lebih baik lagi daripada ini untuk membicarakan sebuah pembicaraan pribadi.
Wilhelm tersenyum pahit menanggapi balasan gadis itu, "sebuah urusan yang tidak perlu, ya kan?"
"Kesampingkan itu." Dia menambahkan.
"Aku sangat terkejut melihatmu berbicara dengan anak itu ketika aku keluar, kau biasanya tidak suka berbicara dengan orang lain kan?"
“Itu adalah kesalahpahaman yang sangat buruk”
Mengetahui kata-katanya dimentahkan seketika, "aaaaa, bukan begitu maksudnya" gadis itu melambai-lambaikan tangannya.
“Benar, maaf maaf, itu bukan seperti kau tidak suka berbicara, itu seperti kau lebih suka membunuh mereka”
"... Itu juga sebuah kesalahpahaman yang sangat buruk”
Menanggapi olok-olok gadis itu, Wilhelm mengucapkan kata yang sama. Melihat respon yang datar dari provokasinya, gadis itu mengerucutkan mulutnya dengan ekspresi kurang senang
“Membosankan sekali, apa berbicara dengan Ferri-chan sebegitu membosankannya dibandingkan dengan anak itu? Apa dia menarik perhatianmu?”
Suaranya terdengar seperti anak kecil yang merengek ketika orang tua mereka tidak memberi mereka perhatian. Mencoba untuk memancing sesuatu selain reaksi datar dari Wilhelm, dia mengeluarkan kepalanya lebih jauh dari dalam jendela kearah Wilhelm.
“Aku tidak merasakan apapun yang special dari dirinya, apakah dia punya sesuatu yang sama dengan Wil-jii?? Mungkin saja tidak seperti penampilannya, dia sebenarnya adalah orang yang benar-benar kuat atau mungkin dia punya bakat yang luar biasa?”
“Tidak, penilainku terhadapnya tidak terlalu berbeda dengan penilaianmu. Dia adalah seorang amatir, seorang yang bahkan tidak bisa mulai menumbuhkan rambut. Dia juga tidak punya bakat khusus. Tidak diragukan lagi, dia seperti orang normal kebanyakan.”
“Lalu kenapa? Sampah sepertinya, bukankah itu yang paling kau benci didunia ini?”
Gadis itu menyamakan Subaru seperti orang yang sudah tak tertolong lagi. Tanpa ragu, Wilhelm mengangkat tangannya dan menunjuk matanya sendiri.
“Matanya”
“―Mata?”
Mendengar suaranya, Wilhelm duduk dengan pandangan seperti menerawang ke kejauhan dan mengangkat dagunya.
“Mata anak itu, mata itu benar-benar menarik perhatianku. Itu adalah mata dari seseorang yang telah berulang kali menghadapi kematian. Ada banyak orang yang bisa kembali dari tepi jurang kematian, akan tetapi...”
Memotong kata-katanya, Wilhelm menutup matanya.
“ Kembali dari tepi jurang kematian, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Aku tidak tau apakah ada orang yang seperti itu. Itulah alasannya kenapa dia bisa menarik perhatianku”
"Hmmmph, Aku tidak mengerti!!”
Kata-kata Wilhelm yang bercampur dengan kekagumannya dengan mudahnya dipotong oleh gadis itu. Wilhelm benar-benar mengerutkan dahinya kali ini ketika gadis itu menambahkan...
“Disamping apa yang Wil-jii katakan, anak itu sepertinya tidak akan berjalan dijalan yang mudah."
Mata gadis itu menyipit seperti dia sedang memikirkan sesuatu lagi, menatap dari kursi belakang dibelakang kursi sang kusir.
“Menarik perhatian dari si Iblis Pedang, Wilhelm Van Astrea, itu adalah sebuah kemalangan, sama seperti dirasuki oleh sang penyihir.”
"Selamat datang Emilia-sama."
Kata Rem dengan wajah tanpa ekspresi, suhu di dalam ruangan langsung turun seketika karena suaranya ketika dia membungkuk memberi salam.
Dia Mengangkat kepalanya, wajah tanpa ekspresi itu adalah sesuatu yang belum pernah Subaru lihat akhir-akhir ini. Baik di dalam mansion ataupun setidaknya saat didepan Subaru. Dia sering melihat Rem tersenyum, dia penasaran apakah Rem bertingkah seperti ini untuk tujuan tertentu. Melihat ketika mereka berdua kembali ke mansion, tapi Rem hanya menyapa Emilia, sepertinya memang begitu.
“Aku kembali. Maaf karena terlalu lama-- Sepertinya ada tamu yang datang?"
“Perwakilan dari ibukota datang untuk menemui anda. Sekarang Roswaal-sama sedang menemui mereka, bisakah anda segera bergabung dengan mereka?"
"Tentu saja, sebenarnya ini merupakan masalahku jadi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja."
Setelah bertukar anggukan dengan Rem, Emilia mulai berjalan menaiki tangga, menoleh kebelakang kearah Subaru yang kebingungan.
“Aa.. Um, Subaru apa yang akan kamu lakukan ? Bisakah kamu kembali ke kamarmu sendiri?"
“Apa aku ini anak kecil? Mula-mula, ini tidak seperti kau tidak bisa mengajakku dengan....”
Merasa kegugupannya sedikit hilang, Emilia memiringkan kepala menanggapi saran Subaru. Tapi orang yang menyela kata-kata itu bukanlah Emilia, dan dengan ekpresi yang bersalah.
“Kakak ku sudah ada disana. Jadi tidak perlu pelayan yang lain. Kamu mengerti, kan? Subaru-kun."
"mmmm"
Menolak untuk mengatakan Ya atau Tidak terhadap kata-kata Rem, jawabannya seperti tercekat di tenggorokan. Menanggapi Subaru yang masih berusaha mencari alasan, Emilia menggerakkan tangannya perlahan,
“Seperti itulah, Maaf. Rem, bisakah kamu mengantarkanku kesana?"
“Ya. Subaru-kun, silakan kembali ke kamar mu."
Melontarkan kata-kata permintaan maaf itu, Emilia pergi meninggalkan Subaru. Bagi Subaru yang sudah tidak punya hal lain untuk dilakukan lagi setelah Rem memberikan serangan akhirnya, Rem memimpin jalan untuk Emilia dan rambut perak Emilia-pun melambai saat dia menaiki tangga dan menghilang.
"Aaaa, sialan, ini sama sekali tidak menyenangkan."
Melihat sosok keduanya menghilang, kata-kata kasar bercampur keluh-kesah keluar dari mulutnya.
Aku seperti ditinggalkan. -Secara fisik maupun mental-.
"Baiklah, Aku pikir itu benar, sekalipun aku ada disana aku tidak akan berguna dengan pengetahuanku yang kurang terhadap dunia ini”.
Meskipun sudah 2 minggu sejak ia pertama datang ke mansion ini (1½ bulan menurut pandangan mentalnya), ketika kau berbicara tentang apa yang ia pelajari, itu hanya terbatas pada dasar pekerjaan rumah sehari-hari dan membaca surat. Jadi bisa dibilang, dia berada dilevel yang sama dengan anak di desa yang membantu disekitar rumah mereka. Dengan level seperti itu, dilibatkan dalam sebuah pertemuan yang tidak hanya menyangkut para ningrat, tapi pertemuan mengenai keputusan para petinggi negeri, itu terlalu ambisius, sadarilah tempatmu!!
Dengan begitu dia bisa terima kalau dia telah ditinggal. Tidak, dia tetap saja tidak senang dengan hal itu.
“Jadi, Aku akan kembali ke kamarku dan mencoba untuk tidur - atau tidak, aku tidak sepatuh itu.”
Jika dia mengikuti perintah Emilia dan Rem, mereka yang menyuruh dia kembali ke ruangannya, tidur, dan latihan menulis. Atau melakukan rencana B, membuka satu pintu dan pergi mengadu ke kastil kediaman gadis hikikomori. Hmm bukan pilihan yang buruk.
Bukan pilihan yang buruk,tapi... dia seharusnya mampu melakukan hal yang lebih baik.
“Jika ini rencanaku, pertama aku akan pergi ke dapur.”
XxxxX
“ Tidakkah anda merasa lelah menunggu diluar sini dari tadi? Bagaimana kalau beristirahat sebentar?”
Mendengar ini, orang tua yang duduk di bangku kemudi membuka matanya sambil terkejut, melihat ke Subaru dan kemudian melihat nampan yang berada di tangan Subaru.
Lokasinya sekali lagi di luar mansion, lebih tepatnya berada di tempat dimana kereta naga terparkir di gerbang utama. Sepertinya dia tidak terbiasa dengan ukuran kadal raksasa, setelah menggigil beberapa kali, dia menuangkan teh untuk lelaki tua itu yang melihat dia dengan terkejut dan wajah yang setengah tersenyum.
"Terima kasih untuk tehnya. Ini sangat tidak terduga, maaf karena aku berada diatas sini.”
Tidak lama setelah dia pulih dari rasa terkejutnya, orang tua itu dengan cekatan turun dari tempat duduk kusir.
Dengan pergerakannya yang hampir tidak membuat suara ketika dia mendarat, Subaru pun menahan nafasnya. Tempat duduk kusir cukup tinggi untuk menggunakan kata 'melompat' sebagai kata yang tepat. Tingginya lebih tinggi dari mata Subaru, itu tidak memungkinkan untuk melompat tanpa bantuan apapun kecuali kau siap merasakan sedikit mati rasa di kakimu.
Bagaimanapun, mengabaikan asumsi Subaru di dalam kepalanya, lelaki tua dengan tenang berjalan, datang menuju nampan yang telah ditawarkan tadi dan dia membungkuk singkat.
“Aku akan menerima tawaran mu. Tenggorokan ku terasa kering, kau tahu.”
"Ah, bukan masalah. Aku tidak tahu kesukaanmu jadi aku hanya membawa teh yang paling mahal.”
Menyajikannya dengan nampan, Senyum yang ramah terukir di wajah lelaki tua itu. Subaru melihatnya dengan ketertarikan khusus, terdapat keriput disekitar mulutnya dan terlihat sudah hampir separuh.
Tinggi badannya lebih tinggi dari Subaru, kepalanya penuh dengan rambut putih alami yang sangat lebat dan tak terlihat sedikitpun tanda rambutnya mulai rontok. Pakaiannya seperti seorang kusir, itu pakaian resmi, kelihatannya sangat mahal, sebuah seragam berwarna hitam. Punggungnya lurus, otot dibawah bajunya tidak terlihat sesuai dengan usianya dan orang-orang bisa bilang dengan sekali lihat mereka terlatih dengan baik. Intinya, orang yang berdiri dihadapannya pasti akan merasa gugup entah mereka menginginkannya atau tidak.
"Penilaianku terhadap orang tua didunia lain ini benar-benar telah berubah. Selamat jalan Rom-jii. Tapi serius, itu tidak seperti kamu terlihat butuh bantuan."
Untuk sebuah bangsa yang besar dengan setting yang terlihat menakjubkan sepertinya ada sedikit hubungan dari penampilannya. Subaru sepertinya tidak bisa memastikan apa yang terjadi setelahnya, Rom-jii tidak membenturkan kepalanya atau semacam itu dan melupakan semuanya, kan ? Itu hal yang sedikit dia takutkan.
“Aku hanyalah sebuah kantong tua berisi tulang. Tidak ada alasan untuk menghindar.”
Untuk Subaru yang tidak fokus memikirkan hal itu, secara tiba-tiba dia dipanggil oleh suara lembut pria itu. Mengambil cangkir, lelaki tua itu meminumnya sebelum lanjut berbicara. Menyadari kalau dia menerima tatapan yang kurang enak, lelaki tua itu tersenyum berat untuk menghukum Subaru.
"Ini rasanya enak. Mungkin ini malah terlalu enak....”
"Bukannya dilebih-lebihkan, ini benar-benar teh kami yang paling mahal. Jika pelayan berambut pink melihatku meminum ini, dia pasti akan sangat marah."
Melihat hal itu secara luas, Ram tanpa diduga mempunyai lidah yang bagus dan berpengalaman baik pada sesuatu seperti teh. Jika Ram tahu dia mengambil salah satu dari 'benda terlarang' yaitu teh bermutu paling tinggi untuk digunakan sendiri, itu membuat dirinya hanya bisa terdiam mendengar nasehatnya. Tapi memang seperti itulah sikap Subaru,
“Tanpa mengambil teh dari dapur, aku dengan baik menyiapkan teh nya disana dan membawa itu keluar. itu salah satu pemikiran 'ikkyusan' ku, aku ragu dia akan menyadarinya.”
"Hmmm , rencana yang bagus."
“Sangat disayangkan, tapi aku akan sepenuhnya pasrah pada takdir apakah dia akan menyadari pemikiran jenius ini atau tidak."
Lagi pula, pertaruhannya tujuh banding satu. Menantang hal itu akan menjadi tindakan yang sangat bodoh. Fakta kalau itu terlalu banyak resikolah yang membuat hal ini layak, percakapan sambil minum teh ini. Orang tua tersebut memiringkan cangkirnya sekali lagi dan menghela nafas yang dipenuhi dengan emosi.
“Jadi, karena kau telah memberikan teh ini sebagai umpan, jadi apa yang kau inginkan dari orang tua ini?”
Dengan satu mata tertutup, pria tua mulai bertanya dengan tatapan seperti menilai Subaru. Sambil mengangkat bahunya terhadap sikap yang tajam tersebut, Subaru menjawab,
"Dari semua orang yang pernah aku temui, kau adalah orang yang paling keras mencoba ini setelah Roswaal."
“Diperlakukan sama seperti beliau. Itu sebuah kehormatan”
"Itu artinya berada dilevel yang sama dengan si mesum itu kau tahu? Itu salah satu perkataan yang membuatku ingin berteriak.”
Ekpresi santainya dengan cepat menghilang darinya, Subaru sekali lagi merasa harus waspada. Seorang veteran yang harusnya dipanggil dengan baik. Pengalaman orang itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan Subaru, dia bukanlah musuh yang harus Subaru lawan. Dia bukanlah pria tua besar dengan kepala botak yang muncul entah dari mana. Jadi, hal yang bisa Subaru lakukan adalah mengibarkan bendera putih.
"Baiklah, aku menyerah. Namaku Natsuki Subaru. Aku sebenarnya seorang pelayan di Roswall mansion. Jadi bolehkan aku tahu namamu?"
Seorang yang kurang berpengalaman harus menerima bahwa mereka kurang berpengalaman, dan mencoba yang terbaik terus berbuat baik kepada seniornya. Menghadapinya, Subaru dengan patuh merendahkan kepalanya, ekpresi pria tua itupun melembut.
"Perkenalkan. Aku dipanggil Wilhelm. Aku saat ini melayani rumah Crusch, mencurahkan seluruh jiwaku untuk bekerja disana.”
Di depan pria tua yang memanggil dirinya Wilhelm, Subaru mencoba mengulang namanya sekali lagi.
"Terima kasih telah memberitahu namamu. sebagai tambahan untuk rasa terima kasih ini, bisakah kamu memberitahuku alasan kunjungan hari ini .... errr apa itu tidak apa-apa untuk diriku tau mengenai hal itu?"
"Mengenai pertanyaan mu, perwakilan kami saat ini berada didalam untuk membicarakan hal itu."
“Ya itu benar, tapi sejujurnya aku telah diberitau untuk tidak ikut campur. Dan mengetahui berlangsungnya sebuah kegiatan tanpa melibatkan diriku sama sekali, itu sangatlah tidak menarik. Bisa dibilang kalau kedatanganku itu untuk.....”
Agar membuat lawan seperti ini mau bicara bukanlah tugas yang mudah, penilaiannya dari pertama kali percakapan ini dimulai sampai sekarang, dia bisa mengerti maksud dari hal ini. Tapi menjadi akrab dengan orang lain adalah keahlian Subaru.
Pengalamannya yang berlimpah ketika tidak mempunyai teman dikarenakan mengabaikan perasaan orang lain bukanlah hanya untuk pertunjukan semata.
Menghadapi tingkah tamak Subaru, Wilhelm terdiam sejenak kehilangan kata-katanya.
"Janganlah kau marah karena semua ekspetasimu dikhianati dan janganlah merayakannya sebelum kau berhasil, kan? Setelah melihat sejauh ini, jauh dari kata malu-malu, kini kau menjadi lebih blak-blakan. Jika musuhmu kali ini adalah musuh yang tau sifatmu, itu mungkin akan menjadi kekalahanmu.”
Dalam sekali lihat, itu adalah kata-kata yang pedas. Akan tetapi ekspresi Wilhelm ketika dia berbicara terlihat lembut. Dari kata-katanya dia sepertinya tidak terlalu peduli dengan sifat Subaru tapi itu juga menghilangkan toleransi yang dia punya sebagai seniornya.
Menanggapi hal itu, Subaru mengangkat kepalanya.
“Apakah masih tidak bisa jika kau hanya memberikan garis besarnya saja?”
"Untuk diriku yang belum tau posisi yang kau punyai di mansion ini, aku tidak boleh sembrono dalam berbicara. Tolong mengertilah.”
Bahkan meskipun dengan perkataan tanpa batasan dari Subaru, Wilhelm meresponnya dengan sopan. Seperti ketika cara-cara negosiasi yang tidak dapat membujuk seorang yang keras kepala, Subaru sudah tidak punya apa-apa lagi untuk melawannya.
Dalam keadaan seperti ini, yang sudah dilakukannya hanyalah mengeluarkan teh yang sangat mahal dan membuat Ram marah, pandangan Subaru pun menjadi gelap.
"Akan tetapi, aku lihat sepertinya kau punya hubungan yang dekat dengan calon raja Emilia-sama.”
Oh, oh, oh, kau melihatnya? Aku dan Emilia-tan melakukan pembicaaraan mesra, menyenangkan, dan memalukan itu, apakah kau benar-benar melihatnya?”
" -tan?"
Heran dengan cara memanggilnya yang aneh, Wilhelm tersenyum pahit pada sikap Subaru tersebut.
"Kau mengambil jalan yang sulit. Dka mungkin saja akan menjadi ratu selanjutnya dari kerajaan Lugunica, kau tau?"
"Keadaan yang ada saat ini hanyalah seorang gadis penuh dengan cinta dan seorang pelayan yang tanpa kemampuan. Karena jika kita membicarakan masa depan tidak akan ada ujungnya, jika kita hanya berbicara tentang kemungkinan lalu kau akan berakhir dengan tidak bisa terus maju, kau tau? Wilhelm-san, ketika kau menikah tidakkah kau pikir kalau istrimu itu wanita paling cantik di dunia?"
"Istriku...”
Wilhelm merasa goyah sesaat mendengar kata-kata ekstrem dari Subaru. Tapi dengan cepat kembali mengamati Subaru dengan seksama, pupil matanya dipenuhi dengan perasaan yang bisa disebut dengan rasa kagum.
"Aku paham, ini tepat seperti yang kau katakan. Aku juga berpikir kalau istriku adalah wanita paling cantik didunia ini. Aku merasa seperti setiap orang selalu memperhatikannya. Aku merasa seperti tidak pantas untuk bersamanya.”
"Benar kan? Jika itu adalah sesuatu yang setiap orang setujui, lalu bahkan jika mereka pikir aku tidak pantas untuknya, aku akan tetap menjadikannya milikku. Aku akan mecoba satu atau beberapa hal untuk mendapatkan posisi sosial yang tinggi, lalu aku akan berkembang menjadi orang yang pantas untuknya, itulah pertaruhannya atau setidaknya itulah mimipiku.”
Dengan perasaan seperti itu, Subaru telah membayangkan kemungkinan masa depan cintanya. Meskipun sekarang dia belum yakin dengan perasaannya yang sebenarnya, dia tau ini bukanlah sesuatu yang bisa dia wujudkan dengan kerja keras sendiri. Jadi aku akan melakukan apapun yang mungkin, begitulah yang dia pikirkan.
“Itulah kenapa ketika ada sesuatu yang berhubungan dengan Emilia-tan, aku sebisa mungkin akan menghindari kondisi dimana aku tidak dilibatkan. Meskipun dia punya jalan yang panjang didepan, dan sebelum kau tau, dia berubah dari hanya berjalan menjadi berlari - untuk bisa mengejarnya tentu saja aku harus berlari sekuat tenaga, dan jika disana ada jalan pintas atau sejenisnya, berdasarkan sifatku aku pasti akan menggunakannya.”
"Kau punya jalan pikiran yang menyenangkan. Benar-benar nenarik. Akan tetapi jika kau datang padaku dengan banyak permintaan itu akan menjadi sedikit masalah.”
Seperti sedang menolak keinginannya, Wilhelm memperlihatkan telapak tangannya kepada Subaru, dan menggelengkan kepalanya. Pada intinya dia tidak boleh kalah melawan sikapnya itu, tapi seolah-olah ingin bercanda dengan Subaru...
" Pada akhirnya, aku hanyalah seorang kusir, ketika kau datang dengan semua penawaran itu, aku bukanlah orang yang benar-benar mengetahuinya. Sepertinya aku tidak bisa banyak membantumu.”
"Itu benar. Kau setidaknya sudah menyadari siapa Emilia-tan itu, tidakkah kau pikir, menggunakan alasan kalau kau hanyalah 'seorang kusir biasa' itu sedikit ekstrim?”
"...."
Wilhelm hanya menatap kosong dan tidak berkata apa-apa menghadapi ketidakpercayaan Subaru. Sambil melirik, Subaru mengangkat satu jarinya.
“Baiklah, bagi sesorang yang berjalan menuju mansion, kau pasti bisa asal menebak siapa mereka, tapi apa akan benar 100%? Wilhelm-san, kau dengan seketika, tau siapa Emilia-tan itu.”
"Aku dulu pernah bertemu dengan Emilia-sama, kau tau?”
"Jika itu benar, Emilia pasti akan menyapamu, sangat sulit untuk membayangkan seorang Emilia-tan tidak memperkenalkan salah satu kenalannya kepada orang yang berdiri disampingnya.. Dengan kata lain, dimulai dari saat kau menganggap orang yang memakai tudung itu adalah Emilia, permainanmu sebagai seorang kusir biasa itu sedikit dipaksakan.”
Dengan mata yang mencari sebuah penjelasan, dia menatap Subaru dengan diam. Dengan kata "nonono" Subaru pun juga melambaikan tangannya
"Sepertinya terdapat sebuah sihir yang rumit pada jubah yang Emilia kenakan, itu mempunyai efek untuk mencegah orang lain dengan mudah mengenalinya, kau tau? Kau harus mendapatkan persetujuan Emilia, atau kau adalah orang yang mampu menembus efek itu, kalau tidak kau tidak akan tau kalau dia adalah Emilia”
Dari saat dia pertama kali bertemu dengan Emilia sampai sekarang, dia selalu memakai jubah itu. Itu digunakan untuk menghindari orang yang tidak dikenal menyebabkan masalah yang berhubungan dengan garis keturunannya, atau lebih tepatnya keadaanya sebagai seorang setengah peri, ini adalah sesuatu yang kurang lebih sangat dipahami Subaru. Untuk Emilia yang mempunyai penampilan seorang half-elf dengan rambut silver, dari permukaannya saja Subaru bisa mengatakan betapa mengganggunya hal itu didunia ini.
Tanpa diduga, Wilhelm mengangkat bahunya seolah-olah sangat mengenal penjelasan Subaru.
"Menilaiku dari saat pertama kali kita bertemu... Kau benar-benar punya sifat yang buruk.”
"Aku tidak memperkirakan sampai ke tingkat itu, tapi ketika aku berada didalam mansion membuat teh, aku mulai berpikir "huh? Bukankah ini aneh?" Itu benar-benar kebetulan”
Meskipun begitu, itu masih saja berkat keuletan mental Subaru dia bisa tau itu semua. Itu semua dilakukan untuk memastikan tidak ada bahaya didekat Emilia. Ditambah dengan insiden binatang buas, Subaru tau dengan pasti betapa berbahayanya dunia ini. Menjauhkan bahaya-bahaya itu sejauh mungkin dari Emilia, Subaru selalu berusaha dengan seluruh kemampuannya, meskipun jika itu seperti mendinginkan batu panas dengan hanya menggunakan tetasan air. Itulah kenapa dia akan mengambil semua yang didapat, dan mempelajari semua yang ditemukannya.
Tertawa dengan sembrono dan seketika, Subaru tidak bermaksud untuk melepaskan Wilhelm. Mulai dari ketika dia menerima undangan untuk meminum tehnya, pria tua ini sudah terseret kedalam dimensi Subaru.
Mengabaikan posisi dan keadaan lawannya, dimensi ini ada hanya untuk memaksa keuntungan berpihak pada Subaru.
"Seorang kusir biasa, sepertinya alasan itu tidak akan bekerja.... Tepat seperti yang kau kira, aku memang orang yang berkaitan dengan pemilihan raja .... Tidak, kipikir lebih tepat kalau disebut orang yang berkaitan dengan orang yang terkait”
"Orang yang berkaitan dengan orang yang terkait......"
Sepertinya Wilhelm sudah kalah dalam debat itu. Sebagai pihak yang kalah, dia harus melakukan tugasnya, memilih kata-kata yang tepat, dia dengan perlahan mulai berbicara.
Mendengarkan kata-kata tersebut, Subaru pun mulai mencerna maksud dari kata-kata itu didalam kepalanya.
“Singkatnya, kau pada dasarnya berada diposisi yang sama denganku?”
"Aku tidak melihat adanya sebuah alasan disana, perbedaan antara dirimu dan diriku huh?”
"Karena kau mempunyai istri paling cantik didunia, kau tidak akan pernah berfikir untuk selingkuh kan?? Well, menurutku Emilia-tan masihlah yang paling cantik.”
Tidak, istrikulah yang paling cantik.”
Dia bermaksud untuk bercanda tapi ketika menerima balasan yang tegas itu, Subaru tanpa sengaja meringis. Dia memberikan tatapan tajam ketika senyum palsu yang dia buat ditepis begitu saja oleh pernyataan Wilhelm.
“Tidak kusangka, kau bisa paham pada hal-hal yang aneh Wilhelm-san.. Kau lebih mengasyikkan dari yang kuduga.”
"Aku akan senang jika kau menganggapku sebagai jiwa muda didalam tubuh yang tua.”
Itu adalah kata-kata yang terdengar serius, tapi jika dia ingin mendapatkan informasi lebih jauh dia harus bisa bersabar. Subaru memutar otaknya mencoba untuk memasuki topik yang lebih dalam. Cara salah satunya mungkin menggunakan ini, jika dia bisa membuat persaingan dengan menggunakan emosi manusianya, dia merasa mungkin ini akan berhasil, akan tetapi--
――” Kelihatannya kita sudah kehabisan waktu.”
“Huh?”
Subaru mengeluarkan suara yang terdengar bodoh. Menanggapinya, Wilhelm mengerutkan bibirnya dengan hening, mengisyaratkan arah menuju mansion dengan tangannya. Subaru menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk, dari kejauhan pintu masuk mansion mulai terbuka.
"Orang yang keluar adalah Rem.... Dan siapa dia?”
Dibalik pintu yang terbuka, dia bisa melihat dua sosok, seorang pelayan berambut biru yang sangat familiar dan seseorang yang tidak dikenalnya sedang bersama Rem. Dari bahasa tubuh Wilhelm, orang ini mungkin adalah perwakilan yang menjadi salah satu topik bahasa percakapan mereka.
"Bagaimana mengatakannya ya, ini benar-benar sebuah setting fantasi."
Subaru mengungkapkan kekagumannya tanpa berpikir, mungkin karena penampilan orang ini yang memancarkan aura kalau dia tidak cocok dengan istilah 'perwakilan'. Orang tersebut, menyadari Subaru yang sedang menatap kearah mereka, sebuah seringai nakal tersungging diwajah mereka ketika mereka dengan cepat mendekati kereta naga.
“Heii!! Meskipun aku ini cantik, tapi menatapku seperti itu masih sangat tidak sopan, tau!”
Seketika setelah mereka berdiri didepan Subaru, sebuah jari menunjuk tepat kearahnya. Satu matanya tertutup ketika mereka membuat pernyataan itu.
Aku takut kalau orang ini kemungkinan besar adalah si perwakilan. Gadis manis dengan wajah yang mempesona dan rambut yang berwarna seperti jerami yang dipotong sebahu. Tingginya cukup tinggi untuk seorang gadis, hampir sama dengan tinggi Subaru. Akan tetapi sosoknya terlihat lebih lembut, satu persatu karakteristiknya mengeluarkan sisi feminimnya yang cantik atau lebih tepat jika dibilang sisi kewanitaanya. Rambutnya dihiasi dengan pita berwarna putih, mata besarnya memancarkan keingintahuan dan mempunyai pesona seperti kucing. Dan diatas kepalanya terdapat....
"Akhirnya muncul juga karakter non-minor dengan telinga kucing.”
"Nya nya?"
Seperti warna rambutnya, sepasang telinga binatang yang berada diatas kepalanya bergetar seperti merespon gumamannya. Sub spesies di dunia ini benar-benar alami, selain melihat mereka di ibukota, tidak akan ada kesempatan lain untuk berinteraksi dengan mereka, melihat hal tersebut sedekat ini adalah sebuah perlakuan khusus.
Lagipula,
"Aku adalah seorang pengagum hal-hal yang bersifat lembut, tidak mungkin aku tidak akan mengagumi sosok seperti ini didepan mataku... Sial, tenanglah, tangan kananku....!”
Hanya melihatnya saja, dia bisa membayangkan sensasi kelembutan dari bulu-bulu yang menutupi telinga itu, hanya dengan berdiri didepannya saja, keberadaan sosok itu seperti merupakan racun mematikan bagi Subaru. Dengan tatapan putus asa, dia menekan tangan kanannya yang bergetar, seperti mencoba untuk menjauhkannya dari gadis itu dan membuat jarak aman. Orang itu hanya menatap kosong pada tingkah mencurigakan Subaru.
"Arere, apakah aku dibenci? Ferri-chan gagal!”
Tehehe' dan menjulurkan lidahnya, dia memukul pelan kepalanya dengan kepalan tangannya. Tenggorokan Subaru membeku seperti merasa ngeri, ini benar-benar lebih menakutkan dari yang sebelumnya.
―Tidak hanya memukul kepalanya pelan, tapi menjulurkan lidah + mengedipkan mata?
ini adalah adegan klasik yang jarang dilihatnya di dunia nya sebelumnya, kebiasaan 'gadis manis' yang legendaris. Dia ingin memusnahkan siapa saja yang berani meremehkan kebiasaan manis ini, akan tetapi...
"Sekarang aku berada tepat didepan energi penghancur yang nyata itu... Ini terlalu kuat... Aku tidak bisa melakukan apapun...!”
Menghadapi tingkat kemanisan yang meluap-luap seperti ini, membuat semua tekadnya seperti terenggut darinya, seperti itulah maksudnya. Juga, orang yang melakukan hal tersebut membuatnya terlihat kalau mereka terlalu manis untuk dilawan, itu adalah alasan kedua yang berada diatas alasan yang pertama. Hasilnya Subaru punya pilihan lain daripada membiarkan ini berlalu.
Dihadapan Subaru yang berdiri dengan gemetaran aneh, dia memberikan rasa hormatnya dan menghadap ke arah Wilhelm.
"Aku kembali Wil-jii, maaf membuatmu menunggu diluar, apa kau bosan?”
"Tidak, tidak, anak muda ini cukup hebat dalam membuat tulang-tulang tuaku terus bekerja. Tak kusangka, itu adalah cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu.”
"Fumyuu?"
Mendengar gambaran yang Wilhelm berikan tentang percakapan kami, gadis itu membuat ekspresi yang aneh. Mata yang seperti kucing, pupilnya mengecil, dan mulutnya membuat bentuk seperti bentuk ω.
“Aaaaaaa, Sekarang aku paham-- begitu ya, kau adalah laki-laki yang dibicarakan Emilia. Aku mengerti, aku mengerti”
Dia menatap Subaru dari atas sampai bawah seperti sedang mengamatinya, dan akhirnya menepuk kedua tangannya seperti memberikan persetujuan. Merasakan tatapan itu, Subaru tanpa sadar menggerakkan tangannya untuk menutupi dirinya, menggeliatkan tubuhnya seperti sedang mencoba untuk melarikan diri.
"Tidak, hentikan itu~ Hanya karena aku laki-laki, aku juga akan merasa malu jika kau menatapku seperti itu, kau tau..”
"Jangan bilang begitu, sayang. Kau punya tubuh yang bagus, tidak ada lemak. Jika kau belum menjadi milik seseorang aku sendiri yang akan mencicipimu.”
Menanggapi reaksi berlebihan Subaru, dia menanggapinya dengan respon yang sama konyolnya. Biasanya gadis akan merespon dengan 'kyaaa' atau sebuah tawa, berbicara dengan seseorang yang seperti ini adalah hal yang pertama bagi Subaru.
"Entah bagaimana aku menerima sebuah energi yang aneh. Aku penasaran, apakah perasaan ini adalah reaksi psikologis?”
Daripada merasa jijik, insting Subaru seperti sedang berteriak sekarang ini. Didepan matanya berdiri seorang gadis dengan mata sedang menggodanya, ini jelas-jelas musuh alami bagi manusia bernama Natsuki Subaru. Ular melawan siput. Siput melawan katak. Katak melawan ular. Kecocokan Subaru dengan gadis ini adalah dia berada diposisi yang lemah, sementara gadis tersebut berada diposisi yang kuat. Ini adalah sesuatu yang bisa Subaru katakan dengan instingnya.
Tingkah Subaru yang biasanya tidak tau malu sama sekali tidak terlihat. Menghadapi Subaru yabg sekarang sedang benar-benar kehilangan keberaniannya, gadis itu menginjak pedal gas nya dan mendekat kearah Subaru.
Menggerakkan tangannya, gadis itu meraba-raba daerah sekitar leher Subaru dan merapatkan jarak tepat disebelahnya.
"Uh, eh, eeeh!?"
"Jangan bergerak!! Aku sedang memeriksa sesuatu sekarang ini.”
Karena mereka mempunyai tinggi yang sama, wajahnya tepat berada di sebelah wajah Subaru. Suaranya berbisik langsung ke telinga Subaru, seluruh tubuhnya terasa seperti sedang digelitiki. Wajahnya memerah karena sensasi tersebut. Dia melihat ke sekelilingnya untuk mencari bantuan, ketika dia melihat Rem yang berdiri didekat pintu masuk mansion, wajah Subaru seketika menjadi pucat.
Dia menatap dengan tatapan kosong. Dari kejauahan orang bisa melihat kalau dia tidak peduli dengan apa yang terjadi. Melihat Subaru yang kini terengah-engah, Rem menggerakkan tangannya seperti gerakan mencincang. Itu bukanlah gerakan yang mempunyai arti khusus, tapi itu dimaksudkan agar dapat tersampaikan untuk Subaru.
“Aku akan memberitau Emilia-sama”
“Tidaaaaaaak!”
Setelah mendengar kata-kata itu, Subaru menggerak-gerakkan tubuhnya, seperti mencoba untuk melepaskan diri dari gadis itu. Itu tidak seperti Subaru menghempaskan gadis itu dengan kasar tapi lebih seperti mendorong pundaknya agar menjauh. Tidak siap dengan pijakannya, Subaru berakhir terjatuh dengan pantat duluan, dalam sepuluh detik atau lebih saat semua itu terjadi, berbagai emosi muncul di dalam kepala Subaru. Terduduk dengan kaki berada dibawahnya dan bajunya yang acak-acakan, Subaru memekik dengan suara penuh kesedihan.
“Aku tidak menginginkannya, kenapa kau.... Aku ini hanya mencintai Emilia-tan”
Ketika Subaru berpura-pura mengeluarkan air mata buayanya, diam-diam dia juga merasa kecewa. Merasakan sentuhan tangan yang kokoh menggenggam pundaknya, Subaru menengok secara refleks. Orang yang berada dibelakangnya adalah Wilhelm.
“Silakan ambil ini”
Yang diserahkan dengan lembut oleh tangannya adalah sebuah saputangan berwarna putih. Mengambilnya dari tangannya, Subaru berterima kasih padanya ketika dia mencoba berdiri. Ini adalah perasaan orang dewasa, setelah mengalaminya sendiri, Subaru melawan keinginannya untuk menenggelamkan dirinya sendiri dibawah tangan Wilhelm.
Karena orang ini sudah punya istri yang dicintainya lebih dari siapapun" --Subaru menghidupkan kembali perasaanya-- "Jadi bolehkan aku bertanya apa yang barusan terjadi?"
Mengembalikan sarung tangan yang tak terpakai tersebut kepada Wilhelm, Subaru menatap gadis itu mencari penjelasan dari kelakuannya sebelumnya. Mendengar kata-kata itu, dia memiringkan bibirnya sambil berpikir.
“Itu seperti yang aku dengar, didalam tubuhmu itu seperti aliran air yang benar-benar mandek. Aku akan melakukan sesuatu mengenai hal itu, tapi tidak ada waktu sekarang..”
Setelah mengatakan kalimat itu, gadis tersebut mengakhiri percakapannya. Tidak tau arti dari kata-kata tersebut, Subaru mengangkat tangannya keatas.
"Sekarang, ayo segera kembali ketempat Crusch-sama Wil-jii, jika kita pergi terlalu lama, tidak ada yang tau apa yang akan dilakukannya.”
“Sesuai keinginan anda..”
Menyetujui usulan gadis itu, Wilhelm mengatakan beberapa kata. Setelah membungkuk kearah Subaru, dia mengambil cangkir kosong yang berada diatas tanah dan mengembalikannya ke nampan.
“Terima kasih atas keramahannya, Subaru-dono semoga kau sehat selalu.”
Menaiki tempat duduk kusir dengan cepat, Wilhelm memegang tali kekang naga dengan tangannya. Melihat Subaru yang hanya menatap tanpa bicara apapun karena kejadian tadi, gadis itu mengangkat kedua tangannta seperti sedang berdoa.
“Baiklah!! Kita memang belum memperkenalkan diri dengan benar, tapi kami sangat sibuk, jadi maaf!!”
Setelah memberikan kedipan matanya, dia membalikkan tubuhnya kearah kereta naga. Mencoba mengulurkan tangannya untuk meraih punggung gadis itu, Subaru mengucapkan sesuatu yang menggambarkan banyak pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya.
“Tunggu!! Aku punya banyak pertanyaan untukmu”
“Kupikir tidak masalah jika kau bertanya pada Emilia, selanjutnya, semoga takdir mempertemukan kita lagi. Byee..”
Memotong pertanyaan Subaru dalam satu kalimat, gadis itu kemudian masuk kedalam kereta dengan sebuah senyuman. Menyadari kalau usahanya telah benar-benar dihentikan oleh sikap mereka, tangan Subaru jatuh merasa fruatasi. Wilhelm mengatakan selamat tinggal dan kereta mulai berjalan seiring dengan ringkikan naga.
Roda mulai berputar dengan bunyi derakan. Setiap kali si naga mempercepat langkahnya dan meninggalkan jejak ditanah, kecapatan kereta pun semakin bertambah pula.
Dengan roda yang terus berputar, kereta tersebut mulai bergerak. Kereta tersebut bergerak dengan cepat melewati jalanan, meninggalkan kepulan debu yang menghilang dikejauhan.
Pada akhirnya yang tersisa hanyalah Subaru yang telah dikalahkan, dan bau harum dari teh berkelas tinggi.
XxxxX
Dikejauhan, didalam kereta yang keluar dari mansion Roswaal.
“Apa kau bisa melaksanakan tugasmu sebagai perwakilan?”
“Tentu saja, itu adalah sesuatu yang diminta Crusch-sama untuk Ferri-chan lakukan, tidak mungkin aku akan gagal. Wil-jii, kau seperti seorang yang pesimis saja.”
Mereka berdua saling berbicara dari dalam kereta dan tempat duduk kusirnya. Duduk di tempat duduknya, Wilhelm mengendalikan naga penariknya dengan mudah, dibelakangnya gadis berambut seperti jerami memperlihatkan kepalanya melalui jendela ruang pribadi. Meskipun mereka pergi sangat cepat, dengan perlindungan suci dari angin akan membuat angin tidak bisa menerpa mereka, sehingga mereka bisa melanjutkan percakapan mereka tanpa gangguan. Dengan suasana yang seperti itu tidak ada situasi yang lebih baik lagi daripada ini untuk membicarakan sebuah pembicaraan pribadi.
Wilhelm tersenyum pahit menanggapi balasan gadis itu, "sebuah urusan yang tidak perlu, ya kan?"
"Kesampingkan itu." Dia menambahkan.
"Aku sangat terkejut melihatmu berbicara dengan anak itu ketika aku keluar, kau biasanya tidak suka berbicara dengan orang lain kan?"
“Itu adalah kesalahpahaman yang sangat buruk”
Mengetahui kata-katanya dimentahkan seketika, "aaaaa, bukan begitu maksudnya" gadis itu melambai-lambaikan tangannya.
“Benar, maaf maaf, itu bukan seperti kau tidak suka berbicara, itu seperti kau lebih suka membunuh mereka”
"... Itu juga sebuah kesalahpahaman yang sangat buruk”
Menanggapi olok-olok gadis itu, Wilhelm mengucapkan kata yang sama. Melihat respon yang datar dari provokasinya, gadis itu mengerucutkan mulutnya dengan ekspresi kurang senang
“Membosankan sekali, apa berbicara dengan Ferri-chan sebegitu membosankannya dibandingkan dengan anak itu? Apa dia menarik perhatianmu?”
Suaranya terdengar seperti anak kecil yang merengek ketika orang tua mereka tidak memberi mereka perhatian. Mencoba untuk memancing sesuatu selain reaksi datar dari Wilhelm, dia mengeluarkan kepalanya lebih jauh dari dalam jendela kearah Wilhelm.
“Aku tidak merasakan apapun yang special dari dirinya, apakah dia punya sesuatu yang sama dengan Wil-jii?? Mungkin saja tidak seperti penampilannya, dia sebenarnya adalah orang yang benar-benar kuat atau mungkin dia punya bakat yang luar biasa?”
“Tidak, penilainku terhadapnya tidak terlalu berbeda dengan penilaianmu. Dia adalah seorang amatir, seorang yang bahkan tidak bisa mulai menumbuhkan rambut. Dia juga tidak punya bakat khusus. Tidak diragukan lagi, dia seperti orang normal kebanyakan.”
“Lalu kenapa? Sampah sepertinya, bukankah itu yang paling kau benci didunia ini?”
Gadis itu menyamakan Subaru seperti orang yang sudah tak tertolong lagi. Tanpa ragu, Wilhelm mengangkat tangannya dan menunjuk matanya sendiri.
“Matanya”
“―Mata?”
Mendengar suaranya, Wilhelm duduk dengan pandangan seperti menerawang ke kejauhan dan mengangkat dagunya.
“Mata anak itu, mata itu benar-benar menarik perhatianku. Itu adalah mata dari seseorang yang telah berulang kali menghadapi kematian. Ada banyak orang yang bisa kembali dari tepi jurang kematian, akan tetapi...”
Memotong kata-katanya, Wilhelm menutup matanya.
“ Kembali dari tepi jurang kematian, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Aku tidak tau apakah ada orang yang seperti itu. Itulah alasannya kenapa dia bisa menarik perhatianku”
"Hmmmph, Aku tidak mengerti!!”
Kata-kata Wilhelm yang bercampur dengan kekagumannya dengan mudahnya dipotong oleh gadis itu. Wilhelm benar-benar mengerutkan dahinya kali ini ketika gadis itu menambahkan...
“Disamping apa yang Wil-jii katakan, anak itu sepertinya tidak akan berjalan dijalan yang mudah."
Mata gadis itu menyipit seperti dia sedang memikirkan sesuatu lagi, menatap dari kursi belakang dibelakang kursi sang kusir.
“Menarik perhatian dari si Iblis Pedang, Wilhelm Van Astrea, itu adalah sebuah kemalangan, sama seperti dirasuki oleh sang penyihir.”
---End Of Chapter 2---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 3
Baca semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume
Translated by : Kuro one & Me [Zhi End]
Baca semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume
Translated by : Kuro one & Me [Zhi End]
0 Komentar