[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 : Raja Iblis, Terlambat Datang -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 Part 1
Chapter 3 : Raja Iblis, Terlambat Datang.
"Lalu.... Untuk apa Libikuku-san datang ke Jepang?"
Angin dan hujan di atas atap membuat rambut dan seragam Chiho basah kuyup dalam sekejap, berhadapan dengan Malebranche yang memiliki sihir iblis dalam jumlah besar dan tubuh yang besar pula, meskipun merasa gemetar karena kedinginan dan ketakutan, Chiho tetap bertanya dengan penuh tekad.
Dia tak merasa ada orang lain yang menunggu di sekitar mereka seperti Iron, tapi mengingat Ciriatto pernah membawa pasukan dalam jumlah besar ke Jepang sebelumnya, Chiho pun tidak bisa lengah begitu saja.
Namun, setelah Libicocco mendengarnya, dia menunjukan ekspresi yang meski Chiho tidak familiar dengan ekspresi iblis, bisa tahu kalau itu adalah ekspresi kesal.
"Cara pengucapanmu membuatku marah."
"Eh?"
Chiho dengan serius menanyakan motif iblis tersebut, tapi kenapa dia malah dikritik karena salah pengucapan?
"Namaku Libicocco, coba ulangi sekali lagi!"
"Li-Libikuku."
Chiho mulai tidak mengerti apa yang dia lakukan di tengah hujan angin bersama dengan iblis tersebut.
Tapi karena Chiho tidak boleh membuatnya marah, meskipun merasa kaget, ia tetap mendengarkan kata-kata Libicocco dan mengulanginya sekali lagi.
"Aku akan membunuhmu, aku ini bukan ayam."
"Ah, ayam di Ente Isla membuat suara 'kuku' juga?"
"Apa kau meremehkanku? Akan kukatakan hal ini lebih dulu, jika kau salah menyebutkan nama anak-anak seperti Draghignazzo dan Scarmiglione, mereka pasti akan memenggal kepalamu tanpa pikir panjang."
"Dra, Dera, Derachinya.... ehhh?"
Chiho tidak tahu bagaimana para iblis memberikan nama dalam budaya mereka, tapi nama Malebranche pasti juga berasal dari orang tua mereka, jadi Chiho benar-benar ingin tahu seperti apa penampilan orang tua yang memberikan nama yang sulit disebut seperti itu.
"Huuh, kau hanya perlu mengingatnya, mereka sudah tidak di sini lagi. Tenang!"
"Eh?"
Chiho sesaat merasa kalau dia baru saja mendengar sesuatu yang penting, tapi Libicocco langsung menimpalinya dan mengatakan,
"Katakan sekali lagi! Libicocco!"
"Li.... Libicocco!"
"Bagus sekali! Kau pasti bisa melakukannya kalau kau mau berusaha! Meski pengucapanmu masih sedikit kaku, karena kau adalah manusia dari dunia lain, aku tidak akan mempermasalahkannya."
"Ter-terima kasih...."
Bagaimanapun, sepertinya Chiho berhasil melewati ujian pengucapan nama.
"Kalau begitu, Li..... Libi..... Libicocco-san, untuk apa kau datang ke sini...."
"Aku datang untuk membuat kekacauan."
"Eh?"
Chiho hampir berpikir kalau dia sudah membuat Libicocco marah karena salah menyebut namanya lagi, tapi sepertinya tidak begitu.
"Meski begitu, aku tidak berencana melakukan pembantain besar-besaran di sini, alasan kenapa aku datang ke tempat ini itu murni karena pintu keluar 'gate'nya kebetulan ada di sini. Mungkin seseorang pernah membuka 'gate' di sini sebelumnya. Tapi bagaimanapun, aku sudah diperintahkan untuk membuat kekacauan yang mudah dipahami ketika aku keluar."
"Mudah dipahami?"
"Benar, seperti ini..."
Setelah mengatakan hal tersebut, Libicocco menyeringai seperti sedang senang dan membentangkan tangannya, dia menciptakan angin yang begitu kencang sampai membuat Chiho harus menutup wajahnya.
Seketika itu juga, angin dan hujan yang mengelilingi SMA Sasahata, berputar dengan kasar seolah terkonsentrasi pada satu titik dan mengelilingi sekolah layaknya dinding badai raksasa.
"To-tolong hentikan!"
Chiho berteriak.
Badai yang mengelilingi sekolah dan kawasan sekitarnya, mendadak bertambah kuat.
Dinding yang diciptakan oleh angin dan hujan tersebut, seketika menjatuhkan genteng dari rumah-rumah terdekat, menumbangkan pohon-pohon di halaman, dan membuat kabel listrik yang telah putus terus menghasilkan percikan api.
"Bagaimana, mudah dipahami kan?"
Seperti menikmati reaksi Chiho, Libicocco terus menggunakan sihir untuk mengendalikan cuaca.
"Kalau begitu izinkan aku mencoba gerakan ini."
Libicocco melambaikan cakar yang dia rentangkan.
Chiho tidak tahu apa yang berubah, tapi saat ia merasa bulu kuduknya berdiri, sebuah tiang cahaya tiba-tiba muncul.
"Kyaaahhh!!"
Chiho mengeluarkan sebuah teriakan yang memecah udara, dia melihat kilatan yang terpancar dari dinding angin tersebut, dan kemudian, kilat yang tak terhitung jumlahnya mulai menghantam tanah.
Kilat-kilat itu mengenai antena yang ada di atap berbagai rumah, tiang listrik, dan tiang-tiang lampu apartemen, benda-benda yang tentu saja takkan bisa menahan petir itu, terbakar dalam sekejap mata.
"Hmmph, nampaknya semua takkan berjalan semulus itu."
Chiho perlahan-lahan membuka matanya setelah kilatan itu berhenti, dan menahan napasnya saat melihat api yang muncul dari berbagai rumah di dekat sekolah.
Tapi Libococco terlihat masih belum puas dengan hasil ini.
"Hmmph, kupikir aku bisa membuat tempat ini menjadi lautan api dengan cara yang lebih memuaskan."
Ketika kilat mulai menyambar di depan matanya, Chiho secara mental sudah siap untuk melihat pemandangan seperti itu, tapi dengan semakin meningkatnya alat-alat presisi di berbagai rumah, kesadaran untuk pemasangan anti-petir pun meningkat.
Kabel-kabel di tiang listrik yang awalnya hanya digunakan untuk menyalurkan listrik, sekarang mulai digunakan secara luas di bidang lain selain penggunaan listrik, seperti untuk jalur transmisi jaringan, dan oleh karena itu, langkah-langkah untuk menangkal petir pun semakin meningkat. Selain itu, fasilitas-fasilitas itu juga punya kwajiban untuk memasang alat penangkal petir.
Bagaimanapun, karena kabel-kabel dan tiang listrik itu berfungsi sebagai ground, maka bencana yang Libicocco harapkan tidak akan terjadi.
Tapi apapun alasannya...
"Biar kucoba lebih keras lagi."
... Situasi seperti ini masih tetap akan terjadi.
"Tunggu sebentar! Apa gunanya melakukan semua ini?"
"Hah?"
"Ini namanya hanya mengacau... iblis-iblis yang datang ke Jepang sejauh ini, entah ingin membawa Satan-san kembali atau mencuri pedang suci Yusa-san..... Pahlawan Emilia, semuanya punya tujuan yang jelas.... apa kau benar-benar berpikir kalau ini adalah hal yang bagus?"
"Untuk seekor semut, nadamu benar-benar berani ya."
"Misi Libicocco-san itu lebih rendah dibandingkan misi iblis yang kau pangggil 'nak' Farfarello-san itu! Tidak bisakah kau bertingkah seperti iblis besar dan melakukan hal-hal jahat yang keren?"
"Sepertinya kau sudah salah paham terhadap sesuatu?"
".....Eh?"
"Saat ini, termasuk kau, bocah-bocah di tempat ini dan orang-orang di kota sekitar sedang ketakutan, mereka merasa khawatir dan sedih. Meski aku tidak tahu menurutmu seberapa hebat misi yang dibawa nak Farrel itu...."
Libicocco tersenyum jahat,
"Tapi bagi iblis, misi semacam inilah yang lebih menarik! Kau bisa menyerap ketakutan dan kesedihan dalam jumlah besar sekaligus.... yang mana sama artinya dengan menyerap sihir iblis!"
Setelah mengatakan hal itu, Libicocco kembali membentangkan tangannya lebar-lebar.
"Ughh....!"
Chiho tiba-tiba merasa sulit bernapas usai menahan sihir iblis yang dilepaskan oleh Libicocco, dan jatuh berlutut.... sepertinya sihir sucinya sudah terkuras habis usai pengaktifan tadi.
Aku harus mengisinya kembali dengan Holy Vitamin Beta.
Pikir Chiho, namun botol cadangannya tertinggal di dalam tas yang dia taruh di kelas. Dan jika ia berbalik dan mundur sekarang, tidak ada yang bisa menjamin kalau iblis kejam ini tidak akan membunuhnya.
"Jika kau merasa tidak senang, coba hentikan aku dengan kekuatanmu, Mgron Ald Ballista, Jenderal Besar-sama...."
Kata Libicocco seolah mengejek Chiho yang berangsur-angsur kehilangan kekuatannya.
Meski begitu, Chiho tetap tidak berpaling. Saat ia tetap kekeh tidak mau menyerah pada kekuatan kejam dan hendak memelototi Libicocco....
"Kalau begitu, ayo kita lakukan seperti ini saja!"
Dengan sebuah suara keras, tubuh besar Libicocco menghasilkan ledakan besar dan menghilang dari hadapan Chiho.
Di saat yang sama, sihir iblis yang menyerang Chiho, lenyap, membuat dia bisa kembali bernapas dengan lancar.
"Ugh.... hm!"
Libicocco membentangkan sayapnya di udara dan menatap ke arah Chiho.
"Aku adalah salah satu Jenderal Besar yang baru. Karena aku tidak menyukai tindakanmu, aku akan menggunakan kekuatanku untuk menghentikanmu!"
Orang itu datang sambil mengayunkan palu raksasanya dan diikuti oleh rintik air hujan.
"Su-Suzuno-san!"
Chiho yang bisa kembali bernapas dengan bebas, berteriak keras.
Suzuno, dengan rambut panjang yang bergoyang ketika mengubah jepit rambutnya menjadi palu raksasa, menatap ke arah Chiho yang ia lindungi.
"Maaf atas keterlambatanku. Untuk menembus dinding badai yang tiba-tiba menjadi semakin kuat ini, aku harus berusaha cukup keras."
"Hey, jangan membuatnya terdengar seolah kau menembusnya dengan kekuatanmu sendiri!"
Mengikutinya, sebuah suara yang familiar terdengar dari langit.
Chiho menoleh dan mendapati Urushihara, mengepakkan sayap putihnya dan perlahan mendarat.
"Urushihara-san..... itu...."
Setelah melihat warna sayap di punggung Urushihara, Chiho bertanya dengan kaget,
Itu bukan sayap hitam legam seperti saat ia bertarung dengan Maou, melainkan sayap putih bersih seperti sayap malaikat.
Mungkin karena menyadari tatapan Chiho, Urushihara mengalihkan pandangannya dengan malu-malu dan menjawab,
"Huuh, jika aku tahu kalau orang ini akan menyebabkan kekacauan besar, aku pasti akan memilih menyerap sihir iblis."
"Lucifer, meski itu lelucon, tolong jangan katakan hal-hal seperti itu!"
Suzuno mengernyit dan menegur Urushihara, tapi Urushihara tetap tidak gentar dan menjawab,
"Sebenarnya aku tidak bercanda. Tapi hari ini, aku akan membiarkannya seperti itu."
Urushihara menatap Libicocco yang diterbangkan oleh Suzuno.
"Orang itu muncul di sekolah ini ketika membuka 'gate', harusnya bukan hanya kebetulan semata. Hingga ke suatu titik tertentu, aku memang pantas disalahkan."
"Aku juga merasakan hal yang sama."
"Eh? Eh?"
Suzuno dan Urushihara menunjukan kesepahaman yang aneh untuk alasan yang tak diketahui, dan menatap ke arah Libicocco.
Sebaliknya, Libicocco, sambil menekan bagian tubuhnya yang dihantam oleh palu besar Suzuno, perlahan mendarat di lantai atap.
"... Lucifer-sama, sementara yang satunya.... kau pasti Sabit Kematian Bell?"
"Hm?"
Suzuno menaikkan satu alisnya dan bertanya,
"Apa kau mengenalku?"
"Yeah, kau cocok sekali dengan ciri-ciri yang dikatakan oleh nak Farrel itu, dan....."
"Dan apa?"
"Tidak, aku hanya sedikit terkejut melihatmu datang ke sini."
Menurut firasat Suzuno, kekuatan Libicocco mungkin sama atau sedikit lebih lemah dibandingkan dirinya.
Oleh sebab itu, serangan dari belakang ketika iblis itu sedang lengah tadi, meninggalkan efek yang besar.
Dan kali ini Suzuno mendapat bantuan dari Urushihara, meskipun mereka bertarung secara langsung, sama sekali tak ada alasan untuk kalah. Maou juga sedang bergegas menuju ke sini. Meski begitu, Suzuno tetap merasakan jarak yang tidak normal dengan Libicocco.
"Tapi tak masalah."
Malebranche itu memperlihatkan senyum yang lebih jahat dibandingkan sebelumnya.
"""......."""
Orang yang saling pandang satu sama lain di kotatsu saat ini bertambah menjadi tiga orang.
Anggota yang baru bergabung itu berganti memakai kaos dan celana Ashiya, dan karena dia tidak terbiasa duduk berlutut, dia pun duduk bersila dengan aneh.
"Lalu, orang ini...."
"A-aku tidak tahu."
Ashiya yang tergagap karena pertanyaan Rika, akhirnya bisa menjawab.
Pria yang Maou tinggalkan setelah dia sampai dan tanpa memberi penjelasan apapun, adalah orang yang benar-benar tidak Ashiya kenal.
Dari percakapan singkat tadi, Maou membawanya ke sini dengan terbang, dan kesan penampilan yang diberikan pria itu, bisa dilihat kalau dia bukanlah orang normal yang berasal dari Jepang.
Dan kemungkinan pertama yang muncul di pikiran Ashiya, pria ini pasti adalah manusia Ente Isla, tapi meski begitu, Ashiya masih punya beberapa pertanyaan.
Ashiya sama sekali tidak bisa merasakan sihir suci ataupun sihir iblis dari pria ini, sebagai orang Ente Isla normal, kenapa dia bisa ada di Jepang?
Baik Emi, Suzuno, Emerada, Sariel, ataupun Gabriel, mereka semua memiliki kemampuan untuk melintasi dunia dan dimensi serta memiliki kekutan yang jauh melebihi manusia normal.
Dan mereka juga punya alasan untuk menyeberang dunia.
Jika pria ini hanya penduduk asli Ente Isla, kenapa dia menetap di Jepang?
Pria ini tidak punya kekuatan untuk melakukan perjalanan lintas dunia sendirian.
Namun, dia ada di sini sekarang.
Usai melirik ke arah Rika, Ashiya pun berbicara,
"Suzuki-san."
"Hm?"
"Maafkan aku, aku dan dia akan mengobrol sebentar."
"Huh?"
Setelah Ashiya meminta maaf, dia menoleh ke arah pria yang Maou bawa dan berbicara,
'Apa kau mengerti bahasa ini?'
Pria itu mengangguk paham.
'Bahasa Deweiss... tidak, bahasa Pusat Perdagangan kan? Apa kau juga bukan orang yang berasal dari negera ini?'
"Hm?"
Rika menatap kedua orang yang mulai berbicara dengan menggunakan bahasa aneh di hadapannya.
'Orang dengan nama belakang Maou itu juga. Siapa kalian?'
'Sejujurnya, itulah apa ingin kutanyakan. Kau tidak terlihat seperti perapal mantra, kenapa kau ada di sini? Kau ini siapa?'
"H-hey, kalian berdua...."
'Ceritanya panjang. Seperti yang kau lihat, aku tidak tahu mantra apapun, dan dulu, aku hanyalah petani biasa, aku seharusnya menjalani sisa hidupku di sebuah desa di Saint Aire.'
"Ba-bahasa apa ini....?"
Rika kebingungan.
Mereka berdua tidak berbicara dalam bahasa Inggris, bukan juga Jerman ataupun Perancis yang terkadang bisa terdengar di berita ataupun film dokumenter.
Bahkan perbedaan nadanya sangat jauh, seperti bahasa alien.
'Sampai sekarang, aku masih tidak tahu identitasmu ataupun Maou-san, jadi aku tidak bisa mengatakan banyak hal. Tapi, aku punya misi untuk melindungi anak itu.... melindungi Tsubasa, itulah kenapa aku menyeberang ke dunia ini. Ini semua demi menyerahkan Tsubasa pada seseorang suatu hari nanti.'
'Menyerahkannya pada seseorang....?'
Ashiya menggumam bingung, lalu mengingat ada gadis lain di samping Maou pada waktu itu.
'Tsubasa yang kau sebut tadi... apa itu gadis yang membawa Maou pergi?'
'......'
Si pria yang masih belum memperkenalkan dirinya itu hanya terdiam.
Salah satu orang yang Ashiya kenal, memiliki nama dengan makna yang sama dengan kata 'Tsuabasa' dalam bahasa Jepang.
Dia adalah gadis yang tinggal di kamar ini selama seminggu, lalu diserahkan pada musuh dan saat ini, menghilang bersama dengan musuh.
'Aku tahu kenapa Maou membawamu ke sini. Tidak.... dibandingkan denganmu, yang paling penting adalah gadis yang dipanggil Tsubasa itu.'
Ashiya berbicara dengan nada tajam yang sama sekali tidak mengizinkan penyangkalan ataupun kebohongan.
'Gadis itu, adalah perwujudan dari fragmen Yesod kan?'
'....'
Pria itu tidak mengatakan apa-apa.
Tapi dia juga tidak berpaling.
Itu adalah sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu.
Menteri Iblis Camio sebelumnya pernah memberikan informasi pada mereka.
Informasi itu diberikan oleh Olba.
Katanya ada pedang suci lain.
Dan pedang suci itu ada di Jepang.
Ciriatto datang ke Jepang untuk mencari pedang suci itu.
Ashiya tidak bisa menekan perasaan gelisahnya.
Karena dia tahu, manusia biasa di hadapannya yang dulunya adalah seorang petani ini, memegang kunci yang mungkin cukup untuk mengubah segala sesuatu yang melibatkan pihak mereka dan Ente Isla, atau bahkan seluruh dunia.
'Ka..... kau....'
Ashiya mencoba mengendalikan suara tegangnya, prediksi kacau yang ada di otaknya perlahan menjadi fakta.
'Kau... Ayah Emilia Justina?'
"....Emilia?"
Rika akhirnya memahami istilah yang terdengar seperti sebuah nama, dan dari hal ini, terasa sesuatu yang tidak beres.
Namun, Ashiya dan pria itu tidak menyadari keadaan Rika.
Sudah bisa diduga.
'Kalian semua.... ah, begitu ya.'
Yang pasti, pria yang berbicara dengan nada tegas ini, adalah ayah sang Pahlawan, Nord Justina.
'Bagaimana bisa......'
Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Jenderal Iblis Alsiel, seorang Empat Raja kepercayaan Raja Iblis.
'Jadi kalian semua benar-benar.... tidak, jadi Maou-san itu.... benar-benar 'orang terpilih' yang dimaksud istriku ya.'
'Orang terpilih...?'
'Istriku pernah memberitahuku sebelumnya 'ketika orang yang terpilih sudah mendapatkan tekad untuk mengungkap kebenaran dunia, serahkan Tsubasa pada anak kita', ketika Maou-san menyebut nama Emilia, aku sudah mengira kalau semuanya akan jadi seperti ini.'
Istri yang pria itu sebutkan, dalam situasi ini, harusnya adalah ibu Emi, Malaikat Agung Lailah.
Tapi meskipun para malaikat memiliki kekuatan yang tidak biasa, eksistensi mereka sebenarnya cukup normal, mereka tidak seperti apa yang dijelaskan dalam legenda ataupun kitab, yang mana bisa menyegel dunia hanya dengan beberapa kalimat, ataupun memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir.
Seorang Malaikat Agung berani manyatakan bahwa Raja Iblis Satan sebagai 'yang terpilih', arogansi pun harusnya ada batasnya.
"Hey!"
Pada akhirnya, apa yang dimaksud dengan kebenaran dunia?
Meski kedengarannya berlebihan, tapi 'kebenaran' dari sulitnya memahami kata 'dunia' sebenarnya jauh lebih tidak bisa dipercaya daripada harga permata ataupun review acara gourmet.
"Izinkan aku sedikit menyela kalian!"
Dan lagi, jika seorang manusia dan malaikat bisa mengatakan 'ini adalah kebenaran dunia', bukankah itu sangat gawat? Bagi kami para iblis, jika nilai dari sebuah kebenaran bisa dijelaskan dengan membandingkannya terhadap sesuatu, kami pun mungkin tidak sebanding dengan batu di pinggir jalan.
"Dengarkan aku!!"
"Yaa??"
Ashiya terkejut karena seseorang tiba-tiba berteriak di telinganya.
Dia menutup telinganya kaget dan menoleh, dia mendapati Rika menunjukan ekspresi yang lebih jahat daripada iblis.
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, setidaknya jelaskan juga padaku!"
"Yeah......"
"Ga-gadis ini menakutkan ya..."
Sepertinya Nord juga tahu kalau saat ini Rika sedang marah karena tidak dihiraukan.
Ashiya mencoba menenangkan Rika dengan nada yang tenang, tapi Rika malah menatap tajam ke arah Nord dengan tatapan yang cukup kuat untuk membuat Jenderal Iblis mundur.
"Paman, jika kau ingin tinggal di Jepang dengan nyaman, sebaiknya kau belajar bagaimana cara berbicara dengan lebih bijaksana, okay?"
"Baik...."
"Lalu, Ashiya-san?"
"Y-ya...."
"Kapan kau akan memberitahuku siapa paman ini dan kenapa Maou-san, Urushihara-san, dan Suzuno bisa melakukan hal-hal seperti itu?"
Ashiya tahu, jika dia menjawab 'Kau belum pernah menanyakan pertanyaan itu' atau 'Kau terlalu banyak bertanya', hal itu hanya akan menyebabkan pertumpahan darah, karena itulah Ashiya tidak membantahnya, bagaimanapun, dia sudah membuat keputusan sebelum Maou datang.
"Su-Suzuki-san, tenang, aku pasti akan menjelaskannya padamu, tolong duduk dulu...."
Ashiya meletakkan kedua tangannya di bahu Rika dan mencoba menenangkannya.
"A-aku tidak akan terpengaruh begitu saja."
"Eh?"
Akan tetapi, Rika yang awalnya punya aura membunuh yang seolah bisa menerkam mereka kapan saja, tiba-tiba merona merah seperti terbakar dan duduk di atas tatami dengan patuh, auranya yang tadi sepenuhnya telah menghilang,
"Ja-jadi? A-apa yang terjadi?"
Rika menatap Ashiya dengan wajah memerah dan bertanya,
"Uh, itu...."
Ashiya yang tidak tahu harus mulai dari mana, akhirnya menunjuk ke arah Nord dan mengatakan,
"Pria ini...."
"Y-ya?"
"... sepertinya adalah ayah Yusa."
"Yeah.... Eh?"
Rika yang hampir mengangguk dan mengabaikan informasi ini, tiba-tiba menatap Nord dengan mata terbuka lebar.
"Ayah.... Emi?"
"Benar, kemungkinan besar begitu."
"Eh? Eh? Ah, er, erhm...."
Rika yang ingat kalau dia baru saja mengucapkan sesuatu yang kasar, berbicara dengan wajah pucat,
"Me-mengucapkan sesuatu yang kasar seperti tadi, aku benar-benar minta maaf."
"Meski aku tidak terlalu yakin, tapi tak apa."
Apa benar-benar tak masalah? Ashiya terlihat khawatir dengan kemampuan bahasa Jepang Nord sebagai seorang yang bukan perapal mantra, selain itu, akan sangat merepotkan jika mereka terus terlibat konflik, jadi dia pun menimpali, dan mengatakan,
'Wanita ini adalah teman Emilia di negara ini. Namanya Suzuki Rika.'
Kali ini, Ashiya memperkenalkan Rika pada Nord.
"Rika-san."
"Y-ya."
"Kau sudah banyak membantu Emilia ya."
Meskipun Nord membuatnya terdengar seolah Emi tidak mau dibantu oleh Rika, tapi karena Rika tahu apa yang dimaksud oleh Nord, dia pun tidak membantahnya seperti tadi.
"Ah, yeah, akulah yang selalu dibantu olehnya... Er, erhm, Ashiya-san!"
Dengan bahasa Jepang klasik, Rika berulang kali mengatakan pujian yang tidak perlu, memandang ke arah Ashiya dan berkata,
"Kalian berdua sejak tadi menyebutkan 'Emilia', dan ayah Emi juga menggunakan nama itu secara langsung, apa...."
Jika Ashiya menjawab pertanyaan Rika, artinya sama saja dengan menyeret Rika masuk ke dalam medan yang sama seperti Chiho.
Chiho bisa menerimanya, bagaimana dengan Rika?
Tergantung situasinya, Ashiya mungkin akan butuh bantuan Suzuno untuk memanipulasi ingatan Rika, saat Ashiya memikirkan hal tersebut, dia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang cukup untuk mengubah dunia Rika.
"Nama itu merujuk pada Yusa."
"Uh... Apa itu maksudnya orang Jepang memakai nama panggilan bergaya luar negeri setelah pergi ke sana ataukah nama baptis atau nama tengah karena alasan agama?"
"Tidak!"
Ashiya berbicara perlahan seolah menyesuaikan pemahaman mental Rika.
"Itu adalah nama asli 'Yusa Emi' yang kita kenal. Nama aslinya adalah Emilia Justina."
"Aku benar-benar tidak paham."
Kebingungan terlihat jelas di wajah Rika.
"Ka-kau menyebut..... Emilia Ju-Justina? Itu nama asli Emi?"
"Benar."
"Apa Emi bukan orang Jepang?"
"Benar sekali."
".... Ah, a-aku paham, karena ayah Emi adalah orang luar negeri, meskipun dia lahir di negara lain, seperti bagaimana pemain sepak bola memakai nama Jepang ketika mereka bergabung dengan tim Jepang, maka....."
Rika memberi sebuah analogi yang dipaksakan, tapi itu sudah diperkirakan oleh Ashiya.
Untuk membuat Rika tenang, Ashiya perlahan menggelengkan kepalanya, menatap mata Rika, menyesuaikan tingginya, dan mengatakan,
"Tidak, bukan seperti itu. Yusa.... Rumah Emilia tidak berada di bumi."
"... Apa maksudnya itu?"
"Sebelum aku melanjutkan penjelasan ini... Apa kau punya kebiasaan menonton film atau bermain game?"
Pertanyaan Ashiya yang berasal entah dari mana, membuat Rika curiga.
"Ke-kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini? Aku memang berhenti main game setelah lulus SD, tapi aku masih sering menonton film."
"Kalau begitu, kau pasti bisa paham jika aku mengatakan ini. Yusa Emi atau Emilia Justina, bukanlah penduduk bumi."
".... Penduduk bumi?"
"Meskipun kurang tepat mengatakannya seperti ini, untuk menjelaskan dengan cara yang lebih mudah dimengerti, maka Yusa itu adalah alien. Dia tidak berasal dari bagian manapun di bumi ini, melainkan berasal dari planet yang begitu jauh."
".... Apa kau pikir aku ini bodoh?"
Reaksi Rika sangatlah normal.
Bahkan reaksi marah ini pun masih berada dalam perkiraan Ashiya... Ini adalah reaksi yang wajar dari kebanyakan orang.
"Jika kau tidak mau mempercayainya, maka aku takkan bisa menjelaskan fenomena yang Suzuki-san lihat tadi."
"Apa yang kulihat.... Eh?"
Rika tiba-tiba melihat ke arah jendela kamar.
Hujan dan angin yang semakin kuat, saat ini menyerang jendela yang dipakai oleh Urushihara dan Suzuno untuk melompat.
Dan beberapa saat lalu, Maou yang muncul dari luar, juga pergi melewati jendela itu dengan terbang.
"'Dari sini sampai atap seberang setidaknya berjarak 10 meter! Mana mungkin seseorang melompat ke sana tanpa ancang-ancang terlebih dahulu!' Setidaknya di dunia ini, di bumi ini, sesuatu seperti itu harusnya tidak bisa, kan?"
"....."
Rika berulang kali menatap wajah Ashiya dan jendela tersebut.
Seperti yang sudah diduga, bahkan jika situasi aneh ini dijelaskan pada Rika, pikirannya takkan bisa mengimbangi situasi tersebut.
Jika Rika bisa melihat bukti yang kuat seperti Chiho, mungkin ceritanya akan berbeda.
Tapi sebelum hari ini, Rika tidak tahu apa-apa, dan tidak pernah melihat kenyataan itu.
"Suzuki-san."
"Uh!!"
Teriakan Ashiya membuat Rika mengerang takut.
"Ah... Ah, uh..."
Dibandingkan sikap tegasnya tadi, tubuh Rika saat ini jelas-jelas membeku karena rasa takut akan 'situasi yang tak diketahui'. Kemungkinan besar dia juga kesulitan berbicara.
"T-tapi, bagaimana mungkin.... Karena Urushihara.... Suzuno.... Maou..."
Rika menyebutkan nama-nama tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dia lihat, lagi dan lagi.
"Ti-tidak mungkin? Ini bercanda kan? Apa ini lelucon?"
Namun, hati Rika, tetap berhasil melindungi dinding akal sehatnya.
"Ba-bagaimana bisa aku mempercayai penjelasan ini? Jika kau mengatakan kalau Suzuno dan yang lainnya itu adalah ahli sihir atau orang yang memiliki kekuatan supranatural, itu mungkin akan lebih meyakinkan! Ada banyak orang seperti itu di dunia ini...."
"Benar. Jika aku ada di posisi Suzuki-san, aku mungkin juga akan mengatakan itu."
"Tu-tunjukan buktinya padaku! Karena kau bilang kalau kau itu alien, bukankah aneh jika kau bergantung pada pekerjaan untuk menyambung hidup?"
"... Aku benar-benar tidak bisa membantahnya."
Meski berada di situasi seperti ini, Ashiya masih sempat tersenyum kecut.
"Bahkan alien juga perlu bekerja untuk makan tiga kali sehari?"
Tapi jika hal ini tidak terjadi, Rika tidak mungkin tahu identitas asli mereka.
Bagaimanapun juga, mereka adalah orang dari dunia yang berbeda, dan sejak awal, adalah orang yang tidak mungkin bisa ditemui.
Ashiya bisa saja berubah ke wujud iblisnya di tempat, dan menganggapnya sebagai bukti konkret, tapi sayangnya, Ashiya yang sekarang tidak bisa melakukan hal semacam itu.
"Aku tidak bisa menunjukan bukti yang kuat sekarang.... Bagaimana kalau begini, ketika Kamazuki kembali, aku akan memintanya bertanggung jawab dan membuktikannya padamu. Syaratnya, Suzuki-san harus mau mendengarkan kata-kata aneh ini sampai akhir."
"....."
Rika tidak menjawab, dan memperlihatkan tatapan curiga.
'Tidak aneh kalau dia tidak mempercayai hal ini. Jika aku mendengar hal yang sama di Ente Isla, aku mungkin akan menertawakannya. Aku tidak pernah menyangka ada dunia lain yang memiliki negara dengan peradaban maju seperti ini.'
Ashiya menyetujui pendapat Nord.
Dunia manusia, negara manusia, peradaban manusia.
Meskipun para iblis secara biologis lebih kuat dibandingkan manusia, tapi bagi mereka, segala sesuatu yang ada di Jepang adalah keadaan yang jauh berasal dari masa depan, sesuatu yang tidak akan pernah bisa dicapai.
'Apa Maou memberitahumu identitas asli kami?'
'.... Tidak, tapi aku bisa menebak kalau kalian bukan manusia.'
Dipikir baik-baik, Ashiya masih belum memberitahukan namanya pada Nord.
Hilangnya Emi dan kemunculan Nord, adalah tanda bahwa kehidupan sehari-hari normal yang Ashiya dan penghuni Kastil Iblis lain rasa tidak terlalu buruk meskipun agak salah, telah mulai hancur.
'Meski bagiku ini termasuk keberuntungan... sepertinya perkenalan diri kita harus menunggu.'
"Hm?"
Nord yang sebelumnya memperhatikan obrolan Ashiya dan Rika, tiba-tiba berdiri dengan tatapan tajam.
Nord saat ini mamakai hadiah yang Ashiya menangkan dalam undian di toko pinggir jalan, itu adalah kaos lengan panjang dengan kata 'Cheers untuk orang Sasazuka' tercetak di atasnya, dia kemudian bergerak ke arah jendela tanpa membuat suara apapun.
Namun, meski suara langkah kakinya ia tekan, lantai yang ia injak masih menghasilkan suara, dan Ashiya pun juga ikut memandang ke arah jendela karena perilaku Nord.
"!!"
Apa yang Ashiya lihat, seketika membuatnya tegang.
Di cuaca badai seperti ini, harusnya takkan ada seorangpun di luar.
Akan tetapi....
'Kita sudah dikepung. Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya, apa kau tahu mereka ada di pihak mana?'
Ashiya mampu menjawab Nord.
Tapi bagi Ashiya, jawaban ini terlalu tak bisa dipercaya.
Hingga saat ini, dunia itu tidak pernah melakukan sesuatu yang kejam.
'.... Itu adalah armor dari kesatria tingkat kedua milik Benua Timur Afashan, kesatria Josokin. Ada apa ini?'
Daripada disebut menjawab pertanyaan Nord, ini lebih seperti Ashiya menjawab pertanyaannya sendiri.
Apartemen mereka saat ini telah sepenuhnya dikepung oleh kesatria yang memakai pakaian aneh.
Kapan mereka muncul dan dari mana mereka datang?
Apa mereka pembunuh yang dikirim oleh Barbariccia, seperti saat dengan Ciriatto dulu?
Tidak.
Kesatria dengan pakaian aneh di luar itu adalah manusia. Ashiya tidak bisa merasakan sihir iblis sedikitpun dari mereka.
Meski alasannya tidak diketahui, satu-satunya hal yang bisa dipastikan ialah, target mereka pasti Ashiya dan yang lainnya.
"K-kalian berdua, apa yang terjadi?"
Ashiya seketika kembali tersadar.
Benar.
Tergantung situasinya, Ashiya, Maou, Urushihara, Nord, atau bahkan Suzuno, tidak mustahil kalau mereka ditargetkan oleh manusia Ente Isla.
Tapi Rika berbeda.
Dia tidak ada hubunganya dengan urusan Ente Isla dan hanyalah manusia normal dari Jepang.
Selain tidak boleh membiarkan dia terlibat, terlebih lagi, mereka juga tidak boleh melibatkannya.
'Insiden ini tidak ada hubungannya dengan Rika-san, dan dia harus dilindungi kan?'
'Ye-yah.'
Ashiya mengangguk dan menyetujui pendapat Nord.
'Apa aku target mereka.... tidak, bukan begitu. Jika aku tidak bertemu dengan Maou-san, aku tidak mungkin ada di sini? Jadi apa kalian target mereka?'
'Sepertinya begitu. Meski ada kemungkinan kalau itu adalah tetangga kami, tapi sepertinya hanya ada kita bertiga di bangunan ini.'
Meski sekelompok kesatria dengan aura aneh itu tidak bergerak, dengan jumlah mereka, jika mereka menerobos masuk, Ashiya yang sekarang tidak mungkin bisa menang.
'Apa kau bisa bertarung?'
'Jika ini dulu, jumlah ini bukanlah apa-apa..... tapi saat ini...'
Bagi Ashiya, jawaban ini membuatnya begitu menyesal.
'.... Karena aku tidak pernah mendapat pelatihan apapun, aku juga sama denganmu... paling tidak, jika Tsubasa... Acies kembali, mungkin masih ada kesempatan....'
Dari bagaimana Tsubasa dan Acies merujuk ke orang yang sama, maka orang yang Nord bicarakan, pasti gadis yang bersama dengan Maou tadi.
Meski Ashiya tidak tahu keseluruhan ceritanya, gadis itu mungkin ingin menyelamatkan Chiho bersama dengan Maou.
Kali ini, Ashiya akhirnya mengingat satu hal.
Jika orang-orang di luar itu adalah manusia dari Benua Timur, maka dalang dibalik semua ini pasti Olba Meyers.
Dan saat ini, dengan sekolah Chiho yang diserang oleh seseorang dan dengan hilangnya Emi, orang yang menuju ke sana untuk membantu pastilah Suzuno dan Maou yang potensinya tidak dapat diduga pada saat-saat penting.
Di sisi kami, hanya pergerakan Urushihara yang tidak bisa diprediksi, dan terkadang dia juga bisa menggunakan mantra dengan menarik kekuatan dari sumber selain sihir iblis. Bagaimapaun, saat ini di Jepang, hanya ada satu orang yang tidak bisa dianggap sebagai bagian kekuatan tempur.
"Benua Timur ya?"
Ashiya menggeretakkan giginya merasa menyesal dan marah.
Orang yang berada dalam bahaya bukan hanya Emi dan Suzuno.
Kekacauan yang terjadi di sekolah Chiho hanyalah pengalih perhatian.
Musuh Olba dan tujuan Barbariccia.... adalah Jenderal Iblis Alsiel.
"Wahhh.... lebat sekali... hujannya tak selebat ini ketika aku datang dulu."
Seorang wanita turun di stasiun Sasazuka, memandang hujan lebat dengan depresi.
"Aku ingin memanggil taksi. Tapi seingatku tempat itu tidak begitu jauh dari stasiun, kalau aku naik taksi, ini pemborosan namanya."
Wanita itu berdiri di depan area peta stasiun, dia meletakkan tas bahunya di atas koper beroda, dan kebingungan bagaimana harus pergi setelah meninggalkan stasiun.
Tapi apa yang dia pegang di tangannya bukanlah peta, catatan, ataupun HP.
Itu adalah sebuah resume.
"Baik! Aku akan naik taksi! Aku tidak ingin basah!"
Setelah memasukkan resume tersebut kembali ke dalam tas bahunya, wanita itu berjalan melintasi lobby di luar gerbang tiket, melewati jembatan dan menengok ke kiri dan kanan mencari taksi di jalan.
"Wah-pu!"
Kali ini, arah angin berubah.
Hidung wanita itu sedikit bergerak.
".... Bau apa ini?"
Setelah mengatakan hal itu dengan bingung, wanita tersebut meletakkan tangan di dahinya, seolah berpikir, dan menoleh ke arah bau tersebut.
"Ah...."
Setelah beberapa saat, dia nampak merasakan sesuatu, mengangguk dan menunjukan ekspresi segan.
"Aku tidak akan bisa dapat taksi kalau begini. Sial, seingatku tempat itu tidak punya kamar mandi."
Usai menggumam dengan ekspresi jengkel, wanita itu kembali masuk ke dalam stasiun.
Dia meletakkan kopernya ke dalam loker yang dioperasikan menggunakan koin....
"Uwaaahhhhhh!"
Sambil berteriak, dia berlari menuju Sasazuka yang tengah hujan lebat tanpa payung.
Wanita dengan ponytail dan kulit berwarna gandum itu dalam sekejap basah kuyup karena hujan, sosoknya pun kemudian hilang di tengah-tengah hujan.
Angin dan hujan di atas atap membuat rambut dan seragam Chiho basah kuyup dalam sekejap, berhadapan dengan Malebranche yang memiliki sihir iblis dalam jumlah besar dan tubuh yang besar pula, meskipun merasa gemetar karena kedinginan dan ketakutan, Chiho tetap bertanya dengan penuh tekad.
Dia tak merasa ada orang lain yang menunggu di sekitar mereka seperti Iron, tapi mengingat Ciriatto pernah membawa pasukan dalam jumlah besar ke Jepang sebelumnya, Chiho pun tidak bisa lengah begitu saja.
Namun, setelah Libicocco mendengarnya, dia menunjukan ekspresi yang meski Chiho tidak familiar dengan ekspresi iblis, bisa tahu kalau itu adalah ekspresi kesal.
"Cara pengucapanmu membuatku marah."
"Eh?"
Chiho dengan serius menanyakan motif iblis tersebut, tapi kenapa dia malah dikritik karena salah pengucapan?
"Namaku Libicocco, coba ulangi sekali lagi!"
"Li-Libikuku."
Chiho mulai tidak mengerti apa yang dia lakukan di tengah hujan angin bersama dengan iblis tersebut.
Tapi karena Chiho tidak boleh membuatnya marah, meskipun merasa kaget, ia tetap mendengarkan kata-kata Libicocco dan mengulanginya sekali lagi.
"Aku akan membunuhmu, aku ini bukan ayam."
"Ah, ayam di Ente Isla membuat suara 'kuku' juga?"
"Apa kau meremehkanku? Akan kukatakan hal ini lebih dulu, jika kau salah menyebutkan nama anak-anak seperti Draghignazzo dan Scarmiglione, mereka pasti akan memenggal kepalamu tanpa pikir panjang."
"Dra, Dera, Derachinya.... ehhh?"
Chiho tidak tahu bagaimana para iblis memberikan nama dalam budaya mereka, tapi nama Malebranche pasti juga berasal dari orang tua mereka, jadi Chiho benar-benar ingin tahu seperti apa penampilan orang tua yang memberikan nama yang sulit disebut seperti itu.
"Huuh, kau hanya perlu mengingatnya, mereka sudah tidak di sini lagi. Tenang!"
"Eh?"
Chiho sesaat merasa kalau dia baru saja mendengar sesuatu yang penting, tapi Libicocco langsung menimpalinya dan mengatakan,
"Katakan sekali lagi! Libicocco!"
"Li.... Libicocco!"
"Bagus sekali! Kau pasti bisa melakukannya kalau kau mau berusaha! Meski pengucapanmu masih sedikit kaku, karena kau adalah manusia dari dunia lain, aku tidak akan mempermasalahkannya."
"Ter-terima kasih...."
Bagaimanapun, sepertinya Chiho berhasil melewati ujian pengucapan nama.
"Kalau begitu, Li..... Libi..... Libicocco-san, untuk apa kau datang ke sini...."
"Aku datang untuk membuat kekacauan."
"Eh?"
Chiho hampir berpikir kalau dia sudah membuat Libicocco marah karena salah menyebut namanya lagi, tapi sepertinya tidak begitu.
"Meski begitu, aku tidak berencana melakukan pembantain besar-besaran di sini, alasan kenapa aku datang ke tempat ini itu murni karena pintu keluar 'gate'nya kebetulan ada di sini. Mungkin seseorang pernah membuka 'gate' di sini sebelumnya. Tapi bagaimanapun, aku sudah diperintahkan untuk membuat kekacauan yang mudah dipahami ketika aku keluar."
"Mudah dipahami?"
"Benar, seperti ini..."
Setelah mengatakan hal tersebut, Libicocco menyeringai seperti sedang senang dan membentangkan tangannya, dia menciptakan angin yang begitu kencang sampai membuat Chiho harus menutup wajahnya.
Seketika itu juga, angin dan hujan yang mengelilingi SMA Sasahata, berputar dengan kasar seolah terkonsentrasi pada satu titik dan mengelilingi sekolah layaknya dinding badai raksasa.
"To-tolong hentikan!"
Chiho berteriak.
Badai yang mengelilingi sekolah dan kawasan sekitarnya, mendadak bertambah kuat.
Dinding yang diciptakan oleh angin dan hujan tersebut, seketika menjatuhkan genteng dari rumah-rumah terdekat, menumbangkan pohon-pohon di halaman, dan membuat kabel listrik yang telah putus terus menghasilkan percikan api.
"Bagaimana, mudah dipahami kan?"
Seperti menikmati reaksi Chiho, Libicocco terus menggunakan sihir untuk mengendalikan cuaca.
"Kalau begitu izinkan aku mencoba gerakan ini."
Libicocco melambaikan cakar yang dia rentangkan.
Chiho tidak tahu apa yang berubah, tapi saat ia merasa bulu kuduknya berdiri, sebuah tiang cahaya tiba-tiba muncul.
"Kyaaahhh!!"
Chiho mengeluarkan sebuah teriakan yang memecah udara, dia melihat kilatan yang terpancar dari dinding angin tersebut, dan kemudian, kilat yang tak terhitung jumlahnya mulai menghantam tanah.
Kilat-kilat itu mengenai antena yang ada di atap berbagai rumah, tiang listrik, dan tiang-tiang lampu apartemen, benda-benda yang tentu saja takkan bisa menahan petir itu, terbakar dalam sekejap mata.
"Hmmph, nampaknya semua takkan berjalan semulus itu."
Chiho perlahan-lahan membuka matanya setelah kilatan itu berhenti, dan menahan napasnya saat melihat api yang muncul dari berbagai rumah di dekat sekolah.
Tapi Libococco terlihat masih belum puas dengan hasil ini.
"Hmmph, kupikir aku bisa membuat tempat ini menjadi lautan api dengan cara yang lebih memuaskan."
Ketika kilat mulai menyambar di depan matanya, Chiho secara mental sudah siap untuk melihat pemandangan seperti itu, tapi dengan semakin meningkatnya alat-alat presisi di berbagai rumah, kesadaran untuk pemasangan anti-petir pun meningkat.
Kabel-kabel di tiang listrik yang awalnya hanya digunakan untuk menyalurkan listrik, sekarang mulai digunakan secara luas di bidang lain selain penggunaan listrik, seperti untuk jalur transmisi jaringan, dan oleh karena itu, langkah-langkah untuk menangkal petir pun semakin meningkat. Selain itu, fasilitas-fasilitas itu juga punya kwajiban untuk memasang alat penangkal petir.
Bagaimanapun, karena kabel-kabel dan tiang listrik itu berfungsi sebagai ground, maka bencana yang Libicocco harapkan tidak akan terjadi.
Tapi apapun alasannya...
"Biar kucoba lebih keras lagi."
... Situasi seperti ini masih tetap akan terjadi.
"Tunggu sebentar! Apa gunanya melakukan semua ini?"
"Hah?"
"Ini namanya hanya mengacau... iblis-iblis yang datang ke Jepang sejauh ini, entah ingin membawa Satan-san kembali atau mencuri pedang suci Yusa-san..... Pahlawan Emilia, semuanya punya tujuan yang jelas.... apa kau benar-benar berpikir kalau ini adalah hal yang bagus?"
"Untuk seekor semut, nadamu benar-benar berani ya."
"Misi Libicocco-san itu lebih rendah dibandingkan misi iblis yang kau pangggil 'nak' Farfarello-san itu! Tidak bisakah kau bertingkah seperti iblis besar dan melakukan hal-hal jahat yang keren?"
"Sepertinya kau sudah salah paham terhadap sesuatu?"
".....Eh?"
"Saat ini, termasuk kau, bocah-bocah di tempat ini dan orang-orang di kota sekitar sedang ketakutan, mereka merasa khawatir dan sedih. Meski aku tidak tahu menurutmu seberapa hebat misi yang dibawa nak Farrel itu...."
Libicocco tersenyum jahat,
"Tapi bagi iblis, misi semacam inilah yang lebih menarik! Kau bisa menyerap ketakutan dan kesedihan dalam jumlah besar sekaligus.... yang mana sama artinya dengan menyerap sihir iblis!"
Setelah mengatakan hal itu, Libicocco kembali membentangkan tangannya lebar-lebar.
"Ughh....!"
Chiho tiba-tiba merasa sulit bernapas usai menahan sihir iblis yang dilepaskan oleh Libicocco, dan jatuh berlutut.... sepertinya sihir sucinya sudah terkuras habis usai pengaktifan tadi.
Aku harus mengisinya kembali dengan Holy Vitamin Beta.
Pikir Chiho, namun botol cadangannya tertinggal di dalam tas yang dia taruh di kelas. Dan jika ia berbalik dan mundur sekarang, tidak ada yang bisa menjamin kalau iblis kejam ini tidak akan membunuhnya.
"Jika kau merasa tidak senang, coba hentikan aku dengan kekuatanmu, Mgron Ald Ballista, Jenderal Besar-sama...."
Kata Libicocco seolah mengejek Chiho yang berangsur-angsur kehilangan kekuatannya.
Meski begitu, Chiho tetap tidak berpaling. Saat ia tetap kekeh tidak mau menyerah pada kekuatan kejam dan hendak memelototi Libicocco....
"Kalau begitu, ayo kita lakukan seperti ini saja!"
Dengan sebuah suara keras, tubuh besar Libicocco menghasilkan ledakan besar dan menghilang dari hadapan Chiho.
Di saat yang sama, sihir iblis yang menyerang Chiho, lenyap, membuat dia bisa kembali bernapas dengan lancar.
"Ugh.... hm!"
Libicocco membentangkan sayapnya di udara dan menatap ke arah Chiho.
"Aku adalah salah satu Jenderal Besar yang baru. Karena aku tidak menyukai tindakanmu, aku akan menggunakan kekuatanku untuk menghentikanmu!"
Orang itu datang sambil mengayunkan palu raksasanya dan diikuti oleh rintik air hujan.
"Su-Suzuno-san!"
Chiho yang bisa kembali bernapas dengan bebas, berteriak keras.
Suzuno, dengan rambut panjang yang bergoyang ketika mengubah jepit rambutnya menjadi palu raksasa, menatap ke arah Chiho yang ia lindungi.
"Maaf atas keterlambatanku. Untuk menembus dinding badai yang tiba-tiba menjadi semakin kuat ini, aku harus berusaha cukup keras."
"Hey, jangan membuatnya terdengar seolah kau menembusnya dengan kekuatanmu sendiri!"
Mengikutinya, sebuah suara yang familiar terdengar dari langit.
Chiho menoleh dan mendapati Urushihara, mengepakkan sayap putihnya dan perlahan mendarat.
"Urushihara-san..... itu...."
Setelah melihat warna sayap di punggung Urushihara, Chiho bertanya dengan kaget,
Itu bukan sayap hitam legam seperti saat ia bertarung dengan Maou, melainkan sayap putih bersih seperti sayap malaikat.
Mungkin karena menyadari tatapan Chiho, Urushihara mengalihkan pandangannya dengan malu-malu dan menjawab,
"Huuh, jika aku tahu kalau orang ini akan menyebabkan kekacauan besar, aku pasti akan memilih menyerap sihir iblis."
"Lucifer, meski itu lelucon, tolong jangan katakan hal-hal seperti itu!"
Suzuno mengernyit dan menegur Urushihara, tapi Urushihara tetap tidak gentar dan menjawab,
"Sebenarnya aku tidak bercanda. Tapi hari ini, aku akan membiarkannya seperti itu."
Urushihara menatap Libicocco yang diterbangkan oleh Suzuno.
"Orang itu muncul di sekolah ini ketika membuka 'gate', harusnya bukan hanya kebetulan semata. Hingga ke suatu titik tertentu, aku memang pantas disalahkan."
"Aku juga merasakan hal yang sama."
"Eh? Eh?"
Suzuno dan Urushihara menunjukan kesepahaman yang aneh untuk alasan yang tak diketahui, dan menatap ke arah Libicocco.
Sebaliknya, Libicocco, sambil menekan bagian tubuhnya yang dihantam oleh palu besar Suzuno, perlahan mendarat di lantai atap.
"... Lucifer-sama, sementara yang satunya.... kau pasti Sabit Kematian Bell?"
"Hm?"
Suzuno menaikkan satu alisnya dan bertanya,
"Apa kau mengenalku?"
"Yeah, kau cocok sekali dengan ciri-ciri yang dikatakan oleh nak Farrel itu, dan....."
"Dan apa?"
"Tidak, aku hanya sedikit terkejut melihatmu datang ke sini."
Menurut firasat Suzuno, kekuatan Libicocco mungkin sama atau sedikit lebih lemah dibandingkan dirinya.
Oleh sebab itu, serangan dari belakang ketika iblis itu sedang lengah tadi, meninggalkan efek yang besar.
Dan kali ini Suzuno mendapat bantuan dari Urushihara, meskipun mereka bertarung secara langsung, sama sekali tak ada alasan untuk kalah. Maou juga sedang bergegas menuju ke sini. Meski begitu, Suzuno tetap merasakan jarak yang tidak normal dengan Libicocco.
"Tapi tak masalah."
Malebranche itu memperlihatkan senyum yang lebih jahat dibandingkan sebelumnya.
XxxxX
"""......."""
Orang yang saling pandang satu sama lain di kotatsu saat ini bertambah menjadi tiga orang.
Anggota yang baru bergabung itu berganti memakai kaos dan celana Ashiya, dan karena dia tidak terbiasa duduk berlutut, dia pun duduk bersila dengan aneh.
"Lalu, orang ini...."
"A-aku tidak tahu."
Ashiya yang tergagap karena pertanyaan Rika, akhirnya bisa menjawab.
Pria yang Maou tinggalkan setelah dia sampai dan tanpa memberi penjelasan apapun, adalah orang yang benar-benar tidak Ashiya kenal.
Dari percakapan singkat tadi, Maou membawanya ke sini dengan terbang, dan kesan penampilan yang diberikan pria itu, bisa dilihat kalau dia bukanlah orang normal yang berasal dari Jepang.
Dan kemungkinan pertama yang muncul di pikiran Ashiya, pria ini pasti adalah manusia Ente Isla, tapi meski begitu, Ashiya masih punya beberapa pertanyaan.
Ashiya sama sekali tidak bisa merasakan sihir suci ataupun sihir iblis dari pria ini, sebagai orang Ente Isla normal, kenapa dia bisa ada di Jepang?
Baik Emi, Suzuno, Emerada, Sariel, ataupun Gabriel, mereka semua memiliki kemampuan untuk melintasi dunia dan dimensi serta memiliki kekutan yang jauh melebihi manusia normal.
Dan mereka juga punya alasan untuk menyeberang dunia.
Jika pria ini hanya penduduk asli Ente Isla, kenapa dia menetap di Jepang?
Pria ini tidak punya kekuatan untuk melakukan perjalanan lintas dunia sendirian.
Namun, dia ada di sini sekarang.
Usai melirik ke arah Rika, Ashiya pun berbicara,
"Suzuki-san."
"Hm?"
"Maafkan aku, aku dan dia akan mengobrol sebentar."
"Huh?"
Setelah Ashiya meminta maaf, dia menoleh ke arah pria yang Maou bawa dan berbicara,
'Apa kau mengerti bahasa ini?'
Pria itu mengangguk paham.
'Bahasa Deweiss... tidak, bahasa Pusat Perdagangan kan? Apa kau juga bukan orang yang berasal dari negera ini?'
"Hm?"
Rika menatap kedua orang yang mulai berbicara dengan menggunakan bahasa aneh di hadapannya.
'Orang dengan nama belakang Maou itu juga. Siapa kalian?'
'Sejujurnya, itulah apa ingin kutanyakan. Kau tidak terlihat seperti perapal mantra, kenapa kau ada di sini? Kau ini siapa?'
"H-hey, kalian berdua...."
'Ceritanya panjang. Seperti yang kau lihat, aku tidak tahu mantra apapun, dan dulu, aku hanyalah petani biasa, aku seharusnya menjalani sisa hidupku di sebuah desa di Saint Aire.'
"Ba-bahasa apa ini....?"
Rika kebingungan.
Mereka berdua tidak berbicara dalam bahasa Inggris, bukan juga Jerman ataupun Perancis yang terkadang bisa terdengar di berita ataupun film dokumenter.
Bahkan perbedaan nadanya sangat jauh, seperti bahasa alien.
'Sampai sekarang, aku masih tidak tahu identitasmu ataupun Maou-san, jadi aku tidak bisa mengatakan banyak hal. Tapi, aku punya misi untuk melindungi anak itu.... melindungi Tsubasa, itulah kenapa aku menyeberang ke dunia ini. Ini semua demi menyerahkan Tsubasa pada seseorang suatu hari nanti.'
'Menyerahkannya pada seseorang....?'
Ashiya menggumam bingung, lalu mengingat ada gadis lain di samping Maou pada waktu itu.
'Tsubasa yang kau sebut tadi... apa itu gadis yang membawa Maou pergi?'
'......'
Si pria yang masih belum memperkenalkan dirinya itu hanya terdiam.
Salah satu orang yang Ashiya kenal, memiliki nama dengan makna yang sama dengan kata 'Tsuabasa' dalam bahasa Jepang.
Dia adalah gadis yang tinggal di kamar ini selama seminggu, lalu diserahkan pada musuh dan saat ini, menghilang bersama dengan musuh.
'Aku tahu kenapa Maou membawamu ke sini. Tidak.... dibandingkan denganmu, yang paling penting adalah gadis yang dipanggil Tsubasa itu.'
Ashiya berbicara dengan nada tajam yang sama sekali tidak mengizinkan penyangkalan ataupun kebohongan.
'Gadis itu, adalah perwujudan dari fragmen Yesod kan?'
'....'
Pria itu tidak mengatakan apa-apa.
Tapi dia juga tidak berpaling.
Itu adalah sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu.
Menteri Iblis Camio sebelumnya pernah memberikan informasi pada mereka.
Informasi itu diberikan oleh Olba.
Katanya ada pedang suci lain.
Dan pedang suci itu ada di Jepang.
Ciriatto datang ke Jepang untuk mencari pedang suci itu.
Ashiya tidak bisa menekan perasaan gelisahnya.
Karena dia tahu, manusia biasa di hadapannya yang dulunya adalah seorang petani ini, memegang kunci yang mungkin cukup untuk mengubah segala sesuatu yang melibatkan pihak mereka dan Ente Isla, atau bahkan seluruh dunia.
'Ka..... kau....'
Ashiya mencoba mengendalikan suara tegangnya, prediksi kacau yang ada di otaknya perlahan menjadi fakta.
'Kau... Ayah Emilia Justina?'
"....Emilia?"
Rika akhirnya memahami istilah yang terdengar seperti sebuah nama, dan dari hal ini, terasa sesuatu yang tidak beres.
Namun, Ashiya dan pria itu tidak menyadari keadaan Rika.
Sudah bisa diduga.
'Kalian semua.... ah, begitu ya.'
Yang pasti, pria yang berbicara dengan nada tegas ini, adalah ayah sang Pahlawan, Nord Justina.
'Bagaimana bisa......'
Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Jenderal Iblis Alsiel, seorang Empat Raja kepercayaan Raja Iblis.
'Jadi kalian semua benar-benar.... tidak, jadi Maou-san itu.... benar-benar 'orang terpilih' yang dimaksud istriku ya.'
'Orang terpilih...?'
'Istriku pernah memberitahuku sebelumnya 'ketika orang yang terpilih sudah mendapatkan tekad untuk mengungkap kebenaran dunia, serahkan Tsubasa pada anak kita', ketika Maou-san menyebut nama Emilia, aku sudah mengira kalau semuanya akan jadi seperti ini.'
Istri yang pria itu sebutkan, dalam situasi ini, harusnya adalah ibu Emi, Malaikat Agung Lailah.
Tapi meskipun para malaikat memiliki kekuatan yang tidak biasa, eksistensi mereka sebenarnya cukup normal, mereka tidak seperti apa yang dijelaskan dalam legenda ataupun kitab, yang mana bisa menyegel dunia hanya dengan beberapa kalimat, ataupun memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir.
Seorang Malaikat Agung berani manyatakan bahwa Raja Iblis Satan sebagai 'yang terpilih', arogansi pun harusnya ada batasnya.
"Hey!"
Pada akhirnya, apa yang dimaksud dengan kebenaran dunia?
Meski kedengarannya berlebihan, tapi 'kebenaran' dari sulitnya memahami kata 'dunia' sebenarnya jauh lebih tidak bisa dipercaya daripada harga permata ataupun review acara gourmet.
"Izinkan aku sedikit menyela kalian!"
Dan lagi, jika seorang manusia dan malaikat bisa mengatakan 'ini adalah kebenaran dunia', bukankah itu sangat gawat? Bagi kami para iblis, jika nilai dari sebuah kebenaran bisa dijelaskan dengan membandingkannya terhadap sesuatu, kami pun mungkin tidak sebanding dengan batu di pinggir jalan.
"Dengarkan aku!!"
"Yaa??"
Ashiya terkejut karena seseorang tiba-tiba berteriak di telinganya.
Dia menutup telinganya kaget dan menoleh, dia mendapati Rika menunjukan ekspresi yang lebih jahat daripada iblis.
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, setidaknya jelaskan juga padaku!"
"Yeah......"
"Ga-gadis ini menakutkan ya..."
Sepertinya Nord juga tahu kalau saat ini Rika sedang marah karena tidak dihiraukan.
Ashiya mencoba menenangkan Rika dengan nada yang tenang, tapi Rika malah menatap tajam ke arah Nord dengan tatapan yang cukup kuat untuk membuat Jenderal Iblis mundur.
"Paman, jika kau ingin tinggal di Jepang dengan nyaman, sebaiknya kau belajar bagaimana cara berbicara dengan lebih bijaksana, okay?"
"Baik...."
"Lalu, Ashiya-san?"
"Y-ya...."
"Kapan kau akan memberitahuku siapa paman ini dan kenapa Maou-san, Urushihara-san, dan Suzuno bisa melakukan hal-hal seperti itu?"
Ashiya tahu, jika dia menjawab 'Kau belum pernah menanyakan pertanyaan itu' atau 'Kau terlalu banyak bertanya', hal itu hanya akan menyebabkan pertumpahan darah, karena itulah Ashiya tidak membantahnya, bagaimanapun, dia sudah membuat keputusan sebelum Maou datang.
"Su-Suzuki-san, tenang, aku pasti akan menjelaskannya padamu, tolong duduk dulu...."
Ashiya meletakkan kedua tangannya di bahu Rika dan mencoba menenangkannya.
"A-aku tidak akan terpengaruh begitu saja."
"Eh?"
Akan tetapi, Rika yang awalnya punya aura membunuh yang seolah bisa menerkam mereka kapan saja, tiba-tiba merona merah seperti terbakar dan duduk di atas tatami dengan patuh, auranya yang tadi sepenuhnya telah menghilang,
"Ja-jadi? A-apa yang terjadi?"
Rika menatap Ashiya dengan wajah memerah dan bertanya,
"Uh, itu...."
Ashiya yang tidak tahu harus mulai dari mana, akhirnya menunjuk ke arah Nord dan mengatakan,
"Pria ini...."
"Y-ya?"
"... sepertinya adalah ayah Yusa."
"Yeah.... Eh?"
Rika yang hampir mengangguk dan mengabaikan informasi ini, tiba-tiba menatap Nord dengan mata terbuka lebar.
"Ayah.... Emi?"
"Benar, kemungkinan besar begitu."
"Eh? Eh? Ah, er, erhm...."
Rika yang ingat kalau dia baru saja mengucapkan sesuatu yang kasar, berbicara dengan wajah pucat,
"Me-mengucapkan sesuatu yang kasar seperti tadi, aku benar-benar minta maaf."
"Meski aku tidak terlalu yakin, tapi tak apa."
Apa benar-benar tak masalah? Ashiya terlihat khawatir dengan kemampuan bahasa Jepang Nord sebagai seorang yang bukan perapal mantra, selain itu, akan sangat merepotkan jika mereka terus terlibat konflik, jadi dia pun menimpali, dan mengatakan,
'Wanita ini adalah teman Emilia di negara ini. Namanya Suzuki Rika.'
Kali ini, Ashiya memperkenalkan Rika pada Nord.
"Rika-san."
"Y-ya."
"Kau sudah banyak membantu Emilia ya."
Meskipun Nord membuatnya terdengar seolah Emi tidak mau dibantu oleh Rika, tapi karena Rika tahu apa yang dimaksud oleh Nord, dia pun tidak membantahnya seperti tadi.
"Ah, yeah, akulah yang selalu dibantu olehnya... Er, erhm, Ashiya-san!"
Dengan bahasa Jepang klasik, Rika berulang kali mengatakan pujian yang tidak perlu, memandang ke arah Ashiya dan berkata,
"Kalian berdua sejak tadi menyebutkan 'Emilia', dan ayah Emi juga menggunakan nama itu secara langsung, apa...."
Jika Ashiya menjawab pertanyaan Rika, artinya sama saja dengan menyeret Rika masuk ke dalam medan yang sama seperti Chiho.
Chiho bisa menerimanya, bagaimana dengan Rika?
Tergantung situasinya, Ashiya mungkin akan butuh bantuan Suzuno untuk memanipulasi ingatan Rika, saat Ashiya memikirkan hal tersebut, dia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang cukup untuk mengubah dunia Rika.
"Nama itu merujuk pada Yusa."
"Uh... Apa itu maksudnya orang Jepang memakai nama panggilan bergaya luar negeri setelah pergi ke sana ataukah nama baptis atau nama tengah karena alasan agama?"
"Tidak!"
Ashiya berbicara perlahan seolah menyesuaikan pemahaman mental Rika.
"Itu adalah nama asli 'Yusa Emi' yang kita kenal. Nama aslinya adalah Emilia Justina."
"Aku benar-benar tidak paham."
Kebingungan terlihat jelas di wajah Rika.
"Ka-kau menyebut..... Emilia Ju-Justina? Itu nama asli Emi?"
"Benar."
"Apa Emi bukan orang Jepang?"
"Benar sekali."
".... Ah, a-aku paham, karena ayah Emi adalah orang luar negeri, meskipun dia lahir di negara lain, seperti bagaimana pemain sepak bola memakai nama Jepang ketika mereka bergabung dengan tim Jepang, maka....."
Rika memberi sebuah analogi yang dipaksakan, tapi itu sudah diperkirakan oleh Ashiya.
Untuk membuat Rika tenang, Ashiya perlahan menggelengkan kepalanya, menatap mata Rika, menyesuaikan tingginya, dan mengatakan,
"Tidak, bukan seperti itu. Yusa.... Rumah Emilia tidak berada di bumi."
"... Apa maksudnya itu?"
"Sebelum aku melanjutkan penjelasan ini... Apa kau punya kebiasaan menonton film atau bermain game?"
Pertanyaan Ashiya yang berasal entah dari mana, membuat Rika curiga.
"Ke-kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini? Aku memang berhenti main game setelah lulus SD, tapi aku masih sering menonton film."
"Kalau begitu, kau pasti bisa paham jika aku mengatakan ini. Yusa Emi atau Emilia Justina, bukanlah penduduk bumi."
".... Penduduk bumi?"
"Meskipun kurang tepat mengatakannya seperti ini, untuk menjelaskan dengan cara yang lebih mudah dimengerti, maka Yusa itu adalah alien. Dia tidak berasal dari bagian manapun di bumi ini, melainkan berasal dari planet yang begitu jauh."
".... Apa kau pikir aku ini bodoh?"
Reaksi Rika sangatlah normal.
Bahkan reaksi marah ini pun masih berada dalam perkiraan Ashiya... Ini adalah reaksi yang wajar dari kebanyakan orang.
"Jika kau tidak mau mempercayainya, maka aku takkan bisa menjelaskan fenomena yang Suzuki-san lihat tadi."
"Apa yang kulihat.... Eh?"
Rika tiba-tiba melihat ke arah jendela kamar.
Hujan dan angin yang semakin kuat, saat ini menyerang jendela yang dipakai oleh Urushihara dan Suzuno untuk melompat.
Dan beberapa saat lalu, Maou yang muncul dari luar, juga pergi melewati jendela itu dengan terbang.
"'Dari sini sampai atap seberang setidaknya berjarak 10 meter! Mana mungkin seseorang melompat ke sana tanpa ancang-ancang terlebih dahulu!' Setidaknya di dunia ini, di bumi ini, sesuatu seperti itu harusnya tidak bisa, kan?"
"....."
Rika berulang kali menatap wajah Ashiya dan jendela tersebut.
Seperti yang sudah diduga, bahkan jika situasi aneh ini dijelaskan pada Rika, pikirannya takkan bisa mengimbangi situasi tersebut.
Jika Rika bisa melihat bukti yang kuat seperti Chiho, mungkin ceritanya akan berbeda.
Tapi sebelum hari ini, Rika tidak tahu apa-apa, dan tidak pernah melihat kenyataan itu.
"Suzuki-san."
"Uh!!"
Teriakan Ashiya membuat Rika mengerang takut.
"Ah... Ah, uh..."
Dibandingkan sikap tegasnya tadi, tubuh Rika saat ini jelas-jelas membeku karena rasa takut akan 'situasi yang tak diketahui'. Kemungkinan besar dia juga kesulitan berbicara.
"T-tapi, bagaimana mungkin.... Karena Urushihara.... Suzuno.... Maou..."
Rika menyebutkan nama-nama tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dia lihat, lagi dan lagi.
"Ti-tidak mungkin? Ini bercanda kan? Apa ini lelucon?"
Namun, hati Rika, tetap berhasil melindungi dinding akal sehatnya.
"Ba-bagaimana bisa aku mempercayai penjelasan ini? Jika kau mengatakan kalau Suzuno dan yang lainnya itu adalah ahli sihir atau orang yang memiliki kekuatan supranatural, itu mungkin akan lebih meyakinkan! Ada banyak orang seperti itu di dunia ini...."
"Benar. Jika aku ada di posisi Suzuki-san, aku mungkin juga akan mengatakan itu."
"Tu-tunjukan buktinya padaku! Karena kau bilang kalau kau itu alien, bukankah aneh jika kau bergantung pada pekerjaan untuk menyambung hidup?"
"... Aku benar-benar tidak bisa membantahnya."
Meski berada di situasi seperti ini, Ashiya masih sempat tersenyum kecut.
"Bahkan alien juga perlu bekerja untuk makan tiga kali sehari?"
Tapi jika hal ini tidak terjadi, Rika tidak mungkin tahu identitas asli mereka.
Bagaimanapun juga, mereka adalah orang dari dunia yang berbeda, dan sejak awal, adalah orang yang tidak mungkin bisa ditemui.
Ashiya bisa saja berubah ke wujud iblisnya di tempat, dan menganggapnya sebagai bukti konkret, tapi sayangnya, Ashiya yang sekarang tidak bisa melakukan hal semacam itu.
"Aku tidak bisa menunjukan bukti yang kuat sekarang.... Bagaimana kalau begini, ketika Kamazuki kembali, aku akan memintanya bertanggung jawab dan membuktikannya padamu. Syaratnya, Suzuki-san harus mau mendengarkan kata-kata aneh ini sampai akhir."
"....."
Rika tidak menjawab, dan memperlihatkan tatapan curiga.
'Tidak aneh kalau dia tidak mempercayai hal ini. Jika aku mendengar hal yang sama di Ente Isla, aku mungkin akan menertawakannya. Aku tidak pernah menyangka ada dunia lain yang memiliki negara dengan peradaban maju seperti ini.'
Ashiya menyetujui pendapat Nord.
Dunia manusia, negara manusia, peradaban manusia.
Meskipun para iblis secara biologis lebih kuat dibandingkan manusia, tapi bagi mereka, segala sesuatu yang ada di Jepang adalah keadaan yang jauh berasal dari masa depan, sesuatu yang tidak akan pernah bisa dicapai.
'Apa Maou memberitahumu identitas asli kami?'
'.... Tidak, tapi aku bisa menebak kalau kalian bukan manusia.'
Dipikir baik-baik, Ashiya masih belum memberitahukan namanya pada Nord.
Hilangnya Emi dan kemunculan Nord, adalah tanda bahwa kehidupan sehari-hari normal yang Ashiya dan penghuni Kastil Iblis lain rasa tidak terlalu buruk meskipun agak salah, telah mulai hancur.
'Meski bagiku ini termasuk keberuntungan... sepertinya perkenalan diri kita harus menunggu.'
"Hm?"
Nord yang sebelumnya memperhatikan obrolan Ashiya dan Rika, tiba-tiba berdiri dengan tatapan tajam.
Nord saat ini mamakai hadiah yang Ashiya menangkan dalam undian di toko pinggir jalan, itu adalah kaos lengan panjang dengan kata 'Cheers untuk orang Sasazuka' tercetak di atasnya, dia kemudian bergerak ke arah jendela tanpa membuat suara apapun.
Namun, meski suara langkah kakinya ia tekan, lantai yang ia injak masih menghasilkan suara, dan Ashiya pun juga ikut memandang ke arah jendela karena perilaku Nord.
"!!"
Apa yang Ashiya lihat, seketika membuatnya tegang.
Di cuaca badai seperti ini, harusnya takkan ada seorangpun di luar.
Akan tetapi....
'Kita sudah dikepung. Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya, apa kau tahu mereka ada di pihak mana?'
Ashiya mampu menjawab Nord.
Tapi bagi Ashiya, jawaban ini terlalu tak bisa dipercaya.
Hingga saat ini, dunia itu tidak pernah melakukan sesuatu yang kejam.
'.... Itu adalah armor dari kesatria tingkat kedua milik Benua Timur Afashan, kesatria Josokin. Ada apa ini?'
Daripada disebut menjawab pertanyaan Nord, ini lebih seperti Ashiya menjawab pertanyaannya sendiri.
Apartemen mereka saat ini telah sepenuhnya dikepung oleh kesatria yang memakai pakaian aneh.
Kapan mereka muncul dan dari mana mereka datang?
Apa mereka pembunuh yang dikirim oleh Barbariccia, seperti saat dengan Ciriatto dulu?
Tidak.
Kesatria dengan pakaian aneh di luar itu adalah manusia. Ashiya tidak bisa merasakan sihir iblis sedikitpun dari mereka.
Meski alasannya tidak diketahui, satu-satunya hal yang bisa dipastikan ialah, target mereka pasti Ashiya dan yang lainnya.
"K-kalian berdua, apa yang terjadi?"
Ashiya seketika kembali tersadar.
Benar.
Tergantung situasinya, Ashiya, Maou, Urushihara, Nord, atau bahkan Suzuno, tidak mustahil kalau mereka ditargetkan oleh manusia Ente Isla.
Tapi Rika berbeda.
Dia tidak ada hubunganya dengan urusan Ente Isla dan hanyalah manusia normal dari Jepang.
Selain tidak boleh membiarkan dia terlibat, terlebih lagi, mereka juga tidak boleh melibatkannya.
'Insiden ini tidak ada hubungannya dengan Rika-san, dan dia harus dilindungi kan?'
'Ye-yah.'
Ashiya mengangguk dan menyetujui pendapat Nord.
'Apa aku target mereka.... tidak, bukan begitu. Jika aku tidak bertemu dengan Maou-san, aku tidak mungkin ada di sini? Jadi apa kalian target mereka?'
'Sepertinya begitu. Meski ada kemungkinan kalau itu adalah tetangga kami, tapi sepertinya hanya ada kita bertiga di bangunan ini.'
Meski sekelompok kesatria dengan aura aneh itu tidak bergerak, dengan jumlah mereka, jika mereka menerobos masuk, Ashiya yang sekarang tidak mungkin bisa menang.
'Apa kau bisa bertarung?'
'Jika ini dulu, jumlah ini bukanlah apa-apa..... tapi saat ini...'
Bagi Ashiya, jawaban ini membuatnya begitu menyesal.
'.... Karena aku tidak pernah mendapat pelatihan apapun, aku juga sama denganmu... paling tidak, jika Tsubasa... Acies kembali, mungkin masih ada kesempatan....'
Dari bagaimana Tsubasa dan Acies merujuk ke orang yang sama, maka orang yang Nord bicarakan, pasti gadis yang bersama dengan Maou tadi.
Meski Ashiya tidak tahu keseluruhan ceritanya, gadis itu mungkin ingin menyelamatkan Chiho bersama dengan Maou.
Kali ini, Ashiya akhirnya mengingat satu hal.
Jika orang-orang di luar itu adalah manusia dari Benua Timur, maka dalang dibalik semua ini pasti Olba Meyers.
Dan saat ini, dengan sekolah Chiho yang diserang oleh seseorang dan dengan hilangnya Emi, orang yang menuju ke sana untuk membantu pastilah Suzuno dan Maou yang potensinya tidak dapat diduga pada saat-saat penting.
Di sisi kami, hanya pergerakan Urushihara yang tidak bisa diprediksi, dan terkadang dia juga bisa menggunakan mantra dengan menarik kekuatan dari sumber selain sihir iblis. Bagaimapaun, saat ini di Jepang, hanya ada satu orang yang tidak bisa dianggap sebagai bagian kekuatan tempur.
"Benua Timur ya?"
Ashiya menggeretakkan giginya merasa menyesal dan marah.
Orang yang berada dalam bahaya bukan hanya Emi dan Suzuno.
Kekacauan yang terjadi di sekolah Chiho hanyalah pengalih perhatian.
Musuh Olba dan tujuan Barbariccia.... adalah Jenderal Iblis Alsiel.
XxxxX
"Wahhh.... lebat sekali... hujannya tak selebat ini ketika aku datang dulu."
Seorang wanita turun di stasiun Sasazuka, memandang hujan lebat dengan depresi.
"Aku ingin memanggil taksi. Tapi seingatku tempat itu tidak begitu jauh dari stasiun, kalau aku naik taksi, ini pemborosan namanya."
Wanita itu berdiri di depan area peta stasiun, dia meletakkan tas bahunya di atas koper beroda, dan kebingungan bagaimana harus pergi setelah meninggalkan stasiun.
Tapi apa yang dia pegang di tangannya bukanlah peta, catatan, ataupun HP.
Itu adalah sebuah resume.
"Baik! Aku akan naik taksi! Aku tidak ingin basah!"
Setelah memasukkan resume tersebut kembali ke dalam tas bahunya, wanita itu berjalan melintasi lobby di luar gerbang tiket, melewati jembatan dan menengok ke kiri dan kanan mencari taksi di jalan.
"Wah-pu!"
Kali ini, arah angin berubah.
Hidung wanita itu sedikit bergerak.
".... Bau apa ini?"
Setelah mengatakan hal itu dengan bingung, wanita tersebut meletakkan tangan di dahinya, seolah berpikir, dan menoleh ke arah bau tersebut.
"Ah...."
Setelah beberapa saat, dia nampak merasakan sesuatu, mengangguk dan menunjukan ekspresi segan.
"Aku tidak akan bisa dapat taksi kalau begini. Sial, seingatku tempat itu tidak punya kamar mandi."
Usai menggumam dengan ekspresi jengkel, wanita itu kembali masuk ke dalam stasiun.
Dia meletakkan kopernya ke dalam loker yang dioperasikan menggunakan koin....
"Uwaaahhhhhh!"
Sambil berteriak, dia berlari menuju Sasazuka yang tengah hujan lebat tanpa payung.
Wanita dengan ponytail dan kulit berwarna gandum itu dalam sekejap basah kuyup karena hujan, sosoknya pun kemudian hilang di tengah-tengah hujan.
---End of Part 2---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 Part 3
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
2 Komentar
Masih kosong =(
BalasEmng blum selesai.. :3
Balas