Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 (Part 4) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka -4




Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka.

"Mama!!"

"......."

"Mama!"

Emi berjongkok dan memeluk lututnya di sudut dek observasi yang ada di Tokyo Skytree.

Meskipun Alas Ramus menggoyang-goyangkan tubuhnya dan memanggilnya, Emi sama sekali tidak bereaksi.

Ayahnya masih hidup.

Mengingat ingatan ketika dia mengucapkan selamat tinggal lima tahun yang lalu, Emi selalu merasa dibakar oleh gambaran siluet ayahnya yang berdiri di hadapannya, pandangannya menjadi kabur karena air mata, lalu di dalam hatinya, dia mengubah kesedihan dan kemarahan dari kematian ayahnya menjadi kekuatan untuk bertarung.

Dibandingkan dengan masalah ayahnya, eksistensi abnormal dari para malaikat hanya bisa dianggap sebagai masalah kecil. Lagipula, dia tidak pernah memperlakukan Lucifer dan Sariel sebagai eksistensi abnormal, hal yang pasti bagi Emi adalah mereka memiliki kekuatan yang kuat sebagai musuhnya.

Dibandingkan dengan hal-hal seperti itu, ayahnya ternyata masih hidup.

Meskipun hal ini adalah fakta yang sangat menggembirakan dan harapan yang selalu Emi panjatkan, tapi kakinya terasa menciut dan dia tidak bisa bergerak.

Kemungkinan Gabriel berbohong bisa dibilang cukup rendah. Itu karena, meskipun dia berbohong kepada Emi dengan mengatakan Nord masih hidup, hal itu tidak akan memberikan keuntungan apapun kepada Gabriel.

'Ancaman Surga' yang Gabriel sebutkan, adalah fakta bahwa Laila dan Nord yang memiliki anak Emilia, hal-hal semacam itu bisa membahayakan kesucian Surga dan para malaikat.

Alasan kenapa Surga dan para malaikat dianggap sebagai objek kepercayaan dan pemujaan oleh banyak orang, adalah karena mereka dianggap sebagai eksistensi tidak biasa yang melampaui bayangan manusia, jika orang-orang tahu kalau mereka hanyalah manusia dengan budaya yang berbeda, kedigdayaan mereka pasti akan menurun secara drastis.

Meskipun skalanya berbeda, tapi manusia di Ente Isla masih bisa menggunakan sihir yang tidak terlalu beda dengan para malaikat.

Jadi, jika dia ingin berbohong, Gabriel seharusnya mengatakan kalau Nord sudah mati dan meninggalkan dunia ini.

Dengan begitu, Gabriel tidak akan memiliki masalah memutarbalikan gambaran 'ayah sang Pahlawan, Emilia'.

Meski orang lain mengungkapkan bahwa Nord hanyalah petani biasa, mereka bisa menjelaskan dengan mengatakan kalau Nord kembali ke Surga atau dipromosikam menjadi malaikat.

Dan alasan yang lebih sederhana adalah, setiap orang pasti membenci orang yang telah membunuh orang tuanya. Hubungan Maou dan Emi dari awal memang tidak bisa disebut baik. Jika Emi kembali mengingat kematian ayahnya, hal itu akan menambah kebencian Emi terhadap 'Raja Iblis Satan', hal ini akan menyebabkan kedua penghalang Surga tersebut saling membunuh satu sama lain.

Tapi Gabriel mengatakan hal ini....

Ayahnya, Nord masih hidup.

Hanya dengan ini saja sudah cukup membuat Emi tidak mampu melihat apa yang ada di hadapannya. Emi mengangkat kepalanya, dan melihat Alas Ramus yang menatapnya dengan ekspresi sedih.

"Mama? Apa kau baik-baik saja? Apa perutmu sakit?"

"... Tidak, aku baik-baik saja. Meskipun aku baik-baik saja....."

Emi tersenyum dengan lemah dan membenamkan kepalanya di antara lututnya sekali lagi.

"Aku hanya berpikir apa yang sebaiknya kulakukan selanjutnya...."

"Apa yang ingin kau lakukan?"

Saat Emi pertama kali melangkahkan kakinya di medan pertarungan sebagai kesatria Gereja, dia sudah sadar akan keinginannya untuk menghancurkan Pasukan Iblis, alasan utamanya adalah untuk membalaskan dendam ayahnya, itulah satu-satunya alasan yang dia miliki.

Meskipun ketika dia datang ke Jepang, Emi dan Raja Iblis sering memiliki kesempatan untuk berinteraksi karena alasan yang beragam, tapi sejak awal, Emi selalu melihat Raja Iblis sebagai seseorang yang harus dia kalahkan.

Akan tetapi....

"Dengan mengetahui kalau ayah tidak mati, orang itu terlihat seperti musuh yang tidak penting...."

Ayah Emi adalah seorang petani, meskipun dia sangat kuat, tapi dia bukanlah prajurit yang telah menjalani latihan bertempur. Emi yang telah bertarung dengan Pasukan Iblis, sangat tahu akan kekuatan dan kekejaman para iblis, jadi setelah Emi melihat sisa-sisa kampung halamannya yang telah dihancurkan, Emi segera menyimpulkan kalau Nord tidaklah ditangkap, melainkan sudah mati. Dia tidak bisa memikirkan hal lain lagi.

Setiap kali Emi berpikir kalau dia harus membuat Raja Iblis merasakan penderitaan dan rasa sakit yang dialami ayahnya, saat-saat itu selalu terlintas di dalam pikirannya.

Meskipun ayahnya masih hidup, kebencian Emi yang dia tujukan kepada Raja Iblis tidak akan pernah menghilang.

Bahkan jika ayahnya masih hidup, Nord masih mungkin terluka ataupun sakit, hal ini juga tidak akan bisa menghapus rasa sakit dan kebencian yang disebabkan oleh penghancuran kedamaian yang dilakukan Pasukan Iblis.

Sebelum menjadi seorang Pahlawan, sebagai penduduk Ente Isla, kehancuran dan tragedi yang disebarkan oleh Pasukan Iblis sudah sangat sulit untuk dimaafkan.

Akan tetapi, gear penting yang menggerakkan Emi untuk memerangi Raja Iblis tiba-tiba dilepas oleh seseorang, dan fakta kalau hal itu menyebabkan cara berpikirnya berubah, sama sekali tidak bisa disangkal.

Adapun untuk gear yang tersisa, gear yang seharusnya bisa menggerakan hatinya, Emi tidak bisa menemukan jawabannya sekarang.

Produk yang Gabriel tinggalkan.... kaleng kosong yang bertuliskan 'sedikit meningkatkan polish', saat ini berguling melewati Emi.

Setelah memberitahu Emi kalau Nord mungkin ada di Jepang, Gabriel meminta bayarannya kepada Emi.

Dengan kata lain, itu adalah keadaan Chiho saat ini.

Emi sedang terguncang. Meskipun dia tidak ingin memberitahu siapapun informasi tentang teman berharganya, Chiho, tapi tak bisa disangkal, sebuah godaan jahat tersembunyi di dalam hati Emi, yang mana jika dia memberitahu keadaan gadis itu kepada Gabriel, dia mungkin bisa selangkah lebih dekat dengan ayahnya.

Akan tetapi, waktu tidak memberi Emi kesempatan untuk merasa ragu.

Sekumpulan energi besar lewat di bawah Emi yang sedang terjepit di antara hati nurani dan keinginannya.

"Ya ampun, ini gawat."

Gabriel berhenti memperlihatkan senyum liciknya, dan meminum kopi di tangannya dalam sekali tegukan.

"Percakapan kita berakhir di sini. Apapun alasannya, masalah seseorang jauh lebih penting, jadi kita hentikan saja sampai di sini. Mengenai informasi yang kuberikan, anggap saja itu sebagai layanan gratis. Lain kali kalau kita bertemu lagi, beritahu aku sesuatu."

"T-tunggu...."

"Meskipun ini membuatmu sedikit bingung."

Gabriel mengatakannya dengan ekspresi serius yang tidak cocok dengan gayanya.

Emi tidak tahu bagaimana Gabriel melakukannya, tapi dia melihat Gabriel menembus melewati dinding dan jendela, ketika Emi menyadarinya, Gabriel sudah berada di luar dek observasi.

"Tidak ada seorang pun di Surga yang berpikir kalau mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan dengan menggunakan kerja sebagai alasan. Semuanya hanya tidak ingin mati. Apapun alasannya, kami masih sadar kalau kami ini adalah malaikat yang dipuja."

Setelah mengatakan hal tersebut, Gabriel terbang keluar dari dek observasi dan mengejar sebuah energi besar yang misterius.

Energi itu dan Gabriel terbang menuju selatan. Mungkin sesuatu terjadi di Tokyo Tower di mana Maou berada.

Meski begitu, Emi sama sekali tidak bergerak.

Karena musuh yang harusnya dia lawan, alasan untuk bertarung, dan hal-hal yang harus dia lindungi, telah menjadi satu kekacauan besar.

"..... Ne, Alas Ramus?"

"Uu?"

"Bagiku, tugas pahlawan itu terlalu berat. Aku pada awalnya hanyalah seorang putri dari keluarga petani yang bisa ditemukan di manapun. Jika aku diberikan pembelajaran kelas atas sejak kecil, aku mungkin bisa mengalahkan Raja Iblis secara langsung tanpa mengkhawatirkan hal-hal sepele dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih kuat."

"Mama, tidak suka menjadi pahlawan?"

Alas Ramus mungkin tidak bisa memahami kata yang terlalu sulit, tapi anehnya, gadis kecil itu bisa merasakan apa yang coba Emi ungkapkan dan mengulangi kata-kata tersebut dengan cara yang lebih sederhana.

"Dulu, memang seperti itu. Tapi jika aku tidak menjadi Pahlwan, aku tidak akan bisa bertemu dengan Alas Ramus, jadi aku tidak begitu membencinya."

"Hee hee."

"Ne, Alas Ramus."

"Ada apa?"

"Apa yang Alas Ramus ingin lakukan ketika Alas Ramus sudah dewasa?"

Pertanyaan ini membuat Alas Ramus berkedip kaget. Ketika Emi berpikir kalau gadis kecil itu tidak bisa memahami pertanyaan semacam ini.....

"Aku ingin menjadi, Rilakkuma!"

Mata Alas Ramus tiba-tiba berbinar, dia mengangkat kedua tangannya ketika mengatakan hal tersebut.

Emi tidak mengharapkan Alas Ramus bisa menjawab dengan suatu pekerjaan yang spesifik dan jawaban itu juga terlalu tidak terduga, setelah Emi diam sebentar, sebuah senyum hangat pun terlihat di wajahnya.

"Kau ingin menjadi Rilakkuma?"

"Yeah. Dan dan..."

Alas Ramus yang nampak ingin melanjutkan kata-katanya, mencondongkan tubuhnya ke arah Emi.

"Kare."

"Eh?"

Emi merasa sedikit bingung, karena sampai sekarang, dia tidak pernah mengajak Alas Ramus makan kare.

Di Kastil Iblis, Ashiya seharusnya memberikan perhatian khusus agar Alas Ramus tidak makan sesuatu yang memiliki rasa kuat. Jadi Alas Ramus seharusnya tidak memiliki konsep apapun tentang apa yang dia sukai dan tidak dia sukai untuk dimakan.

"Itu karena mama sangat menyukai Rilakkuma dan kare! Alas Ramus juga sangat menyukai mama! Jadi, ketika Alas Ramus tumbuh dewasa, Alas Ramus ingin menjadi Rilakkuma dan kare."

".... Begitu ya."

Alas Ramus bilang, saat dia tumbuh dewasa, dia ingin menjadi sesuatu yang paling Emi sukai.

Untuk menyembunyikan air matanya yang ingin menetes, Emi menarik Alas Ramus mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Maaf, mama sepertinya menjadi sedikit lemah."

"Apa kau ingin makan kare?"

"Ketika Chiho-nee san sudah sembuh, ayo makan sama-sama lagi!"

"Un!"

"Ugwah!"

Alas Ramus dengan energik mengangkat tangannya di dalam dekapan Emi dan mengenai hidung Emi.

".... Hal seperti ini terkadang bisa membantuku mengangkat semangatku."

Emi yang berkaca-kaca karena alasan yang berbeda dengan sebelumnya, akhirnya kembali berdiri.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia


"Ini bukan pertama kalinya kesimpulan yang ingin kudapatkan tertunda. Sekarang aku harus bergerak untuk melindungi sesuatu yang berharga. Apapun yang terjadi setelahnya.... bisa dipikirkan nanti."

Karena sudah dipastikan bahwa tindakan Raguel akan menyebabkan kerugian terhadap Jepang, Chiho, dan Laila, untuk saat ini, Raguel, tanpa diragukan lagi adalah musuh Emi.

Gabriel mengatakan kalau dia ada di sini untuk mencegah sonar Raguel yang dipancarkan dari Tokyo Tower agar tidak terpengaruh oleh percobaan gelombang digital yang dipancarkan dari Tokyo Skytree.

Kalau begitu, maka medan tempur utamanya adalah tempat yang dituju Maou dan Ashiya, lokasi keberadaan Raguel.... Tokyo Tower.

Jika kedua orang itu berencana melawan Gabriel dan Raguel, mereka pasti tidak akan bisa menang.

Akan tetapi, meskipun situasinya tidak cukup untuk menjadi sebuah pertarungan, bahaya dari Raja Iblis yang dibawa kembali ke Ente Isla seperti yang dikatakan Suzuno, masih saja tetap ada.

"Meskipun aku belum menemukan jawabannya.... Jika mereka dibawa ke tempat yang sangat jauh, aku pasti akan sangat kesulitan."

Sekarang bukanlah waktunya untuk mengkhawatirkan apakah dia terlihat oleh seseorang di bawah.

Ketika Emi menyusuri jalur konstruksi yang dia masuki untuk berjalan ke atap dek observasi, dan sedang fokus pada sol di kakinya untuk bersiap-siap terbang....

"Sekarang bukanlah waktu yang tepat, karena area sekitar Tokyo Tower telah disegel oleh barrier Maou-san. Jika kau memaksa masuk, itu akan membahayakan orang-orang yang ada di dekatnya!"

"Ugh! Si-siapa itu?"

Selain Emi dan Alas Ramus, seharusnya tidak ada orang lain di Tokyo Skytree. Bahkan Alas Ramus sudah bergabung dengan Emi dan masuk ke dalam tubuhnya.

"Tapi aku merasa lega karena ini. Semuanya ternyata ingin tetap berada di Jepang."

Seberkas cahaya turun dari tempat yang lebih tinggi dibandingkan dek observasi di mana Emi berada saat ini.

Orang yang datang tersebut, diselimuti oleh sinar keemasan, dia berbicara dengan Emi yang tidak bisa berkata-kata ketika melihatnya.

"Ayo pergi bersama. Aku akan membantumu membuat celah."

"Ch Chiho.... penampilanmu...."

"Ayo kita pergi Yusa-san!"

Chiho yang seluruh tubuhnya diselimuti sihir suci keemasan, sebelum menjawab pertanyaan Emi, dia sudah mengeluarkan busur perak dari udara tipis dan membentuk anak panah yang terbuat dari sihir suci di atasnya.

"Uuu!!"

Mereka hanya diam melihat anak panah perak ditembakkan ke langit malam dengan diiringi kekuatan yang begitu besar, dan di saat yang bersamaan, sebuah lintasan cahaya membawa Emi dan Chiho yang terbang menuju selatan.

Sosok Emi dan Chiho menghilang di dalam cahaya tersebut, meninggalkan lolongan angin kuat di tempat mereka berdiri.


XxxxX


"Oh, kelihatannya ini menjadi semakin menarik."

Gabriel dengan sombong meremehkan kedua iblis hebat yang berada di dalam sebuah ruang berwarna kehijauan.

"Aku sama sekali tidak tertarik dengan hal ini. Pak tua Gab, kenapa kau tidak tetap berada di tower satunya dan malah datang ke sini? Bagaimana kalau hal ini membuat keakuratan sonar berikutnya menjadi berkurang?"

Dengan Satan dan Alsiel yang berada di antara mereka, pria berambut afro itu mengeluh kepada Gabriel yang ada di sisi lain.

Di punggung pria berambut afro yang mengenakan jeans kusut dan T-shirt itu, sebuah cahaya tiba-tiba muncul di sana, dan sepasang sayap yang tidak serasi dengan pakaiannya pun muncul.

"Itu karena Emilia datang untuk ikut campur. Tapi kita tidak perlu memancarkan sonar itu lagi. Gelombang energi tadi seharusnya tidak dibuat oleh manusia biasa. Orang itu pasti bisa ditemukan tanpa susah payah."

"Hal-hal sepele seperti itu, aku sudah tahu meskipun kau tidak mengatakannya! Tapi...."

Tatapan Gabriel dan tatapan Raguel bertemu di suatu titik.

"Tidak peduli bagaimanapun aku memikirkannya, kurasa orang-orang ini tidak akan melepaskan kita dengan mudah. Ekspresi mereka menakutkan."

"Apa menurutmu kami akan melepaskan kalian?"

Suara jahat yang terdengar seperti berasal dari bawah tanah memancarkan sebuah aura yang seolah-olah mempunyai kekuatan yang cukup untuk melampaui kekuatan kedua malaikat tersebut.

"Kalian berdua, jangan pikir kalian bisa keluar dari barrier ini."

"...."

Raja Iblis Satan dan Jenderal Iblis Alsiel.

Dua malaikat dan dua iblis saling menatap satu sama lain di dalam Tokyo Tower yang telah tersegel oleh sihir.

"Bukankah dunia ini seharusnya tidak memiliki sihir iblis? Orang ini adalah Raja Iblis Satan kan? Meskipun aku tidak mengenal orang yang ada di sampingnya, tapi pak tua Gab, ini berbeda dengan apa yang kau katakan di awal, iya kan? Hm?"

"Aku minta maaf mengenai masalah itu. Tapi aku tidak berbohong, okay? Aku benar-benar tidak menyangka kalau insiden ini akan melibatkan orang-orang itu. Ini semua karena benda tadi. Itu sangat indah kan, 'bang' tadi itu."

Gabriel mencoba menggunakan kedua tangannya untuk menirukan proses lingkaran cahaya yang mendekati Tokyo Tower dan meledak, kemudian memberikan sihir iblis kepada Satan dan Alsiel.

"Mungkin Laila sudah sampai di sebuah tempat yang tidak kita ketahui. Ini semua terjadi karena dipengaruhi oleh hal itu."

"Ah~ serius ini, kalau begitu, bagaimana ini? Ketika 'Kejatuhan' sudah diputuskan, tak masalah jika semua Tentara Surga diturunkan untuk membunuh semua orang yang mengetahuinya... lagipula, tidak peduli akan menjadi apa negara ini, itu sama sekali tidak akan berefek pada kita...."

"Aku tidak akan membiarkan kalian melakukan hal-hal seperti itu."

"......"

Gabriel melirik ekspresi Satan. Tapi sebelum itu, Raguel sudah mulai mempersulit Satan.

"Selain itu, kau benar-benar berlebihan! Kau menyamar menjadi manusia dan bertingkah sok keren dengan berbicara bahasa Inggris, kau benar-benar membodohiku! Kau seharusnya memakan udonmu dengan tenang, kenapa kau harus menghalangiku? Meskipun aku dengar kalau kalian dan pak tua Gab memiliki semacam masalah, tapi kali ini kami tidak melakukan apapun terhadap kalian, kan? Bisakah kalian berhenti ikut campur dengan masalah Surga?"

Raguel berbicara dengan ludahnya yang terbang ke mana-mana.

Melihat hal ini, Gabriel mengernyit dan menunjukan ekspresi malu.

"Uh, Raguel? Aku sepertinya tahu apa yang terjadi, tapi caramu mengatakannya...."

Di momen itu, api berwarna hitam berkobar di belakang Satan dan Alsiel.

"Lihat.... Aku tahu kalau mereka akan marah."

"Konflik internal kalian yang tidak berguna itu telah melukai teman kami."

Kegelapan mendekat selangkah demi selangkah, sementara  cahaya terus dipukul mundur.

"Jika kalian bersedia mengubah kebiasaan kalian yang menggunakan kekerasan untuk mengatur dunia, mungkin saja masih ada ruang untuk berdiskusi. Aku juga seorang pengacau yang menyerang negara lain dalam rencana penaklukan dunia. Orang jahat yang menggunakan kekerasan untuk memaksa orang lain agar mau mengikutinya. Jadi ketika aku orang melihat kalian, aku merasa seperti ingin memukul kalian."

Satan menyelesaikan perkataannya, dia tiba-tiba muncul di hadapan Raguel dan memberikan pukulan keras pada sisi wajah Raguel yang terkejut.

"Woargh?"

Raguel mengeluarkan sebuah pekikan aneh, dan seluruh tubuhnya menabrak kerangka besi Tokyo Tower.

"Oh, cepat sekali....."

"Maou-sama, kau berhasil memukulnya."

"Dia memang terlalu lamban."

Ashiya berbicara setelah sedikit ragu, dan Gabriel mengikutinya dengan sebuah celaan.

"Bahkan di Dunia Iblis pun, tidak ada sampah yang menginjak-injak orang lain dengan santainya dan menyebut itu sebagai sebuah keadilan. Kau seharusnya tahu bagaimana biasanya kami menyebut diri kami kan?"

"..... Mungkin iblis, benar?"

Gabriel terus mempertahankan kewaspadaannya, tapi entah kenapa, dia terlihat sedikit puas ketika sedang menjawab.

"Benar, kami adalah iblis. Sekumpulan sampah yang melakukan hal-hal buruk dan menyakiti orang lain untuk bertahan."

Raja para iblis, Satan, dengan bangga mengakui dosanya sendiri.

"Jika kau tidak memiliki ketetapan hati untuk hidup dengan membawa beban dari dosa-dosamu, maka jangan mengeluh tentang orang lain! Ini adalah dunia di mana manusia hidup dengan sepenuh hati sambil membawa beban dari setiap tindakan mereka!"

".... Pak tua Gab, dengan kata lain, mereka berencana untuk melawan kita, kan?"

"Yeah, sepertinya begitu."

Sepertinya, entah tinju atau kata-kata Satan, itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap Raguel. Meskipun dia terlempar dengan cara yang berlebihan tadi, tapi dia terlihat tidak terluka.

Di sisi lain, kerangka besi yang dihantam oleh Raguel, karena perlindungan barrier Satan, kerangka tersebut tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda kerusakan, seperti bagaimana pertempuran yang terjadi di jalan raya sebelumnya.

"Pak tua Gab, aku serahkan padamu..."

"Jadi pada akhirnya jadi seperti ini ya..."

"Tentu saja. Pekerjaanku itu tidak termasuk bertarung. Bukankah sudah kubilang dari awal kalau mengejar Laila saja sudah menghabiskan seluruh waktuku?"

Setelah mengatakan itu, Raguel bahkan tidak menunggu jawaban Gabriel dan terbang menuju puncak Tokyo Tower.

Dia berencana melarikan diri dari barrier Satan. Dengan situasi saat ini, dibandingkan mencari batas barrier yang menyelimuti Tokyo Tower dari bawah, itu akan lebih cepat mencari batas barrier dari langit di atas Tokyo Tower.

Apa yang terjadi selanjutnya berlangsung dalam kecepatan cahaya.

Meski Raguel terbang menuju dek observasi dengan begitu cepat, tapi Satan berhasil mengejarnya dengan kecepatan yang mendekati langkah kilat, dan hendak untuk menyerangnya dengan tinju yang diselimuti oleh api hitam.

Akan tetapi, Gabriel bergerak dengan kecepatan yang melampaui kecepatan Satan untuk melindungi punggung Raguel dan menghentikan serangan Satan. Alsiel yang melihat situasi ini, menggunakan tatapannya untuk merapal telekinesis pada Gabriel.

Tapi tak disangka, Gabriel berhasil menghentikan tinju Raja Iblis....

"Hah!!"

.... dan mematahkan telekinesis Alsiel hanya dengan tatapan serta pancaran kekuatannya.

Dulu, saat pertarungan di Sasazuka, Jenderal Iblis Alsiel pernah menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk mengendalikan bebatuan dengan leluasa, tapi malaikat penjaga Pohon Kehidupan itu sama sekali tidak menganggap hal itu sebagai sebuah ancaman.

"Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Bahkan jika itu adalah Raja Iblis Satan dengan kekuatan penuhnya, kau mungkin masih bukanlah tandingan buatku."

Meskipun Satan ingin menarik tinjunya yang dihentikan oleh Gabriel, tapi Gabriel mencengkramnya dengan kuat dan tidak berniat melepaskannya.

"Ya ampun, pekerjaan ya pekerjaan. Sebenarnya aku tidak ingin melakukan hal ini, dan aku juga sangat menyesal dengan apa yang terjadi pada gadis SMA itu. Mungkin kalian pikir ini lucu, tapi ini sangat penting bagi kami!"

"!!"

Satan yang mengetahui bahwa Gabriel tengah mengkonsentrasikan sihir suci di tangannya, dengan panik meningkatkan sihir iblis di dalam tubuhnya.

"Ooh, sensitif sekali, tapi itu sudah terlambat."

Tapi kekuatan Gabriel bisa mematahkan sihir iblis Satan, dan meluncur menuju tubuhnya.

Itu adalah sonar yang sangat kuat, dan sihir suci yang tertanam di dalamnya, jauh berbeda dibandingkan dengan jumlah yang Suzuno suntikkan ke dalam tubuh Alsiel dengan niatan setengah bercanda.

Sihir suci Gabriel terus menerus menurunkan energi kehidupan Satan, yaitu sihir iblis, dan menggila di dalam tubuhnya. Itu adalah kemampuan yang menyerupai bisa ular, yang mana terus menerus melemahkan energi iblis.

Meskipun serangan ini tidak bisa dianggap elegan, itu adalah kekuatan yang cukup untuk membuat Raja Iblis Satan menjadi pusing.

Karena Gabriel tidak meneruskan serangannya, Satan melompat ke belakang untuk memperlebar jarak di antara mereka, napasnya menjadi tidak beraturan seolah sedang menghadapi rasa sakit yang begitu kuat.

"Raguel, pergilah! Selama kau keluar dari sini, kau seharusnya bisa mengejar jejak Laila. Kau bisa menyerahkan kedua orang ini padaku."

Gabriel menunjuk ke arah puncak barrier, dan Raguel mulai terbang ke atas tanpa menjawabnya.

Karena itu adalah barrier yang tercipta dari sihir iblis Satan, barrier itu tentu bisa dihancurkan dengan menggunakan kekuatan yang lebih kuat. Meskipun barrier itu tidak akan hancur sepenuhnya hanya karena satu area pecah, tapi selain mencegah pertarungan agar tidak mempengaruhi bagian luar barrier, alasan lain Satan menciptakan barrier ini adalah untuk mencegah kedua malaikat ini kabur.

Jika mereka ditahan oleh Gabriel di sini dan Raguel berhasil melarikan diri, mereka akan menderita kekalahan dua kali lipat.

"Ashiya! Hentikan dia!"

Sebelum Satan memberikan perintah, Alsiel sudah bertindak. Mengambil kesempatan ketika Gabriel tidak memperhatikannya, dia melancarkan enam serangan telekinesis ke arah Raguel dari mata, tangan dan dua ekornya di saat yang bersamaan.

"Naif!!"

Hembusan angin kuat tiba-tiba bertiup di hadapan Alsiel.

Gabriel yang seharusnya masih menghadapi Satan, entah sejak kapan telah mengeluarkan sebuah senjata yang mirip seperti pedang dan menghentikan serangan telekinesis Alsiel.

Dibandingkan dengan ukuran gagangnya, bagian bilah dari pedang tersebut terlihat cukup pendek, sangat jelas kalau pedang itu pada mulanya adalah sebuah pedang yang berukuran panjang.

"Durandal...."

Alsiel mengucapkan nama pedang itu dengan jengkel.

Itu adalah pedang yang digunakan oleh Gabriel dalam legenda yang seharusnya sudah dihancurkan dengan sekali serangan oleh 'Evolving Holy Sword, Better Half' yang telah bergabung dengan Alas Ramus.

"Huft, karena bagian depannya tidak bisa tumbuh kembali, bentuknya jadi setengah matang begini."

Gabriel mengangkat pedang besar yang bilahnya nampak seperti telah dipotong menjadi dua, dan mengarahkannya ke arah Satan.

"!!!"

Karena Satan merasa ada sesuatu yang diam-diam menembus udara dan mendekatinya, dia sedikit memiringkan kepalanya.

Walau ada jarak di antara Satan dan Gabriel, tetesan darah kini mengalir keluar dari pipi Satan.

"Akan tetapi, ketajamannya sama sekali tidak berubah. Mengabaikan bahan berkualitas tinggi yang digunakan oleh UNIxLO yang sedang kau pakai itu, aku yakin aku masih bisa memotongnya, ya kan?"

".... Kalau begitu, cobalah!!"

Akan tetapi, Alsiel tidak menunjukan sedikitpun rasa takut.

Mengarahkannya pada Gabriel, Alsiel mengunakan ekor dan cakar di kedua tangannya untuk melancarkan serangan secara terus menerus.

"Hey, hey, itu berbahaya!! Aku tidak akan peduli kalau ujung jarimu itu tercincang lo.... eh?"

Gabriel yang tidak ingin menyakiti Alsiel, mencoba menggunakan pedang Durandal-nya untuk menangkis serangan Alsiel, tapi sensasi yang dia terima entah kenapa terasa begitu keras.

Bilah pedang Durandal ternyata tidak bisa memotongnya.

"Oh? Oh? Oh?"

".....! .....! .....!"

Dibandingkan dengan Gabriel yang hanya punya satu pedang, Alsiel memiliki tiga cara untuk menyerang. Meskipun perkembangannya lambat, tapi ujung cakar dan ekor yang terus menyerang itu, perlahan berhasil meluncur ke tubuh Gabriel.

"Aw, aw, ta-tajam!"

"Tubuh Ashiya yang keras itu bukan hanya untuk pamer saja!"

Satan memanfaatkan kesempatan itu untuk berjalan di belakang Gabriel yang tidak bisa sepenuhnya menahan serangan Alsiel.

"Ugoh!!"

Saat Gabriel menyadarinya, semuanya sudah terlambat, Satan berhasil mencengkram kepala Gabriel dari belakang menggunakan tangan besarnya.

"Ketika menghadapi serangan balik manusia, kau pikir siapa yang bisa bertahan sampai akhir?"

"Tu-tunggu sebentar!"

"Ashiya.... Tubuh dari Jenderal Iblis Alsiel adalah yang paling keras di antara siapapun di Pasukan Iblis, seorang spesialis pertahanan. Bahkan jika itu adalah pedang suci Emi, itu tidak akan bisa melukainya dengan mudah!"

"Berdo'alah!!!"

"Ugoh!!"

Cakar tajam Alsiel akhirnya mengenai tubuh Gabriel dan merobeknya. Sepertinya, bahkan untuk seorang Malaikat Agung pun, menghadapi serangan terus menerus dan sihir iblis dari Raja Iblis serta Jenderal Iblis ternyata masih membutuhkan banyak perjuangan.

"Tapi, tebakanmu salah."

Akan tetapi, Gabriel yang seharusnya tertusuk di bagian perutnya, tidak meneteskan setetes pun darah dan menghilang seperti kabut.

Melihat kepala Gabriel yang pada awalnya dia cengkram menghilang seperti kabut, Satan dan Alsiel merasa begitu bingung.

"Gaya bertarungmu dan Emilia benar-benar terlalu blak-blakan."

Sebuah suara terdengar di belakang Satan.

Tanpa ada waktu untuk berbalik, Gabriel yang muncul di belakang Satan, menepuk punggung Satan menggunakan telapak tangannya dengan pelan.

"BANG!!"

"Uwoohh!!"

Gabriel, dengan serangan biasa semacam itu, rupanya mampu menerbangkan Satan. Dan ketika Satan bertabrakan dengan Alsiel, dampak serangan tersebut sama sekali tidak melemah, dan menyebabkan mereka berdua jungkir balik di udara.

"I-ini.....?"

"Ya ampun, jika kau memperlihatkan ekspresi kaget seperti itu, aku sungguh akan merasa tidak enak lo, itu tadi bukan apa-apa. Yang tadi itu hanya bayangan. Sejak menghentikan telekinesis Alsiel ke arah Raguel, kau sudah bertarung dengan bayangan yang kubuat."

Setelah mengatakan hal itu, Gabriel menepuk tangannya sekali dengan santai.

Seolah itu adalah sinyal untuk membuat popcorn, Malaikat Agung yang terlihat sangat mirip seperti Gabriel tiba-tiba muncul dalam jumlah besar dengan senyum menjengkelkan di wajah mereka.

"Huuh, dengan kata lain, kalian yang sekarang itu hanya sepadan dengan bayanganku, itupun jika kalian berdua bekerja sama. Yaah, aku bilang begini itu demi kebaikan kalian, lupakan semua ini. Aku tidak ingin melukai kalian."

".... Apa kau pikir, kami akan menurutimu...."

Satan menyangga tubuhnya yang bergemeretak dan menatap tajam ke arah Gabriel.

"Apa kau melakukan sesuatu kepada Emi?"

"Eh?"

"Kau tadi bilang 'Gadis SMA itu' kan? Kenapa kau bisa tahu kalau sesuatu terjadi pada Chi-chan?"

".... Bukankah kau mengatakan sesuatu seperti 'menyakiti teman kami'...."

"Apa yang aku bilang tadi bisa juga merujuk pada Urushihara atau Suzuno, atau bahkan Emi, kenapa kau bisa segera tahu kalau itu adalah Chi-chan, orang yang paling tidak ada kaitannya dengan ini?"

"Ah, begitu ya.... Benar, aku mendengarnya dari Emilia. Aku bertemu dengannya di Tokyo Skytree tadi."

Gabriel mengangkat bahunya seolah sedang menyesali kata-katanya yang terselip keluar.

"Akan tetapi, aku hanya tahu kalau dia pingsan karena sonar Raguel. Selain itu, aku tidak mendengar apa-apa lagi darinya. Dan aku bahkan memberinya informasi yang sangat berharga?"

"Apa?"

"Sekarang, dia mungkin kehilangan tekadnya untuk bertarung karena informasi itu. Bagaimanapun, jika itu benar-benar terjadi, kau harusnya berterimakasih padaku, kau tahu? Lagipula aku membantu mengurangi satu musuhmu."

"Hey, apa yang kau lakukan....."

"Hm? Tidak ada. Aku hanya bilang pada Emilia kalau ayahnya masih hidup di suatu tempat."

"!!"

Di momen itu, apa yang terlintas di pikiran Satan adalah sosok Emilia Sang Pahlawan yang mengayunkan pedang ke arah dirinya, Sang Raja Iblis, demi membalaskan dendam ayahnya, dan juga sosok Yusa Emi yang menangis dan memarahi Maou Sadao sebagai musuh bebuyutan yang telah membunuh ayahnya, walau sedang dipenuhi memar karena terjatuh dari tangga.

"Maou-sama.....?"

Alsiel sadar kalau Satan terlihat sedikit aneh.

Sebenarnya, selama ini Alsiel sudah merasakan tanda-tanda akar masalah di balik kebencian kuat Emilia terhadap Satan, mengenai hal itu, Satan seharusnya tidak perlu merasa bersalah sama sekali...

"Gabriel, kau pasti sudah diberitahu oleh orang lain berkali-kali sebelumnya, kalau kau itu tidak bisa membaca suasana, ya kan?"

"Meskipun baru-baru ini aku mengetahui dari seseorang kalau membaca suasana itu hanya bisa dianggap sebagai kasta kedua..... tapi aku tidak akan menyangkalnya."

"Merenggut pilar penyokong seseorang, apakah melakukan sesuatu seperti itu sangat menarik buatmu?"

"Sangat menarik. Astaga, rasanya kau sangat perhatian dengan musuhmu, Emilia, menarik sekali."

"..... Bajingan terkutuk!!"

Alsiel menggumamkan hal tersebut, tapi senyum Gabriel sama sekali tidak goyah.

"Sungguh suatu kehormatan. Tapi biar kukatakan sesuatu terlebih dahulu, aku berharap dia tidak terus berpegang pada hal-hal kecil yang membosankan seperti 'menantang Raja Iblis', dan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk memikirkan hal-hal yang lebih besar. Demi tujuan ini, pilarnya yang sekarang benar-benar mengganggu."

"....?"

Ketika Satan merasa bingung karena tidak mengerti apa yang Gabriel coba ungkapkan.....

"Pak tua Gaaaabb!!"

Raguel meneriakkan sebuah teriakan panjang, dan tergesa-gesa menuju medan pertarungan dari tempat di atas Satan dan yang lainnya, yang mana berada di dekat dek observasi pertama. Di saat yang sama, sebuah kilatan kuat muncul di puncak Tokyo Tower.

"Hey, kami baru mau mulai membicarakan bagian yang paling penting."

Karena alasan yang tak diketahui, Gabriel cemberut karena suara dari rekannya sendiri, Raguel.

"Apa dia sudah memancarkan sonar?"

"Tidak ada televisi di sini.... Jadi tidak ada cara untuk memastikannya...."

Karena Satan dan Alsiel sama sekali tidak bisa menandingi Gabriel, mereka tidak bisa memastikan apa yang Raguel lakukan selama periode waktu tersebut.

"Ya ampun, pak tua Gab, ini gawat!"

"Hm?"

"Aku tidak bisa terbang lagi..."

"Hah?"

Suara tersebut, jatuh tepat di hadapan Gabriel, Satan, dan Alsiel.

"""........."""

Raguel, seperti seekor burung yang ditembak oleh pemburu, jatuh di atas atap dek observasi pertama dengan cara yang konyol.

"Sepertinya kalian baik-baik saja."

Dari atas di mana Raguel jatuh, sebuah suara terdengar. Orang-orang itu mengangkat kepala mereka, dan melihat sosok yang sudah sering mereka lihat. Begitu mereka melihat seorang malaikat yang terjatuh tanpa membuat sedikitpun keributan, mereka sudah menduga kalau 'dia' pasti akan muncul di sini.

Memiliki mata merah dan berambut perak, Sang Pahlawan Emilia, kini menatap kedua iblis itu dengan tatapan rumit.

Akan tetapi, entah itu Satan atau Alsiel, atau bahkan Gabriel, mereka tidak melihat ke arah Emilia sama sekali, dan malah menatap orang yang terlihat di sampingnya.

"Ch Chi-chan?"

"Sasaki-san......"

Rambut berantakan karena angin kuat di atas ketinggian dan karena tidur dalam waktu yang lama, sekaligus piyama dengan pola bunga berwarna pink dan sandal berwarna hijau dari rumah sakit.

Gadis itu diselimuti sihir suci yang bersinar dengan busur perak di tangannya.... Orang yang seharusnya masih tertidur di ranjang Rumah Sakit Universitas Saikai, yaitu Sasaki Chiho, saat ini berdiri bersebelahan dengan Pahlawan dari dunia lain di puncak Tokyo Tower.

"Maou-san! Ashiya-san! Apa kalian berdua baik-baik saja?"

"Y-yeah? A-apa yang terjadi...? Ch, Chi-chan baik-baik saja kan? A-apa itu bisa dianggap baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raja Iblis Satan kini benar-benar terguncang, seolah sedang mendemostrasikan apa definisi dari menyedihkan.

"Raja Iblis! Kita bisa membicarakan hal itu nanti! Sekarang kita harus menghentikan Raguel!"

Dan orang yang membantu Satan untuk kembali mendapatkan ketenangannya adalah Emilia yang melirik ke arah Chiho dari sudut matanya.

"Hal-hal yang merepotkan bisa dibicarakan nanti! Sekarang kita harus menangani dua malaikat yang suka ikut campur itu."

Menyentak antena, Emilia langsung menuju ke tempat di antara Gabriel dan Satan, punggungnya membelakangi Satan dan Alsiel.

"Kau bangkit dengan cepat. Apa kau sudah menata perasaanmu?"

Tanya Gabriel sambil berhati-hati agar tidak ditemukan oleh Chiho, menanggapi hal itu, Emilia menjawabnya tanpa ragu.

"Karena aku sama sekali tidak mengerti, jadi aku mengesampingkan masalah itu untuk nanti!"

"Itu sangat tidak bagus, pemikiran ingin mengesampingkan sesuatu yang merepotkan belakangan, rasanya sama seperti Lucifer?"

"Mes-meskipun aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi, Ashiya, cepat hentikan Raguel! Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti saat melawan Sariel, aku akan menggunakan 'gate' untuk melemparnya ke planet yang sangat jauh."

"Dimengerti!!"

Dari hasil pertarungan sebelumnya, mereka bisa memastikan kalau Gabriel tidak akan bisa menang melawan Emi.

Kalau begitu, mereka hanya harus menyerahkan Gabriel kepada Emi, dan tugas utama Maou dan yang lainnya adalah menghentikan Raguel agar tidak terus memancarkan sonar.

Satan dan Alsiel memposisikan diri mereka di depan dan di belakang Raguel yang bangun dengan lutut gemetar.

Melihat kedua iblis itu, Raguel mulai berteriak dengan keras.

"Ada apa dengan kalian berdua? Apakah Laila sepenting itu? Bisakah kalian tidak mencampuri urusan dunia lain? Jika kalian ingin menaklukan dunia, maka taklukan saja, lakukan apa yang ingin kalian lakukan! Bagi kami, apakah kami bisa menangkap Laila atau tidak, itu bisa mengubah situasi di Surga! Jangan halangi kami!!"

"Dari apa yang kuketahui, orang itu seharusnya bukan malaikat yang penting. Dia juga bukan malaikat penjaga Pohon Kehidupan, dia hanyalah seorang wanita yang posisinya sedikit lebih tinggi dengan seorang anak, apa perlu sebegitu ngototnya mengejar dia?"

"Aku tidak ingin dibodohi oleh kalian! Jika aku memberi tahu kalian alasannya, itu hanya akan membuat kalian mendapatkan informasi yang tidak penting. Ini adalah masalah Surga! Orang luar sebaiknya tidak ikut campur!"

"Itu tidak akan terjadi."

Seketika itu juga, panah cahaya menghantam tanah di samping Raguel yang berteriak-teriak, dan menyebabkan sebuah ledakan kecil.

"Ooh?"

"Itu tadi hanya peringatan. Tindakanmu akan menghancurkan keseimbangan kekuatan dunia ini. Segeralah menyerah menggunakan sonar untuk menyelidiki sesuatu dan kembalilah ke duniamu!!"

Pada saat itu, untuk pertama kalinya, Satan menyadari kalau cincin yang Chiho kenakan di tangannya yang memegang busur terlihat sedang bersinar.

Raguel mengeretakkan giginya sambil melihat panah cahaya yang menghantam tanah di dekat kakinya.

"Diam!! Aku tidak tahu apakah kau merasuki gadis itu atau menggunakan teknik pengendalian boneka, tapi karena kau berani muncul di hadapanku, itu berarti keberuntunganmu sudah habis, dan inilah saatnya pembalasan!! Setelah ini, selama aku mengejar sihir suci itu, pekerjaanku akan selesai!"

"Jadi Surga benar-benar memiliki dendam?"

"....."

".... Hey, katakan sesuatu!!"

Di saat seperti ini, tidak seperti Ashiya Shirou yang biasanya, wujud iblis Alsiel sama sekali tidak berkomentar dan membuat Satan merasa sedikit kesepian.

"Siluk Etoooooo?"

Raguel membidik Chiho yang ada di atasnya, berencana merapal sebuah mantra. Meskipun Satan dan Alsiel mencoba menghentikannya dengan panik, tapi Chiho sama sekali tidak bergerak.

Gadis itu sepertinya tahu kalau ini akan terjadi, bahkan busur yang baru saja dia siagakan sama sekali tidak bergerak.

Raguel yang berencana melafalkan sebuah mantra, tiba-tiba berlutut di tanah seperti boneka yang benangnya telah dipotong.

"A-a-a-ap-ap-apa yang terjadi....."

Raguel dengan panik melihat tubuhnya, tapi dia tidak bisa bergerak sama sekali, dan bahkan tidak bisa berdiri.

"Kau pikir kenapa sayapmu menghilang tadi?"

Chiho menatap Raguel yang sedang panik dan perlahan mendarat di atap dek observasi di mana Satan dan yang lainnya berada.

"Meskipun itu bukan keseluruhan fragmen Yesod, tapi jika mengenai tubuhmu secara langsung, itu bahkan mungkin membuatmu tidak bisa kembali menjadi malaikat. Kau lebih baik kembali sebelum itu terjadi. Kau bukanlah musuhku, melainkan rekan dari dunia yang sangat jauh."

".... Uhuk.. hah hah hah..."

"I-ini??"

Satan bahkan bisa melihat sihir suci yang keluar dari punggung Raguel.

Kilatan yang terlihat ketika Emilia dan Chiho muncul, itu seharusnya adalah sinar yang terpancar dari panah Chiho saat mengenai sayap Raguel.

"Ya ampun... Ini buruk.... Yosh!"

Gabriel yang saat ini berhadapan dengan Emilia, begitu melihat kondisi Raguel yang memburuk, dia seketika mengangkat kedua telapak tangannya.

Kemudian bola cahaya menyelimuti Gabriel, dan dalam sekejap menghilang di hadapan Emi.

"!!!"

Emilia mencoba mencari keberadaan musuhnya, dia kemudian menemukan Gabriel yang sudah berpindah dengan kecepatan yang hanya bisa disebut dengan teleportasi dan berdiri di samping Raguel yang terjatuh.

Satan, Alsiel, dan Chiho bergerak mundur, menjaga jarak mereka dengan Gabriel. Tapi Gabriel nampak tidak bermaksud menyerang ketiga orang itu dan hanya diam berdiri.

Tidak mengetahui apa yang coba dilakukan oleh Gabriel, mereka hanya diam melihat Gabriel yang melepas T-shirt di bawah jubahnya dan mulai memutarnya di atas kepala. Tubuh setengah telanjang dengan otot keras yang tidak berarti, hanya membuat orang lain semakin merasa tidak senang ketika melihatnya.

"Menyerah! Kami kalah! Kami akan menyerah! Ini bendera putih, okay?"

"Hah?"

"Apa? Pak tua Gab.... Apa yang kau katakan?"

Gabriel meletakkan tangannya di atas kepala Raguel yang ingin terus bertarung meski dia tidak bisa berdiri.

"Apa yang kau lakukan....?"

Hanya dengan hal itu saja, Raguel pun pingsan seperti boneka yang benangnya telah dipotong.

Mengabaikan Emilia dan kawan-kawan yang sedang bingung, Gabriel dengan enggan membawa Raguel yang pingsan di atas bahunya.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

Menanggapi tindakan misterius Gabriel, Emilia bertanya seolah siap bergerak kapan saja.

"Hm, bagaimana mengatakannya ya, kesempatan kami untuk menang menurun drastis setelah Emilia muncul, gadis itu juga terlihat sangat kuat, dan ada juga hal-hal lainnya, Raguel terlihat seperti tipe orang yang tidak mau mendengarkan, kan? Dari sudut pandangku, aku tidak ingin mengkhianati Surga apapun yang terjadi, tapi aku juga tidak ingin bertarung dalam pertarungan yang tidak bisa kumenangkan.... dan juga..."

Gabrial memperlihatkan senyumnya yang menjengkelkan dan mengangkat kepalanya untuk melihat Chiho yang melayang.

"Setelah melihat kalian semua dan orang-orang di bumi ini, aku mulai merasa seperti melihat dunia lama yang berubah. Jadi aku berharap dunia ini bisa terus hidup sampai saat itu. Kau seharusnya juga memikirkan hal yang sama kan?"

"....."

Kalimat terakhir Gabriel ditujukan kepada Chiho.

".... huuh, tidak penting apakah kalian menyukainya atau tidak, bagaimanapun, cara berpikir kalian dan dan cara berpikirku itu sangat jauh berbeda. Lalu, mengenai informasi yang kubocorkan dengan sengaja, kalian bisa merenungkannya. Raguel mungkin akan marah nanti, tapi aku akan bertanggung jawab dan membawa orang ini sekaligus Tentara Surga kembali. Bye!"

"Ah! Hey?"

"Berhenti di sana!!"

Sebelum Emilia dan Satan bisa menghentikannya....

Gabriel dan Raguel kembali diselimuti bola cahaya, dan menghilang di hadapan Satan, Emilia, Alsiel, dan Chiho.

Meski mereka bersiaga terhadap kemungkinan kalau Gabriel dan Raguel akan menyerang dari titik buta, setelah beberapa detik, kedua malaikat itu tidak menunjukan tanda-tanda akan muncul kembali.

Fakta bahwa barrier kehijauan yang telah melindungi semua orang dan benda-benda di dalamnya ternyata masih utuh, malah melukai harga diri Satan.

Itu karena barrier tersebut juga dimaksudkan untuk mencegah dua malaikat itu melarikan diri, dan Gabriel memperlihatkan kenyataan kalau dia bisa pergi kapan saja.

".... Meremehkan orang seperti itu..."

Satan yang begitu marah, menggeretakkan giginya dan menguatkan genggaman tinjunya.

"Dan pada akhirnya kita masih tidak tahu apa tujuan Gabriel.... Kalau dia benar-benar menginginkannya, dia mungkin bisa membuat Raguel mencapai tujuannya sebelum kita bisa ikut campur..."

Dengan sebuah kernyitan, Emilia menatap ke arah di mana Gabriel dan Raguel berada hingga beberapa saat yang lalu.

".... Tak ada musuh yang tersisa, dan aku juga sudah tidak merasakan keberadaan mereka... tapi ada hal lain yang menarik perhatianku."

Alsiel dengan tenang menyelesaikan kalimatnya, dan Satan serta Emilia pun mengikuti pandangan Alsiel ke arah suatu titik.

"..... Itu benar!"

Pandangan ketiga orang itu terfokus pada satu misteri besar yang masih tersisa, yaitu Chiho yang muncul dengan kekuatan yang begitu besar.

Tubuh gadis itu dipenuhi dengan sejumlah besar sihir suci yang cukup untuk menyamai Emilia. Chiho yang secara logika seharusnya pingsan karena terkena paparan sihir iblis, saat ini bisa dengan santai menahan gelombang sihir iblis yang dipancarkan oleh Satan dan Alsiel. Chiho tersipu malu karena menjadi pusat perhatian, dia pun menundukan kepalanya dan berbicara dengan suara yang terdengar tidak enak,

"Bagaimanapun, maafkan aku! Sepertinya tidak ada banyak waktu yang tersisa."

Entah sikap ataupun nadanya, itu adalah Chiho yang biasanya.

"H-hey?"

"Meski kelihatannya aku cukup hebat untuk menceramahi Raguel-san dan Suzuno-san, tapi untuk mengumpulkan sihir iblis Maou-san dan Ashiya-san, kami sepertinya telah merusak keseimbangan energi dunia ini, dan itu harus secepatnya dipulihkan.... ba-baiklah!! Aku mengerti, sekarang!!"

Chiho menutup matanya dan menekankan tangannya pada telinga seolah sedang mencoba mendengarkan dengan seksama apa yang coba dikatakan oleh seseorang.

"A-apa yang orang itu katakan?"

"Dia bilang tidak tahu, jadi dia merasa sangat bingung."

"Dia bilang.... Chiho, benda di telingamu, apakah itu...."

Sampai saat ini, Emi akhirnya menyadari kalau sebuah headset hitam terpasang di telinga Chiho.

Chiho tidak terlihat dikendalikan atau dirasuki oleh seseorang. Chiho saat ini meminjam kekuatan seseorang dan bergerak dengan kemauannya sendiri. Itu artinya ada kemungkinan untuk mengetahui siapa seseorang itu.

"Ibu? Apa itu ibu?"

Menanggapi panggilan Emilia, Chiho terlihat sangat bingung dan buru-buru mengangkat busur peraknya.

"Maou-san, Ashiya-san, tolong tinggalkan atap dek observasi, atau itu akan jadi sangat berbahaya!"

"Ber-berbahaya, apa maksudnya itu?"

"Ch-Chiho? Apa yang ingin kau lakukan? Aku mohon padamu, biarkan aku meminjam telponmu...."

"Uuuu... Maafkan aku."

Menghadapi reaksi yang berbeda-beda dari ketiga orang itu, ekspresi Chiho menjadi semakin rumit karena perasaan bersalah yang dia rasakan, tapi meski begitu, dia menyentak antena Tokyo Tower dan terbang menuju tempat yang lebih tinggi.

"Chiho......!"

"Maafkan aku....!"

Chiho yang nampak berwibawa, berbicara dengan suara yang sama sekali tidak terdengar berwibawa, dan menembakkan panah berwarna perak menuju antena Tokyo Tower.

"Oooh?"

Ketika panah itu mengenai antena, sebuah perubahan mulai terjadi.

Fenomena Maou Sadao yang berubah menjadi Raja Iblis Satan, persis seperti pemutaran sebuah film, kembali berputar dalam 'reverse mode'.

Barrier iblis kehijauan perlahan mulai menghilang, dan kekuatan iblis dalam tubuh Satan dan Alsiel pun perlahan juga lenyap.

Bahkan Emilia yang nampak tidak terpengaruh kekuatan itu, tidak bisa menahan arus kekuatan dari perubahan ini, dan hanya mencoba sekuat mungkin agar tidak terpental bersamaan dengan gelombang tersebut.

"Oh!"

"Woah!"

Setelah barrier iblis itu sepenuhnya menghilang, Satan dan Alsiel berubah kembali menjadi Maou Sadao dan Ashiya Shirou, mereka terjatuh di atap dek observasi pertama.

Emilia tahu kalau Chiho sedang memadatkan semua sihir iblis itu.

Sihir iblis terkumpul di atas antena yang sebelumnya dibidik oleh Chiho, dan kemudian....

"Jadilah cuaca esok hari.....!"

Mengikuti tanda dari Chiho, sabuk cahaya dengan Tokyo Tower sebagai pusatnya, terbang menuju langit nan jauh dan menghilang di langit Tokyo dengan warna yang menyerupai aurora.

Setelah barrier itu menghilang, orang-orang di jalanan pun mengangkat kepala mereka dan menyaksikan pertunjukan astrologi yang sama sekali tidak sesuai dengan waktu ataupun musim tersebut.

Fallen Angel dan Penyelidik di Docodemo Tower Yoyogi.

Raja dari Dunia Iblis, Jenderal Iblis, dan Pahlawan Pedang Suci di Tokyo Tower, semuanya menyaksikan ledakan cahaya tersebut.

Gadis SMA normal berbalut piyama, tersenyum dan perlahan turun di hadapan Maou....

"Ugh! Chi-chan!"

"Chiho!!"

"Sasaki-san!!"

Emi dan Ashiya pun mendekat dengan panik.

Karena gadis itu, dengan senyum di wajahnya, tiba-tiba pingsan dan jatuh di dalam pelukan Maou.

"H-hey, Chi-chan, ada apa, apa kau ba-.... Eh?"

Maou yang memeluk Chiho, terlihat menyadari sesuatu.

Karena barrier iblisnya menghilang, tempat ini juga mulai tertiup angin yang kuat dan dingin, meski begitu, mereka masih bisa mendengar suara itu dengan jelas.

"..... Dia tertidur....."

Chiho yang berada di dalam pelukan Maou, saat ini tertidur pulas.

Ekspresinya dipenuhi dengan kepuasan, membuat Maou dan yang lainnya tidak bisa merasakan keberadaan prajurit hebat yang berasal dari dunia lain tadi. Di wajahnya terdapat senyum yang mirip seperti senyum seorang bayi.


---End Of Chapter 3---





Translator : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar