Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 28
Chapter 29 : Seorang Pria Omnivora.
Mendekati inti dari apa yang ingin dia ketahui, Subaru mencondongkan cangkir tehnya.
Membiarkan teh panas mengalir melewati tenggorokannya, Subaru menelan teh bersama dengan keraguannya untuk sementara, menenangkan mereka ke dalam perutnya. Lalu, dengan serius mempertimbangkan apa yang harus dia katakan selanjutnya,
"Seberapa jauh.... kau bersedia menjawab pertanyaanku?"
".... Kau mungkin sudah menyadari keenggananku, tapi jangan berharap terlalu banyak dariku. Karena kontrakku, tak ada banyak informasi yang bisa kuberi pada Su-bo. Sementara untuk Ujian, aku berada di bawah perintah ketat untuk tidak mengizinkan orang luar ikut campur dengan Makam."
"Caramu mengatakan hal tersebut sudah memberiku beberapa petunjuk.... perintah yang ketat ya."
"......"
Menghadapi pertanyaan Subaru, Lewes hanya bisa terdiam.
Menilai dari kata-kata dan perilakunya sejauh ini, rasanya tak ada banyak musuh yang sanggup mencondongkan Lewes mengikuti kehendak mereka. Kemungkinan besar ini adalah perintah Roswaal, tapi,
"Kalau begini, tujuan orang itu jadi semakin sulit dipahami. Apa benar dia ingin aku... ingin kita melewati Ujian itu? Atau tidak? Aku bahkan tidak yakin apa dia berencana membantu kita atau tidak."
"Kurasa dia ingin kau menemukan jawaban itu sendiri, atau sesuatu semacam itu. Bahkan dulu pun, Ros-bo adalah anak nakal yang suka melakukan sesuatu dengan cara yang tak jelas dan berputar-putar. Dia mungkin tumbuh menjadi lebih tinggi, tapi jauh di dalamnya, dia tak berubah sedikitpun."
Mungkin karena sudah saling mengenal untuk waktu yang sangat lama, Lewes pun dengan entengnya bisa mengatakan hal itu tentang Roswaal kecil.
'Tidak berubah sedikitpun'. Hanya mengetahui tentang sisi mesum Roswaal, Subaru merasa merinding memikirkan seperti apa jadinya Roswaal ketika dulu tubuhnya masih pendek nan gemuk.
"Well, pasti masih ada beberapa keimutan yang tertinggal di sana, mmyeah, mungkin barangkali."
"Masa kecil Ros-bo ya..... hm, karena itu berhubungan dengan rahasia keluarga Mathers, aku takut aku tidak bisa membocorkan apapun lebih jauh lagi."
"Uogghh, tapi aku tertarik.... tidak, tunggu, apa aku benar tertarik? Sebenarnya aku tidak benar-benar keberatan tidak mengetahui banyak tentang kepribadian orang itu."
Melipat tangan dan memiringkan kepalanya, Subaru mulai bertanya-tanya kenapa dia awalnya ingin tahu, dan,
"Baik, kita kesampingkan saja hal itu. Aku hanya ingin tahu apa yang orang itu rencanakan, tidak perlu memahaminya."
"Cepat sekali kau sampai pada kesimpulan itu."
"Kita tak perlu mengkhawatirkan hal yang sia-sia untuk dikhawatirkan. Pada akhirnya, manusia itu tidak bisa memahami semuanya dari nol sampai seratus. Tapi meski begitu, kita masih ingin memahami beberapa hal, dan kurasa itulah yang disebut cinta. Aku akan selalu mencintai Emilia-tan, tapi aku tidak sebegitunya mencintai Roswaal!"
Di depan pernyataan yang jelas-jelas mengesampingkan Roswaal, Lewes mengangguk merasa terkesan, dan melanjutkan dengan "kalau begitu," dia menyentuhkan tangan pada dagunya,
"Sepertinya, tak ada topik lain yang bisa kubicarakan denganmu...."
"Naah, asalkan kita tidak menyentuh apa yang dilarang dalam kontrak Lewes-san, WAKTU TANYA-JAWAB ku masih terus berlanjut, ya kan? Lupakan soal kepribadian Roswaal untuk saat ini, tapi aku masih ingin menanyakan beberapa hal dari nenek serba tahu Sanctuary, Lewes-san."
"H...hmm. Well, jika kau hanya ingin bertanya, tak masalah, silakan tanya. Tapi, konsekuensi mengerikan dari rusaknya kontrakku tak terbatas hanya untuk diriku saja. Jangan sampai lupakan ini, paham?"
Sedikit membungkuk, gadis kecil itu menatap dan mengancam Subaru.
Jujur saja, itu terlihat sangat menggemaskan sehingga tak memberikan tekanan sama sekali, tapi Subaru tetap memeluk bahunya sendiri berpura-pura gemetar ketakutan, dan merengek "menakutkan sekali," dengan genangan air mata di matanya,
"Baiklah, karena kita telah menetapkan si penyerang yang mengerikan dan si korban yang ketakutan, apa sekarang sudah waktunya bertanya?"
"Rasanya sedikit sulit menerima caramu menjadikanku penjahat barusan."
"Seorang pria pernah berkata, ini ya ini, itu ya itu. Jadi pertanyaannya sekarang... Kau bilang bahwa Frederica dan Garfiel itu bersaudara, dan Frederica tinggal di Sanctuary, benar?"
Ketika Lewes masih tidak bisa menerima caranya diperlakukan, dengan senyum yang dibuat-buat, Subaru langsung masuk ke topik utama. Melihat ekspresi Lewes berubah ketika mendengar pertanyaannya, Subaru melambaikan satu jarinya,
"Frederica yang seharusnya berada di Sanctuary, sekarang sedang berpakaian dengan seragam maid dan bekerja di mansion Roswaal. Tapi, dari apa yang sudah kukumpulkan, situasi ini terdengar sedikit aneh."
"Hmm, aneh bagaimana?"
"Jika Frederica adalah saudara Garfiel, maka dia juga pasti seorang darah campuran. Lalu, dengan menjadi seorang darah campuran, dia seharusnya tidak bisa meninggalkan Sanctuary selama barrier masih utuh."
Barrier Sanctuary yang bereaksi terhadap darah seorang darah campuran, menghalangi jalan keluar mereka.
Itu adalah sesuatu yang membuat Emilia pingsan saat masuk ke sini, membuat Garfiel dan Lewes terus terperangkap di tempat ini, dan dinding yang saat ini menjadi salah satu rintangan terbesar di jalan Subaru.
Setelah bersusah payah mencoba mencari cara untuk mengalahkannya, sekarang ada pengecualian yang telah melewati dinding tersebut. Dengan kata lain,
"Pasti ada beberapa jalan rahasia untuk meninggalkan Sanctuary. Atau mungkin bahkan keberadaan barrier itu sendiri adalah sebuah kebohongan."
"Sebuah kebohongan.... itu sedikit menjengkelkan. Kenyataannya, selama hidupku sampai saat ini, aku tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di dunia luar. Semua ini dikarenakan keberadaan barrier tersebut."
"Atau, mungkin kau telah ditipu oleh kontrak yang mengikatmu.... kemungkinan jahat yang tidak sepenuhnya mustahil, yeah? Bisa juga karena ada terlalu banyak resiko yang terlibat saat mengetes keberadaan barrier itu, jadinya tak ada seorangpun yang kepikiran untuk memastikannya. Tapi kemudian...."
Mungkin seluruh penduduk Sanctuary telah ditipu mengenai keberadaan barrier tersebut.
Ujian di dalam Makam sungguh benar-benar ada, jadi ini seharusnya tidak mungkin.
Namun, Subaru tidak bisa mengesampingkan kemungkinan kalau ini adalah rencana rumit untuk menjebak pengungsi desa Arlam dan membuat Emilia menjadi semakin terkenal.
"Mempertimbangkan kegemparan yang akan terjadi jika mereka mengetahui kebenarannya, ini sedikit terlalu tidak realistik. Jadi kemungkinan kedua secara otomatis bisa kita keluarkan... yang artinya hanya menyisakan kemungkinan pertama."
"Sebuah jalan rahasia.... ya. Tapi, apa yang akan kau lakukan begitu kau menemukan jawabannya?"
"Jika ada jalan rahasia yang bisa digunakan siapa saja, maka kita bisa menggerakkan semua orang yang ada di Sanctuary untuk keluar barrier, dan kita tidak perlu mengikuti Ujian."
Mendengar usulan kotor Subaru, Lewes menjatuhkan rahangnya.
Melihat Lewes seperti itu, Subaru melambaikan tangannya, "Iya kan?",
"Memang ada keuntungan untuk mengikuti Ujian. Jujur saja, aku sendiri juga sedikit diuntungkan oleh Ujian itu, tapi Ujian... atau dalam hal ini, masa lalu... menundanya untuk sementara itu tak masalah, kan? Ada saat di mana seseorang tidak harus dipaksa untuk menghadapi masa lalunya, benar?"
"Kau berbicara tentang Emilia-sama? Penderitaan itu tidak akan memilih waktu yang tepat untuk memberikan kunjungan mereka. Lari saat berada di hadapan malapetaka itu hanya akan...."
"Maksudku bukan lari selamanya. Tapi hanya mundur untuk membuat persiapan perang yang lebih baik. Itulah kenapa mereka menyebutnya taktik mundur. Memang ada saat-saat di mana kita harus bertarung di tempat yang tidak menguntungkan, tapi bergerak ke tempat yang lebih menguntungkan begitu ada kesempatan, adalah cara yang terbaik bagi dia dan orang-orang di sekitarnya, kan?"
Menyela Lewes saat dia sedang mencoba mengatakan sesuatu, Subaru terus menumpuk pembenaran soal melarikan diri, bersikeras bahwa tidaklah selalu memalukan seseorang membalik punggungnya.
"Bahkan jika dia tidak menghadapinya sekarang, suatu hari nanti dia pasti akan menghadapinya, apapun yang terjadi. Ini mungkin terasa ironis, tapi Ujian itu membuatnya ingat. Jadi dia sekarang harus memilih antara melupakan atau menerimanya. Dan yang bisa kulakukan hanyalah entah bagaimana membuat hal itu terasa tidak sesakit mungkin saat dia memutuskan."
".... Kau berbicara soal menjauhkannya dari penderitaan, namun kau tidak membiarkannya lari dari bagian yang paling menyakitkan."
"Baik lari dari bagian itu atau tidak adalah keputusannya juga. Tapi aku yakin bahwa dia.... Emilia tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Dan apa yang membuatmu mempercayainya? Setidaknya, itu mustahil buatku. Melihat bagaimana dia keluar dari Makam dan masih memiliki ekspektasi semacam itu darinya."
"Well, itu karena aku mencintai Emilia-tan sampai mati, kau tahu."
Ketika Lewes terus mengingkari Emilia, Subaru dengan santainya mengatakan hal tersebut seolah itu bukan apa-apa.
Dan meski Lewes sudah beberapa kali tak bisa berkata-kata sepanjang obrolan ini, kata-kata terakhir tadi adalah yang paling membuatnya terperangah sejauh ini.
Melihat wajah keheranan Lewes, Subaru tersenyum canggung dan menggaruk lehernya.
"Aku mencintai Emilia dan menurutku dia sangat manis. Jadi, aku percaya kalau gadis manis yang kucintai ini adalah tipe gadis yang akan mengatasi apapun, tak peduli seberapa sulit atau menyakitkannya itu. Aku mengharapkan mengharapkan dan mengharapkan hal ini darinya, dan aku percaya kalau dia akan memenuhi ekspektasiku."
"I.... itu bukan jawaban sama sekali. Tak peduli seberapa besar kau mencintai seseorang, tak ada yang bisa kau lakukan mengenai apa yang ada di hati orang lain. Su-bo, kau mestinya tahu......."
"Aku mengerti. Emilia adalah seorang gadis. Tidak seluruh bagian dari dirinya itu kuat, dan ada bagian yang sangat kecil dari dirinya yang lemah, dan mungkin bahkan ada juga bagian jelek yang sangat sangat sangat kecil di sana."
"Kau mengakui itu ada atau tidak...."
"Aku yakin.... meski itu adalah bagian lemah Emilia, bagian itu pasti akan menjadi bagian kuat yang akan bersinar pada akhirnya... itulah apa yang disebut kesetiaan, benar?"
Tertulis dalam hati Subaru, adalah kepercayaan bahwa kesetiaan merupakan ekspresi cinta yang paling kuat. Dan dia juga pernah merasakan kebahagiaan menerima seorang gadis mengabdikan seluruh jiwa dan raganya pada diri Subaru. Karena itulah,
"Aku akan melakukan apapun untuk Emilia. Aku yakin dia akan mengatasi bagian lemahnya dan menemukan kekuatan untuk mengangkat kepalanya. Dan aku juga akan bekerja keras demi masa depan di mana aku menunjukan ke wajah setiap orang, bahwa aku benar sudah mempercayainya."
".... Tapi meski begitu, dialah orang yang akan menghadapi bagian paling menyakitkan dari hatinya, sendirian."
"Tapi itu sudah jelas, kan? Aku tidak bisa berada di samping Emilia saat dia menghadapi masa lalunya. Jika aku ada di masa lalunya, aku pasti akan memegang tangannya saat dia terduduk di tanah menangis dan menariknya berdiri, melakukan semua yang kumampu untuk membuatnya ceria. Tapi aku tidak ada di sana. Apa yang terjadi di masa lalunya, tidak ada hubungannya denganku. Sebesar apapun aku ingin mengulurkan tanganku, ini seperti seseorang menonton drama dan tidak bisa ikut campur dengan apa yang terjadi di TV."
Itulah kenyataannya. Masa lalu adalah masa lalu, dan tak ada seorangpun bisa menyentuhnya. Bahkan masa lalu yang Subaru hadapi dan kalahkan, hanyalah sebuah fiksi. Dia tidak menyampaikan apapun pada orang tua aslinya, dan apa yang dia peroleh hanyalah kepuasaan diri.
Tapi,
"Dibanding tidak mendapat bonus sama sekali, pastinya lebih baik mendapatkan paling tidak sedikit bonus. Aku tidak bisa membantu Emilia menghadapi masa lalunya sementara aku terjebak di dunia nyata. Tapi dirinya yang sekarang, pasti bisa membantu dirinya yang dulu yang mana masih kurang mampu, benar? Membantu dirimu sendiri itu tidak melanggar peraturan, kan?"
"......"
"Meski aku tidak bisa membantunya secara langsung, aku akan menggunakan kata-kataku, tindakanku, kasih sayangku, dan.... well, aku akan sangat senang jika aku bisa berada di posisi yang paling tinggi di hati Emilia, tapi dia sudah menerima hal semacam ini dari orang lain juga. Setidaknya, dia yang sekarang, lebih dari Emilia yang dulu. Semakin banyak senjata yang dia miliki, semakin dia bisa membantu masa lalunya yang tidak sempurna. Itulah bagaimana kita bisa mengalahkan Ujian. Kesulitan Ujian diatur berdasarkan pada pemikiran ini, kan?"
Pernah mengalami hal itu sendiri, Subaru bisa mengatakannya lagi dan lagi tak peduli berapa kalipun dia diminta.
"Aku akan membantu Emilia. Aku akan melakukan semua yang kubisa untuk membantu dirinya yang sekarang mengatasi masa lalunya. Dan demi meraih tujuan itu, bahkan jika itu berarti mengambil jalan pintas atau mengambil resiko atau berlaku curang ataupun membayar uang sungguhan untuk game, aku pasti akan melakukannya. Itulah bagaimana aku berniat membantunya."
"Serius.... sungguh cara yang egois untuk mencintai seseorang."
"Aku bukanlah herbivora ataupun karnivora, kau bisa memanggilku pria omnivora....!"
Menjentikkan jarinya dan memamerkan kilauan giginya dengan sebuah kedipan, Subaru mengacungkan jempolnya dan menunjukan sebuah pose.
Menyaksikan Subaru tiba-tiba mengakhiri pidatonya seperti itu, Lewes menghembuskan helaan napas panjang seolah sudah pasrah.
"Sungguh kata-kata yang begitu panjang demi membuat alasan untuk melakukan sesuatu yang licik."
"Hehehe."
"Berbelit-belit sekali.... Maafkan aku, tapi aku tidak bisa memberitahumu rincian mengenai jalan pintas itu. Namun, aku bisa memberitahumu kalau mustahil hanya mengandalkan hal itu. Cara Frederica meninggalkan Sanctuary adalah pengecualian. Yang lain tidak bisa melakukan hal yang sama."
Lewes menggelengkan kepalanya dan menghancurkan harapan Subaru. Hati Subaru runtuh mendengar kata-kata Lewes, bahunya merosot, dan lututnya jatuh ke atas lantai.... namun, hal itu terjadi. Malahan,
"Oh, tidak bisa ya. Kupikir akan sangat hebat kalau itu bisa berhasil, tapi kurasa tak masalah. Kemudian, pertanyaan berikutnya...."
"Mungkin sedikit lucu mendengar hal ini dariku, tapi, kau beneran tidak suka menyerah ya, Su-bo."
"Jika aku menyerah semudah itu, siapa yang tahu sudah berapa kali aku harus duduk di dalam perut Paus sekarang. Ini juga sedikit lucu bagiku untuk mengatakannya, tapi tidak pernah menyerah dan KEDALAMAN CINTA adalah satu-satunya senjata yang kupunya, kau tahu."
Subaru memamerkan ketidakbergunaannya, dan sekali lagi, Lewes hanya berdiri di sana merasa bingung seperti yang sudah dia lakukan berkali-kali dalam satu jam terakhir. Subaru menepukkan tangannya dengan "Di samping itu",
"Meski aku punya berbagai macam masalah dengan perkara ini, aku tetap sadar kalau membuat Emilia mengeluarkan kekuatan aslinya dan mendobrak melewati Ujian itu, adalah cara yang paling epik nan heroik untuk melakukannya. Jadi, apakah si VETERAN-PENANTANG-UJIAN Lewes-san memiliki beberapa saran?"
"Kenapa aku merasa seperti baru saja dipanggil dengan sesuatu yang tidak seharusnya?.... Dan meski kau bertanya padaku, aku hanya bisa memberitahumu kalau aku ini tidak tahu. Lagipula aku tidak pernah mengikuti Ujian, jadi tidak mungkin aku tahu jawabannya."
"Wuh?"
Memiringkan kepalanya, Subaru mengeluarkan erangan bodoh di depan jawaban Lewes.
Tapi pasti, barusan, dia mendengar sesuatu yang tidak bisa dia abaikan. Bagaimanapun,
"Tadi, mungkinkah kau barangkali baru saja memberiku penjelasan bahwa kau tidak pernah mengikuti Ujian?"
"Apa-apaan cara bicara yang tiba-tiba jadi sopan ini!? Itu sudah jelas, kan? Aku tidak diizinkan menantang Ujian yang dikhususkan bagi mereka yang berasal dari luar Sanctuary. Yang lainnya pun sama. Setidaknya dalam 70 tahun yang kuhabiskan di sini, aku tidak kenal siapapun yang pernah mengikuti Ujian itu. Su-bo adalah yang pertama."
"Tidaktidaktidakanehanehaneh. Tahan dulu, sabar, tunggu, ada sesuatu yang aneh, semua informasi jadi kacau. Tolong beri aku sedikit waktu untuk menyeimbangkan buku yang ada di dalam kepalaku."
"Kau punya lima menit."
Mengangguk menanggapi kesabaran Lewes yang tak disangka, Subaru menyentuhkan jari-jarinya pada pelipis dan mulai mengingat-ingat kembali memorinya.
Kemarin lusa di pengulangan sebelumnya, hingga saat di mana dia pertama kali keluar setelah menyelesaikan Ujian, mencerna detail setiap menit dalam ingatannya pada waktu itu,
"....Wha?"
Di dalam ingatan itu, 'ketidakkonsistenan' yang seharusnya tidak ada di sana, Subaru tidak pernah menyadarinya sampai sekarang.
Wajahnya berkerut saat dia menyadari fakta ini. Subaru berusaha keras menahan gumaman penuh keraguannya yang dia ucapkan dengan pelan. "Apa yang terjadi?", tapi begitu kecurigaan itu tumbuh, tak ada yang bisa menghentikannya untuk berakar dan berbunga di atas tangkainya.
Di ingatan Subaru, di malam sebelum Ujian, Lewes pernah berkata,
------ Tak ada satupun orang yang pernah mengikuti Ujian itu sampai sekarang. Selama hidupnya sampai saat ini, tak pernah ada seorangpun penantang.
Di ingatan Subaru, tepat sebelum Ujian dan tepat setelahnya, Lewes pernah berkata,
------ Dia pernah mengikuti Ujian itu, gagal melewatinya, namun masih segar bugar, dia menunjukannya sebagai bukti bahwa tak ada bahaya dalam menantang Ujian tersebut.
(T/N : bagi yang penasaran, ini ada di chapter 13 dan 15)
Hanya dalam jangka waktu satu hari, pernyataan Lewes sudah sepenuhnya bertentangan.
Adalah perkara yang berbeda jika ini murni masalah emosi, tapi isi yang kontradiktif tersebut, berkaitan dengan pengalaman hidup dan kenyataan itu sendiri. Perubahan arah informasi yang sangat drastis seperti ini, hanya bisa mengarah pada sumpah palsu, atau jika bukan, sebuah kebohongan yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Masih mempertahankan postur berpikirnya, Subaru menolehkan pandangannya ke arah Lewes yang sedang bermain dengan rambut pink-nya, menunggu.
Melihatnya duduk di atas ranjang, mengayun-ayunkan kakinya yang tidak cukup panjang untuk menyentuh lantai, dan terlihat seolah sedang mencari cara untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa bosan, kau bisa saja lupa kalau dia adalah seorang nenek di dalam, dan mengiranya sebagai seorang gadis kecil.
Mengingat kembali interaksi mereka hingga saat ini, Subaru benar-benar tidak ingin percaya kalau Lewes sedang mempermainkannya, tapi,
“Kalaupun beberapa bagiannya benar, mana yang bisa kupercayai?”
Biasanya, ketika menghadapi informasi yang saling bertentangan, Subaru hanya akan mempercayai kata-kata dari mereka yang ingin ia percayai, tapi Subaru tidak bisa membuat penilaian dengan begitu entengnya, ketika nasib Emilia bergantung pada keputusannya. Kurang lebih begitu, mengingat ini adalah masalah hidup mati dalam artian kata secara harfiah. Dia harus berhati-hati.
Ini adalah ketiga kalinya dia dan Lewes mendiskusikan topik tentang Ujian.
Pertama, dia mengaku pernah menantangnya, dan kedua, dia menyangkal adanya orang yang pernah mengikutinya. Meski ini bukan sesuatu yang bisa diputuskan oleh mayoritas, pernyataannya yang menegaskan bahwa dia tidak tahu apa-apa soal Ujian, terlihat lebih bisa dipercaya.
Mengikuti Asumsi tersebut, Lewes mungkin berbohong soal Ujian itu kepada Subaru yang cemas, hanya untuk membuat pikiran Subaru menjadi lebih tenang. Tapi jika benar begitu, maka dia seharusnya langsung menjelaskan kalau itu adalah bohong....
“Kalau ada alasan dia tidak melakukannya.... mungkin dia sudah mulai pikun....”
“Barusan, kau sepertinya sampai kesimpulan yang agak kasar mengenai diriku ya?”
“Kalau kau bisa mengingat usahaku yang konsisten di masa lalu untuk membuktikan niat baikku, dan membuat hal itu mengimbangi dosa-dosaku belakangan ini, Subaru pasti akan sangat berterima kasih. Ucap Subaru dengan ekpresi tegang di wajahnya.”
Menyaksikan Subaru mencampuradukkan permintaan maaf dan leluconnya, Lewes menghela napas, dan menggumam “Ayeayeaye...”, kemudian, dengan lesu menggelengkan kepalanya,
“Jadi, apa kau mendapat jawaban dari obrolan dengan benakmu itu?”
“Jawaban atau bukan, ini lebih seperti aku sampai pada sebuah kesimpulan. Um, Lewes-san, apakah kau khawatir denganku? Seperti saat di luar Makam kemarin?”
“Khawatir?”
Melihat Lewes hanya mengulangi kata-katanya seperti seekor burung beo, Subaru mengangguk “Yeah” dan dengan feminim menyentuhkan ujung jarinya bersamaan seperti seorang gadis, kemudian,
“K-kau sebelumnya bilang kalau kau tidak pernah mengikuti Ujian, tapi saat berada di luar Makam, kau memberitahuku bagaimana kau mengikuti Ujian dan gagal, tapi itu bukan masalah besar, iya kan? Ta-tapi mungkin kau hanya mengatakannya karena kau khawatir denganku, atau ini memang bukan seperti itu dan hanya aku saja yang GR, tapi aku baru saja menyadarinya itu saja......” (Suara cewek)
“...... Ahh, jadi soal itu.”
Dengan suara yang berisi emosi seakan telah memahaminya, Lewes menyela kalimat cepat Subaru yang terasa menjijikkan. Dan, melihat Subaru mengernyitkan dahinya keheranan setelah mendengar suaranya, Lewes pun tersenyum, dan,
“Su-bo, aku akan memberitahumu sesuatu yang bagus. Sesuatu yang special.”
“Sesuatu yang bagus?”
“Karena kontrak yang kumiliki, aku dilarang untuk 'berbohong'. Dan begitulah, kapanpun aku ditanyai pertanyaan yang tidak pantas, aku hanya bisa memilih untuk menjawabnya dengan diam. Tanpa terkecuali, hal ini tidak bisa diubah demi siapapun. Berbohong itu dilarang. Dan ini untuk diriku, sekaligus seluruh penghuni Sanctuary.”
“Kau tidak bisa..... berbohong...?”
Di hadapan pengakuan tiba-tiba Lewes, respon Subaru hanyalah kebingungan.
Karena, jika apa yang Lewes katakan memang benar, maka dasar dari segala sesuatu yang telah Subaru pertimbangan sejauh ini akan berubah 180°. Atau lebih tepatnya, bahkan sebelum itu, jika apa yang dia katakan benar, maka seluruh situasi yang membuat Subaru curiga, akan sepenuhnya saling bertentangan.
….. Jika dia tidak bisa berbohong, lalu bagaimana caranya dia menciptakan situasi yang tidak akan bisa dibuat kalau dia tidak berbohong?
“Itu.......”
“Tadi, aku sudah mengatakan batas dari apa yang bisa kuberitahukan padamu. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan lain yang melebihi hal itu. Kesengsaraan pasti akan menimpa kita jika kita melanggar kontrak. Jika kau ingin tahu lebih jauh lagi, jangan bertanya pada orang kuno yang telah berhenti di jalurnya ini, kau sebaiknya bertanya pada mereka yang terus melangkah ke depan.”
Belum apa-apa sudah ditolak, Subaru hanya bisa menutup mulutnya yang terbuka dan terdiam.
Subaru hanya bisa melanjutkan percakapan ini dengan bergantung pada niat baik Lewes, jadi begitu Lewes menolaknya seperti ini, tak ada yang bisa Subaru lakukan. Tapi Lewes sudah memberi Subaru sebuah petunjuk.
Dengan memahami fakta tadi, Subaru merasa bahwa Lewes tidak mungkin berbohong mengenai keinginannya untuk terbebas dari tempat ini.
“Aku mengerti, aku tak akan bertanya lebih dari itu. Ayo kita ganti topiknya..... ke sesuatu yang lain.”
“Kau memang orang yang aneh. Kau sudah tahu bahwa kau tak bisa mendapatkan sesuatu yang penting dariku, dan kau masih ingin meminum teh serta berbincang-bincang dengan orang tua sepertiku?”
“Aku sudah melewatkan waktu sarapan, dan tak ada banyak hal yang bisa kulakukan sampai Emilia-tan bangun. Aku sudah sangat kesal hanya dengan melihat wajah Roswaal, Garfiel mengarahkan taring-taringnya padaku, sementara bercanda dengan Otto itu terlalu melelahkan, jadi aku hanya bisa memperdalam hubungan pertemananku yang berharga dengan nenek-loli ku ini.”
Berdiri, Subaru mengambil dua buah cangkir yang kini sudah sepenuhnya dingin dan menuju dapur, diikuti oleh tatapan Lewes,
“Jangan khawatir. Selama beberapa waktu, meskipun sebentar, aku pernah bekerja sebagai pelayan di mansion Roswaal, kau tahu. Mereka setidaknya mengajarkanku satu atau dua hal tentang membuat teh.”
“Hmm, kalau begitu izinkan aku menunggu dengan sedikit berharap.”
“Uwa, PURESSHA....”
Mengatakan hal tersebut sambil menuang teh ke dalam cangkir, Subaru menyerahkan salah satu cangkir pada Lewes dan kembali ke tempat duduknya. Saling berhadapan, mereka menyesap teh baru mereka, dan,
“Lumayan.”
“Bahkan ketika aku menyeduhnya sendiri pun, aku masih merasa rasanya seperti daun. Sekarang, untuk topik yang baru.....”
“Aku tak akan menggubrisnya jika kau ingin melanjutkan topik yang tadi. Tapi jika bukan.... well, aku masih akan menanggapi topik lain sejelas yang kubisa."
“Baiklah, kalau begitu akan kupegang kata-katamu.”
Melihat rona rasa bersalah di wajah kecil Lewes, bibir Subaru membentuk sebuah senyum nakal.
“Apa kau tahu sesuatu yang ditakuti si bajingan Garfiel itu, atau hal-hal yang dia benci? Seperti sesuatu yang akan membuatnya langsung pingsan saat dia melihatnya?”
“Su-bo.... pernahkah kau merasa bahwa caramu berusaha itu sedikit licik?”
Dan, dengan begitu, Subaru berhasil membuat wajah Lewes memasang ekspresi paling aneh sepanjang satu jam terakhir.
XxxxX
Begitu obrolan sembari minum teh mereka berakhir, usai membereskan cangkirnya, Subaru meninggalkan si nenek-loli kesepian yang bilang ingin sendiri dan keluar dari rumah.
Sekitar satu jam telah terlewati, atau mungkin sedikit lebih lama, pikir Subaru. Tapi, melihat matahari yang seharusnya baru terbit kini sudah menggantung tinggi di langit, serta merasakan suhu yang menjadi semakin hangat, ini pastinya lebih lama dibanding apa yang Subaru pikirkan.
Menilai dari sensasinya, mungkin sekarang sudah jam 10 pagi lewat.
“Sangat disayangkan, padahal ini hari yang cerah dan sempurna untuk menjemur futon.....eh, kenapa aku merasa seolah gagal menjadi seorang hikikomori dengan pemikiran tadi!”
Bermandikan cahaya matahari, hal pertama yang terlintas di pikiran Subaru adalah mencuci. Sebagai pola dasar dari para pemalas yang kurang sehat, hal ini sungguh tak bisa dipahami. Tapi, mengesampingkan sentimen tersebut untuk saat ini,
“Sudah saatnya, Emilia akan segera bangun. Dia mungkin masih ketakutan karena kejadian kemarin malam.... sebaiknya aku menggunakan kesempatan ini untuk menanamkan keberadaanku di hatinya ketika dia sedang lemah.”
Bahkan saat menggumamkan pernyataan yang agak berbelit-belit tersebut, jauh di dalam benaknya, Subaru benar-benar merasa khawatir dengan Emilia saat dia mempercepat langkahnya.
Secepat yang dia bisa, dan selama yang dia bisa, dia ingin tetap berada di samping Emilia dan menghiburnya.
Karena, bagaimanapun caranya.....
“Besok, aku tak punya pilihan lain selain meninggalkan sisinya.”
Siang ini, Roswaal secara formal akan mengajukan usulan untuk membebaskan pengungsi dari desa Arlam. Kemudian, jika mereka langsung memulai persiapannya, maka mereka bisa berangkat dari Sanctuary besok. Subaru akan menemani mereka sekali lagi, karena ada sesuatu yang harus dia urus di mansion.
“Jika aku ingin tahu lebih jauh, jangan bertanya pada orang yang telah menghentikan langkahnya, aku sebaiknya bertanya pada orang yang terus melangkah ke depan.... gezz, sungguh cara penyampaian yang berputar-putar.”
Tentu saja, tanpa mengatakannya dengan cara yang berputar-putar pun, nenek-loli itu takkan bisa menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan.
Sedikit merasa kasihan padanya karena harus melalui semua masalah ini, Subaru menghela napas, dan mempercepat langkahnya sekali lagi,
“Aku sangat tidak sabar mendengar ceritamu tentang adik tak bergunamu dan kampung halamanmu yang merepotkan, Frederica!”
---End---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 30
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Zhi End Translation..
6 Komentar
Mantap min lanjutkan :v
BalasMantap min ok thank chap 29 nya ditunggu lanjutan nya chap 30 secepatnya min thank
Balasdi tunggu kelanjutannya min 😎
BalasMantepp Minn Lanjutkann 👍👍
BalasMantepp Minn Lanjutkan 👍👍👍👍
BalasUlululululu ntapss min :v
Balas