[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 7 : Tanah Ujian
Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 6
Chapter 7 : Tanah Ujian
Saat berandalan itu menghentakkan kakinya ke tanah, Subaru merasakan sebuah ilusi seolah-olah dunia bergerak miring.
Tentu saja, pada kenyataanya, hal seperti itu tidak mungkin bisa terjadi. Bahkan manusia terbesarpun tidak akan bisa mengganggu landasan dunia hanya dengan hentakan kaki, dan berat bumi juga tidak akan bergerak semudah itu.
Jadi, kemiringan dunia hanya ada di dalam ilusi Subaru.
Apa yang sebenarnya terjadi adalah saat Garfiel mengentakkan kakinya ke tanah, sebuah gelombang menyebar di dalam tanah, dan seperti membalik potongan tatami, gelombang tersebut melemparkan kereta naga mereka ke udara ketika melewatinya.
"Mustahil...... Uwah!?"
Seperti sebuah akhir dari pertunjukan, sensasi terlempar itu mencapai puncaknya, dan seolah-olah sedang melayang, kereta naga itu meluncur di udara. Termasuk naga tanah Patrache dan Furufu, berat mereka hampir melebihi satu ton, mereka semua diterbangkan oleh gelombang tersebut. Di dalam kereta, Subaru hanya bisa mendekap Emilia dalam pelukannya.
Selanjutnya, kereta naga tersebut menghantam tanah, dampak guncangannya tersebar ke seluruh kereta, didalam maupun diluar, menimbulkan suara berderit dan bergemeratak. Itu adalah kereta naga berkualitas tinggi. Kemewahanya tidak hanya ada pada penampilan glamornya, kualitasnya juga terdapat pada kenyamanan dan ketahanannya, hal ini dengan sempurna diperlihatkan oleh fakta bahwa kereta itu berhasil menghindari kehancuran total setelah menghantam tanah. Tapi tetap saja, di dalam kereta naga yang setengah terguling itu tidak ada jalan untuk melarikan diri.
Dengan kata lain, karena melarikan diri sudah tidak bisa menjadi pilihan, maka pilihan satu-satunya yang tersisa adalah berdiri dan bertarung.
"Sialan, apa yang........"
Menggelengkan kepalanya yang masih terjulur keluar dari jendela menuju kursi kemudi, Subaru memegangi kepalanya yang sakit. Kepalanya terbentur, tapi untungnya, selain rasa sakit, tidak ada tanda-tanda luka ataupun pendarahan. Subaru tiba-tiba mengingat sesuatu, dia menunduk dan melihat Emilia terbaring di lengannya, dalam kondisi tidak terluka.
Perasaan lega menghampirinya, namun emosinya segera digantikan oleh kekhawatiran karena teringat akan penjahat yang melakukan semua ini masih berada diluar sana.
Dengan cepat mengangkat kepalanya, pemandangan menakutkan yang dilihat oleh mata Subaru adalah.....
"Patrasche....!!"
Dengan taring terlihat dan suara melengking, naga tanah berwarna hitam pekat itu melompat kearah sosok berbadan kurus tersebut.
Memanfaatkan sambungan kereta yang telah mengendur, dengan memutar tubuhnya, Patrasche pun melepaskan diri, dengan pergerakan yang sangat cepat dia bergerak menuju penyerang tersebut untuk melancarkan sebuah serangan balik.
Dengan taring setajam pedang, kekuatan dari rahangnya pasti bisa mengoyak daging manusia, menghancurkan sampai ke tulang, dan masih punya kekuatan untuk menghindar. Dengan kecepatan seperti angin, dia membidik leher Garfiel, mencoba untuk mencabiknya menjadi potongan kecil tanpa bertanya satupun pertanyaan.
"Pilihan menarik. Naga tanah yang pintar..... tidak, kau gadis yang pintar, y kan? Persetan, seprrti kata mereka 'suara dari tulang yg patah adalah sebuah pertanda cinta'."
"........!"
Berada di dalam rahang Patrasche yang tertutup, adalah ujung dari sebuah tangan terulur yang seharusnya sudah tercabik-cabik.
Garfiel mengulurkan tangan kanannya kearah gigitan Patrasche. Naga tanah itu membidik targetnya, mengunyah pergelangan tangannya, menyobek lengannya, dan kemudian menjatuhkan diri diatas tubuh targetnya..... atau setidaknya, itulah apa yang seharusnya terjadi.
Tapi hal itu tidak terjadi, Patrasche malah membeku di tempatnya. Tidak hanya tubuhnya, bahkan rahangnya yang mengapit lengan tersebut telah sepenuhnya berhenti bergerak.
Apakah itu kemampuan khusus, ataukah sihir?
Pertanyaan ini terlintas di pikiran Subaru, tapi segera, tindakan Garfiel menjawab keragu-raguannya. Garfiel mengembangkan otot-otot di tangannya, otot-otot tersebut benar-benar melebihi kekuatan rahang Patrasche, dan membuka rahangnya menjadi semakin lebar dan semakin lebar.
"Kerja bagus. Cepat bertindak dan masih tidak menyerah, hal itu bahkan lebih baik. Kau lulus!"
".........!"
Naga tanah berwarna hitam pekat itu merendahkan tubuhnya, masih dengan mulut yang menggigit lengan itu, Patrasche pun memutar pinggangnya. Kekuatan dari rahangnya masih terkunci pada pergelangan tangan pria itu, dia mengayunkan ekornya keatas untuk menerbangkan pria itu. Subaru pernah terkena pukulan dari ekornya sekali, tapi, melihat pergerakan Patrasche saat ini, kau akan langsung tahu seberapa besar dia menahan diri pada waktu itu.
Menempatkan seluruh tubuhnya di belakang serangan itu, Patrasche mengarahkan seluruh kebenciannya untuk menghantam tubuh pria yang benar-benar penuh celah tersebut. Meski begitu, serangan tersebut dengan gampangnya dihentikan oleh tangan kiri Garfiel.
Sebuah suara retakan terdengar, dan setelah keterkejutannya menghilang, apa yang tersisa hanyalah sebuah tangan yang menggenggam ujung ekor Patrasche. Tangan kanannya berada di rahang Patrasche, tangan kirinya memegang ekor Patrasche, Garfiel tersenyum menunjukkan taringnya yang mirip seperti binatang buas.
"Ini tidak akan sakit. Tidurlah yang nyenyak!"
Mengayunkan tangannya dengan lebar, seperti sebuah lelucon, gerakan memutar dari tangannya itu membawa tubuh berat Patrasche meluncur ke udara, dan kemudian memutarnya kesamping dengan sensasi ringan yang tidak dapat dibayangkan. Mata Patrasche dipenuhi dengan kebingunan ketika dia dilemparkan ke tanah dengan lembut.
Tubuh beratnya hampir tidak memantul ketika mendarat, dan Patrasche hanya terdiam. Patrasche telah dikalahkan. Di hadapan adegan ini, tenggorokan kering Subaru mengeluarkan erangan ketidakpercayaan.
"D-dia melempar Patrasche?"
"Benar-benar makhluk yang setia. Aku melemparmu dengan lembut, itu seharusnya tidak sakit. Ayo akhiri semua ini sebelum kau bangun!"
Mengabaikan Subaru yang mematung, Garfiel pun mengangkat wajahnya dan melompat keatas tempat kusir. Terbaring diatas kursi kemudi yang miring adalah Otto, dengan postur yang kacau dia mencoba berdiri ketika penyerang tersebut mendekat.
"Guh...... jangan meremehkanku! Aku itu pedagang pengelana kau tahu? Aku benar-benar sudah siap kalau saja dirampok oleh sekelompok preman ketika perjalanan bisnisku. Jadi, ayo maju, tapi jika kau tidak ingin menjadi korban dari 'Suwen-Family-Ryu-Thug-Repulsion-Technique', aku sarankan kau untuk menyerah sekarang..... Howaah!"
"Diamlah, daging! Kau pikir apa yang bisa kau lakukan dengan kemampuan lemahmu terhadapku? Tidur sana!"
Tepat setelah memasang pose bertarung dengan penuh semangat, Otto pun seketika ambruk ketika Garfiel mendekatinya dan memberikan sebuah sentilan di dahinya secara tiba-tiba.
Sentilan itu.... lebih tepatnya, serangan dari jari tengah jarak dekat itu, menerbangkan tubuh kurus Otto dari tempat kusir dengan suara yang terdengar seperti kekuatan dahsyat. Sambil memegangi dahinya kesakitan, Otto pun menghilang tanpa sepatah kata. Entah dia sudah mati atau masih hidup, dia sudah bukan lagi sebuah halangan.
"Sekarang, kelihatannya hanya kau yang tersisa."
Mendengus, berandalan itu menoleh dengan tatapan tajam yang bisa memotong tubuh manusia sambil menggumam.
Berdiri di atas tempat kusir, jarak diantara dia dan Subaru kira-kira hanya 4 langkah... tapi, mengingat bagaimana dia memperpendek jaraknya dengan Otto seketika, mungkin bisa dikatakan kalau sudah tidak ada jarak diantara mereka sama sekali.
Sambil terangah-engah, Subaru memeras otaknya, namun dia tidak bisa memikirkan satupun rencana untuk melarikan diri. Satu-satunya kekuatan bertarung yang mungkin bisa melawan pria ini, Emilia, masih dalam keadaan tidak sadar setelah kejadian ambruknya yang tidak bisa di jelaskan. Tapi tidak peduli apa yang terjadi, Subaru harus tetap melindunginya.
"Aku......."
"'Berbalik sedikit saja atau kulitmu akan membiru', aku tidak ingin mendengar sesuatu seperti itu..."
Dengan suara ketukan pelan di lantai, dalam satu kedipan mata, postur pendek Garfiel sudah muncul di depan wajah Subaru. Diatasnya, terangkat sebuah tangan dengan kelima jarinya yang terbuka, sangat mudah untuk membayangkan apa yang terjadi selanjutnya ketika tangan itu terayun kebawah, dan merobek tubuh Subaru yang mematung.
Dihadapan masa depan dimana angota tubuhnya terkoyak, satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan adalah; mencegah serangan itu agar tidak mencapai Emilia yang berada di tangannya dan melindunginya dengan nyawanya sendiri.
".......!"
...... Beberapa detik terlewati, atau mungkin sedikit lebih lama.
Mata Subaru terpejam kuat, dia melindungi Emilia dengan seluruh tubuhnya, waktu yang Subaru habiskan untuk menunggu datangnya syok itu berubah menjadi sebuah kebingungan. Selanjutnya, membuka matanya dengan ragu-ragu, dia pun melihat kelima jari yang terbuka itu masih diam tidak bergerak di hadapan wajahnya. Dibelakangnya, sebuah tatapan bingung terlihat di dalam mata berandal itu.
Terus menatap kearah Subaru yang hanya bisa menahan napasnya, Garfiel pun menggerakkan kepalanya dari satu sisi ke sisi yang lain dan membuat suara gemeretak dari tulang-tulang yang berada di lehernya.
"Tidak menyerang balik dan malah memilih melindungi seorang gadis, apa-apaan itu? Setelah kau mati, dia juga akan mati. Bukankah itu keputusan yang sangat buruk?"
Dihantam oleh pernyataan yang sama sekali tidak ingin dia dengar, Subaru pun melewatkan semua alasan di otaknya dan berakhir dengan tidak memberikan satupun jawaban. Keheningan tersebut membuat Subaru tidak nyaman, dan Garfiel mengayunkan tangan penuh cakarnya.
"Well, kau juga sangat lambat. Membuat pergerakan atau tidak, mungkin memang sudah tidak ada harapan. Kau benar-benar tidak berguna."
"K-kau....."
"Hah?"
Berkomentar pada tindakan aneh Subaru, Garfiel pun menyatakan penilaian tanpa ampunnya. Ketika Subaru mencoba menggerakan tenggorokannya yang membeku dan memeras keluar pertanyaanya, wajah dengan tatapan jahat milik Garfiel pun terlihat tidak senang dan bergerak mendekati wajah Subaru.
"Kau berbisik, berbicaralah lebih keras. Ayo!"
"Kau Garfiel.... kan? Kau kenal dengan Roswaal dan Frederica?"
"..... Frederica?"
Memastikan kata-kata Subaru, untuk pertama kalinya ekspesi Gaerfiel kehilangan agresifitasnya. Nampak terkejut seperti binatang buas yang kehilangan bau darah, seketika itu juga, dia terlihat agak manis dan jinak, tapi dia segera menyembunyikan hal itu dengan sebuah ekspresi yang pahit.
"Kenapa kau tahu nama itu.... Tidak, tunggu. Wanita yang kau pegang itu, apakah dia gadis berambut perak.... Half-Witch?"
"Dia itu Half-Elf. Jangan berani-beraninya kau menggunakan nama itu dihadapannya."
"..... Hyah! Apaini apaini, kau tiba-tiba menjadi bersemangat."
Melirik kearah Emilia, Subaru tiba-tiba meledak-ledak mendengar nama yang terkesan menghina itu. Ketakutan yang muncul beberapa saat yang lalu seketika menghilang di hadapan kemarahannya. Garfiel yang mendengar hal ini, menggertakkan taringnya bersamaan dengan penuh kegembiraan.
"Hei, Bukankah dia Emilia-sama yang dirumorkan itu? Kini, 'Half-Witch' muncul di sekitar sini dan pasti ada hubungannya dengan Roswaal."
"Baji......"
Mengabaikan kata-kata Subaru sebelumnya, Garfiel kembali mengatakan 'Half-Witch' dengan penekanan khusus. Mendengar hal ini, Subaru pun berdiri namun seketika dihentikan oleh tangan Garfiel.
"'Orang bodoh yang menggigit besi meleleh pasti hanya akan merasa sakit', ya kan? Kau tidak punya kesempatan melawanku. Lihatlah perbedaan kekuatan, eh? ..... Aku tidak ingin kau terluka, kau tahu?"
Membuat tinju dengan tangannya yang terulur, Garfiel pun menggertakkan jarinya sebagai sebuah peringatan. Perbedaan kekuatan mereka sangat jelas, tanpa mengetahui maksudnya, akan lebih baik kalau tidak membuat semuanya semakin memburuk dengan melakukan perlawanan. Menekan kemarahannya dan menunggu kesempatan lain untuk melakukan pembalasan mungkin akan menjadi tindakan paling bijaksana untuk saat ini.
Itulah kenapa...
"..... Sialan."
"Hah?"
"Aku tidak ingin terluka. Dan kurasa kau akan mengalahkanku dengan sangat mudah. Tapi..... aku tidak bisa berdiri saja ketika kau terus mengatakan sesuatu yang akan membuat gadis ini sedih."
Dengan lembut membaringkan Emilia di tempat barang bawaan mereka dan menyentuh rambut di dahinya, Subaru pun berdiri dan menatap Garfiel dengan jarak yang begitu dekat hingga dahi mereka hampir bersentuhan. Sebuah jarak di area napas satu sama lain, sebuah jarak di area jangkauan satu sama lain.
"Tarik kembali omong kosong itu.... dan jangan pernah menggunakannya lagi!"
".... Kau ingin aku melakukan apa yang kau katakan? Tapi, kau tidak punya apa yang diperlukan, ya kan? Wajahmu, isi perutmu, tulang keringmu, kau ingin mereka semua hancur ya?"
"Coba saja! Tapi jangan harap aku akan diam saja.... Jika kau memukul wajahku, maka aku akan menggigitmu, jika kau menghantam isi perutku, maka aku akan mencengkrammu, jika kau menghancurkan tulang keringku, maka aku akan meludah kearahmu, dan aku pasti akan membalas gigi dengan gigi."
Menghadapi intimidasi dengan intimidasi, Subaru terbawa oleh gelombang nafsu yang terbakar di dalam dadanya. Di hadapannya, aura kebencian diam-diam keluar dari Garfiel, memancarkan sensasi menggigil dari seluruh tubuhnya. Sebenarnya, Subaru bisa saja terlempar dalam hitungan detik jika Garfiel menginginkannya. Melihat serangan dan pertahanannya sampai sejauh ini, itu semua sudah sangat jelas.
Di antara orang-orang kuat yang telah Subaru temui di Dunia Paralel ini sampai sekarang, Garfiel dengan mudah bisa menempati salah satu posisi di antara mereka. Mungkin, meskipun tidak bisa mencapai level kekuatan penuh Reinhardt, paling tidak, dia bisa membayangi Wilhelm atau Julius.
Jadi meskipun kata-kata Subaru terdengar sedikit agak sombong, kemungkinan dia bisa membalas adalah benar-benar setara dengan nol.
Tapi, Subaru dan Garfiel masih saja saling menatap mata satu sama lain.
Meskipun tahu kalau dia akan kalah, Subaru tetap menolak untuk mundur... alasan kenapa dia tidak boleh mundur tepat berada di belakangnya...
"......Hihahah!"
"......Hah?"
Itu adalah suara tidak terduga yang terdengar tidak pada tempatnya.
Di tengah-tengah kebuntuan mereka, tawa Garfiel pun pecah, dan menghancurkan jarak diantara mereka. Subaru mengerang kebingungan, sementara Garfiel merespon dengan tindakannya.
"Hiyahahahaha! Kau benar-benar pandai berkata-kata, ya? Kau benar-benar melakukannya!"
"Wha.... Ow! hey, tu-tunggu, ow, berhe- ow, itu sakit!"
Sambil tertawa lebar yang mengguncang pundaknya, Garfiel pun dengan sepenuh hati menepuk-nepuk bahu Subaru. Namun, meski tanpa sedikitpun kebencian atau niatan untuk menyerang, meskipun sudah menahan diri, dan meskipun gerakannya murni hanya mencari sentuhan keramahan, entah bagaimana hal itu sanggup mengurangi poin kesehatan Subaru dalam jumlah yang besar sekaligus.
XxxxX
"Kerja bagus, kau lulus! Kau langsung melewatinya! Half-Witch..... Half-Elf, meskipun aku sangat tidak menyukai mereka, tapi kau punya nyali untuk melindunginya, aku akan menghargai hal itu."
"Baguslah kau datang.... Tapi itu benar-benar sakit! Kapan kau akan berhenti memukulku? Apa kau mencoba membunuhku?"
Antusiasnya terus berlanjut, Garfiel menjatuhkan tangannya, dan Subaru bergerak sedikit menjauh. Melihat hal ini, berandalan itu memiringkan lehernya, menyilangkan kedua tangannya, dan,
"Dingin sekali! Semua itu adalah air dibawah jembatan sekarang, jadi ayolah, sudah lupakan saja! Ketika seorang pria bersikap picik, itu berarti anu-nya juga picik, kau tahu."
"Ini pertama kalinya aku mendengar kau menggunakan idiom yang terdengar familiar.... tapi anu-ku sama sekali bukan urusanmu!"
Garfiel menggoyangkan dan memberi isyarat dengan jarinya. Melihat Garfiel mengangkat dagunya dengan puas, Subaru pun melempar kembali kata-katanya dengan kasar.
"Kau Garfiel, dan kau kenal dengan Roswaal, kan? Meskipun kita merasa ketakutan ketika kita tiba-tiba bertemu, tapi sudah tidak ada lagi kebencian diantara kita, kan?"
"Bisakah kau berhenti merengek, itu mulai mengganggu. Jangan panik, aku tidak akan memakanmu!"
"Kau pikir siapa yang akan mempercayainya setelah kelakuan liarmu beberapa saat yang lalu, haaaaaah...?"
Memasukkan jari ke dalam telinganya dengan jengkel, Garfiel menanggapi sanggahan Subaru dengan kata "Kurasa kau paham", seolah-olah memahami maksud Subaru. Meskipun dia terkadang sulit dipahami, tapi untunglah mereka bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Dan setalah berhasil melewati keadaan mengerikan tadi, Subaru pun teringat sesuatu,
"Yeah..... Hey, ini bukan waktunya untuk itu! Emilia tiba-tiba pingsan, apa yang kulakukan berbicara dengan normal begini?"
"Pingsan, maksudmu Half-Elf? Oy, tentu saja dia pingsan. Kau pikir dimana ini? Apa yang membuatmu panik?"
Bergegas menuju samping Emilia, Subaru melihat Emilia masih tertidur dan bernapas dengan tidak teratur seolah-olah sedang kesakitan. Ketika Subaru yang khawatir berada di samping Emilia, Garfiel terlihat tidak terlalu memikirkannya dan hanya mengangkat bahunya. Menyadari ekspresinya, Subaru pun bertanya "Apa maksudmu?", dan membuat Garfiel mengernyitkan dahinya.
"Kau sudah dengar dari Roswaal dan Frederica tentang tempat ini kan? Mereka pasti....... Tidak mungkin, kau tidak tahu?"
Ketika dia baru saja mulai menjelaskan, Subaru sudah menggelengkan kepalanya, dan membuat Garfiel mendecapkan lidahnya frustasi. Dia mengumpat "Si mesum sialan itu....", sangat mudah untuk mengetahui diarahkan pada siapa cacian itu.
"Frederica juga tidak mengatakan apa-apa? Itu sangat kacau, sebelum kau mengetahuinya, kepribadiannya sudah menjadi seperti tuannya. Benar-benar tidak ada harapan!"
Menggelengkan kepalanya, Garfiel pun mendengus dengan jengkel. Lalu, menyadari mata bertanya-tanya milik Subaru, Garfiel mengangkat tangannya dan mengatakan "Yeah, aku paham, aku paham", dan...
"Memang kelihatannya sangat parah, tapi nyawanya sama sekali tidak berada dalam bahaya. Hanya saja, jika kau tidak ingin melihat ekspresi kesakitan lagi di wajahnya, maka kita harus segera pergi dari sini. Aku akan memandumu menuju desa."
"Kalau dia dipindahkan dari sini, apa kesadarannya akan kembali pulih?"
"Itulah apa yang baru saja kukatakan, ya kan? Cepat, kita harus pergi, oy, berapa lama kau akan terus tidur? Cepat bangun!"
Meskipun tidak ada banyak penjelasan, Garfiel juga nampaknya tidak bermaksud menjelaskannya lebih jauh. Berbalik tanpa menyembunyikan ekspresi jahatnya, dia pun pergi dan menendang Otto. Menerima tendangan itu, Otto yang masih pingsan memekik kesakitan, "A-uu".
"Kau kusirnya kan? Aku akan mendirikan lagi keretanya, dan kau arahkan menuju desa. Jika kau lambat, aku pasti akan menedang bokongmu, yeah??"
"Hey, ada apa dengan situasi ini? Merunut apa yang baru saja kudengar, aku merasa seperti telah melewatkan semuanya."
Mendengar hal-hal yang tidak bisa dipahami itu, Otto mendidih, dan tiba-tiba berdiri untuk menyuarakan keberatannya kepada Garfiel. Mengingat kekalahan yang dia dapatkan beberapa menit yang lalu, ini pastilah tindakan yang begitu berani. Garfiel bermaksud untuk membagi pendapatnya dan menoleh untuk melihat Subaru.
"Oy, pria ini, apakah dia selalu seperti bajingan yang bersemangat?"
"Jika kau bertanya pada pria itu, tidak mungkin kau akan mendapatkan jawaban yang mengenakkan, jadi tolong hentikan saja! Tidak bisakah kau membuat pengamatanmu sendiri tentang seperti apa aku ini? Dan mintalah maaf! Kumohon mintalah maaaf!"
"Hah? Persetan, bajingan yang tiba-tiba bersemngat, kau meremehkanku? Yea, aku suka memukuli orang yang tidak harus dipukuli, jadi lupakan saja!"
"Bisakah kalian berdua diam? Emilia masih kesakitan, cepat dan pegang tali kekang naganya! Dan kau, cepat berdirikan kereta naganya!"
Ketika ketiga pria itu membuat keributan dan mulai mengutuk satu sama lain di tempat kusir.... ditempatkan di sebelah barang-barang, Emilia yang sudah berada dalam keadaan tidak sadar sampai saat ini, masih saja belum terbangun. Namun, kerutan tipis terbentuk di wajah manisnya, terganggu oleh suara-suara tersebut.
"..... Diam."
Dia menggumam dengan suara pelan, seolah-olah berbicara dalam tidurnya.
XxxxX
"Aku belum memperkenalkan diriku kan? Namaku Garfiel.... Ah, Garfiel saja sudah bagus. Orang terkuat yang pernah hidup. Perlu sesuatu? tanya saja!"
"Oh, aku Natsuki Subaru..... Eh? Apa-apaan itu? Kau bilang kau yang terkuat? Apa kau masih waras ketika mengatakannya?
Saat kereta naga sudah berjalan, duduk sambil bertatap muka di dalamnya, Subaru dan Garfiel pun mengenalkan dirinya masing-masing. Melihat Subaru tiba-tiba menarik kembali tangannya yang terulur dengan tatapan heran, Garfiel pun menunjukan ekspresi ragunya.
"Bukankah itu yang kukatakan? Apa yang aneh mengenai hal itu?"
"Tidak, tidak, aku tidak pernah menyangka akan bertemu seseorang yang blak-blakan mengatakan 'Aku lah manusia terkuat yang pernah hidup'. Bagaimanapun, bukankah mengatakan itu terdengar terlalu berlebihan?"
"Kau pikir aku tidak cocok menjadi yang terkuat?"
"Well, kau sangat kuat, aku mengakuinya, tapi jika kau berbicara tentang yang paling kuat, bagaimana mengatakannya ya..... hmm, tidak peduli apa yang terjadi, aku sudah punya pria yang cocok dengan penilaian itu di dalam pikiranku."
Wujud Kesatria berambut merah muncul dalam otak Subaru.... Dibandingkan Garfiel yang berada di depan matanya, pikiran Subaru mencoba membandingkannya. Dari interaksi mereka sebelumnya, hanya dengan tangan kosong saja, Garfiel sudah terlihat seperti petarung tangguh dan bisa menendang sebuah rumah hingga melayang jika dia mau..... Tidak, dia bisa membalik kereta naga hanya dengan hentakan kakinya. Tapi apakah itu semua cukup untuk digunakan bersaing dengan seorang Sword Saint?
Bahkan dengan hal tersebut di dalam pikirannya, keuntungan Reinhard tidak nampak menghilang sama sekali, Subaru sendiri tidak yakin kenapa dia memberikan penghormatan khusus kepada Kesatria itu.
"Hah, sesukamu lah. Aku akan membenarkan kesalahanmu cepat atau lambat dan membuktikan dengan tanganku sendiri kalau akulah yang terkuat. Untuk sekarang, mari kita katakan 'Anjing laut berhidung merah yang takut akan dingin', dan anggap saja seperti itu."
"Aku benar-benar tidak paham apa yang kau katakan...."
Subaru memiringkan kepalanya, Garfiel nampaknya tidak punya maksud untuk menjelaskannya dan malah menyilangkan tangannya di belakang kepala dan menyantaikan tubuhnya diatas tempat duduknya.
Bagaimanapun, percakapan mereka terlihat sudah berakhir, Subaru melihat keluar jendela, dan mengusapkan jarinya pada rambut perak Emilia ketika dia tertidur dalam pangkuannya.
Meskipun Emilia belum bangun, ekspresinya sudah menjadi semakin tenang dibandingkan dengan sebelumnya. Seperti yang Garfiel katakan, menjauh dari tempat itu nampaknya memang punya efek positif. Hal berikutnya yang muncul di pikiran Subaru adalah,
"Ah, aku tidak punya kesempatan yang tepat untuk bertanya, tapi, kau itu kenalan dekat Roswaal... ya kan?"
"Kau pasti sudah mendengar reputasiku kan? Kalau begitu, aku akan mengatakannya sekali lagi, dari semua orang yang berkaitan dengan Roswaal, akulah yang paling kuat."
"Bukan itu poin utamanya.... Tapi aku ingat kalau kau adalah orang yang cukup berpengaruh."
Apakah sikap kerasnya itu menjadi satu-satunya alasan dia dianggap berpengaruh? Tidak seperti apa yang Subaru duga, Garfiel sama sekali bukan seperti seorang penyokong dalam hal politik, tapi dia lebih ke penyokong dalam hal kekuatan.
Dengan Sanctuary yang sudah tidak jauh lagi, membawa seseorang yang perlu dia waspadai dan orang yang bisa dia ajak berinteraksi dengan ramah, benar-benar hanya akan menambah sakit kepala.
"Ada banyak hal yang harus kutanyakan pada Roswaal di Sanctuary. Kau tahu, aku seharusnya memecahkan masalah ini, tapi rasanya jumlah pertanyaan ini semakin bertambah saja ketika aku pergi semakin jauh, apa-apaan ini?"
Memegangi kepalanya dan melihat kesulitan yang ada di hadapannya menjadi semakin sulit, ekspresi Subaru pun terlihat sangat suram. Mendengar hal itu, Garfiel mendecapkan lidahnya dan memperlihatkan taring tajamnya sekilas.
"Sanctuary..... huh"
Merasakan ada maksud tertentu di dalam gumamannya, wajah Subaru pun terangkat, Garfiel melambaikan tangannya pelan. Garfiel menghadap kearah depan..... arah menuju Sanctuary.
"Itu karena kau menelan mentah-mentah kata-kata Roswaal tanpa memikirkannya kembali, makanya kau terus memanggil tempat itu dengan nama itu. Hal-hal yang tidak kau ketahui dan hal-hal yang dia katakan padamu, itu semua penuh dengan omong kosong, kau tahu?"
"Meskipun aku memiliki pendapat yang sama, tapi tidak baik menggosip di belakang seseorang..... hey, apa dia membuatmu kesal atau semacamnya?"
Garfiel nampak tidak senang ketika mendengar kata 'Sanctuary'. Subaru bertanya-tanya apakah dia salah mengucapkannya, dia pun menunggu, tapi reaksi yang dia dapatkan jauh lebih ekstrem daripada yang dia antisipasi.
Begitulah, Garfiel memutar mulutnya membentuk sebuah senyum ironis yang terlihat sangat tidak cocok dengannya.
"Well, well, sepertinya sudah saatnya bagi tuan putri untuk bangun sekarang. Karena kita sudah sangat jauh dari barrier."
"Barrier apaan..... Ah, Emilia-tan?"
Ketika dia menanyakan hal itu, Subaru melihat Emilia berbalik di atas pangkuannya dan memanggil namanya. Emilia membuka matanya dengan lemah dan melihat kesekeliling kereta dengan samar-samar. Meskipun dia belum sepenuhnya bangun, dia sudah menatap Subaru dengan mata ungunya.
"Pagi, Shubaru....."
"Baru bangun saja sudah super manis, Emilia-tan, tapi mungkin sekarang bukanlah waktu yang tepat. Bagaimana perasaanmu, apa kepalamu sakit?"
"Ehh, tidak sama sekali. Aku tidak merasa aneh atau semacamnya...."
Di tengah-tengah jawabannya, mata Emilia tiba-tiba terbuka lebar dan bangun dari posisinya dengan begitu cepat, sampai-sampai Subaru harus menghindarinya dengan mundur ke belakang. Hanya berjarak beberapa inchi dari kejadian terbenturnya kepala mereka, Subaru pun melihat ke arah Emilia yang nampak tidak menyadari betapa nyarisnya itu.
"A-apa kau baik-baik saja Subaru? Aku bilang aku akan melindungimu tapi aku malah pingsan..."
"Entah bagaimana aku baik-kaik saja, jadi tidak usah khawatir! Kami berhasil mencapai sebuah kesepahaman melalui dialog. Manusia membentuk suatu ikatan melalui percakapan dan kami mengambil langkah awal dalam hal itu. Meskipun aku mendapatkan masalah komunikasi pada awalnya...."
Ketika Emilia bergeser semakin dekat kearahnya, Subaru pun menyentuh pundak Emilia, dia mencoba untuk menenangkannya sambil mengamatinya ketika dia berbicara. Nampaknya Emilia sudah bisa berdiri dan berjalan, pergerakan matanya, rona wajahnya, kata-katanya, suaranya, semuanya terlihat sempurna. Juga super manis. Seperti biasanya.
"Iya kan? Seperti yang kukatakan yeah?"
Dan seolah-olah menunggu Subaru menjadi lebih tenang, Garfiel pun tertawa. Mendengar hal ini, Emilia tiba-tiba melompat kaget dan melindungi Subaru di belakangnya, seolah-olah baru menyadari keberadaan orang asing ini di dalam kereta.
"..... Siapa kau? Aku peringatkan kau, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Subaru..."
"Emilia-tan, tenanglah!! Dan juga tolong berhenti mempertegas peranku sebagai pengikut wanita!! Wadahku sudah tidak bisa menampung lebih banyak lagi!"
Menghentikan mode bertarung Emilia dari belakang, Subaru berbalik ke arah Garfiel dan memperkenalkannya.
".... Ini Garfiel... Tepat setelah Emilia-tan pingsan, dia menye.... maksudku ikut menumpang di dalam kereta. Dia tidak menyambut kita atau semacamnya, tapi dia akan bersama kita sampai kita sampai di Sanctuary."
".... Garfiel? Orang di sebutkan oleh Frederica?"
"Well, aku penasaran apa yang dia katakan mengenai diriku, tapi kita bisa mengesampingkanya sampai nanti. Lihat, kita sudah hampir sampai ke desa."
Mendengar Emilia membuat tanggapan yang sama persis dengan Subaru, Garfiel menyentak dagunya tanpa memberi mereka waktu untuk mengamati situasinya. Dia memberikan isyarat, di depan mereka, hutan pun terbuka dan pemandangan desa yang menjadi tujuan mereka terlihat dalam pandangan mereka....
"Selamat datang, Emilia-sama dan para rombongan!!"
Garfiel memanggil mereka dengan panggilan sopan... Namun, kata-katanya sama sekali tidak berisi penghormatan ataupun kebaikan, tapi malah disajikan dengan corak penghinaan dan semburat kegelapan.
Tanpa sadar, pandangan Subaru kini berubah menjadi dingin, sementara kebingunan nampak di mata Emilia. Menerima tatapan mereka berdua, Garfiel membentangkan tangannya lebar, sikapnya seketika berubah...
"Tempat yang Roswaal sebut dengan Sanctuary atau apalah itu... adalah tempat di mana orang-orang bodoh berkumpul menghabiskan hari-hari mereka dalam kurungan 'Tanah Ujian', yang mana masing-masing dari mereka menuju akhir yang menyedihkan."
"Tanah Ujian....?"
"Orang-orang bodoh....?"
Saat Subaru dan Emilia masing-masing terfokus pada bagian yang berbeda, Garfiel pun menaruh tangan di atas mulutnya untuk menutupi taring tajamnya yang terlihat, dia tersenyum, seolah-olah menyembunyikan perasaan yang begitu rumit.
"Tapi kami para penduduk, menyebutnya, 'Kuburan Witch Of Greed'. Menggelikan, ya kan? Heh..."
Sebuah tawa terdengar seakan mencemooh dirinya sendiri, diam-diam menggema di dalam kereta.
Pelan, lemah, seperti sebuah kutukan, seperti sebuah mukjizat, tawa itu terdengar ke seluruh kereta.
Mendengarnya, Subaru hanya bisa diam merasa cemas dengan gadis yang ada di sebelahnya.
Jika Sang Penyihir menghalangi jalan Emilia lagi, maka dia harus menjadi orang yang memadamkan apinya... Dengan tegas, dengan tekad kuat, Subaru mengatakan hal itu pada dirinya sendiri.
Sanctuary semakin mendekat...
.... Bagi Subaru dan Emilia, itu adalah tempat yang akan mengubah jalan mereka selamanya....
---End Of Chapter 7---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 8
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Me..
5 Komentar
arigato mind lanjut terus
Balaskami tunggu terjemahan selanjutnya
hontoun nee arigato mind
Iya sama-sama, klo puas, share dong xD
BalasTerimakasih min, udah dari minggu lalu ane tunggu XD
BalasWoho.. iyaa.. share dong!! XD
BalasMAntap, setelah beberapa hal yg diperpanjang dengan berbasa basi akhirnya konflik mereka akan dimulai >:)
Balas