[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 2 : Raja Iblis Dan Pahlawan Merasa Curiga Dengan Kenormalan -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 2 Part 1
Chapter 2 : Raja Iblis Dan Pahlawan Merasa Curiga Dengan Kenormalan.
"Selamat datang, ada menu yang lebih jelas di sini."
Keesokan harinya. Belum saatnya makan malam mungkin adalah salah satu faktornya, tapi separuh kursi Sentucky di stasiun Hatagaya sudah dipenuhi pelanggan.
Meski begitu, atmosfer di dalam restoran tetap terasa ceria, para pegawai wanita di konter pun juga menyapa Chiho dan yang lainnya dengan suara riang.
Untuk membuatnya lebih mudah dilihat oleh pelanggan, ayam goreng yang baru dimasak diletakkan di belakang konter untuk mengundang selera para pelanggan, namun, sangat disayangkan ketiga pelanggan wanita baru itu tidak datang untuk ayam goreng tersebut.
Setelah Chiho, Emi dan Suzuno memesan tiga cangkir es kopi, mereka mengambil tempat duduk yang berada di dekat konter dan pintu masuk, mereka mengamati bagian dalam restoran untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sariel.
"Dia tidak ada di sini. Apa dia ada di belakang? Atau di dapur, ataukah di lantai dua?"
"Aku berharap dia ada di sini...."
Hari ini Emi mendengar kabar mengejutkan dari Chiho, dan dia langsung menuju ke sini setelah pulang bekerja.
Karena Emi juga menaruh ekspektasinya pada Sariel dan berharap dia bisa menciptakan efek pencegah yang kuat terhadap Raja Iblis ataupun pasukan dari Ente Isla, dia tidak bisa begitu saja mengabaikan Sariel yang memasuki mode tidak bisa apa-apa karena dicampakan oleh Kisaki.
"Tidak, meskipun lemah, tapi ada jejak keberadaannya di suatu tempat di dalam restoran ini. Mungkin dia bersembunyi di belakang atau di balik bayangan furnitur."
Ini memang tidak seperti mencari binatang piaraan di dalam rumah, tapi setelah mendengar kata-kata Suzuno, Emi secara alami segera mengamati sekelilingnya.
"Benar... Tapi hanya dengan kekuatan sebesar ini meskipun kita ada di dekatnya, nampaknya situasinya benar-benar sangat gawat."
Chiho tidak tahu bagaimana kedua orang itu merasakan keberadaan Sariel.
"Apakah itu juga efek mantra?"
Setelah Chiho menanyakan hal tersebut, kedua orang itu menatap satu sama lain dengan ekspresi sulit.
"Ini... sedikit berbeda dengan mantra."
"Ini bisa dideskripsikan sebagai penggunaan perasaan seseorang.... Benar, Chiho-dono, apa kau ingat ketika Raja Iblis berubah di atas gedung Metropolitan dan membuatmu kesulitan bernapas?"
"Ye-yeah."
Chiho ingat, itu adalah saat mereka bertarung melawan Sariel, dia saat itu kesulitan bernapas karena tidak bisa menahan sihir iblis Maou setelah perubahannya, dan akhirnya dilindungi oleh barrier Suzuno.
"Meskipun kau tidak bisa menggunakan mantra, tapi kondisi tubuhmu tetap berubah karena sihir iblis kan? Nah, kita bisa melatih perasaan itu, dan mengasahnya lewat pengalaman."
"Apa kau tidak merasa ada yang aneh di sini?"
Emi tiba-tiba menunjuk tepat di antara alis Chiho.
Chiho secara refleks mengalihkan pandangannya ke arah ujung jari Emi, kemudian dia merasakan sedikit tekanan yang terasa seperti penumpukan darah di suatu tempat yang tidak bisa dia sebutkan, entah itu di otot antara alisnya, tengkorak, ataukah di uratnya.
"Ye-yeah, ada, aku terus merasakan suatu sensasi yang tidak jelas di sini. Augh."
Chiho mengusap dahinya.
"Meskipun sihir suci tidak membahayakan tubuh manusia, tapi bentuk sihir tersebut masih tetap akan menyebarkan jejak yang menyerupai keberadaan. Jadi, hal ini akan bekerja selama kau melihat ke satu arah yang umum..."
"Shh, dia muncul!"
Chiho mengangguk menanggapi penjelasan Emi dengan ekspresi tidak nyaman di wajahnya, kemudian, dia mendongakkan kepalanya karena peringatan Suzuno.
Sariel yang bertubuh kecil dan mengenakan sebuah setelan, berdiri di arah yang dapat dilihat oleh Suzuno.
Namun....
"Suram sekali...."
"Dia benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda dari sebelumnya."
Perubahan dalam hal penampilan Sariel, benar-benar cukup besar untuk membuat Chiho dan Emi tanpa sadar memperlihatkan ekpresi hampa di wajahnya.
Dari langkah kaki yang mirip seperti hantu hingga wajahnya yang suram, aura playboy di mana dia selalu menggoda setiap gadis yang dia lihat pun, sama sekali tidak bisa terasa.
Dia memang menjadi lebih gemuk karena kebiasan makannya di MgRonald tiga kali dalam sehari, namun, penampilanya kini menjadi kurus bahkan terlihat lebih tidak sehat.
"Terima kasih atas kerja kerasnya."
Dan tanpa tahu apakah dia mendengar sapaan dari para pegawainya, Sariel berjalan keluar melewati pintu restoran tanpa reaksi sedikitpun.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Sudah jelas kan, tentu saja kita mengejarnya."
"Ke-kenapa kita harus mengejarnya?"
Mereka bertiga berdiri dengan panik dan meninggalkan Sentucky untuk mengejar Sariel.
Sariel yang berjalan tanpa tenaga, rupanya tidak terlalu cepat, jadi mereka tidak perlu cemas kehilangan jejaknya.
"Sepertinya sebelum sesuatu yang merepotkan terjadi, kita harus menemukan suatu cara untuk menaikkan semangatnya."
"Bagiku, aku sudah menganggap saat ini adalah situasi yang merepotkan... pasti akan sulit menangani dia."
"Jika memungkinkan, akan lebih baik bicara dengannya ketika tidak ada orang. Ayo kita ikuti dia dulu, jika dia berencana pulang, kita bisa menyusup ke rumahnya."
"Benar, meskipun pertarungan yang tidak diharapkan terjadi, Alas Ramus seharusnya bisa mengatasi sabitnya."
Sang Pahlawan dan si Penyelidik membicarakan sesuatu yang terdengar seperti tindak pencurian yang berbahaya, dan membuat Chiho mengucurkan keringat dingin karenanya, lalu seolah mengingat sesuatu, Chiho membuka HPnya untuk memastikan waktu saat ini.
"Ah... Ini sudah jam 6..."
Karena kalimat tersebut, Emi menatap ke arah MgRonald yang ada di seberang.
"Begitu ya, Chiho harus bekerja?"
"Yeah, maafkan aku... Aku pikir aku tidak akan bisa melakukannya tepat waktu jika pergi ke sana dulu dan kemudian kembali..."
"Maaf, ini karena aku tidak bisa pulang kerja lebih awal."
"Aku tahu. Kami hanya akan mengikutinya dulu dan melihat situasi. Chiho-dono sebaiknya berusaha yang terbaik untuk bekerja hari ini."
"Baiklah, maaf, aku tidak bisa membantu."
"Tidak apa-apa. Karena Chiho, kita jadi bisa tahu kalau malaikat idiot itu menjadi sangat menyedihkan, selanjutnya adalah pekerjaan kami."
Emi berbicara untuk menenangkan Chiho yang merasa bersalah.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Chiho di depan Sentucky, Emi dan Suzuno pun mulai mengikuti Sariel yang berjalan dengan lesu.
Mereka berdua menggunakan GPS di HP mereka untuk memastikan rute saat melewati jalanan di area perbelanjaan, setelah mereka melewati jalur pejalan kaki, mereka mencapai sebuah distrik tempat tinggal yang sudah tua. Dan setelah berjalan lebih jauh, mereka melihat sebuah apartemen.
"Apa ini blok yang itu?"
Meski dari kejauhan, mereka bisa melihat kalau bagian luar dari apartemen Sariel rupanya masih sangat baru.
Meskipun itu adalah apartemen tingkat bawah dengan masalah penggunaan perbatasan lahan, tapi dari desain jendelanya, bisa terlihat kalau ruang di dalamnya lebih luas dibandingkan apartemen Emi.
Dari fakta bahwa bagian depannya memiliki dua jalur lurus tunggal yang sepertinya memiliki volume lalu lintas yang padat, sekaligus fakta bahwa lantai pertama disewakan untuk toko, tempat ini benar-benar memiliki nuansa apartemen kota.
Salah satu dari dua toko itu, adalah sebuah toko serba ada yang menjual makanan segar.
"Sepertinya sangat pas kalau di waktu hujan."
Suzuno menyuarakan pemikirannya yang dipenuhi dengan kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, di sebelahnya terdapat toko kosong dengan pemberitahuan 'disewakan' terpasang di toko tersebut, dari suasana yang diberikan oleh perlengkapan yang ditinggalkan, Emi bisa menyimpulkan kalau tempat itu dulunya adalah cafe.
Sariel yang terlihat tidak menyadari keberadaan Emi dan Suzuno, melintasi jalur khusus pejalan kaki dan berjalan lurus menuju pintu masuk apartemen.
"Sepertinya memang ini tempatnya. Apa-apaan Heaven's Chateau..."
Heaven's Chateau, Hatagaya.
Ketika Emi merasa tidak puas dengan nama apartemen yang ironis itu, dia tiba-tiba terhenyak,
"Eh?"
"Ada apa?"
Kedua orang itu dengan sengaja melewatkan lampu hijau agar tidak dipergoki oleh Sariel, tapi Emi membelalakkan matanya karena melihat seseorang yang familiar berjalan keluar dari toko serba ada yang terletak di bawah apartemen Sariel.
Orang itu tidak berjalan di arah Emi dan Suzuno, dan hanya berjalan mengikuti jalur. Emi segera berpikir kalau mereka berpapasan, dia seharusnya paling tidak menyapanya, jadi Emi sementara hanya terus memperhatikan orang itu.
"Ada apa?"
"Kau tidak menyadarinya karena dia memakai pakaian biasa? Orang itu adalah manajer MgRonald, Kisaki-san, iya kan?"
Suzuno mendengar hal itu dan langsung mengikuti arah pandangan Emi, tapi orang itu sudah melintasi jalur pejalan kaki berikutnya dan meninggalkan jarak pandang mereka.
"Kisaki-san... kenapa dia datang ke apartemen ini?"
".... Siapa yang tahu? Kupikir seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan Sariel."
"Tapi, apa ada alasan lain?"
"T-tapi, jika memang seperti itu, Sariel tidak seharusnya berada dalam keadaan abu-abu seperti ini, kan?"
"B-Benar sekali."
Saat Emi dan Suzuno sedang membicarakannya dengan serius....
""Ah!""
Lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau tanpa mereka sadari, dan ketika mereka menyadarinya, lampu tersebut kembali berkedip.
"".... Ugh!"
Kedua orang yang memutuskan untuk melintas itu, baru saja mengambil satu langkah, lampu lalu lintas tersebut sudah berubah kembali menjadi merah, dan mereka pun hanya bisa menghentikan langkah mereka.
"..... Itu tidak mungkin. Aku tidak berpikir kalau Kisaki-san akan memperhatikan orang seperti Sariel-sama. Dan menurut informasi Chiho-dono, Sariel-sama menjadi seperti ini karena perlakuan dingin Kisaki-san, kan?"
"Benar... Meskipun aku tidak pernah berbicara langsung dengan Kisaki-san, tapi dari kesan yang kudapat dengan mendengar apa yang dikatakan oleh Maou dan Chiho, dia seharusnya tidak tertarik dengan pria lemah yang menjadi seperti ini hanya karena mereka dicampakkan."
Emi dan Suzuno, sementara hanya asyik dengan emosi mereka yang rumit.
"Huuh, kita pikirkan saja hal ini nanti. Yang lebih penting untuk saat ini, kita harus memastikan kondisi Sariel-sama."
"Aku penasaran apa kita bisa mendapatkan nomor kamarnya dari kotak surat. Ah, tapi bagaimana kalau apartemen ini menggunakan kunci otomatis?'
Karena ini adalah apartemen baru, mungkin saja mereka hanya bisa masuk setelah mendapat izin dari penghuninya. Jika targetnya hanya Sariel, mereka berdua tidak akan merasa bersalah jika mereka langsung menerobos masuk, tapi mereka tidak bisa menyebabkan masalah untuk penghuni lain dikarenakan hal ini.
Saat mereka berdua sedang memikirkan metode lain untuk masuk ke dalam rumah Sariel dengan cara yang lebih aman dan tepat.....
""Ah!!""
Emi dan Suzuno memekik di saat yang bersamaan.
Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Sariel akan keluar dari apartemen sekali lagi.
Meski setelan yang awalnya dia pakai hampir tidak bisa mempertahankan penampilan normalnya, tapi ketika dia berganti celana olahraga dan T-shirt kusut, kini dia malah menjadi benar-benar lebih sulit untuk dipuji.
"Baju yang berantakan adalah bukti dari hati yang hancur."
Suzuno menyuarakan sebuah pendapat yang tidak perlu, sepertinya Sariel memerlukan sesuatu dan berjalan menuju toko serba ada yang sebelumnya terdapat Kisaki di dalamnya.
"Dari kejadian ini, Kisaki-san sepertinya tidak datang untuk mencari Sariel."
"Benar. Emilia, lampunya akan segera hijau, sangat jarang melihat dia keluar sendirian, kita lebih baik mengikutinya dengan cepat..."
Suzuno belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika lampu lalu lintas tersebut berubah jadi hijau, tepat ketika mereka berdua memutuskan berjalan melintasi jalur pejalan kaki dengan cepat.....
"!!!"
Sariel menghentikan langkahnya di depan toko serba ada tersebut.
"???"
Jangan bilang dia sudah sadar kalau dia telah diikuti? Meskipun bagi Emi dan Suzuno yang memang berniat mencari Sariel, tidak masalah jika mereka kepergok, namun Sariel tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda menyadari sesuatu.
".... Sariel.... sama?"
Suzuno dengan hati-hati memulai percakapan dengan Sariel, yang berdiri mematung di depan toko serba ada.
".... Dewi.... ku...."
"Eh?"
"Apa tadi dewiku ada di sini?"
"Uwaahhh!!"
Sariel, dengan mata memerah, tiba-tiba berbalik dan mencengkeram lengan Suzuno dengan kuat. Suzuno pun panik karena tindakan kasar Sariel yang mendadak.
"Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan Bell!!"
"Jawab aku Crestia Bell? Dia di sini kan? Dewiku tercinta tadi ada di sini kan?"
"Te-tenanglah Sariel-sama! D-dewi yang kau maksud, apakah itu manajer MgRonald, Kisaki?"
"A-apa dia ada di sini?"
Ketika Suzuno mengatakan hal tersebut untuk memastikannya, sikap Sariel tiba-tiba melembut dan melihat ke arah Suzuno dan Emi dengan tatapan memelas.
"Lantas kenapa kalau dia ada di sini? Bagaimanapun, cepat lepaskan Bell! Kalau tidak, aku akan menelepon polisi!"
Meskipun ada polisi, mereka harusnya tidak akan mampu menangani Sang Pahlawan dan seorang Malaikat Agung, namun Sariel, dengan sikap yang lebih jujur dari yang dibayangkan, benar-benar melepaskan Suzuno.
"Tidak.... Dia ada di sini... Aku bisa merasakannya."
Kata-kata Sariel dipenuhi dengan kesedihan, bahkan Suzuno yang diganggu pun sampai merasa kasihan padanya.
"Ini adalah bau dari dewiku.... bau dari kopi yang dibuat oleh tangan dewiku."
"Menjijikkan!"
Emi yang sudah tidak tahan, tanpa ampun mencelanya, Sariel pun perlahan terduduk di tanah.
"Ahh... dia tadi berada di tempat yang bisa kuraih... jika waktu bisa diputar kembali... ahh..."
"Hey, Bell, ada apa dengan pria ini?"
"Aku tidak tahu. Meski aku tidak tahu, seseorang pasti akan menelepon polisi kalau ini terus berlanjut. Sariel-sama, kumohon berdirilah!"
".... Yeah, maafkan aku, aku hilang kendali. Aku tidak akan membeli barang-barang lagi, saat aku memikirkan dewiku, aku jadi tidak punya mood lagi."
Emi dan Suzuno dengan hening menyaksikan Sariel yang berjalan kembali ke apartemennya dengan goyah.
Mereka berdua sudah memutuskan kalau hari ini, lebih baik mereka hanya memastikan kondisi Sariel dan alamat tempat tinggalnya. Meskipun ada hal lain yang ingin mereka tanyakan, tapi saat ini, sepertinya Sariel sama sekali tidak bisa diajak bicara.
"Kamar nomer 302 huh."
Dari luar, Emi dan Suzuno memastikan kotak surat yang diperiksa oleh Sariel dan kemudian memutuskan untuk pulang. Tapi sepertinya keadaan Sariel jauh lebih buruk dari yang mereka bayangkan.
Mereka tahu alasan dibalik semua ini adalah karena dia dicampakkan oleh Kisaki, jadi pada dasarnya, mereka hanya harus memikirkan cara untuk memperbaiki hubungan antara Kisaki dan Sariel, tapi Emi dan Suzuno hanya bertemu Kisaki beberapa kali, jadi mereka tidak mungkin meminta Kisaki begitu saja memaafkan Sariel.
Tapi jika ini terus berlanjut, Sariel tidak akan bisa melaksanakan pekerjaannya sebagai mekanisme pertahanan, yang mana hal itu akan memberikan kesempatan bagi para iblis.
".... Kenapa kita harus pusing-pusing melakukan hal-hal semacam ini demi melindungi Raja Iblis?"
Emi menggumam dengan perasaan yang campur aduk, menggunakan volume yang tidak bisa didengar oleh Suzuno.
"Eh, Kisaki-san tidak masuk hari ini?"
Ketika Chiho telah berganti pakaian dan siap bekerja, dia sadar kalau Kisaki tidak terlihat di manapun di dalam restoran, setelah bertanya pada seniornya yang ada di konter....
"Dia bilang dia ingin pergi jalan-jalan saat istirahat, sekarang Maou yang mengurusi lantai dua."
Chiho menerima jawaban tersebut.
"Begitukah? Itu bagus, aku juga ingin segera naik ke lantai dua."
Meskipun dia bilang kepada Maou kalau dia tidak punya kepercayaan diri beberapa hari yang lalu, Chiho tetap ingin mengawaki konter model baru tersebut.
Tapi seniornya itu tersenyum kecut dan berbicara,
"Begitukah? Setelah meminum kopi buatan Kisaki-san, aku tidak lagi ingin naik ke lantai dua. Jika seseorang mengeluh kalau rasa kopinya berbeda dengan buatan Kisaki-san, aku tidak akan tahu apa yang harus kulakukan."
"Hal-hal seperti itu memang bisa terjadi."
Chiho tersenyum kecut karena semuanya memikirkan hal yang sama. Mengikutinya...
"Hey, apa maksudmu dengan keluhan? Itu harusnya adalah pendapat pelanggan."
Tidak diketahui kapan dia kembali, mereka kini hanya diam melihat Kisaki yang tidak memakai seragam pegawai sekaligus topinya, dengan sebuah syal pelindung sinar matahari yang tersampir di atas kaosnya, dia berdiri memegang sebuah tas plastik dari toko serba ada.
"Ah, selamat datang kembali. Kau kembali dengan cepat."
"Hello, Kisaki-san. Apa kau tadi pergi jalan-jalan?"
"Aku punya beberapa urusan yang harus kutangani. Maafkan aku, aku ingin berada di ruang karyawan dulu untuk sementara. Di lantai dua semuanya baik-baik saja kan?"
"Yeah, Maou masih bisa mengatasinya."
Kisaki melirik ke arah monitor yang memperlihatkan situasi di lantai dua.
"Yeah, tapi kita harus segera membuat semua orang bisa naik ke lantai dua cepat atau lambat, atau aku tidak akan bisa menyusun jadwal kerja."
"Oiya, Maou sepertinya menyebutkan sesuatu semacam lisensi khusus MdCafe?"
"Lisensi?"
Si senpai mengatakan sesuatu yang tidak terduga, setelah Kisaki melirik ke arahnya, Kisaki pun mengangguk dengan santai.
"Itu bukan berarti kau tidak bisa masuk ke MdCafe tanpa lisensi tersebut. Tapi setidaknya, orang-orang yang ikut dalam kursus itu, akan memperoleh seritifikat akreditasi yang cukup keren."
"Sertifikat akreditasi.... apakah itu benda yang ditaruh di lantai dua dengan foto Kisaki-san?"
"Benar sekali. Itu hanya untuk peletakan di dalam toko, hanya dengan itu, para pelanggan akan tahu kalau ada seorang pegawai professional di dalam restoran."
Karena dia tidak memperhatikan isinya, Chiho selalu berpikir kalau sertifikat dengan foto Kisaki itu, adalah sebuah sertifikat penanggung jawab restoran cabang.
Kisaki mencetak penjelasan yang dia berikan kepada Maou dan menyerahkannya kepada kedua pegawai tersebut.
"MgRonald Barista.... Maou-san berencana mengambil ini?"
"Yeah. Dia mendaftar kursus ini dengan sangat cepat. Kalau kalian semua tertarik, apa kalian ingin ikut ambil bagian?"
"Akankah aku bisa membuat kopi seperti buatan Kisaki-san kalau aku ikut berpartisipasi?"
Chiho dengan santai bertanya sambil membaca penjelasan tersebut, dan Kisaki sedikit ragu ketika dia menjawab,
"... Setidaknya, itu jadi sedikit lebih mirip."
"Sepertinya itu masih belum mendekati."
Senior kerjanya terlihat tidak begitu tertarik, mungkin karena dia merasakan sesuatu dalam kata-kata Kisaki yang membuatnya terasa seperti terlalu menyombongkan diri.
Chiho memikirkannya sejenak, kemudian mengangguk, mendongak, dan mengatakan,
"Apa aku bisa ikut berpartisipasi juga? Meskipun di sini dikatakan perlu memiliki suatu tingkatan pengalaman kerja."
"Semuanya akan baik-baik saja selama ada rekomendasi dari restoran cabang. Dalam kasus Chi-chan, karena kau bukan pegawai tetap seperti Maa-kun dengan pengalaman manajer penggantinya, maka biaya kursusnya tidak bisa disubsidi, jika kau tidak keberatan, maka....."
"Sepertinya menarik, aku ingin ambil bagian dan melihatnya."
"Begitukah? Kalau begitu tolong isi form lamaran ini dan serahkan besok. Jika registrasinya selesai sekarang, kau seharusnya bisa menghadiri kelas yang sama dengan Maa-kun."
"Aku mengerti, terima kasih."
Setelah melipat form registrasinya dengan hati-hati, Chiho berjalan menuju ruang karyawan dan meletakkannya di dalam tas. Ingin melatih teknik dan pengetahuannya sebagai pegawai MgRonald, keinginan tersebut bukanlah keinginan yang palsu.
Namun, Chiho punya motif lain.
"... Aku penasaran apa yang sebenarnya Maou-san pikirkan."
Chiho ingin menemukan sebuah tempat di mana tidak ada Emi, Ashiya, atau bahkan seluruh warga Jepang yang tidak terlibat dengan Ente Isla, untuk memastikan pandangan Maou terhadap situasi saat ini.
Meskipun jawaban untuk pengakuan Chiho masih belum dia dapatkan, namun bukan karena kesombongannya, Chiho sangat yakin kalau Maou pasti menyukai kehidupan sehari-hari di mana dia berada.
Ketika Chiho mengetahui kalau Emi merasa begitu gelisah mengenai masa depan saat menginap di kamar Suzuno, Chiho tiba-tiba penasaran dengan apa yang Maou pikirkan.
Memikirkannya dengan serius, sejak awal, Maou tidaklah sebenci itu dengan Emi.
Meskipun Maou ingin menghancurkan peradaban manusia dan menaklukan dunia, tapi saat ini, Maou yang tinggal di Jepang tidak terlihat membenci manusia.
Meskipun ini bukan seperti Chiho tidak bisa pergi ke Kastil Iblis dan menanyai Maou langsung, namun Suzuno pasti akan curiga karena hal itu.
Termasuk fakta bahwa Emi yang tidak bisa merasakan kebencian terhadap Maou, mengenai Pasukan Iblis yang memulai perang di Ente Isla di tempat yang tidak diketahui Maou, mengenai situasi Chiho yang berencana mempelajari mantra yang seharusnya tidak ada di Jepang, dan mengenai kehidupan sehari-hari normal yang mulai berubah, apa yang Maou pikirkan mengenai semua itu?
Chiho ingin memilih waktu di mana hanya ada mereka berdua, dan mendengar jawaban dari mulut Maou langsung.
Hanya mereka berdua.... hanya ada mereka berdua....?
"Bu-bukankah itu ke...."
"Apa kau gelisah karena sesuatu?"
"Yeh?"
Chiho yang pemikirannya semakin melenceng dari arah yang sebenarnya, terkejut karena seseorang tiba-tiba memulai percakapan dengannya.
Berbalik, pandangan Chiho bertemu dengan pandangan Kisaki, yang masuk dari belakang, saat ini dia bersandar pada meja dan memakan sesuatu yang terlihat seperti sandwich dari toko serba ada.
"Bergumam sendiri setelah menyimpan form pendaftaran, kau layak mendapatkannya. Jika kau lupa kalau saat ini adalah jam kerja, aku akan sangat kesulitan, kau tahu?"
"A-apa aku melamun selama itu?"
Chiho tersipu, dan menepuk pipinya karena merasa sangat malu.
"Ya, hingga mencapai titik di mana orang lain akan merasa kalau itu bukan Chiho yang biasanya."
Kisaki tersenyum kecut dan meminum satu botol PET teh merah.
"Apa kau mengikuti tes akademis seusai liburan musim panas?"
"Eh, kenapa kau menanyakannya?"
Chiho bingung karena tiba-tiba ditanyai pertanyaan seperti itu.
"Ya ampun, itu karena kau terlihat gelisah belakangan ini. Memang sama saja seperti saat ini, tapi semenjak pembukaan kembali MgRonald, Chi-chan selalu memperlihatkan ekspresi yang mirip seperti orang yang terjebak kemacetan. Dan ketika tertawa, alismu juga sama sekali tidak bergerak."
Meskipun Chiho sudah berusaha menyembunyikan kecemasannya, tapi hal itu masih bisa dilihat dengan mudah oleh Kisaki, yang notabene tidak tahu apa-apa, sepertinya dia adalah orang yang sangat sederhana.
"Itu terlihat dengan sangat mudah. Meskipun ini tidak seperti diriku, tapi aku juga merasa agak cemas belakangan ini. Di saat seperti ini, anehnya, pemahaman akan perasaan yang sama itu akan jadi lebih sensitif."
"Kisaki-san juga bisa merasa cemas? Sulit dibayangkan."
"Hey, hey, hey, aku ini juga manusia kau tahu? Tentu saja aku punya saat-saat di mana aku merasa cemas. Huft, meski begitu, aku sering memendamnya dalam pikiranku saat aku sedang bertindak, aku harus menunjukan seolah-olah aku ini tidak kehilangan jalan hidupku."
Kisaki mengambil satu gigitan besar sandwich di tangannya, menyesuaikannya dengan teh merah, dan menelannya dalam sekali tegukan.
"Izinkan aku memberi sebuah nasihat dari seorang senior yang berusia 30 tahunan untuk seorang gadis remaja. Semuanya pasti akan berhasil pada waktunya. Selama itu bukan masalah kehidupan, sebenarnya tidak mudah menemukan hal-hal yang tidak dapat dirubah."
"Begitukah?"
"Memang benar kau tidak akan gagal selama kau tidak mengambil sebuah tindakan, namun jika demikian, tidak ada satupun yang akan berubah. Sebaliknya, selama kau mau bertindak, perubahan pasti akan terjadi entah kau berhasil atau gagal. Jika kau takut akan berubahan, hidup di era seperti sekarang ini pasti akan sulit."
"Tapi... Aku tidak takut... akan perubahan."
Setelah Kisaki melihat Chiho yang gelisah, dia pun mengangguk.
"Jika kau tidak bisa langsung menemukan jawabannya bahkan setelah berusaha keras, maka fokuskan perhatianmu pada pekerjaan yang ada di hadapanmu. Apa yang sebaiknya Chi-chan lakukan saat ini adalah pekerjaan MgRonald yang ada di depanmu."
"Ah, be-benar. Ma-maafkan aku karena bermalas-malasan di sini."
Setelah memperhatikan jam, Chiho pun menyadari kalau dia sudah berada di dalam ruang karyawan dan merasa cemas selama hampir 10 menit.
Melihat punggung Chiho saat dia dengan panik keluar dari ruang karyawan, Kisaki pun dengan cepat mengeluarkan resume wawancara pegawai dari dalam laci.
"Hm....."
Ketika membaca resume Chiho, Kisaki pun kepikiran Maou yang saat ini bekerja di lantai dua.
---
"Chi-chan juga ingin ikut dalam kursus itu?"
Maou mendengar kabar tentang Chiho yang juga ingin ikut serta dalam kursus Barista MgRonald dari Kisaki yang sudah selesai beristirahat dan kembali bekerja.
"Yeah, dan dia akan ikut di hari yang sama dengan Maa-kun, ini kesempatan yang langka, kalian berdua sebaiknya menghadirinya bersama."
"Benar, kalau begitu akan kami atur seperti itu."
Kisaki agak menundukan kepalanya untuk melihat ke arah Maou yang menjawab dengan santai, dan tiba-tiba bertanya,
"Oiya, Maa-kun, apa kau tahu kapan ulang tahun Chi-chan?"
"Eh, tidak. Aku tidak tahu."
Meski sedikit bingung, Maou tetap bisa langsung menjawab pertanyaan tiba-tiba Kisaki.
Melihat ekspresi Kisaki yang terlihat agak kecewa, Maou langsung tahu kalau dia telah mengatakan sesuatu yang salah.
"Aku penasaran apa ini kau yang tidak peka, ataukah Chi-chan yang terlambat berkembang, sangat sulit untuk mengetahuinya."
"Hah?"
Jawaban konyol Maou membuat Kisaki menggelengkan kepalanya seolah sudah menyerah.
"Aku hanya bisa memberitahumu kalau hari itu akan segera tiba. Bagaimanapun, di era sekarang ini, kita tidak bisa dengan ceroboh mengungkap informasi pribadi karyawan."
"Begitu ya?"
Tentu saja Maou tahu kalau di Jepang ada sebuah adat untuk merayakan ulang tahun. Meski begitu, dia tidak pernah terlalu memperhatikan ulang tahun orang lain.
"Aku tidak yakin kenapa, tapi akhir-akhir ini, setiap kali melihat kalian berdua, aku selalu merasa Chi-chan sudah banyak membantu Maa-kun dibandingkan siapapun. Anggap saja ini balasan untuk kepeduliannya dan tunjukan sisi kejantananmu."
"Y-yeah."
"Ngomong-ngomong, alasan kenapa Chi-chan bertingkah aneh akhir-akhir ini, pasti ada hubungannya denganmu kan?"
"!!"
Maou hanya bisa menatap sosok Kisaki dari samping.
Meskipun Maou tidak berpikir kalau Chiho akan memberitahu Kisaki yang sebenarnya, tapi sepertinya, bahkan Raja Iblis pun tidak mungkin bisa menyembunyikan semuanya dari Kisaki.
"Aku tahu meskipun kalian berdua tidak mengatakan apa-apa. Rasanya seolah-olah atmosfer di antara kalian berdua sudah berubah banyak semenjak pembukaan kembali MgRonald."
".... Be-begitukah?"
"Itu bukanlah sesuatu yang buruk. Manusia pasti akan kalah dan gelisah tidak peduli berapapun usia mereka. Tapi kalau ada seseorang yang berada di sisi mereka di saat-saat seperti itu, pasti akan membuat perubahan besar pada hasilnya."
Kisaki yang menunjukan senyum nakal, menyikut Maou dengan sikunya.
"Terkadang, kau juga harus mengambil inisiatif dan membantu Chi-chan menyelesaikan masalahnya. Pasti akan ada banyak poin juga seperti ini."
".... Kisaki-san, terkadang memberi kesan seperti seorang bapak-bapak."
Maou membalas dengan serius, tapi Kisaki dengan santai menjawab,
"Ini juga adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Kalau kepribadian seorang wanita berubah menjadi seperti bapak-bapak, banyak masalah akan bisa terselesaikan. Ya meskipun sulit untuk menemukan pasangan seperti itu."
Sulit untuk menanggapi kalimat tersebut.
"Bagaimanapun, kalau kau bisa mendapatkan lisensi MgRonald Barista, maka orang yang bisa mengawaki lantai dua akan ikut bertambah. Itu seharusnya tidak terlalu sulit, tapi pergilah ke sana dan pelajarilah!"
"Aku mengerti."
Mungkin karena merasakan keraguan Maou, Kisaki melanjutkan topik yang tadi.
"Tapi soal hadiah.... Hadiah apa yang sebaiknya kita beri?"
Bahkan di mata Maou, dibandingkan gadis seusianya, karakteristik Chiho memang diolah dengan cara yang lebih sehat, jadi memberinya hadiah yang terlalu feminim mungkin tidak akan berguna.
"Memikirkannya dengan cermat, mungkin sebaiknya 10 kg beras dan salad dibungkus kotak hadiah."
"Ini bukan festival hantu!!"
Kisaki membantahnya sembari tercengang.
"Kalau aksesoris, selera setiap orang itu berbeda-beda, meskipun aku ingin memberinya buku yang populer belakangan ini, Chi-chan mungkin sudah memilikinya, tapi kalau memberi bunga, bukankah itu akan membuat orang lain salah paham?"
"Benar, berdasarkan hubungan antara kalian berdua, memang ada beberapa kesulitan."
Kisaki mungkin juga sedikit memikirkannya, tapi tentu saja, dia tidak akan memberitahu Maou jawabannya.
"Untuk lebih ekstremnya, sesuatu seperti hadiah, akan lebih bagus kalau orang itu bisa menggunakannya. Jika kau terlalu memikirkannya, itu mungkin malah akan menjadi beban di pikiran si penerima pada akhirnya, apa yang paling penting adalah niatannya. Tuangkan saja perasaanmu ke dalamnya dan pilih dengan benar."
Di saat seperti itu, seorang pelanggan baru mendekat sambil mengarahkan wajahnya ke arah AC. Dari bagaimana pelanggan itu belum memesan apapun dari bawah, dia harusnya adalah pelanggan di MdCafe.
Meskipun Maou tidak pernah berbicara dengan pelanggan itu, tapi dari wajahnya, Maou bisa memastikan kalau dia adalah seorang pelanggan reguler semenjak sebelum terjadinya renovasi.
Meskipun saat ini adalah puncak musim panas, dan pelanggan itu nampak dipenuhi keringat, setiap kali dia memesan white gold roasted coffee, dia akan selalu meminta 'yang panas' dan tidak pernah memesan es kopi.
Dalam hati Maou, dia diam-diam memberikan nama panggilan 'kopi panas-san' untuk pelanggan itu.
"Selamat datang."
Maou dan Kisaki membungkuk dengan hormat secara bersamaan.
"Cappucino ukuran medium, panas satu."
Sesuai kebiasaannya, pelanggan itu memesan kopi panas dan Maou pun tersenyum.
"Aku mengerti, apa anda perlu yang lain?"
Setelah Maou membantu pelanggan itu membuat pesanannya, dia pun berlari menuju Kisaki.
"Totalnya 300 yen... Aku menerima 5000 yen, tolong diperiksa!"
Sesuai peraturan MgRonald, ketika menerima uang besar saat pembayaran, mereka harus bertanya pada pegawai lain untuk memastikan tagihannya ketika memberikan kembalian.
Kisaki berbalik menanggapi permintaan Maou, dan karena alasan yang tidak diketahui, dia menggosok-gosok bagian bawah mug khusus MdCafe yang diletakkan di rak dengan ujung jarinya.
"Tidak masalah!"
Kisaki menyentuh mug kopi tersebut sambil memastikan kembalian Maou.
Saat Maou menyerahkan tagihan dan kembalian ke pelanggan, Kisaki tiba-tiba berbicara,
"Jika anda tidak keberatan, silakan duduk di kursi anda, kami akan mengantarkannya untuk anda nanti."
Setelah pria itu mengambil plat nomer meja, dia mencari tempat duduk yang terlihat nyaman serta empuk, dan kemudian duduk di atasnya.
Setelah memastikan lokasi pelanggan tersebut, Maou melirik melalui sudut matanya menyaksikan gerakan Kisaki ketika membuat kopi.
Kisaki yang mengambil sebuah cangkir dari tengah rak, karena alasan yang tidak diketahui, mulai mencuci cangkir tersebut dengan air panas yang dipakai untuk membuat teh merah.
Setelah keseluruhan cangkir tersebut disiram dengan air panas, Kisaki menggunakan ibu jarinya untuk menyentuh titik di atas pegangan cangkir tersebut.
Kisaki mengangguk seolah-olah memahami sesuatu, dan kemudian berjalan menuju mesin kopi, sesuai pesanannya, dia meletakkan biji kopi yang dipakai untuk Cappuccino ke dalam mesin kopi untuk mengekstrak kopi yang sudah terkonsentrasi. Setelah menambahkan gelembung susu yang dikeluarkan oleh mesin gelembung susu bertenaga uap, Cappuccino yang selalu Maou buat dengan mengikuti standar pengoperasian pun telah siap disajikan.
"Yeah."
Kisaki mengangguk puas, dia secara pribadi berjalan menuju area tempat duduk pelanggan, mengambil plat nomer meja, dan meletakkan mugnya di atas meja.
Maou terus menatap ke arah pelanggan itu tanpa mengalihkan pandangannya.
Kopi panas-san yang terlihat ingin beristirahat, mengeluarkan HP dari dalam sakunya dan menatap layar HPnya, tanpa sedikitpun melirik ke arah mug.
".....?"
Akan tetapi, setelah meminum satu teguk, gerakannya mengembalikan mug ke atas meja tiba-tiba terhenti.
Pandangannya teralih dari HP, dan dia menggerakkan mug yang ingin dia taruh kembali ke atas meja menuju mulutnya.
Melihat Kopi panas-san meminum seteguk kopi dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan tegukan yang pertama, Maou pun perlahan memahami kalau rasa dari Cappuccino tersebut benar-benar berbeda dengan buatannya.
"Aku penasaran apa perbedaannya...."
Setelah mengikuti kursus MgRonald Barista, Maou bertanya-tanya apakah dia bisa mengungkap misteri kecil ini.
Ketika melihat Kisaki kembali dengan ekspresi puas di wajahnya, Maou tidak bisa menghilangkan kegelisahan yang ada di dalam hatinya.
Jam 10 malam, Maou yang sudah bekerja dari pagi sampai sekarang, mulai membuat persiapan pulang bersama dengan Chiho.
Mereka berdua meninggalkan restoran di bawah pengawasan Kisaki, yang terlihat sedikit senang.
"Ayo kita pulang!"
"Baik!"
Jalan menuju rumah Maou dan Chiho adalah searah, hingga mencapai titik pertengahan.
Chiho yang tidak tahu sebelumnya kalau jadwal kerja Maou berakhir lebih awal, berpikir kalau dia tidak perlu menunggu sampai hari kursus MgRonald Barista, mungkin dia bisa menemukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Maou hari ini.
"....."
Namun, saat Maou mengambil Dullahan 2 dari tempat parkir sepeda, dia tiba-tiba menunjukan ekspresi seperti saat dia ingin meminum teh merah, tapi malah keliru meminum saus soba.
"Astaga, kalian berdua baru pulang bekerja?"
".... Jangan salah paham, kami tidak menunggumu!"
Emi dan Suzuno mengucapkan hal tersebut dengan sikap tidak tahu malu.
Tidak peduli apa yang mereka pikirkan, mereka berdua jelas-jelas menunggu Maou dan yang lainnya keluar.
Dari fakta bahwa mereka berdua masih ada di sini di saat seperti ini, Chiho bisa menyimpulkan kalau Sariel tidak mungkin akan bangkit secepat itu.
Suzuno dan Emi mungkin berada di sini untuk mencegah agar Maou tidak jatuh ke tangan iblis di Ente Isla.
Tapi dari sudut pandang Maou, dia tidak ingat sudah melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan Emi dan Suzuno menganggunya, jadi dia pun menghela napas seolah-olah menyerah dan mengatakan,
"Ada masalah apa?"
"Bukankah sebelumnya sudah kubilang kalau kami tidak menunggumu?"
"... Yusa-san?"
Chiho tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Meskipun sejak awal nada bicara Emi kepada Maou memang tidak baik, tapi hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda.
"Emilia benar. Orang yang kami cari sebenarnya ada di Sentucky. Meskipun masalahnya sudah selesai lebih awal, tapi kami juga perlu berbicara mengenai topik wanita."
"Apa kau sebegitu sukanya dengan istilah 'topik wanita' itu?"
Maou memandang Emi untuk meminta konfirmasi dengan kesal.
"Apa kau sudah melakukan sesuatu sebelumnya yang akan membuat kami harus mencarimu?"
Melihat Emi sang Pahlawan mengatakan hal semacam itu, Maou si Raja Iblis....
"Terlalu banyak untuk dihitung."
Dia hanya bisa menjawab seperti itu.
".... Begitulah."
"Hah?"
Logikanya, jika itu adalah Emi yang dulu, tidak akan aneh kalau dia berteriak 'Kalau begitu matilah!!' ke arah Maou, namun, saat ini dia hanya mengalihkan pandangannya dengan bosan dan mengatakan,
"Lalu menurutmu urusan apa yang kami miliki denganmu?"
"Hah?"
Mata Maou terbuka lebar karena arah bantahan Emi terlalu tidak bisa diperkirakan.
Melihat mata Emi dan arah pandangannya, Chiho akhirnya menyadarinya.
Hari ini, Emi sama sekali tidak bisa menatap mata Maou.
Biasanya, Emi akan menunjuk langsung ke arah Maou, entah itu tatapannya, kebenciannya, ataupun jarinya, tapi kali ini, dia benar-benar menghindari Maou.
"Uh... Soal itu, bagaimana aku mengatakannya ya.."
Tidak diketahui apakah dia menyadari keanehan sikap Emi atau tidak, Maou hanya menggaruk kepalanya dan mengatakan,
"Karena aku pulang bersama dengan Chi-chan, jadi kau khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang tidak pantas di tengah jalan?"
"Kau, yang bahkan tidak berani mendongak di hadapan ibu Chiho, apakah bisa melakukan hal-hal semacam itu?"
"... Ataukah kau khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang buruk di lantai dua, yang mana tidak bisa terlihat dari Sentucky ataupun toko buku di seberang?"
"Kau sangat menghormati manajer itu, dan kau masih berani bicara seperti itu?"
"Kalau begitu, kau pasti sedang mencari masalah seperti biasanya?"
"Apa maksudmu dengan mencari masalah?"
Emi tidak menyembunyikan sikap frustasinya dan berbicara pelan dengan sikap penuh kebencian sambil menundukan kepalanya,
"Kenapa Pahlawan harus memikirkan alasan untuk mencari Raja Iblis?"
"Orang yang datang ke sini tanpa ada urusan apapun juga terdengar sangat aneh kan?"
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya kalau aku punya urusan dengan Sariel?"
"Ada apa? Kau jadi sedikit aneh akhir-akhir ini, kau tahu?"
Maou yang menjadi semakin tidak sabar, mulai berbicara dengan nada yang tajam.
".... Ugh!"
Emi yang tidak bisa mendongak karena nada tegas Maou...
"Yu-Yusa-san?"
"A-ada apa...??"
"....."
Terdapat air mata di matanya.
Kapan terakhir kali Maou melihat air mata Emi?
Maou sedikit demi sedikit mulai mengerti alasan kenapa Emi bertingkah aneh akhir-akhir ini.
Ayah Emi nampaknya masih hidup, mungkin setelah mengetahui fakta ini dari Gabriel, hati dari sang Pahlawan muda ini jadi berguncang hebat.
Maou bisa memahami kalau rasa dendam karena kematian orang tua, bisa menjadi motif bagi tindakan seseorang.
Sebagai seorang Pahlawan, Emi sejak awal sudah memiliki rasa keadilan, nampaknya membalas dendam atas kematian ayahnya menempati sebagian besar hati Emi untuk terlibat dalam rencana penaklukan Maou.
Memikirkannya, Maou tiba-tiba teringat sesuatu.
Air mata dari sang Pahlawan yang dibiarkan terlihat oleh Raja Iblis.
Kapan hal itu terjadi?
Dan lagi, waktu itu Emi juga....
'Kenapa kau sangat baik padaku, pada manusia? Kenapa kau bisa menjadi begitu baik?'
Dia juga menangis.
'Kenapa kau membunuh ayahku?'
Tangisan sang Pahlawan dan suara tak berdayanya, menggema di pikiran Raja Iblis.
"Hey, Emi."
".... Ada apa?"
Emi menekan perasaan yang ingin meluap dari dalam dirinya dengan sekuat tenaga, tapi nada Maou tak disangka terdengar lembut,
"Bagaimanapun juga, menaklukan dunia memang lebih cocok dengan kepribadianku."
"... Eh?"
"Maou-san?
"Raja Iblis.... ?"
Suasananya seketika dipenuhi dengan atmosfer berbahaya yang bahkan membuat Suzuno dan Chiho, yang hanya mengamati mereka, merasa begitu terguncang.
"Mungkin dunia manusia memang tidak cocok dengan kepribadianku, dan ada banyak orang yang sudah menungguku. Lagipula, kalau aku mau, tidaklah sulit menghubungi Camio agar menjemputku."
"M-Maou-san, k-kau tidak serius kan?"
Maou berbicara dengan tenang, sebaliknya, karena Chiho terlalu terguncang, bahkan nadanya pun juga mulai bergetar.
"Chi-chan, sebenarnya ini sudah aneh sejak awal. Aku, yang memimpin ratusan klan iblis dan berdiri di puncak 50.000 Pasukan Iblis, masa iya ingin mempelajari dunia manusia?"
"....."
Nada Maou sama sekali tidak berubah, menyebabkan pandangan Suzuno menunjukan tanda-tanda kewaspadaan. Chiho juga sama, dia sama sekali tidak bisa membaca tujuan Maou yang sebenarnya.
"Bagaimanapun juga, Raja Iblis dan Pahlawan itu adalah eksistensi yang tidak mungkin bisa akrab. Aku akan melakukan hal-hal yang kejam untuk menaklukan dunia, jadi datanglah padaku dan bunuh aku. Melakukan hal seperti itu harusnya lebih terdengar normal kan?"
"Maou-san...?
"Maafkan aku, Chi-chan."
Setelah menepuk bahu Chiho, Maou berjalan melewati ketiga gadis itu dan mulai mendorong Dullahan 2.
"Ashiya seharusnya juga akan merasa senang. Mengambil kesempatan saat pembangunan kembali Ente Isla belum selesai, mungkin serangan ini akan berjalan dengan lebih mudah."
".... Kau pasti...."
"Aku mungkin juga akan meminta Camio membawa banyak pasukan untuk menjemputku. Sebagai pembuka, sepertinya akan bagus menyebabkan kekacauan di Jepang."
".... Kau pasti tidak akan...."
Emi berbicara dengan suara pelan di belakang Maou yang berbicara sendiri.
".... Yusa-san?"
"Emilia?"
Mengabaikan panggilan Chiho dan Suzuno, Emi pun mendongak, menatap tajam Maou, dan berteriak ke arah punggungnya yang dibalut oleh T-shirt UNIXLO.
"Kau pasti tidak akan melakukan hal itu!!"
"...."
Maou berhenti berjalan dan mengarahkan pandangannya ke arah Emi.
"Dan... Kau tidak bermaksud melakukannya sama sekali...!!"
"Kalau kau berteriak terlalu keras, Kisaki-san pasti akan datang ke sini, kau tahu?"
"Akankah seseorang yang takut dengan kemarahan seoarang manajer restoran, bisa menguasai dunia?"
"Setiap orang pasti memiliki seseorang yang tidak ingin mereka ganggu."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku akan menaklukan dunia."
"Bukan itu maksudku. Aku bertanya, apa yang akan kau lakukan setelah menaklukan dunia?"
"....."
Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena pertanyaan Emi.
"Iblis di Dunia Iblis tidak perlu makanan selama mereka memiliki sihir iblis. Meskipun ini bukan berarti kalian bisa berbaur dengan peradaban manusia, tapi bagi kalian, apa pentingnya tanah dan harta dunia manusia? Menguasai dunia itu tidak memberi daya tarik lain selain membunuh manusia, jadi apa yang ingin kau lakukan?"
Seperti penyelidikan Suzuno, ada perbedaan besar antara nilai Dunia Iblis dan Ente Isla.
"Bagaimana kalau memburu manusia, membunuh manusia, dan menyebarkan keputusasaan ke seluruh dunia?"
"Saat kau mengucapkan kalimat itu, sudah jelas kalau itu bukan kejujuranmu."
Emi terus berbicara dengan ekspresi seolah dia tidak bisa menerimanya.
"Invasi Maracoda di Benua Selatan, hanya bisa digambarkan sebagai hujan darah, serangan pasukan Lucifer di Benua Barat juga sangat dahsyat. Tapi dibandingkan dengan Maracoda.... Pasukan Adramelech di Benua Utara sama sekali tidak menyerang siapapun selain para Kesatria, dan logikanya, Benua Timur yang seharusnya berada di bawah kendali paling lama, saat ini masih dikuasai oleh Unifying Azure Emperor dan anggota klannya."
"..... Seperti yang diharapkan dari Pahlawan yang mengelilingi dunia, kau tahu banyak."
Emi sama sekali tidak menyembunyikan air matanya, dan menatap tajam Raja Iblis yang menunjukan senyum mengejek.
"Jika.... jika kau benar-benar Raja Iblis kejam yang haus darah, maka aku.... maka aku tidak akan jadi sangat kesulitan!"
"Yusa-san..."
"Semenjak kau mengatakannya di depanku kalau kau ingin menjadi pegawai tetap di dunia ini. Sejak saat itu, aku sudah berpikir kalau itu sangat aneh! Kau sama sekali tidak ingin menaklukan dunia! Kau hanya...."
Di titik ini, entah kenapa Emi melirik ke arah Chiho, sebelum melanjutkan,
"Hanya ingin melakukan sesuatu yang luar biasa, dan membuat orang lain mengakuimu kan?"
Efek dari kalimat tersebut dapat segera terlihat.
Ekspresi di wajah Maou sepenuhnya menghilang, Emi, Chiho, dan Suzuno bisa melihatnya, ini adalah apa yang disebut sebagai pertanda sebelum ledakan perasaan kuat selain rasa marah dan malu.
Namun, seketika...
".....Eh?"
"Ma-Maou-san?"
Maou, dengan memegang sepedanya, menghilang dari hadapan mereka bertiga tanpa peringatan apapun.
"A-apa...?"
Orang yang paling terguncang adalah Emi yang sebelumnya berselisih dengan Maou.
Maou, tadi pasti ingin memprotes Emi mengenai suatu masalah. Dari bagaimana dia mengambil napas dalam sebelumnya, dia pasti bersiap-siap membantah teori Emi.
Tidak ada jejak-jejak Maou mengaktifkan sihir iblis di tempat tersebut. Akan tetapi, meskipun mereka melihat ke atas, atau mengamati sekelilingnya, mereka hanya bisa menduga kalau Maou melarikan diri dengan sebuah cara yang tidak normal, namun, Emi segera menyadari kalau bukan begitu kenyataannya.
"Ma-Maou-san?"
Chiho dengan gemetar berjalan menuju tempat di mana Maou pada awalnya berdiri.
Akan tetapi, di atas batu bata di jalur pejalan kaki di mana Maou berada, sama sekali tidak ada jejak yang tertinggal. Meskipun Chiho berdiri di tempat di mana Maou tadi berdiri, faktanya juga tidak terjadi apa-apa.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?"
Suasana kota saat malam, beroperasi dengan normal seperti biasa.
Suara mobil tanpa henti bisa terdengar dari Koshu-Kaido, dan beberapa pelanggan baru, mengabaikan ketiga orang yang kebingungan itu, berjalan memasuki MgRonald.
Hanya keberadaan Maou dan Dullahan 2 yang lenyap dari tempat tersebut bagaikan sebuah ilusi.
"Maou-san...."
Chiho tanpa sadar meletakkan tangannya pada bahu yang disentuh oleh Maou sebelum dia menghilang.
"E-Emilia, mungkinkah ini..."
"Meskipun sejenak aku juga berpikir begitu.... tapi apa hal itu mungkin?"
Suzuno dan Emi awalnya menyimpulkan kalau ini adalah tindakan Barbariccia yang mencoba menculik Maou.
Namun, entah itu tadi atau sekarang, mereka berdua tidak merasakan sihir suci maupun sihir iblis.
".... Kastil Iblis seharusnya baik-baik saja kan?"
Kata-kata Suzuno membuat Emi menahan napasnya.
Itu benar, mungkin sesuatu yang aneh juga terjadi pada Ashiya dan Urushihara.
Meskipun itu adalah sesuatu yang aneh, tapi jika apa yang Emi dan Suzuno pikirkan benar-benar terjadi, maka bagi Maou dan yang lainnya, hal itu malah bisa dianggap normal, bagaimanapun, situasi saat ini benar-benar sangat rumit.
"Aku tahu nomor Skyphone Lucifer, selama si NEET itu bermain di depan komputer seperti biasanya...."
Emi mengeluarkan Slimphone-nya, dan menelepon nomor Skyphone Lucifer.
Akan tetapi, karena alasan yang tidak diketahui, HPnya sama sekali tidak menghasilkan nada panggil, Emi yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres, melihat ke layar HPnya sekali lagi, dan terkejut saat melihat layarnya menampilkan kata 'Tidak ada Sinyal'.
"Eh? T-tidak ada sinyal??"
"Biarkan aku melihat nomornya! Aku akan menggunakan HPku untuk..."
Suzuno merebut HP dari tangan Emi dan kemudian membuka HPnya sendiri,
"Tidak ada sinyal...."
Melihat hal itu, Chiho juga membuka HPnya dan terkejut saat melihat tampilan tidak ada sinyal.
"B-bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Biasanya, ketika aku meninggalkan restoran dan akan pulang, aku selalu menelepon ibuku untuk memberinya kabar!"
Meski Chiho menatap ke arah layar HPnya selama beberapa saat, sinyalnya sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda akan pulih. Tidak hanya itu....
"Eh? H-hey.... ah!"
Seorang wanita muda berjalan melewati Emi dan yang lainnya sambil mengenyit dan melihat ke arah HPnya.
"Astaga, sinyalnya hilang."
Wanita tersebut melambai-lambaikan HPnya di udara ketika dia sedang berjalan, dan setelah berjalan lumayan jauh dari Emi dan yang lainnya, dia kembali memposisikan HPnya di samping telinganya.
"Ada sinyal di sebelah sana?"
Jarak di antara mereka sekitar 50 meter.
Emi dan Suzuno berlari di belakang wanta itu, dan di titik di mana wanita itu memposisikan kembali HPnya ke telinga, mereka menyadari kalau HP mereka mendapatkan kembali sinyalnya.
"M-meskipun, aku benar-benar tidak mengerti, tapi kta bisa menelepon sekarang."
Emi, bernapas lega, kembali menelepon Urushihara, adapun Suzuno.....
"....?"
Karena alasan yang tak diketahui, dia memperhatikan area di sekitar kakinya.
Dengan gerakan seperti menginjak sesuatu, Suzuno mengambil satu langkah ke belakang dari tempat di mana dia berdiri.
"Aneh sekali."
"Eh?"
Meskipun ada nada panggil, Emi tetap merasa cemas karena Urushihara masih belum mengangkat teleponnya, setelah itu, ketika melihat ke bawah, dia menyadari kalau Suzuno sudah berjongkok dan melihat ke tanah sambil berkonsentrasi.
"Bell, apa yang kau lakukan?"
Suzuno tidak menjawab petanyaan Emi dan mengambil batu kecil dipinggir jalan dan meletakkannya di atas telapak tengannya.
"Ei!"
Suzuno berteriak untuk meningkatkan pancaran auranya, dan batu kecil di tangannya pun mulai bersinar redup. Sepertinya dia mentransfer sihir suci ke dalam batu tersebut.
Lalu, melihat Suzuno menjentikkan jarinya, batu kecil itu pun melayang di tempat yang tidak terlalu tinggi.
"Eh?"
Emi membelalakkan matanya kaget.
Batu dengan sihir suci Suzuno itu tidak hanya terpantul kembali di tengah-tengah udara, namun, juga menciptakan percikan api biru seperti benda yang bertabrakan, di saat yang bersamaan.
".... Ini adalah barrier."
"Ba-barrier?"
Berbeda dengan Emi yang terkejut, Suzuno menghirup napas dengan ekspresi yang lebih tegas dan mengatakan,
"Dan ini bukan sihir iblis. Ini.... adalah sebuah mantra barrier! Raja Iblis terperangkap di dalam mantra barrier!"
"Tapi, sesuai perkataanmu, garis batasnya seharusnya ada di sini kan? Kenapa kita bisa dengan leluasa keluar masuk barrier?"
Emi menutup teleponnya karena tidak ada seorangpun yang mengangkatnya, dia pun bertanya kepada Suzuno, tapi sebelum itu...
"......Ahhhh!!"
"Bell, apa kau bilang sesuatu?"
"Tidak, bukankah itu suara Emilia?"
".... Tunggu... ugwah!!"
""Ehh??""
Suara itu terdengar dari langit di atas mereka.
"Dewikuuuuuu!!"
Sebuah suara tidak menyenangkan melewati kepala Emi dan Suzuno.
"Ekk!!"
Bahkan tanpa memastikannya pun, mereka bisa tahu kalau orang yang jatuh dari langit itu adalah Sariel. Matanya tidak hanya memerah, dia bahkan menegangkan wajahnya yang kurus dengan bersemangat, ekspresinya terlihat sangat berlebihan.
"Aku datang untuk menyelamatkan... pwah!"
Suzuno secara refleks mengayunkan palu sucinya ke arah wajah Sariel.
"Pu....ugh....awah!!"
Sariel terlempar tanpa ampun ke belakang oleh palu raksasa tersebut, dan kemudian memantul.
"Pugh!"
Dia menghantam batas barrier di pinggir jalur pejalan kaki.
"..... dia, dia masih hidup kan?"
Seolah sedang mencontohkan penggunaan mantra dengan penguat, Suzuno dengan cantik melayangkan palunya, lantas terengah-engah, dia pun memastikan situasinya dengan Emi.
"Yargh!!"
"Dia bangun!"
Tapi Sariel sendiri terlihat tidak mengalami luka serius, dia bahkan melompat dari tanah dengan bersemangat.
"A-apa yang terjadi?"
Sariel malambaikan sebelah tangannya, bertanya kepada Emi dan Suzuno.
Hanya dengan gerakan itu, gelombang sihir suci menyebar keluar dari tangan Sariel dan menelan area tersebut.
Gelombang sihir suci itu nampaknya memiliki efek serupa dengan mantra yang Suzuno rapal sebelumnya, dan membuat batas barriernya terlihat. Itu adalah area sihir suci berbentuk kubah yang membentang sampai ke jalan.
"Ugh, kamilah yang seharusnya ingin bertanya padamu apa yang terjadi...."
"Dewiku, dewiku baik-baik saja kan?"
"Restoran itu tidak apa-apa, begitu juga manajer Kisaki...."
Sambil berbicara, Emi dan Suzuno melihat ke arah di mana Maou sebelumnya berdiri, mereka pun menyadari kalau di sana sudah tidak terlihat normal seperti sebelumnya, di sana tidak ada jejak dari siapaun...
"Eh, eh? Chiho.....dono?"
Chiho telah menghilang.
Logikanya, saat mereka mengatakan kalau HP mereka tidak bisa menerima sinyal, Chiho seharusnya berada di samping Emi dan Suzuno.
"Ugh!"
Emi dengan panik berlari kembali ke tempat di mana Chiho awalnya berdiri, bahkan tasnya mengenai Sariel yang ingin bangkit dari tanah, tapi Emi sama sekali tidak peduli.
Karena alasan yang tidak diketahui, Emi dan Suzuno tidak terbatasi seperti Sariel, mereka bisa keluar masuk batas barrier dengan leluasa.
Seperti yang diduga, tidak ada jejak tertinggal di tempat Chiho sebelumnya. Mereka membuka HP mereka, dan tetap saja, hanya tempat itu yang tidak bisa menerima sinyal, tapi ketika mereka melihat ke arah MgRonald, mereka melihat pegawai di dalamnya masih bekerja dengan normal, dan para pelanggan pun masih makan dengan nomal.
"Apa yang terjadi? Ini hanyalah sebuah barrier, tapi kenapa orang-orang bisa menghilang?"
"A-aku juga tidak tahu! Jika ini adalah barrier biasa, Raja Iblis dan Chiho-dono tidak mungkin akan menghilang, melainkan tetap berada di tempat mereka... tidak, tunggu, kalau ini adalah barrier biasa kita tidak mungkin bisa keluar masuk dengan bebas!"
"Ini bukan barrier biasa!!"
Sariel berteriak saat masih berada di tanah, sehingga menyebabkan beberapa karyawan yang menuju stasiun Hatagaya untuk pulang, memandangnya dengan curiga dan dengan sengaja mengambil jalan memutar untuk menghindarinya.
"Ini adalah Barrier Pergeseran Dimensi! Bukankah aku pernah menggunakannya di gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo?"
"Pergeseran Dimensi?"
Saat Sariel menculik Emi dan Chiho, Suzuno melihatnya memasang sebuah barrier yang mencakup seluruh gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo.
Tapi dibandingkan dengan barrier Maou, barrier Sariel tidak memiliki batas yang jelas dan nampaknya hanya menyebabkan orang-orang di sekitar gedung Metropolitan tiba-tiba menghilang.
"Ku-kupikir Surga merancang rencana ini untuk melukai dewiku yang menjadi penghalang bagi diriku yang tidak kembali ke sana, hal itu membuatku menuju ke sini dengan panik untuk menyelamatkannya...."
Emi dan Suzuno mengabaikan kata-kata Sariel yang belum selesai dan mengamati situasi di sekitar mereka dengan waspada, mereka saling memunggungi satu sama lain.
Meskipun mereka tidak bisa melihatnya, tapi pihak musuh memang ada di sini.
"Musuh.... kita."
Keesokan harinya. Belum saatnya makan malam mungkin adalah salah satu faktornya, tapi separuh kursi Sentucky di stasiun Hatagaya sudah dipenuhi pelanggan.
Meski begitu, atmosfer di dalam restoran tetap terasa ceria, para pegawai wanita di konter pun juga menyapa Chiho dan yang lainnya dengan suara riang.
Untuk membuatnya lebih mudah dilihat oleh pelanggan, ayam goreng yang baru dimasak diletakkan di belakang konter untuk mengundang selera para pelanggan, namun, sangat disayangkan ketiga pelanggan wanita baru itu tidak datang untuk ayam goreng tersebut.
Setelah Chiho, Emi dan Suzuno memesan tiga cangkir es kopi, mereka mengambil tempat duduk yang berada di dekat konter dan pintu masuk, mereka mengamati bagian dalam restoran untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sariel.
"Dia tidak ada di sini. Apa dia ada di belakang? Atau di dapur, ataukah di lantai dua?"
"Aku berharap dia ada di sini...."
Hari ini Emi mendengar kabar mengejutkan dari Chiho, dan dia langsung menuju ke sini setelah pulang bekerja.
Karena Emi juga menaruh ekspektasinya pada Sariel dan berharap dia bisa menciptakan efek pencegah yang kuat terhadap Raja Iblis ataupun pasukan dari Ente Isla, dia tidak bisa begitu saja mengabaikan Sariel yang memasuki mode tidak bisa apa-apa karena dicampakan oleh Kisaki.
"Tidak, meskipun lemah, tapi ada jejak keberadaannya di suatu tempat di dalam restoran ini. Mungkin dia bersembunyi di belakang atau di balik bayangan furnitur."
Ini memang tidak seperti mencari binatang piaraan di dalam rumah, tapi setelah mendengar kata-kata Suzuno, Emi secara alami segera mengamati sekelilingnya.
"Benar... Tapi hanya dengan kekuatan sebesar ini meskipun kita ada di dekatnya, nampaknya situasinya benar-benar sangat gawat."
Chiho tidak tahu bagaimana kedua orang itu merasakan keberadaan Sariel.
"Apakah itu juga efek mantra?"
Setelah Chiho menanyakan hal tersebut, kedua orang itu menatap satu sama lain dengan ekspresi sulit.
"Ini... sedikit berbeda dengan mantra."
"Ini bisa dideskripsikan sebagai penggunaan perasaan seseorang.... Benar, Chiho-dono, apa kau ingat ketika Raja Iblis berubah di atas gedung Metropolitan dan membuatmu kesulitan bernapas?"
"Ye-yeah."
Chiho ingat, itu adalah saat mereka bertarung melawan Sariel, dia saat itu kesulitan bernapas karena tidak bisa menahan sihir iblis Maou setelah perubahannya, dan akhirnya dilindungi oleh barrier Suzuno.
"Meskipun kau tidak bisa menggunakan mantra, tapi kondisi tubuhmu tetap berubah karena sihir iblis kan? Nah, kita bisa melatih perasaan itu, dan mengasahnya lewat pengalaman."
"Apa kau tidak merasa ada yang aneh di sini?"
Emi tiba-tiba menunjuk tepat di antara alis Chiho.
Chiho secara refleks mengalihkan pandangannya ke arah ujung jari Emi, kemudian dia merasakan sedikit tekanan yang terasa seperti penumpukan darah di suatu tempat yang tidak bisa dia sebutkan, entah itu di otot antara alisnya, tengkorak, ataukah di uratnya.
"Ye-yeah, ada, aku terus merasakan suatu sensasi yang tidak jelas di sini. Augh."
Chiho mengusap dahinya.
"Meskipun sihir suci tidak membahayakan tubuh manusia, tapi bentuk sihir tersebut masih tetap akan menyebarkan jejak yang menyerupai keberadaan. Jadi, hal ini akan bekerja selama kau melihat ke satu arah yang umum..."
"Shh, dia muncul!"
Chiho mengangguk menanggapi penjelasan Emi dengan ekspresi tidak nyaman di wajahnya, kemudian, dia mendongakkan kepalanya karena peringatan Suzuno.
Sariel yang bertubuh kecil dan mengenakan sebuah setelan, berdiri di arah yang dapat dilihat oleh Suzuno.
Namun....
"Suram sekali...."
"Dia benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda dari sebelumnya."
Perubahan dalam hal penampilan Sariel, benar-benar cukup besar untuk membuat Chiho dan Emi tanpa sadar memperlihatkan ekpresi hampa di wajahnya.
Dari langkah kaki yang mirip seperti hantu hingga wajahnya yang suram, aura playboy di mana dia selalu menggoda setiap gadis yang dia lihat pun, sama sekali tidak bisa terasa.
Dia memang menjadi lebih gemuk karena kebiasan makannya di MgRonald tiga kali dalam sehari, namun, penampilanya kini menjadi kurus bahkan terlihat lebih tidak sehat.
"Terima kasih atas kerja kerasnya."
Dan tanpa tahu apakah dia mendengar sapaan dari para pegawainya, Sariel berjalan keluar melewati pintu restoran tanpa reaksi sedikitpun.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Sudah jelas kan, tentu saja kita mengejarnya."
"Ke-kenapa kita harus mengejarnya?"
Mereka bertiga berdiri dengan panik dan meninggalkan Sentucky untuk mengejar Sariel.
Sariel yang berjalan tanpa tenaga, rupanya tidak terlalu cepat, jadi mereka tidak perlu cemas kehilangan jejaknya.
"Sepertinya sebelum sesuatu yang merepotkan terjadi, kita harus menemukan suatu cara untuk menaikkan semangatnya."
"Bagiku, aku sudah menganggap saat ini adalah situasi yang merepotkan... pasti akan sulit menangani dia."
"Jika memungkinkan, akan lebih baik bicara dengannya ketika tidak ada orang. Ayo kita ikuti dia dulu, jika dia berencana pulang, kita bisa menyusup ke rumahnya."
"Benar, meskipun pertarungan yang tidak diharapkan terjadi, Alas Ramus seharusnya bisa mengatasi sabitnya."
Sang Pahlawan dan si Penyelidik membicarakan sesuatu yang terdengar seperti tindak pencurian yang berbahaya, dan membuat Chiho mengucurkan keringat dingin karenanya, lalu seolah mengingat sesuatu, Chiho membuka HPnya untuk memastikan waktu saat ini.
"Ah... Ini sudah jam 6..."
Karena kalimat tersebut, Emi menatap ke arah MgRonald yang ada di seberang.
"Begitu ya, Chiho harus bekerja?"
"Yeah, maafkan aku... Aku pikir aku tidak akan bisa melakukannya tepat waktu jika pergi ke sana dulu dan kemudian kembali..."
"Maaf, ini karena aku tidak bisa pulang kerja lebih awal."
"Aku tahu. Kami hanya akan mengikutinya dulu dan melihat situasi. Chiho-dono sebaiknya berusaha yang terbaik untuk bekerja hari ini."
"Baiklah, maaf, aku tidak bisa membantu."
"Tidak apa-apa. Karena Chiho, kita jadi bisa tahu kalau malaikat idiot itu menjadi sangat menyedihkan, selanjutnya adalah pekerjaan kami."
Emi berbicara untuk menenangkan Chiho yang merasa bersalah.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Chiho di depan Sentucky, Emi dan Suzuno pun mulai mengikuti Sariel yang berjalan dengan lesu.
Mereka berdua menggunakan GPS di HP mereka untuk memastikan rute saat melewati jalanan di area perbelanjaan, setelah mereka melewati jalur pejalan kaki, mereka mencapai sebuah distrik tempat tinggal yang sudah tua. Dan setelah berjalan lebih jauh, mereka melihat sebuah apartemen.
"Apa ini blok yang itu?"
Meski dari kejauhan, mereka bisa melihat kalau bagian luar dari apartemen Sariel rupanya masih sangat baru.
Meskipun itu adalah apartemen tingkat bawah dengan masalah penggunaan perbatasan lahan, tapi dari desain jendelanya, bisa terlihat kalau ruang di dalamnya lebih luas dibandingkan apartemen Emi.
Dari fakta bahwa bagian depannya memiliki dua jalur lurus tunggal yang sepertinya memiliki volume lalu lintas yang padat, sekaligus fakta bahwa lantai pertama disewakan untuk toko, tempat ini benar-benar memiliki nuansa apartemen kota.
Salah satu dari dua toko itu, adalah sebuah toko serba ada yang menjual makanan segar.
"Sepertinya sangat pas kalau di waktu hujan."
Suzuno menyuarakan pemikirannya yang dipenuhi dengan kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, di sebelahnya terdapat toko kosong dengan pemberitahuan 'disewakan' terpasang di toko tersebut, dari suasana yang diberikan oleh perlengkapan yang ditinggalkan, Emi bisa menyimpulkan kalau tempat itu dulunya adalah cafe.
Sariel yang terlihat tidak menyadari keberadaan Emi dan Suzuno, melintasi jalur khusus pejalan kaki dan berjalan lurus menuju pintu masuk apartemen.
"Sepertinya memang ini tempatnya. Apa-apaan Heaven's Chateau..."
Heaven's Chateau, Hatagaya.
Ketika Emi merasa tidak puas dengan nama apartemen yang ironis itu, dia tiba-tiba terhenyak,
"Eh?"
"Ada apa?"
Kedua orang itu dengan sengaja melewatkan lampu hijau agar tidak dipergoki oleh Sariel, tapi Emi membelalakkan matanya karena melihat seseorang yang familiar berjalan keluar dari toko serba ada yang terletak di bawah apartemen Sariel.
Orang itu tidak berjalan di arah Emi dan Suzuno, dan hanya berjalan mengikuti jalur. Emi segera berpikir kalau mereka berpapasan, dia seharusnya paling tidak menyapanya, jadi Emi sementara hanya terus memperhatikan orang itu.
"Ada apa?"
"Kau tidak menyadarinya karena dia memakai pakaian biasa? Orang itu adalah manajer MgRonald, Kisaki-san, iya kan?"
Suzuno mendengar hal itu dan langsung mengikuti arah pandangan Emi, tapi orang itu sudah melintasi jalur pejalan kaki berikutnya dan meninggalkan jarak pandang mereka.
"Kisaki-san... kenapa dia datang ke apartemen ini?"
".... Siapa yang tahu? Kupikir seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan Sariel."
"Tapi, apa ada alasan lain?"
"T-tapi, jika memang seperti itu, Sariel tidak seharusnya berada dalam keadaan abu-abu seperti ini, kan?"
"B-Benar sekali."
Saat Emi dan Suzuno sedang membicarakannya dengan serius....
""Ah!""
Lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau tanpa mereka sadari, dan ketika mereka menyadarinya, lampu tersebut kembali berkedip.
"".... Ugh!"
Kedua orang yang memutuskan untuk melintas itu, baru saja mengambil satu langkah, lampu lalu lintas tersebut sudah berubah kembali menjadi merah, dan mereka pun hanya bisa menghentikan langkah mereka.
"..... Itu tidak mungkin. Aku tidak berpikir kalau Kisaki-san akan memperhatikan orang seperti Sariel-sama. Dan menurut informasi Chiho-dono, Sariel-sama menjadi seperti ini karena perlakuan dingin Kisaki-san, kan?"
"Benar... Meskipun aku tidak pernah berbicara langsung dengan Kisaki-san, tapi dari kesan yang kudapat dengan mendengar apa yang dikatakan oleh Maou dan Chiho, dia seharusnya tidak tertarik dengan pria lemah yang menjadi seperti ini hanya karena mereka dicampakkan."
Emi dan Suzuno, sementara hanya asyik dengan emosi mereka yang rumit.
"Huuh, kita pikirkan saja hal ini nanti. Yang lebih penting untuk saat ini, kita harus memastikan kondisi Sariel-sama."
"Aku penasaran apa kita bisa mendapatkan nomor kamarnya dari kotak surat. Ah, tapi bagaimana kalau apartemen ini menggunakan kunci otomatis?'
Karena ini adalah apartemen baru, mungkin saja mereka hanya bisa masuk setelah mendapat izin dari penghuninya. Jika targetnya hanya Sariel, mereka berdua tidak akan merasa bersalah jika mereka langsung menerobos masuk, tapi mereka tidak bisa menyebabkan masalah untuk penghuni lain dikarenakan hal ini.
Saat mereka berdua sedang memikirkan metode lain untuk masuk ke dalam rumah Sariel dengan cara yang lebih aman dan tepat.....
""Ah!!""
Emi dan Suzuno memekik di saat yang bersamaan.
Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Sariel akan keluar dari apartemen sekali lagi.
Meski setelan yang awalnya dia pakai hampir tidak bisa mempertahankan penampilan normalnya, tapi ketika dia berganti celana olahraga dan T-shirt kusut, kini dia malah menjadi benar-benar lebih sulit untuk dipuji.
"Baju yang berantakan adalah bukti dari hati yang hancur."
Suzuno menyuarakan sebuah pendapat yang tidak perlu, sepertinya Sariel memerlukan sesuatu dan berjalan menuju toko serba ada yang sebelumnya terdapat Kisaki di dalamnya.
"Dari kejadian ini, Kisaki-san sepertinya tidak datang untuk mencari Sariel."
"Benar. Emilia, lampunya akan segera hijau, sangat jarang melihat dia keluar sendirian, kita lebih baik mengikutinya dengan cepat..."
Suzuno belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika lampu lalu lintas tersebut berubah jadi hijau, tepat ketika mereka berdua memutuskan berjalan melintasi jalur pejalan kaki dengan cepat.....
"!!!"
Sariel menghentikan langkahnya di depan toko serba ada tersebut.
"???"
Jangan bilang dia sudah sadar kalau dia telah diikuti? Meskipun bagi Emi dan Suzuno yang memang berniat mencari Sariel, tidak masalah jika mereka kepergok, namun Sariel tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda menyadari sesuatu.
".... Sariel.... sama?"
Suzuno dengan hati-hati memulai percakapan dengan Sariel, yang berdiri mematung di depan toko serba ada.
".... Dewi.... ku...."
"Eh?"
"Apa tadi dewiku ada di sini?"
"Uwaahhh!!"
Sariel, dengan mata memerah, tiba-tiba berbalik dan mencengkeram lengan Suzuno dengan kuat. Suzuno pun panik karena tindakan kasar Sariel yang mendadak.
"Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan Bell!!"
"Jawab aku Crestia Bell? Dia di sini kan? Dewiku tercinta tadi ada di sini kan?"
"Te-tenanglah Sariel-sama! D-dewi yang kau maksud, apakah itu manajer MgRonald, Kisaki?"
"A-apa dia ada di sini?"
Ketika Suzuno mengatakan hal tersebut untuk memastikannya, sikap Sariel tiba-tiba melembut dan melihat ke arah Suzuno dan Emi dengan tatapan memelas.
"Lantas kenapa kalau dia ada di sini? Bagaimanapun, cepat lepaskan Bell! Kalau tidak, aku akan menelepon polisi!"
Meskipun ada polisi, mereka harusnya tidak akan mampu menangani Sang Pahlawan dan seorang Malaikat Agung, namun Sariel, dengan sikap yang lebih jujur dari yang dibayangkan, benar-benar melepaskan Suzuno.
"Tidak.... Dia ada di sini... Aku bisa merasakannya."
Kata-kata Sariel dipenuhi dengan kesedihan, bahkan Suzuno yang diganggu pun sampai merasa kasihan padanya.
"Ini adalah bau dari dewiku.... bau dari kopi yang dibuat oleh tangan dewiku."
"Menjijikkan!"
Emi yang sudah tidak tahan, tanpa ampun mencelanya, Sariel pun perlahan terduduk di tanah.
"Ahh... dia tadi berada di tempat yang bisa kuraih... jika waktu bisa diputar kembali... ahh..."
"Hey, Bell, ada apa dengan pria ini?"
"Aku tidak tahu. Meski aku tidak tahu, seseorang pasti akan menelepon polisi kalau ini terus berlanjut. Sariel-sama, kumohon berdirilah!"
".... Yeah, maafkan aku, aku hilang kendali. Aku tidak akan membeli barang-barang lagi, saat aku memikirkan dewiku, aku jadi tidak punya mood lagi."
Emi dan Suzuno dengan hening menyaksikan Sariel yang berjalan kembali ke apartemennya dengan goyah.
Mereka berdua sudah memutuskan kalau hari ini, lebih baik mereka hanya memastikan kondisi Sariel dan alamat tempat tinggalnya. Meskipun ada hal lain yang ingin mereka tanyakan, tapi saat ini, sepertinya Sariel sama sekali tidak bisa diajak bicara.
"Kamar nomer 302 huh."
Dari luar, Emi dan Suzuno memastikan kotak surat yang diperiksa oleh Sariel dan kemudian memutuskan untuk pulang. Tapi sepertinya keadaan Sariel jauh lebih buruk dari yang mereka bayangkan.
Mereka tahu alasan dibalik semua ini adalah karena dia dicampakkan oleh Kisaki, jadi pada dasarnya, mereka hanya harus memikirkan cara untuk memperbaiki hubungan antara Kisaki dan Sariel, tapi Emi dan Suzuno hanya bertemu Kisaki beberapa kali, jadi mereka tidak mungkin meminta Kisaki begitu saja memaafkan Sariel.
Tapi jika ini terus berlanjut, Sariel tidak akan bisa melaksanakan pekerjaannya sebagai mekanisme pertahanan, yang mana hal itu akan memberikan kesempatan bagi para iblis.
".... Kenapa kita harus pusing-pusing melakukan hal-hal semacam ini demi melindungi Raja Iblis?"
Emi menggumam dengan perasaan yang campur aduk, menggunakan volume yang tidak bisa didengar oleh Suzuno.
XxxxX
"Eh, Kisaki-san tidak masuk hari ini?"
Ketika Chiho telah berganti pakaian dan siap bekerja, dia sadar kalau Kisaki tidak terlihat di manapun di dalam restoran, setelah bertanya pada seniornya yang ada di konter....
"Dia bilang dia ingin pergi jalan-jalan saat istirahat, sekarang Maou yang mengurusi lantai dua."
Chiho menerima jawaban tersebut.
"Begitukah? Itu bagus, aku juga ingin segera naik ke lantai dua."
Meskipun dia bilang kepada Maou kalau dia tidak punya kepercayaan diri beberapa hari yang lalu, Chiho tetap ingin mengawaki konter model baru tersebut.
Tapi seniornya itu tersenyum kecut dan berbicara,
"Begitukah? Setelah meminum kopi buatan Kisaki-san, aku tidak lagi ingin naik ke lantai dua. Jika seseorang mengeluh kalau rasa kopinya berbeda dengan buatan Kisaki-san, aku tidak akan tahu apa yang harus kulakukan."
"Hal-hal seperti itu memang bisa terjadi."
Chiho tersenyum kecut karena semuanya memikirkan hal yang sama. Mengikutinya...
"Hey, apa maksudmu dengan keluhan? Itu harusnya adalah pendapat pelanggan."
Tidak diketahui kapan dia kembali, mereka kini hanya diam melihat Kisaki yang tidak memakai seragam pegawai sekaligus topinya, dengan sebuah syal pelindung sinar matahari yang tersampir di atas kaosnya, dia berdiri memegang sebuah tas plastik dari toko serba ada.
"Ah, selamat datang kembali. Kau kembali dengan cepat."
"Hello, Kisaki-san. Apa kau tadi pergi jalan-jalan?"
"Aku punya beberapa urusan yang harus kutangani. Maafkan aku, aku ingin berada di ruang karyawan dulu untuk sementara. Di lantai dua semuanya baik-baik saja kan?"
"Yeah, Maou masih bisa mengatasinya."
Kisaki melirik ke arah monitor yang memperlihatkan situasi di lantai dua.
"Yeah, tapi kita harus segera membuat semua orang bisa naik ke lantai dua cepat atau lambat, atau aku tidak akan bisa menyusun jadwal kerja."
"Oiya, Maou sepertinya menyebutkan sesuatu semacam lisensi khusus MdCafe?"
"Lisensi?"
Si senpai mengatakan sesuatu yang tidak terduga, setelah Kisaki melirik ke arahnya, Kisaki pun mengangguk dengan santai.
"Itu bukan berarti kau tidak bisa masuk ke MdCafe tanpa lisensi tersebut. Tapi setidaknya, orang-orang yang ikut dalam kursus itu, akan memperoleh seritifikat akreditasi yang cukup keren."
"Sertifikat akreditasi.... apakah itu benda yang ditaruh di lantai dua dengan foto Kisaki-san?"
"Benar sekali. Itu hanya untuk peletakan di dalam toko, hanya dengan itu, para pelanggan akan tahu kalau ada seorang pegawai professional di dalam restoran."
Karena dia tidak memperhatikan isinya, Chiho selalu berpikir kalau sertifikat dengan foto Kisaki itu, adalah sebuah sertifikat penanggung jawab restoran cabang.
Kisaki mencetak penjelasan yang dia berikan kepada Maou dan menyerahkannya kepada kedua pegawai tersebut.
"MgRonald Barista.... Maou-san berencana mengambil ini?"
"Yeah. Dia mendaftar kursus ini dengan sangat cepat. Kalau kalian semua tertarik, apa kalian ingin ikut ambil bagian?"
"Akankah aku bisa membuat kopi seperti buatan Kisaki-san kalau aku ikut berpartisipasi?"
Chiho dengan santai bertanya sambil membaca penjelasan tersebut, dan Kisaki sedikit ragu ketika dia menjawab,
"... Setidaknya, itu jadi sedikit lebih mirip."
"Sepertinya itu masih belum mendekati."
Senior kerjanya terlihat tidak begitu tertarik, mungkin karena dia merasakan sesuatu dalam kata-kata Kisaki yang membuatnya terasa seperti terlalu menyombongkan diri.
Chiho memikirkannya sejenak, kemudian mengangguk, mendongak, dan mengatakan,
"Apa aku bisa ikut berpartisipasi juga? Meskipun di sini dikatakan perlu memiliki suatu tingkatan pengalaman kerja."
"Semuanya akan baik-baik saja selama ada rekomendasi dari restoran cabang. Dalam kasus Chi-chan, karena kau bukan pegawai tetap seperti Maa-kun dengan pengalaman manajer penggantinya, maka biaya kursusnya tidak bisa disubsidi, jika kau tidak keberatan, maka....."
"Sepertinya menarik, aku ingin ambil bagian dan melihatnya."
"Begitukah? Kalau begitu tolong isi form lamaran ini dan serahkan besok. Jika registrasinya selesai sekarang, kau seharusnya bisa menghadiri kelas yang sama dengan Maa-kun."
"Aku mengerti, terima kasih."
Setelah melipat form registrasinya dengan hati-hati, Chiho berjalan menuju ruang karyawan dan meletakkannya di dalam tas. Ingin melatih teknik dan pengetahuannya sebagai pegawai MgRonald, keinginan tersebut bukanlah keinginan yang palsu.
Namun, Chiho punya motif lain.
"... Aku penasaran apa yang sebenarnya Maou-san pikirkan."
Chiho ingin menemukan sebuah tempat di mana tidak ada Emi, Ashiya, atau bahkan seluruh warga Jepang yang tidak terlibat dengan Ente Isla, untuk memastikan pandangan Maou terhadap situasi saat ini.
Meskipun jawaban untuk pengakuan Chiho masih belum dia dapatkan, namun bukan karena kesombongannya, Chiho sangat yakin kalau Maou pasti menyukai kehidupan sehari-hari di mana dia berada.
Ketika Chiho mengetahui kalau Emi merasa begitu gelisah mengenai masa depan saat menginap di kamar Suzuno, Chiho tiba-tiba penasaran dengan apa yang Maou pikirkan.
Memikirkannya dengan serius, sejak awal, Maou tidaklah sebenci itu dengan Emi.
Meskipun Maou ingin menghancurkan peradaban manusia dan menaklukan dunia, tapi saat ini, Maou yang tinggal di Jepang tidak terlihat membenci manusia.
Meskipun ini bukan seperti Chiho tidak bisa pergi ke Kastil Iblis dan menanyai Maou langsung, namun Suzuno pasti akan curiga karena hal itu.
Termasuk fakta bahwa Emi yang tidak bisa merasakan kebencian terhadap Maou, mengenai Pasukan Iblis yang memulai perang di Ente Isla di tempat yang tidak diketahui Maou, mengenai situasi Chiho yang berencana mempelajari mantra yang seharusnya tidak ada di Jepang, dan mengenai kehidupan sehari-hari normal yang mulai berubah, apa yang Maou pikirkan mengenai semua itu?
Chiho ingin memilih waktu di mana hanya ada mereka berdua, dan mendengar jawaban dari mulut Maou langsung.
Hanya mereka berdua.... hanya ada mereka berdua....?
"Bu-bukankah itu ke...."
"Apa kau gelisah karena sesuatu?"
"Yeh?"
Chiho yang pemikirannya semakin melenceng dari arah yang sebenarnya, terkejut karena seseorang tiba-tiba memulai percakapan dengannya.
Berbalik, pandangan Chiho bertemu dengan pandangan Kisaki, yang masuk dari belakang, saat ini dia bersandar pada meja dan memakan sesuatu yang terlihat seperti sandwich dari toko serba ada.
"Bergumam sendiri setelah menyimpan form pendaftaran, kau layak mendapatkannya. Jika kau lupa kalau saat ini adalah jam kerja, aku akan sangat kesulitan, kau tahu?"
"A-apa aku melamun selama itu?"
Chiho tersipu, dan menepuk pipinya karena merasa sangat malu.
"Ya, hingga mencapai titik di mana orang lain akan merasa kalau itu bukan Chiho yang biasanya."
Kisaki tersenyum kecut dan meminum satu botol PET teh merah.
"Apa kau mengikuti tes akademis seusai liburan musim panas?"
"Eh, kenapa kau menanyakannya?"
Chiho bingung karena tiba-tiba ditanyai pertanyaan seperti itu.
"Ya ampun, itu karena kau terlihat gelisah belakangan ini. Memang sama saja seperti saat ini, tapi semenjak pembukaan kembali MgRonald, Chi-chan selalu memperlihatkan ekspresi yang mirip seperti orang yang terjebak kemacetan. Dan ketika tertawa, alismu juga sama sekali tidak bergerak."
Meskipun Chiho sudah berusaha menyembunyikan kecemasannya, tapi hal itu masih bisa dilihat dengan mudah oleh Kisaki, yang notabene tidak tahu apa-apa, sepertinya dia adalah orang yang sangat sederhana.
"Itu terlihat dengan sangat mudah. Meskipun ini tidak seperti diriku, tapi aku juga merasa agak cemas belakangan ini. Di saat seperti ini, anehnya, pemahaman akan perasaan yang sama itu akan jadi lebih sensitif."
"Kisaki-san juga bisa merasa cemas? Sulit dibayangkan."
"Hey, hey, hey, aku ini juga manusia kau tahu? Tentu saja aku punya saat-saat di mana aku merasa cemas. Huft, meski begitu, aku sering memendamnya dalam pikiranku saat aku sedang bertindak, aku harus menunjukan seolah-olah aku ini tidak kehilangan jalan hidupku."
Kisaki mengambil satu gigitan besar sandwich di tangannya, menyesuaikannya dengan teh merah, dan menelannya dalam sekali tegukan.
"Izinkan aku memberi sebuah nasihat dari seorang senior yang berusia 30 tahunan untuk seorang gadis remaja. Semuanya pasti akan berhasil pada waktunya. Selama itu bukan masalah kehidupan, sebenarnya tidak mudah menemukan hal-hal yang tidak dapat dirubah."
"Begitukah?"
"Memang benar kau tidak akan gagal selama kau tidak mengambil sebuah tindakan, namun jika demikian, tidak ada satupun yang akan berubah. Sebaliknya, selama kau mau bertindak, perubahan pasti akan terjadi entah kau berhasil atau gagal. Jika kau takut akan berubahan, hidup di era seperti sekarang ini pasti akan sulit."
"Tapi... Aku tidak takut... akan perubahan."
Setelah Kisaki melihat Chiho yang gelisah, dia pun mengangguk.
"Jika kau tidak bisa langsung menemukan jawabannya bahkan setelah berusaha keras, maka fokuskan perhatianmu pada pekerjaan yang ada di hadapanmu. Apa yang sebaiknya Chi-chan lakukan saat ini adalah pekerjaan MgRonald yang ada di depanmu."
"Ah, be-benar. Ma-maafkan aku karena bermalas-malasan di sini."
Setelah memperhatikan jam, Chiho pun menyadari kalau dia sudah berada di dalam ruang karyawan dan merasa cemas selama hampir 10 menit.
Melihat punggung Chiho saat dia dengan panik keluar dari ruang karyawan, Kisaki pun dengan cepat mengeluarkan resume wawancara pegawai dari dalam laci.
"Hm....."
Ketika membaca resume Chiho, Kisaki pun kepikiran Maou yang saat ini bekerja di lantai dua.
---
"Chi-chan juga ingin ikut dalam kursus itu?"
Maou mendengar kabar tentang Chiho yang juga ingin ikut serta dalam kursus Barista MgRonald dari Kisaki yang sudah selesai beristirahat dan kembali bekerja.
"Yeah, dan dia akan ikut di hari yang sama dengan Maa-kun, ini kesempatan yang langka, kalian berdua sebaiknya menghadirinya bersama."
"Benar, kalau begitu akan kami atur seperti itu."
Kisaki agak menundukan kepalanya untuk melihat ke arah Maou yang menjawab dengan santai, dan tiba-tiba bertanya,
"Oiya, Maa-kun, apa kau tahu kapan ulang tahun Chi-chan?"
"Eh, tidak. Aku tidak tahu."
Meski sedikit bingung, Maou tetap bisa langsung menjawab pertanyaan tiba-tiba Kisaki.
Melihat ekspresi Kisaki yang terlihat agak kecewa, Maou langsung tahu kalau dia telah mengatakan sesuatu yang salah.
"Aku penasaran apa ini kau yang tidak peka, ataukah Chi-chan yang terlambat berkembang, sangat sulit untuk mengetahuinya."
"Hah?"
Jawaban konyol Maou membuat Kisaki menggelengkan kepalanya seolah sudah menyerah.
"Aku hanya bisa memberitahumu kalau hari itu akan segera tiba. Bagaimanapun, di era sekarang ini, kita tidak bisa dengan ceroboh mengungkap informasi pribadi karyawan."
"Begitu ya?"
Tentu saja Maou tahu kalau di Jepang ada sebuah adat untuk merayakan ulang tahun. Meski begitu, dia tidak pernah terlalu memperhatikan ulang tahun orang lain.
"Aku tidak yakin kenapa, tapi akhir-akhir ini, setiap kali melihat kalian berdua, aku selalu merasa Chi-chan sudah banyak membantu Maa-kun dibandingkan siapapun. Anggap saja ini balasan untuk kepeduliannya dan tunjukan sisi kejantananmu."
"Y-yeah."
"Ngomong-ngomong, alasan kenapa Chi-chan bertingkah aneh akhir-akhir ini, pasti ada hubungannya denganmu kan?"
"!!"
Maou hanya bisa menatap sosok Kisaki dari samping.
Meskipun Maou tidak berpikir kalau Chiho akan memberitahu Kisaki yang sebenarnya, tapi sepertinya, bahkan Raja Iblis pun tidak mungkin bisa menyembunyikan semuanya dari Kisaki.
"Aku tahu meskipun kalian berdua tidak mengatakan apa-apa. Rasanya seolah-olah atmosfer di antara kalian berdua sudah berubah banyak semenjak pembukaan kembali MgRonald."
".... Be-begitukah?"
"Itu bukanlah sesuatu yang buruk. Manusia pasti akan kalah dan gelisah tidak peduli berapapun usia mereka. Tapi kalau ada seseorang yang berada di sisi mereka di saat-saat seperti itu, pasti akan membuat perubahan besar pada hasilnya."
Kisaki yang menunjukan senyum nakal, menyikut Maou dengan sikunya.
"Terkadang, kau juga harus mengambil inisiatif dan membantu Chi-chan menyelesaikan masalahnya. Pasti akan ada banyak poin juga seperti ini."
".... Kisaki-san, terkadang memberi kesan seperti seorang bapak-bapak."
Maou membalas dengan serius, tapi Kisaki dengan santai menjawab,
"Ini juga adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Kalau kepribadian seorang wanita berubah menjadi seperti bapak-bapak, banyak masalah akan bisa terselesaikan. Ya meskipun sulit untuk menemukan pasangan seperti itu."
Sulit untuk menanggapi kalimat tersebut.
"Bagaimanapun, kalau kau bisa mendapatkan lisensi MgRonald Barista, maka orang yang bisa mengawaki lantai dua akan ikut bertambah. Itu seharusnya tidak terlalu sulit, tapi pergilah ke sana dan pelajarilah!"
"Aku mengerti."
Mungkin karena merasakan keraguan Maou, Kisaki melanjutkan topik yang tadi.
"Tapi soal hadiah.... Hadiah apa yang sebaiknya kita beri?"
Bahkan di mata Maou, dibandingkan gadis seusianya, karakteristik Chiho memang diolah dengan cara yang lebih sehat, jadi memberinya hadiah yang terlalu feminim mungkin tidak akan berguna.
"Memikirkannya dengan cermat, mungkin sebaiknya 10 kg beras dan salad dibungkus kotak hadiah."
"Ini bukan festival hantu!!"
Kisaki membantahnya sembari tercengang.
"Kalau aksesoris, selera setiap orang itu berbeda-beda, meskipun aku ingin memberinya buku yang populer belakangan ini, Chi-chan mungkin sudah memilikinya, tapi kalau memberi bunga, bukankah itu akan membuat orang lain salah paham?"
"Benar, berdasarkan hubungan antara kalian berdua, memang ada beberapa kesulitan."
Kisaki mungkin juga sedikit memikirkannya, tapi tentu saja, dia tidak akan memberitahu Maou jawabannya.
"Untuk lebih ekstremnya, sesuatu seperti hadiah, akan lebih bagus kalau orang itu bisa menggunakannya. Jika kau terlalu memikirkannya, itu mungkin malah akan menjadi beban di pikiran si penerima pada akhirnya, apa yang paling penting adalah niatannya. Tuangkan saja perasaanmu ke dalamnya dan pilih dengan benar."
Di saat seperti itu, seorang pelanggan baru mendekat sambil mengarahkan wajahnya ke arah AC. Dari bagaimana pelanggan itu belum memesan apapun dari bawah, dia harusnya adalah pelanggan di MdCafe.
Meskipun Maou tidak pernah berbicara dengan pelanggan itu, tapi dari wajahnya, Maou bisa memastikan kalau dia adalah seorang pelanggan reguler semenjak sebelum terjadinya renovasi.
Meskipun saat ini adalah puncak musim panas, dan pelanggan itu nampak dipenuhi keringat, setiap kali dia memesan white gold roasted coffee, dia akan selalu meminta 'yang panas' dan tidak pernah memesan es kopi.
Dalam hati Maou, dia diam-diam memberikan nama panggilan 'kopi panas-san' untuk pelanggan itu.
"Selamat datang."
Maou dan Kisaki membungkuk dengan hormat secara bersamaan.
"Cappucino ukuran medium, panas satu."
Sesuai kebiasaannya, pelanggan itu memesan kopi panas dan Maou pun tersenyum.
"Aku mengerti, apa anda perlu yang lain?"
Setelah Maou membantu pelanggan itu membuat pesanannya, dia pun berlari menuju Kisaki.
"Totalnya 300 yen... Aku menerima 5000 yen, tolong diperiksa!"
Sesuai peraturan MgRonald, ketika menerima uang besar saat pembayaran, mereka harus bertanya pada pegawai lain untuk memastikan tagihannya ketika memberikan kembalian.
Kisaki berbalik menanggapi permintaan Maou, dan karena alasan yang tidak diketahui, dia menggosok-gosok bagian bawah mug khusus MdCafe yang diletakkan di rak dengan ujung jarinya.
"Tidak masalah!"
Kisaki menyentuh mug kopi tersebut sambil memastikan kembalian Maou.
Saat Maou menyerahkan tagihan dan kembalian ke pelanggan, Kisaki tiba-tiba berbicara,
"Jika anda tidak keberatan, silakan duduk di kursi anda, kami akan mengantarkannya untuk anda nanti."
Setelah pria itu mengambil plat nomer meja, dia mencari tempat duduk yang terlihat nyaman serta empuk, dan kemudian duduk di atasnya.
Setelah memastikan lokasi pelanggan tersebut, Maou melirik melalui sudut matanya menyaksikan gerakan Kisaki ketika membuat kopi.
Kisaki yang mengambil sebuah cangkir dari tengah rak, karena alasan yang tidak diketahui, mulai mencuci cangkir tersebut dengan air panas yang dipakai untuk membuat teh merah.
Setelah keseluruhan cangkir tersebut disiram dengan air panas, Kisaki menggunakan ibu jarinya untuk menyentuh titik di atas pegangan cangkir tersebut.
Kisaki mengangguk seolah-olah memahami sesuatu, dan kemudian berjalan menuju mesin kopi, sesuai pesanannya, dia meletakkan biji kopi yang dipakai untuk Cappuccino ke dalam mesin kopi untuk mengekstrak kopi yang sudah terkonsentrasi. Setelah menambahkan gelembung susu yang dikeluarkan oleh mesin gelembung susu bertenaga uap, Cappuccino yang selalu Maou buat dengan mengikuti standar pengoperasian pun telah siap disajikan.
"Yeah."
Kisaki mengangguk puas, dia secara pribadi berjalan menuju area tempat duduk pelanggan, mengambil plat nomer meja, dan meletakkan mugnya di atas meja.
Maou terus menatap ke arah pelanggan itu tanpa mengalihkan pandangannya.
Kopi panas-san yang terlihat ingin beristirahat, mengeluarkan HP dari dalam sakunya dan menatap layar HPnya, tanpa sedikitpun melirik ke arah mug.
".....?"
Akan tetapi, setelah meminum satu teguk, gerakannya mengembalikan mug ke atas meja tiba-tiba terhenti.
Pandangannya teralih dari HP, dan dia menggerakkan mug yang ingin dia taruh kembali ke atas meja menuju mulutnya.
Melihat Kopi panas-san meminum seteguk kopi dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan tegukan yang pertama, Maou pun perlahan memahami kalau rasa dari Cappuccino tersebut benar-benar berbeda dengan buatannya.
"Aku penasaran apa perbedaannya...."
Setelah mengikuti kursus MgRonald Barista, Maou bertanya-tanya apakah dia bisa mengungkap misteri kecil ini.
Ketika melihat Kisaki kembali dengan ekspresi puas di wajahnya, Maou tidak bisa menghilangkan kegelisahan yang ada di dalam hatinya.
XxxxX
Jam 10 malam, Maou yang sudah bekerja dari pagi sampai sekarang, mulai membuat persiapan pulang bersama dengan Chiho.
Mereka berdua meninggalkan restoran di bawah pengawasan Kisaki, yang terlihat sedikit senang.
"Ayo kita pulang!"
"Baik!"
Jalan menuju rumah Maou dan Chiho adalah searah, hingga mencapai titik pertengahan.
Chiho yang tidak tahu sebelumnya kalau jadwal kerja Maou berakhir lebih awal, berpikir kalau dia tidak perlu menunggu sampai hari kursus MgRonald Barista, mungkin dia bisa menemukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Maou hari ini.
"....."
Namun, saat Maou mengambil Dullahan 2 dari tempat parkir sepeda, dia tiba-tiba menunjukan ekspresi seperti saat dia ingin meminum teh merah, tapi malah keliru meminum saus soba.
"Astaga, kalian berdua baru pulang bekerja?"
".... Jangan salah paham, kami tidak menunggumu!"
Emi dan Suzuno mengucapkan hal tersebut dengan sikap tidak tahu malu.
Tidak peduli apa yang mereka pikirkan, mereka berdua jelas-jelas menunggu Maou dan yang lainnya keluar.
Dari fakta bahwa mereka berdua masih ada di sini di saat seperti ini, Chiho bisa menyimpulkan kalau Sariel tidak mungkin akan bangkit secepat itu.
Suzuno dan Emi mungkin berada di sini untuk mencegah agar Maou tidak jatuh ke tangan iblis di Ente Isla.
Tapi dari sudut pandang Maou, dia tidak ingat sudah melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan Emi dan Suzuno menganggunya, jadi dia pun menghela napas seolah-olah menyerah dan mengatakan,
"Ada masalah apa?"
"Bukankah sebelumnya sudah kubilang kalau kami tidak menunggumu?"
"... Yusa-san?"
Chiho tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Meskipun sejak awal nada bicara Emi kepada Maou memang tidak baik, tapi hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda.
"Emilia benar. Orang yang kami cari sebenarnya ada di Sentucky. Meskipun masalahnya sudah selesai lebih awal, tapi kami juga perlu berbicara mengenai topik wanita."
"Apa kau sebegitu sukanya dengan istilah 'topik wanita' itu?"
Maou memandang Emi untuk meminta konfirmasi dengan kesal.
"Apa kau sudah melakukan sesuatu sebelumnya yang akan membuat kami harus mencarimu?"
Melihat Emi sang Pahlawan mengatakan hal semacam itu, Maou si Raja Iblis....
"Terlalu banyak untuk dihitung."
Dia hanya bisa menjawab seperti itu.
".... Begitulah."
"Hah?"
Logikanya, jika itu adalah Emi yang dulu, tidak akan aneh kalau dia berteriak 'Kalau begitu matilah!!' ke arah Maou, namun, saat ini dia hanya mengalihkan pandangannya dengan bosan dan mengatakan,
"Lalu menurutmu urusan apa yang kami miliki denganmu?"
"Hah?"
Mata Maou terbuka lebar karena arah bantahan Emi terlalu tidak bisa diperkirakan.
Melihat mata Emi dan arah pandangannya, Chiho akhirnya menyadarinya.
Hari ini, Emi sama sekali tidak bisa menatap mata Maou.
Biasanya, Emi akan menunjuk langsung ke arah Maou, entah itu tatapannya, kebenciannya, ataupun jarinya, tapi kali ini, dia benar-benar menghindari Maou.
"Uh... Soal itu, bagaimana aku mengatakannya ya.."
Tidak diketahui apakah dia menyadari keanehan sikap Emi atau tidak, Maou hanya menggaruk kepalanya dan mengatakan,
"Karena aku pulang bersama dengan Chi-chan, jadi kau khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang tidak pantas di tengah jalan?"
"Kau, yang bahkan tidak berani mendongak di hadapan ibu Chiho, apakah bisa melakukan hal-hal semacam itu?"
"... Ataukah kau khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang buruk di lantai dua, yang mana tidak bisa terlihat dari Sentucky ataupun toko buku di seberang?"
"Kau sangat menghormati manajer itu, dan kau masih berani bicara seperti itu?"
"Kalau begitu, kau pasti sedang mencari masalah seperti biasanya?"
"Apa maksudmu dengan mencari masalah?"
Emi tidak menyembunyikan sikap frustasinya dan berbicara pelan dengan sikap penuh kebencian sambil menundukan kepalanya,
"Kenapa Pahlawan harus memikirkan alasan untuk mencari Raja Iblis?"
"Orang yang datang ke sini tanpa ada urusan apapun juga terdengar sangat aneh kan?"
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya kalau aku punya urusan dengan Sariel?"
"Ada apa? Kau jadi sedikit aneh akhir-akhir ini, kau tahu?"
Maou yang menjadi semakin tidak sabar, mulai berbicara dengan nada yang tajam.
".... Ugh!"
Emi yang tidak bisa mendongak karena nada tegas Maou...
"Yu-Yusa-san?"
"A-ada apa...??"
"....."
Terdapat air mata di matanya.
Kapan terakhir kali Maou melihat air mata Emi?
Maou sedikit demi sedikit mulai mengerti alasan kenapa Emi bertingkah aneh akhir-akhir ini.
Ayah Emi nampaknya masih hidup, mungkin setelah mengetahui fakta ini dari Gabriel, hati dari sang Pahlawan muda ini jadi berguncang hebat.
Maou bisa memahami kalau rasa dendam karena kematian orang tua, bisa menjadi motif bagi tindakan seseorang.
Sebagai seorang Pahlawan, Emi sejak awal sudah memiliki rasa keadilan, nampaknya membalas dendam atas kematian ayahnya menempati sebagian besar hati Emi untuk terlibat dalam rencana penaklukan Maou.
Memikirkannya, Maou tiba-tiba teringat sesuatu.
Air mata dari sang Pahlawan yang dibiarkan terlihat oleh Raja Iblis.
Kapan hal itu terjadi?
Dan lagi, waktu itu Emi juga....
'Kenapa kau sangat baik padaku, pada manusia? Kenapa kau bisa menjadi begitu baik?'
Dia juga menangis.
'Kenapa kau membunuh ayahku?'
Tangisan sang Pahlawan dan suara tak berdayanya, menggema di pikiran Raja Iblis.
"Hey, Emi."
".... Ada apa?"
Emi menekan perasaan yang ingin meluap dari dalam dirinya dengan sekuat tenaga, tapi nada Maou tak disangka terdengar lembut,
"Bagaimanapun juga, menaklukan dunia memang lebih cocok dengan kepribadianku."
"... Eh?"
"Maou-san?
"Raja Iblis.... ?"
Suasananya seketika dipenuhi dengan atmosfer berbahaya yang bahkan membuat Suzuno dan Chiho, yang hanya mengamati mereka, merasa begitu terguncang.
"Mungkin dunia manusia memang tidak cocok dengan kepribadianku, dan ada banyak orang yang sudah menungguku. Lagipula, kalau aku mau, tidaklah sulit menghubungi Camio agar menjemputku."
"M-Maou-san, k-kau tidak serius kan?"
Maou berbicara dengan tenang, sebaliknya, karena Chiho terlalu terguncang, bahkan nadanya pun juga mulai bergetar.
"Chi-chan, sebenarnya ini sudah aneh sejak awal. Aku, yang memimpin ratusan klan iblis dan berdiri di puncak 50.000 Pasukan Iblis, masa iya ingin mempelajari dunia manusia?"
"....."
Nada Maou sama sekali tidak berubah, menyebabkan pandangan Suzuno menunjukan tanda-tanda kewaspadaan. Chiho juga sama, dia sama sekali tidak bisa membaca tujuan Maou yang sebenarnya.
"Bagaimanapun juga, Raja Iblis dan Pahlawan itu adalah eksistensi yang tidak mungkin bisa akrab. Aku akan melakukan hal-hal yang kejam untuk menaklukan dunia, jadi datanglah padaku dan bunuh aku. Melakukan hal seperti itu harusnya lebih terdengar normal kan?"
"Maou-san...?
"Maafkan aku, Chi-chan."
Setelah menepuk bahu Chiho, Maou berjalan melewati ketiga gadis itu dan mulai mendorong Dullahan 2.
"Ashiya seharusnya juga akan merasa senang. Mengambil kesempatan saat pembangunan kembali Ente Isla belum selesai, mungkin serangan ini akan berjalan dengan lebih mudah."
".... Kau pasti...."
"Aku mungkin juga akan meminta Camio membawa banyak pasukan untuk menjemputku. Sebagai pembuka, sepertinya akan bagus menyebabkan kekacauan di Jepang."
".... Kau pasti tidak akan...."
Emi berbicara dengan suara pelan di belakang Maou yang berbicara sendiri.
".... Yusa-san?"
"Emilia?"
Mengabaikan panggilan Chiho dan Suzuno, Emi pun mendongak, menatap tajam Maou, dan berteriak ke arah punggungnya yang dibalut oleh T-shirt UNIXLO.
"Kau pasti tidak akan melakukan hal itu!!"
"...."
Maou berhenti berjalan dan mengarahkan pandangannya ke arah Emi.
"Dan... Kau tidak bermaksud melakukannya sama sekali...!!"
"Kalau kau berteriak terlalu keras, Kisaki-san pasti akan datang ke sini, kau tahu?"
"Akankah seseorang yang takut dengan kemarahan seoarang manajer restoran, bisa menguasai dunia?"
"Setiap orang pasti memiliki seseorang yang tidak ingin mereka ganggu."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku akan menaklukan dunia."
"Bukan itu maksudku. Aku bertanya, apa yang akan kau lakukan setelah menaklukan dunia?"
"....."
Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena pertanyaan Emi.
"Iblis di Dunia Iblis tidak perlu makanan selama mereka memiliki sihir iblis. Meskipun ini bukan berarti kalian bisa berbaur dengan peradaban manusia, tapi bagi kalian, apa pentingnya tanah dan harta dunia manusia? Menguasai dunia itu tidak memberi daya tarik lain selain membunuh manusia, jadi apa yang ingin kau lakukan?"
Seperti penyelidikan Suzuno, ada perbedaan besar antara nilai Dunia Iblis dan Ente Isla.
"Bagaimana kalau memburu manusia, membunuh manusia, dan menyebarkan keputusasaan ke seluruh dunia?"
"Saat kau mengucapkan kalimat itu, sudah jelas kalau itu bukan kejujuranmu."
Emi terus berbicara dengan ekspresi seolah dia tidak bisa menerimanya.
"Invasi Maracoda di Benua Selatan, hanya bisa digambarkan sebagai hujan darah, serangan pasukan Lucifer di Benua Barat juga sangat dahsyat. Tapi dibandingkan dengan Maracoda.... Pasukan Adramelech di Benua Utara sama sekali tidak menyerang siapapun selain para Kesatria, dan logikanya, Benua Timur yang seharusnya berada di bawah kendali paling lama, saat ini masih dikuasai oleh Unifying Azure Emperor dan anggota klannya."
"..... Seperti yang diharapkan dari Pahlawan yang mengelilingi dunia, kau tahu banyak."
Emi sama sekali tidak menyembunyikan air matanya, dan menatap tajam Raja Iblis yang menunjukan senyum mengejek.
"Jika.... jika kau benar-benar Raja Iblis kejam yang haus darah, maka aku.... maka aku tidak akan jadi sangat kesulitan!"
"Yusa-san..."
"Semenjak kau mengatakannya di depanku kalau kau ingin menjadi pegawai tetap di dunia ini. Sejak saat itu, aku sudah berpikir kalau itu sangat aneh! Kau sama sekali tidak ingin menaklukan dunia! Kau hanya...."
Di titik ini, entah kenapa Emi melirik ke arah Chiho, sebelum melanjutkan,
"Hanya ingin melakukan sesuatu yang luar biasa, dan membuat orang lain mengakuimu kan?"
Efek dari kalimat tersebut dapat segera terlihat.
Ekspresi di wajah Maou sepenuhnya menghilang, Emi, Chiho, dan Suzuno bisa melihatnya, ini adalah apa yang disebut sebagai pertanda sebelum ledakan perasaan kuat selain rasa marah dan malu.
Namun, seketika...
".....Eh?"
"Ma-Maou-san?"
Maou, dengan memegang sepedanya, menghilang dari hadapan mereka bertiga tanpa peringatan apapun.
"A-apa...?"
Orang yang paling terguncang adalah Emi yang sebelumnya berselisih dengan Maou.
Maou, tadi pasti ingin memprotes Emi mengenai suatu masalah. Dari bagaimana dia mengambil napas dalam sebelumnya, dia pasti bersiap-siap membantah teori Emi.
Tidak ada jejak-jejak Maou mengaktifkan sihir iblis di tempat tersebut. Akan tetapi, meskipun mereka melihat ke atas, atau mengamati sekelilingnya, mereka hanya bisa menduga kalau Maou melarikan diri dengan sebuah cara yang tidak normal, namun, Emi segera menyadari kalau bukan begitu kenyataannya.
"Ma-Maou-san?"
Chiho dengan gemetar berjalan menuju tempat di mana Maou pada awalnya berdiri.
Akan tetapi, di atas batu bata di jalur pejalan kaki di mana Maou berada, sama sekali tidak ada jejak yang tertinggal. Meskipun Chiho berdiri di tempat di mana Maou tadi berdiri, faktanya juga tidak terjadi apa-apa.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?"
Suasana kota saat malam, beroperasi dengan normal seperti biasa.
Suara mobil tanpa henti bisa terdengar dari Koshu-Kaido, dan beberapa pelanggan baru, mengabaikan ketiga orang yang kebingungan itu, berjalan memasuki MgRonald.
Hanya keberadaan Maou dan Dullahan 2 yang lenyap dari tempat tersebut bagaikan sebuah ilusi.
"Maou-san...."
Chiho tanpa sadar meletakkan tangannya pada bahu yang disentuh oleh Maou sebelum dia menghilang.
"E-Emilia, mungkinkah ini..."
"Meskipun sejenak aku juga berpikir begitu.... tapi apa hal itu mungkin?"
Suzuno dan Emi awalnya menyimpulkan kalau ini adalah tindakan Barbariccia yang mencoba menculik Maou.
Namun, entah itu tadi atau sekarang, mereka berdua tidak merasakan sihir suci maupun sihir iblis.
".... Kastil Iblis seharusnya baik-baik saja kan?"
Kata-kata Suzuno membuat Emi menahan napasnya.
Itu benar, mungkin sesuatu yang aneh juga terjadi pada Ashiya dan Urushihara.
Meskipun itu adalah sesuatu yang aneh, tapi jika apa yang Emi dan Suzuno pikirkan benar-benar terjadi, maka bagi Maou dan yang lainnya, hal itu malah bisa dianggap normal, bagaimanapun, situasi saat ini benar-benar sangat rumit.
"Aku tahu nomor Skyphone Lucifer, selama si NEET itu bermain di depan komputer seperti biasanya...."
Emi mengeluarkan Slimphone-nya, dan menelepon nomor Skyphone Lucifer.
Akan tetapi, karena alasan yang tidak diketahui, HPnya sama sekali tidak menghasilkan nada panggil, Emi yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres, melihat ke layar HPnya sekali lagi, dan terkejut saat melihat layarnya menampilkan kata 'Tidak ada Sinyal'.
"Eh? T-tidak ada sinyal??"
"Biarkan aku melihat nomornya! Aku akan menggunakan HPku untuk..."
Suzuno merebut HP dari tangan Emi dan kemudian membuka HPnya sendiri,
"Tidak ada sinyal...."
Melihat hal itu, Chiho juga membuka HPnya dan terkejut saat melihat tampilan tidak ada sinyal.
"B-bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Biasanya, ketika aku meninggalkan restoran dan akan pulang, aku selalu menelepon ibuku untuk memberinya kabar!"
Meski Chiho menatap ke arah layar HPnya selama beberapa saat, sinyalnya sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda akan pulih. Tidak hanya itu....
"Eh? H-hey.... ah!"
Seorang wanita muda berjalan melewati Emi dan yang lainnya sambil mengenyit dan melihat ke arah HPnya.
"Astaga, sinyalnya hilang."
Wanita tersebut melambai-lambaikan HPnya di udara ketika dia sedang berjalan, dan setelah berjalan lumayan jauh dari Emi dan yang lainnya, dia kembali memposisikan HPnya di samping telinganya.
"Ada sinyal di sebelah sana?"
Jarak di antara mereka sekitar 50 meter.
Emi dan Suzuno berlari di belakang wanta itu, dan di titik di mana wanita itu memposisikan kembali HPnya ke telinga, mereka menyadari kalau HP mereka mendapatkan kembali sinyalnya.
"M-meskipun, aku benar-benar tidak mengerti, tapi kta bisa menelepon sekarang."
Emi, bernapas lega, kembali menelepon Urushihara, adapun Suzuno.....
"....?"
Karena alasan yang tak diketahui, dia memperhatikan area di sekitar kakinya.
Dengan gerakan seperti menginjak sesuatu, Suzuno mengambil satu langkah ke belakang dari tempat di mana dia berdiri.
"Aneh sekali."
"Eh?"
Meskipun ada nada panggil, Emi tetap merasa cemas karena Urushihara masih belum mengangkat teleponnya, setelah itu, ketika melihat ke bawah, dia menyadari kalau Suzuno sudah berjongkok dan melihat ke tanah sambil berkonsentrasi.
"Bell, apa yang kau lakukan?"
Suzuno tidak menjawab petanyaan Emi dan mengambil batu kecil dipinggir jalan dan meletakkannya di atas telapak tengannya.
"Ei!"
Suzuno berteriak untuk meningkatkan pancaran auranya, dan batu kecil di tangannya pun mulai bersinar redup. Sepertinya dia mentransfer sihir suci ke dalam batu tersebut.
Lalu, melihat Suzuno menjentikkan jarinya, batu kecil itu pun melayang di tempat yang tidak terlalu tinggi.
"Eh?"
Emi membelalakkan matanya kaget.
Batu dengan sihir suci Suzuno itu tidak hanya terpantul kembali di tengah-tengah udara, namun, juga menciptakan percikan api biru seperti benda yang bertabrakan, di saat yang bersamaan.
".... Ini adalah barrier."
"Ba-barrier?"
Berbeda dengan Emi yang terkejut, Suzuno menghirup napas dengan ekspresi yang lebih tegas dan mengatakan,
"Dan ini bukan sihir iblis. Ini.... adalah sebuah mantra barrier! Raja Iblis terperangkap di dalam mantra barrier!"
"Tapi, sesuai perkataanmu, garis batasnya seharusnya ada di sini kan? Kenapa kita bisa dengan leluasa keluar masuk barrier?"
Emi menutup teleponnya karena tidak ada seorangpun yang mengangkatnya, dia pun bertanya kepada Suzuno, tapi sebelum itu...
"......Ahhhh!!"
"Bell, apa kau bilang sesuatu?"
"Tidak, bukankah itu suara Emilia?"
".... Tunggu... ugwah!!"
""Ehh??""
Suara itu terdengar dari langit di atas mereka.
"Dewikuuuuuu!!"
Sebuah suara tidak menyenangkan melewati kepala Emi dan Suzuno.
"Ekk!!"
Bahkan tanpa memastikannya pun, mereka bisa tahu kalau orang yang jatuh dari langit itu adalah Sariel. Matanya tidak hanya memerah, dia bahkan menegangkan wajahnya yang kurus dengan bersemangat, ekspresinya terlihat sangat berlebihan.
"Aku datang untuk menyelamatkan... pwah!"
Suzuno secara refleks mengayunkan palu sucinya ke arah wajah Sariel.
"Pu....ugh....awah!!"
Sariel terlempar tanpa ampun ke belakang oleh palu raksasa tersebut, dan kemudian memantul.
"Pugh!"
Dia menghantam batas barrier di pinggir jalur pejalan kaki.
"..... dia, dia masih hidup kan?"
Seolah sedang mencontohkan penggunaan mantra dengan penguat, Suzuno dengan cantik melayangkan palunya, lantas terengah-engah, dia pun memastikan situasinya dengan Emi.
"Yargh!!"
"Dia bangun!"
Tapi Sariel sendiri terlihat tidak mengalami luka serius, dia bahkan melompat dari tanah dengan bersemangat.
"A-apa yang terjadi?"
Sariel malambaikan sebelah tangannya, bertanya kepada Emi dan Suzuno.
Hanya dengan gerakan itu, gelombang sihir suci menyebar keluar dari tangan Sariel dan menelan area tersebut.
Gelombang sihir suci itu nampaknya memiliki efek serupa dengan mantra yang Suzuno rapal sebelumnya, dan membuat batas barriernya terlihat. Itu adalah area sihir suci berbentuk kubah yang membentang sampai ke jalan.
"Ugh, kamilah yang seharusnya ingin bertanya padamu apa yang terjadi...."
"Dewiku, dewiku baik-baik saja kan?"
"Restoran itu tidak apa-apa, begitu juga manajer Kisaki...."
Sambil berbicara, Emi dan Suzuno melihat ke arah di mana Maou sebelumnya berdiri, mereka pun menyadari kalau di sana sudah tidak terlihat normal seperti sebelumnya, di sana tidak ada jejak dari siapaun...
"Eh, eh? Chiho.....dono?"
Chiho telah menghilang.
Logikanya, saat mereka mengatakan kalau HP mereka tidak bisa menerima sinyal, Chiho seharusnya berada di samping Emi dan Suzuno.
"Ugh!"
Emi dengan panik berlari kembali ke tempat di mana Chiho awalnya berdiri, bahkan tasnya mengenai Sariel yang ingin bangkit dari tanah, tapi Emi sama sekali tidak peduli.
Karena alasan yang tidak diketahui, Emi dan Suzuno tidak terbatasi seperti Sariel, mereka bisa keluar masuk batas barrier dengan leluasa.
Seperti yang diduga, tidak ada jejak tertinggal di tempat Chiho sebelumnya. Mereka membuka HP mereka, dan tetap saja, hanya tempat itu yang tidak bisa menerima sinyal, tapi ketika mereka melihat ke arah MgRonald, mereka melihat pegawai di dalamnya masih bekerja dengan normal, dan para pelanggan pun masih makan dengan nomal.
"Apa yang terjadi? Ini hanyalah sebuah barrier, tapi kenapa orang-orang bisa menghilang?"
"A-aku juga tidak tahu! Jika ini adalah barrier biasa, Raja Iblis dan Chiho-dono tidak mungkin akan menghilang, melainkan tetap berada di tempat mereka... tidak, tunggu, kalau ini adalah barrier biasa kita tidak mungkin bisa keluar masuk dengan bebas!"
"Ini bukan barrier biasa!!"
Sariel berteriak saat masih berada di tanah, sehingga menyebabkan beberapa karyawan yang menuju stasiun Hatagaya untuk pulang, memandangnya dengan curiga dan dengan sengaja mengambil jalan memutar untuk menghindarinya.
"Ini adalah Barrier Pergeseran Dimensi! Bukankah aku pernah menggunakannya di gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo?"
"Pergeseran Dimensi?"
Saat Sariel menculik Emi dan Chiho, Suzuno melihatnya memasang sebuah barrier yang mencakup seluruh gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo.
Tapi dibandingkan dengan barrier Maou, barrier Sariel tidak memiliki batas yang jelas dan nampaknya hanya menyebabkan orang-orang di sekitar gedung Metropolitan tiba-tiba menghilang.
"Ku-kupikir Surga merancang rencana ini untuk melukai dewiku yang menjadi penghalang bagi diriku yang tidak kembali ke sana, hal itu membuatku menuju ke sini dengan panik untuk menyelamatkannya...."
Emi dan Suzuno mengabaikan kata-kata Sariel yang belum selesai dan mengamati situasi di sekitar mereka dengan waspada, mereka saling memunggungi satu sama lain.
Meskipun mereka tidak bisa melihatnya, tapi pihak musuh memang ada di sini.
"Musuh.... kita."
---End of Part 2---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 2 Part 3
1 Komentar
Next :v
Balas