Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 10 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 10 : Inkarnasi Rasa Haus Akan Pengetahuan


Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Translate Bahasa Indonesia




Chapter 10 : Inkarnasi Rasa Haus Akan Pengetahuan.

..... Semenjak mereka meninggalkan rumah dimana Roswaal dirawat, kira-kira 15 menit telah terlewati.

"Kita sampai. Inilah yang disebut makam, tapi itu hanyalah makam yang tua."

Mengatakan hal tersebut, Garfiel menggerakkan dagunya menunjuk ke arah reruntuhan tua yang terletak di pinggiran Sanctuary. Dibangun dari sekumpulan batu, gaya arsitekturnya sangat primitif dan jauh dari kesan magis.

Tidak diketahui sudah berapa tahun terlewati semenjak bangunan tersebut dibangun, tapi dari retakan yang ada permukaan dinding, dan tanaman rambat yang menjalar luas, sepertinya itu sudah lebih dari 1 abad.

Jalan masuk reruntuhan tersebut berada di perbatasan hutan, dan sebagian besar bangunannya ditutupi oleh pohon, hal itu membuatnya mustahil untuk menebak ukuran bangunan tersebut dalam sekali lihat. Jika ini memang tempat penguburan 'Penyihir Keserakahan', maka mungkin itu bisa dianggap memiliki kesamaan dengan piramida raksasa di dunia nyata.

"Orang hebat selalu ingin beristirahat di makam yang besar, ini tetap saja sama di setiap zaman maupun di setiap dunia, huh....?"

Menyentuh dagunya dan merenungkan pemikiran ini, Subaru memiringkan kepalanya melihat besarnya skala bangunan tersebut.

Menjadi seseorang yang hidup saat ini, Subaru tidak sepenuhnya tertarik dengan apa yang akan orang-orang pikirkan terhadap dirinya setelah dia mati. Tapi, fakta bahwa dia bukanlah orang yang cukup penting untuk meninggalkan jejak dalam sejarah, mungkin ikut berkontribusi pada perkembangan pemandangan ini.

Bagaimanapun,

"Baguslah kita bisa sampai ke makam, tapi apa yang akan kita lakukan disini?"

Berdiri di sebelah Subaru, Emilia mendongak melihat reruntuhan itu, dan bertanya kepada Garfiel dengan wajah bertanya-tanya. Subaru juga memiliki pertanyaan yang sama, dan mengarahkan pandangannya ke arah punggung pemuda pirang yang membawa mereka ke sini. Menanggapinya, Garfiel mengkeletakkan giginya ketika dia melihat mereka balik.

"Kau bisa mendengar rinciannya dari si sialan Roswaal itu setelah kau kembali. Jadi untuk sekarang, apa yang aku ingin Emilia-sama lakukan hanyalah masuk ke dalam."

"Yang perlu kulakukan hanya masuk ke dalam? Bukankah aku harus melakukan sesuatu ketika aku ada di dalam?"

"Saat ini mataharinya masih cukup tinggi. Meskipun kau masuk jauh ke dalam makam, 'Ujian'nya tidak akan dimulai. Kau tidak memiliki persiapan atau sejenisnya, dan pertama-tama kau harus diperiksa apakah kau memiliki kualifikasinya."

"Tu tu tu tunggu sebentar! Kau melewatkan semua penjelasannya. Ujian, persiapan, kualifikasi, tidak ada penjelasan sama sekali!"

Menyela di depan Garfiel yang memutuskan untuk mendorong Emilia masuk ke dalam secara paksa, Subaru menuntut tanggung jawab Garfiel untuk menjelaskan. Tapi Garfiel hanya menunjukan wajah jengkel yang sudah dia tunjukan berkali-kali dalam beberapa jam terakhir ini dan mengerutkan hidungnya.

"Yeah, siapa peduli, apa masalahnya? Masuklah, dan setelah kalian kembali kepada Roswaal, kalian akan mengerti semuanya. Jika kau membuatku menjelaskan semua ini, aku pasti akan mengacaukannya dan kau tidak akan mengerti."

"Ini seperti kau memaksa kami untuk menandatangani sebuah kontrak tanpa membaca isinya, tidak mungkin kami akan melakukan sesuatu semacam itu. Jika kau payah dalam merangkai kata, maka jawab saja pertanyaanku dengan baik satu persatu."

"Ugh...... yeah, terserah. Aku masih terjebak dengan kalian sampai matahari terbenam, jadi persingkat saja."

Sedikit membentangkan tangannya, Garfiel nampak menerima usulan Subaru. Lega karena akhirnya mereka bisa berdiskusi, Subaru bertanya-tanya apa yang sebaiknya dia tanyakan lebih dulu... Lalu,

"Ini adalah makam..... artinya makam dari 'Penyihir Keserakahan', apa itu benar?"

"Itulah yang kudengar. Sebenarnya, aku tidak tahu tulang siapa yang dikubur di sini. Tempat ini adalah Kuburan Penyihir Keserakahan, setidaknya itulah yang dikatakan orang-orang desa kepadaku."

Jawaban yang setengah-setengah itu memberikan Subaru perasaan kalau ada sesuatu yang tidak beres, tapi dia menelan perasaan ganjil itu untuk sekarang. Kemudian, mengutip beberapa kata dari pernyataannya sebelumnya....

Dua istilah yang terdengar cukup penting, 'Ujian' dan 'Kualifikasi'.

"Ujiannya akan dimulai di dalam makam, sebenarnya apa itu? Aku akui.... dari pengalamanku selama lebih dari beberapa minggu ini, aku tidak memiliki kesan positif terhadap kata itu sama sekali."

"Tenanglah, diuji dan semacamnya, aku juga tidak menyukainya. Jadi, ah, tentang 'Ujian'.... aku tidak tahu detailnya."

"Oy."

"Jangan marah, aku tidak main-main di sini. Aku hanya tahu kalau itu terjadi di dalam makam. Dan mereka yang tidak bisa menyelesaikan 'Ujian' itu, tidak akan terlepas dari kebuntuan 'Tanah Percobaan'."

"Terlepas..... Memangnya siapa?"

"Orang yang memiliki 'Kualifikasi'. Orang yang terpilih tidak akan bisa keluar dari 'Tanah Percobaan'. Selama Ujiannya belum selesai, hasrat Penyihir untuk merasuk tidak akan pernah lepas."

Itu adalah jawaban yang lemah, tapi Garfiel tidak terlihat mengalihkan topiknya dengan sengaja. Mencerna isinya sebisa mungkin, Garfiel mengatakan tepat seperti apa yang dia pahami. Tapi tetap saja, jika pernyatannya tidak menjawab apapun, itu mungkin karena pemahamannya sendiri memang sudah tidak jelas.

Akan tetapi, menghubungkan semua potongan jawaban tadi, Subaru berhasil membentuk sebuah pemahaman untuk situasi ini di dalam pikirannya. Jawaban yang dia dapat dari menyatukan semua potongan informasi itu adalah,

"Hanya mereka yang terpilih yang bisa memasuki makam, dan jika seseorang dengan kualifikasi tersebut tidak bisa menyelesaikan ujiannya, mereka tidak akan bisa keluar dari Sanctuary.... apa benar seperti itu?"

"Ah.....? Sesuatu seperti itu..... mungkin?"

"Kupikir aku sudah mencerna banyak hal, tapi itu masih saja sangat tidak berguna."

Memutar lehernya, Garfiel yang mungkin masih tidak mengerti, memberikan jawaban yang tidak dapat dipercaya. Mengesampingkan sikap itu, Subaru menoleh ke arah Emilia yang ada di sebelahnya. Dilihat oleh Subaru, Emilia menyuarakan kesimpulannya terhadap masalah ini, yang mana....

"Sebelumnya, ketika aku memasuki Sanctuary, aku tiba-tiba kehilangan kesadaran.... apakah itu gara-gara ini?"

"Itu karena ada penghalang, dan ketika Emilia melewati areanya, dia pingsan? Well, Otto dan aku memang sangat sehat...."

"Itu mungkin karena kau tidak memiliki kualifikasi."

Ketika Subaru mengerti jawaban untuk alasan dibalik pingsan Emilia yang mendadak, Garfiel pun menyela, mengarahkan satu jarinya ke arah Subaru dan jari lainnya ke arah Emilia.

"Emilia-sama adalah half-elf, dia memiliki kualifikasi. Tapi Subaru adalah manusia berdarah murni, dia tidak memiliki kualifikasi. Jadi kau bisa keluar masuk dengan bebas. Tapi kau tidak bisa mengikuti Ujiannya."

"Tunggu, tunggu. Memikirkan kata-kata itu, apakah benar begini"

Menahan napas, Subaru pun menata pemikirannya. Kemudian, mengingat percakapan mereka ketika pertemuan pertamanya dengan Garfiel dan ketika dia memandu mereka menuju Sanctuary, Subaru menyadarinya,

"Orang yang bisa mengikuti Ujiannya adalah half-elf...... atau, darah campuran antara manusia dan demi human. Itu artinya, semua orang yang tinggal di dalam Sanctuary semuanya seperti itu?"

".....Ah, aku belum mengatakan hal ini kan?"

Mendengar jawaban Subaru, Garfiel mengangguk puas dan menutup matanya.

Di momen selanjutnya, membuka matanya, pupil Garfiel berubah menjadi berwarna emas dan mengecil seperti yang terlihat pada binatang karnivora. Ujung gigi taringnya memanjang, dan kukunya berubah menjadi cakar yang menajam bagai pedang.

Terlihat sebuah ilusi kalau tubuh kecil Garfiel menjadi lebih besar..... namun, itu bukan ilusi. Rambut pirang pendeknya tumbuh sangat panjang sampai menutupi punggungnya, dan rambut berwarna emas yang sama dengan warna rambutnya, tumbuh pada lengan dan kakinya, menutupi seluruh bagian tangan dan kakinya.

"Aku juga memiliki banyak darah campuran di dalam tubuhku. 'Avatism' adalah kemampuan khususku."

"....... Wow, boleh aku meringkuk di dalamnya?"

Memeras otak untuk mencari cara menahan kegembirannya, Subaru memasukkan tangannya ke dalam ketiak untuk menyembunyikan jarinya yang gemetar. Tapi permintaan itu ditolak ketika melihat Garfiel sudah kembali ke wujud aslinya. Menyaksikan perubahan Garfiel dengan matanya sendiri, Emilia menahan napasnya dan melangkah ke depan.

"Jadi, desa ini adalah tempat berkumpulnya spesies demi human...."

"Lebih tepatnya, itu adalah sekumpulan darah campuran antara manusia dan demi human. Karena menyukainya, semua jenis ras atau orang seperti itu berkumpul di sini. Aku bisa bilang kalau si Roswaal sialan itu memiliki 'Obsesi terhadap Demi Human' atau semacamnya."

"Jadi itu alasannya Roswaal berkata seperti itu. Jadi bagi diriku, tempat ini adalah....."

Berbicara seperti itu, Emilia meletakkan tangannya di atas bibir dan tenggelam dalam pemikirannya.

Di sisi lain, bagi Subaru, informasi ini cukup sulit untuk diterima. Bagaimanapun, ini berarti orang-orang di tempat ini, meskipun rinciannya beragam, mereka semua memiliki satu hal yang sama dengan Emilia. Masa lalu Emilia, bagaimana dia dijauhi dan ditolak, mungkin, mereka bisa mengerti rasa sakit itu.

Bagi Emilia, mungkin ini seperti menjilat luka lama. Tapi jika ada orang lain yang bisa mendukungnya di saat seperti ini, apa yang akan dia rasakan?

Subaru tahu luka Emilia, dan dia ingin mengobati mereka, tapi Subaru tidak pernah merasakan rasa sakit yang sama, jadi dia tidak mungkin tahu bagaimana menyembuhkan luka itu tanpa membukanya kembali. Semua ini menghantui pikiran Subaru.

"Ini benar-benar tidak terduga, tapi aku mengerti keadaan desa dan kualifikasinya sekarang. Lalu..... masalahnya adalah Ujian itu. Kau bilang kau tidak tahu isinya, tapi setidaknya tahu kalau itu akan terjadi setelah matahari terbenam, kan?"

"Yeah, begitulah. Aku juga tidak tahu rinciannya. Setidaknya, kau disini hanya untuk memeriksa apakah kau memang memiliki kualifikasi. Jika kau datang ke sini pada malam hari, Ujiannya pasti sudah dimulai, dan itu menjadi masalah besar."

Menunjuk ke arah reruntuhan dengan ibu jarinya dan mengarahkan dagunya pada Emilia, Garfiel mengungkapkan tujuan mereka saat ini. Mengangguk terhadap apa yang baru saja dia dengar, Subaru mendongak dengan mulutnya yang terbuka dan melihat ke arah makam yang telah menanti mereka.

Tanaman rambat yang begitu tebal, kegelapan dari udara yang kurang sehat telah menanti mereka. Kata 'Ujian' hanya membuat kesan seriusnya menjadi semakin menjadi-jadi, hal ini berkembang di dalam pikiran Subaru menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar perjalanan ke sebuah reruntuhan tua.

Dan lebih dari apapun, dia mungkin akan mengirim Emilia ke tempat yang berbahaya.... Fakta ini tidak bisa dibendung oleh seorang Natsuki Subaru.

"Maaf, Ram. Sepertinya aku akan menentang peringatanmu jauh lebih cepat dari yang kuduga."

"Kau bilang sesuatu?"

"Tiba-tiba menyuruh Emilia-tan mengambil resiko dengan masuk ke dalam membuatku begitu cemas sampai bisa menghancurkan hatiku. Jadi pertama-tama, demi tujuan penjelajahan dan pengorbanan.... bukankah seharusnya Garfiel masuk terlebih dahulu?"

Mengangkat jarinya, Subaru mengajukan saran tersebut. Tatapan Garfiel nampak kosong untuk sejenak, kemudian dia memberikan senyum lebar dan memukul pahanya sambil membuat suara kering dengan tenggorokannya, dan....

"Bukankah itu adalah tempat yang biasanya kau pamerkan dengan bilang 'Aku akan pergi'?"

"Aku ingin mengatakannya, dan aku ingin sedikit pamer, tapi jika sesuatu terjadi padaku, kemungkinanku bisa bertahan itu sangat kecil, jadi kupikir kau lebih cocok untuk peran itu. Melihatmu bisa menghancurkan tanah hanya dengan sebuah hentakan kaki, kau mungkin bisa kembali hidup-hidup dengan sangat mudah. Lagipula, kau adalah yang terkuat."

"Uh? W-well, aku memang yang terkuat. Aku tidak tahu soal Ujian atau apapun itu, tapi tidak peduli bahaya apa yang akan datang, aku akan menjadi seperti 'Penipeni tidak akan pernah menyerah' atau semacamnya.

Apa yang dia banggakan sangat tidak jelas, tapi Garfiel sedang berada dalam mood yang bagus dan menggosok-gosok area di bawah hidungnya. Subaru merasa tidak perlu memprovokosinya lebih jauh, jadi dia tidak berkata apa-apa. Namun, mood yang bagus itu dengan cepat menguap, Garfiel berbicara "Tapi..."

"Sayang sekali aku tidak bisa masuk. Itu karena kontrakku atau semacamnya."

".....Kontrak?"

"Yeah itu sangat menjengkelkan. Lagipula, seharusnya bukan aku yang melakukan ini."

Menendang tanah dengan kakinya, Garfiel menyatakan hal ini dengan dibarengi decapan lidahnya. Dia tidak terlihat bercanda atau semacamnya, jadi rasanya dia memang tidak bisa masuk. Sementara untuk apa yang akan terjadi jika dia melanggar kesepakatannya... itu adalah pertanyaan yang tidak bisa Subaru tanyakan di depan Emilia yang baru saja memaafkannya.

Bagaimanapun, situasi saat ini sudah terhalang dari setiap arah. Membiarkan Emilia masuk sendiri bukanlah termasuk pilihan, dan rencana Penjelajahan-Garfiel sudah gagal. Kalau begitu, hanya ada satu pilihan tersisa,

"Aku akan pergi mencari Otto, bisakah kau menunggu sebentar?"

"Ketika kau melakukan itu, mataharinya pasti sudah terbenam... Tidak apa-apa, aku akan masuk."

Ketika Subaru mencoba mendapatkan korban lain, hal itu dengan lembut ditolak oleh Emilia. Seolah-olah hatinya sudah siap, Emilia kini menatap tajam kearah pintu masuk makam, kilau kewaspadaan bersinar di dalam pupil ungunya, mencoba waspada dengan apa yang mungkin muncul di dalam sana.

Emilia pun begitu, menilai kata 'Ujian' dan 'Makam seorang Penyihir', dia pasti sudah menebak hal buruk apa yang mungkin ada di dalam.

Memikul kekhawatiran dan kecemasan yang sama dengan Emilia, namun tidak memiliki kekuatan untuk memegang tangannya. Hal itu memang jauh lebih menyedihkan.

"Ok, sedikit saja..... tidak, hanya di dekat pintu masuk, tapi aku akan masuk sedikit dan memeriksa, bagaimana?"

"Kurasa lebih baik kau tidak melakukannya. Kau tidak memiliki kualifikasi, jika kau masuk ke dalam tanpa diundang oleh makam penyihir, maka kau akan berakhir seperti Roswaal."

"Seperti Roswaal... Maksudmu, luka-luka orang itu, disebabkan karena dia masuk ke sana?"

Ketika tubuh Roswaal yang ditutupi perban terlintas di dalam pikirannya, Subaru mencoba menekan keheranannya sambil melihat ke arah Garfiel, yang menyilangkan tangannya dan mengangguk.

"Well, orang bodoh tanpa kualifikasi yang berkeliaran di dalam sana tidak akan menjadi seperti Roswaal. Hanya karena dia adalah pria itu, makanya dia menjadi seperti itu. Aku tidak akan terkejut jika ada orang normal tanpa kualifikasi yang masuk ke dalam dan kemudian tercabik-cabik."

"Luka-luka itu tidak disebabkan oleh siapapun, jadi ini maksudnya..."

Pernyataan Roswaal yang berbelit-belit akhirnya menjadi masuk akal. Ketika sebelumnya dia bilang kalau lukanya tidak disebabkan oleh siapapun, maksudnya adalah sesuatu seperti ini.

Tapi kemudian, pertanyaan lain pun muncul. Kenapa Roswaal memasuki makam?

..... Dia sendiri tidak terpilih, dia pasti tahu hal itu.

"..... Memang lebih baik kalau aku masuk dan memeriksanya terlebih dahulu."

Mengesampingkan keraguannya terhadap Roswaal, Subaru merendahkan kepalanya ketika dia membuat kesimpulan ini.

Mendengar jawabannya, seketika Emilia dan Garfiel terlihat kaku, sebelum...

"Oy, oy, apa kau mendengarku? Akan sangat berbahaya jika orang bodoh tanpa kualifikasi masuk ke dalam. Roswaal menjadi seperti itu saat malam hari, tapi meskipun sekarang masih siang, tidak berarti sekarang lebih aman."

"Yeah, itu berbahaya, jangan lakukan itu Subaru? Jika aku yang pergi, maka itu akan baik-baik saja. Aku tidak pernah bersyukur karenanya, tapi sepertinya menjadi half-elf juga ada kegunaannya, kurasa, jadi..."

"Aku senang kau khawatir denganku, tapi....."

Memberikan tatapan lembut pada Emilia yang menarik-narik lengan bajunya, Subaru dengan lembut melepaskan jari-jari yang memeganginya.

"Jika kita lebih tenang dan membagi peran kita, bukankah ini adalah kesimpulan yang paling masuk akal? Masuk ke dalam sangat berbahaya, hal itu berlaku bagi kita berdua. Apa yang kita ketahui sejauh ini hanya berarti membuatku sedikit lebih berada dalam keadaan bahaya. Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan selanjutnya adalah melihat apa yang bisa kita lakukan."

"Apa yang bisa kita lakukan?"

"Jika sesuatu yang buruk terjadi di dalam, aku tidak akan bisa menyembuhkan Emilia-tan. Kecuali kalau Garfiel berubah menjadi makhluk mengejutkan itu, dan kebetulan menjadi pengguna sihir penyembuh yang sangat luar biasa, maka itu sudah lain cerita."

"Luka, kau bisa mengusapkan ludah pada mereka dan itu akan baik-baik saja, ya kan?"

"Menilai dari kesaksian orangnya..... yah, kurang lebih memang seperti itu. Karena kita berdua memiliki kemungkinan terluka, aku ingin membuat Emilia-tan si penyembuh tetap aman sebagai jaminan."

Melirik kearah Garfiel yang mengatakan hal itu dengan bangga, Subaru mencoba membujuk Emilia.

Emilia entah bagaimana terlihat goyah mendengar argumen Subaru, namun, memutuskan kalau dia tidak bisa menyerahkan bagian pentingnya, dia melanjutkan dengan "tapi," sambil menggelengkan kepalanya.

"Luka serius.... ataupun luka yang mengancam nyawa, aku tidak akan mampu untuk merawatnya. Puck belum juga merespon, jadi ada batas yang bisa kulakukan. Roswaal sudah tidak apa-apa sekarang, tapi....."

"Well, luka-luka itu memang sangat berbahaya, huh.... Tapi tetap saja, cobalah untuk percaya dengan kelicinan kemampuan bertahanku. Kupikir aku memiliki peringkat yang cukup tinggi dalam hal ketahanan di dunia ini, kau tahu?"

Subaru tersenyum kepada Emilia yang masih belum melepasnya; hanya saja, kali ini, jawabannya tidak terdengar seperti sedang bercanda.

Faktanya, sangat sulit menemukan orang yang tidak mudah menyerah seperti Subaru. Jika dia diberikan kesempatan yang tak terhingga untuk terus mencoba, berapa kalipun itu, dia mungkin akan terus mencoba.

Tidak peduli berapa kalipun hatinya patah dan hancur, dia pasti akan terus berusaha mencari jawaban yang dia cari.

Karena itu adalah......

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku membuat janji? Jadi kau tidak perlu khawatir lagi. Aku janji, aku pasti akan kembali ke sisi Emilia-tan, dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"...... Ok."

Mengangkat jari kelingkingnya, Subaru mengatakannya dengan sedikit menggoda, dia menerima sebuah jawaban positif yang tidak terduga. Seperti Subaru yang sedang membeku, Emilia juga mengangkat jari kelingkingnya dan memiringkan kepalanya.

"Um, apa yang akan kau lakukan dengan jari ini?"

"Eh? Uh, kita mengaitkan jari kelingking kita masing-masing seperti...... Uoooohhhh, jari Emilia-tan super ramping, putih, dan cantik....!"

Jari mereka saling terkait, Subaru dikejutkan oleh sebuah sentuhan yang tidak terduga. Kemudian, mengikuti pupil ungu yang menunggu ritual selanjutnya, Subaru berdeham, dan....

"Janji-jari-kelingking. Yang-bohong-jadi-bantalan-peniti."

"Janji jari kelingking!"

Jari mereka terpisah di saat yang bersamaan, dengan begini, janji antara Subaru dan Emilia telah tersegel.

Kali ini, itu adalah janji yang dibuat setelah mengerti betapa berartinya janji bagi Emilia. Tidak mungkin untuk memperlakukan mereka seperti yang telah Subaru lakukan sebelumnya ketika dia dengan sembrono melanggarnya.

"Jadi aku akan melihat ke dalam sebentar. Sebenarnya, aku akan terus memanggil-manggil ketika aku sedang berkeliling nanti, jadi pastikan untuk balik memanggilku dari luar, agar aku tidak kesepian."

"Sialan... Terkadang aku tidak tahu apakah kau ini badass atau pengecut."

"Aku ini lebih ke orang yang berhati-hati. Tapi pada akhirnya, aku tidak mematuhi saran Ram..."

Menggumamkan akhir kalimat tersebut, Subaru meminta maaf kepada gadis berambut peach itu di dalam hatinya.

Hasrat gila Penyihir.... apa yang gadis itu katakan adalah istilah yang mengganggu dan sesuatu yang tidak dia inginkan untuk didengar Emilia. Karena pasti, pasti dia akan bersikeras untuk masuk sendirian dengan sikap yang bahkan lebih keras.

"Subaru, jika kau merasakan sesuatu yang berbahaya, kau harus secepatnya kembali."

Emilia mengangkat tangannya di depan dada, dan mengantar kepergian Subaru dengan tatapan cemas.

Dan sebagai balasannya, Subaru memberinya acungan jempol dengan jari kelingking yang terangkat, giginya bersinar ketika tersenyum dan melangkah..... berbalik menuju makam.

Melewati tanaman rambat di bawah kakinya, Subaru mengkonsentrasikan pandangannya ke arah kegelapan total yang terbentang beberapa meter setelah melewati pintu masuk. Di dalam makam dipenuhi dengan keheningan, dan untuk sekarang, sepertinya tidak ada tanda-tanda suara aneh maupun makhluk mengerikan yang siap menyerang.

Namun tetap saja, di sisi lain dari kegelapan itu, apa yang menunggunya, adalah sesuatu yang tidak diketahui.

"E~eh, tenanglah! 'Jika kau tidak masuk ke dalam sarang macan, maka kau tidak akan mendapat anak macan', iya kan? Tapi itu tidak berarti aku butuh bayi macan atau semacamnya!"

Sebagai penggila bulu mofumofu, Subaru memiliki keinginan untuk memelihara bayi macan suatu hari nanti, tapi itu bukanlah sesuatu akan dia ingin lakukan dengan resiko-resikonya.

Bagaimanapun, Subaru nampaknya terpengaruh oleh Garfiel, menyemangati dirinya dengan sebuah ungkapan dan memantapkan pikirannya, dia pun melangkah masuk ke dalam makam.

Dan, ketika dia melangkah masuk di atas permukaan dingin yang ada di dalam makam....

"..... Eh?"

Ada sebuah perasaan misterius di bawah kakinya.

Terkejut, Subaru melihat ke bawah dan kehilangan kata-katanya..... Lantai pijakannya telah menghilang.

"Tu-tunggu.... Ini terlalu......."

.... cepat untuk menarik 'FLAG'.

Pijakan kaki yang seharusnya dia langkahi sudah tidak ada, dan tidak ada satupun benda yang menyokongnya ketika dia miring ke depan. Tangan yang dengan cepat dia ulurkan tidak bisa menyentuh dinding ataupun lantai, dan begitulah, tubuh Subaru terhisap ke dalam kegelapan di bawah matanya....

"aaaaaaaaaAAAAAhhh!!?"

Semakin dalam dan semakin dalam, Subaru merasa seperti sedang melewati lubang tanpa dasar.


XxxxX


.... Sekitar 10 menit setelah dia terbangun di dasar lubang tersebut.

Berjalan di tengah-tengah kegelapan yang nampak tidak berujung, di akhir perjalanannya, Subaru bertemu dengan seorang gadis yang kesepian.

Kini, untuk menjawab pertanyaan gadis itu, Subaru menceritakan semuanya yang telah membawa dia sampai ke sini.

"Jadi begitulah, aku terjatuh setelah melewati semua kejadian itu, kemudian berjalan-jalan merasa putus asa dan sedikit lapar, aku pun secara kebetulan bertemu denganmu..... Puas?"

"En, sangat puas. Sepertinya kau adalah orang yang melebihi ekspektasiku."

Menutupi mulutnya dengan punggung tangan, gadis itu mengeluarkan tawa pelan yang terdengar seperti 'ku ku ku', ketika dia menyadari kalau Subaru sedang memperhatikannya dengan tatapan waspada.

Energi panas terbentuk di kaki Subaru seolah-olah mempersiapkan diri untuk lari kapan saja, dia membuka dan menutup tangannya seakan-akan siap untuk menangkap gadis itu.

Tapi sebenarnya, rencana bodoh Subaru adalah....

"Tidak ada alasan untuk menjadi sewaspada itu. Lagipula, kau seharusnya tahu betapa kecil kesempatanmu jika kau melawanku? Keberanian dan keberanian bodoh itu mudah disalahartikan, tapi itu adalah hal yang sangat berbeda."

"Maaf, mengakui kekalahan sama sekali tidak cocok dengan kepribadianku. Dan ketika kau bilang kalau aku tidak perlu menjadi begitu waspada.... mengingat aku sedang berdiri di hadapan orang yang menyebut dirinya Penyihir Keserakahan, apakah mungkin untuk mengikuti saran itu?"

"Begitu ya. Tepat seperti yang kau katakan. Itu salahku."

Ketika dia menerima balasan Subaru yang penuh penolakan, gadis yang bernama Echidona itu, sama sekali tidak mengubah sikapnya. Sebaliknya, dengan kegembiraan yang begitu besar, atau mungkin karena melihat sikap keras kepala Subaru yang lucu, sikap gadis itu bahkan melebihi perubahan dimensi.

Hampir seperti membaca sebuah manga, gadis itu seolah-olah meremehkan seorang karakter dengan mata yang berasal dari dimensi yang berbeda. Bagi gadis itu, sejak awal, Subaru tidak pernah berdiri di panggung yang sama dengannya.

Pasti karena hal ini, Subaru memperlakukan gadis itu dengan kewaspadaan tinggi.

Seseorang yang memancarkan aura menyesakkan yang bahkan melebihi Paus Putih, orang yang menyandang nama Penyihir Keserakahan. Sampai sejauh mana hal ini dianggap nyata adalah pernyataan yang tidak relevan. Apa yang relevan adalah dia bukan orang yang bisa dianggap remeh, eksistensi luar biasa yang bahkan bisa disadari oleh orang seperti Subaru.

Namun, ketika keringat dingin mengucur di dahi Subaru, Echidona memberikan tatapan main-main.

"Sayangnya, diperlakukan sekejam itu membuat perasaanku benar-benar sakit. Seperti yang bisa kau lihat, aku hanyalah gadis yang lemah lembut, kau tahu? Jika seorang lelaki menatapku dengan mata itu, sepertinya aku tidak bisa apa-apa."

"Kau tidak berbicara tentang gadis yang mendapatkan 'DEATH FLAG' yang tertulis dengan huruf besar berwarna merah di atasnya kan? Asal kau tahu saja, semenjak aku ada disini, sensor kewaspadaanku sudah mulai menggila."

Setelah merasakan 'kematian' berkali-kali semenjak datang ke dunia ini, Subaru memperoleh sebuah kemampuan. Meskipun kematiannya masih menumpuk terlepas dari kemampuan ini, keinginan Subaru untuk menghindari pengalaman itu lagi, memaksanya untuk menciptakan lebih dan lebih banyak lagi kewaspadaan ke dalam kesadarannya.

Dan berdasarkan hal itu, tingkat bahaya yang dimiliki gadis ini tidak kalah dari saat dia berdiri di hadapan Petelgeuse.

Meski begitu,

"Kalau begini sepertinya kita tidak akan bisa berbicara dengan benar. Yah mau bagaimana lagi...... Kalau begitu, bagaimana dengan latar ini?"

Mengatakan hal itu, Echidona dengan lembut mengangkat tangan kanannya di depan wajahnya. Subaru menelan ludahnya melihat gerakan itu, dan segera setelahnya, gadis itu mengkertakan jari tangannya yang terangkat.

Sebuah suara pelan terdengar.... dan dunia merubah wujudnya di depan mata Subaru.

Ruangan batu dingin di bawah ruang tersembunyi itu menghilang, dan yang menggantikan tempatnya adalah sebuah padang rumput hijau yang tersapu oleh angin. Dan di puncak sebuah bukit kecil...

"Wha.....!?"

"Daripada bermain di tempat itu, bagaimana kalau di sini?"

Menertawakan kekaguman Subaru yang melihat sekeliling, Echidona duduk di atas salah satu kursi yang mengelilingi sebuah meja putih, dia menunjukkan sebuah kursi yang berlawanan dengan kursinya kepada Subaru, dan meminta Subaru untuk duduk.

Tidak tahu apa yang baru saja terjadi, Subaru merasa ragu ketika dia  mendekat ke arah Echidona. Tertata dengan rapi di atas meja adalah cangkir teh hangat. Melihat Subaru menatap dirinya dengan hening...

"Jangan khawatir, tidak ada bahaya di dalamnya. Aku bisa meminumnya lebih dulu kalau kau mau? Namun, jika kau curiga kalau Penyihir tidak bisa diracuni, maka itu tidak akan membuktikan apa-apa."

".... Aku menyerah. Setelah datang ke sini, seluruh akal sehatku terus saja dibolak balik. Apa yang tadi terjadi? Kau bisa menggunakan sihir 'Spatial Transition' juga?"

Sebelum ini, pengalaman Subaru dengan sihir 'Spatial-Transition' sudah ada di tangan Beatrice.

Dengan tangannya sendiri, Beatrice melempar keluar Subaru dari Perpustakaan Terlarang dan melontarkannya ke dalam gudang ternak di desa Arlam.

Menurut Julius, sihir ini adalah ilmu kuno, namun jika orang di depan matanya memang seorang Penyihir, maka itu bukanlah hal yang mengejutkan.

"Spatial-transition..... oh, Sihir hitam. Tidak, kau salah paham. Sihir itu memiliki banyak kerugian. Aku tidak menyukainya, jadi aku tidak menggunakannya. Tadi itu hanyalah trik kecil. Aku memiliki sedikit kebebasan di sini. Karena ini adalah Bentengku."

"Bentengmu....?"

Mengernyitkan alisnya mendengar kata-kata Echidona, Subaru melihat sekelilingnya sekali lagi.

Angin yang menyapu padang rumput terlihat tidak ada habisnya, dan di setiap arah tidak terlihat apa-apa selain cakrawala. Pada kenyataanya, entah pemandangan kosong ini benar-benar nyata atau tidak adalah masalah yang berbeda, namun pemandangan ini memang pemandangan yang begitu fantastis.

Menyadari hal ini, Subaru menelan ludahnya dan kemudian mengangkat bahu dengan senyum di wajahnya,

"Sayangnya, aku tidak melihat sebuah kastil atau gubuk dimanapun. Apakah saat ini Bentengmu sedang dibangun ulang atau semacamnya? Ataukah mereka menyita semuanya kecuali meja dan kursimu karena kau tidak bisa membayar pinjamannya?"

"Fffhaha. Kau benar-benar lucu. Di hadapanku, hanya ada beberapa orang yang bisa mengatakan jawaban kasar seperti itu, kecuali Penyihir lain seperti diriku. Tentu saja, setelah kematianku, aku tidak pernah berpikir kalau akan ada peningkatan sebanyak itu."

Jumlah yang bisa Echidona ingat ketika dia menertawakan sebuah lelucon adalah sesuatu yang bisa dihitung dengan jari, ditambah Subaru ke dalam daftar itu, sepertinya memberikan kebahagiaan yang begitu besar bagi dirinya.

Tapi di sisi lain, wajah Subaru menjadi suram ketika dia menangkap sebuah frasa yang tidak bisa dilewatkan dari kata-kata Echidona. Tadi, Echidona benar-benar mengucapkan kata ini. Itu adalah kata 'setelah kematianku'.

"Jika memang kau adalah Penyihir Keserakahan, kau seharusnya sudah mati kalau ingatanku tidak salah. Lagipula, aku datang kesini untuk mengunjungi makammu."

"Oh, kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih. Jika kau membawakanku bunga, tolong taruh saja di dekat pintu masuk. Aku adalah orang yang tidak menyukai alkohol, jadi kalau kau ingin membuat sebuah penawaran, maka sesuatu yang manis akan sangat aku hargai."

"Jadi ada budaya penawaran juga di dunia ini, huh..... Maaf, tapi aku tidak membawa produk lokal apapun dan aku lupa membeli bunga. Tolong berpuas dirilah hanya dengan senyumku."

Itu adalah sebuah senyum dari bunga mekar yang berlimpah...... meskipun itu adalah tipe bunga beracun.

Ketika Subaru memperlihatkannya, Echidona terkekeh  gembira. Echidona kemudian membawa cangkir yang ada di atas meja menuju bibirnya dan menyesapnya, dia melanjutkan,

"Aku tidak pernah memiliki kesempatan meminum teh sebahagia ini bahkan ketika aku masih hidup. Seperti yang kupikirkan, ada hal-hal yang bisa dinantikan bahkan setelah kematian. Penemuan baru itu memang tidak akan ada habisnya."

"Kau tahu, percakapan antara kau dan aku ini sudah menjadi sesuatu yang benar-benar aneh...... Sialan, aku akan meminumnya. Aku pasti akan meminumnya."

Bersikap waspada di depan orang yang tidak waspada sama sekali mulai membuat Subaru merasa bodoh, jadi Subaru, seolah-olah merampasnya, dia mengambil cangkir yang ada di meja dan meminum isinya dengan terburu-buru.

Itu bukanlah air, ataupun teh, ataupun teh hitam, tapi itu memiliki rasa yang tidak terbayangkan. Meskipun itu tidak buruk juga.

"Meminum sesuatu yang diberikan oleh Penyihir, kau pasti sangat berani."

"Hah. Setelah datang kesini, bagaimana mungkin aku bisa takut sekarang. Sejak awal, jika kau ingin membunuhku, maka di panel berikutnya aku pasti sudah menjadi arang. Jadi aku tidak seharusnya khawatir dengan secangkir teh."

Mengayunkan tangannya, Subaru meletakkan cangkir kosong itu ke atas meja dengan "Terima kasih atas perlakuannya", dan melanjutkan..

"Itu tidak bisa disebut enak ataupun tidak enak, tapi, teh macam apa ini?"

"Mengingat kalau itu adalah sesuatu yang terbentuk di luar benteng, jika aku harus menyebutnya, mungkin itu adalah cairan tubuhku."

"Apa-apaan yang kau minumkan padaku?"

Subaru terlompat dan menjatuhkan kursinya, dia berusaha memuntahkan cairan yang baru saja dia minum. Tapi, Echidona hanya terkekeh "kkuku", melihat reaksi berlebihan Subaru.

"Sangat tidak terduga. Aku tidak berpikir kalau penampilanku seburuk itu."

"Meskipun itu adalah cairan tubuh dari seorang gadis cantik, aku masih tidak ingin meminumnya tanpa persiapan terlebih dahulu! Dan meskipun aku sudah siap, aku juga tidak ingin meminum sesuatu seperti cairan tubuh! Aku memiliki fetish yang normal, kau tahu?"

Dia sama sekali tidak memiliki ketertarikan terhadap ludah ataupun keringat, setidaknya itulah yang dia pikirkan.

Namun jika itu adalah milik Emilia atau Rem, dia pikir itu tidak terlalu buruk, tapi Subaru menyembunyikan hal ini di dalam hatinya, dan melanjutkan...

"Sial, aku tidak bisa memuntahkannya..... Hey, ini tidak akan berbahaya bagi tubuhku atau semacamnya kan?"

"Jangan khawatir. Benda itu akan dengan mudah di serap oleh tubuh tanpa perlawanan. Lagipula itu kan cairan tubuh."

"Kau tidak benar-benar mengatakan sesuatu yang bagus, berhenti membuat wajah seperti itu!"

Melihat sikap Echidona yang agak sombong, Subaru pun mengernyit. Dan Echidona, menghadapi Subaru yang menyuarakan keberatannya dengan berapi-api, hanya memiringkan cangkirnya dengan ekspresi santai dan melanjutkan "Pokoknya",

"Kau benar-benar orang yang menarik. Fakta bahwa kau berdiri di hadapanku dengan normal adalah buktinya."

"Apa kau terlalu cantik sehingga biasanya mata orang lain akan pingsan ketika mereka melihatmu atau semacamnya? Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, aku memberi makan mataku dengan orang yang aku anggap gadis paling cantik secara umum. Jadi, meskipun aku melihatmu, aku tidak memiliki kesempatan untuk berpikir kalau kau itu cantik seperti gadis pada umumnya."

"Tidak, ketika orang normal berdiri dihadapanku, biasanya mereka akan muntah. Itu lucu kan?"

"Memangnya apa yang lucu soal itu?"

Dari awal percakapan mereka, tidak ada apapun selain kata-kata yang tidak pasti. Subaru pun melihat sisi lain dari gadis yang duduk di kursi itu.

Rambut dan seluruh tubuhnya putih seperti salju. Baju hitamnya terlihat hampir seperti pakian berkabung, dan sisa-sisa dari masa mudanya memberikan kecantikan yang mempesona. Subaru merenung bagaimana bisa seorang wanita cantik dengan pakaian berkabung itu bisa memberikan pesona magis, namun, aura menyesakkan yang tidak pernah menghilang itu, terus membuat Subaru menganggap keberadaanya sebagai sebuah ancaman.

"Jadi....."

Lalu, melihat ke arah Subaru yang belum menurunkan kewaspadaannya, Echidona pun meletakkan cangkir kosongnya di atas meja dan mengerakkan jarinya pada pinggiran cangkir, dia berbicara...

"Terus berbicara seperti ini mungkin akan sangat menyenangkan buatku, tapi.... itu tidak akan menyenangkan buatmu, iya kan? Kurasa pasti ada sesuatu yang ingin kau katakan ataupun ingin kau tanyakan, iya kan?"

".... Yeah, ada. Benar! Meskipun tertelan oleh atmosfer yang telah sepenuhnya kulupakan, tapi itu benar. Kau.... tidak, sebelum itu, dimana ini? Apakah ini benar-benar di dalam makam?"

Bagi Subaru, ini adalah tempat yang terhubung dengan tempat dimana dia jatuh setelah memasuki makam.

Subaru mungkin siap mempercayai kalau tempat suram sebelumnya adalah dasar dari makam. Tapi sekarang, karena dia berada di padang rumput seperti ini, bahkan tempat gelap tadi pun terasa meragukan.

Menanggapi pertanyaan dari Subaru, Echidona membelai rambut putihnya dengan lembut, dan...

"Pertanyaan itu separuh benar dan separuh salah. Tubuhmu memang berada di dalam makam, tapi pikiranmu berada di dalam Bentengku. Kalau ingin menjabarkannya dengan kata-kata, ini adalah di dalam sebuah mimpi."

"Sebuah mimpi....? Tapi aku tidak ingat wajahmu, sampai-sampai aku bisa melihatmu di dalam mimpi."

"Kau berada di dalam mimpi, aku memang mengatakannya, tapi itu bukan mimpimu. Ini adalah Bentengku.... jadi ini di dalam mimpiku. Sebuah tempat yang mirip seperti ini... apa kau tidak mengetahuinya?"

Mendengar kata-kata  Echidona, Subaru pun menahan napasnya. Dia kemudian menggelengkan kepalanya perlahan,

"A-atas dasar apa kau mengatakan sesuatu seperti itu....?"

"Aku tidak memiliki bukti yang nyata. Tapi, entah bagaimana, aku merasakannya. Sikapmu berlawanan dengan sesuatu yang kau ketahui; aku hanya merasa kalau tingkah lakumu mirip dengan orang seperti itu."

".... Benar, aku tidak tahu. Tapi apa yang kau katakan juga tidak salah."

Kata-kata itu memang tidak separah kedengarannya, tapi bagi Subaru, kata-kata Echidona terasa seperti sebuah tuduhan.

Kata-kata Echidona tidak salah, tapi jawaban Subaru juga bukan sebuah kebohongan.

Ketika dia diberitahu kalau ini adalah di dalam mimpi, Subaru, sambil merasa terkejut, dia juga memahaminya dengan mudah. Seolah-olah perasaan ini sudah dikenal dan dipahami oleh hatinya.

Kenapa terasa seperti itu..... Subaru tidak bisa menemukan alasannya meskipun dia mencari ke seluruh ingatannya.

"Untuk sekarang, aku akan menerima kalau ini adalah di dalam mimpimu. Lalu, bagaimana aku keluar dari sini?"

"Untuk bangun dari mimpi, seseorang bisa bangun sendiri atau dibangunkan dari luar. Akan tetapi, meskipun seseorang mencoba membangunkanku dari luar, tubuhku sudah tidak lagi ada, dan cukup sulit untuk membangunkan dirimu dari mimpi orang lain. Jadi, kau tidak bisa bangun sampai aku melepaskanmu dan kau memutuskan untuk bangun, kurasa."

".......!! Kalau begitu, kau benar-benar....."

Subaru merinding mendengar kata-kata sederhana Echidona.

Bentengnya, makna dari kata itu kini membawa sebuah realita yang begitu jelas. Jiwa Subaru kini berada di tangan Echidona. Hasrat gila Pengyihir yang Ram bicarakan..... Kebenaran dari kata-kata itu mencuat di dalam pikiran Subaru.

".....tidak berencana melepaskanku?"

Meskipun dia sedang memasang kewaspadaan tinggi, Subaru mengucapkan kata-kata yang mungkin bisa memasukannya ke dalam retakan fatal dengan Penyihir. Fakta bahwa jika Echidona telah menunjukan sifat aslinya maka Subaru tidak mungkin memiliki kesempatan untuk melawan, adalah sesuatu yang sangat bisa dipahami.

Dan kemudian, menanggapi pertanyaan Subaru, Echidona menghela napas kecil.

"Tidak, tidak juga. Aku pasti akan melepaskanmu jika kau memang ingin kembali, kau tahu?"

"Apa-apaan yang kau lakukan terhadap syarafku? 'Mr. Serious' sedang tidak bernapas, kau tahu?"

"Mr. Serious, tidak seperti kau, dia tidak ada di hadapanku sekarang. Mungkin dia muntah di bawah bayangan pohon?"

Di hadapan racun yang dengan lembut dimuntahkan oleh Echidona, Subaru merasa seluruh kekuatannya menghilang. Pada akhirnya, apa yang sebenarnya coba dia lakukan dengan berbicara kepada Subaru?

Itu memang belum lama, tapi bahkan setelah percakapan mereka, Subaru sama sekali tidak bisa memahami karakter gadis itu. Namun, untuk orang yang disebut sebagai Penyihir, itu tidaklah mengejutkan kalau mustahil untuk memahaminya dengan begitu mudah.

"Pokoknya, tolong lepaskan aku jika kau bisa melepaskanku. Saat ini mungkin ada seorang gadis yang menunggu dan mencemaskanku. Jika aku memiliki waktu untuk meminum cairan tubuhmu, aku lebih baik kembali ke gadis itu agar dia tidak khawatir."

"Itu tidak masalah buatku, tapi, apa itu tidak masalah buatmu?"

"Tidak masalah dengan apa?"

"Dengan kembali ketika kau berada tepat di hadapanku..... Sebuah kesempatan untuk berbicara dengan Penyihir Keserakahan, adalah sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain meskipun jika mereka mencobanya."

Begitulah, ini adalah pertama kalinya Subaru memahami makna dari kata-kata gadis itu dan memasukkan mereka ke dalam fokusnya.

Ya, benar. Subaru hanya terfokus pada bahaya, tapi dia melewatkan hal yang paling penting. Jika dia adalah Penyihir Keserakahan, jika dia benar-benar adalah eksistensi yang menyandang nama itu dalam kehidupannya, maka,

"Kau.... tahu jawaban untuk hal-hal yang ingin ku ketahui?"

"Kau bertanya padaku tentang keberadaan pengetahuan, iya kan?"

Merespon kata-kata Subaru, Echidona sekali lagi tertawa "ku ku ku...". Tawa ini, tawa yang terasa seperti kebahagiannya, bertentangan dengan perasaan sesak yang Subaru rasakan yang mana bahkan lebih kuat dibandingkan sebelumnya.

Atmosfer seketika berubah, suasana dari padang rumput tanpa ujung itu tiba-tiba mulai runtuh. Langit meretak, rerumputan terbakar, dan dunia di luar cakrawala sana mulai hancur.

Merasakan gemetar yang tidak nyata, Subaru mengulurkan tangannya ke arah meja yang sudah pasti nyata dengan cepat. Tapi saat dia menyentuhnya, meja itu berhamburan seolah-olah berubah menjadi pasir, kemudian,

"Seperti yang kuduga, kau memang benar-benar makhluk yang lucu..."

Mengangkat wajahnya, pemandangan di sekitar Echidona pun merosot, dan pola aneh mulai menutupi seluruh dunia. Sebuah bayangan muncul dan mengulurkan tangan dan kakinya untuk mengait dan melekat pada seluruh tubuh Subaru.

Pada perubahan yang mendadak ini, Subaru mencoba mati-matian untuk melarikan diri, tapi keruntuhan dunia sudah menyebar begitu dekat dengan mereka berdua. Tangga untuk melarikan diri tidak ada. Dan begitulah, dunia lenyap sedikit demi sedikit.

"Jika kau ingin melakukan tanya jawab, maka tempat ini saja sudah cukup. Untuk mengetahui apa yang ingin kau ketahui. Hasratmu terhadap hal-hal seperti itu..... atau agaknya, Keserakahanmu, aku mengizinkannya."

Apa yang tersisa di antara mereka adalah ruang di antara kursi dimana mereka duduk. Itu adalah jarak yang cukup dekat untuk menyentuhnya jika Subaru mengulurkan tangannya, sebuah dunia dimana mereka duduk dan melakukan pembicaraan.

Dunia di luar tempat ini telah lenyap. Dasar kegelapan tempat berpijak juga telah menghilang, nampak tidak memiliki ujung. Mungkin tanpa sebuah lelucon, Subaru tidak akan bisa kembali ke tempat ini bahkan jika dia terjatuh.

Ketika angin dingin menjalari tulang belakang Subaru, terduduk di atas kursinya, Echidona nampak sedang berada dalam mood yang bagus.

Dia menepukkan tangannya, dan menatap Subaru dengan matanya yang berkilau.

"Ayolah, apa yang ingin kau dengar? Jika itu adalah sesuatu yang kuketahui, aku pasti akan menjawab apa saja. Apakah itu tentang 'Penyihir Kerakusan' Daphnè, yang menciptakan binatang yang berlainan dengan Tuhan, untuk menyelamatkan dunia dari kelaparan? Apakah itu tentang 'Penyihir Nafsu' Carmilla, yang memberikan emosi bahkan kepada mereka yang bukan manusia, untuk mengisi dunia dengan cinta? Apakah itu tentang 'Penyihir Kemurkaan' Minerva, yang memukul dan menyembuhkan setiap orang karena kesedihannya terhadap dunia yang dipenuhi konflik? Apakah itu tentang 'Penyihir Kemalasan' Sekhmet, yang mengusir Naga sampai ke luar Air Terjun Raksasa, hanya untuk membawa kedamaian? Apakah itu tentang 'Penyihir Kesombongan' Tuphon, yang terus menilai dosa seseorang dengan kepolosan dan kekejaman masa mudanya?"

Mereka terdengar tidak familiar..... Atau agaknya, mereka adalah daftar sejarah yang seharusnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Diserang oleh begitu banyak informasi, Subaru tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Di hadapan Subaru, Echidona masih tertawa.

"Apakah itu tentang 'Penyihir Keserakahan' Echidona, sang Inkarnasi Rasa Haus akan Pengetahuan, yang tinggal bersama dengan penyesalannya di dunia setelah kematian, untuk mencari setiap kebijaksanaan yang ada di dunia?"

Menunjuk dirinya sendiri, Echidona mengatakannya seolah-olah mengejek dirinya sendiri, dan melanjutkan dengan "Atau......"

"'Penyihir Kecemburuan' yang menghancurkan semua Penyihir itu dan menjadikan mereka makanannya lalu mengubah seluruh dunia menjadi musuhnya... Apa itu tentang dia??"



---End Of Chapter 10---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Me..
Previous
Next Post »
5 Komentar
avatar

wow amazing........ ditunggu translate selanjutnya.. sukses gan ya

Balas
avatar

Koncet,, bersambungnya pas :'v


Bikin penasaran xD

Balas
avatar

wow mind
penasaran ane

arigatou na

Balas
avatar

AKhirnya mereka membahas STELLA

Balas