Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis -2



Chapter 3 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis.

Maou dengan cepat memeriksa fasilitas yang ada di dalam toko.

Lampu dan barang-barang di dapur nampaknya bisa beroperasi dengan normal. Bahkan pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan di sini menggunakan model terbaru dari merk Tsukizaki yang mana lebih bagus daripada yang ada di McRonald cabang stasiun Hatagaya.

Sementara untuk langit-langit yang berwarna krem dan karat yang berada di bagian bawah pendingin minuman, meskipun mereka sudah terlihat tua, tapi jika diletakkan di tempat yang tepat maka mereka tidak akan terlihat.

Pada mesin penjual minuman berwarna kekuningan yang ada di toko ini terdapat dua keran yang terhubung dengan satu pipa, sepertinya itu khusus digunakan untuk mengisi bir.

Maou bahkan menemukan debu tipis yang menutupi mesin penyerut es manual.

Meskipun mesin itu tidak bergerak dengan lancar, tapi sepertinya benda itu tidak mengalami banyak kerusakan.

Selain itu, setelah Maou memastikan penempatan pipa saluran air dan lampu, dia berteriak untuk menaikkan semangatnya dan mengatakan hal ini pada Amane ketika dia kembali ke toko.

"Amane-san! Berapa banyak kas kecil yang kau bawa sekarang?"

Kas kecil adalah kas yang terpisah dari tabungan di bank, yang biasanya digunakan oleh toko atau grosir untuk membayar keperluan harian ataupun situasi yang tidak terduga.

Bahkan bagi McRonald yang mempunyai struktur pengoperasian konstan, kas ini bukanlah sesuatu yang akan muncul di dalam rekening, biasanya kas ini akan digunakan untuk membayar biaya transport pegawai yang memberikan sedikit bantuan, ataupun untuk membeli alat tulis yang digunakan di kantor.

Bagi usaha yang dijalankan secara pribadi dan tidak mempunyai peraturan khusus seperti Ooguro-ya, kas ini mungkin akan digunakan pada situasi seperti saat mereka harus pergi ke supermarket terdekat untuk membeli saus yang dipakai untuk membuat mie goreng ketika dalam keadaan darurat.

"Hmmm, hanya ada sekitar 20.000 yen!! Jika kau benar-benar membutuhkannya, aku bisa menggunakan tabungan pribadiku."

Amane menjawab dengan keras dari arah belakang toko. Karena Chiho masih termasuk remaja, Amane bilang kalau dia harus meminta persetujuan dulu dari orang tua Chiho. Dan Maou yang melihat Amane adalah orang yang sangat dapat diandalkan dalam bidang administrasi, perlahan mulai merubah kesannya terhadap Amane.

"20.000 yen saja sudah cukup. Hey, Emi!"

Maou mengambil pulpen dan buku catatan dari kasir tanpa meminta izin terlebih dahulu, dan dengan lancar menuliskan beberapa kata, kemudian menyerahkannya pada Emi.

"Kau bertanggung jawab untuk membeli barang-barang yang tertulis di kertas ini, untuk lokasi di mana kau harus membelinya, kau bisa bertanya pada Amane-san, budgetnya cuma 5000 yen. Selain kas kecil, tariklah uang tunai 10.000 yen dari ATM dan pergilah ke bank untuk menukarnya dengan koin 100 yen."

"Aku bisa paham dengan penukaran uang 100 yen nya... tapi membeli ban apung, pompa udara, kertas berwarna, dan amplas, untuk apa semua itu?"

Maou mengabaikan Emi yang terlihat sangat curiga.

"Sudahlah, pergi dan lakukan saja sana. Ingat bawa kembali fakturnya!"

"Bukankah seharusnya tanda terima?"

"Karena pada faktur tertulis nama barang-barangnya, selama itu adalah sesuatu yang tidak terlalu mahal, akan lebih baik kalau menerbitkan faktur ketika menggunakan kas kecil untuk membeli sesuatu. Tapi jika faktur tidak mencatat daftar barang yang dibeli, maka tanda terimanya masih diperlukan untuk dibeli kembali."

"Aku mengerti. Lagipula sekarang aku adalah bagian dari pekerja di sini. Tidak masalah selama nama Ooguro-ya tertulis di atasnya dan barang-barang yang dibeli tertulis di daftarnya kan..."

Emi memahaminya dengan baik, dan pergi menemui Amane untuk menanyakan lokasi tokonya.

"Ashiya, sebelum Emi kembali, bersihkan lantai toko ini. Jangan sampai meninggalkan sebutir pun debu."

"Me-me-mengerti!!"

Ashiya yang menerima perintah dari Maou, mulai bergerak setelah menjawabnya dengan gagap. Setelah dia bertanya pada Amane soal lokasi penyimpanan alat-alat kebersihan, dan berencana untuk memulai bersih-bersih secepatnya, Ashiya secara kebetulan bertemu dengan Chiho.

"Sasaki-san, dengarkan aku...."

"Ya, Ashiya...... Ashiya-san? Kenapa kau menangis?"

Meski pada sudut mata Ashiya terdapat air mata, tangannya masih saja bergerak dan mulai membersihkan lantai dengan benar. Melihat hal ini, Chiho pun mendekat ke arahnya untuk menunjukan kekhawatirannya.

"Si Pahlawan... Emilia si pahlawan itu, musuh dari semua iblis itu, benar-benar mematuhi perintah Maou-sama karena aura pemimpin yang dipancarkan oleh Maou-sama!! Melihat kejadian ini secara pribadi... aku..... aku sangat terharu! Meski ini hanya langkah kecil bagi iblis, tapi ini adalah langkah besar bagi bangsa iblis..!"

(T/N, Ashiya mengutip quote dari Lance Armstrong)

Chiho menanggapi Ashiya yang mulai menangis dengan senyum kaku di wajahnya.

"Meskipun ini tidak seperti aku tidak paham dengan kegembiraanmu, tapi kurasa kau salah paham. Pokoknya, tolong minta maaf dulu pada Armstrong-san."

"Hiks, hiks... Baguslah, aku tidak kalah dari keputusasaan dan bisa terus hidup!!"

Karena Chiho tidak bisa mengerti apa yang membuat Ashiya terharu kali ini, dia pun hanya menanggapinya dengan sebuah senyum dan kemudian berjalan ke arah Maou.

"Ah, Chi-chan, bagaimana? Apa ibumu setuju?"

Maou menanyakan hal ini kepada Chiho yang berjalan ke arahnya. Meski situasinya membuat Chiho harus membantu mereka dan merepotkan Amane, tapi dari ekspresinya, sepertinya dia menerima jawaban yang positif.

"Ooguro-san juga membantuku di telepon, jadi mama mengizinkanku untuk bekerja di sini. Sekarang Ooguro-san sedang berada di dalam toko menyiapkan kontrak kerja untukku, Maou-san, dan semuanya...."

Chiho berhenti sejenak, seolah-olah menjawabnya dengan hati-hati dan memilih kata-kata yang tepat.

"Dia benar-benar setuju?"

Riho tahu kalau Chiho berada di Choshi, dan dari sudut pandangnya, dia seharusnya tahu kalau kejadian ini ada hubungannya dengan Maou.

Tentu saja Maou tidak tahu apa yang Riho dan Chiho bicarakan sebelumnya, tapi tanpa memperhatikan hal itu, bagi Riho yang mengizinkan Chiho untuk bekerja di tempat liburannya seperti ini, masihlah sebuah keputusan yang sangat berani.

Mungkin Riho mendasarkan hal ini pada kepercayaannya terhadap anaknya, jadi dia mengizinkan insiden yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini. Tidak hanya pada anaknya, hal ini juga menunjukan betapa percayanya dia pada orang-orang di sekitar putrinya.

Jika benar begitu, maka hal ini memberikan lebih banyak lagi alasan bagi Maou untuk tidak mengkhianati kepercayaan dan ikatan ini.

"... Sepertinya ketika kami pulang nanti, kami harus pergi ke rumah Chi-chan dan membawa oleh-oleh untuk menunjukan rasa terima kasih kami."

"Eh?? tidak, tidak usah repot-repot begitu. Itu sesuatu yang ingin kulakukan juga."

Meski jawaban ini sudah bisa diduga dari orang seperti Chiho, Maou masih saja menggelengkan kepalanya.

"Kami sudah menerima banyak bantuan darimu, bagaimana mungkin kami tidak menunjukan rasa terima kasih kami.... Jika ini terus berlanjut, mungkin suatu hari nanti aku akan benar-benar mendatangi rumahmu dan meminta keluargamu supaya membiarkanmu bergabung dengan pasukan iblis."

Maou mengatakan hal ini dengan begitu santai.

"... Aku, aku sedikit tersanjung."

Chiho pun menarik napas tajam.

Tepat setelahnya, Maou akhirnya menyadari apa yang dia katakan bisa saja menyebabkan salah paham.

"Ah? ah, uh umm, aku tidak bermaksud begitu, bagaimana mengatakannya ya, itu hanya ungkapan kata-kata manis saja, bukan jawaban dari insiden sebelumnya, ah, ini benar-benar tidak seperti itu, eh?"

"Erhm... Jika bagian 'Pasukan Iblis' nya dihilangkan... emmmm, itu terdengar seperti... se-sebuah lamaran.."

"Eh? Apa?"

Chiho tiba-tiba tersipu malu, dan Maou tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang coba Chiho katakan.

"Bukan apa-apa..... ta-tapi, serius, suatu hari nanti..."

".... Hey, tidak ada orang yang mengawasi di sini. Jika tidak ada pekerjaan, aku ingin menikmati ACnya, kau tahu."

"Woah?"

"Urushi, Urushihara-san?"

Suara tersebut datang dari arah kaki kedua orang itu. Urushihara yang sedang berjongkok di belakang bar membuat maou dan Chiho melompat karena terkejut.

"Ah, er, erhm, yeah, kau juga harus bekerja. Jadi tunggu dulu!"

"Ka-kalau kau ada di sini, kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?"

Chiho pun protes, wajah dan telinganya memerah. Sementara itu Urushihara menatap Chiho, mengerutkan dahinya dengan tidak senang.

"Kenapa, katamu? Jika aku benar-benar menyela pembicaraan kalian, kau masih akan komplain kan?"

Kali ini Urushihara benar.

Maou dan Chiho terlihat malu, tapi mengingat martabatnya sebagai Raja Iblis, Maou lah yang terlebih dulu pulih dari rasa malunya.

"Uhuk!! Meskipun ini adalah pekerjaan yang agak membosankan, tapi Chi-chan akan tetap di sini..."

Setelah terbatuk sekali, Maou dan Chiho pun berjalan menuju dapur. Maou mengambil garam dan cuka dari rak bumbu dan sikat dari wastafel sebelum berjalan kembali ke arah ruangan.

Di depan Chiho yang bingung karena tidak mengerti maksud tindakannya, Maou menuangkan sesendok besar garam ke dalam sebuah mangkok kecil, dan setelah menambahkan cuka, dia pun menggunakan sikat untuk mengaduknya.

Kemudian Maou berjalan menuju mesin penjual minuman yang sudah mengalami perubahan warna dan menggosok permukaannya menggunakan sikat yang telah dicelupkan ke dalam campuran garam dan cuka.

"Ah!! Hebat! Warnanya berubah!"

Kemudian, pada area yang Maou gosok sebelumnya, warna perunggu kekuningan pada mesin itu mulai mendapatkan kembali warna kuning keemasaanya.

"Dengan menggunakan garam sebagai ampelas dan ditambah dengan cuka, perubahan warna pada benda-benda seperti ini bisa dihilangkan. Aku harap Chi-chan mau menggosok semua ini sampai mengkilap."

"Aku mengerti!! Serahkan saja padaku!!"

Meski wajahnya masih sedikit memerah, Chiho tetap menjawab dengan energik dan menerima sikat tersebut.

"Jika garam dan cukanya habis, kau bisa menambahnya lagi. Beritahu aku kalau kau sudah selesai menggosoknya."

Usai Chiho menunjukan kesetujuannya, dan mulai bekerja, Urushihara pun berbicara pada Maou.

"Meski kau tidak punya TV atau internet, sangat mengejutkan kau bisa tahu trik-trik ibu rumah tangga seperti itu."

"Aku mempelajari hal ini ketika aku baru saja sampai di Jepang. Ketika aku masih jadi pekerja jangka pendek, tempat kerjaku sangat bermacam-macam."

"Oh?? Maksudmu pekerjaan yang kau sebutkan sebelumnya di mana kau harus membeli sebuah kaos lengan panjang itu?"

"Yeah. Meski kebanyakan dari mereka adalah pekerjaan kasar seperti mengangkat benda-benda berat, tapi sebenarnya aku juga melakukan pekerjaan, seperti membantu kelompok teater untuk mengangkut properti-properti yang besar, menggantung iklan, dan mempromosikannya di jalan, atau memeriksa volume arus lalu lintas di jalanan. Saat itu aku benar-benar melakukan banyak sekali macam pekerjaan. Teknik yang kuajarkan pada Chi-chan adalah teknik yang aku pelajari ketika aku membantu membersihkan toko anggur lama sebelum hari re-openingnya. Yah, pada akhirnya itu adalah pekerjaan sederhana yang tidak membutuhkan alat-alat  khusus."

"Yah dalam hidup, kau tidak akan pernah tahu kapan hal-hal seperti itu akan jadi sangat berguna."

Urushihara tersenyum kecut, dan Maou, dalam kesempatan yang begitu langka, menyetujui perkataan Urushihara.

"Meski aku tidak yakin kapan hal-hal seperti ini akan berguna dalam hidupmu, tapi aku tetap akan memberikanmu pekerjaan."

"Aku tidak ingin pekerjaan yang terlalu merepotkan."

Urushihara mengecilkan volume suaranya karena khawatir akan keberadaan Amane, tapi tetap, dia tidak  mengubah sikap lancangnya.

Maou memegangi Urushihara dan menunjuk ke arah tempat duduk pelanggan.

"Lepas bantalan dari kursi-kursi ini!!"

"Eh?"

"Kau bisa menggunakan gunting atau apapun yang kau suka, lepas saja bantalan kursi ini sampai kelihatan kayunya. Mengerti?"

"Melepasnya.... uh, aku bisa melakukannya, tapi kenapa?"

"Itu adalah kursi-kursi untuk pelanggan yang menggunakan pakaian renang basah."

Maou menunjuk ke arah bantalan kursi yang kotor.

"Orang-orang pada umumnya tidak akan mau duduk di kursi seperti ini dengan bokong yang basah kan? Awalnya, mereka tidak perlu khawatir dengan kursi yang basah jika mereka melapisinya dengan plastik di atasnya, tapi menggunakan itu malah akan menyebabkan mereka bisa menyerap air dan menciptakan efek sebaliknya."

"Eh? Tapi jika bantalannya dilepas dan cuma tersisa kayunya, bokong mereka bisa sakit ketika duduk di atasnya."

"Untuk menarik para pelanggan supaya datang, menampakkan kayu yang keras, itu lebih penting daripada membiarkan mereka merasa tidak nyaman ketika duduk dengan bokong yang basah. Di sisi lain, karena tidak ada banyak kursi di sini, maka tidak ada hal khusus yang akan membuat para pelanggan merasa nyaman dan akan menyebabkan omset kita menurun. Karena kita harus berjuang dengan keadaan yang terbatas, aku harap bisa membatasi level kepuasaan setiap pelanggan dan mengutamakan peningkatan jumlah omset. Setelah melepas bantalan kursinya kita akan menggunakan ampelas yang Emi beli..."

"Aku mengerti, pertama lepas dulu bantalan kursinya, kemudian haluskan permukaan dan sisi-sisinya, dengan begitu, kursi akan lebih nyaman untuk diduduki."

Amane tiba-tiba datang dari arah samping mereka. Dan untuk dokumen yang dibawanya, itu pasti kontrak kerja yang Chiho sebutkan sebelumnya.

"Kau benar-benar datang dengan banyak sekali ide. Apa kau pernah membuka toko sebelumnya?"

"Uh, tidak, aku tidak pernah.... dan meski aku bisa menjelaskan alasan melakukan hal ini, ketika aku memutuskan untuk melakukannya, itu hanya berdasarkan insting saja."

Isi dari saran-saran Maou bukanlah hasil dari pemikirannya sendiri, dia hanya mengembangkannya dari pengalaman yang dia dapat di McRonald dengan tujuan membuat pelanggan agar tertarik membeli sesuatu di sini.

"Maaf, tiba-tiba melakukan sesuatu seperti merusak benda-benda di toko ini...."

"Tidak masalah, tidak masalah, mau bagaimana lagi. Aku bisa menerima alasan yang barusan kau katakan. Meskipun toko-toko sekarang ini menggunakan kursi lipat, tapi toko kami tidak punya cukup uang untuk menggantinya. Jika ada cara untuk memperbaikinya tanpa menghabiskan banyak uang, maka itulah yang terbaik."

Tanpa tahu apakah dia benar-benar berpikir seperti itu ataukah hanya ingin menghibur Maou, Amane dengan santai menepuk bahu Maou sambil tersenyum.

"Jadi begitulah Urushihara. Bos kita sudah mengizinkannya, jadi mulailah bekerja. Tapi lakukan dengan rapi, jangan sampai meninggalkan satupun bantalan ataupun bekas di kursinya, okay?"

"... Ini masih saja merepotkan, serius."

Meskipun Urushihara mengeluh di depan Amane, dia tetap mulai bekerja dengan malas.

"Erhm, selanjutnya aku akan menemui Suzuno, jika kau punya pesanan untuk toko bir atau toko sayuran, kau bisa memesannya terlebih dahulu."

"Tidak masalah. Aku sudah selesai menyiapkan kontraknya, ketika istrimu kembali nanti, kalian semua bisa melihatnya."

"Sudah kubilang dia itu bukan istriku...."

Maou merasa agak kesal dan pergi sebelum Amane bisa menjawabnya.

Berjarak lumayan jauh dari ombak, Suzuno terlihat sedang membangun istana pasir bersama Alas Ramus.

Tidak, lebih tepatnya, hanya Suzuno sendiri yang membangunnya.

"Papa, Suzu nee-chan luar biasa!!"

Sangat bisa dipahami jika Alas Ramus yang berlari ke arah Maou, mengatakan hal seperti itu. Itu karena karya yang Suzuno buat dengan mengorbankan bagian bawah yukatanya yang tertutupi pasir, adalah kota besar dengan sebuah parit.

Tidak seperti kastil bergaya barat, itu adalah sebuah kastil bergaya Jepang, lebih tepatnya kastil Osaka yang mana bahkan bentuk ikannya benar-benar sama.

Dalam waktu sependek itu, Suzuno bahkan dengan cermat mengalirkan air laut untuk membentuk parit pelindung di sekitar kastil.

Ketika anak kecil melihat hal seperti ini, mereka biasanya akan menghancurkannya seperti monster yang berada di film-film. Tapi sepertinya Alas Ramus begitu menghargai keindahannya dan merasakan sesuatu dari karya Suzuno ini.

"... Jadi, kau punya kemampuan khusus seperti ini juga?"

"Hm, oh Raja Iblis! Ya ampun, setelah diminta oleh Alas Ramus, aku tanpa sadar menjadi sangat serius."

Suzuno menunjukan senyum yang seolah-olah mengatakan "Misi telah selesai". Tapi kenyataannya, karyanya ini benar-benar sangat sempurna, yang bahkan akan membuat orang-orang ingin mengambil fotonya dan menamakannya 'Himeji Castle'.

"Ini bukan apa-apa. Selama masa pelatihan, ada beberapa orang yang mempelajari arsitektur gereja dan memahat patung. Mengingat hal-hal seperti itu bisa dibuat, membuat istana pasir itu jauh lebih sederhana. Huuh, meski begitu, bagian-bagian dari istana pasir ini pasti akan rusak ketika ada angin berhembus."

Memang, Maou tidak pernah mendengar ada seorang penyelidik yang mempelajari arsitektur gereja dan memahat patung, sedang membangun Himeji Castle di pantai, Maou yang pada awalnya berniat meminta Suzuno untuk mengajak Alas Ramus mencari kerang, tiba-tiba mengubah pikirannya.

"Suzuno, tolong. Bisakah kau membangun istana pasir seperti ini di sebelah toko? Untuk bayarannya, akan kudiskusikan dulu dengan Amane-san."

"Membangun istana pasir? Tidak masalah sih.... Tapi apa maksudnya melakukan hal itu?"

"Kupikir kau yang tidak bisa melihat maksud dari hal itu, bahkan lebih terlihat menakutkan."

Maou melihat ke arah Himeji Castle tersebut, dan merasa begitu tersentuh.

Meskipun waktu yang Emi dan Chiho habiskan di sini terbatas, Suzuno pada dasarnya adalah orang yang berjiwa bebas.

Setelah mengkonfirmasi penginapan, gaji, dan persetujuan Suzuno, akan mungkin untuk memintanya membuat istana pasir yang berbeda-beda setiap harinya. Lagi pula, tidak ada hal lain lagi yang bisa menarik pelanggan lebih efektif daripada ini.

"..... Huuh, ngomong-ngomong, tolong jaga Alas Ramus untuk sementara ini."

"Serahkan padaku!! Alas Ramus, apa yang kau inginkan untuk aku buat berikutnya?"

"Hmmm,, mama!!"

"Emilia ya, tidak masalah. Serahkan saja padaku!"

Karena dia bisa membuat kastil Osaka, maka membuat bentuk manusia seharusnya hanyalah seperti membuat sepotong kue bagi Suzuno. Maou pun meninggalkan Suzuno yang nampaknya akan membuat patung raksasa dari pasir dan kembali ke toko.

"Ini adalah pemasok utama kita. Dan ini adalah menu utama dari tahun lalu."

Urushihara masih bekerja melepas bantalan kursi, sementara Amane menaruh semua jenis dokumen di atas meja yang berada di sebelah kursi.

"Ngomong-ngomong, untuk hari pertama kita perkecil saja jumlah piringnya. Dari daftar pesanan, bahan-bahannya baru akan diantarkan sepenuhnya besok pagi, ditambah dengan waktu persiapannya, tidak mungkin untuk membuat semuanya. Tapi selama kita memanfaatkan dengan baik piring seng..... Ah, Amane-san, pekerjaan apa yang biasanya kau lakukan?"

Sebenarnya Emi, Suzuno, dan Chiho hanya bisa membantu untuk hari ini. Jika sudah begitu, maka Maou dan Ashiya harus mengcover Urushihara yang hanya punya sedikit pengalaman berbicara dengan orang lain, dan juga Amane yang sudah mengabaikan toko ini sampai jatuh pada kondisi seperti ini.

Akan tetapi, jika pekerjaan utama Amane adalah melayani pelanggan atau berhubungan dengan memasak, maka mereka bisa mengambil kesempatan ini untuk mengajarinya persiapan bekerja....

"Uh... Mungkin, anggap saja perkelahian tangan kosong, kurasa?"

"Perkelahian tangan kosong... Huh?"

Maou yang tidak bisa bereaksi dengan cepat, mengembalikan kata-kata Amane menjadi sebuah pertanyaan.

"Uh, singkatnya, kemampuan memasakku itu lebih rendah daripada standar hidup pada umumnya. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya memotong kubis menjadi irisan tipis."

Apakah si bos ini sungguh baik-baik saja? Maou mulai merasa sebuah kegelisahan yang aneh.

"Bagaimana aku mengatakannya ya, hmmm, oh ya, itu lebih ke pekerjaan yang berhubungan dengan keamanan."

Mungkin dia itu seperti Urushihara, yang hanya khusus menjaga keamanan rumahnya sendiri. Amane pernah bilang di telepon kalau toko itu sebelumnya dijalankan oleh orang tuanya, dan Maou mulai curiga kalau orang tuanya memutuskan untuk menyerahkan toko yang tidak bisa mendapatkan keuntungan ini kepada putrinya yang tidak punya pekerjaan.

Tidak peduli apapun yang terjadi, berarti mereka tidak boleh ambil resiko dan mengizinkan Amane menggunakan dapur.

Karena dia tahu istilah 'kas kecil', itu berarti dia memiliki sedikit pengetahuan yang digunakan untuk mengurusi bisnis kecil-kecilan. Sepertinya dia hanya harus bertingkah seperti seorang manajer dan bertanggung jawab pada pemasukan dan pengeluaran uang.

Yang mana itu berarti Ashiya lah yang bertanggung dalam urusan memasak.

"Sementara untuk minumannya.... Minuman asam dan Oletimin C akan menjadi minuman utamanya, didampingi oleh Cola, soft drink, jus jeruk, sport drink, dan teh.... Ini tidak terlalu banyak kan?"

Di dalam toko, hanya ada satu pendingin minuman, dan ada 4 tingkat di dalamnya. Jika isinya tidak terbatas, ketika ada salah satu produk yang habis terjual, maka pendingin minuman itu akan terlihat buruk secara keseluruhan.

"Kenapa kau ingin membeli Oletimin C? Bukankah botolnya sangat kecil?"

Menanggapi pertanyaan Amane, Maou pun menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala.

"Karena botolnya kecil, kita bisa menaruh lebih banyak ke dalam pendingin. Hal itu berarti isinya juga bisa habis dengan cepat, dan harganya pun murah. Menempatkan barang seharga 100 yen di antara barang 120 yen, pasti akan menarik perhatian para pelanggan entah kau akan membelinya atau tidak, kan? Dan juga, sangat sedikit orang yang akan membawa uang kertas ketika bermain di air. Selain itu, di tempat pemandian dan locker koin juga menggunakan koin 100 yen, setelah mereka menukar uang mereka, jumlah koin 100 yen di tas mereka pasti akan bertambah. Selama ada produk yang memungkinkan mereka untuk membelanjakan koin-koin itu dengan mudah, maka tingkat penjualan di sini pasti akan bertambah."

Ini adalah pengetahuan yang Maou dapat dari item-item berharga murah milik MgRonald yaitu ala carte, yang dikenal sebagai kombinasi uang 100 yen.

"Selain itu, aku ingin barang-barang ini."

Maou menunjuk ke arah form pemesanan yang di atasnya tertulis 'Promosi Special Oletimin C, beli 2 box gratis satu set poster ukuran A2 untuk mempromosikan tokomu'. Singkatnya, kalau mereka memesan 2 box minuman, mereka akan mendapatkan merchandise gratis untuk digunakan sebagai bahan promosi.

"Apaan ini, Maou-kun, kau menginginkan poster gadis-gadis cantik dalam balutan pakaian renang?"

Amane melihat ke arah poster idol yang di atasnya tercetak seorang gadis energik, dan bertanya kepada Maou dengan sedikit tertarik. Tapi Maou menggelengkan kepalanya untuk membantahnya.

"Aku berencana meniru papan iklan lama dan menutup sedikit kerusakan yang ada di dinding. Kalau kita menempelkan poster idola di dekat pendingin minuman untuk menarik perhatian pengunjung, maka hanya akan ada sedikit orang yang menyadari kalau pendingin itu sudah tua. Dan gadis di poster itu juga sangat lucu, yang mana hal itu akan membantu promosi."

"Wow, membosankan sekali. Apa kau ini seorang *Mensao Dansei? Ataukah seorang herbivora sungguhan?"

(TN : Mensao Dansei merujuk pada pria yang terlihat dingin, pendiam, dan membosankan di bagian luarnya, tapi di bagian dalamnya mereka adl pria yang ceria, karismatik, hot, dan sexy.)

Padahal orang lain sedang berbicara dengan serius, tapi kenapa Amane berbicara menggunakan nada begitu?

"Inilah alasan kenapa aku meminta Chi-chan... ah, Sasaki-san untuk menggosok-gosok mesin penjual minuman itu. Jika sebuah toko yang gelap mempunyai mesin bir yang begitu mengkilap untuk menarik perhatian pelanggan, maka hal itu akan mengalihkan perhatian mereka dari tempat lain. Selanjutnya, kalau kita mendapatkan poster yang berkaitan dengan bir ketika memesan minuman, maka akan sangat sempurna selama kita bisa menuntun penglihatan pelanggan dari bir ke menu."

"Wow... Jadi itu alasannya."

"Kalau kita meletakkan ban apung yang Emi beli di sini, maka barang-barang persediaan tua ini akan terlihat sangat melimpah. Singkatnya, ini saja sudah cukup selama kita bisa menata tempat ini menjadi seperti rumah pantai kebanyakan. Dan sebuah serangan langsung akan terjadi tepat setelahnya!!"

"Ohh~"

Amane menatap Maou dengan takjub. Kemudian, tiba-tiba telepon Moau menerima panggilan dari Emi.

"Hello, ada apa? Melihatmu mengambil inisiatif untuk meneleponku, jangan-jangan besok akan  kiamat."

"Akan kupotong teleponnya."

Kata-kata ini tedengar sedikit aneh.

(TN : Dalam bahasa Jepang kata 'potong' dan 'tutup' punya lafal pengucapan yang sama. Begitu sih katanya :3)

"Aku berada di depan supermarket yang terletak di dekat stasiun Choshi, lalu ban apung model apa yang kau inginkan? Mengingat ada benda-benda lain yang juga harus dibeli, 5000 yen itu hanya cukup untuk membeli satu."

"Beli saja yang untuk ukuran anak-anak, dan belilah ban yang bisa digunakan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Apakah di sana ada ban yang bergambar pokemon?"

Pokemon adalah singkatan dari game yang terkenal akhir-akhir ini, yaitu "Pocket Monster", pokemon juga merupakan sebuah seri yang merilis versi filmnya setiap tahun, sebuah film yang begitu dinanti-nantikan.

"Sayang sekali, sepertinya sudah tidak ada lagi ban apung bergambar pokemon. Kalau Pirichu dan produk-produk sejenisnya....... Ah, ada Rilakkuma."

(*Pirichu parodi dari Pikachu :3)

"Apa yang membuatmu menjadi begitu bersemangat?"

"Ap-apakah itu penting? Jika itu Rilakkuma, bahkan anak laki-laki pun akan mau menerimanya..."

"Tidak ada yang seperti itu!"

Maou seketika membantah fantasi yang dibayangkan Emi.

"Apa? Tidak tahu betapa lucunya benda ini, kau memanglah seorang raja iblis..... Ah, ada Pokemon, tapi itu bukan ban apung, itu adalah kolam mainan berukuran mini untuk anak-anak."

Emi mengatakan hal tersebut sambil membolak-balik benda itu, dan membuat Maou terpikir sebuah ide.

"Emi! Seberapa besar kolam mainan itu?"

"Apa? Ini tidak telalu besar sih, panjang dan lebarnya kira-kira hanya 2 meter, dan karena ini untuk anak-anak, kolam mainan ini juga tidak terlalu dalam."

"Panjang dan lebarnya 2 meter.... Baiklah, tidak masalah beli itu!! Cepat beli benda itu!"

"Eh? Memintaku untuk membeli benda ini? Ini akan melebihi budget kita..."

"Aku yang akan membayarnya!! Dan untuk ban apungnya, tidak masalah kalau membeli yang bergambar Rilakkuma."

"..... Baiklah baiklah, aku mengerti. Kalau begitu, aku akan segera kembali."

Setelah menjawab Emi dengan malas, Maou pun menutup teleponnya.

Selanjutnya dia berlari ke sebelah kasir dan membolak-balik buku telepon.

"Choshi disebut sebagai kota pelabuhan....... Ikan...... harus dijaga agar tetap segar...... Di dalam penyimpanan ataupun saat perjalanan....... Mereka pasti akan menggunakan itu...... Ah ketemu!!"

Setelah menemukan sebuah iklan, Maou dengan cepat mengambil telepon.

Amane melihat ke arah Maou, dia hanya diam mematung, lalu dia melihat Maou membuat pose kemenangan setelah melakukan percakapan singkat melalui telepon.

"Siapa yang kau telepon?"

"Perusahaan es balok. Sebuah perusahaan yang bernama 'Industri Es Choshi Selatan'."

"Perusahaan es balok?"

"Kupikir karena di sini ada pelabuhan ikan, maka pasti ada bisnis penjualan es. Setelah menelepon untuk memastikannya, aku sadar ternyata volume es mereka untuk satu pesanan tidak terlalu besar. Amane-san, bisakah kau pergi ke sana untuk mengambil es-es itu? Aku telah memesan es yang bisa dimakan untuk digunakan sebagai es serut dan juga es murni yang tidak mudah meleleh sebagai pendingin."

"Sebagai pendingin?"

Setelah Maou menoleh ke arah bagian dalam toko, dia balik menoleh ke arah Amane untuk menjelaskannya.

"Memikirkan masalah sumber listrik, pendingin minuman itu hanya bisa diletakkan di dalam toko dan tidak bisa dipindah-pindah. Jadi aku meminta Emi untuk membeli kolam mainan, dan aku berencana mengisinya dengan es dan juga minuman untuk dijual di depan toko. Itu tidak hanya akan menarik perhatian pembeli, itu juga akan membuat para pelanggan bisa membeli minuman tanpa masuk ke dalam toko. Lalu di saat yang sama, pendingin minumannya bisa diisi dengan minuman untuk para pelanggan yang berminat untuk sekalian makan. Jadi hal ini bisa menambah macam-macam produk kita."

"Oh.. kau benar-benar memikirkan hal itu? Tapi, apa kau sungguh-sungguh akan menggunakan benda itu untuk membuat es serut?"

Amane menunjuk ke arah mesin penyerut es manual yang dikeluarkan oleh Maou.

"Benda ini mungkin terlihat sederhana, tapi pada kenyataannya, benda ini sangat berat dan juga sulit untuk digunakan. Apakah kita memang perlu bersiap-siap sampai ke tingkat itu?"

"Jangan khawatir. Untuk minuman dan es serutnya, cukup biarkan Urushihara untuk menanganinya."

"Eh, huh? Itu terlalu sulit."

Urushihara yang sedang melepas bantalan kursi pun berteriak kaget.

"Erhm, bukankah itu terlalu berat bagi Urushihara..."

"Itu juga yang kurasakan. Dia tidak mungkin bisa melakukannya."

"Hei hei hei, meski aku juga merasa begitu, tapi apa kalian perlu menjadi sekejam ini?"

Mendengar Maou mengatakan hal itu, Ashiya dan Chiho yang sebelumnya fokus pada tugas meraka, menanyakan hal tersebut dengan ragu-ragu, dan menyebabkan Urushihara menjadi sangat kesal.

Tapi Maou membusungkan dadanya dengan percaya diri.

"Tenang saja. Akulah yang akan bertanggung jawab pada tugas-tugas di area utama, dan aku pasti akan membantunya jika diperlukan. Ditambah lagi, dengan metode yang kugunakan, ini adalah sistem ideal di mana aku bisa membiarkan Urushihara bekerja sendiri tanpa khawatir kalau dia akan mengacau, dan bahhoan jika mesin penyerut esnya tidak bisa digunakan dengan baik, pelanggan pun tidak akan komplain."

"Ah."

"A-apa maksudnya itu?"

"Urushihara-san..... Bisa bekerja sendiri?"

Dengan ekapresi puas, Maou menatap mereka bertiga yang menunjukan ekspresi kagetnya dengan cara yang berbeda-beda, dan mulai menjelaskan tentang sistem yang bisa memungkinan si NEET malaikat jatuh ini, bisa menjual berbagai produk sendirian.

Setelah Maou menjelaskan semuanya.....

"Jadi, jadi begitu.... Tidak seperti McRonald, karena ini adalah Ooguro-ya, kita mungkin bisa melakukan hal seperti itu."

Chiho berbicara pada dirinya sendiri.

"Jadi, selama ada orang yang bisa membuka dan menutup pintu pendingin serta membaca harga duduk di sini, maka akan sangat mungkin untuk mendapatkan.............. Hmm, seperti yang kuduga dari Maou-sama, kau punya pandangan yang luas."

"Ashiya kau terlalu jujur. Kau terlalu jujur sampai-sampai aku mulai merasa sedih."

Sambil mengatakan hal tersebut, Urushihara menunjukan ekspresi lega.....

"... Tapi jika hanya itu, kurasa aku bisa melakukannya."

Adalah sebuah kejadian yang sangat langka, Urushihara mengatakan sesuatu yang positif.


XxxxX


Di dalam kegelapan, kembang api yang begitu terang dan warna warni menari di antara angin laut.

"Sangat cantik!!"

Pada ujung sebuah benda berbentuk tongkat yang dipegang oleh Ashiya dengan gelisah, berbagai warna kembang api terus terpancar dari bagian atasnya, dan di saat yang sama, menyinari ekspresi kaku Ashiya.

"Mama, bersinar. Itu bersinar!!"

"Ini terlalu dini untuk Alas Ramus, duduk saja dan tonton dari sini."

Bagi anak kecil yang telah bergabung dengan pedang suci dan berada di tingkat yang sama dengan seorang malaikat agung, kembang api seharusnya bukan masalah besar baginya, tapi Alas Ramus tetap seperti anak-anak normal lainnya yang menangis ketakutan karena sebuah suara keras, ataupun cahaya yang tidak dia kenali.

Alas Ramus masih bisa menikmati keindahan kembang api dari kejauahan, tapi jika mereka mengizinkan dia untuk memegang sebuah kembang api, mungkin dia akan langsung melemparnya karena takut.

"Hey, bagaimana? Apakah ini keren?"

Meski begitu, akan sangat tidak baik jika membiarkan Alas Ramus menonton kembang api berbentuk ular yang Urushihara taruh di pantai sedang menggeliat kesana kemari. Jadi Emi pun bertingkah selayaknya ibu dan bertanggung jawab untuk mengawasi anaknya.

Sekarang ini, rumah pantai Ooguro-ya akhirnya mendapatkan kembali penampilan yang seharusnya dimiliki oleh sebuah rumah pantai. Hal ini memungkinkan Amane mempunyai waktu luang untuk mengadakan acara bermain kembang api guna menyambut Maou dan yang lainnya.

"Hey, Ashiya, beri aku apinya. Aku ingin mencoba gaya empat pedang!"

Seseorang membentangkan empat senjata di samping kembang api Ashiya.

Raja agung dari dunia iblis memegang dua kembang api di kedua tangannya dan sekarang, dia terlihat begitu senang.

".... Baiklah, kalau itu bisa membuatmu senang!!"

Ashiya kemudian menggerakkan apinya ke arah kembang api yang ada di tangan Maou.

"Ah! Padam!!"

Akan tetapi, karena kembang api Ashiya padam, hanya 3 kembang api Maou yang berhasil menyala.

"... Hanya bungkus luarnya saja yang berbeda, tapi warna api yang terpancar masih sama."

Ketiga kembang api itu memancarkan cahaya yang sama, dan menyebabkan raja dari dunia iblis itu menjadi depresi.

Emi kembali pada siang harinya, dan Alas Ramus yang bosan bermain pasir, memutuskan untuk kembali ke rumah pantai bersama Suzuno. Mereka pun langsung beristirahat. Kemudian, Ashiya menggunakan bahan-bahan yang ada, dan menantang dirinya sendiri untuk membuat beberapa porsi mie goreng sebagai makan siang untuk semuanya.

Selama memasak, karena Ashiya terkejut dengan kekuatan api di kompor yang menggunakan Liquefied Petrolium Gas, dari awal sampai sampai akhir dia........

"Jika Kastil Raja Iblis mempunyai api ini...."

Dia terus menggumamkan kata-kata tak berguna ini.

Setelah beristirahat, Maou pun meminta Suzuno untuk memilih tempat di mana angin laut tidak bisa menjangkaunya, dan mulai membangun kastil Osaka di sana. Sementara untuk Emi, dia bertugas mengurus Alas Ramus.

Urushihara terlihat sedang menghaluskan permukaan kursi dengan menggunakan ampelas.

Sementara itu, Ashiya melihat-lihat resep dasar dari menu-menu yang ada, dan mulai mempersiapkan bahan-bahannya. Sambil melihat Ashiya, Chiho pun menuliskan kata-kata yang menarik perhatian dan lucu di atas kertas berwarna yang dibeli Emi. Sepertinya dia sedang membuat tanda yang akan dipajang di dalam toko untuk menunjukan daftar produk yang tersedia.

Seperti yang orang-orang katakan bahwa pemandian adalah faktor penting yang akan menentukan kualitas rumah pantai, Maou pun dengan seksama membersihkan setiap sudut pemandian seperti yang diperintahkan oleh Amane, memastikan kalau tidak ada kerak yang tertinggal.

Bangunan pemecah gelombang adalah tempat terkenal di Choshi untuk melihat matahari terbenam, saat ini matahari telah terbenam di ufuk barat dan langitpun berubah menjadi gelap.

Rumah pantai 'Ooguro-ya' yang Emi bilang kalau dia tidak akan membeli sesuatu dari toko ini, sekaligus toko yang membuat orang-orang putus asa apakah toko ini bisa buka atau tidak, akhirnya menjelma menjadi seperti rumah pantai pada umumnya.

Sementara untuk noda dan retakan di dinding sekaligus karat di papan pemberitahuan yang telah terkumpul dalam waktu yang lama, tidak ada yang bisa dilakukan terhadap mereka untuk sekarang ini. Jadi, yang tersisa hanyalah pengantaran bahan-bahan besok pagi dan persiapan akhir.

Dan kini, istana pasir Suzuno yang dinamakan "Istana Pasir, Blue Heaven Tower" telah selesai dibangun.

"Kamazuki-chan, kau bisa mendapatkan uang dari benda ini...."

Tower besar ini sangat mendetail, sehingga membuat Amane berkomentar seperti itu.

Tidak diketahui teknik apa yang Suzuno gunakan, tapi sepertinya benda itu tidak terlihat rapuh ataupun dengan mudah rusak jika terkena sentuhan.

Menurut Suzuno, pasir di Kimigahama sangatlah cocok digunakan untuk membuat istana pasir, selama pasir dan air dicampur dengan rasio yang tepat, dan proses pembuatannya dilakukan setelah matahari terbenam, maka istana pasir ini akan bisa bertahan selama satu atau dua hari.

Sebelumnya, Emi sudah ada ke hotel yang ada di Tanjung Inubo. Dari Kimigahama, perjalanannya membutuhkan waktu kira-kira sepuluh menit lebih. Dia ke sana untuk memesan penginapan sekaligus makan malam. Tapi karena undangan Amane untuk bermain kembang api, dia pun kembali ke Kimigahama.

Setelah itu, Maou pun tahu kalau tidak hanya Emi dan Suzuno, bahkan Chiho juga akan menginap di  sini.

"Pada akhirnya, kau akan menginap di sini ya?"

Maou yang menanyakan hal tersebut, mengetahui bahwa Chiho telah mendapatkan izin dari orang tuanya untuk menginap, meskipun Maou tidak bisa langsung menerimanya, dia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Kenyataanya, selain Amane dan Chiho, ini adalah pengalaman pertama bagi semua orang bermain dengan kembang api.

Meski Maou dan yang lainnya sudah berada di Jepang selama lebih dari setahun, mereka masih tidak tahu apa itu kembang api. Tapi ketika mereka secara pribadi melihat kembang api itu, mereka tahu meski itu hanya mainan, desainnya terlihat sangat mendetail.

Setidaknya, tanpa sihir iblis ataupun sihir suci, mereka tidak akan bisa membuat percikan ataupun api seberwarna ini.

"Alas Ramus-chan apa kau ingin melihat ini?"

Chiho mengambil sebuah kembang api yang agak besar dari tumpukan kembang api.

"Besar sekali kembang api ini. Apa-apaan ini?"

Emi juga tertarik dengan kembang api itu. Berbeda dengan kembang api yang diletakkan di tanah dan menembakkan apinya ke atas, kembang api yang menggunakan tongkat bambu tipis sebagai tubuh utamanya ini, tidak hanya memiliki benda berbentuk segilima yang diletakkan di depan ujungnya, bahkan punya sumbu di bagian ujung tersebut.

Sebelumnya mereka telah menggali lubang untuk membuat sebuah tempat perlindungan dari angin, dan setelah Chiho berdiri agak jauh dari orang-orang, dia pun menggerakkan sumbunya ke arah lilin yang terletak di dalam lubang.

"Woah....!!"

Alas Ramus pun berseru.

Ketika kertas berbentuk segilima di ujung tongkat bambu tersebut terbakar, kilauan cahaya pun muncul dari kembang api itu.

Berbeda dengan suara keras dari kembang api, percikan api tersebut menyala lebih dari sepuluh detik sebelum padam, tapi tiba-tiba muncul perubahan yang membuat mata Alas Ramus berbinar-binar.

"Burung!!"

Kertas berbentuk segilima tersebut terbagi menjadi dua bagian setelah berputar-putar karena bubuk mesiu di dalamnya, kemudian kertas itu berubah menjadi bentuk kandang burung.

Dari awal, sepertinya sebuah bentuk burung kecil berwarna kuning telah diletakkan ke dalam kertas berbentuk kandang burung itu.

"Burung, chirp, chirp!!"

Ketika Alas Ramus melihat kembang api tersebut, dia menunjukan sebuah ekspresi yang terlihat seolah benar-benar ingin menyentuhnya.

Setelah menyerahkan tongkat tersebut kepada Emi, Chiho pun berbicara.

"Meski akan ada sedikit bau hangus, tapi setidaknya biarkan dia memegangnya sebentar."

"Kembang api ini dibuat dengan sangat bagus.... Mainan zaman sekarang benar-benar luar biasa!"

"Sebenarnya ada tipe lain yang berbentuk seperti parasut ataupun bendera dari berbagai negara, tapi sayang sekali kembang api yang bisa terbang ke atas tidak diizinkan untuk dimainkan di sini. Jadi aku tidak bisa memperlihatkannya padamu."

Sebenarnya kebanyakan pantai memang melarang kembang api yang bisa terbang ke atas, seperti roket, itu karena mereka bisa terpengaruh oleh arah angin dan sulit untuk menebak di mana mereka akan mendarat.

"Burung kecil!!"

Setelah memastikan kalau tongkat itu tidak lagi panas, Emi pun menyerahkan kandang burung itu kepada Alas Ramus, dan dalam sekejap, mata gadis kecil itu langsung berbinar-binar karena kandang burung yang berada di tangannya.

"Hey, kau belum berterimakasih kepada Chiho onee-san kan?"

"Telima kasih!!"

Alas Ramus dengan jujur menyampaikan ucapan terima kasihnya seperti yang Emi minta, dan pemandangan itu tanpa sadar membuat Amane dan Suzuno yang berjarak lumayan jauh dari mereka, menjadi tersenyum.

"Hmmph, ini berarti aku sudah menang tiga kali dalam satu putaran!!"

Maou yang sepertinya bosan dengan permainan multi-pedangnya, duduk membentuk sebuah lingkaran bersama Ashiya, Amane dan Suzuno. Dengan Suzuno yang memakai Yukata, mereka bermain "Kompetisi Penyisihan Kembang Api", untuk melihat kembang api milik siapa yang akan bertahan paling lama di tengah-tengah terpaan angin laut.

"Sialan!! Yukata memang paling cocok dengan kembang api, aku tidak bisa merasa tidak puas meskipun aku kalah, benar kan, Maou-kun?"

Melihat sisi menarik Suzuno, Amane menepuk bahu Maou yang berada di sampingnya dengan sedikit paksaan.

"Uh, aku tidak......."

"Bagaimana mungkin kita bisa kalah dari dia? Ayo kita lakukan yang terbaik!!"

Ashiya yang berdiri di samping Maou, kembali mengambil tiga kembang api dari tumpukannya, dan dengan teliti melakukan pekerjaannya sebagai wasit.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 translate bahasa Indonesia


"Mama!!"

"Hm? Ada apa?"

"Di sana. Apakah akan ada burung kecil yang terbang dari sana juga?"

Arah yang Alas Ramus tunjuk sambil memegang erat kandang burungnya bukanlah arah di mana Maou dan yang lainnya bermain kembang api.

Melihat ke arah yang ditunjuk Alas Ramus, di sana terdapat cahaya dari kapal-kapal nelayan yang berada di permukaan laut malam. Itu terlihat seperti kumpulan kapal yang sangat banyak, dan kalau dilihat-lihat, itu mirip sekali dengan cahaya yang dikeluarkan oleh kembang api berbentuk kandang burung tadi.

"Kalau itu, aku juga tidak tahu. Dan juga, Alas Ramus tidak takut dengan kembang api kan? Apa kau ingin pergi ke tempat Suzu onee-san dan meminta mereka untuk membiarkanmu bergabung?"

"Suzu nee-chan!!"

Emi dengan lembut mengalihkan perhatian Alas Ramus kembali pada kembang api dan duduk di pantai dengan punggung tegak.

Meski gerakan Alas Ramus melambat karena adanya pasir, dia tetap berusaha keras untuk berlari ke arah di mana Suzuno berada.

Melihat hal itu, Emi kembali menoleh ke arah laut.

Cahaya yang tercermin di atas permukaan laut saat malam hari bukanlah sebuah pertanda bagus.

Di Benua Selatan, Ente Isla, cahaya aneh di permukaan laut dilihat sebagai pertanda malapetaka.

Di Benua Selatan, dikatakan bahwa orang-orang yang melihat cahaya di permukaan laut yang dipancarkan oleh jiwa-jiwa yang telah mati, akan menemui bencana dan dibawa ke pintu neraka.

Itu adalah teknik 'Necromancy' yang dikuasai oleh Jenderal Iblis Maracoda dan para pasukannya, yang mana hal itu bisa menjadi teknik paling efektif untuk menghadapi tempat dengan kepercayaan tahayul yang masih menancap dalam seperti mereka.

Tapi tentu saja, ini adalah Jepang, dan Emi tahu kalau cahaya itu berasal dari kapal nelayan. Dia pun tahu kalau di bumi, fenomena seperti Shiranui dan St. Elmo's Fire yang bahkan disebut sebagai fenomena api aneh, masih bisa dijelaskan oleh sains.

(*Shiranui & St. Elmo's Fire intinya adalah sebuah fenomena optik, yang dianggap aneh dan seperti sebuah pertanda oleh orang zaman dahulu, silakan di cek ke Wikipedia untuk lebih jelasnya)

Tapi fenomena ini dianggap sebagai fenomena yang sangat aneh di Ente Isla.

"Hm, apa kau takut dengan Shiranui?"

Emi mengangkat kepalanya karena tiba-tiba mendengar sebuah pertanyaan, dan mendapati Amane yang sekarang sedang melihat ke arah permukaan laut yang barusan ditunjuk oleh Alas Ramus.

"Kau sudah tidak bermain kembang api lagi?"

Emi menggunakan pertanyaan ini untuk mengubah topik pembicaraan.

"Aku tidak bisa menang tidak peduli berapa kalipun aku mencoba. Yukata yang dipakai Kamazuki-chan bukan hanya untuk pertunjukan semata. Jadi aku bertukar tempat dengan Chiho-chan."

Dia memang tidak pernah mendengar kalau mengenakan Yukata bisa membuat percikan kembang api menjadi lebih stabil, namun Amane terus berbicara.

"Aku tidak bermaksud untuk menakutimu dengan mengatakan hal ini, tapi Choshi mempunyai sebuah cerita yang disebut dengan 'Snarling Spirit'."

"Snarling Spirit?"

"Snarling Spirit adalah sejenis kapal hantu yang akan muncul di dekat kapal-kapal nelayan saat ada kabut ataupun badai. Untuk bisa menambah jumlah rekan mereka, mereka akan berteriak "Pinjami Aku Inaga". Inaga itu merujuk pada pengait, jika kau memberikan pengait kepada mereka, kapal itu pun akan tenggelam. Ketika 'Snarling Spirit' muncul, mereka akan menciptakan cahaya di atas permukaan laut, mirip seperti seperti yang terlihat sekarang. Kyuushu sepertinya juga punya cerita yang sama, tapi yah singkatnya, itu hanya cerita tahayul dari jiwa-jiwa mati yang bahkan tidak bisa bergerak."

Amane mengatakan hal tersebut sambil melihat ke arah kapal-kapal yang berada di tengah laut.

"Aku sering merasa begitu, aku sama sekali tidak paham dengan pemikiran kalau jiwa-jiwa mati yang kembali ke dunia manusia, cenderung diartikan kalau mereka berniat melakukan sesuatu yang jahat."

"Eh?"

"Ya ampun, bukankah ada juga acara kebudayaan seperti Festival Obon? Kupikir orang yang takut dengan orang mati ataupun tanda-tanda dari dunia sana, pastilah orang yang sudah banyak melakukan dosa ketika mereka hidup."

"Bukankah cerita itu dibuat karena orang-orang takut akan kematian?"

Urushihara menyela dari samping.

Melihat ada lebih dari 10 kembang api berbentuk ular yang terbakar di depannya, bisa dipastikan kalau Urushihara sangat menyukai benda itu.

"Tidakkah kau merasa bahwa suara dari mereka yang takut akan orang mati dengan mereka yang takut akan kematian itu benar-benar berbeda?"

Saat topik pembicaraannya tiba-tiba berubah menjadi masalah yang berhubungan dengan hidup dan mati seperti ini, sepertinya hanya Suzuno lah yang paling cocok untuk menjelaskannya.

"Merasa takut dengan orang mati yang mempunyai banyak penyesalan ataupun sentimentil, itu seperti menaburkan garam di atas luka, bukankah itu maksud yang sebenarnya? Pada kenyataannya, apa yang benar-benar menakutkan adalah......."

Amane tiba-tiba memandang ke arah mercusuar di Tanjung Inubo yang saat ini sedang menyinari permukaan laut yang gelap.

"... mereka yang masih hidup. Sebenarnya, apa yang disebut sebagai pertanda buruk, semuanya mempunyai dasar-dasar sains, dan itu hanya hasil dari sebuah reaksi berantai. Ngomong-ngomong, apa yang ingin kukatakan adalah...."

Amane melihat kembali ke arah pantai.

Dalam bidang pandangannya dia melihat Maou, Ashiya, Suzuno, Chiho, serta Alas Ramus yang memegangi kembang apinya dengan bantuan Chiho.

"Kita tidak bisa membiarkan anak kecil itu melakukan sesuatu yang mendiskriminasi roh."

".... Amane-san?"

"Apa? Apa maksudnya itu?"

Ketika Emi dan Urushihara mencoba bertanya lebih jauh lagi karena tidak mengerti apa yang ingin disampaikan Amane.....

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Sebuah suara nyaring yang terdengar seperti sirine polisi mengguncang seluruh Kimigahama.

Selain Amane, semua orang yang ada di situ terlihat kaget karena suara yang tiba-tiba terdengar tersebut.

"Ah uhm?"

Bahkan Alas Ramus yang sebelumnya bermain kembang api dengan begitu gembira, menoleh ke sekelilingnya dengan perasaan gelisah, dan menjatuhkan kembang apinya ke tanah.

"Tidak apa-apa, kau tidak perlu takut."

Chiho dengan cepat memeluk Alas Ramus dan menyentuh pipinya untuk menenangkannya. Tapi suara yang terus terdengar itu membuat ekspresinya berubah menjadi seperti ingin menangis.

"Tidak apa-apa kok, tidak ada yang perlu ditakutkan."

Meskipun Chiho sudah berusaha keras untuk menenangkan Alas Ramus, dia masih terlihat seolah-olah bisa menangis kapan saja. Meski dia adalah makhluk tidak biasa yang bahkan berani menghadapi Gabriel, dia masihlah seperti anak kecil normal lainnya, yang akan merasa takut dengan hal-hal yang tidak diketahui.

Ketika udara mulai bergetar karena suara keras itu lagi, Alas Ramus pun akhirnya mulai menangis.

"Waaaaaaa.. aku tidak mauuuuu!!!"

"Ya ampun, ya ampun... Suara ini benar-benar menakuti anak kecil."

Amane, satu-satunya orang disana yang terlihat tenang, mengalihkan pandangannya ke arah mercusuar.

"Ka-kami bahkan juga merasa sedikit takut...."

Ketika Emi berbicara, suara tersebut menggema sekali lagi.

"Uh, ini adalah suara yang dihasilkan oleh alarm kabut di mercusuar. Itu tidak menandakan bahaya kok, kalian semua bisa tenang."

"Alarm kabut?"

Emi pun bertanya kepada Amane karena dia tidak pernah mendengar istilah itu sebelumnya.

"Ini adalah sinyal suara yang dihasilkan oleh alarm kabut di mercusuar ketika ada kabut tebal yang terlihat. Ini adalah peringatan yang ditujukan kepada kapal-kapal untuk berhati-hati agar tidak menabrak karang. Bukankah kabut sudah mulai muncul di tengah laut sana?"

Selama kondisi cuacanya memungkinkan, laut di musim panas masih bisa dengan mudah membentuk kabut seperti saat musim dingin.

"Hey hey hey, bukankah tadi cuacanya sangat cerah?"

Semuanya langsung mendongakkan kepalanya ke atas setelah mendengar suara Maou, tanpa sadar, mereka menahan napas. Entah sejak kapan, permukaan laut yang berada jauh di sana telah tertutupi oleh kabut putih yang tebal. Bahkan cahaya dari kapal nelayan pun ditelan oleh kabut tersebut, dan mereka hampir tidak bisa memastikan di mana posisi mereka sekarang.

"Benar-benar kabut yang parah."

Ashiya melihat ke sekelilingnya dengan gelisah, sementara Chiho terus memeluk Alas Ramus dengan erat untuk membuatnya agar tidak merasa takut.

"Karena situasi ini, sepertinya acara kita harus segera berakhir."

Nada bicara Amane mulai diisi dengan kegelisahan.

"Karena kabut sering muncul di Kimigahama, kota ini juga sering disebut dengan *Kirigahama. Sepertinya kabut ini akan menyebar sampai ke daratan. Yah sayang sekali, tapi acara kita harus berakhir sekarang." (*Kiri = kabut)

Amane mengangguk. Dia pun menunjuk ke arah kembang api yang tersisa dan berbicara kepada Maou.

"Aku minta maaf, tapi bisakah kau membereskan ini? Aku akan mengantar para gadis ini kembali ke hotel. Yah, ketika kabut ini sampai ke daratan, kabut ini akan jadi sangat tebal, yang bahkan membuat penduduk lokal tidak bisa pergi keluar."

Amane dengan cepat memberikan perintahnya. Dia terlihat benar-benar berbeda dari dirinya yang begitu santai seharian ini.

"Aku, aku menegerti!"

Bahkan ketika Maou dan Ashiya membersihkan abu dari kembang api yang mereka mainkan tadi, Alas Ramus masih terus menangis dengan keras.

"Waaaaa.. aku tidak mauuuuu!!"

"Sangat jarang sekali dia terus menangis seperti ini......"

Karena sudah bisa dipastikan dengan mata telanjang kalau kabut tebal itu terus bergerak menuju daratan dengan bantuan angin, Maou pun mengerutkan dahinya dan dengan cepat berbicara kepada Amane.

"Aku serahkan Chi-chan dan Alas Ramus kepadamu."

"Hey, hey, hey, bagaimana dengan istrimu dan Kamazuki-chan?"

Meski Amane menjawab seperti itu, namun dia segera mengangguk seolah tidak punya waktu untuk terus bercanda dengan Maou.

"Serahkan saja padaku. Tapi sebisa mungkin jangan sampai pergi keluar. Kalian harus bangun pagi besok, jadi segeralah tidur. Yah sekarang, Chiho-chan, Yusa-chan, dan Kamazuki-chan, ayo kita berangkat!!"

Amane mendesak ketiga gadis itu untuk segera pergi meninggalkan pantai, sementara Maou dan yang lainnya, yang melihat kepergian mereka terlihat merasa sedikit khawatir.

Ketika Emi dan yang lainnya sampai di hotel, kabut tebal tersebut telah menelan seluruh kota sampai-sampai bahkan apa yang ada di seberang jalan pun tidak bisa terlihat.

"Baik, kalian beristirahatlah!! Ingatlah untuk datang dan dapatkan bayaran kalian besok!!"

Akan tetapi, setelah Amane mengantar Emi dan yang lainnya, dia berniat langsung pergi dengan menerobos jalanan yang ditutupi kabut.

"Amane-san, saat ini kabutnya masih sangat tebal. Kenapa kau tidak menunggu dulu sebentar di hotel?"

Saran Suzuno sangatlah masuk akal, tapi Amane langsung menolaknya.

"Aku masih punya urusan kecil yang harus kuurus. Hm, ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan utamaku. Aku harus pergi ke beberapa tempat ketika kabut muncul, tapi jangan khawatir, aku sudah terbiasa melakukannya. Kalau begitu, sampai jumpa besok!!"

Setelah mengatakannya dengan cepat, dan bahkan sebelum Emi dan yang lainnya punya kesempatan untuk menghentikannya, Amane sudah menghilang di antara kabut yang menyelimuti malam itu.

Alas Ramus yang akhirnya berhenti menangis, Emi, Suzuno, dan Chiho, menyaksikan Amane menghilang di antara kabut itu dengan perasaan khawatir.

Dan di dalam kabut tebal yang membuat orang merasa gelisah ini, sebuah sorotan cahaya yang sepertinya berasal dari mercusuar, bergerak jadi lebih cepat.



---End Of Part 2---





Translated by : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar