[Translate] Re: Zero Arc 4 - Chapter 14 : Pertanyaan dan Jawaban
Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 13
Chapter 14 : Pertanyaan Dan Jawaban.
"Kau mengalahkan Paus Putih dan memukul mundur Pemuja Penyihir yang menargetkan daerah kita. Entah itu membentuk aliansi dengan Crusch-sama atau pertarungan tersebut, pencapaianmu sudah sangat berkembang... Fu~mu."
Tanpa sadar semakin membenamkan berat tubuhnya di atas ranjang, Roswaal menyentuh dagunya dan menutup matanya. Mengucapkan kalimat tersebut dari mulutnya, dalam percakapan dengan Subaru di tengah malam ini, mereka membicarakan berbagai hal yang terjadi selama ketidakhadiran Roswaal.
Dan Subaru, menekan kebiasaan buruknya yang suka memplesetkan pembicaraan, dia mencoba yang terbaik untuk menghilangkan bualan dan cerita-cerita yang menyedihkan, dia memberikan sebuah penjelasan yang dia pikir adalah penjelasan paling objektif dari semua kejadian tersebut. Lalu, melihat tingkah laku Subaru sekali lagi,
"... Terus terang, kau nampaknya sudah melakukan banyak hal yang mulai membuatku ragu apakah kata-katamu itu benar-benar sebuah khayalan atau tidak. Sejak kapan kau menjadi seorang aktor dalam sebuah sandiwara aksi-petualangan, Barusu?"
"Apa yang baru saja kau katakan memberi sebuah sensasi tajam yang tidak bisa kujelaskan, kau tahu..... meski begitu, aku juga kadang masih bertanya-tanya bagaimana aku melakukan semua itu seorang diri. Tapi entah itu penilaianku ataupun penilaian orang lain, itu bukan kontribusi yang kecil kan?"
Itu adalah hasil yang bahkan Kong-Ming pun tidak akan berani untuk mencanangkannya. Dan meskipun dengan sarkasnya yang dingin, sepertinya Ram juga mengakui arti dari pencapaian Subaru. Jadi sedikit demi sedikit, semangat Subaru pun kembali bangkit.
"Sebuah hasil yang melebihi semua ekspektasi, tidak ada cara la~in lagi yang lebih tepat untuk menyebutnya. Sung~guh sebuah prestasi, bahkan aku.... atau, bahkan tidak seorangpun yang pernah membayangkannya."
Seolah-olah selesai mencerna semua kekagumannya, Roswaal mengucapkan kata-kata penuh pujian tersebut. Lalu, dengan ekspresi serius yang sangat langka, matanya yang memiliki warna tidak sama, menatap Subaru yang duduk di kursi di depan ranjangnya.
"Per~tama-tama, aku sekali lagi ingin menyampaikan rasa te~rima kasihku..... Karena telah melindungi daerahku dan orang-orangku, aku benar-benar sangat berterimakasih."
"Ah, ah oh. Yeah, bagaimana aku mengatakannya uh... mendengarmu mengatakan itu benar-benar membuatku ingin bergulung menjadi bola. Itu bukanlah masalah besar atau semaca....."
"Sepertinya Barusu sedikit tidak bisa memahami keseriusan dari kata-kata terima kasihmu, Roswaal-sama."
Saat Subaru menghentikan kata-kata terima kasih Roswaal, Ram melangkah ke depan dan menyelanya. Matanya yang bening dan tidak goyah, menatap Subaru.
"Menyela atasanmu, apalagi menolak kata-kata terima kasihnya, sebenarnya adalah hal yang tidak biaa dimaafkan. Selain itu, sebagai seorang Margrave, Roswaal-sama adalah seseorang yang membawa kekuatan dari seluruh sayap kerajaan Lugunica.... Kata-kata terima kasih darinya membawa nilai yang jauh lebih berbobot daripada yang Barusu bayangkan."
"......"
"Dari posisi Roswaal-sama, dia seharusnya tidak perlu repot-repot memperhatikan seseorang yang berada di bawahnya, dan memberikan ucapan terima kasih. Mengabaikan semua itu, tolong pertimbangkan makna kata-katanya."
Seperti sebuah tamparan, Ram mengucapkan kata-kata yang menyapu habis pemikiran optimis Subaru yang berlebihan. Mendengarnya tanpa mampu sedikitpun menjawab, Subaru menundukan kepalanya. Lalu, mengatakan "Tidak~ tidak~", Roswaal dengan enteng melambaikan tangannya seakan-akan melerai mereka.
"Cara Ram mengatakannya sedikit terlalu berlebihan. Kata-kataku tidak memikul nilai seba~nyak itu."
"Roswaal-sama."
Mendengar panggilan cemas Ram, Roswaal mengangguk, dan dengan "Bagaimanapun...", dia melanjutkan,
"Mengesampingkan bobot dari kata-kata terima kasihku karena status sosial yang kumiliki, bobot dari apa yang Subaru-kun capai sudah sangat jelas di mata siapapun. De~ngan demikian, jika aku tidak memberimu penghargaan dengan pantas, kau bisa de~ngan mudah membayangkan kekecewaan dan penghinaan orang yang akan ditujukan pa~daku."
".... Lalu, apa yang akan kau lakukan untukku?"
"Sebuah penghargaan yang pantas.... Subaru-kun, apa kau ingat apa yang terjadi di aula Pemilihan Raja?"
Melihat tenggorokan Subaru tersedak, Roswaal pun memicingkan matanya.
Ketika tatapan tersebut menatapnya, apa yang terlintas di pikiran Subaru adalah ingatan menjijikan yang bahkan membuat dadanya terbakar oleh rasa malu dan hina kapanpun dia mengingatnya. Pernyataan yang dia buat di tempat itu, kata-katanya yang sembrono, kurangnya pemahaman, kurangnya pemahaman diri.... Omong kosong menggelikan yang diucapkan oleh diri yang bodoh itu, bahkan membuat hal yang paling penting menjadi salah di pikirannya.
Tapi, tetap saja, meski begitu....
"Aku ingat, itu bukanlah sesuatu yang bisa kulupakan... atau harus kulupakan, kurasa."
"Kalau begitu, sebagai penghargaanku atas tindakanmu, bagaimana kalau aku membuat kata-kata yang kau ucapkan di tempat itu menjadi kenyataan.... Istirahatlah, di fajar saat kau meninggalkan tempat ini, aku akan mengangkatmu sebagai seorang Kesatria."
Mengangkat kepalanya, untuk sejenak, Subaru tidak bisa memahami maksud di balik kata-kata itu. Melihat Subaru merasa ragu, berkedip, Roswaal menganggukan kepalanya.
"Berjuang bersama dengan para pasukan dalam pertarungan melawan Paus Putih, dan membunuh Uskup Agung Pemuja Penyihir, aku tidak bisa membiarkan aksi ini lenyap begitu saja tanpa nama. Namamu, nama dari Kesatria Natsuki Subaru, akan membawa rasa hormat dan dibicarakan dengan penuh kekaguman di seluruh negeri. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang akan menertawakan kata-kata yang kau ucapkan di aula itu."
Berharap bisa membantu Emilia, itu semua hanyalah bualan dari seorang pemuda bertangan kosong. Pemuda yang telah bermimpi, dan yang berkali-kali pula hancur di hadapan realita, setelah putus asa, tenggelam dalam kegilaan, dikendalikan oleh nafsu balas dendam sehingga membenci semua hal, dan pada akhirnya diselamatkan oleh cinta... Sekarang pemuda itu ada di sini.
Semua yang terjadi di waktu itu, tentu saja, kata 'Hormat' yang melewati bibir Roswaal, pasti akan menjadi bukti kalau ada harga untuk semua itu.
.... Itu, sudah tidak tersisa lagi di pikiran siapapun selain Subaru, itu semua adalah berkat aksi Rem.
".... Terima kasih, aku akan menerimanya. Jika itu artinya adalah memberikan makna untuk pertarungan yang kami lalui."
"Itu adalah pencapaian yang patut dibanggakan, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menganggapnya enteng. Kau saat ini memiliki hak untuk berdiri di samping Emilia-sama dengan wajah terangkat. Dengan kekuatanmu sendiri, kau berhasil mencapai semua ini."
"... Itu bukan, hanya kekuatanku saja."
Mendengarkan kata-kata Roswaal, Subaru menggumamkan hal tersebut dengan pelan. Menyaksikan Roswaal mengernyitkan dahinya seakan tidak mengerti maksudnya, Subaru menutup matanya dan mengambil napas dalam. Lalu, ketika dia membuka matanya kembali, dia dengan santai mengangkat bahunya dan,
"Ini adalah percakapan yang serius oi. Harus berhati-hati ini, setelah sekian lama menjadi karakter yang tidak semestinya, akan sangat memalukan jika kau kembali menjadi normal. Wajahku sudah memanas!!"
".... K~au benar. Ee~ya, e~ya, itu sama sekali tidak seperti diriku, bahkan bahuku pun menjadi ka~ku. Dengan hubungan antara kau dan aku, berbicara dengan se~rius itu bukan seperti kita yang biasanya."
Seolah-olah berkaca pada Subaru yang menghentikan wajah seriusnya, ekspresi Roswaal juga menjadi tenang, dan suasana tegang beberapa saat yang lalu pun menghilang. Dan menyaksikan percakapan antara Subaru dan masternya, Ram menghela napas kecil, dan dengan "Well...", dia melanjutkan percakapan tersebut.
"Barusu, kau punya sesuatu yang ingin kau tanyakan pada Roswaal-sama kan? Bagaimanapun juga, itulah alasan kenapa kau menjauhkan Emilia-sama dari percakapan kita."
"Kecerdikanmu benar-benar membantu percakapan ini terus berlanjut, itu patut dihargai.... Ini bukan seperti aku menganggap Emilia-tan sebagai seorang pengganggu, tapi nampaknya mulut Ros-chi akan jadi kaku kalau dia ada di sini."
Pengamatan Ram yang tepat membuat Subaru menyunggingkan sebuah senyum. Melihat senyum itu, Ram mengarahkan pandangannya menuju tempat di mana Emilia tadi berdiri, memastikan sekali lagi kalau hanya ada ruang kosong yang tidak berpenghuni dengan ketidakhadiran Emilia.
"Aku meminta Lewes-sama untuk menenaminya mengelilingi Sanctuary.... Tapi ketika Emilia-sama mendengar kalau Barusu akan tetap berada di sini, dia terlihat sedikit merasa kesepian."
"Meskipun aku merasa senang karena aku diandalkan, jika aku memikirkan berbagai hal yang akan datang nanti, aku tidak bisa begitu saja mengikuti keinginan yang ada di hadapanku. Kemungkinan besar, Emilia-tan akan bertemu dengan Otto di perjalanan. Aku sedikit khawatir membiarkan dia bersama dengan Emilia-tan.... Si bedebah itu pasti akan bergerak mendekatinya.... aaaah, apa yang kulakukan? Emilia-tan itu super mega menawan, oh tidak, aku jadi khawatir!"
"Berbicara sendiri dan membuat dirimu lebih khawatir itu adalah ide yang bu~ruk, bukan begitu? Bagaimanapun, kau ti~dak salah.... Sebenarnya, jika ada hal-hal yang aku tidak ingin Emilia-sama mendengarnya, maka aku mungkin ti~dak akan pernah membuka mulutku."
Melihat Subaru mengocehkan berbagai kekhawatiran tidak berdasar, Roswaal pun menggeleng, dan mengungkap rahasianya tanpa malu. Dan ketika Roswaal melakukannya, Subaru menutup sebelah matanya, dan dengan "Seperti yang kuduga..", dia pun menyuarakan pemikirannya.
"Kau dengan sengaja membatasi informasi untuk Emilia-tan... Kau pikir, siapa yang ingin kau tiru di sini?"
"Selektif dengan informasi itu adalah hal yang sangat diperlukan, bukan begitu? Sebagai kandidat Pemilihan Raja, kepentingan Emilia-sama ja~uh berada di atasku. Tapi saat ini, tubuh dan pengetahuannya tidak mampu mengimbangi kualifikasi dan stasusnya, serta masih perlu dipoles. Jadi, saat dia masih belajar, memberikan beban terlalu banyak padanya itu sangat tidak be~ralasan...."
"Mengatakannya seolah-olah kau adalah pria yang hanya bermaksud menyediakan lingkungan pembelajaran yang nyaman bagi Emilia-tan, adalah cara yang menarik untuk menyembunyikannya. Tapi meninggalkan dia di dalam kegelapan dengan situasi yang fatal, tahu betul tapi tidak memberitahunya apa-apa, sama sekali tidak terdengar masuk akal. Bahkan bagimu pun, itu bukanlah hal yang bagus."
Mengetahui Roswaal sedang mencoba mengabaikannya dengan kata-kata yang bertele-tele, Subaru menahan keingingannya untuk berdebat dan melanjutkan pencariannya dengan suara pelan. Melihat Subaru yang tenang, Roswaal menutup sebelah matanya dan diam-diam menatap balik Subaru.
Dengan sungguh-sungguh, satu mata Roswaal.... mata sebelah kiri dengan pupilnya yang berwarna kuning terus menatap Subaru. Tidak sadar akan maksud dari tatapan mengganggu itu, tubuh Subaru pun goyah. Dan kemudian, seolah-olah membaca ketidaknyamanan Subaru, Roswaal tertawa,
"We~ll, aku sudah membayangkan kalau kau akan men~cari-cari hal ini sampai akhir, cepat atau lambat. Itulah alasannya, kali ini aku sudah menyiapkan kepu~tusanku."
"Keputusan?"
"Keputusan bahwa aku tidak akan lagi menghindari pertanyaan Subaru-kun, dan akan memberikan ja~waban sekarang. Meskipun aku ingin lari, aku sudah terbebani oleh luka ini, sekarang adalah waktu yang sempurna, iya kan?"
Dengan tawa keras dan kering, di atas ranjang, Roswaal memukul pelan pahanya ketika mengucapkan hal tersebut.
Sejenak, Subaru merasa terkejut oleh betapa mudahnya Roswaal menerima kekalahannya.
"..... Angin macam apa sih yang bertiup di sini?"
"Ka~u yang tidak mempercayaiku sampai sekarang sedikit membuatku merasa ke~sepian. Tapi, mengingat hubungan antara kau dan aku, aku tidak bisa menyalahkanmu me~rasa seperti itu."
"Bukan berarti menurutku akan sangat bagus kalau aku terang-terangan dengan kewaspadaanku, tapi dengan semua yang sudah terjadi sampai sekarang, itu sudah bisa diperkirakan. Lagipula, kau selalu saja terlihat merahasiakan sesuatu.... Tapi kali ini, apa aku bisa mempercayaimu?"
"Tentu saja."
Melihat tatapan curiga Subaru, Roswaal mengangguk dan membentangkan lengannya.
"Semua yang kau capai beberapa hari yang lalu, sudah memberiku lebih dari cukup bukti untuk membuka hatiku untukmu. Aku bisa tenang sekarang. Mulai sekarang, aku akan mempercayaimu dan di dalam hatiku, aku akan menerima dan mengakuimu.... sebagai ka~ki ta~nganku."
"Tunggu! Kenapa aku merasa seperti baru saja diberi beberapa salib berat untuk dipikul? Tidak masalah jika kau tidak membongkar semuanya seperti itu, membiarkanku menyentuhnya sedikit saja sudah cukup."
"Ayaaya, bahkan ketika hal itu meluncur keluar dari mulutku, kau te~tap saja sangat dingin."
"Bukan begitu, tapi jika kau tiba-tiba menarik semuanya seperti itu, itu sedikit terlalu berat...."
Karena obrolan mereka mulai terdengar seperti sepasang kekasih yang baru mulai berpacaran dan tidak sependapat dengan ke mana mereka akan membawa hubungan mereka, Subaru pun terbatuk dan mencoba menata pikirannya, dan, diawali dengan "Bagaimanapun..."
"Mari kita kesampingkan bagian kaki tangan itu untuk pembicaraan lainnya, untuk sekarang, izinkan aku bertanya beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu....... Jadi, apa alasanmu yang sebenarnya menyembunyikan semua informasi ini dari Emilia. Pertama, ayo kita mulai dari sana."
"......."
Sekali lagi, Roswaal menutup sebelah matanya dan menatap Subaru.
Bagaimana Roswaal memilih informasi mana yang akan dibagi dengan Emilia.... Implikasi yang mengikuti dari sini, termasuk seluruh kejadian yang terjadi di pengulangan sebelumnya, mungkin akan menjadi tidak terduga.
Fakta bahwa dia adalah seorang Half-Elf sejak lahir.... Jika Emilia tahu kalau informasi ini akan mendorong pergerakan Pemuja Penyihir, mereka mungkin bisa menyiapkan serangan balik yang lebih efektif untuk melawan serangan di desa Arlam dan daerah milik Roswaal.
Dan di sisi lain, itu akan memberikan dampak pada tindakan Subaru saat dia dengan panik berlari kesana kemari untuk memperbaiki situasinya, lalu, hasilnya, mungkin apa yang terjadi pada Rem akan....
"Jawab aku Roswaal. Jika kau memang ingin menjadikan Emilia-tan sebagai seorang Raja, pastinya, akan sulit bagimu jika dia berhenti di tengah jalan. Namun meski begitu, kenapa kau menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan dengan menyembunyikan informasi darinya? Itu tidak masuk akal."
"Untuk pertanyaan itu, aku akan menjawabnya seperti.... Semuanya sama seperti yang kau tunjukan, dan karena itu sama seperti yang kau tunjukan, maka informasi yang kubagi dengan Emilia-sama itu cukup terbatas."
"......!? Apa maksudnya itu? Apa kau mencoba mengatakan bahwa menyembunyikan informasi dan menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan itu, entah bagaimana memang perlu, agar dia bisa memenangkan Pemilihan Raja?"
"Memang seperti itu. Kau tidak berpikir ada kebaikan dalam hal itu?"
Jawaban Roswaal mengacaukan pikiran Subaru, dia mengernyitkan keningnya dan menunjukan kebingungannya. Melihat respon itu dari Subaru, Roswaal menggeser tubuhnya di atas ranjang dan menyebabkan suara berderit.
"Subaru-kun, mungkin i~ni yang i~ngin kau katakan? Ketika mereka mendengar partisipasi Emilia-sama dalam Pemilihan Raja, akan ada kemungkinan Pemuja Penyihir akan membuat pergerakan. Dan pada kenyataannya, Pemuja Penyihir memang membuat pergerakan dan menyerang daerahku. Apalagi, kalau aku sudah mengetahui kemungkinan ini, aku seharusnya menyiapkan beberapa serangan balik yang tepat, kan?"
"Y-yeah, tepat seperti itu. Siapapun akan berpikir begitu, itu sudah sangat jelas. Aku mungkin tidak tahu, tapi hubungan antara Pemuja Penyihir dan Half-Elf itu adalah pengetahuan yang umum kan? Faktanya, kau sudah mengetahuinya. Jika benar begitu, lalu kenapa kau tidak mempersiapkan apapun.... tidak, bahkan sebelum itu, kenapa kau meninggalkan daerahmu dan mengasingkan dirimu di Sanctuary?"
"Aku terkurung di sini di Sanctuary, itu bukan seperti aku bermaksud menjauh dari daerahku untuk waktu yang lama..."
"Alasanmu tidak ada gunanya. Kau terluka dan menjadi tahanan rumah ketika menantang Makam agar bisa menenangkan penduduk desa Arlam. Dengan kata lain, itu adalah konsekuensi dari diriku yang mengungsikan para penduduk dari Pemuja Peyihir.... jadi sebelum itu, tidak kembali adalah tujuanmu."
"Menggunakan logika untuk mendebat seorang musuh yang membuatmu marah. Itu be~benar-benar kebiasaan yang buruk."
Mendengar bantahan Subaru terhadap alasan sederhananya, Roswaal dengan santai mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak pernah menyangka itu akan membodohinya. Merasa tidak senang degan ekspresi itu, Subaru mengambil satu langkah ke depan, akan tetapi,
"..... Ram."
"Roswaal-sama saat ini sedang terbebani oleh luka-lukanya. Tapi meski begitu, untuk membakar Subaru, satu ujung jari saja sudah cukup.... Tapi Ram, tidak akan memaafkan tindakan kasar apapun di hadapannya."
"Kau nampak menerimanya. Diperlakukan sebagai bagian dari pengorbanan, itu juga berlaku buatmu. Roswaal tahu para idiot itu akan datang ke desa, namun dia melarikan diri sendirian dari semua bubuk ledakan itu dan menunggunya meledak. Bagaimana bisa kau memaafkan sesuatu seperti itu?"
"Itu bukan masalah memaafkan atau tidak memaafkan. Ram pasti akan memaafkan setiap tindakan yang diambil oleh Roswaal-sama. Bagaimanapun dia memperlakukan Ram, entah itu membunuh atau merapalkan sihir padaku, itu semua sama saja."
"Kau.....!!"
Di hadapan kesetiaan Ram yang tidak bisa dimengerti, tenggorokan Subaru terasa dipenuhi dengan amarah.
Tapi meski begitu, Subaru tetap tidak bisa tiba-tiba melakukan kekerasan. Itu mungkin karena penilaian masuk akal kalau dia bukanlah tandingan bagi dua orang di hadapannya itu, atau mungkin, karena....
"..... Bahkan Rem pun, berkorban karena alasan yang tidak bisa kumengerti."
"....? Aku tidak tahu siapa yang kau maksudkan, tapi Ram tidak memiliki hubungan apapun dengan orang yang memiliki nama itu. Bagi Ram, Roswaal-sama adalah segalanya, sementara yang lain adalah sesuatu yang tidak berarti."
Bahkan pembelaaan Subaru yang menyedihkan, tidak bisa menciptakan sedikitpun gema di hati Ram.
Subaru sudah mengetahui itu. Bagi gadis yang telah melupakan keberadaan Rem, pembelaan semacam itu akan menjadi tidak berguna. Namun di saat yang sama, dia juga mengerti.
Dari awal, dia sudah sadar akan loyalitas Ram yang tidak biasa terhadap Roswaal.
Dan sifat keras kepala yang dia tunjukan saat ini, adalah kegilaan yang berbeda dengan apa yang ditunjukan oleh Ram yang Subaru kenal dulu.
Dan tidak ada alasan lain yang lebih hebat untuk hal ini, selain karena telah melupakan keberadaan Rem.
Subaru tidak tahu rincian dari apa yang telah terjadi di masa lalu mereka. Tapi mengumpulkan potongan dari apa yang Rem katakan, Subaru bisa merasakan kepercayaan yang masing-masing dimiliki oleh sepasang saudari itu.
Dengan rasa bersalah, dan sifat rendah dirinya... terombang-ambing di antara kedua hal itu, kerumitannya membuat Rem semakin bergantung pada kakaknya. Dan meski ketidakstabilan Ram sulit terlihat, ketika dia tidak berada di dekat adiknya, potongan-potongan tersebut akan terlihat sangat jelas.
Sama seperti Rem, yang dunianya sebagian besar diisi oleh Ram, dunia Ram pun hanya terdiri dari Rem dan Roswaal. Kerumitan tersebut membawa sebuah resolusi, saat dunia yang sempit itu, dimulai dengan kedatangan Subaru dan lalu membawa berbagai hal lainnya, Rem pun berubah. Tapi dunia Ram tetaplah sempit.
Lupa akan seseorang yang telah menciptakan separuh dunianya, saat ini, dunia Ram hanya terisi oleh Roswaal.
Itu mungkin terdengar ekstrem, tapi itulah sebab loyalitasnya yang berlebihan terhadap Roswaal.
"Ram, ja~ngan ganggu Subaru. Lagipula, dia tidak bermaksud melakukan sesuatu yang kasar ke~padaku. Itu ha~nyalah satu langkah kecil."
"Jika anda bilang begitu Roswaal-sama."
"Ya, ya, itu tidak penting. Bukankah begitu, Subaru-kun? Kau terlihat sedikit marah, tapi kau tidak dikendalikan oleh ama~rahmu. Sesuatu seperti kehilangan kendali diri dan kemudian me~mukulku, kau tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk melanjutkan pembicaraan kita tanpa gangguan kan?"
"Apa maksudnya itu...?"
"Itu se~derhana. Jika itu adalah kau yang dulu, entah di mana dalam percakapan ini, kau pasti akan naik pitam, berteriak, dan kemudian percakapan pun berakhir. Tapi kau tidak melakukannya, dan bahkan saat kau menekan amarahmu, kau masih berpegang pada argumenmu tanpa melepaskannya.... Kau sudah berkembang, aku ber~maksud mengatakan itu."
Saat Roswaal menepuk tangannya dengan enteng, dan menyampaikan pujian dangkal tersebut, Subaru merasa amarah yang ada di dadanya membuat dia ingin berteriak. Namun, mengetahui kalau dia melakukan itu, sama saja dengan memberikan apa yang diinginkan oleh lawannya, Subaru pun menghentikan dirinya, dan dengan mengambil napas dalam, dia kembali menekan gelombang amarahnya.
.... Dan saat melakukan itu, Subaru menyadari kalau ucapan Roswaal yang sebelumnya memang benar adanya, dan Subaru tidak bisa lagi menahan kejengkelannya.
"Ba~iklah, menggoda seorang pemuda lebih dari ini akan membuatku terlihat tidak seperti orang dewasa. Karena kau sudah menunjukan padaku bagaimana kau ber~kembang, aku seharusnya juga menunjukan sedikit ke~dewasaan."
".... Kalau begitu tolong lakukan! Bagaimanapun, tolong jawab pertanyaanku yang sebelumnya. Jawablah tanpa coba-coba untuk menghindarinya. Kenapa kau menyembunyikan masalah tentang Pemuja Penyihir dari Emilia? Dan kenapa, sekaligus kapan kau tahu bahwa Pemuja Penyihir akan datang? Apa kau, sebagai kekuatan terhebat yang kami miliki, memang meninggalkan daerah kita?"
"Aku bisa menjawab kedua pertanyaan itu dengan satu jawaban..... Aku bertindak seperti itu untuk menghindari konfrontasi dengan Pemuja Penyihir."
"Huh...?"
Mendengar jawaban yang tenang dan rapi ini, sesaat, Subaru tidak bisa mengerti.
Memikirkan, menerima, mencerna kata-kata itu di dalam pikirannya, dan meresapi isinya,
"Aku tidak mengerti. Untuk menghindari pertarungan melawan Pemuja Penyihir... tapi kenapa? Jangan bilang kau alergi pada mereka atau sesuatu yang menakutkan seperti itu? Kalau kau... Kalau kau ada di sana, bukankah kau bisa meledakkan para bajingan itu dalam sekali tembakan? Lalu para korban...."
"Aku mengerti. Itu memang be~nar, jika aku ada di sana, maka kor~ban dari serangan ini akan berkurang. Aku mencoba memiliki pemahaman yang tepat untuk kekuatanku sendiri, dan aku sadar aku adalah salah satu orang paling kuat di negeri ini. Gampangnya, kalau aku ada di sana, maka penyerangan Pemuja Penyihir kali ini akan dengan mudah dikalahkan."
"Jika kau memahaminya, lalu kenapa.....!"
"Itulah alasannya."
Melihat ludah melayang jatuh dari Subaru, Roswaal mengangkat satu jarinya untuk menghentikan Subaru, dan kemudian, dengan jari yang sama, dia menunjuk ke arah langit-langit.
"Jika aku melakukan semuanya, maka itu bukanlah pencapaian Emilia-sama, maupun pencapaianmu, iya kan? Meskipun reputasiku melonjak naik, itu tidak akan ada gu~nanya."
"........."
Apa yang Roswaal katakan, Subaru sama sekali tidak bisa memahaminya.
Itu pasti hanya sebuah lelucon. Berdoa, kalau Roswaal akan mengikutinya dengan semacam gurauan, Subaru menahan lidahnya dan menunggu kata-kata Roswaal selanjutnya.
Namun, melihat ke arah Subaru yang hanya diam, Roswaal memiringkan kepalanya.
"Bagaimana bisa aku menyangkalnya? Bagaimanapun, itu adalah bencana yang sepenuhnya kuyakini pasti akan terjadi. Mana mungkin aku tidak menggunakannya se~penuhnya."
"K-kau... Apa kau tahu... apa yang kau katakan?"
".... !? Aku tidak mengerti bagian mana yang Subaru-kun anggap masalah. Yang manakah itu, aku penasaran. Apakah itu dampak yang diterima desa Arlam, apakah karena kau harus meminjam kekuatan para pedagang dan pasukan pribadi Crusch-sama untuk memukul mundur Pemuja Penyihir... ataukah fakta bahwa sebenarnya semua dampak ini bisa dihindari?"
Suara Subaru bergetar, dan seolah-olah membaca kedalaman hati Subaru, Roswaal melayangkan kata-kata tersebut seolah itu adalah hal yang biasa.
Mendengar jawaban itu, Subaru merasakan guncangan di setiap organ tubuhnya.
Sebelumnya, ketika dia berbicara dengan Puck, ketika roh itu berbicara di hadapan Rem yang tertidur, "anak ini mengorbankan dirinya untuk membantu Lia", Subaru benar-benar diterbangkan oleh amarah.
Dan karena hal itu terjadi, Subaru menyadari bahwa, di antara sensibilitasnya dan Roh Agung itu, terdapat celah yang tidak akan bisa diisi dengan kata-kata. Dengan kata lain, amarah yang dia rasakan pada saat itu, membuat Subaru paham kalau mereka pada dasarnya adalah dua makhluk yang benar-benar berbeda.
Namun, tidak untuk Roswaal. Dia tahu alasan kenapa Subaru marah, dia tahu apa yang ingin dikatakan Subaru..... Dan karena dia tahu semua itu, dia membuat keputusan yang kejam ini.
"Itu semua harus ditinjau kembali kan? Sedikit banyak, aku mengerti apa yang coba kau katakan. Dalam perlawanan terhadap serangan Pemuja Penyihir, siapapun yang memimpin pasti akan mendapat penghargaan, dan itu tidak hanya memberikan pengaruh yang kecil dalam Pemilihan Raja, aku bisa memahaminya.... Aku juga mengerti, jika kau menangani semua ini sendiri, itu tidak akan memberikan efek yang sama, tapi......"
Menunjukan gigi-giginya, Subaru, dengan ayunan liar dari tangannya,
"Kau pikir berapa banyak orang yang mati karena kau tidak ada di sana dan tidak mau repot-repot mengatakan sesuatu? Memang, korbannya tidak terlalu banyak. Tapi tetap saja, jumlahnya tidak berarti nol. Orang-orang mati. Entah itu orang-orang kita ataupun para bedebah dari Pemuja Penyihir itu..."
"Meskipun aku ada di sana, ancaman dari para Pemuja Penyihir tidak akan berubah. Mereka semua, hanya akan menjadi abu. Aku akan bertanggung jawab atas para korban di kubu kita, tapi menyalahkanku atas kerugian musuh, itu akan sedikit ber~lebihan, bukankah begitu?"
".... T-tetap saja, bukankah di sana ada cara yang lebih aman.... Tidak, bukan itu masalahnya! Setiap hal yang telah kau katakan harus ditinjau kembali! Memang benar semuanya berjalan lancar. Kerugian kita sangat minimal, musuh telah dimusnahkan, Emilia-tan selamat, penduduk desa Arlam juga dievakuasi dengan aman... Tapi itu semua hanya kebetulan. Sebenanarnya...."
Sebenarnya, jika Subaru tidak melakukan apa-apa, penduduk desa, orang-orang di Mansion, Emilia.....
"Mereka seharusnya sudah mati. Kali ini, jika semuanya tidak berjalan dengan sempurna, semuanya akan disiksa..... dengan parah, dengan kejam, penuh penderitaan sampai mereka semua mati."
Menutupi wajahnya, Subaru menahan air mata di dalam suaranya.
Di sisi lain kelopak matanya yang tertutup, sekali lagi, kejadian seperti di neraka yang tidak akan bisa dia lupakan, muncul.
Desa termakan oleh api. Mayat-mayat berserakan di tanah. Mayat anak-anak. Dan mayat Rem yang ditinggalkan di taman mansion. Dan terakhir, akhir dunia yang membeku.
.... Semua itu, akan menjadi dunia yang tak terbantahkan, jika Subaru tidak membaliknya dengan kemampuan Return by Death.
"Jika kau ada di sana, tidak satupun dari hal-hal itu akan terjadi. Kau mengetahuinya, tapi tetap saja, kau hanya menyaksikan mereka mati. Sudah berapa kali, kau membunuh mereka..."
"Ini sulit dimengerti. Orang yang menyerang adalah para Pemuja Penyihir, bu~kan aku. Selain itu, serangan para Pemuja Penyihir itu telah berhasil kau hentikan sebelum apapun bisa terjadi, korban yang kau bicarakan itu tidak pernah ada..... Kau hanya mengulangi omong kosong."
".... Begitu ya."
Mendengar jawaban dingin Roswaal, Subaru menjatuhkan bahunya dan menjawab dengan suara pelan,
Omong kosong... Jika dia menganggapnya seperti itu, maka tidak ada yang bisa Subaru katakan untuk membantahnya. Return by Death tidak bisa dijelaskan padanya, dan Roswaal tidak bisa disalahkan atas sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam realita ini.
Satu-satunya orang yang pernah merasakan neraka itu hanyalah Subaru, dan orang yang membebaskan kejahatan Roswaal karena telah menciptakan neraka itu, juga Subaru.
".... Jika ternyata aku masihlah seonggok sampah yang tidak berguna, apa yang akan kau lakukan? Untuk menjadikan Emilia seorang Raja, kau menginginkan aku melakukan hal sebanyak mungkin. Tapi anehnya itu terlalu sepihak, itu bahkan tidak cukup untuk dijadikan perjudian... Itu lebih seperti semuanya bisa saja berakhir di sana."
"Namun, kau membalikkan kemungkinan itu..... Apa kau tidak puas?"
"Aku tidak puas. Kau tidak terlihat seperti tipe pria yang akan menyerahkan suatu masalah pada sesuatu yang tidak pasti."
Ada beberapa macam orang yang berjudi. Ada mereka yang tidak tahu apakah mereka akan menang atau kalah, dan hanya bergantung sepenuhnya pada keberuntungan. Ada mereka yang tidak ingin diarahkan oleh nasib, dan ketika mereka sudah mengumpulkan kemungkinan terbaik di tangan mereka, di saat-saat terakhir, mereka akan mempercayakannya pada peluang.
Dan, ada juga mereka yang telah menyusun semuanya dari awal sampai akhir, dan tidak akan mengikuti perjudian di mana kemenangan mereka sudah dipastikan.
"Kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan perjudian. Lantas, kenapa kau melakukannya?"
".... Karena, aku percaya padamu!"
Ketika Subaru bertanya untuk yang kedua kalinya, suara Roswaal pun terdengar pelan saat dia menjawab.
Mendengar jawaban itu, Subaru tidak bisa menghentikan kekehan yang meluncur dari bibirnya.
"Jadi pada akhirnya kau memang tidak berniat memberikan jawaban yang serius padaku?"
"Entah kau mempercayai ceritaku atau tidak adalah urusan yang berbeda, tapi semua yang kukatakan adalah benar. Karena di sini, malam ini, aku sudah memutuskan kalau aku tidak akan ber~bohong padamu. Hal-hal yang tidak bisa kukatakan, tidak akan kukatakan, dan jika ada hal-hal yang tidak sesuai untuk kejadian ini, aku juga tidak akan mengatakan itu semua. Tapi, apa yang kukatakan, aku bersumpah, itu semua bebas dari kebohongan."
Menanggapi kata-kata Subaru yang dipenuhi dengan kekecewaan, Roswaal mengucapkan hal tersebut dengan serius. Tapi, apakah ini adalah sesuatu yang bisa dipercayai? Kehilangan kesan positif terhadap Roswaal dalam percakapan ini, Subaru sudah tidak lagi berada dalam posisi untuk menerima semuanya begitu saja.
Di hadapan tatapan Subaru yang menjadi semakin tajam, Roswaal memutar kepalanya.
"Aku akan mengatakannya lagi. Alasan aku membuat keputusan ini adalah karena aku mempercayaimu. Aku percaya, jika kau sadar bahaya yang mengintai Emilia-sama, maka kau akan berusaha membentuk aliansi dengan Crusch-sama, melakukan apapun dengan seluruh kekuatanmu untuk menghancurkan Pemuja Penyihir, dan membedakan dirimu saat melakukannya."
"Meski sesaat kita berpura-pura kalau itu benar, tapi bagaimana bisa kau memutuskan mempercayai seseorang seperti diriku? Apa yang kau ketahui tentang diriku? Kita baru saling mengenal selama sebulan, apakah aku terlihat seperti orang yang bisa kau beri kepercayaan semacam itu?"
Menghentakkan kakinya ke lantai, Subaru membantah kata-kata Roswaal yang indah dan tak tahu malu. Menunjuk jarinya, Subaru menggelengkan kepalanya, menolak apa yang baru saja dia katakan.
"Tidak seperti itu. Ketika aku terakhir kali meninggalkanmu, aku 100% hanyalah sampah. Hanya karena apa yang terjadi setelahnya, sampah itu kurang lebih menjadi lebih baik. Tapi apa yang terjadi setelahnya, tidak ada yang tahu selain aku. Jadi, bagian mana dari diriku yang kau percayai?"
Roswaal menutup sebelah matanya, dan dengan pupil matanya yang berwarna kuning, dia menatap Subaru dengan jengkel. Seolah-olah melepaskan diri dari tatapan itu, Subaru menghentak lantai dengan seluruh kekuatannya.
"Ini konyol! Apa kau benar-benar mencoba bilang bahwa kau mempercayai idiot berkepala kosong ini untuk melakukan semuanya, dan meninggalkan orang-orang dan segala sesuatunya di belakang seperti semacam permainan, mempertaruhkan posisi dan masa depanmu sebagai taruhannya? Apakah aku mengatakan sesuatu yang tidak berperasaan seperti itu?"
".... Sepertinya, ini adalah akhir pem~bicaraan hari ini."
Walaupun Subaru memperlihatkan kemarahannya dengan jelas, Roswaal hanya berbisik dengan suara yang terdengar kesepian.
Setelah mendengar bisikan itu, Subaru berteriak, menyuarakan kekesalannya yang tak ada habis-habisnya.
"Kalau kau tak berniat berbicara dengan terus terang, semuanya akan percuma apapun yang kau katakan. Setelah pembicaraan ini, aku tidak akan percaya lagi apapun yang kau katakan!!"
"Sepertinya kesanmu terhadap diriku semakin jatuh, itu sa~ngat disayangkan..... Meskipun kupikir tidak perlu memastikannya, tapi mengenai percakapan kita malam ini, Emilia-sama....."
"Aku tidak akan memberitahunya. Sejak awal tidak ada banyak informasi di sini, ditambah lagi semua ini sudah diperindah, tidak ada gunanya memberitahunya. Kau sudah mengantisipasi hal ini juga, kan? Itu sebabnya kau terus berputar-putar."
Terlepas dari tujuan Roswaal yang sebenarnya, Pemilihan Raja masihlah terus berjalan, dan menciptakan lebih banyak pergesekan antara Emilia dan Roswaal bukanlah sesuatu yang ingin dia lakukan. Selain itu, dengan Emilia yang saat ini menjadi wakil dari penduduk desa Arlam, faksi Roswaal harus tetap bersatu.
Hal ini memberikan dorongan pada Subaru untuk memikirkan bagaimana dia bisa terus sejalan dengan tujuan Roswaal, tapi, menantang Ujian juga pasti akan meningkatkan pandangan orang-orang terhadap Emilia. Dan semua itu, dikendalikan di dalam telapak tangan pria itu.
"Kau memahami semuanya, dan amarah yang kau tujukan padaku itu tidak bisa dibendung..... namun, kau tidak membalik meja ataupun sesuatu semacam itu. Kau be~nar-benar seperti yang kuharapkan."
Ketika Roswaal mengatakan hal itu pada Subaru yang menggertakkan gigi untuk menahan kejengkelannya, Subaru mengangkat kepalanya, dan melihat wajah Roswaal yang terlihat menjadi begitu memuakkan.
"Kau, tak diragukan lagi, pantas menjadi kaki tanganku, bukankah begitu?"
".... Bedebah kau, aku harap kau mendapatkan kematian yang layak."
"Aku tahu. Tanpa diragukan lagi, aku pasti akan jatuh ke neraka. Itulah kenapa, sebelum itu terjadi, aku harus membentangka sepenuhnya kebrutalanku di dunia ini, dengan kemampuan terbaikku."
Memberikan tatapan tajam pada pernyataan Roswaal, tanpa sepatah katapun, Subaru berbalik dan menghentakkan kaki keluar dari ruangan.
Pembicaraan lebih jauh lagi hanya akan jadi percuma. Jika Roswaal tidak berancana mengungkap tujuannya yang sebenarnya, jika tidak ada yang bisa Subaru lakukan untuk masuk ke dalam pemikirannya, maka tidak akan ada yang bisa memenuhi pertukaran itu.
".... Kau pikir semuanya akan terjadi seperti yang kau harapkan, dan semua orang akan menari mengikuti lagumu?"
Mengepalkan tangannya dengan erat, berjalan melintasi jalanan di malam hari, Subaru menyiapkan ketetapan hatinya yang baru.
Besok, Roswaal akan meminta Emilia untuk menantang Ujian, agar bisa membalik pemahaman orang-orang Sanctuary dan desa Arlam, serta penghinaan terhadap Half-Elf.
Apa yang mungkin muncul di dalam prosesnya, berapa besar beban yang harus Emilia tanggung, sama sekali tidak masuk ke dalam pertimbangan orang itu. Pada akhirnya, tidak peduli berapa banyak luka yang akan Emilia terima, meskipun jantungnya rusak hingga mencapai intinya, pria itu pasti hanya akan tertawa remeh melihat kejadian yang terbentang itu sesuai dengan keinginannya. Kalau begitu,
"Aku tidak akan membiarkannya terjadi. Gadis itu.... Emilia, aku pasti akan melindunginya.
Kualifikasi untuk menantang Ujian..... jika mimpi yang dia lihat di dalam Makam bukan hanya sekedar mimpi, maka Subaru juga dianugerahi Kualifikasi itu.
Mungkin Kualifikasi itu memang diberikan dengan kehendak seorang Penyihir, tapi dengan itu, dia bisa menggagalkan rencana Roswaal. Semua rasa sakit dan air mata yang menjadi nyata karena pria itu tidak memperdulikan apapun di sekitarnya, Subaru pasti akan mengentikan itu semua di sini.
"..... Itulah, apa yang harus aku capai di Sanctuary ini.
Di atas, lurus dari tempat di mana dia mengarahkan tinjunya, terdapat bulan berwarna biru pucat.
Seolah-olah menggenggam cahaya yang jauh dan tak bisa dijangkau itu, membuat sketsa wajah gadis cantik berambut perak itu dalam pikirannya, Subaru bertekad, dia pasti akan menghancurkan rencana licik badut itu.
"..... Apa itu benar tidak apa-apa?"
Di dalam ruangan yang telah ditinggalkan oleh Subaru, Ram, yang menyaksikan percakapan mereka, menanyakan hal tersebut dengan tenang. Mendengar hal itu, master gadis itu menggelengkan kepalanya, seolah-olah tidak memiliki kekuatan.
"Reaksi semacam itu su~dah bisa kuperkirakan. Tapi meskipun sudah kuperkirakan, hal itu tetap saja menyedihkan, menipu hati seorang pemuda."
"Anda tahu tidak ada gunanya berbohong di depan Ram?"
"Aku senang kau meng~khawatirkanku, tapi itu semua memang pemikiran jujurku. Kenapa, di dalam hati Ram, apakah aku terlihat seperti seseorang yang senang melakukan hal ini?"
Menjawab dengan mengalihkan pandangannya dari masternya tanpa kata, Ram menata sprei yang menjadi kusut karena percekcokan sebelumnya. Ketika Ram melakukan hal tersebut, jarinya merasakan sesuatu yang keras di sekitar perut masternya, dan mengeluarkannya dari sprei.
"Roswaal-sama. Ini...."
"Ahh, ma~af. Jika Subaru-kun melihat ini, se~muanya akan menjadi sangat ru~mit. Tapi, akan ada banyak hukuman jika aku meletakkannya di bawah pantatku. Jika aku tidak berhati-hati...."
Menerima apa yang Ram serahkan seolah-olah itu adalah benda yang sangat berharga, Roswaal dengan lembut membelai permukaannya ketika menerimanya. Kemudian, dengan mengatakan "Tidak peduli apa yang terjadi", Roswaal menyentuh dagunya,
"Kualifikasi Emilia-sama saat ini sudah dipastikan, dan Subaru-kun juga sedang bersemangat. Besok malam, Ujiannya akan dimulai.... Ram, menurutmu apa yang akan ter~jadi?"
"Pemikiran Roswaal-sama melebihi apa yang bisa ditebak kemampuan Ram...... Roswaal-sama, anda tahu apa yang akan terjadi, lalu?"
"Hal ini tidak se~mudah itu. Dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Pemuja Penyihir, punya kita sedikit lebih kuat, tapi itu bukan apa-apa selain tiruan yang lemah, dan masih jauh dari apa yang 'dia' inginkan. Percekcokan dengan Subaru-kun tadi, menurutmu seberapa banyak yang bisa terjadi kalau hal ini dijelaskan."
Roswaal mengambil napas dalam seolah-olah sedang merenung, dan melihat hal ini, Ram sedikit menaikkan alisnya, dan dengan ragu,
"Lalu, seberapa banyak apa yang anda katakan pada Barusu...."
"Meskipun ada beberapa akting.... tapi kebanyakan itu sesuai dengan pe~rasanku yang sebenarnya. Tidak, tidak, tentu saja aku tahu Subaru-kun akan marah. Tapi, meskipun aku mengetahuinya, aku juga menambahkan beberapa hal ingin aku ka~takan, bukan begitu?"
Roswaal melambaikan tangannya kepada Ram seakan menjelaskan dirinya sendiri, dan kemudian, dengan "Bagaimanapun", dia melanjutkan,
"Dianggap hina oleh pasangan hatiku, memang terasa menyakitkan ketika memikirkannya, seakan-akan aku hanya memikirkan diriku sendiri. Oh, betapa masih kekanak-kanakannya diriku ini, temanku yang pen~dendam."
Roswaal tertawa saat dia sedang berbicara.
Terbungkus dalam lengannya seperti sesuatu yang begitu berharga, adalah sebuah buku dengan jilidan berwarna hitam.
Roswaal meletakkan ujung jarinya di atas buku itu, dan perlahan, perlahan, dia membelainya,
Dengan penuh kasih sayang, penuh kasih sayang, perlahan, dan perlahan......
Tanpa sadar semakin membenamkan berat tubuhnya di atas ranjang, Roswaal menyentuh dagunya dan menutup matanya. Mengucapkan kalimat tersebut dari mulutnya, dalam percakapan dengan Subaru di tengah malam ini, mereka membicarakan berbagai hal yang terjadi selama ketidakhadiran Roswaal.
Dan Subaru, menekan kebiasaan buruknya yang suka memplesetkan pembicaraan, dia mencoba yang terbaik untuk menghilangkan bualan dan cerita-cerita yang menyedihkan, dia memberikan sebuah penjelasan yang dia pikir adalah penjelasan paling objektif dari semua kejadian tersebut. Lalu, melihat tingkah laku Subaru sekali lagi,
"... Terus terang, kau nampaknya sudah melakukan banyak hal yang mulai membuatku ragu apakah kata-katamu itu benar-benar sebuah khayalan atau tidak. Sejak kapan kau menjadi seorang aktor dalam sebuah sandiwara aksi-petualangan, Barusu?"
"Apa yang baru saja kau katakan memberi sebuah sensasi tajam yang tidak bisa kujelaskan, kau tahu..... meski begitu, aku juga kadang masih bertanya-tanya bagaimana aku melakukan semua itu seorang diri. Tapi entah itu penilaianku ataupun penilaian orang lain, itu bukan kontribusi yang kecil kan?"
Itu adalah hasil yang bahkan Kong-Ming pun tidak akan berani untuk mencanangkannya. Dan meskipun dengan sarkasnya yang dingin, sepertinya Ram juga mengakui arti dari pencapaian Subaru. Jadi sedikit demi sedikit, semangat Subaru pun kembali bangkit.
"Sebuah hasil yang melebihi semua ekspektasi, tidak ada cara la~in lagi yang lebih tepat untuk menyebutnya. Sung~guh sebuah prestasi, bahkan aku.... atau, bahkan tidak seorangpun yang pernah membayangkannya."
Seolah-olah selesai mencerna semua kekagumannya, Roswaal mengucapkan kata-kata penuh pujian tersebut. Lalu, dengan ekspresi serius yang sangat langka, matanya yang memiliki warna tidak sama, menatap Subaru yang duduk di kursi di depan ranjangnya.
"Per~tama-tama, aku sekali lagi ingin menyampaikan rasa te~rima kasihku..... Karena telah melindungi daerahku dan orang-orangku, aku benar-benar sangat berterimakasih."
"Ah, ah oh. Yeah, bagaimana aku mengatakannya uh... mendengarmu mengatakan itu benar-benar membuatku ingin bergulung menjadi bola. Itu bukanlah masalah besar atau semaca....."
"Sepertinya Barusu sedikit tidak bisa memahami keseriusan dari kata-kata terima kasihmu, Roswaal-sama."
Saat Subaru menghentikan kata-kata terima kasih Roswaal, Ram melangkah ke depan dan menyelanya. Matanya yang bening dan tidak goyah, menatap Subaru.
"Menyela atasanmu, apalagi menolak kata-kata terima kasihnya, sebenarnya adalah hal yang tidak biaa dimaafkan. Selain itu, sebagai seorang Margrave, Roswaal-sama adalah seseorang yang membawa kekuatan dari seluruh sayap kerajaan Lugunica.... Kata-kata terima kasih darinya membawa nilai yang jauh lebih berbobot daripada yang Barusu bayangkan."
"......"
"Dari posisi Roswaal-sama, dia seharusnya tidak perlu repot-repot memperhatikan seseorang yang berada di bawahnya, dan memberikan ucapan terima kasih. Mengabaikan semua itu, tolong pertimbangkan makna kata-katanya."
Seperti sebuah tamparan, Ram mengucapkan kata-kata yang menyapu habis pemikiran optimis Subaru yang berlebihan. Mendengarnya tanpa mampu sedikitpun menjawab, Subaru menundukan kepalanya. Lalu, mengatakan "Tidak~ tidak~", Roswaal dengan enteng melambaikan tangannya seakan-akan melerai mereka.
"Cara Ram mengatakannya sedikit terlalu berlebihan. Kata-kataku tidak memikul nilai seba~nyak itu."
"Roswaal-sama."
Mendengar panggilan cemas Ram, Roswaal mengangguk, dan dengan "Bagaimanapun...", dia melanjutkan,
"Mengesampingkan bobot dari kata-kata terima kasihku karena status sosial yang kumiliki, bobot dari apa yang Subaru-kun capai sudah sangat jelas di mata siapapun. De~ngan demikian, jika aku tidak memberimu penghargaan dengan pantas, kau bisa de~ngan mudah membayangkan kekecewaan dan penghinaan orang yang akan ditujukan pa~daku."
".... Lalu, apa yang akan kau lakukan untukku?"
"Sebuah penghargaan yang pantas.... Subaru-kun, apa kau ingat apa yang terjadi di aula Pemilihan Raja?"
Melihat tenggorokan Subaru tersedak, Roswaal pun memicingkan matanya.
Ketika tatapan tersebut menatapnya, apa yang terlintas di pikiran Subaru adalah ingatan menjijikan yang bahkan membuat dadanya terbakar oleh rasa malu dan hina kapanpun dia mengingatnya. Pernyataan yang dia buat di tempat itu, kata-katanya yang sembrono, kurangnya pemahaman, kurangnya pemahaman diri.... Omong kosong menggelikan yang diucapkan oleh diri yang bodoh itu, bahkan membuat hal yang paling penting menjadi salah di pikirannya.
Tapi, tetap saja, meski begitu....
"Aku ingat, itu bukanlah sesuatu yang bisa kulupakan... atau harus kulupakan, kurasa."
"Kalau begitu, sebagai penghargaanku atas tindakanmu, bagaimana kalau aku membuat kata-kata yang kau ucapkan di tempat itu menjadi kenyataan.... Istirahatlah, di fajar saat kau meninggalkan tempat ini, aku akan mengangkatmu sebagai seorang Kesatria."
Mengangkat kepalanya, untuk sejenak, Subaru tidak bisa memahami maksud di balik kata-kata itu. Melihat Subaru merasa ragu, berkedip, Roswaal menganggukan kepalanya.
"Berjuang bersama dengan para pasukan dalam pertarungan melawan Paus Putih, dan membunuh Uskup Agung Pemuja Penyihir, aku tidak bisa membiarkan aksi ini lenyap begitu saja tanpa nama. Namamu, nama dari Kesatria Natsuki Subaru, akan membawa rasa hormat dan dibicarakan dengan penuh kekaguman di seluruh negeri. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang akan menertawakan kata-kata yang kau ucapkan di aula itu."
Berharap bisa membantu Emilia, itu semua hanyalah bualan dari seorang pemuda bertangan kosong. Pemuda yang telah bermimpi, dan yang berkali-kali pula hancur di hadapan realita, setelah putus asa, tenggelam dalam kegilaan, dikendalikan oleh nafsu balas dendam sehingga membenci semua hal, dan pada akhirnya diselamatkan oleh cinta... Sekarang pemuda itu ada di sini.
Semua yang terjadi di waktu itu, tentu saja, kata 'Hormat' yang melewati bibir Roswaal, pasti akan menjadi bukti kalau ada harga untuk semua itu.
.... Itu, sudah tidak tersisa lagi di pikiran siapapun selain Subaru, itu semua adalah berkat aksi Rem.
".... Terima kasih, aku akan menerimanya. Jika itu artinya adalah memberikan makna untuk pertarungan yang kami lalui."
"Itu adalah pencapaian yang patut dibanggakan, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menganggapnya enteng. Kau saat ini memiliki hak untuk berdiri di samping Emilia-sama dengan wajah terangkat. Dengan kekuatanmu sendiri, kau berhasil mencapai semua ini."
"... Itu bukan, hanya kekuatanku saja."
Mendengarkan kata-kata Roswaal, Subaru menggumamkan hal tersebut dengan pelan. Menyaksikan Roswaal mengernyitkan dahinya seakan tidak mengerti maksudnya, Subaru menutup matanya dan mengambil napas dalam. Lalu, ketika dia membuka matanya kembali, dia dengan santai mengangkat bahunya dan,
"Ini adalah percakapan yang serius oi. Harus berhati-hati ini, setelah sekian lama menjadi karakter yang tidak semestinya, akan sangat memalukan jika kau kembali menjadi normal. Wajahku sudah memanas!!"
".... K~au benar. Ee~ya, e~ya, itu sama sekali tidak seperti diriku, bahkan bahuku pun menjadi ka~ku. Dengan hubungan antara kau dan aku, berbicara dengan se~rius itu bukan seperti kita yang biasanya."
Seolah-olah berkaca pada Subaru yang menghentikan wajah seriusnya, ekspresi Roswaal juga menjadi tenang, dan suasana tegang beberapa saat yang lalu pun menghilang. Dan menyaksikan percakapan antara Subaru dan masternya, Ram menghela napas kecil, dan dengan "Well...", dia melanjutkan percakapan tersebut.
"Barusu, kau punya sesuatu yang ingin kau tanyakan pada Roswaal-sama kan? Bagaimanapun juga, itulah alasan kenapa kau menjauhkan Emilia-sama dari percakapan kita."
"Kecerdikanmu benar-benar membantu percakapan ini terus berlanjut, itu patut dihargai.... Ini bukan seperti aku menganggap Emilia-tan sebagai seorang pengganggu, tapi nampaknya mulut Ros-chi akan jadi kaku kalau dia ada di sini."
Pengamatan Ram yang tepat membuat Subaru menyunggingkan sebuah senyum. Melihat senyum itu, Ram mengarahkan pandangannya menuju tempat di mana Emilia tadi berdiri, memastikan sekali lagi kalau hanya ada ruang kosong yang tidak berpenghuni dengan ketidakhadiran Emilia.
"Aku meminta Lewes-sama untuk menenaminya mengelilingi Sanctuary.... Tapi ketika Emilia-sama mendengar kalau Barusu akan tetap berada di sini, dia terlihat sedikit merasa kesepian."
"Meskipun aku merasa senang karena aku diandalkan, jika aku memikirkan berbagai hal yang akan datang nanti, aku tidak bisa begitu saja mengikuti keinginan yang ada di hadapanku. Kemungkinan besar, Emilia-tan akan bertemu dengan Otto di perjalanan. Aku sedikit khawatir membiarkan dia bersama dengan Emilia-tan.... Si bedebah itu pasti akan bergerak mendekatinya.... aaaah, apa yang kulakukan? Emilia-tan itu super mega menawan, oh tidak, aku jadi khawatir!"
"Berbicara sendiri dan membuat dirimu lebih khawatir itu adalah ide yang bu~ruk, bukan begitu? Bagaimanapun, kau ti~dak salah.... Sebenarnya, jika ada hal-hal yang aku tidak ingin Emilia-sama mendengarnya, maka aku mungkin ti~dak akan pernah membuka mulutku."
Melihat Subaru mengocehkan berbagai kekhawatiran tidak berdasar, Roswaal pun menggeleng, dan mengungkap rahasianya tanpa malu. Dan ketika Roswaal melakukannya, Subaru menutup sebelah matanya, dan dengan "Seperti yang kuduga..", dia pun menyuarakan pemikirannya.
"Kau dengan sengaja membatasi informasi untuk Emilia-tan... Kau pikir, siapa yang ingin kau tiru di sini?"
"Selektif dengan informasi itu adalah hal yang sangat diperlukan, bukan begitu? Sebagai kandidat Pemilihan Raja, kepentingan Emilia-sama ja~uh berada di atasku. Tapi saat ini, tubuh dan pengetahuannya tidak mampu mengimbangi kualifikasi dan stasusnya, serta masih perlu dipoles. Jadi, saat dia masih belajar, memberikan beban terlalu banyak padanya itu sangat tidak be~ralasan...."
"Mengatakannya seolah-olah kau adalah pria yang hanya bermaksud menyediakan lingkungan pembelajaran yang nyaman bagi Emilia-tan, adalah cara yang menarik untuk menyembunyikannya. Tapi meninggalkan dia di dalam kegelapan dengan situasi yang fatal, tahu betul tapi tidak memberitahunya apa-apa, sama sekali tidak terdengar masuk akal. Bahkan bagimu pun, itu bukanlah hal yang bagus."
Mengetahui Roswaal sedang mencoba mengabaikannya dengan kata-kata yang bertele-tele, Subaru menahan keingingannya untuk berdebat dan melanjutkan pencariannya dengan suara pelan. Melihat Subaru yang tenang, Roswaal menutup sebelah matanya dan diam-diam menatap balik Subaru.
Dengan sungguh-sungguh, satu mata Roswaal.... mata sebelah kiri dengan pupilnya yang berwarna kuning terus menatap Subaru. Tidak sadar akan maksud dari tatapan mengganggu itu, tubuh Subaru pun goyah. Dan kemudian, seolah-olah membaca ketidaknyamanan Subaru, Roswaal tertawa,
"We~ll, aku sudah membayangkan kalau kau akan men~cari-cari hal ini sampai akhir, cepat atau lambat. Itulah alasannya, kali ini aku sudah menyiapkan kepu~tusanku."
"Keputusan?"
"Keputusan bahwa aku tidak akan lagi menghindari pertanyaan Subaru-kun, dan akan memberikan ja~waban sekarang. Meskipun aku ingin lari, aku sudah terbebani oleh luka ini, sekarang adalah waktu yang sempurna, iya kan?"
Dengan tawa keras dan kering, di atas ranjang, Roswaal memukul pelan pahanya ketika mengucapkan hal tersebut.
Sejenak, Subaru merasa terkejut oleh betapa mudahnya Roswaal menerima kekalahannya.
"..... Angin macam apa sih yang bertiup di sini?"
"Ka~u yang tidak mempercayaiku sampai sekarang sedikit membuatku merasa ke~sepian. Tapi, mengingat hubungan antara kau dan aku, aku tidak bisa menyalahkanmu me~rasa seperti itu."
"Bukan berarti menurutku akan sangat bagus kalau aku terang-terangan dengan kewaspadaanku, tapi dengan semua yang sudah terjadi sampai sekarang, itu sudah bisa diperkirakan. Lagipula, kau selalu saja terlihat merahasiakan sesuatu.... Tapi kali ini, apa aku bisa mempercayaimu?"
"Tentu saja."
Melihat tatapan curiga Subaru, Roswaal mengangguk dan membentangkan lengannya.
"Semua yang kau capai beberapa hari yang lalu, sudah memberiku lebih dari cukup bukti untuk membuka hatiku untukmu. Aku bisa tenang sekarang. Mulai sekarang, aku akan mempercayaimu dan di dalam hatiku, aku akan menerima dan mengakuimu.... sebagai ka~ki ta~nganku."
"Tunggu! Kenapa aku merasa seperti baru saja diberi beberapa salib berat untuk dipikul? Tidak masalah jika kau tidak membongkar semuanya seperti itu, membiarkanku menyentuhnya sedikit saja sudah cukup."
"Ayaaya, bahkan ketika hal itu meluncur keluar dari mulutku, kau te~tap saja sangat dingin."
"Bukan begitu, tapi jika kau tiba-tiba menarik semuanya seperti itu, itu sedikit terlalu berat...."
Karena obrolan mereka mulai terdengar seperti sepasang kekasih yang baru mulai berpacaran dan tidak sependapat dengan ke mana mereka akan membawa hubungan mereka, Subaru pun terbatuk dan mencoba menata pikirannya, dan, diawali dengan "Bagaimanapun..."
"Mari kita kesampingkan bagian kaki tangan itu untuk pembicaraan lainnya, untuk sekarang, izinkan aku bertanya beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu....... Jadi, apa alasanmu yang sebenarnya menyembunyikan semua informasi ini dari Emilia. Pertama, ayo kita mulai dari sana."
"......."
Sekali lagi, Roswaal menutup sebelah matanya dan menatap Subaru.
Bagaimana Roswaal memilih informasi mana yang akan dibagi dengan Emilia.... Implikasi yang mengikuti dari sini, termasuk seluruh kejadian yang terjadi di pengulangan sebelumnya, mungkin akan menjadi tidak terduga.
Fakta bahwa dia adalah seorang Half-Elf sejak lahir.... Jika Emilia tahu kalau informasi ini akan mendorong pergerakan Pemuja Penyihir, mereka mungkin bisa menyiapkan serangan balik yang lebih efektif untuk melawan serangan di desa Arlam dan daerah milik Roswaal.
Dan di sisi lain, itu akan memberikan dampak pada tindakan Subaru saat dia dengan panik berlari kesana kemari untuk memperbaiki situasinya, lalu, hasilnya, mungkin apa yang terjadi pada Rem akan....
"Jawab aku Roswaal. Jika kau memang ingin menjadikan Emilia-tan sebagai seorang Raja, pastinya, akan sulit bagimu jika dia berhenti di tengah jalan. Namun meski begitu, kenapa kau menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan dengan menyembunyikan informasi darinya? Itu tidak masuk akal."
"Untuk pertanyaan itu, aku akan menjawabnya seperti.... Semuanya sama seperti yang kau tunjukan, dan karena itu sama seperti yang kau tunjukan, maka informasi yang kubagi dengan Emilia-sama itu cukup terbatas."
"......!? Apa maksudnya itu? Apa kau mencoba mengatakan bahwa menyembunyikan informasi dan menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan itu, entah bagaimana memang perlu, agar dia bisa memenangkan Pemilihan Raja?"
"Memang seperti itu. Kau tidak berpikir ada kebaikan dalam hal itu?"
Jawaban Roswaal mengacaukan pikiran Subaru, dia mengernyitkan keningnya dan menunjukan kebingungannya. Melihat respon itu dari Subaru, Roswaal menggeser tubuhnya di atas ranjang dan menyebabkan suara berderit.
"Subaru-kun, mungkin i~ni yang i~ngin kau katakan? Ketika mereka mendengar partisipasi Emilia-sama dalam Pemilihan Raja, akan ada kemungkinan Pemuja Penyihir akan membuat pergerakan. Dan pada kenyataannya, Pemuja Penyihir memang membuat pergerakan dan menyerang daerahku. Apalagi, kalau aku sudah mengetahui kemungkinan ini, aku seharusnya menyiapkan beberapa serangan balik yang tepat, kan?"
"Y-yeah, tepat seperti itu. Siapapun akan berpikir begitu, itu sudah sangat jelas. Aku mungkin tidak tahu, tapi hubungan antara Pemuja Penyihir dan Half-Elf itu adalah pengetahuan yang umum kan? Faktanya, kau sudah mengetahuinya. Jika benar begitu, lalu kenapa kau tidak mempersiapkan apapun.... tidak, bahkan sebelum itu, kenapa kau meninggalkan daerahmu dan mengasingkan dirimu di Sanctuary?"
"Aku terkurung di sini di Sanctuary, itu bukan seperti aku bermaksud menjauh dari daerahku untuk waktu yang lama..."
"Alasanmu tidak ada gunanya. Kau terluka dan menjadi tahanan rumah ketika menantang Makam agar bisa menenangkan penduduk desa Arlam. Dengan kata lain, itu adalah konsekuensi dari diriku yang mengungsikan para penduduk dari Pemuja Peyihir.... jadi sebelum itu, tidak kembali adalah tujuanmu."
"Menggunakan logika untuk mendebat seorang musuh yang membuatmu marah. Itu be~benar-benar kebiasaan yang buruk."
Mendengar bantahan Subaru terhadap alasan sederhananya, Roswaal dengan santai mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak pernah menyangka itu akan membodohinya. Merasa tidak senang degan ekspresi itu, Subaru mengambil satu langkah ke depan, akan tetapi,
"..... Ram."
"Roswaal-sama saat ini sedang terbebani oleh luka-lukanya. Tapi meski begitu, untuk membakar Subaru, satu ujung jari saja sudah cukup.... Tapi Ram, tidak akan memaafkan tindakan kasar apapun di hadapannya."
"Kau nampak menerimanya. Diperlakukan sebagai bagian dari pengorbanan, itu juga berlaku buatmu. Roswaal tahu para idiot itu akan datang ke desa, namun dia melarikan diri sendirian dari semua bubuk ledakan itu dan menunggunya meledak. Bagaimana bisa kau memaafkan sesuatu seperti itu?"
"Itu bukan masalah memaafkan atau tidak memaafkan. Ram pasti akan memaafkan setiap tindakan yang diambil oleh Roswaal-sama. Bagaimanapun dia memperlakukan Ram, entah itu membunuh atau merapalkan sihir padaku, itu semua sama saja."
"Kau.....!!"
Di hadapan kesetiaan Ram yang tidak bisa dimengerti, tenggorokan Subaru terasa dipenuhi dengan amarah.
Tapi meski begitu, Subaru tetap tidak bisa tiba-tiba melakukan kekerasan. Itu mungkin karena penilaian masuk akal kalau dia bukanlah tandingan bagi dua orang di hadapannya itu, atau mungkin, karena....
"..... Bahkan Rem pun, berkorban karena alasan yang tidak bisa kumengerti."
"....? Aku tidak tahu siapa yang kau maksudkan, tapi Ram tidak memiliki hubungan apapun dengan orang yang memiliki nama itu. Bagi Ram, Roswaal-sama adalah segalanya, sementara yang lain adalah sesuatu yang tidak berarti."
Bahkan pembelaaan Subaru yang menyedihkan, tidak bisa menciptakan sedikitpun gema di hati Ram.
Subaru sudah mengetahui itu. Bagi gadis yang telah melupakan keberadaan Rem, pembelaan semacam itu akan menjadi tidak berguna. Namun di saat yang sama, dia juga mengerti.
Dari awal, dia sudah sadar akan loyalitas Ram yang tidak biasa terhadap Roswaal.
Dan sifat keras kepala yang dia tunjukan saat ini, adalah kegilaan yang berbeda dengan apa yang ditunjukan oleh Ram yang Subaru kenal dulu.
Dan tidak ada alasan lain yang lebih hebat untuk hal ini, selain karena telah melupakan keberadaan Rem.
Subaru tidak tahu rincian dari apa yang telah terjadi di masa lalu mereka. Tapi mengumpulkan potongan dari apa yang Rem katakan, Subaru bisa merasakan kepercayaan yang masing-masing dimiliki oleh sepasang saudari itu.
Dengan rasa bersalah, dan sifat rendah dirinya... terombang-ambing di antara kedua hal itu, kerumitannya membuat Rem semakin bergantung pada kakaknya. Dan meski ketidakstabilan Ram sulit terlihat, ketika dia tidak berada di dekat adiknya, potongan-potongan tersebut akan terlihat sangat jelas.
Sama seperti Rem, yang dunianya sebagian besar diisi oleh Ram, dunia Ram pun hanya terdiri dari Rem dan Roswaal. Kerumitan tersebut membawa sebuah resolusi, saat dunia yang sempit itu, dimulai dengan kedatangan Subaru dan lalu membawa berbagai hal lainnya, Rem pun berubah. Tapi dunia Ram tetaplah sempit.
Lupa akan seseorang yang telah menciptakan separuh dunianya, saat ini, dunia Ram hanya terisi oleh Roswaal.
Itu mungkin terdengar ekstrem, tapi itulah sebab loyalitasnya yang berlebihan terhadap Roswaal.
"Ram, ja~ngan ganggu Subaru. Lagipula, dia tidak bermaksud melakukan sesuatu yang kasar ke~padaku. Itu ha~nyalah satu langkah kecil."
"Jika anda bilang begitu Roswaal-sama."
"Ya, ya, itu tidak penting. Bukankah begitu, Subaru-kun? Kau terlihat sedikit marah, tapi kau tidak dikendalikan oleh ama~rahmu. Sesuatu seperti kehilangan kendali diri dan kemudian me~mukulku, kau tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk melanjutkan pembicaraan kita tanpa gangguan kan?"
"Apa maksudnya itu...?"
"Itu se~derhana. Jika itu adalah kau yang dulu, entah di mana dalam percakapan ini, kau pasti akan naik pitam, berteriak, dan kemudian percakapan pun berakhir. Tapi kau tidak melakukannya, dan bahkan saat kau menekan amarahmu, kau masih berpegang pada argumenmu tanpa melepaskannya.... Kau sudah berkembang, aku ber~maksud mengatakan itu."
Saat Roswaal menepuk tangannya dengan enteng, dan menyampaikan pujian dangkal tersebut, Subaru merasa amarah yang ada di dadanya membuat dia ingin berteriak. Namun, mengetahui kalau dia melakukan itu, sama saja dengan memberikan apa yang diinginkan oleh lawannya, Subaru pun menghentikan dirinya, dan dengan mengambil napas dalam, dia kembali menekan gelombang amarahnya.
.... Dan saat melakukan itu, Subaru menyadari kalau ucapan Roswaal yang sebelumnya memang benar adanya, dan Subaru tidak bisa lagi menahan kejengkelannya.
"Ba~iklah, menggoda seorang pemuda lebih dari ini akan membuatku terlihat tidak seperti orang dewasa. Karena kau sudah menunjukan padaku bagaimana kau ber~kembang, aku seharusnya juga menunjukan sedikit ke~dewasaan."
".... Kalau begitu tolong lakukan! Bagaimanapun, tolong jawab pertanyaanku yang sebelumnya. Jawablah tanpa coba-coba untuk menghindarinya. Kenapa kau menyembunyikan masalah tentang Pemuja Penyihir dari Emilia? Dan kenapa, sekaligus kapan kau tahu bahwa Pemuja Penyihir akan datang? Apa kau, sebagai kekuatan terhebat yang kami miliki, memang meninggalkan daerah kita?"
"Aku bisa menjawab kedua pertanyaan itu dengan satu jawaban..... Aku bertindak seperti itu untuk menghindari konfrontasi dengan Pemuja Penyihir."
"Huh...?"
Mendengar jawaban yang tenang dan rapi ini, sesaat, Subaru tidak bisa mengerti.
Memikirkan, menerima, mencerna kata-kata itu di dalam pikirannya, dan meresapi isinya,
"Aku tidak mengerti. Untuk menghindari pertarungan melawan Pemuja Penyihir... tapi kenapa? Jangan bilang kau alergi pada mereka atau sesuatu yang menakutkan seperti itu? Kalau kau... Kalau kau ada di sana, bukankah kau bisa meledakkan para bajingan itu dalam sekali tembakan? Lalu para korban...."
"Aku mengerti. Itu memang be~nar, jika aku ada di sana, maka kor~ban dari serangan ini akan berkurang. Aku mencoba memiliki pemahaman yang tepat untuk kekuatanku sendiri, dan aku sadar aku adalah salah satu orang paling kuat di negeri ini. Gampangnya, kalau aku ada di sana, maka penyerangan Pemuja Penyihir kali ini akan dengan mudah dikalahkan."
"Jika kau memahaminya, lalu kenapa.....!"
"Itulah alasannya."
Melihat ludah melayang jatuh dari Subaru, Roswaal mengangkat satu jarinya untuk menghentikan Subaru, dan kemudian, dengan jari yang sama, dia menunjuk ke arah langit-langit.
"Jika aku melakukan semuanya, maka itu bukanlah pencapaian Emilia-sama, maupun pencapaianmu, iya kan? Meskipun reputasiku melonjak naik, itu tidak akan ada gu~nanya."
"........."
Apa yang Roswaal katakan, Subaru sama sekali tidak bisa memahaminya.
Itu pasti hanya sebuah lelucon. Berdoa, kalau Roswaal akan mengikutinya dengan semacam gurauan, Subaru menahan lidahnya dan menunggu kata-kata Roswaal selanjutnya.
Namun, melihat ke arah Subaru yang hanya diam, Roswaal memiringkan kepalanya.
"Bagaimana bisa aku menyangkalnya? Bagaimanapun, itu adalah bencana yang sepenuhnya kuyakini pasti akan terjadi. Mana mungkin aku tidak menggunakannya se~penuhnya."
"K-kau... Apa kau tahu... apa yang kau katakan?"
".... !? Aku tidak mengerti bagian mana yang Subaru-kun anggap masalah. Yang manakah itu, aku penasaran. Apakah itu dampak yang diterima desa Arlam, apakah karena kau harus meminjam kekuatan para pedagang dan pasukan pribadi Crusch-sama untuk memukul mundur Pemuja Penyihir... ataukah fakta bahwa sebenarnya semua dampak ini bisa dihindari?"
Suara Subaru bergetar, dan seolah-olah membaca kedalaman hati Subaru, Roswaal melayangkan kata-kata tersebut seolah itu adalah hal yang biasa.
Mendengar jawaban itu, Subaru merasakan guncangan di setiap organ tubuhnya.
Sebelumnya, ketika dia berbicara dengan Puck, ketika roh itu berbicara di hadapan Rem yang tertidur, "anak ini mengorbankan dirinya untuk membantu Lia", Subaru benar-benar diterbangkan oleh amarah.
Dan karena hal itu terjadi, Subaru menyadari bahwa, di antara sensibilitasnya dan Roh Agung itu, terdapat celah yang tidak akan bisa diisi dengan kata-kata. Dengan kata lain, amarah yang dia rasakan pada saat itu, membuat Subaru paham kalau mereka pada dasarnya adalah dua makhluk yang benar-benar berbeda.
Namun, tidak untuk Roswaal. Dia tahu alasan kenapa Subaru marah, dia tahu apa yang ingin dikatakan Subaru..... Dan karena dia tahu semua itu, dia membuat keputusan yang kejam ini.
"Itu semua harus ditinjau kembali kan? Sedikit banyak, aku mengerti apa yang coba kau katakan. Dalam perlawanan terhadap serangan Pemuja Penyihir, siapapun yang memimpin pasti akan mendapat penghargaan, dan itu tidak hanya memberikan pengaruh yang kecil dalam Pemilihan Raja, aku bisa memahaminya.... Aku juga mengerti, jika kau menangani semua ini sendiri, itu tidak akan memberikan efek yang sama, tapi......"
Menunjukan gigi-giginya, Subaru, dengan ayunan liar dari tangannya,
"Kau pikir berapa banyak orang yang mati karena kau tidak ada di sana dan tidak mau repot-repot mengatakan sesuatu? Memang, korbannya tidak terlalu banyak. Tapi tetap saja, jumlahnya tidak berarti nol. Orang-orang mati. Entah itu orang-orang kita ataupun para bedebah dari Pemuja Penyihir itu..."
"Meskipun aku ada di sana, ancaman dari para Pemuja Penyihir tidak akan berubah. Mereka semua, hanya akan menjadi abu. Aku akan bertanggung jawab atas para korban di kubu kita, tapi menyalahkanku atas kerugian musuh, itu akan sedikit ber~lebihan, bukankah begitu?"
".... T-tetap saja, bukankah di sana ada cara yang lebih aman.... Tidak, bukan itu masalahnya! Setiap hal yang telah kau katakan harus ditinjau kembali! Memang benar semuanya berjalan lancar. Kerugian kita sangat minimal, musuh telah dimusnahkan, Emilia-tan selamat, penduduk desa Arlam juga dievakuasi dengan aman... Tapi itu semua hanya kebetulan. Sebenanarnya...."
Sebenarnya, jika Subaru tidak melakukan apa-apa, penduduk desa, orang-orang di Mansion, Emilia.....
"Mereka seharusnya sudah mati. Kali ini, jika semuanya tidak berjalan dengan sempurna, semuanya akan disiksa..... dengan parah, dengan kejam, penuh penderitaan sampai mereka semua mati."
Menutupi wajahnya, Subaru menahan air mata di dalam suaranya.
Di sisi lain kelopak matanya yang tertutup, sekali lagi, kejadian seperti di neraka yang tidak akan bisa dia lupakan, muncul.
Desa termakan oleh api. Mayat-mayat berserakan di tanah. Mayat anak-anak. Dan mayat Rem yang ditinggalkan di taman mansion. Dan terakhir, akhir dunia yang membeku.
.... Semua itu, akan menjadi dunia yang tak terbantahkan, jika Subaru tidak membaliknya dengan kemampuan Return by Death.
"Jika kau ada di sana, tidak satupun dari hal-hal itu akan terjadi. Kau mengetahuinya, tapi tetap saja, kau hanya menyaksikan mereka mati. Sudah berapa kali, kau membunuh mereka..."
"Ini sulit dimengerti. Orang yang menyerang adalah para Pemuja Penyihir, bu~kan aku. Selain itu, serangan para Pemuja Penyihir itu telah berhasil kau hentikan sebelum apapun bisa terjadi, korban yang kau bicarakan itu tidak pernah ada..... Kau hanya mengulangi omong kosong."
".... Begitu ya."
Mendengar jawaban dingin Roswaal, Subaru menjatuhkan bahunya dan menjawab dengan suara pelan,
Omong kosong... Jika dia menganggapnya seperti itu, maka tidak ada yang bisa Subaru katakan untuk membantahnya. Return by Death tidak bisa dijelaskan padanya, dan Roswaal tidak bisa disalahkan atas sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam realita ini.
Satu-satunya orang yang pernah merasakan neraka itu hanyalah Subaru, dan orang yang membebaskan kejahatan Roswaal karena telah menciptakan neraka itu, juga Subaru.
".... Jika ternyata aku masihlah seonggok sampah yang tidak berguna, apa yang akan kau lakukan? Untuk menjadikan Emilia seorang Raja, kau menginginkan aku melakukan hal sebanyak mungkin. Tapi anehnya itu terlalu sepihak, itu bahkan tidak cukup untuk dijadikan perjudian... Itu lebih seperti semuanya bisa saja berakhir di sana."
"Namun, kau membalikkan kemungkinan itu..... Apa kau tidak puas?"
"Aku tidak puas. Kau tidak terlihat seperti tipe pria yang akan menyerahkan suatu masalah pada sesuatu yang tidak pasti."
Ada beberapa macam orang yang berjudi. Ada mereka yang tidak tahu apakah mereka akan menang atau kalah, dan hanya bergantung sepenuhnya pada keberuntungan. Ada mereka yang tidak ingin diarahkan oleh nasib, dan ketika mereka sudah mengumpulkan kemungkinan terbaik di tangan mereka, di saat-saat terakhir, mereka akan mempercayakannya pada peluang.
Dan, ada juga mereka yang telah menyusun semuanya dari awal sampai akhir, dan tidak akan mengikuti perjudian di mana kemenangan mereka sudah dipastikan.
"Kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan perjudian. Lantas, kenapa kau melakukannya?"
".... Karena, aku percaya padamu!"
Ketika Subaru bertanya untuk yang kedua kalinya, suara Roswaal pun terdengar pelan saat dia menjawab.
Mendengar jawaban itu, Subaru tidak bisa menghentikan kekehan yang meluncur dari bibirnya.
"Jadi pada akhirnya kau memang tidak berniat memberikan jawaban yang serius padaku?"
"Entah kau mempercayai ceritaku atau tidak adalah urusan yang berbeda, tapi semua yang kukatakan adalah benar. Karena di sini, malam ini, aku sudah memutuskan kalau aku tidak akan ber~bohong padamu. Hal-hal yang tidak bisa kukatakan, tidak akan kukatakan, dan jika ada hal-hal yang tidak sesuai untuk kejadian ini, aku juga tidak akan mengatakan itu semua. Tapi, apa yang kukatakan, aku bersumpah, itu semua bebas dari kebohongan."
Menanggapi kata-kata Subaru yang dipenuhi dengan kekecewaan, Roswaal mengucapkan hal tersebut dengan serius. Tapi, apakah ini adalah sesuatu yang bisa dipercayai? Kehilangan kesan positif terhadap Roswaal dalam percakapan ini, Subaru sudah tidak lagi berada dalam posisi untuk menerima semuanya begitu saja.
Di hadapan tatapan Subaru yang menjadi semakin tajam, Roswaal memutar kepalanya.
"Aku akan mengatakannya lagi. Alasan aku membuat keputusan ini adalah karena aku mempercayaimu. Aku percaya, jika kau sadar bahaya yang mengintai Emilia-sama, maka kau akan berusaha membentuk aliansi dengan Crusch-sama, melakukan apapun dengan seluruh kekuatanmu untuk menghancurkan Pemuja Penyihir, dan membedakan dirimu saat melakukannya."
"Meski sesaat kita berpura-pura kalau itu benar, tapi bagaimana bisa kau memutuskan mempercayai seseorang seperti diriku? Apa yang kau ketahui tentang diriku? Kita baru saling mengenal selama sebulan, apakah aku terlihat seperti orang yang bisa kau beri kepercayaan semacam itu?"
Menghentakkan kakinya ke lantai, Subaru membantah kata-kata Roswaal yang indah dan tak tahu malu. Menunjuk jarinya, Subaru menggelengkan kepalanya, menolak apa yang baru saja dia katakan.
"Tidak seperti itu. Ketika aku terakhir kali meninggalkanmu, aku 100% hanyalah sampah. Hanya karena apa yang terjadi setelahnya, sampah itu kurang lebih menjadi lebih baik. Tapi apa yang terjadi setelahnya, tidak ada yang tahu selain aku. Jadi, bagian mana dari diriku yang kau percayai?"
Roswaal menutup sebelah matanya, dan dengan pupil matanya yang berwarna kuning, dia menatap Subaru dengan jengkel. Seolah-olah melepaskan diri dari tatapan itu, Subaru menghentak lantai dengan seluruh kekuatannya.
"Ini konyol! Apa kau benar-benar mencoba bilang bahwa kau mempercayai idiot berkepala kosong ini untuk melakukan semuanya, dan meninggalkan orang-orang dan segala sesuatunya di belakang seperti semacam permainan, mempertaruhkan posisi dan masa depanmu sebagai taruhannya? Apakah aku mengatakan sesuatu yang tidak berperasaan seperti itu?"
".... Sepertinya, ini adalah akhir pem~bicaraan hari ini."
Walaupun Subaru memperlihatkan kemarahannya dengan jelas, Roswaal hanya berbisik dengan suara yang terdengar kesepian.
Setelah mendengar bisikan itu, Subaru berteriak, menyuarakan kekesalannya yang tak ada habis-habisnya.
"Kalau kau tak berniat berbicara dengan terus terang, semuanya akan percuma apapun yang kau katakan. Setelah pembicaraan ini, aku tidak akan percaya lagi apapun yang kau katakan!!"
"Sepertinya kesanmu terhadap diriku semakin jatuh, itu sa~ngat disayangkan..... Meskipun kupikir tidak perlu memastikannya, tapi mengenai percakapan kita malam ini, Emilia-sama....."
"Aku tidak akan memberitahunya. Sejak awal tidak ada banyak informasi di sini, ditambah lagi semua ini sudah diperindah, tidak ada gunanya memberitahunya. Kau sudah mengantisipasi hal ini juga, kan? Itu sebabnya kau terus berputar-putar."
Terlepas dari tujuan Roswaal yang sebenarnya, Pemilihan Raja masihlah terus berjalan, dan menciptakan lebih banyak pergesekan antara Emilia dan Roswaal bukanlah sesuatu yang ingin dia lakukan. Selain itu, dengan Emilia yang saat ini menjadi wakil dari penduduk desa Arlam, faksi Roswaal harus tetap bersatu.
Hal ini memberikan dorongan pada Subaru untuk memikirkan bagaimana dia bisa terus sejalan dengan tujuan Roswaal, tapi, menantang Ujian juga pasti akan meningkatkan pandangan orang-orang terhadap Emilia. Dan semua itu, dikendalikan di dalam telapak tangan pria itu.
"Kau memahami semuanya, dan amarah yang kau tujukan padaku itu tidak bisa dibendung..... namun, kau tidak membalik meja ataupun sesuatu semacam itu. Kau be~nar-benar seperti yang kuharapkan."
Ketika Roswaal mengatakan hal itu pada Subaru yang menggertakkan gigi untuk menahan kejengkelannya, Subaru mengangkat kepalanya, dan melihat wajah Roswaal yang terlihat menjadi begitu memuakkan.
"Kau, tak diragukan lagi, pantas menjadi kaki tanganku, bukankah begitu?"
".... Bedebah kau, aku harap kau mendapatkan kematian yang layak."
"Aku tahu. Tanpa diragukan lagi, aku pasti akan jatuh ke neraka. Itulah kenapa, sebelum itu terjadi, aku harus membentangka sepenuhnya kebrutalanku di dunia ini, dengan kemampuan terbaikku."
Memberikan tatapan tajam pada pernyataan Roswaal, tanpa sepatah katapun, Subaru berbalik dan menghentakkan kaki keluar dari ruangan.
Pembicaraan lebih jauh lagi hanya akan jadi percuma. Jika Roswaal tidak berancana mengungkap tujuannya yang sebenarnya, jika tidak ada yang bisa Subaru lakukan untuk masuk ke dalam pemikirannya, maka tidak akan ada yang bisa memenuhi pertukaran itu.
".... Kau pikir semuanya akan terjadi seperti yang kau harapkan, dan semua orang akan menari mengikuti lagumu?"
Mengepalkan tangannya dengan erat, berjalan melintasi jalanan di malam hari, Subaru menyiapkan ketetapan hatinya yang baru.
Besok, Roswaal akan meminta Emilia untuk menantang Ujian, agar bisa membalik pemahaman orang-orang Sanctuary dan desa Arlam, serta penghinaan terhadap Half-Elf.
Apa yang mungkin muncul di dalam prosesnya, berapa besar beban yang harus Emilia tanggung, sama sekali tidak masuk ke dalam pertimbangan orang itu. Pada akhirnya, tidak peduli berapa banyak luka yang akan Emilia terima, meskipun jantungnya rusak hingga mencapai intinya, pria itu pasti hanya akan tertawa remeh melihat kejadian yang terbentang itu sesuai dengan keinginannya. Kalau begitu,
"Aku tidak akan membiarkannya terjadi. Gadis itu.... Emilia, aku pasti akan melindunginya.
Kualifikasi untuk menantang Ujian..... jika mimpi yang dia lihat di dalam Makam bukan hanya sekedar mimpi, maka Subaru juga dianugerahi Kualifikasi itu.
Mungkin Kualifikasi itu memang diberikan dengan kehendak seorang Penyihir, tapi dengan itu, dia bisa menggagalkan rencana Roswaal. Semua rasa sakit dan air mata yang menjadi nyata karena pria itu tidak memperdulikan apapun di sekitarnya, Subaru pasti akan mengentikan itu semua di sini.
"..... Itulah, apa yang harus aku capai di Sanctuary ini.
Di atas, lurus dari tempat di mana dia mengarahkan tinjunya, terdapat bulan berwarna biru pucat.
Seolah-olah menggenggam cahaya yang jauh dan tak bisa dijangkau itu, membuat sketsa wajah gadis cantik berambut perak itu dalam pikirannya, Subaru bertekad, dia pasti akan menghancurkan rencana licik badut itu.
XxxxX
"..... Apa itu benar tidak apa-apa?"
Di dalam ruangan yang telah ditinggalkan oleh Subaru, Ram, yang menyaksikan percakapan mereka, menanyakan hal tersebut dengan tenang. Mendengar hal itu, master gadis itu menggelengkan kepalanya, seolah-olah tidak memiliki kekuatan.
"Reaksi semacam itu su~dah bisa kuperkirakan. Tapi meskipun sudah kuperkirakan, hal itu tetap saja menyedihkan, menipu hati seorang pemuda."
"Anda tahu tidak ada gunanya berbohong di depan Ram?"
"Aku senang kau meng~khawatirkanku, tapi itu semua memang pemikiran jujurku. Kenapa, di dalam hati Ram, apakah aku terlihat seperti seseorang yang senang melakukan hal ini?"
Menjawab dengan mengalihkan pandangannya dari masternya tanpa kata, Ram menata sprei yang menjadi kusut karena percekcokan sebelumnya. Ketika Ram melakukan hal tersebut, jarinya merasakan sesuatu yang keras di sekitar perut masternya, dan mengeluarkannya dari sprei.
"Roswaal-sama. Ini...."
"Ahh, ma~af. Jika Subaru-kun melihat ini, se~muanya akan menjadi sangat ru~mit. Tapi, akan ada banyak hukuman jika aku meletakkannya di bawah pantatku. Jika aku tidak berhati-hati...."
Menerima apa yang Ram serahkan seolah-olah itu adalah benda yang sangat berharga, Roswaal dengan lembut membelai permukaannya ketika menerimanya. Kemudian, dengan mengatakan "Tidak peduli apa yang terjadi", Roswaal menyentuh dagunya,
"Kualifikasi Emilia-sama saat ini sudah dipastikan, dan Subaru-kun juga sedang bersemangat. Besok malam, Ujiannya akan dimulai.... Ram, menurutmu apa yang akan ter~jadi?"
"Pemikiran Roswaal-sama melebihi apa yang bisa ditebak kemampuan Ram...... Roswaal-sama, anda tahu apa yang akan terjadi, lalu?"
"Hal ini tidak se~mudah itu. Dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Pemuja Penyihir, punya kita sedikit lebih kuat, tapi itu bukan apa-apa selain tiruan yang lemah, dan masih jauh dari apa yang 'dia' inginkan. Percekcokan dengan Subaru-kun tadi, menurutmu seberapa banyak yang bisa terjadi kalau hal ini dijelaskan."
Roswaal mengambil napas dalam seolah-olah sedang merenung, dan melihat hal ini, Ram sedikit menaikkan alisnya, dan dengan ragu,
"Lalu, seberapa banyak apa yang anda katakan pada Barusu...."
"Meskipun ada beberapa akting.... tapi kebanyakan itu sesuai dengan pe~rasanku yang sebenarnya. Tidak, tidak, tentu saja aku tahu Subaru-kun akan marah. Tapi, meskipun aku mengetahuinya, aku juga menambahkan beberapa hal ingin aku ka~takan, bukan begitu?"
Roswaal melambaikan tangannya kepada Ram seakan menjelaskan dirinya sendiri, dan kemudian, dengan "Bagaimanapun", dia melanjutkan,
"Dianggap hina oleh pasangan hatiku, memang terasa menyakitkan ketika memikirkannya, seakan-akan aku hanya memikirkan diriku sendiri. Oh, betapa masih kekanak-kanakannya diriku ini, temanku yang pen~dendam."
Roswaal tertawa saat dia sedang berbicara.
Terbungkus dalam lengannya seperti sesuatu yang begitu berharga, adalah sebuah buku dengan jilidan berwarna hitam.
Roswaal meletakkan ujung jarinya di atas buku itu, dan perlahan, perlahan, dia membelainya,
Dengan penuh kasih sayang, penuh kasih sayang, perlahan, dan perlahan......
---End Of Chapter 14---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 15
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Me..
11 Komentar
Buku Hitam ?!?!?!?!??!?!! Roswal menyembunyikan banyak kebenaran.
BalasApa itu kitab milik Echidona? XD
BalasKITAB PEMUJA PENYIHIR!!!
BalasNtap jiwa mind
BalasBuku hitam dihelus?
BalasBuku penyihir yg mana ni?
Apa hubungan Roschi dgn buku hitam itu ampe dihelus2 ?
makin penasaran XD
Btw, tiap brp minggu up nya min? msh penasaran kelanjutannya :v
BalasSepertinya mereka punya hububgan terlarang.. :3
BalasGatau.. gabisa mastiin, tergantung sumber inggrisnya.. :3
Balasgan,, uda ada translatenya...... ditunggu ya hehehehe
Balasudh ada chapter 15 english nya min, tgl nunggu indo nya dri mimin heheh :3
Balasmungkin roswal itu "Pemuja Penyihir"
Balas