[Translate] Re:Zero Arc 3 - Interlude I
Yah, Arc 3 Interlude I, ini sebelum Interlude II yang udah saya posting dulu.. Settingnya saat perjalanan Subaru dan rombongan menuju Ibukota setelah mengalahkan Paus Putih dan Betelgeuse.. Ini momen saat Emilia bilang 'Siapa itu Rem??'
Interlude I
Kereta naga menghasilkan suara derakan pelan saat berjalan menyusuri jalan. Karena Divine Protection, sebagain besar derakan dan getaran itu sama sekali tidak terasa.
Subaru mempercayakan tubuhnya pada ketenangan tersebut. Memikirkan kembali pengalamannya, ini mungkin pertama kalinya dia berkendara di kereta yang tenang seperti ini.
Jika dia dipaksa untuk memilih, maka saat mereka menuju Ibukota dari mansion Roswaal adalah yang terbaik, tapi pada saat itu, karena kesalahannya sendiri, dia mengubahnya menjadi perjalanan yang keras, dan tidak ada waktu baginya untuk menikmati perjalanan tersebut.
Tapi pada akhirnya, semua berjalan baik-baik saja sejak saat itu, jadi dia tidak bisa menyebutnya sebagai pengalaman yang buruk.
Dan usai kedua kalinya dia berkendara menuju daerah Roswaal dari Ibukota karena masalah Pemuja Penyihir, dia sepenuhnya tidak bisa tenang pada waktu itu. Alhasil, ini adalah pertama kalinya Subaru bisa mengendarai kereta naga tanpa pikiran menyimpang ataupun ketidaksabaran.
Well, meski begitu,
"Petra, apa kau tidak terlalu dekat?"
"Kupikir tidak? Apa ada yang salah, Subaru?"
Petra, gadis kecil yang kini sedang menatap Subaru dengan mata bulat dan rambut merah kecoklatannya. Dia duduk di sebelah kiri Subaru, dan sejak keberangkatan mereka, dia selalu memegang tangan Subaru dan melekat padanya.
Awalnya, Subaru pikir itu karena ketakutan, tapi sampai sekarang, Petra terus memegang tangan Subaru dengan sebuah senyum lebar.
"Aku merasa seperti seorang ayah. Intuisi seorang ayah yang kukira tidak kumiliki saat ini sedang meluap-luap~!"
"Sampai sekarang Onee-chan itu sangat licik... jadi ini tak masalah, kan? Kita masih punya banyak waktu sebelum sampai ke Ibukota."
"Petra, sampai sekarang itu, uh... sedikit berbeda. Lihat, um, aku punya banyak hal penting yang harus kubicarakan dengan Subaru. Aku tidak sedang mencoba menyimpan dia untukku sendiri atau semacamnya..."
Pernyataan Petra membuat Emilia semakin bingung. Dia tidak sepenuhnya paham dengan situasi ini, namun Petra tidak terlihat seperti benar-benar membencinya.
Ini sebenarnya lebih seperti perluasan hubungan mereka, tapi bagi Emilia yang tidak terbiasa berurusan dengan anak kecil, ini bukanlah masalah yang bisa ditertawakan.
"Emilia-tan, jangan menganggapnya terlalu serius. Yang berbicara di sini itu anak-anak. Kau hanya perlu menanggapinya dengan senyum atau apa gitu..."
"Tidak mungkin aku bisa menipu seperti itu hanya kerena mereka adalah anak-anak."
"Muu, kau tetap saja mengolokku."
Emilia menekan bibirnya tidak puas, sementara Subaru, tertawa sambil mengatakan "Maaf, maaf". Melihat hal ini, Petra menarik lengan baju Subaru tanda komplain, jadi Subaru harus berbicara dengannya juga.
Dikelilingi oleh gadis manis di kedua sisinya, Subaru diberkati dengan perkembangan yang sangat langka buatnya. Well, salah satu dari mereka menggantung pernyataan cinta Subaru, sementara di sisi lain, Subaru bisa mengharapkan sesuatu dalam tiga tahun kemudian.
Saat ini, Subaru dan rombongannya sedang menaiki kereta naga yang menyusuri jalan raya Reefaus, menuju ke Ibukota.
Kereta ini adalah kereta yang berbeda dengan kereta yang telah dipasang sihir biji ledakan, dan kusirnya adalah seorang pria yang bekerja untuk asosiasi pemuda. Di dalamnya terdapat Subaru, Emilia, dan para anak-anak.
Awalnya, mereka khawatir dengan keadaan sekitar dan mencoba meninggalkan Subaru dan Emilia sendiri, tapi pada akhirnya, Petra menyelipkan dirinya ke dalam rombongan Subaru dengan antusias.
Karena Petra menyela di waktu berduaan mereka, Subaru jelas-jelas ingin komplain... Well, memang semuanya jadi seperti itu, tapi pada kenyataannya, gangguan Petra juga sedikit membantu.
Bagaimanapun, ini semua terjadi setelah Subaru berulang kali mengucapkan kata-kata memalukan tersebut. Mencoba bertingkah keren, dia memberitahu Emilia kalau dia akan menunggu jawaban pengakuan itu, tapi api cinta Subaru sudah begitu membara, dan dengan rasa mendapat prestasi yang muncul setelah membimbing semuanya sampai akhir, dia tidak mampu menginjak remnya.
Di skenario terburuk, dia mungkin akan meminta kompensasi lebih dari sekedar bantal pangkuan.
"Wow, aku benar-benar dalam masalah. Setelah pergi sejauh itu untuk pamer, ternyata ada batas untuk tidak memilih."
"Apa....?"
"Aku berbicara soal Petra yang sudah membantuku. Oh, ngomong-ngomong, kau menepati janjimu untuk tidak meninggalkan Emilia sendiri kan? Hebat, kerja bagus."
"Ehehehe..."
Dengan lembut menepuk kepala gadis kecil yang sedang menatapnya, Subaru mengungkapkan double terima kasihnya.
Jika dia atau anak lain melepaskan tangan Emilia, Emilia kemungkinan besar akan memaksakan dirinya dan berakhir terluka. Semuanya tidak berakhir seperti itu, dan Subaru bisa melihat hasil kerja kerasnya, itu semua berkat anak-anak dan orang-orang yang telah membantunya.
Dia benar-benar diberkati oleh sekelilingnya. Terlalu diberkati.
"Sekarang semuanya sudah tenang, sepertinya aku harus berterima kasih pada banyak orang."
Dari faksi Crusch, ada Crusch sendiri, lalu Ferris, dan tentu saja Wilhelm. Dari faksi Anastasia, meski menjengkelkan, ada Julius, dan semua orang dari kelompok pedagang. Dan di belakang semuanya, meski mudah dilupakan, tapi dia harus berbicara dengan Russell, dan Subaru juga sudah berjanji untuk memberinya HP.
Sangat disayangkan karena dia berakhir menipu Russell, tapi memikirkan keberuntungan yang dibawanya, Subaru mungkin akan memberikannya sambil berpura-pura tidak tahu. Maaf.
"Ada banyak hal yang harus kupikirkan."
Pertama, ada pertanyaan tak terelakkan untuk Roswaal dalam kegemparan yang terjadi kali ini. Di atas semuanya, dia perlu berbicara dengan Anastasia dan Crusch, tentang bagaimana laporan penaklukan Paus Putih dan Uskup Agung Kemalasan.
Terutama soal Paus Putih, jika kata-kata Crusch bisa dipercayai, Subaru mungkin bisa mendapatkan beberapa prestasi dari sini.
Dia sama sekali tidak bernafsu mendapat kehormatan ataupun martabat, tapi jika reputasi Subaru meningkat sedikit saja, itu pasti akan membantu Emilia dan faksinya. Meski dia dicap sebagai orang tidak tahu malu, Subaru dengan tegas mengincar hal tersebut.
Saat dia menyadari banyak hal, masih ada masalah perlindungan dan pemberesan desa. Masa depan itu nampaknya penuh kesulitan.... Juga, sebelum itu, ada gunung lain yang harus Subaru daki.
"Ahh, umm, Emilia-tan... ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kubicarakan denganmu, tapi...."
"Ya, ada apa?"
Emilia meletakkan satu jarinya di rambut peraknya, dan dia perlahan menolehkan kepalanya ke arah Subaru. Mata ungunya penuh dengan kepercayaan, dan melihatnya, Subaru bisa merasa kalau tindakannya sudah sangat pantas. Namun, dia tetap takut, melihat bagaimana mata itu bereaksi terhadap apa yang akan Subaru katakan berikutnya.
Subaru punya masalah yang tidak bisa dia hindari, yang mana harus dia beritahu pada Emilia... Itu adalah soal Rem.
Jika kau berbicara soal orang yang perlu diberi ucapan terima kasih, dalam pengulangan ini, tidak ada satupun orang yang sepenuh hati membantunya selain Rem.
Berkat cinta dan dedikasi Rem, Subaru bisa memulihkan hatinya yang pernah hancur sekali, dia juga telah memanggil kembali tekad Subaru untuk berdiri dan melawan takdir.
Jika tidak ada saat-saat itu, Subaru tidak mungkin ada di sini sekarang. Jika bukan karena keberadan Rem, Subaru tidak akan pernah bisa lari dari neraka keputusasaan tersebut.
Rem, terus berada di sisinya dan terus mendukungnya di saat-saat paling pahit dan paling menyakitkan yang pernah Subaru lalui.
Kepada gadis yang telah melakukan semua ini untuknya, Subaru menyimpan rasa sayang dan kekaguman yang begitu mendalam.
Sampai saat ini, Subaru yakin kalau perasaannya hanya terfokus pada satu orang. Bahkan, bagi Subaru, orang yang ada di pikirannya hanyalah Emilia dan tidak ada orang lain lagi.
Namun, keberadaan Rem, saat rasa sayangnya terhadap Emilia tetap tidak berubah, menjadi sama besarnya bagi Subaru, dan terus berada di dalam hatinya.
Dan begitulah, Subaru membuat sebuah keputusan. Mungkin terlihat tidak pantas tiba-tiba menjadi serius begini, tapi karena dia tidak mampu menyerah terhadap perasaan mereka.
--- Dia memutuskan memilih Emilia dan Rem.
Juga, dia sudah mendapat izin Rem soal ide yang kurang ajar ini. Yang tersisa hanyalah masalah membujuk Emilia, dan dia diberitahu oleh Rem untuk membicarakannya bersama, tapi,
"Jika aku bergantung pada Rem hingga ke titik itu, aku pasti akan jadi yang terburuk dari yang terburuk."
Bahkan jika Subaru bisa menciptakan kesempatan di mana Rem bisa bergabung dalam percakapan mereka, tetap tanggung jawab Subaru untuk mulai membicarakannya. Dia berencana mendapatkan kedua cinta gadis ini, jadi ini adalah rintangan yang harus dia kalahkan.
Menarik napas, Subaru memilih kata-kata sambil merasakan jantungnya yang berdetak cepat. Dia memaksa pandangannya beralih, dan menatap Emilia. Emilia balik menatap Subaru. Manis sekali.
"Ini adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dibicarakan, tapi aku ingin kau mendengarkanku. Tentu saja, menurutku aku juga perlu memberitahu kakaknya, tapi.... pertama-tama, aku ingin memberitahumu."
"Ya?"
Ragu-ragu, Subaru membuat awalan yang tak perlu, membuat Emilia bingung.
Menderita karena kelemahannya terlihat begitu saja, Subaru mati-matian memeras otaknya mencari kata-kata.
Kepalanya berada di perseneling penuh, ini adalah yang paling cepat dalam beberapa hari belakangan. Dia membuat sinaps-nya bekerja begitu keras, sampai-sampai percikan api bisa saja muncul dan berusaha menemukan respon terbaik....
"Sebenarnya, ini soal Rem. Rem itu, uh, dia... bagiku... uh, kau tahu? Dan begitulah, soal pengakuan itu, aku memang melakukannya untuk diriku sendiri, tapi......"
Keringat perlahan menyebar di dahi Subaru saat dia mulai berbicara. Sepertinya dia mencoba mencari beberapa alasan, tapi dia pikir, Emilia yang ahli menebak, akan mengerti dirinya yang sudah berbicara sejauh ini.
Di depan Subaru yang dipenuhi keringat, Emilia mengangkat tangannya dan mengatakan "Tunggu,"
"Subaru, tenang. Aku tidak paham apa yang coba kau katakan. Aku mengerti kau sedang berusaha untuk menjelaskannya. Kau itu anak yang baik, jadi santai saja."
"Bilang kalau aku ini anak baik, rasanya nilaiku sudah turun... Tidak, aku tidak sedang mencoba jadi jantan. Ahh, aku akan mengatakannya dengan jelas. Um, jadi.... sebenarnya Rem bilang kalau dia juga mencintaiku, karena Emilia-tan juga menyukaiku.... uh, kalian berdua akan jadi milikku, uh bagaimana aku mengatakannya ya?"
Mengandalkan momentum tersebut, Subaru membuat dua pernyataan sekaligus.
Memikirkan kembali pernyataannya barusan, Subaru pun mundur lumayan jauh. Tentunya respon Emilia juga akan mirip seperti itu, atau dia mungkin akan menatap Subaru dengan tatapan kecewa dan jijik. Setelah membayangkan situasi pesimistis seperti itu, Subaru menatap Emilia dengan gugup, dan,
"........."
Respon Emilia sepenuhnya berbeda dengan bayangan Subaru.
Dia mengernyit mendengar kata-kata Subaru, dan terus diam sambil meletakkan jari di bibirnya, berpikir.
Mengamati pernyataan Subaru, Emilia sedang memikirkan hukuman yang layak bagi Subaru.... tidak, ini bukanlah suasana santai seperti itu.
"Subaru."
"Ya?"
Setelah namanya dipanggil, Subaru menolehkan wajahnya menghadap Emilia secara langsung.
Emilia juga menatap tatapan Subaru yang penuh tekad. Namun, mata Emilia dipenuhi dengan kebingungan, dan Subaru tidak bisa mengerti reaksinya.
Dan kemudian, kata-kata yang mengikutinya benar-benar melampaui pemahaman Subaru.
"....... Siapa itu Rem?"
Subaru mempercayakan tubuhnya pada ketenangan tersebut. Memikirkan kembali pengalamannya, ini mungkin pertama kalinya dia berkendara di kereta yang tenang seperti ini.
Jika dia dipaksa untuk memilih, maka saat mereka menuju Ibukota dari mansion Roswaal adalah yang terbaik, tapi pada saat itu, karena kesalahannya sendiri, dia mengubahnya menjadi perjalanan yang keras, dan tidak ada waktu baginya untuk menikmati perjalanan tersebut.
Tapi pada akhirnya, semua berjalan baik-baik saja sejak saat itu, jadi dia tidak bisa menyebutnya sebagai pengalaman yang buruk.
Dan usai kedua kalinya dia berkendara menuju daerah Roswaal dari Ibukota karena masalah Pemuja Penyihir, dia sepenuhnya tidak bisa tenang pada waktu itu. Alhasil, ini adalah pertama kalinya Subaru bisa mengendarai kereta naga tanpa pikiran menyimpang ataupun ketidaksabaran.
Well, meski begitu,
"Petra, apa kau tidak terlalu dekat?"
"Kupikir tidak? Apa ada yang salah, Subaru?"
Petra, gadis kecil yang kini sedang menatap Subaru dengan mata bulat dan rambut merah kecoklatannya. Dia duduk di sebelah kiri Subaru, dan sejak keberangkatan mereka, dia selalu memegang tangan Subaru dan melekat padanya.
Awalnya, Subaru pikir itu karena ketakutan, tapi sampai sekarang, Petra terus memegang tangan Subaru dengan sebuah senyum lebar.
"Aku merasa seperti seorang ayah. Intuisi seorang ayah yang kukira tidak kumiliki saat ini sedang meluap-luap~!"
"Sampai sekarang Onee-chan itu sangat licik... jadi ini tak masalah, kan? Kita masih punya banyak waktu sebelum sampai ke Ibukota."
"Petra, sampai sekarang itu, uh... sedikit berbeda. Lihat, um, aku punya banyak hal penting yang harus kubicarakan dengan Subaru. Aku tidak sedang mencoba menyimpan dia untukku sendiri atau semacamnya..."
Pernyataan Petra membuat Emilia semakin bingung. Dia tidak sepenuhnya paham dengan situasi ini, namun Petra tidak terlihat seperti benar-benar membencinya.
Ini sebenarnya lebih seperti perluasan hubungan mereka, tapi bagi Emilia yang tidak terbiasa berurusan dengan anak kecil, ini bukanlah masalah yang bisa ditertawakan.
"Emilia-tan, jangan menganggapnya terlalu serius. Yang berbicara di sini itu anak-anak. Kau hanya perlu menanggapinya dengan senyum atau apa gitu..."
"Tidak mungkin aku bisa menipu seperti itu hanya kerena mereka adalah anak-anak."
"Muu, kau tetap saja mengolokku."
Emilia menekan bibirnya tidak puas, sementara Subaru, tertawa sambil mengatakan "Maaf, maaf". Melihat hal ini, Petra menarik lengan baju Subaru tanda komplain, jadi Subaru harus berbicara dengannya juga.
Dikelilingi oleh gadis manis di kedua sisinya, Subaru diberkati dengan perkembangan yang sangat langka buatnya. Well, salah satu dari mereka menggantung pernyataan cinta Subaru, sementara di sisi lain, Subaru bisa mengharapkan sesuatu dalam tiga tahun kemudian.
Saat ini, Subaru dan rombongannya sedang menaiki kereta naga yang menyusuri jalan raya Reefaus, menuju ke Ibukota.
Kereta ini adalah kereta yang berbeda dengan kereta yang telah dipasang sihir biji ledakan, dan kusirnya adalah seorang pria yang bekerja untuk asosiasi pemuda. Di dalamnya terdapat Subaru, Emilia, dan para anak-anak.
Awalnya, mereka khawatir dengan keadaan sekitar dan mencoba meninggalkan Subaru dan Emilia sendiri, tapi pada akhirnya, Petra menyelipkan dirinya ke dalam rombongan Subaru dengan antusias.
Karena Petra menyela di waktu berduaan mereka, Subaru jelas-jelas ingin komplain... Well, memang semuanya jadi seperti itu, tapi pada kenyataannya, gangguan Petra juga sedikit membantu.
Bagaimanapun, ini semua terjadi setelah Subaru berulang kali mengucapkan kata-kata memalukan tersebut. Mencoba bertingkah keren, dia memberitahu Emilia kalau dia akan menunggu jawaban pengakuan itu, tapi api cinta Subaru sudah begitu membara, dan dengan rasa mendapat prestasi yang muncul setelah membimbing semuanya sampai akhir, dia tidak mampu menginjak remnya.
Di skenario terburuk, dia mungkin akan meminta kompensasi lebih dari sekedar bantal pangkuan.
"Wow, aku benar-benar dalam masalah. Setelah pergi sejauh itu untuk pamer, ternyata ada batas untuk tidak memilih."
"Apa....?"
"Aku berbicara soal Petra yang sudah membantuku. Oh, ngomong-ngomong, kau menepati janjimu untuk tidak meninggalkan Emilia sendiri kan? Hebat, kerja bagus."
"Ehehehe..."
Dengan lembut menepuk kepala gadis kecil yang sedang menatapnya, Subaru mengungkapkan double terima kasihnya.
Jika dia atau anak lain melepaskan tangan Emilia, Emilia kemungkinan besar akan memaksakan dirinya dan berakhir terluka. Semuanya tidak berakhir seperti itu, dan Subaru bisa melihat hasil kerja kerasnya, itu semua berkat anak-anak dan orang-orang yang telah membantunya.
Dia benar-benar diberkati oleh sekelilingnya. Terlalu diberkati.
"Sekarang semuanya sudah tenang, sepertinya aku harus berterima kasih pada banyak orang."
Dari faksi Crusch, ada Crusch sendiri, lalu Ferris, dan tentu saja Wilhelm. Dari faksi Anastasia, meski menjengkelkan, ada Julius, dan semua orang dari kelompok pedagang. Dan di belakang semuanya, meski mudah dilupakan, tapi dia harus berbicara dengan Russell, dan Subaru juga sudah berjanji untuk memberinya HP.
Sangat disayangkan karena dia berakhir menipu Russell, tapi memikirkan keberuntungan yang dibawanya, Subaru mungkin akan memberikannya sambil berpura-pura tidak tahu. Maaf.
"Ada banyak hal yang harus kupikirkan."
Pertama, ada pertanyaan tak terelakkan untuk Roswaal dalam kegemparan yang terjadi kali ini. Di atas semuanya, dia perlu berbicara dengan Anastasia dan Crusch, tentang bagaimana laporan penaklukan Paus Putih dan Uskup Agung Kemalasan.
Terutama soal Paus Putih, jika kata-kata Crusch bisa dipercayai, Subaru mungkin bisa mendapatkan beberapa prestasi dari sini.
Dia sama sekali tidak bernafsu mendapat kehormatan ataupun martabat, tapi jika reputasi Subaru meningkat sedikit saja, itu pasti akan membantu Emilia dan faksinya. Meski dia dicap sebagai orang tidak tahu malu, Subaru dengan tegas mengincar hal tersebut.
Saat dia menyadari banyak hal, masih ada masalah perlindungan dan pemberesan desa. Masa depan itu nampaknya penuh kesulitan.... Juga, sebelum itu, ada gunung lain yang harus Subaru daki.
"Ahh, umm, Emilia-tan... ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kubicarakan denganmu, tapi...."
"Ya, ada apa?"
Emilia meletakkan satu jarinya di rambut peraknya, dan dia perlahan menolehkan kepalanya ke arah Subaru. Mata ungunya penuh dengan kepercayaan, dan melihatnya, Subaru bisa merasa kalau tindakannya sudah sangat pantas. Namun, dia tetap takut, melihat bagaimana mata itu bereaksi terhadap apa yang akan Subaru katakan berikutnya.
Subaru punya masalah yang tidak bisa dia hindari, yang mana harus dia beritahu pada Emilia... Itu adalah soal Rem.
Jika kau berbicara soal orang yang perlu diberi ucapan terima kasih, dalam pengulangan ini, tidak ada satupun orang yang sepenuh hati membantunya selain Rem.
Berkat cinta dan dedikasi Rem, Subaru bisa memulihkan hatinya yang pernah hancur sekali, dia juga telah memanggil kembali tekad Subaru untuk berdiri dan melawan takdir.
Jika tidak ada saat-saat itu, Subaru tidak mungkin ada di sini sekarang. Jika bukan karena keberadan Rem, Subaru tidak akan pernah bisa lari dari neraka keputusasaan tersebut.
Rem, terus berada di sisinya dan terus mendukungnya di saat-saat paling pahit dan paling menyakitkan yang pernah Subaru lalui.
Kepada gadis yang telah melakukan semua ini untuknya, Subaru menyimpan rasa sayang dan kekaguman yang begitu mendalam.
Sampai saat ini, Subaru yakin kalau perasaannya hanya terfokus pada satu orang. Bahkan, bagi Subaru, orang yang ada di pikirannya hanyalah Emilia dan tidak ada orang lain lagi.
Namun, keberadaan Rem, saat rasa sayangnya terhadap Emilia tetap tidak berubah, menjadi sama besarnya bagi Subaru, dan terus berada di dalam hatinya.
Dan begitulah, Subaru membuat sebuah keputusan. Mungkin terlihat tidak pantas tiba-tiba menjadi serius begini, tapi karena dia tidak mampu menyerah terhadap perasaan mereka.
--- Dia memutuskan memilih Emilia dan Rem.
Juga, dia sudah mendapat izin Rem soal ide yang kurang ajar ini. Yang tersisa hanyalah masalah membujuk Emilia, dan dia diberitahu oleh Rem untuk membicarakannya bersama, tapi,
"Jika aku bergantung pada Rem hingga ke titik itu, aku pasti akan jadi yang terburuk dari yang terburuk."
Bahkan jika Subaru bisa menciptakan kesempatan di mana Rem bisa bergabung dalam percakapan mereka, tetap tanggung jawab Subaru untuk mulai membicarakannya. Dia berencana mendapatkan kedua cinta gadis ini, jadi ini adalah rintangan yang harus dia kalahkan.
Menarik napas, Subaru memilih kata-kata sambil merasakan jantungnya yang berdetak cepat. Dia memaksa pandangannya beralih, dan menatap Emilia. Emilia balik menatap Subaru. Manis sekali.
"Ini adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dibicarakan, tapi aku ingin kau mendengarkanku. Tentu saja, menurutku aku juga perlu memberitahu kakaknya, tapi.... pertama-tama, aku ingin memberitahumu."
"Ya?"
Ragu-ragu, Subaru membuat awalan yang tak perlu, membuat Emilia bingung.
Menderita karena kelemahannya terlihat begitu saja, Subaru mati-matian memeras otaknya mencari kata-kata.
Kepalanya berada di perseneling penuh, ini adalah yang paling cepat dalam beberapa hari belakangan. Dia membuat sinaps-nya bekerja begitu keras, sampai-sampai percikan api bisa saja muncul dan berusaha menemukan respon terbaik....
"Sebenarnya, ini soal Rem. Rem itu, uh, dia... bagiku... uh, kau tahu? Dan begitulah, soal pengakuan itu, aku memang melakukannya untuk diriku sendiri, tapi......"
Keringat perlahan menyebar di dahi Subaru saat dia mulai berbicara. Sepertinya dia mencoba mencari beberapa alasan, tapi dia pikir, Emilia yang ahli menebak, akan mengerti dirinya yang sudah berbicara sejauh ini.
Di depan Subaru yang dipenuhi keringat, Emilia mengangkat tangannya dan mengatakan "Tunggu,"
"Subaru, tenang. Aku tidak paham apa yang coba kau katakan. Aku mengerti kau sedang berusaha untuk menjelaskannya. Kau itu anak yang baik, jadi santai saja."
"Bilang kalau aku ini anak baik, rasanya nilaiku sudah turun... Tidak, aku tidak sedang mencoba jadi jantan. Ahh, aku akan mengatakannya dengan jelas. Um, jadi.... sebenarnya Rem bilang kalau dia juga mencintaiku, karena Emilia-tan juga menyukaiku.... uh, kalian berdua akan jadi milikku, uh bagaimana aku mengatakannya ya?"
Mengandalkan momentum tersebut, Subaru membuat dua pernyataan sekaligus.
Memikirkan kembali pernyataannya barusan, Subaru pun mundur lumayan jauh. Tentunya respon Emilia juga akan mirip seperti itu, atau dia mungkin akan menatap Subaru dengan tatapan kecewa dan jijik. Setelah membayangkan situasi pesimistis seperti itu, Subaru menatap Emilia dengan gugup, dan,
"........."
Respon Emilia sepenuhnya berbeda dengan bayangan Subaru.
Dia mengernyit mendengar kata-kata Subaru, dan terus diam sambil meletakkan jari di bibirnya, berpikir.
Mengamati pernyataan Subaru, Emilia sedang memikirkan hukuman yang layak bagi Subaru.... tidak, ini bukanlah suasana santai seperti itu.
"Subaru."
"Ya?"
Setelah namanya dipanggil, Subaru menolehkan wajahnya menghadap Emilia secara langsung.
Emilia juga menatap tatapan Subaru yang penuh tekad. Namun, mata Emilia dipenuhi dengan kebingungan, dan Subaru tidak bisa mengerti reaksinya.
Dan kemudian, kata-kata yang mengikutinya benar-benar melampaui pemahaman Subaru.
"....... Siapa itu Rem?"
---End---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 3 - Interlude 2
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero All Volume
Translator : Zhi End Translation...
2 Komentar
Makasih banyak min ^^
Balaslanjutan animenya arc (volume)chapter berapa min ? maap ane baru ngunjungin situs ini
Balas