Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka -2


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia



Chapter 3 : Raja Iblis dan Pahlawan, Untuk Pertama Kalinya Berkonsentrasi Menangani Apa Yang Terjadi Di Depan Mereka.

"Hey Ashiya, apa kau tahu?"

"Ya?"

Taman Shiba di Minato, Tokyo.

Raja Iblis dari dunia lain kini sedang berbicara kepada Jendral Iblis kepercayaannya dengan bangga.

"Puncak Tokyo Tower itu terbuat dari tank."

"....."

Ashiya mendesah dan melihat ke arah benda yang berada di tangan Maou.

"Apa itu fakta yang tertulis di sana?"

Tangan Maou saat ini sedang memegang sebuah buku yang diperoleh dari Kiyosuke pada saat perjalanan mereka menuju terminal bis. Buku itu berjudul 'Tidak berani bertanya pada siapapun sampai sekarang? Semuanya tentang penyiaran televisi digital', dari bagian pengetahuan umum.

"Puncak menara pengawas di Tokyo Tower terbuat dari besi daur ulang bekas kendaraan perang Amerika yang dibuang setelah perang Korea. Sepertinya pada waktu itu, Jepang kesulitan untuk memperoleh besi berkualitas bagus, dan kebetulan tentara Amerika berencana meluncurkan kendaraan perang baru, dan, inilah hasilnya, karena hal itu menguntungkan kedua belah pihak."

"....! .....!"

Maou melihat wajah Ashiya dan buku di tangannya sambil menggumamkan kata-kata ini dengan suara rendah;

".... Kau, kau sudah tahu hal ini sebelumnya?"

"Beberapa waktu lalu, aku membantu kelompok teater untuk memindahkan properti mereka, dan pertunjukan yang mereka tampilkan kebetulan adalah tentang Jepang pada saat puncak pertumbuhan ekonomi mereka. Dan di situlah aku mendapatkan informasi semacam ini."

Ashiya menjelaskannya seolah itu bukan apa-apa.

Dan asal kalian tahu, Maou dan Ashiya sudah merapikan rambut mereka.

"Kalau begitu Maou-sama, apa kau tahu kenapa Tokyo Tower dicat dengan warna putih dan warna orange yang mengacu pada standar internasional?"

".... Tidak."

"Itu karena menurut peraturan keamanan penerbangan, jika struktur suatu bangunan memiliki tinggi di atas 60 meter atau entah bagaimana bisa mengganggu keamanan operasi penerbangan, maka mereka semua harus dicat dengan warna internasional orange dan putih untuk menandakan kalau ada sebuah penghalang. Jadi Tokyo Tower, keseluruhan towernya dianggap sebagai sebuah halangan terhadap keamanan udara jadi mereka dicat dengan dua warna tersebut."

Maou terdiam menganga dan menatap sisi wajah Ashiya.

"Ta-tapi di Tokyo Skytree tidak terdapat warna orange di manapun?"

"Jika lampu berintensitas tinggi sudah terpasang pada bangunan penghalang udara, maka tidak perlu mengecatnya dengan warna orange untuk menandakan kalau ada sebuah penghalang."

"... Ah, benar."

Maou membalik halaman buku informasi tersebut dengan cepat, nampaknya dia menemukan catatan yang sesuai.

Ashiya melihat ke arah Maou yang depresi dan berbicara sambil tersenyum kecut.

"Meskipun Tokyo Tower menjadi seperti ini karena berbagai alasan.... tapi aku merasa tower ini akan sangat cantik jika dicat dengan warna merah."

Setelah mengatakan hal tersebut, Ashiya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Tokyo Tower yang ada di hadapannya.

Memiliki tinggi 333 meter. Selain televisi, tempat ini juga menjadi basis untuk banyak bisnis telekomunikasi. Bangunan ini telah menjadi ikon dari kota Tokyo selama bertahun-tahun, dan dicintai oleh orang banyak.

Meskipun tinggi bangunan ini telah dilampaui oleh Tokyo Skytree, tapi keberadaannya sama sekali tidak berkurang sejak saat itu.

Selain menerima banyak pengunjung setiap hari, karena telah diputuskan bahwa setelah adopsi penuh televisi digital, berbagai macam frekuensi bebas akan menggunakan sumber daya telekomunikasi, maka alasan untuk keberadaan tempat ini pun menjadi sesuatu yang lebih berarti bagi warga kota dan orang Jepang.

"Meskipun ini adalah apa yang kuusulkan, tapi aku merasa sedikit ragu."

"Apa maksudmu?"

"Ada begitu banyak orang di sini. Apa seorang malaikat akan benar-benar tinggal di tempat seperti ini?"

Meski tidak ada hubungannya dengan Maou dan yang lainnya, bagi orang Jepang, Agustus dianggap sebagai bulan hari libur musim panas.

Pertama, Tokyo Tower adalah tempat yang cukup bagus untuk melambangkan keberadaan Jepang, dan karena hari ini ada banyak pengunjung dan turis yang datang bersama dengan keluarga mereka, tempat ini menjadi ramai luar biasa.

"Itu artinya kemungkinan besar dia ada di Tokyo Skytree yang didatangi Emilia?"

Maou, Ashiya, dan Emi berpencar. Dua orang pertama bertugas ke Tokyo Tower, sementara sisanya pergi menuju ke Tokyo Skytree. Sedangkan untuk Urushihara dan Suzuno, mengikuti saran Urushihara, mereka berdua tetap berada di Yoyogi, agar jika saat ada kejadian di mana salah satu tim menemui masalah, mereka bisa datang secepatnya untuk membantu.

Meskipun Maou merasa sedikit keberatan dengan saran Urushihara, namun, baik mereka mengambil jalur JR Sobu ke stasiun Kinshichou di dekat Tokyo Skytree, ataupun mengambil jalur Toei Oude ke stasiun Akabaneshi di dekat Tokyo Tower, kedua rute tersebut memiliki titik pemberhentian di Yoyogi, oleh sebab itu, saran Urushihara untuk tetap berada di Yoyogi bisa dibilang cukup beralasan.

Formasi yang mengharuskan Suzuno, yang mana memiliki kemampan bertarung lebih tinggi untuk meninggalkan garis depan, pada awalnya juga ditentang oleh Suzuno.

Akan tetapi, dalam skenario di mana seorang malaikat akan bertarung dengan serius, selain Emi, tak ada seorangpun saat ini yang sekiranya mampu melawan balik.

Sebagai contoh ketika Suzuno bertarung dengan Sariel, dia tidak bisa mempertahankan pendiriannya ketika melawan seorang Malaikat Agung, dan baru setelah Maou berubah menjadi Raja Iblis lalu Suzuno membantu dari kejauhan, dia akhirnya bisa menerima hal itu dengan begitu banyak kesulitan.

"Bagaimanapun, agar memudahkan untuk beres-beres nanti, tolong cobalah kurangi area efek seranganmu!"

Dengan sikap yang berlebihan, Suzuno dulu pernah menghancurkan fasilitas di stasiun Shinjuku sehingga menyebabkan kereta JR berhenti di sepanjang jalur.

Jadi tidaklah aneh bagi Maou jika dia secara khusus mengingatkan Suzuno akan hal ini.

"Yeah, hanya jika sihir di area tersebut cukup untuk merubahmu menjadi Raja Iblis."

Akan tetapi, Suzuno menjawabnya dengan dingin.

Begitu Maou berpikir tentang pemberesanya nanti, perasaan Maou menjadi terasa berat, tapi bagi Emi dan Suzuno mau mempertimbangkan situasi di mana Maou dan yang lainnya bisa kembali ke wujud iblis mereka jika ada yang tidak beres, itu saja sudah menjadi peningkatan yang sangat besar.

"Namun, bahkan jika mereka ingin pergi ke Tokyo Skytree, tempat itu belum beroperasi sepenuhnya kan? Jika peralatan telekomunikasinya diganggu, bukankah seseorang akan mengetahuinya sebelum tindakan itu bisa dilakukan?"

Dengan apa yang diketahui oleh Maou dan yang lainnya sekarang, kekacauan situasi ini sudah melampaui tahap hanya sekedar mempertimbangkan apakah seseorang akan mengetahuinya, tapi bagaimanapun, jika si Raguel itu benar-benar berencana untuk mengganggu fungsi transmisi sonar televisi melalui cara-cara seperti yang diprediksi Urushihara, tidak ada hal lain lagi yang akan menghambat efisiensi misinya daripada dihentikan oleh orang Jepang.

"Meski pemeliharaan dan pemeriksaan Tokyo Tower tidak dilakukan dengan keamanan kedap udara, kupikir kondisi kedua tim hampir sama. Lebih baik kita tidak perlu terlalu memikirkannya, ayo pergi ke sana dulu dan membicarakannya nanti."

Kedua pria itu, Maou dan Ashiya saat ini sedang berada di ujung antrian wisatawan.

Karena mereka harus menyelediki tempat ini dengan kemampuan terbaik mereka, maka mereka perlu meningkatkan area yang harus dijelajahi oleh satu orang hingga mencapai batasnya.

Tiket umum untuk area pameran dan dek observasi khusus memiliki harga 1.420 yen per orang, tidak merasakan apapun setelah membayar total biaya 2.840 yen tanpa ragu, adalah pertama kalinya bagi Maou setelah mereka datang ke Jepang.

Ini adalah bukti bahwa bagi Maou dan Ashiya, Chiho adalah orang penting bagi mereka dalam berbagai aspek.

"Oiya, Maou-sama. kita harus naik menggunakan elevator kan?"

"Yeah."

"Tapi kudengar di Tokyo Skytree sepertinya ada tangga yang bisa digunakan naik dan turun."

".... Hah?"

"Meski kupikir itu tidak mungkin, tapi jika malaikat Raguel itu ada di tangga....."

"Hey, tunggu, tunggu, jangan bilang kalau kita harus menggunakan kaki kita untuk menaiki tangga tower ini..."

Maou melihat ke arah tower yang bersinar merah di antara berbagai cahaya malam hari.

Dan di saat yang sama, Maou juga ingat saat dia berlari menaiki tangga gedung Pemerintah Tokyo hanya dengan menggunakan pakaian dalamnya untuk menyelamatkan Chiho.

"..... Apa kau serius?"

Di sisi lain, hanya dengan menggunakan mantra 'Heavenly Light Boots' saja, Emi bisa dengan mudah terbang menuju Tokyo Skytree dari atap bangunan pencakar langit terdekat.

Untuk mencegah orang-orang agar tidak melihatnya terbang dari tanah, Emi bahkan mengganti bajunya dengan baju berlengan panjang berwarna hitam, celana hitam, dan boots.

Ketika Emi membeli satu set baju hitam tipis di Shinjuku Unixlo, hanya dengan baju berlengan panjang saja sudah cukup untuk membuat seseorang menderita kepanasan, tapi, di atas Skytree yang memiliki tinggi 600 meter di atas tanah, terdapat angin kuat yang cukup untuk mencuri suhu tubuh orang normal bertiup.

"Pasti lebih baik berpakaian lebih hangat sebelum datang ke sini...."

Emi menggumam ketika angin meniup poninya. Untuk masalah baju yang lebih hangat, satu-satunya yang tersisa ditoko hanyalah baju berharga 10.000 yen dengan label 'Produk baru untuk musim gugur dan musim dingin, sekaligus peralatan pendaki gunung.

Ini bukanlah seperti tindakan hitung-hitungan terhadap pertemanan, tapi sebagai seorang Pahlawan, sangatlah sulit untuk bisa makan tanpa adanya nasi.

Meski ini sudah malam, tapi masih ada banyak orang yang keluar masuk ke Tokyo Skytree untuk menambah kesibukan arus orang-orang di area sekitar. Daripada menyelidikinya tanpa rencana, akan lebih mudah memulai dari kejauhan dan menuruni tower dari atas.

Tentu saja, di tempat tinggi pun juga terdapat operator yang bekerja memelihara dan memeriksa tower di ketinggian. Terutama karena Tokyo Skytree masih berada dalam proses pembangunan, pihak berita pun juga melaporkan status operasi pada percobaan antena setiap hari. Oleh sebab itu, tinggi kemungkinan kalau pemeliharaan antena juga dilakukan saat malam.

Jika tubuh manusia berada di dekat antena mulai siang sampai sore hari di mana gelombang elektromagnetik berada di puncaknya, maka gelombang frekuensi tinggi tersebut akan memanaskan tubuh manusia, menyebabkan fenomena yang disebut 'Pemasanan Frekuensi Tinggi'.

Emi mendarat di atas sebuah atap di salah satu dek observasi Tokyo Skytree, yang memiliki tinggi 450 meter dari tanah.

Setelah memastikan penempatan Holy Vitamin beta yang ada di saku depannya, Emi mengamati sekelilingnya dengan waspada.

Cukup mudah untuk berhati-hati agar tidak diketahui oleh orang biasa, tapi jika malaikat yang dia cari berada di suatu tempat di dalam tower ini, maka mereka pasti bisa merasakan sihir suci yang Emi gunakan ketika dia sedang terbang.

Meskipun Emi sudah menyiapkan dirinya untuk skenario terburuk di mana dia ditembak oleh seseorang dari dalam tower, tapi selain angin yang berhembus, Emi tidak bisa merasakan keberadaan orang lain di dalam Tokyo SkyTree, hal ini membuatnya bingung.

Di hadapan Emi saat ini, terbentang luas pemandangan malam Tokyo, meski ini sudah malam, tapi dia masih bisa melihat jejak siluet redup dari pegunungan yang terletak di pinggiran dataran Kanto.

Setelah melirik ke arah lampu penghalang penerbangan yang ada di sampingnya, Emi dengan hati-hati berjalan melewati atap dek observasi sambil memastikan dia tidak tertiup oleh angin.

"Apa dia tidak ada di sini?"

Dalam pandangannya, hanya ada lampu penghalang penerbangan dan kerangka besi kokoh yang melolong ketika tertiup oleh angin kuat.

"Aku sebaiknya melihat-lihat sebentar sebelum memeriksa Tokyo Tower....."

Ketika Emi berencana menghubungi Maou atau Suzuno bahwa tak ada hasil apa-apa di sini, dan hampir menjatuhkan HPnya karena hembusan angin kuat yang tidak biasa....

"!!!"

Emi yang menyadari ada sebuah suara yang ikut berbaur di dalam angin, langsung merendahkan tubuhnya dan memeriksa sekitarnya dengan waspada.

Di antara bayangan besi, dia tidak melihat satupun orang.

Itulah kenapa hal ini terasa aneh. Suara yang dia dengar tadi adalah....

"Bersin?"

"Ah-choo!!"

Kali ini Emi mendengarnya dengan sangat jelas. Itu adalah suara bersin dari seorang pria dan terdengar bodoh, setelah memikirkannya lebih jauh, Emi merasa pernah mendengar suara ini.

"Mama! Ketemu! Di atas!"

Suara Alas Ramus di dalam tubuh Emi terdengar sedikit cemas, Emi melihat ke arah yang di tunjuk gadis itu....

....dan mendapati di antara kerangka besi yang terletak lebih dari 10 meter di atasnya, terdapat sosok yang sedikit aneh.

Sebelum Emi datang, dia sudah menyiapkan diri untuk bertarung melawan malaikat yang di panggil Raguel itu di sini. Tapi sosok itu benar-benar terlalu aneh.

Cahaya yang redup membuatnya sulit untuk melihat wajah orang itu, tapi orang itu terlihat meringkuk dan memeluk lututnya.

"Ah-choo!"

Dan dia kembali bersin. Ketika Emi menatap orang itu, tidak tahu apa yang harus dia lakukan.....

"Ah!"

Sosok yang bergerak perlahan itu juga melihat Emi.

Setelahnya, sosok yang dengan panik berusaha bangun itu, jatuh dari kerangka besi.

"Awas!!"

Meski dia tidak tahu siapa orang itu, Emi masih meneriakkan hal tersebut secara refleks, tapi insiden tragis di mana seseorang jatuh dari ketinggian 450 meter berhasil di hindari dalam satu detik.

"!!"

Ketika Emi melihat kejadian ini, dia segera menghunuskan pedang sucinya tanpa ragu.

Itu karena sosok yang terjatuh dari kerangka besi tersebut, dalam sekejap membentangkan sayap yang bersinar di punggungnya.

Tidak peduli bagaimana Emi melihatnya, dia adalah malaikat yang Emi tunggu.

Meski ini membuktikan dugaaan Maou bahwa tower televisi memang mencurigakan, tapi satu keraguan lain pun mencuat ke permukaan.

Kenapa malaikat tersebut tidak langsung menemui Emi yang mendekat ke bangunan penting ini sedari tadi?

Agar bisa membalas berbagai serangan yang mungkin dilancarkan oleh musuh, Emi sudah meningkatkan jumlah sihir suci di dalam tubuhnya hampir pada batasnya, tapi malaikat ini hanya terbang dengan sayapnya yang bergoyang di udara seperti tirai yang tertiup angin. Pada akhirnya, setelah berjuang keras, malaikat tersebut berhasil mendarat di tempat yang tidak jauh dari Emi dengan pose yang mirip seperti katak dan tidak bergerak.

Emi tidak tahu apa yang menyebabkan situasi ini, dan dia sudah selangkah lebih dekat untuk mengamati keadaan orang itu, saat.....

"Mama! Itu Wajah Putih Palsu! Berhati-hatilah!"

Emi sejenak menjadi ragu, kemudian dia segera menyadari bahwa istilah 'Wajah putih palsu' yang terdengar mirip seperti sebuah umpatan misterius itu, sebenarnya mengacu pada Gabriel, Emi pun melompat ke belakang dengan kekuatannya untuk memperlebar jarak di antara mereka, dan memasang kuda-kuda bertarung dengan pedang sucinya.

Emi sudah dengar dari Urushihara kalau Gabriel kembali muncul di Jepang, tapi Emi tidak pernah menyangka kalau dia akan bertemu dengannya di tempat di mana sonar sihir suci dipancarkan.

Meskipun Emi pernah mendesaknya sebelumnya, tapi Gabriel masihlah seorang Malaikat Agung yang mewakili Surga. Agar bisa bereaksi terhadap setiap pergerakan Gabriel, Emi membuka lebar matanya, tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Itu menakutkan!"

Namun, Gabriel lah yang pertama kali bereaksi, dan dia menggunakan suara yang bergetar ketika mengucapkan kata-kata tersebut.

"A-aku tidak menyadarinya sama sekali.... Ka-kapan kau datang?"

Gabriel mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Emi sambil mengusap-usap lengannya, dilihat lebih dekat, bibir Gabriel berubah menjadi biru.

"Tempat ini, sa-sa-sangat dingiiiinn!"

".... Siapa peduli!"

Bagi Emi, dia hanya bisa menjawab demikian.

Emi tidak tahu bagaimana Gabriel memadukan pakainnya, di bawah jubah panjang yang terlihat seperti yang digunakan oleh orang Yunani kuno pada saat musim panas, terdapat T-shirt yang bertuliskan 'I Love L.A'. Dia memperlihatkan pahanya yang mungkin tidak ingin dilihat orang manapun, dan mengenakan sandal serta tidak mengenakan kaos kaki.

Tentu saja, barang-barang ini tetaplah apa yang dikenakan oleh malaikat, jadi selain T-shirt, pakaian ini seharusnya menyembunyikan kekuatan yang akan melampaui penampilannya. Sayangnya kekuatan tersebut, nampak tidak mencakup perlindungan terhadap dingin.

"L-l-lalu Emilia? Ap-apa yang kau lakukan di sini? To-Tokyo Skytree masih belum dibuka secara umum, kan? 634 meter adalah sesuatu yang tidak akan terjadi untuk waktu yang lama, kau tahu?"

Gabriel mengeluh tidak jelas sambil menggigil.

"Ke-kekuatan manusia, be-benar tidak bisa diremehkan, ya? Entah itu Ente Isla atau Surga, tidak ada bangunan apapun yang setinggi ini! Bahkan, Kastil Iblis hanya setinggi Tokyo Tower..... Aku tidak pernah menyangka kalau angin di sini akan sangat kuat dan dingin..... ah-choo!"

Si Malaikat Agung tersebut menyebarkan bersin menjijikkan di langit kota.

"Akulah yang ingin bertanya kenapa kau ada di sini. Apa kau dicopot dari tugasmu mencari fragmen Yesod?"

Emi tidak peduli dengan kondisi tubuh Gabriel, dan mengarahkan pedang sucinya ke arah Gabriel ketika ia mengatakan hal tersebut.

"Yeah, benar. Oiya, apa kau membawa tisu? Jika bisa, akan sangat bagus kalau tisu itu tipe yang lembut dan lembab."

Dan Gabriel masih mengabaikan atmosfer bahaya sekaligus ancaman yang Emi pancarkan, dan berbicara dengan seenaknya sendiri.

Gabriel ingin melukai Alas Ramus sebelumnya, jadi tidak ada alasan bagi Emi untuk bersikap baik pada orang itu.

Emi mendekati Gabriel dengan kecepatan suara, dan seperti yang dia lakukan sebelumnya, Emi menempatkan ujung pedang sucinya pada dada Gabriel.

"Kau seharusnya tidak lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya kan? Aku tidak memiliki kesabaran sebanyak itu."

"Kelakuanmu itu tetap saja sama entah untuk Iblis atau Malaikat!"

Gabriel bahkan hampir menangis.

"Uh, itu, bagaimana aku mengatakannya ya. Pokoknya, aku sudah memberi tahu Lucifer soal ini, aku tidak berniat untuk terlibat denganmu, pedang suci, ataupun Raja Iblis. I-ini serius! Aku hanya datang ke sini karena ada sebuah pekerjaan, kalian hanya perlu menjalani hidup kalian yang damai seperti biasanya...."

"Karena kehidupan yang damai itu telah dihancurkan oleh seseorang, makanya aku ada di sini. Sonar itu, apa kau yang memancarkannya?"

"......"

Emi bersikap dingin dan mengangkat pedangnya dengan hati-hati. Saat ini, tidak ada cara untuk memastikan tujuan malaikat itu, apa dia memang sedang mencari Laila seperti apa yang dikatakan Urushihara.

"Apa kau masih ingat dengan gadis yang tahu identitas asli kita? Dia kehilangan kesadaran karena sonar tersebut."

"Eh? Benarkah?"

Emi tidak yakin apakah itu benar-benar keterkejutan dari dalam lubuk hati Gabriel, ataukah hanya hasil dari aktingnya yang hebat. Pokoknya, malaikat angkuh ini menunjukan ekspresi terkejut, dan di saat yang sama, dia membuka mulutnya lebar, menghisap napas panjang.....

"Ah-choo!!"

Dan kemudian mengeluarkan bersin keras tanpa sebab.

Seketika, Gabriel yang pada awalnya dibidik oleh pedang suci, tiba-tiba menghilang di depan mata Emi.

"!!!"

"Mama! Bukan di sana!"

Mengejar sihir suci Gabriel, Emi mengayunkan pedang sucinya ke belakang....

"Tebakanmu salah."

Sebuah jari mengarah ke belakang kepala Emi.

"BANG! Aku menang!"

"...."

Bilah pedang suci Emi mengenai sihir suci yang Gabriel pancarkan sebagai umpan, dan Gabriel, dengan hidung yang penuh ingus, berada di atas, memposisikan tangannya menyerupai pistol, dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah belakang kepala Emi.

"Meski pertarungan dengan pedang sangat tidak menguntungkan buatku, tapi masih ada cara lain untuk bertarung."

Tanda-tanda meningkatnya sihir suci bisa dirasakan dari arah belakang kepala Emi.

".... Apa kau berniat membunuhku? Dan kemudian mengambil Alas Ramus?"

Angin di ketinggian, mengaburkan suara Emi.

"Aku tidak ingin melakukan sesuatu seperti itu. Karena masih tidak diketahui bagaimana caranya kalian bergabung, jika anak itu juga ikut mati setelah kau mati, bukankah itu akan jadi sangat buruk?"

Sihir suci Gabriel tiba-tiba melemah, dan aura membunuh yang diarahkan pada belakang kepala Emi juga ikut menghilang.

"Abaikan saja itu dulu.... Soal gadis yang kehilangan kesadaran itu, bisakah kau memberitahuku lebih detail?"

"Eh?"

"Alasan aku berada di sini, hanyalah untuk mencegah gelombang percobaan yang terpancar dari tower ini agar tidak bercampur dengan gelombang yang dipancarkan dari Tokyo Tower, yang mana hal itu akan menyebabkan berkurangnya akurasi sonar tersebut. Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana Raguel memancarkan sonar itu, dan lebih dari itu, aku tidak pernah mendengar kalau metode ini akan menyebabkan orang di dunia ini kehilangan kesadaran."

Emi dengan hati-hati menolehkan kepalanya, menatap tajam ke arah Gabiel yang berdiri terbalik di atas dengan ekspresi lengah di wajahnya.

"Kau berbicara soal gadis itu kan? Gadis yang dipanggil Sasaki Chiho, sekaligus gadis manis yang menyukai si Raja Iblis. Aku ingat dia bekerja di tempat yang sama dengan Raja Iblis. Sariel pernah mengatakannya padaku sebelumnya."

"Kenapa kau menanyakan ini? Jangan bilang kalau kau ingin menculik Chiho dan menjadikannya percobaan seperti yang pernah dilakukan Sariel?"

"Hey... Apa orang itu berencana melakukan hal seperti itu sebelumnya?"

Gabriel mendengus dengan konyol, menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Aku tidak punya selera buruk semacam itu. Katakan saja padaku gejala apa yang dia derita."

".... Kenapa kau ingin tahu hal-hal seperti itu?"

Menghadapi pertanyaan Emi, Gabriel menggaruk wajahnya sambil menjawab dengan malu-malu.

"Ya ampun, itu, meski aku tidak se blak-blakan Sariel, mungkin sesuatu yang ingin kami ketahui itu sama. Hei, bukankah manusia di bumi juga mencari asal usul evolusi dan gen?"

Nada Gabriel membuat Emi merinding, jadi dia menyembunyikan ketidaknyamanannya dan menggumam sambil menatap tajam ke arah Gabriel.

"Apa kau pikir aku akan memberitahumu dengan patuh hanya karena kau mengatakan itu?"

"Tidak, tidak. Bahkan tanpa mempertimbangkan hal ini, hanya dengan apa yang kami, Surga, lakukan pada kalian sebelumnya, aku tidak berpikir kalau kau akan memberitahuku dengan patuh. Jadi, apa kau mau membuat kesepakatan denganku?"

"Kesepakatan?"

Hembusan angin yang kuat meniup rambut panjang Emi.

"Aku akan lebih dulu mengungkap beberapa informasi padamu secara langsung, kemudian dari isinya, kau bisa memutuskan apakah kau ingin menceritakan tentang situasi Sasaki Chiho atau tidak."

".... Tidak ada bukti yang akan membuktikan kalau apa yang kau katakan itu benar. Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti mengkhianati temanku hanya karena aku percaya pada informasi yang diberikan oleh musuhku."

"Jadi kau sudah bilang tidak? Kau bisa memutuskannya sendiri apa ingin memberitahuku atau tidak. Tapi aku merasa kalau kau pasti akan mengatakannya."

Dengan sedikit kesulitan, Gabriel akhirnya memposisikan tubuhnya di posisi yang benar, dan mendarat di atas atap dek observasi dengan kepakan sayapnya.

"Jika aku bilang kalau ayahmu, Nord Justina masih hidup, apa yang akan kau lakukan?"

"Apa.....?"

Kalimat tak terduga Gabriel, membuat Emi terguncang.

Gabriel yang terlihat menikmati reaksi ini, mengeluarkan tawa pelan.

"Apa kau ingin tahu sekarang?"

".... Yeah."

Emi bahkan tidak memiliki waktu bereaksi saat Gabriel mulai bertingkah aneh.

"Ah, ma-maaf, tolong menjauh dariku.... Ah-chooo!!"

Emi masih bertanya-tanya kenapa wajah Gabriel menjadi begitu aneh, tapi Emi tidak pernah menyangka kalau Gabriel tidak akan mampu menahannya, dan mengeluarkan bersin keras ke arah wajahnya.

"....................."

Dengan bantuan angin, Emi yang merasakan semprotan terkutuk terbang menuju wajahnya.....

"Hmph!!"

"Woah!!"

......tanpa ampun menggunakan pegangan pedangnya untuk memukul kepala Gabriel.

"Ma-mataku, mereka melihat bintang-bintang......"

"Jika kau cepat berbicara, aku masih bisa mendengarkannya dengan sedikit enggan. Akan tetapi, jika Alas Ramus memutuskan kalau kau berbohong, aku pasti akan memenggal kepalamu."

"..... Kenapa kau memperlakukanku sama seperti iblis?"

Emi menggerutu menanggapi Gabriel yang berkaca-kaca.

"Aku tidak akan menunjukan belas kasihan kepada musuh. Terlebih lagi kepada musuh Alas Ramus."

Mendengar hal ini, Malaikat Agung tersebut hanya bisa mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Lima menit kemudian, kedua orang itu berada di dalam dek observasi yang selesai dibangun baru-baru ini.

Meskipun tidak ada ventilasi udara, tempat ini masih sangat hangat.

Lapisan plastik menutupi berbagai area di dalam fasilitas tersebut, dan tampaknya mereka masih berada dalam proses pembangunan.

"Meski sudah sedikit hangat, apa kau ingin minum ini?"

Di depan Emi, Gabriel mengambil satu kaleng kopi dari dalam jubahnya.

"Mama, jangan minum, itu sangat berbahaya."

Alas Ramus yang dipenuhi kebencian terhadap Gabriel, saat ini telah termaterialisasi dan berdiri di sebelah Emi.

Meski Alas Ramus tidak mengatakan hal seperti itu, tapi tak ada seorangpun yang ingin meminum kopi hangat yang dikeluarkan oleh Gabriel dari dalam bajunya.

"Aku tidak meracuninya, okay?"

Gabriel terus mencoba menjelaskannya, tapi ini tidak ada hubungannya apakah kopi itu diracuni atau tidak.

"Aku tidak ingin menyentuh makanan atau minuman dari sesorang yang bukan bagian dari dunia ini. Lupakan soal minumannya, cepat katakan apa yang ingin kau katakan dan segera enyahlah ke Surga."

"Kasar sekali.... Atau setidaknya, misterius sekali~ Baik di Ente Isla maupun di bumi ini, mereka berdua memiliki legenda yang mengatakan bahwa 'ketika seseorang memakan sesuatu yang berasal dari dunia lain, maka mereka tidak akan bisa kembali ke dunia mereka saat ini'~"

Gabriel yang tidak terlihat tidak senang karena hal ini, membuka kaleng kopi yang memiliki tulisan 'sedikit meningkatkan polish' tercetak di atasnya dengan huruf besar, dan langsung meminumnya di tempat.

"Ah, hangatnya....."

Gabriel benar-benar bertingkah seenaknya sendiri. Meski Emi tahu kalau ini adalah strategi Gabriel, Emi mengetukkan kakinya dengan tidak sabar dan berbicara...

"Aku tidak berniat untuk meminum teh ataupun berbincang-bincang denganmu. Jika kau memang memiliki sesuatu yang ingin kau tanyakan, cepat katakan padaku soal ayahku."

"Apa kau bersedia mendengarkannya?"

"Jika aku merasa kalau kau berbohong, maka urusan ini selesai di sini."

"Jika kau berani membohongi mama, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Gabriel yang dipanggil pembohong oleh ibu dan anak itu, menjawabnya dengan sikap yang agak depresi.

"..... Huh, pokoknya, setelah mendengarkan apa yang ingin kukatakan, kalian berdua bisa memutuskan bagaimana kalian akan bertindak. Selain Nord Justina, aku masih punya hal lain yang ingin kuberitahu padamu."

Gabriel memegang kaleng kopi tersebut dengan kedua tangannya dan mulai berbicara sedikit demi sedikit.

"Surga saat ini sedang berada di dalam situasi di mana itu bisa terpecah menjadi dua. Hal ini bukan berarti tidak pernah terjadi sebelumnya, tapi itu adalah sesuatu yang hanya terjadi sekali dalam bulan biru. Hanya dari hal ini aja..... orang tuamu sekaligus kelahiranmu, sebenarnya sudah membawa arti yang sangat penting."

".... Berhenti berbelit-belit dan katakan padaku kesimpulannya secara langsung. Saat ini, aku hanya tahu kalau pria bernama Raguel itu sedang mengejar ibuku karena suatu insiden.... dia mengejar Laila... Tapi dendam macam apa yang dimiliki Surga terhadap diriku dan keluargaku?"

"Ini sedikit berbeda dengan dendam, tapi kalian sudah melakukan sesuatu yang sangat merepotkan."

Gabriel masih menunjukan senyum yang tidak memperlihatkan maksudnya yang sebenarnya.

"Sebenarnya, hanya Laila dan Nord saja poin utama di sini, untuk membuatnya lebih ekstrim, baik itu kau, Raja Iblis, atau fragmen Yesod itu..... lebih jauh lagi, bahkan Lucifer, penyelidik berpakaian Kimono, orang kepercayaan Satan, dan Sasaki Chiho itu, sudah tidak bisa lagi untuk tidak terlibat ke dalam masalah ini. Tidak, tidak, dalam skenario terburuknya, ini bahkan bisa mencakup seluruh manusia di bumi ini."

"Seperti kataku, bukankah sudah kubilang untuk berhenti berbelit-belit?"

Emi mendesak Gabriel dengan tidak sabar.

"Ya ampun, kau benar-benar terburu-buru~ meskipun apa yang ingin kukatakan selanjutnya, pasti akan meruntuhkan pandanganmu terhadap dunia ini."

Gabriel melihat ke arah kaleng kopinya setelah mengatakan sesuatu yang begitu menjengkelkan.

"Biar kuluruskan kesalahpahaman ini dulu, kami, para malaikat, bukanlah sesuatu yang berasal dari dunia ini."

"Eh?"

"Hanya ada satu prinsip di balik setiap tindakan yang di ambil oleh para malaikat. Hal itu adalah 'untuk menghalangi setiap ancaman terhadap Surga dengan semua yang kami miliki'. Dengan begitu terang-terangan, semua orang di sana berpikir kalau tak peduli berapa banyak manusia di Ente Isla yang mati, itu tidaklah penting selama Surga tidak berada dalam bahaya."

Tanpa ragu, Gabriel mengucapkan kata-kata yang bisa menyebabkan pengikut Gereja Ente Isla menjadi gila jika mereka mendengarnya.

"Setelah itu, semenjak kau mengejar Pasukan Iblis sampai keluar Ente Isla dan terdampar di bumi ini, keberadaan Emilia sang Pahlawan sudah dianggap sebagai 'ancaman Surga'."

"Begitu... Apa alasannya hal itu bisa terjadi?".

"Aku sudah pernah bilang sebelumnya kalau aku ingin kau berpikir tentang eksistensi macam apa sebenarnya kau ini."

Itu adalah kata-kata yang Gabriel ucapkan sebelum dia pergi pada akhir pertarungan memperebutkan Alas Ramus.

"Eksistensi macam apa aku ini?"

"Hmmm.. meski ini bukan contoh yang bagus, tapi kau akan langsung mengerti ketika aku mengatakannya. Apa menurutmu seorang anak bisa lahir dari manusia dan simpanse?"

"HAH!?!?"

Emi mengernyitkan dahinya karena pertanyaan Gabriel yang mengejutkan dan tiba-tiba, nadanya pun menjadi agak meninggi.

"Tentu saja tidak bisa kan?"

"Kenapa?"

"Kenapa... ini... dari sudut pandang biologi, mereka itu spesies yang benar-benar berbeda!"

"Bukankah mereka berdua adalah primata dan kerabat dari monyet? Bukankah anjing dan kucing secara alami bisa melahirkan keturunan campuran?"

"Itu hanya karena dalam masalah spesies, gen di antara keduanya tidak memiliki perbedaan yang ekstrim kan? Meski masih ada beberapa perdebatan tentang struktur genetik manusia dan simpanse, bahkan dengan pemahaman kalau hanya ada beberapa persen perbedaannya saja sudah menjadi salah satu penjelasan yang lebih persuasif!"

"Aku tidak benar-benar tahu soal gen, tapi kau tahu banyak."

"Itu karena aku dulu sering menonton program sains di televisi."

"Sang Pahlawan benar-benar 'menonton televisi', ooh menarik sekali."

Usai gurauan tersebut, Gabriel terus menatap ke arah Emi dan berbicara dengan sikap remeh yang sama.

"Dengan kata lain, karena manusia dan simpanse memiliki celah spesies, mereka tidak akan bisa memiliki anak."

"Benar! Lantas kenapa?"

"Kenapa manusia dan malaikat bisa memiliki seorang anak?"

Waktu terasa berhenti berputar.

Kalimat ini adalah satu-satunya kalimat yang bisa mendeskripsikan situasi saat ini.

".... Apa.... katamu??"

"Kau adalah anak yang terlahir dari malaikat Laila dan manusia Nord Justina, jika kau meragukan asumsi ini, aku akan sangat kesulitan, tapi soal ini aku bisa menjaminnya kalau ini benar. Karena alasan inilah kenapa kau terkait dengan 'ancaman surga'."

"Itu, itu....."

"Penjelasanmu yang tadi lumayan. Karena tidak ada perbedaan ekstrim antara kedua spesies, maka, itu juga sebuah kebenaran."

Gabriel membentangkan sayapnya dengan sikap yang berlebihan.

Sisa kopi di dalam kaleng logam tersebut tumpah keluar, menyebabkan noda pada jubah putih Gabriel.

"Manusia sebenarnya adalah malaikat dari sudut pandang biologi, ataukah malaikat sebenarnya adalah manusia dari sudut pandang biologi, menurutmu mana jawaban yang tepat?"

"Yang mana.... Itu, itu......."

Malaikat adalah manusia???

Mengepakkan sayap di hadapan Emi, sihir suci yang meluap-luap, rambut perak dan mata merah, dengan mengabaikan noda yang ada pada jubah panjangnya, Gabriel sama sekali tidak terlihat seperti manusia tidak peduli bagaimanapun Emi melihatnya.

Akan tetapi......

"Sejak awal, kalianlah yang seenaknya memutuskan kalau malaikat dan Surga itu adalah eksistensi yang tidak lazim kan? Tentu saja, sebagai seorang malaikat, aku juga tidak bisa menyangkal eksistensi itu. Akan tetapi, hal itu tidak merujuk pada kami, tapi....."

Gabriel menunjuk ke arah makhluk kecil yang berada di sebelah Emi yang masih menatap tajam ke arahnya.

"... itu seharusnya merujuk pada dia."

"Ugh!!"

Gadis kecil yang dianggap sebagai keberadaan tidak lazim oleh Malaikat Agung dari Surga, terlihat berdiri di depan Emi seolah-olah sedang mencoba melindungi ibunya, menggunakan tatapan dan suaranya untuk mengancam Gabriel.

Emi yang tidak bisa mengikuti perkembangan situasi, merasa kakinya bergetar.

Tapi Gabriel terus berbicara tanpa memperhatikannya..

"Apa yang kukatakan tadi barulah pembukaan, hal-hal yang sangat penting masih akan ada lagi nanti. Ini ada hubungannya dengan malaikat yang hanya bertindak demi 'Ancaman Surga', saat ini, Surga bisa saja terpecah menjadi dua karena pengertian dari 'Ancaman Surga' tersebut, jadi Raguel bergerak untuk menstandarisasi pengertiannya. Setelah itu, ini ada hubungannya dengan bagaimana Raguel akan bertindak menurut keputusannya nanti."

Menghadapi Emi yang berwajah pucat, Gabriel berbicara dengan ekspresi yang bisa disebut sebagai kebahagiaan.

"Tidak hanya ibumu, ayahmu seharusnya juga datang ke bumi. Tergantung hasil dari keputusan Raguel, mungkin Surga akan bertindak melawan ayahmu."


XxxxX


Lampu di Rumah Sakit Universitas Saikai kamar nomor 305 sudah dimatikan.

Di tempat ini, hanya ada cahaya dari lampu pijar di koridor dan lampu kecil yang menerangi tempat bel perawat yang diam-diam bersinar.

Di dalam ruangan gelap tersebut, seberkas cahaya kecil tiba-tiba terlihat.

Itu adalah cahaya ungu yang memiliki kehangatan misterius.

Di dalam ruangan di mana hanya tersisa suara napas dari para pasien....

"..... Mah... Bukankah sudah kubilang sebelumnya untuk tidak menambahkan kacang polong ke dalam Shuumai..."

Chiho mengigau dan langsung bangun dari ranjang.

"Ah, ma-maaf, ma, aku tertidur, jadi nasinya.... eh?"

Setelah darah mulai bersirkulasi di dalam tubuhnya, Chiho ingat perintah yang diberikan oleh ibunya sebelum dia kehilangan kesadaran, dan menarik selimut di atas tubuhnya.

"Di mana ini?"

Chiho melihat ke arah langit-langit, dinding, dan jendela yang tidak dia kenali dan mengedipkan matanya terkejut.

"Eh? Rumah sakit?"

Kali ini, karena Chiho merasa seseorang di sebelah telinganya memberitahu di mana keberadaannya, ia pun menolehkan kepalanya....

".....Eh?"

Dia menemukan HPnya. Karena di layar depannya tidak menunjukan jam, sepertinya HP tersebut sudah kehabisan baterai.

Setelah sepenuhnya sadar dan memikirkan kejadian tadi, Chiho ingat kalau dia pernah mengalami fenomena yang sama, dan memandang sekeliling dengan hati-hati.

"Alberto-san? Atau, Emeralda-san...?"

Ada sebuah suara di sebelahnya, tapi tidak ada siapa-siapa di sekitarnya, meski Chiho tidak mengharapkan seorangpun untuk menjawab, tapi Chiho masih mencoba bertanya kepada seseorang yang keberadaannya tidak ada di sana.

"Ah...."

Kali ini, HP yang seharusnya sudah kehabisan baterai, mulai bersinar karena ada panggilan masuk dengan warna yang tidak pernah diatur oleh Chiho sebelumnya.

Tidak ada suara, tidak ada getaran, tapi HP tersebut memang benar menerima sinyal.

Chiho dengan gugup mengangkat teleponnya, dia membuka lipatan HPnya untuk melihat layar, namun layarnya masih berwarna hitam.

"He-hello....?"

Chiho mendekatkan HP tersebut ke telinganya, dan dengan curiga, ia menjawab dengan suara pelan. Kemudian, sebuah suara wanita yang tidak pernah Chiho dengar, terdengar dari ujung panggilan tersebut.

Dan kalimat pertama yang suara itu ucapkan, adalah sesuatu yang benar-benar melebihi ekpektasi Chiho.

"Jangan pilih-pilih makanan okay....tapi, tapi memasukkan kacang polong ke dalam Shuumai, itu memang benar-benar kelakuan iblis! Meski aku menyukai iblis, tapi kalau masalah Shumai, aku lebih suka udang dan daging babi!"

Chiho tidak pernah menyangka kalau orang tersebut akan mengkritik kalimat yang dia ucapkan saat sedang tertidur. Chiho kemudian memutuskan, kecuali makanan yang ditawarkan oleh seseorang untuk menunjukan kebaikan mereka atau semua makanan lain selain kacang polong telah punah, dia tidak akan memakan kacang polong lagi.

Tak ada niat jahat yang terdeteksi dari nada orang itu, tapi karena seseorang telah mendengar kalimat kekanakan soal kebiasaan pilih-pilih makanannya saat ia sedang tertidur, Chiho nampak tersipu di tengah kegelapan.

Kemudian, setelah menahan percakapan sepihak itu sejenak, orang itu tiba-tiba memerintahkan Chiho untuk melihat ke arah tangan kirinya.

"Tangan kiri? Ah, cincin ini, mungkinkah ini benda yang disebut fragmen Yesod itu?"

Chiho melihat cincin yang dia kenakan di tangannya, yang mana tidak ia kenali, dan bertanya.

"Banyak hal sudah terjadi akhir-akhir ini, hanya benda kecil ini saja tidak akan membuatku takut."

Chiho memberikan senyum kecut, karena orang di ujung panggilan tersebut terlihat terkejut karena keberanian Chiho.

"Satan.... maksudmu Maou-san kan..... hm, eh? Beberapa tempat di Tokyo? Hmm..."

Setelahnya, kedua orang itu berbincang sejenak, dan kecemasan Chiho pun perlahan menghilang.

"Aku mengerti. Aku siap membantu... eh? Aku tidak takut, meskipun aku sedikit gugup...."

Chiho tersenyum.

"Walau ada iblis, malaikat, dan orang-orang dari Ente Isla di sekitarku, tapi tak peduli apa yang terjadi, hubungan semua orang saat ini masih baik-baik saja..... eh? Yeah, aku tidak khawatir. Meskipun mereka berbohong padaku, orang-orang dari dunia lain itu tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Dibandingkan hal itu, akan jauh lebih baik jika mereka menjadi seperti orang yang dipanggil Olba itu, menjadikanku sandera secara langsung pasti akan lebih sederhana dan efektif."

Cahaya cincin di tangan Chiho terlihat berkedip seolah sedang tersenyum.

"Senjata yang kukuasai? Hm.... sepertinya tidak ada yang terlihat seperti senjata....."

Seolah ingin menaikkan motivasinya, Chiho melihat ke arah tangannya yang mengepal.

"Aku berlatih panahan, jika soal busur, aku masih memiliki sedikit rasa percaya diri."


XxxxX


"Hey... apa itu benar ada di sini?"

"....Aku tidak yakin."

Maou dan Ashiya kini sedang berjalan menuruni tangga di Tokyo Tower dengan ekspresi lesu di wajah mereka.

Karena sekarang adalah liburan musim panas, di bagian dalam Tokyo Tower saat ini masih dipenuhi banyak orang.

Mungkin karena dihantui oleh ingatan dari gedung Metropolitan, ketika mereka mulai mencari di Tokyo Tower, Maou memutuskan menggunakan elevator untuk naik dan barulah ketika turun, dia tidak punya pilihan lain selain menggunakan tangga.

Tapi hanya menggunakan elevator sampai dek observasi saja sudah membuat mereka pusing karena terjepit di dalam kerumunan orang, meski mereka terus naik ke atas, mereka hanya dapat melihat dek observasi yang semakin dipenuhi banyak orang....

Hanya dengan dua orang saja, mereka takkan bisa memeriksa setiap orang yang ada di Tokyo Tower, tapi pada dasarnya mereka memang tidak merasakan apapun yang menyerupai sihir suci.

Karena mereka tidak tahu alat apa yang digunakan sebagai sumber transmisi untuk sonar sihir suci, Maou dan Ashiya bahkan dengan sengaja mengantri dan berturut-turut menggunakan teropong sewaan untuk mengamati situasi di luar. 

Mengingat kalau pihak musuh menggunakan televisi sebagai medium pemancar sonar, walau mereka tahu kalau hal itu akan menyebabkan masalah untuk pengunjung lain, mereka mencoba agar bisa terus berada di depan layar yang ada di dalam aula.

Bahkan di dalam dek observasi khusus, mereka berdua menggunakan semua teropong yang ada di sana, tapi mereka tidak mendapatkan hasil apapun. Meski salah satu teropong di sana bisa melihat Tokyo Skytree, tapi mereka sama sekali tidak melihat tanda-tanda kalau Emi sedang bertarung di Tokyo Skytree.

"Jika aku tahu kalau orang itu sedang makan di restoran di bawah sana, aku pasti akan menuangkan kola ke dalam hidungnya."

Memberikan keluhan yang tak bisa diketahui apakah mereka memang terlalu bersemangat atau apa, Maou dan Ashiya perlahan berjalan menuruni tangga. Adapun untuk tangga di berbagai lantai, terdapat para turis yang berbicara tentang berapa banyak kalori yang telah mereka bakar di lantai-lantai tersebut, hal itu membuat Maou bahkan menjadi lebih tidak senang dengan penemuan baru yang tidak berguna ini.

Dibandingkan dengan Tokyo Skytree, karena Tokyo Tower selalu terkena cahaya, hanya ada sedikit sekali titik buta di mana tidak bisa dicapai oleh cahaya, dan di samping dek observasi, sepertinya tidak ada orang mencurigakan yang bersembunyi.

Dalam kasus ini, mereka hanya bisa beranggapan kalau orang itu memasuki area di atas dek observasi khusus yang tidak bisa dimasuki oleh orang biasa, atau berada di antara orang-orang di dalam museum yang dibangun di lantai dasar.

"Kalau dipikir-pikir, si Raguel itu tidak memancarkan sonar kapanpun dia mau..... sepertinya kecil kemungkinan bagi pria yang dipanggil Raguel itu untuk menetap di satu tempat khusus."

Kata-kata Ashiya sangat masuk akal.

Bagi Maou, meski dia bisa mempertahankan wujud Raja Iblisnya, dia tidak akan mau tinggal di tempat yang menghadap angin seperti ini jika memang tidak diperlukan.

"Lalu.... apa yang harus kita lakukan....?"

"Kita memang baru memiliki sedikit informasi, tapi jika insiden yang terjadi di Toko Elektronik Yodogawa Bridge juga disebabkan oleh sonar, maka tempat itu memiliki 5 sampai 6 jam perbedaan dengan sonar yang terjadi di rumah sakit. Jadi selanjutnya......"

"Itu mungkin sekitar jam 12 malam? Mana mungkin kita bisa menunggu selama itu?"

"Kenapa tidak?"

"Ah?"

Maou mengernyitkan dahi karena ekspresi Ashiya yang terlihat kurang begitu mengerti.

"Jika kita percaya dengan penjelasan Bell, maka kita tidak perlu khawatir dengan keselamatan Sasaki-san saat ini. Meski karyawan toko elektronik akan merasa kesulitan jika insiden seperti ini terus terjadi, tapi program yang bisa ditonton saat tengah malam itu tidak akan sebanyak saat siang hari. Selama kita meminta Sasaki-san untuk tidak menyalakan TV saat malam, seharusnya tidak ada masalah dengan menunggu selama 6 jam."

Namun, Maou menunjukan ekspresi gelisah, dan berbicara dengan pelan,

"Tapi walau Chi-chan baik-baik saja, akan sangat buruk jika orang itu memancarkan sonar lagi dan menyebabkan situasi di pihak lain menjadi semakin buruk."

"Eh?"

"Aku... punya sesuatu yang ingin kutanyakan pada orang itu, menjadi Raja Iblis dan gagal menguasai Ente Isla, situasi saat ini..... jika situasi ini terus berlanjut, mungkin Surga akan mengambil tindakan lebih dulu, dan aku mungkin akan kehilangan kesempatan ini."

"Maou-sama?"

Ashiya terlihat tidak mengerti makna di balik kata-kata Maou, tapi Maou mengabaikan bawahannya tersebut dan mengeluarkan HPnya untuk menelepon Suzuno.

"Hello."

"Kami sudah berkeliling Tokyo Tower, tapi kami tidak menemukan seorangpun yang mencurigakan. Di pihak Emi, apa dia mengatakan sesuatu?"

"Aku tidak yakin, dia masih belum menghubungiku.... eh? apa?"

"Ada apa?"

"Lucifer, he......hey, aku akan menyerahkan teleponnya pada Lucifer, tunggu sebentar."

Usai suara berisik tersebut, suara Urushihara tiba-tiba terdengar dari telepon.

"Kalian belum menemukan apa-apa?"

"Yeah, mungkin dia tidak ada di tower saat ini."

"Ah, itu berarti dia tidak berkemah di sana."

"Itu hanya sebuah kemungkinan. Jika ini terus berlanjut, kita mungkin bisa melihat saat dia memancarkan sonar berikutnya. Apa yang sebaiknya kita lakukan?"

"Kalau begitu, apa kau ingin mencoba menghubungi Emilia?"

"Uh, aku sebenarnya berencana untuk meneleponnya nanti. Akan tetapi, aku baru saja memastikan situasi dengan menggunakan teropong yang ada di Tokyo Tower, di sana tidak terlihat ada tanda-tanda pertarungan. Jika dia bertarung dengan seorang malaikat, sihir suci yang tidak normal seharusnya bisa dirasakan dari kejauhan, jadi kita tidak perlu khawatir...."

"Aku mengerti. Aku juga akan memikirkan strategi sendiri. Bagaimanapun, kau dan Ashiya bisa tetap bersiaga di sana. Jika semuanya berjalan lancar atau terjadi sesuatu, aku pasti akan segera menghubungimu, kita bisa membicarakannya nanti."

"Strategi? Apa yang kau..... ah, hello.... dia benar-benar menutup teleponnya!"

"Ada apa?"

Ashiya yang mendengarkan pembicaraan tersebut, bertanya.

"Aku tidak tahu... Si Urushihara itu bilang kalau dia memiliki strategi."

"Sangat mengkhawatirkan. Aku harap dia tidak menggunakan metode khusus yang membutuhkan uang."

"Bahkan investigator pribadi pun mungkin tidak akan mau membantu mencari orang..... Pokoknya, ayo kita tunggu 15 menit dan melihat-lihat. Jika tidak ada kabar selama waktu itu, semuanya bisa mencari tempat untuk bertemu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Maou yang meletakkan HPnya kembali ke dalam kantongnya, mulai berjalan menuruni tangga dengan langkah yang berat, sementara Ashiya mengikutinya dari belakang.

---End of Part 2---





Translator : Me...
Previous
Next Post »
0 Komentar