[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 2 : Raja Iblis dan Pahlawan Merasa Curiga Dengan Kenormalan -1
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 1 Part 3
Chapter 2 : Raja Iblis dan Pahlawan Merasa Curiga Dengan Kenormalan.
"Selamat datang~~~!!"
Suara Chiho yang keras dan tegas menggema di dalam restoran.
Suara keras ini tidak hanya membuat beberapa pelanggan penasaran dengan apa yang terjadi dan menoleh ke arah Chiho, bahkan ada juga pelanggan yang berhenti di depan pintu masuk secara refleks. Maou dan pegawai lainnya yang terkejut juga menolehkan kepala mereka untuk memperhatikan Chiho.
"Hm, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi memiliki semangat tinggi adalah hal yang bagus."
Hanya ada satu orang yang tidak terpengaruh... Berdiri di sebelah Chiho, Kisaki meletakkan tangannya di bahu Chiho dan berkata,
"Tapi, kau harus lebih memperhatikan jarak dengan pelanggan. Meskipun kau tidak berteriak dengan keras pun, para pelanggan masih bisa mendengarmu."
"Ah, ba-baik, maafkan aku..."
Chiho yang menyadari volume suaranya, mulai melayani pelanggan yang ada di depan konter sambil tersipu.
Dan selama seluruh proses itu, Maou terus mengawasi Chiho dengan cemas.
Sudah seminggu semenjak Chiho menerima pelajaran dari Emi dan Suzuno dalam pengaktifan sihir suci.
Sebagai seorang siswa, hari ini adalah hari pertama Chiho kembali ke MgRonald yang kembali buka untuk bekerja, karena dia sering menggunakan suara keras untuk berteriak seperti tadi di hari pertamanya, dia pun terlihat begitu menonjol.
Logikanya, Chiho adalah orang yang tahu kapan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan sesuatu, tapi karena dia baru menjalani pertandingan berteriak beberapa hari yang lalu, mau tidak mau itu membuat dia menjadi kaku dalam mengontrol volumenya, yang bahkan menakuti para pelanggan beberapa kali.
"Memiliki motivasi memang sangat bagus, tapi sepertinya aku tidak bisa membiarkan Chi-chan menangani konter cafe di atas untuk sementara. Karena staff yang ada tidak cukup, awalnya aku berharap Chi-chan bisa pergi ke atas."
Ucap Kisaki dengan penuh penyesalan. Ketika Maou mendengarkan hal tersebut, dia langsung merasa gelisah karena ketidakberdayaannya. Adapun alasan kenapa Chiho menyapa para pelanggan sekeras itu, tentu saja adalah untuk melaksanakan latihan aktivasi sihir suci.
Akan tetapi, mempertimbangkan kegunannya, tidak ada banyak tempat di Jepang di mana seseorang bisa berteriak secara terus menerus tanpa dicurigai oleh orang lain.
Tidak hanya akan dimarahi oleh orang tuanya karena membuat keributan di rumah, hal itu juga akan menyebabkan masalah untuk tetangganya. Dan jika gadis seumuran Chiho berteriak dengan keras di taman, hal itu sudah cukup untuk membuat seseorang menelepon polisi. Tentu saja, pemandian yang mereka gunakan tempo hari bukanlah sebuah pilihan.
Meski begitu, Chiho juga tidak bisa pergi ke tempat karaoke setiap hari untuk berlatih.
Karena itulah, Chiho hanya bisa memilih waktu seperti ini ketika dia bisa berteriak dengan keras, tapi jika terlalu bersemangat latihan malah berujung pada terganggunya kehidupan sehari-hari Chiho, itu akan jadi seperti menaruh kereta di depan kuda.
Setelah mendengar alasan Emi dan Suzuno mengajarkan mantra kepada Chiho, Maou dan yang lainnya pun nampak bisa menerima hal tersebut.
Saat ini, berkaitan dengan Chiho yang memiliki ingatan tentang Maou dan yang lainnya, itu adalah sebuah kelemahan fatal bagi mereka. Dan, memastikan apakah Ente Isla, Dunia Iblis, ataupun Olba yang bergerak di balik bayangan tidak akan memfokuskan serangan mereka di titik tersebut, adalah sesuatu yang sulit.
Jika situasi berubah menjadi seperti itu, maka membiarkan Chiho mempertahankan ingatannya serta membuat dia memiliki mantra yang bisa digunakan untuk meminta bantuan Maou atau yang lainnya berdasarkan situasi yang ada, bisa dipastikan adalah serangan balasan yang sangat efektif.
Meski begitu, bagi Chiho, sekolah dan bekerja adalah rutinitas normal penting yang tidak bisa dia abaikan.
"Chi-chan, bisakah aku menganggumu sebentar?"
Mengambil kesempatan saat pelanggan mulai berkurang, Maou memberi isyarat kepada Chiho.
".... Maafkan aku, ini pasti berkaitan dengan volumenya kan?"
Chiho nampaknya tahu alasan Maou memanggilnya dan menjawab dengan kepala tertunduk.
"Ah....."
Melihat wajah bersalah Chiho, Maou merasa sangat bertentangan. Bagaimanapun, Chiho hanya berusaha keras agar tidak menjadi beban untuk Maou, Emi dan yang lainnya.
"Yah baguslah kalau kau tahu. Tapi kau juga harus menghargai kehidupan normalmu, okay?"
"Baik."
Chiho menjawab dengan sikap yang agak lelah.
"Jika ini terus berlanjut, Kisaki-san tidak akan mengizinkanmu naik ke atas."
"Itu benar.... yeah, aku harus memperbaiki sikapku, kan?"
"Benar, begitulah."
Maou yang mengangguk dengan paksa, melihat Kisaki yang mengangguk puas di sudut pandangannya.
"Namun.... Meski aku mengesampingkan masalah ini, aku masih berpikir kalau aku tidak akan bisa naik ke atas."
Chiho menunduk kurang percaya diri, tindakan ini sama sekali tidak cocok dengan gayanya yang biasa.
"Ah.... Huuh, bukan berarti aku tidak bisa memahaminya."
Maou menggaruk wajahnya dan menyetujui hal itu dengan gelisah.
'Ke atas' yang kedua orang itu sebutkan, tentu saja mengacu pada MdCafe yang berada di lantai 2.
Satu minggu telah terlewati semenjak MgRonald kembali buka.
Para kaum pekerja di distrik bisnis terdekat memang tidak ikut dipertimbangkan di sini, tapi karena festival Obon, periode waktu di mana dompet menipis kini telah terlewati, situasi bisnis bagi restoran pun masih dianggap cukup baik.
Selain pelanggan reguler, harga yang ditetapkan lebih rendah daripada cafe pesaing, benar-benar bisa memperluas basis pelanggan yang bahkan sampai merambah para pebisnis yang membawa klien sekaligus istri mereka.
Karena tidak ada pembagian yang tegas antara kursi di MgRonald dan MdCafe, ada juga pelanggan yang memesan menu normal dan membawanya ke atas untuk dimakan, sementara untuk bagaimana meningkatkan pergantian meja menu kopi, adalah masalah lain lagi untuk ke depannya.
Karena ini adalah pembukaan kembali setelah waktu yang cukup lama, dan karena manajer Kisaki dengan tegas mengawasinya mulai dari pembukaan sampai penutupan, beberapa pelanggan reguler lama juga langsung kembali berdatangan.
Diam-diam beberapa orang juga nge-fans dengan Kisaki, dan ketika mereka mengetahui kalau di lantai dua ada foto Kisaki yang dibingkai bersama sebuah sertifikasi kuasa berwarna hijau, mereka bahkan mengambil gambar dari foto tersebut dengan kamera HP mereka.
Dengan mempertimbangkan situasi ini, MdCafe sudah dianggap memiliki awal yang cukup baik, tapi melihat situasi saat ini, tidak hanya Maou dan Chiho, sebagian besar pegawai di sana tidak memiliki kepercayaan diri untuk bekerja di MdCafe.
Alasannya adalah....
"Apa yang sebaiknya kita lakukan agar bisa membuat kopi enak seenak itu?"
Tidak aneh bagi Chiho yang menjadi bingung karena hal ini.
Kopi yang dibuat Kisaki, entah kenapa terasa begitu enak.
Meskipun itu sama-sama white gold roasted coffe dengan makanan normal, tapi ketika pesanan MdCafe dibuat, ada perbedaan besar antara pesanan yang dibuat Kisaki dan pesanan yang dibuat oleh pegawai lainnya.
Kopi MdCafe berbeda dari model biasanya, mereka tidak menggunakan cangkir plastik, melainkan menyajikannya ke pelanggan dengan menggunakan mug.
Meskipun mengadaptasi bentuk cafe, tapi poin unik dari makanan siap saji masihlah segi kecepatan dan kualitas produknya, dan tentu saja, MdCafe hanyalah salah satu tipe dari berbagai jenis tipe bisnis seperti itu. Perbedaan dari white gold roasted coffe di antara keduanya adalah karena MdCafe memiliki mesin kopi khusus sendiri.
Berbeda dengan mesin kopi model minuman bar yang bisa menggiling biji kopi dalam jumlah yang besar dan membuang mereka di waktu yang sudah ditentukan, karena biji kopi harus digiling dari awal setiap kali menggunakan mesin kopi MdCafe, tentu akan ada perbedaan teknik masing-masing individu sampai ke suatu titik, tapi hal itu masih dalam penggunaan mesin, dan bukan menggunakan alat khusus seperti mesin penggiling kopi manual.
Kisaki sudah mengajari para pegawai cara menggunakan mesin MdCafe, tapi karena alasan yang tidak diketahui, bahkan jika mereka mengambil dan membandingkannya dengan cafe-cafe lain, setiap jenis kopi MdCafe yang Kisaki buat selalu bisa melampaui mereka semua.
"Kita menggiling biji kopi yang sama, menuangkan air dengan temperatur yang sama, dan bahkan menggunakan tipe susu yang sama, tapi kenapa hasilnya sangat berbeda.....?"
Maou dan Chiho tidak sering meminum kopi, tapi setelah mencobanya sendiri, mereka masih bisa merasakan perbedaan antara buatan mereka dengan buatan Kisaki, ada sebuah perbedaan nyata dalam segi 'kualitas'.
Setidaknya seluruh pegawai yang sudah merasakan kopi buatan Kisaki sebelumnya, percaya kalau hanya dengan prosedur pengoperasian yang biasa saja, mereka tidak akan bisa membuat kopi dengan rasa yang sama seperti buatan Kisaki.
"Tapi kalau kita masih tidak bisa menyusun shift kerjanya, kita tidak akan bisa melakukan pekerjaan kita dengan baik."
Mempertimbangkan pembukaan MdCafe yang baru diselenggarakan beberapa yang hari lalu, Kisaki terlihat sering berada di restoran saat jam kerja, tapi karena dia adalah pegawai tetap, sulit menghindari hari di mana dia tidak bisa berada di restoran.
Di saat seperti itu, mereka tidak bisa begitu saja menutup bagian MdCafe hanya karena Kisaki tidak ada.
"Tapi di antara kopi kita dan kopi Kisaki, mana rasa yang lebih diharapkan oleh perusahaan?"
"Rasa yang diharapkan perusahaan?"
Chiho yang tidak mengerti maksud di balik kata-kata Maou, berpikir sambil memiringkan kepalanya.
"Ya ampun, bagaimanapun juga, MgRonald adalah sebuah waralaba. Karena setiap restoran harus menyediakan kualitas rasa yang sama, dalam kasus Kisaki-san, itu bukanlah 'kualitas yang sama' tak peduli bagaimanapun kau melihatnya kan?"
"Apa itu tidak diperbolehkan? Jika rasanya tidak enak, tentu saja akan menyebabkan masalah, tapi meskipun harganya sama, kopi buatan Kisaki-san jauh lebih enak dari kopi normal lainnya."
Maou melirik ke arah pamflet yang ada di samping kasir karena kata-kata Chiho.
Melihat ke arah luar dari belakang konter, harga menu utama dari MdCafe bisa dilihat di belakang pamflet tersebut, Cafe au lait dan Latte yang mereka sebutkan sebelumnya, dibanderol dengan harga 250 yen.
"Memang terdengar bagus seperti itu, tapi dari sudut pandang orang lain, itu sama saja bagi orang yang tidak meminum kopi Kisaki-san, mereka menggunakan harga yang sama untuk meminum kopi dengan kualitas yang lebih rendah."
"...... Ah!!"
Sejenak berpikir, Chiho akhirnya mengerti maksud Maou.
"Karena bagaimanapun juga, MgRonald adalah waralaba berskala besar. Jika 'kualitas melebihi batas' tidak dibuat konsisten, maka filosofi menyediakan kualitas makanan yang sama akan jadi rusak. Jika kualitasnya bisa ditingkatkan tanpa otorisasi selama harganya masih sama, maka para pegawai akan menggunakan uang mereka, dan diam-diam membeli biji kopi Blue Mountain. Jika setiap cabang melakukan hal ini, maka itu tidak bisa lagi disebut MgRonald, kan?"
Di sisi lain, meskipun di luar sana ada banyak waralaba dengan area yang fleksibel, toko, ataupun spesialisasi pegawai, tapi setidaknya MgRonald tidak menggunakan arah operasi semacam itu.
Adapun apakah Kisaki mengabaikan peraturan perusahaan dan memakai bahan lain untuk membuat kopi atau tidak.....
"Tapi kopi yang dibuat oleh Kisaki-san, dia menggunakan mesin, biji kopi, susu, dan cangkir yang sama dengan kita kan?"
"..... benar.... itulah kenapa hal ini sangat mengherankan."
Setelah dibantah oleh Chiho, Maou terlihat sangat gelisah.
Hal tersebut menunjukan kalau ada sesuatu yang kurang dari Maou dan yang lainnya, tapi mengenai apa sesuatu yang kurang itu, meskipun mereka sudah mengikuti standar prosedur pengoperasiannya dengan teliti, mereka masih tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Karena itu tidak ada hubungannya dengan latihanku, kenapa kita tidak coba bilang 'jadilah lezat~' dengan penuh perasaan, ketika kita menyeduhnya..."
"Tanpa berbicara soal hati, jika mereka ingin meningkatkan kualitas dengan menggunakan suara, maka seharusnya mereka melakukannya ketika sedang menanam biji kopinya kan?"
"Atau mungkin ketika Kisaki-san membuat kopi, background musik di dalam restoran harus Mozart atau semacamnya gitu."
"Mustahil. Saat ini efek Mozart masih belum memiliki dasar-dasar sains."
Pada akhirnya, sehubungan dengan rahasia kopi buatan Kisaki, tetap tidak ada kesimpulan apapun yang didapatkan tak peduli bagaimana mereka mendiskusikannya.
Meskipun ada banyak pelanggan yang datang sebelum akhir waktu makan malam, tapi sekarang jam sudah menunjukan pukul 10pm, dan itu adalah waktu di mana siswa SMA seperti Chiho harus segera pulang.
Maou berbicara dengan Chiho yang sudah berganti ke pakaiannya yang biasa dan berjalan keluar dari ruang karyawan.
"Sampai jumpa, berhati-hatilah ketika pulang ke rumah, okay?"
"Yeah, terima kasih atas kerja kerasnya."
Chiho membungkuk ke arah Maou dan para karyawan yang masih tersisa.
"Jika terjadi sesuatu, gunakan suara yang sudah kau latih sebelumnya untuk berteriak dengan keras!"
"Eh... Ah, hm, bagaimana aku harus menjawabnya?"
Chiho yang menyadari kalau Maou sedang menggodanya, setelah berpikir sejenak, dia pun menggenggam HPnya dengan wajah memerah.
"Yeah, berhati-hatilah, dan......"
"Apa lagi?"
Menghadapi Chiho yang sedang marah.....
"Aku masih belum mengatakan hal ini padamu, tapi terima kasih sudah berusaha keras demi diriku."
Maou mengatakannya dengan suara lembut yang tidak bisa didengar oleh karyawan lain, sementara itu, Chiho pun tersipu, dan kali ini karena alasan yang bertentangan dengan apa yang membuatnya marah.
"I-itu bukan seperti aku melakukannya hanya demi Maou-san!"
Meski begitu, Chiho tetap berjalan keluar dengan cepat karena masih memendam dendam terhadap Maou yang mengejeknya.
Jarang sekali Chiho membawa tas berukuran besar. Mengingat waktu saat ini, dia seharusnya tidak memiliki rencana apapun setelah ini, jadi mungkin dia berlatih di suatu tempat saat siang hari.
Ketika Maou mengangkat bahunya, menghela napas, dan mulai membuat persiapan untuk menutup restoran....
"Ah.... Chi-chan sudah pulang?"
Kisaki turun dari lantai dua.
Maou jadi sedikit ragu. Karena sebelumnya Chiho sudah berganti pakaian dan bersiap-siap pulang, dia seharusnya sudah melapor pada Kisaki terlebih dahulu.
"Setelah itu, apa dia terus berteriak-teriak?"
Adalah sebuah kejadian yang sangat langka, Kisaki bertanya tentang kondisi Chiho dengan wajah lelah tanpa memberikan kesan mendominasi.
".... Ada apa? Apa kau merasa tidak enak badan?"
Bukanlah sesuatu yang aneh jika Maou menanyakan hal tersebut sebelum menjawab pertanyaan Kisaki.
Bahkan Maou, sebagai seorang Raja Iblis, tidak pernah mengenal orang seperti Kisaki yang tidak tahu apa makna dari kata capek. Sebagai seorang manajer, ada saat di mana Kisaki tidak berada di restoran selama seharian penuh, dan saat di mana dia sibuk dari pagi sampai malam karena penyusunan jadwal kerja, tapi tanpa diketahui metode rahasia apa yang dia punyai, dia tidak pernah menunjukan tanda-tanda lelah di hadapan para pegawainya.
Dan Kisaki, kali tidak hanya menggunakan tangan kirinya untuk memijat pelipisnya, lingkaran mata hitam juga muncul di bawah matanya, bahkan suaranya pun kehilangan nada tegasnya. Hal itu tentu membuat para pegawainya khawatir dengan kondisi kesehatan Kisaki.
"Ah... Maafkan aku."
Kepala Kisaki mendongak setelah mendengar pertanyaan Maou, dan dalam situasi yang sangat langka, dia mengamati seluruh tempat duduk pelanggan dengan panik. Akhirnya pun dia menghela napas lega karena alasan yang tidak Maou ketahui, dan memberikan sebuah senyum kecut.
Asal kalian tahu, area tempat duduk di lantai pertama, masih mempertahankan model yang biasa, dan di sana hanya ada dua kelompok pemuda yang terlihat seperti mahasiswa sedang berbincang-bincang, sementara tempat duduk sisanya semuanya kosong.
"Akhirnya semuanya sudah pulang, ini benar-benar bukan gayaku. Semua ini ternyata lebih sulit ditangani daripada yang kuperkirakan, melelahkan sekali."
Maou kembali terkejut.
Tanpa membahas kata 'semuanya sudah pulang', kata-kata depresi seperti 'melelahkan sekali', sulit dibayangkan bisa keluar dari mulut Kisaki.
Maou memiringkan kepalanya untuk melihat layar LCD baru yang ada di pojok konter lantai pertama.
Layar itu adalah peralatan yang baru dipasang untuk karyawan di lantai pertama agar bisa memastikan situasi tempat duduk di lantai kedua, tapi melihat ke sana, saat ini sudah tidak ada siapapun di lantai dua.
"A-apa yang terjadi...?"
Kisaki mengerutkan dahinya dan memijat-mijat pundaknya, semenjak Maou bekerja di MgRonald, ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan adegan tersebut.
Meskipun nada Maou terdengar goyah, namun Kisaki hanya menatap Maou dengan heran dan tidak menjawab pertanyaannya.
"Jadi apa yang terjadi pada Chi-chan?"
"Y-yeah, meskipun ada beberapa keadaan genting, tapi semuanya normal setelah itu."
"Begitu ya?"
Kisaki mengangguk takjub, dan memutar bahunya ke belakang dengan kuat.
"Sepertinya Chi-chan juga menemukan tujuan baru."
"Hah?"
Maou membelalakkan matanya kaget.
Saat ini Chiho memang mengejar sebuah tujuan, dan berteriak dengan keras adalah salah satu tahapannya.
Kisaki dengan acuh tak acuh menggunakan mesin kasir di lantai pertama untuk membuka tabel pendapatan hari ini. Meskipun kelihatannya dia mengucapkan kalimat tersebut dengan santai, tapi kenapa dia bisa berpikir seperti itu?
Setelah debaran jantung itu mereda, Maou merasakan sesuatu yang aneh dalam pemilihan kata-kata Kisaki.
"Boleh aku tahu apa yang kau maksud dengan 'Chi-chan juga'?"
".... Uh?"
Kisaki menahan napasnya karena pertanyaan Maou, dan segera menggelengkan kepalanya seolah-olah menyesali sesuatu.
"Ah, aku hanya sedikit lelah, jangan terlalu dipikirkan."
Ucap Kisaki dengan suara rendah.
Hanya dengan mendengar kalimat tersebut, rasa penasaran Maou jadi berbalik 180 derajat dan menjadi tenang.
Sepertinya pertanyaan itu jauh lebih tajam daripada yang dia bayangkan. Hubungan antara Maou dan Kisaki saat ini belum berada di posisi di mana dia bisa terus menanyakan hal tersebut.
"Kalau begitu, boleh aku bertanya hal lain yang terus menggangguku?"
"Hm?"
"Baik Chi-chan dan aku merasa sangat bingung, meskipun kita menggunakan mesin yang sama untuk membuat kopi, kenapa rasa antara buatan Kisaki-san dan buatan kami....."
"ah?"
".... sangat berbeda...?"
Rasa takut seperti diserang oleh seseorang, tiba-tiba menyerang Maou, meskipun rasa ingin tahunya sudah berbalik 180 derajat. Maou menanyakan pertanyaan tersebut untuk mengembangkan dirinya, tapi setelah mendengar jawaban Kisaki yang diucapkan dengan nada yang begitu rendah serta memberikan aura yang berbahaya, volume suara Maou di akhir kalimatnya menjadi semakin pelan.
Kisaki menatap Maou dengan tatapan yang cukup untuk membuat seorang Raja Iblis gemetar ketakutan.
Di mata orang lain, periode waktu ini hanya berlangsung tidak lebih dari 1 detik. Tapi bagi Maou, itu seperti berlangsung selamanya. Namun, di momen selanjutnya, pandangan Kisaki tiba-tiba berubah, dan bahkan garis pandanganya pun mulai goyah.
Maou mulai merasa kalau tidak akan ada hal lain lagi yang bisa mengagetkannya hari ini.
Ketika pandangan Kisaki beralih dari Maou selama 0,1 detik, terlihat goyah, dan kembali ke posisinya semula, Maou merasa seperti melihat ekspresi lengah dan tanpa penjagaan yang tidak pernah dia bayangkan bisa ada di wajah Kisaki yang biasanya.
".... Maafkan aku, tolong tunggu sebentar."
Kisaki menutup tabel penghasilan harian, dan berjalan menuju ruang karyawan setelah meminta maaf dengan jujur. Kisaki seharusnya menyadari kalau Maou sudah mengetahui konflik internal yang terjadi di dalam dirinya. Dari bagaimana dia tidak membuat alasan apapun, itu masihlah Kisaki yang biasanya.
Maou merasa gelisah karena melihat berbagai ekspresi dari Kisaki yang tidak biasa dalam lima menit terakhir. Maou menatap pintu ruang karyawan dengan bingung, dan mendengar suara printer tua dari dalam. Setelahnya, Kisaki pun keluar sambil memegang sebuah kertas.
Dan ketika Kisaki keluar, dia menunjukan ekspresi tersipu yang aneh saat tatapannya bertemu dengan tatapan Maou, hal ini juga sangat mengejutkan.
"Kalau kau tertarik, apa kau ingin mencobanya?"
Kisaki menyerahkan kertas di tangannya kepada Maou.
Meski ada banyak hal yang harus dikhawatirkan, Maou tetap melirik isi dari kertas tersebut.
"MgRonald Barista?"
Setelah melihat judulnya, Maou merasa sedikit bingung.
Membicarakan soal barista, hal pertama yang terlintas di pikiran kita pastinya adalah ballista yang terpasang di dinding kastil atau di kereta tempur.
(T/N : Ballista, itu kayak sejenis panah ketapel itu lo, yang biasanya ada di film-film perang, lengkapnya search di google aja)
((T/N : Di lidah orang Jepang, L sama R itu cara pengucapannya mirip, jadi Barista diplesetkan menjadi Ballista))
Karena Maou mencoba membayangkan menembak hamburger dengan menggunakan panah, dia hampir tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau tahu apa barista itu?"
"Itu seharusnya.... merujuk pada panah kan?"
"Kau bilang apa?"
"Ti-tidak... Aku tidak pernah mendengarnya."
Maou dengan jujur menjawab pertanyaan Kisaki.
"Huuh, itu mungkin masih belum menjadi istilah yang umum. Kau harus tahu kalau di Jepang, istilah tersebut merujuk pada seseorang yang ahli dalam bidang kopi."
"Ahli dalam bidang kopi?"
Maou mengulangi kata-kata Kisaki dan melihat dokumen yang ada di tangannya.
Sepertinya ini adalah penjelasan yang diambil dari pemberitahuan karyawan MgRonald.
Agar para karyawan dipastikan bisa menangani produk-produk MgRonald dan menyediakannya kepada para pelanggan, pimpinan daerah perusahaan MgRonald, dan berbagai cabang pun membuka kursus terkait akan hal itu.
Meskipun kursus ini dibuka untuk karyawan reguler, tapi nampaknya selama ada standar pengalaman kerja tertentu dan membayar sejumlah biaya kursusnya, bahkan karyawan paruh waktu pun bisa berpartisipasi dalam kursus 'MgRonald Barista' ini.
Sementara untuk isinya, kursus ini mengajarkan cara menyeduh kopi untuk seri MdCafe. Dengan berpartisipasi latihan dalam satu hari, pengetahuan khusus tentang pengoperasian mesin dan pemrosesan biji kopi pun bisa dipelajari.
"Perusahaan telah menetapkan aturan bagi cabang manapun yang memiliki MdCafe di dalamnya harus diawaki oleh seseorang dengan kualifikasi 'MgRonald Barista'."
"Be-begitu ya..."
Itu artinya memang ada perbedaan mendasar antara seorang Barista dengan orang seperti Maou dan yang lainnya, yang hanya mengoperasikan mesin kopi berdasarkan standar prosedur penggunaannya saja.
Meskipun sangat diragukan kalau perbedaan rasa yang ekstrem bisa diciptakan hanya dengan satu hari kursus dan latihan, tapi di mata Maou, tanpa memikirkan apakah dia bisa melampaui kopi buatan Kisaki atau tidak, dan hanya agar bisa memperoleh pengetahuan khusus dalam menangani sebuah produk, hal itu sudah cukup menarik perhatiannya.
"Namun dalam istilah barista, awalnya tidak merujuk pada seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang kopi."
"Eh?"
Kisaki tiba-tiba berbicara, dan membuat Maou yang baru memastikan tanggal kursus tersebut, mengangkat kepalanya.
"Kata Barista berasal dari bahasa Italia. Karena bar di Italia adalah tempat yang menyediakan makanan ringan dan berbagai minuman, dibandingkan dengan bartender yang merupakan seorang professional dalam hal minuman beralkohol, barista adalah seorang professional dalam hal minuman tidak beralkohol termasuk kopi, untuk melayani para konsumen. Meskipun kesadaran di Jepang sangat rendah, tapi pekerjaan barista, chef, patissier, dan bartender itu adalah sama, mereka merupakan professional yang dibanggakan dalam hal makanan dan minuman."
"Be-begitukah?"
Maou merasa terintimidasi karena penjelasan Kisaki yang tiba-tiba.
"Di sisi lain, di antara para barista yang pekerja di berbagai bar, ada juga beberapa orang yang tidak bersedia menyebut diri mereka barista. Karena tidak hanya minuman, mereka bahkan menguasai makanan, fasilitas restoran, berbagai peralatan, layanan pelanggan, dan seluruh layanan lainnya, jadi mereka menganggap diri mereka sebagai professional di semua area. Orang-orang seperti itu disebut dengan barman. Mereka adalah orang yang tahu bar dari luar dan dalam... yang mana juga mencakup seluruh layanan dalam restoran, mereka fokus menangani segala sesuatu berdasarkan situasi di dalam restoran. Mereka adalah orang-orang yang bertujuan menyediakan layanan terbaik kepada para pelanggan."
"O-oh..."
Kisaki tidak hanya menyingkirkan kelelahannya yang sebelumnya, bahkan, semangat tiba-tiba kembali muncul di matanya, dan dia mulai mengatakan hal tersebut dengan sangat antusias.
Menghadapi berbagai macam ekspresi Kisaki, Maou hanya bisa menjawab dengan samar, tapi dia tidak melewatkan kalimat terakhir yang Kisaki ucapkan dengan sebuah tekad di dalamnya.
"Tujuanku adalah menjadi salah satu barman itu!"
"!!!"
Ini mungkin adalah pertama kalinya Maou mendengar keinginan pribadi dari Kisaki Mayumi, dan bukan Kisaki si manajer MgRonald cabang stasiun Hatagaya.
Seperti yang diharapkan dari Kisaki, bahkan keinginannya yang sebenarnya juga ada hubungannya dengan bekerja.
"Lalu jika Kisaki-san bisa menjadi sangat sukses di MgRonald, itu pasti sangat luar biasa."
Pendapatan harian dari cabang stasiun Hatagaya selalu melebihi jumlah tahun sebelumnya hingga mencapai 100%, Maou juga bisa memahami betapa tidak normalnya itu.
Maou selalu berpikir, kalau dengan kemampuan Kisaki, mustahil kalau dia terus ditugaskan di restoran kecil semacam ini dan sudah harusnya mengurusi area yang lebih besar.
Bagi Maou yang berharap bisa menjadi pekerja penuh, Kisaki selalu menjadi tujuannya, namun dia tidak bisa membayangkan kalau Kisaki juga memiliki ambisi besar seperti itu.
Maou sesaat menjadi begitu takjub sampai-sampai dia lupa kalau biasanya dia mengatakan ingin menaklukan dunia, sementara Kisaki menatap Maou dengan kaget.
"Apa yang kau bicarakan? Mana mungkin di MgRonald....."
".... Eh?"
"Ah....."
Maou merasa seperti mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.
Dan Kisaki juga menyadarinya. Nampaknya Kisaki memang benar-benar berbeda dari dirinya yang biasa hari ini.
".... Berbincang-bincang dengan pegawai padahal aku ini adalah seorang manajer, aku memang contoh yang buruk."
Kisaki dengan cepat mengakhiri topik tersebut dan melihat ke arah penjelasan yang ada di tangan Maou.
"Intinya, jika kau ingin mengejar kemampuanku, kenapa kau tidak coba ikut berpartisipasi? Jika itu adalah Maa-kun, yang pernah menjadi manajer pengganti sebelumnya, kau seharusnya tidak perlu membayar biaya kursusnya. Beritahu aku kalau kau ingin ikut berpartisipasi!"
"Ba-baik...."
"Kalau begitu aku akan ke atas terlebih dahulu. Aku serahkan lantai pertama padamu."
Meski Kisaki bersikap dengan normal ketika dia berbalik dan pergi ke atas, tapi rasanya kecepatan berbicaranya sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya.
Terlebih lagi, Maou tidak melewatkan adanya sedikit kesenjangan di nada Kisaki. Meski begitu, Maou masih berharap kalau itu hanyalah imajinasinya.
"Eh?"
Maou yang pulang ke kontrakannya, sesaat merasa bingung ketika mengetahui lampu di kamar Suzuno masih menyala.
Karena Suzuno, sebagai seorang Penyelidik, selalu tidur dan bangun lebih awal, biasanya ketika Maou pulang, lampu di kamarnya sudah dimatikan.
"Hey, ada apa dengan Suzuno?"
Maou bertanya kepada Ashiya yang datang ke beranda untuk menyapanya.
"Selamat datang kembali Maou-sama. Sasaki-san baru datang tadi, dan mereka berdua nampak sedang melakukan sesuatu sekarang, kurasa mereka sedang berlatih mantra lagi?"
Ashiya menjawab dengan normal.
"Chi-chan? Bukankah harusnya dia segera pulang setelah selesai bekerja? Ini sudah lewat tengah malam. Apa yang si Suzuno itu lakukan? Cepat suruh dia pulang!"
Membiarkan seorang gadis SMA berada di luar rumah selarut ini, sebagai Raja Iblis, sepertinya dia harus sedikit mengomelinya. Sebelum Ashiya bisa menghentikannya, Maou sudah memakai kembali sepatunya dan mengetuk pintu kamar 202.
"Hey, Chi-chan, apa kau di sana? Ini sudah lewat tengah malam, kau seharusnya pulang!"
"Berisik, Raja Iblis!"
Suzuno melihat keluar pintu dengan tampang tidak senang di wajahnya. Kimono yang dia pakai nampak lebih sederhana dari yang biasanya, itu mungkin adalah pakaian biasa yang dia pakai saat di rumah, atau pakaian tidurnya?
Sementara Chiho, dia melihat ke arah mereka dari dalam ruangan dengan ekspresi sulit di wajahnya.
"Apa kau pikir kau itu penjaganya? Aku sudah mendapatkan izin dari ibu Chiho-dono, dia memang berencana menginap di tempatku malam ini."
"... O-oh, begitu ya?"
"Benar... maafkan aku."
Chiho yang berpisah dengan Maou saat di restoran, membungkuk ke arah Maou dan meminta maaf, dia saat ini sudah memakai piyama. Sepertinya barang-barang yang Chiho bawa ketika dia pulang tadi adalah benda-benda yang dia persiapkan untuk menginap di tempat Suzuno.
"Uh, erhm, bagaimana aku mengatakannya ya, tolong jangan paksakan dirimu, okay?"
"Baik..."
"Meski kau tidak mengatakannya, aku juga tetap akan menjaga Chiho-dono. Latihannya sudah selesai, dan kami sedang berbincang-bincang soal topik wanita. Dan kau tidak perlu ikut campur sama sekali."
Setelah mengatakan hal itu, Suzuno langsung menutup pintunya tanpa menunggu Maou membalas.
".... Apa-apaan topik wanita itu?"
Maou menggumam dengan tidak senang dan kembali ke Kastil Iblis merasa depresi.
"Soal itu.... Sasaki-san sudah datang ke sini lebih dulu untuk menyapa kita dan menjelaskan kalau dia sudah mendapatkan izin dari ibunya."
Ashiya mungkin mendengar percakapan antara Maou dan Suzuno, dia mengatakannya dengan tampang bersalah di wajahnya, namun Maou melambaikan tangannya untuk menghentikan Ashiya.
Melihat punggung Ashiya yang menyiapkan makan malam dengan ekspresi suram, Maou mulai membaca penjelasan 'MgRonald Barista' yang dia dapatkan dari Kisaki.
"Kenormalan ya, terdengar seperti kata yang sudah ditakdirkan."
"Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?"
Pendengaran tajam Urushihara menangkap gumaman Maou dan menanyakan hal tersebut.
"Hm? Aku hanya punya firasat kuat kalau semua orang saat ini sudah berubah tanpa mereka sadari. Sesuatu seperti kenormalan tidak akan berubah sama sekali, melainkan hanya mengalir dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat oleh mata."
"Hah? Apa yang kau katakan tiba-tiba begini? Bahkan Maou pun jadi aneh."
Urushihara menertawakan kesedihan Maou yang sama sekali tidak seperti seorang Raja Iblis, dan mengatakan,
"Tapi itu yang membuatnya menarik, akan aneh kalau sama sekali tidak ada yang berubah."
"..... Aku paling tidak ingin diceramahi oleh orang seperti kau."
Maou merasa tidak senang karena momen kesedihannya yang langka, disimpulkan begitu saja oleh seorang NEET yang hidup numpang di kontrakannya.
"Kupikir tidak ada orang lain yang bisa menyadari hal ini lebih baik daripada aku."
"Kalau begitu, agar bisa merasakan perubahan kenormalan dengan lebih baik, kenapa kau tidak membantuku melakukan pekerjaan rumah tangga?"
"Hm?"
Dan di momen itu, Ashiya membawakan nasi pangsit dengan plum, ikan kering, dan perilla sekaligus sup miso yang baru dipanasi. Dia ikut ambil bagian dalam percakapan kedua orang itu, dan kesedihan Maou, segera menghilang di antara nafsu makannya dan pertengkaran tentang pembagian tugas rumah tangga tersebut.
"Bagaimanapun, aku tidak pernah menyangka kau bisa mengaktifkan sihir suci dengan stabil hanya dalam satu minggu. Dengan begini, mungkin kau bisa memulai latihan dasar untuk Idea Link."
"Benarkah?"
Chiho dan Suzuno masing-masing memegang sebuah gelas cangkir berisi teh gandum di tangan mereka dan duduk menghadap satu sama lain di sebelah jendela.
Di antara bau obat nyamuk yang terbakar, kedua orang itu memegang sebuah kipas di tangan mereka dan membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan topik wanita.
"Guru pembimbingku di klub pernah bilang sebelumnya, ketika melakukan senam otot dan fleksibilitas, jika seseorang mengetahui bagian tubuh mana yang bergerak selama latihan, efeknya pun akan jauh berbeda. Jadi saat aku berteriak, aku selalu berteriak sambil memperhatikan perubahan di dalam tubuhku."
"Meski begitu, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh semua orang, bagaimanapun, akan jadi masalah kalau berpikir sampai ke tingkat itu. Jika Chiho-dono lahir di Ente Isla, kau pasti akan menjadi ahli sihir yang hebat."
Mengatakan pujiannya dengan jujur, Suzuno memperlihatkan ekspresi tegas,
"Ah, tapi meski begitu, aku tidak akan mengajarkan mantra lain selain Idea Link, okay?"
"Aku tahu. Tapi aku senang aku bisa mendapatkan pujianmu."
Chiho meminum seteguk teh gandum di tangannya dan memandang ke arah langit malam musim panas dengan sebuah desahan.
"Aku tidak khawatir, tapi aku tetap berharap bisa belajar menggunakan mantra Idea Link secepat mungkin... saat Suzuno-san dan Yusa-san masih memiliki waktu luang."
"Meski mengatakan ini terlalu berlebihan, tapi aku memiliki waktu luang setiap hari, kau tahu?"
Suzuno tersenyum kecut. Dia adalah seorang Penyelidik handal di Ente Isla, namun dia menjalani hidup seperti seorang pengangguran yang sulit dipahami di Jepang.
Terutama semenjak pembukaan kembali MgRonald di depan stasiun Hatagaya, saat jam kerja, Maou akan berada di dekat Malaikat Agung Sariel, yang keberadannya bisa menekan pengaruh dari Dunia Iblis.
Karena kemungkinan para Iblis yang mendekati Maou akan berkurang selama Maou berada di dalam jangkauan pengaruh Sariel, Suzuno yang tidak perlu lagi mengawasi Maou, mulai menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.
Meskipun alasan di balik tindakan tetap berada di rumah juga mencakup mengawasi dan melindungi Ashiya dan Urushihara, namun pekerjaan ini tidaklah terlalu berat sampai-sampai dia tidak bisa menanggapi permintaan Chiho.
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi aku merasa....."
Tatapan Chiho berkerlip ketika dia menatap ke arah langit, mencari-cari penjelasan yang lebih sesuai.
"Semenjak insiden besar di Tokyo Tower, beberapa hal menjadi sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya."
"Beberapa hal itu.... maksudnya?"
Suzuno mengangkat sebelah alisnya dan meneguk teh gandumnya.
"Meskipun berbagai keributan seperti Sariel-san, Gabriel-san, dan para Iblis di Choshi, terjadi, tapi Maou-san dan Yusa-san tidak pernah bertengkar secara langsung kan?"
Meskipun kedua orang itu terus berselisih setiap kali ketika mereka bertemu, tapi apa yang Chiho sampaikan, merujuk pada pertarungan di mana mereka akan menyakiti satu sama lain.
"Tapi setelah insiden di Tokyo Tower, bukankah Yusa-san menjadi sedikit aneh?"
"...."
Chiho memberitahu Suzuno kalau dia telah menceritakan ingatan yang bukan miliknya kepada Maou dan Emi yang menjenguknya.
"Semenjak saat itu, Maou-san dan Yusa-san terlihat sedikit gelisah karena sesuatu.... Suzuno-san, maukah kau mendengarkanku tanpa jadi marah nantinya?"
"Tergantung isinya."
Suzuno tetap mempertahankan ekspresi teguhnya dan meminta Chiho untuk melanjutkan perkataannya dengan sebuah gurauan.
"Sebelumnya, bukankah semua orang berkumpul di kamar Suzuno-san untuk makan karena ada lubang di kamar Maou-san?"
"Meski itu adalah peristiwa yang terjadi belum lama ini, karena ada banyak hal yang terjadi, rasanya itu seperti ingatan yang sudah lama sekali."
Chiho dan Suzuno mengamati seluruh bagian kamar.
"Mungkin ini hanya sikap keras kepalaku, tapi aku benar-benar merasa kalau akan bagus jika semuanya bisa melupakan masalah pelik Ente Isla dan melanjutkan hidup normal seperti ini.... Urushihara-san hanya peduli soal bermain, menyebabkan Ashiya-san marah, dan Suzuno-san tidak punya pilihan lain selain membereskan kegaduhannya, tapi karena Maou-san terlalu memanjakan Alas Ramus-chan, dia akan langsung beradu argumen dengan Yusa-san yang mengeluh.... Kurasa semua ini tidak akan bisa terjadi kalau tidak ada hubungan yang sangat baik... Mungkin kau berpikir aku terlalu naif..."
Chiho menyusutkan bahunya karena ingat konflik yang pernah dia miliki dengan Suzuno di masa lalu.
Meskipun Suzuno masih ingat insiden itu, tapi hari ini, dia tidak bermaksud untuk memarahi Chiho. Daripada itu, Suzuno mulai merasakan resonansi yang kuat terhadap pemikiran itu.
"Sepertinya aku juga sudah jatuh...."
"Eh?"
"Bukan apa-apa. Lalu?"
Kipas angin yang diletakkan di dekat dapur mensirkulasi udara di dalam kamar, menyebabkan asap obat nyamuk perlahan tertiup keluar.
"Okay.... Tapi Maou-san, Ashiya-san, dan Urushihara-san masihlah iblis yang menyebabkan penderitaan bagi orang-orang di Ente Isla, dan Yusa-san serta Suzuno-san harus mengalahkan Maou-san dan yang lainnya... Aku selalu merasa gelisah, aku khawatir kalau hidup normal yang bahagia ini akan dihancurkan oleh suatu peristiwa tertentu, lalu terjadi sesuatu yang tragis, dan mungkin semua orang akan menghilang dari hadapanku."
"...."
"Setelah insiden di Tokyo Tower itu, Yusa-san selalu merasa gelisah terhadap suatu masalah. Itu mungkin ada hubungannya dengan informasi yang kuberitahukan padanya..... Dulu, saat Yusa-san bertemu dengan Maou-san, dia pasti akan langsung memarahinya, tapi akhir-akhir ini, Yusa-san selalu bertingkah seperti memikirkan sesuatu ketika berbicara dengan Maou-san...."
Ketika Suzuno mendengarkannya, dia mulai mengagumi kemampuan pengamatan Chiho.
Dari cara Chiho berbicara, Maou dan Emi sepertinya tidak memberitahu Chiho tentang makna sebenarnya dari 'ingatan yang bukan miliknya'.
Akan tetapi, Chiho yang menganggap kedua orang itu sebagai orang penting, masih bisa dengan mudah merasakan kalau insiden itu adalah alasan di balik sikap aneh mereka.
"Pada akhirnya, entah itu perang di Ente Isla ataupun terpecahnya Pasukan Iblis di Dunia Iblis, bukankah mereka adalah insiden yang tidak ada kaitannya langsung dengan Maou-san dan Yusa-san? Tapi contohnya, orang yang meminjamiku kekuatan, ingatan yang ada di otakku, Gabriel-san dan malaikat lain yang aku serang.... rasanya seperti mereka semua sedang memaksa menyeret Maou-san dan Yusa-san kembali ke tempat yang menyakitkan sedikit demi sedikit."
Tanpa sadar, Chiho mulai merendahkan kepalanya, berbicara ke arah tatami.
Di dalam hati Chiho, dia mungkin masih belum bisa menata perasaan dan pemikirannya. Nadanya terdengar seperti dia sedang meraba-raba sesuatu dengan bertanya dan menjawab pertanyaaannya sendiri.
"Chiho-dono, aku, semenjak datang ke Jepang, aku merasa kalau kepercayaan di dalam hatiku mulai menjadi lemah."
"Eh?"
Pengakuan Suzuno yang tiba-tiba menyebabkan Chiho tidak bisa mengikuti alur percakapannya.
"Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, dan segala yang ada di dunia adalah ciptaan-Nya, kenapa dunia ini tidak berisi orang-orang berhati baik seperti Chiho-dono?"
"Eh, ti-tidak ada yang seperti itu!"
Tiba-tiba dipuji, Chiho hampir menumpahkan teh gandumnya karena panik.
"Dalam legenda yang disebarkan oleh Gereja, ada sebuah cerita yang disebut dengan 'Gulungan Helorisas'. Tuhan memerintahkan Helorisas untuk menjaga gulungan itu dan menginstruksikannya agar tidak pernah membukanya. Tapi pada akhirnya Helorisas kalah dengan rasa penasarannya dan membuka gulungan itu. Lalu dia menyadari kalau berbagai perasaan negatif yang terkumpul dari seluruh dunia berada di dalam gulungan tersebut, dan saat gulungan itu terbuka, perasaan negatif itu mulai termaterialisi menjadi bahasa dan menyerang hati manusia. Namun, di dalam gulungan itu, tersisa satu hal yang bisa menekan semua perasaan negatif itu, hal itu adalah 'Harapan'."
"Kami di sini juga punya cerita yang disebut 'Kotak Pandora', isi dari kedua cerita tersebut sebenarnya hampir sama."
"Kalau dikipir-pikir lagi, pertama kalinya aku merasa ragu apakah Tuhan itu benar-benar keberadaan yang mutlak adalah setelah aku mendengar cerita ini. Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, lalu kenapa manusia memiliki perasaan negatif? Dan meskipun Helorisas hidup di dunia yang tidak memiliki perasaan negatif, kenapa dia malah mengembangkan perasaan negatif itu untuk melanggar perintah Tuhan? Ini terasa sangat bertentangan bagiku. Rasanya seperti Tuhan melempar tanggung jawab atas buruknya kepengurusan yang Dia lakukan terhadap manusia, bukankah ini sangat menjengkelkan?"
Suzuno mengucapkan komentar kasar yang tidak mirip seperti seorang Penyelidik, dan menatap Chiho dengan tatapan ramah.
"Meski demikian, aku masih tidak bisa menyangkal kalau ada banyak orang di dunia yang membutuhkan agama... atau lebih seperti mereka membutuhkan keberadaan Tuhan!"
"Memahami pendapat orang lain sambil tetap mempertahankan pendapatnya, ini patut dihargai. Mungkin Chiho-dono bisa dipuja sebagai dewa nantinya."
"A-apa yang kau bicarakan?"
"Maksudku, ketika orang lemah kehilangan apa yang mereka percayai, mereka pasti membutuhkan penunjuk jalan yang lebih baik."
Suzuno menghabiskan teh di cangkirnya dan memandang keluar jendela.
"Sekarang, Emilia telah kehilangan penunjuk jalannya."
"Eh?"
"Biar kuberi sebuah contoh padamu. Andai saja, jika Chiho-dono berusaha dengan sangat keras sampai melupakan makan dan tidur agar bisa masuk ke universitas pilihan utamamu dan terus mempertahankannya tanpa mengendur, tapi saat menuju ke tempat ujian dengan semangat tinggi pada hari ujian, kau baru tahu kalau ujian yang akan diadakan hari itu sudah diganti dengan kompetisi merangkai bunga, apa yang akan kau pikirkan?"
"Contoh macam apa itu?"
Chiho yang terlalu berlebihan ketika membantah, hampir menjatuhkan cangkirnya sekali lagi.
"Aku bilang itu hanya contoh, hanya contoh. Jika ujian yang kau perkirakan tiba-tiba diganti dengan topik yang benar-benar berbeda, dan menyebabkan apa yang kau pelajari setelah mengorbankan semuanya menjadi sia-sia, apa yang akan kau rasakan?"
Meskipun otaknya belum bisa memahami contoh Suzuno yang begitu ekstrim, Chiho tetap memikirkannya dengan serius.
"T-tapi aku sama sekali tidak mengerti soal merangkai bunga, dan menggunakan hal semacam itu untuk memutuskan apakah seseorang bisa lulus atau tidak benar-benar tidak masuk akal, aku tidak ingin ikut serta di dalamnya...."
"Tapi setidaknya kau tahu bagaimana menggunakan bunga untuk mengungkapkan sesuatu kan? Jika mereka menyiapkan berbagai jenis bunga di depan, apa kau masih tidak bisa melakukannya?"
"I-itu benar, tapi...."
"Universitas itu sendiri masih membiarkan Chiho-dono mempelajari apa yang ingin kau pelajari, ini tidak berubah sama sekali. Hanya subyek mata pelajaran ujiannya saja yang dirubah, dari IPA dan IPS ke merangkai bunga."
"Itu, hanya sebuah contoh kan? Poin pentingnya di sini adalah, aku mengejar suatu target, tapi karena alasan yang tidak terduga, aku mulai merasa kehilangan dan bingung dengan target itu kan?"
"Chiho-dono memang cermat. Jika aku tidak menggunakan lelucon ini sebagai contoh, kau mungkin menganggap masalah ini dengan serius."
Suzuno tersenyum dan melihat ke arah dinding yang bersebelahan dengan Kastil Iblis.
"Raja Iblis bukanlah musuh yang selalu ingin dibalas oleh Emilia."
"..... Eh?"
Chiho tidak bisa memahami maksud dibalik penjelasan yang sederhana ini, dan dia sekali lagi memperlihatkan ketidakyakinannya.
"Tidak hanya itu, ayah Emilia yang dia pikir telah dibunuh oleh Pasukan Iblis, sepertinya masih hidup. Emilia mengejar dan memerangi Raja Iblis seperti ini juga karena ingin membalaskan dendam untuk ayahnya."
Emilia adalah penyelamat Ente Isla, dan selalu bertarung agar bisa mengalahkan Raja Iblis, Chiho juga tahu akan hal ini.
"Logikanya, kalau dia bisa membunuh Raja Iblis, maka Emilia bisa mencapai tujuannya dan mengakhiri perjalanannya. Namun, ayahnya masih hidup, dan Emilia kehilangan penunjuk jalannya karena hal ini."
"Ke-kenapa? Karena ayah Yusa-san masih hidup, maka seharusnya dia tidak perlu memaksakan dirinya untuk membunuh Maou-san yang hidup di Jepang, dan langsung saja mencari ayahnya kan?"
"Lalu kenapa Chiho-dono tidak suka merangkai bunga?"
"....... Ah."
Meskipun Chiho masih butuh beberapa saat untuk memahami maksud di balik kata-kata Suzuno, dia tetap mencoba untuk menjawabnya.
"Karena hal-hal yang sudah kulakukan dan kupercayai semuanya jadi sia-sia?? Karena semua itu menjadi tidak berarti?"
"Normalnya itulah apa yang seharusnya kita rasakan. Meskipun orang lain bisa mengatakan kata-kata mutiara seperti 'tidak ada yang sia-sia dalam hidup' atau 'pengalaman pasti akan berguna suatu hari nanti', tapi nyatanya orang itu sendiri tidak bisa berpikiran terbuka. Meskipun mereka terpenjara dalam ketidakberdayaan saat mereka harus melakukan perangkaian bunga dan mulai meragukan apa yang mereka lakukan sejauh ini, siapa juga yang akan mengomeli orang itu."
"...."
Suzuno mengernyitkan dahinya dengan sedih.
"Apa yang lebih buruk dari itu adalah Emilia sudah pernah dikhianati oleh Ente Isla sekali."
Chiho ingat rekan Emi yang secara tidak terduga memilih menjelaskan hal ini di Kastil Iblis.
"Soal itu, apa itu merujuk pada Gereja yang berbohong dengan mengatakan kalau Yusa-san sudah mati?"
Suzuno mengangguk mengkonfirmasi pernyataan Chiho.
"Kau benar. Jika Ente Isla memberikan komentar positif tentang aksi Emilia sebagai Pahlawan, dan membiarkan dia menerima penghargaan yang layak dia dapatkan, maka Emilia bisa menggunakan dukungan itu untuk mempertahankan tekadnya dalam memerangi Raja Iblis, dan membuat si Raja Iblis itu membayar atas kejahatan yang telah dia lakukan. Namun...."
Suzuno melanjutkan perkataannya dengan ekspresi suram.
"Kenyataannya malah sebaliknya. Gereja, dengan pertimbangan strategi, mengumumkan kalau Emilia sudah mati, dan orang-orang mempercayainya. Gereja, Ente Isla yang telah diselamatkan oleh Sang Pahlawan, menilai kalau mereka tidak membutuhkan lagi keberadaan dari Sang Pahlawan setelah berakhirnya perang melawan Pasukan Iblis, dan mengkhianatinya."
Selanjutnya, Olba, yang mengetahui kalau Emilia masih hidup, bersama dengan Surga, mengalihkan targetnya pada Pedang Suci. Tapi karena mereka takut kalau Emilia masih memiliki kekuatan setelah bertarung melawan Raja Iblis, mereka akhirnya mengirimkan pembunuh untuk menguburnya di dalam kegelapan.
"T-tapi bukankah Emeralda-san dan Alberto-san sedang berusaha keras untuk memperbaiki reputasi Emilia? Bukankah mereka adalah orang-orang hebat di Ente Isla?"
Chiho mencoba mengatakannya dengan energik, tapi ekspresi Suzuno tidak berubah sama sekali.
"Tapi hasilnya tidak sempurna. Otoritas dan kepercayaan Gereja itu sangat kuat, dan bahkan Emeralda pun kesulitan untuk menentang Gereja secara langsung karena dia juga harus mengkhawatirkan reaksi di dalam negeri. Kenyataannya, sebelum aku datang ke sini, sudah ada pendapat di dalam Gereja untuk mencap Emeralda yang sering menentang pendapat Gereja, sebagai seorang pengkhianat."
"Bagaimana mungkin bisa jadi seperti ini.... meskipun yang berbohong adalah....."
"Yang berbohong adalah Gereja. Tapi Gereja tidak bisa mencabut kembali opini yang sudah mereka umumkan. Jika Gereja mengatakan kalau hitam itu putih, maka hitam adalah putih. Itulah dunia kami, atau setidaknya di Benua Barat."
Ucap Suzuno seperti mengejek dirinya sendiri dan menuangkan kembali teh gandum ke dalam gelas.
Suzuno sendiri nampaknya sudah jijik dengan sikap Gereja.
Setelah meletakkan teh gandum ke dalam kulkas, Suzuno yang kembali ke jendela, menghela napas seolah-olah menata kembali perasaannya.
"Alasan Emilia bisa bertarung sebagai Pahlawan selama ini, adalah karena dia memiliki tujuan balas dendam kepada Raja Iblis yang telah membunuh ayahnya. Namun kenyataannya, Raja Iblis bukanlah pembunuh ayahnya, meski begitu, dia tetap tidak bisa memaafkan tindakan brutal yang telah dilakukan oleh Pasukan Iblis, lalu kemarahan yang dia rasakan sebagai seorang Pahlawan itu diinjak-injak oleh kami yang telah dia selamatkan. Tapi meski begitu...."
"Meskipun dia diberitahu kalau kebencian dan kemarahan yang dia bawa selama ini tidak ada artinya, dia tidak bisa menyerah begitu saja, kan?"
"Jika dia tidak mengabaikan perasaan negatif itu, maka Emilia lah yang akan menciptakan kesedihan dan kemarahan yang lain lagi. Hanya menggunakan ingatan dari pada korban, mengembalikan semangat bertarung Sang Pahlawan, dan secepatnya memerangi Raja Iblis!"
Di saat seperti ini, tidak diketahui ekspresi macam apa yang akan ditunjukan oleh Emi dan Maou. Meskipun ini hanya sebuah pertanyaan hipotesis, tapi Chiho masih bisa merasakan rasa sakit yang aneh.
"Jika Raja Iblis ditantang oleh seseorang, maka Alsiel dan Lucifer tidak mungkin akan diam dan tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi, dengan mereka yang sekarang, mereka bukanlah tandingan bagi Emilia. Ketiga iblis itu akan menghilang dari dunia ini. Bisakah Chiho-dono memaafkan hal itu?"
"Aku...."
Tidak bisa memaafkan, namun harus memberikan pengampunan. Tapi pada akhirnya, pengampunan tetap tidak bisa diberikan. Siapa yang harus dimaafkan?
"Bagiku.... Yusa-san juga adalah seseorang yang penting...."
"Emilia juga mengerti hal itu, itulah kenapa saat ini dia berada di dalam keadaan dilema. Logikanya, bagi Emilia, fakta bahwa ayahnya masih hidup adalah berita yang sangat bagus. Tapi dia malah harus kecewa pada dirinya yang tidak bisa merasa senang dengan jujur."
"Yusa-san.... Dia tidak memberitahu Emeralda-san dan Alberto-san soal ini...?"
"Bagaimana bisa Emilia memberitahu mereka. Meskipun kedua orang itu bisa mengerti maksud Emilia yang sebenarnya, apa kau pikir mereka akan mengatakan 'Karena ayahmu masih hidup, maka menyerahlah memerangi Raja Iblis'?"
Dengan kebribadian Emilia, dia tidak mungkin akan menerima hal itu.
"Saat ini, Emilia bahkan tidak tahu warna bunga apa yang harus dipilih, dan hanya bisa berdiri diam di tempat."
Sederhananya, inilah alasan kenapa Emilia memperlihatkan sikap sulit memahami terhadap Maou.
Keragu-raguan di hati Emilia membuat dia tidak bisa mempertahankan kebenciannya dan malah membiarkannya, alhasil, hubungannya menjadi semakin parah dengan Maou.
Emi yang tidak bisa menemukan tempat untuk hatinya, dia kehilangan tujuannya begitu saja.
"Mungkin karena itu.... dia memutuskan mengajari Chiho-dono mantra."
Suzuno tiba-tiba melihat ke arah dahi Chiho dan mengatakan hal tersebut.
"Apa maksudnya itu?"
Menanggapi pertanyaan itu, Suzuno menggunakan jarinya yang memegang kipas untuk menunjuk ke arah kepala Chiho.
"Ingatan yang Chiho-dono ceritakan pada Emilia.... tentang pria yang berdiri di ladang gandum; kalau dipikir dengan seksama, itu pasti adalah ayah Emilia. Selain itu, berkaitan dengan kata 'Acies Ara'....."
Ucap Suzuno dengan enggan.
"Acies Ara. Dalam bahasa Pusat Perdagangan di Ente Isla, itu berarti Pedang Bersayap."
"Pedang Bersayap?"
"Meski tidak bisa dimengerti hanya dengan melihat katanya saja, tapi bersama kita, ada seseorang yang namanya berkaitan dengan Sayap."
Chiho yang segera memikirkan jawabannya, menahan napasnya.
"Alas Ramus-chan..... namanya berarti 'Cabang Bersayap' kan?"
Suzuno mengangguk, wajahnya dipenuhi dengan kekaguman.
"Benar, ada 80-90% kemungkinan kalau Acies Ara adalah istilah yang berkaitan dengan Alas Ramus atau Fragmen Yesod. Camio sepertinya juga menyebutkan kalau ada dua Pedang Suci."
Suzuno mengatakannya untuk mencari kepastian, dan Chiho mengangguk setelah mendengarnya.
"Mungkin Acies Ara ini adalah nama dari Pedang Suci yang lain.... tidak, itu mungkin mengacu pada eksistensi yang ada di dalam pedang. Kalau begitu, bagi Emilia, ayahnya yang masih hidup, Alas Ramus yang muncul di Kastil Iblis, dia yang punya 'Evolving Holy Sword, Better Half', sekaligus cincin Chiho-dono, tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, semua yang terjadi di sekitar Emilia seperti sudah direncanakan sebelumnya, dan pelakunya kemungkinan....."
Meskipun bagian akhir kalimat tersebut tidak diucapkan, Chiho yang sudah menyaksikan semua pertarungan yang terjadi di Jepang, juga bisa tahu jawabannya.
"Ibu..... Yusa-san?"
Ketika Emi berada di rumah sakit, dia tanpa sadar mengucapkan suatu kalimat.....
"... kenapa... meskipun dia terus mengawasi kami, kenapa dia tidak datang menemuiku...."
Di dalam kata-kata yang Emilia peras keluar itu, pemikiran macam apa yang tertanam di dalamnya?
"Entah itu Sariel-sama, Gabriel, Raguel, Camio, atau Ciriatto, dan bahkan Barbariccia dan Olba-sama, bisa dikatakan kalau mereka telah dimanipulasi oleh ibu Emilia dengan berbagai cara. Tidak, mungkin seluruh Ente Isla juga seperti itu. Bagaimanapun juga, perang yang diakibatkan pedang suci Emilia saat ini terjadi di Ente Isla. Chiho-dono, jika itu kau, apa yang kau rasakan?"
"Tentang apa?"
"Jika ibu Chiho-dono meninggalkan rumah semenjak kau masih kecil, tidak pernah kembali sama sekali, dan menyebarkan bibit-bibit kekacauan di mana-mana yang akan melibatkan keluargamu, temanmu, orang lain, atau bahkan seluruh dunia, lalu dia melempar seluruh tanggung jawabnya pada Chiho-dono."
Chiho yang menanyakan hal tersebut, mencoba untuk membayangkannya.
Jika ibunya adalah seorang mata-mata dari suatu negara, dan setelah menikah tanpa didasari cinta dengan ayahnya, ibunya malah meninggalkan dirinya di Jepang dan pergi dari rumah, kemudian terus menerus memanipulasi berbagai konflik yang menyebabkan banyak orang mati, lalu tiba-tiba suatu hari mengirimkan surat kepadanya yang bertuliskan 'takdir dunia bergantung padamu', melempar dia ke dalam perang antar teroris dengan seluruh pemandangan yang dipenuhi senjata nuklir, menjalani latihan yang ketat dan cukup keras untuk mematikan semangat, menjadi Tim Khusus Amerika yang terkenal di seluruh dunia, lalu setelah mengetahui kalau ayahnya adalah dalang dibalik semua insiden ini, dan ibunya setelah mengalami banyak pertumpahan darah dan tragedi, akhirnya tertembak peluru dalam pertarungan untuk menghentikan ayahnya, dan mati di pelukannya setelah mempercayakan semuanya kepadanya.
"Satu-satunya orang yang bisa menghentikan ayah adalah aku... aku tidak akan ragu meskipun aku harus mati bersamanya."
"Kenapa malah jadi seperti itu, dan apa hubungannya ayahmu dengan semua ini?"
Chiho mengedipkan matanya karena bantahan Suzuno, dan kemudian dengan panik menarik dirinya kembali ke kenyataan dari dalam film Hollywood yang dia bayangkan.
"Well, singkatnya..."
Meski suasana malah jadi tertekan karena imajinasi aktif Chiho, Suzuno terbatuk sekali dan mengatakan,
"Karena dia menghadapi situasi seperti ini, Emilia tidak bisa bersikap seperti dia yang biasanya. Mengingat metode pembelajaran pertahanan diri Chiho-dono, itu tidak hanya akan menjamin keselamatan Chiho-dono, tapi juga bisa mengubah pace Emilia, tentu saja, aku, tidak punya alasan untuk menentang hal ini. Yah, meski begitu kata-kata ini pasti akan membuat Emilia marah."
Suzuno mengatakannya sambil tersenyum kecut.
"Bagaimanapun juga, sampai saat ini, Emilia hanya dibimbing oleh pemikiran balas dendam dan tugas, dia tidak pernah punya waktu untuk berpikir atau merasa gelisah dengan jalan hidupnya. Namun, dari hasilnya, karena Emilia datang ke Jepang, bisa dikatakan dia diberikan kesempatan untuk memikirkan kembali jalan hidupnya."
Suzuno berdiri dan mengambil gelas kosong miliknya dan milik Chiho untuk direndam di dalam air.
"Kesimpulannya, untuk saat ini, akan lebih baik kalau Emilia dan Raja Iblis tidak berinteraksi dulu. Untungnya, MgRonald sudah kembali buka, dengan ini, aku, Emilia, dan Raja Iblis tidak perlu berhati-hati lagi."
"Eh, apa maksudnya itu?"
"Apa kau ingat para iblis yang menyerang Choshi? Sepertinya sekelompok iblis yang dipimpin oleh Barbariccia memiliki pandangan yang berbeda dengan Camio, dan menyerang Ente Isla di bawah perintah Olba-sama."
"Eh, apa tidak apa-apa seperti itu?"
Iblis dari Dunia Iblis melanggar perintah dari Raja Iblis Maou dan membuat pasukan baru, dan saat ini mereka diperintah oleh Olba dari balik bayangan, bukankah itu situasi yang sangat serius?
"Itu adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi dibandingkan dengan penyerangan kali ini, Emilia dan aku lebih khawatir kalau Maou dan Alsiel diculik oleh para iblis itu dan dibawa ke Ente Isla untuk menjadi pemimpin Pasukan Iblis yang baru. Meskipun Raja Iblis nampak tidak senang dengan perbuatan Barbariccia, tapi kami tetap tidak boleh lengah."
"O-ohh..."
Chiho tidak bisa mengerti kenapa situasi yang bisa membuat orang lain berpikir kalau itu adalah sesuatu yang buruk hanya dengan mendengarkannya saja, jadi ada hubungannya dengan pembukaan kembali MgRonald.
"Bukankah Sariel-sama ada di Sentucky yang berada di seberang jalan? Meskipun ada tingkah laku yang tidak stabil dari para malaikat itu, tapi aksi mereka tidak ada hubungannya dengan grup Barbariccia. Jika mereka ingin menyerang Raja Iblis ketika dia sedang bekerja, itu pasti akan melibatkan manajer Kisaki, jika sudah begitu, Sariel-sama tidak mungkin akan mengabaikan hal ini. Tapi, meski begitu, aku sedikit merasa bersalah terhadap manajer Kisaki karena secara sepihak telah memberinya tanggung jawab menjadi sesuatu seperti mekanisme pertahanan."
"Ah....."
"Tentu saja, aku tidak berpikir kalau Sariel-sama dan Raja Iblis bisa berdiri di garis yang sama, tapi kalau para iblis itu merasakan keberadaan sihir suci setingkat Sariel-sama, mereka mungkin tidak akan berani mendekat. Tidak peduli bagaimana para iblis dan Olba-sama mengamatinya, mereka harusnya tidak mau ambil resiko dengan memprovokasi seorang Malaikat Agung. Jika mereka tidak berhati-hati, Surga bisa saja menjadikan grup Barbariccia sebagai target."
Chiho mencoba membayangkan posisi seperti apa yang Sariel miliki di dalam rencana Suzuno.
Hal yang paling penting adalah, Sariel yang tidak punya hubungan langsung dengan Olba dan Barbariccia, pasti bisa menghalangi rencana mereka.
Dan kuncinya adalah perasaan Sariel terhadap Kisaki.
Chiho yang segera memahami situasinya, berkomentar karena mengingat suatu insiden.
"Ah.... De-dengan situasi saat ini, itu mungkin akan jadi sedikit sulit."
"Apa?"
Suzuno yang berada di dapur, menoleh dan bertanya dengan bingung.
"Sa-Sariel-san.... Saat ini, mungkin tidak bisa bertarung apapun yang terjadi."
Bagi Suzuno, kata-kata Chiho sudah seperti petir yang datang tiba-tiba.
"A-apa maksudnya itu?"
"Se-sebenarnya, di hari sebelum kita pergi ke Choshi....."
Chiho memberitahu Suzuno, setelah Kisaki melihat Sariel menggoda Chiho, dia langsung melarang Sariel memasuki MgRonald, dan Sariel pun memasuki masa-masa tidak bisa melakukan apapun karena syok yang dia terima.
"Setelah itu, meskipun aku beberapa kali melihat Sariel-san, tapi setiap kali itu juga, dia selalu menunjukan eskpresi suram yang bisa membuat orang lain berpikir 'jadi, manusia juga bisa depresi sampai seperti ini ya', meskipun dia mengenakan seragam Sentucky dan pergi keluar, keberadaanya tetap sangat lemah, bahkan anjing pun menganggap dia seperti tiang telepon dan mengencinginya."
Karena situasi ini terdengar sangat menyedihkan, Suzuno sesaat hanya bisa mematung tidak percaya.
Dan di saat yang sama, sebuah ingatan yang mengkhawatirkan mencuat di pikiran Suzuno.
Suzuno ingat reaksi lemah yang dia temukan saat dia memancarkan sonar di Yoyogi Docodemo Tower selama kekacauan yang disebabkan oleh Gabriel dan Raguel.
"Hahaha, ja-jangan bercanda. Tidak peduli apapun alasannya, dia masihlah Malaikat Agung kan? Mana mungkin......."
Meski begitu, Suzuno tetap mencoba mengkonfirmasinya sekali lagi karena sulit bagi dia untuk mempercayainya, Chiho menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sulit dan menjawab,
"Dan anjing itu adalah chihuahua."
Tidak hanya tidak bisa dianggap sebagai sebuah jawaban, hal itu juga adalah informasi yang paling tidak penting untuk saat ini.
Suara Chiho yang keras dan tegas menggema di dalam restoran.
Suara keras ini tidak hanya membuat beberapa pelanggan penasaran dengan apa yang terjadi dan menoleh ke arah Chiho, bahkan ada juga pelanggan yang berhenti di depan pintu masuk secara refleks. Maou dan pegawai lainnya yang terkejut juga menolehkan kepala mereka untuk memperhatikan Chiho.
"Hm, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi memiliki semangat tinggi adalah hal yang bagus."
Hanya ada satu orang yang tidak terpengaruh... Berdiri di sebelah Chiho, Kisaki meletakkan tangannya di bahu Chiho dan berkata,
"Tapi, kau harus lebih memperhatikan jarak dengan pelanggan. Meskipun kau tidak berteriak dengan keras pun, para pelanggan masih bisa mendengarmu."
"Ah, ba-baik, maafkan aku..."
Chiho yang menyadari volume suaranya, mulai melayani pelanggan yang ada di depan konter sambil tersipu.
Dan selama seluruh proses itu, Maou terus mengawasi Chiho dengan cemas.
Sudah seminggu semenjak Chiho menerima pelajaran dari Emi dan Suzuno dalam pengaktifan sihir suci.
Sebagai seorang siswa, hari ini adalah hari pertama Chiho kembali ke MgRonald yang kembali buka untuk bekerja, karena dia sering menggunakan suara keras untuk berteriak seperti tadi di hari pertamanya, dia pun terlihat begitu menonjol.
Logikanya, Chiho adalah orang yang tahu kapan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan sesuatu, tapi karena dia baru menjalani pertandingan berteriak beberapa hari yang lalu, mau tidak mau itu membuat dia menjadi kaku dalam mengontrol volumenya, yang bahkan menakuti para pelanggan beberapa kali.
"Memiliki motivasi memang sangat bagus, tapi sepertinya aku tidak bisa membiarkan Chi-chan menangani konter cafe di atas untuk sementara. Karena staff yang ada tidak cukup, awalnya aku berharap Chi-chan bisa pergi ke atas."
Ucap Kisaki dengan penuh penyesalan. Ketika Maou mendengarkan hal tersebut, dia langsung merasa gelisah karena ketidakberdayaannya. Adapun alasan kenapa Chiho menyapa para pelanggan sekeras itu, tentu saja adalah untuk melaksanakan latihan aktivasi sihir suci.
Akan tetapi, mempertimbangkan kegunannya, tidak ada banyak tempat di Jepang di mana seseorang bisa berteriak secara terus menerus tanpa dicurigai oleh orang lain.
Tidak hanya akan dimarahi oleh orang tuanya karena membuat keributan di rumah, hal itu juga akan menyebabkan masalah untuk tetangganya. Dan jika gadis seumuran Chiho berteriak dengan keras di taman, hal itu sudah cukup untuk membuat seseorang menelepon polisi. Tentu saja, pemandian yang mereka gunakan tempo hari bukanlah sebuah pilihan.
Meski begitu, Chiho juga tidak bisa pergi ke tempat karaoke setiap hari untuk berlatih.
Karena itulah, Chiho hanya bisa memilih waktu seperti ini ketika dia bisa berteriak dengan keras, tapi jika terlalu bersemangat latihan malah berujung pada terganggunya kehidupan sehari-hari Chiho, itu akan jadi seperti menaruh kereta di depan kuda.
Setelah mendengar alasan Emi dan Suzuno mengajarkan mantra kepada Chiho, Maou dan yang lainnya pun nampak bisa menerima hal tersebut.
Saat ini, berkaitan dengan Chiho yang memiliki ingatan tentang Maou dan yang lainnya, itu adalah sebuah kelemahan fatal bagi mereka. Dan, memastikan apakah Ente Isla, Dunia Iblis, ataupun Olba yang bergerak di balik bayangan tidak akan memfokuskan serangan mereka di titik tersebut, adalah sesuatu yang sulit.
Jika situasi berubah menjadi seperti itu, maka membiarkan Chiho mempertahankan ingatannya serta membuat dia memiliki mantra yang bisa digunakan untuk meminta bantuan Maou atau yang lainnya berdasarkan situasi yang ada, bisa dipastikan adalah serangan balasan yang sangat efektif.
Meski begitu, bagi Chiho, sekolah dan bekerja adalah rutinitas normal penting yang tidak bisa dia abaikan.
"Chi-chan, bisakah aku menganggumu sebentar?"
Mengambil kesempatan saat pelanggan mulai berkurang, Maou memberi isyarat kepada Chiho.
".... Maafkan aku, ini pasti berkaitan dengan volumenya kan?"
Chiho nampaknya tahu alasan Maou memanggilnya dan menjawab dengan kepala tertunduk.
"Ah....."
Melihat wajah bersalah Chiho, Maou merasa sangat bertentangan. Bagaimanapun, Chiho hanya berusaha keras agar tidak menjadi beban untuk Maou, Emi dan yang lainnya.
"Yah baguslah kalau kau tahu. Tapi kau juga harus menghargai kehidupan normalmu, okay?"
"Baik."
Chiho menjawab dengan sikap yang agak lelah.
"Jika ini terus berlanjut, Kisaki-san tidak akan mengizinkanmu naik ke atas."
"Itu benar.... yeah, aku harus memperbaiki sikapku, kan?"
"Benar, begitulah."
Maou yang mengangguk dengan paksa, melihat Kisaki yang mengangguk puas di sudut pandangannya.
"Namun.... Meski aku mengesampingkan masalah ini, aku masih berpikir kalau aku tidak akan bisa naik ke atas."
Chiho menunduk kurang percaya diri, tindakan ini sama sekali tidak cocok dengan gayanya yang biasa.
"Ah.... Huuh, bukan berarti aku tidak bisa memahaminya."
Maou menggaruk wajahnya dan menyetujui hal itu dengan gelisah.
'Ke atas' yang kedua orang itu sebutkan, tentu saja mengacu pada MdCafe yang berada di lantai 2.
Satu minggu telah terlewati semenjak MgRonald kembali buka.
Para kaum pekerja di distrik bisnis terdekat memang tidak ikut dipertimbangkan di sini, tapi karena festival Obon, periode waktu di mana dompet menipis kini telah terlewati, situasi bisnis bagi restoran pun masih dianggap cukup baik.
Selain pelanggan reguler, harga yang ditetapkan lebih rendah daripada cafe pesaing, benar-benar bisa memperluas basis pelanggan yang bahkan sampai merambah para pebisnis yang membawa klien sekaligus istri mereka.
Karena tidak ada pembagian yang tegas antara kursi di MgRonald dan MdCafe, ada juga pelanggan yang memesan menu normal dan membawanya ke atas untuk dimakan, sementara untuk bagaimana meningkatkan pergantian meja menu kopi, adalah masalah lain lagi untuk ke depannya.
Karena ini adalah pembukaan kembali setelah waktu yang cukup lama, dan karena manajer Kisaki dengan tegas mengawasinya mulai dari pembukaan sampai penutupan, beberapa pelanggan reguler lama juga langsung kembali berdatangan.
Diam-diam beberapa orang juga nge-fans dengan Kisaki, dan ketika mereka mengetahui kalau di lantai dua ada foto Kisaki yang dibingkai bersama sebuah sertifikasi kuasa berwarna hijau, mereka bahkan mengambil gambar dari foto tersebut dengan kamera HP mereka.
Dengan mempertimbangkan situasi ini, MdCafe sudah dianggap memiliki awal yang cukup baik, tapi melihat situasi saat ini, tidak hanya Maou dan Chiho, sebagian besar pegawai di sana tidak memiliki kepercayaan diri untuk bekerja di MdCafe.
Alasannya adalah....
"Apa yang sebaiknya kita lakukan agar bisa membuat kopi enak seenak itu?"
Tidak aneh bagi Chiho yang menjadi bingung karena hal ini.
Kopi yang dibuat Kisaki, entah kenapa terasa begitu enak.
Meskipun itu sama-sama white gold roasted coffe dengan makanan normal, tapi ketika pesanan MdCafe dibuat, ada perbedaan besar antara pesanan yang dibuat Kisaki dan pesanan yang dibuat oleh pegawai lainnya.
Kopi MdCafe berbeda dari model biasanya, mereka tidak menggunakan cangkir plastik, melainkan menyajikannya ke pelanggan dengan menggunakan mug.
Meskipun mengadaptasi bentuk cafe, tapi poin unik dari makanan siap saji masihlah segi kecepatan dan kualitas produknya, dan tentu saja, MdCafe hanyalah salah satu tipe dari berbagai jenis tipe bisnis seperti itu. Perbedaan dari white gold roasted coffe di antara keduanya adalah karena MdCafe memiliki mesin kopi khusus sendiri.
Berbeda dengan mesin kopi model minuman bar yang bisa menggiling biji kopi dalam jumlah yang besar dan membuang mereka di waktu yang sudah ditentukan, karena biji kopi harus digiling dari awal setiap kali menggunakan mesin kopi MdCafe, tentu akan ada perbedaan teknik masing-masing individu sampai ke suatu titik, tapi hal itu masih dalam penggunaan mesin, dan bukan menggunakan alat khusus seperti mesin penggiling kopi manual.
Kisaki sudah mengajari para pegawai cara menggunakan mesin MdCafe, tapi karena alasan yang tidak diketahui, bahkan jika mereka mengambil dan membandingkannya dengan cafe-cafe lain, setiap jenis kopi MdCafe yang Kisaki buat selalu bisa melampaui mereka semua.
"Kita menggiling biji kopi yang sama, menuangkan air dengan temperatur yang sama, dan bahkan menggunakan tipe susu yang sama, tapi kenapa hasilnya sangat berbeda.....?"
Maou dan Chiho tidak sering meminum kopi, tapi setelah mencobanya sendiri, mereka masih bisa merasakan perbedaan antara buatan mereka dengan buatan Kisaki, ada sebuah perbedaan nyata dalam segi 'kualitas'.
Setidaknya seluruh pegawai yang sudah merasakan kopi buatan Kisaki sebelumnya, percaya kalau hanya dengan prosedur pengoperasian yang biasa saja, mereka tidak akan bisa membuat kopi dengan rasa yang sama seperti buatan Kisaki.
"Tapi kalau kita masih tidak bisa menyusun shift kerjanya, kita tidak akan bisa melakukan pekerjaan kita dengan baik."
Mempertimbangkan pembukaan MdCafe yang baru diselenggarakan beberapa yang hari lalu, Kisaki terlihat sering berada di restoran saat jam kerja, tapi karena dia adalah pegawai tetap, sulit menghindari hari di mana dia tidak bisa berada di restoran.
Di saat seperti itu, mereka tidak bisa begitu saja menutup bagian MdCafe hanya karena Kisaki tidak ada.
"Tapi di antara kopi kita dan kopi Kisaki, mana rasa yang lebih diharapkan oleh perusahaan?"
"Rasa yang diharapkan perusahaan?"
Chiho yang tidak mengerti maksud di balik kata-kata Maou, berpikir sambil memiringkan kepalanya.
"Ya ampun, bagaimanapun juga, MgRonald adalah sebuah waralaba. Karena setiap restoran harus menyediakan kualitas rasa yang sama, dalam kasus Kisaki-san, itu bukanlah 'kualitas yang sama' tak peduli bagaimanapun kau melihatnya kan?"
"Apa itu tidak diperbolehkan? Jika rasanya tidak enak, tentu saja akan menyebabkan masalah, tapi meskipun harganya sama, kopi buatan Kisaki-san jauh lebih enak dari kopi normal lainnya."
Maou melirik ke arah pamflet yang ada di samping kasir karena kata-kata Chiho.
Melihat ke arah luar dari belakang konter, harga menu utama dari MdCafe bisa dilihat di belakang pamflet tersebut, Cafe au lait dan Latte yang mereka sebutkan sebelumnya, dibanderol dengan harga 250 yen.
"Memang terdengar bagus seperti itu, tapi dari sudut pandang orang lain, itu sama saja bagi orang yang tidak meminum kopi Kisaki-san, mereka menggunakan harga yang sama untuk meminum kopi dengan kualitas yang lebih rendah."
"...... Ah!!"
Sejenak berpikir, Chiho akhirnya mengerti maksud Maou.
"Karena bagaimanapun juga, MgRonald adalah waralaba berskala besar. Jika 'kualitas melebihi batas' tidak dibuat konsisten, maka filosofi menyediakan kualitas makanan yang sama akan jadi rusak. Jika kualitasnya bisa ditingkatkan tanpa otorisasi selama harganya masih sama, maka para pegawai akan menggunakan uang mereka, dan diam-diam membeli biji kopi Blue Mountain. Jika setiap cabang melakukan hal ini, maka itu tidak bisa lagi disebut MgRonald, kan?"
Di sisi lain, meskipun di luar sana ada banyak waralaba dengan area yang fleksibel, toko, ataupun spesialisasi pegawai, tapi setidaknya MgRonald tidak menggunakan arah operasi semacam itu.
Adapun apakah Kisaki mengabaikan peraturan perusahaan dan memakai bahan lain untuk membuat kopi atau tidak.....
"Tapi kopi yang dibuat oleh Kisaki-san, dia menggunakan mesin, biji kopi, susu, dan cangkir yang sama dengan kita kan?"
"..... benar.... itulah kenapa hal ini sangat mengherankan."
Setelah dibantah oleh Chiho, Maou terlihat sangat gelisah.
Hal tersebut menunjukan kalau ada sesuatu yang kurang dari Maou dan yang lainnya, tapi mengenai apa sesuatu yang kurang itu, meskipun mereka sudah mengikuti standar prosedur pengoperasiannya dengan teliti, mereka masih tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Karena itu tidak ada hubungannya dengan latihanku, kenapa kita tidak coba bilang 'jadilah lezat~' dengan penuh perasaan, ketika kita menyeduhnya..."
"Tanpa berbicara soal hati, jika mereka ingin meningkatkan kualitas dengan menggunakan suara, maka seharusnya mereka melakukannya ketika sedang menanam biji kopinya kan?"
"Atau mungkin ketika Kisaki-san membuat kopi, background musik di dalam restoran harus Mozart atau semacamnya gitu."
"Mustahil. Saat ini efek Mozart masih belum memiliki dasar-dasar sains."
Pada akhirnya, sehubungan dengan rahasia kopi buatan Kisaki, tetap tidak ada kesimpulan apapun yang didapatkan tak peduli bagaimana mereka mendiskusikannya.
Meskipun ada banyak pelanggan yang datang sebelum akhir waktu makan malam, tapi sekarang jam sudah menunjukan pukul 10pm, dan itu adalah waktu di mana siswa SMA seperti Chiho harus segera pulang.
Maou berbicara dengan Chiho yang sudah berganti ke pakaiannya yang biasa dan berjalan keluar dari ruang karyawan.
"Sampai jumpa, berhati-hatilah ketika pulang ke rumah, okay?"
"Yeah, terima kasih atas kerja kerasnya."
Chiho membungkuk ke arah Maou dan para karyawan yang masih tersisa.
"Jika terjadi sesuatu, gunakan suara yang sudah kau latih sebelumnya untuk berteriak dengan keras!"
"Eh... Ah, hm, bagaimana aku harus menjawabnya?"
Chiho yang menyadari kalau Maou sedang menggodanya, setelah berpikir sejenak, dia pun menggenggam HPnya dengan wajah memerah.
"Yeah, berhati-hatilah, dan......"
"Apa lagi?"
Menghadapi Chiho yang sedang marah.....
"Aku masih belum mengatakan hal ini padamu, tapi terima kasih sudah berusaha keras demi diriku."
Maou mengatakannya dengan suara lembut yang tidak bisa didengar oleh karyawan lain, sementara itu, Chiho pun tersipu, dan kali ini karena alasan yang bertentangan dengan apa yang membuatnya marah.
"I-itu bukan seperti aku melakukannya hanya demi Maou-san!"
Meski begitu, Chiho tetap berjalan keluar dengan cepat karena masih memendam dendam terhadap Maou yang mengejeknya.
Jarang sekali Chiho membawa tas berukuran besar. Mengingat waktu saat ini, dia seharusnya tidak memiliki rencana apapun setelah ini, jadi mungkin dia berlatih di suatu tempat saat siang hari.
Ketika Maou mengangkat bahunya, menghela napas, dan mulai membuat persiapan untuk menutup restoran....
"Ah.... Chi-chan sudah pulang?"
Kisaki turun dari lantai dua.
Maou jadi sedikit ragu. Karena sebelumnya Chiho sudah berganti pakaian dan bersiap-siap pulang, dia seharusnya sudah melapor pada Kisaki terlebih dahulu.
"Setelah itu, apa dia terus berteriak-teriak?"
Adalah sebuah kejadian yang sangat langka, Kisaki bertanya tentang kondisi Chiho dengan wajah lelah tanpa memberikan kesan mendominasi.
".... Ada apa? Apa kau merasa tidak enak badan?"
Bukanlah sesuatu yang aneh jika Maou menanyakan hal tersebut sebelum menjawab pertanyaan Kisaki.
Bahkan Maou, sebagai seorang Raja Iblis, tidak pernah mengenal orang seperti Kisaki yang tidak tahu apa makna dari kata capek. Sebagai seorang manajer, ada saat di mana Kisaki tidak berada di restoran selama seharian penuh, dan saat di mana dia sibuk dari pagi sampai malam karena penyusunan jadwal kerja, tapi tanpa diketahui metode rahasia apa yang dia punyai, dia tidak pernah menunjukan tanda-tanda lelah di hadapan para pegawainya.
Dan Kisaki, kali tidak hanya menggunakan tangan kirinya untuk memijat pelipisnya, lingkaran mata hitam juga muncul di bawah matanya, bahkan suaranya pun kehilangan nada tegasnya. Hal itu tentu membuat para pegawainya khawatir dengan kondisi kesehatan Kisaki.
"Ah... Maafkan aku."
Kepala Kisaki mendongak setelah mendengar pertanyaan Maou, dan dalam situasi yang sangat langka, dia mengamati seluruh tempat duduk pelanggan dengan panik. Akhirnya pun dia menghela napas lega karena alasan yang tidak Maou ketahui, dan memberikan sebuah senyum kecut.
Asal kalian tahu, area tempat duduk di lantai pertama, masih mempertahankan model yang biasa, dan di sana hanya ada dua kelompok pemuda yang terlihat seperti mahasiswa sedang berbincang-bincang, sementara tempat duduk sisanya semuanya kosong.
"Akhirnya semuanya sudah pulang, ini benar-benar bukan gayaku. Semua ini ternyata lebih sulit ditangani daripada yang kuperkirakan, melelahkan sekali."
Maou kembali terkejut.
Tanpa membahas kata 'semuanya sudah pulang', kata-kata depresi seperti 'melelahkan sekali', sulit dibayangkan bisa keluar dari mulut Kisaki.
Maou memiringkan kepalanya untuk melihat layar LCD baru yang ada di pojok konter lantai pertama.
Layar itu adalah peralatan yang baru dipasang untuk karyawan di lantai pertama agar bisa memastikan situasi tempat duduk di lantai kedua, tapi melihat ke sana, saat ini sudah tidak ada siapapun di lantai dua.
"A-apa yang terjadi...?"
Kisaki mengerutkan dahinya dan memijat-mijat pundaknya, semenjak Maou bekerja di MgRonald, ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan adegan tersebut.
Meskipun nada Maou terdengar goyah, namun Kisaki hanya menatap Maou dengan heran dan tidak menjawab pertanyaannya.
"Jadi apa yang terjadi pada Chi-chan?"
"Y-yeah, meskipun ada beberapa keadaan genting, tapi semuanya normal setelah itu."
"Begitu ya?"
Kisaki mengangguk takjub, dan memutar bahunya ke belakang dengan kuat.
"Sepertinya Chi-chan juga menemukan tujuan baru."
"Hah?"
Maou membelalakkan matanya kaget.
Saat ini Chiho memang mengejar sebuah tujuan, dan berteriak dengan keras adalah salah satu tahapannya.
Kisaki dengan acuh tak acuh menggunakan mesin kasir di lantai pertama untuk membuka tabel pendapatan hari ini. Meskipun kelihatannya dia mengucapkan kalimat tersebut dengan santai, tapi kenapa dia bisa berpikir seperti itu?
Setelah debaran jantung itu mereda, Maou merasakan sesuatu yang aneh dalam pemilihan kata-kata Kisaki.
"Boleh aku tahu apa yang kau maksud dengan 'Chi-chan juga'?"
".... Uh?"
Kisaki menahan napasnya karena pertanyaan Maou, dan segera menggelengkan kepalanya seolah-olah menyesali sesuatu.
"Ah, aku hanya sedikit lelah, jangan terlalu dipikirkan."
Ucap Kisaki dengan suara rendah.
Hanya dengan mendengar kalimat tersebut, rasa penasaran Maou jadi berbalik 180 derajat dan menjadi tenang.
Sepertinya pertanyaan itu jauh lebih tajam daripada yang dia bayangkan. Hubungan antara Maou dan Kisaki saat ini belum berada di posisi di mana dia bisa terus menanyakan hal tersebut.
"Kalau begitu, boleh aku bertanya hal lain yang terus menggangguku?"
"Hm?"
"Baik Chi-chan dan aku merasa sangat bingung, meskipun kita menggunakan mesin yang sama untuk membuat kopi, kenapa rasa antara buatan Kisaki-san dan buatan kami....."
"ah?"
".... sangat berbeda...?"
Rasa takut seperti diserang oleh seseorang, tiba-tiba menyerang Maou, meskipun rasa ingin tahunya sudah berbalik 180 derajat. Maou menanyakan pertanyaan tersebut untuk mengembangkan dirinya, tapi setelah mendengar jawaban Kisaki yang diucapkan dengan nada yang begitu rendah serta memberikan aura yang berbahaya, volume suara Maou di akhir kalimatnya menjadi semakin pelan.
Kisaki menatap Maou dengan tatapan yang cukup untuk membuat seorang Raja Iblis gemetar ketakutan.
Di mata orang lain, periode waktu ini hanya berlangsung tidak lebih dari 1 detik. Tapi bagi Maou, itu seperti berlangsung selamanya. Namun, di momen selanjutnya, pandangan Kisaki tiba-tiba berubah, dan bahkan garis pandanganya pun mulai goyah.
Maou mulai merasa kalau tidak akan ada hal lain lagi yang bisa mengagetkannya hari ini.
Ketika pandangan Kisaki beralih dari Maou selama 0,1 detik, terlihat goyah, dan kembali ke posisinya semula, Maou merasa seperti melihat ekspresi lengah dan tanpa penjagaan yang tidak pernah dia bayangkan bisa ada di wajah Kisaki yang biasanya.
".... Maafkan aku, tolong tunggu sebentar."
Kisaki menutup tabel penghasilan harian, dan berjalan menuju ruang karyawan setelah meminta maaf dengan jujur. Kisaki seharusnya menyadari kalau Maou sudah mengetahui konflik internal yang terjadi di dalam dirinya. Dari bagaimana dia tidak membuat alasan apapun, itu masihlah Kisaki yang biasanya.
Maou merasa gelisah karena melihat berbagai ekspresi dari Kisaki yang tidak biasa dalam lima menit terakhir. Maou menatap pintu ruang karyawan dengan bingung, dan mendengar suara printer tua dari dalam. Setelahnya, Kisaki pun keluar sambil memegang sebuah kertas.
Dan ketika Kisaki keluar, dia menunjukan ekspresi tersipu yang aneh saat tatapannya bertemu dengan tatapan Maou, hal ini juga sangat mengejutkan.
"Kalau kau tertarik, apa kau ingin mencobanya?"
Kisaki menyerahkan kertas di tangannya kepada Maou.
Meski ada banyak hal yang harus dikhawatirkan, Maou tetap melirik isi dari kertas tersebut.
"MgRonald Barista?"
Setelah melihat judulnya, Maou merasa sedikit bingung.
Membicarakan soal barista, hal pertama yang terlintas di pikiran kita pastinya adalah ballista yang terpasang di dinding kastil atau di kereta tempur.
(T/N : Ballista, itu kayak sejenis panah ketapel itu lo, yang biasanya ada di film-film perang, lengkapnya search di google aja)
((T/N : Di lidah orang Jepang, L sama R itu cara pengucapannya mirip, jadi Barista diplesetkan menjadi Ballista))
Karena Maou mencoba membayangkan menembak hamburger dengan menggunakan panah, dia hampir tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau tahu apa barista itu?"
"Itu seharusnya.... merujuk pada panah kan?"
"Kau bilang apa?"
"Ti-tidak... Aku tidak pernah mendengarnya."
Maou dengan jujur menjawab pertanyaan Kisaki.
"Huuh, itu mungkin masih belum menjadi istilah yang umum. Kau harus tahu kalau di Jepang, istilah tersebut merujuk pada seseorang yang ahli dalam bidang kopi."
"Ahli dalam bidang kopi?"
Maou mengulangi kata-kata Kisaki dan melihat dokumen yang ada di tangannya.
Sepertinya ini adalah penjelasan yang diambil dari pemberitahuan karyawan MgRonald.
Agar para karyawan dipastikan bisa menangani produk-produk MgRonald dan menyediakannya kepada para pelanggan, pimpinan daerah perusahaan MgRonald, dan berbagai cabang pun membuka kursus terkait akan hal itu.
Meskipun kursus ini dibuka untuk karyawan reguler, tapi nampaknya selama ada standar pengalaman kerja tertentu dan membayar sejumlah biaya kursusnya, bahkan karyawan paruh waktu pun bisa berpartisipasi dalam kursus 'MgRonald Barista' ini.
Sementara untuk isinya, kursus ini mengajarkan cara menyeduh kopi untuk seri MdCafe. Dengan berpartisipasi latihan dalam satu hari, pengetahuan khusus tentang pengoperasian mesin dan pemrosesan biji kopi pun bisa dipelajari.
"Perusahaan telah menetapkan aturan bagi cabang manapun yang memiliki MdCafe di dalamnya harus diawaki oleh seseorang dengan kualifikasi 'MgRonald Barista'."
"Be-begitu ya..."
Itu artinya memang ada perbedaan mendasar antara seorang Barista dengan orang seperti Maou dan yang lainnya, yang hanya mengoperasikan mesin kopi berdasarkan standar prosedur penggunaannya saja.
Meskipun sangat diragukan kalau perbedaan rasa yang ekstrem bisa diciptakan hanya dengan satu hari kursus dan latihan, tapi di mata Maou, tanpa memikirkan apakah dia bisa melampaui kopi buatan Kisaki atau tidak, dan hanya agar bisa memperoleh pengetahuan khusus dalam menangani sebuah produk, hal itu sudah cukup menarik perhatiannya.
"Namun dalam istilah barista, awalnya tidak merujuk pada seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang kopi."
"Eh?"
Kisaki tiba-tiba berbicara, dan membuat Maou yang baru memastikan tanggal kursus tersebut, mengangkat kepalanya.
"Kata Barista berasal dari bahasa Italia. Karena bar di Italia adalah tempat yang menyediakan makanan ringan dan berbagai minuman, dibandingkan dengan bartender yang merupakan seorang professional dalam hal minuman beralkohol, barista adalah seorang professional dalam hal minuman tidak beralkohol termasuk kopi, untuk melayani para konsumen. Meskipun kesadaran di Jepang sangat rendah, tapi pekerjaan barista, chef, patissier, dan bartender itu adalah sama, mereka merupakan professional yang dibanggakan dalam hal makanan dan minuman."
"Be-begitukah?"
Maou merasa terintimidasi karena penjelasan Kisaki yang tiba-tiba.
"Di sisi lain, di antara para barista yang pekerja di berbagai bar, ada juga beberapa orang yang tidak bersedia menyebut diri mereka barista. Karena tidak hanya minuman, mereka bahkan menguasai makanan, fasilitas restoran, berbagai peralatan, layanan pelanggan, dan seluruh layanan lainnya, jadi mereka menganggap diri mereka sebagai professional di semua area. Orang-orang seperti itu disebut dengan barman. Mereka adalah orang yang tahu bar dari luar dan dalam... yang mana juga mencakup seluruh layanan dalam restoran, mereka fokus menangani segala sesuatu berdasarkan situasi di dalam restoran. Mereka adalah orang-orang yang bertujuan menyediakan layanan terbaik kepada para pelanggan."
"O-oh..."
Kisaki tidak hanya menyingkirkan kelelahannya yang sebelumnya, bahkan, semangat tiba-tiba kembali muncul di matanya, dan dia mulai mengatakan hal tersebut dengan sangat antusias.
Menghadapi berbagai macam ekspresi Kisaki, Maou hanya bisa menjawab dengan samar, tapi dia tidak melewatkan kalimat terakhir yang Kisaki ucapkan dengan sebuah tekad di dalamnya.
"Tujuanku adalah menjadi salah satu barman itu!"
"!!!"
Ini mungkin adalah pertama kalinya Maou mendengar keinginan pribadi dari Kisaki Mayumi, dan bukan Kisaki si manajer MgRonald cabang stasiun Hatagaya.
Seperti yang diharapkan dari Kisaki, bahkan keinginannya yang sebenarnya juga ada hubungannya dengan bekerja.
"Lalu jika Kisaki-san bisa menjadi sangat sukses di MgRonald, itu pasti sangat luar biasa."
Pendapatan harian dari cabang stasiun Hatagaya selalu melebihi jumlah tahun sebelumnya hingga mencapai 100%, Maou juga bisa memahami betapa tidak normalnya itu.
Maou selalu berpikir, kalau dengan kemampuan Kisaki, mustahil kalau dia terus ditugaskan di restoran kecil semacam ini dan sudah harusnya mengurusi area yang lebih besar.
Bagi Maou yang berharap bisa menjadi pekerja penuh, Kisaki selalu menjadi tujuannya, namun dia tidak bisa membayangkan kalau Kisaki juga memiliki ambisi besar seperti itu.
Maou sesaat menjadi begitu takjub sampai-sampai dia lupa kalau biasanya dia mengatakan ingin menaklukan dunia, sementara Kisaki menatap Maou dengan kaget.
"Apa yang kau bicarakan? Mana mungkin di MgRonald....."
".... Eh?"
"Ah....."
Maou merasa seperti mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.
Dan Kisaki juga menyadarinya. Nampaknya Kisaki memang benar-benar berbeda dari dirinya yang biasa hari ini.
".... Berbincang-bincang dengan pegawai padahal aku ini adalah seorang manajer, aku memang contoh yang buruk."
Kisaki dengan cepat mengakhiri topik tersebut dan melihat ke arah penjelasan yang ada di tangan Maou.
"Intinya, jika kau ingin mengejar kemampuanku, kenapa kau tidak coba ikut berpartisipasi? Jika itu adalah Maa-kun, yang pernah menjadi manajer pengganti sebelumnya, kau seharusnya tidak perlu membayar biaya kursusnya. Beritahu aku kalau kau ingin ikut berpartisipasi!"
"Ba-baik...."
"Kalau begitu aku akan ke atas terlebih dahulu. Aku serahkan lantai pertama padamu."
Meski Kisaki bersikap dengan normal ketika dia berbalik dan pergi ke atas, tapi rasanya kecepatan berbicaranya sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya.
Terlebih lagi, Maou tidak melewatkan adanya sedikit kesenjangan di nada Kisaki. Meski begitu, Maou masih berharap kalau itu hanyalah imajinasinya.
XxxxX
"Eh?"
Maou yang pulang ke kontrakannya, sesaat merasa bingung ketika mengetahui lampu di kamar Suzuno masih menyala.
Karena Suzuno, sebagai seorang Penyelidik, selalu tidur dan bangun lebih awal, biasanya ketika Maou pulang, lampu di kamarnya sudah dimatikan.
"Hey, ada apa dengan Suzuno?"
Maou bertanya kepada Ashiya yang datang ke beranda untuk menyapanya.
"Selamat datang kembali Maou-sama. Sasaki-san baru datang tadi, dan mereka berdua nampak sedang melakukan sesuatu sekarang, kurasa mereka sedang berlatih mantra lagi?"
Ashiya menjawab dengan normal.
"Chi-chan? Bukankah harusnya dia segera pulang setelah selesai bekerja? Ini sudah lewat tengah malam. Apa yang si Suzuno itu lakukan? Cepat suruh dia pulang!"
Membiarkan seorang gadis SMA berada di luar rumah selarut ini, sebagai Raja Iblis, sepertinya dia harus sedikit mengomelinya. Sebelum Ashiya bisa menghentikannya, Maou sudah memakai kembali sepatunya dan mengetuk pintu kamar 202.
"Hey, Chi-chan, apa kau di sana? Ini sudah lewat tengah malam, kau seharusnya pulang!"
"Berisik, Raja Iblis!"
Suzuno melihat keluar pintu dengan tampang tidak senang di wajahnya. Kimono yang dia pakai nampak lebih sederhana dari yang biasanya, itu mungkin adalah pakaian biasa yang dia pakai saat di rumah, atau pakaian tidurnya?
Sementara Chiho, dia melihat ke arah mereka dari dalam ruangan dengan ekspresi sulit di wajahnya.
"Apa kau pikir kau itu penjaganya? Aku sudah mendapatkan izin dari ibu Chiho-dono, dia memang berencana menginap di tempatku malam ini."
"... O-oh, begitu ya?"
"Benar... maafkan aku."
Chiho yang berpisah dengan Maou saat di restoran, membungkuk ke arah Maou dan meminta maaf, dia saat ini sudah memakai piyama. Sepertinya barang-barang yang Chiho bawa ketika dia pulang tadi adalah benda-benda yang dia persiapkan untuk menginap di tempat Suzuno.
"Uh, erhm, bagaimana aku mengatakannya ya, tolong jangan paksakan dirimu, okay?"
"Baik..."
"Meski kau tidak mengatakannya, aku juga tetap akan menjaga Chiho-dono. Latihannya sudah selesai, dan kami sedang berbincang-bincang soal topik wanita. Dan kau tidak perlu ikut campur sama sekali."
Setelah mengatakan hal itu, Suzuno langsung menutup pintunya tanpa menunggu Maou membalas.
".... Apa-apaan topik wanita itu?"
Maou menggumam dengan tidak senang dan kembali ke Kastil Iblis merasa depresi.
"Soal itu.... Sasaki-san sudah datang ke sini lebih dulu untuk menyapa kita dan menjelaskan kalau dia sudah mendapatkan izin dari ibunya."
Ashiya mungkin mendengar percakapan antara Maou dan Suzuno, dia mengatakannya dengan tampang bersalah di wajahnya, namun Maou melambaikan tangannya untuk menghentikan Ashiya.
Melihat punggung Ashiya yang menyiapkan makan malam dengan ekspresi suram, Maou mulai membaca penjelasan 'MgRonald Barista' yang dia dapatkan dari Kisaki.
"Kenormalan ya, terdengar seperti kata yang sudah ditakdirkan."
"Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?"
Pendengaran tajam Urushihara menangkap gumaman Maou dan menanyakan hal tersebut.
"Hm? Aku hanya punya firasat kuat kalau semua orang saat ini sudah berubah tanpa mereka sadari. Sesuatu seperti kenormalan tidak akan berubah sama sekali, melainkan hanya mengalir dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat oleh mata."
"Hah? Apa yang kau katakan tiba-tiba begini? Bahkan Maou pun jadi aneh."
Urushihara menertawakan kesedihan Maou yang sama sekali tidak seperti seorang Raja Iblis, dan mengatakan,
"Tapi itu yang membuatnya menarik, akan aneh kalau sama sekali tidak ada yang berubah."
"..... Aku paling tidak ingin diceramahi oleh orang seperti kau."
Maou merasa tidak senang karena momen kesedihannya yang langka, disimpulkan begitu saja oleh seorang NEET yang hidup numpang di kontrakannya.
"Kupikir tidak ada orang lain yang bisa menyadari hal ini lebih baik daripada aku."
"Kalau begitu, agar bisa merasakan perubahan kenormalan dengan lebih baik, kenapa kau tidak membantuku melakukan pekerjaan rumah tangga?"
"Hm?"
Dan di momen itu, Ashiya membawakan nasi pangsit dengan plum, ikan kering, dan perilla sekaligus sup miso yang baru dipanasi. Dia ikut ambil bagian dalam percakapan kedua orang itu, dan kesedihan Maou, segera menghilang di antara nafsu makannya dan pertengkaran tentang pembagian tugas rumah tangga tersebut.
XxxxX
"Bagaimanapun, aku tidak pernah menyangka kau bisa mengaktifkan sihir suci dengan stabil hanya dalam satu minggu. Dengan begini, mungkin kau bisa memulai latihan dasar untuk Idea Link."
"Benarkah?"
Chiho dan Suzuno masing-masing memegang sebuah gelas cangkir berisi teh gandum di tangan mereka dan duduk menghadap satu sama lain di sebelah jendela.
Di antara bau obat nyamuk yang terbakar, kedua orang itu memegang sebuah kipas di tangan mereka dan membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan topik wanita.
"Guru pembimbingku di klub pernah bilang sebelumnya, ketika melakukan senam otot dan fleksibilitas, jika seseorang mengetahui bagian tubuh mana yang bergerak selama latihan, efeknya pun akan jauh berbeda. Jadi saat aku berteriak, aku selalu berteriak sambil memperhatikan perubahan di dalam tubuhku."
"Meski begitu, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh semua orang, bagaimanapun, akan jadi masalah kalau berpikir sampai ke tingkat itu. Jika Chiho-dono lahir di Ente Isla, kau pasti akan menjadi ahli sihir yang hebat."
Mengatakan pujiannya dengan jujur, Suzuno memperlihatkan ekspresi tegas,
"Ah, tapi meski begitu, aku tidak akan mengajarkan mantra lain selain Idea Link, okay?"
"Aku tahu. Tapi aku senang aku bisa mendapatkan pujianmu."
Chiho meminum seteguk teh gandum di tangannya dan memandang ke arah langit malam musim panas dengan sebuah desahan.
"Aku tidak khawatir, tapi aku tetap berharap bisa belajar menggunakan mantra Idea Link secepat mungkin... saat Suzuno-san dan Yusa-san masih memiliki waktu luang."
"Meski mengatakan ini terlalu berlebihan, tapi aku memiliki waktu luang setiap hari, kau tahu?"
Suzuno tersenyum kecut. Dia adalah seorang Penyelidik handal di Ente Isla, namun dia menjalani hidup seperti seorang pengangguran yang sulit dipahami di Jepang.
Terutama semenjak pembukaan kembali MgRonald di depan stasiun Hatagaya, saat jam kerja, Maou akan berada di dekat Malaikat Agung Sariel, yang keberadannya bisa menekan pengaruh dari Dunia Iblis.
Karena kemungkinan para Iblis yang mendekati Maou akan berkurang selama Maou berada di dalam jangkauan pengaruh Sariel, Suzuno yang tidak perlu lagi mengawasi Maou, mulai menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.
Meskipun alasan di balik tindakan tetap berada di rumah juga mencakup mengawasi dan melindungi Ashiya dan Urushihara, namun pekerjaan ini tidaklah terlalu berat sampai-sampai dia tidak bisa menanggapi permintaan Chiho.
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi aku merasa....."
Tatapan Chiho berkerlip ketika dia menatap ke arah langit, mencari-cari penjelasan yang lebih sesuai.
"Semenjak insiden besar di Tokyo Tower, beberapa hal menjadi sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya."
"Beberapa hal itu.... maksudnya?"
Suzuno mengangkat sebelah alisnya dan meneguk teh gandumnya.
"Meskipun berbagai keributan seperti Sariel-san, Gabriel-san, dan para Iblis di Choshi, terjadi, tapi Maou-san dan Yusa-san tidak pernah bertengkar secara langsung kan?"
Meskipun kedua orang itu terus berselisih setiap kali ketika mereka bertemu, tapi apa yang Chiho sampaikan, merujuk pada pertarungan di mana mereka akan menyakiti satu sama lain.
"Tapi setelah insiden di Tokyo Tower, bukankah Yusa-san menjadi sedikit aneh?"
"...."
Chiho memberitahu Suzuno kalau dia telah menceritakan ingatan yang bukan miliknya kepada Maou dan Emi yang menjenguknya.
"Semenjak saat itu, Maou-san dan Yusa-san terlihat sedikit gelisah karena sesuatu.... Suzuno-san, maukah kau mendengarkanku tanpa jadi marah nantinya?"
"Tergantung isinya."
Suzuno tetap mempertahankan ekspresi teguhnya dan meminta Chiho untuk melanjutkan perkataannya dengan sebuah gurauan.
"Sebelumnya, bukankah semua orang berkumpul di kamar Suzuno-san untuk makan karena ada lubang di kamar Maou-san?"
"Meski itu adalah peristiwa yang terjadi belum lama ini, karena ada banyak hal yang terjadi, rasanya itu seperti ingatan yang sudah lama sekali."
Chiho dan Suzuno mengamati seluruh bagian kamar.
"Mungkin ini hanya sikap keras kepalaku, tapi aku benar-benar merasa kalau akan bagus jika semuanya bisa melupakan masalah pelik Ente Isla dan melanjutkan hidup normal seperti ini.... Urushihara-san hanya peduli soal bermain, menyebabkan Ashiya-san marah, dan Suzuno-san tidak punya pilihan lain selain membereskan kegaduhannya, tapi karena Maou-san terlalu memanjakan Alas Ramus-chan, dia akan langsung beradu argumen dengan Yusa-san yang mengeluh.... Kurasa semua ini tidak akan bisa terjadi kalau tidak ada hubungan yang sangat baik... Mungkin kau berpikir aku terlalu naif..."
Chiho menyusutkan bahunya karena ingat konflik yang pernah dia miliki dengan Suzuno di masa lalu.
Meskipun Suzuno masih ingat insiden itu, tapi hari ini, dia tidak bermaksud untuk memarahi Chiho. Daripada itu, Suzuno mulai merasakan resonansi yang kuat terhadap pemikiran itu.
"Sepertinya aku juga sudah jatuh...."
"Eh?"
"Bukan apa-apa. Lalu?"
Kipas angin yang diletakkan di dekat dapur mensirkulasi udara di dalam kamar, menyebabkan asap obat nyamuk perlahan tertiup keluar.
"Okay.... Tapi Maou-san, Ashiya-san, dan Urushihara-san masihlah iblis yang menyebabkan penderitaan bagi orang-orang di Ente Isla, dan Yusa-san serta Suzuno-san harus mengalahkan Maou-san dan yang lainnya... Aku selalu merasa gelisah, aku khawatir kalau hidup normal yang bahagia ini akan dihancurkan oleh suatu peristiwa tertentu, lalu terjadi sesuatu yang tragis, dan mungkin semua orang akan menghilang dari hadapanku."
"...."
"Setelah insiden di Tokyo Tower itu, Yusa-san selalu merasa gelisah terhadap suatu masalah. Itu mungkin ada hubungannya dengan informasi yang kuberitahukan padanya..... Dulu, saat Yusa-san bertemu dengan Maou-san, dia pasti akan langsung memarahinya, tapi akhir-akhir ini, Yusa-san selalu bertingkah seperti memikirkan sesuatu ketika berbicara dengan Maou-san...."
Ketika Suzuno mendengarkannya, dia mulai mengagumi kemampuan pengamatan Chiho.
Dari cara Chiho berbicara, Maou dan Emi sepertinya tidak memberitahu Chiho tentang makna sebenarnya dari 'ingatan yang bukan miliknya'.
Akan tetapi, Chiho yang menganggap kedua orang itu sebagai orang penting, masih bisa dengan mudah merasakan kalau insiden itu adalah alasan di balik sikap aneh mereka.
"Pada akhirnya, entah itu perang di Ente Isla ataupun terpecahnya Pasukan Iblis di Dunia Iblis, bukankah mereka adalah insiden yang tidak ada kaitannya langsung dengan Maou-san dan Yusa-san? Tapi contohnya, orang yang meminjamiku kekuatan, ingatan yang ada di otakku, Gabriel-san dan malaikat lain yang aku serang.... rasanya seperti mereka semua sedang memaksa menyeret Maou-san dan Yusa-san kembali ke tempat yang menyakitkan sedikit demi sedikit."
Tanpa sadar, Chiho mulai merendahkan kepalanya, berbicara ke arah tatami.
Di dalam hati Chiho, dia mungkin masih belum bisa menata perasaan dan pemikirannya. Nadanya terdengar seperti dia sedang meraba-raba sesuatu dengan bertanya dan menjawab pertanyaaannya sendiri.
"Chiho-dono, aku, semenjak datang ke Jepang, aku merasa kalau kepercayaan di dalam hatiku mulai menjadi lemah."
"Eh?"
Pengakuan Suzuno yang tiba-tiba menyebabkan Chiho tidak bisa mengikuti alur percakapannya.
"Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, dan segala yang ada di dunia adalah ciptaan-Nya, kenapa dunia ini tidak berisi orang-orang berhati baik seperti Chiho-dono?"
"Eh, ti-tidak ada yang seperti itu!"
Tiba-tiba dipuji, Chiho hampir menumpahkan teh gandumnya karena panik.
"Dalam legenda yang disebarkan oleh Gereja, ada sebuah cerita yang disebut dengan 'Gulungan Helorisas'. Tuhan memerintahkan Helorisas untuk menjaga gulungan itu dan menginstruksikannya agar tidak pernah membukanya. Tapi pada akhirnya Helorisas kalah dengan rasa penasarannya dan membuka gulungan itu. Lalu dia menyadari kalau berbagai perasaan negatif yang terkumpul dari seluruh dunia berada di dalam gulungan tersebut, dan saat gulungan itu terbuka, perasaan negatif itu mulai termaterialisi menjadi bahasa dan menyerang hati manusia. Namun, di dalam gulungan itu, tersisa satu hal yang bisa menekan semua perasaan negatif itu, hal itu adalah 'Harapan'."
"Kami di sini juga punya cerita yang disebut 'Kotak Pandora', isi dari kedua cerita tersebut sebenarnya hampir sama."
"Kalau dikipir-pikir lagi, pertama kalinya aku merasa ragu apakah Tuhan itu benar-benar keberadaan yang mutlak adalah setelah aku mendengar cerita ini. Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, lalu kenapa manusia memiliki perasaan negatif? Dan meskipun Helorisas hidup di dunia yang tidak memiliki perasaan negatif, kenapa dia malah mengembangkan perasaan negatif itu untuk melanggar perintah Tuhan? Ini terasa sangat bertentangan bagiku. Rasanya seperti Tuhan melempar tanggung jawab atas buruknya kepengurusan yang Dia lakukan terhadap manusia, bukankah ini sangat menjengkelkan?"
Suzuno mengucapkan komentar kasar yang tidak mirip seperti seorang Penyelidik, dan menatap Chiho dengan tatapan ramah.
"Meski demikian, aku masih tidak bisa menyangkal kalau ada banyak orang di dunia yang membutuhkan agama... atau lebih seperti mereka membutuhkan keberadaan Tuhan!"
"Memahami pendapat orang lain sambil tetap mempertahankan pendapatnya, ini patut dihargai. Mungkin Chiho-dono bisa dipuja sebagai dewa nantinya."
"A-apa yang kau bicarakan?"
"Maksudku, ketika orang lemah kehilangan apa yang mereka percayai, mereka pasti membutuhkan penunjuk jalan yang lebih baik."
Suzuno menghabiskan teh di cangkirnya dan memandang keluar jendela.
"Sekarang, Emilia telah kehilangan penunjuk jalannya."
"Eh?"
"Biar kuberi sebuah contoh padamu. Andai saja, jika Chiho-dono berusaha dengan sangat keras sampai melupakan makan dan tidur agar bisa masuk ke universitas pilihan utamamu dan terus mempertahankannya tanpa mengendur, tapi saat menuju ke tempat ujian dengan semangat tinggi pada hari ujian, kau baru tahu kalau ujian yang akan diadakan hari itu sudah diganti dengan kompetisi merangkai bunga, apa yang akan kau pikirkan?"
"Contoh macam apa itu?"
Chiho yang terlalu berlebihan ketika membantah, hampir menjatuhkan cangkirnya sekali lagi.
"Aku bilang itu hanya contoh, hanya contoh. Jika ujian yang kau perkirakan tiba-tiba diganti dengan topik yang benar-benar berbeda, dan menyebabkan apa yang kau pelajari setelah mengorbankan semuanya menjadi sia-sia, apa yang akan kau rasakan?"
Meskipun otaknya belum bisa memahami contoh Suzuno yang begitu ekstrim, Chiho tetap memikirkannya dengan serius.
"T-tapi aku sama sekali tidak mengerti soal merangkai bunga, dan menggunakan hal semacam itu untuk memutuskan apakah seseorang bisa lulus atau tidak benar-benar tidak masuk akal, aku tidak ingin ikut serta di dalamnya...."
"Tapi setidaknya kau tahu bagaimana menggunakan bunga untuk mengungkapkan sesuatu kan? Jika mereka menyiapkan berbagai jenis bunga di depan, apa kau masih tidak bisa melakukannya?"
"I-itu benar, tapi...."
"Universitas itu sendiri masih membiarkan Chiho-dono mempelajari apa yang ingin kau pelajari, ini tidak berubah sama sekali. Hanya subyek mata pelajaran ujiannya saja yang dirubah, dari IPA dan IPS ke merangkai bunga."
"Itu, hanya sebuah contoh kan? Poin pentingnya di sini adalah, aku mengejar suatu target, tapi karena alasan yang tidak terduga, aku mulai merasa kehilangan dan bingung dengan target itu kan?"
"Chiho-dono memang cermat. Jika aku tidak menggunakan lelucon ini sebagai contoh, kau mungkin menganggap masalah ini dengan serius."
Suzuno tersenyum dan melihat ke arah dinding yang bersebelahan dengan Kastil Iblis.
"Raja Iblis bukanlah musuh yang selalu ingin dibalas oleh Emilia."
"..... Eh?"
Chiho tidak bisa memahami maksud dibalik penjelasan yang sederhana ini, dan dia sekali lagi memperlihatkan ketidakyakinannya.
"Tidak hanya itu, ayah Emilia yang dia pikir telah dibunuh oleh Pasukan Iblis, sepertinya masih hidup. Emilia mengejar dan memerangi Raja Iblis seperti ini juga karena ingin membalaskan dendam untuk ayahnya."
Emilia adalah penyelamat Ente Isla, dan selalu bertarung agar bisa mengalahkan Raja Iblis, Chiho juga tahu akan hal ini.
"Logikanya, kalau dia bisa membunuh Raja Iblis, maka Emilia bisa mencapai tujuannya dan mengakhiri perjalanannya. Namun, ayahnya masih hidup, dan Emilia kehilangan penunjuk jalannya karena hal ini."
"Ke-kenapa? Karena ayah Yusa-san masih hidup, maka seharusnya dia tidak perlu memaksakan dirinya untuk membunuh Maou-san yang hidup di Jepang, dan langsung saja mencari ayahnya kan?"
"Lalu kenapa Chiho-dono tidak suka merangkai bunga?"
"....... Ah."
Meskipun Chiho masih butuh beberapa saat untuk memahami maksud di balik kata-kata Suzuno, dia tetap mencoba untuk menjawabnya.
"Karena hal-hal yang sudah kulakukan dan kupercayai semuanya jadi sia-sia?? Karena semua itu menjadi tidak berarti?"
"Normalnya itulah apa yang seharusnya kita rasakan. Meskipun orang lain bisa mengatakan kata-kata mutiara seperti 'tidak ada yang sia-sia dalam hidup' atau 'pengalaman pasti akan berguna suatu hari nanti', tapi nyatanya orang itu sendiri tidak bisa berpikiran terbuka. Meskipun mereka terpenjara dalam ketidakberdayaan saat mereka harus melakukan perangkaian bunga dan mulai meragukan apa yang mereka lakukan sejauh ini, siapa juga yang akan mengomeli orang itu."
"...."
Suzuno mengernyitkan dahinya dengan sedih.
"Apa yang lebih buruk dari itu adalah Emilia sudah pernah dikhianati oleh Ente Isla sekali."
Chiho ingat rekan Emi yang secara tidak terduga memilih menjelaskan hal ini di Kastil Iblis.
"Soal itu, apa itu merujuk pada Gereja yang berbohong dengan mengatakan kalau Yusa-san sudah mati?"
Suzuno mengangguk mengkonfirmasi pernyataan Chiho.
"Kau benar. Jika Ente Isla memberikan komentar positif tentang aksi Emilia sebagai Pahlawan, dan membiarkan dia menerima penghargaan yang layak dia dapatkan, maka Emilia bisa menggunakan dukungan itu untuk mempertahankan tekadnya dalam memerangi Raja Iblis, dan membuat si Raja Iblis itu membayar atas kejahatan yang telah dia lakukan. Namun...."
Suzuno melanjutkan perkataannya dengan ekspresi suram.
"Kenyataannya malah sebaliknya. Gereja, dengan pertimbangan strategi, mengumumkan kalau Emilia sudah mati, dan orang-orang mempercayainya. Gereja, Ente Isla yang telah diselamatkan oleh Sang Pahlawan, menilai kalau mereka tidak membutuhkan lagi keberadaan dari Sang Pahlawan setelah berakhirnya perang melawan Pasukan Iblis, dan mengkhianatinya."
Selanjutnya, Olba, yang mengetahui kalau Emilia masih hidup, bersama dengan Surga, mengalihkan targetnya pada Pedang Suci. Tapi karena mereka takut kalau Emilia masih memiliki kekuatan setelah bertarung melawan Raja Iblis, mereka akhirnya mengirimkan pembunuh untuk menguburnya di dalam kegelapan.
"T-tapi bukankah Emeralda-san dan Alberto-san sedang berusaha keras untuk memperbaiki reputasi Emilia? Bukankah mereka adalah orang-orang hebat di Ente Isla?"
Chiho mencoba mengatakannya dengan energik, tapi ekspresi Suzuno tidak berubah sama sekali.
"Tapi hasilnya tidak sempurna. Otoritas dan kepercayaan Gereja itu sangat kuat, dan bahkan Emeralda pun kesulitan untuk menentang Gereja secara langsung karena dia juga harus mengkhawatirkan reaksi di dalam negeri. Kenyataannya, sebelum aku datang ke sini, sudah ada pendapat di dalam Gereja untuk mencap Emeralda yang sering menentang pendapat Gereja, sebagai seorang pengkhianat."
"Bagaimana mungkin bisa jadi seperti ini.... meskipun yang berbohong adalah....."
"Yang berbohong adalah Gereja. Tapi Gereja tidak bisa mencabut kembali opini yang sudah mereka umumkan. Jika Gereja mengatakan kalau hitam itu putih, maka hitam adalah putih. Itulah dunia kami, atau setidaknya di Benua Barat."
Ucap Suzuno seperti mengejek dirinya sendiri dan menuangkan kembali teh gandum ke dalam gelas.
Suzuno sendiri nampaknya sudah jijik dengan sikap Gereja.
Setelah meletakkan teh gandum ke dalam kulkas, Suzuno yang kembali ke jendela, menghela napas seolah-olah menata kembali perasaannya.
"Alasan Emilia bisa bertarung sebagai Pahlawan selama ini, adalah karena dia memiliki tujuan balas dendam kepada Raja Iblis yang telah membunuh ayahnya. Namun kenyataannya, Raja Iblis bukanlah pembunuh ayahnya, meski begitu, dia tetap tidak bisa memaafkan tindakan brutal yang telah dilakukan oleh Pasukan Iblis, lalu kemarahan yang dia rasakan sebagai seorang Pahlawan itu diinjak-injak oleh kami yang telah dia selamatkan. Tapi meski begitu...."
"Meskipun dia diberitahu kalau kebencian dan kemarahan yang dia bawa selama ini tidak ada artinya, dia tidak bisa menyerah begitu saja, kan?"
"Jika dia tidak mengabaikan perasaan negatif itu, maka Emilia lah yang akan menciptakan kesedihan dan kemarahan yang lain lagi. Hanya menggunakan ingatan dari pada korban, mengembalikan semangat bertarung Sang Pahlawan, dan secepatnya memerangi Raja Iblis!"
Di saat seperti ini, tidak diketahui ekspresi macam apa yang akan ditunjukan oleh Emi dan Maou. Meskipun ini hanya sebuah pertanyaan hipotesis, tapi Chiho masih bisa merasakan rasa sakit yang aneh.
"Jika Raja Iblis ditantang oleh seseorang, maka Alsiel dan Lucifer tidak mungkin akan diam dan tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi, dengan mereka yang sekarang, mereka bukanlah tandingan bagi Emilia. Ketiga iblis itu akan menghilang dari dunia ini. Bisakah Chiho-dono memaafkan hal itu?"
"Aku...."
Tidak bisa memaafkan, namun harus memberikan pengampunan. Tapi pada akhirnya, pengampunan tetap tidak bisa diberikan. Siapa yang harus dimaafkan?
"Bagiku.... Yusa-san juga adalah seseorang yang penting...."
"Emilia juga mengerti hal itu, itulah kenapa saat ini dia berada di dalam keadaan dilema. Logikanya, bagi Emilia, fakta bahwa ayahnya masih hidup adalah berita yang sangat bagus. Tapi dia malah harus kecewa pada dirinya yang tidak bisa merasa senang dengan jujur."
"Yusa-san.... Dia tidak memberitahu Emeralda-san dan Alberto-san soal ini...?"
"Bagaimana bisa Emilia memberitahu mereka. Meskipun kedua orang itu bisa mengerti maksud Emilia yang sebenarnya, apa kau pikir mereka akan mengatakan 'Karena ayahmu masih hidup, maka menyerahlah memerangi Raja Iblis'?"
Dengan kebribadian Emilia, dia tidak mungkin akan menerima hal itu.
"Saat ini, Emilia bahkan tidak tahu warna bunga apa yang harus dipilih, dan hanya bisa berdiri diam di tempat."
Sederhananya, inilah alasan kenapa Emilia memperlihatkan sikap sulit memahami terhadap Maou.
Keragu-raguan di hati Emilia membuat dia tidak bisa mempertahankan kebenciannya dan malah membiarkannya, alhasil, hubungannya menjadi semakin parah dengan Maou.
Emi yang tidak bisa menemukan tempat untuk hatinya, dia kehilangan tujuannya begitu saja.
"Mungkin karena itu.... dia memutuskan mengajari Chiho-dono mantra."
Suzuno tiba-tiba melihat ke arah dahi Chiho dan mengatakan hal tersebut.
"Apa maksudnya itu?"
Menanggapi pertanyaan itu, Suzuno menggunakan jarinya yang memegang kipas untuk menunjuk ke arah kepala Chiho.
"Ingatan yang Chiho-dono ceritakan pada Emilia.... tentang pria yang berdiri di ladang gandum; kalau dipikir dengan seksama, itu pasti adalah ayah Emilia. Selain itu, berkaitan dengan kata 'Acies Ara'....."
Ucap Suzuno dengan enggan.
"Acies Ara. Dalam bahasa Pusat Perdagangan di Ente Isla, itu berarti Pedang Bersayap."
"Pedang Bersayap?"
"Meski tidak bisa dimengerti hanya dengan melihat katanya saja, tapi bersama kita, ada seseorang yang namanya berkaitan dengan Sayap."
Chiho yang segera memikirkan jawabannya, menahan napasnya.
"Alas Ramus-chan..... namanya berarti 'Cabang Bersayap' kan?"
Suzuno mengangguk, wajahnya dipenuhi dengan kekaguman.
"Benar, ada 80-90% kemungkinan kalau Acies Ara adalah istilah yang berkaitan dengan Alas Ramus atau Fragmen Yesod. Camio sepertinya juga menyebutkan kalau ada dua Pedang Suci."
Suzuno mengatakannya untuk mencari kepastian, dan Chiho mengangguk setelah mendengarnya.
"Mungkin Acies Ara ini adalah nama dari Pedang Suci yang lain.... tidak, itu mungkin mengacu pada eksistensi yang ada di dalam pedang. Kalau begitu, bagi Emilia, ayahnya yang masih hidup, Alas Ramus yang muncul di Kastil Iblis, dia yang punya 'Evolving Holy Sword, Better Half', sekaligus cincin Chiho-dono, tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, semua yang terjadi di sekitar Emilia seperti sudah direncanakan sebelumnya, dan pelakunya kemungkinan....."
Meskipun bagian akhir kalimat tersebut tidak diucapkan, Chiho yang sudah menyaksikan semua pertarungan yang terjadi di Jepang, juga bisa tahu jawabannya.
"Ibu..... Yusa-san?"
Ketika Emi berada di rumah sakit, dia tanpa sadar mengucapkan suatu kalimat.....
"... kenapa... meskipun dia terus mengawasi kami, kenapa dia tidak datang menemuiku...."
Di dalam kata-kata yang Emilia peras keluar itu, pemikiran macam apa yang tertanam di dalamnya?
"Entah itu Sariel-sama, Gabriel, Raguel, Camio, atau Ciriatto, dan bahkan Barbariccia dan Olba-sama, bisa dikatakan kalau mereka telah dimanipulasi oleh ibu Emilia dengan berbagai cara. Tidak, mungkin seluruh Ente Isla juga seperti itu. Bagaimanapun juga, perang yang diakibatkan pedang suci Emilia saat ini terjadi di Ente Isla. Chiho-dono, jika itu kau, apa yang kau rasakan?"
"Tentang apa?"
"Jika ibu Chiho-dono meninggalkan rumah semenjak kau masih kecil, tidak pernah kembali sama sekali, dan menyebarkan bibit-bibit kekacauan di mana-mana yang akan melibatkan keluargamu, temanmu, orang lain, atau bahkan seluruh dunia, lalu dia melempar seluruh tanggung jawabnya pada Chiho-dono."
Chiho yang menanyakan hal tersebut, mencoba untuk membayangkannya.
Jika ibunya adalah seorang mata-mata dari suatu negara, dan setelah menikah tanpa didasari cinta dengan ayahnya, ibunya malah meninggalkan dirinya di Jepang dan pergi dari rumah, kemudian terus menerus memanipulasi berbagai konflik yang menyebabkan banyak orang mati, lalu tiba-tiba suatu hari mengirimkan surat kepadanya yang bertuliskan 'takdir dunia bergantung padamu', melempar dia ke dalam perang antar teroris dengan seluruh pemandangan yang dipenuhi senjata nuklir, menjalani latihan yang ketat dan cukup keras untuk mematikan semangat, menjadi Tim Khusus Amerika yang terkenal di seluruh dunia, lalu setelah mengetahui kalau ayahnya adalah dalang dibalik semua insiden ini, dan ibunya setelah mengalami banyak pertumpahan darah dan tragedi, akhirnya tertembak peluru dalam pertarungan untuk menghentikan ayahnya, dan mati di pelukannya setelah mempercayakan semuanya kepadanya.
"Satu-satunya orang yang bisa menghentikan ayah adalah aku... aku tidak akan ragu meskipun aku harus mati bersamanya."
"Kenapa malah jadi seperti itu, dan apa hubungannya ayahmu dengan semua ini?"
Chiho mengedipkan matanya karena bantahan Suzuno, dan kemudian dengan panik menarik dirinya kembali ke kenyataan dari dalam film Hollywood yang dia bayangkan.
"Well, singkatnya..."
Meski suasana malah jadi tertekan karena imajinasi aktif Chiho, Suzuno terbatuk sekali dan mengatakan,
"Karena dia menghadapi situasi seperti ini, Emilia tidak bisa bersikap seperti dia yang biasanya. Mengingat metode pembelajaran pertahanan diri Chiho-dono, itu tidak hanya akan menjamin keselamatan Chiho-dono, tapi juga bisa mengubah pace Emilia, tentu saja, aku, tidak punya alasan untuk menentang hal ini. Yah, meski begitu kata-kata ini pasti akan membuat Emilia marah."
Suzuno mengatakannya sambil tersenyum kecut.
"Bagaimanapun juga, sampai saat ini, Emilia hanya dibimbing oleh pemikiran balas dendam dan tugas, dia tidak pernah punya waktu untuk berpikir atau merasa gelisah dengan jalan hidupnya. Namun, dari hasilnya, karena Emilia datang ke Jepang, bisa dikatakan dia diberikan kesempatan untuk memikirkan kembali jalan hidupnya."
Suzuno berdiri dan mengambil gelas kosong miliknya dan milik Chiho untuk direndam di dalam air.
"Kesimpulannya, untuk saat ini, akan lebih baik kalau Emilia dan Raja Iblis tidak berinteraksi dulu. Untungnya, MgRonald sudah kembali buka, dengan ini, aku, Emilia, dan Raja Iblis tidak perlu berhati-hati lagi."
"Eh, apa maksudnya itu?"
"Apa kau ingat para iblis yang menyerang Choshi? Sepertinya sekelompok iblis yang dipimpin oleh Barbariccia memiliki pandangan yang berbeda dengan Camio, dan menyerang Ente Isla di bawah perintah Olba-sama."
"Eh, apa tidak apa-apa seperti itu?"
Iblis dari Dunia Iblis melanggar perintah dari Raja Iblis Maou dan membuat pasukan baru, dan saat ini mereka diperintah oleh Olba dari balik bayangan, bukankah itu situasi yang sangat serius?
"Itu adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi dibandingkan dengan penyerangan kali ini, Emilia dan aku lebih khawatir kalau Maou dan Alsiel diculik oleh para iblis itu dan dibawa ke Ente Isla untuk menjadi pemimpin Pasukan Iblis yang baru. Meskipun Raja Iblis nampak tidak senang dengan perbuatan Barbariccia, tapi kami tetap tidak boleh lengah."
"O-ohh..."
Chiho tidak bisa mengerti kenapa situasi yang bisa membuat orang lain berpikir kalau itu adalah sesuatu yang buruk hanya dengan mendengarkannya saja, jadi ada hubungannya dengan pembukaan kembali MgRonald.
"Bukankah Sariel-sama ada di Sentucky yang berada di seberang jalan? Meskipun ada tingkah laku yang tidak stabil dari para malaikat itu, tapi aksi mereka tidak ada hubungannya dengan grup Barbariccia. Jika mereka ingin menyerang Raja Iblis ketika dia sedang bekerja, itu pasti akan melibatkan manajer Kisaki, jika sudah begitu, Sariel-sama tidak mungkin akan mengabaikan hal ini. Tapi, meski begitu, aku sedikit merasa bersalah terhadap manajer Kisaki karena secara sepihak telah memberinya tanggung jawab menjadi sesuatu seperti mekanisme pertahanan."
"Ah....."
"Tentu saja, aku tidak berpikir kalau Sariel-sama dan Raja Iblis bisa berdiri di garis yang sama, tapi kalau para iblis itu merasakan keberadaan sihir suci setingkat Sariel-sama, mereka mungkin tidak akan berani mendekat. Tidak peduli bagaimana para iblis dan Olba-sama mengamatinya, mereka harusnya tidak mau ambil resiko dengan memprovokasi seorang Malaikat Agung. Jika mereka tidak berhati-hati, Surga bisa saja menjadikan grup Barbariccia sebagai target."
Chiho mencoba membayangkan posisi seperti apa yang Sariel miliki di dalam rencana Suzuno.
Hal yang paling penting adalah, Sariel yang tidak punya hubungan langsung dengan Olba dan Barbariccia, pasti bisa menghalangi rencana mereka.
Dan kuncinya adalah perasaan Sariel terhadap Kisaki.
Chiho yang segera memahami situasinya, berkomentar karena mengingat suatu insiden.
"Ah.... De-dengan situasi saat ini, itu mungkin akan jadi sedikit sulit."
"Apa?"
Suzuno yang berada di dapur, menoleh dan bertanya dengan bingung.
"Sa-Sariel-san.... Saat ini, mungkin tidak bisa bertarung apapun yang terjadi."
Bagi Suzuno, kata-kata Chiho sudah seperti petir yang datang tiba-tiba.
"A-apa maksudnya itu?"
"Se-sebenarnya, di hari sebelum kita pergi ke Choshi....."
Chiho memberitahu Suzuno, setelah Kisaki melihat Sariel menggoda Chiho, dia langsung melarang Sariel memasuki MgRonald, dan Sariel pun memasuki masa-masa tidak bisa melakukan apapun karena syok yang dia terima.
"Setelah itu, meskipun aku beberapa kali melihat Sariel-san, tapi setiap kali itu juga, dia selalu menunjukan eskpresi suram yang bisa membuat orang lain berpikir 'jadi, manusia juga bisa depresi sampai seperti ini ya', meskipun dia mengenakan seragam Sentucky dan pergi keluar, keberadaanya tetap sangat lemah, bahkan anjing pun menganggap dia seperti tiang telepon dan mengencinginya."
Karena situasi ini terdengar sangat menyedihkan, Suzuno sesaat hanya bisa mematung tidak percaya.
Dan di saat yang sama, sebuah ingatan yang mengkhawatirkan mencuat di pikiran Suzuno.
Suzuno ingat reaksi lemah yang dia temukan saat dia memancarkan sonar di Yoyogi Docodemo Tower selama kekacauan yang disebabkan oleh Gabriel dan Raguel.
"Hahaha, ja-jangan bercanda. Tidak peduli apapun alasannya, dia masihlah Malaikat Agung kan? Mana mungkin......."
Meski begitu, Suzuno tetap mencoba mengkonfirmasinya sekali lagi karena sulit bagi dia untuk mempercayainya, Chiho menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sulit dan menjawab,
"Dan anjing itu adalah chihuahua."
Tidak hanya tidak bisa dianggap sebagai sebuah jawaban, hal itu juga adalah informasi yang paling tidak penting untuk saat ini.
---End of Part 1---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 2 Part 2
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Me..
0 Komentar