Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 (Part 3) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 : Raja Iblis Dengan Tegas Memutuskan Membeli Televisi -3



Chapter 1 : Raja Iblis Dengan Tegas Memutuskan Membeli Televisi.

Emi duduk di dalam kereta sambil memikirkan kembali panggilan yang diterimanya dari Emeralda via transmisi mental ketika ia pulang dari Choshi.

Usai mengucapkan selamat tinggal kepada Chiho, Alas Ramus mulai mengantuk dan tertidur di lengan Emi,

"Berenang bersama semuanya, huh?"

Emi melihat keluar jendela kereta dengan santainya, dan saat itulah ia dapat melihat pemandangan jalan yang dilewati oleh kereta dari stasiun Sasazuka.

Kereta cepat dari jalur Keio saat ini meninggalkan stasiun Daitabashi, stasiun setelah Sasazuka dan bergerak menuju Meidaime dengan cepat.

Kalau Emi berganti ke jalur Keio Inokashira di sana, dia bisa kembali ke tempat tinggalnya di Jepang.

"Kehidupan yang damai ini, aku penasaran berapa lama akan bertahan."

Dari nada Emi, tak seorangpun dapat memahami apa ia akan merasa senang atau tidak, jika itu terus berlanjut.

Bahkan, itu lebih seperti Emi sendiri tidak tahu jawabannya.

Dibandingkan laporan peristiwa-peristiwa terbaru yang disampaikan Emeralda sampai sekarang, isi pesan yang Emeralda sampaikan lewat telepon itu jauh lebih penting.

Tapi setelah rangkaian peristiwa yang terjadi di Choshi, bagi Emi yang sudah siap secara mental untuk kejadian tiba-tiba lainnya, dia sama sekali tidak merasa terkejut.

Ketika rekan lama Emi, Emeralda, meneleponnya kemarin, itu adalah malam harinya ketika dia kembali dari Choshi.

Karena renovasi Villa Rosa Sasazuka sudah selesai lebih awal daripada perkiraannya, Emi pun berdiri di samping Suzuno yang meminjam kamarnya dan mengemas barang-barang miliknya, dan mulai berbicara dengan Emeralda memakai telepon via transmisi mental.

"Manusia di Ente Isla saat ini sedang memulai perang besar~ jadi Emilia~ kumohon untuk saat ini jangan kembali dulu ~"

Menurut Emeralda, ketika kabar kemunculan sisa-sisa Pasukan Iblis yang semakin sering, dilaporkan ke Benua Utama, Afashan Empire dari Benua Timur menyatakan perang kepada Aliansi Kesatria Lima Benua sekaligus negara asal mereka agar bisa merebut kendali Benua Utama. Hal paling mengejutkannya adalah para iblis itu termasuk bagian dari pasukan Afashan.

Fakta bahwa Iblis yang berbaur dengan manusia ini, membuat Emi mengingat faksi pendukung perang Dunia Iblis, Barbariccia, yang disebutkan oleh Menteri Iblis Camio, dan juga Olba, yang mempengaruhi mereka dari balik bayangan.

Untuk Benua Timur yang tiba-tiba menyatakan perang, mungkin Olba juga terlibat di dalamnya. Emi menyampaikan kepada Emeralda kemungkinan itu sekaligus menyampaikan fakta bahwa iblis yang menjadi pasukan Benua Timur adalah Malebranche.

Ketika dia mendengar nama Olba, bahkan Emeralda sendiri menjadi sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata, nampaknya dia memiliki informasi obyektif lain mengenai Malebranche, dan reaksi ini memastikan kalau tebakan Emi sangat tepat.

"Tapi, kenapa aku tidak bisa kembali? Di antara para Malebranche itu, sepertinya ada iblis yang setingkat dengan Jenderal Iblis Benua Selatan, Maracoda!"

Emeralda menjawab pertanyaa Emi dengan ringkas.

"Bukankah sudah jelas~ karena ini hanyalah konflik antar negara yang dikuasai oleh manusia~"

Pasti ada iblis di dalam pasukan Benua Timur.

Bagaimanapun, pihak yang menyatakan perang adalah Afashan Empire yang menguasai Benua Timur, dan nama yang mereka gunakan adalah Unifying Azure Emperor.

"Jika informasi bahwa penyelamat yang menghilang ternyata tergabung ke dalam suatu pasukan dan ikut berperang sampai diketahui oleh publik~ meskipun perang itu dipastikan menang~ berbagai negara, agar bisa menjamin keamanan mereka sendiri~ pasti akan memulai peperangan untuk memperebutkan Emilia~"

"Memangnya aku ini senjata nuklir?"

"Senjata nuklir?"

".... Tidak, bukan apa-apa."

"Meskipun metode yang digunakan Unifying Azure Emperor sangat licik~ meskipun alasannya tidak diketahui~ selain ingin menguasai Benua Utama~ dia sepertinya juga menginginkan pedang suci Emilia~"

Mengenai hal ini, Emi juga sudah menduganya. Karena insiden ini berhubungan dengan Olba dan Barbariccia, daripada mengatakan Benua Utama, tujuan asli mereka yang sebenarnya adalah pedang suci.

"Memerintah para iblis dan menginginkan pedang suci, huh~ apa kau tahu sesuatu tentang metode mereka~?"

Pertanyaan Emeralda membuat Emi berpikir keras.

Afashan yang dipimpin oleh Unifying Azure Emperor adalah negara yang paling sering terjadi konflik internal, namun meski begitu, orang itu masih tetap seorang pemimpin dari negara tersebut.

Selama perjalanan untuk memerangi Raja Iblis, Emi sebelumnya pernah berada di Afashan, meskipun tempat itu memiliki banyak wilayah yang miskin dan tidak stabil, tapi masih ada banyak kota yang kaya dan makmur, serta para penduduk yang loyal terhadap Unifying Azure Emperor.

Ini artinya kepemimpinan dan pengaruh Unifying Azure Emperor sudah menyebar ke seluruh benua. Dan untuk orang seperti Unfying Azure Emperor memerintah iblis dan menyatakan perang terhadap negara lain, apa maksudnya itu?

"Meskipun aku tidak tahu siapa yang telah merancang skema ini, tapi orang hina ini benar-benar hina sampai ke akarnya."

"Kau menyadarinya~?"

"Memang lebih bagus jika kemenangan bisa kita dapatkan. Tapi, meskipun mereka kalah, mereka bisa mengklaim kalau ini bukan tindakan mereka dan melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain, ya kan?"

"Tepat sekali~"

Sebuah senyum kecut bisa terasa dari nada Emeralda.

Itu adalah metode Afashan.

Jika mereka berhasil menguasai Benua Utama dan membuat Aliansi Kesatria dari Benua Utara, Barat, dan Selatan menyerah kepada mereka, tanpa diragukan lagi, itu akan jadi kemenangan Afashan.

Di sisi lain, jika faktor tidak terduga seperti 'Emilia sang Pahlawan' ikut campur untuk mengacaukan rencana mereka dan menyebabkan kekalahan mereka, selama mereka memberi alasan seperti 'kami ditipu oleh iblis, seluruh negara dikuasai oleh iblis', di dalam Ente Isla yang masih belum pulih dari ketakutan akan Pasukan Iblis, maka akan sulit untuk meminta kompensasi dan investigasi tanggung jawab dari Unifying Azure Emperor hingga selesai.

Daripada itu, ini lebih seperti jika salah satu dari pihak Benua Utara, Selatan, atau Barat jatuh ke pihak Benua Timur, dan Emi dengan gegabah ikut dalam pertarungan dengan pedang sucinya, maka dia akan dituduh 'Emilia sang Pahlawan telah mengkhianati manusia' dan menyebabkan kedamaian yang dijaga oleh keberadaan 'Sang Pahlawan' menjadi terguncang.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 Bahasa Indonesia


"Aku tahu itu. Tapi, Emm seharusnya juga lebih berhati-hati. Entah itu Surga, Dunia Iblis, ataupun Ente Isla, saat ini hubungan mereka itu terlalu rumit, membuatnya sulit untuk mengetahui siapa lawan siapa kawan."

"Jangan khawatir~ tidak peduli apa yang terjadi, Emilia dan Alberto pasti akan selalu jadi rekanku~"

Kalimat dari rekan yang selalu bertindak sesukanya ini, membuat Emi tidak bisa menahan matanya yang memerah.

".... Haha, benar, kau benar mengenai hal ini."

"Seperti kata peribahasa, ketika dalam kesulitan~ bahkan orang tua pun akan meminta bantuan~ mungkin bantuan Emilia akan dibutuhkan suatu hari nanti~ tapi untuk sekarang berjuanglah sebagai Yusa Emi~"

"Yeah... Terima kasih."

"Sama-sama, akulah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah memberikan informasi yang berguna~ jadi~ tolong sampaikan salamku kepada semuanya di sana~ termasuk suamimu dan anakmu yang manis itu~"

".... Em!!"

"Ahahah~ Sengaja~"

Bahkan ketika berhadapan dengan nada Emi yang dingin sampai-sampai bisa membekukan magma, Emeralda masih tertawa acuh tak acuh dan menutup teleponnya.

Emi memberitahu Suzuno tentang isi panggilan tersebut tanpa menyembunyikan apapun.

Termasuk kekejaman Afashan Empire, fakta bahwa perang ini ada hubungannya dengan Olba, dan bahkan fakta bahwa mereka telah memiliki informasi yang dilaporkan oleh Camio. Meskipun Suzuno tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, namun dia juga mencapai kesimpulan yang sama seperti Emeralda.

Emilia sang Pahlawan tidak bisa kembali ke Ente Isla sekarang.

Suzuno menghentikan kegiatan mengemasnya dan berbalik ke arah Emi, ia pikir, dengan situasi mereka saat ini, bahaya yang tidak pernah mereka prediksi sebelumnya bisa saja muncul.

"Emilia, mungkin.... kita harus melakukan sesuatu yang benar-benar berlawanan dengan tujuan awal kita."

Suzuno mengernyitkan dahinya dan mengatakan hal tersebut dengan penuh penyesalan.

"Kita mungkin.... harus melindungi Raja Iblis."

"Eh? Apa maksudnya itu?"

Emi terbelalak karena pernyataan tiba-tiba tersebut, tapi nampaknya Suzuno benar-benar serius akan hal ini.

"Coba pikir, akibat insiden Choshi, Dunia Iblis pastinya sudah tahu kalau Raja Iblis masih hidup. Selain itu, Olba-sama yang diduga sebagai orang yang menarik benang antara Dunia Iblis dan Benua Timur, juga sudah tahu kalau Raja Iblis berada di Jepang, kan?"

"Ya, benar."

"Jika kita tidak berhati-hati, mungkin Raja Iblis akan dibawa ke Ente Isla."

"Ah?"

"Pwah!"

Alas Ramus sudah tertidur pulas karena kelelahan selama perjalanan, tapi dia masih bisa bereaksi terhadap teriakan Emi yang tiba-tiba, dan setelah Emi menutup mulutnya dengan panik, gadis kecil itu pun akhirnya berbalik secara perlahan dan kembali bernapas dengan tenang.

"...... Membawa Raja Iblis, apa maksudnya itu?"

Emi bertanya kepada Suzuno dengan suara pelan.

"Pikirkan kembali apa yang Camio katakan. Kenapa kekuatan Dunia Iblis bisa terbagi setelah runtuhnya Pasukan Iblis? Itu karena Camio yang percaya bahwa Raja Iblis masih hidup memutuskan untuk menjaga kestabilan negeri, sementara Barbariccia dan Ciriatto memilih untuk membawa keinginan Raja Iblis dan mulai berencana untuk menaklukan Ente Isla, kan? Sekarang, apa yang akan terjadi jika Raja Iblis kembali sekarang?"

"Apa yang akan terjadi....."

"Bukankah Camio kembali ke Dunia Iblis setelah setuju dengan Raja Iblis yang tetap tinggal di Jepang? Kita tidak perlu khawatir mengenai hal ini. Tapi, ini berbeda dengan Barbariccia. Jika dia sampai tahu kalau Raja Iblis masih hidup, dia pasti akan memintanya kembali agar bisa membangkitkan Pasukan Iblis. Karena faksi pendukung perang Dunia Iblis hanya terpecah dari organisasi awalnya karena konflik politik, mereka tidak mungkin akan kehilangan loyalitasnya terhadap Raja Iblis Satan."

"Haaa, setelah menyimpulkan kata-kata Camio, memang benar kalau situasinya akan jadi seperti itu.

Emi mengangguk.

"Ditambah lagi, ada juga kekejaman yang dilakukan oleh Afashan. Dari awal, Afashan itu tidak ahli dalam hal diplomasi, dan sering memberikan tekanan pada negara di sekitarnya dari atas. Di dalam negeri mereka sendiri, konflik internal juga terus menerus terjadi karena kepemimpinan tangan besi Unifying Azure Emperor, dan dia diangap sebagai seorang diktator jahat. Bagaimanapun, dibingungkan oleh informasi ini bukanlah hal yang bagus. Meskipun itu terdengar seperti alasan licik akibat kekalahan, tapi kita juga tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kemungkinan bahwa Unifying Azure Emperor memang benar-benar telah menyerah kepada Olba-sama dan Barbariccia, dan dikendalikan oleh mereka."

"Be-benar...."

Meskipun Emi menunjukan kesetujuannya, tapi dia sudah yakin kalau Unifying Azure Emperor berencana mendapatkan kendali Benua Utama karena keserakahan, oleh karena itu, dia menggunakan nada yang ambigu ketika menjawabnya.

Ini adalah perbedaan pemikiran antara Emi, seorang prajurit garis depan, dengan Suzuno, seorang politikus di belakang.

"Tanpa menganggap kalau cara kepemimpinannya itu benar, aku masih punya anggapan yang tinggi terhadap Unifying Azure Emperor sebagai seorang politikus. Lagipula, dia memerintah seluruh Benua Timur yang besar sebagai satu negara. Dan aku juga dengar dia tidak hanya sekedar berkuasa selama lebih dari 20 tahun, tapi dia juga membesarkan seorang penerus."

".... Apakah Missionary Department akan menyelidiki hal ini juga?"

"Tentu saja. Sebelum menyebarkan agama di negara lain, kita perlu memahami sisi religius dari orang yang berkuasa. Aku bahkan bisa mengatakannya dengan percaya diri bahwa di seluruh di Ente Isla, tidak ada satupun negara di mana Gereja tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai situasi politiknya."

Suzuno mengatakannya dengan santai.

"Adapun kenapa aku berpikir kalau Unifying Azure Emperor kemungkinan sedang dimanipulasi, itu karena seberapa lamanya dia berada di tahta."

"Eh?"

"Coba pikir, ketika masih ada Pasukan Iblis, siapa Jenderal Iblis yang bertugas menekan Benua Timur?"

"Ah!"

Pada poin ini, bahkan Emi pun menyadarinya.

"Alsiel!"

"Benar, meskipun dia saat ini terlihat seperti suami rumah tangga yang cerewet di mata orang lain, tapi dia lah satu-satunya Jenderal Iblis yang tidak diperangi oleh Emilia sang Pahlawan. Dan bahkan sebelum kekuatan Pasukan Iblis mulai mencuat ke permukaan, jauh sebelum itu, Alsiel sudah menekan Benua Timur. Jika ketakutan yang dia rasakan pada waktu itu masih tersisa dalam ingatan Unifying Azure Emperor, mungkin saja dia akan menyerah kepada iblis sekali lagi untuk melindungi negara dan nyawanya sendiri. Selain itu, jika Barbariccia tidak hanya membawa Raja Iblis, tapi juga Alsiel yang mempunyai pengetahuan bagaimana mengendalikan keseluruhan Benua Timur, maka mungkin saja iblis ini akan membangun jembatan untuk menaklukan Ente Isla dari Benua Timur."

"....."

Semakin lama Emi mendengarnya, semakin dia merasa kalau situasi yang ada jadi semakin serius.

"Tapi..... meski bukan maksudku memuji Raja Iblis... tapi jika Barbariccia melakukan hal seperti itu.... bukankah Raja Iblis akan marah?"

"Yeah, dia mungkin akan marah."

Suzuno mengakui hal ini tanpa ragu.

"Alasan kenapa kita bisa berhubungan baik dengan Raja Iblis di Jepang, sejujurnya adalah karena dia punya kepribadian yang murah hati. Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tapi ini adalah sesuatu yang perlu diakui."

"..... Benar."

Emi tidak ingin mengakui hal ini, tapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir mengkhianati perasaanya.

"Jika Barbariccia menggunakan cara paksa, mungkin Raja Iblis akan marah dan menghukumnya. Tapi bagaimanapun juga, orang itu masihlah seorang 'Raja'. Selama insiden yang terjadi di Choshi, aku sangat yakin mengenai fakta ini."

"Raja?"

"Maksudku, ketika berhadapan dengan sebuah keputusan, dia mungkin tidak akan meninggalkan para penduduk dan bawahan yang telah mengandalkannya. Lalu dia.... tidak akan pernah kembali ke Jepang."

"Ugh....."

Emi menahan napasnya.

Mungkin saja prediksi Suzuno akan menjadi nyata.

Meskipun dia biasanya hanya terlihat duduk dan tidak melakukan apa-apa, tapi ketika Maou harus berpikir, dia akan melakukannya dengan benar, dan dia sudah mengatakanya berkali-kali di depan Emi kalau dia pasti akan kembali ke Ente Isla.

Selain itu, Raja Iblis mungkin tidak akan menyerah terhadap iblis-iblis di Dunia Iblis yang menganggapnya sebagai raja.

Fakta bahwa dia memaafkan Ciriatto yang terpecah dari Camio dan meninggalkan Dunia Iblis, kemudian mengizinkannya untuk kembali, adalah bukti dari hal ini.

Lalu.....

"..... Eh?"

Emi mengerang pelan.

Maou kembali ke Dunia Iblis sebagai Raja Iblis.

Emi terkejut karena hal pertama yang dia permasalahkan ketika memikirkan hal ini adalah 'Alas Ramus akan sedih'.

"Eh? Eh? Bukan, bukan seperti itu...."

Chiho juga pasti akan sedih.

"Ti-tidak, tidak seperti itu juga, ugh, meskipun itu tidak sepenuhnya salah...."

Meski dia masih berhutang banyak pada Chiho, dia ingin pergi begitu saja?

"Bukan seperti itu!"

"Hm.... fwa..... eehmm."

Alas Ramus mengangkat bahunya sekali, dan terkejut sampai-sampai terbangun karena teriakan tanpa sadar Emi, model bangun tidur seperti ini nampaknya membuat dia tidak senang, hal itu bisa dilihat dari ekspresinya yang menjadi semakin kesal.

"Ah, ah, m-maaf Alas Ramus, tiba-tiba berteriak seperti itu!"

"Uwah, waahhhhh!"

Pada akhirnya, Alas Ramus pun menangis.

Emi menggendong Alas Ramus, mencoba untuk menenangkannya, dan bersamaan dengan hal itu, banyak pemikiran mulai terlintas di pikirannya sehingga dia tidak bisa berkonsentrasi dan berpikir.

Dan anehnya, keadaan mental Emi juga terhubung dengan Alas Ramus, dan membuat gadis kecil itu menangis tanpa henti.

Pada akhirnya, Emi hanya bisa terus menenangkan Alas Ramus sampai dia kembali tertidur karena kelelahan menangis.

Setelah menggunakan tisu basah untuk membersihkan wajah Alas Ramus yang dipenuhi air mata dan ingus, Emi pun menaruh gadis itu di atas kasur.

"......huuuh..."

Karena dia merasa sangat lelah, Emi juga menidurkan kepalanya di sebelah Alas Ramus.

Kali ini, dia akhirnya mengingat sesuatu.

"Aku tidak akan membiarkannya membangun kembali Pasukan Iblis. Orang itu.... di samping menjadi musuh ayah yang baik, dia juga musuh bagi seluruh umat manusia..."

"Nadamu benar-benar kaku, huh?"

Rasanya seolah-olah Suzuno sedang tersenyum kecut.

"Berisik... Aku sendiri juga merasa sangat terkejut, jadi jangan mencela orang lain."

Aku adalah sang Pahlawan, dan orang itu adalah raja dari para iblis. Ini tidak seperti aku mengabaikan keselamatan manusia dan kedamaian dunia, lebih penting lagi, aku tidak bisa memaafkan Pasukan Iblis yang telah menghancurkan hidup bahagia dan sederhana milik ayahku.

Meskipun mereka tidak bisa dimaafkan.

Akan tetapi.....

Butuh waktu lama bagi Emi untuk mengingatnya

Mungkinkah dia sudah melupakan perasaannya?

Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

"Tidak mungkin... seperti itu..."

Emi menggumam lemah.

Itu bukan sebuah gerakan yang disengaja, tapi setelah Alas Ramus berbalik, dia menempatkan tangannya di atas kepala Emi dengan hangat.

Seolah-olah dia sedang menghibur Emi.

".......uuuuuu!"

Emi, seolah dikuasai oleh kesedihan, menggigit bibirnya dan menidurkan kepalanya kembali.

"Jika dia tidak bisa bertemu Raja Iblis, Alas Ramus pasti akan sedih."

Suzuno menggumam pelan.

"Chiho-dono juga akan sedih. Lalu kita tidak akan bisa mempertahankan hubungan yang sama dengan Chiho-dono di masa yang akan datang."

"......"

"Terlebih lagi, orang-orang dari Kastil Iblis itu juga berhutang banyak pada kita, jika mereka pergi ke tempat lain sebelum membalasnya, rasanya itu tindakan yang buruk sekali."

"Kau bahkan membaca pikiranku. Benar-benar hobi yang buruk."

Emi mengatakannya pelan dengan nada yang hampir mirip seperti sebuah amarah.

"Bukan begitu, ini hanya karena apa yang kupikirkan sama dengan apa yang kau pikirkan. Tapi di bagian setelahnya, pemikiranku benar-benar berbeda dengan Emilia. Sebagai seorang penyelidik, tidak peduli apapun alasannya, aku tidak akan membiarkan orang dewasa membuat anak kecil melakukan pembunuhan terhadap ayahnya demi kenyamanan mereka sendiri, ini juga berlaku bahkan jika targetnya adalah Raja Iblis. Jadi...."

Dari suara baju yang saling bergesakan, Suzuno seharusnya sudah berdiri.

"Saat ini, untuk amannya, kita hanya bisa melindungi Raja Iblis, dan mencegah mereka jatuh ke tangan iblis dari Dunia Iblis."

"Serius.... Aku tidak ingin melakukannya, rasanya itu merepotkan...."

"Aku tidak akan memintamu untuk melindungi mereka. Bagaimanapun, aku tinggal di sebelah rumah mereka, dan orang yang paling ingin menyusun situasi di mana sang Pahlawan mengalahkan Raja Iblis, tidak lain tidak bukan adalah aku. Setidaknya, biarkan aku membawa tanggung jawab ini. Selama musuh seperti Malaikat Agung ataupun pemimpin Malebranche tidak muncul, meskipun sendirian, mungkin aku masih bisa menanganinya."

"..... Biar kukatakan ini terlebih dahulu, tidak ada yang lebih membosankan dibandingkan dengan mengawasi."

Tanpa mengangkat kepalanya, Emi mengatakan kata-kata tanpa motivasi yang tidak terdengar seperti seorang Pahlawan.

"Alsiel selalu hidup dengan kehidupan yang ketat untuk menghemat pengeluaran mereka, sementara Lucifer, dia selalu melekat pada komputernya. Untuk Raja Iblis, dia hanya bekerja terus menerus dan melayani pelanggan dengan semangat pelayanan penuh serta senyum di wajahnya. Kadang-kadang, hal itu membuatku berpikir kalau aku yang selalu mengawasi mereka, sama saja dengan seorang stalker."

"Bagaimanapun juga, McRonalds masih tutup sekarang. Paling tidak mereka perlu dilindungi dengan benar di saat-saat seperti ini. Ketika McRonalds kembali buka, Sariel-sama pasti akan mulai menyebarkan pengaruhnya, dan para iblis itu harusnya tidak bisa bertindak gegabah."

Berhadapan dengan McRonalds di depan stasiun Hatagaya di mana Maou bekerja, terdapat Sentucky di mana Malaikat Agung Sariel bertindak sebagai manager toko.

Sariel yang sangat menyukai manager McRonalds, Kisaki Mayumi, begitu ramah terhadap Maou dalam beberapa minggu belakangan ini, sampai-sampai terlihat begitu menjijikkan.

Meskipun bukan berarti Maou dan Sariel telah mencapai sebuah kesepakatan, tapi Barbairiccia seharusnya tidak sebodoh itu untuk menculik Raja Iblis ketika berada di dalam zona pengaruh Malaikat Agung.

".... Begitu ya."

Emi menggumam dengan acuh tak acuh dan terus berbicara,

"Ne, Bell. Apa kau tahu kenapa aku menyukai drama seri? Aku tidak mengacu pada cerita swordsmen maupun prajurit, melainkan drama seperti 'Mito no Fukushogun' atau 'Abarendo Shogun'.... meski aku mulai menyukai 'Onihei Hankacho' akhir-akhir ini."

"Hm? Itu....."

Suzuno terus menerus mengedipkan matanya karena tidak mengerti apa yang ingin Emi ungkapkan.

Setelah itu, Emi akhirnya mengangkat kepalanya dan mengatakan,

"Karena cerita ini memperlihatkan orang-orang jujur dengan hati yang bijaksana, sedang mengajarkan pelajaran kepada orang-orang jahat yang tidak bisa mendengarkan dengan tenang, mereka datang untuk membenarkan mana yang salah agar bisa mencapai sebuah akhir yang bahagia. Setidaknya dalam cerita ini, sangat bagus bisa membawa keadilan dengan sikap polos seperti itu."

"Begitu ya, singkatnya, permasalahan dunia tidak akan berjalan ke arah yang diinginkan seseorang, bukankah begitu?"

"Soal apa itu?"

"Itu adalah sesuatu yang disebutkan dalam buku yang kubaca baru-baru ini."

"Oh begitu."

Emi mengerang sambil berdiri, sementara Suzuno berpura-pura tidak mengetahui kalau sudut mata Emi kini telah memerah.

Setelah mendengus sekali, Emi menggelengkan kepalanya dengan lemah.

".... Paling tidak..."

"Hm?"

"Jika saja apartemen itu punya AC....."

"Sang Pahlawan yang menyelamatkan dunia, benar-benar telah melunak."

Suzuno membelai rambut Alas Ramus dan mengatakannya dengan sikap mengejek.

Emi menatap ke arah Suzuno dengan wajah yang dingin.

"Berapa biaya sewa apartemen di sana?"

"45.000 yen."

"Untuk kamar ini, karena berbagai alasan, biaya sewanya hanya 50.000 yen perbulan."

Ketika dia mendengar harga tersebut, Suzuno langsung melihat ke sekeliling ruangan.

"Oh, lalu, hm.... yah mau bagaimana lagi."

Apartemen ini adalah apartemen berukuran empat tsubo dengan dua kamar dan dapur besar di dalamnya. Selain memiliki AC dan kamar mandi, dapurnya pun menggunakan dapur listrik, sementara untuk aula di depan beranda apartemen, menggunakan kunci otomatis.

"Tidak mungkin, untuk biaya sewa di tempat seperti ini hanya 50.000 yen, itu sangat aneh tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, ya kan?"

"Ada begitu banyak alasan. Huuh... sepertinya masih banyak kamar kosong di sana, mungkin aku harus memantapkan keputusanku suatu hari nanti."

Suzuno sengaja tidak bertanya di mana 'di sana' itu, dan juga tidak bertanya kapan 'suatu hari' itu.

"eeehhhmmm... mama..."

Alas Ramus mengigau, dan di saat yang sama, tangan kecilnya berada di atas telapak tangan Suzuno.

Suzuno membelai kulit lembut gadis itu, dan tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyum.

"Aku...... tidak membenci hidup yang damai seperti ini."

"Eh?"

"Tidakkah kau merasa kalau situasi saat ini sangat tenang? Meskipun kita mengalami banyak hal, selama Raja Iblis masih berada di Jepang, dia hanyalah seseorang yang rajin dan tidak berbahaya. Dan di dalam peradaban yang luar biasa ini, kita juga bisa dengan santai menghabiskan hari-hari bersama teman dan orang-orang yang baik. Aku penasaran...."

Suzuno dengan lembut menggenggam tangan Alas Ramus dan membantunya menarik handuk hingga ke pundaknya.

".... berapa lama kehidupan kita yang seperti ini bisa bertahan."

Entah itu Suzuno, Emi, atau bahkan Raja Iblis, tidak mungkin tahu jawaban dari pertanyaan ini.

"Mama, kapan kita bisa pergi main di air lagi??"

Setelah kembali ke apartemen Emi di Eifuku Town, Alas Ramus yang hampir bangun sepenuhnya dalam perjalanan pulang, menanyakan hal tersebut kepada Emi.

"Mengenai itu, kapan ya enaknya?"

Emi menjawab dengan ambigu.

"Jika Alas Ramus menjadi anak yang baik..... tidak, jika semuanya tetap seperti ini, kita mungkin bisa pergi secepatnya."

"Aku ingin pergi! Ayo main di air dan ciprat-ciprat."

Tidak diketahui apakah Alas Ramus merasakan perasaan Emi atau tidak, tapi mata gadis kecil itu langsung berbinar-binar ketika mendengar kata 'secepatnya'.

Ketika memikirkan apa yang Suzuno katakan kemarin malam dan melihat tingkah Alas Ramus ini, Emi seketika merasakan sebuah kesedihan.

".... Baiklah, Alas Ramus, kau begitu berkeringat. Ayo mandi bareng mama."

"Mandi!! Main air!"

Alas Ramus sangat menyukai mandi.

Sepertinya dia memiliki kenangan yang indah saat pergi ke pemandian umum bersama Maou dan yang lainnya ketika dia masih tinggal di kastil Iblis. Jadi, ketika dia memasuki kamar mandi, dia pasti akan menjadi sangat bersemangat.

Baru-baru ini Emi menyadari kalau kelahiran Alas Ramus dari Pohon Kehidupan sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia yang sangat suka bermain air.

Karena panasnya musim panas dan pertimbangan kalau dia masih anak kecil, selama bak mandi diisi dengan air hangat, bahkan Emi pun bisa masuk ke dalam bak mandi dengan nyaman.

"Kalau begitu, aku akan membuat beberapa persiapan dulu, jadilah anak yang patuh, okay?"

"Yeah!!"

Alas Ramus mengangkat tangannya dengan bersemangat dan berjalan menuju ruang tamu, dia meletakkan topinya di atas meja dan duduk anteng di atas sofa. Dia mengambil sangkar burung kertas dari atas meja dan menoleh untuk melirik ke arah Emi diam-diam.

Ini adalah tanda kalau dia telah menjadi patuh.

Emi, tersenyum dan memberikan sebuah anggukan ke arah gadis kecil itu, setelah meletakkan tasnya di sudut dapur, dia langsung berjalan menuju arah kamar mandi. Ketika dia mengalirkan air yang tersisa di dalam bak bekas mencuci baju tadi pagi, kemudian berencana mengambil spons untuk membersihkan bak serta menyalakan shower....

"Mama! Ini wrrr wrrrring!"

Alas Ramus yang baru duduk diam beberapa detik yang lalu, saat ini telah mengambil smartphone yang Emi letakkan di dalam tas dan berdiri di depan kamar mandi.

Ketika dia melihat ke arah layar dengan seksama, Emi pun menyadari kalau Alas Ramus telah mengangkat sebuah panggilan.

Ketika dia mengeluarkan HP dari dalam tas, mungkin Alas Ramus sudah menyentuh sesuatu secara tidak sengaja.

Saat Emi berpikir kalau orang di seberang sana mungkin sudah mendengar teriakan Alas Ramus, wajah Emi pun langsung menjadi pucat.

"He... hello? Emi?"

Setelah memastikan suara dari speaker dan nama yang tertera di layar, Emi akhirnya bisa bernapas lega.

"Terima kasih Alas Ramus, tapi lain kali, jangan sentuh HP mama tanpa seizin mama, okay?"

"Tidak boleh?"

"Emi? Hello..."

"Yeah, tapi terima kasih karena telah membawanya ke sini."

"Hee hee, un!"

Setelah tangannya dibelai, Alas Ramus nampak tertawa karena sensasi geli yang dia rasakan dan kembali ke ruang tamu.

"Emi, apa Emi di sana?"

"Hello, maaf Rika, Alas Ramus menyentuh HP-ku atas keinginannya sendiri...."

Panggilan tersebut berasal dari rekan kerja sekaligus teman Emi, Suzuki Rika.

Meskipun dia tidak tahu tentang masalah Ente Isla, tapi dia kenal dengan Maou, Chiho, Suzuno dan juga yang lainnya, dia juga tahu kalau Emi diminta untuk merawat anak kecil bernama Alas Ramus.

"Berbahaya sekali. Akan lebih baik kalau dia tidak membuat panggilan internasional, dan membuatmu harus membayar puluhan ribu yen tagihan telepon."

"Maaf maaf, aku akan lebih memperhatikannya nanti. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Uh~ itu...."

Emi baru saja menyelesaikan pertanyaannya, namun Rika sudah mulai tergagap.

"???"

"Ne, Emi, sepertinya ada suara-suara di belakangmu? Kau ada di mana?"

"Eh? Aku sedang berada di dalam kamar mandi, aku berencana mau mandi."

"Begitu ya, hm, kalau begitu, tidak masalah kalau kita bicara nanti, maaf mengganggumu..."

"Ada apa, apa yang terjadi? Ini tidak seperti gayamu, apakah ini akan butuh waktu yang sangat lama?"

Nada bicara Rika terdengar sangat ragu-ragu. Karena kepribadiannya yang biasanya bersemangat, sulit untuk membayangkan kalau dia akan melakukan panggilan gugup seperti itu.

"Tidak, ini tidak butuh waktu selama itu, erhm, bagaimana mengatakannya ya..... mungkin, ini perlu sedikit waktu...."

"Rika...? Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

Emi bertanya dengan nada yang tegas. Mungkin, Rika memiliki beberapa masalah.

Dari fakta bahwa Rika menjadi murung ketika ditanyai apa yang terjadi, ini sepertinya bukanlah masalah kecil.

Emi duduk di pinggiran bak mandi, dan menyesuaikan posturnya sehingga dia bisa mendengar suara Rika dengan jelas.

"Jika kau punya masalah, ceritakan saja padaku! Kau meneleponku karena kau ingin mengatakan sesuatu padaku kan?"

"......... Jangan tertawa, okay?"

Setelah mempertimbangkannya sejenak, Rika menanyakan hal tersebut.

Setelah mendengar hal ini, Emi menjadi sedikit lega. Karena itu adalah sesuatu yang tidak ingin orang lain tertawakan, itu seharusnya bukanlah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan.

"Aku tidak akan tertawa. Ada apa?"

"E erhm... Aku merasa aneh jika bertanya kepada orang lain mengenai hal ini."

"Hm?"

"Tapi selain Emi, aku tidak punya orang lain untuk diajak berdiskusi..... Bisakah kau mendiskusikan hal ini denganku sebentar?"

"Baiklah, ada apa?"

Emi meminta Rika untuk berbicara. Karena ini adalah kekhawatiran dari seorang teman yang sangat penting, Emi pasti akan membantu dia untuk menyelesaikannya. Sampai saat ini, Emi sudah mendiskusikan banyak hal dengan Rika, dan Rika pun juga sudah banyak membantu Emi.

Karena hal ini membuat Rika merasa kesulitan sampai seperti ini, ini pasti bukanlah kekhawatiran yang sederhana.

"Itu....."

Rika nampaknya mengambil napas dalam untuk memantapkan pikirannya.

"Menurutmu, baju model apa yang akan disukai oleh Ashiya-san?"

".........................................."

Terduduk di pinggiran bak mandi dengan HP di telinganya, Emi seketika mematung dengan sebuah senyum di wajahnya.

"...Emi?"

Karena Emi tidak segera menjawab, Rika pun memanggilnya dengan kaget.

Meski begitu, Emi masih belum keluar dari keadaan mematungnya.

Bahkan saat orang-orang menemui situasi yang tidak terduga, mereka pasti selalu bisa memikirkan pengalaman mereka sebelumnya dan mencoba mengamati situasinya dengan apa yang sesuai ekspektasi mereka.

Emi saat ini sedang berada di dalam kondisi tersebut.

"Mungkin.... baju yang murah."

Oleh karena itu, dia memberikan jawaban tersebut dengan susah payah.

"Baju murah? Maksudmu baju yang tidak bermerk?"

"Benar!"

Emi masih membeku, nada bicaranya terdengar agak kaku.

"Aku tidak pernah melihatnya mengenakan apapun selain UNIxLO. Bahkan untuk sepatu, mungkin karena dia menyukainya, dia juga memakai barang-barang yang murah...."

"Eh? Hey, Emi, salah, salah, bukan itu maksudku. Aku tidak bertanya apa yang biasanya Ashiya-san kenakan ataupun baju apa yang dia beli."

"....Lantas, apa maksudmu?"

Untuk pertama kalinya ekspresi Emi berubah.

Perasaan tidak enak yang menghampiri otaknya dan fakta bahwa jantung serta perutnya terasa berat, bukanlah ilusi semata.

"Jadi, serius, kau seharusnya tahu kan? Aku bertanya jenis baju perempuan model apa yang dianggap manis oleh Ashiya-san?"

Rika pasti mengumpulkan banyak keberanian untuk menanyakan pertanyaan ini.

Ini bukanlah sesuatu yang bisa didiskusikan dengan siapapun.

Di antara orang-orang di sekitar Rika, wanita yang kenal Ashiya lebih dulu dibandingkan dengan dirinya hanyalah Emi, Chiho, dan Suzuno. Dan dari sudut pandang Emi, Rika tidak terlalu dekat dengan Chiho dan Suzuno untuk bisa ditanyai pertanyaan seperti itu.

Meskipun Rika sudah menjadi sangat dekat dengan Chiho akibat insiden yang berkaitan dengan Alas Ramus, tapi bagaimanapun, bertanya tentang apa yang harus dikenakan agar dianggap menarik oleh seorang pria, itu 99% sama saja dengan mengaku kalau dia menyukai pria itu.

"Se-sebelum menjawabnya, Rika, boleh aku bertanya?"

"A-ada apa?"

Bagi Emi, dia memang sangat terkejut sampai-sampai jantungnya terasa berhenti dan terasa menjadi patung, namun Rika pun juga kehilangan kendali akibat pengakuannya dan menjadi begitu gelisah.

"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Al... Ashiya?"

Jika tidak terjadi apa-apa, tidak mungkin Rika akan mengatakan hal seperti itu.

Ketika Rika dan Suzuno bertemu dengan Ashiya secara tidak sengaja di Sentucky cabang Hatagaya, Emi memang merasa kalau sikap Rika terhadap Ashiya sedikit berbeda dari biasanya, tapi setelah itu, apakah Rika dan Ashiya punya kesempatan untuk berkomunikasi satu sama lain?

"Ti-tidak ada sama sekali! Tidak ada!! T-tapi tapi......"

Rika menyangkalnya dengan panik.

Namun, suara Rika menjadi semakin pelan dan semakin pelan setelah itu, pada akhirnya, dengan suara yang mirip seperti dengungan nyamuk, dia mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Emi sepenuhnya membeku.

"Ashiya-san..... memintaku untuk.... membeli sesuatu bersama dengannya...."

Emi seketika merasa pemandangan di depannya menjadi gelap.

---End Of Chapter 1---





Translator : Me..
Editor : Namika and Me..
Previous
Next Post »
4 Komentar