[Translate] Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 3 - Chapter 5 : Waktunya Untuk Menepati Janji
Kembali ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 4
Chapter 5 : Waktunya Untuk Menepati Janji
Jantung Subaru kini berdetak seperti tidak pernah berdetak sebelumnya.
Kecepatannya, rasa sakit yang disebabkannya, hanyalah sebuah ilusi. Suara detak jantungnya menjadi lebih keras tanpa henti. Jika kau tidak mendengarkannya dengan seksama, yang terdengar hanyalah suara riuh keramaian, akan tetapi, di antara suara riuh tersebut, sebuah suara terdengar, bergema dengan keras.
Dibawah lapisan udara terbuka, jalanan utama terlihat sedang dalam kondisi sibuk-sibuknya. Gelombang manusia berlalu-lalang dengan jumlah yang besar, tak kalah dengan saat terakhir kali dia melihatnya. Bermacam-macam Ras saling berbaur, gaya rambutnya terlihat eksentrik, dan penampilannya dipenuhi dengan warna yang cerah.
Didunia ku sebelumnya, aku terlihat seperti orang kebanyakan dan bisa berbaur dengan keramaian, disini sepertinya rambut hitam sangatlah tidak biasa, melihat dikeramaian itu, aku tidak bisa menemukan orang lain dengan rambut sepertiku. Warna rambut paling umum sepertinya adalah pirang, dengan putih dan biru diposisi kedua, jumlah orang dengan rambut berwarna hijau berada jauh dibawah, dan hanya ada satu atau dua orang dengan warna pink. Seperti yang aku kira, diantara orang-orang ini, aku tidak bisa menemukan satu orang pun dengan rambut perak yang begitu bersinar.
Dengan kata lain, di jalanan yang ramai ini, Subaru berdiri sendirian tanpa ada sekutu nya sebagai pemilik rambut berwarna hitam. Pasangan yang biasa, yang satu dengan rambut hitam dan yang lainnya dengan rambut berwarna perak. Selain itu, mereka berdua...
"Ja-jawab Emilia-tan.. Aku tau ada banyak alasan untuk ini, tapi bisakah kita berhenti melakukan ini?"
Subaru bertanya dengan gugup, keringat dingin mengucur dari dahinya, sementara orang yang lainnya tersenyum sedang didalam mood yang bagus. Apa yang Subaru maksud, adalah tangan mereka yang saling bergandengan ketika mereka sedang berjalan.
Pasangan tersebut berjalan melewati kerumunan orang dengan tangan bergandengan. Ketika orang asing melihat mereka, mereka terlihat seperti pasangan yang mesra. Normalnya hal ini adalah sesuatu yang Subaru harap-harapkan tapi,
"Tidak bisa!! Karena ini adalah Subaru, jika aku mengalihkan sedikit saja pandanganku, kamu pasti akan pergi dan melakukan hal yang konyol lagi. Selama kita berada di ibukota, aku tidak akan membiarkamu bertingkah sesukamu, paham?"
"Aku minta maaf karena telah bersikap bodoh saat di kereta! Aku benar-benar menyesalinya! Lebih keras daripada lautan, lebih dinamis daripada pegunungan!! Tapi tapi tapi!! Jika kita terus begini, kekhawatiranku akan mencapai Mach 1."
Tidak ada sedikitpun rasa kepercayaan yang terlihat dimata Emilia ketika Subaru mengayunkan tangan Emilia keatas dan kebawah sambil melakukan pembelaan. Karena sekarang, mereka sedang bergandengan tangan, jantung Subaru seperti akan segera meledak. Sendi-sendinya terasa sakit karena kegugupannya, dia pasrah tapi juga khawatir karena telapak tangannya dipenuhi dengan keringat.
Setelah percobaan Subaru untuk keluar dari kereta ditengah perjalanannya, Subaru yang pingsan, tersadar oleh sensasi lembut seperti berada dalam pangkuan seseorang.
Tepat diatasnya, pemilik dari pangkuan tersebut, yaitu Roswaal. Subaru merasa jijik ketika sadar dari siapa dia menerima bentuk kasih sayang tersebut. Apa yang menangkap Subaru ketika jatuh dari udara adalah Rem. (Itu sangat menakjubkan, dia bisa melakukannya ketika berada ditengah-tengah perjalanan dengan kecepatan yang tinggi. Untuk gadis ini, Subaru memberikan pujian untuknya secara diam-diam karena telah menyelamatkan hidupnya) Setelah menangkap Subaru, orang yang merawatnya adalah Roswaal, karena pada waktu itu mood Emilia sedang jelek. Ketika Subaru bangun, "duduklah disebelah sana!" Emilia memerintahkan dan memberikan omelan yang sangat sangat panjang.
Lagipula…
"Itu sudah 180° penuh setelah aku tak terhubung dengan perlindungan suci itu, dan dari situ, aku sudah tidak terlindungi sama sekali dan itu sangat menyusahkan. Menghadapi kecepatan dan getaran seperti itu selama satu setengah jam... akhirnya aku memuntahkan semua isi perutku."
Sebagai hasil dari kunjungan tengah malamnya ke dapur di malam sebelumnya, apa yang keluar hanyalah mayonaise. Dan setelah omelan Emilia memenuhi kepalanya sampai tidak ada hal lain yang bisa masuk kedalamnya. Dari situ dia merasa kalau dia harus benar-benar menjaga perilakunya. Subaru telah masuk dalam keadaan benar-benar pusing. Oleh karena itu, tidak peduli apa yang kau tanyakan padanya, jawabannya akan selalu "ya, aku jatuh cinta", dan itu menyebabkan para teman seperjalanannya memutuskan untuk membuat perubahan, yang akhirnya membawa Subaru pada keadaan sulit kali ini.
“Aku bisa terima kalau aku harus ditemani oleh penjaga karena aku telah banyak mengacau.. Tapi setidaknya bisakah kita tidak bergandengan tangan seperti ini ?"
"Hmph, jadi itu yang kau katakan? Meskipun ketika di desa kau berusaha mati-matian dengan hal-hal mengenai 'kencan' itu dan ingin aku untuk bergandengan tangan denganmu."
Terhibur dengan Subaru yang memohon-mohon, Emilia terlihat seperti menikmati reaksi Subaru ketika dia mengejeknya. Dihadapkan dengan kejadian beberapa hari yang lalu itu, Subaru pun mengerang 'Uguu'
"Itu berbeda!! Saat itu seperti kekuatan ku sedang dalam puncaknya. Tapi sekarang kekuatanku benar-benar habis, aku lemah, aku tak berguna."
Menutupi wajahnya dengan tangan satunya, Subaru menggertakkan giginya, mengutuk dirinya sendiri atas ketidakmampuannya mengambil kesempatan langka didepan matanya ini. Dan juga, fakta bahwa dia dipaksa untuk menyesali perbuatannya menjadi beban berat dipikirannya. Sebagai hasil dari pikirannya yang bercampur aduk, gambaran menyedihkan dari dirinya sangat sulit untuk dilihat.
“Well, selain itu..."
Subaru dengan mudah mengabaikan pemikiran kacaunya ketika Emilia menatap pada keramaian di depannya. Emilia menggunakan tangannya yang satunya untuk menarik tudungnya lebih jauh agar bisa lebih menyembunyikan wajahnya, tidak lupa dia juga menjaga jarak dari sekitarnya dan mencegah agar tidak dikenali siapapun.
Itu adalah sedikit tingkah gugupnya, tapi disana bukanlah sesuatu yang harus benar-benar dia waspadai. Memang benar, dulu pernah ada sebuah kasus dimana lencananya telah dicuri. Karena tempat kejadiannya sama, wajar baginya untuk untuk menjadi waspada dan tidak boleh lengah.
"Subaru apa kau ingat dimana letak toko yang kau bicarakan itu?"
"Yeah, entah bagaimana, karena kita sudah datang sejauh ini, kupikir kita harus segera kesana, mungkin."
Mengalihkan perhatiannya dari tangannya yang saat ini sedang digandeng, dia mencoba mengabaikan krisis yang terjadi terhadap tangannya yang berkeringat. Dia mengangguk menanggapi kata-kata Emilia, menatap pada kerumunan orang itu dan mencoba membangkitkan ingatannya lagi. Sejujurnya, hanya dari melewati pemandangan yang familiar baginya, kurang lebih dia bisa mendapat gambaran, meskipun dia tidak bisa mengatakannya dengan pasti. Meskipun begitu, ini sudah keempat kalinya dia melewati jalan yang sama ini. Menarik tangan Emilia ketika mereka berjalan, keragu-raguannya menghilang seiring mereka melewati jalanan, yang masing-masing memberikan perasaan tidak asing.
Mengikuti ingatannya saat mereka sampai di dekat toko itu, ingatan Subaru yang samar-samar pun menjadi lebih jelas. Pintu masuk toko itu terlihat sederhana, sudah termakan oleh usia, dan tidak ada fitur istemewa yang bisa menarik mata orang-orang untuk mengunjunginya. Bagaimanapun ada satu bagian yang mencolok dari semua itu, papan nama yang di cat dengan warna mencolok, dan sepertinya telah dibuat ulang dengan lapisan cat yang baru.
Terakhir kali Subaru melihat papan nama itu, dia tidak bisa melihat tulisan apapun selain coretan anak-anak, sekarang setelah dia mempelajari bagaimana membaca tulisan di dunia ini, dia bisa mengatakan kalau 'Kadomon' adalah kata yang tertulis diatasnya. Apakah itu nama seseorang atau sesuatu? Subaru pun penasaran dengan nama toko itu. Dan kemudian...
"Kita sudah sampai, aman dan tentram."
"Disini ?"
"Yeah. Apa,bagiku ini lebih emosional dari yang kuduga oi."
Akhirnya bisa sampai ditoko itu setelah melewati berbagai rintangan, Subaru menganguk dan menanggapi komentar singkat Emilia.
Melihat-lihat ke pintu masuknya, mereka berdua menyadari si penjaga toko sedang sibuk bekerja di dalam. Menolehkan kepalanya, pria itu melihat kearah mereka. Melihat wajahnya, Emilia menggenggam tangan Subaru sedikit lebih erat.
Subaru tersenyum masam melihat ekspresi Emilia yang sudah bisa ditebak itu. Memang, penampilan orang ini memberikan sedikit kesan buruk. Dia menjadi minder seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Memang benar di bagian kiri wajah pria paruh baya ini terdapat bekas luka panjang yang bahkan mencapai dagunya, dengan tubuh besar dan berototnya sulit untuk membayangkan kalau dia tidak pernah terlibat dengan suatu masalah yang perlu dipertanggungjawabkan.
"Maa, meskipun dia mencoba untuk terdengar kasar, dia sebenarnya adalah karakter tsundere dengan bekas luka diwajahnya yang akan berakhir dengan menolong orang asing tanpa dia sadari."
Setiap kali dia mati dan mengulang lagi, empat kali lebih tepatnya, wajah orang ini selalu menyapanya ketika dia kembali. Meskipun orang ini kadang memperlakukannya dengan dingin, Subaru tau berdasarkan pengalamannya sendiri, selain penampilannya, orang ini adalah orang baik-baik.
Kalau dikipir-pikir lagi, kau bisa mengatakan kalau orang ini adalah titik awal Subaru di dunia ini. Memikirkan bagaimana orang ini secara teknik adalah orang pertama yang ditemuinya setelah datang ke dunia ini, membuat hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan.
"Selamat datang!"
Menganggap pasangan ini sebagai pelanggan, penjaga toko itu menyapa dengan keras dan menolehkan wajah jahatnya pada mereka dengan sebuah senyum. Mata mereka bertemu. Tiba-tiba semua suara seperti menghilang dari dunia ini, dia bisa merasakan waktu seperti berjalan lambat disekitarnya. Seolah dunia itu sendiri telah menghilang, Subaru merasa terisolasi, seperti hanya dia dan penjaga toko itu yang masih tersisa di dunia ini.
Kemudian,
"Apa kau mengingatku?"
Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir Subaru yang bergemetaran, dipenuhi dengan kecemasan dan pengharapan.
Penjaga toko itu terkejut dengan kata-kata Subaru, matanya menyipit menatap Subaru, seolah-olah sedang menggali ingatannya. Ditatap oleh pupil berwarna coklat gelap itu, Subaru merasa seperti hampir tersedot kedalamnya ketika dia menunggu jawabannya dengan diam. Dengan mengeratkan genggaman tangannya, perasaan Subaru tersampaikan pada Emilia melalui tangannya. Menelan ludahnya, Emilia juga menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan kedua orang itu selanjutnya.
Perlahan membuka mulutnya, penjaga toko itu berkata..
“Tidak, aku tidak tau. Siapa kau?"
Dengan begitu mudahnya, Subaru telah dibuang dan dilupakan begitu saja.
Salah satu alasan Emilia menemani Subaru ketika mereka berjalan-jalan di ibukota adalah agar Subaru benar-benar menepati janji yang mereka buat. Mereka sebenarnya bisa menghentikan Subaru ketika dia memaksa untuk ikut mereka, tapi menghadapi sikap Subaru yang keras kepala ini adalah kesepakatan yang mereka buat.
Dengan serangkaian kejadian itu, Subaru akhirnya mendapatkan izin, dia cukup bersemangat yang mungkin saja bisa membuat dia mulai terbang, tapi setelah terikat oleh janji yang dia buat di kereta (mungkin juga ingatannya menjadi tidak jelas karena muntahnya), kalau tindakan seenaknya sepenuhnya dilarang. Hal itu membuat dia sengsara.
Sebagai hasilnya dia kini harus pergi bersama Emilia atau lebih tepatnya dibawa oleh Emilia. Tersiksa karena stressnya, hatinya terasa seperti akan meledak karena malu. Inikah apa yang disebut dengan 'memenuhi janji'.
Meskipun kecemasannya telah memuncak, menghadapi reuni yang tidak berjalan dengan baik ini, Subaru menyilangkan tangannya dengan sombong.
"Aku datang kesini mencoba untuk menahan sisi berniagaku dan begini caramu memperlakukanku? Aku dengan tegas meminta perlakuan yang lebih baik!"
"Meskipun kau bilang begitu, Nii-chan."
Lelah menghadapi wajah Subaru yang dipenuhi dengan kejengkelan, penjaga toko itu tersenyum pahit. Sambil melihat Subaru seperti seorang pengganggu,
"Dua minggu yang lalu, dan kita hanya berbicara sebentar katamu? Nah karena kau mengatakan itu, aku ingat samar-samar sesuatu seperti itu..."
Penjaga toko itu menutup matanya, menyentuh bekas lukanya sambil mencari-cari keping ingatannya. Terlihat jelas dia sedang berusaha keras untuk mengingatnya, dari kesungguhannya ini, kau bisa mengatakan kalau dia adalah orang baik, Subaru yang masih dalam keadaan kaget tidak akan bisa menyadari kebaikannya ini. Melihat Subaru yang masih berkutat dengan pemikirannya, Emilia memanggil penjaga toko itu dan mengatakan "tolong jangan terlalu memaksakan diri”
Melihat penjaga toko itu membuka matanya, Emilia membenarkan posisi nya, suaranya terdengar pelan ketika dia menautkan kedua alisnya.
"Maaf, dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak beralasan. Aku tidak menyangka kalau ini hanyalah janji sepihak yang dia buat...."
"Hey hey, Emilia-tan, itu jelas-jelas hanyalah alasan yang dia buat. Ini adalah janji yang dibuat antara dua orang pria. Tidak peduli apapun keadannya, jika seorang pria tidak melakukan apapun yang dia bisa untuk menepatinya, maka mereka bukanlah pria sejati... Serius ini, ini adalah semangat pria dari Stalingrad."
Subaru terus memprotes penjaga toko itu tanpa henti. Melihat Subaru seperti itu Emilia menatapnya tajam agar dia menutup mulutnya, dia mengerutkan bibirnya seperti saat dia sedang marah.
"Subaru, berhenti mengharapkan hal-hal yang aneh. Kau sudah bertemu orang ini berapa lama? Ini adalah ibukota, bukan sebuah toko desa di dekat mansion."
"Oi oi, jangan berlagak pak tua. Dengan wajah menakutkanmu itu, tidak mungkin bisnismu akan sukses... “Ouch ouch, maafkan aku!!"
Akhirnya Emilia menghukumnya atas perkataan kasarnya itu. Setelah telinganya di jewer, Subaru segera mengibarkan bendera putih, penjaga toko itu melihat Emilia takjub, dan kemudian menghela nafas panjang.
"Nii-chan, melihat betapa kasarnya kau ini.. Ah aku ingat!!"
Seolah penjaga toko itu telah mendapatkan sebuah kesimpulan, dia mengayun-ayunkannya tangannya secara kasar, menunjuk mereka.
"Kau kan anak yang yang tidak punya uang itu. Kau pergi tanpa membeli apapun, dasar anak tak tau terima kasih..."
"Aku berjanji akan membeli appa kalau aku kesini lagi kan? Ya kan? Ya kan?"
Subaru dengan bahagia melompat-lompat karena telah diingat oleh orang itu, mengambil tangan Emilia yang menjewer telinga nya, dia memegang kedua tangan Emilia dan mulai menari-nari. Emilia menjadi bingung karena langkah tidak biasa Subaru yang membuatnya mendekat pada Subaru. Penjaga toko itu, menunjukan giginya dengan seringai lebar, "benar, benar!!"
"Aku mengerti, kau merasa seperti punya kewajiban, jadi kau datang kesini untuk membeli sesuatu. Baiklah, aku dalam mood yang bagus hari ini jadi aku akan memberi penawaran special. Bagaimana menurutmu dengan 1 appa untuk 2 tembaga, dan 20 appa untuk 38 tembaga?"
"Aramaa, penawaran yang bagus! Itu berarti jika kami membeli 200 appa harganya jadi 380 tembaga kan? Ini benar-benar luar biasa Emilia-tan."
"Itu hanya berlaku jika kita membeli 200 appa... Dan jangan membuatku menari di depan umum, ini memalukan."
Subaru melebih-lebihkan kemampuan berniaganya. Emilia melepaskan tangannya dari Subaru dan menghentikan tariannya. Tapi segera setelahnya, setelah sejenak berpikir, dia memegang tangan Subaru lagi. Benar-benar pribadi yang serius.
"Maa, kita lupakan saja hal itu, aku hanya akan membeli beberapa appa. Aku sudah menanti-nantikannya... Well, aku juga sudah makan beberapa tadi."
Setiap kali dia kembali dari kematian, dia selalu berhadapan dengan appa itu dan juga selalu makan satu buah setelah sarapan. Tidak mungkin untuk mengabaikannya. Ngomong-ngomong, appa adalah apel, dia mencobanya sekali dan sama sekali tidak ada perbedaan dengan apel di dunianya. Satu-satunya perbedaanya hanyalah perbedaan kecil pada penamaannya.
Ketika Subaru membayangkan dunianya seperti itu, si penjaga toko itu membawakan satu peti kayu yang berisi apel, dia mengeluarkan kantong untuk memberikan tanda kalau semuanya sudah siap. Kesampingkan semua kesan itu, seorang penjual selalu mempunyai pemikiran selama dia bisa menjual barang dagangannya, apapun tidak masalah.
"Jadi, kau akan beli berapa?"
"Kami akan beli 10. Aku sudah menepati janji kita bahkan lebih dari yang seharusnya."
Tersenyum melihat kedermawanan Subaru, penjaga toko itu mulai memasukkan apel merah itu kedalam kantong. Subaru berpikir kalau ini adalah waktu baginya juga untuk mempersiapkan uangnya. Dengan sangat menyesal dia harus melepaskan tangan Emilia (dia berubah menjadi sangat suka bergandengan tangan sekarang), menoleh pada Emilia, dia menyadari kalau Emilia sedang mencari-cari sesuatu didalam tasnya.
"Apa kau mencoba mengeluarkan dompetmu, Emilia-tan?"
Mengeluarkan tas kulit dari bajunya, Emilia memeriksa isi tasnya. Mendengar kata-lata Subaru, dia memiringkan kepalanya dengan tampang kebingungan.
"Apa maksudmu... Jika aku tidak mengambil uang, bagaimana kita akan membayarnya?"
"Bukan begitu, bukankah ini aneh kalau Emilia-tan yang membayar? Yang berbelanja itu aku, jadi wajar bagiku kalau aku yang membayar.. Hey, wajah penuh luka, kenapa kau menatapku seperti itu!"
Ketika dia memaksa Emilia kalau dia yang akan membayarnya, karena beberapa alasan, penjaga toko itu memicingkan matanya.
Mengabaikan tuduhan Subaru, penjaga toko itu menggelengkan kepalanya,
"Aku sangat yakin kalau aku bilang kau boleh datang kesini kalau sudah punya uang... Membawa seorang gadis agar dia bisa membayar untukmu, aku tidak bisa menyetujuinya."
"Tidakkah kau lihat perselisihan kami tadi? Aku bilang aku yang akan membayar! Serius, aku yang akan membayarnya!!"
“Meskipun kau bilang begitu, aku tidak melihat kau mencoba mengeluarkan dompetmu. Aku yakin kau adalah orang-orang seperti itu, yang berpura-pura seperti kau akan membayar ketika didepan gadis agar bisa terlihat keren."
"Aku hanya lambat saja, apa-apaan dengan penjelasan yang tidak sopan itu? Aku tidak sebegitu buruknya yang akan membiarkan diriku menjadi manja seperti itu."
Mengeluh terhadap anggapan penjaga toko itu, Subaru dengan cepat mengeluarkan dompetnya. Dia benar-benar tidak bermaksud ingin dibayari kalau hanya untuk beberapa hari, tapi ketika mereka masih mempersiapkan perjalanan ke ibukota, Roswaal memberinya beberapa tambahan gaji sehingga dia punya uang lebih banyak. Itu adalah jumlah yang lumayan besar, seperti yang duga dari seorang bangsawan. Subaru bergemetaran mengetahui betapa tinggi gajinya.
Dan mungkin juga, gaji kali ini adalah bayaran untuk kontribusi Subaru dalam memecahkan masalah binatang buas di hutan pada waktu itu, dia tidak menyangka Roswaal akan melakukan hal seperti itu. Dunia ini tidak mempunyai sesuatu seperti bank, jadi dia tidak tidak bisa memastikan berapa jumlahnya, tapi sebenarnya Subaru secara di-diam menyisihkan sejumlah uang. Meskipun orang yang yang dibicarakan itu tidak tau mengenai hal ini.
"Jika satu appa harganya dua keping tembaga... Bagaimana kalau 10 appa untuk 2 keping perak?"
"Oi oi, jangan bilang kau tidak tau nilai perbandingan pertukaran uang? Sekarang ini 1 keping perak setara dengan 9 keping tembaga."
"Kalau begitu.. Jadinya 2 keping perak ditambah 2 keping tembaga. Ini."
Koin-koin itu bergemerincing ketika dia mengeluarkan mereka dari dompet kulit dan menyerahkannya pada si penjaga toko itu. Ketika penjaga toko itu menatapnya takjub, Subaru memiringkan kepalanya kebingungan melihat tingkah si penjaga toko.
"Ada apa?"
"Aku akan mengatakannya sendiri. Nii-chan, kau harusnya tidak percaya pada orang asing sebegitu gampangnya. Perubahan nilai pertukaran uang tertera di gerbang masuk pasar, tertulis di sebuah papan. Kau datang kesini tanpa membaca itu.. Kau akan jadi mangsa bagi para penjual yang tidak jujur.”
Penjaga toko itu memperingatkannya, daripada jujur itu lebih tepat kalau disebut khawatir. Mendengar hal ini Subaru paham maksudnya dan menganggukan kepalanya, 'ahh'.
Memang benar, Subaru akan percaya pada orang itu seperti halnya saat ini, dan itu memang terbayar. Didunianya yang sebelumnya, semuanya mempunyai harga yang pasti sehingga kau akan punya kepercayaan diri dalam menjual ataupun membeli, sepertinya itulah yang membuatnya terlalu percaya pada orang lain. Kalau ditoko-toko sekitar desa orang-orangnya tidaklah selicik itu, jadi ide-ide seperti menipu tidak akan ada, tapi suka atau tidak, beginilah ibukota. Kota terbesar diseluruh negeri. Tentu saja akan ada orang yang punya niat jahat, tidak ada yang aneh mengenai hal itu.
"Man, kau benar-benar orang yang baik."
Saling tersenyum, Subaru menunjukkan rasa kagumnya pada karakter yang punya luka diwajahnya ini.
Dia melambaikan tangannya dengan keras, "Hentikan itu!!"
"Ini bukanlah sesuatu yang kulakukan dengan sengaja. Ini hanya terjadi ketika ada pelanggan yang datang kesini untuk menepati janjinya, ini akan membuat tidurku nyenyak, jika aku tau kalau nereka tidak pingsan disuatu jurang yang entah ada dimana. Paham?"
"Aku mengerti, kau adalah pria tsundere."
"Cepat ambil ini dan segera enyah dari sini! Terima kasih sudah membeli."
Pertama perkataan yang kasar, lalu yang kedua seperti memperlakukan pelanggan seperti dewa. Melihat penjaga toko itu, Subaru tertawa dari dalam lubuk hatinya sambil mengambil sekantong appa. Menunjukan jalan pada Emilia dengan menggandeng tangannya mereka pergi meninggalkan toko itu. Kupikir jika kami tinggal sedikit lebih lama lagi, kami pasti akan mengganggu bisnis orang ini.
"Terima kasih pak tua. Sampai jumpa lagi jika takdir mengizinkannya."
"Jika kau ingin membeli sesuatu lagi, kami akan menyambutmu kapan saja. Sampai jumpa!"
Dia melambaikan tangannya dengan malas pada kami, seolah-olah menyuruh kami untuk pergi. Ketika kami semakin menjauh, keramaian mulai menghalangi pandangan kami sampai sosok penjaga toko itu sepenuhnya menghilang.
Subaru memeriksa kantong itu lagi dan menoleh pada Emilia yang terus diam dari tadi."
"Arere, ada apa Emilia-tan?"
“――――”
"Apa kau benar-benar marah karena kau tidak bisa membayarnya? Kau tau, membiarkanmu memperlakukanku seperti itu disana akan terlihat buruk. Aku akan menjadi pria yang meminta-minta pada seorang wanita... Tunggu dulu. Bukankah akan lebih menakjubkan jika kita berdua menghabiskan uang kita masing-masing dan membeli hadiah?? Sialan! Aku seharusnya membiarkan Emilia-tan membeli appa itu sehingga aku bisa membelikan sesuatu yang bagus untuknya."
Seperti sebuah bel, atau sebuket karangan bunga, atau... Satu-satunya hal yang ada dikepalanya hanyalah hal-hal berlebihan yang biasanya muncul di game bishoujo. Ketika Subaru membayangkan hal-hal itu, Emilia menggelengkan kepalanya menandakan tidak.
"Subaru, kau benar-benar cepat dalam berhitung."
“Eh?”
"Ketika kau berbicara dengan orang berwajah menakut... Ah maaf. Ketika kau berbicara pada pedagang itu mengenai uang, kau melakukan perhitungan dengan cepat. Aku juga tau jawabannya, tapi itu masih lah sangat luar biasa.”
"Jadi begitu pemikiranmu yang sebenarnya, aku bisa mengerti betapa kagumnya dirimu. Hmm.. Jadi aku hebat dalam matematika ya?"
Ini benar-benar melebihi ekspetasi Subaru. Subaru tidak pernah berpikir kalau dia sepintar itu, tapi sepertinya bukan begitu. Ini adalah perbedaan antara pendidikan rata-rata disini melawan pendidikan modern di Jepang. Dia telah mendengar sesuatu seperti ini didunianya sebelumnya, kalau Jepang termasuk sangat bagus dalam hal matematika... Subaru menerima hal itu dengan sebuah anggukan.
"Hehehe, hanya memikirkan tentang kepandaianku, hati Emilia-tan pasti akan meledak. Kurasa memang benar kalau di setiap masa, seorang pria harus mempunyai nyali dan kepandaian. Astaga, apakah kemampuanku akhirnya muncul juga?"
Sekarang aku mengerti keadaanya, aku akan tetap terus menjadi keren dan tidak sombong. Itulah aku, Natsuki Subaru.
Dia memikirkan penghargaannya itu dengan bangga, meskipun tidak semua penghargaan itu karena usahanya sendiri. Gaya hidupnya yang sangat suka bersenang-senang didunia ini baru saja dimulai.
"Aku akan bertarung dengan sebuah sempoa, dan mengangkat tirai petualangan matematika di dunia fantasi ini. Mengetahui perubahan kecil dipasar aku akan... Ini sangat sulit!! Semangatku patah."
Dia selesai dengan itu. Berakhir sudah. Dia tidak punya pengatahuan yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu seperti sempoa di dunia tanpa sempoa. Dan bahkan dia tidak punya pengaruh untuk membuat hasil temuannya menjadi terkenal. Sejak awal, satu-satunya keahlian Subaru hanyalah di bidang seni.
"Pendakianku ini bahkan belum dimulai.. Dipegunungan sempoa yang sangat sangat tinggi ini."
"Subaru kau benar-benar... Aku tidak bisa bilang apakah ini menakjubkan atau tidak menakjubkan."
Setelah mengangkat tirai petualangannya, tirai tersebut segera diturunkan kembali, melihat Subaru seperti ini Emilia menghela nafas dengan lelah sambil meletakkan tangannya si keningnya. Setelah jeda sesaat, dia menggelengkan kepalanya dan mengisi energi nya kembali, "baiklah" dia mulai berbicara.
“Janji yang harus kita penuhi, selanjutnya adalah..."
"Aa, rumah jarahan kan?"
Perkampungan kumuh. Mengingat insiden yang terjadi saat hari pertama dia dipanggil, Subaru menggenggam tangan Emilia lebih erat, untuk merasakan kehangatan dari tangannya.
"Kalau begitu, apa tidak apa-apa jika hanya aku yang menemanimu sampai disana? Jika boleh jujur, aturan umum disana benar-benar sangat buruk dan ada penjahat disana sini, itu sedikit mengkhawatirkan kalau seorang kandidat raja pergi sendirian..."
"Meskipun jika kau bilang begitu, tidak peduli kemana aku pergi, itu tidak akan ada bedanya."
Emilia mengerutkan dahinya melihat Subaru menanyakan hal itu ketika mereka sudah sejauh ini, dengan jarinya dia perlahan memegang tudung yang menutupi rambut peraknya.
"Aku punya ini untuk mencegah orang-orang mengenaliku, banyak orang yang tidak bisa mengenali identitasku. Ini bukanlah benda buatan penyihir kerajaan yang hanya digunakan untuk pertunjukan tau. Benda ini benar-benar luar biasa."
"Buatan Ros-chi.. Entah bagaimana mendengar itu membuat nilainya sedikit berkurang di dalam pikiranku."
"Hey, kau harusnya tidak mengatakan hal itu, itu adalah sesuatu yang ingin kukatakan."
Berusaha untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan, Emilia menjulurkan lidahnya dengan malu-malu. Mendapatkan dampak dari serangan manisnya yang mengejutkan itu, Subaru memegangi dadanya seolah-olah jantungnya ingin meledak.
"E.M.F!"
(Emilia-tan major fairy!)
"Ya ya, kau mengatakan sesuatu yang tidak ku mengerti lagi. Aku mulai berpikir daripada aku, ada orang lain lagi yang lebih baik bersamamu."
Menganggap pujian Subaru sebagai sebuah lelucon, Emilia hanya bisa tertawa. Melihat dia tertawa dengan lemah, Subaru menggelengkan kepalanya, "Oi,oi"
"Kau masih saja mengatakan hal itu? Aku sudah bilang berkali-kali kalau Emilia-tan lah satu-satunya orang yang ingin ku kencani. Bagaimana caranya agar ini bisa tersampaikan padamu?"
"Aku berpikir seharusnya kau tidak mengatakan perasaanmu semudah itu. Dengan pasangan yang tepat, dan dengan perilaku yang tepat, kau harus memilih kata-kata yang tepat pula. Janji?"
Menganggap kata-kata Subaru hanya sebagai hiasan dari sebuah jurang, Emilia menutup topik pembicaraanya dengan cepat. Dengan dinding diantara mereka seperti ini, Subaru pun tidak bisa melangkah lebih jauh lagi. Memang, satu-satunya cara yang bisa dia pikirkan untuk lebih menunjukan rasa sayangnya lebih dari ini hanyalah dengan mengungkapkan isi hatinya sepenuhnya.
"Menghadapi rintangan setinggi itu, rendahnya peluang sukses dan tanpa membuat persiapan apapun, ini sepertinya bukanlah sesuatu yang bisa ku peroleh dengan nyali saja."
Sejak awal, Motto Subaru adalah tidak bertarung dalam pertarungan yang tidak bisa dia menangkan. Subaru membuat alasan seperti itu agar bisa melarikan diri dari menghadapi Emilia disini. Ketika berhadapan dengan dinding ini, daripada memutarinya atau menembusnya, lebih baik mundur!! Seperti itulah jarak diantara Subaru dan Emilia terhalangi oleh sebuah dinding.
"Nn, kalau begitu, uhuk, bisakah kita segera pergi menuju rumah jarahan?"
Terbatuk untuk membersihkan tenggorokannya, Subaru menarik dirinya bersamaan. Setelah memutuskan untuk pergi ke tempat selanjutnya, bibir Subaru melengkung keatas. Emilia bertanya-tanya melihat reaksinya ini.
"Bukan apa-apa kok, hanya saja saat aku memeriksa jumlah appanya lagi, ternyata ada 11 buah."
Bulat, besar, dan matang berwarna merah cerah. Jumlah total buah itu ada 11. Orang yang memasukkan buah itu kedalam kantong adalah penjaga toko itu sendiri, Subaru tidak bisa membayangkan kalau dia salah menghitung, yang mana itu berarti....
"Yah, orang tua itu memang orang yang sangat sangat baik."
Kata Subaru sambil menutup kantong itu lagi, dia tertawa ketika mengingat orang berwajah menyeramkan itu lagi.
Perasaan samar-samar yang dirasakannya sebelumnya kini menjadi jelas.
Yep, menepati janji seperti ini adalah pilihan yang tepat.
Kecepatannya, rasa sakit yang disebabkannya, hanyalah sebuah ilusi. Suara detak jantungnya menjadi lebih keras tanpa henti. Jika kau tidak mendengarkannya dengan seksama, yang terdengar hanyalah suara riuh keramaian, akan tetapi, di antara suara riuh tersebut, sebuah suara terdengar, bergema dengan keras.
Dibawah lapisan udara terbuka, jalanan utama terlihat sedang dalam kondisi sibuk-sibuknya. Gelombang manusia berlalu-lalang dengan jumlah yang besar, tak kalah dengan saat terakhir kali dia melihatnya. Bermacam-macam Ras saling berbaur, gaya rambutnya terlihat eksentrik, dan penampilannya dipenuhi dengan warna yang cerah.
Didunia ku sebelumnya, aku terlihat seperti orang kebanyakan dan bisa berbaur dengan keramaian, disini sepertinya rambut hitam sangatlah tidak biasa, melihat dikeramaian itu, aku tidak bisa menemukan orang lain dengan rambut sepertiku. Warna rambut paling umum sepertinya adalah pirang, dengan putih dan biru diposisi kedua, jumlah orang dengan rambut berwarna hijau berada jauh dibawah, dan hanya ada satu atau dua orang dengan warna pink. Seperti yang aku kira, diantara orang-orang ini, aku tidak bisa menemukan satu orang pun dengan rambut perak yang begitu bersinar.
Dengan kata lain, di jalanan yang ramai ini, Subaru berdiri sendirian tanpa ada sekutu nya sebagai pemilik rambut berwarna hitam. Pasangan yang biasa, yang satu dengan rambut hitam dan yang lainnya dengan rambut berwarna perak. Selain itu, mereka berdua...
"Ja-jawab Emilia-tan.. Aku tau ada banyak alasan untuk ini, tapi bisakah kita berhenti melakukan ini?"
Subaru bertanya dengan gugup, keringat dingin mengucur dari dahinya, sementara orang yang lainnya tersenyum sedang didalam mood yang bagus. Apa yang Subaru maksud, adalah tangan mereka yang saling bergandengan ketika mereka sedang berjalan.
Pasangan tersebut berjalan melewati kerumunan orang dengan tangan bergandengan. Ketika orang asing melihat mereka, mereka terlihat seperti pasangan yang mesra. Normalnya hal ini adalah sesuatu yang Subaru harap-harapkan tapi,
"Tidak bisa!! Karena ini adalah Subaru, jika aku mengalihkan sedikit saja pandanganku, kamu pasti akan pergi dan melakukan hal yang konyol lagi. Selama kita berada di ibukota, aku tidak akan membiarkamu bertingkah sesukamu, paham?"
"Aku minta maaf karena telah bersikap bodoh saat di kereta! Aku benar-benar menyesalinya! Lebih keras daripada lautan, lebih dinamis daripada pegunungan!! Tapi tapi tapi!! Jika kita terus begini, kekhawatiranku akan mencapai Mach 1."
Tidak ada sedikitpun rasa kepercayaan yang terlihat dimata Emilia ketika Subaru mengayunkan tangan Emilia keatas dan kebawah sambil melakukan pembelaan. Karena sekarang, mereka sedang bergandengan tangan, jantung Subaru seperti akan segera meledak. Sendi-sendinya terasa sakit karena kegugupannya, dia pasrah tapi juga khawatir karena telapak tangannya dipenuhi dengan keringat.
Setelah percobaan Subaru untuk keluar dari kereta ditengah perjalanannya, Subaru yang pingsan, tersadar oleh sensasi lembut seperti berada dalam pangkuan seseorang.
Tepat diatasnya, pemilik dari pangkuan tersebut, yaitu Roswaal. Subaru merasa jijik ketika sadar dari siapa dia menerima bentuk kasih sayang tersebut. Apa yang menangkap Subaru ketika jatuh dari udara adalah Rem. (Itu sangat menakjubkan, dia bisa melakukannya ketika berada ditengah-tengah perjalanan dengan kecepatan yang tinggi. Untuk gadis ini, Subaru memberikan pujian untuknya secara diam-diam karena telah menyelamatkan hidupnya) Setelah menangkap Subaru, orang yang merawatnya adalah Roswaal, karena pada waktu itu mood Emilia sedang jelek. Ketika Subaru bangun, "duduklah disebelah sana!" Emilia memerintahkan dan memberikan omelan yang sangat sangat panjang.
Lagipula…
"Itu sudah 180° penuh setelah aku tak terhubung dengan perlindungan suci itu, dan dari situ, aku sudah tidak terlindungi sama sekali dan itu sangat menyusahkan. Menghadapi kecepatan dan getaran seperti itu selama satu setengah jam... akhirnya aku memuntahkan semua isi perutku."
Sebagai hasil dari kunjungan tengah malamnya ke dapur di malam sebelumnya, apa yang keluar hanyalah mayonaise. Dan setelah omelan Emilia memenuhi kepalanya sampai tidak ada hal lain yang bisa masuk kedalamnya. Dari situ dia merasa kalau dia harus benar-benar menjaga perilakunya. Subaru telah masuk dalam keadaan benar-benar pusing. Oleh karena itu, tidak peduli apa yang kau tanyakan padanya, jawabannya akan selalu "ya, aku jatuh cinta", dan itu menyebabkan para teman seperjalanannya memutuskan untuk membuat perubahan, yang akhirnya membawa Subaru pada keadaan sulit kali ini.
“Aku bisa terima kalau aku harus ditemani oleh penjaga karena aku telah banyak mengacau.. Tapi setidaknya bisakah kita tidak bergandengan tangan seperti ini ?"
"Hmph, jadi itu yang kau katakan? Meskipun ketika di desa kau berusaha mati-matian dengan hal-hal mengenai 'kencan' itu dan ingin aku untuk bergandengan tangan denganmu."
Terhibur dengan Subaru yang memohon-mohon, Emilia terlihat seperti menikmati reaksi Subaru ketika dia mengejeknya. Dihadapkan dengan kejadian beberapa hari yang lalu itu, Subaru pun mengerang 'Uguu'
"Itu berbeda!! Saat itu seperti kekuatan ku sedang dalam puncaknya. Tapi sekarang kekuatanku benar-benar habis, aku lemah, aku tak berguna."
Menutupi wajahnya dengan tangan satunya, Subaru menggertakkan giginya, mengutuk dirinya sendiri atas ketidakmampuannya mengambil kesempatan langka didepan matanya ini. Dan juga, fakta bahwa dia dipaksa untuk menyesali perbuatannya menjadi beban berat dipikirannya. Sebagai hasil dari pikirannya yang bercampur aduk, gambaran menyedihkan dari dirinya sangat sulit untuk dilihat.
“Well, selain itu..."
Subaru dengan mudah mengabaikan pemikiran kacaunya ketika Emilia menatap pada keramaian di depannya. Emilia menggunakan tangannya yang satunya untuk menarik tudungnya lebih jauh agar bisa lebih menyembunyikan wajahnya, tidak lupa dia juga menjaga jarak dari sekitarnya dan mencegah agar tidak dikenali siapapun.
Itu adalah sedikit tingkah gugupnya, tapi disana bukanlah sesuatu yang harus benar-benar dia waspadai. Memang benar, dulu pernah ada sebuah kasus dimana lencananya telah dicuri. Karena tempat kejadiannya sama, wajar baginya untuk untuk menjadi waspada dan tidak boleh lengah.
"Subaru apa kau ingat dimana letak toko yang kau bicarakan itu?"
"Yeah, entah bagaimana, karena kita sudah datang sejauh ini, kupikir kita harus segera kesana, mungkin."
Mengalihkan perhatiannya dari tangannya yang saat ini sedang digandeng, dia mencoba mengabaikan krisis yang terjadi terhadap tangannya yang berkeringat. Dia mengangguk menanggapi kata-kata Emilia, menatap pada kerumunan orang itu dan mencoba membangkitkan ingatannya lagi. Sejujurnya, hanya dari melewati pemandangan yang familiar baginya, kurang lebih dia bisa mendapat gambaran, meskipun dia tidak bisa mengatakannya dengan pasti. Meskipun begitu, ini sudah keempat kalinya dia melewati jalan yang sama ini. Menarik tangan Emilia ketika mereka berjalan, keragu-raguannya menghilang seiring mereka melewati jalanan, yang masing-masing memberikan perasaan tidak asing.
Mengikuti ingatannya saat mereka sampai di dekat toko itu, ingatan Subaru yang samar-samar pun menjadi lebih jelas. Pintu masuk toko itu terlihat sederhana, sudah termakan oleh usia, dan tidak ada fitur istemewa yang bisa menarik mata orang-orang untuk mengunjunginya. Bagaimanapun ada satu bagian yang mencolok dari semua itu, papan nama yang di cat dengan warna mencolok, dan sepertinya telah dibuat ulang dengan lapisan cat yang baru.
Terakhir kali Subaru melihat papan nama itu, dia tidak bisa melihat tulisan apapun selain coretan anak-anak, sekarang setelah dia mempelajari bagaimana membaca tulisan di dunia ini, dia bisa mengatakan kalau 'Kadomon' adalah kata yang tertulis diatasnya. Apakah itu nama seseorang atau sesuatu? Subaru pun penasaran dengan nama toko itu. Dan kemudian...
"Kita sudah sampai, aman dan tentram."
"Disini ?"
"Yeah. Apa,bagiku ini lebih emosional dari yang kuduga oi."
Akhirnya bisa sampai ditoko itu setelah melewati berbagai rintangan, Subaru menganguk dan menanggapi komentar singkat Emilia.
Melihat-lihat ke pintu masuknya, mereka berdua menyadari si penjaga toko sedang sibuk bekerja di dalam. Menolehkan kepalanya, pria itu melihat kearah mereka. Melihat wajahnya, Emilia menggenggam tangan Subaru sedikit lebih erat.
Subaru tersenyum masam melihat ekspresi Emilia yang sudah bisa ditebak itu. Memang, penampilan orang ini memberikan sedikit kesan buruk. Dia menjadi minder seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Memang benar di bagian kiri wajah pria paruh baya ini terdapat bekas luka panjang yang bahkan mencapai dagunya, dengan tubuh besar dan berototnya sulit untuk membayangkan kalau dia tidak pernah terlibat dengan suatu masalah yang perlu dipertanggungjawabkan.
"Maa, meskipun dia mencoba untuk terdengar kasar, dia sebenarnya adalah karakter tsundere dengan bekas luka diwajahnya yang akan berakhir dengan menolong orang asing tanpa dia sadari."
Setiap kali dia mati dan mengulang lagi, empat kali lebih tepatnya, wajah orang ini selalu menyapanya ketika dia kembali. Meskipun orang ini kadang memperlakukannya dengan dingin, Subaru tau berdasarkan pengalamannya sendiri, selain penampilannya, orang ini adalah orang baik-baik.
Kalau dikipir-pikir lagi, kau bisa mengatakan kalau orang ini adalah titik awal Subaru di dunia ini. Memikirkan bagaimana orang ini secara teknik adalah orang pertama yang ditemuinya setelah datang ke dunia ini, membuat hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan.
"Selamat datang!"
Menganggap pasangan ini sebagai pelanggan, penjaga toko itu menyapa dengan keras dan menolehkan wajah jahatnya pada mereka dengan sebuah senyum. Mata mereka bertemu. Tiba-tiba semua suara seperti menghilang dari dunia ini, dia bisa merasakan waktu seperti berjalan lambat disekitarnya. Seolah dunia itu sendiri telah menghilang, Subaru merasa terisolasi, seperti hanya dia dan penjaga toko itu yang masih tersisa di dunia ini.
Kemudian,
"Apa kau mengingatku?"
Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir Subaru yang bergemetaran, dipenuhi dengan kecemasan dan pengharapan.
Penjaga toko itu terkejut dengan kata-kata Subaru, matanya menyipit menatap Subaru, seolah-olah sedang menggali ingatannya. Ditatap oleh pupil berwarna coklat gelap itu, Subaru merasa seperti hampir tersedot kedalamnya ketika dia menunggu jawabannya dengan diam. Dengan mengeratkan genggaman tangannya, perasaan Subaru tersampaikan pada Emilia melalui tangannya. Menelan ludahnya, Emilia juga menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan kedua orang itu selanjutnya.
Perlahan membuka mulutnya, penjaga toko itu berkata..
“Tidak, aku tidak tau. Siapa kau?"
Dengan begitu mudahnya, Subaru telah dibuang dan dilupakan begitu saja.
XxxxX
Salah satu alasan Emilia menemani Subaru ketika mereka berjalan-jalan di ibukota adalah agar Subaru benar-benar menepati janji yang mereka buat. Mereka sebenarnya bisa menghentikan Subaru ketika dia memaksa untuk ikut mereka, tapi menghadapi sikap Subaru yang keras kepala ini adalah kesepakatan yang mereka buat.
Dengan serangkaian kejadian itu, Subaru akhirnya mendapatkan izin, dia cukup bersemangat yang mungkin saja bisa membuat dia mulai terbang, tapi setelah terikat oleh janji yang dia buat di kereta (mungkin juga ingatannya menjadi tidak jelas karena muntahnya), kalau tindakan seenaknya sepenuhnya dilarang. Hal itu membuat dia sengsara.
Sebagai hasilnya dia kini harus pergi bersama Emilia atau lebih tepatnya dibawa oleh Emilia. Tersiksa karena stressnya, hatinya terasa seperti akan meledak karena malu. Inikah apa yang disebut dengan 'memenuhi janji'.
Meskipun kecemasannya telah memuncak, menghadapi reuni yang tidak berjalan dengan baik ini, Subaru menyilangkan tangannya dengan sombong.
"Aku datang kesini mencoba untuk menahan sisi berniagaku dan begini caramu memperlakukanku? Aku dengan tegas meminta perlakuan yang lebih baik!"
"Meskipun kau bilang begitu, Nii-chan."
Lelah menghadapi wajah Subaru yang dipenuhi dengan kejengkelan, penjaga toko itu tersenyum pahit. Sambil melihat Subaru seperti seorang pengganggu,
"Dua minggu yang lalu, dan kita hanya berbicara sebentar katamu? Nah karena kau mengatakan itu, aku ingat samar-samar sesuatu seperti itu..."
Penjaga toko itu menutup matanya, menyentuh bekas lukanya sambil mencari-cari keping ingatannya. Terlihat jelas dia sedang berusaha keras untuk mengingatnya, dari kesungguhannya ini, kau bisa mengatakan kalau dia adalah orang baik, Subaru yang masih dalam keadaan kaget tidak akan bisa menyadari kebaikannya ini. Melihat Subaru yang masih berkutat dengan pemikirannya, Emilia memanggil penjaga toko itu dan mengatakan "tolong jangan terlalu memaksakan diri”
Melihat penjaga toko itu membuka matanya, Emilia membenarkan posisi nya, suaranya terdengar pelan ketika dia menautkan kedua alisnya.
"Maaf, dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak beralasan. Aku tidak menyangka kalau ini hanyalah janji sepihak yang dia buat...."
"Hey hey, Emilia-tan, itu jelas-jelas hanyalah alasan yang dia buat. Ini adalah janji yang dibuat antara dua orang pria. Tidak peduli apapun keadannya, jika seorang pria tidak melakukan apapun yang dia bisa untuk menepatinya, maka mereka bukanlah pria sejati... Serius ini, ini adalah semangat pria dari Stalingrad."
Subaru terus memprotes penjaga toko itu tanpa henti. Melihat Subaru seperti itu Emilia menatapnya tajam agar dia menutup mulutnya, dia mengerutkan bibirnya seperti saat dia sedang marah.
"Subaru, berhenti mengharapkan hal-hal yang aneh. Kau sudah bertemu orang ini berapa lama? Ini adalah ibukota, bukan sebuah toko desa di dekat mansion."
"Oi oi, jangan berlagak pak tua. Dengan wajah menakutkanmu itu, tidak mungkin bisnismu akan sukses... “Ouch ouch, maafkan aku!!"
Akhirnya Emilia menghukumnya atas perkataan kasarnya itu. Setelah telinganya di jewer, Subaru segera mengibarkan bendera putih, penjaga toko itu melihat Emilia takjub, dan kemudian menghela nafas panjang.
"Nii-chan, melihat betapa kasarnya kau ini.. Ah aku ingat!!"
Seolah penjaga toko itu telah mendapatkan sebuah kesimpulan, dia mengayun-ayunkannya tangannya secara kasar, menunjuk mereka.
"Kau kan anak yang yang tidak punya uang itu. Kau pergi tanpa membeli apapun, dasar anak tak tau terima kasih..."
"Aku berjanji akan membeli appa kalau aku kesini lagi kan? Ya kan? Ya kan?"
Subaru dengan bahagia melompat-lompat karena telah diingat oleh orang itu, mengambil tangan Emilia yang menjewer telinga nya, dia memegang kedua tangan Emilia dan mulai menari-nari. Emilia menjadi bingung karena langkah tidak biasa Subaru yang membuatnya mendekat pada Subaru. Penjaga toko itu, menunjukan giginya dengan seringai lebar, "benar, benar!!"
"Aku mengerti, kau merasa seperti punya kewajiban, jadi kau datang kesini untuk membeli sesuatu. Baiklah, aku dalam mood yang bagus hari ini jadi aku akan memberi penawaran special. Bagaimana menurutmu dengan 1 appa untuk 2 tembaga, dan 20 appa untuk 38 tembaga?"
"Aramaa, penawaran yang bagus! Itu berarti jika kami membeli 200 appa harganya jadi 380 tembaga kan? Ini benar-benar luar biasa Emilia-tan."
"Itu hanya berlaku jika kita membeli 200 appa... Dan jangan membuatku menari di depan umum, ini memalukan."
Subaru melebih-lebihkan kemampuan berniaganya. Emilia melepaskan tangannya dari Subaru dan menghentikan tariannya. Tapi segera setelahnya, setelah sejenak berpikir, dia memegang tangan Subaru lagi. Benar-benar pribadi yang serius.
"Maa, kita lupakan saja hal itu, aku hanya akan membeli beberapa appa. Aku sudah menanti-nantikannya... Well, aku juga sudah makan beberapa tadi."
Setiap kali dia kembali dari kematian, dia selalu berhadapan dengan appa itu dan juga selalu makan satu buah setelah sarapan. Tidak mungkin untuk mengabaikannya. Ngomong-ngomong, appa adalah apel, dia mencobanya sekali dan sama sekali tidak ada perbedaan dengan apel di dunianya. Satu-satunya perbedaanya hanyalah perbedaan kecil pada penamaannya.
Ketika Subaru membayangkan dunianya seperti itu, si penjaga toko itu membawakan satu peti kayu yang berisi apel, dia mengeluarkan kantong untuk memberikan tanda kalau semuanya sudah siap. Kesampingkan semua kesan itu, seorang penjual selalu mempunyai pemikiran selama dia bisa menjual barang dagangannya, apapun tidak masalah.
"Jadi, kau akan beli berapa?"
"Kami akan beli 10. Aku sudah menepati janji kita bahkan lebih dari yang seharusnya."
Tersenyum melihat kedermawanan Subaru, penjaga toko itu mulai memasukkan apel merah itu kedalam kantong. Subaru berpikir kalau ini adalah waktu baginya juga untuk mempersiapkan uangnya. Dengan sangat menyesal dia harus melepaskan tangan Emilia (dia berubah menjadi sangat suka bergandengan tangan sekarang), menoleh pada Emilia, dia menyadari kalau Emilia sedang mencari-cari sesuatu didalam tasnya.
"Apa kau mencoba mengeluarkan dompetmu, Emilia-tan?"
Mengeluarkan tas kulit dari bajunya, Emilia memeriksa isi tasnya. Mendengar kata-lata Subaru, dia memiringkan kepalanya dengan tampang kebingungan.
"Apa maksudmu... Jika aku tidak mengambil uang, bagaimana kita akan membayarnya?"
"Bukan begitu, bukankah ini aneh kalau Emilia-tan yang membayar? Yang berbelanja itu aku, jadi wajar bagiku kalau aku yang membayar.. Hey, wajah penuh luka, kenapa kau menatapku seperti itu!"
Ketika dia memaksa Emilia kalau dia yang akan membayarnya, karena beberapa alasan, penjaga toko itu memicingkan matanya.
Mengabaikan tuduhan Subaru, penjaga toko itu menggelengkan kepalanya,
"Aku sangat yakin kalau aku bilang kau boleh datang kesini kalau sudah punya uang... Membawa seorang gadis agar dia bisa membayar untukmu, aku tidak bisa menyetujuinya."
"Tidakkah kau lihat perselisihan kami tadi? Aku bilang aku yang akan membayar! Serius, aku yang akan membayarnya!!"
“Meskipun kau bilang begitu, aku tidak melihat kau mencoba mengeluarkan dompetmu. Aku yakin kau adalah orang-orang seperti itu, yang berpura-pura seperti kau akan membayar ketika didepan gadis agar bisa terlihat keren."
"Aku hanya lambat saja, apa-apaan dengan penjelasan yang tidak sopan itu? Aku tidak sebegitu buruknya yang akan membiarkan diriku menjadi manja seperti itu."
Mengeluh terhadap anggapan penjaga toko itu, Subaru dengan cepat mengeluarkan dompetnya. Dia benar-benar tidak bermaksud ingin dibayari kalau hanya untuk beberapa hari, tapi ketika mereka masih mempersiapkan perjalanan ke ibukota, Roswaal memberinya beberapa tambahan gaji sehingga dia punya uang lebih banyak. Itu adalah jumlah yang lumayan besar, seperti yang duga dari seorang bangsawan. Subaru bergemetaran mengetahui betapa tinggi gajinya.
Dan mungkin juga, gaji kali ini adalah bayaran untuk kontribusi Subaru dalam memecahkan masalah binatang buas di hutan pada waktu itu, dia tidak menyangka Roswaal akan melakukan hal seperti itu. Dunia ini tidak mempunyai sesuatu seperti bank, jadi dia tidak tidak bisa memastikan berapa jumlahnya, tapi sebenarnya Subaru secara di-diam menyisihkan sejumlah uang. Meskipun orang yang yang dibicarakan itu tidak tau mengenai hal ini.
"Jika satu appa harganya dua keping tembaga... Bagaimana kalau 10 appa untuk 2 keping perak?"
"Oi oi, jangan bilang kau tidak tau nilai perbandingan pertukaran uang? Sekarang ini 1 keping perak setara dengan 9 keping tembaga."
"Kalau begitu.. Jadinya 2 keping perak ditambah 2 keping tembaga. Ini."
Koin-koin itu bergemerincing ketika dia mengeluarkan mereka dari dompet kulit dan menyerahkannya pada si penjaga toko itu. Ketika penjaga toko itu menatapnya takjub, Subaru memiringkan kepalanya kebingungan melihat tingkah si penjaga toko.
"Ada apa?"
"Aku akan mengatakannya sendiri. Nii-chan, kau harusnya tidak percaya pada orang asing sebegitu gampangnya. Perubahan nilai pertukaran uang tertera di gerbang masuk pasar, tertulis di sebuah papan. Kau datang kesini tanpa membaca itu.. Kau akan jadi mangsa bagi para penjual yang tidak jujur.”
Penjaga toko itu memperingatkannya, daripada jujur itu lebih tepat kalau disebut khawatir. Mendengar hal ini Subaru paham maksudnya dan menganggukan kepalanya, 'ahh'.
Memang benar, Subaru akan percaya pada orang itu seperti halnya saat ini, dan itu memang terbayar. Didunianya yang sebelumnya, semuanya mempunyai harga yang pasti sehingga kau akan punya kepercayaan diri dalam menjual ataupun membeli, sepertinya itulah yang membuatnya terlalu percaya pada orang lain. Kalau ditoko-toko sekitar desa orang-orangnya tidaklah selicik itu, jadi ide-ide seperti menipu tidak akan ada, tapi suka atau tidak, beginilah ibukota. Kota terbesar diseluruh negeri. Tentu saja akan ada orang yang punya niat jahat, tidak ada yang aneh mengenai hal itu.
"Man, kau benar-benar orang yang baik."
Saling tersenyum, Subaru menunjukkan rasa kagumnya pada karakter yang punya luka diwajahnya ini.
Dia melambaikan tangannya dengan keras, "Hentikan itu!!"
"Ini bukanlah sesuatu yang kulakukan dengan sengaja. Ini hanya terjadi ketika ada pelanggan yang datang kesini untuk menepati janjinya, ini akan membuat tidurku nyenyak, jika aku tau kalau nereka tidak pingsan disuatu jurang yang entah ada dimana. Paham?"
"Aku mengerti, kau adalah pria tsundere."
"Cepat ambil ini dan segera enyah dari sini! Terima kasih sudah membeli."
Pertama perkataan yang kasar, lalu yang kedua seperti memperlakukan pelanggan seperti dewa. Melihat penjaga toko itu, Subaru tertawa dari dalam lubuk hatinya sambil mengambil sekantong appa. Menunjukan jalan pada Emilia dengan menggandeng tangannya mereka pergi meninggalkan toko itu. Kupikir jika kami tinggal sedikit lebih lama lagi, kami pasti akan mengganggu bisnis orang ini.
"Terima kasih pak tua. Sampai jumpa lagi jika takdir mengizinkannya."
"Jika kau ingin membeli sesuatu lagi, kami akan menyambutmu kapan saja. Sampai jumpa!"
Dia melambaikan tangannya dengan malas pada kami, seolah-olah menyuruh kami untuk pergi. Ketika kami semakin menjauh, keramaian mulai menghalangi pandangan kami sampai sosok penjaga toko itu sepenuhnya menghilang.
Subaru memeriksa kantong itu lagi dan menoleh pada Emilia yang terus diam dari tadi."
"Arere, ada apa Emilia-tan?"
“――――”
"Apa kau benar-benar marah karena kau tidak bisa membayarnya? Kau tau, membiarkanmu memperlakukanku seperti itu disana akan terlihat buruk. Aku akan menjadi pria yang meminta-minta pada seorang wanita... Tunggu dulu. Bukankah akan lebih menakjubkan jika kita berdua menghabiskan uang kita masing-masing dan membeli hadiah?? Sialan! Aku seharusnya membiarkan Emilia-tan membeli appa itu sehingga aku bisa membelikan sesuatu yang bagus untuknya."
Seperti sebuah bel, atau sebuket karangan bunga, atau... Satu-satunya hal yang ada dikepalanya hanyalah hal-hal berlebihan yang biasanya muncul di game bishoujo. Ketika Subaru membayangkan hal-hal itu, Emilia menggelengkan kepalanya menandakan tidak.
"Subaru, kau benar-benar cepat dalam berhitung."
“Eh?”
"Ketika kau berbicara dengan orang berwajah menakut... Ah maaf. Ketika kau berbicara pada pedagang itu mengenai uang, kau melakukan perhitungan dengan cepat. Aku juga tau jawabannya, tapi itu masih lah sangat luar biasa.”
"Jadi begitu pemikiranmu yang sebenarnya, aku bisa mengerti betapa kagumnya dirimu. Hmm.. Jadi aku hebat dalam matematika ya?"
Ini benar-benar melebihi ekspetasi Subaru. Subaru tidak pernah berpikir kalau dia sepintar itu, tapi sepertinya bukan begitu. Ini adalah perbedaan antara pendidikan rata-rata disini melawan pendidikan modern di Jepang. Dia telah mendengar sesuatu seperti ini didunianya sebelumnya, kalau Jepang termasuk sangat bagus dalam hal matematika... Subaru menerima hal itu dengan sebuah anggukan.
"Hehehe, hanya memikirkan tentang kepandaianku, hati Emilia-tan pasti akan meledak. Kurasa memang benar kalau di setiap masa, seorang pria harus mempunyai nyali dan kepandaian. Astaga, apakah kemampuanku akhirnya muncul juga?"
Sekarang aku mengerti keadaanya, aku akan tetap terus menjadi keren dan tidak sombong. Itulah aku, Natsuki Subaru.
Dia memikirkan penghargaannya itu dengan bangga, meskipun tidak semua penghargaan itu karena usahanya sendiri. Gaya hidupnya yang sangat suka bersenang-senang didunia ini baru saja dimulai.
"Aku akan bertarung dengan sebuah sempoa, dan mengangkat tirai petualangan matematika di dunia fantasi ini. Mengetahui perubahan kecil dipasar aku akan... Ini sangat sulit!! Semangatku patah."
Dia selesai dengan itu. Berakhir sudah. Dia tidak punya pengatahuan yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu seperti sempoa di dunia tanpa sempoa. Dan bahkan dia tidak punya pengaruh untuk membuat hasil temuannya menjadi terkenal. Sejak awal, satu-satunya keahlian Subaru hanyalah di bidang seni.
"Pendakianku ini bahkan belum dimulai.. Dipegunungan sempoa yang sangat sangat tinggi ini."
"Subaru kau benar-benar... Aku tidak bisa bilang apakah ini menakjubkan atau tidak menakjubkan."
Setelah mengangkat tirai petualangannya, tirai tersebut segera diturunkan kembali, melihat Subaru seperti ini Emilia menghela nafas dengan lelah sambil meletakkan tangannya si keningnya. Setelah jeda sesaat, dia menggelengkan kepalanya dan mengisi energi nya kembali, "baiklah" dia mulai berbicara.
“Janji yang harus kita penuhi, selanjutnya adalah..."
"Aa, rumah jarahan kan?"
Perkampungan kumuh. Mengingat insiden yang terjadi saat hari pertama dia dipanggil, Subaru menggenggam tangan Emilia lebih erat, untuk merasakan kehangatan dari tangannya.
"Kalau begitu, apa tidak apa-apa jika hanya aku yang menemanimu sampai disana? Jika boleh jujur, aturan umum disana benar-benar sangat buruk dan ada penjahat disana sini, itu sedikit mengkhawatirkan kalau seorang kandidat raja pergi sendirian..."
"Meskipun jika kau bilang begitu, tidak peduli kemana aku pergi, itu tidak akan ada bedanya."
Emilia mengerutkan dahinya melihat Subaru menanyakan hal itu ketika mereka sudah sejauh ini, dengan jarinya dia perlahan memegang tudung yang menutupi rambut peraknya.
"Aku punya ini untuk mencegah orang-orang mengenaliku, banyak orang yang tidak bisa mengenali identitasku. Ini bukanlah benda buatan penyihir kerajaan yang hanya digunakan untuk pertunjukan tau. Benda ini benar-benar luar biasa."
"Buatan Ros-chi.. Entah bagaimana mendengar itu membuat nilainya sedikit berkurang di dalam pikiranku."
"Hey, kau harusnya tidak mengatakan hal itu, itu adalah sesuatu yang ingin kukatakan."
Berusaha untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan, Emilia menjulurkan lidahnya dengan malu-malu. Mendapatkan dampak dari serangan manisnya yang mengejutkan itu, Subaru memegangi dadanya seolah-olah jantungnya ingin meledak.
"E.M.F!"
(Emilia-tan major fairy!)
"Ya ya, kau mengatakan sesuatu yang tidak ku mengerti lagi. Aku mulai berpikir daripada aku, ada orang lain lagi yang lebih baik bersamamu."
Menganggap pujian Subaru sebagai sebuah lelucon, Emilia hanya bisa tertawa. Melihat dia tertawa dengan lemah, Subaru menggelengkan kepalanya, "Oi,oi"
"Kau masih saja mengatakan hal itu? Aku sudah bilang berkali-kali kalau Emilia-tan lah satu-satunya orang yang ingin ku kencani. Bagaimana caranya agar ini bisa tersampaikan padamu?"
"Aku berpikir seharusnya kau tidak mengatakan perasaanmu semudah itu. Dengan pasangan yang tepat, dan dengan perilaku yang tepat, kau harus memilih kata-kata yang tepat pula. Janji?"
Menganggap kata-kata Subaru hanya sebagai hiasan dari sebuah jurang, Emilia menutup topik pembicaraanya dengan cepat. Dengan dinding diantara mereka seperti ini, Subaru pun tidak bisa melangkah lebih jauh lagi. Memang, satu-satunya cara yang bisa dia pikirkan untuk lebih menunjukan rasa sayangnya lebih dari ini hanyalah dengan mengungkapkan isi hatinya sepenuhnya.
"Menghadapi rintangan setinggi itu, rendahnya peluang sukses dan tanpa membuat persiapan apapun, ini sepertinya bukanlah sesuatu yang bisa ku peroleh dengan nyali saja."
Sejak awal, Motto Subaru adalah tidak bertarung dalam pertarungan yang tidak bisa dia menangkan. Subaru membuat alasan seperti itu agar bisa melarikan diri dari menghadapi Emilia disini. Ketika berhadapan dengan dinding ini, daripada memutarinya atau menembusnya, lebih baik mundur!! Seperti itulah jarak diantara Subaru dan Emilia terhalangi oleh sebuah dinding.
"Nn, kalau begitu, uhuk, bisakah kita segera pergi menuju rumah jarahan?"
Terbatuk untuk membersihkan tenggorokannya, Subaru menarik dirinya bersamaan. Setelah memutuskan untuk pergi ke tempat selanjutnya, bibir Subaru melengkung keatas. Emilia bertanya-tanya melihat reaksinya ini.
"Bukan apa-apa kok, hanya saja saat aku memeriksa jumlah appanya lagi, ternyata ada 11 buah."
Bulat, besar, dan matang berwarna merah cerah. Jumlah total buah itu ada 11. Orang yang memasukkan buah itu kedalam kantong adalah penjaga toko itu sendiri, Subaru tidak bisa membayangkan kalau dia salah menghitung, yang mana itu berarti....
"Yah, orang tua itu memang orang yang sangat sangat baik."
Kata Subaru sambil menutup kantong itu lagi, dia tertawa ketika mengingat orang berwajah menyeramkan itu lagi.
Perasaan samar-samar yang dirasakannya sebelumnya kini menjadi jelas.
Yep, menepati janji seperti ini adalah pilihan yang tepat.
---End of Chapter 5---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 3 - Chapter 6
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume
Translated by : Me [Zhi End]
0 Komentar