Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 Bahasa Indonesia




Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka.

Meskipun Maou dan Ashiya pernah mengendarai ambulans sebelumnya, tapi semenjak mereka datang ke Jepang, ada sebuah kendaraan yang belum pernah mereka gunakan.

Itu adalah taksi.

Taksi adalah alat transportasi yang sangat nyaman dan bisa mencapai tujuan dengan akurat, tapi kenyamanan ini juga membuatnya menjadi salah satu alat transportasi sehari-hari dengan harga tertinggi.

Jika biaya naik taksi di dalam kota dikonversi ke dalam harga tiket kereta di jalur Keio, hanya tarif dasar saja sudah cukup untuk satu orang pergi dari Shinjuku ke stasiun Takaosanguchi, jika dikonversi untuk Kami-Kitazawa, itu bahkan cukup untuk mengadakan perjalanan bolak balik.

Sebenarnya, para penghuni Kastil Iblis tidak pernah menemui situasi yang membuat mereka harus mengandalkan taksi untuk bepergian, jika jaraknya hanya berjarak 3 stasiun dalam kota, Maou dan Ashiya pasti akan lebih memilih berjalan.

Setelah tanpa ragu memanggil dua taksi ke apartemen ketika Ashiya kembali, Maou dan yang lainnya kemudian memisahkan diri menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Kastil Iblis dan kelompok Pahlawan, mereka pun pergi ke Yoyogi.

Atmosfer di dalam taksi terasa begitu berat dan tidak ada seorangpun yang berbicara.

Maou yang duduk di kursi depan menatap arah di depannya dengan tatapan kaku, dan di dalam taksi yang dinaiki oleh Emi dan yang lainnya, sebuah tangan yang terlihat sedang menggenggam pegangan pintu taksi tanpa sadar semakin mengeratkan genggamannya.

Sama halnya dengan Ashiya, ekspresinya kini terlihat begitu menderita, dan bahkan Urushihara yang biasanya mengabaikan suasana dan membicarakan omong kosong, saat ini hanya diam memandang keluar jendela.

Di samping tarif dasar, argometer di dalam taksi tidak mungkin akan melompat terlalu jauh. Kedua taksi itu pun mencapai Yoyogi yang terletak di Shibuya, dan memasuki jalur putaran U yang ada di Rumah Sakit Universitas Saikai.

Ketika taksi berhenti, Maou yang meminta Ashiya untuk membayar, langsung terburu-buru keluar bahkan tanpa melihat ke arah supir.

Sama halnya dengan taksi di depan, Emi juga keluar lebih dulu, dan nampak menyerahkan tagihannya kepada Suzuno.

"Lewat sini!"

Emi menggunakan dagunya untuk memberi isyarat kepada Maou, dan berjalan terlebih dahulu menuju resepsionis rumah sakit.

"Kami ke sini untuk menjenguk Sasaki-san yang ada di kamar 305...."

"Baik, silakan mendaftar dulu di kartu pengunjung ini, lalu serahkan kartu ini kepada resepsionis yang ada di lantai 3."

Bahkan waktu yang mereka habiskan untuk mengisi form yang diserahkan oleh resepsionis perempuan itu terasa begitu sia-sia.

"Aku tahu kau cemas, tapi jangan berlari sembarangan di dalam rumah sakit. Nyawanya tidak terancam bahaya, jadi tenangkan dirimu!"

"....Yeah!"

Setelah memastikan hal itu, Maou dengan ekspresi kaku di wajahnya mengambil napas dalam untuk menenangkan dirinya, Emi menyerahkan kartu pengunjung yang dipinjamnya dari counter kepada Maou.

"Jika kartu ini tidak ada, maka kau tidak akan bisa berkunjung, jangan sampai menghilangkannya, okay?"

"Aku bukan anak kecil lagi, cepat dan tunjukan saja jalannya!"

"Aku tahu. Lewat sini."

Hanya kali ini, Emi tidak keberatan dengan nada kasar Maou, dia kemudian berbalik dan menunjukan jalannya dengan cepat.

Kedua orang itu menaiki lift berukuran besar sampai ke lantai 3 dan menunjukan kartu pengunjung mereka kepada pusat perawat.

"Kalian boleh menjenguknya sekarang. Tapi karena itu adalah kamar umum, tolong jangan berisik!"

Usai mengatakannya, seorang pegawai berpakaian putih yang ramah itu menunjuk sebuah ruangan yang ada di tepi.

Setelah Emi dan Maou menunjukan rasa terima kasih mereka dengan tatapannya, mereka berjalan menuju kamar 305 yang pintunya terbuka.

Di dalam ruangan tersebut, terdapat 4 ranjang yang dipisahkan oleh tirai, dan ketika melihat ranjang yang dikelilingi banyak mesin, Maou mulai berkeringat ketakutan.

"Itu bukan di sana, dia ada di sini."

Emi yang cukup sensitif untuk menyadari perubahan ekspresi Maou, menarik lengan baju Maou dan berjalan menuju ranjang yang tidak terdapat mesin apapun di sampingnya. Melihatnya dengan seksama, terdapat plat nama yang tergantung pada tirai dengan nama 'Sasaki-san' di atasnya.

"...... Maaf karena sudah sering mengganggu, ini Yusa."

Emi mengecilkan volume suaranya dan berbicara dengan orang yang ada di dalam tirai, setelah itu, sebuah suara yang familiar pun terdengar.

"Tidak masalah, masuklah!"

"Permisi!"

Orang yang menjawabnya adalah ibu Chiho, Riho.

Maou pada awalnya bermaksud menyapa Riho yang duduk di sebelah ranjang, tapi saat dia melihat pemandangan di hadapannya, seketika, dia tidak bisa berkata apa-apa.

"....."

Chiho saat ini sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit.

Dilihat dari penampilannya, corak wajah Chiho tidak terlalu buruk, dan napasnya juga normal.

Meski begitu, Maou masih tidak bisa berkata-kata dikarenakan fakta bahwa Chiho saat ini sedang tertidur di ranjang rumah sakit.

"Ya ampun, Maou-san, sampai membuatmu repot-repot datang ke sini, aku benar-benar minta maaf."

Setelah melihat Maou, Riho berdiri dan sedikit membungkuk.

Meskipun senyum Riho murni memperlihatkan sebuah sambutan, tapi hal itu masih tidak bisa menyembunyikan kelelahan yang ada di dalamnya.

"Apa yang sebenarnya..... terjadi pada Chi-chan?"

Merespon Maou yang berbicara dengan sedikit kesulitan, Riho menjawabnya dengan gelisah,

"Akan jadi lebih baik kalau kami tahu alasannya...."

Senyum kecut Riho terdistorsi karena perasaan cemasnya....

"Ketika aku pulang ke rumah pada waktu makan malam, aku menemukannya sedang tertidur di sofa ruang tamu. Kupikir, padahal aku sudah menyuruhnya untuk mencuci beras, kenapa dia malah tidur siang...."

... tapi dia masih berusaha mempertahankan senyumnya.

"Tapi... Karena alasan yang tidak diketahui, tidak peduli bagaimana aku memanggilnya, bagaimanapun aku mengguncang tubuhnya.... dia sama sekali tidak bangun.... Aku merasa kalau situasi ini sangat aneh, aku pun mengumpulkan tekadku untuk menampar Chiho meskipun aku tahu kalau itu akan membuatnya marah, namun dia masih tidak bereaksi sama sekali...."

Riho yang menilai kalau itu bukan tertidur, melainkan pingsan, langsung menelepon ambulans tanpa ragu.

Lalu Chiho dibawa ke Rumah Sakit Universitas Saikai.

Entah itu paramedis ataupun dokter yang menerima ambulans dan merawat pasien, mereka tidak mampu menemukan alasan tidur Chiho yang berkepanjangan.

Karena tidak ada keanehan pada napas dan gelombang otak sekaligus tidak terlihat adanya luka luar, dokter yang membuat dugaan awal kalau tidak ada bahaya yang mengancam nyawa, langsung mengatur Chiho agar bisa dirawat di rumah sakit untuk menyelidiki alasan ketidaksadarannya.

"Selain itu, tidak terlihat tanda kebocoran gas, kepalanya juga tidak terbentur sesuatu, jadi aku benar-benar tidak tahu apa alasannya...."

Riho menatap wajah tertidur Chiho yang terbalut piyama dengan motif bunga berwarna pink, Emi dan Maou tanpa sadar juga tertarik oleh pandangan Riho dan menatap wajah Chiho sekali lagi.

Ekspresi Chiho sangat stabil dan tidak terlihat kesakitan.

Tapi karena Emi menyimpulkan kalau ini adalah 'keracunan yang disebabkan oleh sihir', maka seharusnya ada sebab dan alasan yang sesuai.

"Chiho-dono!"

"Sasaki-san!"

"Ashiya, suaramu terlalu keras."

Kali ini, Ashiya dan Urushihara juga memasuki kamar dengan tergesa-gesa di belakang Suzuno.

"Ya ampun, semuanya ada di sini, aku benar-benar minta maaf, karena telah menyebabkan masalah untuk semuanya.... uh..... kalian berdua ini Suzuno-san dan Urushihara Hanzo-san, kan?"

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia


Setelah memastikan nama Urushihara dan Suzuno yang baru pertama kali ditemuinya, Riho pun membungkuk dalam-dalam.

"Meskipun agak aneh berterima kasih sekarang, tapi Chiho pasti  sudah banyak dibantu oleh kalian ketika dia ada di Choshi. Apa dia mengatakan sesuatu yang keras kepala dan menyebabkan masalah pada semuanya?"

"Tidak, tidak ada yang seperti itu."

Pada akhirnya, Maou lah yang menjawab pertanyaan Riho.

".... Kami.... selalu menerima bantuan dari Chi-chan. Jika tidak ada Chi-chan.... dan bantuanmu, kami tidak akan bisa hidup di negara ini."

"Ketika dia bangun, silakan katakan ini padanya secara langsung. Tidak ada hal lain yang akan bisa membuatnya lebih senang dibandingkan pujian dari Maou-san."

"....Uh."

Kata-kata tanpa ada maksud jahat Riho kembali membuat Maou tak bisa berkata-kata.

"Dan lagi, karena ini tidak bisa dianggap sebagai penyakit atau luka, aku tidak bisa menghubungi teman ataupun sekolahnya..... apa yang sebaiknya kulakukan, ini benar-benar menyusahkan."

Maou merasa benda yang dipegang oleh Riho di tangannya, adalah HP milik Chiho.

Riho adalah wanita dengan kepribadian yang ceria. Meskipun dia berusaha keras untuk menutupinya, tapi dia tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan rasa takut dan kecemasannya karena putrinya sedang berada dalam situasi yang tidak diketahui.

Tapi baik Maou, Ashiya, Emi, Suzuno, ataupun Urushihara, mereka tidak bisa menemukan kata satupun yang bisa membuat Riho ceria.

"Chiho-dono...."

Suzuno, dengan nada yang gemetar, mengambil satu langkah ke depan dan menggenggam tangan kanan Chiho yang berada di luar selimut.

"....."

Emi menyaksikan adegan ini dengan tatapan kaku.

"Benar, oiya Maou-san..."

"Ya?"

Meski suaranya sedikit bergetar, Riho tetap menepuk lengan Maou dengan pelan, dan menggunakan suara yang dibuat ceria.

"Itu, apa Maou-san yang memberikan ini padanya?"

"Maksudnya?"

"Serius, kau tidak perlu berpura-pura kalau kau tidak tahu apa-apa. Aku tidak akan marah, okay? Ya ampun, bahkan dengan sudut pandang seorang gadis pun, sebelumnya kupikir benda itu tidak mungkin cocok dengan Chiho."

Riho sadar kalau Maou masih tidak mengerti maksudnya, dan oleh karenanya, dia menunjuk ke arah sisi lain yang tidak dipegangi oleh Suzuno, yaitu tangan kiri Chiho.

Meski Riho sudah menjelaskannya sejauh ini, Maou tetap menatap Riho, terlihat bingung.

"Itu benar-benar bukan kau? Kupikir jika itu bukan dari Maou-san, Chiho tidak mungkin akan mengenakan benda itu di tangannya dengan begitu terbuka seperti ini...."

Riho berputar ke sisi lain ranjang dan mengangkat tangan Chiho.

Selain Emi, semua orang di sana menahan napasnya ketika melihat benda yang Chiho kenakan di tangannya

Chiho mengenakan sebuah cincin di jari telunjuk tangan kirinya. Jika itu hanya cincin biasa, memang masih bisa dipahami kalau seorang gadis SMA mengenakan aksesoris sebagai bentuk cintanya.

Namun, permata yang tertanam pada cincin itu, dan sinarnya yang meredup ketika terkena sinar matahari yang melewati jendela, segera menarik perhatian semua orang.

Saat ini, Maou akhirnya tahu bagaimana Emi menemukan tempat di mana Chiho dirawat.

Meski mereka sudah pernah bertemu sebelumnya karena masalah yang berkaitan dengan Choshi, tetap saja sulit dipercayai jika Riho, sebagai seorang ibu, akan menghubungi Emi terlebih dahulu sebelum menghubungi pihak sekolah.

Emi secara kebetulan datang ke rumah sakit ini untuk mengejar benda itu.

Benda yang membawa Emi ke Rumah Sakit Universitas Saikai yang berada di sebelah selatan Yoyogi Umami Burger, dan memungkinkan dia untuk mengetahui kalau Chiho sedang dirawat di rumah sakit, adalah benda yang dikenakan di tangan kiri Chiho, sebuah benda yang disebut fragmen 'Yesod'.


XxxxX


Terdapat ruang penerimaan tamu yang berbeda di tiap lantai rumah sakit, selain memungkinkan sebagai tempat bagi para pengunjung untuk beristirahat, itu juga bisa digunakan oleh pasien yang bisa bergerak untuk menonton televisi ataupun kegunaan lainnya.

Saat ini, Urushihara sedang menonton televisi dengan malas, sementara Maou, Ashiya, dan Emi duduk di kursi dengan wajah tanpa ekspresi.

Di sisi lain, Suzuno menggunakan buku catatan Rilakkuma milik Emi dan pulpen kuning yang dihiasi dengan karakter Rilakkuma untuk menulis sesuatu seperti formula di dalam buku catatan tersebut.

Di mata orang yang tidak tahu apa-apa, mereka mungkin berpikir kalau Suzuno hanya menulis sekumpulan karakter tidak jelas di atas kertas.

Tapi karakter yang dia tulis adalah salah satu bahasa resmi dari Benua Barat Ente Isla, yaitu bahasa Holy Weiss.

Pengaruh Gereja sangatlah kuat di bagian barat dari Benua Barat, dan bahasa yang digunakan di sana adalah bahasa Holy Weiss, sementara untuk bagian timur yang dekat dengan Benua Utama, mereka menggunakan bahasa Deweiss. Karena bahasa Deweiss sangat dipengaruhi oleh 'Bahasa Pusat Perdagangan', bahasa itu juga menyebar secara luas sebagai bahasa sehari-hari, karenanya, di Benua Barat, bahasa Holy Weiss adalah bahasa yang lebih sering digunakan oleh masyarakat kelas atas.

Meski begitu, di tempat yang lebih dikhususkan pada politik, administrasi, hukum, medis, dan seni, semuanya menggunakan bahasa Holy Weiss, jadi jika kau ingin menjadi orang berpengetahuan luas di tempat itu, bahasa Holy Weiss bisa dikatakan sebagai pelajaran paling dasar.

Benua Barat adalah satu-satunya area yang tidak berhasil ditaklukan oleh Pasukan Iblis, meski Maou, Ashiya, dan Urushihara bisa mengerti bahasa Deweiss, tapi kalau bahasa Weiss, mereka bahkan tidak bisa membaca satupun karakter paling dasar.

Ketika Suzuno mulai menulis, Emi bertanya kepada Suzuno apa yang dia tulis.

"Jangan tanya, tunggu saja!!"

Tapi Suzuno segera menolaknya.

Setelah mereka meninggalkan kamar Chiho, satu jam telah terlewati dalam sekejap mata. Meskipun masih sangat terang di luar, tapi sekarang sudah hampir waktunya bagi sang matahari untuk mendekati cakrawala.

Karena sudah terlalu larut, hanya Maou dan gerombolannya yang masih berada di dalam ruang pemerimaan tamu.

Ketika acara televisi akan berganti dari acara berita ke acara trailer berurutan dari berbagai variety show untuk hari ini....

"Aku selesai menghitungnya!"

Suzuno akhirnya mendongak dari kertasnya.

"Apanya yang sudah selesai kau hitung, dan apa pula yang kau lakukan sejak tadi?"

"Semenjak ujian di Holy College, aku tak pernah terpikir kalau aku akan menulis formula dari awal hingga akhir seperti ini. Pokoknya, Emilia, aku sudah selesai menghitungnya."

"Jadi, apa hasilnya?"

Suzuno menjawab pertanyaan Emi dengan ekspresi ceria.

"Tubuh Chiho-dono sehat-sehat saja, dia masih muda dan memiliki stamina. Dia akan mampu menetralkan sihir di dalam tubuhnya paling cepat besok pagi, paling lambat 2 atau 3 hari, dan kemudian dia akan mendapatkan kembali kesadarannya."

"Be-benarkah?"

Maou melompat dari kursinya karena kata-kata Suzuno.

"Ke-kenapa kau terlihat begitu yakin?"

Ashiya bertanya kepada Suzuno dengan setengah curiga.

"Dibandingkan menjelaskan, ini akan lebih mudah jika kau mengalaminya sendiri, ulurkan tanganmu."

"Apa?"

Meski terlihat tidak senang, Ashiya tetap mengulurkan tangannya secara terang-terangan untuk berjabat tangan dengan Suzuno.

"Woah!"

Ketika Ashiya mengerang, seberkas cahaya terpancar dari tubuhnya, di momen selanjutnya, rambutnya langsung berdiri seperti ada arus listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya.

"Uh, ap-apa yang kau lakukan?"

Ashiya memprotes dengan lidah yang tidak terdengar seperti miliknya, dan melihat ke arah Suzuno dengan tatapan tidak fokus.

"Jadi, jika korbannya iblis, ini malah menekan ya, meskipun jumlahnya sama dengan jumlah sonar yang memasuki tubuh Chiho-dono."

".... Sonar?"

Mendengar istilah yang tidak biasa, Maou membuka lebar matanya terkejut.

Saat Suzuno menggenggam tangan Chiho sebagai bentuk perhatiannya, tindakan itu memang terlihat disengaja. Pada waktu itu, Suzuno mungkin memasukkan sonar ke dalam tubuh Chiho.

"Ini sebenarnya adalah metode untuk mengukur kapasitas dasar di dalam tubuh seseorang sebelum mulai berlatih sihir suci. Kalian semua seharusnya tahu ketika menggunakan sihir suci untuk merangsang aktivitas tubuh, itu juga akan sangat dipengaruhi oleh kapasitas perapalnya kan?"

"Yeah, yeah."

"Juka mantra pemeriksaan sihir suci disuntikan ke dalam tubuh dan menghitung respon dari berbagai bagian tubuh, maka perkiraan jumlah dari targetnya bisa ditemukan. Respon dari tubuh manusia itu sangat rumit, oleh karenanya, sebuah peralatan khusus biasanya akan digunakan, namun, bahkan jika hanya sebuah perkiraan, hal itu masih bisa dihitung melalui persepsi perapalnya."

Suzuno menunjukan berbagai karakter misterius yang menghabiskan 10 halaman buku catatan Emi.

"Meski hanya perkiraan, penghitungan manualnya masih membutuhkan waktu selama itu ya?"

"Siapa juga yang akan memahaminya, jika kau melewati penjelasan dan langsung ke intinya?"

Maou dan Ashiya memelototi Suzuno dengan wajah dingin.

Sementara Urushihara, dia masih terus menonton televisi.

"Sebelum itu, aku ingin bertanya. Emilia, kenapa kau berpikir kalau kondisi Chiho-dono disebabkan oleh keracunan sihir?"

Suzuno menanyakan hal ini sambil melihat ke arah Emi.

"Aku datang ke rumah sakit ini karena mengikuti cahaya ini."

Emi mengeluarkan fragmen Yesod yang dia masukkan ke dalam sebuah botol dari dalam tasnya. Maou, dengan mata yang sedikit terbelalak, berkata,

"...Itu fragmen yang dibawa Camio. Bukankah kau memberikannya pada Alas Ramus?"

"Fragmen ini tidak bisa dipisahkan ketika sudah bergabung dengan Alas Ramus. Mengingat kalau fragmen lain harus dicari juga ke depannya, aku secara khusus mempertahankannya. Aku tidak bisa membiarkan pedang suci memancarkan cahaya penunjuk di tengah-tengah kota Tokyo."

"Yeah, begitu ya."

Emi menjelaskan kalau tujuannya adalah untuk mencari wanita bergaun putih yang telah menyembuhkan Alas Ramus ketika berada di Tokyo Big Egg Town, dia berencana melacak salah satu fragmen yang dimiliki oleh wanita itu.

"Singkatnya, ketika aku mengaktifkan benda ini di Shinjuku Tokyu Hands, aku tidak pernah menduga kalau fragmen itu akan berada di sebuah tempat yang bisa ditempuh kurang dari 30 menit dengan berjalan, itu membuatku terkejut. Dan apa yang lebih membuatku terkejut lagi adalah fragmen itu berada di tangan Chiho..."

Emi merasa sangat terkejut ketika dia tahu kalau Chiho sedang tidak sadar karena alasan yang tak diketahui, tapi setelah mengunjungi Chiho di kamarnya, dia merasakan sisa-sisa sihir dari Chiho.

Emi pikir, karena cincin itu berada di tangan Chiho, dia tak mungkin bisa memecahkan masalah ini dengan penilaiannya sendiri, itulah kenapa dia pergi menuju Kastil Iblis.

"Kenapa kau tidak langsung meneleponku atau Raja Iblis?"

Pertanyaan Suzuno bisa dianggap sangat beralasan. Saat ini, Emi seharusnya tahu kalau Maou, Ashiya, dan Suzuno sedang berada di suatu tempat di Shinjuku.

"Aku meneleponnya. Karena aku punya sesuatu yang ingin kukatakan pada Emilia."

Adalah Urushihara yang menjawab menggantikan Emi.

"Tapi tak masalah jika aku membahas soal itu nanti. Sekarang, ayo kita dengarkan diagnosa Suzuno lebih dulu."

Mata Urushihara masih tidak meninggalkan layar televisi.

".... Singkatnya, begini, ketika aku masih di Ente Isla, aku sudah melihat banyak orang yang membuat kontak dengan sihir seperti Chiho, secara logika aku seharusnya tidak bisa merasakan sihir dari Chiho, itulah kenapa aku berpikiran kalau itu adalah keracunan sihir..."

Suzuno mengangguk menanggapi penjelasan singkat Emi.

"Insting Emilia, separuh benar juga separuh salah."

"Apa maksudnya itu?"

"Gejala yang diderita Chiho memanglah keracunan sihir, tapi itu bukan karena dia membuat kontak sihir dari sumber eksternal, tapi itu karena akibat dari seseorang mengganggu keseimbangan energi di dalam tubuh Chiho dan menciptakan sihir di dalam tubuhnya."

"???"

Tidak hanya Emi, bahkan Maou dan Ashiya pun menahan napasnya karena tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka setelah mendengar hal ini, Urushihara juga melirik ke arah Suzuno dengan tatapan tajam.

"Seseorang menciptakan sihir, di dalam tubuh Chiho?"

"Dengan kata lain, bisa disebut energi kehidupan Chiho telah termutasi dengan sihir."

"Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu dulu, apa itu mungkin?"

Maou mengangkat tangannya untuk menghentikan Suzuno.

"Yeah, selama penghitunganku dan formula yang diwariskan secara turun temurun di dalam gereja sejak dahulu kala tidak salah."

"Kalau begitu pastikan."

"Berhenti bercanda. Aku sudah memastikannya dua kali karena aku sulit mempercayainya, dan pada akhirnya aku mendapatkan kesimpulan ini."

Suzuno membalas kata-kata dingin Maou dengan kesal.

"Tapi, menciptakan sihir di dalam tubuh.... Chi-chan itu manusia, orang Jepang... Seseorang yang berasal dari bumi, kau tahu?"

"Meski aku memahami apa yang coba kau katakan, tapi pada kenyatannya, sudah terlambat untuk mengatakan ini sekarang. Bukankah kau kembali ke wujud Raja Iblismu beberapa kali di Jepang setelah menyerap sihir iblis yang tercipta dari hati manusia?"

"Ugh, uh, itu, benar...."

"Singkatnya, usai menghitung jumlah sisa sihir di dalam tubuh Chiho melalui respon sonar, aku menemukan meski jumlah sihir ini cukup untuk menyebabkan keracunan sihir, tapi itu tidak mencapai level di mana itu bisa membahayakan nyawa. Saat ini, tubuh fisik Chiho sedang mengkonsumsi energi untuk menekan sihir yang tersisa di dalam tubuhnya, itulah kenapa dia menjadi tidak sadar. Sihir suci yang kusuntikkan ke dalam tubuh Chiho bersamaan dengan sonar memiliki efek untuk mempercepat netralisasi sihir, setelah netralisasi, dia akan mendapatkan kembali kesadarannya secara alami."

"Dengan kata lain, dari kesimpulan ini, tadi kau berniat mensucikanku??"

Suzuno memberikan senyum kecut menanggapi wajah protes Ashiya yang dingin.

Jika apa yang dikatakan Suzuno benar, maka setidaknya mereka tidak perlu khawatir dengan kesehatan Chiho.

Tapi dalam proses penyelidikan alasannya, pertanyaan lain pun mencuat.

Dikatakan bahwa di dalam tubuh manusia normal Chiho, sihir telah benar-benar diciptakan.

Dan alasan untuk fenomena ini masih belum jelas.

Dan Chiho yang tidak sadarkan diri, saat ini memakai cincin dengan fragmen Yesod yang tertanam di dalamnya.

"Meski ini tidak akan menyelesaikan masalahnya..... tapi kurasa cincin yang Chiho pakai dan cincin yang di pakai oleh wanita bergaun putih yang sebelumnya menyembuhkan Alas Ramus, adalah benda yang sama."

Ucap Emi sambil mencari keping ingatannya.

"Apa maksudmu dengan 'kurasa'?"

"Aku sangat khawatir pada waktu itu, jadi aku tidak benar-benar ingat seperti apa cincin itu. Tapi aku merasa kalau itu adalah benda yang sama....."

"Tidak berguna. Lalu, kenapa cincin itu bisa ada di tangan Chi-chan?"

"Soal itu..... mungkin karena wanita bergaun putih itu meletakannya di jari Chiho karena suatu alasan tertentu..."

"Sepertinya tidak ada banyak hal yang bisa dikatakan! Apapun alasannya, sehubungan dengan asal muasal cincin itu, kita kesampingkan saja lebih dulu. Dibandingkan dengan itu, pertanyaan yang paling perlu kita pikirkan adalah..."

"Alasan yang menyebabkan terciptanya sihir di dalam tubuh Sasaki Chiho, iya kan?"

"..... Urushihara?"

Semua orang saat ini menatap ke arah Urushihara yang masih menonton televisi bersamaan.

"Meski sangat tidak mungkin sesuatu seperti sihir muncul di tubuh Sasaki Chiho, kalau mengingat Maou dan Ashiya yang pernah bertransformasi dulu, tidaklah mustahil menganggap manusia di dunia ini sebenarnya memang seperti itu, kecuali kalian semua tidak tahu. Tapi apapun yang terjadi, Sasaki Chiho, yang kini menjadi seperti itu, alasannya pasti adalah sesuatu yang berasal dari luar."

"Setidaknya, berhenti melihat ke arah televisi dan berbaliklah ketika kau berbicara."

Urushihara yang tidak menengok ke arah Maou dan yang lainnya, nampak sedang menonton berita tentang event masakan lokal dengan malas, meski Emi mengkomplainnya dengan tidak senang, Urushihara tetap mengabaikannya.

"Bukankah sudah kukatakan kalau akulah yang menelepon Yusa? Yusa biasanya memang memperlakukanku seperti mesin penjual otomatis yang hanya bisa mengatur antrean, lalu kenapa dia mau bertemu denganku?"

Ketika topik pembicaraannya kembali mengarah ke Emi, Emi hanya bisa menjawabnya dengan wajah dingin.

"Karena aku mendengar kalau Gabriel datang kembali ke Villa Rosa Sasazuka."

"Gabriel katamu?"

Maou, Ashiya, dan Suzuno menunjukan ekspresi kaku di saat yang bersamaan.

"Si pria besar bodoh yang sombong itu, mungkinkah dia, pada Chi-chan....."

"Jika seperti itu, maka semuanya akan jadi lebih sederhana. Tapi pria itu datang untuk menemuiku ketimbang untuk hal-hal lain. Nampaknya, karena dia terus menerus gagal, dia dipindah tugaskan dari tugas mencari fragmen Yesod, kau tahu? Saat ini dia sedang mencari Warisan Raja Iblis Kuno."

"Dipindah tugaskan? Kedengarannya seolah dia ikut berperan di suatu drama polisi."

Kata Emi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kau bilang..... Warisan Raja Iblis Kuno?"

"Maou, apa kau tahu mengenai hal itu?"

".... Jika itu adalah uang, maka aku juga menginginkannya, tapi jika aku harus membayar pajak warisannya, mending lupakan saja. Ini tidak seperti aku tidak tahu apa-apa, tapi aku merasa kalau itu bukanlah sesuatu yang layak dicari oleh pihak Surga sebegitu agresifnya."

"Yeah, sepertinya Maou juga setingkat denganku."

"Hah?"

"Bukan apa-apa. Pokoknya, Gabriel terlihat tidak yakin dengan apa yang dia cari.... Tapi untuk menggantikan Gabriel, mungkin akan ada malaikat lain yang datang ke Jepang. Saat ini, yang paling mencurigakan seharusnya adalah orang itu."

"Hei Suzuno. Jika kau masih memiliki hati nurani sebagai seorang penyelidik, begitu kau kembali ke Ente Isla, hancurkan saja pihak Gereja seolah-olah mereka itu pemuja dewa jahat."

"..... Aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa."

Suzuno menjawabnya dengan suram.

"Serius ini, jika bukan NEET, ya Playboy, benar-benar tak ada bagusnya sama sekali."

Ashiya menyilangkan tangannya frustasi.

"Ashiya, jangan ikut sertakan aku di sana. Aku pergi karena aku tidak menyukai surga."

"Pergi?"

"Dengan kata lain, kau sebenarnya menjadi NEET karena keinginanmu sendiri?"

"Ugh!"

Ashiya sedikit merenungkan kata-kata Urushihara, namun Maou membantahnya dengan lebih cepat, dan untuk sejenak, Urushihara tak bisa berkata apa-apa.

"Po-pokoknya,"

Urushihara sedikit terbatuk dan melanjutkan kata-katanya,

"Jika apa yang dikatakan Gabriel benar, maka malaikat yang datang ke Jepang kali ini adalah 'The Watcher'."

"'The Watcher'.....? Apa maksudmu pengawas yang mengawasi gerakan semua malaikat, Raguel?"

Urushihara mengangguk menanggapi pertanyaan Suzuno.

"Meski dia bukan malaikat tingkat atas, tidak ahli dalam pertarungan seperti Gabriel, dan terlebih lagi, juga bukan seorang malaikat penjaga Pohon Kehidupan, namun Raguel dianugerahi sebuah otoritas khusus."

"Apa maksudmu 'Declaration of the Eschaton'....?"

(T/N : Declaration of the Eschaton = Deklarasi Akhir Dunia / Kiamat)

Kata Suzuno tepat di saat.....

"Halo semuanya, setelah ini, berita akhir pekan hari Jumat akan menyiarkan......."

(T/N : Dalam bahasa Jepang Eschaton (Kiamat) dan Akhir Pekan (Weekend) memiliki pelafalan yang sama)

Televisi yang Urushihara tonton, berganti progam dari berita ke acara yang pembawa acaranya sedang menyapa penonton.

"....."

Ketika momen itu terjadi, pandangan semua orang terfokus pada Suzuno.

"Eh? Ah, bukan, bukan! I-ini hanya kebetulan!"

Setelah memahami apa maksud tatapan mereka, Suzuno langsung menyangkalnya dengan wajah memerah.

"A-aku tidak tahu apa-apa!"

Urushihara mengabaikan protes Suzuno dan melanjutkan kata-katanya,

"Karena alasan yang tak diketahui, ada pupa legenda tentang Deklarasi Kiamat di Ente Isla, namun legenda itu sendiri tidak sepenuhnya benar. Raguel hanya mengawasi tindakan para malaikat ketika memang diperlukan, selain itu, dia juga bertanggung jawab untuk mengumumkan hasil ketika suatu hukuman sudah diputuskan. Biasanya itu berhubungan dengan Kejatuhan."

"Deklarasi Kejatuhan?"

"Benar. Tidak lama setelah aku meninggalkan Surga, sepertinya kebijakan ini dibuat. 'The Watcher' bertanggung jawab untuk memutuskan, dan 'Wicked Light of the Fallen' bertugas menjalankan putusan itu."

"'Wicked Light of the Fallen'.... apa maksudmu Sariel?"

Maou nampak terkejut ketika nama Sariel tiba-tiba disebut.

"Coba pikir, jika Sariel bisa memutuskan apa yang membuat malaikat jatuh seenaknya sendiri, maka para malaikat pria di surga pasti sudah menghilang sejak dulu."

Maou, Emi, dan Suzuno saling menatap satu sama lain. Ini memang sebuah penjelasan persuasif.

"Meski para malaikat terlihat seolah mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, tapi ada batasan tertentu yang harus ditaati ketika menggunakan kekuatan mereka di dalam surga. Bukankah ini sama dengan dunia manusia? Ini sama seperti tentara lapangan yang bisa menekan tombol untuk melepas bom nuklir tapi tidak bisa menaklukan dunia, prinsipnya sama."

"Kalau begitu, untuk apa si Raguel itu datang ke Jepang? Meskipun dikatakan untuk menggantikan Gabriel, tapi dari hal ini, dia tidak terlihat memiliki sesuatu yang bisa dia banggakan...."

Urushihara mengangguk menanggapi pertanyaan Emi.

"Jika Raguel tidak datang untuk membawa Sariel kembali.... maka kurasa dia datang untuk menyampaikan sebuah putusan."

'Orang yang akan mengunjungi kalian nanti mungkin bukanlah kelas merpati sepertiku.'

Gabriel memberikan peringatan ini pada Urushihara.

"Putusan, apa maksudnya itu?"

Urushihara menjawab pertanyaan Maou dengan remeh.

"Kau tidak tahu? Bahkan jika Raja dari Dunia Iblis dan Pahlawan setengah malaikat sedang berkumpul?"

Kali ini, Urushihara melihat ke arah Suzuno karena alasan yang tak diketahui.

"Surga, yang hanya diam berdiri ketika Ente Isla diinjak-injak oleh Pasukan Iblis, kenapa mereka terus mengirim malaikat ke Jepang seperti ada diskon besar-besaran, apakah kalian pernah memikirkan alasannya?"

Bagi Suzuno, sebagai seorang penyelidik di Gereja yang memuja-muja perlindungan Tuhan ketika sedang mengirim kesatria dalam jumlah besar-besaran menuju kematian mereka, ini adalah pertanyaan yang benar-benar menyakitkan.

"... Karena tidak peduli berapa banyak orang yang mati di Ente Isla, itu tidak akan berpengaruh pada Surga...."

"Tepat."

Ini adalah jawaban yang begitu kejam.

"Akan tetapi, ketika mereka merasa kalau mereka akan dirugikan, mereka akan berusaha keras untuk menghilangkan ancaman itu. Paham sekarang? Entah itu Maou atau Yusa, tentu saja Ashiya dan Bell juga, kalian semua sudah semakin dekat dengan kebenaran yang coba disembunyikan oleh Surga, selain memonopoli fragmen Yesod, kalian semua juga menggunakan cara paksa untuk mengusir malaikat yang hebat dalam pertarungan. Jika Raguel menilai bahwa kalian semua membahayakan Surga dan menyampaikan putusannya....."

Gambar berita yang hanya ditonton oleh Maou dan yang lainnya, saat ini memperlihatkan perang sipil yang terjadi di sebuah negara.

"Surga akan dengan terang-terangan melancarkan serangan. Dan itu akan menjadi skala di mana pasukan Gabriel hanya bisa disebut kecil jika dibandingkan."

"... Lelucon macam apa ini! Apa belum cukup mereka datang ke kita secara langsung seperti ini?"

Maou memukul meja dengan marah.

"Aku tidak yakin mengenai hal ini. Lagipula, teori ini berada di bawah asumsi kalau kata-kata Gabriel bisa dipercaya, dan saat ini, karena situasinya tidak berubah jadi seperti itu, artinya mereka mungkin mencari sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kita. Seperti 'wanita bergaun putih' yang Emilia lihat. Dan cincin Sasaki Chiho, bukankah benda itu muncul di tempat yang tidak ada hubungannya dengan kita?"

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Jika kita hanya menunggu pria bernama Raguel itu melakukan pergerakannya selanjutnya, mungkin korban lain seperti Sasaki-san akan muncul."

"Ugh, soal itu, aku memiliki beberapa ide, dan aku sudah menunggunya sejak tadi."

"Menunggu? Menunggu untuk apa...."

"Sekarang kami persembahkan pada anda kumpulan siaran berita hari ini."

Saat ini, laporan perang sipil telah berakhir, dan pembaca berita mulai melaporkan berita-berita utama yang terjadi di Jepang hari ini.

"Sehubungan dengan telepon seluler dan perangkat informasi dengan fitur program televisi, yang juga dikenal sebagai mobile digital television, telah terjadi sebuah error komunikasi di daerah Kanto, sampai sekarang, alasannya masih belum jelas, perusahaan telekomunikasi yang menjual perangkat dengan fitur mobile digital television, sekarang sedang berusaha untuk mencari tahu alasannya dan menjelaskannya pada pelanggan."

"Ah, jadi bukan hanya Docodemo yang mengalami masalah ini?"

Karena error yang terjadi pada mobile digital television membuat Emi mendapat banyak masalah pekerjaan, Emi pun mendongak untuk mengamati berita itu ketika dia mendengarnya.

Para staff dari sebuah perusahaan yang menggelar konferensi pers untuk meminta maaf atas insiden ini menampakkan diri, sekumpulan orang itu meminta maaf secara bersamaan seperti sudah direncanakan sebelumnya, dan setelah itu, kilatan kamera dari para reporter membuat layar menjadi bersinar.

Seketika....

"Eh?"

"Woah."

"Ugh!"

Maou dan Ashiya nampak terlempar oleh kilatan itu, dan jatuh dari kursi mereka.

Urushihara mencengkram tepi meja dan berhasil menahannya, namun lututnya terus gemetar.

"Hey, hey, kenapa kalian tiba-tiba jadi seperti ini?"

"Apa kau baik-baik saja?"

Emi membantu Maou berdiri, dia terlempar meski nampak tidak ada sesuatu yang terjadi, semantara Suzuno membantu Ashiya untuk bangun.

"Eh?"

"Apa?"

Akan tetapi, ketika Emi dan Suzuno melihat seperti apa penampilan Maou dan Ashiya setelah mereka berdiri, mereka berdua langsung begitu terkejut.

Rambut di kepala Maou dan Ashiya berdiri seperti baru saja kesetrum.

Dan dalam kasus rambut Ashiya yang panjang, karena sonar yang sebelumnya sudah disuntikan oleh Suzuno dengan niat setengah bercanda, rambutnya kini berdiri tegak sampai pada titik di mana orang-orang akan berpikir kalau itu tak akan berubah meskipun jika satu botol minyak rambut digunakan.

"Apa ini! Apa yang terjadi?"

".... Itu juga yang ingin ku ketahui."

Maou menjawab tidak senang dengan suara yang gemetar.

"Emilia dan Bell tidak menyadarinya? Sepertinya itu karena kapasitas kalian berdua terlalu besar."

Urushihara yang terlihat tidak berubah banyak, mengatakannya dengan penuh derita dan mengarahkan dagunya ke arah televisi.

Saat mereka berlima sedang panik, berita di televisi sudah berganti menjadi berita di mana orang-orang terkena serangan panas karena cuaca di sekitar kepulauan.

"Eh, ap-apa? Televisi? Eh? A-aku mengerti, tolong tunggu sebentar!"

Kali ini, Emi tiba-tiba menggunakan tangannya untuk menekan dahinya dan mulai berbicara sendiri, dia kemudian dengan panik memeriksa sekeliling, begitu ia memastikan kalau tidak ada kamera CCTV atau orang lain, dia pun mematerialisasi Alas Ramus di dalam ruang penerimaan tamu.

"Aiiiee!"

Alas Ramus dengan cepat berlari ke arah televisi, dan mulai memukul layarnya secara terus menerus.

Diserang oleh gadis kecil itu, layar LCD tersebut mulai sedikit melengkung, Emi dengan panik bergerak untuk menghentikan Alas Ramus yang tiba-tiba mengamuk.

"A-Alas Ramus, apa yang kau lakukan? Jangan! itu televisi rumah sakit..."

"Benda itu baru saja 'boom' tadi."

"Eh....?"

Alas Ramus mulai menggunakan tangan lembutnya untuk mengetuk layar televisi dengan suara 'pi pi pa pa'.

"Itu tadi 'clank', pa~, dan eee~"

Gadis kecil itu menunjuk ke arah televisi dengan tangan kanannya, dan berulang kali menggunakan jari di tangan kirinya untuk menunjuk matanya sendiri.

"'clank', pa~, dan eee~?"

Karena Alas Ramus hanya menggunakan peniruan suara, Emi sama sekali tidak mengerti apa yang coba Alas Ramus sampaikan.

"Bukankah Bell sudah mencobanya sekali pada Ashiya? Mungkin karena Alas Ramus mudah terpengaruh, jadi dia merasakannya?"

Urushihara merapikan rambutnya yang berdiri dengan tangannya, dan mengarahkan dagunya ke arah televisi.

"Itu adalah sonar. Hari ini, seseorang yang tak dikenal telah menggunakan televisi untuk memancarkan gelombang sonar. Selama lokasi dari televisi yang menerima gelombang listrik diketahui, maka itu akan lebih efisien dibandingkan memancarkan gelombang sonar jarak jauh dengan sembrono, dan lokasi targetnya pun bisa disaring. Sasaki Chiho seharusnya terpengaruh karena hal ini."

"Sonar? Benda yang mirip seperti listrik statis tadi, itu sonar?"

Maou terus menekan Urushihara, masih dengan rambutnya yang berdiri.

"Itu, itu mirip dengan kejahilan Bell...."

Ashiya menatap tajam ke arah Suzuno dan mengangguk di saat yang sama untuk mengkonfirmasi penjelasan Maou.

"Urushihara, sonar itu, apa itu kelakuan malaikat yang bernama nama Raguel tadi?"

"Yeah, kemungkinannya sangat tinggi. Kalau pelakunya bukan Gabriel, kurasa Raguel lah yang berada di belakang semua ini."

"Tunggu, tunggu dulu, bagaimana dia bisa membuat televisi memancarkan sonar? Selain itu, apa itu mungkin? Meskipun teori itu benar, ada sepuluh ribu orang yang sedang menonton televisi di Jepang! Logikanya, selain Chiho-dono, seharusnya ada korban lain kan? Sebenarnya, aku tidak pernah mendengar ada sonar yang bisa menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri..."

Suzuno yang memancarkan sonar pada Ashiya dan Chiho, panik saat itu juga, Maou tiba-tiba mengangkat kepalanya seolah sedang memikirkan sesuatu, rambutnya yang berdiri, bergoyang karena pergerakan tersebut.

"Rumah Chi-chan.... pernah menjadi tempat ledakan sonar."

"Apa?"

"Ah...."

Setelah Maou mengucapkan hal itu, Emi menganga seperti mengingat hal yang sama.

"Itu Alber.... Apa maksudmu sonar yang Alberto lepaskan sebelumnya?"

Itu adalah sesuatu yang terjadi sebelum Chiho tahu tentang identitas Maou dan Emi yang sebenarnya.

Rekan perjalanan Emi di masa lalu, Alberto, melepaskan gelombang sonar beberapa kali untuk memperingatkan Emi kalau Jepang akan menghadapi sebuah malapetaka.

Dan tindakan Chiho yang menemui Maou untuk mendiskusikan tentang insiden ini, adalah penyebab tidak langsung hubungan mendalam antara Chiho dengan Maou dan yang lainnya....

"Benar. Rumah Chi-chan pernah menerima sonar tidak jelas dan komunikasi mental yang dikirim dari Ente Isla beberapa kali. Hey Suzuno, seingatku, berdasarkan kekuatan perapalnya, respon dari target sonar dan mental komunikasi itu masih bisa dirubah, kan?"

"Y-yeah. Jika itu murni hanya untuk mencari keberadaan seseorang atau suatu benda, maka penghitungannya akan jadi jauh lebih sederhana, selain itu, untuk apa yang aku lakukan terhadap Chiho-dono dan Alsiel, menggunakannya untuk berbagai tujuan tertentu bisa dilakukan hanya dengan melalui pengubahan resonansi."

Pada awalnya, Chiho menerima transmisi mental dari Alberto secara kebetulan. Dan alasan kenapa rumah Chiho menjadi titik ledakan sonar, mungkin karena Alberto secara kebetulan menemukan Chiho ketika dia sedang mencari lokasi penerimaan transmisi mental tersebut.

Kondisi yang Alberto atur adalah 'memiliki perasaan kuat terhadap Raja Iblis Satan', oleh karenanya, transmisi mental tersebut bereaksi terhadap kekuatan di hati Chiho, dan setelah menerima transmisi ini, Chiho menjadi satu-satunya orang Jepang yang terlibat dengan Ente Isla.

"Mungkin rumah Chiho bereaksi kuat terhadap sonar yang dipancarkan melalui televisi itu karena hal ini."

"Tunggu? Meski suatu tempat pernah terpapar reaksi kuat sebelumnya, itu tidak berarti fenomena yang sama pasti akan terjadi kan? Jika suatu mantra bisa bereaksi terhadap sisa-sisa mantra yang Alber atau Em tinggalkan, maka dengan adanya sihir suci yang tersebar di sekitar Sasazuka ketika aku bertarung dengan Gabriel, tidak akan aneh jika sebuah ledakan terjadi di sana karena bereaksi terhadap sonar itu."

"Hanya dengan sonar sihir suci saja sudah cukup untuk membuat kepala kita meledak."

"Itu benar."

Emi mengabaikan keluhan Maou dan Ashiya.

"Meski pada waktu itu aku dikalahkan oleh Maou, tapi aku tidak begitu yakin dengan keseluruhan insiden itu."

Namun, sikap Urushihara masih penuh dengan keyakinan.

"Tapi kenapa Emeralda Etuva dan Alberto Ende bisa menembakkan sonar ke Jepang yang terletak di bumi?"

".... apa maksudnya itu?"

"Olba tahu, iya kan? Lagipula, dialah orang yang menelusuri jalur 'gate' yang Maou buka dari Kastil Iblis dan mengirim Emilia ke sini. Tapi kedua orang itu berbeda. Kenapa kedua orang itu yang logikanya tidak bisa menggunakan 'gate', bisa mengumpulkan informasi tentang lokasi 'dunia lain' yang tidak jelas? Dan berdasar pada hal itu, mereka bahkan bisa tahu kalau Emilia berada di Jepang, dan menembakan sonar dari Ente Isla ke Jepang secara langsung."

"Ini terjadi sebelum aku datang ke sini, jadi aku tidak tahu detailnya, tapi bukankah itu karena mereka berdua menelusuri jalurmu bersama dengan Olba-sama? Sejujurnya aku datang ke sini menggunakan cara yang sama."

"Jangan membuatku mengatakannya berulang kali, Bell. Entah itu Emeralda Etuva atau Alberto Ende, mereka itu tidak bisa menggunakan mantra 'gate', ya kan?"

"Tapi, Alber dan Em berhasil datang ke sini dengan mulus. Bukankah Raja Iblis bilang kalau dia memiliki pena bulu malaikat yang dibuat dari bulu seorang malaikat agung, dan asalkan seseorang selain iblis menggunakan peralatan ini, mereka akan bisa menggunakan mantra 'gate', benar? Mereka berdua bisa menggunakan sonar dan transmisi mental ke Jepang karena mereka memiliki pena bulu Laila....... ibuku. Chiho bisa menerima komunikasi mental dari Alber karena hal ini....... eh?"

"....Ah."

Maou dan Emi saling memandang satu sama lain seolah menyadari sesuatu.

"Ternyata seperti itu. Nah, apa kau tahu apa yang Raguel coba cari menggunakan sonar?"

Seketika, wajah Emi menjadi pucat.

Panggilan telepon dari Emeralda yang terjadi dulu sekali.

Semenjak Emi bertemu dengan wanita bergaun putih yang mengetahui kondisi Alas Ramus, sampai hari ini, apa saja yang sudah dia pikirkan?

"Prioritas utama Raguel dan Gabriel, bukanlah fragmen Yesod, Evolving Holy Sword Better Half, ataupun Maou. Mereka semua adalah hal-hal yang bisa diurus belakangan."

Malaikat itu mungkin datang ke Jepang, meski dia sudah tahu tentang masalah ini dari awal.

"Itu adalah Laila. Meski aku tidak tahu alasannya, tapi mereka berada di Jepang untuk mencari Laila dan bermaksud menyampaikan semacam putusan padanya."

"Dengan kata lain, itu terjadi karena si idiot Alberto itu menggunakan pena bulu Laila untuk mengirimkan komunikasi mental kan? Jika kita tidak berhati-hati, bahkan ibu Chi-chan pun bisa berada dalam bahaya."

Maou yang akhirnya menyadari betapa seriusnya situasi ini, menggumam, namun bagi Emi, situasi ini jauh lebih genting.

"Pu-putusan akhir Raguel, kira-kira apa itu?"

Emi tanpa sadar mencengkram bagian depan kaos Urushihara.

"Ugh!"

"Emilia! Kau terlalu keras! Ini adalah rumah sakit, tenanglah!"

"Siapa coba yang bisa tenang di situasi ini?"

Emi secara otomatis meninggikan volume suaranya.

"Meski kami belum pernah bertemu sebelumnya dan aku hanya tahu keberadaannya baru-baru ini..... tapi, tapi.... sebelum kami bertemu, sebelum berbicara dengannya, dia harus dipastikan segar bugar, dia itu adalah...... ibuku, kau tahu?"

"Permisi, boleh aku tahu apa yang terjadi? Apa kau mencari seseorang?"

Saat ini, seorang perawat yang mendengar teriakan Emi muncul dengan ekspresi kaget di wajahnya. Emi mendapatkan kembali akal sehatnya karena suara perawat itu dan melepaskan Urushihara di saat yang sama.

"Ma-maaf, bukan apa-apa."

"Oh begitu? Ini adalah rumah sakit, bisakah aku meminta kalian untuk tetap tenang?"

Perawat itu nampak tidak percaya sepenuhnya, tapi dia tetap pergi meninggalkan mereka dengan tenang.

"Ugh, Uhuk, yeah.... kemungkinan paling besarnya adalah Kejatuhan. Lagian, itu adalah kelompok yang terdiri dari 'The Watcher' dan 'Wicked Light of the Fallen'."

Dia berkaca-kaca, namun karena dia tahu kalau Emi sangat serius, Urushihara menjawabnya dengan jujur tanpa komplain apapun.

"Jadi, itu artinya insiden ini ada hubungannya dengan Sariel?"

"Tidak, itu seharusnya tidak mungkin. Meski sedikit aneh mengatakan hal ini, bagi orang itu, karena suatu alasan tertentu, dia sudah tidak peduli dengan apapun yang berhubungan dengan Surga."

Maou ingat saat sebelum dia pergi ke Choshi, bagaimana Sariel hancur, meleleh, dan mengalir ke selokan karena syok besar yang dia terima dari Kisaki yang dia sukai dari dalam lubuk hatinya, hal itu terjadi saat dia dilarang memasuki MgRonalds.

"Kalau begitu, aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan. Dari awal, Kejatuhan itu bukanlah putusan yang mudah dibuat, dan terlebih lagi, bagi seseorang yang pergi ke dunia lain dan mengakibatkan banyak hal hanya untuk memberi putusan kepada seorang Malaikat Agung, hal seperti itu tak pernah terdengar sebelumnya."

"..... Si bangsat Raguel itu sebaiknya diberi pelajaran dulu."

Kali ini, Maou mengangguk dan perlahan berdiri.

"Karena bahkan Urushihara pun tidak tahu, maka kita hanya bisa bertanya kepada orangnya langsung."

"Biar kutanyakan hal ini, kenapa Maou-sama merasa perlu untuk memberi pelajaran kepada Raguel?"

Ashiya menanyakan hal ini saat dia masih duduk di kursinya.

Jawaban Maou sangatlah sederhana.

"Aku tidak tertarik dengan hubungan antar sekumpulan malaikat. Tapi, salah satu dari jenderal pengganti untuk Pasukan Iblis masa depan yang aku pimpin telah diganggu oleh mereka. Selain itu, apa perlu alasan lain?"

Ashiya tersenyum, memahami ekspresi serius Maou.

"Tidak, aku tidak masalah dengan hal ini. Jika itu demi rekan di masa yang akan datang, maka aku pasti akan membantumu."

"Urushihara, Emi, Suzuno."

"Yeah?"

"Ada apa?"

"Apa?"

Maou menatap wajah mereka secara berurutan.

"Aku pasti akan menyeret si Raguel itu keluar dan membuatnya bertanggung jawab karena telah melukai Chi-chan. Kalian semua harus ikut membantu."

Meski sikap Maou terlihat sombong, tapi tak disangka, tak ada seorangpun yang keberatan.

"Huuh, bagaimanapun, aku juga tidak ada pekerjaan. Dan aku sadar kalau Sasaki Chiho telah banyak membantu kita selama ini."

"Aku memang berharap kalau kau hanya akan mengatakan kata-kata mimpi seperti mengangkat Chiho menjadi jenderal setelah kau mati, namun karena ini demi melindungi keselamatan seorang teman yang berharga, maka kurasa tidak ada pilihan lain."

"Untuk melindungi seorang teman, aku pasti akan membenarkan ajaran para malaikat. Untuk kali ini saja, aku secara resmi bekerja sama dengan kalian semua."

Hanya untuk melindungi seorang gadis, Raja Iblis, Jenderal Iblis, Fallen Angel, Pahlawan, dan Penyelidik, berdiri di dalam ruang penerima tamu rumah sakit dengan tujuan yang sama.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia


".....Hm?"

Kali ini, Maou merasa ada seseorang di sebelah kakinya yang menarik celananya.

"Papa!"

Alas Ramus melihat ke arah Maou dengan tatapan serius.

"Alas Ramus juga sangat menyukai Chi nee-chan!"

Gadis kecil itu menyatakannya dengan bangga.

Maou menunjukan sebuah senyum yang tidak kalah dari gadis itu, dan langsung menggendongnya.

"Ayo!"

"Yeah!"

Kelima orang dan seorang gadis kecil itu, berjalan menuju lift bersama, dan meninggalkan Rumah Sakit Universitas Saikai.

Dan orang yang menyaksikan mereka pergi adalah perawat yang mengingatkan Emi saat Emi membuat keributan.

Melambaikan tabel pemeriksaan medis di tangannya, dia berjalan menuju ruangan Chiho.

"Permisi, Sasaki-san..... Eh?"

Usai memasuki ruangan, si perawat menyadari kalau ibu gadis itu tidak berada di sana. Dan dari fakta bahwa tasnya masih ada di sana, dia mungkin pergi membeli sesuatu atau pergi ke toilet.

Perawat itu mengangguk dan berhenti di depan ranjang di mana Chiho terbaring.

"..... Sasaki-san, berkat teman-temanmu yang bisa diandalkan, kau pasti bisa segera sembuh."

Perawat itu menatap wajah tertidur Chiho dan memperlihatkan sebuah senyum lebar.

"Kau yang mampu menyatukan orang-orang yang bermusuhan.... mungkin ada kesempatan bagimu untuk menjadi 'Ibu Kebijaksanaan' yang baru."

Beberapa menit kemudian, Riho kembali dari toilet di luar, begitu dia melihat tabel jadwal untuk pemeriksaan yang akan dilakukan besok yang mana diletakkan di sebelah ranjang, dia langsung mengambil potongan kertas tersebut dan mulai membacanya.

Karena hal itu, Riho jadi tidak menyadari kalau permata di dalam cincin misterius yang ada di tangan kiri Chiho, saat ini sedang bersinar lemah.

Setelah berjalan keluar dari rumah sakit yang dipenuhi dengan udara dingin, sebuah kelembaban yang menyesakkan sekaligus udara panas karena tingginya suhu di luar ruangan meski saat ini sudah malam, langsung menyerang para prajurit dari dunia lain di saat yang bersamaan.

Meski baru beberapa menit mereka membuat keputusan itu, namun kelima orang tersebut kini sudah menunjukan ekspresi lesu.

"Karena kau sudah membuat pernyataan seperti itu, kau seharusnya tahu di mana Raguel berada kan?"

"Urushihara, apa kau punya petunjuk?"

Menerima bola lurus dari Emi, Maou langsung mengopernya kepada Urushihara dengan teknik yang cantik.

"..... Apa kau yakin dengan pertanyaan itu?"

Melihat bola yang tiba-tiba dioper ke arahnya, Urushihara dengan ekspresi muak, langsung mengangkat kepalanya dan memelototi Maou yang pertama kali mengangkat pertanyaan sulit tersebut.

"Aku memiliki beberapa ide. Tapi aku tidak ingin diremehkan oleh dirimu yang ahli dalam komputer, jadi kupikir aku harus bertanya padamu langsung dari awal."

Maou menjawab dengan sikap yang tidak tahu malu dan membuat Urushihara terdiam.

"... Maou, apa kau sudah memikirkan lokasinya?"

"Ada dua tempat."

Urushihara mengangkat sebelah alisnya karena jawaban Maou yang tiba-tiba.

"Ah, sama dengan yang kupikirkan."

"Bisakah kalian berdua tidak bersikap seperti satu-satunya orang yang mengerti?"

Suzuno mendorong punggung Maou dengan pelan, menyebabkan Maou mengangkat sebelah alisnya dan menatap Suzuno.

"Apa kau ingat apa yang rusak ketika kita pergi ke toko elektronik? Dan benda apa yang terkena kerusakan layar berkedip sepanjang hari ini? Dan kenapa rambut Ashiya dan rambutku menjadi seperti ini?"

"Berantakan, halus!"

Maou memperbolehkan Alas Ramus untuk terus bermain dengan rambutnya yang berdiri seraya berbicara.

"Itu televisi kan?"

"Jangan bilang....."

Emi membelalakkan matanya ketika dia nampak menyadari sesuatu. Urushihara pun mengangguk.

"Karena tidak mungkin semua televisi yang mengalami kondisi aneh ini menampilkan acara yang sama, maka kuncinya bukanlah stasiun televisi tertentu. Kalau begitu, itu pasti adalah sesuatu yang bisa menghubungkan semua televisi di daerah Kanto, dan itu hanya ada dua tempat."

"Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa asap, babi yang dipelihara manusia, orang bodoh dan arogan itu menyukai tempat yang tinggi? Aku pun juga berpikir begitu."

Angin malam musim panas meniup rambut kelima orang itu.

"Tempat itu seharusnya adalah Tokyo Tower dan Tokyo Skytree."

---End of Part 1----





Translator : Me..

Previous
Next Post »
0 Komentar