[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 : Raja Iblis Dengan Tegas Memutuskan Membeli Televisi -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 Part 1
Chapter 1 : Raja Iblis Dengan Tegas Memutuskan Membeli Televisi.
Dalam periode lebih dari setahun ini, meskipun Kastil Iblis sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli kulkas, mesin cuci, komputer, sepeda, dan berbagai barang lainnya, tapi karena beberapa alasan, mereka tidak membeli televisi.
Selain fakta bahwa mereka tidak mengalokasikan budget untuk membeli televisi, alasan utamanya adalah karena Maou dan Ashiya yang baru datang ke Jepang, sama sekali tidak memahami konsep 'menonton acara TV'.
Meskipun akhirnya mereka mengerti kalau TV bisa membantu mereka mengetahui iklan komersil, acara berita yang membantu memahami situasi dunia, sekaligus prakiraan cuaca dan informasi lainnya, namun tidak hanya dari TV, ada banyak metode lain untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut.
Juga, fakta bahwa TV Digital telah menjadi tren dari era modern adalah alasan paling utama kenapa penghuni Kastil Iblis ragu-ragu untuk membeli TV.
Saat ini, konektor antena di Villa Rosa Sasazuka hanya bisa menerima sinyal analog, dan dalam kontrak penyewaan, tidak disebutkan tentang TV digital.
Setelah Maou dan yang lainnya melakukan penyelidikan, mereka mengetahui jika mereka ingin memasang TV digital, mereka harus menanggung biaya pemasangan antena dan jika mereka ingin memasang antena atas keinginan mereka sendiri, mereka takut kalau pengumpul biaya dari MHK akan menguras keuangan mereka.
(*MHK parodi dari NHK)
Hanya membeli televisi saja sudah membutuhkan tekad yang begitu besar, jika mereka tidak berhati-hati dan bertanya kepada ibu kos tentang antena, kemudian dia memutuskan untuk memasangnya dan menambah biaya sewa, itu adalah sesuatu yang sangat mereka takutkan.
Mereka tidak bergantung pada TV, ada banyak cara untuk mendapatkan informasi di Jepang, dibandingkan dengan kulkas yang mempunyai hubungan erat dengan masalah rasio ataupun mesin cuci yang perlu digunakan untuk menjaga kebersihan, membeli TV bukanlah hal yang terlalu penting bagi Kastil Iblis.
"Haah, selama ada HP dan internet, tidak akan ada masalah apapun dalam hal menonton berita ataupun prakiraan cuaca."
"Ketika kau bicara seperti itu, entah kenapa aku merasa agak kesal."
Emi, sebagai pengunjung dari dunia lain sana, mengatakan hal itu dengan riang, dan membuat Maou, si Raja Iblis, ingin mencari lubang untuk bersembunyi.
"Itu benar, akhir-akhir ini aku mulai tahu bagaimana cara mendapatkan informasi lewat HP dan internet setelah sedikit bersusah payah."
Suzuno memegang 'Easy Call Phone' yang baru beberapa waktu lalu dibelinya, sebuah ponsel yang mudah dioperasikan yang dikeluarkan oleh Docodemo.
"Jika kau sedikit berusaha, kau bahkan bisa menggunakan HP untuk menonton TV.... tapi itu membutuhkan banyak daya, jadi aku tidak terlalu sering menggunakan fungsi ini."
Ponsel lipat Chiho adalah salah satu model di mana layarnya bisa dibuka dan dilipat.
"Akhir-akhir ini, masalah yang berhubungan dengan baterai semakin bertambah. Meskipun itu tergantung penggunaannya juga, tapi akan lebih baik kalau daya baterai bisa bertahan lama. Kalau untuk Slimphone, charger-nya harus ikut dibawa juga ketika kau ingin menggunakannya."
Emi mendesah mendengar kata-kata Chiho.
Emi adalah seorang pegawai Customer Service di perusahaan HP Docodemo, setelah mencuatnya informasi tentang perangkat dengan fungsi yang lengkap.... Slimphone pun mulai lazim digunakan dan menyebabkan pertanyaan mengenai baterai semakin bertambah dibandingkan dengan sebelumnya.
Untuk teknologi yang ada di dalam Slimphone, daripada menyebutnya ponsel, lebih tepat jika disebut mini komputer. Meskipun transmisi dan pengunaan fungsinya memang berpengaruh besar pada daya tahan baterai, tapi waktu stand-by normalnya juga lebih pendek dibandingkan ponsel model lama yang digunakan oleh Chiho dan Suzuno.
"Maksudku, apa kalian benar-benar berpikir kalau HP-ku secanggih itu sehingga bisa digunakan untuk menonton TV?"
Maou memberikan ketiga wanita yang sedang mengoceh tentang HP itu, sebuah tatapan tidak senang.
"Dengar baik-baik dan terkejutlah!! Ponsel milik Raja Iblis kami, sudah punya antena yang terpasang di dalamnya."
"Eh?"
"Eh?"
"Hm?"
Kata-kata Urushihara, dia ucapkan dengan nada yang sombong, menyebabkan Chiho terkejut dan membuat Emi terbelalak. Sementara Suzuno, dia terlihat bingung karena tidak mengerti maksudnya.
"Daaan, itu hanya perlu di charge setiap dua hari sekali."
"Eh?"
"Setiap dua hari sekali?"
"Apa itu termasuk lama? atau sebentar? Aku benar-benar tidak mengerti."
Kali ini, bahkan Emi pun sangat terkejut, sementara Suzuno masih tidak paham akan situasinya.
"Aku membeli ini tidak lama setelah datang ke sini, karena tidak masalah selama harganya murah, maka pada akhirnya aku memilih yang ini."
Setelah Maou mengatakannya, dia mengeluarkan HP miliknya dari dalam sakunya.
Meskipun ada beberapa goresan di permukaannya, tapi itu masih terlihat kalau Maou benar-benar menjaga HP-nya. Ponsel tersebut terlihat jelas lebih tua dibandingkan model yang digunakan oleh Chiho dan Suzuno.
"A-ayahku menggunakan ponsel seperti ini sebelumnya."
Untuk Chiho yang tumbuh di dalam lingkungan masyarakat berlatar belakang informasi, dia sudah terbiasa dengan benda-benda elektronik seperti HP yang ada di sekitarnya, jadi ketika dia melihat desain HP Maou, dia langsung tahu kalau itu adalah model lama.
".... Ini, apa merk ponsel ini?"
Logo-nya terpampang di bagian belakang ponsel, bahkan Emi yang bekerja di bidang yang berhubungan dengan HP dan tahu tentang berbagai merk perusahaan lain sampai batas tertentu, tidak pernah melihat logo seperti itu sebelumnya.
"Dari alamat email Maou-san, itu harusnya 'ae' kan?"
Maou mengangguk menanggapi pertanyaan Chiho.
"Tagihan teleponnya memang dibayarkan ke ae. Tapi ketika aku membeli ponsel, pegawainya bilang sesuatu seperti kuota dan telepon unlimited yang sama sekali tidak kupahami, lalu aku menjawab, sudah cukup selama bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan, dan orang itu memberikan ponsel ini padaku."
"Hanya untuk telepon dan mengirim pesan... mungkinkah ini Thu-ka?"
Thu-ka adalah merk HP yang poin jualnya adalah pengoperasian, fungsi, dan metode pembayaran yang sederhana. Tapi karena pelayanan aslinya sudah dihentikan, layanan telekomunikasinya pun kini berada di bawah naungan ae, salah satu dari 3 merk terkenal di Jepang.
"Karena HP-nya sendiri gratis, pengoperasiannya mudah, dan tidak membutuhkan biaya tambahan, maka aku memilih model yang ini."
Meskipun Maou mengatakannya dengan acuh tak acuh, tapi dengan pengaruh Slimphone, bahkan pasar untuk model yang dikenal sebagai ponsel anak muda pun semakin menyusut. Jadi jumlah orang yang masih menggunakan ponsel model lama Thu-ka, sudah sangat jarang sekali.
Sebelum itu, hanya dari fakta bahwa ponsel Thu-ka masih bisa menggunakan protokol saat ini, sudah bisa dianggap sebagai sebuah keajaiban.
Tepat seperti slogan Thu-ka pada waktu itu 'intinya, sudah cukup selama bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan', ponsel Thu-ka pun juga tidak punya fitur internet.
"L-lalu Maou-san, sampai sekarang, bagaimana caranya kau memeriksa prakiraan cuaca?"
"Eh? Aku menelepon 177."
Chiho bertanya dengan gelisah, tapi langsung tidak bisa berkata-kata ketika mendengar jawaban Maou.
"Tapi sampai sekarang, aku hanya menelepon hotline waktu pelaporannya setiap 5 kali sekali."
"Emilia, apa itu 177?"
"Hm, itu adalah layanan yang digunakan untuk mengecek prakiraan cuaca melalui HP. Ngomong-ngomong, hotline waktu pelaporannya adalah 117. Aku pernah diberitahu tentang angka khusus yang harus ditekan terlebih dahulu sebelum menelepon melalui telepon, tapi karena selama training kerja dikatakan kalau ini adalah pengetahuan yang tidak lagi digunakan dalam era modern, aku pun melupakannya."
Seperti yang diharapkan dari Emi yang bekerja di bidang yang berkaitan dengan ponsel, dia bisa menjawab pertanyaan Suzuno yang ditanyakan secara pribadi.
"Tapi sekarang, bahkan layar standby dari HP saja akan menunjukan prakiraan cuaca dengan sendirinya, aku tidak pernah menyangka kalau masih ada orang yang akan menggunakan layanan ini.... selain itu, jika kau tidak ingin menelepon nomor yang salah, maka simpanlah nomor itu di dalam buku telepon."
"Ini bukan pertama kalinya kita didesak seperti ini."
Urushihara melihat ke arah laptop dan menggelengkan kepalanya.
"La-lalu, kalau soal berita...."
Dari sudut pandang Chiho, Maou tidak terlihat seperti tidak bisa mengikuti perkembangan peristiwa saat ini ketika berbicara dengan orang lain di tempat kerja.
Oleh karena itu, Chiho selalu menganggap Maou, entah itu berita politik, ekonomi, berita internasional, kriminal, olahraga dan berita-berita lainya, dia punya standar pemahaman tertentu.
"Huuh, kami punya komputer setelah Urushihara datang ke sini, dan aku juga membaca koran yang dibawa oleh agen koran di terminal dan main ke toko buku untuk membaca beberapa majalah, jadi tidak sulit bagiku untuk mengikuti topik-topik di sekitarku."
"....."
Bagi Chiho, yang sudah terbiasa dengan masyarakat modern, kata-kata Maou benar-benar sulit dipercayai.
"Huuh, mengenai HP, apapun tidak masalah. Ini cukup menyenangkan dan aku tidak berkeinginan untuk berganti model HP. Tapi, apartemen ini akhirnya terpasang antena untuk TV digital...."
Maou melihat ke arah konektor antena dengan penuh perasaan, tapi ketika pandangannya beralih pada colokan yang sudah diisi dengan charger komputer Urushihara, dia mengernyitkan dahinya.
"Hey, Ashiya."
"Ada apa?"
Maou berbicara seolah berbicara pada dirinya sendiri.
"Ayo beli Televisi."
"Ehh??"
"Reaksi macam apa itu?"
Wajah Maou langsung menjadi waspada, ketika melihat Ashiya yang mengerang seolah sedang terkena sakit tenggorokan.
"Dari percakapan Maou-sama tadi, kesimpulan seharusnya adalah kita tidak membutuhkannya...... dan bukankah kau bilang sendiri meskipun tidak ada TV, kau masih bisa tahu tentang keadaan dunia ini kan? Selain itu, bukankah kita sudah punya komputer dan internet?"
Ashiya melihat ke arah Urushihara dengan kesal.
"Jangan membuatnya terdengar seolah-olah alasan untuk keberadaanku di sini hanyalah untuk komputer dan internet, okay?"
"Aku akui kau sudah tumbuh dan menjadi mesin penjual otomatis yang bisa mengatur antrien."
"Setidaknya bilang kalau aku ini adalah mesin penjual otomatis yang bisa menyebabkan terbentuknya antrean."
Kedua Jenderal Iblis itu mengatakan omong kosong yang tidak berguna.
"Huuh, tapi apa yang dikatakan Alsiel cukup masuk akal. Sudah cukup lama sejak aku membeli TV, tapi selain untuk menonton berita di pagi hari, film dan drama seri di malam hari, sekaligus ramalan cuaca, TV ku biasanya kumatikan. Aku tidak berpikir kalau membeli TV itu perlu hanya karena antenanya berubah."
"Kau tidak membiarkan Alas Ramus menonton acara anak-anak ya?"
Maou memandang ke arah kepala Emi.
Alas Ramus yang tertidur di kamar nomor 202, saat ini telah bergabung dengan Emi.
"Apa kau lupa dengan pertunjukan yang diselenggarakan di Tokyo Big Egg Town beberapa waktu lalu?"
Emi melihat balik ke arah Maou dengan ekspresi keheranan.
"Entah itu kartun anak-anak ataupun 'Fun With Mama' di saluran edukasi MHK, warna-warna yang muncul di dalamnya kebanyakan sangatlah cerah. Aku khawatir kalau anak ini akan menjadi seperti waktu itu, jadi aku meminimalisir waktunya dengan TV."
"Ah, begitu ya."
Beberapa waktu lalu, Maou, Emi, dan Alas Ramus pergi menonton pertunjukan pahlawan di Tokyo Big Egg Town, dan setelah menyaksikan para pemeran penuh warna yang bergerak dengan semangat di atas panggung, Alas Ramus pun mulai menunjukan tanda-tanda kejang.
Pohon besar dan benda-benda dengan warna yang cerah mempunyai hubungan mendalam dengan Alas Ramus, hal itu membuatnya mengingat 'Sephira' yang mempunyai warna yang berbeda-beda dan membentuk dunia, sekaligus Pohon Kehidupan tempat asal dia dilahirkan.
Kenyataannya, pada waktu itu, apa yang Emi dan lainnya ketahui tentang Pohon Kehidupan hanya terbatas pada apa yang mereka dengar dari rumor.
Meskipun saat ini tidak ada yang bisa menyimpulkan efek apa yang akan terjadi pada Alas Ramus, tapi karena pada waktu itu Alas Ramus merasa tidak nyaman, maka Emi pun mencoba sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang bisa membuatnya mengingat Pohon Kehidupan.
"Dulu, ada satu periode waktu di mana aku berpikir kalau akan lebih baik kalau kita punya TV."
Maou mulai berbicara tentang beberapa kenangan yang bisa dibilang pahit.
"Ini terjadi sebelum Chi-chan bekerja di McRonald. Bukankah Mags mempunyai menu Happy Meal yang didesain khusus untuk anak-anak? Menu itu mempunyai hadiah berupa mainan."
"Ah yeah, ada."
"Untuk mainan-mainan itu, ada perbedaan besar antara yang populer dan tidak populer kan? Pada waktu itu, yang dirilis adalah mainan dari Pokemon, suatu hari ada seorang anak kecil yang terlihat baru masuk SD memesan Happy Meal dan bersiap-siap memilih mainannya. Ketika aku bertanya pada anak itu mana yang dia inginkan...."
Ketika Maou mencapai poin ini, dia terlihat mengernyitkan dahinya dalam-dalam.
Bahkan Ashiya tidak pernah melihat Maou menunjukan ekspresi seperti itu dalam beberapa bulan terakhir.
"Anak kecil itu bilang dia ingin tipe yang bersuara 'gero gero'."
Maou berhasil mengatakannya setelah upaya yang begitu keras, menyebabkan Ashiya, Chiho, Emi dan Suzuno terbelalak.
"Benar!! Perasaanku pada waktu itu persis sekali seperti perasaan kalian saat ini. Sebenarnya mainan mana yang bersuara 'gero gero'? Pada waktu itu, aku bahkan tidak tahu kalau pokemon mempunyai nama panggilan unik sendiri, tentu saja aku tidak tahu mana yang bisa bersuara 'gero gero'. Bagaimanapun, saat itu hampir ada 10 model, jadi aku tidak mungkin memilihnya hanya berdasarkan insting."
Karena mereka tidak tahu kapan cerita Maou akan berakhir, mereka pun hanya bisa diam mendengarkan, namun secara tak terduga, Urushihara memecah keheningan tersebut.
"Aku mencoba mencarinya, itu sepertinya adalah pokemon khusus yang hanya muncul di film. Itu adalah wujud awal dari Dragohelios, pokemon legenda yang muncul di film 'Dragohelios, Path of the King of the Sky' dan dikenal dengan nama Dragos. Itu adalah pokemon kodok tipe air yang sering muncul dan menjadi naga karena sebuah mutasi."
"Bisa kau berbicara dengan bahasa manusia?"
Bagi Suzuno yang tidak familiar dengan budaya modern Jepang, kata-kata Urushihara terdengar seperti sebuah kutukan.
"Tapi Maou-sama, jika memang begitu, tidakkah kau bisa menyimpulkan kalau itu harusnya adalah tipe yang terlihat seperti kodok dari suara 'gero gero' nya?"
"Ashiya, kau masih berpikir seperti itu padahal kau sudah tinggal di Jepang selama lebih dari setahun? Jika kau pikirkan baik-baik, hanya di Jepang-lah mereka menggunakan 'koke kokko' untuk mendeskripsikan suara ayam."
Di Bumi, peniruan suara binatang bisa menjadi berbeda karena perbedaan negara dan wilayah. Jadi, meski tanpa berbicara tentang dunia, bagi Maou yang tidak terlalu memahami tentang perbedaan species dalam biologi, bagaimana mungkin dia tahu kalau 'gero gero' adalah untuk mendeskripsikan suara kodok? Dan, satu-satunya orang yang mengajari Maou tentang hal-hal ini, Manager dari McRonald, Kisaki Mayumi, sama sekali tidak tahu mengenai masalah tersebut.
"Ngomong-ngomong, Happy Meal berkolaborasi dengan film itu, dan karena pokemon itu berhubungan dengan inti ceritanya, maka pokemon itu pun muncul di trailernya. Anak itu tidak tahu nama Drago dan juga tidak ingat wujud makhluk itu. Pada akhirnya, kami tidak tahu tipe mana yang dia inginkan, jadi ibunya bermaksud memilih Pirichu."
Pirichu adalah pokemon paling umum dan terkenal dalam seri pokemon.
"Akan tetapi, karena pirichu begitu populer, stoknya pun habis. Hasilnya ibu-ibu itu memilih ubur-ubur yang di atasnya terlihat seperti banyak magnet yang tertempel, itu adalah mainan yang sama sekali tidak terlihat lucu maupun keren, bahkan di mataku."
Mereka sama sekali tidak memahami soal pokemon, meskipun mereka pernah mendengarnya, mereka masih saja tidak dapat memahaminya.
".... Jadi, apa poin dari cerita ini?"
Emi bertanya, tidak mampu menahan pertanyaannya untuk keluar.
"Dengan kata lain, jika aku dengan seksama menyaksikan trailer film yang muncul di TV dan mendapatkan pengetahuan yang cukup, maka aku harusnya bisa memberikan produk yang diinginkan oleh pelanggan itu. Meskipun sangat disayangkan karena stok Pirichu habis, tapi setidaknya masih ada tipe lain yang tersisa."
"Terlalu panjang!"
Kata-kata Urushihara mengekspresikan pemikiran semua orang saat ini.
"Jadi apa hubungannya hal itu dengan membeli Televisi? Bahkan jika itu bukan jangkauan Ashiya-san, aku rasa informasi seperti itu bisa ditemukan lewat internet."
Maou mengangguk menanggapi pertanyaan Chiho.
"Jika suatu penyelidikan tidak dilakukan berdasarkan ketertarikan, seseorang mungkin tidak akan pernah mengambil inisiatif untuk mencari informasinya. Meskipun kegagalan adalah ibu dari kesuksesan, tapi jika kita tidak menghindari kegagalan yang bisa dicegah hanya dengan lebih memperhatikan sesuatu, maka itu tidak bisa disebut kegagalan, melainkan kelalaian, ya kan?"
"Jadi, tidak baik mencari tahu lewat internet? Jika kau ingin mendapatkan wawasan yang lebih luas, aku dengar kalau kau bisa mendapatkan informasi yang ada di TV dan koran melalui internet."
Sikap Ashiya benar-benar menunjukan pemikirannya kalau dia tidak ingin menggunakan uangnya untuk membeli TV, kemudian Maou mengatakan hal ini dengan senyum kecut di wajahnya.
"Biar kuberikan satu contoh yang bisa kau pahami dengan mudah, kau seharusnya pernah mengalami situasi di mana kau tahu kalau daging cincang sedang dijual di supermarket dengan harga khusus, dan ketika kau memutuskan pergi membeli bahan-bahan untuk membuat hamburger steak, kau tiba-tiba menyadari kalau salmon fillet ternyata lebih murah, dan kau pun berganti menu ke salmon mentega. Kemudian kau menggunakan beberapa puluh yen yang telah kau simpan untuk membeli tauge guna menambah nutrisi dan porsinya, ya kan?"
"Eh..... yeah, aku pernah mengalaminya beberapa kali..."
Ashiya menjadi sedikit bingung ketika topiknya tiba-tiba berubah menjadi masalah pekerjaan rumah tangga.
"Hamburger steak dihidangkan dengan daging dan saus tomat, tapi jika salmon yang akan dimasak, maka mentega juga harus dibeli. Dan setelah itu, kalau menu-nya menggunakan salmon, mentega, dan tauge, kau akan lebih memperhatikan informasi pada harga yang berhubungan dengan barang-barang tersebut kan?"
"Yeah, memang benar."
Suzuno yang sering memasak seperti Ashiya, juga menyetujuinya.
"Bagaimana ya, hmm jika informasi terkumpul lewat internet, maka hal-hal seperti tadi tidak akan terjadi. Jika kita memikirkan hamburger steak, kita mungkin akan memikirkan lobak tumbuk ala Jepang, saus demiglaze, hamburger steak keju, hamburger steak tahu, hamburger steak ala toko, hamburger Jerman dan hal-hal lainnya kan? Tapi kita tidak akan mungkin berpikir tentang salmon mentega dan tauge, benar kan? Intinya, tidak mungkin kita bisa memperluas kemungkinannya."
"Memperluas kemungkinan, huh?"
Dalam situasi yang sangat langka, Urushihara mendengarkan Maou dengan seksama dan membungkuk ke depan dari posisi duduk ala Jepangnya.
"Tentu saja, ada banyak cara perluasan dan mereka tidak mungkin bisa disatukan. Tapi kalau hanya berbicara tentang internet, untuk hal-hal yang tidak menarik, mereka mungkin tidak akan memperhatikannya dan bahkan merasa tidak perlu memperhatikannya."
"Haah, memang benar. Tapi untuk televisi, apakah kau tidak akan mematikannya jika kau tidak tertarik?"
Emi, satu-satunya penghuni dari dunia lain yang mempunyai TV mengekspresikan pendapatnya, dan Maou menggelengkan kepalanya untuk menjawab.
"Untuk program-program yang tayang di TV, memang ada beberapa di antara mereka yang tidak menarik ketika tayang pertama kali, namun ketertarikan pada mereka mungkin akan muncul setelahnya, itu bukan hanya sekedar masalah menghidupkan atau mematikan televisi. Hanya dari poin ini, bukankah internet juga hanya memungkinkan orang-orang untuk melihat informasi yang ingin mereka lihat? Di dunia ini, mungkin ada beberapa hal yang tidak dibutuhkan hari ini, lalu pada akhirnya berguna di masa yang akan datang, ya kan?"
"Maou-sama, kenapa kau punya pemahaman seperti itu tentang televisi?"
Ashiya menanyakan sebuah pertanyaan polos.
"Ah, aku baru saja ingat ketika aku pertama kali datang ke Jepang, ada suatu saat di mana aku makan di restoran Soba yang memiliki fasilitas TV di dalamnya. Berita di TV itu sedang mengabarkan kalau perusahaan pengiriman tempatku bekerja sedang menghadapi beberapa masalah, namun ketika aku ingin menontonnya karena hal itu berhubungan juga denganku, tiba-tiba pembeli di sebelahku mengganti channel TV-nya menjadi program hiburan yang aneh, itu membuatku benar-benar marah."
"Meskipun aneh untuk menanyakannya sekarang, tapi Maou-san itu benar-benar Raja Iblis di suatu dunia sana, kan?"
"Chiho-dono, jangan mengatakan sesuatu yang akan membuat orang lain depresi. Sebagai seorang Raja Iblis, membicarakan sesuatu tentang restoran Soba, hamburger, dan salmon fillet, hal-hal seperti ini......"
Entah kenapa, musuhnya terlihat lebih khawatir terhadap masa depan Maou dibandingkan para bawahannya.
"Ngomong-ngomong, aku merasa kalau cara mendapatkan informasi seperti ini lebih mirip seperti sebuah game yang cukup menarik. Tentu saja, aku tahu kalau internet itu lebih nyaman, tapi sebagai tonggak awal untuk membangun ketertarikan terhadap sesuatu, televisi masihlah sangat penting. Jika ketertarikan sudah terbentuk dan dibutuhkan informasi lebih banyak, maka pada saat itulah tidak apa-apa menggunakan internet untuk mencarinya lebih jauh."
"Itu benar. Meskipun beberapa orang mengklaim kalau TV tidak lagi dibutuhkan, tapi pencarian teratas ataupun keyword populer sepertinya masih begitu terpengaruh oleh TV."
Dalam situasi yang sangat langka, Maou mengangguk menyetujui kata-kata Urushihara.
"Aku tidak membutuhkan fitur seperti 3D ataupun Blu-ray. Hanya saja, ada informasi yang berperan penting dalam kehidupan masyarat manusia, di masa depan nanti, hal itu tidak hanya akan membantu kita untuk lebih memahami dunia manusia, mungkin itu juga akan berguna ketika menaklukan dunia."
"Uhhhhh..."
Setelah mendengar pemikiran Maou, Ashiya langsung berpikir keras.
"Selain itu...."
Maou menunjuk ke arah Emi kali ini.
"Bukankah TV juga menyiarkan berita tentang bencana ataupun kecelakaan? Seperti laporan badai atau semacamnya gitu."
"Terus kenapa?"
"Dalam kasus ini, jika sesuatu terjadi, maka penanggulan dari kita bisa segera dilakukan."
Pada titik ini, Maou menggunakan jari telunjuk dan jari tengah di kedua tangannya untuk membuat bentuk seperti sabit.
"...."
Emi dengan cepat bisa tahu kalau kata-kata Maou merujuk pada Malebranche yang mereka hadapi di Choshi.
"Haah, meskipun ini adalah alasan yang baru saja kutambahkan, tapi setidaknya jika terjadi sebuah insiden atau kecelakaan yang tidak sesuai dengan kondisi Jepang, maka kita masih bisa menyelidikinya apakah itu terjadi karena campur tangan orang lain di sisi sebelah sana atau tidak."
Poin ini adalah sumber kekekhawatiran semua orang saat ini, mereka pernah bentrok dengan Malaikat beberapa kali di tengah-tengah kota, dan sebelumnya, mereka menghentikan Pasukan Iblis yang ada di atas laut Choshi.
Meskipun mereka berhasil meminimalisir dampaknya sampai sekarang, tapi tidak ada yang bisa menjamin kalau insiden berikutnya masih bisa diakhiri dengan damai.
'Karena pihak kita hanya bisa menunggu insiden yang akan terjadi dengan pasif, ketika kita berada di Jepang, sebaik mungkin kita harus memastikan kalau kita punya cara untuk mendapatkan informasi', pendapat Maou sangatlah beralasan.
"Memang benar sih.... tapi..."
Ashiya merasa begitu bimbang.
Ini tidak seperti dia tidak memahami pemikiran tuannya, dan sebisa mungkin dia ingin menunjukan kesetujuannya. Tapi di sisi lain, budget dan pendekatan alternatifnya masih berada dalam belenggu, menyebabkan Ashiya tidak bisa dengan cepat memantapkan pikirannya untuk membeli televisi.
"Masih ada masalah dengan biaya penyiaran MHK."
Urushihara menambahkan kalimat tersebut seolah-olah membaca pikiran Ashiya.
"... Kalau begitu Maou-sama, bagaimana dengan ini?"
Ashiya mengangkat kepalanya dan menunjukan ekspresi menderita di wajahnya.
"Kata-kata Maou-sama memang masuk akal, tapi kita masih harus menghadapi masalah yang dinamakan dengan budget, kalau begitu kenapa kita tidak melakukan riset pasar terlebih dahulu?"
"Riset pasar?"
"Pertama, ayo kita pergi menemui agensi apartemen dan memastikan kalau kontrak penyewaan masih tidak berubah setelah pemodifikasian antena. Jika kita, para penyewa masih harus membayar biaya penyiaran MHK, maka masalah ini akan kita batalkan."
"Kalau di apartemen tempatku tinggal, selain biaya listrik dan gas, semuanya sudah termasuk ke dalam biaya sewa...."
"Emilia, jangan mengatakan hal yang tidak perlu!! Sejujurnya, aku tidak ingin membeli sebuah televisi."
"Ashiya-san, apa kau tidak terlalu jujur di sini?"
Maou dan Urushihara nampak sudah terbiasa dengan Ashiya yang menggunakan nada bicara seperti itu, jadi mereka hanya mengangguk kecil untuk menanggapinya.
"Dan jika kita beruntung karena biaya penyiaran MHK sudah termasuk ke dalam biaya sewa seperti apartmen milik Emilia dan biaya sewa kita tidak bertambah, maka kita akan pergi ke toko elektronik untuk melakukan riset terhadap harga dan fungsinya. Aku dengar, dibandingkan dengan analog TV sebelumnya, harga dari televisi super slim yang support televisi digital itu lebih mahal. Jika harga termurahnya masih terlalu mahal, maka rencana ini juga akan kita batalkan."
"Itu, itu benar-benar ketat...."
"Tentu saja!! Kita seharusnya masih berkerja di rumah pantai untuk setengah bulan ini, kau tahu? Meskipun kita dibayar dengan gaji yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gaji yang Maou-sama terima dari McRonald selama setengah bulan, tapi ini bukanlah kondisi di mana kita bisa enak-enakan dan dengan mudah membeli perangkat electronik seperti televisi."
Bagi Ashiya yang mempunyai sifat seperti ini, memang sangatlah beralasan.
Karena mereka kehilangan pekerjaan mereka di rumah pantai Ooguro-ya, sebelum McRonald di depan stasiun Hatagaya buka, pada kenyataannya Maou adalah seorang pengangguran.
Meskipun ketiga iblis itu berhasil menghindari krisis di mana mereka menjadi miskin dan gelandangan, tapi mempertimbangkan pemasukan untuk bulan depan, mereka bertiga masih berharap kalau pekerjaan mereka di Ooguro-ya akan terus menjadi pekerjaan mereka pada bulan Agustus dan menggunakan gaji 150.000 yen ini untuk mengisi gaji Maou yang seharusnya dia terima pada bulan September.
Meskipun gaji Maou pada bulan Juli akan diberikan pada tanggal 25 bulan ini, namun jumlah pemasukan ini pasti tidak akan cukup untuk membeli televisi.
"Tapi, televisi berukuran kecil saat ini cukup murah kau tahu? Jika kau tidak punya persyaratan khusus dengan merk-nya, kau harusnya bisa membeli model yang murah."
"..... Sasaki-san.... itulah kenapa....."
Ashiya memang bisa dengan berani memarahi Emi secara langsung, tapi dia masih tidak mampu menggunakan sikap seperti itu pada Chiho.
".....?"
Emi melihat ke arah Chiho yang tiba-tiba menyela dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Meskipun Emi sudah mengacak-acak bulu Ashiya dengan menyetujui pembelian televisi, tapi masih sangat tak terduga kalau Chiho akan mengatakan sesuatu seperti ini setelah hal tersebut terjadi.
"Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Chi-chan, nampaknya kesempatan untuk membeli TV menjadi sangat tinggi. Oiya Ashiya, jika tidak ada masalah dengan biaya penyiaran MHK dan biaya sewanya, berapa harga yang bisa kau terima?"
Menanggapi hal ini, Ashiya menjawabnya tanpa ragu.
"Mempertimbangkan pendapatan kita bertiga dari Ooguro-ya, itu akan jadi 30.000 yen, jika kita mengumpulkan masing-masing 10.000 yen. Jika ada sedikit kompromi, sepertinya paling tinggi mungkin 35.000 yen, tidak bisa lebih tinggi lagi."
"Eh? Apa? Aku harus ikutan juga?*
Urushihara benar-benar terkejut mendengar penghitungan Ashiya.
"Pada awalnya aku berencana menggunakan semua uang yang kau dapatkan kali ini untuk menutupi pengeluaran yang kau telah habiskan sampai sekarang, kau tahu?"
Tapi karena ekspresi keras Ashiya, Urushihara langsung menghentikan protesnya.
"Heh, heh, heh, 35.000 yen, Ashiya, tadi kau bilang 35.000 yen kan?"
Di sisi lain, Maou menunjukan senyum tak kenal takut.
"Ashiya, apa kau tidak lupa sesuatu?"
"Ap-apa?"
Karena senyum Maou telah melebihi batas tidak kenal takut, sampai-sampai menjadi terlihat aneh, Ashiya tanpa sadar menjadi sedikit khawatir.
Maou yang masih tersenyum menunjuk ke arah kulkas.
"Apa kau ingat di mana kita membeli kulkas itu? Dan di mana kita membeli mesin cuci yang ada di luar?"
"Kulkas dan mesin cuci?"
Dua peralatan rumah tangga yang Maou beli dengan menghabiskan hampir seluruh tabungannya di awal musim panas, bisa dikatakan kalau itu adalah produk paling mahal di dalam Kastil Iblis.
Tentu saja, dibandingan dengan milik Suzuno, mereka memang jauh lebih rendah baik dari segi harga maupun fungsinya.
"Aku ingat, kita membelinya di Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge yang terletak di Shinjuku Nishiguchi di mana Maou-sama..... Ah!!"
Pada titik ini, Ashiya juga mulai menyadarinya.
Entah kapan, Maou saat ini sudah mengeluarkan dompetnya, dan mulai membuka perekatnya.
Selanjutnya, seolah-olah mencoba menyiksa Ashiya yang saat ini gemetar ketakutan, dia mengeluarkan sebuah kartu yang bersinar keperakan.
"Sepertinya kau sudah menyadarinya."
Maou melambaikan kartu itu di depan kepalanya, dan mengayunkannya dengan sudut yang tajam untuk berhenti di depan Ashiya.
Di atas kartu itu terdapat logo Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge dan tulisan 'Points Card', di atas lapisan tipisnya, terdapat tulisan '6239 points' yang berkilau.
"Benar.... Poin!! Apa kau pikir aku akan dengan gegabah membeli barang-barang tersebut tanpa mempertimbangkan apapun? Pada waktu itu, ada sebuah event di mana 10% dari setiap harga produk akan dikonversikan menjadi poin."
"A-apa katamu?"
Karena ini pertama kalinya Ashiya mendengar kebenaran yang mengejutkan, dia merasa seperti terjatuh dengan bokong terlebih dahulu di atas tatami, meskipun pada kenyataannya, dari awal dia sudah duduk di atasnya.
"Dari ekspresimu, sepertinya kau benar-benar ingin bertanya kenapa aku tidak pernah menggunakan poin ini sampai sekarang! Hmmph hitung saja sendiri!! Hitung saja benda-benda yang bisa dibeli di toko elektronik yang paling dibutuhkan oleh Kastil Iblis!!"
Berbicara tentang benda-benda yang bisa dibeli di toko elektronik, benda pertama yang terlintas di pikiran kita pasti adalah lampu dan baterai.
Akan tetapi, dapur Kastil Iblis dan ruangan 3 tsubo mereka menggunakan lampu pijar, dan selain kamar mandi dan beranda yang menggunakan bohlam, tidak ada alat pencahayaan lainnya. Kulkas dan mesin cuci mereka beli pada awal musim panas ini, dan setelah itu mereka hanya mengganti lampu kamar mandi sekali.
Perangkat elektronik di Kastil Iblis yang menggunakan baterai hanyalah lampu darurat, komputer lama Urushihara, kamera digital, dan printer yang digunakan untuk merekam keseharian Alas Ramus. Meskipun waktu pembeliannya berbeda, mereka semua dibeli di toko murahan di Akibahara dan tidak ada hubungannya dengan poin dari Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge.
Untuk tinta cartridge, karena mereka adalah model lama, stok pabrik aslinya pun tidak bisa ditemukan di toko-toko besar. Jadi meskipun mereka menggunakan tinta cartridge biasa, mereka hanya pernah mengganti yang warna merah sekali.
Bahkan jika toko-toko elektronik saat ini juga menjual produk harian dan bahan-bahan makanan, tidak perlu juga bagi Maou untuk pergi ke Shinjuku dan membeli semua itu, banyak toko lebih murah yang bisa ditemukan di Sasazuka untuk membeli barang-barang tersebut.
Dengan kata lain, dari awal musim panas, poin tersebut hanya pernah digunakan sekali untuk membeli bohlam kamar mandi.
"35.000 yen? Hah, itu sudah cukup!! Kalau kita menambahkan poin ini, jumlah maksimal yang bisa dicapai adalah 41.239 yen! Selama ada 40.000 yen ini, tidak akan ada masalah bahkan jika kita ingin membeli sesuatu yang lebih baik daripada model televisi biasa."
"Ba-bagaimana mungkin?"
"Hahaha! Ashiya, kecerdasanmu malah menjadi bumerang untukmu sendiri!! Dengan begini, hanya ada satu kendala lagi untuk membeli TV! Aku sudah tidak sabar untuk pergi menemui agensi apartemen sekarang!!"
"M-mwahahaha, Maou-sama, jangan sombong dulu!! Saat ini kita tidak bisa menjamin kalau kontrak dari agensi apartemen tidak akan berpengaruh pada kita! Apa kau lupa kalau kita harus membatalkan masalah ini jika kita masih harus membayar biaya penyiaran MHK ataupun jika ada tanda-tanda kenaikan biaya sewa? Dengan itu, meskipun kau mempunyai poin-poin itu, mereka semua akan sia-sia! Jangan lupa kalau kesombongan selalu diikuti dengan kejatuhan!"
"Baik!! Kalau begitu aku akan segera mencari agensi apartemen dan menentukan siapa pemenangnya secepat mungkin!"
"Aku tidak keberatan. Maou-sama, karena ini adalah saran yang tulus, dengar baik-baik, izinkan aku, bawahanmu ini untuk mengajarkan prinsip ini kepadamu!"
Raja Iblis dan Jenderal Iblis bawahannya benar-benar mengabaikan keberadaan Emi dan yang lainnya dan heboh sendiri karena poin dari sebuah toko elektronik.
".... Maafkan aku. Izinkan aku meminta maaf kali ini. Ini benar-benar memalukan!"
Sebagai respon dari kalimat Urushihara, Emi dan Suzuno hanya bisa menganggukan kepalanya.
Hanya Chiho yang melihat ke arah Maou dan Ashiya yang sedang bercekcok berdasarkan pendapat mereka masing-masing, dengan ekspresi bahagia di wajahnya.
"Maou-san benar-benar ingin membeli TV, ya kan?"
"Haah, dia sepertinya baru menonton sebuah film sebelumnya ... Mungkin, dia benar-benar tertarik...."
Emi menjatuhkan bahunya tanpa semangat.
"Jika aku nanti tertarik, aku akan memikirkan untuk membelinya juga."
Suzuno yang mempunyai keuangan lebih memadai karena persiapannya lebih matang, mengambil sebuah kesempatan untuk menambahkan kalimat tersebut.
Ketika Maou dan Ashiya pergi untuk mencari agensi apartemen dengan sikap tidak tahu malu, kekanakan, dan bahkan tidak mirip iblis, dan juga setelah kebanyakan barang-barang dimasukkan ke dalam apartemen, Emi pun pergi meninggalkan apartemen bersama dengan Chiho untuk pulang ke rumah.
"Ah, tapi ini benar-benar hebat."
"Apa maksudmu?"
Di jalanan yang masih dipenuhi dengan panasnya musim panas, Emi menanyakan hal tersebut kepada Chiho.
"Meskipun ada banyak hal yang terjadi, tapi pada akhirnya semua orang bisa kembali ke Sasazuka dengan selamat. Maou-san dan yang lainnya sekaligus Suzuno-san sudah kembali ke apartemen mereka tanpa masalah apapun, memberikan perasaan seperti kembali ke kehidupan normal sehari-hari."
"Normal, huh? Akhir-akhir ini, aku tidak lagi yakin apa yang bisa dianggap dengan normal."
"Maou-san dan Suzuno-san bilang kalau mereka ingin membeli TV, itu sangat hebat!"
"Eh? Kenapa?"
Tanpa mengikutsertakan Suzuno, karena Kastil Iblis telah memutuskan untuk menambah peralatan elektronik mereka, itu menunjukan kalau sebuah kelonggaran sampai tingkat tertentu telah tercipta dalam gaya hidup mereka.
Dari sudut pandang Emi, Iblis yang mempunyai kelongaran dan keleluasaan seperti itu, itu berarti dia harus menjadi lebih waspada.
Meskipun mereka harus bekerja sama untuk menaikkan sebuah kulkas, dan bahkan bertengkar karena poin dari sebuah toko elektronik, mereka tetap saja adalah para iblis yang telah mengguncang dunia.
Jika hal ini dikesampingkan, meskipun keuangan Kastil Iblis sudah menjadi lebih baik, seharusnya ada barang yang lebih penting untuk dibeli selain TV.
Selama beberapa hari Alas Ramus tinggal di Kastil Iblis, karena Maou dan yang lainnya tidak punya futon, mereka menumpuk handuk untuk menjadi sebuah bantal dan menidurkan Alas Ramus tepat di atas tatami. Dan setelah Emi tahu, Alas Ramus ternyata terkena dampak yang cukup keras di kepalanya.
"Pada dasarnya, setelah Ooguro-ya menghilang, mereka seharusnya saat ini jadi pengangguran kan? Kenapa mereka terlihat begitu santai?"
"Seharusnya seperti itu, dan McRonald baru buka pada tanggal 15....."
Chiho mengeluarkan HP-nya untuk memastikan tanggal.
Masih ada satu minggu penuh sebelum pembukaan McRonald. Meskipun sulit untuk membayangkan Maou dan Ashiya tidak bekerja dan hanya bersantai-santai di rumah menonton televisi, itu akan jauh lebih mudah jika mengganti subyeknya dengan Urushihara.
"Akan tetapi, karena itu Maou-san, seharusnya dia punya pertimbangannya sendiri. Sebagai contoh, bukankah ada banyak lowongan pekerjaan untuk satu hari?"
"Hm~ begitu ya?"
Rasanya seperti jika Maou punya rencana, maka Ashiya tidak mungkin sebegitu menentangnya. Meskipun Ashiya mempunyai kecenderungan untuk jadi hemat berlebih, tapi dia adalah orang dengan pemikiran terbuka ketika menghadapi pengeluaran yang masuk akal.
Pada poin ini, Emi tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Yah, bahkan jika pada akhirnya mereka kesulitan karena menggunakan terlalu banyak pengeluaran, hal itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku."
Emi sebenarnya tidak perlu memikirkan tentang masalah finansial Kastil Iblis, lalu kenapa dia khawatir dengan masa depan Kastil Iblis?
Keuntungan memiliki televisi yang Maou presentasikan memanglah sangat penting, tapi di sisi lain, televisi juga tidak selalu menyiarkan informasi yang berguna.
Sebagai contoh, ada acara talkshow selebriti yang tidak dimengerti Emi, ada pula acara komedi yang bahkan Emi tidak paham di mana lucunya meskipun dia sudah tinggal di Jepang selama lebih dari setahun.
Di samping itu, ada juga program shopping yang membuat orang lain bertanya-tanya kenapa mereka tidak bisa dibeli di luar padahal mereka sangat bagus, ada juga acara gosip yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan masih banyak lagi. Emi memang tidak memahami apa yang program-program ini hasilkan adalah untuk mencoba berekspresi pada masyarakat, tapi dia menyadari, bagaimanapun, setiap channel menyiarkan acara yang hampir serupa di saat yang bersamaan.
Tentu saja, Emi berpikir seperti itu karena dia adalah penghuni dunia lain. Bahkan jika acara drama yang dia sukai, hanyalah sebuah program yang memungkinkan seseorang melewati waktu luang mereka, apapun itu, apakah memang benar membeli TV bisa membantu Pasukan Iblis menaklukan duna, jawabannya seharusnya adalah tidak.
Chiho melihat sisi wajah Emi yang dengan jelas memperlihatkan perasaan rumit yang Emi rasakan di dalamnya, dia memastikan kalau Emi tidak menyadarinya dan memberikan sebuah senyum kecut.
".... Apapun itu, karena Maou-san dan Suzuno-san ingin membeli TV, itu berarti mereka akan tinggal di Jepang untuk sementara kan?"
Chiho mengarahkan topik pembicaraannya agar tetap berada di jalur.
"Maksudmu?"
Emi terlihat bingung karena dia tidak tahu makna yang tersirat di balik kalimat Chiho.
"Bukankah banyak iblis-san yang datang ketika kita berada di Choshi?"
Meskipun menggunakan iblis-san untuk menyebut mereka terdengar sangat familiar, Emi tetap mengangguk untuk menjawabnya.
"Aku terus saja khawatir apakah semuanya akan kembali ke Ente Isla karena insiden ini. Meskipun itu tidak terjadi di atas laut Choshi, tapi jika terjadi di tempat seperti Shinjuku, bukankah itu akan menimbulkan kepanikan besar? Aku bertanya-tanya ketika Maou-san atau Yusa-san mengatakan 'aku tidak ingin menyebabkan masalah untuk Jepang', maka apa yang harus aku lakukan?"
"Pemikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikiranku sebelumnya."
Emi mengatakannya dengan pelan.
"TV bukanlah barang elektronik yang bisa dibeli hanya karena harganya murah, tapi itu adalah sesuatu yang akan kau beli karena kau berencana menggunakannya untuk jangka waktu yang cukup lama kan? Kupikir karena mereka ingin membelinya, itu berarti mereka akan tinggal di Jepang untuk sementara."
Chiho mengatakannya dengan sebuah senyum yang menyegarkan.
"Meskipun aku senang karena kau begitu menyambut kami, tapi apa kau tidak merasa takut?"
Emi secara khusus menanyakan hal ini.
"Chiho seharusnya juga sudah tahu kan? Tidak peduli malaikat, manusia atau iblis, jika mereka terdesak, mereka tidak akan ragu-ragu untuk membahayakan negara ini. Bukankah Chiho sudah pernah mengalami situasi hampir mati sekali?"
Pada insiden itu, tidak hanya iblis, bahkan manusia pun juga terlibat dan lagi manusia itu adalah salah satu rekan Emi di masa lalu, hal ini membuat Emi merasa begitu menyesal.
"Hm, aku tidak setakut itu sekarang. Meskipun agak menakutkan pada awalnya, tapi Maou-san dan Yusa-san selalu melindungiku kok."
Tanpa tahu perasaan Emi, Chiho secara tak terduga menjawabnya tanpa ragu.
"Meskipun aku tidak benar-benar mengerti masalah Ente Isla, tapi karena yang terkuat di antara manusia, Sang Pahlawan, dan yang terkuat di antara iblis, Raja Iblis melindungiku bersama-sama, itu akan jadi sedikit kasar jika aku masih tidak merasa lega."
"Begitu ya?"
Kata-kata Chiho sangat masuk akal. Sebuah eksistensi yang berteman dengan Pahlawan dan Raja Iblis, kemudian di saat yang bersamaan menerima perlindungan dari mereka berdua, bahkan jika dicari di seluruh dunia, mungkin hanya Chiho lah yang paling sesuai dengan deskripsi ini.
"..... Tentu saja, aku tidak lupa kalau tujuan Yusa-san dan Suzuno-san adalah untuk mengalahkan Maou-san, dan kalian berdua tidak mungkin bisa memaafkan apa yang telah dilakukan Maou-san dan yang lainnya di Ente Isla. Jadi aku terus memikirkannya, apakah ada suatu cara di mana orang-orang yang paling kusukai bisa mendapatkan sebuah kebahagiaan di masa yang akan datang."
"Tidak ada."
"Ayolah, jangan menjawab sebegitu cepatnya!"
Chiho dengan sengaja cemberut. Sebenarnya Chiho sudah tahu kalau Emi akan menjawab seperti itu, karena pada awalnya Emi sering menunjukan maksud tersebut.
Chiho yang melihat sisi wajah Emi, mengalihkan pandangannya pada tas besar yang Emi bawa.
"Meskipun aku bisa mengatakan kalau harapanku tidak akan terpenuhi, tapi jika aku menempatkan harapanku pada Alas Ramus-chan, seharusnya itu tidak akan jadi masalah kan?"
".... huuh, aku akui hal ini benar-benar membuatku kerepotan."
Emi mengangkat bahunya frustasi.
"Apa dia masih tertidur?"
"Yeah, jika dia tidak bangun, maka seharusnya lebih baik kalau aku mengeluarkannya setelah sampai di rumah dengan naik kereta."
Alas Ramus, saat ini sedang tidur siang, dia berada di dalam tubuh Emi.
Jika mereka ingin Alas Ramus tidur di Villa Rosa Sasazuka yang tidak memiliki AC, maka mereka harus memperhatikan suhu ruangannya, kapanpun waktu tidur selain malam hari, Emi akan membuat Alas Ramus bergabung dengannya.
Meski begitu, di dalam tas Emi, dia masih menyiapkan beberapa popok pengganti, minuman elektrolit sekaligus botol air dengan sebuah sedotan, akhir-akhir ini dia semakin mirip dengan sosok seorang ibu.
"Tidak masalah jika dia hanya bergabung denganku, tapi pada kenyataannya dia juga harus bergabung dengan pedang suci. Karena dia menganggap Raja Iblis sebagai ayahnya, selama aku menggunakan pedang suci untuk bertarung, maka aku bisa saja membuat anak ini melakukan pembunuhan terhadap ayahnya.... bagaimanapun juga, dikatakan seorang anak itu adalah jembatan di antara kedua orang tuanya, meski begitu, masih ada batas untuk hal itu."
"Yeah, maafkan aku."
Chiho yang merasa telah melewati garisnya, menundukan kepalanya dan meminta maaf dengan jujur.
".... Selain itu, aku juga menghadapi beberapa situasi yang mencegahku untuk kembali sekarang. Selama Raja Iblis tidak menunjukan kemarahannya dan ingin kembali ke Ente Isla karena tidak bisa membeli TV, maka aku akan tetap tinggal di sini untuk sementara."
"Yusa-san tidak bisa kembali sekarang?"
Chiho merasa bingung karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar kebenaran seperti itu, tapi Emi hanya menggelengkan kepalanya lemah.
Oleh sebab itu, Chiho tidak menekan masalah ini, dan sampai mereka tiba di depan stasiun Sasazuka, mereka berdua terus saja diam.
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu."
Ketika mereka sampai di stasiun Sasazuka, Emi melambaikan tangannya perlahan dan bersiap memasuki gerbang tiket.
Akan tetapi, dalam perjalanan menuju ke sana, Emi tampak menyadari sesuatu dan dengan cepat melebarkan matanya....
"Chiho, maaf, tolong tunggu di sini sebentar."
Setelah mengatakan hal itu, Emi buru-buru berlari ke dalam stan foto kilat yang terletak di pojok stasiun.
Tentu saja, Chiho tidak tahu kenapa Emi tiba-tiba berlari ke tempat seperti itu.
Seperti yang diduga, Emi keluar, dan membawa Alas Ramus yang bermata ngantuk dengan senyum kecut di wajahnya.
"Dia sepertinya ingin bilang 'bye bye' ke Chiho nee-san tidak peduli apapun yang terjadi."
"Fw...hm.. Chi nee-chan, ah bye."
Alas Ramus yang berbicara dengan sedikit ngelantur karena baru bangun tidur, membuka matanya sekuat tenaga dan melambaikan tangan kecilnya kepada Chiho.
Pemandangan ini membuat Chiho tidak bisa lagi menahan senyumnya.
"Yeah, bye bye Alas Ramus, ayo kita main lagi lain kali."
"Uu... ingin main di air lagi...."
"Yeah, ayo pergi berenang bersama lain kali."
"Uu.... fwah..."
"Baiklah, baiklah, kau bisa tidur lagi ketika kita sampai di rumah..... setelah cuti beberapa hari terakhir, ketika aku memikirkan kalau aku harus bekerja besok, kepalaku mulai sakit! Kalau begitu, kami akan pergi sekarang."
Emi menenangkan Alas Ramus yang mulai kembali masuk ke dalam alam tidur dan menguatkan pegangannya, Emi menjawab Chiho dengan matanya dan kali ini, benar-benar mulai berjalan menuju gerbang tiket.
Karena Emi sudah terlihat membawa anak kecil di depan umum, maka bergabung kembali dengannya sangatlah tidak mungkin. Chiho menyaksikan mereka pergi dengan sebuah senyum kecut, dan ketika mereka sudah tidak terlihat lagi, Chiho pun mulai melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah. Sebuah senyum tersungging di wajahnya ketika dia mengingat kembali tangan kecil dan ekspresi Alas Ramus.
"Oh, ya ampun, kau sudah pulang, cukup cepat juga hari ini."
Ketika Chiho mencapai pintu rumahnya, dia langsung bertemu dengan ibunya, Riho, yang berjalan keluar pintu dengan mengenakan pakaian untuk jalan-jalan.
"Mum, kau mau pergi ke mana?"
"Hm, ada sesuatu yang perlu aku urus di Shinjuku. Seorang teman lama dari luar negeri bilang akan datang ke sini, jadi aku akan minum teh bersama dengan temanku. Aku akan pulang sebelum makan malam, jadi bisakah kau mencuci dua cangkir beras?"
"Aku mengerti. Karena hanya dua cangkir, itu berarti ayah tidak akan pulang kan?"
"Aku tidak tahu. Dia tidak menghubungiku. Masih ada beberapa mie instan di rumah, jika ayahmu pulang, dia bisa memakan itu."
Kalau tidak ada yang terjadi, untuk pekerjaan seorang polisi, waktu mereka pulang bekerja sebenarnya sudah ditetapkan, tapi jika terjadi sesuatu, pulang ke rumah saja sudah sangat sulit.
Itu adalah kebiasaan buruk ayah Chiho yang tidak pernah menelepon ke rumah jika dia ingin pulang makan malam. Akan tetapi membiarkan ayahnya makan mie instan ketika dia bisa pulang ke rumah setelah bekerja, rasanya terlalu menyedihkan. Jadi setelah dia melihat ibunya keluar, dia memutuskan untuk mencuci 3 cangkir beras.
Ketika dia masuk ke dalam rumah, masih ada sisa-sisa udara dingin dari AC yang sebelumnya dinyalakan oleh ibunya, membuat kulit berkeringatnya terasa nyaman.
"Aku akan mandi setelah istirahat sebentar, lagipula, tidak masalah mencuci beras di sore hari."
Sekarang baru saja jam 03.00 siang. Karena sangat jarang tidak ada aktivitas klub ataupun jadwal kerja dan juga tidak ada insiden yang berhubungan dengan dunia lain, Chiho pun mengambil remote yang ada di meja ruang tamu.
"Aku penasaran acara macam apa yang akan Maou-san tonton setelah dia membeli televisi. Tapi sepertinya dia suka acara kuis dan acara yang berbau pengetahuan lainnya."
Chiho membayangkan adegan Maou, Ashiya, dan Urushihara bertengkar merebutkan remote televisi untuk menonton acara kuis, acara memasak dan anime, dia hanya bisa tertawa ketika membayangkannya.
"Tidak, tidak. Maou-san dan yang lainnya selalu serius."
Chiho, seperti orang normal lainnya juga menonton televisi.
Acara TV dan program musik adalah bahan yang penting untuk dibicarakan dengan teman-teman di sekolah. Ketertarikan pribadi Chiho adalah menonton acara travelling dan dokumenter, dan di saat yang sama, dia juga menonton acara kuis yang tayang setiap minggu.
Akhir-akhir ini, karena pengaruh Emi dan Suzuno, dia juga mulai menonton drama seri yang tidak pernah dia perhatikan sebelumnya. Ketika dia berpikir bisa berbicara dengan Maou tentang topik yang berhubungan dengan TV, dan kehidupan normal mereka bisa menjadi lebih menarik mulai sekarang sampai seterusnya, dia merasa kalau masa depan itu tidak hanya akan diisi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.
"Aku penasaran apa yang sedang tayang sekarang...."
Chiho mengambil daftar program yang ada di meja ruang tamu dan melihatnya.
"Ah, penayangan kembali 'Aitaka' sudah mau dimulai. Program berita sepertinya sedang tayang saat ini, kalau begitu aku akan menonton berita-berita MHK kemudian menonton 'Aitaka'."
Sambil mengatakan hal itu, Chiho mengarahkan remote controlnya ke arah televisi.
Setelah menyalakan dayanya, dua buah kilatan unik di TV slim yang support sinyal digital itu pun muncul di layar. Kemudian....
"..... Eh?"
Ketika gambar terlihat, sebuah kilatan cahaya putih menelan seluruh ruang tamu rumah keluarga Sasaki.
Selain fakta bahwa mereka tidak mengalokasikan budget untuk membeli televisi, alasan utamanya adalah karena Maou dan Ashiya yang baru datang ke Jepang, sama sekali tidak memahami konsep 'menonton acara TV'.
Meskipun akhirnya mereka mengerti kalau TV bisa membantu mereka mengetahui iklan komersil, acara berita yang membantu memahami situasi dunia, sekaligus prakiraan cuaca dan informasi lainnya, namun tidak hanya dari TV, ada banyak metode lain untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut.
Juga, fakta bahwa TV Digital telah menjadi tren dari era modern adalah alasan paling utama kenapa penghuni Kastil Iblis ragu-ragu untuk membeli TV.
Saat ini, konektor antena di Villa Rosa Sasazuka hanya bisa menerima sinyal analog, dan dalam kontrak penyewaan, tidak disebutkan tentang TV digital.
Setelah Maou dan yang lainnya melakukan penyelidikan, mereka mengetahui jika mereka ingin memasang TV digital, mereka harus menanggung biaya pemasangan antena dan jika mereka ingin memasang antena atas keinginan mereka sendiri, mereka takut kalau pengumpul biaya dari MHK akan menguras keuangan mereka.
(*MHK parodi dari NHK)
Hanya membeli televisi saja sudah membutuhkan tekad yang begitu besar, jika mereka tidak berhati-hati dan bertanya kepada ibu kos tentang antena, kemudian dia memutuskan untuk memasangnya dan menambah biaya sewa, itu adalah sesuatu yang sangat mereka takutkan.
Mereka tidak bergantung pada TV, ada banyak cara untuk mendapatkan informasi di Jepang, dibandingkan dengan kulkas yang mempunyai hubungan erat dengan masalah rasio ataupun mesin cuci yang perlu digunakan untuk menjaga kebersihan, membeli TV bukanlah hal yang terlalu penting bagi Kastil Iblis.
"Haah, selama ada HP dan internet, tidak akan ada masalah apapun dalam hal menonton berita ataupun prakiraan cuaca."
"Ketika kau bicara seperti itu, entah kenapa aku merasa agak kesal."
Emi, sebagai pengunjung dari dunia lain sana, mengatakan hal itu dengan riang, dan membuat Maou, si Raja Iblis, ingin mencari lubang untuk bersembunyi.
"Itu benar, akhir-akhir ini aku mulai tahu bagaimana cara mendapatkan informasi lewat HP dan internet setelah sedikit bersusah payah."
Suzuno memegang 'Easy Call Phone' yang baru beberapa waktu lalu dibelinya, sebuah ponsel yang mudah dioperasikan yang dikeluarkan oleh Docodemo.
"Jika kau sedikit berusaha, kau bahkan bisa menggunakan HP untuk menonton TV.... tapi itu membutuhkan banyak daya, jadi aku tidak terlalu sering menggunakan fungsi ini."
Ponsel lipat Chiho adalah salah satu model di mana layarnya bisa dibuka dan dilipat.
"Akhir-akhir ini, masalah yang berhubungan dengan baterai semakin bertambah. Meskipun itu tergantung penggunaannya juga, tapi akan lebih baik kalau daya baterai bisa bertahan lama. Kalau untuk Slimphone, charger-nya harus ikut dibawa juga ketika kau ingin menggunakannya."
Emi mendesah mendengar kata-kata Chiho.
Emi adalah seorang pegawai Customer Service di perusahaan HP Docodemo, setelah mencuatnya informasi tentang perangkat dengan fungsi yang lengkap.... Slimphone pun mulai lazim digunakan dan menyebabkan pertanyaan mengenai baterai semakin bertambah dibandingkan dengan sebelumnya.
Untuk teknologi yang ada di dalam Slimphone, daripada menyebutnya ponsel, lebih tepat jika disebut mini komputer. Meskipun transmisi dan pengunaan fungsinya memang berpengaruh besar pada daya tahan baterai, tapi waktu stand-by normalnya juga lebih pendek dibandingkan ponsel model lama yang digunakan oleh Chiho dan Suzuno.
"Maksudku, apa kalian benar-benar berpikir kalau HP-ku secanggih itu sehingga bisa digunakan untuk menonton TV?"
Maou memberikan ketiga wanita yang sedang mengoceh tentang HP itu, sebuah tatapan tidak senang.
"Dengar baik-baik dan terkejutlah!! Ponsel milik Raja Iblis kami, sudah punya antena yang terpasang di dalamnya."
"Eh?"
"Eh?"
"Hm?"
Kata-kata Urushihara, dia ucapkan dengan nada yang sombong, menyebabkan Chiho terkejut dan membuat Emi terbelalak. Sementara Suzuno, dia terlihat bingung karena tidak mengerti maksudnya.
"Daaan, itu hanya perlu di charge setiap dua hari sekali."
"Eh?"
"Setiap dua hari sekali?"
"Apa itu termasuk lama? atau sebentar? Aku benar-benar tidak mengerti."
Kali ini, bahkan Emi pun sangat terkejut, sementara Suzuno masih tidak paham akan situasinya.
"Aku membeli ini tidak lama setelah datang ke sini, karena tidak masalah selama harganya murah, maka pada akhirnya aku memilih yang ini."
Setelah Maou mengatakannya, dia mengeluarkan HP miliknya dari dalam sakunya.
Meskipun ada beberapa goresan di permukaannya, tapi itu masih terlihat kalau Maou benar-benar menjaga HP-nya. Ponsel tersebut terlihat jelas lebih tua dibandingkan model yang digunakan oleh Chiho dan Suzuno.
"A-ayahku menggunakan ponsel seperti ini sebelumnya."
Untuk Chiho yang tumbuh di dalam lingkungan masyarakat berlatar belakang informasi, dia sudah terbiasa dengan benda-benda elektronik seperti HP yang ada di sekitarnya, jadi ketika dia melihat desain HP Maou, dia langsung tahu kalau itu adalah model lama.
".... Ini, apa merk ponsel ini?"
Logo-nya terpampang di bagian belakang ponsel, bahkan Emi yang bekerja di bidang yang berhubungan dengan HP dan tahu tentang berbagai merk perusahaan lain sampai batas tertentu, tidak pernah melihat logo seperti itu sebelumnya.
"Dari alamat email Maou-san, itu harusnya 'ae' kan?"
Maou mengangguk menanggapi pertanyaan Chiho.
"Tagihan teleponnya memang dibayarkan ke ae. Tapi ketika aku membeli ponsel, pegawainya bilang sesuatu seperti kuota dan telepon unlimited yang sama sekali tidak kupahami, lalu aku menjawab, sudah cukup selama bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan, dan orang itu memberikan ponsel ini padaku."
"Hanya untuk telepon dan mengirim pesan... mungkinkah ini Thu-ka?"
Thu-ka adalah merk HP yang poin jualnya adalah pengoperasian, fungsi, dan metode pembayaran yang sederhana. Tapi karena pelayanan aslinya sudah dihentikan, layanan telekomunikasinya pun kini berada di bawah naungan ae, salah satu dari 3 merk terkenal di Jepang.
"Karena HP-nya sendiri gratis, pengoperasiannya mudah, dan tidak membutuhkan biaya tambahan, maka aku memilih model yang ini."
Meskipun Maou mengatakannya dengan acuh tak acuh, tapi dengan pengaruh Slimphone, bahkan pasar untuk model yang dikenal sebagai ponsel anak muda pun semakin menyusut. Jadi jumlah orang yang masih menggunakan ponsel model lama Thu-ka, sudah sangat jarang sekali.
Sebelum itu, hanya dari fakta bahwa ponsel Thu-ka masih bisa menggunakan protokol saat ini, sudah bisa dianggap sebagai sebuah keajaiban.
Tepat seperti slogan Thu-ka pada waktu itu 'intinya, sudah cukup selama bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan', ponsel Thu-ka pun juga tidak punya fitur internet.
"L-lalu Maou-san, sampai sekarang, bagaimana caranya kau memeriksa prakiraan cuaca?"
"Eh? Aku menelepon 177."
Chiho bertanya dengan gelisah, tapi langsung tidak bisa berkata-kata ketika mendengar jawaban Maou.
"Tapi sampai sekarang, aku hanya menelepon hotline waktu pelaporannya setiap 5 kali sekali."
"Emilia, apa itu 177?"
"Hm, itu adalah layanan yang digunakan untuk mengecek prakiraan cuaca melalui HP. Ngomong-ngomong, hotline waktu pelaporannya adalah 117. Aku pernah diberitahu tentang angka khusus yang harus ditekan terlebih dahulu sebelum menelepon melalui telepon, tapi karena selama training kerja dikatakan kalau ini adalah pengetahuan yang tidak lagi digunakan dalam era modern, aku pun melupakannya."
Seperti yang diharapkan dari Emi yang bekerja di bidang yang berkaitan dengan ponsel, dia bisa menjawab pertanyaan Suzuno yang ditanyakan secara pribadi.
"Tapi sekarang, bahkan layar standby dari HP saja akan menunjukan prakiraan cuaca dengan sendirinya, aku tidak pernah menyangka kalau masih ada orang yang akan menggunakan layanan ini.... selain itu, jika kau tidak ingin menelepon nomor yang salah, maka simpanlah nomor itu di dalam buku telepon."
"Ini bukan pertama kalinya kita didesak seperti ini."
Urushihara melihat ke arah laptop dan menggelengkan kepalanya.
"La-lalu, kalau soal berita...."
Dari sudut pandang Chiho, Maou tidak terlihat seperti tidak bisa mengikuti perkembangan peristiwa saat ini ketika berbicara dengan orang lain di tempat kerja.
Oleh karena itu, Chiho selalu menganggap Maou, entah itu berita politik, ekonomi, berita internasional, kriminal, olahraga dan berita-berita lainya, dia punya standar pemahaman tertentu.
"Huuh, kami punya komputer setelah Urushihara datang ke sini, dan aku juga membaca koran yang dibawa oleh agen koran di terminal dan main ke toko buku untuk membaca beberapa majalah, jadi tidak sulit bagiku untuk mengikuti topik-topik di sekitarku."
"....."
Bagi Chiho, yang sudah terbiasa dengan masyarakat modern, kata-kata Maou benar-benar sulit dipercayai.
"Huuh, mengenai HP, apapun tidak masalah. Ini cukup menyenangkan dan aku tidak berkeinginan untuk berganti model HP. Tapi, apartemen ini akhirnya terpasang antena untuk TV digital...."
Maou melihat ke arah konektor antena dengan penuh perasaan, tapi ketika pandangannya beralih pada colokan yang sudah diisi dengan charger komputer Urushihara, dia mengernyitkan dahinya.
"Hey, Ashiya."
"Ada apa?"
Maou berbicara seolah berbicara pada dirinya sendiri.
"Ayo beli Televisi."
"Ehh??"
"Reaksi macam apa itu?"
Wajah Maou langsung menjadi waspada, ketika melihat Ashiya yang mengerang seolah sedang terkena sakit tenggorokan.
"Dari percakapan Maou-sama tadi, kesimpulan seharusnya adalah kita tidak membutuhkannya...... dan bukankah kau bilang sendiri meskipun tidak ada TV, kau masih bisa tahu tentang keadaan dunia ini kan? Selain itu, bukankah kita sudah punya komputer dan internet?"
Ashiya melihat ke arah Urushihara dengan kesal.
"Jangan membuatnya terdengar seolah-olah alasan untuk keberadaanku di sini hanyalah untuk komputer dan internet, okay?"
"Aku akui kau sudah tumbuh dan menjadi mesin penjual otomatis yang bisa mengatur antrien."
"Setidaknya bilang kalau aku ini adalah mesin penjual otomatis yang bisa menyebabkan terbentuknya antrean."
Kedua Jenderal Iblis itu mengatakan omong kosong yang tidak berguna.
"Huuh, tapi apa yang dikatakan Alsiel cukup masuk akal. Sudah cukup lama sejak aku membeli TV, tapi selain untuk menonton berita di pagi hari, film dan drama seri di malam hari, sekaligus ramalan cuaca, TV ku biasanya kumatikan. Aku tidak berpikir kalau membeli TV itu perlu hanya karena antenanya berubah."
"Kau tidak membiarkan Alas Ramus menonton acara anak-anak ya?"
Maou memandang ke arah kepala Emi.
Alas Ramus yang tertidur di kamar nomor 202, saat ini telah bergabung dengan Emi.
"Apa kau lupa dengan pertunjukan yang diselenggarakan di Tokyo Big Egg Town beberapa waktu lalu?"
Emi melihat balik ke arah Maou dengan ekspresi keheranan.
"Entah itu kartun anak-anak ataupun 'Fun With Mama' di saluran edukasi MHK, warna-warna yang muncul di dalamnya kebanyakan sangatlah cerah. Aku khawatir kalau anak ini akan menjadi seperti waktu itu, jadi aku meminimalisir waktunya dengan TV."
"Ah, begitu ya."
Beberapa waktu lalu, Maou, Emi, dan Alas Ramus pergi menonton pertunjukan pahlawan di Tokyo Big Egg Town, dan setelah menyaksikan para pemeran penuh warna yang bergerak dengan semangat di atas panggung, Alas Ramus pun mulai menunjukan tanda-tanda kejang.
Pohon besar dan benda-benda dengan warna yang cerah mempunyai hubungan mendalam dengan Alas Ramus, hal itu membuatnya mengingat 'Sephira' yang mempunyai warna yang berbeda-beda dan membentuk dunia, sekaligus Pohon Kehidupan tempat asal dia dilahirkan.
Kenyataannya, pada waktu itu, apa yang Emi dan lainnya ketahui tentang Pohon Kehidupan hanya terbatas pada apa yang mereka dengar dari rumor.
Meskipun saat ini tidak ada yang bisa menyimpulkan efek apa yang akan terjadi pada Alas Ramus, tapi karena pada waktu itu Alas Ramus merasa tidak nyaman, maka Emi pun mencoba sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang bisa membuatnya mengingat Pohon Kehidupan.
"Dulu, ada satu periode waktu di mana aku berpikir kalau akan lebih baik kalau kita punya TV."
Maou mulai berbicara tentang beberapa kenangan yang bisa dibilang pahit.
"Ini terjadi sebelum Chi-chan bekerja di McRonald. Bukankah Mags mempunyai menu Happy Meal yang didesain khusus untuk anak-anak? Menu itu mempunyai hadiah berupa mainan."
"Ah yeah, ada."
"Untuk mainan-mainan itu, ada perbedaan besar antara yang populer dan tidak populer kan? Pada waktu itu, yang dirilis adalah mainan dari Pokemon, suatu hari ada seorang anak kecil yang terlihat baru masuk SD memesan Happy Meal dan bersiap-siap memilih mainannya. Ketika aku bertanya pada anak itu mana yang dia inginkan...."
Ketika Maou mencapai poin ini, dia terlihat mengernyitkan dahinya dalam-dalam.
Bahkan Ashiya tidak pernah melihat Maou menunjukan ekspresi seperti itu dalam beberapa bulan terakhir.
"Anak kecil itu bilang dia ingin tipe yang bersuara 'gero gero'."
Maou berhasil mengatakannya setelah upaya yang begitu keras, menyebabkan Ashiya, Chiho, Emi dan Suzuno terbelalak.
"Benar!! Perasaanku pada waktu itu persis sekali seperti perasaan kalian saat ini. Sebenarnya mainan mana yang bersuara 'gero gero'? Pada waktu itu, aku bahkan tidak tahu kalau pokemon mempunyai nama panggilan unik sendiri, tentu saja aku tidak tahu mana yang bisa bersuara 'gero gero'. Bagaimanapun, saat itu hampir ada 10 model, jadi aku tidak mungkin memilihnya hanya berdasarkan insting."
Karena mereka tidak tahu kapan cerita Maou akan berakhir, mereka pun hanya bisa diam mendengarkan, namun secara tak terduga, Urushihara memecah keheningan tersebut.
"Aku mencoba mencarinya, itu sepertinya adalah pokemon khusus yang hanya muncul di film. Itu adalah wujud awal dari Dragohelios, pokemon legenda yang muncul di film 'Dragohelios, Path of the King of the Sky' dan dikenal dengan nama Dragos. Itu adalah pokemon kodok tipe air yang sering muncul dan menjadi naga karena sebuah mutasi."
"Bisa kau berbicara dengan bahasa manusia?"
Bagi Suzuno yang tidak familiar dengan budaya modern Jepang, kata-kata Urushihara terdengar seperti sebuah kutukan.
"Tapi Maou-sama, jika memang begitu, tidakkah kau bisa menyimpulkan kalau itu harusnya adalah tipe yang terlihat seperti kodok dari suara 'gero gero' nya?"
"Ashiya, kau masih berpikir seperti itu padahal kau sudah tinggal di Jepang selama lebih dari setahun? Jika kau pikirkan baik-baik, hanya di Jepang-lah mereka menggunakan 'koke kokko' untuk mendeskripsikan suara ayam."
Di Bumi, peniruan suara binatang bisa menjadi berbeda karena perbedaan negara dan wilayah. Jadi, meski tanpa berbicara tentang dunia, bagi Maou yang tidak terlalu memahami tentang perbedaan species dalam biologi, bagaimana mungkin dia tahu kalau 'gero gero' adalah untuk mendeskripsikan suara kodok? Dan, satu-satunya orang yang mengajari Maou tentang hal-hal ini, Manager dari McRonald, Kisaki Mayumi, sama sekali tidak tahu mengenai masalah tersebut.
"Ngomong-ngomong, Happy Meal berkolaborasi dengan film itu, dan karena pokemon itu berhubungan dengan inti ceritanya, maka pokemon itu pun muncul di trailernya. Anak itu tidak tahu nama Drago dan juga tidak ingat wujud makhluk itu. Pada akhirnya, kami tidak tahu tipe mana yang dia inginkan, jadi ibunya bermaksud memilih Pirichu."
Pirichu adalah pokemon paling umum dan terkenal dalam seri pokemon.
"Akan tetapi, karena pirichu begitu populer, stoknya pun habis. Hasilnya ibu-ibu itu memilih ubur-ubur yang di atasnya terlihat seperti banyak magnet yang tertempel, itu adalah mainan yang sama sekali tidak terlihat lucu maupun keren, bahkan di mataku."
Mereka sama sekali tidak memahami soal pokemon, meskipun mereka pernah mendengarnya, mereka masih saja tidak dapat memahaminya.
".... Jadi, apa poin dari cerita ini?"
Emi bertanya, tidak mampu menahan pertanyaannya untuk keluar.
"Dengan kata lain, jika aku dengan seksama menyaksikan trailer film yang muncul di TV dan mendapatkan pengetahuan yang cukup, maka aku harusnya bisa memberikan produk yang diinginkan oleh pelanggan itu. Meskipun sangat disayangkan karena stok Pirichu habis, tapi setidaknya masih ada tipe lain yang tersisa."
"Terlalu panjang!"
Kata-kata Urushihara mengekspresikan pemikiran semua orang saat ini.
"Jadi apa hubungannya hal itu dengan membeli Televisi? Bahkan jika itu bukan jangkauan Ashiya-san, aku rasa informasi seperti itu bisa ditemukan lewat internet."
Maou mengangguk menanggapi pertanyaan Chiho.
"Jika suatu penyelidikan tidak dilakukan berdasarkan ketertarikan, seseorang mungkin tidak akan pernah mengambil inisiatif untuk mencari informasinya. Meskipun kegagalan adalah ibu dari kesuksesan, tapi jika kita tidak menghindari kegagalan yang bisa dicegah hanya dengan lebih memperhatikan sesuatu, maka itu tidak bisa disebut kegagalan, melainkan kelalaian, ya kan?"
"Jadi, tidak baik mencari tahu lewat internet? Jika kau ingin mendapatkan wawasan yang lebih luas, aku dengar kalau kau bisa mendapatkan informasi yang ada di TV dan koran melalui internet."
Sikap Ashiya benar-benar menunjukan pemikirannya kalau dia tidak ingin menggunakan uangnya untuk membeli TV, kemudian Maou mengatakan hal ini dengan senyum kecut di wajahnya.
"Biar kuberikan satu contoh yang bisa kau pahami dengan mudah, kau seharusnya pernah mengalami situasi di mana kau tahu kalau daging cincang sedang dijual di supermarket dengan harga khusus, dan ketika kau memutuskan pergi membeli bahan-bahan untuk membuat hamburger steak, kau tiba-tiba menyadari kalau salmon fillet ternyata lebih murah, dan kau pun berganti menu ke salmon mentega. Kemudian kau menggunakan beberapa puluh yen yang telah kau simpan untuk membeli tauge guna menambah nutrisi dan porsinya, ya kan?"
"Eh..... yeah, aku pernah mengalaminya beberapa kali..."
Ashiya menjadi sedikit bingung ketika topiknya tiba-tiba berubah menjadi masalah pekerjaan rumah tangga.
"Hamburger steak dihidangkan dengan daging dan saus tomat, tapi jika salmon yang akan dimasak, maka mentega juga harus dibeli. Dan setelah itu, kalau menu-nya menggunakan salmon, mentega, dan tauge, kau akan lebih memperhatikan informasi pada harga yang berhubungan dengan barang-barang tersebut kan?"
"Yeah, memang benar."
Suzuno yang sering memasak seperti Ashiya, juga menyetujuinya.
"Bagaimana ya, hmm jika informasi terkumpul lewat internet, maka hal-hal seperti tadi tidak akan terjadi. Jika kita memikirkan hamburger steak, kita mungkin akan memikirkan lobak tumbuk ala Jepang, saus demiglaze, hamburger steak keju, hamburger steak tahu, hamburger steak ala toko, hamburger Jerman dan hal-hal lainnya kan? Tapi kita tidak akan mungkin berpikir tentang salmon mentega dan tauge, benar kan? Intinya, tidak mungkin kita bisa memperluas kemungkinannya."
"Memperluas kemungkinan, huh?"
Dalam situasi yang sangat langka, Urushihara mendengarkan Maou dengan seksama dan membungkuk ke depan dari posisi duduk ala Jepangnya.
"Tentu saja, ada banyak cara perluasan dan mereka tidak mungkin bisa disatukan. Tapi kalau hanya berbicara tentang internet, untuk hal-hal yang tidak menarik, mereka mungkin tidak akan memperhatikannya dan bahkan merasa tidak perlu memperhatikannya."
"Haah, memang benar. Tapi untuk televisi, apakah kau tidak akan mematikannya jika kau tidak tertarik?"
Emi, satu-satunya penghuni dari dunia lain yang mempunyai TV mengekspresikan pendapatnya, dan Maou menggelengkan kepalanya untuk menjawab.
"Untuk program-program yang tayang di TV, memang ada beberapa di antara mereka yang tidak menarik ketika tayang pertama kali, namun ketertarikan pada mereka mungkin akan muncul setelahnya, itu bukan hanya sekedar masalah menghidupkan atau mematikan televisi. Hanya dari poin ini, bukankah internet juga hanya memungkinkan orang-orang untuk melihat informasi yang ingin mereka lihat? Di dunia ini, mungkin ada beberapa hal yang tidak dibutuhkan hari ini, lalu pada akhirnya berguna di masa yang akan datang, ya kan?"
"Maou-sama, kenapa kau punya pemahaman seperti itu tentang televisi?"
Ashiya menanyakan sebuah pertanyaan polos.
"Ah, aku baru saja ingat ketika aku pertama kali datang ke Jepang, ada suatu saat di mana aku makan di restoran Soba yang memiliki fasilitas TV di dalamnya. Berita di TV itu sedang mengabarkan kalau perusahaan pengiriman tempatku bekerja sedang menghadapi beberapa masalah, namun ketika aku ingin menontonnya karena hal itu berhubungan juga denganku, tiba-tiba pembeli di sebelahku mengganti channel TV-nya menjadi program hiburan yang aneh, itu membuatku benar-benar marah."
"Meskipun aneh untuk menanyakannya sekarang, tapi Maou-san itu benar-benar Raja Iblis di suatu dunia sana, kan?"
"Chiho-dono, jangan mengatakan sesuatu yang akan membuat orang lain depresi. Sebagai seorang Raja Iblis, membicarakan sesuatu tentang restoran Soba, hamburger, dan salmon fillet, hal-hal seperti ini......"
Entah kenapa, musuhnya terlihat lebih khawatir terhadap masa depan Maou dibandingkan para bawahannya.
"Ngomong-ngomong, aku merasa kalau cara mendapatkan informasi seperti ini lebih mirip seperti sebuah game yang cukup menarik. Tentu saja, aku tahu kalau internet itu lebih nyaman, tapi sebagai tonggak awal untuk membangun ketertarikan terhadap sesuatu, televisi masihlah sangat penting. Jika ketertarikan sudah terbentuk dan dibutuhkan informasi lebih banyak, maka pada saat itulah tidak apa-apa menggunakan internet untuk mencarinya lebih jauh."
"Itu benar. Meskipun beberapa orang mengklaim kalau TV tidak lagi dibutuhkan, tapi pencarian teratas ataupun keyword populer sepertinya masih begitu terpengaruh oleh TV."
Dalam situasi yang sangat langka, Maou mengangguk menyetujui kata-kata Urushihara.
"Aku tidak membutuhkan fitur seperti 3D ataupun Blu-ray. Hanya saja, ada informasi yang berperan penting dalam kehidupan masyarat manusia, di masa depan nanti, hal itu tidak hanya akan membantu kita untuk lebih memahami dunia manusia, mungkin itu juga akan berguna ketika menaklukan dunia."
"Uhhhhh..."
Setelah mendengar pemikiran Maou, Ashiya langsung berpikir keras.
"Selain itu...."
Maou menunjuk ke arah Emi kali ini.
"Bukankah TV juga menyiarkan berita tentang bencana ataupun kecelakaan? Seperti laporan badai atau semacamnya gitu."
"Terus kenapa?"
"Dalam kasus ini, jika sesuatu terjadi, maka penanggulan dari kita bisa segera dilakukan."
Pada titik ini, Maou menggunakan jari telunjuk dan jari tengah di kedua tangannya untuk membuat bentuk seperti sabit.
"...."
Emi dengan cepat bisa tahu kalau kata-kata Maou merujuk pada Malebranche yang mereka hadapi di Choshi.
"Haah, meskipun ini adalah alasan yang baru saja kutambahkan, tapi setidaknya jika terjadi sebuah insiden atau kecelakaan yang tidak sesuai dengan kondisi Jepang, maka kita masih bisa menyelidikinya apakah itu terjadi karena campur tangan orang lain di sisi sebelah sana atau tidak."
Poin ini adalah sumber kekekhawatiran semua orang saat ini, mereka pernah bentrok dengan Malaikat beberapa kali di tengah-tengah kota, dan sebelumnya, mereka menghentikan Pasukan Iblis yang ada di atas laut Choshi.
Meskipun mereka berhasil meminimalisir dampaknya sampai sekarang, tapi tidak ada yang bisa menjamin kalau insiden berikutnya masih bisa diakhiri dengan damai.
'Karena pihak kita hanya bisa menunggu insiden yang akan terjadi dengan pasif, ketika kita berada di Jepang, sebaik mungkin kita harus memastikan kalau kita punya cara untuk mendapatkan informasi', pendapat Maou sangatlah beralasan.
"Memang benar sih.... tapi..."
Ashiya merasa begitu bimbang.
Ini tidak seperti dia tidak memahami pemikiran tuannya, dan sebisa mungkin dia ingin menunjukan kesetujuannya. Tapi di sisi lain, budget dan pendekatan alternatifnya masih berada dalam belenggu, menyebabkan Ashiya tidak bisa dengan cepat memantapkan pikirannya untuk membeli televisi.
"Masih ada masalah dengan biaya penyiaran MHK."
Urushihara menambahkan kalimat tersebut seolah-olah membaca pikiran Ashiya.
"... Kalau begitu Maou-sama, bagaimana dengan ini?"
Ashiya mengangkat kepalanya dan menunjukan ekspresi menderita di wajahnya.
"Kata-kata Maou-sama memang masuk akal, tapi kita masih harus menghadapi masalah yang dinamakan dengan budget, kalau begitu kenapa kita tidak melakukan riset pasar terlebih dahulu?"
"Riset pasar?"
"Pertama, ayo kita pergi menemui agensi apartemen dan memastikan kalau kontrak penyewaan masih tidak berubah setelah pemodifikasian antena. Jika kita, para penyewa masih harus membayar biaya penyiaran MHK, maka masalah ini akan kita batalkan."
"Kalau di apartemen tempatku tinggal, selain biaya listrik dan gas, semuanya sudah termasuk ke dalam biaya sewa...."
"Emilia, jangan mengatakan hal yang tidak perlu!! Sejujurnya, aku tidak ingin membeli sebuah televisi."
"Ashiya-san, apa kau tidak terlalu jujur di sini?"
Maou dan Urushihara nampak sudah terbiasa dengan Ashiya yang menggunakan nada bicara seperti itu, jadi mereka hanya mengangguk kecil untuk menanggapinya.
"Dan jika kita beruntung karena biaya penyiaran MHK sudah termasuk ke dalam biaya sewa seperti apartmen milik Emilia dan biaya sewa kita tidak bertambah, maka kita akan pergi ke toko elektronik untuk melakukan riset terhadap harga dan fungsinya. Aku dengar, dibandingkan dengan analog TV sebelumnya, harga dari televisi super slim yang support televisi digital itu lebih mahal. Jika harga termurahnya masih terlalu mahal, maka rencana ini juga akan kita batalkan."
"Itu, itu benar-benar ketat...."
"Tentu saja!! Kita seharusnya masih berkerja di rumah pantai untuk setengah bulan ini, kau tahu? Meskipun kita dibayar dengan gaji yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gaji yang Maou-sama terima dari McRonald selama setengah bulan, tapi ini bukanlah kondisi di mana kita bisa enak-enakan dan dengan mudah membeli perangkat electronik seperti televisi."
Bagi Ashiya yang mempunyai sifat seperti ini, memang sangatlah beralasan.
Karena mereka kehilangan pekerjaan mereka di rumah pantai Ooguro-ya, sebelum McRonald di depan stasiun Hatagaya buka, pada kenyataannya Maou adalah seorang pengangguran.
Meskipun ketiga iblis itu berhasil menghindari krisis di mana mereka menjadi miskin dan gelandangan, tapi mempertimbangkan pemasukan untuk bulan depan, mereka bertiga masih berharap kalau pekerjaan mereka di Ooguro-ya akan terus menjadi pekerjaan mereka pada bulan Agustus dan menggunakan gaji 150.000 yen ini untuk mengisi gaji Maou yang seharusnya dia terima pada bulan September.
Meskipun gaji Maou pada bulan Juli akan diberikan pada tanggal 25 bulan ini, namun jumlah pemasukan ini pasti tidak akan cukup untuk membeli televisi.
"Tapi, televisi berukuran kecil saat ini cukup murah kau tahu? Jika kau tidak punya persyaratan khusus dengan merk-nya, kau harusnya bisa membeli model yang murah."
"..... Sasaki-san.... itulah kenapa....."
Ashiya memang bisa dengan berani memarahi Emi secara langsung, tapi dia masih tidak mampu menggunakan sikap seperti itu pada Chiho.
".....?"
Emi melihat ke arah Chiho yang tiba-tiba menyela dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Meskipun Emi sudah mengacak-acak bulu Ashiya dengan menyetujui pembelian televisi, tapi masih sangat tak terduga kalau Chiho akan mengatakan sesuatu seperti ini setelah hal tersebut terjadi.
"Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Chi-chan, nampaknya kesempatan untuk membeli TV menjadi sangat tinggi. Oiya Ashiya, jika tidak ada masalah dengan biaya penyiaran MHK dan biaya sewanya, berapa harga yang bisa kau terima?"
Menanggapi hal ini, Ashiya menjawabnya tanpa ragu.
"Mempertimbangkan pendapatan kita bertiga dari Ooguro-ya, itu akan jadi 30.000 yen, jika kita mengumpulkan masing-masing 10.000 yen. Jika ada sedikit kompromi, sepertinya paling tinggi mungkin 35.000 yen, tidak bisa lebih tinggi lagi."
"Eh? Apa? Aku harus ikutan juga?*
Urushihara benar-benar terkejut mendengar penghitungan Ashiya.
"Pada awalnya aku berencana menggunakan semua uang yang kau dapatkan kali ini untuk menutupi pengeluaran yang kau telah habiskan sampai sekarang, kau tahu?"
Tapi karena ekspresi keras Ashiya, Urushihara langsung menghentikan protesnya.
"Heh, heh, heh, 35.000 yen, Ashiya, tadi kau bilang 35.000 yen kan?"
Di sisi lain, Maou menunjukan senyum tak kenal takut.
"Ashiya, apa kau tidak lupa sesuatu?"
"Ap-apa?"
Karena senyum Maou telah melebihi batas tidak kenal takut, sampai-sampai menjadi terlihat aneh, Ashiya tanpa sadar menjadi sedikit khawatir.
Maou yang masih tersenyum menunjuk ke arah kulkas.
"Apa kau ingat di mana kita membeli kulkas itu? Dan di mana kita membeli mesin cuci yang ada di luar?"
"Kulkas dan mesin cuci?"
Dua peralatan rumah tangga yang Maou beli dengan menghabiskan hampir seluruh tabungannya di awal musim panas, bisa dikatakan kalau itu adalah produk paling mahal di dalam Kastil Iblis.
Tentu saja, dibandingan dengan milik Suzuno, mereka memang jauh lebih rendah baik dari segi harga maupun fungsinya.
"Aku ingat, kita membelinya di Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge yang terletak di Shinjuku Nishiguchi di mana Maou-sama..... Ah!!"
Pada titik ini, Ashiya juga mulai menyadarinya.
Entah kapan, Maou saat ini sudah mengeluarkan dompetnya, dan mulai membuka perekatnya.
Selanjutnya, seolah-olah mencoba menyiksa Ashiya yang saat ini gemetar ketakutan, dia mengeluarkan sebuah kartu yang bersinar keperakan.
"Sepertinya kau sudah menyadarinya."
Maou melambaikan kartu itu di depan kepalanya, dan mengayunkannya dengan sudut yang tajam untuk berhenti di depan Ashiya.
Di atas kartu itu terdapat logo Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge dan tulisan 'Points Card', di atas lapisan tipisnya, terdapat tulisan '6239 points' yang berkilau.
"Benar.... Poin!! Apa kau pikir aku akan dengan gegabah membeli barang-barang tersebut tanpa mempertimbangkan apapun? Pada waktu itu, ada sebuah event di mana 10% dari setiap harga produk akan dikonversikan menjadi poin."
"A-apa katamu?"
Karena ini pertama kalinya Ashiya mendengar kebenaran yang mengejutkan, dia merasa seperti terjatuh dengan bokong terlebih dahulu di atas tatami, meskipun pada kenyataannya, dari awal dia sudah duduk di atasnya.
"Dari ekspresimu, sepertinya kau benar-benar ingin bertanya kenapa aku tidak pernah menggunakan poin ini sampai sekarang! Hmmph hitung saja sendiri!! Hitung saja benda-benda yang bisa dibeli di toko elektronik yang paling dibutuhkan oleh Kastil Iblis!!"
Berbicara tentang benda-benda yang bisa dibeli di toko elektronik, benda pertama yang terlintas di pikiran kita pasti adalah lampu dan baterai.
Akan tetapi, dapur Kastil Iblis dan ruangan 3 tsubo mereka menggunakan lampu pijar, dan selain kamar mandi dan beranda yang menggunakan bohlam, tidak ada alat pencahayaan lainnya. Kulkas dan mesin cuci mereka beli pada awal musim panas ini, dan setelah itu mereka hanya mengganti lampu kamar mandi sekali.
Perangkat elektronik di Kastil Iblis yang menggunakan baterai hanyalah lampu darurat, komputer lama Urushihara, kamera digital, dan printer yang digunakan untuk merekam keseharian Alas Ramus. Meskipun waktu pembeliannya berbeda, mereka semua dibeli di toko murahan di Akibahara dan tidak ada hubungannya dengan poin dari Toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge.
Untuk tinta cartridge, karena mereka adalah model lama, stok pabrik aslinya pun tidak bisa ditemukan di toko-toko besar. Jadi meskipun mereka menggunakan tinta cartridge biasa, mereka hanya pernah mengganti yang warna merah sekali.
Bahkan jika toko-toko elektronik saat ini juga menjual produk harian dan bahan-bahan makanan, tidak perlu juga bagi Maou untuk pergi ke Shinjuku dan membeli semua itu, banyak toko lebih murah yang bisa ditemukan di Sasazuka untuk membeli barang-barang tersebut.
Dengan kata lain, dari awal musim panas, poin tersebut hanya pernah digunakan sekali untuk membeli bohlam kamar mandi.
"35.000 yen? Hah, itu sudah cukup!! Kalau kita menambahkan poin ini, jumlah maksimal yang bisa dicapai adalah 41.239 yen! Selama ada 40.000 yen ini, tidak akan ada masalah bahkan jika kita ingin membeli sesuatu yang lebih baik daripada model televisi biasa."
"Ba-bagaimana mungkin?"
"Hahaha! Ashiya, kecerdasanmu malah menjadi bumerang untukmu sendiri!! Dengan begini, hanya ada satu kendala lagi untuk membeli TV! Aku sudah tidak sabar untuk pergi menemui agensi apartemen sekarang!!"
"M-mwahahaha, Maou-sama, jangan sombong dulu!! Saat ini kita tidak bisa menjamin kalau kontrak dari agensi apartemen tidak akan berpengaruh pada kita! Apa kau lupa kalau kita harus membatalkan masalah ini jika kita masih harus membayar biaya penyiaran MHK ataupun jika ada tanda-tanda kenaikan biaya sewa? Dengan itu, meskipun kau mempunyai poin-poin itu, mereka semua akan sia-sia! Jangan lupa kalau kesombongan selalu diikuti dengan kejatuhan!"
"Baik!! Kalau begitu aku akan segera mencari agensi apartemen dan menentukan siapa pemenangnya secepat mungkin!"
"Aku tidak keberatan. Maou-sama, karena ini adalah saran yang tulus, dengar baik-baik, izinkan aku, bawahanmu ini untuk mengajarkan prinsip ini kepadamu!"
Raja Iblis dan Jenderal Iblis bawahannya benar-benar mengabaikan keberadaan Emi dan yang lainnya dan heboh sendiri karena poin dari sebuah toko elektronik.
".... Maafkan aku. Izinkan aku meminta maaf kali ini. Ini benar-benar memalukan!"
Sebagai respon dari kalimat Urushihara, Emi dan Suzuno hanya bisa menganggukan kepalanya.
Hanya Chiho yang melihat ke arah Maou dan Ashiya yang sedang bercekcok berdasarkan pendapat mereka masing-masing, dengan ekspresi bahagia di wajahnya.
"Maou-san benar-benar ingin membeli TV, ya kan?"
"Haah, dia sepertinya baru menonton sebuah film sebelumnya ... Mungkin, dia benar-benar tertarik...."
Emi menjatuhkan bahunya tanpa semangat.
"Jika aku nanti tertarik, aku akan memikirkan untuk membelinya juga."
Suzuno yang mempunyai keuangan lebih memadai karena persiapannya lebih matang, mengambil sebuah kesempatan untuk menambahkan kalimat tersebut.
XxxxX
Ketika Maou dan Ashiya pergi untuk mencari agensi apartemen dengan sikap tidak tahu malu, kekanakan, dan bahkan tidak mirip iblis, dan juga setelah kebanyakan barang-barang dimasukkan ke dalam apartemen, Emi pun pergi meninggalkan apartemen bersama dengan Chiho untuk pulang ke rumah.
"Ah, tapi ini benar-benar hebat."
"Apa maksudmu?"
Di jalanan yang masih dipenuhi dengan panasnya musim panas, Emi menanyakan hal tersebut kepada Chiho.
"Meskipun ada banyak hal yang terjadi, tapi pada akhirnya semua orang bisa kembali ke Sasazuka dengan selamat. Maou-san dan yang lainnya sekaligus Suzuno-san sudah kembali ke apartemen mereka tanpa masalah apapun, memberikan perasaan seperti kembali ke kehidupan normal sehari-hari."
"Normal, huh? Akhir-akhir ini, aku tidak lagi yakin apa yang bisa dianggap dengan normal."
"Maou-san dan Suzuno-san bilang kalau mereka ingin membeli TV, itu sangat hebat!"
"Eh? Kenapa?"
Tanpa mengikutsertakan Suzuno, karena Kastil Iblis telah memutuskan untuk menambah peralatan elektronik mereka, itu menunjukan kalau sebuah kelonggaran sampai tingkat tertentu telah tercipta dalam gaya hidup mereka.
Dari sudut pandang Emi, Iblis yang mempunyai kelongaran dan keleluasaan seperti itu, itu berarti dia harus menjadi lebih waspada.
Meskipun mereka harus bekerja sama untuk menaikkan sebuah kulkas, dan bahkan bertengkar karena poin dari sebuah toko elektronik, mereka tetap saja adalah para iblis yang telah mengguncang dunia.
Jika hal ini dikesampingkan, meskipun keuangan Kastil Iblis sudah menjadi lebih baik, seharusnya ada barang yang lebih penting untuk dibeli selain TV.
Selama beberapa hari Alas Ramus tinggal di Kastil Iblis, karena Maou dan yang lainnya tidak punya futon, mereka menumpuk handuk untuk menjadi sebuah bantal dan menidurkan Alas Ramus tepat di atas tatami. Dan setelah Emi tahu, Alas Ramus ternyata terkena dampak yang cukup keras di kepalanya.
"Pada dasarnya, setelah Ooguro-ya menghilang, mereka seharusnya saat ini jadi pengangguran kan? Kenapa mereka terlihat begitu santai?"
"Seharusnya seperti itu, dan McRonald baru buka pada tanggal 15....."
Chiho mengeluarkan HP-nya untuk memastikan tanggal.
Masih ada satu minggu penuh sebelum pembukaan McRonald. Meskipun sulit untuk membayangkan Maou dan Ashiya tidak bekerja dan hanya bersantai-santai di rumah menonton televisi, itu akan jauh lebih mudah jika mengganti subyeknya dengan Urushihara.
"Akan tetapi, karena itu Maou-san, seharusnya dia punya pertimbangannya sendiri. Sebagai contoh, bukankah ada banyak lowongan pekerjaan untuk satu hari?"
"Hm~ begitu ya?"
Rasanya seperti jika Maou punya rencana, maka Ashiya tidak mungkin sebegitu menentangnya. Meskipun Ashiya mempunyai kecenderungan untuk jadi hemat berlebih, tapi dia adalah orang dengan pemikiran terbuka ketika menghadapi pengeluaran yang masuk akal.
Pada poin ini, Emi tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Yah, bahkan jika pada akhirnya mereka kesulitan karena menggunakan terlalu banyak pengeluaran, hal itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku."
Emi sebenarnya tidak perlu memikirkan tentang masalah finansial Kastil Iblis, lalu kenapa dia khawatir dengan masa depan Kastil Iblis?
Keuntungan memiliki televisi yang Maou presentasikan memanglah sangat penting, tapi di sisi lain, televisi juga tidak selalu menyiarkan informasi yang berguna.
Sebagai contoh, ada acara talkshow selebriti yang tidak dimengerti Emi, ada pula acara komedi yang bahkan Emi tidak paham di mana lucunya meskipun dia sudah tinggal di Jepang selama lebih dari setahun.
Di samping itu, ada juga program shopping yang membuat orang lain bertanya-tanya kenapa mereka tidak bisa dibeli di luar padahal mereka sangat bagus, ada juga acara gosip yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan masih banyak lagi. Emi memang tidak memahami apa yang program-program ini hasilkan adalah untuk mencoba berekspresi pada masyarakat, tapi dia menyadari, bagaimanapun, setiap channel menyiarkan acara yang hampir serupa di saat yang bersamaan.
Tentu saja, Emi berpikir seperti itu karena dia adalah penghuni dunia lain. Bahkan jika acara drama yang dia sukai, hanyalah sebuah program yang memungkinkan seseorang melewati waktu luang mereka, apapun itu, apakah memang benar membeli TV bisa membantu Pasukan Iblis menaklukan duna, jawabannya seharusnya adalah tidak.
Chiho melihat sisi wajah Emi yang dengan jelas memperlihatkan perasaan rumit yang Emi rasakan di dalamnya, dia memastikan kalau Emi tidak menyadarinya dan memberikan sebuah senyum kecut.
".... Apapun itu, karena Maou-san dan Suzuno-san ingin membeli TV, itu berarti mereka akan tinggal di Jepang untuk sementara kan?"
Chiho mengarahkan topik pembicaraannya agar tetap berada di jalur.
"Maksudmu?"
Emi terlihat bingung karena dia tidak tahu makna yang tersirat di balik kalimat Chiho.
"Bukankah banyak iblis-san yang datang ketika kita berada di Choshi?"
Meskipun menggunakan iblis-san untuk menyebut mereka terdengar sangat familiar, Emi tetap mengangguk untuk menjawabnya.
"Aku terus saja khawatir apakah semuanya akan kembali ke Ente Isla karena insiden ini. Meskipun itu tidak terjadi di atas laut Choshi, tapi jika terjadi di tempat seperti Shinjuku, bukankah itu akan menimbulkan kepanikan besar? Aku bertanya-tanya ketika Maou-san atau Yusa-san mengatakan 'aku tidak ingin menyebabkan masalah untuk Jepang', maka apa yang harus aku lakukan?"
"Pemikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikiranku sebelumnya."
Emi mengatakannya dengan pelan.
"TV bukanlah barang elektronik yang bisa dibeli hanya karena harganya murah, tapi itu adalah sesuatu yang akan kau beli karena kau berencana menggunakannya untuk jangka waktu yang cukup lama kan? Kupikir karena mereka ingin membelinya, itu berarti mereka akan tinggal di Jepang untuk sementara."
Chiho mengatakannya dengan sebuah senyum yang menyegarkan.
"Meskipun aku senang karena kau begitu menyambut kami, tapi apa kau tidak merasa takut?"
Emi secara khusus menanyakan hal ini.
"Chiho seharusnya juga sudah tahu kan? Tidak peduli malaikat, manusia atau iblis, jika mereka terdesak, mereka tidak akan ragu-ragu untuk membahayakan negara ini. Bukankah Chiho sudah pernah mengalami situasi hampir mati sekali?"
Pada insiden itu, tidak hanya iblis, bahkan manusia pun juga terlibat dan lagi manusia itu adalah salah satu rekan Emi di masa lalu, hal ini membuat Emi merasa begitu menyesal.
"Hm, aku tidak setakut itu sekarang. Meskipun agak menakutkan pada awalnya, tapi Maou-san dan Yusa-san selalu melindungiku kok."
Tanpa tahu perasaan Emi, Chiho secara tak terduga menjawabnya tanpa ragu.
"Meskipun aku tidak benar-benar mengerti masalah Ente Isla, tapi karena yang terkuat di antara manusia, Sang Pahlawan, dan yang terkuat di antara iblis, Raja Iblis melindungiku bersama-sama, itu akan jadi sedikit kasar jika aku masih tidak merasa lega."
"Begitu ya?"
Kata-kata Chiho sangat masuk akal. Sebuah eksistensi yang berteman dengan Pahlawan dan Raja Iblis, kemudian di saat yang bersamaan menerima perlindungan dari mereka berdua, bahkan jika dicari di seluruh dunia, mungkin hanya Chiho lah yang paling sesuai dengan deskripsi ini.
"..... Tentu saja, aku tidak lupa kalau tujuan Yusa-san dan Suzuno-san adalah untuk mengalahkan Maou-san, dan kalian berdua tidak mungkin bisa memaafkan apa yang telah dilakukan Maou-san dan yang lainnya di Ente Isla. Jadi aku terus memikirkannya, apakah ada suatu cara di mana orang-orang yang paling kusukai bisa mendapatkan sebuah kebahagiaan di masa yang akan datang."
"Tidak ada."
"Ayolah, jangan menjawab sebegitu cepatnya!"
Chiho dengan sengaja cemberut. Sebenarnya Chiho sudah tahu kalau Emi akan menjawab seperti itu, karena pada awalnya Emi sering menunjukan maksud tersebut.
Chiho yang melihat sisi wajah Emi, mengalihkan pandangannya pada tas besar yang Emi bawa.
"Meskipun aku bisa mengatakan kalau harapanku tidak akan terpenuhi, tapi jika aku menempatkan harapanku pada Alas Ramus-chan, seharusnya itu tidak akan jadi masalah kan?"
".... huuh, aku akui hal ini benar-benar membuatku kerepotan."
Emi mengangkat bahunya frustasi.
"Apa dia masih tertidur?"
"Yeah, jika dia tidak bangun, maka seharusnya lebih baik kalau aku mengeluarkannya setelah sampai di rumah dengan naik kereta."
Alas Ramus, saat ini sedang tidur siang, dia berada di dalam tubuh Emi.
Jika mereka ingin Alas Ramus tidur di Villa Rosa Sasazuka yang tidak memiliki AC, maka mereka harus memperhatikan suhu ruangannya, kapanpun waktu tidur selain malam hari, Emi akan membuat Alas Ramus bergabung dengannya.
Meski begitu, di dalam tas Emi, dia masih menyiapkan beberapa popok pengganti, minuman elektrolit sekaligus botol air dengan sebuah sedotan, akhir-akhir ini dia semakin mirip dengan sosok seorang ibu.
"Tidak masalah jika dia hanya bergabung denganku, tapi pada kenyataannya dia juga harus bergabung dengan pedang suci. Karena dia menganggap Raja Iblis sebagai ayahnya, selama aku menggunakan pedang suci untuk bertarung, maka aku bisa saja membuat anak ini melakukan pembunuhan terhadap ayahnya.... bagaimanapun juga, dikatakan seorang anak itu adalah jembatan di antara kedua orang tuanya, meski begitu, masih ada batas untuk hal itu."
"Yeah, maafkan aku."
Chiho yang merasa telah melewati garisnya, menundukan kepalanya dan meminta maaf dengan jujur.
".... Selain itu, aku juga menghadapi beberapa situasi yang mencegahku untuk kembali sekarang. Selama Raja Iblis tidak menunjukan kemarahannya dan ingin kembali ke Ente Isla karena tidak bisa membeli TV, maka aku akan tetap tinggal di sini untuk sementara."
"Yusa-san tidak bisa kembali sekarang?"
Chiho merasa bingung karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar kebenaran seperti itu, tapi Emi hanya menggelengkan kepalanya lemah.
Oleh sebab itu, Chiho tidak menekan masalah ini, dan sampai mereka tiba di depan stasiun Sasazuka, mereka berdua terus saja diam.
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu."
Ketika mereka sampai di stasiun Sasazuka, Emi melambaikan tangannya perlahan dan bersiap memasuki gerbang tiket.
Akan tetapi, dalam perjalanan menuju ke sana, Emi tampak menyadari sesuatu dan dengan cepat melebarkan matanya....
"Chiho, maaf, tolong tunggu di sini sebentar."
Setelah mengatakan hal itu, Emi buru-buru berlari ke dalam stan foto kilat yang terletak di pojok stasiun.
Tentu saja, Chiho tidak tahu kenapa Emi tiba-tiba berlari ke tempat seperti itu.
Seperti yang diduga, Emi keluar, dan membawa Alas Ramus yang bermata ngantuk dengan senyum kecut di wajahnya.
"Dia sepertinya ingin bilang 'bye bye' ke Chiho nee-san tidak peduli apapun yang terjadi."
"Fw...hm.. Chi nee-chan, ah bye."
Alas Ramus yang berbicara dengan sedikit ngelantur karena baru bangun tidur, membuka matanya sekuat tenaga dan melambaikan tangan kecilnya kepada Chiho.
Pemandangan ini membuat Chiho tidak bisa lagi menahan senyumnya.
"Yeah, bye bye Alas Ramus, ayo kita main lagi lain kali."
"Uu... ingin main di air lagi...."
"Yeah, ayo pergi berenang bersama lain kali."
"Uu.... fwah..."
"Baiklah, baiklah, kau bisa tidur lagi ketika kita sampai di rumah..... setelah cuti beberapa hari terakhir, ketika aku memikirkan kalau aku harus bekerja besok, kepalaku mulai sakit! Kalau begitu, kami akan pergi sekarang."
Emi menenangkan Alas Ramus yang mulai kembali masuk ke dalam alam tidur dan menguatkan pegangannya, Emi menjawab Chiho dengan matanya dan kali ini, benar-benar mulai berjalan menuju gerbang tiket.
Karena Emi sudah terlihat membawa anak kecil di depan umum, maka bergabung kembali dengannya sangatlah tidak mungkin. Chiho menyaksikan mereka pergi dengan sebuah senyum kecut, dan ketika mereka sudah tidak terlihat lagi, Chiho pun mulai melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah. Sebuah senyum tersungging di wajahnya ketika dia mengingat kembali tangan kecil dan ekspresi Alas Ramus.
"Oh, ya ampun, kau sudah pulang, cukup cepat juga hari ini."
Ketika Chiho mencapai pintu rumahnya, dia langsung bertemu dengan ibunya, Riho, yang berjalan keluar pintu dengan mengenakan pakaian untuk jalan-jalan.
"Mum, kau mau pergi ke mana?"
"Hm, ada sesuatu yang perlu aku urus di Shinjuku. Seorang teman lama dari luar negeri bilang akan datang ke sini, jadi aku akan minum teh bersama dengan temanku. Aku akan pulang sebelum makan malam, jadi bisakah kau mencuci dua cangkir beras?"
"Aku mengerti. Karena hanya dua cangkir, itu berarti ayah tidak akan pulang kan?"
"Aku tidak tahu. Dia tidak menghubungiku. Masih ada beberapa mie instan di rumah, jika ayahmu pulang, dia bisa memakan itu."
Kalau tidak ada yang terjadi, untuk pekerjaan seorang polisi, waktu mereka pulang bekerja sebenarnya sudah ditetapkan, tapi jika terjadi sesuatu, pulang ke rumah saja sudah sangat sulit.
Itu adalah kebiasaan buruk ayah Chiho yang tidak pernah menelepon ke rumah jika dia ingin pulang makan malam. Akan tetapi membiarkan ayahnya makan mie instan ketika dia bisa pulang ke rumah setelah bekerja, rasanya terlalu menyedihkan. Jadi setelah dia melihat ibunya keluar, dia memutuskan untuk mencuci 3 cangkir beras.
Ketika dia masuk ke dalam rumah, masih ada sisa-sisa udara dingin dari AC yang sebelumnya dinyalakan oleh ibunya, membuat kulit berkeringatnya terasa nyaman.
"Aku akan mandi setelah istirahat sebentar, lagipula, tidak masalah mencuci beras di sore hari."
Sekarang baru saja jam 03.00 siang. Karena sangat jarang tidak ada aktivitas klub ataupun jadwal kerja dan juga tidak ada insiden yang berhubungan dengan dunia lain, Chiho pun mengambil remote yang ada di meja ruang tamu.
"Aku penasaran acara macam apa yang akan Maou-san tonton setelah dia membeli televisi. Tapi sepertinya dia suka acara kuis dan acara yang berbau pengetahuan lainnya."
Chiho membayangkan adegan Maou, Ashiya, dan Urushihara bertengkar merebutkan remote televisi untuk menonton acara kuis, acara memasak dan anime, dia hanya bisa tertawa ketika membayangkannya.
"Tidak, tidak. Maou-san dan yang lainnya selalu serius."
Chiho, seperti orang normal lainnya juga menonton televisi.
Acara TV dan program musik adalah bahan yang penting untuk dibicarakan dengan teman-teman di sekolah. Ketertarikan pribadi Chiho adalah menonton acara travelling dan dokumenter, dan di saat yang sama, dia juga menonton acara kuis yang tayang setiap minggu.
Akhir-akhir ini, karena pengaruh Emi dan Suzuno, dia juga mulai menonton drama seri yang tidak pernah dia perhatikan sebelumnya. Ketika dia berpikir bisa berbicara dengan Maou tentang topik yang berhubungan dengan TV, dan kehidupan normal mereka bisa menjadi lebih menarik mulai sekarang sampai seterusnya, dia merasa kalau masa depan itu tidak hanya akan diisi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.
"Aku penasaran apa yang sedang tayang sekarang...."
Chiho mengambil daftar program yang ada di meja ruang tamu dan melihatnya.
"Ah, penayangan kembali 'Aitaka' sudah mau dimulai. Program berita sepertinya sedang tayang saat ini, kalau begitu aku akan menonton berita-berita MHK kemudian menonton 'Aitaka'."
Sambil mengatakan hal itu, Chiho mengarahkan remote controlnya ke arah televisi.
Setelah menyalakan dayanya, dua buah kilatan unik di TV slim yang support sinyal digital itu pun muncul di layar. Kemudian....
"..... Eh?"
Ketika gambar terlihat, sebuah kilatan cahaya putih menelan seluruh ruang tamu rumah keluarga Sasaki.
---End of Part 2---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 1 Part 3
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translated by : Me.beberap
3 Komentar
lanjutannya rilis kapan gan??
BalasSudah rilis gan..
Balaskapan bakal ditranslate??
Balas