[Translate] Re:Zero Arc 4 - Obrolan Sembari Minum Teh
Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 27
Chapter 28 : Obrolan Sembari Minum Teh.
Merasakan cahaya pertama fajar membakar kelopak matanya, Subaru mendudukkan dirinya dalam kegelapan.
Sepertinya dia jatuh tertidur saat sedang berpikir. Tapi karena dia terus berpikir sampai larut, dia hanya sempat tertidur dua sampai tiga jam.
“Ini sudah seperti kepulangan yang tak pernah terpikirkan ke dunia lamaku. Matahari terbit saat seharusnya aku tidur.”
Mengatakan hal tersebut sambil memutar-mutar tubuhnya, Subaru sekilas melihat mereka-mereka yang mulai terbangun di Katedral. Ketika mereka menyadari tatapan Subaru, mereka satu persatu melambai ke arahnya, Subaru pun melakukan hal yang sama.
Kemudian, berdiri, Subaru menuju pintu Katedral.
Udara pagi yang dingin menyapanya saat ia keluar, di mana para penduduk Sanctuary dan beberapa pengungsi terlihat bekerja sama menyiapkan sarapan.
“Aya, kau sudah bangun, Subaru-sama.”
“He-yo, selamat pagi. Satu lagi pagi yang menyegarkan?”
“Tentunya. Meski anginnya sedikit dingin..... sepertinya kau mendapat tidur malam yang nyenyak, Subaru-sama.”
Dengan sebuah senyum, wanita berwajah familiar itu memanggil Subaru dan menyentuhkan satu jarinya ke pipi.
Melihat hal itu, Subaru menyentuh pipinya di tempat yang sama dan merasakan sesuatu yang lengket di sana.......menyadari ada jejak air liur yang mengalir di sisi wajahnya.
“Wah, tidak, memalukan.”
Ngomong-ngomong, kenapa tidur sesingkat itu bisa membuat orang bangun dengan lebih kacau? Seperti saat kau terbangun dengan sangat berantakan setelah hanya tidur siang sebentar, pasti ada sejenis aturan di sini.
Terkekeh, dan melihat Subaru memikirkan pertanyaan tak berguna tersebut, wanita lain, dengan telinga anjing kecil di kepalanya, menawarkan sebuah handuk basah pada Subaru. Subaru berterima kasih padanya secara singkat, dan dengan cepat mengambil handuk itu dan mengelap mulutnya.
“Sudah bersih?” Tanya Subaru pada mereka, dan kedua wanita itu mengiyakannya. Subaru pun meminjam handuk tersebut sehingga dia bisa membasuh wajahnya di kolam, dan melambai 'semoga harimu menyenangkan' pada mereka.
Memperhatikan mereka berdua saat ia pergi, dalam interaksi keduanya, Subaru tidak melihat satupun jejak kegelisahan ataupun kesalahpahaman. Yang ada hanyalah komunikasi wajar antara dua anggota ras yang berbeda.
Beberapa hari belakangan ini.... yang mana jika kau juga menghitung waktu yang diulang oleh Return By Death, sampai hari ini sudah ada semingu, dan di sini tak ada satupun konflik yang terlihat antara para pengungsi dan penduduk Sanctuary.
Para pengungsi berada dalam semangat tinggi, dan meski Subaru benci mengakuinya, fakta bahwa pemimpin mereka, Roswaal tetap bersama mereka pasti membuat mereka merasa cukup lega.
Bahkan pada kenyataannya, kepercayaan penduduk desa pada Subaru yang makan dan tidur bersama mereka, sebenarnya juga memainkan peran yang tidak kecil dalam hal ini. Tapi Subaru, dengan kesadaran yang rendah terhadap pengaruhnya sendiri, tidak memasukkan hal itu ke dalam hitungan.
Cukup berbanding terbalik dengan suasana mencekam dari tempat ini, para penduduk Sanctuary, diawali oleh wanita bertelinga binatang tadi, menjadi semakin dan semakin banyak bicara.
Setidaknya, Subaru merasa kalau hal itu sudah mencapai poin di mana perbedaan antara manusia dan darah campuran seperti tidak lagi ada sejauh pikiran mereka.
“Satu-satunya hal yang memisahkan mereka adalah barrier, ya kan... aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang yang memasangnya, tapi ini benar-benar perbuatan yang berengsek.”
Jika kata-kata Garfiel dapat dipercaya, maka tempat ini adalah Tanah Percobaan dari Penyihir Keserakahan. Kalau begitu, orang yang mendirikan barrier untuk mencegah para darah campuran kabur pasti juga Penyihir itu sendiri.
“Echidona.... ya. Di akhir hari itu, aku masih tidak mengetahui tujuan si Penyihir itu.”
Berambut putih dan berkulit putih, seorang gadis monokrom yang terbalut sesuatu seperti gaun dukacita. Kehilangan nyawanya 400 tahun yang lalu, namun masih terikat dengan dunia kini, seperti seorang hantu.
Berlawanan dengan pernyataannya untuk tidak ikut campur dengan dunia nyata, dia pernah bertemu dengan Subaru di tempat Ujian dan menawarkan komentar mendetailnya terhadap tindakan Subaru.
Kemudian, dia menyembunyikan semua ingatan di kepala Subaru yang berhubungan dengannya, yang mana hanya bisa diingat melalui beberapa kebetulan ceroboh.... sama sekali tidak masuk akal.
Mungkin, ada beberapa alasan mendalam di balik semua itu, pikirnya.
“Atau jika dia hanya suka mencampuri urusan orang lain untuk melihat apa yang terjadi, maka benar-benar tak ada yang bisa kulakukan. Kalau dipikir-pikir, apa yang akan kau pikirkan mengenai wanita yang membuat orang yang baru ia temui meminum cairan tubuhnya tanpa alasan yang jelas......”
Ingatan tak menyenangkan saat meminum Teh-Dona terlintas kembali di ingatan Subaru. Tapi karena itu adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di dunia spiritual, Subaru benar-benar ingin percaya kalau tubuh aslinya tidak menyerap sedikitpun Cairan-Dona.
Pokoknya, terlepas dari apa tujuannya, Sanctuary masihlah dikelilingi oleh barrier, dan penduduk masih terjebak di dalamnya.
“Ketika membahas masalah itu, halangan terbesar saat ini adalah...... Garfiel, kan?”
Entah itu bernegosiasi dengan Echidona atau secara pribadi menantang Ujian, rintangannya adalah bagaimana menghadapi Garfiel, yang kebenciannya terhadap Subaru melonjak tajam.
Jika perubahan pendapat Garfiel terhadap Subaru benar-benar karena bau Penyihir, yang mana merupakan efek samping Return By Death, maka memperbaiki sikap Garfiel terhadapnya adalah tugas yang hampir mustahil.
Entah melawan Wolgarms atau pertempuran melawan Paus Putih, Subaru berhasil membalik bau tersebut menjadi keuntungannya dan menciptakan terobosan dalam situasi, namun,
“Aku bisa membuatnya menjadi semakin busuk, tapi aku tidak tahu cara menghilangkannya.... Jangan kira deodorant akan berpengaruh. Atau apa sih yang kukatakan? Busuk atau tidak busuk, apa-apaan aku ini, sampah?”
Setidaknya, ada cara untuk memperkuat bau itu dengan memberitahu orang lain mengenai Return By Death. Dan menilai dari semua yang telah terjadi sejauh ini, bau busuk yang meningkat itu sepertinya tidak bisa bertahan lama.
Nampaknya, sama seperti bau-bauan normal, bau itu akan berangsur-angsur menghilang seiring berjalannya waktu. Tapi di sisi lain, itu juga berarti tidak ada cara untuk membuatnya lenyap.
“Aku tidak bisa bergantung pada melunaknya sikap Garfiel. Dan lebih baik aku tidak memikirkannya..... Jika aku mengacau dan mengalami Return by Death lagi.....”
Jika dia lagi-lagi tewas dan mengulang kembali dari dalam Makam, bau yang menempel pada Subaru kini pasti akan bercampur lagi dengan bau Penyihir. Jika hal itu terjadi, sangatlah mengerikan membayangkan akan jadi seperti apa reaksi Garfiel.
Menghadapi kemungkinan terburuk kehilangan nyawa, dengan mengulang kembali, Subaru sebenarnya bisa merubah hasil, dan menyelamatkan semuanya...... namun, terlepas dari keserakahan Subaru, faktanya, dia tidak bisa memenuhi segala hal. Dan masih ada hal yang tidak bisa dia bawa kembali.
Tapi meski begitu, diberi kesempatan untuk mengulang dari awal, Subaru berniat menggunakannya untuk memilih masa depan yang lebih baik dibanding dunia yang sebelumnya.
Memang sulit untuk menghargai sesuatu seperti Return by Death, tapi tanpa kemampuan tersebut, dia harus terus melanjutkan perjalanan melewati salah satu dari semua masa depan yang kelam itu.
Namun,
"Meski aku bisa mengulanginya tanpa ada batas waktu.... di setiap pengulangan itu, hubunganku pasti akan semakin memburuk. Kesulitannya akan semakin meningkat sejalan dengan jumlah aku dihidupkan kembali.... Oke, itu yang pertama."
Saat ini, melakukan komunikasi secara rasional dengan Garfiel masihlah memungkinkan. Tapi ke depannya, ketika bau itu bercampur kembali, Subaru tidak yakin apakah dia akan masih diberi kesempatan untuk berbicara.
Teringat kenangan saat Rem mencabut nyawanya dengan morning star ketika dia tidak bisa lagi mempercayai Subaru akibat bau busuk itu, masih meninggalkan sensasi kesendirian hampa di dalam tubuh Subaru.
Mengingat mereka yang dia tinggalkan di mansion... terutama mengingat Rem yang tertidur, pemikiran selanjutnya yang muncul di pikiran Subaru adalah pembunuh dalam balutan warna hitam itu. Kemunculan kembali si pembunuh riang dengan pisau mematikanya, yang mana saat ini memiliki skor tertinggi dalam klasemen untuk jumlah membunuh Subaru di dunia ini.
Kebetulan, berbagi posisi pertama adalah roh berwujud kucing abu-abu, sementara kawanan orang-orang yang berbagi posisi kedua dengan jumlah membunuh satu, rasanya terlalu banyak untuk diingat-ingat.
"Kalau dipikir-pikir, ini seperti jumlah membunuh terbalik. Atau kurasa jumlah dibunuh akan lebih pantas di sini?... Bagaimanapun, aku harus menemukan cara untuk menghadapi Elsa, jika itu berhubungan dengan pertarungan, tidak mungkin aku bisa menang, jadi satu-satunya kekuatan tempur yang kami miliki adalah memilih antara Roswaal atau Garfiel."
Roswaal, bahkan dengan kekuatan sihirnya, masih dibebani oleh luka-lukanya. Jadi pada akhirnya, solusi terbaik adalah merubah Garfiel menjadi sekutu.
Dan untuk membuat Garfiel bisa melawan Elsa saat dia menyerang mansion, Subaru harus menghancurkan barrier yang mengelilingi Sanctuary. Dan dengan begitu, langkah paling pentingnya adalah,
"Melewati Ujian dan membebaskan Sanctuary sebelum serangan di mansion, berbaikan dengan Garfiel, dan membawanya ke mansion untuk memukul mundur Elsa agar bisa mendapatkan akhir yang bahagia.... atau sesuatu seperti itu?"
Mengucapkan hal tersebut pada dirinya sendiri, Subaru melihat masalah yang saling bertentangan dan mengernyitkan dahinya.
Untuk berdamai dengan Garfiel dia harus membebaskan Sanctuary.
Dan untuk membebaskan Sanctuary, dia harus melewati Garfiel sehingga bisa menantang Ujian.
Tak satupun dari poin yang saling bertentangan ini bisa dipenuhi tanpa yang lainnya.
Mungkin masih ada kemungkinan menyelesaikan hal ini lewat kata-kata, tapi mengingat percakapan mereka kemarin malam serta pengalaman dari interaksi mereka sampai sekarang, kecilnya kemungkinan itu sampai membuat Subaru ingin memegangi kepalanya.
Entah baik atau buruk, interaksi dengan Garfiel itu selalu blak-blakan, tapi itu juga berarti, begitu dia memantapkan pikirannya pada sesuatu, akan sangat sulit untuk mengubahnya kembali.
Karena itulah, jika masih ada kesempatan yang tersisa bagi Subaru, maka itu adalah,
"Mencari kesempatan untuk menyelinap masuk ke dalam Makam dan bertemu Echidona, atau menyelinap masuk ke dalam Makam untuk menantang Ujian dan menyelesaikan sisa Ujiannya."
Selesai membasuh mukanya di kolam, Subaru sampai pada kesimpulan tersebut, dia pun memutar langkahnya menuju arah yang berbeda dari area tempat memasak.
Mengelap wajahnya dengan handuk yang diperas kering, Subaru menetapkan tujuannya ke arah ujung Sanctuary yang jarang ditempati. Menuju ke sana, melewati sebuah bukit kecil dan menuruni sebuah jalan....
"..... Dan tentu saja, aku terlalu banyak berharap pada kesempatanku."
Di tengah-tengah jalan lurus menuju Makam, terduduk dengan posisi yang sama seperti kemarin malam, Garfiel sudah menunggunya.
..... Menuju Makam saat pagi hari, dan menyelinap melewati Garfiel ketika dia tidak melihat.
Dia pikir dia akan berhasil kalau itu adalah pagi hari, tapi sepertinya itu akan langsung gagal.
XxxxX
"Kau terlihat energik pagi ini."
"Seharusnya aku yang bilang begitu. Apa-apaan yang kau lakukan muncul di sini pagi-pagi sekali? Mencoba membuatku kesal? Oy!"
Subaru sedikit mengangkat tangannya untuk menyapa, dan Garfiel, terlihat jengkel, membuka sebelah matanya dan membalas demikian. Melihat reaksi yang sudah bisa diduga ini, Subaru menurunkan tangannya dan menoleh ke sosok mungil.... Lewes, yang berdiri di samping Garfiel yang duduk bersila.
"Aku sudah mengira Garfiel akan ada di sini, tapi aku tidak menyangka akan bertemu Lewes-san juga di sini. Selamat pagi."
"Mmnn, ini pagi yang cerah. Apa Su-bo sedang jalan-jalan juga?"
"Kurasa kau bisa menyebutnya begitu, tapi ini tidak semenyenangkan kedengarannya. Aku datang ke sini dengan penuh harapan kau tahu, dan juga untuk mengganggu Garfiel."
"Kau....."
Melihat urat berwarna biru muncul di dahi Garfiel serta Subaru yang berpura-pura tidak menyadari reaksi itu, Lewes memiringkan kepalanya. Lalu,
"Kau barusan bilang 'juga' tadi, apa itu artinya Lewes-san juga sedang keluar jalan-jalan?"
"Jalan-jalan hanyalah bonus tambahan buatku. Kemarin malam aku dengar Gar-bo tidak pulang dan hanya duduk di luar sini.... jadi aku ingin melihat bagaimana keadannya."
Kata Lewes sambil bermain-main dengan rambut panjang berwarna pink miliknya yang bergelombang. Di tangan satunya, dia membawa sebuah bungkusan kecil, yang mana dinilai dari bentuk dan ukurannya pasti merupakan bungkusan berisi makanan di dalamnya. Kemungkinan besar, itu adalah sarapan Garfiel si keras kepala.
Tiba-tiba Subaru menyentuhkan tangannya di dagu, dan melihat mereka berdua secara bergantian,
"Lalu, Garfiel dan Lewes-san, apa kalian sudah saling mengenal untuk waktu yang sangat lama?"
"Semenjak dia masih kecil, setidaknya.... Well, dia memang masih kecil sih."
"Oy, Nek. Aku sudah melampaui tinggimu di sini."
"Dan kau masih belum tumbuh sebagaimana seharusnya. Pokoknya, kami sudah bersama sejak dia jauh lebih kecil dibanding dia yang sekarang. Aku bahkan sampai merasa jadi terbiasa dengan interaksi semacam ini."
Bahkan dengan protes Garfiel, Lewes nampak menerima hal itu tanpa terlalu memikirkannya. Di dalam apa yang terlihat seperti gadis kecil itu adalah seorang wanita tua. Benar-benar seorang nenek-loli di setiap maknanya.
Namun, menyadari apa yang Lewes bilang barusan, Subaru mengangkat alisnya.
"Dari bagaimana kau mengatakannya..... apa Garfiel tidak lahir di Sanctuary?"
"..... Jangan mencari tahu hal yang tidak perlu. Kau ingin seperti 'Diam-diam menyerang Botokku hitam, dan malah terbunuh'?"
"Yeah, itu sama sekali bukan berkomunikasi, jadi tak cukup untuk membuatku berhenti di sini. Jadi, Lewes-san, jika kau tidak keberatan, beritahu aku."
Melihat Subaru bermaksud mengabaikan peringatannya kemarin malam, Garfiel menggeretakkan giginya dengan begitu keras sampai-sampai mereka hampir membuat suara.
Tapi Subaru juga mengabaikannya dan terus mencoba mencari penjelasan mengenai masalah itu.
Bolak balik melihat apa yang terjadi di antara kedua pria itu, Lewes menghela napas lelah, dan,
"Sudah lebih dari sepuluh tahun Gar-bo datang ke Sanctuary. Dulu, Gar-bo masihlah bayi kecil yang bahkan belum bisa berjalan. Ros-bo membawanya dan....."
"..... Nenek. Jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu lebih dari itu."
Memicingkan matanya, Garfiel merendahkan suaranya saat mengatakan hal tersebut.
Mendengar kata-kata itu, membuat dada Subaru gemetar, dan untuk sesaat, dia takut kalau dia sudah dengan ceroboh melangkah di atas sesuatu yang tidak seharusnya, tapi,
"Kau pikir siapa yang kau ajak bicara dengan mulut seperti itu, dasar bodoh!"
"Sakit!!"
Melangkah maju dengan gerakan yang impresif, Lewes mengeluarkan tangannya dan memukul tepat di kepala Garfiel yang berambut emas. Di bawah lengan seorang gadis kecil yang tidak terlihat begitu kuat, Garfiel memegangi kepalanya seolah ada petir yang menyambarnya, dan, sambil mendongak memandangi Lewes,
"Ne-nenek, apa yang kau lakukan tiba-tiba begini...."
"Akulah yang seharusnya bertanya padamu, setelah membesarkanmu sendirian, begitu caramu berbicara denganku? Sungguh memalukan dan menyedihkan, sampai-sampai membuatku ingin menangis! Terima ini! Ini! Ini!"
"Hentik- aow, sakit, lihat, ada orang yang melihatnya!"
Dengan efek suara "Pok pok pok", Lewes terus mengayunkan tangannya, sedangkan Garfiel, terlihat ingin merayap masuk ke dalam lubang, mencoba menahan serangan Lewes dengan tangannya.
Melihat mereka berdua berinteraksi, Subaru hampir tidak bisa menghentikan dirinya tertawa.
"Kurasa aku sudah mendapat perkiraan yang sangat bagus mengenai berapa lama dan seberapa dalam hubungan kalian sekarang.... Garfiel, apa kau benar-benar berniat ingin terus duduk di sini?"
"Kecuali ada sesuatu yang harus kulakukan, aku akan tetap berada di sini. Aku tidak ingin seseorang menyelinap masuk saat aku tidak ada."
Mewaspadai siapapun yang ingin menyelinap, bahkan dengan Subaru yang mencoba membuat kewaspadaannya menurun, Garfiel tetap tidak bergeming. Karena Subaru tidak terlalu berharap, dia pun tidak sepenuhnya merasa putus asa. Bahkan, fakta bahwa Garfiel membalik kata-kata yang dia ucapkan setengah hari yang lalu, itu artinya ada kemungkinan Subaru harus merubah pemahamannya terhadap Garfiel.
Tapi bagaimanapun, kenyataan bahwa sikap keras kepalanya itu sulit untuk digerakkan, tetaplah belum berubah.
“Kalau dipikir-pikir, bukankah Ujian hanya diselenggarakan saat malam hari? Tak ada untungnya bagiku menyelinap di siang hari. Apa tidak percuma terus duduk di sini seperti ini?”
“Kau menyia-nyiakan napasmu jika kau pikir aku akan bergerak. Ingin menyelinap saat siang dan menunggu sampai malam, memanfaatkanku yang tidak bisa masuk ke dalam dan membuat rencanamu berhasil, yeah? Kau pikir aku tidak siap untuk pertarungan jangka panjang? Apa, kau meremehkanku?”
“Tch, ketahuan.”
Subaru mengangkat kedua tangannya di atas kepala tanda menyerah, dan melihat Subaru melakukan hal tersebut, Garfiel mendengus sebelum mendongak menatap Lewes,
“Jadi aku tidak akan bergerak dari sini untuk sementara. Nenek, makanan!”
“Apa itu sikap yang kau tunjukan pada seseorang yang mau repot-repot membawakanmu makanan? Sangat disayangkan. Nih!”
Terlepas dari keluhannya, Lewes menyerahkan sebuah bungkusan pada Garfiel. Dan menerimanya, Garfiel membuka bungkusan itu dan mulai mengisi perutnya dengan sesuatu seperti kue bola yang ada di dalamnya. Dengan bantuan Lewes seperti ini, sepertinya pertarungan tekad ini akan menjadi pertarungan yang panjang.
“Sepertinya melakukan sesuatu sekarang akan sangat sulit.... huh. Oh, kalau begitu aku akan kembali lagi lain kali.”
“Kau tidak perlu datang kembali kau tahu. Lagipula aku tidak akan membiarkanmu lewat. Kau sebaiknya duduk diam di pojok mana gitu, yeah?”
Selesai makan, Garfiel menjilat jarinya dan memanggil Subaru yang berbalik untuk pergi. Subaru melambai selamat tinggal pada Garfiel tanpa menatapnya, dan Lewes mengikuti di sebelahnya.
“Karena aku sudah selesai memberi makan Gar-bo, aku ingin sedikit berbicara dengan Su-bo.”
“Kebetulan sekali. Aku juga punya sesuatu yang ingin kutanyakan pada Lewes-san. Meski aku ingin melihat wajah Emilia-tan dulu, tapi.....”
Menengadah ke arah langit, Subaru sadar kalau matahari baru saja terbit.
Dia masih ingat di hari pertama saat awal dimulainya Ujian, Emilia yang kelelahan, akan terbangun kira-kira saat tengah hari. Dia ingin mengikuti hasratnya dan melihat wajah Emilia saat sedang tertidur, tapi mungkin dia seharusnya melakukan kegiatan lain di sini.
Subaru melirik ke arah Lewes, mengamati gadis kecil tua dengan rambut pink bergelombang yang berjalan di sampingnya.
Wajahnya terlihat sedikit mengantuk, dan dengan langkah kecil yang goyah, dia berhasil mengimbangi kecepatan langkah Subaru.
Bahkan setelah tahu betul kalau dia adalah seorang nenek-loli, tetap saja rasanya ada yang menggelitik di hati Subaru.
“Ingin kugendong kau di punggung?”
“..... Dan di sini aku bertanya-tanya kenapa kau tiba-tiba melihatku seperti itu. Su-bo, kau tidak tertarik dengan gadis kecil, kan? Sikap itu bahkan lebih tak tertolong lagi dibanding Ros-bo.”
“Tolong jangan anggap aku seorang Lolicon! Ketika aku membeli GALGAMES, aku akan menggunakan semua OPTION-POINTS ku untuk menaklukan karakter tipe senpai atau kakak perempuan! Dan bahkan saat ini, aku sedang mati-matian mengejar tipe kakak perempuan, kau tahu.... meski baru-baru ini aku tahu kalau dia jauh lebih tua dibanding diriku, TAPI HATIKU TETAP TIDAK BERUBAH! Pria seperti itulah aku, kau tahu?”
“Pria macam apa itu..... Aku hampir saja ingin menanyakannya, tapi lupakan! Tidak, aku tidak perlu digendong. Jika aku tidak sedikit berjalan-jalan, kaki dan pinggulku pasti akan melemah.”
“Lagi-lagi pernyataan yang mencontohkan jurang dalam segi penampilan!”
Kenyataan bahwa di bawah penampilan gadis kecil itu ternyata adalah seorang wanita tua, sekali lagi menghantam Subaru. Ada pula kemungkinan meski kulitnya masih muda, semua organ di dalam tubuhnya sedang berderit. Menjadi seorang nenek-loli ternyata sangat keras.
“Apa-apaan itu, kau terlihat seperti memikirkan sesuatu yang bodoh lagi.”
“Ehhh?? Tidak mungkin, serius? Padahal aku membuat wajah datar tadi, dan berhati-hati agar tidak memperlihatkan pemikiranku, kau tahu.”
“Wajahmu benar-benar mirip seperti Gar-bo saat sedang mengunyah kue-kue curian. Tak peduli anak mana itu, anak-anak memang selalu melakukan hal yang sama.”
“Nenek ini terus menyuguhkan lelucon tuanya satu persatu ya.”
Mengesampingkan pengingat tanpa henti mengenai usia Lewes, Subaru, berjalan di sampingnya, tiba-tiba mulai melihat sekelilingnya, “Huh?”
“Baguslah... kita mendapat kesempatan untuk berbicara, tapi, ke mana kita akan pergi? Sebenarnya, menanyakan hal ini sekarang itu sangat telat, tapi setelah kau meminjamkan kasurmu pada Emilia-tan, di mana Lewes-san tidur? Di alam liar?”
“Aku hanya meminjamkan rumahku dan kau langsung memperlakukanku seperti pengangguran.... fakta bahwa kau bisa mengatakan hal tersebut, memberitahuku bahwa kau mungkin sudah lupa kalau aku ini adalah pemimpin tempat ini. Aku masih kenal beberapa orang yang akan membiarkanku menginap selama beberapa hari.”
“Yeah, itu benar. Baru saja beberapa hari, tapi aku tahu semua orang di sini adalah orang-orang yang baik.”
Mengingat kejadian di tempat memasak dan beberapa kesempatan ketika dia berinteraksi dengan para penghuni Sanctuary, Subaru mengernyitkan dahinya, dan bertanya-tanya apakah konflik yang Garfiel peringatkan itu memang bukan hanya sekedar pernyataan yang berlebihan saja.
Melirik ke arah Subaru yang terdiam, Lewes mengangguk, “Hm”,
“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?”
“Tidak, tidak jika kau bilang begitu.... Bagaimana mengatakannya ya, ini hanya sedikit berbeda dari apa yang kubayangkan. Menilai dari bagaimana Emilia diperlakukan saat berada di Ibukota, darah campuran sudah seperti tidak bisa diperlakukan lebih baik lagi. Jadi kupikir mungkin darah campuran memiliki perasaan yang rumit terhadap para darah murni.”
Setidaknya, terjebak di dalam Sanctuary yang disebut sebagai Tanah Percobaan ini, wajah-wajah para penghuninya sama sekali tidak terlihat menunjukan emosi suram. Tentu saja, pasti ada beberapa dari mereka yang tidak menganggap hal ini lucu. tapi Subaru tidak pernah menangkap emosi negatif semacam itu sejauh ini.
Jika Garfiel yang tidak membeda-bedakan kata-kata dan emosinya adalah indikasi di sini, emosi pribadinya itu lebih terlihat lebih seperti kejengkelan daripada amarah. Sebuah amarah demi orang lain, dibanding untuk dirinya sendiri.
Terlepas dari sekeliling mereka yang tidak menyenangkan, moral para penghuni di sini sangatlah tinggi. Daripada luar biasa, itu sudah hampir mencapai titik yang tak terbayangkan.
Di depan keragu-raguan Subaru, mata Lewes terbelalak kaget.
“Su-bo, kau mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi ternyata kau punya lebih banyak gagasan daripada yang kau tunjukan.”
“Aku tidak seperti itu.... bagian itu benar-benar tidak perlu, kan..... maksudku, aku yakin kalau aku memang terlihat lebih pandai daripada Garfiel, setidaknya. Tapi, well, kurasa aku benar-benar tidak bijaksana ketika menyangkut hal-hal semacam itu.”
“Sadar akan kelemahanmu sendiri memang sangat baik. Kau hanya bisa mulai memperbaiki diri begitu kau sadar di area mana kau kurang mampu..... ah, lewat sini.”
Menemui sebuah jalan bercabang, Lewes menunjukan jalan untuk Subaru yang kelihatan tak tahu arah. Bukan menuju arah Katedral dan arah tempat tinggal Roswaal, mereka malah belok ke arah pinggiran desa yang berlawanan dengan Makam.... dan di sana, mereka sampai di kediaman sementara Lewes yang terpencil.
Tidak seperti rumah yang tersebar di seluruh pinggiran desa, karena beberapa alasan, rumah ini berdiri sendiri, jauh dari yang rumah-rumah yang lain. Kata yang secara alami muncul di kepala Subaru adalah,
"Ini terlalu sepi, kan? Kenapa kau tinggal di tempat seperti ini?"
"Mau bagaimana lagi. Saat ini, inilah satu-satunya bangunan di Sanctuary yang tidak ditinggali. Tempat ini mungkin jauh dari pusat desa, tapi ini luas, dan aku cukup suka berada di sini."
"Bukankah kau kenal beberapa orang yang akan membiarkanmu menginap? Kenapa kau memilih tinggal sendiri? Meski aku kenal beberapa nenek-loli dalam hidupku, bagiku melihat seorang nenek-loli mati sendirian itu terlalu menyedihkan."
"Aku jujur saja tidak tahu apakah kau sedang mengkhawatirkanku atau sedang mengolok-ngolokku. Sini, masuklah. Akan kubuatkan teh. Meski Rem pasti lebih baik dalam membuatnya."
"Tak peduli daun macam apa yang kau taruh di dalam sana, itu tetap akan terasa seperti daun, jadi jangan khawatir."
"Kau seharusnya lebih berhati-hati dengan apa yang kau katakan."
Dengan sebuah helaan napas, Lewes mengundang Subaru masuk ke dalam rumah melewati pintu yang terbuka. Bangunan ini adalah bangunan yang besar, kira-kira setengah dari tempat tinggal sementara Roswaal. Bahkan, dibagi menjadi tiga kamar, tempat ini terlihat terlalu besar hanya untuk ditinggali satu orang.
Menemukan sebuah kursi untuk diduduki dan melihat sekeliling ruangan, Subaru sadar kalau bagian dalam ruangan kecil itu ternyata sangatlah sederhana dan terawat dengan baik. Lewes bilang kalau tak ada orang lain yang tinggal di sini, tapi,
"Untuk ukuran rumah yang tak ditinggali, rasanya seperti seseorang sering datang ke sini. Bahkan bagiku yang seorang penata kasur tingkat atas ini, harus memberikan tanda lulus pada kelembutan kasur itu.... tidak mungkin Lewes-san yang melakukannya."
"Apa-apaan wajah yang kau pasang seolah-olah aku ini suka menyendiri jadi aku datang ke sini kapanpun sesuatu terjadi, menghabiskan waktu di sini, menunggu semuanya tenang?"
"Ekspresi yang kupasang pasti sangat mendetail!"
Walau demikian, ada sesuatu yang menyedihkan tentang kemungkinan kenapa dia bisa membuat penjelasan cepat itu adalah karena dia pernah memikirkannya sebelumnya. Subaru hanya bercanda saat tadi dia bilang mati sendirian, tapi tak bisa disangkal kalau ada sesuatu dari nenek itu yang sesuai dengan kesan Subaru mengenai wanita tua yang kesepian.
Dengan hening berbalik dan menyibukkan dirinya dengan membuat teh, punggung Lewes terlihat hampir kesepian. Melihat hal ini, Subaru menoleh ke sekeliling ruangan, mencoba mencari cara untuk merubah topik.
Ruangan ini sangatlah bersih dan tertata rapi. Terdapat sebuah kaca yang agak kusam di atas meja rias. Sebuah vas bunga dan bunga, dan dua buah perisai tergantung di dinding.
........ Perisai?
"Kenapa ada perisai di sini? Dan ada dua?"
"Mereka adalah milik Gar-bo. Anak itu menggunakan tempat ini seperti sebuah rumah penyimpanan."
"Jadi dia berkeluyuran di sekitar sini juga ya. Kalau kupikir-pikir, tempat ini memang terlihat seperti tempat berkeliaran yang cocok bagi para anak nakal..... Tapi, tidak mungkin kan dia yang merapikan tempat ini?"
Itu benar-benar tak seperti dia, Subaru menggumam pelan saat dia menatap perisai Garfiel.
Subaru memang sering melihat pedang yang saling bersilangan menghiasi dinding rumah para bangsawan di manga-manga, dan perisai-perisai ini terlihat sedikit dimiringkan dengan gaya yang mirip seperti hiasan pedang tersebut.
Tapi, tidak seperti sesuatu yang semestinya digunakan sebagai ornamen, perisai-perisai ini penuh dengan goresan dan penyokan, dan itu bukanlah sekedar barang antik belaka yang tidak pernah melihat hari-hari pertempuran.
“Dan lagi, pertarungan macam apa yang kau lakukan hanya dengan perisai?”
“Dulu, mereka selalu bertarung dengan perisai-perisai itu di halaman luar rumah ini. Masing-masing dari mereka memegang satu perisai, dan berputar-putar, saling menghantam satu sama lain.”
“Kedengaran sedikit berbahaya hanya untuk main-main.... keberatan jika aku bertanya siapa yang bermain dengan Garfiel?”
Selama waktu yang dia habiskan di Sanctuary, Subaru tidak pernah menemui orang yang bisa begitu akrab dengan Garfiel. Tentu saja, menjadi orang penting di tempat ini, sangat jelas kalau Garfiel memiliki hubungan yang baik dengan para penduduk di tempat memasak. Tapi, selain itu, apa dia punya orang lain yang benar-benar dekat dengannya? Subaru tak bisa memikirkan satupun nama.
Jika dia harus menyebutkan nama seseorang, itu pastinya adalah Lewes. Tapi hanya membayangkan Lewes memegang perisai dan menyerang Garfiel saja rasanya sudah sangat berbahaya.
Selama beberapa saat, Lewes hanya diam menghadapi pertanyaan Subaru. Dia membawa dua cangkir teh hangat di atas nampan, dan menyerahkan salah satunya pada Subaru saat ia duduk di atas kasur. Menerimanya, Subaru menyeruputnya saat masih panas, dan itu membasahi tenggorokannya.
“Yap, terasa seperti daun.”
“Tak ada gunanya membuat teh untukmu ya. Well, aku sudah mengantisipasinya jadi aku menggunakan daun yang lebih murah.... Bahkan daun teh pun dianggap berharga di sini, kau tahu.”
Sekitar sebulan sekali, Roswaal akan mengirimkan barang-barang berharga dan mewah ke sini. Subaru, menyesuaikan diri dengan situasinya, berusaha yang terbaik untuk menghargai teh itu, saat mereka duduk diam sambil memiringkan cangkir teh mereka untuk sesaat.
Kemudian, setelah beberapa saat terlewati dalam hening,
“........Frederica.”
Mendengar bisikan tiba-tiba Subaru, pundak Lewes sedikit melonjak.
Mengalihkan pandangannya dari cangkir teh, Lewes menatap ke arah Subaru. Dan, menemukan sesuatu yang terlihat goyah dalam ekspresi Lewes, Subaru kembali bertanya,
“Nama orang yang beradu perisai dengan Garfiel, itu Frederica, kan?”
“.... Apa kau mendengarnya dari Gar-bo?”
“Nah. Aku hanya menyatukannya dari beberapa potongan percakapan dan entah bagaimana aku merasa seperti itu. Setidaknya, aku tahu kalau pasti ada sesuatu yang rumit di antara Garfiel dan Frederica.”
Di mansion Roswaal, Frederica pernah memperingatkan Subaru untuk berhati-hati terhadap pria bernama Garfiel.
Dan ketika Garfiel mendengar nama Frederica, ekspresinya seketika berubah, dan dia ingin tahu bagaimana keadaan gadis itu.
Sulit untuk tidak mencurigai kalau ada sesuatu di antara mereka.
Dan, di atas segalanya,
“Taring mereka terlalu mirip. Jika mereka masih tidak memiliki hubungan apa-apa, bahkan Buddha pun tidak akan mengizinkannya.”
“.... Ahh, begitu ya. Bahkan akupun tidak bisa memikirkan cara untuk menyangkalnya.”
Dihadapkan pada fakta mutlak tersebut, Lewes mengeluarkan sebuah helaan napas seolah sudah menyerah,
Dalam hal kemiripan antara Garfiel dan Frederica, hanya senyum yang dipenuhi taring tajam mereka saja sudah sangat cukup. Setidaknya, itu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa mereka tidaklah berada dalam hubungan romantis ataupun sesuatu seperti itu.
Jika Subaru harus menebaknya, maka hubungan mereka seharusnya.....
“Kakak adik.... Tepatnya, lebih seperti kakak perempuan dan adik laki-laki. Jika aku diminta untuk menebak siapa yang lebih tua, Frederica itu nampak lebih seperti tipe kakak perempuan.”
“Astaga.... aku terkesan kau bisa mengetahui semua itu hanya dari intuisi.”
Mendengar Subaru menjelaskan hal tersebut, Lewes hanya bisa menunjukan kekagumannya.
Kemudian, menganggukkan kepalanya dengan penuh pertimbangan dan meletakkan sisa tehnya kembali ke nampan, Lewes membenarkan posisinya dan,
“Tepat seperti yang Su-bo bayangkan, pemilik kedua perisai ini adalah Frederica dan Garfiel bersaudara. Frederica Boumann yang meninggalkan Sanctuary dan Garfiel Tinsel, adalah keluarga dengan ikatan darah.”
Mengkonfirmasi spekulasi Subaru, Lewes menghembuskan sebuah helaan napas sedih,
“.... Dan sekarang, karena kesalahpahaman mereka sendiri, mereka malah berakhir di jalan yang berbeda.”
---End---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 29
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Zhi End Translation..
10 Komentar
Next
BalasGue mah comment aja.. bacanya kagak :v Udah ketinggalan 6 chapter :v Subaru apa kabar nih sekarang :v
Balas╔╗╔═╦═╗╔╦╦╦══╗
Balas║║║║║║║║║║╠╗╔╝
║╚╣╦║║╠╝║║║║║
╚═╩╩╩╩╩═╩═╝╚╝
Jangan HMS terus donk min .. hehe
Di sumbernya blum rilis, jadi ya belum lanjut..
Balasayo min lnjut update...
Balaskalo gk salah chapter selanjutnya judulnya Omnivorous Man
Oh gitu min.. ane kira sumber udah jauh
BalasLanjut min di tunggu secepatnya min
Balasmaksudnya apa ini ya? Frederica meninggalkan sanctuary dan selain dia demihuman dia juga saudari garfiel??
BalasMaksudnya? Itu ada di chap berapa?
Balasmin mau nanya sumbernya dari web mana ya min?
Balas