Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Prolog Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Prolog


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 11 Bahasa Indonesia

Prolog.

Di malam ketika Maou, Suzuno dan Acies memulai perjalanan mereka ke Ente Isla lewat 'Gate of Hell' di taman Ueno.

Sebuah ambulans menghancurkan keheningan malam, dan pergi bersama Urushihara yang berada di dalamnya. Namun, Chiho tidak punya waktu untuk mengkhawatirkannya dan hanya bisa menatap orang yang berdiri di sampingnya dengan gugup.

Chiho pernah melihat orang itu sebelumnya di video.

Shiba Miki... pemilik apartemen Villa Rosa Sasazuka yang begitu menakutkan bagi Maou dan Ashiya.

Menghadapinya langsung seperti ini, tak bisa disangkal kalau dia adalah orang yang memiiliki hawa kehadiran yang kuat.

Tapi ketika dibandingkan dengan iblis atau malaikat, rasanya dia tidak memiliki kekuatan yang mampu melebihi manusia. Dari sudut pandang Chiho, Shiba hanya terlihat seperti wanita paruh baya biasa yang memakai pakaian sedikit berlebihan.

Jika ada masalah dengan situasi saat ini, itu mungkin hanya dia yang tetap berada di apartemen ini sendirian bersama Shiba yang baru pertama kali dia temui.

Sampai beberapa saat yang lalu, Chiho masih menanyai mantan bosnya, yang juga merupakan keponakan Shiba, Ooguro Amane, tentang kebenaran dunia.

Amane nampaknya memiliki pemahaman yang bagus mengenai identitas asli Maou, iblis dari Ente Isla, sekaligus tentang Sephirah dan Pohon Kehidupan.

Setelah Maou dan Suzuno pergi menuju Ente Isla untuk menyelamatkan Emi, Ashiya, dan Alas Ramus, Chiho mulai mencoba mendapatkan informasi dari Amane menggantikan tempat mereka.

Tapi tak disangka Shiba datang berkunjung. Karena Urushihara yang mengikuti keinginan Chiho dan menguping pembicaraan Amane tiba-tiba pingsan, obrolan pun terhenti.

Amane mulai panik setelah Shiba muncul, Urushihara juga pingsan dan terbaring tak sadarkan diri di Kastil Raja Iblis.

Pada akhirnya, Amane mengikuti perintah Shiba dan menghubungi suatu tempat, sebuah ambulans muncul tak lama setelahnya membawa Amane dan Urushihara pergi.

Begitulah, saat jam hampir menunjukan pukul 2 pagi, Chiho ditinggalkan di Villa Rosa Sasazuka bersama seorang wanita yang baru pertama kali dia temui.

"Si Amane itu...."

"Y-ya?"

Shiba tidak menatap Chiho yang sedang kebingungan dan langsung bertanya.

"...dari dulu dia memang selalu bertindak sembarangan, apa dia berbuat kasar kepadamu?"

"Er-erhm... soal bertindak kasar... apa maksudmu...."

"Maksudku sebagai keturunan Sephirah, apa dia mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Ah...."

Chiho sama sekali tidak menyangka pertanyaan Shiba.

Dalam percakapan dengan Amane barusan, gambaran yang Chiho miliki mengenai Shiba adalah,

'Pemilik apartemen ini, Shiba Miki adalah eksistensi yang juga terlahir dari Sephirah.'

"Erhm, aku...."

Jika demikian, itu artinya wanita yang ada di hadapannya ini pasti lebih dekat dengan kebenaran dunia yang ingin Chiho ketahui dibandingkan Amane.

Tepat ketika Chiho hendak berbicara dan bertanya kepada Shiba mengenai kelanjutan apa yang dia dengar dari Amane...

"Sasaki Chiho-san."

Shiba memanggil namanya.

Itu bukanlah pertanyaan yang seharusnya Chiho tanyakan tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, atau ketika keduanya baru pertama kali bertemu.

Chiho menelan kembali apa yang ingin dia tanyakan. Dia merasa jiwanya seketika tunduk.

Ketika namanya dipanggil, seluruh kehendak Chiho serasa tunduk kepada Shiba.

Rasanya seperti saat dia dimarahi usai melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan saat masih kecil dulu. Mentalnya memerintahkan dia demikian. Jiwanya tidak mengizinkan dia menentang eksistensi yang ada di hadapannya.

"Izinkan aku memastikan sesuatu dulu. Meski kau tahu kebenarannya, kau tidak akan bisa merubah apapun. Bahkan setelah memahami hal itu, apa kau masih ingin mengetahui semuanya?"

"Aku... aku...."

"Kau terlahir di dunia ini, kau tidak memiliki kekuatan khusus apapun, tapi kau adalah manusia yang istemewa. Sepertinya kau sendiri pun bahkan tidak tahu menandakan apa sihir suci yang tersimpan dalam tubuhmu. Setelah mengetahui kebenarannya, hatimu mungkin tidak akan tahan dengan ketidakberdayaanmu dan hancur. Meski begitu, apa kau masih ingin tahu?"

Chiho tidak tahu kenapa Shiba bertanya demikian.

Mustahil dia bisa mengetahuinya.

Tapi jika dia menyerah untuk memahami semuanya, dia takkan mengerti makna dari apa yang Shiba katakan barusan.

"Aku...."

"Hm."

"Bahkan jika aku disiksa oleh rasa ketidakberdayaanku setelah mengetahui semuanya, meski aku takut menyesalinya....."

Chiho memacu jiwanya. Dia tidak bisa mundur sekarang.

Dia tidak punya kekuatan untuk bertarung bersama mereka, dia tidak punya kecerdasan untuk bertarung bersama mereka, dia bahkan tidak punya jiwa untuk bertarung bersama mereka, hal-hal yang bisa Chiho lakukan sangatlah terbatas.

Tapi menyempurnakan hal-hal yang sangat terbatas ini, adalah jalan yang harus Chiho hadapi.

Jika dia memilih untuk lari karena tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya menonton semuanya dari pinggir, dia tidak akan bisa terus berada di samping mereka.

"Aku tidak ingin menyerah memahami semua kebenaran. Karena jika aku menyerah, rasanya semuanya akan berakhir."

"....."

"Setelah aku mengetahuinya, meski aku tidak bisa melakukan apa-apa... setidaknya aku bisa menciptakan situasi di mana aku tahu hal ini. Aku...."

Dengan tubuh kecilnya, Chiho bertarung melawan keheningan malam dan tekanan yang memaksa jiwanya untuk tunduk.

"Aku percaya bahwa seseorang yang menghargaiku pasti bisa menjadikan 'diriku yang tahu sesuatu ini' sebagai motivasi ataupun bidak, dan bertarung agar bisa merubah keadaan!"

Dalam sekejap, Chiho merasa kekuatan yang menahan hatinya menjadi sedikit berkurang.

Kemudian, Shiba menatap Chiho dengan ekspresi kaget di wajahnya.

".... Mengagumkan..."

Shiba menggenggam rantai emas yang ada di tas tangannya dengan erat.

"Maafkan aku, mengatakan sesuatu yang sombong seperti itu... aku tidak punya kekuatan, aku juga tidak mengatakan kata-kata tadi karena tujuan mulia apapun. Itu hanya...."

Chiho menatap ke arah Villa Rosa Sasazuka, dan mengatakan,

"Aku hanya ingin terus berinteraksi dengan orang-orang yang kusukai. Aku ada di sini karena hal itu."

"No, memiliki perasaan seperti itu dan punya niat bertarung demi mereka, orang seperti itu sangatlah langka. Aku mulai mengerti kenapa 'wanita itu' menyukaimu."

".... Eh?"

Tanpa sadar, kekuatan yang menahan hati Chiho kini telah menghilang, Shiba mengulurkan tangannya ke arah Chiho.

"Kau bisa datang ke rumahku hari ini. Aku tidak bisa memintamu untuk pulang sekarang. Aku juga tidak ingin masuk dan mengganggu suatu tempat yang ditinggal penyewanya."

"Ba-baik..."

Saat ini, dia tidak bisa memasuki kamar 201 milik Maou dan yang lainnya, sementara Amane yang berada di kamar 202 untuk membantu Suzuno merawatnya, juga sudah pergi bersama ambulans barusan.

Chiho menerima usulan Shiba, dan setelahnya, dia mengikuti Shiba menuju rumah bergaya barat yang berada di samping Villa Rosa Sasazuka.

Bangunan tersebut berukuran 3 kali ukuran rumah Chiho, dengan halaman yang luas, rumah itu bisa dikategorikan sebagai rumah mewah di kota Tokyo.

Usai melewati halaman depan yang didekorasi mirip seperti yang ada di film-film, Chiho pun sampai di sebuah ruang tamu yang didesain dengan elegan.

"Meski telat, aku juga punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu. Bisakah kau menemaniku sebentar?"

Shiba mengundang Chiho untuk duduk di kursi yang di atasnya tersulam sutra.

Kemudian dia menyajikan secangkir teh hangat kepada Chiho yang terlihat tidak bisa tenang.

Meski dia sangat gugup, setelah meminum seteguk teh hitam hangat tersebut, Chiho akhirnya bisa menenangkan bahunya.

"Nah, kau mungkin sudah mendengar hal ini dari Amane. Dunia ini... Bumi, dulu memiliki eksistensi yang dikenal sebagai Pohon Kehidupan, permata yang terlahir dari Pohon itu, yaitu Sephirah, adalah yang membentuk dunia dan menciptakan dasar-dasar manusia."

"Y-ya...."

Kali ini, Chiho ingat kalau dia meninggalkan buku catatan dan pulpennya di kamar Suzuno.

"Jika kau mau, tak masalah jika kau ingin mencatatnya."

Shiba mengeluarkan sebuah buku catatan, pena bulu, dan sebuah wadah tinta entah dari mana, lantas memberikannya kepada Chiho.

"Te-terima kasih."

Saat Chiho sedang bersusah payah menggunakan pena dan tinta yang belum pernah dia gunakan, dan sebelum dia bisa mencatat, Shiba melemparkan sebuah bom.

"Pada dasarnya, semua Sephirah harus tetap berada di dunia di mana mereka dilahirkan."

Memahami makna dari kalimat tersebut, Chiho tanpa sadar menutupi tangan kanannya, tapi tindakan kecil itu tidak lepas dari perhatian Shiba.

Shiba menatap cincin di tangan kanan Chiho yang di atasnya tertanam Yesod Sephirah dan melanjutkan perkataannya,

"Baru-baru ini, Sephirah yang bukan milik Bumi datang berkunjung. Keberadaan mereka memang sudah tidak tetasa, tapi sepertinya mereka tidak kembali ke tempat asal mereka."

Terkait Sephirah yang bukan milik Bumi....

"Sephirah adalah permata yang membangun dunia. Begitu permata itu hilang, manusia di dunia itu perlahan pasti akan punah. Meski itu bukan sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, Sephirah harus tetap dikembalikan ke dunia asal mereka sesegera mungkin."

Dari apa yang Chiho ketahui, ada tiga Sephirah yang saat ini memiliki wujud manusia.

Satunya adalah seorang anak laki-laki yang dibawa oleh iblis, Iron.

Satu lagi adalah gadis yang bersama dengan Maou, Acies Ara.

Terakhir, adalah anak Maou dan Emi, dan bagi Chiho, dia adalah gadis yang takkan tergantikan.

Alas Ramus.

---End---





Translator : Zhi End Translation..

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Semangat miinn...

Mantaap

Balas