[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 23 : Satu Langkah Maju
Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 22
Chapter 23 : Satu Langkah Maju.
“Baiklah, aku hanya akan pergi sebentar. Besok, seharusnya kami sudah kembali dan..... aku tahu aku sudah mengatakannya berulang kali, tapi, kau tak perlu lagi memaksakan diri untuk mengikuti Ujian itu. Istirahatlah sebentar.”
“Aku tahu~ Aku paham. Gezz Subaru, kau tak perlu khawatir. Aku akan menurut dan istirahat hari ini, seperti yang kau bilang.”
Bibir Emilia cemberut saat mengatakan hal tersebut, dia mendongak menatap Subaru yang berada di atas kereta. Subaru tersenyum kecut melihat tingkah jenaka nan manis milik Emilia, dan berusaha menyembunyikan rasa sakit yang ada di hatinya.
Saat ini, adalah saat di mana siang sebentar lagi tiba di hari yang sama ketika percakapannya dengan Garfiel, dan beberapa jam telah berlalu sejak Subaru mengunjungi Emilia di kamarnya.
“Natsuki-san, kami sudah siap. Kau hanya tinggal memberi perintah."
“Oooh, cepat sekali. Kecepatan yang bisa membuatmu lari dari kota setelah melakukan tindakan keji ini memang sungguh mengagumkan. Mulai sekarang, apa aku akan memanggilmu ‘Otto si Pelari Malam’?”
“Aku tak tahu ‘Pelari Malam’ itu maksudnya apa, tapi aku hampir yakin kalau itu adalah sesuatu yang buruk, dan aku takut aku harus dengan tegas menolaknya.”
Otto memanyunkan bibirnya cemberut dan mulai menatap Subaru dengan tatapan jijik, sementara Subaru hanya membalasnya dengan sebuah senyum kecut.
Melihat di belakang Otto, kau bisa menemukan kereta naga milik rombongan Subaru berjejer di sepanjang jalan.
Berjumlah total enam kereta— mereka dapat menampung hingga 42 penumpang, yang mana merupakan jumlah total pengungsi dari desa Arlam. Jika kau tak menghitung satu tambahan pedagang pengelana yang kebetulan ikut, maka semuanya berjumlah segitu.
“Yang benar saja, ini nyaris membuatku kecewa melihat betapa mudahnya mereka menyetujui ide ini… Jujur, aku sudah siap menghadapi sedikit perlawanan.”
“Itu karena Barusu diam-diam bernegosiasi dengan Garf tanpa sepengetahuan orang lain sebelumnya, kan? Kau tahu bahwa Lewes-sama dapat diajak berunding, jadi selama Garf tidak mengganggu negosiasimu, maka tak akan ada masalah.”
Saat Subaru sibuk menggaruk lehernya, Ram, terbalut busana maid-nya, melontarkan kata-kata tersebut pada Subaru dari bawah kereta. Di balik rambut merah mudanya, dia mendongak menatap Subaru dengan tatapan remehnya yang biasa.
“Ram ingin mengajukan komplain soal bagaimana kau tidak membebaskan Roswaal-sama, tapi…..”
“Karena dia adalah SANDERA DARI SEMUA SANDERA, menurutku dia lebih cocok berada di sini. Meski kau ingin aku bernegosiasi demi dirinya, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan pada mereka. Melihat hasilnya, membuat mereka melepaskan para penduduk desa itu sudah jadi sebuah pencapaian besar, jadi tolong mengertilah!”
“… kerja bagus, bagi seorang Barusu, hanya itu yang bisa kukatakan. Sekarang berterima kasihlah pada Ram!”
“Kenapa aku merasa akan kalah jika berterima kasih padamu di sini?”
Saat langit dan bumi bergetar melihat Ram mengakui keberhasilan Subaru, Subaru mengalihkan pandangannya ke arah Emilia, yang sedang gugup di samping Ram.
Terdapat keresahan dan kemuraman di dalam mata ungunya, namun saat dia menyadari tatapan Subaru, dia dengan cepat mengusir semua perasaan itu.
“Terima kasih… Kau tahu, jika kau tidak maju dan mengatakan sesuatu, kupikir aku takkan sadar apa yang terjadi.”
“Emilia-tan itu sudah punya peran yang cukup penting sebagai Emilia-tan. Semua yang terjadi di sekitarmu, kau bisa serahkan semuanya pada kami. Kau hanya punya satu tugas besar, yaitu fokus pada satu tujuan. Dan kami akan mengurus yang lainnya, jadi jangan khawatir.”
Melihat Subaru menepuk dadanya dengan kuat, Emilia menutupi mulutnya, tapi tetap tak bisa menahan tawanya. Lalu, sembari menyeka air mata yang tertampung di matanya, dia mengangguk dengan “Enn”, dan,
“Aku mengerti. Kuserahkan padamu, Subaru. Dan…”
“Aku tahu, aku tahu. Jangan khawatir, setelah aku mengantar semuanya ke desa, aku pasti akan langsung kembali padamu. Tentu saja, aku juga bisa memakai kesempatan ini untuk mengambil boneka binatang kesayanganmu yang mungkin tertinggal di Mansion?”
“Aku terlalu dewasa memainkan semua benda itu. Dan juga, aku tak memintamu untuk kembali dengan cepat. Walau tentu saja, aku akan lebih senang jika kau cepat kembali…...”
“Lalu, apa maksudmu?"
“..... Kembali dengan selamat. Tentu saja, lebih cepat lebih baik, tapi aku akan lebih senang jika kau kembali dengan selamat."
“AAAGH, hatiku!”
Menggeliat-geliut selama beberapa detik, dipenuhi dengan rasa sakit CINTA di dadanya, Subaru menutupi hatinya yang sedang dimabuk cinta dengan menggunakan kedua tangannya, dan jatuh ke belakang. Emilia memiringkan kepalanya bingung, tapi Subaru, masih sibuk terengah-engah, mengulurkan telapak tangannya ke arah Emilia.
“Ok, ok, aku mengerti. Cepat dan selamat, aku janji aku pasti akan kembali ke sampingmu. Kecuali kau ingin janji jari kelingking juga?”
“Hal yang kau lakukan dengan Petra soal apa yang akan terjadi jika kau berbohong itu?.... Tentu, ayo kita lakukan.”
“Oooough, sungguh terang-terangan.”
Emilia maju satu langkah ke depan, dan Subaru belutut agar bisa sejajar dengannya. Dan begitulah, Subaru dari atas kereta, dan Emilia berdiri di bawah, mereka menautkan jari kelingking mereka. Lalu, merapalkan mantra tradisional, mereka menyegel janji mereka saat jari mereka terpisah.
Untuk beberapa saat, Emilia memandang jarinya yang baru saja terpisah dengan jari Subaru, lalu, dengan mata ungunya, dia menatap ke arah Subaru,
“Subaru. Bagi pengguna roh, janji itu...…”
“Sangat penting, kan? Aku sadar akan kesalahanku dan sudah tahu akibatnya. Jadi aku tidak akan pernah ingkar janji lagi pada Emilia-tan. Selain itu, jika memungkinkan aku juga akan berusaha menepati janjiku dengan orang lain. Kuharap kau bisa menerimanya.”
“Hmm, kupikir aku akan menerimanya.”
Senyum merekah di wajah Emilia. Dan, setelah memastikan hal ini, Subaru menegakkan kakinya, meregangkan badan, berbalik, mendongak, dan mengangkat kedua tangannya ke udara,
“Baiklah, ayo kita mulai perjalanan ini! Tujuan : Desa Arlam! Total penumpang: 44 orang! Yang kita lakukan ini adalah perjalanan besar, aku akan mengandalkan kalian semua mulai dari sini!”
Serangkaian sorakan terdengar menanggapi teriakan Subaru, dan begitulah, perjalanan besar mereka pun dimulai.
---- Setelah kemenangan sulit yang diraih melalui negosiasi, para sandera yang telah terbebas pun mulai berkendara menuju rumah mereka.
Setelah dia menyimpulkan percakapannya dengan Garfiel, sembari menjaga Emilia yang tertidur, Subaru membuat sebuah keputusan— bahwa dia akan menerima syarat Garfiel, dan bernegosiasi untuk melepaskan para sandera dari Sanctuary.
Setelah membaringkan Emilia di ranjang, Subaru menunggu semuanya untuk bangun sebelum mengumpulkan seluruh pemain inti ke dalam rumah Lewes, tempat dimana dia berencana menjelaskan sarannya.
Mengingat pertarungan verbalnya dengan Garfiel, Subaru mengira akan mendapat tentangan yang cukup banyak.
---- Namun pada kenyataannya, Lewes tak melakukan apapun selain menyetujui saran Subaru di sepanjang negosiasi. Alih-alih menentangnya, Lewes malah menawarkan beberapa kelonggaran tambahan. Alhasil, semua berjalan tepat seperti apa yang Subaru harapkan, tapi tetap saja, dia tak bisa menyingkirkan perasaan kalau hal ini begitu berbeda dengan apa yang dia kira.
Setelah itu, saat Emilia terbangun, Subaru menjelaskan semua yang telah terjadi, dia juga memberikan penjelasan yang sama kepada para pengungsi di Katedral. Para penduduk awalnya terkejut dan ragu, namun saat mereka paham kalau mereka diizinkan untuk pulang dengan selamat, Subaru senang melihat mereka begitu gembira.
Meski sebenarnya Subaru adalah alasan mereka terjebak dalam situasi ini, saat dia mengumumkan bahwa mereka diizinkan pulang, semua penduduk desa langsung menghujaninya dengan ucapan terima kasih, yang mana terasa sedikit memalukan. Dan usai semua itu, tibalah saatnya mewujudkan rencana tersebut.
“Tapi harus kuakui, ini sangat tidak terduga.”
Orang yang mengatakan hal itu adalah Otto, yang mana sedang memegang tali kekang di sebelah Subaru.
Sama seperti saat perjalanan menuju Sanctuary, kereta naga mereka ditarik oleh naga tanah, Patrasche dan Furufu, hanya saja, kali ini, Subaru duduk di samping Otto yang berada di kursi kemudi.
“Nnnuh?”
“Kau barusan tertidur, kan?”
“Aku hanya sedang berpikir keras tadi, jangan berbicara seolah aku ini menyembunyikan sesuatu. Pokoknya, aku hanya setengah sadar jadi aku tak mendengar apa yang kau katakan. Jadi apa yang kau bilang tadi?”
“Kalau kau ingin menutupi sesuatu, paling tidak berusahalah sampai akhir… tadi aku hanya coba bilang kalau perkembangan ini tuh sangat tidak terduga.”
Seperti biasa, percakapan antara Otto dan Subaru sangat tak jelas arahnya. Mungkin karena Otto sudah terbiasa dengan kelakuan Subaru, Otto tidak bereaksi sedramatis sebelumnya, dan hanya memberi balasan asal-asalan untuk menjelaskan apa yang dia bicarakan.
“Aku tak menyangka mereka akan melepaskan para penduduk semudah ini. Kami para pedagang punya peribahasa, 'Kau sebaiknya terus memegang semua kelemahan yang bisa kau pegang, untuk berjaga-jaga jika kau bisa menggunakannya nanti.'”
“Apa itu benar peribahasa milik para pedagang? Kau yakin itu bukan berasal dari para pejabat Edo yang korup? Kesanku terhadap pekerjaanmu menjadi jauh jauh jauh jauh lebih tidak jelas? Apa yang akan kau katakan untuk membela diri?”
Kalau dipikir-pikir, Subaru hanya punya sedikit ingatan di mana Otto bertingkah layaknya seorang pedagang. Itu adalah saat dimana dia membuat klaim tak jelas kalau dia sudah membeli terlalu banyak minyak, padahal faktanya, bisa saja dia hanya seorang penggila api. Bahkan sekarang, latar belakang orang yang mengaku pedagang ini pun masih cukup mencurigakan.
“Kenapa kau menatapku seolah aku ini orang yang mencurigakan?"
“Itu karena aku memang sedang menatap orang yang mencurigakan di sini. Apa kau benar-benar seorang pedagang? Aku tak ingat pernah melihatmu melakukan sesuatu yang mirip seperti seorang pedagang di hadapanku.”
“Bukankah kau yang memaksaku, melawan keinginanku, untuk menata dokumen dan buku kas yang penuh dengan informasi rahasia itu?! Apa kau mengalami amnesia!?”
“Tidak, bisa saja itu hanya upaya licikmu untuk meyakinkan seseorang yang menganggapmu mata-mata bahwa kau ini memang seorang pedagang. Kalau dipikiir-pikir lagi, kemungkinan besar kau ini adalah agen pihak musuh…..”
“Dengan logika aneh seperti itu, akan lebih mudah bagiku untuk menjadi seorang Dewa daripada meyakinkanmu akan ketidakbersalahanku, Natsuki-san.”
“Hey, Patrasche, kau dengar itu? Pria yang duduk di sampingku ini baru saja bilang kalau dia bisa menjadi Dewa… aku agak khawatir dengan keselamatanku.”
“Hah? Sial! Kenapa kau harus… aaah! Bahkan sekarang Patrasche-chan melihatku dengan tatapan kasihan! Sudah tolong hentikan!!”
Merespon suara Subaru, Patrasche mengeluarkan pekikan pendek. Mendengar hal ini, Otto jatuh ke dalam keputusasaan dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Nampaknya Patrasche juga mengemukakan pendapatnya sendiri tentang Otto. Di saat seperti ini, seseorang mungkin akan memilih untuk tidak memiliki Divine Protection “Anima-Wishpering”. Dan pada saat itulah,
“Kalian tak pernah berubah ke manapun kalian pergi, ya?"
Garfiel, yang berlari di samping kereta naga mereka, menyela percakapan Subaru dan Otto.
Rombongan kereta naga mereka menyusuri jalur khusus binatang yang melewati bagian tengah hutan, jadi mereka tidak melaju dengan kecepatan maksimal. Bahkan jika Subaru berlari dengan sekuat tenaganya, tidak mungkin dia bisa mengimbangi kecepatan kereta saat ini, namun Garfiel dengan mudahnya bisa menyusul dan mengiringi rombongan kereta para pengungsi.
Tak hanya tidak kehilangan nafas, Garfiel bahkan terus menghentak tanah dan melompat jauh di setiap loncatannya.
“Kau tahu, kau punya karisma seperti seseorang dari “Kisah Akhir Bakimu si Pengurus Kuda.”
“Bukankah idiom itu harusnya pendek dan jelas sebagai cara untuk mengungkapkan maksudmu kepada orang yang kau ajak bicara?..... Rasanya bahkan kita tidak punya percakapan yang sama disini.”
“Huh? Apa yang kau katakan tadi, sialan?!”
Garfiel mendenguskan hidungnya merasa jengkel, sementara Subaru hanya mengangkat bahunya menanggapi ekspresi agresif tersebut, dan mengatakan “Kalau dipikir-pikir”,
“Kau menawarkan diri untuk memandu kami keluar, tapi aku tidak melihatmu memandu kami. Bukankah ini seperti kau melalaikan tugasmu?”
“Aku tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Tapi naga tanah kalian sangat pintar, kan? Mereka baru lewat jalan ini sekali, tapi mereka sudah hapal dengan sempurna.”
“Yah, sangat wajar bagi gadisku Patrasche. Ini hal yang sangat mudah baginya. Hal-hal seperti melompati cincin api, berdiri di atas bola, mengendarai seped-… hey tunggu, Patrasche-san, kenapa kau meliuk-liuk?!”
Merespon klaim tidak senonoh Subaru tentang kemampuan akrobatiknya, Patrasche menunjukkan ketidaksukaannya dengan berlari zig-zag. Subaru yang melekat di kursinya, mulai membuat kegaduhan di atas kereta. Melihat semua ini, Garfiel mendengus “Apa sih yang kalian lakukan?”, dan melihat Otto yang berusaha mengendalikan tali kekang.
“Adik kecil ini barusan mengatakan sesuatu yang menarik. Sesuatu tentang 'keuntungan memegang kelemahan lawanmu'?”
“Yeah, dan kupikir itu memang benar. Aku secara pribadi tidak menganggap ini sebagai pola pikir yang bagus, tapi….. contohnya, lebih banyak sandera yang kau miliki, maka lebih banyak pilihan yang miliki untuk menggunakan mereka, kan? Seperti, jika kau ingin menciptakan keadaan bahaya, makin banyak sandera yang kau miliki, makin banyak pilihan yang bisa kau......”
“Oyoyoy! Ada keraguan serius apakah ‘adik kecil’ ini memang benar seorang pedagang. Dia pasti seseorang yang melakukan kejahatan besar dan terpaksa kabur ke negara lain!”
“Kenapa kau sangat yakin kalau aku ini seorang kriminal!?”
'Aku heran kenapa Otto selalu terpancing', Subaru memiringkan kepalanya, berpikir. Lalu, untuk menggerakan percakapan ini kembali ke jalurnya, “Bagaimanapun”, Subaru memulainya,
“Untuk saat ini, pada dasarnya, karena sebelumnya aku sudah membicarakan hal itu dengan Garfiel, dan aku memutuskan menerima syaratnya… karena itulah semuanya berjalan dengan lancar.”
“Menerima..... syaratmu?”
Karena Subaru terlihat tidak ingin membicarakannya, Otto mengajukan pertanyaan tersebut pada Garfiel. Garfiel menyeringai dengan gigi taringnya, sebelum membuka mulutnya untuk berbicara,
“Sederhana, kan? Daripada Hime-sama kita yang cengeng itu, teman kita Subaru pasti akan menyelesaikan sisa Ujian itu, dan membebaskan Sanctuary dengan cepat dan tepat!"
“Itu…”
Otto membelalakkan matanya mendengar perkataan Garfiel, sebelum melirik ke arah Subaru. Lalu, setelah membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, dia menggumam dengan tidak jelas,
“Apa kau yakin ini akan baik-baik saja, Natsuki-san?”
“Apa maksudmu dengan 'baik-baik saja’?”
“Kau sudah mengikuti Ujian itu, jadi bukan itu masalahnya… tapi maksudku, apa tak masalah merebut bagian Emilia-sama dalam semua urusan ini.”
Itu juga merupakan dilema Subaru. Meski Otto kesulitan mengolah kata-katanya, dia harus menunjukan inti masalah ini. Subaru mengernyit, namun Otto terus membahas masalah tersebut,
“Tentu saja, aku tidak tahu seperti apa Ujiannya, aku juga paham kalau Emilia-sama tidak melakukannya dengan baik. Tapi jika Emilia-sama ingin memenangkan Pemilihan Raja, dia itu membutuhkan dukungan dari orang-orang Sanctuary dan wilayah Roswaal, kan? Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan keduanya sekaligus, dan aku tak tahu apakah membuangnya begitu cepat akan….."
“Masalahnya adalah waktu… kita tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Ujian ini. Jika dalam kurun waktu itu pijakan Emilia runtuh, maka itu akan jadi contoh yang sempurna dari meletakkan kereta di depan kuda. Terlebih lagi Emilia sendiri..…”
“Jadi menurutmu dia sudah mencapai batasnya? Aku tidak setuju. Aku mungkin baru mengenalnya sebentar, tapi menurutku Emilia-sama itu adalah orang yang kuat. Memang setelah keluar dari Ujian pertama dia agak kacau, tapi selain itu dia mampu bertahan dengan sangat baik, kan?”
Mendengar pendapat Otto, Subaru menutup mulutnya rapat-rapat.
Memang dalam sudut pandang Otto, Subaru terlihat seperti menganggap remeh Emilia.
----Tapi apa yang tidak Otto lihat adalah, Emilia sudah berusaha sekuat tenaganya hanya untuk menjaga penampilannya kapanpun ada orang lain selain Subaru di sekitarnya.
Seperti saat dia mengantar keberangkatan Subaru di awal perjalanan kali ini. Kapanpun ada pihak ketiga yang terlibat, dia terlihat bisa menjaga sikap tenangnya seperti biasa.
Di sisi lain, saat hanya ada dia dan Subaru seorang, topengnya akan rontok seketika, dan dia akan kembali ke keadaannya yang menyedihkan seperti yang Subaru lihat pagi ini.
Dia bergantung pada Subaru— dan wajah aslinya bukanlah sesuatu yang bisa dilihat orang lain
Melihat Subaru menahan lidahnya, Otto ingin melanjutkan perkataannya. Namun, ada orang lain yang menyelanya,
“Sudah cukup. Kita akan segera melewati barrier Sanctuary. Aku tidak bisa pergi lebih jauh dari ini.”
“…... Hanya penasaran, tapi, apa yang akan terjadi jika kau mencoba memaksakan diri keluar melewati barrier?”
“Belum pernah mencobanya, jadi aku tak tahu, tapi kupikir akan sama seperti saat Hime-sama mu kehilangan kesadaran. Tapi itu tak penting.”
Senang melihat topiknya berubah, Subaru langsung menyambarnya, sementara Garfiel menoleh dan melompat ke udara. Tanpa suara sedikitpun, dia dengan gesit mendarat di atas kargo kereta naga milik Subaru, dan menunjuk ke arah dua orang yang berada di kursi kusir, yang mana sedang menolehkan kepala mereka ke belakang.
“Menurut syaratnya, setelah kau mengantar mereka, kau itu harus langsung berbalik dan kembali ke sini… Ah, ya, meski aku tak peduli dengan adik kecil yang duduk di sebelahmu itu.”
“Berhenti bercanda, tentu aku akan kembali. Bagaimanapun, aku masih belum sempat berbicara dengan Margrave Mathers!”
“Oh, Benarkah? Kau masih belum memperkenalkan diri?”
“Benar! Aku sudah meminta hal itu selama seminggu, tapi kapanpun aku datang, Ram-san selalu berkata ‘waktumu kurang tepat’ atau ‘dia sedang beristirahat’… dan terus mengusirku!”
Nafasnya kembang kempis dengan pundak naik turun karena amarah, mungkin Otto memang punya nasib yang malang ketika menyangkut penempatan waktu, tapi...
“Yah, itu mungkin disengaja. Semenjak Ujian dimulai, mereka juga selalu memberiku alasan asal-asalan agar aku tak bertemu dengannya.”
Subaru menggumamkan tebakannya dengan pelan.
Setelah mereka memulai Ujian, Subaru hampir tidak pernah bertemu Roswaal sama sekali. Selalu berdiri di antara mereka, Ram terus menolak Subaru tepat seperti yang dia lakukan pada Otto. Di permukaan, itu semua demi kesembuhan Roswaal, tapi itu jelas-jelas hanya sebuah kepura-puraan.
Bahkan, sejak Subaru pertama kali memberitahunya kalau dia mengikuti Ujian tersebut, nampaknya Roswaal mulai berhenti menerima tamu.
Subaru benar-benar tidak bisa melupakan perubahan ekspresi Roswaal, saat dia mendengar Subaru lulus dan Emilia gagal. Setidaknya, itu adalah pertama kalinya Subaru melihat ekspresi seperti itu dari Roswaal.
Dalam sekejap, wajah santai yang menempel pada muka badut itu rontok, dan di bawahnya— terdapat emosi yang bukan merupakan sebuah amarah ataupun kesedihan, tapi sesuatu yang lebih rumit.
“Jangan terlalu memikirkannya, yeah? Pokoknya, ketika kau kembali gunakan saja jalan yang sama. Kali ini aku akan berhati-hati agar tidak menyerang kalian, tapi jangan lupa kata sandinya."
“Kata sandi?”
“Kalau kau mengatakannya saat melintasi barrier, tak akan ada seorangpun yang menyerang kalian, mengerti? Kata sandinya adalah ‘Baira Baira di bawah Grimoire’”
“Huh, apa? ‘Baibai ke Grime’?”
Itu adalah kata sandi paling buruk yang pernah ada, menggunakan idiom yang tidak bisa dipahami.
Subaru mengerutkan dahinya. Sangat jelas siapa yang menciptakan sandi ini.
Garfiel berdiri di sana dengan bangga, seolah semua itu adalah hal yang wajar, sementara Otto dengan panik menuliskan sandi tersebut ke dalam memo. Menyerahkan tugas untuk mengingat hal-hal penting pada Otto, Subaru menghela nafas panjang, dan,
“Pokoknya, selama kami mengucapkannya, kami pasti bisa masuk kembali tanpa masalah, kan?”
“Aku bukan satu-satunya orang yang berpatroli, kau tahu. Ada orang lain yang jauh lebih buas daripada aku. Dari sudut pandang mereka, mungkin itu waktu yang sempurna untuk terus membuatmu berada di luar dan mencegahmu menyelesaikan Ujian.”
“….. Seingatku, kau sudah pernah mengatakan sesuatu seperti itu.”
Lewes adalah pimpinan faksi yang ingin terbebas dari Sanctuary. Namun ada juga faksi lain yang ingin tetap tinggal di Sanctuary.
Peringatan Garfiel tak lain adalah untuk mengingatkan mereka agar tidak lengah dan memberikan kesempatan pada faksi lain untuk memanfaatkan keteledoran mereka.
“Ok, mengerti. Terima kasih atas semua yang kau lakukan pada kami… Kurasa tak ada alasan untuk mengucapkan selamat tinggal, karena kita akan bertemu lagi setengah hari kemudian. Tapi, pokoknya ya, terima kasih.”
“Hanya melakukan tugasku dari si nenek tua itu, aku tak peduli sama sekali. Lebih penting lagi, uh…..."
Ketika Subaru berterima kasih padanya, Garfiel melambaikan tangannya mengabaikan Subaru, namun ucapannya terhenti ketika hendak menuju akhir. Melihat sesuatu yang tak sesuai dengan karakter Garfiel, Subaru pun mengernyit. Lalu, akhirnya, Garfiel melanjutkan “Uhhh”,
“Saat kau kembali ke mansion, apa si Frederica itu akan ada di sana?”
“Ya, harusnya ada. Ngomong-ngomong, kau sepertinya mengenal dia. Ada apa sebenarnya?”
“Kami punya hubungan yang rumit, itu saja. Tidak ada yang benar-benar ingin kubicarakan, hanya saja..…”
“Akan kusampaikan padanya kalau kau terus memikirkan dia. Mungkin dia juga akan meninggalkan pesan untukmu.”
“…Aku tak memintamu......"
Tiba-tiba mengalihkan pandangannya, seakan ingin kabur dari seringai Subaru, Garfiel melompat meninggalkan kereta. Dan saat dia mendarat di tanah, rombongan kereta naga pun melintasi barrier antara Sanctuary dan hutan. Meletakkan kedua tangannya di pinggang, Garfiel mengantar keberangkatan mereka sembari berteriak,
“Jangan pernah berpikir untuk lari, Subaru! Sebaiknya kau penuhi janjimu meski itu akan membunuhmu! Itu adalah syaratku membiarkanmu keluar dari sini!”
“Ya, jangan khawatir soal itu. Kekuatanku untuk memenuhi JANJI meningkat pesat belakangan ini!”
Membiarkan kata-kata perpisahan tersebut menggema ke seluruh hutan, dengan sebuah senyum, Subaru mengangkat tinjunya tinggi-tinggi ke arah sosok yang berada jauh di sana. Dan Garfiel, menyesuaikannya dengan balik mengangkat tinjunya.
Menyaksikan saat caravan tersebut menghilang di dalam bayang-bayang hutan, Garfiel terus berdiri disana dengan tangan mengepal ke udara.
.... Setelah melewati barrier dan keluar dari hutan, mereka sama sekali tidak mengalami masalah apapun selama sisa perjalanan.
Jika tidak ada yang menghalangi mereka, seharusya butuh waktu sekitar delapan jam perjalanan dari Sanctuary ke Mansion. Mereka berhenti dua kali untuk beristirahat, tapi karena penduduk desa ingin cepat kembali ke rumah mereka, mereka membuat istirahat mereka lebih singkat, dan memaksa diri untuk melanjutkan perjalanan.
Jadi, secara keseluruhan, saat ini adalah delapan jam kemudian ketika para pengungsi kembali ke desa Arlam. Berangkat di awal siang hari, ketika mereka tiba, sudah lewat beberapa jam setelah selubung malam menyelimuti seluruh dunia.
"Bokongku sakit karena terus duduk..... tapi tak terlalu buruk juga."
Turun dari kereta naga dan memutar pinggangnya, Subaru menghela napas lega.
Di seluruh desa saat malam hari, suara kegembiraan dan reuni terdengar, dan bahkan ada beberapa air mata kegembiraan yang tumpah di tengah-tengah mereka. Mengingat bencana yang telah menyerang desa ini, Subaru memutuskan kalau itu bukanlah reaksi yang berlebihan, dan tidak ada yang bisa mengejek mereka karena hal tersebut.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini, dengan kembalinya sisa penduduk, desa Arlam pun kembali hidup meskipun di saat malam hari. Penduduk desa yang sebagian besar dipenuhi kesuraman saat berada di dalam Sanctuary, kini semuanya menunjukkan senyum yang sama di wajah mereka.
Dan setengah penduduk lain yang telah menunggu mereka di desa, akhirnya lega melihat keluarga mereka kembali dengan selamat.
"Natsuki-san, apa kita akan kembali sekarang juga?"
Saat Subaru menyaksikan kerumunan tersebut dari kejauhan, Otto datang dengan berlari setelah berkeliling untuknya.
Membiarkan Otto mengatur napasnya, Subaru menggelengkan kepalanya dengan "Nah",
"Tidak perlu terburu-buru, kita bisa sedikit beristirahat sebelum kembali. Selain itu, aku harus singgah ke mansion untuk menjelaskan semuanya pada Frederica dan Petra."
"Aah, benar juga. Maksudku, aku juga punya beberapa hal yang perlu kudiskusikan dengan teman pedagangku."
"Mau mendiskusikan apa dengan teman pedagangmu?"
Otto menunjuk ke arah pemilik enam kereta naga yang berdiri di samping.
Mereka disewa untuk mengevakuasi para penduduk, namun berakhir menemui nasib sial dengan dipenjarakan di Sanctuary bersama para penduduk itu. Kini mereka telah dibebaskan, mereka, lebih dari apapun, merasa lega, tapi tatapan mereka ke Subaru....
"Aku pasti hanya berimajinasi, tapi, bukankah ini sebuah dunia paralel? Kenapa aku merasa kalau mata mereka memiliki simbol dolar di dalamnya?"
"Saat kami dipekerjakan dulu, syaratnya adalah pembelian barang-barang kami sekaligus kompensasi tambahan yang bisa dinegosiasikan nanti. Jadi aku ingin mengadakan sebuah diskusi tentang berapa banyak kompensasi yang akan kami minta. Aku tidak akan mengusulkan sesuatu yang keterlaluan, tapi tentu saja, melihat mereka dibebani situasi penyanderaan tersebut...... itu mungkin akan sedikit mahal, jadi bersiaplah."
"Yah, ini tidak seperti dompetku akan dijarah. Selama kau menggunakan keleluasaan yang tepat, tak buruk juga melihat wajah Ros-chi menjadi pucat sekali-sekali?"
"Itulah Natsuki-san ku! Kau benar-benar paham!"
Menepukkan tanganya, Otto dengan gembira berjalan ke arah teman pedagangnya.
Mendengar kabar baik yang dibawa oleh Otto, sorak-sorai para pedagang menggema melewati desa di malam hari. Entah kenapa, Subaru merasa seolah perayaan mereka terdengar lebih bahagia dibandingkan para penduduk yang sedang bereuni, tapi ia memutuskan untuk mengesampingkan hal tersebut dan meluruskan tubuhnya.
Bagaimanapun, untuk saat ini harusnya tidak ada masalah di desa. Otto akan mengurus tuntutan para pedagang, dan Roswaal akan berakhir menanganinya nanti. Sedikit menantikan ekspresi apa yang akan muncul di wajah Roswaal ketika ia melihat tagihannya, Subaru bergerak menuju Mansion
Setelah berjalan selama lima belas menit dari desa Arlam - di ujung jalan Subaru, berdiri mansion Roswaal yang sepi.
Dalam kegelapan malam, hanya lampu mansion yang menegaskan keberadaan mereka dengan kontur bayangannya, memberikan tempat tersebut aura mencekam jika dilihat dari kejauhan pada saat jam-jam setelah matahari terbenam.
Subaru memperhatikan hal tersebut saat ia berdiri di depan gerbang sambil melamun menatap mansion. Wajar saja, sebagian besar lampu mansion mati, dan hanya ada cahaya dari aula masuk dan kamar pelayan. Sekaligus ruangan di lantai teratas.... yang mana pasti, adalah kantor milik Roswaal.
"Otto sudah menata semua lembar kerjanya, tapi setelah seminggu, pasti sudah menumpuk lagi."
Frederica, maid yang bisa segalanya, tidak mungkin akan kalah dengan Otto saat melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mengelola lembar kerja, tapi itu bukan satu-satunya tugas yang harus dia urus. Bahkan dengan bantuan Petra, merawat seluruh mansion itu membutuhkan usaha yang tidak sedikit.
Dari fakta bahwa dia masih bekerja di kantor saat tengah malam begini, kau bisa membayangkan banyaknya tugas yang harus dia lakukan.
"Bagaimanapun caranya, aku pasti akan menyeret si Otto itu lebih dalam lagi ke masalah ini, dan mempekerjakan dia seperti keledai sebagai mesin-lembar kerja-faksi-Emilia. Aku pasti akan membuatnya menjadi robot kantor resmi."
Sambil memikirkan plot untuk menjebak pemuda yang memiliki pipi longgar dan mendambakan uang banyak, yang mana saat ini berada di desa itu, Subaru membuka gerbang dan memasuki halaman mansion.
Berjalan ke arah pintu masuk, Subaru mengetuk pintu dengan tangan yang dibentuk menyerupai elang,
"Maaf karena bertamu di tengah malah begini. Aku dari Departemen Pemadam Kebaka~ran."
Memberikan ketukan tajam yang bergema ke seluruh malam, Subaru meneriakkan panggilan yang sesuai dengannya seperti biasa.
Omong-omong, bagaimana orang-orang di dunia ini menangani kebakaran dan bencana, sih? Subaru memiringkan kepalanya, bertanya-tanya soal pertanyaan tak berguna ini. Tapi,
"Tidak ada jawaban."
Dan di sini, Subaru pikir Frederica akan langsung meresponnya, cepat bagaikan angin, namun melihat hal itu tidak terjadi, Subaru menjatuhkan bahunya.
Setelah beberapa saat, Subaru memutuskan bahwa tak ada siapapun yang akan datang dan menyerah menunggu. Lalu, dengan anggun mendorong pintu itu,
"Oooo ~ oy, aku pu~~ lang. Makan! Mandi! Tidur!!"
Dan meneriakkan tiga perintah tersebut seolah dia itu pemilik tempat ini, Subaru menunjukan sebuah pose. Tapi tetap tidak ada balasan.
Merasakan sensasi nostalgia dengan berjalan di sepanjang lantai dalam keheningan yang canggung, sendirian, Subaru menaiki tangga.... menuju ke tempat pelayan untuk mencari Petra.
"Frederica mungkin ada di kantor. Aku akan pergi mencari Petra dulu...... lalu, aku juga harus mencari Beako."
Satu per satu, ketiga orang yang masih tinggal di mansion muncul di pikiran Subaru.
Mengesampingkan Petra yang cepat dewasa ataupun Frederica yang kurang ajar, reuni yang harus Subaru siapkan adalah saat dengan Loli Berambut-Bor itu.
Cara mereka berpisah yang terakhir itu sungguh sebuah cara berpisah yang sangat tepat.
Tanpa memberikan jawaban apapun atas pertanyaan vitalnya, Beatrice mengusir Subaru keluar, menangis, dengan ekspresi penuh kesedihan.
"Aku harus minta maaf..... tapi itu akan jadi agak aneh. Aku merasa tidak melakukan sesuatu yang salah....."
Meski begitu, Subaru punya perasaan kalau sesuatu pasti akan berubah jika ia bertemu dengannya lagi dan berbicara.
Selain itu, Subaru juga merasa dirinya telah sedikit berkembang dengan mengucapkan selamat tinggal pada masa lalunya. Dengan keadaan pikirannya yang sekarang, mungkin dia mampu menghadapi Beatrice dengan cara yang sedikit berbeda dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.
Dan begitulah,
"Yang pertama itu hanya pertempuran kecil..... well, begitulah cara orang memikirkannya."
Subaru mengetuk pintu, dan langsung membukanya seakan ingin mengejutkan orang yang ada di dalam, tapi dia sekali lagi menjatuhkan bahunya.
Masuk pada saat pemiliknya berganti pakaian - bukanlah sesuatu yang ia harapkan mempertimbangkan targetnya adalah seorang gadis kecil, tapi hal seperti itu terjadi, karena tidak ada seorangpun di dalam ruangan tersebut.
Ini adalah kamar yang didekor menurut selera Petra, dihiasi dengan barang-barang kecil nan lucu, sekaligus ditata rapi dan teratur..... namun pemiliknya tak ditemukan di manapun.
Di dalam kamar yang diterangi oleh lampu kristal, Subaru memiringkan kepalanya,
"Pergi tanpa mematikan lampu, tidak nampak seperti sesuatu yang akan dilakukan oleh gadis yang bisa diandalkan seperti Petra...... jika dia tidak ada di sini, mungkin dia sedang belajar di kantor?"
Mungkin saja, jika Frederica yang spartan itu terlibat di dalamnya.
Sebagai tambahan dalam pekerjaannya, Frederica mungkin juga mengajari Petra pekerjaan kantor untuk mengubahnya menjadi maid yang bisa segalanya. Ini akan sangat membantu, tapi karena Petra sudah menyalip Subaru dalam pekerjaan rumah tangga, jika dia juga menyalip Subaru dalam pekerjaan kantor, maka Subaru takkan punya tempat yang bisa dituju.
"Tidaktidaktidak, dia bahkan belum bisa mengerjakan semua tugas aritmatikanya, aku masih memiliki keuntungan! Jangan remehkan pendidikan wajib Jepang modern!"
Menggumamkan hal tersebut sambil berjalan menaiki tangga menuju ke lantai teratas - ia tiba di sebuah pintu ganda yang ada di tengah-tengah koridor, dan, berdeham sekali lagi, ia mengetuk pintu,
Suara berat menggema keluar, dan tentunya itu dikirim ke dalam ruangan. Tapi tidak ada jawaban,
"......"
Ini semua terlalu aneh. Subaru mengumpulkan kewaspadaannya yang mana sekarang telah meningkat ke tingkat yang berbeda. Berusaha menutupi perasaan ini dengan beberapa humor ringan, Subaru mengarahkan tatapannya menyusuri koridor dari ujung ke ujung, dan kemudian, ke pintu kantor itu sendiri. Dia menyandarkan telinganya ke pintu untuk mendengar apa yang ada di dalam, tapi tidak ada suara apapun yang datang dari pintu tebal nan berat tersebut. Tidak ada lagi yang bisa dia dapatkan jika dia terus berada di luar.
---- Kamar Petra tidak menunjukkan tanda-tanda dikacaukan seseorang. Kamar itu tersusun rapi, dan tempat tidurnya ditata seolah dia baru saja bersiap-siap untuk tidur.
Mansion pun juga sama, paling tidak di permukaannya, dan nampaknya tidak ada apapun yang tidak beres. Dibersihkan dan ditata dengan ketelitian yang hanya dimiliki oleh Frederica, tak ada setitik pun debu yang tersisa di kusen jendela.
Jadi, kewaspadaan Subaru meningkat hanya karena ia tidak melihat salah satu gadis itu.
"..... hu."
Subaru dengan pelan mendorong pintu, dan mereka terbuka tanpa suara.
Sesaat setelahnya, cahaya membanjir keluar dari dalam ruangan ke arah koridor, dan mengandalkan cahaya itu, Subaru mengamati bagian dalam ruangan. Ada meja kayu eboni, dan kursi kulit. Dari arah rak buku yang ada di dinding, angin datang berhembus..... Jendela saat ini tertutup. Tapi dia bisa merasakan angin dingin bertiup. Berdasarkan intuisinya, ia tahu kalau ada sesuatu yang aneh.
Menyusuri lantai saat ia menyusup masuk ke dalam ruangan, Subaru mengikuti arah angin tersebut... dan melihatnya.
Rak buku yang ada di belakang ruangan, bergeser ke samping, menampakkan sebuah pintu tersembunyi yang terpasang pada dinding. Di baliknya, ada tangga spiral yang membentang ke bawah, jauh, jauh, jauh dari pandangan.
"Benar. Ada jalan rahasia di sini. Aku ingat, aku ingat."
Itu ada di pengulangan sebelumnya.
Putus asa setelah menyaksikan penduduk desa Arlam dibantai di tangan para Pemuja Penyihir dan setelah menemukan mayat Rem dan Ram di sekitaran mansion, ketika pikirannya nyaris hancur, Subaru tiba di sini.
Lalu, melewati jalan rahasia ini ke bawah tanah, di sana.....
"Aku dibekukan oleh Puck, kurasa."
Tidak ada cara untuk memastikannya. Tapi dia bisa mengingat dengan jelas tubuh beku milik para Pemuja Penyihir yang mengejar Emilia sampai ke jalan ini, sekaligus akhir yang sama bagi dirinya, dan diikuti oleh Return-by-Death.
Setelah itu, tanpa memperhatikan pentingnya hal ini, ia bahkan lupa untuk memastikan keberadaan lorong bawah tanah tersebut.
"Tapi kenapa sekarang......"
Jika jalan ini dipakai, setidaknya itu berarti ada hal yang membuat mereka harus mengungsi.
Sedangkan orang yang mungkin menggunakannya, bisa saja seseorang di mansion yang tahu keberadaan jalan ini - kemungkinan Frederica. Jika dia dan Petra melarikan diri melalui jalan ini, itu akan jadi penjelasan yang paling sederhana. Tapi pertanyaannya adalah,
"Mereka melarikan diri dari apa??"
Secerdas apapun Frederica, dia pasti punya alasan yang masuk akal untuk membuat keputusan ini.
Karena tidak ada tanda-tanda serangan di dalam mansion, dia pasti mendeteksi bahaya yang mendekat. Berpikir hingga ke titik ini, kata “Pemuja Penyihir” terlintas di pikiran Subaru, tapi ia segera menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran tersebut.
"Jika utu yang terjadi, terlalu tidak wajar jika Frederica tidak meninggalkan satupun catatan. Selain itu, penduduk di desa Arlam juga tidak melihat apapun...... jika itu sesuatu yang berbahaya seperti Pemuja penyihir, Frederica pasti akan melakukan sesuatu untuk mencegah warga desa terlibat di dalamnya."
Paling tidak, dukungan Frederica terhadap Roswaal yang menyokong Emilia tidak perlu dipertanyakan. Jika demikian, maka Frederica pasti akan melakukan yang terbaik untuk mengambil langkah-langkah optimal untuk menangani situasi ini. Jika penduduk desa tidak tahu mengenai hal ini, maka tidak mungkin ini ulah Pemuja Penyihir.
Bagaimanapun,
"Frederica dan Petra mungkin sudah meninggalkan Mansion...... kalau begitu, aku akan...."
Untuk sesaat, Subaru ingin memasuki jalan tersebut untuk menemui Frederica dan Petra, tapi apa yang menghentikan langkahnya adalah gadis yang namanya tidak terlintas dalam pikiran Subaru hingga saat ini.
Jika Frederica sudah menilai kalau mereka harus meninggalkan mansion ini sebelumnya, pasti, mereka juga akan membawa Rem bersamanya.
Di sisi lain, ada juga,
"Sejauh yang aku tahu, Beatrice bukan tipe anak yang bisa membaca suasana..."
Ada pula Loli berambut-Bor kurang ajar, yang pasti akan menolak usulan Frederica.
Dia pasti akan mengurungnya dirinya di dalam Perpustakaan Terlarang, dan bersikeras bahwa dia akan baik-baik saja apapun yang terjadi, menepis semua kekhawatiran dan keprihatinan mereka, pada akhirnya, tanpa diragukan lagi, dia akan duduk di sana sendirian dengan ekspresi kesepian di wajahnya. Karena Subaru tahu pasti akan hal ini,
"Aku akan menariknya keluar......."
Jika tidak ada orang lain yang bisa membawanya keluar, maka Subaru akan melakukannya sendiri.
Tidak peduli seberapa kuat dia percaya pada keamanan bentengnya.
Mengetahui bahwa bahaya sedang mendekati tempat ini, tak mungkin Subaru bisa meninggalkan seorang gadis kecil sendirian
"Dan karena aku telah memantapkan pikiranku...."
Membalik punggungnya ke arah jalan rahasia itu, Subaru menarik napas tajam, dan berlari keluar kantor.
Cara yang paling ampuh untuk menemukan Beatrice adalah membuka setiap pintu yang ada di mansion dari ujung ke ujung, tapi bagi Subaru, entah di mana, entah bagaimana, dia punya firasat kalau pintu itu adalah pintu yang tepat, Dan dengan cukup yakin, dia akan menemukan Beatrice di sisi lain pintu tersebut.
Jadi, mulai dari pintu yang ada di lantai paling atas....
"T-tt??"
Kaki yang baru ia ayunkan saat melangkah, tersandung sesuatu, dan Subaru berguling ke lantai.
Sebuah awal yang agak memalukan, adalah hal pertama yang terlintas di pikirannya. Tersandung setelah bertingkah sok keren adalah sesuatu yang tidak dia inginkan.
Mendorong tangannya ke arah karpet yang ada di koridor, Subaru menoleh untuk melihat apa yang membuatnya tersandung. Dan dia melihat, sedikit di depan pintu kantor, sesuatu terjatuh di lantai.
Berwarna merah muda, dan sangat panjang, membentang beberapa langkah hingga ke kaki Subaru. Mengikutinya dari sana, jika kau bertanya di mana benda itu akan berujung, maka tak akan sulit untuk menebaknya.
---- Benda itu adalah sesuatu yang tercecer keluar dari sisi perut Subaru yang terbuka.
".....ha?"
Sisi kiri jaketnya dipotong dengan sangat rapi, dan isi perutnya yang berwarna merah muda tumpah melalui celah tersebut.
Mereka terseret di sepanjang jalan mulai dari pintu hingga mencapai kaki Subaru, berserakan. Dengan kata lain, entah di mana, perutnya telah dirobek tanpa dia sadari, atau sesuatu seperti itu
".....oughbh."
Saat ia memahami hal ini, gumpalan darah mencekik tenggorokannya, saat pandangannya mulai diwarnai dengan warna merah.
Dia mencoba menggunakan jari-jarinya untuk mendorong organ-organ yang tercecer keluar kembali ke tempatnya berasal, tapi, kehabisan tenaga, lututnya roboh mulai dari bawah. Tidak dapat menahan tubuhnya, Subaru pun tergeletak ke lantai.
Dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Sesungguhnya, dia malahan baru saja mulai berlari....
"Bukankah aku sudah memberitahumu? Bukankah kita sudah berjanji?"
Tiba-tiba, Subaru mendengar sebuah suara.
Di depan, di atas kepala Subaru yang jatuh, seseorang berbicara.
Dia tidak punya kekuatan untuk mengangkat kepalanya. Kesadarannya berusaha mati-matian menarik kembali usus yang keluar, darah yang menyembur, dan dunia yang menjauh pergi.
Panas tubuhnya menurun dengan sangat cepat. Di setiap batuknya, gumpalan darah yang menyumbat tenggorokannya terciprat ke wajah, dan, dengan mata yang mulai kabur, Subaru berusaha keras berpegang pada dunia ini.
“Ini adalah akhir”, nalurinya mengatakan hal tersebut.
Di suatu tempat di hatinya, Subaru mengerti hal ini, tapi, “Subaru tidak bisa berakhir seperti ini”, dia balik membantah.
Jika dia tidak mempelajari sesuatu, maka dia tidak bisa membiarkan ini berakhir. Satu hal saja, apa saja, jangan biarkan hal ini berakhir sampai kau belajar sesuatu. Sesuatu, sesuatu sesuatu sesuatu sesuatu sesuatu.
Suara langkah kaki terdengar. Sebuah bayangan hitam berdiri di tengah koridor yang ternodai oleh warna merah dari darah Subaru.
Pakaian hitam. Langsing. Rambut hitam. Melihat Subaru dengan mata penuh kasih sayang, dengan mata penuh nafsu.
Memproses hal ini dalam pikirannya dan mengingat sensasi dari “Perut yang Robek”, Subaru akhirnya paham,
Itu bukan Pemuja Penyihir, melainkan ancaman yang begitu nyata. Dia adalah....
".....bahwa hingga saat kita bertemu selanjutnya, kau akan merawat perutmu?"
Sebuah pernyataan cinta yang sungguh menyimpang.
Subaru memahaminya dengan sangat pasti..... saat kesadarannya mulai memudar.
Pudar, pudar, pudar, gelap, gelap, dan gelap, sampai,
Pada akhirnya semuanya lenyap.... dan di mulai dari awal lagi.
-----Tirai Death-Loop keempat pun tersibak.
“Aku tahu~ Aku paham. Gezz Subaru, kau tak perlu khawatir. Aku akan menurut dan istirahat hari ini, seperti yang kau bilang.”
Bibir Emilia cemberut saat mengatakan hal tersebut, dia mendongak menatap Subaru yang berada di atas kereta. Subaru tersenyum kecut melihat tingkah jenaka nan manis milik Emilia, dan berusaha menyembunyikan rasa sakit yang ada di hatinya.
Saat ini, adalah saat di mana siang sebentar lagi tiba di hari yang sama ketika percakapannya dengan Garfiel, dan beberapa jam telah berlalu sejak Subaru mengunjungi Emilia di kamarnya.
“Natsuki-san, kami sudah siap. Kau hanya tinggal memberi perintah."
“Oooh, cepat sekali. Kecepatan yang bisa membuatmu lari dari kota setelah melakukan tindakan keji ini memang sungguh mengagumkan. Mulai sekarang, apa aku akan memanggilmu ‘Otto si Pelari Malam’?”
“Aku tak tahu ‘Pelari Malam’ itu maksudnya apa, tapi aku hampir yakin kalau itu adalah sesuatu yang buruk, dan aku takut aku harus dengan tegas menolaknya.”
Otto memanyunkan bibirnya cemberut dan mulai menatap Subaru dengan tatapan jijik, sementara Subaru hanya membalasnya dengan sebuah senyum kecut.
Melihat di belakang Otto, kau bisa menemukan kereta naga milik rombongan Subaru berjejer di sepanjang jalan.
Berjumlah total enam kereta— mereka dapat menampung hingga 42 penumpang, yang mana merupakan jumlah total pengungsi dari desa Arlam. Jika kau tak menghitung satu tambahan pedagang pengelana yang kebetulan ikut, maka semuanya berjumlah segitu.
“Yang benar saja, ini nyaris membuatku kecewa melihat betapa mudahnya mereka menyetujui ide ini… Jujur, aku sudah siap menghadapi sedikit perlawanan.”
“Itu karena Barusu diam-diam bernegosiasi dengan Garf tanpa sepengetahuan orang lain sebelumnya, kan? Kau tahu bahwa Lewes-sama dapat diajak berunding, jadi selama Garf tidak mengganggu negosiasimu, maka tak akan ada masalah.”
Saat Subaru sibuk menggaruk lehernya, Ram, terbalut busana maid-nya, melontarkan kata-kata tersebut pada Subaru dari bawah kereta. Di balik rambut merah mudanya, dia mendongak menatap Subaru dengan tatapan remehnya yang biasa.
“Ram ingin mengajukan komplain soal bagaimana kau tidak membebaskan Roswaal-sama, tapi…..”
“Karena dia adalah SANDERA DARI SEMUA SANDERA, menurutku dia lebih cocok berada di sini. Meski kau ingin aku bernegosiasi demi dirinya, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan pada mereka. Melihat hasilnya, membuat mereka melepaskan para penduduk desa itu sudah jadi sebuah pencapaian besar, jadi tolong mengertilah!”
“… kerja bagus, bagi seorang Barusu, hanya itu yang bisa kukatakan. Sekarang berterima kasihlah pada Ram!”
“Kenapa aku merasa akan kalah jika berterima kasih padamu di sini?”
Saat langit dan bumi bergetar melihat Ram mengakui keberhasilan Subaru, Subaru mengalihkan pandangannya ke arah Emilia, yang sedang gugup di samping Ram.
Terdapat keresahan dan kemuraman di dalam mata ungunya, namun saat dia menyadari tatapan Subaru, dia dengan cepat mengusir semua perasaan itu.
“Terima kasih… Kau tahu, jika kau tidak maju dan mengatakan sesuatu, kupikir aku takkan sadar apa yang terjadi.”
“Emilia-tan itu sudah punya peran yang cukup penting sebagai Emilia-tan. Semua yang terjadi di sekitarmu, kau bisa serahkan semuanya pada kami. Kau hanya punya satu tugas besar, yaitu fokus pada satu tujuan. Dan kami akan mengurus yang lainnya, jadi jangan khawatir.”
Melihat Subaru menepuk dadanya dengan kuat, Emilia menutupi mulutnya, tapi tetap tak bisa menahan tawanya. Lalu, sembari menyeka air mata yang tertampung di matanya, dia mengangguk dengan “Enn”, dan,
“Aku mengerti. Kuserahkan padamu, Subaru. Dan…”
“Aku tahu, aku tahu. Jangan khawatir, setelah aku mengantar semuanya ke desa, aku pasti akan langsung kembali padamu. Tentu saja, aku juga bisa memakai kesempatan ini untuk mengambil boneka binatang kesayanganmu yang mungkin tertinggal di Mansion?”
“Aku terlalu dewasa memainkan semua benda itu. Dan juga, aku tak memintamu untuk kembali dengan cepat. Walau tentu saja, aku akan lebih senang jika kau cepat kembali…...”
“Lalu, apa maksudmu?"
“..... Kembali dengan selamat. Tentu saja, lebih cepat lebih baik, tapi aku akan lebih senang jika kau kembali dengan selamat."
“AAAGH, hatiku!”
Menggeliat-geliut selama beberapa detik, dipenuhi dengan rasa sakit CINTA di dadanya, Subaru menutupi hatinya yang sedang dimabuk cinta dengan menggunakan kedua tangannya, dan jatuh ke belakang. Emilia memiringkan kepalanya bingung, tapi Subaru, masih sibuk terengah-engah, mengulurkan telapak tangannya ke arah Emilia.
“Ok, ok, aku mengerti. Cepat dan selamat, aku janji aku pasti akan kembali ke sampingmu. Kecuali kau ingin janji jari kelingking juga?”
“Hal yang kau lakukan dengan Petra soal apa yang akan terjadi jika kau berbohong itu?.... Tentu, ayo kita lakukan.”
“Oooough, sungguh terang-terangan.”
Emilia maju satu langkah ke depan, dan Subaru belutut agar bisa sejajar dengannya. Dan begitulah, Subaru dari atas kereta, dan Emilia berdiri di bawah, mereka menautkan jari kelingking mereka. Lalu, merapalkan mantra tradisional, mereka menyegel janji mereka saat jari mereka terpisah.
Untuk beberapa saat, Emilia memandang jarinya yang baru saja terpisah dengan jari Subaru, lalu, dengan mata ungunya, dia menatap ke arah Subaru,
“Subaru. Bagi pengguna roh, janji itu...…”
“Sangat penting, kan? Aku sadar akan kesalahanku dan sudah tahu akibatnya. Jadi aku tidak akan pernah ingkar janji lagi pada Emilia-tan. Selain itu, jika memungkinkan aku juga akan berusaha menepati janjiku dengan orang lain. Kuharap kau bisa menerimanya.”
“Hmm, kupikir aku akan menerimanya.”
Senyum merekah di wajah Emilia. Dan, setelah memastikan hal ini, Subaru menegakkan kakinya, meregangkan badan, berbalik, mendongak, dan mengangkat kedua tangannya ke udara,
“Baiklah, ayo kita mulai perjalanan ini! Tujuan : Desa Arlam! Total penumpang: 44 orang! Yang kita lakukan ini adalah perjalanan besar, aku akan mengandalkan kalian semua mulai dari sini!”
Serangkaian sorakan terdengar menanggapi teriakan Subaru, dan begitulah, perjalanan besar mereka pun dimulai.
---- Setelah kemenangan sulit yang diraih melalui negosiasi, para sandera yang telah terbebas pun mulai berkendara menuju rumah mereka.
XxxxX
Setelah dia menyimpulkan percakapannya dengan Garfiel, sembari menjaga Emilia yang tertidur, Subaru membuat sebuah keputusan— bahwa dia akan menerima syarat Garfiel, dan bernegosiasi untuk melepaskan para sandera dari Sanctuary.
Setelah membaringkan Emilia di ranjang, Subaru menunggu semuanya untuk bangun sebelum mengumpulkan seluruh pemain inti ke dalam rumah Lewes, tempat dimana dia berencana menjelaskan sarannya.
Mengingat pertarungan verbalnya dengan Garfiel, Subaru mengira akan mendapat tentangan yang cukup banyak.
---- Namun pada kenyataannya, Lewes tak melakukan apapun selain menyetujui saran Subaru di sepanjang negosiasi. Alih-alih menentangnya, Lewes malah menawarkan beberapa kelonggaran tambahan. Alhasil, semua berjalan tepat seperti apa yang Subaru harapkan, tapi tetap saja, dia tak bisa menyingkirkan perasaan kalau hal ini begitu berbeda dengan apa yang dia kira.
Setelah itu, saat Emilia terbangun, Subaru menjelaskan semua yang telah terjadi, dia juga memberikan penjelasan yang sama kepada para pengungsi di Katedral. Para penduduk awalnya terkejut dan ragu, namun saat mereka paham kalau mereka diizinkan untuk pulang dengan selamat, Subaru senang melihat mereka begitu gembira.
Meski sebenarnya Subaru adalah alasan mereka terjebak dalam situasi ini, saat dia mengumumkan bahwa mereka diizinkan pulang, semua penduduk desa langsung menghujaninya dengan ucapan terima kasih, yang mana terasa sedikit memalukan. Dan usai semua itu, tibalah saatnya mewujudkan rencana tersebut.
“Tapi harus kuakui, ini sangat tidak terduga.”
Orang yang mengatakan hal itu adalah Otto, yang mana sedang memegang tali kekang di sebelah Subaru.
Sama seperti saat perjalanan menuju Sanctuary, kereta naga mereka ditarik oleh naga tanah, Patrasche dan Furufu, hanya saja, kali ini, Subaru duduk di samping Otto yang berada di kursi kemudi.
“Nnnuh?”
“Kau barusan tertidur, kan?”
“Aku hanya sedang berpikir keras tadi, jangan berbicara seolah aku ini menyembunyikan sesuatu. Pokoknya, aku hanya setengah sadar jadi aku tak mendengar apa yang kau katakan. Jadi apa yang kau bilang tadi?”
“Kalau kau ingin menutupi sesuatu, paling tidak berusahalah sampai akhir… tadi aku hanya coba bilang kalau perkembangan ini tuh sangat tidak terduga.”
Seperti biasa, percakapan antara Otto dan Subaru sangat tak jelas arahnya. Mungkin karena Otto sudah terbiasa dengan kelakuan Subaru, Otto tidak bereaksi sedramatis sebelumnya, dan hanya memberi balasan asal-asalan untuk menjelaskan apa yang dia bicarakan.
“Aku tak menyangka mereka akan melepaskan para penduduk semudah ini. Kami para pedagang punya peribahasa, 'Kau sebaiknya terus memegang semua kelemahan yang bisa kau pegang, untuk berjaga-jaga jika kau bisa menggunakannya nanti.'”
“Apa itu benar peribahasa milik para pedagang? Kau yakin itu bukan berasal dari para pejabat Edo yang korup? Kesanku terhadap pekerjaanmu menjadi jauh jauh jauh jauh lebih tidak jelas? Apa yang akan kau katakan untuk membela diri?”
Kalau dipikir-pikir, Subaru hanya punya sedikit ingatan di mana Otto bertingkah layaknya seorang pedagang. Itu adalah saat dimana dia membuat klaim tak jelas kalau dia sudah membeli terlalu banyak minyak, padahal faktanya, bisa saja dia hanya seorang penggila api. Bahkan sekarang, latar belakang orang yang mengaku pedagang ini pun masih cukup mencurigakan.
“Kenapa kau menatapku seolah aku ini orang yang mencurigakan?"
“Itu karena aku memang sedang menatap orang yang mencurigakan di sini. Apa kau benar-benar seorang pedagang? Aku tak ingat pernah melihatmu melakukan sesuatu yang mirip seperti seorang pedagang di hadapanku.”
“Bukankah kau yang memaksaku, melawan keinginanku, untuk menata dokumen dan buku kas yang penuh dengan informasi rahasia itu?! Apa kau mengalami amnesia!?”
“Tidak, bisa saja itu hanya upaya licikmu untuk meyakinkan seseorang yang menganggapmu mata-mata bahwa kau ini memang seorang pedagang. Kalau dipikiir-pikir lagi, kemungkinan besar kau ini adalah agen pihak musuh…..”
“Dengan logika aneh seperti itu, akan lebih mudah bagiku untuk menjadi seorang Dewa daripada meyakinkanmu akan ketidakbersalahanku, Natsuki-san.”
“Hey, Patrasche, kau dengar itu? Pria yang duduk di sampingku ini baru saja bilang kalau dia bisa menjadi Dewa… aku agak khawatir dengan keselamatanku.”
“Hah? Sial! Kenapa kau harus… aaah! Bahkan sekarang Patrasche-chan melihatku dengan tatapan kasihan! Sudah tolong hentikan!!”
Merespon suara Subaru, Patrasche mengeluarkan pekikan pendek. Mendengar hal ini, Otto jatuh ke dalam keputusasaan dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Nampaknya Patrasche juga mengemukakan pendapatnya sendiri tentang Otto. Di saat seperti ini, seseorang mungkin akan memilih untuk tidak memiliki Divine Protection “Anima-Wishpering”. Dan pada saat itulah,
“Kalian tak pernah berubah ke manapun kalian pergi, ya?"
Garfiel, yang berlari di samping kereta naga mereka, menyela percakapan Subaru dan Otto.
Rombongan kereta naga mereka menyusuri jalur khusus binatang yang melewati bagian tengah hutan, jadi mereka tidak melaju dengan kecepatan maksimal. Bahkan jika Subaru berlari dengan sekuat tenaganya, tidak mungkin dia bisa mengimbangi kecepatan kereta saat ini, namun Garfiel dengan mudahnya bisa menyusul dan mengiringi rombongan kereta para pengungsi.
Tak hanya tidak kehilangan nafas, Garfiel bahkan terus menghentak tanah dan melompat jauh di setiap loncatannya.
“Kau tahu, kau punya karisma seperti seseorang dari “Kisah Akhir Bakimu si Pengurus Kuda.”
“Bukankah idiom itu harusnya pendek dan jelas sebagai cara untuk mengungkapkan maksudmu kepada orang yang kau ajak bicara?..... Rasanya bahkan kita tidak punya percakapan yang sama disini.”
“Huh? Apa yang kau katakan tadi, sialan?!”
Garfiel mendenguskan hidungnya merasa jengkel, sementara Subaru hanya mengangkat bahunya menanggapi ekspresi agresif tersebut, dan mengatakan “Kalau dipikir-pikir”,
“Kau menawarkan diri untuk memandu kami keluar, tapi aku tidak melihatmu memandu kami. Bukankah ini seperti kau melalaikan tugasmu?”
“Aku tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Tapi naga tanah kalian sangat pintar, kan? Mereka baru lewat jalan ini sekali, tapi mereka sudah hapal dengan sempurna.”
“Yah, sangat wajar bagi gadisku Patrasche. Ini hal yang sangat mudah baginya. Hal-hal seperti melompati cincin api, berdiri di atas bola, mengendarai seped-… hey tunggu, Patrasche-san, kenapa kau meliuk-liuk?!”
Merespon klaim tidak senonoh Subaru tentang kemampuan akrobatiknya, Patrasche menunjukkan ketidaksukaannya dengan berlari zig-zag. Subaru yang melekat di kursinya, mulai membuat kegaduhan di atas kereta. Melihat semua ini, Garfiel mendengus “Apa sih yang kalian lakukan?”, dan melihat Otto yang berusaha mengendalikan tali kekang.
“Adik kecil ini barusan mengatakan sesuatu yang menarik. Sesuatu tentang 'keuntungan memegang kelemahan lawanmu'?”
“Yeah, dan kupikir itu memang benar. Aku secara pribadi tidak menganggap ini sebagai pola pikir yang bagus, tapi….. contohnya, lebih banyak sandera yang kau miliki, maka lebih banyak pilihan yang miliki untuk menggunakan mereka, kan? Seperti, jika kau ingin menciptakan keadaan bahaya, makin banyak sandera yang kau miliki, makin banyak pilihan yang bisa kau......”
“Oyoyoy! Ada keraguan serius apakah ‘adik kecil’ ini memang benar seorang pedagang. Dia pasti seseorang yang melakukan kejahatan besar dan terpaksa kabur ke negara lain!”
“Kenapa kau sangat yakin kalau aku ini seorang kriminal!?”
'Aku heran kenapa Otto selalu terpancing', Subaru memiringkan kepalanya, berpikir. Lalu, untuk menggerakan percakapan ini kembali ke jalurnya, “Bagaimanapun”, Subaru memulainya,
“Untuk saat ini, pada dasarnya, karena sebelumnya aku sudah membicarakan hal itu dengan Garfiel, dan aku memutuskan menerima syaratnya… karena itulah semuanya berjalan dengan lancar.”
“Menerima..... syaratmu?”
Karena Subaru terlihat tidak ingin membicarakannya, Otto mengajukan pertanyaan tersebut pada Garfiel. Garfiel menyeringai dengan gigi taringnya, sebelum membuka mulutnya untuk berbicara,
“Sederhana, kan? Daripada Hime-sama kita yang cengeng itu, teman kita Subaru pasti akan menyelesaikan sisa Ujian itu, dan membebaskan Sanctuary dengan cepat dan tepat!"
“Itu…”
Otto membelalakkan matanya mendengar perkataan Garfiel, sebelum melirik ke arah Subaru. Lalu, setelah membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, dia menggumam dengan tidak jelas,
“Apa kau yakin ini akan baik-baik saja, Natsuki-san?”
“Apa maksudmu dengan 'baik-baik saja’?”
“Kau sudah mengikuti Ujian itu, jadi bukan itu masalahnya… tapi maksudku, apa tak masalah merebut bagian Emilia-sama dalam semua urusan ini.”
Itu juga merupakan dilema Subaru. Meski Otto kesulitan mengolah kata-katanya, dia harus menunjukan inti masalah ini. Subaru mengernyit, namun Otto terus membahas masalah tersebut,
“Tentu saja, aku tidak tahu seperti apa Ujiannya, aku juga paham kalau Emilia-sama tidak melakukannya dengan baik. Tapi jika Emilia-sama ingin memenangkan Pemilihan Raja, dia itu membutuhkan dukungan dari orang-orang Sanctuary dan wilayah Roswaal, kan? Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan keduanya sekaligus, dan aku tak tahu apakah membuangnya begitu cepat akan….."
“Masalahnya adalah waktu… kita tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Ujian ini. Jika dalam kurun waktu itu pijakan Emilia runtuh, maka itu akan jadi contoh yang sempurna dari meletakkan kereta di depan kuda. Terlebih lagi Emilia sendiri..…”
“Jadi menurutmu dia sudah mencapai batasnya? Aku tidak setuju. Aku mungkin baru mengenalnya sebentar, tapi menurutku Emilia-sama itu adalah orang yang kuat. Memang setelah keluar dari Ujian pertama dia agak kacau, tapi selain itu dia mampu bertahan dengan sangat baik, kan?”
Mendengar pendapat Otto, Subaru menutup mulutnya rapat-rapat.
Memang dalam sudut pandang Otto, Subaru terlihat seperti menganggap remeh Emilia.
----Tapi apa yang tidak Otto lihat adalah, Emilia sudah berusaha sekuat tenaganya hanya untuk menjaga penampilannya kapanpun ada orang lain selain Subaru di sekitarnya.
Seperti saat dia mengantar keberangkatan Subaru di awal perjalanan kali ini. Kapanpun ada pihak ketiga yang terlibat, dia terlihat bisa menjaga sikap tenangnya seperti biasa.
Di sisi lain, saat hanya ada dia dan Subaru seorang, topengnya akan rontok seketika, dan dia akan kembali ke keadaannya yang menyedihkan seperti yang Subaru lihat pagi ini.
Dia bergantung pada Subaru— dan wajah aslinya bukanlah sesuatu yang bisa dilihat orang lain
Melihat Subaru menahan lidahnya, Otto ingin melanjutkan perkataannya. Namun, ada orang lain yang menyelanya,
“Sudah cukup. Kita akan segera melewati barrier Sanctuary. Aku tidak bisa pergi lebih jauh dari ini.”
“…... Hanya penasaran, tapi, apa yang akan terjadi jika kau mencoba memaksakan diri keluar melewati barrier?”
“Belum pernah mencobanya, jadi aku tak tahu, tapi kupikir akan sama seperti saat Hime-sama mu kehilangan kesadaran. Tapi itu tak penting.”
Senang melihat topiknya berubah, Subaru langsung menyambarnya, sementara Garfiel menoleh dan melompat ke udara. Tanpa suara sedikitpun, dia dengan gesit mendarat di atas kargo kereta naga milik Subaru, dan menunjuk ke arah dua orang yang berada di kursi kusir, yang mana sedang menolehkan kepala mereka ke belakang.
“Menurut syaratnya, setelah kau mengantar mereka, kau itu harus langsung berbalik dan kembali ke sini… Ah, ya, meski aku tak peduli dengan adik kecil yang duduk di sebelahmu itu.”
“Berhenti bercanda, tentu aku akan kembali. Bagaimanapun, aku masih belum sempat berbicara dengan Margrave Mathers!”
“Oh, Benarkah? Kau masih belum memperkenalkan diri?”
“Benar! Aku sudah meminta hal itu selama seminggu, tapi kapanpun aku datang, Ram-san selalu berkata ‘waktumu kurang tepat’ atau ‘dia sedang beristirahat’… dan terus mengusirku!”
Nafasnya kembang kempis dengan pundak naik turun karena amarah, mungkin Otto memang punya nasib yang malang ketika menyangkut penempatan waktu, tapi...
“Yah, itu mungkin disengaja. Semenjak Ujian dimulai, mereka juga selalu memberiku alasan asal-asalan agar aku tak bertemu dengannya.”
Subaru menggumamkan tebakannya dengan pelan.
Setelah mereka memulai Ujian, Subaru hampir tidak pernah bertemu Roswaal sama sekali. Selalu berdiri di antara mereka, Ram terus menolak Subaru tepat seperti yang dia lakukan pada Otto. Di permukaan, itu semua demi kesembuhan Roswaal, tapi itu jelas-jelas hanya sebuah kepura-puraan.
Bahkan, sejak Subaru pertama kali memberitahunya kalau dia mengikuti Ujian tersebut, nampaknya Roswaal mulai berhenti menerima tamu.
Subaru benar-benar tidak bisa melupakan perubahan ekspresi Roswaal, saat dia mendengar Subaru lulus dan Emilia gagal. Setidaknya, itu adalah pertama kalinya Subaru melihat ekspresi seperti itu dari Roswaal.
Dalam sekejap, wajah santai yang menempel pada muka badut itu rontok, dan di bawahnya— terdapat emosi yang bukan merupakan sebuah amarah ataupun kesedihan, tapi sesuatu yang lebih rumit.
“Jangan terlalu memikirkannya, yeah? Pokoknya, ketika kau kembali gunakan saja jalan yang sama. Kali ini aku akan berhati-hati agar tidak menyerang kalian, tapi jangan lupa kata sandinya."
“Kata sandi?”
“Kalau kau mengatakannya saat melintasi barrier, tak akan ada seorangpun yang menyerang kalian, mengerti? Kata sandinya adalah ‘Baira Baira di bawah Grimoire’”
“Huh, apa? ‘Baibai ke Grime’?”
Itu adalah kata sandi paling buruk yang pernah ada, menggunakan idiom yang tidak bisa dipahami.
Subaru mengerutkan dahinya. Sangat jelas siapa yang menciptakan sandi ini.
Garfiel berdiri di sana dengan bangga, seolah semua itu adalah hal yang wajar, sementara Otto dengan panik menuliskan sandi tersebut ke dalam memo. Menyerahkan tugas untuk mengingat hal-hal penting pada Otto, Subaru menghela nafas panjang, dan,
“Pokoknya, selama kami mengucapkannya, kami pasti bisa masuk kembali tanpa masalah, kan?”
“Aku bukan satu-satunya orang yang berpatroli, kau tahu. Ada orang lain yang jauh lebih buas daripada aku. Dari sudut pandang mereka, mungkin itu waktu yang sempurna untuk terus membuatmu berada di luar dan mencegahmu menyelesaikan Ujian.”
“….. Seingatku, kau sudah pernah mengatakan sesuatu seperti itu.”
Lewes adalah pimpinan faksi yang ingin terbebas dari Sanctuary. Namun ada juga faksi lain yang ingin tetap tinggal di Sanctuary.
Peringatan Garfiel tak lain adalah untuk mengingatkan mereka agar tidak lengah dan memberikan kesempatan pada faksi lain untuk memanfaatkan keteledoran mereka.
“Ok, mengerti. Terima kasih atas semua yang kau lakukan pada kami… Kurasa tak ada alasan untuk mengucapkan selamat tinggal, karena kita akan bertemu lagi setengah hari kemudian. Tapi, pokoknya ya, terima kasih.”
“Hanya melakukan tugasku dari si nenek tua itu, aku tak peduli sama sekali. Lebih penting lagi, uh…..."
Ketika Subaru berterima kasih padanya, Garfiel melambaikan tangannya mengabaikan Subaru, namun ucapannya terhenti ketika hendak menuju akhir. Melihat sesuatu yang tak sesuai dengan karakter Garfiel, Subaru pun mengernyit. Lalu, akhirnya, Garfiel melanjutkan “Uhhh”,
“Saat kau kembali ke mansion, apa si Frederica itu akan ada di sana?”
“Ya, harusnya ada. Ngomong-ngomong, kau sepertinya mengenal dia. Ada apa sebenarnya?”
“Kami punya hubungan yang rumit, itu saja. Tidak ada yang benar-benar ingin kubicarakan, hanya saja..…”
“Akan kusampaikan padanya kalau kau terus memikirkan dia. Mungkin dia juga akan meninggalkan pesan untukmu.”
“…Aku tak memintamu......"
Tiba-tiba mengalihkan pandangannya, seakan ingin kabur dari seringai Subaru, Garfiel melompat meninggalkan kereta. Dan saat dia mendarat di tanah, rombongan kereta naga pun melintasi barrier antara Sanctuary dan hutan. Meletakkan kedua tangannya di pinggang, Garfiel mengantar keberangkatan mereka sembari berteriak,
“Jangan pernah berpikir untuk lari, Subaru! Sebaiknya kau penuhi janjimu meski itu akan membunuhmu! Itu adalah syaratku membiarkanmu keluar dari sini!”
“Ya, jangan khawatir soal itu. Kekuatanku untuk memenuhi JANJI meningkat pesat belakangan ini!”
Membiarkan kata-kata perpisahan tersebut menggema ke seluruh hutan, dengan sebuah senyum, Subaru mengangkat tinjunya tinggi-tinggi ke arah sosok yang berada jauh di sana. Dan Garfiel, menyesuaikannya dengan balik mengangkat tinjunya.
Menyaksikan saat caravan tersebut menghilang di dalam bayang-bayang hutan, Garfiel terus berdiri disana dengan tangan mengepal ke udara.
XxxxX
.... Setelah melewati barrier dan keluar dari hutan, mereka sama sekali tidak mengalami masalah apapun selama sisa perjalanan.
Jika tidak ada yang menghalangi mereka, seharusya butuh waktu sekitar delapan jam perjalanan dari Sanctuary ke Mansion. Mereka berhenti dua kali untuk beristirahat, tapi karena penduduk desa ingin cepat kembali ke rumah mereka, mereka membuat istirahat mereka lebih singkat, dan memaksa diri untuk melanjutkan perjalanan.
Jadi, secara keseluruhan, saat ini adalah delapan jam kemudian ketika para pengungsi kembali ke desa Arlam. Berangkat di awal siang hari, ketika mereka tiba, sudah lewat beberapa jam setelah selubung malam menyelimuti seluruh dunia.
"Bokongku sakit karena terus duduk..... tapi tak terlalu buruk juga."
Turun dari kereta naga dan memutar pinggangnya, Subaru menghela napas lega.
Di seluruh desa saat malam hari, suara kegembiraan dan reuni terdengar, dan bahkan ada beberapa air mata kegembiraan yang tumpah di tengah-tengah mereka. Mengingat bencana yang telah menyerang desa ini, Subaru memutuskan kalau itu bukanlah reaksi yang berlebihan, dan tidak ada yang bisa mengejek mereka karena hal tersebut.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini, dengan kembalinya sisa penduduk, desa Arlam pun kembali hidup meskipun di saat malam hari. Penduduk desa yang sebagian besar dipenuhi kesuraman saat berada di dalam Sanctuary, kini semuanya menunjukkan senyum yang sama di wajah mereka.
Dan setengah penduduk lain yang telah menunggu mereka di desa, akhirnya lega melihat keluarga mereka kembali dengan selamat.
"Natsuki-san, apa kita akan kembali sekarang juga?"
Saat Subaru menyaksikan kerumunan tersebut dari kejauhan, Otto datang dengan berlari setelah berkeliling untuknya.
Membiarkan Otto mengatur napasnya, Subaru menggelengkan kepalanya dengan "Nah",
"Tidak perlu terburu-buru, kita bisa sedikit beristirahat sebelum kembali. Selain itu, aku harus singgah ke mansion untuk menjelaskan semuanya pada Frederica dan Petra."
"Aah, benar juga. Maksudku, aku juga punya beberapa hal yang perlu kudiskusikan dengan teman pedagangku."
"Mau mendiskusikan apa dengan teman pedagangmu?"
Otto menunjuk ke arah pemilik enam kereta naga yang berdiri di samping.
Mereka disewa untuk mengevakuasi para penduduk, namun berakhir menemui nasib sial dengan dipenjarakan di Sanctuary bersama para penduduk itu. Kini mereka telah dibebaskan, mereka, lebih dari apapun, merasa lega, tapi tatapan mereka ke Subaru....
"Aku pasti hanya berimajinasi, tapi, bukankah ini sebuah dunia paralel? Kenapa aku merasa kalau mata mereka memiliki simbol dolar di dalamnya?"
"Saat kami dipekerjakan dulu, syaratnya adalah pembelian barang-barang kami sekaligus kompensasi tambahan yang bisa dinegosiasikan nanti. Jadi aku ingin mengadakan sebuah diskusi tentang berapa banyak kompensasi yang akan kami minta. Aku tidak akan mengusulkan sesuatu yang keterlaluan, tapi tentu saja, melihat mereka dibebani situasi penyanderaan tersebut...... itu mungkin akan sedikit mahal, jadi bersiaplah."
"Yah, ini tidak seperti dompetku akan dijarah. Selama kau menggunakan keleluasaan yang tepat, tak buruk juga melihat wajah Ros-chi menjadi pucat sekali-sekali?"
"Itulah Natsuki-san ku! Kau benar-benar paham!"
Menepukkan tanganya, Otto dengan gembira berjalan ke arah teman pedagangnya.
Mendengar kabar baik yang dibawa oleh Otto, sorak-sorai para pedagang menggema melewati desa di malam hari. Entah kenapa, Subaru merasa seolah perayaan mereka terdengar lebih bahagia dibandingkan para penduduk yang sedang bereuni, tapi ia memutuskan untuk mengesampingkan hal tersebut dan meluruskan tubuhnya.
Bagaimanapun, untuk saat ini harusnya tidak ada masalah di desa. Otto akan mengurus tuntutan para pedagang, dan Roswaal akan berakhir menanganinya nanti. Sedikit menantikan ekspresi apa yang akan muncul di wajah Roswaal ketika ia melihat tagihannya, Subaru bergerak menuju Mansion
Setelah berjalan selama lima belas menit dari desa Arlam - di ujung jalan Subaru, berdiri mansion Roswaal yang sepi.
Dalam kegelapan malam, hanya lampu mansion yang menegaskan keberadaan mereka dengan kontur bayangannya, memberikan tempat tersebut aura mencekam jika dilihat dari kejauhan pada saat jam-jam setelah matahari terbenam.
Subaru memperhatikan hal tersebut saat ia berdiri di depan gerbang sambil melamun menatap mansion. Wajar saja, sebagian besar lampu mansion mati, dan hanya ada cahaya dari aula masuk dan kamar pelayan. Sekaligus ruangan di lantai teratas.... yang mana pasti, adalah kantor milik Roswaal.
"Otto sudah menata semua lembar kerjanya, tapi setelah seminggu, pasti sudah menumpuk lagi."
Frederica, maid yang bisa segalanya, tidak mungkin akan kalah dengan Otto saat melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mengelola lembar kerja, tapi itu bukan satu-satunya tugas yang harus dia urus. Bahkan dengan bantuan Petra, merawat seluruh mansion itu membutuhkan usaha yang tidak sedikit.
Dari fakta bahwa dia masih bekerja di kantor saat tengah malam begini, kau bisa membayangkan banyaknya tugas yang harus dia lakukan.
"Bagaimanapun caranya, aku pasti akan menyeret si Otto itu lebih dalam lagi ke masalah ini, dan mempekerjakan dia seperti keledai sebagai mesin-lembar kerja-faksi-Emilia. Aku pasti akan membuatnya menjadi robot kantor resmi."
Sambil memikirkan plot untuk menjebak pemuda yang memiliki pipi longgar dan mendambakan uang banyak, yang mana saat ini berada di desa itu, Subaru membuka gerbang dan memasuki halaman mansion.
Berjalan ke arah pintu masuk, Subaru mengetuk pintu dengan tangan yang dibentuk menyerupai elang,
"Maaf karena bertamu di tengah malah begini. Aku dari Departemen Pemadam Kebaka~ran."
Memberikan ketukan tajam yang bergema ke seluruh malam, Subaru meneriakkan panggilan yang sesuai dengannya seperti biasa.
Omong-omong, bagaimana orang-orang di dunia ini menangani kebakaran dan bencana, sih? Subaru memiringkan kepalanya, bertanya-tanya soal pertanyaan tak berguna ini. Tapi,
"Tidak ada jawaban."
Dan di sini, Subaru pikir Frederica akan langsung meresponnya, cepat bagaikan angin, namun melihat hal itu tidak terjadi, Subaru menjatuhkan bahunya.
Setelah beberapa saat, Subaru memutuskan bahwa tak ada siapapun yang akan datang dan menyerah menunggu. Lalu, dengan anggun mendorong pintu itu,
"Oooo ~ oy, aku pu~~ lang. Makan! Mandi! Tidur!!"
Dan meneriakkan tiga perintah tersebut seolah dia itu pemilik tempat ini, Subaru menunjukan sebuah pose. Tapi tetap tidak ada balasan.
Merasakan sensasi nostalgia dengan berjalan di sepanjang lantai dalam keheningan yang canggung, sendirian, Subaru menaiki tangga.... menuju ke tempat pelayan untuk mencari Petra.
"Frederica mungkin ada di kantor. Aku akan pergi mencari Petra dulu...... lalu, aku juga harus mencari Beako."
Satu per satu, ketiga orang yang masih tinggal di mansion muncul di pikiran Subaru.
Mengesampingkan Petra yang cepat dewasa ataupun Frederica yang kurang ajar, reuni yang harus Subaru siapkan adalah saat dengan Loli Berambut-Bor itu.
Cara mereka berpisah yang terakhir itu sungguh sebuah cara berpisah yang sangat tepat.
Tanpa memberikan jawaban apapun atas pertanyaan vitalnya, Beatrice mengusir Subaru keluar, menangis, dengan ekspresi penuh kesedihan.
"Aku harus minta maaf..... tapi itu akan jadi agak aneh. Aku merasa tidak melakukan sesuatu yang salah....."
Meski begitu, Subaru punya perasaan kalau sesuatu pasti akan berubah jika ia bertemu dengannya lagi dan berbicara.
Selain itu, Subaru juga merasa dirinya telah sedikit berkembang dengan mengucapkan selamat tinggal pada masa lalunya. Dengan keadaan pikirannya yang sekarang, mungkin dia mampu menghadapi Beatrice dengan cara yang sedikit berbeda dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.
Dan begitulah,
"Yang pertama itu hanya pertempuran kecil..... well, begitulah cara orang memikirkannya."
Subaru mengetuk pintu, dan langsung membukanya seakan ingin mengejutkan orang yang ada di dalam, tapi dia sekali lagi menjatuhkan bahunya.
Masuk pada saat pemiliknya berganti pakaian - bukanlah sesuatu yang ia harapkan mempertimbangkan targetnya adalah seorang gadis kecil, tapi hal seperti itu terjadi, karena tidak ada seorangpun di dalam ruangan tersebut.
Ini adalah kamar yang didekor menurut selera Petra, dihiasi dengan barang-barang kecil nan lucu, sekaligus ditata rapi dan teratur..... namun pemiliknya tak ditemukan di manapun.
Di dalam kamar yang diterangi oleh lampu kristal, Subaru memiringkan kepalanya,
"Pergi tanpa mematikan lampu, tidak nampak seperti sesuatu yang akan dilakukan oleh gadis yang bisa diandalkan seperti Petra...... jika dia tidak ada di sini, mungkin dia sedang belajar di kantor?"
Mungkin saja, jika Frederica yang spartan itu terlibat di dalamnya.
Sebagai tambahan dalam pekerjaannya, Frederica mungkin juga mengajari Petra pekerjaan kantor untuk mengubahnya menjadi maid yang bisa segalanya. Ini akan sangat membantu, tapi karena Petra sudah menyalip Subaru dalam pekerjaan rumah tangga, jika dia juga menyalip Subaru dalam pekerjaan kantor, maka Subaru takkan punya tempat yang bisa dituju.
"Tidaktidaktidak, dia bahkan belum bisa mengerjakan semua tugas aritmatikanya, aku masih memiliki keuntungan! Jangan remehkan pendidikan wajib Jepang modern!"
Menggumamkan hal tersebut sambil berjalan menaiki tangga menuju ke lantai teratas - ia tiba di sebuah pintu ganda yang ada di tengah-tengah koridor, dan, berdeham sekali lagi, ia mengetuk pintu,
Suara berat menggema keluar, dan tentunya itu dikirim ke dalam ruangan. Tapi tidak ada jawaban,
"......"
Ini semua terlalu aneh. Subaru mengumpulkan kewaspadaannya yang mana sekarang telah meningkat ke tingkat yang berbeda. Berusaha menutupi perasaan ini dengan beberapa humor ringan, Subaru mengarahkan tatapannya menyusuri koridor dari ujung ke ujung, dan kemudian, ke pintu kantor itu sendiri. Dia menyandarkan telinganya ke pintu untuk mendengar apa yang ada di dalam, tapi tidak ada suara apapun yang datang dari pintu tebal nan berat tersebut. Tidak ada lagi yang bisa dia dapatkan jika dia terus berada di luar.
---- Kamar Petra tidak menunjukkan tanda-tanda dikacaukan seseorang. Kamar itu tersusun rapi, dan tempat tidurnya ditata seolah dia baru saja bersiap-siap untuk tidur.
Mansion pun juga sama, paling tidak di permukaannya, dan nampaknya tidak ada apapun yang tidak beres. Dibersihkan dan ditata dengan ketelitian yang hanya dimiliki oleh Frederica, tak ada setitik pun debu yang tersisa di kusen jendela.
Jadi, kewaspadaan Subaru meningkat hanya karena ia tidak melihat salah satu gadis itu.
"..... hu."
Subaru dengan pelan mendorong pintu, dan mereka terbuka tanpa suara.
Sesaat setelahnya, cahaya membanjir keluar dari dalam ruangan ke arah koridor, dan mengandalkan cahaya itu, Subaru mengamati bagian dalam ruangan. Ada meja kayu eboni, dan kursi kulit. Dari arah rak buku yang ada di dinding, angin datang berhembus..... Jendela saat ini tertutup. Tapi dia bisa merasakan angin dingin bertiup. Berdasarkan intuisinya, ia tahu kalau ada sesuatu yang aneh.
Menyusuri lantai saat ia menyusup masuk ke dalam ruangan, Subaru mengikuti arah angin tersebut... dan melihatnya.
Rak buku yang ada di belakang ruangan, bergeser ke samping, menampakkan sebuah pintu tersembunyi yang terpasang pada dinding. Di baliknya, ada tangga spiral yang membentang ke bawah, jauh, jauh, jauh dari pandangan.
"Benar. Ada jalan rahasia di sini. Aku ingat, aku ingat."
Itu ada di pengulangan sebelumnya.
Putus asa setelah menyaksikan penduduk desa Arlam dibantai di tangan para Pemuja Penyihir dan setelah menemukan mayat Rem dan Ram di sekitaran mansion, ketika pikirannya nyaris hancur, Subaru tiba di sini.
Lalu, melewati jalan rahasia ini ke bawah tanah, di sana.....
"Aku dibekukan oleh Puck, kurasa."
Tidak ada cara untuk memastikannya. Tapi dia bisa mengingat dengan jelas tubuh beku milik para Pemuja Penyihir yang mengejar Emilia sampai ke jalan ini, sekaligus akhir yang sama bagi dirinya, dan diikuti oleh Return-by-Death.
Setelah itu, tanpa memperhatikan pentingnya hal ini, ia bahkan lupa untuk memastikan keberadaan lorong bawah tanah tersebut.
"Tapi kenapa sekarang......"
Jika jalan ini dipakai, setidaknya itu berarti ada hal yang membuat mereka harus mengungsi.
Sedangkan orang yang mungkin menggunakannya, bisa saja seseorang di mansion yang tahu keberadaan jalan ini - kemungkinan Frederica. Jika dia dan Petra melarikan diri melalui jalan ini, itu akan jadi penjelasan yang paling sederhana. Tapi pertanyaannya adalah,
"Mereka melarikan diri dari apa??"
Secerdas apapun Frederica, dia pasti punya alasan yang masuk akal untuk membuat keputusan ini.
Karena tidak ada tanda-tanda serangan di dalam mansion, dia pasti mendeteksi bahaya yang mendekat. Berpikir hingga ke titik ini, kata “Pemuja Penyihir” terlintas di pikiran Subaru, tapi ia segera menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran tersebut.
"Jika utu yang terjadi, terlalu tidak wajar jika Frederica tidak meninggalkan satupun catatan. Selain itu, penduduk di desa Arlam juga tidak melihat apapun...... jika itu sesuatu yang berbahaya seperti Pemuja penyihir, Frederica pasti akan melakukan sesuatu untuk mencegah warga desa terlibat di dalamnya."
Paling tidak, dukungan Frederica terhadap Roswaal yang menyokong Emilia tidak perlu dipertanyakan. Jika demikian, maka Frederica pasti akan melakukan yang terbaik untuk mengambil langkah-langkah optimal untuk menangani situasi ini. Jika penduduk desa tidak tahu mengenai hal ini, maka tidak mungkin ini ulah Pemuja Penyihir.
Bagaimanapun,
"Frederica dan Petra mungkin sudah meninggalkan Mansion...... kalau begitu, aku akan...."
Untuk sesaat, Subaru ingin memasuki jalan tersebut untuk menemui Frederica dan Petra, tapi apa yang menghentikan langkahnya adalah gadis yang namanya tidak terlintas dalam pikiran Subaru hingga saat ini.
Jika Frederica sudah menilai kalau mereka harus meninggalkan mansion ini sebelumnya, pasti, mereka juga akan membawa Rem bersamanya.
Di sisi lain, ada juga,
"Sejauh yang aku tahu, Beatrice bukan tipe anak yang bisa membaca suasana..."
Ada pula Loli berambut-Bor kurang ajar, yang pasti akan menolak usulan Frederica.
Dia pasti akan mengurungnya dirinya di dalam Perpustakaan Terlarang, dan bersikeras bahwa dia akan baik-baik saja apapun yang terjadi, menepis semua kekhawatiran dan keprihatinan mereka, pada akhirnya, tanpa diragukan lagi, dia akan duduk di sana sendirian dengan ekspresi kesepian di wajahnya. Karena Subaru tahu pasti akan hal ini,
"Aku akan menariknya keluar......."
Jika tidak ada orang lain yang bisa membawanya keluar, maka Subaru akan melakukannya sendiri.
Tidak peduli seberapa kuat dia percaya pada keamanan bentengnya.
Mengetahui bahwa bahaya sedang mendekati tempat ini, tak mungkin Subaru bisa meninggalkan seorang gadis kecil sendirian
"Dan karena aku telah memantapkan pikiranku...."
Membalik punggungnya ke arah jalan rahasia itu, Subaru menarik napas tajam, dan berlari keluar kantor.
Cara yang paling ampuh untuk menemukan Beatrice adalah membuka setiap pintu yang ada di mansion dari ujung ke ujung, tapi bagi Subaru, entah di mana, entah bagaimana, dia punya firasat kalau pintu itu adalah pintu yang tepat, Dan dengan cukup yakin, dia akan menemukan Beatrice di sisi lain pintu tersebut.
Jadi, mulai dari pintu yang ada di lantai paling atas....
"T-tt??"
Kaki yang baru ia ayunkan saat melangkah, tersandung sesuatu, dan Subaru berguling ke lantai.
Sebuah awal yang agak memalukan, adalah hal pertama yang terlintas di pikirannya. Tersandung setelah bertingkah sok keren adalah sesuatu yang tidak dia inginkan.
Mendorong tangannya ke arah karpet yang ada di koridor, Subaru menoleh untuk melihat apa yang membuatnya tersandung. Dan dia melihat, sedikit di depan pintu kantor, sesuatu terjatuh di lantai.
Berwarna merah muda, dan sangat panjang, membentang beberapa langkah hingga ke kaki Subaru. Mengikutinya dari sana, jika kau bertanya di mana benda itu akan berujung, maka tak akan sulit untuk menebaknya.
---- Benda itu adalah sesuatu yang tercecer keluar dari sisi perut Subaru yang terbuka.
".....ha?"
Sisi kiri jaketnya dipotong dengan sangat rapi, dan isi perutnya yang berwarna merah muda tumpah melalui celah tersebut.
Mereka terseret di sepanjang jalan mulai dari pintu hingga mencapai kaki Subaru, berserakan. Dengan kata lain, entah di mana, perutnya telah dirobek tanpa dia sadari, atau sesuatu seperti itu
".....oughbh."
Saat ia memahami hal ini, gumpalan darah mencekik tenggorokannya, saat pandangannya mulai diwarnai dengan warna merah.
Dia mencoba menggunakan jari-jarinya untuk mendorong organ-organ yang tercecer keluar kembali ke tempatnya berasal, tapi, kehabisan tenaga, lututnya roboh mulai dari bawah. Tidak dapat menahan tubuhnya, Subaru pun tergeletak ke lantai.
Dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Sesungguhnya, dia malahan baru saja mulai berlari....
"Bukankah aku sudah memberitahumu? Bukankah kita sudah berjanji?"
Tiba-tiba, Subaru mendengar sebuah suara.
Di depan, di atas kepala Subaru yang jatuh, seseorang berbicara.
Dia tidak punya kekuatan untuk mengangkat kepalanya. Kesadarannya berusaha mati-matian menarik kembali usus yang keluar, darah yang menyembur, dan dunia yang menjauh pergi.
Panas tubuhnya menurun dengan sangat cepat. Di setiap batuknya, gumpalan darah yang menyumbat tenggorokannya terciprat ke wajah, dan, dengan mata yang mulai kabur, Subaru berusaha keras berpegang pada dunia ini.
“Ini adalah akhir”, nalurinya mengatakan hal tersebut.
Di suatu tempat di hatinya, Subaru mengerti hal ini, tapi, “Subaru tidak bisa berakhir seperti ini”, dia balik membantah.
Jika dia tidak mempelajari sesuatu, maka dia tidak bisa membiarkan ini berakhir. Satu hal saja, apa saja, jangan biarkan hal ini berakhir sampai kau belajar sesuatu. Sesuatu, sesuatu sesuatu sesuatu sesuatu sesuatu.
Suara langkah kaki terdengar. Sebuah bayangan hitam berdiri di tengah koridor yang ternodai oleh warna merah dari darah Subaru.
Pakaian hitam. Langsing. Rambut hitam. Melihat Subaru dengan mata penuh kasih sayang, dengan mata penuh nafsu.
Memproses hal ini dalam pikirannya dan mengingat sensasi dari “Perut yang Robek”, Subaru akhirnya paham,
Itu bukan Pemuja Penyihir, melainkan ancaman yang begitu nyata. Dia adalah....
".....bahwa hingga saat kita bertemu selanjutnya, kau akan merawat perutmu?"
Sebuah pernyataan cinta yang sungguh menyimpang.
Subaru memahaminya dengan sangat pasti..... saat kesadarannya mulai memudar.
Pudar, pudar, pudar, gelap, gelap, dan gelap, sampai,
Pada akhirnya semuanya lenyap.... dan di mulai dari awal lagi.
-----Tirai Death-Loop keempat pun tersibak.
---End---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 24
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Zhi End Translation...
10 Komentar
king of kentang, tapi thank you udah translate re zero min... Ditunggu chapter 24 secepatnya :D
Balastumben kali ini cepet min :D
Balasbiasa komen dulu sebelum baca :-bd arigatou
Kreeeeeeen!!
BalasPadahal mnurut ane udh cukup lama ini.. :3
BalasLanjutkan min, thx
BalasMantap, Lanjutkan Min
Balasbagkit lagi min setelah tutup? =D :-bd
BalasLanjut truss min
Balasthank's min
BalasOOOWWWW!! Inilah yg kita tunggu2, akhirnya subaru mati lagi
Balas