Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 2 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 2 : Raja Iblis Berbicara Tentang Hubungan Antar Manusia -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 2 Bahasa Indonesia



Chapter 2 : Raja Iblis Berbicara Tentang Hubungan Antar Manusia

"Meski aku tahu kalau kau masih ada di Jepang, tapi apa yang kau lakukan di sini? Jika kau mencari Maou, dia sudah pergi tadi."

Urushihara mengatakannya sambil terus menatap layar komputer.

Lantai yang sudah dibersihkan oleh Chiho, dengan cepat dibuat berantakan oleh botol PET kosong dan remahan snack. Seolah-olah sekeliling Urushihara secara alami menciptakan pelindung sihir dan membentuk sebuah ruang khusus.

Langit musim panas sangatlah cerah dan sinar matahari tanpa ampun menyinari kota Sasazuka.

Urushihara meminum teh gandum dari cangkirnya.

"Aku tahu, aku sudah melihat-lihat tadi. Aku tidak mencarinya, aku mencarimu. Karena Raja Iblis dan bahawannya sekaligus nyonya di kamar sebelah sedang pergi keluar, jadi kesempatan yang paling pas adalah sekarang."

"Ada apa?"

Urushihara, seperti sebelumnya, masih tidak melihat ke arah orang yang berbicara kepadanya.

"Wow, tapi ruangan ini sangat panas! Apa tidak masalah menggunakan komputer dengan panas seperti ini? Aku ingat kalau komputer itu tidak begitu tahan dengan panas."

"Tidak seburuk itu. Selama kau tidak terlalu memaksakannya."

"Oh begitu ya. Jadi itu alasannya kenapa meja ini berada di sebelah jendela. Jadi, setidaknya tempat ini mendapat angin segar."

"Ngomong-ngomong....."

"Oh benar, bukankah sekarang ini sangat panas? Aku jadi ketagihan dengan es krim Hiigan Diaz, rasa cokelat mintnya sangat enak."

Akhirnya, mata Urushihara meninggalkan layar komputer dan menolehkan kepalanya dengan ekspresi kesal di wajahnya.

"Ngomong-ngomong, jika kau ingin mengatakan sesuatu, cepat katakan. Kalau tidak, aku akan menggunakan Skyphone untuk melapor pada Maou dan mengatakan kalau kau menyerang rumah kami dan menggeledah isi kulkas, Gabriel."

Seorang Malaikat bertubuh kekar saat ini sedang mengambil es krim dari kulkas rumah Maou tanpa izin dan memakannya dengan ceria.

"Ah, keuangan rumahmu sepertinya agak kesulitan akhir-akhir ini."

"Berhentilah bersikap bodoh, jika kau terus mengacau, aku akan dimarahi."

"Jangan kaku begitu, anggap saja ini seperti tamu sedang berkunjung dan kau menyajikan teh gandum dan es krim kepada tamu itu."

"Siapa yang kau sebut tamu? Cukup, jika kau ingin mengatakan sesuatu, cepat katakan dan segera enyah dari sini! Jika orang-orang itu kembali dan memintamu biaya perbaikan dinding, aku tidak akan mau melibatkan diriku."

"Hey, ini tidak seperti itu kan? Lebih tepatnya, orang yang menghancurkan dinding itu bukan aku, tapi gadis kecil, Alas Ramus yang menerbangkanku, ya kan?"

"Tapi orang yang membuatnya melakukan itu adalah kau, ya kan?" Kata Urushihara dengan dingin.

Tentu saja, Gabriel tidak tahu kalau biaya perbaikan dinding ditanggung oleh ibu pemilik kontrakan, tapi dari kasus penghancuran dinding ini, dia sepertinya punya cukup pandangan kalau dia juga ikut bertanggung jawab.

"Ngomong-ngomong, 'aku akan dimarahi'....."

Gabriel menunjukan senyum licik sambil menghabiskan es krim dan menjilat sticknya, merasa enggan untuk membuangnya. Meski begitu, dia masih mengambil stick itu dan membuangnya ke tempat sampah yang terlihat di sudut matanya.

"Tempat sampah itu untuk sampah plastik. Sampah mudah terbakar seharusnya kau buang di sebelah kulkas."

"Kubilang, jangan kaku begitu...."

"Apa maksudmu dengan 'kubilang', bukankah sudah kubilang kalau kau akan membuatku dimarahi? Terserah, cepat pergi dari sini! Kau benar-benar mengganggu! Untuk apa juga kau datang ke sini?"

Nampaknya kesabaran Urushihara telah mencapai batasnya, dan dia sama sekali tidak menyembunyikan perasaan tidak senangnya.

"Tapi...."

"Apa lagi sekarang?"

"Mendengarnya dari mulutmu, orang yang diberi nama 'Anak dari Sang Fajar', sekaligus orang yang paling dekat dengan Tuhan, mendengarmu mengatakan 'aku akan dimarahi' atau semacamnya itu sangat menggelikan, kau tahu. Dan berpikir kalau kau akan jadi begitu rewel terhadap kategori sampah dari stick es krim, itu benar-benar aneh, sampai-sampai aku bahkan tidak bisa tertawa."

Gabriel menunjukan fakta ini.

Akan tetapi, tidak ada perubahan di wajah tidak senang Urushihara.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 Bahasa Indonesia


"Kalau begitu aku minta maaf. Aku yang sekarang
adalah seperti ini. Sebenarnya, bukankah kau sudah bilang sebelumnya kalau image dari seorang malaikat itu sangat penting? Karena kau juga seorang malaikat, setidaknya kelompokanlah tipe-tipe sampah."

Kata Urushihara dengan remeh sebelum kembali menolehkan kepalanya ke arah layar komputer.

Tapi, Gabriel mengabaikan komentar itu dan terus berbicara.

"Kenapa kau memilih menjadi bawahan dari Iblis muda seperti dia? Meskipun semua orang mengatakan kalau kekuatanmu saat ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan saat masa jayamu, tapi aku tidak pernah melihat kekuatan penuhmu, jadi aku sedikit penasaran apa yang ada di kepalamu ketika kau memutuskan menjadi iblis di Dunia Iblis?"

"Karena aku tidak punya pekerjaan untuk dilakukan."

Urushihara menjawabnya dengan enteng.

"Tidak punya pekerjaan yang bisa dilakukan?"

Gabriel sedikit tersenyum ketika mengulangi jawaban Urushihara.

"Aku cukup bahagia saat ini, kau tahu?"

"... Kau akan dimarahi kalau tidak menyortir sampah dan harus tinggal di ruangan panas seperti ini sambil berselancar di situs anime dan kau bahagia? Meski sedikit... kau tahu... Bahkan hidupku jauh lebih nyaman dibandingkan dirimu, dengan menginap di warnet."

"Di sini menyenangkan. Setidaknya...."

"Kau tidak menghina bagian warnetnya?"

Urushihara menggunakan sepasang mata amethyst-nya untuk menatap Gabriel dengan tajam melewati poninya yang panjang.

"Dibandingkan tempat yang sama sekali tidak memiliki apa-apa, tempat ini jauh lebih baik daripada membiarkan waktu yang lama, cukup lama sampai bisa membuat siapapun menjadi gila, berlalu begitu saja."

"Tapi pihak kami sedang berada dalam kekacauan besar karena dirimu."

"Kau bisa memanfaatkan hal itu untuk menyibukkan dirimu sendiri kan?"

Gabriel tidak menjawab, pohon yang ada di halaman apartemen disinggahi berbagai jenis jangkrik, dan menegaskan panasnya hari-hari musim panas.

"Karena aku tidak punya pekerjaan untuk dilakukan dan begitu malas sampai-sampai aku tidak bisa menahannya, makanya aku mengikuti Satan dalam semua tindakannya. Itu saja. Baiklah aku sudah selesai berbicara. Jika tidak ada yang lain, cepat sana pergi!"

"Benar, ini mengenai masalah itu."

"Ah?"

Ketika Urushihara berpikir untuk mengusir tamu yang tak diundang itu, Gabriel tiba-tiba menepukkan tangannya dan membuat Urushihara menjadi kaget.

"Aku ingin bertanya tentang Satan, itulah sebabnya aku datang ke tempat yang sangat jauh, yaitu Sasazuka, di hari yang begitu panas ini."

"Kalau begitu tanya orangnya langsung. Ini tidak seperti Maou sedang pergi dalam perjalanan jauh. Dia seharusnya ada di Shinjuku atau semacamnya."

"Ya ampun, aku punya firasat kalau dia tidak akan menjawabku meski aku bertanya langsung padanya. Lagipula, bukankah dia itu masih muda? Dari pada bertanya padanya, bertanya padamu itu lebih praktis."

Gabriel kembali ke nada bicaranya yang meremehkan, dan mengatakan hal tersebut kepada Lucifer.

"Juga, daripada bertanya kepada seseorang yang tahu hanya dari rumor, kenapa tidak bertanya kepada orang yang kenal langsung dengan orangnya, informasinya akan lebih akurat, ya kan?"

"???"

Bukankah Maou Sadao adalah Raja Iblis Satan itu sendiri?

Meski tidak ada pertanyaan apakah Lucifer tahu orang yang dimaksud atau tidak, Gabriel masih menggoyang-goyangkan jarinya dan mengatakan,

"Lucifer, 'Satan' yang ada kaitannya denganmu seharusnya Satan yang satunya lagi kan? Aku tidak membahas anak muda yang tidak tahu apa-apa mengenai dunia itu."

Urushihara mendengar hal tersebut dan menyipitkan matanya.

Gabriel terus berbicara dengan senyum jahat di wajahnya.

"Aku ingin bertanya informasi tentang 'Legenda Raja Iblis Satan', dan seberapa banyak yang kau ketahui."

"Itu? Kau ingin bertanya soal itu? Kau membuatku memasang ekspresi serius untuk hal yang sia-sia."

Urushihara mendesah dengan sikap yang begitu kecewa, dia menolehkan kembali kepalanya untuk melihat ke arah layar komputer.

Sebaliknya, Gabriel yang tidak mengira akan mendapatkan jawaban seperti itu dari Urushihara, menjatuhkan diri dengan lututnya tanpa berpikir panjang.

"Hey, reaksi macam apa itu? Aku tadi seharusnya sudah menciptakan suasana yang pas untuk membicarakan topik serius, ya kan?"

"NEET yang mau repot-repot melihat suasana hanya pantad berada di kasta kedua."

"Bahkan jika aku menjadi kasta pertama, apa bagusnya itu?"

"Meski tidak ada keuntungannya, tapi itu tidak menimbulkan kerugian atau kehilangan apapun."

"Itu hanya pendapat pribadimu kan? Jika kau melihatnya secara obyektif, tidak peduli bagaimanapun itu, kehidupan seperti itu hanya akan menempatkanmu dalam posisi rugi, ya kan?"

"Jika kau menjadi ragu-ragu karena pendapat orang lain, maka kau bisa melupakan tentang menjadi NEET. Orang semacam itu hanya pantas mendapatkan gelar kasta ketiga."

"Jika kau sudah mencapai tingkat itu, menurut peraturannya, kau akan ditendang dari rumah, ya kan?"

"Seseorang yang diusir dari rumah, pada dasarnya berada di bawah kasta ketiga. Bahkan jika seseorang tidak berusaha melakukan kebaikan untuk pihak lain, dia masih harus berhati-hati untuk tidak membiarkan orang yang dia andalkan terkena serangan fatal. Seseorang yang bisa melihat ini dengan akurat adalah kasta pertama. Hal ini agak mirip dengan semacam olahraga."

"Kau harus meminta maaf kepada seluruh manusia di bumi yang terlibat dalam olahraga. Tapi intinya, bukankah itu sama saja dengan melihat suasana?"

"Tidak. Hal ini disebut dengan mampu melihat level toleransi musuhmu dan membuat mereka mengambil tindakan berdasarkan aturan mereka, kau tidak harus selalu melihat suasananya. Meski begitu, terkadang aturannya bisa berubah dan bahkan menjadi lebih ketat, tapi tidak peduli di dunia mana kau berada, bukankah semuanya sama saja?"

"......"

"Selama seseorang tidak takut akan kematian, dan berusaha serta bertekad berada di bawah kategori 'Not in Education, Employment, or Training', maka dia bisa menjadi NEET yang sesungguhnya. Jika dia melanggar peraturan dan diusir, maka dia bukanlah NEET, melainkah hanya gelandangan biasa."

(T/N : Not in Education, Employment, or Training adalah kepanjangan dari NEET.)

Biasanya dia akan menjadi bimbang dan marah ketika dipanggil NEET, tapi sekarang dia memiliki sikap seperti seseorang yang sedang mencoba mencapai level seni yang lebih tinggi. Nampaknya penyakit Urushihara menjadi semakin parah.

Sejujurnya, tidak ada situasi lain di dunia ini yang kurang tepat dibandingkan penggunaan istilah 'tidak takut akan kematian' atau 'yang sesungguhnya' untuk menggambarkan tekad seseorang.

Meskipun Gabriel adalah seorang Malaikat Agung dari dunia lain, berkaitan dengan apa yang dia rasakan mengenai situasi ini, dia sepertinya tidak terlalu berbeda dengan orang Jepang pada umumnya, dia sudah melebihi batas-batas rasa terkejut. Karena dia adalah seseorang dengan pemikiran yang terbuka, Gabriel hanya menunjukan wajah tanpa ekspresinya.

"Kata-kata itu sama sekali tak punya kekuatan untuk meyakinkan seseorang, benar kan? Jika kau pikir kau bisa menggunakan metode seperti itu untuk meyakinkan orang lain, maka kau sudah membuat kesalahan besar."

Urushihara nampak menikmati reaksi Gabriel dan memperburuknya dengan mengatakan,

"Kaulah yang seharusnya menjadi orang yang tidak kaku, Gabriel."

"Eh?"

"Jika tidak ada hal-hal semacam itu, entah aku, kau, ataupun orang lain, semua orang di luar sana adalah seorang NEET."

"!!"

Gabriel untuk sejenak tidak bisa berkata apa-apa dan bernapas dengan tajam. Urushihara membaca situasinya dan menunjukan sebuah senyum licik. Dia terus berbicara karena dia tahu kalau dialah yang memenangkan pembicaraan ini.

"Lihat, kau menyesuaikan diri dengan suasananya, jadi kau hanya bisa dikelompokan ke dalam kasta kedua."

".... Dengar."

Gabriel yang akhirnya sadar kalau dia sedang dipermainkan, menggelengkan kepalanya pelan untuk mendapatkan ketenangannya kembali dan mengatakan,

"Sepertinya kita menyimpang dari topik utama kita. Apa yang ingin kutanyakan adalah....."

"Kau masih punya muka untuk mengatakan itu, sejak awal, kaulah orang yang berdiri di sana dan bertingkah sok berkuasa."

Gabriel menatap tajam ke arah Urushihara dan mengatakan,

"Mengenai 'Warisan Raja Iblis Satan yang Agung', jika kau tahu sesuatu, tolong beritahu aku."

"Jika itu uang, maka aku juga menginginkannya, tapi aku tidak mau membayar pajak warisannya."

Urushihara sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan itu dengan benar.

"Aku tidak bertanya tentang masalah itu. Pokoknya itu bukanlah uang."

"Lalu apa yang ingin kau tanyakan?"

"Karena aku tidak punya petunjuk, makanya aku bertanya padamu."

"Kalau kau tidak punya petunjuk, lalu bagaimana kau tahu kalau itu bukan uang?"

"Apakah Dunia Iblis punya sistem keuangan?"

"Tidak."

"Aku benar-benar ingin marah, kau tahu?"

"Serius... Merepotkan sekali..."

Urushihara bangun dari tempat duduknya dan meregangkan punggungnya yang kaku.

Kemudian dia mengambil kertas dan pulpen dari dalam laci dan mulai menulis beberapa kata di atasnya.

"Begini, ada beberapa harta di Dunia Iblis yang mungkin bisa membuat Surga jadi pucat ketakutan."

"Tulisan tanganmu benar-benar jelek."

Tulisan tangan Urushihara benar-benar sangat jelek, bahkan Gabriel sampai mengekspresikan keluhannya. Selain itu, semua tulisan tersebut tertulis dalam Hiragana.

"Noton... Nothung? Itu mengacu pada Pedang Iblis Gram kan? Bukan itu. Dan ada juga Adelroa... Tidak, tombak Adoramerekinesu? Bagaimana kau membaca ini?"

"Itu adalah tombak dari bangsa Adramelech. Itu sudah ada sejak zaman kuno."

"Jadi itu Tombak Kuno Adramelech? Kau harusnya paling tidak mempelajari Katakana! Kalau begini, aku bahkan tidak tahu di mana akhir kalimatnya."

"Kupikir orang yang bersusah payah mengingat Kanji itu bahkan lebih aneh."

"Serius... Gikin no Madou... sihir Iblis Uang Palsu huh? Bukankah itu seperti saat di mana kau membuat emas untuk menipu orang-orang, namun pada akhirnya emas itu sebenarnya perunggu?? Batu Astral, golongan, Renbererureberube.... Apa ini?"

"Renberureberube adalah nama binatang iblis yang dipelihara oleh Raja Iblis Agung Satan. Menurut rumor, dia mengenakan kalung yang dibuat sendiri oleh Raja Iblis Agung Satan yang mana memiliki gem misterius...  Batu Astral, sampai saat ini, benda itu masih berada di suatu tempat di Dunia Iblis. Mungkin itu adalah fragmen Yesod."

".... Aku benar-benar akan marah."

"Apa.... Jangan melihatku seperti itu. Aku benar-benar serius di sini!!"

Gabriel merengut dan melotot ke arah Urushihara ketika Urushihara menjawab dengan kaget.

"Sejak zaman dahulu, setiap iblis yang dipanggil Satan itu sangat miskin. Bahkan ketika mereka menjadi Raja Iblis, mereka masih akan melakukan hal-hal kecil seperti pemalsuan, kau tahu? Aku sebenarnya tidak tahu tentang kekuatan atau senjata apa yang bisa disebut sebagai warisan, jadi aku hanya bisa memikirkan benda-benda ini."

"Serius... Aku benar-benar tidak tahu seberapa seriusnya kau mengenai masalah ini..."

Gabriel meremas kertas yang digunakan untuk menulis oleh Urushihara dan membuangnya ke tempat sampah.

"Bagaimanapun, karena aku tidak bisa menggunakan cara paksa untuk mendapatkan informasi darimu, maka cukup itu saja untuk hari ini, aku akan segera pergi."

"Bukankah sudah kubilang kalau kau tidak boleh membuang sampah yang mudah terbakar ke sana?"

"Tapi jangan lupa, karena musuhmu adalah aku, makanya aku bisa pergi begitu saja."

"Ah? Apa maksudnya itu?"

Gabriel menatap ke arah Urushihara yang sedang memungut kertas serta stick es krim dari tempat sampah dengan ekspresi yang tiba-tiba menjadi serius.

"'The Watcher' akan segera datang. Menilai bagaimana kepribadiannya, orang yang akan mengunjungi kalian nanti mungkin bukanlah kelas merpati sepertiku."

(T/N : Kelas Merpati : Orang yang lebih memilih cara halus)

Untuk pertama kalinya, Urushihara nampak terguncang.

"Kau bilang 'The Watcher'?"

"Apa-apaan ekspresi kagetmu itu? Rekannya, 'The Light of The Fallen' sudah tidak ada lagi di sampingnya, kan? Kalau begitu, kau seharusnya sudah menduga kalau orang itu akan bergerak suatu hari nanti."

"Siapa yang akan menduga itu, kami ini hanyalah sekumpulan NEET, kenapa kalian semua tiba-tiba jadi bersemangat? Selain itu, kau bukanlah kelas merpati, jika kau benar-benar ingin menggambarkannya, kau seharusnya adalah kelas Shoebill karena tidak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang mereka lakukan."

"Ketika kau mengatakannya, entah kenapa aku merasa kesal. Ngomong-ngomong apa itu Shoebill?"

Usai berbicara, Gabriel mengeluarkan sepotong kertas dari dalam jubahnya.

"Jika kau kepikiran sesuatu, telepon saja ke nomor di kertas ini. Tapi itu tidak berarti aku begitu berharap atau semacamnya."

"Siapa juga yang ingin meneleponmu?"

Setelah meletakkan kertas seukuran kartu nama yang terdapat nomor telepon di atas tatakan tatami, Gabriel mengambil sandalnya di pintu masuk dan bersiap-siap pergi.

"Ngomong-ngomong..."

"Apa?"

"Lupakan tentang warisan Satan, bagaimana dengan fragmen Yesod itu? Beberapa waktu lalu, fragmen yang baru muncul di dekat Emilia, ya kan?"

Fragmen itu secara kebetulan berada di sarung pedang yang dibawa oleh Camio, Urushihara sama sekali tidak tahu bagaimana Emilia menggunakan benda itu setelahnya.

Logikanya, dia mungkin akan menggabungkannya dengan Alas Ramus agar bisa menambah kekuatan pedang suci sekaligus Armor Pembasmi Kejahatannya dan memanfaatkan kekuatan penghancurnya untuk mencegah Gabriel melakukan apa-apa.

Bahkan jika hanya satu fragmen saja yang bergabung dengan Alas Ramus, itu mungkin bisa membuat Armor Pembasmi Kejahatannya menjadi lebih lengkap.

Jika kekuatan Emilia bertambah, entah itu Pasukan Iblis ataupun Gabriel, mereka pasti akan berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Itulah yang Urushihara asumsikan, tapi mengejutkannya, Gabriel sama sekali tidak merasa kaget.

"Erhm, begitulah. Untuk sekarang, kami akan menyerahkan fragmen itu kepadanya. Karena 'The Watcher' akan segera datang, kita bisa menyimpulkan bahwa dari kesalahan dan kegagalan sebelumnya, aku sudah disingkirkan dari garis depan insiden ini. Karena fragmen itu sekarang berada di tangan Emilia, maka seharusnya tidak ada masalah untuk sekarang."

"Hrmph, kalau begitu lupakan saja."

"Terima kasih untuk informasimu, jika kau bertemu dengan Emilia, katakan padanya kalau kami tidak akan melakukan apa-apa untuk sekarang, katakan padanya untuk menjaga anak itu dengan baik."

Usai berbicara, Gabriel melambaikan tangannya dan berjalan keluar melalui pintu.

Setelah suara langkah kaki Gabriel dan aura energi suci yang tidak bisa dia sembunyikan meskipun dia ingin menyembunyikannya, menghilang, Urushihara pun kembali ke depan layar komputernya sekali lagi.

Di dalam ruangan tersebut hanya terdengar suara jangkrik dan bunyi keyboard.

Kemudian Urushihara mulai menyanyikan sebuah lagu yang dimainkan di dalam sebuah website anime.

"Ayah Abraham memiliki 7 anak, yang satunya tinggi, dan yang lainnya pendek......"


XxxxX


Ada sebuah tensi yang aneh di kantor Call Center yang terletak di bawah nama perusahan telepon Docodemo.

Yusa Emi yang baik dan ramah terhadap orang lain, fasih dalam bahasa asing, berani dan bisa diandalkan, menjadi pegawai kunci dalam kantor customer service, saat ini sedang memancarkan aura yang tidak bisa dilukiskan.

Dia masih menangani panggilan telepon yang tidak bisa ditangani oleh rekan kerjanya.

Jika seseorang berbincang-bincang dengannya, dia masih bisa merespon selayaknya Yusa Emi yang biasanya.

Tapi, ketika dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, saat dia sedang menunggu panggilan telepon, dengan kata lain adalah saat dia sedang sendirian, ekspresi Emi sangatlah mengerikan, singkatnya, itu sangat menakutkan. Bahkan orang lain pun bisa merasakannya, dia saat ini sedang marah dan gelisah karena alasan yang tidak diketahui.

Emi nyatanya sangat cemas terhadap sesuatu, dan karenanya, itu membuat dia begitu frustasi. Meskipun hal ini tidak berpengaruh pada pekerjaannya, tapi Emi saat ini terasa seolah tidak bisa didekati.

"Yu-yusa-san.... Uh..."

".... Ya?"

"Eh, ah, ma-maaf, bukan apa-apa."

Wanita yang ada di sebelahnya mencoba untuk berbicara dengannya.

Dia nampaknya merasakan aura misterius yang tidak menyenangkan di sekitar Emi dan mundur dengan cepat. Apakah ekspresi Emi benar-benar seburuk itu?

Emi sedikit menekan dahinya dengan menggunakan tangannya.

Karena hari ini Rika izin tidak masuk kerja, orang yang duduk di samping Emi, sekaligus biasanya duduk berseberangan dengan Rika adalah junior Emi dan Rika... Dia adalah seorang mahasiswi, Shimizu Maki.

Meskipun dia memiliki kepribadian yang kuat, tapi, karena ia memiliki pekerjaan di Call Center di mana dia harus bertanggung jawab untuk menghadapi banyak permintaan dan cenderung menjumpai komplain yang buruk, sebagai seorang mahasiswa, dia dianggap sebagai pegawai yang cukup baik dan memiliki keberanian yang begitu langka.

".... Maaf, Maki, apa ada yang salah?"

Maki sepertinya duduk di bangku kuliah tahun kedua, jadi jika berbicara mengenai usia mereka yang sebenarnya, Emi itu lebih muda dibandingkan dengannya.

Tapi jika kau menilai dari jumlah pengalaman dan latihan yang kedua orang ini dapatkan, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, Emi nampak jauh lebih tua.

Jadi pada akhirnya, Emi dianggap dan dihormati oleh banyak rekan kerjanya di industri ini sebagai senior mereka.

"Soal itu..... Ekspresimu benar-benar menakutkan."

Jawaban jujur tersebut membuat Emi sedikit mundur.

Apakah wajahnya benar-benar setegang itu?

Sekarang kalau dia memikirkannya dengan seksama, bahkan Maki yang tidak kenal takut pun merasa kesulitan berbicara dengannya, jadi kemungkinan besar dia memang sudah membuat seluruh atmosfernya jadi begitu kaku.

"Maaf, ini mungkin pertanyaan yang aneh, tapi...."

"Ya, ada apa?"

Meski sulit untuk mengungkapkannya, Maki tetap bertanya sejelas yang dia bisa.

"Kau tidak sedang berselisih dengan Rika-san kan?"

"Eh?"

Maki menanyakan hal ini dengan sikap yang begitu terbuka, tapi Emi tetap saja terkejut karena itu adalah pertanyaan yang benar-benar tidak terduga.

"Ke-kenapa?"

"Itu tidak... ah... baguslah.."

"Aku tidak bertengkar dengan Rika kau tahu? Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Mungkin dia merasa lega karena ekspresi terkejut Emi yang jujur, kegugupan Maki pun berkurang secara drastis.

"Aku bekerja dengan Rika-san kemarin. Meski istirahat makan siang sedikit lebih telat dibandingkan biasanya, ketika kami berencana untuk pergi makan siang, Rika-san tiba-tiba menerima sebuah telepon."

Topik yang dibicarakan oleh Maki, seketika membuat perut Emi terasa lebih berat.

Karena Emi tahu siapa yang menelepon Rika.

"Setelah itu, Rika-san mulai bersikap aneh... dan setelah bekerja, dia nampaknya menelepon Yusa-san, jadi aku penasaran apakah terjadi sesuatu."

"Dan hari ini aku terlihat tidak senang, tidak heran kalau kau menganggap kami terlibat pertengkaran...."

Emi menghela napas dalam.

Telepon sore hari yang Maki sebutkan, adalah panggilan telepon yang Emi terima ketika dia berada di dalam kamar mandi.

Sementara untuk panggilan telepon di siang hari.....

"Haa... Kalau diingat-ingat, ekspresi Rika-san nampak berubah dari yang sebelumnya bahagia, menjadi cemas, dan dia juga terlihat sangat bingung."

Maki tiba-tiba menyeringai, dan mencari konfirmasi dari Emi dengan ceria.

"Apa Rika-san mempunyai seorang pacar?"

"Ugh!!"

Emi menanggapinya dengan sikap yang berlebihan.

"Yu-Yusa-san!"

"Aku, aku baik-baik saja, bukan apa-apa kok...."

Kali ini, kejadian di Sentucky tiba-tiba terlintas di pikiran Emi.

"Tidak mungkin, tidak tidak tidak tidak, aku tidak ingin terlibat ke dalam masalah seperti itu lagi."

"Yusa-san?"

Mengabaikan reaksi keheranan milik Maki, Emi pun menjatuhkan diri ke meja.

Dalam situasi Chiho, itu saja sudah mencapai babak di mana Emi tidak bisa lagi ikut campur semenjak dia mengenal Chiho.

Jika Rika juga jatuh cinta, kesetresan Emi mungkin akan bertambah sampai tingkat di mana dia bisa meledak.

"Dari semua masalah, kenapa....."

"Ah, ada telepon. Selamat siang, terima kasih sudah menelepon, di sini dengan pusat customer service Docodemo, nama belakangku adalah Shimizu..."

"Hello selamat siang, di sini dengan pusat customer service Docodemo...."

"Terima kasih sudah menelepon, hello...."

"Kenapa semuanya jadi sangat sibuk di saat seperti ini?"

Emi mulai merasa seperti ingin menangis.

Sejak jam kerja yang dimulai tadi pagi, panggilan telepon terus saja berdatangan.

Di pagi harinya, semua staff customer service menerima sebuah email yang berisi pemberitahuan penting, yang mengatakan bahwa semua slimphone dengan fitur televisi digital mendapatkan gangguan sinyal di layarnya.

"Yang benar saja, bahkan di sini pun semuanya berkaitan dengan televisi."

"Yu Yusa-san....!"

Maki menggenggam microfonnya dan memperlihatkan ekspresi keras kepada Emi.

Kemungkinan suara Emi mencapai mikrofon Maki. Dengan ekspresi tegang di wajahnya, Emi mengangkat tangannya untuk meminta maaf.

"..... Hello, terima kasih sudah menelepon. Di sini dengan pusat customer service Docodemo, nama belakangku adalah Yusa...."

Sambungan telepon Emi juga ikut berdering, dan setelah diangkat, seperti yang sudah diduga, keluhannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan televisi digital.

Kebanyakan masalah di antara telepon-telepon itu adalah layar yang tiba-tiba berubah putih setelah berkedip sekali.

Setelah fenomena itu, tepatnya setelah kilatan tersebut, baterai akan mulai kehabisan daya dengan kecepatan yang mengejutkan.

Akan tetapi, fenomena ini tidak terjadi di tempat yang memiliki sinyal lemah.

Selain itu, kebanyakan pengguna mengalami fenomena ini di saat yang bersamaan.

Poin-poin setelahnya bisa dibilang tidak terlalu penting, tapi dalam panggilan-panggilan itu, tak disangka, banyak pengguna menyebutkan tentang hal ini...

"Waktu itu, aku sedang berada di rumah dan menonton televisi digital di ponselku."

Kebanyakan situasinya mirip seperti itu.

"Kalau kau berada di rumah, maka gunakan saja televisi normal..."

Emi mengatakannya pada dirinya sendiri.

Karena call center tidak menerima informasi apapun dari tim di kantor pusat yang bertugas menyelidiki masalah ini, saat para pegawai, termasuk Emi menangani semua panggilan tersebut, mereka hanya bisa terus meminta maaf.

Selain itu, mereka juga agak beruntung karena masalah itu tidak terjadi pada sistem telepon, pesan, ataupun internet, jadi jumlah panggilannya tidak terlalu banyak.

Bagi pengguna HP, layanan televisi digital adalah sesuatu yang tidak terlalu sering digunakan.

Dibandingkan televisi digital, fitur yang paling dituntut oleh pengguna adalah pemutar musik. Tidak peduli seberapa tinggi resolusinya, layar HP hanyalah layar yang berukuran beberapa inchi.

Sekarang ini adalah zaman di mana bahkan saat sedang sedang berada di rumah, selama televisi digital sudah terpasang, berbagai acara bisa dengan mudah direkam. Dibandingkan dengan pengguna yang bersikeras ingin menonton televisi secara langsung, televisi digital di HP hanyalah sebuah fitur nomor dua.

Di antara model-model HP terbaru yang muncul di setiap musimnya, pasti akan ada beberapa model yang memilih menghilangkan fitur televisi digital untuk meningkatkan fitur telepon dan pesannya. Dari sini sangat jelas kalau tuntutan pengguna terhadap fitur ini tidaklah terlalu banyak.

Jadi meskipun terdapat masalah dengan model HP Docodemo yang memiliki fitur televisi digital, panggilan yang menanyakan tentang masalah itu tidaklah terlalu banyak, dan Emi cukup hanya perlu khawatir mengenai masalah Rika.

Dulu, ketika ada gangguan koneksi internet yang berhubungan dengan komunikasi, hanya 30 menit saja mereka sudah tidak mampu menahan semua pesan sehingga mereka harus memutus semua jalur panggilan di call center dari seluruh pelosok negeri, hal ini bahkan dilaporkan dalam berita.

"Televisi huh....."

Pikiran Emi seketika menjadi kosong ketika dia berdiskusi tentang masalah itu dengan Rika kemarin, itu terjadi setelah dia mendengarkan latar belakang situasi di mana Emi tahu kalau Ashiya meminta pendapat Rika untuk membeli televisi.

Emi tidak tahu bagaimana Ashiya mendapatkan nomor telepon Rika, tapi pada akhirnya, Ashiya sepertinya membuat janji dengan Rika kalau dia akan meminta pendapatnya ketika dia ingin membeli HP.

Meskipun masalah ini tertunda karena Maou dan yang lainnya pergi ke Choshi, tapi Ashiya sudah menelepon Rika kemarin, dan dengan suara yang agak depresi, Ashiya mengekspresikan keinginannya kepada Rika untuk membeli sesuatu bersama.

Emi yang tidak bisa memberitahu Rika tentang identitas Ashiya yang sebenarnya, meskipun dia merasa sangat khawatir, dia hanya bisa memberikan saran sederhana 'jalani saja seperti yang biasa kau lakukan', dan menutup teleponnya.

Sesudahnya, Emi langsung menghubungi Suzuno, dan seperti yang dia duga, usai kembali dari agensi apartemen, Maou memperlihatkan senyum kemenangan di wajahnya, sementara Ashiya menujukan ekspresi seolah-olah dunia mau kiamat.

Hasil dari pertemuan itu adalah biaya sewa tidak bertambah dan para penyewa tidak harus menanggung biaya pengerjaannya. Biaya untuk MHK akan ditanggung oleh ibu pemilik kontrakan sebagai bagian dari kontrak penyewaan dan biaya ini sudah termasuk dalam biaya sewa kontrakan.

"Mengingat masalah yang kita bicarakan kemarin malam, aku juga berencana memakai kesempatan ini untuk membeli TV bersama mereka."

Setelah mendengar kalimat ini, meski itu seperti kapas yang terjatuh di pojok ruangan, Emi akhirnya merasa sedikit lega.

Nampaknya tidak hanya Rika dan Ashiya yang pergi berdua, Maou dan Suzuno sepertinya juga akan ikut.

".... Tapi, bagaimana ini?"

"Yu Yusa-san?"

Emi kembali mulai berbicara sendiri. Maki dengan ragu-ragu mencoba berbicara dengan Emi, tapi Emi yang sedang tenggelam dalam pemikirannya, sama sekali tidak menyadarinya.

Rika melihat Ashiya sebagai seorang pria.

Lebih baik berhenti menghindari fakta ini.

Sebagai Pahlawan, Emi memutuskan untuk mundur dengan jumlah langkah yang setara dengan berjalan melintasi 7 lautan dan separuh bumi, kemudian mencoba menilai manusia bernama Ashiya Shiro ini.

Dia adalah pria yang cerdas, tinggi dan kuat. Dengan gaya rambut yang masih bisa dianggap santai dan tampang lesu di wajahnya karena kemiskinan, di mata orang-orang yang tidak mengenalnya, dia adalah gambaran sempurna dari ikemen yang tampak agak sayu.

"Ugh!!"

Emi secara tidak sadar merasa jijik ketika dia berpikir tentang masalah itu, tapi intinya, Ashiya memang memberikan kesan tersebut.

Selain itu, Ashiya yang ramah terhadap orang lain, pasti akan selalu bersikap sopan dan tidak akan bertingkah arogan; di sisi lain, bahkan jika orang yang membuat kesalahan adalah masternya sendiri, Maou, Ashiya masih akan menegurnya secara blak-blakan dan akan menceramahi Urushihara yang menjadi seorang NEET.

Satu-satunya masalah Ashiya adalah dia tidak punya penghasilan, tapi itu adalah keputusannya sendiri, jika dia mencari pekerjaan melalui prosedur yang normal, dengan kualitasnya, dia seharusnya bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan apapun. Selain itu dia adalah iblis, tidak hanya handal dalam berbahasa, dia juga memiliki kepribadian yang berani.

Karena kepribadiannya yang selalu ingin menabung kapanpun dia bisa, Ashiya tidak akan pernah menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak berguna, jadi kau tidak perlu khawatir kalau dia akan terkena masalah yang berkaitan dengan rokok ataupun minum-minuman.

Selain itu, entah itu memasak, mencuci baju, ataupun bersih-bersih, Ashiya sangat handal melakukan itu semua.

Untuk ukuran gadis SMA zaman sekarang, Sasaki Chiho saja sudah bisa mencapai tingkat nasional dan diakui secara luas sebagai orang yang berbakat, jika orang-orang mengikuti logika ini, maka harus diakui bahwa, Ashiya, sebagai seorang pria, bisa dianggap sebagai 'pasangan' yang baik.

"Aku penasaran apa Rika.... tahu kalau Raja Iblis dan Bell akan ikut juga?"

Memikirkan masalah tersebut, kali ini, sebuah perasaan tidak puas muncul di hati Emi.

Perasaan ini tidak datang dari Emilia Sang Pahlawan, tapi datang dari teman Suzuki Rika, Yusa Emi.

Dalam suara Rika ketika dia menelepon kemarin, selain kebingungan yang tidak bisa dia tekan, terdapat sedikit perasaan berharap yang ikut bercampur.

Karena Rika sendiri tidak menggunakan kata 'kencan', itu berarti Rika seharusnya tahu kalau Ashiya tidak melihat dia sebagai gadis yang special.

Bagaimanapun....

"Hanya untuk masalah ini, orang-orang itu mungkin bisa menanganinya dengan benar..."

Karena sudah diketahui bahwa apa yang ingin dibeli Ashiya adalah televisi untuk Kastil Iblis, itu berarti Rika, Ashiya, Maou, dan Suzuno akan terus bersama sampai kegiatan itu selesai.

Mengingat kepribadian Ashiya yang cermat, dia mungkin sudah memberitahu Rika tentang hal ini terlebih dahulu.

Akan tetapi, di dalam hati Rika, pasti ada sedikit harapan di suatu tempat di hatinya, harapan itu begitu kecil sampai-sampai bahkan tidak bisa disebut harapan.

Dia berharap kalau dia bisa berkencan dengan Ashiya.

Jika Maou dan Suzuno juga ikut, meski Rika bisa mengerti, dia pasti masih akan merasa kecewa...

"Tunggu, tunggu!! Ini tidak benar!!"

"Ap-apa ada sesuatu yang salah?"

Emi menyangkal dirinya sendiri, dan membuat Maki yang sedang menunggu panggilan telepon, menjadi terduduk tegak karena ketakutan.

Akan tetapi, Emi sama sekali tidak punya waktu untuk mempedulikannya.

Sebenarnya, apa yang salah dengan hal itu?

Ashiya adalah iblis, saat ini dia berubah menjadi manusia karena dia kehilangan sihir iblisnya, bagaimana Emi bisa membiarkan orang semacam itu pergi bersama temannya yang berharga, yaitu Rika?

Pemikiran Emi sudah berubah jadi sedikit aneh sejak kemarin.

Seperti yang Suzuno katakan, dia terlalu terbiasa dengan hidup yang damai seperti ini.

Bahkan Maou, Ashiya, dan Urushihara hanya sementara menyebutnya gencatan senjata karena mereka tidak punya pilihan lain selain melakukannya, bagaimanapun, orang-orang itu masihlah musuh bagi umat manusia.

Selain itu, selama Suzuno ada di sekitar mereka, dia pasti bisa melindungi Rika, Maou, dan Ashiya jika terjadi sesuatu, jadi untuk yang ini, Emi tidak perlu khawatir.

"Salah!! Aku sama sekali tidak perlu khawatir dengan Raja Iblis dan Alsiel!!"

"Eeee!!"

Maki yang duduk di sebelahnya terlihat seperti ingin menangis.

Setelah itu, di belakang Emi yang sedang menggaruk kepalanya dengan cemas, sebuah bayangan besar pun muncul. Emi tidak menyadarinya, tapi Maki melihat ke arah orang itu dengan ekspresi 'akhirnya aku selamat!'.

"......"

15 menit kemudian.

Emi, memakai pakaian normalnya dan berdiri di luar kantor.

Manajer yang bertugas mengawasi Emi dan yang lainnya, beberapa saat yang lalu memanggil Emi.

Emi biasanya melakukan pekerjaannya dengan serius dan punya hubungan yang baik dengan rekan kerjanya, jadi meskipun dia tidak dimarahi....

"Kau capek kan? Jika kau terus berada di sini, itu akan jadi pengaruh yang buruk terhadap suasana tempat kerja, kupikir kau sebaiknya pulang untuk hari ini!"

Manajer tersebut masih saja tanpa ampun mengatakan kata-kata kejam itu kepada Emi.

Emi memang memasang ekspresi suram, tapi dia tahu kalau dia benar-benar mengkhawatirkan banyak hal hari ini, dan itu menyebabkan dia tidak bisa mempertahankan ketenangannya.

Khususnya kepada Maki, dia merasa begitu bersalah, dia harus menemukan kesempatan yang tepat untuk meminta maaf kepadanya nanti.

Emi melihat jam tangannya.

Saat ini jam 3 sore. Hari ini, dia pulang 2 jam lebih awal dibandingkan hari biasanya.

Kalau begitu, dia harus mengambil tindakan yang tepat.

Mengambil kesimpulan dari percakapan Maou dan Ashiya kemarin, mereka dan Rika saat ini kemungkinan berada di suatu tempat di Shinjuku.

Emi membuka HP lipatnya, bersiap-siap untuk menghubungi Rika atau Suzuno.

".... Tapi kalau seperti ini, ini akan jadi sedikit aneh."

Di pikirannya, Emi masih mempertahankan keinginannya dan menolak ide yang dia miliki.

Kemarin Emi mendiskusikan hal ini dengan Rika, jika dia tiba-tiba muncul ketika Rika, Ashiya, dan yang lainnya sedang berbelanja, dia pasti akan membuat Rika kehilangan muka.

Dan lagi, akan sangat tidak pantas bagi Emi jika dia mengikuti mereka tanpa diketahui oleh Rika.

Menurut pengalaman Emi selama beberapa bulan terakhir, Ashiya pasti akan memperlakukan Rika dengan sikap yang sangat sopan.

Tidak diragukan lagi, jika situasi ini diketahui oleh Maou, Emi punya firasat kalau Maou pasti akan mengejeknya selama sisa hidupnya.

Dari keadaan ini, jika tindakan stalkingnya sampai diketahui, ini mungkin malah akan membuat retak hubungannya dengan Rika. Dengan kata lain, sama sekali tidak ada keuntungan bagi Emi dalam masalah ini.

"Bahkan hal seperti itu pun..... Tapi tak masalah jika terkadang kita mengambil tindakan berdasarkan tujuan kita sendiri..."

Emi menggumam.

Karena Alas Ramus sudah bergabung dengan pedang suci, maka tidak mungkin bagi Emi untuk mengalahkan Maou dalam waktu dekat ini.

Bahkan jika kekhawatiran Suzuno tepat dan seseorang benar-benar berencana membawa pergi Raja Iblis dan Jenderal Iblis, Emi pun masih tidak bisa mengikuti mereka dalam jarak dekat. Dan jika dia benar-benar ingin menekannya, sebelum semua kejadian ini dimulai, dia seharusnya tidak membuat kontak dengan Rika.

Kalau begitu....

Emi membuka saku resleting di tas bahunya dan menggunakan jarinya untuk mengambil sebuah benda yang terlihat seperti batu dari dalamnya.

Itu adalah sesuatu yang lebih kecil dari kelereng, sebuah fragmen Yesod yang memiliki beberapa perubahan pada bentuknya.

Fragmen ini pada awalnya tertanam pada sarung pedang yang dibawa oleh Camio, tapi Maou memberikan alasan kalau dia tidak membutuhkannya dan mempercayakannya kepada Emi.

Apa yang lebih mengejutkan dari itu adalah, bahkan ketika Alas Ramus melihat fragmen itu, dia juga sama sekali tidak tertarik.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya Emi memegang sebuah fragmen normal. Mengingat hubungan antara Alas Ramus dan fragmen lainnya sampai sekarang, Emi menyimpulkan kalau dia bisa menggunakan beberapa cara untuk menarik keluar kekuatan dari sebuah fragmen, dan membiarkan Alas Ramus dan fragmen itu saling menarik satu sama lain.

Seperti pada saat di Kastil Iblis di Ente Isla, terdapat sebuah tarikan antara pedang suci Emi dan Alas Ramus.

Oleh karena itu, Emi memutuskan untuk mencari semua fragmen Yesod yang mungkin ada di Jepang saat ini.

Meski Emi tidak menyadarinya pada waktu itu, tapi Maou mengatakan kalau benda itu adalah fragmen Yesod.

Batu mulia tersebut memiliki kemampuan yang memungkinkan Alas Ramus untuk mendapatkan kembali kekuatannya.

Dan orang yang memiliki salah satu dari batu itu mengetahui nama Alas Ramus.

Di hari itu, Emi bertemu dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih dan memiliki cincin dengan batu ungu di Tokyo Big Egg Town.

Mungkin dia adalah.....

"... Saat ini, kurasa lebih baik tidak terlalu memikirkan masalah itu."

Emi menggelengkan kepalanya seolah mengingatkan dirinya akan fakta itu.

Orang yang dimaksud adalah seseorang yang seharusnya tidak ada.

Seseorang yang hanya ada di dalam rumor yang disebarkan oleh orang-orang.

Seseorang yang tinggal bersama dengan rekannya selama beberapa hari tapi tidak datang dan menemuinya.

Orang itu mungkin....

"Well, aku tidak mungkin bisa mengeluarkan pedang suciku di tengah jalan seperti ini..."

Ketika Emi menerima fragmen itu di Choshi, dia sudah memutuskan bagaimana dia akan menggunakannya.

Fragmen 'Yesod' akan saling tarik menarik satu sama lain.

Tapi fragmen Yesod yang Emi miliki hanya terdiri dari Evolving Holy Sword Better Half, Alas Ramus, dan Armor Pembasmi Kejahatan.

Tidak peduli seberapa besar Emi menekan sihir sucinya, Emi masih tidak bisa mengecilkan pedang suci sampai seukuran pisau. Dan jika output sihir suci berkurang sampai ke tingkat tertentu, pedang suci tidak akan mampu mempertahankan bentuknya.

Jika dia ingin menggunakan fragmen yang tertanam pada pegangan pedang suci, tidak peduli apa yang terjadi, Emi harus mematerialisasikan pedang sucinya. Jika orang bergaun putih itu tinggal di suatu kota di Jepang, maka Emi yang mengayun-ayunkan pedangnya di tengah jalan pasti akan dilaporkan ke polisi dan ditahan.

Jika kita membicarakan tentang situasi Alas Ramus, fragmen milik gadis itu akan muncul sebagai sebuah tanda berbentuk bulan sabit di dahinya.

Jika dia menggunakan Alas Ramus untuk mencari fragmen lainnya, maka cahaya aneh yang mirip seperti milik pahlawan antar galaksi yang digunakan untuk menembak jatuh musuhnya akan terus memancar dari dahinya, hal itu pasti akan mengundang banyak perhatian.

Sementara untuk Armor Pembasmi Kejahatan yang bahkan tidak diketahui di mana letak intinya, maka sudah jelas tidak ada ruang untuk mendiskusikannya sama sekali.

Ketika mempertimbangkan pilihan-pilihan ini, fragmen yang berukuran seperti batu kerikil itu tidak hanya bisa diletakkan di dalam tas dan dibawa pergi, menilai situasinya, juga ada begitu banyak cara untuk menyembunyikanya.

Di zaman sekarang ini, sama sekali tidak aneh jika kau melihat gantungan kunci yang bisa bersinar.

Satu-satunya kekhawatiran Emi yang tersisa hanyalah tentang tertariknya Gabriel atau kekuatan Surga lainnya ketika dia menggunakan fragmen itu untuk melacak sumber reaksi fragme lain. Tapi entah kenapa Emi merasa kalau kesempatan itu bisa terjadi sangatlah rendah.

Ketika berada di Choshi, Emi mengaktifkan Evolving Holy Sword Better Half, dan Armor Pembasmi Kejahatannya dengan kekuatan penuh.

Jika itu adalah Gabriel yang dulu, secara logika dia pasti akan segera mencarinya seperti saat dia mendeteksi reaksi dari wanita bergaun putih ataupun Alas Ramus. Tapi kali ini, sama sekali tidak ada tanda-tanda kemunculannya.

Sementara untuk fakta fragmen yang diletakkan dengan sembrono ke dalam pedang yang dibuat oleh Olba, yang mana mengetahui keberadaan Emi, sekaligus fakta bahwa Camio memilikinya, itu masih sedikit mencurigakan.

Meskipun dia tidak yakin siapa yang berbicara dengan Ciriatto melalui kristal komunikasi, tapi kemungkinan orang itu juga memiliki fragmen Yesod.

Dan, orang itu sepertinya tidak bermaksud untuk menemui Emi.

Tentu saja, orang itu mungkin hanya ingin membiarkan Emi bebas dan mengawasi dari balik bayangan, tapi kekuatan Emi itu cukup kuat untuk mengalahkan Gabriel. Tidak peduli trik apa yang digunakan oleh orang itu, Emi hanya perlu melawan balik.

".... Aku sebenarnya hanya ingin hidup dengan lebih cerdas dan damai..."

Saat merasa tertekan terhadap pemikirannya sendiri, Emi pun pergi meninggalkan gedung tempat ia bekerja dan berjalan menuju stasiun Shinjuku. Pada awalnya ada sebuah tangga menuju ke underpass dari tempat Emi bekerja, tapi karena Olba dan Urushihara membuatnya runtuh beberapa bulan yang lalu, tempat itu masih belum pulih bahkan sampai sekarang.

(T/N : Underpass, semacam jalanan dibawah jalan gitu, kalo di Indonesia mungkin kayak jalan yang diatasnya ada jalan tollnya, lebih jelasnya lihat di google pke keyword underpass)

"Akan ada pendingin udara jika aku bisa berjalan di bawah underpass."

Emi menggumam dengan tidak senang, dia tidak berjalan menuju gerbang timur dari stasiun Shinjuku yang paling dekat dengan area bisnis, melainkan malah bersiap-siap pergi menuju gerbang selatan baru di mana gerbang tiket untuk bus jarak jauh berada.

Setelah berjalan melewati bagian depan gerbang selatan dan berada di bawah jalan layang yang selalu berada dalam perbaikan, Emi pun langsung menaiki tangga yang mengarah pada gerbang selatan baru, dan berjalan menuju pintu otomatis milik pusat perbelanjaan Takashidaya.

Emi diam-diam menarik napas ketika dia menemui pendingin udara di pusat perbelanjaan tersebut. Sambil mengabaikan tas bermerk, sepatu, dan toko aksesoris yang berbaris di tepi, Emi langsung berjalan menuju bagian yang lebih dalam dari gedung itu.

Melewati area penjualan baju berkualitas tinggi, Emi pun mendatangi sebuah tempat yang dihiasi dengan tema hijau gelap dan diisi dengan berbagai macam barang.

Tempat ini terpisah dari Takashidaya oleh sebuah eskalator. Meskipun mereka berada di bangunan yang sama, tapi rasanya mereka seperti berada di dimensi yang berbeda.

Tempat itu disebut Tokyu Hands cabang Shinjuku.

Itu adalah pusat perbelanjaan yang mengklaim menyediakan semua peralatan sekolah dan barang-barang untuk kehidupan di kota.

Dari peralatan yang terbuat dari kayu sampai peralatan elektronik, jam tangan, bahan kulit, batu, produk-produk outdoor, kotak peralatan, bahan-bahan dan properti pesta, berbagai macam merchandise, sampai barang-barang berkarakter, kau bisa mengatakan kalau Tokyu Hands memiliki aneka barang yang sangat beragam.

Emi menaiki eskalator dan pergi menuju tingkat yang menjual berbagai macam batu mineral warna warni dan batu fosil. Pertama dia membeli botol kecil yang memiliki gabus kayu yang lunak untuk menyimpan dan memperlihatkan batu mineral, kemudian dia pergi menuju ke bagian aksesoris untuk membeli rantai manik-manik guna membuat gantungan kunci dan aksesoris logam lainnya.

Setelah itu, dia keluar dari Tokyu Hands yang terletak di Takashidaya dan berjalan menuju bangunan Yoyogi Docodemo, di mana kantor bisnis dan komunikasi Yoyogi Docodemo berada.

Gedung yang mengingatkan orang-orang terhadap gedung pencakar langit yang terletak di Amerika ini, memiliki sebuah restoran Burger Umami di lantai dasarnya. Emi memasuki restoran itu dan meminum tehnya sambil meletakkan bahan-bahan yang dia beli ke atas meja.

"..... Sudah selesai."

Setelah menambahkan gantungan kunci pada botol gabus kecil dan menaruh fragmen Yesod di dalamnya, di mata orang lain, benda itu kini hanya terlihat seperti hiasan kecil yang aneh. Karena fragmen Yesod tidak harus bersinar sepanjang waktu, bahkan jika secara kebetulan fragmen terlihat oleh orang lain, hal ini akan cukup untuk mengelabuhi mereka.

Dibandingkan membawa-bawa pedang suci, ataupun membiarkan dahi Alas Ramus bersinar, ini mungkin akan jadi pilihan yang jauh lebih baik.

Saat ini sudah sore, tapi masih terlalu awal untuk waktu makan malam, oleh karena itu, tidak ada begitu banyak pelanggan di dalam restoran.

Emi meletakkan botol gantungan kunci kecil yang baru saja dia buat ke dalam tasnya, kemudian dia menyalurkan sihir sucinya ke dalam fragmen Yesod yang ada di dalam tasnya sedikit demi sedikit.

'Evolving Holy Sword, Better Half', Armor Pembasmi Kejahatan, dan Alas Ramus juga merespon sihir suci Emi, menambah kekuatan fragmen itu untuk bereaksi.

Sambil mengingat kembali situasi ketika dia pertama kali menginjakkan kakinya di Kastil Iblis Ente Isla, Emi menambah kekuatannya dengan hati-hati, sehingga orang di sekitarnya tidak bisa melihat sinar dari sihir suci....

"Sukses."

Emi menggunakan tangannya yang bebas untuk membuat gestur kemenangan.

Fragmen Yesod yang terletak di dalam botol kecil itu mulai menunjukan cahaya keunguan yang redup seperti pedang suci dan dahi Alas Ramus. Dan setelah itu, sebuah cahaya bersinar dari dalam botol dan mengarah ke suatu tempat tertentu.

Tentu saja, semua ini terjadi di dalam tas Emi, sinarnya langsung terhalangi oleh bagian dalam tas, tapi itu sudah cukup untuk mengetahui arahnya.

Pancaran cahaya itu bersinar ke arah barat daya Yoyogi.

Adapun area yang terpikirkan ketika mengetahui arah itu adalah....

"Itu, itu arah ke Sasazuka...."

Diperkirakan cahaya itu mengarah ke tempat di mana Emi, Maou, dan yang lainnya menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

"Tu-tunggu, itu masih belum pasti. Mungkin itu mengarah lebih jauh.... Bagaimanapun, ayo kita lihat dulu ke mana cahaya ini membawa kita."

Tentu saja Sasazuka juga perlu ikut dipertimbangkan, tapi karena hanya diketahui secara umum kalau cahaya itu mengarah ke arah barat daya, maka tidak ada yang bisa menjamin kalau cahaya itu tidak akan bersinar sampai ke daerah Okinawa.

Satu-satunya hal yang bisa dikonfirmasi adalah, selain fragmen yang Emi letakkan ke dalam botol, Evolving Holy Sword Better Half, Armor Pembasmi Kejahatan, dan Alas Ramus, masih ada fragmen Yesod lain yang berada di bumi.

"Jika lokasinya berada di sisi lain dari bumi, aku penasaran ke arah mana cahaya ini akan menunjuk."

Emi memikirkan hal yang tidak berguna itu ketika dia berjalan keluar dari Umami Burger.


---End of Part 1---





Translator : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar